MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TARI BAMBU DI KELAS VII-B SMP NEGERI 1 MANANGGU KABUPATEN BOALEMO Fitri Yanti Katili Telah di setujui Oleh Dosen pembimbing Jurusan Pendidikan Ekonomi ABSTRAK Fitri Yanti Katili, Student ID: 911 410 106, “increasing Students’ Learning Achievement on Integrated Social Sciences by Applying Cooperative Learning Model Type Bamboo Dance at Class Viii-B of SMP Negeri 1 Mananggu of Boalemo District,” Study Program of Economics Education, Department of Economics Education, Faculty of Economics and Business, Universitas Negeri Gorontalo 2014. It was supervised by Dr. Hamzah Yunus, M.Pd Aas the principal supervisor and Meyko Panigoro, S.Pd., M.Pd as the co supervisor. The research was held based on the problem statement “Is there any increasing of students’ learning achievement by applying bamboo dance learning model on Integrated Social Sciences Subject at class VIII-B of SMP Negeri 1 Mananggu?”. The research was classroom action research which to find out whether the students’ learning method would increase by applying bamboo dance learning model on Integrated Social Sciences subject at class VIII-B of SMP Negeri 1 Mananggu or not. The variables of research consisted of input, process, and output variable by having 25 students as the objects of research. The data were collected through teacher’s activity observation sheet and student’s activity observation sheet which conducted into two cycles. To conclude, the hypothesis stated “if the cooperative learning model type bamboo dance on Integrated Social Sciences subject was applied, the student’s learning achievement at SMP Negeri 1 Mananggu would increase” was accepted. It could be seen by 1) the percentage of students who obtained the score more than 70, increased from 52% at cycle 1 to 80% at cycle 2, 2) the observation result of teacher’s activity, which categorized as excellent and good, increased 5.55% at cycle 1 to 66.66% at cycle 2, 3) the observation result of students’ activity, which categorized as excellent and good, increased from 7.14% at cycle 1 to 71.42% at cycle 2. Keywords: Students’ Learning Achievement, Cooperation Learning Model Type Bamboo Dance. 1
Fitri Yanti Katili, Mahasiswa, Jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Universitas Negeri Gorontalo. 2 Dr. Hamzah Yunus, M.pd. Dosen Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Universitas Negeri Gorontalo. 3 Meyko Panigoro, S.pd, M.pd. Dosen Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Universitas Negeri Gorontalo.
Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat terjadi kapan saja dan di mana saja. Salah satu pertanda bahwa seseorang itu belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri orang itu yang mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang diharapkan, maka seorang guru dituntut kemampuannya untuk menggunakan model pembelajaran secara bervariasi, yang mampu meransang antusias atau motivasi siswa dalam mengikuti pelajaran terutama pada mata pelajaran IPS Terpadu yang secara umum hanya teori akan tetapi juga menuntut keaktifan peserta didik dalam memperoleh dan memahami materi yang dipelajari. Namun, pada kenyataannya masih banyak guru yang mengunakan cara lama dalam mengajar yang hanya menyajikan materi tanpa memperhatikan kemampuan peserta didik dalam proses pembelajaran. Mata pelajaran IPS Terpadu di SMP merupakan salah satu pelajaran yang sarat hubungannya dengan interaksi sosial.Pengembang materi pada pelajaran ini disusun berdasarkan perkembangan sistem kehidupan sosial, baik di tingkat local, nasional, maupun internasional. Penggunaan model pembelajaran tari bambu dapat membantu guru dalam menjalankan tugas dalam mengajar terutama pada mata pelajaran IPS Terpadu. Dengan menggunakan model tari bambu diharapkan terjadi pemerataan informasi atau topik yang
diketahui oleh siswa. Model tari bambu tentunya sangat
bermanfaat guna pembelajaran di kelas agar lebih variatif sehingga tidak membosankan siswa. Berdasarkan uraian di atas hal ini dapat lihat dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas VIII-B SMP Negeri 1 Mananggu, guru kurang menggunakan model pembelajaran sehingga hasil belajar peserta didik masih sangat rendah, guru lebih cenderung menggunakan model ceramah dan pemberian tugas pada setiap pembelajaran yang dilakukannya serta kurangnya minat dan motivasi siswa dalam belajar. Akibatnya keaktifan dan antusias peserta didik
dalam mengikuti pelajaran khususnya mata pelajaran IPS Terpadu yang tergolong sangat rendah dan hasil belajar peserta didikpun tidak seperti yang diharapkan karena banyak peserta didik yang memperoleh nilai rendah. Untuk melihat hasil belajar siswa dapat di lihat dari perolehan nilai semester siswa pada semester ganjil 2013/2014 dari 25 orang siswa terdiri 14 orang perempuan dan 11 orang laki-laki yang berada di kelas VIII-B SMP N 1 Mananggu, dapat dilihat siswa yang mampu memperoleh nilai berdasarkan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) dengan nilai 70, dan hanya sebayak 10 orang yang memperoleh nilai tuntas atau 40% dan 15 orang atau 60% memperoleh nilai di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM). Pembelajaran dikatakan berhasil apabila siswa memperoleh nilai rata kelas sebesar 70%. Berdasarkan
pada
kenyataan
di
atas
maka
penggunaan
model
pembelajaran tari bambu menjadi alternative untuk membangun antusias belajar dan meningkatkan hasil belajar peserta didik. Tari bambu digunakan dalam pendidikan agar siswa lebih aktif dalam pembelajaran, dan tidak merasa bosan dengan pembelajaran tersebut dengan menghadirkan dalam pembelajaran IPS Terpadu khususnya pada siswa kelas VIII-B SMP Negeri 1 Mananggu dapat menarik perhatian
peserta sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa
dalam belajar. Penggunaan tari bambu dimaksudkan peneliti untuk menilai sejauh mana hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran tari bambu dan yang tidak menggunkan tari bambu dalam pembelajaran. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti merumuskan judul penelitian ini sebagai berikut: MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TARI BAMBU DI KELAS VIII-B SMP NEGERI 1 MANANGGU KABUPATEN BOALEMO. Penelitian difokuskan pada kelas VIII-B SMP Negeri 1 Mananggu.
KAJIAN TEORI Menurut Sudjana (2012 : 22), hasil belajar adalah kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar pada hakikatnya adalah perubahan tingkah lakunya yang mencakup bidang kognitif, afektif, psikomotori. Menurut Gagne (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006: 10), hasil belajar adalah kapasitas yang memungkinkan baragam penampilan. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar yakni timbulnya pengertian-pengertian baru dari tidak tahu menjadi tahu, terjadinya perubahan sikap, ketempilan baru, dan perkembangan sifat-sifat sosial. Pembelajaran kooperatif adalah strategi yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil yang saling berinteraksi (Nurulhayati, 2005:25). Dalam sistem pembelajaran kooperatif siswa belajar bekerja sama dengan anggota lainnya. Dalam model ini siswa memiliki dua tanggung jawab, yaitu mereka belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota kelompok untuk belajar. Siswa belajar bersama dalam sebuah kelompok kecil dan mereka dapat melakukan seorang diri. Menurut Adulhak (2001 : 19) bahwa pembelajaran cooperative dilaksanakan melalui sharing proses belajar antara peserta belajar, sehingga dapat mewujudkan pemahaman bersama antara peserta belajar itu sendiri. Sedangkan menurut Sanjaya (2006 : 239) cooperative learning merupakan kegiatan belajar siswa yang dilakukan cara berkelompok. Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukuan oleh siswa dalam kelompokkelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan. Tari bambu merupakan pengembangan dan modifikasi dari teknik lingkaran kecil lingkaran besar. Di beberapa kelas, teknik lingkaran kecil lingkaran besar sering kali tidak bisa dilaksanakan karena kondisi penataan ruang kelas yang tidak menunjang. Sedangkan Suprijono (2013 : 98) menjelaskan bahwa pembelajaran dengan metode bamboo dancing (tari bambu) serupa dengan metode inside outside circle. Pembelajaran diawali dengan pengenalan topik oleh guru. Guru
bisa menuliskan topik tersebut di papan tulis atau dapat pula guru bertanya jawab apa yang diketahui peserta didik mengenai topik itu. Kegiatan sumbang saran ini dimaksudkan untuk mengaktifkan struktur kognitif yang telah dimiliki peserta didik agar lebih siap menghadapi pelajaran yang baru. METODE PENULISAN Variabel Input Merupakan proses sebelum pembelajaran berlangsung, seperti bahan pelajaran, sumber belajar, prosedur evaluasi, dan lingkungan belajar. Variabel Proses Varibel ini merupakan proses selama pembelajaran berlangsung yang dapat diukur melalui : 1. keterampilan guru menjelaskan materi. 2. Cara guru memberikan contoh materi yang berkaitan dengan meteri pembelajaran. 3. Langkah-langkah menggunakan bamboo dancing. 4. Siswa diberikan kesempatan melihat gambar yang di tampilkan,. 5. Guru mengevaluasi atau memberikan penilaian. Variabel Output Variabel output ini merupakan variabel setelah pelaksanaan pembelajaran yang dapat diukur melalui : 1. Kemampuan siswa dalam mengaplikasikan materi yang telah diajarkan. 2. Keingintahuan siswa terhadap materi yang diajarkan oleh guru. 3. Motivasi siswa dalam mengikuti pelajaran. 4. Hasil belajar siswa yang diperoleh. 5. Tindakan perbaikan terhadap hasil yang dicapai.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pelaksanaan Siklus 1 a. Hasil Pengamatan Kegiatan Pembelajaran Pengumpulan data dalam siklus 1 dilakukan bersama-sama oleh peneliti dan guru supervisor sebagai pengamat, dimana kegiatan guru dan kegiatan siswa selama proses pembelajaran berlangsung dipantau melalui observasi kegiatan guru dan lembar observasi kegiatan siswa. 1. Hasil Pengamatan Kegiatan Guru Pengamatan proses pembelajaran dilakukan oleh guru supervisor yang bertindak sebagai pengamat dalam penelitian ini. Lembar pengamatan terdiri dari 18 aspek yaitu 5 aspek (27,78%) mencapai kriteria kurang baik, 6 aspek (33,33%) mencapai cukup baik, 6 aspek (33,34%) kriteria baik, 1 (5,55%) kriteria sangat baik. Tabel 1 Hasil Pengamatan Kegiatan Guru Pada Siklus I No
Rentang Nilai
Kriteria Aspek
1
100-90
2
Jumlah Aspek Yang Diamati Jumlah
Presentase (%)
Sangat Baik
1
5,55
80-70
Baik
6
33,33
3
60-50
Cukup Baik
6
33,34
4
40-0
Kurang Baik
5
27,78
18
100
Jumlah Total
Berdasarkan tabel 1 di atas, hasil pengamatan guru yang memperoleh nilai sangat baik 1 aspek, kriteri baik 6 aspek, selanjutnya kriteria cukup baik 6, dan kriteria kurang 5 aspek yang meliputi menetapkan tujuan yang akan dicapai melalui pembelajaran. 2. Hasil Pengamatan Kegiatan Siswa Pengamatan proses pembelajaran dilakukan oleh guru supervisor yang bertindak sebagai pengamat dalam penelitian ini. Lembar pengamatan terdiri dari 14 aspek yaitu 3 aspek (21,42%) mencapai kriteria kurang baik, 6 aspek (42,85%)
mencapai cukup baik, 4 aspek (28,57%) kriteria baik, 1 (7,14%) kriteria sangat baik. Tabel 2 Hasil Pengamatan Kegiatan Siswa Pada Siklus I No
Rentang Nilai
Kriteria Aspek
1
100-90
2
Jumlah Aspek Yang Diamati Jumlah
Presentase (%)
Sangat Baik
1
7,14
80-70
Baik
4
28,57
3
60-50
Cukup Baik
6
42,58
4
40-0
Kurang Baik
3
21,42
14
100
Jumlah Total
Berdasarkan tabel 2 di atas, hasil pengamatan siswa yang memperoleh nilai sangat baik 1 aspek, kriteria baik 4 aspek, kriteria cukup baik 6 aspek, dan kriteria kurang baik 3 aspek. b. Hasil Belajar Siswa Pengukuran terhadap hasil belajar siswa pada siklus 1 dilakukan dengan menggunakan tes (evaluasi) tindakan secara tertulis sebagaimana tertera. Tes yang diberikan pada siswa untuk mengevaluasi tindakan pada siklus 1 sebanyak 5 butir soal essay, dengan bobot maksimal capai siswa 100. Dan skor masing-masing soal 15, 15, 20, 25, dan 25. Dari hasil tes pada siklus 1 menunjukkan bahwa dari 25 siswa yang dikenai tindakan 13 orang siswa (52% ) memperoleh nilai 70 ke atas, dan 12 orang siswa (48%) memperoleh nilai kurang dari 70. Dengan nilai rata-rata 6,24% hasil ini belum mencapai ketuntasan belajar dan masih perlu perbaikan sebagai tindak lanjut pada siklus 2. Tabel 3 Analisis Hasil Evaluasi Belajar Siswa Siklus 1 Nilai
Jumlah Siswa
Presentase (%)
˃ 70
13
52
˂ 70
14
48
Jumlah
25
100
c. Refleksi Hasil Pelaksanaan Tindakan Refleksi pada pelaksanaan siklus 1 ini dilakukan melalui diskusi antara peneliti dan guru supervisor sebagai pengamat. Dari hasil diskusi ini akan diperoleh gambaran mengenai tindakan yang akan dilakukan pada siklus 1 yang belum terlaksana seperti yang diharapkan atau belum mencapai kriteria keberhasilan. Ini didasarkan pada hasil belajar siswa yang memperoleh nilai 70 ke atas berjumlah 52% sehingga belum mencapai ketuntasan. Hasil tindakan kelas pada siklus 1 ada beberapa aspek yang perlu diperbaiki didasarkan pada langkahlangkah koeperatif model tari bambu antara lain: 1. Pemberian apersepsi kepada siswa yang belum maksimal, oleh karena itu perlu ditingkatkan lagi pada siklus selanjutnya. 2. Menyajikan materi pelajaran dan pemberian tugas masih perlu diperbaiki pada siklus selanjutnya agar siswa dapat memahami materi agar siswa bisa menjawab tugas yang diberikan. 3. Guru dalam memberikan kuis kepada siswa belum maksimal. 4. Pembagian kelompok hanya bersifat homogen 5. Penguasaan bahan ajar yang belum maksimal untuk itu guru perlu menguasai materi yang akan diajarkan dan memperbanyak referensi. Hasil Pelaksanaan Penelitian Siklus 2 a. Hasil Pengamatan Kegiatan Pembelajaran Siklus 2 dilaksanakan untuk menyempurnakan tindakan yang dilaksanakan pada siklus 1. Ini menandakan bahwa aspek-aspek yang belum dilaksanakan secara optimal pada siklus 1 lebih dimaksimalkan pada siklus 2. 1. Hasil Pengamatan Kegiatan Guru Pengamatan kegiatan guru pada siklus 2 juga dilakukan oleh guru supervisor sebagai pengamat pada kegiatan ini dan terdapat 18 aspek yang harus diterapkan oleh guru serta perlu adanya penekanan pada aspek yang dilaksanakan yang belum maksimal. Hasil pengamatan kegiatan guru pada siklus 2 mencapai 66,67% dengan kriteria sangat baik, 33,33% kriteria baik, 0 % kritria cukup baik, dan 0% untuk
kriteria kurang baik. Selanjutnya tabel pengamatan kegiatan guru pada siklus 2 dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 4 Hasil Pengamatan Kegiatan Guru Pada Siklus 2 No
Rentang Nilai
Kriteria Aspek
1
100-90
2
Jumlah Aspek Yang Diamati Jumlah
Presentase (%)
Sangat Baik
12
66,67
80-70
Baik
6
33,33
3
60-50
Cukup Baik
0
-
4
40-0
Kurang Baik
0
-
18
100
Jumlah Total
Berdasarkan tabel 4, hasil pengamatan kegiatan guru yang memperoleh kriteria sangat baik 12 aspek, kriteria baik 6 aspek, kriteria cukup baik 0, dan kriteria kurang baik 0. 2. Hasil Pengamatan Kegiatan Siswa Keberhasilan tindakan kelas pada siklus 2 untuk pengamatan kegiatan siswa juga dilakukan oleh guru supervisor selaku pengamat yang meliputi 26 aspek seperti pada siklus 1. Hasil pengamatan kegiatan siswa pada siklus 2 ini, yang memperoleh kriteria sangat baik 10 aspek 71,42%, sedangkan kriteria baik 4 aspek 28,58%, kriteria cukup baik 0 aspek, dan 0 aspek kriteria kurang baik. Tabel 5 Hasil Pengamatan Kegiatan Siswa Pada Siklus 2 No
Rentang Nilai
Kriteria Aspek
1
100-90
Sangat Baik
2
80-70
Baik
3
60-50
Cukup Baik
4
40-0
Kurang Baik
Jumlah Total
Jumlah Aspek Yang Diamati Jumlah
Presentase (%)
10
71,42
4
28,58
0
0
0 14
100
Berdasarkan tabel 5 di atas, hasil pengamatan kegiatan siswa yang memperoleh kriteria sangat baik 10 aspek, kriteria baik 4 aspek, Kriteria cukup baik 0 aspek, dan kriteria kurang baik 0 aspek. b. Hasil Belajar Siswa Keberhasilan tindakan yang dilaksanakan pada siklus 2, diketahui dengan menilai penguasaan materi yang diberikan tes yang berjumlah 5 butir soal dengan bobot masing-masing soal 15, 15, 20, 25, dan 25 skor maksimum semua soal berjumah 100. Hasil analisis tes pada siklus 2 (lampiran 9) menunjukan bahwa dari 25 siswa yang di kenai tindakan 20 siswa atau 80% memperoleh nilai 70 ke atas, dan 5 orang siswa atau 20% memperoleh nilai kurang dari 70. Nilai rata 78,6%. Data selengkapnya disajikan pada tabel 9 pada lampiran 8. Tabel 6 Analisis Hasil Evaluasi Belajar Siswa Siklus 2 Nilai ˃ 70 ˂ 70 Jumlah
Jumlah Siswa
Presentase (%)
20
80
5 25
20 100
c. Refleksi Hasil Pelaksanaan Tindakan Refleksi dilakukan pada akhir siklus dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai tindakan yang dilaksanakan dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Kegiatan dilaksanakan oleh peneliti dan guru supervisor (pengamat). Berdasarkan refleksi yang dilakukan maka hasil pengamatan pada aspek kegiatan belajar mengajar memperlihatkan peningkatan keberhasilan yaitu hasil belajar siswa telah mencapai target yang ditetapkan dengan presentase siswa yang memperoleh nilai 70 ke atas sebesar 80%. Oleh karena itu pelaksanaan tindakan tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya karena hasil belajar siswa telah mencapai standar yang telah ditetapkan. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu melalui model pembelajaran kooperative tipe Tari Bambu, terlebih dahulu diawali dengan
apersepsi dan motivasi kemudian dilanjutkan dengan memberi kesempatan pada siswa untuk memahami sendiri masalah yang mereka pelajari. Hasil penelitian pada mata pelajaran IPS Terpadu melalui model pembelajaran kooperatif tipe Tari Bambu, menunjukkan bahwa adanya peningkatan hasil belajar dari siklus 1 ke siklus 2 yang mendapat nilai ≤ 70 yaitu 52% menjadi 80%. Hal ini terjadi akibat alternatif tindakan yang dilakukan pada proses pembelajaran. Peningkatan hasil belajar tersebut dapat dilihat melalui model pembelajaran kooperatif tipe Tari Bambu dimana pembelajaran diawali dengan pengenalan topik oleh guru. Walaupun hasil belajar siswa telah mengalami peningkatan, tapi masih memerlukan pengembangan lebih lanjut. Ini disebabkan dalam pembelajaran masih terdapat beberapa siswa yang hasil belajarnya memperoleh nilai kurang dari 70. Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Tari Bambu pada pembelajaran yaitu guru membagi kelas menjadi 2 kelompok besar. Jika dalam satu kelas ada 40 orang, maka tiap kelompok besar terdiri 20 orang. Yaitu sepuluh orang berdiri berjajar saling berhadapan dengan 10 orang lainnya yang juga dalam posisi berdiri berjajar. Evaluasi yang dilaksanakan pada akhir siklus 1 menunjukan dari 25 siswa yang dikenai tindakan, terdapat 13 siswa (52%) yang memperoleh nilai ≤ 70 dan siswa (64%) yang memperoleh nilai ≥ 70. Hasil ini menunjukkan bahwa nilai yang diperoleh siswa masih belum memenuhi kriteria ketuntasan yang telah ditetapkan, yang disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya belum optimal pembelajaran yang diajarkan oleh guru, siswa belum bisa merespon pelajaran dengan baik yang diajarkan oleh guru, dan siswa belum terbaiasa dengan pendekatan yang diterapkan oleh guru sehingga hanya siswa tertentu saja yang aktif dalam memecahkan masalah serta berpartisipasi. Keadaan inilah dapat dilihat pada hasil pengamatan kegiatan guru dan siswa pada siklus 1. Dari pengamatan kegiatan guru pada siklus 1 terdapat 18 aspek yang diamati, 1 aspek (5,55%) kriteria sangat baik, 6 aspek (33,33%) kriteri baik, 6 aspek (33,34%) kriteria cukup baik, dan 5 aspek (27,78%) kriteria kurang baik. Sedangkan hasil pengamatan siswa pada siklus 1 terdapat 14 aspek yang diamati, 1 aspek (7,14%)
kriteria sangat baik, 4 aspek (28,57%) kriteria baik, 6 aspek (42,85%) cukup baik, dan 3 aspek (21,42%) kriteria kurang baik. Berbagai
kekurangan
yang
terdapat
pada
siklus
1
selajutnya
disempurnakan pada siklus 2. Berdasarkan evaluasi yang dilakukan pada akhir pelajaran, menunjukkan bahwa dari 25 siswa yang dikenai tindakan yang mencapai ketuntasan adalah 20 siswa (80%) dengan nilai ≥ 70 keatas dan 5 siswa (20%) memperoleh nilai ≤ 70. Dengan nilai rata-rata kelas 7,86%. Ini dapat dilihat dari hasil pengamatan kegiatan guru pada siklus 2 terhadap 18 aspek yang di amati, 12 aspek (66,67%) kriteria sangat baik, 6 aspek (33,33%) kriteria baik, 0 aspek (0%) kriteria cukup baik, dan 0 aspek (0%) untuk kriteria kurang baik. Sedangkan hasil pengamatan kegiatan siswa pada siklus 2 dari 14 aspek yang diamati, 10 aspek (71,42%) kriteria sangat baik, 4 aspek (28,58%) kriteria baik, 0 aspek (0%) cukup baik, dan 0 aspek (0%) kritria kurang baik. Hubungan antara strategi, tujuan dan metode pembelajaran dapat digambarkan sebagai suatu kesatuan sistem yang bertitik tolak apa penentuan tujuan pembelajaran, pemilihan strategi pembelajaran, dan perumusan tujuan. Yang kemudian diimplementasikan ke dalam berbagai metode yang relevan selama proses pembelajaran berlangsung. Dengan memperhatikan hasil belajar siswa dari hasil observasi awal yang dilihat langsung di sekolah dari 40%, menjadi 52% pada siklus 1 dan meningkat lagi menjadi 80% pada siklus 2. Dengan demikian hipotesis tindakan dikemukakan “ jika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Tari Bambu, maka hasil belajar siswa kelas VIII-B SMP Negeri 1 Mananggu meningkat”. Telah teruji dengan benar dan dapat diterima. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka simpulan peneliti sebgai berikut: penggunaan model pembelajaran kooeperatif tipe Tari Bambu dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII-B SMP Negeri 1 Mananggu tahun pelajaran 2013/2014. Hal ini dapat dilihat dari 1) siswa yang memperoleh hasil belajar 70 ke atas meningkat dari 52% pada siklus 1 meningkat menjadi 80%
pada siklus 2, 2) hasil pengamatan kegiatan guru yang termasuk kategori sangat baik dan baik meningkat dari 5,55% pada siklus 1 menjadi 66,67% pada siklus 2, 3) hasil pengamatan kegiatan siswa yang termasuk kategori sangat baik dan baik meningkat dari 7,14% pada siklus 1 menjadi 71,42% pada siklus 2. SARAN Berdasarkan kesimpulan penelitian maka peneliti
mengemukakan
beberapa saran sebagai berikut: 1. Dalam proses pembelelajaran, guru hendaknya dapat memilih dan menganalisis metode atau model pembelajaran yang tepat, serta tidak hanya berpatokan pada satu model pembelajaran saja. 2. Dari hasil penelitian ini, model pembelajaran kooeperatif tipe Tari Bambu dapat meningkatkan hasil belajar siswa, oleh sebab itu guru perlu menggunkan model pembelajaran Tari Bambu dalam kegiatan belajar mengajar. DAFTAR RUJUKAN Sudjana. 2012. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Nurulhayati, Siti, 2002. Pembelajaran Kooperatif Yang Mengairahkan. Wahana Informasi Dan Komunikasi Pendidikan TK Dan SD. Edisi 3 Sanjaya, Wina, 2008. Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Suprijono Agus, 2013. Cooperative Learning (teori & aplikasi paikem). Yogyakarta: Pustaka Pelajaran. Abdulhak, 2001. Komunikasi Pembelajaran:Pendekatan Konvergensi Dalam Peningkatan Kualitas Dan Efektifitas Pembelajaran. Bandung: UPI.