Sumatera Utara
P
rovinsi Sumatra Utara terletak di Pulau Sumatra dengan ibukotanya Medan dan memiliki luas wilayah mencapai 71.680 km, berbatasan dengan Aceh di Utara serta Sumatera Barat dan Riau di Selatan. Sumut memiliki penduduk lebih dari 11,8 juta jiwa, terdiri dari 18 kabupaten dan 7 kotamadya. Penduduk Sumut dapat dibagi dalam beberapa kelompok etnis yaitu Suku Batak yang terbagi lagi atas lima golongan dan mereka umumnya menetap di sekitar Danau Toba dan Pulau Samosir serta Suku Melayu yang kebanyakan menetap di sepanjang pantai Selat Malaka terdiri dari Suku Pesisir yang berada di kawasan sepanjang pantai Samudera Indonesia; dan Suku Nias yang berada di Pulau Nias. Masyarakat lainnya dari suku Jawa dan Tionghoa dengan kepercayaan, kesenian dan budaya yang berbeda-beda.
Sejar ah Sejarah Nenek moyang orang batak diperkirakan berasal dari Thailand dan Burma yang terusir dari tanahnya oleh kedatangan orang-orang Mongolia dan Suku Siam. Dari Thailand dan Burma, nenek moyang orang Batak ini berimigrasi ke pulau Sumatera dan kawasan pegunungan di sekitar Danau Toba menjadi benteng alami bagi suku Batak dari intervensi dunia luar. Wilayah suku Batak di Sumatera Utara berbatasan langsung dengan dua wilayah Islam yaitu kerajaan Aceh di utara dan kerajaan Minangkabau di selatan. Orang Belanda yang datang ke Sumatera Utara memperkenalkan agama Kristen Protestan pada masyarakat Batak sehingga mayoritas orang Batak saat ini memeluk agama itu, sedangkan orang Batak yang beragama islam terdapat di wilayah Selatan.
27
informasi nusantara sumaterapariwisata utara Pada awal abad ke-16 para pedagang mancanegara banyak berdatangan ke Medan untuk mendapatkan hasil bumi yang diambil dari daerah pedalaman Sumatera utara, seperti rempah-rempah, kapur barus dan kemenyan yang banyak dibutuhkan pada masa itu. Penguasa daerah yang ada saat itu adalah Kerajaan Aru, kerajaan Melayu Islam yang terletak di Deli Tua,dekat kota Medan sekarang. Kerajaan Aru harus bersaing dengan tetangganya Kerajaan Aceh di utara dalam usaha mendapatkan hasil bumi yang dibawa dari pedalaman. Pada tahun 1536, orang-orang Aceh menyerang Kerajaan Aru. Pada awal abad ke-17, setelah berperang selama beberapa tahun, Kerajaan Aceh berhasil menaklukkan Kerajaan Aru yang kemudian menguasai pantai barat dan timur Sumatera hingga awal abad ke-19. Setelah ditaklukkan oleh Kerajaan Aceh, di bekas wilayah kerajaan Melayu yang berada di pantai timur Sumatera Utara terdapat beberapa kesultanan Melayu yaitu Kesultanan Deli, Kesultanan Langkat, Kesultanan Serdang dan Kesultanan Asahan dengan wilayah kekuasaan yang terbatas. Kesultanan Deli menguasai wilayah mulai dari muara Sungai Deli hingga ke Deli Tua -termasuk wilayah Kota Medan sekarangjarak kedua kawasan ini sebenarnya hanya sejauh tembakan meriam saja. Kedatangan pedagang Inggris pada awal abad ke-19 ke wilayah ini telah menjadikan Kesultanan Deli sangat makmur. Awalnya, para pedagang Inggris ini meminta ijin Sultan Deli untuk membuka perkebunan tembakau di wilayahnya. Keinginan membuka perkebunan tembakau ini didasarkan atas kenyataan bahwa tanah Deli merupakan tanah vulkanis yang sangat subur sangat cocok untuk perkebunan tembakau. Setelah mendapatkan konsesi maka dibukalah perkebunan tembakau di Deli. Daun tembakau yang dihasilkan perkebunan Deli ini kemudian menjadi sangat terkenal ke seluruh dunia sebagai bahan pembuat rokok cerutu. Kesultanan Deli kemudian berubah menjadi daerah yang makmur. Hingga kini, perkebunan tetap menjadi primadona perekonomian provinsi. Perkebunan tersebut dikelola oleh perusahaan swasta maupun negara. Sumatera Utara menghasilkan karet, coklat, teh, kelapa sawit, kopi, cengkeh, kelapa, kayu manis, dan tembakau. Perkebunan tersebut tersebar di Deli Serdang, Langkat, Simalungun, Asahan, Labuhan Batu, dan Tapanuli Selatan. Komoditas tersebut telah diekspor ke berbagai negara dan memberikan sumbangan devisa yang sangat besar bagi Indonesia. Selain komoditas perkebunan, Sumatera Utara juga dikenal sebagai penghasil komoditas holtikultura (sayur-mayur dan buah-buahan); misalnya Jeruk Medan, Jambu Deli, Sayur Kol, Tomat, Kentang, dan Wortel yang dihasilkan oleh Kabupaten Karo, Simalungun dan Tapanuli Utara. Produk holtikultura tersebut telah diekspor ke Malaysia dan Singapura. 28
informasi pariwisata nusantara sumatera utara M E D A N Medan adalah ibukota provinsi yang dinamis dan kota terbesar di Sumatra atau ketiga terbesar di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Kota ini merupakan kota multi-etnis yang menarik. Mayoritas penduduknya adalah suku Batak tetapi di kota ini juga banyak tinggal warga keturunan India dan Tionghoa malah komunitas Tionghoa di Medan cukup besar, sekitar 25% jumlah total penduduk. Di kota pelabuhan ini ada beragam etnis dan agama terlihat dari jumlah mesjid, gereja dan vihara Tionghoa yang banyak tersebar di seluruh kota. Daerah di sekitar Jalan Zainul Arifin bahkan dikenal sebagai Kampung Keling (Kampung India).Tempat ini merupakan kawasan perniagaan bagi masyarakat keturunan India dan dulunya merupakan perkampungan orang India yang datang ke Medan untuk bekerja di berbagai perkebunan yang ada di sekitar Medan. Disini terdapat Sri Mariamman rumah ibadah agama Hindu yang dibangun untuk memuja Dewi Kali pada tahun 1884. Masyarakat India ini berasal dari India bagian selatan yang datang ke Medan pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Rumah ibadah Hindu lainnya terdapat di Bekala Estate, 11 km di sebelah selatan kota Medan, terletak di dekat Sungai Sepit yang dibangun pada tahun 1876. Di sini pada saat tertentu diadakan upacara ritual Hindu yaitu berjalan diatas bara api khususnya pada saat Festival Thaipusam. Kota Medan berkembang dari sebuah kampung yang didirikan oleh guru Patimpus sekitar tahun1590 an. Disebabkan letaknya yang berada di Tanah Deli, Kampung Medan juga sering dikenal sebagai Medan-Deli. Lokasi asli Kampung Medan adalah sebuah tempat di mana Sungai Deli bertemu dengan Sungai Babura. Medan kemudian berkembang dengan sangat cepat setelah banyak pengusaha membuka usaha agribisnis dan pertambangan minyak di sekitar Medan khususnya setelah tahun 1870-an. Tumbuhnya berbagai usaha perkebunan dan minyak menjelang akhir abad ke-19 itu menjadikan Medan berkembang sangat cepat sebagai pusat bisnis dan perdagangan. Pada tahun 1943, jumlah penduduk Medan hanya sekitar 60,000 jiwa namun kemudian tumbuh cepat setelah periode kemerdekaan Indonesia. Hal ini disebabkan orang-orang Batak dari berbagai daerah di Sumatera Utara berdatangan masuk ke Medan dan juga masyarakat lainnya dari seluruh Indonesia. Medan adalah satusatunya kota di Sumatera dimana sejumlah negara asing membuka kantor perwakilannya (konsulat) di kota ini. 29
informasi nusantara sumaterapariwisata utara Salah satu ciri Kota Medan adalah keberadaan gedung-gedung tuanya. Medan memiliki cukup banyak gedung-gedung tua peninggalan masa kolonial. Dua bangunan tua yang paling terkenal dan paling menarik untuk dilihat di Medan adalah Istana Maimun (Maimoon) dan Masjid Raya Medan. Di sepanjang Jl Sukarno-hatta dan Jl. Ahmad Yani terdapat banyak bangunan peninggalan kolonial bergaya Eropa seperti bangunan Bank Indonesia, Balai Kota dan kantor pos. Jalan ini telah menjadi jalan utama di Medan sejak zaman penjajahan Belanda dulu. Di salah satu ruas jalan ini, di belakang deretan toko-toko Cina, terdapat Rumah Tjong A Fie yaitu sebuah rumah besar bergaya Cina dengan ornamen dan hiasan yang indah. Bangunan yang menarik pandangan mata ini dulunya adalah rumah milik Tjong A Fie yang dikenal sebagai pengusaha perkebunan kaya. Rumah ini dibangun pada saat jaya-jayanya perusahaan perkebunan di sekitar Medan pada tahun 1920-1930.
Istana Maimun Dari Jl Ahmad Yani menuju ke selatan di Jl Katamso kita akan menemukan Istana Maimun yang merupakan istana dari sultan-sultan Deli. Istana ini dibangun oleh Sultan Deli pada tahun 1888. Keluarga sultan hingga kini masih mendiami sebagian sisi bangunan ini. Warna kuning menjadi warna utama di Istana yang memiliki arsitektur khas Melayu. Ruang penerimaan tamu istana yang terbuka untuk umum dihiasi dengan potret keluarga kerajaan Deli, perabotan tua peninggalan Belanda dan beberapa laras senjata. Istana ini memiliki tiang-tiang besar yang melengkung di bagian atasnya menyerupai bunga. Pertunjukan tarian Melayu dan musik tradisional sering diadakan disini untuk memeriahkan acara perkawinan dan acara keramaian lainnya. Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, keluarga kerajaan Melayu yang tinggal di Istana Maimun ini hidup dalam kemewahan dan kemegahan yang diperoleh dari keuntungan bisnis perkebunan, bekerjasama dengan pengusaha manca negara. Keluarga kerajaan ini pindah dari Labuan Deli ke Medan seiring dengan semakin maraknya bisnis perkebunan dan semakin kuatnya kekuasaan Belanda. Keluarga sultan ini sebelumnya tinggal di rumah kayu di Labuan Deli, mereka kemudian pindah ke Istana Maimun yang baru dibangun. Keuntungan besar dari usaha perkebunan ini memungkinkan sultan Deli menggaji sejumlah besar pegawai, melakukan perjalanan ke Eropa dan mengirim anak-anak mereka sekolah ke Belanda atau Inggris. Sultan-sultan Deli dianggap sebagai keturunan dari Mohammed Dalek Sri Paduka Gocah Pahlawan, seorang bangsawan keturunan India. Ia ditunjuk oleh Sultan Aceh pada tahun 1630 sebagai gubernur dan penguasa pertama wilayah 30
informasi pariwisata nusantara sumatera utara Deli. Pada tahun 1770, Deli dikuasai oleh Sultan Siak yang kemudian menganugerahkan gelar penuh sebagai Sultan Panglima Mangidar Alam Syah kepada Raja Deli. Keluarga kerajaan Deli ini memiliki hubungan karena perkawinan dengan keluarga kerajaan Melayu di Malaysia. Disebelah Istana Maimun terdapat sebuah balai terbuka yang mirip dengan rumah tradisional Batak Karo, di dalam bangunan ini terdapat sebuah meriam kuno yang diberi nama meriam puntung yang memiliki kaitan dengan legenda Puteri Hijau, pahlawan perang Deli melawan Aceh pada abad ke-16. Puteri Hijau dikabarkan berasal dari dataran tinggi Karo, sehingga Deli dianggap memiliki hubungan dekat dengan masyarakat Batak Karo. Meriam tersebut bernama Indera Sakti yang menurut legenda adalah salah satu dari dua saudara laki-laki dari Puteri Hijau, saudara yang satunya lagi merupakan naga yang membantunya bertempur dengan orang Aceh. Legenda ini mirip dengan legenda Dewi Hijau yang terdapat di Madras, India Selatan.
Masjid Raya Medan Di dekat Istana Maimun, melewati rel kereta api ke arah timur, di persimpangan antara Jl Mesjid Raya dan Jl Sisingamangaraja terdapat Masjid Raya Medan atau Masjid Raya Al Mashun yang gagah dengan kubah-kubah berwarna hitam. Inilah masjid yang sangat unik, indah, megah dan tiada duanya di Indonesia. Dulunya, masjid ini dibangun menjadi satu bagian dengan kompleks istana Maimun. Kini, antara masjid dan Istana Maimun ada Jalan Brigjen Katamso yang merupakan salah satu jalan protokol di Medan. Masjid Raya ini memiliki banyak pilar yang melengkung di bagian atasnya dengan bentuk yang mengesankan. Di bangun dengan gaya arsitektur campuran yang mengandung unsur Timur Tengah, India dan Spanyol. Bentuk masjid berupa sebuah bangunan utama dengan empat bangunan sayap. Bangunan utama berbentuk segi delapan (octagonal). Empat bangunan sayapnya menempel di bagian selatan, timur, utara dan barat. Keseluruhan bangunan ini memiliki luas sekitar 5.000 meter persegi. Kubah masjid berbentuk segi delapan dan agak gepeng. Jumlah kubahnya lima. Satu kubah utama yang ukurannya lebih besar terdapat di tengah, diatas bangunan utama. Pembangunan masjid ini dimulai oleh Sultan Makmun Al Rasyid Perkasa Alamsyah. Peletakan batu pertamanya dilakukan pada tanggal 21 Agustus tahun
31
informasi nusantara sumaterapariwisata utara 1906. Bahan bangunan masjid berupa marmer dan keramik didatangkan dari Italia. Beberapa perlengkapan lainnya, misalnya jam dan lampu didatangkan dari Jerman. Masjid ini selesai dibangun tiga tahun kemudian (10 September 1909) dimana untuk pertama kalinya masjid ini digunakan sembahyang Jum’at oleh Sultan Deli dan rakyatnya. Dari awal pembangunannya hingga sekarang, masjid ini belum pernah dipugar atau diperluas. Hanya ada penambahan bangunan yaitu tempat wudhu wanita yang dibangun tahun 1980. Di dekat masjid terdapat makam keluarga kerajaan. Dari kompleks masjid ini kita dapat melihat menara air Medan yang tinggi yang telah menjadi simbol dari Kota Medan.
K a w asan PPolonia olonia Di bagian utara Jl Imam Bonjol terdapat beberapa bangunan modern yang meniru rumah adat batak seperti gedung DPR Sumut, gedung pertemuan, Restoran Benteng dan Hotel Dirga Surya yang ramai dengan pedagang makanan berjualan di depannya pada malam hari. Namun jika Anda ingin mengetahui bagaimana suasana kehidupan masa kolonial di Medan pada tahun 1920-an - 1930-an maka datanglah ke kawasan Polonia yang terletak berdekatan dengan bandara udara Polonia. Kawasan Polonia ini berpusat di sepanjang Jl Imam Bonjol bagian selatan yang menuju ke bandara. Jalan ini lebar dan diteduhi dengan pepohonan dan tanaman di kiri dan kanannya. Di sepanjang jalan ini adalah deretan rumah-rumah dari masa kolonial dengan gaya bungalow. Kebanyakan orang-orang asing atau ekspatriat di Medan tinggal di kawasan ini. Namun sayangnya banyak bangunan peninggalan kolonial di kawasan ini telah dirubah oleh pemiliknya, disesuaikan dengan selera modern saat ini. Menuju ke selatan, terdapat Vihara Gunung Timur yang menghadap ke Sungai Babura. Gunung Timur merupakan vihara yang terbesar di Medan atau mungkin di Indonesia. Di dekat vihara ini terdapat Gereja Protestan Immanuel yang dibangun pada tahun 1921 dengan gaya bangunan kolonial art-deco.
Taman Bua Buayy a Taman Buaya Asam Kumbang terletak di kecamatan Sunggal yang berada sekitar 5 km dari pusat Kota Medan ke arah barat daya. Tempat ini merupakan pusat pengembangbiakan buaya untuk diambil kulitnya. Taman buaya seluas dua hektar ini memang merupakan salah satu tempat hiburan bagi warga Medan. Tempat ini menjadi unik karena menjadikan makhluk buas buaya sebagai tontonan yang mengasyikkan.
32
informasi pariwisata nusantara sumatera utara Salah satu atraksi yang menarik di tempat ini adalah acara memberi makan buaya dengan melemparkan seekor itik ke tengah kolam penuh buaya. Dari berbagai penjuru kolam, buaya-buaya besar adu cepat berenang ke arah itik. Sesaat kemudian, itik itu sudah berada di moncong salah seekor buaya. Terkadang terjadi perkelahian antara buaya untuk merebut mangsa. Untuk bisa menyaksikan adegan tersebut, pengunjung harus membeli seekor itik yang disediakan di tempat itu seharga Rp 15.000. Pada saat-saat tertentu pengunjung dapat menyaksikan peragaan khusus antara lain atraksi buaya dengan kera yang menampilkan kera mengambil pisang dari mulut buaya. Atraksi lain adalah berfoto bersama buaya dimana anda dapat berpose duduk di atas punggung seekor buaya layaknya dalam legenda Jaka Tingkir. Tempat menarik lainnya di kota Medan adalah Museum Sumatera Utara yang terletak di Jl HM Joni 51 (telp 716792) memamerkan berbagai benda yang terkait dengan kebudayaan dan sejarah masyarakat Sumatera Utara. Museum ini buka dari hari Selasa sampai Minggu dari pukul 8.30 hingga 17.00. Ada juga Museum Militer Bukit Barisan yang terletak di dekat Hotel Danau Toba International di Jl. H Zainal Arifin memiliki koleksi sejumlah kecil senjata, foto dan barang-barang peninggalan dari Perang Dunia ke-II, perang kemerdekaan dan pemberontakan Sumatera pada tahun 1958.
BUKIT L AWAN G ANG Obyek wisata Bukit Lawang terletak sekitar 96 Km dari Medan. Kawasan wisata yang berada di ujung timur Taman Nasional Gunung Leuser ini memiliki hutan lebat, sungai dengan arusnya yang deras dan kehidupan alam liar yang sangat menarik untuk dikunjungi. Kawasan ini juga memiliki Pusat Rehabilitasi Orang Utan Bohorok yang populer di kalangan wisatawan di Sumatera Utara. Pada tanggal 2 November 2003 bencana alam banjir bandang sempat menghancurkan sebagian lokasi wisata Bukit Lawang. Pemerintah daerah menutup sementara lokasi wisata ini untuk perbaikan namun saat ini Bukit Lawang sudah dibuka kembali untuk umum. Tempat ini awalnya merupakan kawasan terpencil dan sebelum bencana banjir banyak dikunjungi orang untuk berlibur khususnya pada akhir pekan. Pengunjung yang datang ke tempat ini terkadang menginap selama empat atau lima hari. Pada hari Sabtu dan Minggu sulit mencari penginapan yang kosong di Bukit Lawang. Bukit Lawang Visitors’ Centre dibangun oleh lembaga lingkungan hidup internasional, World Wild Fund (WWF) dan tempat ini menyajikan berbagai contoh flora dan fauna yang terdapat di Taman Nasional Gunung Leuser serta penjelasan mengenai program rehabilitasi orang utan. 33
informasi nusantara sumaterapariwisata utara Disini juga dipamerkan berbagai foto yang menarik mengenai taman nasional. Pengunjung dapat membeli sebuah buku petunjuk (booklet) yang memberikan informasi lengkap mengenai taman nasional yang ditulis oleh penulis dan fotografer asal Selandia Baru Mike Griffiths. Buku ini akan sangat bermanfaat jika wisatawan merencanakan untuk tinggal beberapa hari di kawasan itu.
Pusat R ehabilit asi Or ang Ut an Rehabilit ehabilitasi Orang Utan
Pusat rehabilitasi yang terletak di Bukit Lawang dibangun pada tahun 1973 bertujuan untuk membantu orang utan kembali ke habitat aslinya setelah hewanhewan tersebut tinggal di kandang dan dipelihara manusia. Pusat rehabilitasi ini juga menerima orang utan yang terpaksa harus dipindahkan karena tempat asal mereka sebelumnya digunakan untuk lahan pertanian. Di pusat rehabilitasi ini orang utan diajarkan untuk kembali mengenal alam lingkungan mereka sehingga mereka siap dilepas kembali masuk hutan untuk hidup secara mandiri. Banyak orang utan ini harus belajar kembali memanjat pohon dan mencari makan sendiri karena mereka telah bertahun-tahun hidup dipelihara manusia.
Ar ung Jer am Arung Jeram
Bagi pengunjung yang menyukai olahraga arung jeram (rafting) dapat mencoba derasnya Sungai Alas dan Wampu yang berada di kawasan taman nasional dengan biaya $20 per hari. Wisatawan dapat menghubungi penginapan Back to Nature Guesthouse yang mengorganisir kegiatan arung jeram ini. Tempat lain yang mengelola kegiatan rafting adalah The Rafting Information Office yang dikelola oleh tim SAR (search and rescue) setempat yang menawarkan biaya relatif sama. Jika tertarik untuk ikut serta, maka Anda akan dilengkapi dengan helm, jaket pelampung dan peralatan keselamatan lainnya untuk dipakai selama petualangan.
Tr e k k i n g
Bagi wisatawan yang suka berjalan kaki menyusuri hutan dan bukit untuk menikmati keindahan alam dapat melakukan trekking di Taman Nasional Gunung Leuser. Hampir semua penginapan di Bukit Lawang menawarkan paket trekking ke wisatawan yang datang. Pemilik penginapan menyediakan pemandu (guide) bagi mereka yang ingin melakukan trekking dan memang setiap wisatawan diwajibkan untuk menyewa pemandu. Paket trekking yang ditawarkan antara lain perjalanan jarak pendek selama beberapa jam di sekitar Bukit Lawang hingga perjalanan panjang selama tiga hingga lima hari sampai ke Brastagi.
34
informasi pariwisata nusantara sumatera utara B R A S TA G I Terletak pada ketinggian 1300 m dari atas permukaan laut, Brastagi adalah sebuah kota yang berada di kawasan perbukitan dan memiliki panorama indah dengan udara pegunungan yang sejuk dan nyaman. Kota ini terletak pada jalur jalan menuju ke Danau Toba, lebih kurang 70 Km dari Medan. Dua gunung api menjadi latar belakang dari Kota Brastagi ini yaitu masing-masing Gunung Sinabung di barat dan Gunung Sibayak di utara. Kota Brastagi merupakan basis atau titik awal perjalanan menuju ke berbagai obyek wisata menarik lainnya di daerah itu. Pusat kota Brastagi terletak di sekitar Tugu Perjuangan yang dibangun untuk mengenang perjuangan masyarakat Batak melawan penjajah Belanda pada tahun 1800-an. Jalan Veteran adalah satu-satunya jalan utama (protokol) di kota ini. Bukit Gundaling yang berada di barat laut Brastagi adalah tempat wisata yang cukup indah khususnya pada saat matahari tenggelam. Bukit ini cukup populer dikalangan penduduk Brastagi karena dari sini pengunjung bisa memandang separuh kawasan Brastagi termasuk Gunung Sibayak dan Gunung Sinabung. Di kaki Bukit Gundaling ini banyak terdapat penginapan yang sebagian dimiliki Pemda dan BUMN. Kampung Peceran di pinggir utara Kota Brastagi merupakan kampung tradisional masyarakat batak karo setempat. Rumah-rumah tradisional di kampung ini memiliki bentuk arsitektur khas Batak Karo yang dibangun sekitar 60 tahun lalu. Rumah-rumah tradisiomal ini didiami oleh pemiliknya yang menyambut pengunjung dengan ramah. Untuk mencapai tempat ini anda dapat menumpang kendaraan umum (oplet ).
Wisata alam Banyak orang yang singgah ke Brastagi sebelum mereka mendaki Gunung Sibayak. Boleh dikatakan gunung setinggi 2094 m ini adalah salah satu gunung api yang paling mudah didaki di Indonesia. Pada hari libur Sabtu atau Minggu banyak anak-anak muda dari Medan yang datang ke Brastagi untuk mendaki Gunung Sibayak. Jalan yang harus dilalui saat mendaki Gunung Sibayak cukup terjal dan licin di beberapa tempat. Untuk itu pendaki sebaiknya mengenakan sepatu mendaki gunung yang memiliki daya cengkram kuat. Cuaca cukup dingin di puncak sehingga pakaian hangat serta membawa perbekalan lain dibutuhkan para pendaki seperti makanan dan minuman dan lampu senter untuk penerangan ketika turun dari puncak gunung. Gunung lainnya yang banyak dikunjungi adalah puncak Gunung Sinabung setinggi 2.450 meter dengan pemandangan alam yang lebih indah dari Gunung 35
informasi nusantara sumaterapariwisata utara Sibayak. Diperlukan waktu sekitar 6 jam untuk mendaki hingga ke puncak dan empat jam lagi untuk turun kembali. Pendakian ke puncak Gunung Sinabung dimulai dari Desa Sigarang Garang yang dapat dicapai dengan kendaraan umum opelet selama 30 menit dari Kabanjahe. Anda harus bangun pagi-pagi sekali jika ingin mendaki Gunung Sinabung dan para pendaki juga dapat bergabung dengan kelompok-kelompok pendaki lainnya dengan menyewa seorang petunjuk jalan. Salah satu obyek wisata alam lainnya adalah Air Terjun Sipiso pisoyang berada di ujung utara Danau Toba. Lokasinya sekitar 24 km selatan Kabanjahe dan sekitar 300 meter berjalan kaki dari jalan raya. Bis wisata dari Bukit Lawang selalu singgah di air terjun ini. Untuk mencapai lokasi air terjun wisatawan dapat menumpang bis umum dari Kabanjahe ke Merek dan kemudian berjalan kaki atau menumpang ojek ke lokasi air terjun.
R umah A dat K ar Adat Kar aroo Rumah adat di Tanah Karo menjadi obyek wisata yang sering dikunjungi turis khususnya wisatawan asing, namun sebagaimana umumnya rumah adat tua, kondisinya kini sudah mulai terancam karena tidak terawat. Banyak masyarakat Karo setempat yang pindah dari rumah adat dan membangun rumah biasa dengan pertimbangan lebih praktis. Saat ini masih terdapat sekitar 425 rumah tradisional Karo yang tersisa, tersebar di sejumlah desa antara lain di Lingga, Barusjahe, Dokan, Cingkes, Seberaya dan Suka. Seluruhnya masih dihuni, meski kondisinya sudah mulai banyak rusak dimakan usia. Jika tertarik dengan kebudayaan masyarakat Batak Karo maka dapat mengunjungi sejumlah rumah adat Karo yang terdapat di sekitar Brastagi. Salah satu tempat yang paling banyak dikunjungi wisatawan untuk melihat rumat adat Batak Karo adalah Desa Lingga yang terletak di barat daya Brastagi dan hanya beberapa kilometer barat laut Kabanjahe. Anda dapat menumpang kendaraan umum dari Kabanjahe menuju Lingga.
P A R A PPA AT Banyak orang menyebut Parapat sebagai salah satu kawasan wisata pegunungan dan danau yang paling Indah di Indonesia. Aneka cinderamata khas Batak banyak dijual di Parapat, pantai timur Danau Toba yang terkenal itu. Dari
36
informasi pariwisata nusantara sumatera utara Medan dapat dicapai selama empat jam dengan menempuh jarak sekitar 176 Km ke arah utara. Dari Parapat banyak wisatawan yang kemudian menyeberangi Danau Toba menuju ke Pulau Samosir. Mengunjungi Parapat juga sangat menarik pada saat hari pasar yang jatuh hari Rabu dan Sabtu. Pasar yang ramai digelar di pinggir Danau Toba yang Indah. Selain itu jangan pula melewatkan Festival Danau Toba diadakan setiap tahun di Parapat pada pertengahan Juni. Pada festival yang berlangsung selama satu minggu ini diadakan berbagai kegiatan antara lain perlombaan perahu dan aneka pertunjukan kesenian Batak. Jika tertarik dapat membeli kain tradisional Batak yang dikenal dengan nama kain ulos yang banyak dijual di Parapat dan juga di Pulau Samosir. Corak dan warna kain ulos ini berbeda-beda di setiap wilayah, namun ciri utamanya adalah garis-garis vertikal, warna putih dan biru yang dominan. Pusat pertenunan kain ulos terdapat di desa Labuhan Garaga yang terletak 25 Km dari Parapat ke arah tenggara.
D AN AU T OB A & PUL A U SSAMOSIR AMOSIR ANA TOB OBA Kabupaten Toba Samosir adalah salah satu dari 13 kabupaten di Sumatra Utara dimana Danau Toba dan Pulau Samosir berpadu dengan keindahannya. Danau Toba adalah salah satu obyek wisata utama berasal dari kawah gunung api yang sangat besar dan kemudian meletus pada sekitar seratus ribu tahun lalu. Letusan itu menyebabkan gunung tersebut runtuh, air kawah yang tumpah kemudian membentuk danau terbesar di Asia tenggara. Letusan gunung api di tempat ini diperkirakan puluhan kali lebih kuat dari letusan Gunung Krakatau tahun 1883. Luas Danau Toba adalah sekitar 1707 Km2 dengan kedalaman air di beberapa tempat dapat mencapai 450 meter. Ditengah Danau Toba terdapat Pulau Samosir yang banyak dikunjungi turis lokal dan manca negara Udara yang sejuk dan hamparan air yang membiru adalah kesan pertama yang dirasakan wisatawan saat tiba di Danau Toba. Danau yang dicapai selama empat jam perjalanan dari Medan ini memiliki pantai yang berbatu dan berdinding bukit-bukit. Sejumlah hotel dan vila di tepi danau siap menanti wisatawan yang berkunjung ke tempat ini. Dari jendela kamar hotel, wisatawan dapat menikmati pemandangan yang ada di seputar danau.
37