Meningkatkan hasil belajar siswa melalui penggunaan Model pembelajaran Aktif Tipe Guided Teaching pada Mata pelajaran IPS Terpadu Di Kelas VIII-1 SMP Negeri 2 Botumoito Suwardi kei 1 , Salma Bowtha 2 , Melizubaida Mahmud 3 Jurusan Pendidikan Ekonomi Abstrak Suwardi Kei, Nim : 911 410 142, “Penggunaan Model Pembelajaran Aktif (Tipe Guided Teaching) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Terpadu Di Kelas VIII-1 SMP Negari 2 Botomoito Kabupaten Boalemo”. Program Studi Pendidikan Ekonomi, Jurusan Pendidikan Ekonomi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Negeri Gorontalo 2014. Di bawah bimbingan ibu Dra. Hj. Salma Bowtha, M.Pd dan Melizubaida Mahmud, S.Pd, M.Si selaku pembimbing I dan II. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan rumusan masalah apakah terdapat peningkatan hasil belajar siswa melalui penggunaan model pembelajaran aktif tipe Guided Teaching pada mata pelajaran IPS Terpadu di kelas VIII-1 SMP Negeri Botumoito. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa melalui penggunaan model pembelajaran aktif tipe Guided Teaching pada pelajaran IPS Terpadu di kelas VIII-1 SMP Negeri 2 Botumoito. Variabel penelitian terdiri dari variabel input, variabel proses, dan variabel output, objek penelitian berjumlah 25 orang siswa. Pengumpulan data penelitian ini menggunakan lemabar observasi kegaiatan guru dan kegaiatn siswa sera tes hasil belajar yang dilakukan secara bersiklus. Sebagai kesimpulan dari penelitian ini adalah hipotesis tindakan yang dikemukakan “jika digunakan model pembelajaran Aktif Tipe Guided Teaching pada mata pelajaran IPS Terpadu maka hasil belajar siswa SMP Negeri 2 Botumoito akan meningkat”. Dapat diterima Hal ini dapat dilihat dari 1) siswa yang memperoleh hasil belajar 70 ke atas meningkat dari 54,16% pada siklus 1 meningkat menjadi 70,83% pada siklus 2, 2) hasil pengamatan kegiatan guru yang termasuk kategori sangat baik dan baik meningkat dari 12,5% pada siklus 1 menjadi 43,75% pada siklus 2, 3) hasil pengamatan kegiatan siswa yang termasuk kategori sangat baik dan baik meningkat dari 10% pada siklus 1 menjadi 30% pada siklus 2 Kata Kunci: Penggunaan Model Pembelajaran Aktif Tipe Guided Teaching, Hasil Belajar Siswa
1 1 1
Melizubaida Mahmud. S.Pd.M.Si.. Dosen Pendidikan Ekonomi. Fakultas Ekonomi Dan Bisnis. Universitas Negeri Suwardi Kei,Mahasiswa.Gorontalo. Jurusan Pendidikan Ekonomi. Fakultas Ekonomi Dan Bisnis. Universitas Negeri Gorontalo. Dra.Hj. Salma Bowtha. M.Pd Dosen Pendidikan Ekonomi. Fakultas Ekonomi Dan Bisnis. Universitas Negeri Goro ntalo.
Dalam proses pendidikan manusia membutuhkan dua aspek yang saling mengisi yaitu aspek hominisasi dan aspek humanisasi. Proses hominisasi adalah melihat manusia sebagai makluk hidup yang berdasarkan pada ekologinya yaitu manusia memerlukan kebutuhan-kebutuhan biologis seperti makan, beranak pinak, memerlukan pemukiman dan pekerjaan untuk menopang kehidupannya, sedangkan proses humanisasi melihat manusia pada hakekatnya sebagai mahluk yang bermoral, artinya manusia bukan hanya sekedar hidup tetapi hidup untuk mewujudkan suatu eksistensi, yaitu bahwa manusia hidup bersama-sama dengan sesama manusia sebagai ciptaan yang maha kuasa. Di dalam proses ini tingkah laku manusia diarahkan kepada nilai-nilai kehidupan yang vertikal di dalam kenyataan hidup bersama dengan sesama manusia. Aspek yang kedua inilah yang sering terlupakan, padahal jika disadari bersama bahwa aspek ini adalah bekal yang sangat diperlukan di dalam kehidupan bersama menuju cita-cita bersama yaitu kehidupan yang lebih baik, lebih tentram dan berkeadilan. Pendidikan memiliki peranan penting dalam perjalanan kehidupan manusia, seiring dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi (IPTEK) karena melalui sektor pendidikan dapat menciptakan manusia yang berkualitas dan nantinya akan mampu berkompetensi dalam kemajuan IPTEK. Menyadari akan hal tersebut, tentunya jalur yang tepat menyiapkan sumber daya manusia yang handal adalah melalui jalur pendidikan. Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar juga merupakan proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu. Belajar bukan menghafal dan bukan pula mengingat. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada pada individu. Oleh sebab itu, belajar adalah proses yang aktif, belajar adalah proses mereaksi terhadap semua situasi
yang ada di sekitar individu. Belajar adalah proses yang diarahkan kepada tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar adalah proses melihat, mengamati dan memahami sesuatu. Apabila berbicara tentang belajar maka berbicara bagaimana mengubah tingkah laku seseorang. Kegiatan belajar dalam pembelajaran dilakukakan oleh dua orang pelaku, yaitu siswa dan guru. Perilaku guru adalah mengajar dan perilaku siswa adalah belajar. Perilaku mengajar dan perilaku belajar tersebut terkait dengan bahan pembelajaran. Bahan penbelajaran dapat berupa pengetahuan, nilai-nilai kesusilaan, seni, agama, sikap, dan keterampilan. Hubungan antara guru, siswa, dan bahan ajar bersifat dinamis dan kompleks. Untuk mencapai keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran, terdapat beberapa komponen yang dapat menunjang, yaitu komponen tujuan, komponen materi, komponen strategi belajar mengajar, dan komponen evaluasi. Masing-masing komponen saling terkait dan saling mempengaruhi satu sama lain. Pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri atas berbagai komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lain. Komponen tersebut meliputi: tujuan, materi, metode, dan evaluasi. Keempat komponen pembelajaran tersebut harus diperhatikan oleh guru dalam memilih dan menentukan model-model pembelajaran yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran (Rusman, 2013 :). Metode pembelajaran didefinisikan sebagai cara yang digunakan guru, yang dalam menjalankan fungsinya merupakan alat mencapai tujuan pembelajaran. Metode pembelajaran lebih bersifat prosedural, yaitu berisi tahapan tertentu, sedangkan teknik adalah cara yang digunakan, yang bersifat impelemantif (B. Uno, 2012:2). Oleh
karena
itu,
tiap
guru
hendaknya
dapat
memilih
atau
mengkombinasikan beberapa metode mengajar yang tepat agar dapat menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, dalam artian dapat mengacu keingintahuan dan memotivasi siswa agar terlibat aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar akan memberi peluang besar terhadap pencapaian tujuan pembelajaran.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan, maka seorang guru dituntut kemampuannya untuk menggunakan model pembelajaran secara bervariasi, yang mampu meransang antusias atau motivasi siswa dalam mengikuti pelajaran terutama pada mata pelajaran ekonomi yang secara umum hanya teori akan tetapi menuntut keaktifan peserta didik dalam memperoleh dan memahami materi yang dipelajari. Namun, pada kenyataannya masih banyak guru yang menggunakan cara lama dalam mengajar yang hanya menyajikan tanpa melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari hasil semester siswa SMP Negeri 2 Botumoito Kabupaten Boalemo kelas VIII-1 pada mata pelajaran IPS terpadu yang nilainya rata-rata di bawah nilai ketuntasan atau di bawah nilai 70 dari jumlah 24 orang siswa yang mendapat nilai ketuntasan sesuai KKM yaitu hanya 8 orang atau sebesar 33,33% dan yang tidak memenuhi nilai sesuai standar KKM adalah 16 orang atau sebasar 66,66% . Proses belajar dikatakan berhasil apabila hasil pembelajaran mencapai 70% atau semua siswa mendapatkan nilai 70 ke atas sesuai standar KKM.. Rendahnya perolehan hasil belajar mata pelajaran IPS Terpadu di kelas VIII-1 menunjukan adanya permasalahan terhadap rendahnya cara belajar peserta didik dan kemampuan guru dalam mengolah pembelajaran yang berkualitas untuk memperoleh hasil belajar yang maksimal. Guru harus dapat mengetahui faktorfaktor penyebab ketidak berhasilan peserta didik dalam pelajaran IPS Terpadu. Sebagai guru yang baik dan profesional, permasalahan ini perlu ditanggulangi dengan segera, dalam meningkatkan hasil belajar siswa melalui penggunaan model pembelajaran aktif tipe Guided Teaching. Penggunaan model pembelajaran aktif tipe Guided Teaching menjadi alternative untuk membangun antusias atau motivasi belajar peserta didik. Model pembelajaran aktif tipe Guided Teaching
adalah pembelajaran yang diawali
dengan beberapa pertanyaan yang diberikan oleh guru kepada siswa. Guru menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang mempunyai beberapa kemungkinan jawaban. Pertanyaan ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman atau
kemampuan siswa, kemudian guru membuat hipotesa atau kesimpulan dan membuat beberapa kategori. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti termotivasi dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas sebagai usaha perbaikan kualitas proses dan hasil pembelajaran pada mata pelajaran IPS terpadu dengan judul: "Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Aktif Tipe (Guided Teaching) Pada Mata Pelajaran IPS Terpadu Di Kelas VIII-1 SMP Negeri 2 Botumoito Kabupaten Boalemo”. Kerangka berpikir yang di gunakan pada penelitian ini menggambarkan peningkatan hasil belajar siswa melalui penggunaan model pembelajaran aktif tipe Guided Teaching pada mata pelajaran IPS Terpadu di SMP Negeri 2 Botumoito Kabupaten Boalemo, dimana hasil belajar siswa sangat rendah sebelum menggunakan model pembelajaran aktif tipe Guided Teaching. Dari 24 orang siswa yang berada di kelas VIII-1 SMP Negeri 2 Botumoito yang memperoleh nilai ketutuntasan sesuai standar KKM pada mata pelajaran IPS Terpadu hanya 8 orang yang memperoleh nilai tuntas atau bisa dikatakan hanya sebesar 33,33% dan yang memperoleh nilai tidak tuntas berjumlah 16 orang atau bisa dikatakan sebesar 66,66%.
Dari uraian di atas maka kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah dapat digambarkan sebagai berikut :
Model Pembelajaran Aktif
Siswa
Tipe guided Teaching
(Proses Input)
Gambar 1: Kerangka Berpikir Hipotesis Tindakan
Hasil Belajar siswa (Proses Output)
Berdasarkan permasalahan penelitian dan kajian teori maka dikemukakan hipotesis tindakan sebagai berikut: jika digunakan model pembelajaran Aktif Tipe Guided Teaching pada mata pelajaran IPS Terpadu maka hasil belajar siswa SMP Negeri 2 Botumoito akan meningkat. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu melalui model pembelajaran aktif tipe Guided Teaching, terlebih dahulu diawali dengan apersepsi dan motivasi kemudian dilanjutkan dengan menyampaikan beberapa pertanyaan untuk membuka pikiran dan kemampuan yang siswa miliki. Kemudian siswa diberi waktu untuk menjawab pertanyaan tersebut dengan diskusi pada kelompok kecil. Dari hasil diskusi yang siswa lakukan di kelompok kecil, siswa menyampaikan hasil jawaban mereka dan hasilnya dikelompokkan berdasarkan kategori -kategori yang nantinya akan guru sampaikan dalam pembelajaran. Selanjutnya guru menyampaikan pembelajaran yang sebenarnya melalui ceramah interaktif. Hasil penelitian pada mata pelajaran IPS Terpadu melalui model pembelajaran aktif tipe guided teaching, menunjukkan bahwa adanya peningkatan hasil belajar dari siklus 1 ke siklus 2 yang mendapat nilai ≤ 70 yaitu 54,16% menjadi 70,83%. Hal ini terjadi akibat alternatif tindakan yang dilakukan pada proses pembelajaran. Peningkatan hasil belajar tersebut dapat dilihat melalui model pembelajaran aktif tipe guided teaching dimana pembelajaran diawali dengan pengenalan topik oleh guru. Guru bisa menuliskan topik tersebut di papan tulis atau dapat pula guru bertanya jawab apa yang diketahui peserta didik mengenai topik itu. Kegiatan sumbang saran ini dimaksudkan untuk mengaktifkan struktur kognitif yang telah dimiliki peserta didik agar lebih siap menghadapi pelajaran yang baru. Walaupun hasil belajar siswa telah mengalami peningkatan, tapi masih memerlukan pengembangan lebih lanjut. Ini disebabkan dalam pembelajaran masih terdapat beberapa siswa yang hasil belajarnya memperoleh nilai kurang dari 70. Dalam penerapan model pembelajaran aktif tipe guided teaching biasanya dimulai oleh guru dengan mengajukan pertanyaan dan meminta siswa untuk menemukan solusi. Pertanyaan tersebut bersifat terbuka dan siswa harus
membangun pengetahuannya sendiri dari pengetahuan awal yang dimiliki. Guru membimbing siswa menemukan jawaban yang benar. Pembelajaran
terbimbing
(guided
teaching)
merupakan
ide
konstruktivisme yang terfokus pada pembelajaran yang menyenangkan dan mengarahkan siswa pada cara berpikir yang berbeda. Cara berpikir yang berbeda ini membantu meningkatkan kreatifitas siswa dalam mendapatkan solusi untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Dalam proses pembelajaran terbimbing lebih teliti dalam mengajarkan sebuah konsep, karena siswa diberi pengalaman lebih pada rincian konsep-konsep tersebut. Evaluasi yang dilaksanakan pada akhir siklus 1 menunjukan dari 24 siswa yang dikenai tindakan, terdapat 13 siswa (54,16%) yang memperoleh nilai ≤ 70 dan siswa (45,8%) yang memperoleh nilai ≥ 70. Hasil ini menunjukkan bahwa nilai yang diperoleh siswa masih belum memenuhi kriteria ketuntasan yang telah ditetapkan, yang disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya belum optimal pembelajaran yang diajarkan oleh guru, siswa belum bisa merespon pelajaran dengan baik yang diajarkan oleh guru, dan siswa belum terbaiasa dengan pendekatan yang diterapkan oleh guru sehingga hanya siswa tertentu saja yang aktif dalam memecahkan masalah serta berpartisipasi. Keadaan inilah dapat dilihat pada hasil pengamatan kegiatan guru dan siswa pada siklus 1. Dari pengamatan kegiatan guru pada siklus 1 terdapat 16 aspek yang diamati, 2 aspek (12,5%) kriteria sangat baik, 3 aspek (18,75%) kriteri baik, 7 aspek (43,75%) kriteria cukup baik, dan 4 aspek (25%) kriteria kurang baik. Sedangkan hasil pengamatan siswa pada siklus 1 terdapat 10 aspek yang diamati, 1 aspek (10%) kriteria sangat baik, 2 aspek (20%) kriteria baik, 3 aspek (30%) cukup baik, dan 4 aspek (40%) kriteria kurang baik. Berbagai
kekurangan
yang
terdapat
pada
siklus
1
selajutnya
disempurnakan pada siklus 2. Berdasarkan evaluasi yang dilakukan pada akhir pelajaran, menunjukkan bahwa dari 24 siswa yang dikenai tindakan yang mencapai ketuntasan adalah 17 siswa (70,83%) dengan nilai ≥ 70 keatas dan 7 siswa (29,16%) memperoleh nilai ≤ 70. Dengan nilai rata-rata kelas 7,14%. Ini dapat dilihat dari hasil pengamatan kegiatan guru pada siklus 2 terhadap 16 aspek
yang di amati, 7 aspek (43,75%) kriteria sangat baik, 5 aspek (31,25%) kriteria baik, 4 aspek (25%) kriteria cukup baik, dan 0 aspek (0%) untuk kriteria kurang baik. Sedangkan hasil pengamatan kegiatan siswa pada siklus 2 dari 10 aspek yang diamati, 3 aspek (30%) kriteria sangat baik, 3 aspek (30%) kriteria baik, 4 aspek (40%) cukup baik, dan 0 aspek (0%) kritria kurang baik. Hubungan antara strategi, tujuan dan metode pembelajaran dapat digambarkan sebagai suatu kesatuan sistem yang bertitik tolak apa penentuan tujuan pembelajaran, pemilihan strategi pembelajaran, dan perumusan tujuan. Yang kemudian diimplementasikan ke dalam berbagai metode yang relevan selama proses pembelajaran berlangsung. Dengan memperhatikan hasil belajar siswa dari hasil observasi awal yang dilihat langsung di sekolah dari 33,33%, menjadi 54,16% pada siklus 1 dan meningkat lagi menjadi 70,83% pada siklus 2. Dengan demikian hipotesis tindakan dikemukakan “ jika menggunakan model pembelajaran aktif tipe guided teaching, maka hasil belajar siswa kelas VIII-1 SMP Negeri 2 Botumoito meningkat”. Telah teruji dengan benar dan dapat diterima. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka simpulan peneliti sebagai berikut: penggunaan model pembelajaran aktif tipe Guided Teaching dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII-1 SMP Negeri 2 Botumoito tahun pelajaran 2014/2015. Hal ini dapat dilihat dari bukti hasil analisis 1) siswa yang memperoleh hasil belajar 70 ke atas meningkat dari 54,16% pada siklus 1 meningkat menjadi 70,83% pada siklus 2, 2) hasil pengamatan kegiatan guru yang termasuk kategori sangat baik dan baik meningkat dari 12,5% pada siklus 1 menjadi 43,75% pada siklus 2, 3) hasil pengamatan kegiatan siswa yang termasuk kategori sangat baik dan baik meningkat dari 10% pada siklus 1 menjadi 30% pada siklus 2. Saran Berdasarkan kesimpulan penelitian maka peneliti mengemukakan beberapa saran sebagai berikut:
1.1.1 Dalam proses pembelelajaran, guru hendaknya dapat memilih dan menganalisis metode atau model pembelajaran yang tepat, serta tidak hanya berpatokan pada satu model pembelajaran saja. 1.1.2 Dari hasil penelitian ini, model pembelajaran aktif tipe guided teaching dapat meningkatkan hasil belajar siswa, oleh sebab itu guru perlu menggunkan model pembelajaran guided teaching dalam kegiatan belajar mengajar.
DAFTAR PUSTAKA Arifin, Zaenal, 2011. Penelitian Pendidikan. PT Remaja Rosdakarya: Bandung. Andy Al-Fharaby, 2012. Pembelajaran Terbimbing (Guided Teaching). Tersedia di online. http://blogspot.pembelajaran terbimbing (guided teaching).html. diakses pada tanggal 19/maret/2014. B. Uno Hamzah, 2012. Model Pembelajaran (Menciptakan Proses Belajar Mengajar Yang Aktif Dan Kreatif). PT Bumi Aksara: Jakarta. Edi Purnomo, 2011. Model Pembelajaran Guided Teaching. Tersedia dionline. www. (model pembelajaran Guided Teaching-ilmu & pendidikan)html. Diakses pada tanggal 19/maret/2014. Fathurrohman & Sukikno. 2010. Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum & Konsep Islam. PT Refika Aditama. Komara Endang, 2012. Penelitian tindakan profesionalitas guru. PT Refika Aditama: Bandung.
kelas
dan
peningkatan
Nasution. S, 2008 Dasar-Dasar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara Purwanto, 2009. Evaluasi Hasil Belajar. Pustaka Pelajar: Yogyakarta. Rusman, 2013. Model-Model Pembelajaran (Mengembangkan Profesionalisme Guru). PT Raja Grafindo Persada. Sudjana. Nana, 2012. Dasar-Dasar Proses Mengajar. Sinar Baru Algensido: Bandung. Suprijono. Agus, 2011. Cooperative Learning Teori Dan Aplikasi Paikem. Pustaka Pelajar: Yogyakarta .Uno, Koni Satri. 2013. Assessment Pembelajaran. Bumi Aksara: Jakarta Yunus, Hamza Dkk. 2009. Buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Universitas Negeri Gorontalo.