SUPLEMEN PEDOMAN E-KKP3K
SUPLEMEN 4
Panduan Sarana dan Prasarana Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Direktorat Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kementerian Kelautan dan Perikanan Panduan Sarana dan Prasarana Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
i
KATA PENGANTAR SUPLEMEN 4 Panduan Sarana dan Prasarana Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Pengarah: Menteri Kelautan dan Perikanan Direktur Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Penanggung Jawab: Agus Dermawan – Direktur Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan Penyusun: Syamsul Bahri Lubis Suraji Nilfa Rasyid Muschan Ashari Dyah Retno Wulandari M. Saefudin Ririn Widiastutik Tendy Kuhaja Asri S. Kenyo H Antung R. Jannah Ahmad Sofiullah Yusuf Arief Afandi M. Khazali Putut Handoko
P
uji syukur kehadirat Allah SWT sehingga buku Suplemen Sarana dan Prasarana Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu oleh Direktorat Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan Kementerian Kelautan dan Perikanan. Buku ini disusun sebagai pelengkap Buku Pedoman Evaluasi Efektifitas Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (E-KKP3K) dengan tujuan untuk memberikan pengertian dan pemahaman yang lebih lengkap perihal upaya peningkatan aspek sarana dan prasarana dalam mendukung pengelolaan efektif kawasan konservasi perairan, pesisir dan pulau-pulau kecil di Indonesia. Ucapan terimakasih disampaikan kepada para pihak yang telah berkontribusi dalam proses penyusunan buku ini. Kritik membangun dan masukan dari pembaca sangat diharapkan demi perbaikan di masa mendatang. .
Jakarta, 2014 Tim Penyusun,
Dipersilahkan mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan mencantumkan sumber sitasi.
©2014 Direktorat Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kementerian Kelautan dan Perikanan Gedung Mina Bahari III Lantai 10 Jalan Medan Merdeka Timur No 16 Jakarta Pusat 10110 Telp./Fax: (021) 3522045, Surel:
[email protected] Situs resmi: http://kkji.kp3k.kkp.go.id ii
Panduan Sarana dan Prasarana Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Panduan Sarana dan Prasarana Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
iii
Daftar Isi
1 PENDAHULUAN ......................................................................................................................
1
1.1 LATAR BELAKANG..............................................................................................................
1
1.2 TUJUAN..................................................................................................................................
3
2 SARANA DAN PRASARANA PENGELOLAAN . ..........................................................
3
2.1 PENGERTIAN........................................................................................................................
5
2.2 URAIAN RINCI......................................................................................................................
5
2.2.1 KUNING.......................................................................................................................
5
2.2.2 HIJAU............................................................................................................................
9
2.2.3 BIRU.............................................................................................................................. 15 3 PENUTUP..................................................................................................................................... 17 Daftar Pustaka ................................................................................................................. 18
lAMPIRAN ................................................................................................................................ 19
DAFTAR TABEL Tabel 1. Uraian untuk Tingkat 2 (Peringkat Kuning): Kawasan Konservasi Didirikan........................................................................................................................................
6
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pedoman Teknis Evaluasi Efektivitas Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (selanjutnya disebut Pedoman Teknis E-KKP3K) yang ditetapkan melalui Keputusan Direktur Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil pada tahun 2012 disusun dengan dua tujuan utama, yaitu memberikan pedoman untuk (1) mengevaluasi efektivitas pengelolaan sebuah Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, (2) mengembangkan sebuah Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil sesuai potensi ekologi, sosial dan ekonomi. Berdasarkan Pedoman Teknis E-KKP3K tersebut, dapat dilakukan perencanaan bagi semua kegiatan yang perlu dilakukan agar arah pengembangan kawasan konservasi sesuai dengan visi-misi dan sasaran yang diharapkan sekaligus meningkatkan kinerja pengelolaan. Setelah dicadangkan oleh pemerintah/pemerintah daerah, sebuah kawasan konservasi perlu membangun perangkat pengelolaan termasuk sarana dan prasarana dalam rangka pelaksanaan program dan kegiatan menuju pengelolaan efektif kawasan konservasi. Pedoman Teknis E-KKP3K sejatinya telah memuat regulasi mengenai hal ini. Meski demikian, arahan lebih rinci dari pedoman tersebut sangat dibutuhkan. Panduan ini merupakan suplemen atau pelengkap dari Pedoman Teknis E-KKP3K dan merupakan bagian dari satu seri panduan yang dikembangkan dalam konteks pengelolaan dan tatakelola kawasan konservasi.
Tabel 2. Uraian untuk Tingkat 3 (Peringkat Hijau): Kawasan konservasi Dikelola Minimum ..................................................................................................................................... 10 Tabel 3. Uraian untuk Tingkat 4 (Peringkat Biru): Kawasan konservasi Dikelola Optimum . .................................................................................................................................... 15 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Diagram Alir Konsep Umum Pengembangan Sarana dan Prasarana Pendukung Pengelolaan KKP3K . ........................................................................................
iv
Panduan Sarana dan Prasarana Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
4
1.2 Tujuan Tujuan penyusunan panduan sarana dan prasarana pengelolaan kawasan konservasi ini adalah sebagai berikut : . Memberikan penjelasan dan uraian yang lebih lengkap terkait pertanyaanpertanyaan aspek sarana dan prasarana pengelolaan yang termaktub dalam Pedoman Teknis E-KKP3K; . Merumuskan pengertian dan pemahaman yang lebih lengkap dalam upaya penyediaan sarana dan prasarana guna mendukung pengelolaan kawasan konservasi perairan yang efektif.
Panduan Sarana dan Prasarana Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
1
2. SARANA DAN PRASARANA PENGELOLAAN
2.1 Pengertian Sarana dan prasarana adalah salah satu masukan (input) dalam kegiatan pengelolaan kawasan yang menentukan efektifitas penyelenggaraan pengelolaan KKP3K. Secara umum, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sarana diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat/media dalam mencapai sesuatu maksud atau tujuan, sedangkan prasarana diartikan sebagai segala sesuatu (perangkat) yang merupakan penunjang terselenggaranya suatu proses (usaha/pembangunan/proyek/kegiatan). Pengertian sarana yang dimaksud dalam pengelolaan KKP3K adalah mencakup semua peralatan, perlengkapan, dan media yang dipergunakan (secara langsung) dalam mencapai tujuan pengelolaan, seperti; kantor dan perlengkapannya, papan informasi kawasan, peralatan monitoring, peralatan komunikasi, kendaraan transportasi, kapal pengawasan, dan lain sebagainya. Sementara, pengertian prasarana pengelolaan KKP3K adalah mencakup perangkat yang dipergunakan (secara tidak langsung) dalam menunjang proses pengelolaan KKP, seperti; pondok jaga, pos jaga, dermaga, pondok wisata, shelter, dan lain sebagainya. Gambaran mengenai pengembangan sarana dan prasarana pendukung pengelolaan KKP3K diuraikan melalui diagram alur pada gambar 1. Diagram dimaksud pada intinya menjelaskan bahwa terdapat 3 (tiga) level pengelolaan efektif berdasarkan ketersediaan sarana dan prasarana yakni (berturut-turut dimulai dari level terrendah): Level Kuning, Level Hijau dan Level Biru. Tingkatan ini dengan asumsi bahwa pada level Merah kawasan konservasi baru dicadangkan (belum memiliki sarana dan prasarana sama sekali).
2
Panduan Sarana dan Prasarana Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Panduan Sarana dan Prasarana Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
3
4 Panduan Sarana dan Prasarana Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Ada Sarana & Prasarana Ø Kantor dan Peralatan Kantor: · Meubeair (meja kursi kerja), telpon/HP, Lemari/Rak arsip, komputer & printer, ATK, Kamera Ø Papan Informasi Kawasan Ø Sarpras pengelolaan: · Alat monitoring (Recorder dan Kamera) · Alat Komunikasi (HT dan HP)
Ketersediaan Sarana Prasarana belum memadai (minim)
Sudah ada pengelola
Kawasan Didirikan
Sarana & Prasarana bertambah memadai Ø Kantor dan Peralatan Kantor minimum ditambah dengan Peralatan Pilihan sesuai kebutuhan seperti; · Mesin Ketik, Rak Buku, Rak Barang, projector/LCD dan screen, fotocopy, AC, dll Ø Sarana & Prasarana pengelolaan bertambah: · Alat monitoring (alat selam dan alat survai) · Alat komunikasi (Radio komunikasi, dan Pengeras suara) · Sarana Pengawasan (Pos Jaga, Pondok Jaga, dll) · Sarana Pendukung lainnya (Tanda batas, rambu,dll)
Kebutuhan Sarana Prasarana memadai (sesuai kebutuhan)
Pengelolaan minimal
Sarana & Prasarana terpelihara baik
Sarana&Prasarana tersedia secara berkelanjutan
Sarana&Prasarana tersedia lengkap
Sarana & Prasarana lengkap: Ø Kantor dan Peralatan kantor semakin lengkap Ø Sarpas kegiatan pengelolaan: · Peralatan monitoring: Pos Pemantauan, Alat monitoring SD, Alat selam, Kamera · Peralatan Pengawasan: Kendaraan roda 2 dan 4, Kapal pengawas, Pondok jaga dan Pos jaga, · Alat Komunikasi; radio dan HT · Sarana Pariwisata; Pondok wisata, Shelter, MPS · Sarana Penelitian: Lab Mini, instalasi satwa langka, rehabilitasi ekosistem · Sarana Pendidikan; Pusat informasi, · Sarana Pendukung lainnya; Papan informasi, rambu, pintu gerbang, tanda batas, Dermaga
Pengelolaan Berkelanjutan
Pengelolaan optimal
Kawasan Mandiri
dan prasarana
di kawasan
Prinsip dasar pengembangan sarana dan prasarana di kawasan konservasi antara lain sebagai berikut: 1. Pengembangan sarana dan prasarana harus ramah lingkungan dan dilakukan seefisien mungkin sesuai ketentuan peraturan yang berlaku; 2. Mendukung efektifitas pengelolaan kawasan konservasi dalam rangka mendukung perikanan berkelanjutan; 3. Prioritas pengembangan sarana dan prasarana dilakukan sesuai dengan kapasitas pendanaan, kebutuhan dan skala prioritas; 4. Model, contoh dan spesifikasi sarana dan prasarana dapat disesuaikan dengan ciri khas lokal dan karakteristik kawasan konservasi.
10
1. Pengembangan sarana dan prasarana harus ramah lingkungan dan dilakukan seefisien mungkin sesuai ketentuan peraturan yang berlaku; 2. Mendukung efektifitas pengelolaan kawasan konservasi dalam rangka mendukung perikanan berkelanjutan; 3. Prioritas pengembangan sarana dan prasarana dilakukan sesuai dengan kapasitas pendanaan, kebutuhan dan skala prioritas; 4. Model, contoh dan spesifikasi sarana dan prasarana dapat disesuaikan dengan ciri khas lokal dan karakteristik kawasan konservasi.
konservasi antara lain sebagai berikut:
Prinsip dasar pengembangan sarana
Prasarana Pendukung Pengelolaan KKP3K
Gambar 1. Diagram Alir Konsep Umum Pengembangan Sarana dan
Belum ada pengelola
Kawasan Diinisiasi
Kawasan dikelola minimum
Kawasan dikelola optimum
Gambar 1. Diagram Alir Konsep Umum Pengembangan Sarana dan Prasarana Pendukung Pengelolaan KKP3K
2.2. Uraian Rinci Penyediaan sarana dan prasarana (sarpras) untuk pengelolaan kawasan konservasi baru sejatinya dimulai pada tingkat kawasan konservasi didirikan (kuning). Pada tingkat ini sarpras disediakan setelah ditunjuk petugas pengelola kawasan konservasi atau dibentuk unit organisasi pengelola kawasan. Selanjutnya sarpras dikembangkan sampai pada tingkat kawasan konservasi dikelola minimum (hijau) dan dikelola optimum (Biru). Penyiapan dan pengadaan sarana dan prasarana pengelolaan sebaiknya didahului oleh rencana umum/grand design sarana dan prasarana pengelolaan kawasan. Grand design ini mencakup perencanaan pembangunan sarana dan prasarana serta pemeliharaannya dalam kurun waktu tertentu sesuai dokumen rencana pengelolaan.
2.2.1 Kuning Sarana dan prasarana dasar untuk pengelolaan kawasan konservasi di peringkat kuning pada Pedoman Teknis E-KKP3K disajikan pada tabel berikut :
Panduan Sarana dan Prasarana Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
5
Tabel 1. Uraian untuk Tingkat 2 (Peringkat Kuning): Kawasan Konservasi Didirikan Jawaban Kriteria
No.
Pertanyaan
Alat Verifikasi Ya
6: Sarana dasar dan prasarana
Penjelasan
Tidak
K15
Apakah unit pengelola telah memiliki kantor?
Laporan dan cek fisik
Cukup jelas
K16
Apakah unit pengelola telah memiliki papan informasi kawasan?
Laporan dan cek fisik
Cukup jelas. Minimum papan informasi yang menjelaskan batas kawasan, sistem zonasi kawasan atau kegiatan yang boleh/tidak boleh dilakukan di kawasan konservasi.
K17
Apakah unit pengelola telah memiliki peralatan kantor minimum?
Laporan dan cek fisik
Cukup jelas. Peralatan minimum, setidaknya dapat berfungsi menjalankan organisasi, seperti: meubelair, alat pengolah data, alat komunikasi.
K18
Apakah unit pengelola sudah dilengkapi dengan prasarana pengelolaan (alat monitoring, alat komunikasi)?
Laporan dan cek fisik
Cukup jelas
K15 : Kantor Pengelola Kawasan Kantor pengelola kawasan dapat terdiri dari kantor utama dan kantor lapang. Pembangunan kedua kantor ini tergantung dari kebutuhan dan ketersedian pendanaan dari pemerintah daerah atau pemerintah pusat selaku pengelola kawasan konservasi. Dari kedua kantor tersebut, minimal harus ada kantor utama sebagai pusat pengelolaan kawasan. Kantor utama pengelola kawasan sebaiknya bertempat di pusat pemerintahan dimana kawasan konservasi didirikan. Misalnya, kantor utama tersebut berada di ibukota kabupaten untuk KKP3K Kabupaten, di ibukota propinsi untuk KKP3K propinsi, atau 6
Panduan Sarana dan Prasarana Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
di ibukota kabupaten/propinsi untuk KKP3K. Perihal lokasi kantor ini penting dengan mempertimbangkan kemudahan akses koordinasi dengan instansi lain. Kantor utama pengelola kawasan dapat merupakan unit kantor tersendiri atau dalam rangka efisiensi/sementara dapat merupakan bagian dari salah satu ruang pada unit kerja di kantor dinas yang menjadi induk dari unit organisasi pengelola kawasan, misalnya Dinas Kelautan dan Perikanan. Catatan pentingnya adalah kegiatan operasional perkantoran sehari-hari dapat berjalan sebagaimana mestinya. Penyediaan kantor tersendiri dapat pula dilakukan dengan membangun, menyewa, atau meminjam sebuah gedung/bangunan. Apapun status kantor unit pengelola kawasan konservasi, diharapkan fungsi-fungsi pokok kantor pengelola kawasan dapat dijalankan dengan baik. Untuk menunjang kegiatan operasional perkantoran ini, satu paket peralatan kantor seperti meubelair, alat pengolah data (komputer, laptop, mesin fotokopi), sarana penunjang komunikasi perkantoran (telepon kabel, mesin fax, koneksi internet). Kantor lapangan sebaiknya bertempat di dalam atau di sekitar kawasan yang fungsinya sebagai tempat pengelolaan secara langsung sehari-hari. Bentuk dan struktur kantor lapang dapat mengikuti atau disesuaikan struktur atau bentang alam. Pengadaan kantor lapangan ini disesuaikan dengan kebutuhan dengan pertimbangan jika lokasi kantor utama berjarak cukup jauh dengan lokasi kawasan konservasi. Misalnya harus ditempuh lebih dari 3 jam perjalanan sehingga dianggap bisa menyulitkan koordinasi pengelolaan. Kantor lapangan juga dapat difungsikan sebagai pusat komando pengelolaan kawasan di lapangan dimana seluruh pos jaga yang ada melaporkan perkembangan kegiatan monitoring rutin untuk diambil keputusan tindak lanjut apabila ditemukan pelanggaran. Contoh kantor utama dan kantor lapangan dapat dilihat pada lampiran 1. K16 : Papan Informasi Kawasan Papan Informasi kawasan konservasi merupakan papan yang memberikan informasi tentang kawasan secara umum. Papan informasi ini dapat berupa papan pengumuman, papan dinding atau gapura. Papan pengumuman dapat memuat informasi tentang peta kawasan, batas-batas kawasan, informasi zonasi, kegiatan yang boleh dan tidak boleh dalam zonasi, ajakan untuk melestarikan kawasan, dan lainnya. Papan dinding memberikan informasi yang rinci tentang kawasan seperti informasi sumberdaya, potensi kawasan, rencana pengelolaan, dan lainnya. Biasanya Gapura memberikan informasi tentang batas awal memasuki kawasan ataupun pintu masuk ke kawasan. (Lampiran 2. contoh tentang papan informasi). Ketinggian papan informasi disesuaikan dengan ketinggian rata-rata manusia, sehingga tidak menyulitkan visibilitas. Kombinasi warna dibuat menarik sehingga dapat dibaca dengan jelas dan nyaman. Papan informasi sebaiknya terbuat dari material kayu dan diupayakan dari jenis bahan lokal untuk lebih memudahkan dalam perawatan, atau
Panduan Sarana dan Prasarana Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
7
dapat juga terbuat dari hasil modifikasi material lokal dengan lainnya. Papan informasi ditempatkan pada kawasan konservasi yang sering dilewati pengunjung kawasan konservasi perairan. Papan pengumuman ukurannya dibuat relatif besar sesuai kebutuhan, ditulis dengan huruf yang mudah dilihat dan dibaca secara jelas. Ukuran huruf disesuaikan dan diserasikan sehingga dapat terbaca dari jauh pada siang hari, dan dapat memancarkan sinar apabila terkena cahaya pada malam hari. Papan informasi merupakan salah satu jenis tanda batas yang dipasang di kawasan konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil (KKP3K). Papan informasi diletakkan pada suatu tempat, dipasang, dianggap atau disepakati bersama dengan maksud sebagai penanda batas suatu luasan wilayah kawasan konservasi pesisir dan Pulau-pulau Kecil yang mudah dilihat dan dipahami oleh masyarakat. Papan informasi seyogianya mencantumkan nama kawasan, surat keputusan pencadangan atau pendirian kawasan. Selain itu papan informasi perlu mencantumkan pembagian zonasi, kriteria dan peruntukannya, serta aturan hukum yang diberlakukan di dalam kawasan. Papan informasi dapat pula berisi ucapan selamat datang di kawasan konservasi perairan atau KKP3K tersebut atau peta kawasan konservasi perairan dan KKP3K secara keseluruhan maupun peta pembagian menurut zonasi dan lokasinya. Ukuran papan informasi mengikuti kriteria jelas (clear), relevan (relevant), padat (concise), menarik (appealing) dan mudah dibaca (readable). Jelas artinya pesan yang ingin disampaikan mudah dibaca. Relevan artinya kata-kata yang digunakan berhubungan langsung dengan inti informasi. Padat artinya seluruh kata-kata yang digunakan dapat menjelaskan informasi dengan cukup detail. Menarik artinya desain papan informasi dapat mengajak orang untuk membaca. Mudah dibaca artinya berukuran cukup besar untuk dapat dibaca oleh setiap pengunjung yang melintas. K17 : Peralatan Kantor Minimum Kantor sebagai tempat menjalankan aktivitas kerja perlu ditunjang dengan peralatan perkantoran. Pada tingkat ini, setidak-tidaknya peralatan yang perlu tersedia adalah peralatan kantor untuk menjalankan organisasi unit pengelola. Peralatan kantor tersebut antara lain : Meubelair, yang terdiri dari meja, kursi, dan perangkat pendukung lainnya. Alat pengolah data, yang terdiri dari computer, printer dan perangkat pendukung lainnya. Alat komunikasi, yang terdiri dari telepon, internet, kamera, infokus, dan perangkat pendukung lainnya. ATK, yang terdiri dari kertas, pensil dan lainnya.
8
Panduan Sarana dan Prasarana Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
K18 : Prasarana Dasar Pengelolaan Pada tingkatan ini, upaya pengelolaan yang dilakukan oleh unit organisasi pengelola umumnya baru terbatas pada monitoring/survey untuk mendukung penyusunan rencana pengelolaan dan zonasi serta mendapatkan data garis dasar (t0), serta sosialisasi kawasan. Untuk itu prasarana pengelolaan yang perlu disediakan adalah prasarana dasar seperti alat-alat untuk monitoring atau survey beserta materi-materi sosialisasi. Monitoring kawasan dapat berupa monitoring sumberdaya dan monitoring sosial ekonomi. Alat-alat yang digunakan untuk monitoring sumberdaya minimal untuk memantau kondisi terumbu karang dari permukaan air seperti peralatan selam skin diving yang terdiri dari masker, snorkel dan fin. Lebih jauh lagi alat-alat yang dibutuhkan adalah peralatan selam untuk tujuan identifikasi, inventarisasi atau pun monitoring habitat/kawasan atau biota. Alat-alat selam tersebut seperti minimal terdiri dari bouyancy compensator device (BCD), regulator, pressure gauge, octopus, wet suit, scuba tank (tabung oksigen), weight, dan lainnya (Lampiran 3. Contoh peralatan selam). Alat-alat yang digunakan untuk monitoring sosial ekonomi minimal terdiri dari alat perekam/recorder untuk merekam pernyataan sebagai bagian dari alat pengumpulan data lapangan dalam rangka kegiatan pemantauan sosial ekonomi dan budaya di kawasan.
2.2.2. Hijau Sarana dan prasarana dasar untuk pengelolaan kawasan konservasi di peringkat hijau pada Perdoman Teknis E-KKP3K relative lebih baik ketimbang pada peringkat kuning. Pertanyaan-pertanyaan pada peringkat hijau ini disajikan pada tabel berikut.
Panduan Sarana dan Prasarana Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
9
Tabel 2. Uraian untuk Tingkat 3 (Peringkat Hijau): Kawasan konservasi Dikelola Minimum Jawaban Kriteria
No.
Pertanyaan
Alat Verifikasi Ya
H23
5: Sarana H24 dan prasarana pendukung pengelolaan
Penjelasan
Tidak
Apakah kantor unit pengelola memiliki peralatan kantor memadai?
Laporan, dan pemeriksaan di lapangan.
Cukup jelas
Apakah unit pengelola memiliki sarana dan prasarana pendukung pengelolaan?
Laporan (tentang sarana pengawasan, alat monitoring sumberdaya, alat komunikasi/ sosialisasi dan sarana lain, sarana tanda batas kawasan) dan cek fisik.
Cukup jelas
H23 : Peralatan Kantor Memadai Semakin meningkat tingkatan upaya pengelolaan kawasan konservasi, kebutuhan sarana pendukung kantor semakin bertambah. Pada tingkatan ini, jumlah dan kompetensi SDM unit organisasi pengelola dapat bertambah/berkembang sesuai dengan upaya pengelolaan yang semakin meningkat. Dengan demikian unit organisasi pengelola membutuhkan dukungan sarana kantor yang lebih memadai. Sarana kantor yang diperlukan mencakup semua jenis peralatan dan perlengkapan yang menunjang proses perkantoran, seperti ruang rapat dan peralatannya, pengarsipan, pengolahan data, dan lainnya. H23 : Sarana dan prasarana pendukung pengelolaan Pada tingkatan ini, selain upaya pengelolaan pada peringkat kuning, upaya pengelolaan yang dilakukan adalah pengawasan, penguatan pengelolaan sumberdaya, penguatan sosial-ekonomi-budaya, dan pemanfaatan kawasan (minimum satu bentuk pemanfaatan: penangkapan, budidaya, penelitian, wisata). Dengan demikian sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk mendukung upaya pengelolaan ini berupa sarana dan prasarana bentuk pengelolaan seperti diatas.
10
Panduan Sarana dan Prasarana Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Sarana dan prasarana pengawasan diantaranya berupa: Kapal pengawasan, yang terdiri dari speed boat/perahu motor pengawasan, tempat labuh speed boat, dan perangkat pendukung lainnya. Speed boat pengawasan; speed boat ini merupakan kapal pengawas ukuran kecil (ukuran panjang 8 meter dan/atau 12 meter) yang dirancang dan diberi tanda-tanda khusus sebagai kapal patroli cepat dengan olah gerak maupun manuveurability dan stability yang prima untuk berbagai kegiatan patroli di laut yang memerlukan kecepatan tinggi sesuai dengan ketentuan laik laut. Speed boat pengawasan dilengkapi dengan alat navigasi sekurang-kurangnya mampu untuk menentukan arah, posisi, serta kedalaman laut yang meliputi: peta kawasan dan zonasi, kompas, GPS map, depth Sounder, inclinometer, Peta Perairan Indonesia (sesuai wilayah pengawasan). Alat komunikasi kelengkapan dari speed boat pengawasan terdiri dari: sirine, horn, megaphone, VHF marine (DCS berdasar International Maritime Organization), radio (2-meteran), handy talky, bendera Merah Putih serta bendera isyarat. Perahu motor pengawasan; perahu ini biasanya digunakan untuk kelompok masyarakat pengawas (pokmaswas) guna membantu kegiatan operasional pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan. Perahu pengawasan dilengkapi dengan alat navigasi sekurang-kurangnya mampu untuk menentukan arah dan posisi meliputi: peta kawasan dan zonasi, kompas, GPS map. Adapun untuk alat komunikasi standar minimal pada perahu Pokmaswas Portable VHF Radio/handy talky. Tempat labuh/parkir speed boat pengawasan; apabila unit organisasi pengelola memiliki jumlah speed boat yang signifikan untuk dirawat sendiri, maka tempat labuh speed boat dapat dibangun untuk efisiensi perawatan. Tempat labuh ini harus dilengkapi dengan akses untuk proses docking/perawatan berupa rel menuju workshop yang berada didarat. Selain itu apabila speedboat pengawasan tidak digunakan dalam waktu lama, akan terhindar dari pengaruh korosi air laut. Pos pengawasan; terdiri dari pos pengawasan, pos jaga, pondok jaga dan perangkat pendukung lainnya. Pos Pengawasan; pos ini merupakan bangunan yang digunakan sebagai kantor dan berfungsi sebagai tempat untuk memfasilitasi dan melakukan aktifitas pengawasan yang dilaksanakan oleh petugas pengawas perikanan maupun pokmaswas. Pos pengawasan umumnya digunakan untuk melakukan pengawasan sumberdaya kelautan dan perikanan, namun demikian pos ini dapat difungsikan untuk melakukan pengawasan kawasan konservasi dan zonasinya. Pos pengawasan ini dibangun di sekitar wilayah pesisir, perairan laut atau kawasan konservasi dengan model 2 lantai dan luas 60 m2, memiliki ruang kerja, ruang komunikasi, dapur/
Panduan Sarana dan Prasarana Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
11
pantry dan kamar mandi/WC. Pos Jaga; merupakan fasilitas yang berfungsi sebagai pos pengamanan kelompok penjaga/pengawas yang terletak di dalam kawasan konservasi dan dibangun hanya untuk tempat berlindung kelompok penjaga/pengawas untuk beberapa saat. Konstruksi bangunan sederhana dan menyesuaikan dengan budaya lokal dengan dominasi bahan yang alami namun cukup kuat untuk menghadapi kondisi lapangan, sehingga fungsi pengawasan dapat optimal. Bangunan dapat berupa bangunan panggung dengan mengedepankan aspek lingkungan serta optimalisasi fungsi sebagai tempat pengawasan, dibangun di zona sesuai peruntukannya dan/ atau di lokasi yang sensitif terhadap pelanggaran, sehingga memudahkan petugas mengamati kegiatan yang ada di kawasan konservasi tersebut. Pondok Jaga; pos ini berfungsi sebagai tempat tinggal sementara petugas dalam rangka melakukan pengawasan dan pengendalian kawasan. Pondok jaga memiliki ruangan minimal terdiri dari ruang kerja merangkap ruang tamu, ruang komunikasi, kamar tidur, dan kamar mandi/toilet. Pondok jaga dirancang dengan ukuran disesuaikan ketersediaan lahan dengan gaya arsitektur budaya lokal, mengedepankan aspek lingkungan dan dibangun di zona sesuai peruntukannya dan/atau di lokasi yang terbuka dengan jarak yang relatif dekat dari pantai, sehingga dapat mengamati kegiatan yang ada di kawasan konservasi perairan. Alat komunikasi lapangan; terdiri dari HT, radio komunikasi, pengeras suara, dan lainnya. Handy Talky (HT); alat komunikasi bergerak ini dapat dibawa dan digunakan untuk melakukan komunikasi di berbagai tempat. Aat ini digunakan pada saat melakukan pengawasan di lapangan atau sebagai sarana komunikasi yang diberikan kepada Pokmaswas dalam rangka memberikan laporan tentang adanya pelanggaran dalam kawasan konservasi. Jangkauan alat ini hanya terbatas pada suatu wilayah/ kawasan tertentu sesuai dengan kapasitas alat (instrumen) serta kondisi wilayah (datar/bergelombang). Radio Komunikasi; alat komunikasi ini bersifat tetap berupa VHF Marine Radio dengan DSC. alat komunikasi ini terdiri dari; radio komunikasi (All Band) yang dilengkapi dengan catu daya (power supply) serta antena luar dengan menara (tower) Galvanis beserta alat penangkal petir. Untuk mendukung alat ini dilengkapi dengan SWR Meter dan Avometer serta Tool Kit untuk penyetelan dan perbaikan. Jangkauan alat komunikasi ini dapat mencapai antar kabupaten sesuai dengan kondisi wilayah (datar/bergelombang) serta kapasitas alat (instrumen). Pengeras Suara; alat ini digunakan untuk memberi peringatan atau menyampaikan informasi dari jarak tertentu saat kegiatan pemantauan dan/atau pengawasan. Bentuk dan spesifikasi sarana dan prasarana pengawasan dapat dilihat pada Lampiran
12
Panduan Sarana dan Prasarana Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
4 (contoh sarana dan prasaranan pendukung pengelolaan). Pengadaan sarana dan prasarana ini disesuaikan dengan kemampuan pendanaan unit organisasi pengelola. Sarana dan prasarana penguatan pengelolaan sumberdaya dan penguatan pengelolaan sosial-ekonomi-budaya disesuaikan dengan kategori kawasan konservasi dan tujuan pengelolaannya. Sarana dan prasarana tersebut diantaranya: Rehabilitasi ekosistem, sarana ini berfungsi untuk pelestarian ekosistem dan biota di kawasan konservasi perairan, seperti sarana rehabilitasi habitat peneluran penyu. Lokasi fasilitas kegiatan rehabilitasi ekosistem harus sesuai dengan rencana pengelolaan kawasan dan mudah dijangkau untuk kelancaran proses pengawasan. Instalasi pemeliharaan/pengembangbiakan biota langka: fasilitas ini merupakan pemeliharaan sementara dan/atau pengembangbiakan biota langka seperti penyu, kima dan biota air lainnya yang berkatagori langka dan dilindungi berdasarkan undang-undang dan perlu dilestarikan. Sarana ini selain berfungsi untuk pelestarian biota air langka juga sebagai wahana wisata pendidikan. Sarana pendukung lainnya merupakan sarana pendukung untuk pengelolaan kawasan konservasi perairan misalnya rambu-rambu laut. Sarana dan prasarana pemanfaatan kawasan konservasi diantara berupa : Pariwisata, yang terdiri dari pusat informasi, pondok wisata, shelter, multi purpose floating shelter, glass bottom boat, pos retribusi, dan lainnya. Pusat informasi; sarana ini selain sebagai tempat untuk memberikan informasi tentang kawasan secara keseluruhan, juga dapat menjadi tempat pendidikan bagi pengunjung. Pusat informasi dibangun dengan ruang dan desain interior yang ditata sedemikian rupa agar menarik pengunjung. Ruang Pusat Informasi disesuaikan dengan kebutuhan, setidaknya ada ruang audio visual, ruang display/ruang informasi, dan ruang-ruang lain yang dianggap penting. Peralatan untuk menunjang fungsi pondok/pusat informasi adalah peralatan audio visual, antara lain; TV layar tipis, tape, pemutar cakram, wireless amplifier, LCD proyektor. Peralatan audio visual meliputi antara lain: tv, tape, pemutar cakram, wireless amplifier, lcd projector;
Peralatan audio visual harus dapat bekerja pada kisaran tegangan 110 s/d 220 volt, tidak menyerap daya terlalu besar, sederhana dalam operasional, mudah untuk mendapatkan suku cadang (spare-part) di pasaran serta mudah dan murah dalam pemeliharaan. Pondok wisata; sarana ini merupakan tempat persinggahan wisatawan di kawasan konservasi. Ruang dan desain pondok wisata ditata sedemikian rupa agar menarik, aman dan nyaman bagi para wisatawan yang memanfaatkannya. Pondok wisata minimal ada serambi depan, ruang/kamar tidur, kamar mandi dan ruang lainnya sesuai dengan fungsi kawasan konservasi. Bentuk bangunan disesuaikan dengan adat istiadat ataupun budaya
Panduan Sarana dan Prasarana Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
13
lokal dengan menggunakan bahan bangunan alami dan diupayakan berbentuk panggung untuk melestarikan sumberdaya alam didalamnya. Shelter; sarana ini berfungsi sebagai tempat berlindung, tempat beristirahat sementara serta tempat pengunjung menikmati pemandangan yang ada di kawasan. Lokasi shelter harus sesuai dengan peruntukan yang tertuang dalam dokumen rencana pengelolaan dan zonasi kawasan. Shelter diberi label/tulisan keterangan, misalnya berupa papan informasi sederhana yang sedikitnya bertuliskan “Shelter Kawasan konservasi perairan Kabupaten Batang.” Multi purpose shelter (MPS); sarana ini merupakan shelter apung dalam kawasan konservasi yang lokasinya ditempatkan di wilayah perairan sesuai zonasi yang telah ditetapkan. MPS bisa digunakan untuk berbagai tujuan seperti persinggahan/tempat istirahat sementara petugas monitoring kawasan, tempat singgah sementara pengunjung, sekaligus dapat digunakan pula untuk sarana budidaya ramah lingkungan misalnya keramba jaring apung (KJA) dan floating jetty. Penempatan dan jumlah MPS harus mempertimbangkan fungsi, zonasi, stabilitas shelter dan aksesibilitas. Pos retribusi; pos ini berfungsi sebagai pos penarikan uang retribusi sebagai pemberian izin untuk memasuki kawasan konservasi, yang diatur sesuai dengan peraturan. Sarana pos retribusi terdiri atas ruang jaga dan dapat berupa bangunan panggung yang dibangun di jalan masuk lokasi, sehingga memudahkan petugas melaksanakan tugas. Pos diberi label/ tulisan keterangan, misalnya berupa papan informasi sederhana yang bertuliskan “Pos Retribusi Kawasan konservasi TP Pangumbahan Sukabumi.” Laboratorium mini; laboratorium ini digunakan untuk mendukung kepentingan pengelolaan kawasan konservasi, seperti riset mikro dalam rangka monitoring rutin sumberdaya seperti pemantauan kualitas air, penelitian substrat, dan sebagainya. Mini lab ditempatkan di lingkungan kantor pengelola dengan mempertimbangkan aksesabilitas, kepentingan riset dan sebagainya. Peralatan Mini Lab, berupa; akuarium, mikroskop, thermometer, pemantau oksigen terlarut, alat pengambil substrat (Ekman grab) dan sebagainya. Kapal pendidikan; kapal ini dibangun untuk memberikan pemahaman dan pengetahuan bagi anak-anak sekolah khususnya dan masyarakat umum tentang kawasan konservasi, sumberdaya pesisir dan laut, dan lainnya. Penyediaan kapal ini terutama ditujukan bagi masyarakat di kepulauan yang memiliki akses terbatas terhadap informasi. Contoh spesifikasi sarana dan prasarana pemanfaatan kawasan dapat dilihat pada Lampiran 5. (contoh sarana dan prasarana pemanfaatan kawasasan). Pengadaan sarana dan prasarana ini disesuaikan dengan kemampuan pendanaan unit organisasi pengelola.
14
Panduan Sarana dan Prasarana Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
2.2.3. Biru Sarana dan prasarana dasar untuk pengelolaan kawasan konservasi di peringkat biru pada Pedoman Teknis E-KKP3K disajikan pada tabel berikut. Tabel 3. Uraian untuk Tingkat 4 (Peringkat Biru): Kawasan konservasi Dikelola Optimum Jawaban Kriteria
No.
Pertanyaan
Alat Verifikasi Ya
5: Sarana dan prasarana pendukung pengelolaan
B42
Apakah sarana & prasarana sudah lengkap sesuai dengan kebutuhan?
Penjelasan
Tidak Laporan dan cek fisik
Cukup jelas
B42 : Sarana dan prasarana lengkap sesuai dengan kebutuhan Pada tingkatan biru, selain upaya pengelolaan kawasan pada tingkatan kuning dan hijau, upaya pengelolaan yang dilakukan adalah keempat bentuk pemanfaatan kawasan (penangkapan, budidaya, pariwisata, pendidikan). Apabila memungkinkan keseluruhan bentuk pemanfaatan kawasan ini dapat dilakukan, namun demikian bisa saja tidak keseluruhan bentuk pemanfaatan ini bisa dilakukan karena adanya keterbatasan pengelola kawasan, kondisi kawasan konservasi yang tidak memungkinkan, atau tujuan pengelolaan yang terbatas sesuai dengan kategorinya. Untuk itu, sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk mendukung upaya pengelolaan ini berupa sarana dan prasarana pemanfaatan kawasan seperti yang disajikan pada peringkat hijau. Namun demikian, terdapat sarana dan prasarana yang dapat dikembangkan pada tingkat ini diantaranya: Sarana dan prasarana pengawasan, terdiri dari kapal patroli/pengawasan, radar mini, pesawat ringan berpenumpang 1, dan lainnya. Kapal patroli/pengawasan; kapal ini dibutuhkan untuk mengawasi kawasan konservasi yang luas atau strategis seperti berada diperbatasan negara. Keberadaan kapal ini penting agar dapat beroperasi di laut lepas menghadapi gelombang besar, dan juga menghadapi kapal-kapal nelayan ilegal dari negara lain. Spesifikasi kapal disesuaikan kebutuhan dan kemampuan pengelola kawasan. Radar mini, penggunaan radar untuk mendeteksi jarak, kecepatan, dan arah benda yang bergerak atau benda yang diam. radar mini digunakan untuk penerbangan dan pelayaran dalam hal pemantauan dan/atau pengawasan biofisik, dan fungsi lainnya. Pada waktu yang akan datang, penggunaan radar dianggap perlu karena efisiensi waktu, sumberdaya manusia dan jangkauan luas.
Panduan Sarana dan Prasarana Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
15
Pesawat ringan, dapat digunakan untuk tujuan pemantauan kondisi biofisik, penginderaan jarak jauh, pemetaan rupa bumi, pengawasan dan fungsi lainnya. Pesawat ringan ini ada yang memiliki awak dan tanpa awak. Namun untuk operasional, penggunaannya melibatkan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan. Hal ini dibutuhkan kerjasama dan koordinasi antara pihak-pihak terkait
16
Panduan Sarana dan Prasarana Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
3. PENUTUP Buku Panduan Sarana dan Prasarana ini merupakan bagian dari upaya untuk memberikan informasi atau penjelasan yang melengkapi Pedoman Teknis E-KKP3K dalam pengelolaan kawasan konservasi secara berkelanjutan berdasarkan indikator capaian pengelolaannya. Selain itu juga menjadi panduan bagi pengelola kawasan dalam mengembangkan sarana dan prasarana pengelolaan kawasan. Hal-hal yang terkait dengan informasi lebih lanjut terkait dengan Buku Pedoman/ Suplemen ini dapat menghubungi kontak yakni Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil, Direktorat Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan, Gedung Mina Bahari III, Lantai 10, Jalan Medan Merdeka Timur No. 16, Jakarta Pusat.
Panduan Sarana dan Prasarana Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
17
DAFTAR PUSTAKA Satker Direktorat Konservasi dan Taman Nasional Laut, (2008). Pedoman Teknis Penyiapan Kelembagaan Kawasan konservasi Perairan di Daerah. Direktorat Konservasi dan Taman Nasional Laut, Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, Kementerian Kelautan dan Perikanan. Jakarta. Wiryawan Budy., Dermawan Agus., (2006). Panduan Pengembangan Kawasan konservasi Laut Daerah (Marine Management Area/MMA) di Wilayah Coremap II - Indonesia Bagian Barat. COREMAP II. Bahan Paparan: Kebijakan dan Tantangan Pengelolaan Kawasan konservasi Perairan di Indonesia. Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, Departemen Kelautan dan Perikanan. Ruchimat Toni., Basuki Riyanto., Suraji., (2012). Kawasan konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil di Indonesia: Paradigma, Perkembangan dan Pengelolaannya. Direktorat Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan, Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Kementerian Kelautan dan Perikanan RI. Jakarta. Susanto, H. A. (2011). Progress Pengembangan Sistem Kawasan konservasi Perairan Indonesia: A Consultancy Report. Kerjasama Kementerian Kelautan dan Perikanan dengan Coral Triangle Support Partnership (CTSP). Jakarta. Pusat Bahasa Kementerian Pendidikan Nasional, (2008). Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor PER.33/MEN/2012 tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Kelautan dan Perikanan. Peraturan Dirjen Kelautan, Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil Nomor PER.10/KP3K/2011 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Program dan Kegiatan Dekosentrasi dan Tugas Pembantuan Lingkup Dirjen KP3K.
LAMPIRAN Lampiran 1. Contoh Kantor Pengelola Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir, dan Pulau-pulau Kecil (KKP3K)
Kantor Utama
Kantor Lapang
18
Panduan Sarana dan Prasarana Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Panduan Sarana dan Prasarana Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
19
Lampiran 2. Contoh Papan Informasi Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir, dan Pulau-pulau Kecil (KKP3K)
Lampiran 3. Contoh Prasarana Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir, dan Pulau-pulau Kecil (KKP3K)
Regulator
Contoh Bangunan Pintu Gerbang
Masker
Octopus
Tank Pressure gauge
BCD Fin
weight
Tabung Oksigen
Snorkel
Contoh Papan Informasi
20
Panduan Sarana dan Prasarana Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Panduan Sarana dan Prasarana Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
30
31
21
Lampiran 4. Contoh Sarana dan Prasarana Pendukung Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir, dan Pulau-pulau Kecil (KKP3K)
Lampiran 5. Contoh Sarana dan Prasarana Pemanfaatan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir, dan Pulau-pulau Kecil (KKP3K)
Contoh Habitat Peneluran semi alami
Contoh Bangunan Pondok Jaga
Contoh multi purpose floating shelter Contoh Kapal Pendidikan
Contoh Speed Boat Pengawasan Ukuran Kecil (Perahu Pokmaswas)
Contoh Alat Penunjuk Arah/GPS
22
Contoh Speed Boat Pengawasan Ukuran Medium
Contoh Alat Komunikasi berupa Radio Komunikasi Handy Talk
Panduan Sarana dan Prasarana Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Contoh Keramba Apung Contoh Glass Bottom Boat
Panduan Sarana dan Prasarana Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
32
33
23
Lampiran 6. Contoh Spesifikasi Teknis Sarana dan Prasarana di Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir, dan Pulau-pulau Kecil (KKP3K)
Panjang keseluruhan 10 meter Breath (B) 2.65 meter
Tinggi (H) 1.4 meter
Draft (T) 0.5 meter Kapasitas:
(1). Awak kapal 2 orang (2). Penumpang 8 orang Tipe Kapal
a. Spesifikasi teknis penyediaan sarana dan prasarana kawasan konservasi perairan disesuaikan dengan kebutuhan dan kebiasaan masyarakat setempat.
a) Tipe kapal operasional
b) Tipe lambung (hull type) FRP monohull, hard chine, semi planning hull
b. Contoh spesifikasi sarana transportasi: .
.
1) Motor lapangan maksimal 135 cc;
.
2) Mobil lapangan (bak terbuka)yang memiliki kapasitas 4 WD
(wheel drive)
.
3)
Motor/mobil lapangan bertuliskan “Kendaraan Operasional
Kawasan
Konservasi
Perairan
Daerah
Kab/Kota
.
(Nama
Kab/Kota)”.
c. Contoh spesifikasi kapal operasional kawasan konservasi
4) Speed .
a) Service speed 20 knots
.
b) Trial speed 22 knots
5) Konstruksi .
a) Konstruksi single skin
.
b) Material FRP (Fibre Reinforce Plastic)
.
c) Minimum FRP lamination
(1).Lunas (keel) Gelcoat + 6 Matt + 5 Roving + Topcoat
(2).Dasar (bottom) Gelcoat + 5
perairan:
Matt + 4 Roving + Topcoat
(3).Sisi Lambung Gelcoat + 4
1) Quality and Supervision:
a) Semua resin harus dengan kualitas
Matt + 3 Roving + Topcoat
(4).Geladak Bawah Gelcoat + 3
tertinggi (highest
Matt + 2 Roving + Topcoat
(5). Geladak Gelcoat + 4 Matt +
quality) dan fiber glass dari type e”E”; .
b) Semua bahan-bahan yang digunakan harus marine grade;
.
c) Semua kayu harus seasoned dan hard-wood;
.
d)
3 Roving + Topcoat (6). Kabin Gelcoat + 5 Matt + 2 Roving + Topcoat (7).Sekat Melintang Gelcoat + 3 Matt + 3 Roving +
Topcoat
Semua baja harus well coated dan stainless steel untuk
.
6) Perlengkapan Dek .
a) Jendela Marine Weather Proof
.
b) Kaca-kaca Tampered Glass - 5 mm
.
c) Cleat 4 unit - Stainless Steel
a) b) c) d) e)
.
d) Bow Roller 1 unit - Stainless Steel
3)
.
e) Railling 2 unit - Stainless Steel
.
f) Jangkar 1 unit - 25 kg, Galvanized
peralatan deck;
.
e) Semua perpipaan harus galvanized steel atau copper
atau reinforced hose.
24
Panduan Sarana dan Prasarana Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
35
Panduan Sarana dan Prasarana Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
34
25
.
.
.
.
3.
Printer
Laser Jet (color/black)
4.
UPS (Uninterrupted
Standar
h) Rantai Jangkar 4 meter - 1⁄2 ” hot dip Galvanized Steel
.
DVD ROM, Modem, wireless connection
g) Tali Jangkar 50 m - dia 1”3 strand premium nylon
fibre
Power Supply)
i) Fender 1 set
7) Compartment Definition .
a) Fore Peak Tank As specified on drawing
.
b) Accomodation Room As specified on drawing
.
c) Wheel House As specified on drawing
.
d) Stern Arrangement Room As specified on drawing
5.
Proyektor Digital
Standar
6.
Televisi berwarna
LCD/LED 21”
7.
DVD Player &
Standar Disesuaikan
Speaker Aktif
8) Mesin Penggerak
8.
Papan panel display
Disesuaikan dengan ukuran ruangan
Sound System PA
Standar
.
a) Mesin Utama 2 unit outboard marine engine 4 stroke
9.
.
b) Type Mesin Marine Engine min @ 100-115 HP
10. Kamera Digital
.
c) Starting Elektrik
.
d) Rudder System Hidraulic Steering System
.
e) Tipe Propeler Fixed pitch propeller (FPP)
.
f) Remote Control Mesin 2 unit
Resolusi diatas 5 MP, water proof (untuk kamera bawah air)
11. Handycam
Sensor 5 MP, Photoshot
12.
512 Kbps
Jaringan Internet (wired/wireless)
---------------Contoh Spesifikasi Teknis Peralatan Audio Visual dan Sarana Pengolah Data
No
Nama Peralatan
Spesifikasi
1.
Komputer
Frekuensi Processor 1.8 GHz atau lebih, memori minimal 4 GB, Harddisk
minimal 200 GB, DVD ROM, Modem, Layar VGA 17”
2.
Laptop
Frekuensi Procesor 1.6 GHz atau lebih, memori 2 GB, Harddisk
minimal 200 GB,
26
Panduan Sarana dan Prasarana Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
36
Panduan Sarana dan Prasarana Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
37
27
Catatan:
Direktorat Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kementerian Kelautan dan Perikanan
28
Gedung Mina Bahari III Lantai 10 Jalan Medan Merdeka Timur No 16 Jakarta Pusat 10110 Telp/Fax: (021) 3522045, Surel:
[email protected] Panduan Sarana dan Prasarana Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Situs resmi: http://kkji.kp3k.kkp.go.id
Panduan Sarana dan Prasarana Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
29