Sukses Tax Amnesty, Pintu Masuk Menuju Pertumbuhan Ekonomi yang Lebih Tinggi A. Tony Prasetiantono, Ph.D Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik UGM Komisaris Independen PermataBank
Ritz Carlton Jakarta, 6 Oktober 2016
Agenda
Update Perekonomian Global
The Fed: Suku Bunga Kapan Naik? Mengapa Brexit? Apa Implikasinya? Perekonomian China Melambat: Mengapa?
Fenomena “Flying Geese” Update Perekonomian Indonesia Sukses Tax Amnesty Defisit Fiskal Prospek Perekonomian 2017
The Economist: Who‘s afraid of cheap oil?
World‘s Oil Price 1970: USD 1/barrel
1973: USD 3/barrel 1979: USD 9/barrel 1981-1982: USD 34/barrel 1986: USD 9/barrel: OIL GLUT 1991: USD 41/barrel 2007: USD 60-70/barrel July 2007: USD 147/barrel June 2014: USD 115/barrel October 2014: USD 80/barrel December 2014: USD 66/barrel: OIL FLOOD August 2015: USD 38/barrel Februaray 2016: USD 27/barrel Currently: USD 47/barrel (Brent), USD 45/barrel (WTI)
“A 10 or 20% decline in the price might work in the conventional way. But a 70% decline has really drastic effects on producers; they become more, not less, likely to be liquidity-constrained than consumers”.
Paul Krugman
Why China? Slowing Down
When China Stumbles
China’s economy grew about 6.9% in 2015; and “only” 6.7% in Q1-2016 Demand for coal has been declining, due to: (1) low oil price, (2) environmental concern. Chinese government has been devalued its yuan/renminbi, in order to strengthen its competitiveness. “Sadly”, economic growth would be only 6.5% or less in 2016.
Internationalization of yuan is doubtful China’s foreign reserves have been dropped to USD 3.23 trillion, the lowest since 2012 High saving, low consumption “Flying geese” to Vietnam
When China Stumbles China’s economy grew about 6.9% in 2015; and “only” 6.7% in Q1-2016 Demand for coal has been declining, due to: (1) low oil price, (2) environmental concern. Chinese government has been devalued its yuan/renminbi, in order to strengthen its competitiveness. “Sadly”, economic growth would be only 6.5% or less in 2016.
B r e x i t (1) Integrasi ekonomi di Eropa: “The United States of Europe” Integrasi ekonomi: sekelompok negara dalam sebuah
kawasan memberlakukan pergerakan bebas (free movement) bagi penduduk, barang, jasa dan modal dalam pasar internal mereka. Dalam Uni Eropa (UE), integrasi ekonomi tersebut diikuti dengan standarisasi sistem hukum, yang menyetarakan aturan tentang perdagangan, pertanian, perikanan, dan pembangunan regional.
B r e x i t (2) Uni Eropa terdiri dari 28 negara, 508 juta penduduk,
dengan produk domestik bruto (PDB) USD 18,4 triliun (2014). Sebagai perbandingan, AS memiliki 51 negara bagian, 320 juta penduduk, dengan PDB sebesar USD 17,5 triliun (2014). Jadi, kekuatan ekonomi AS ternyata amat berimbang dengan Eropa yang disatukan. Puncak dari integrasi ekonomi ini─atau bisa disebut ultimate─adalah penyatuan mata uang (single currency).
B r e x i t (3)
Inilah yang terjadi dengan mata uang euro yang diikuti
oleh 19 dari 28 negara Uni Eropa. Inggris, dengan berbagai alasan, menolak menggunakan euro, sehingga negara-negara yang berpartisipasi adalah Austria, Belgia, Cyprus, Estonia, Finlandia, Perancis, Jerman, Yunani, Irelandia, Italia, Latvia, Lithuania, Luxembourg, Malta, Belanda, Portugal, Slovakia, Slovenia, dan Spanyol. Mengapa Inggris keluar dari UE? Karena: (1) defisit perdagangan vs UE; (2) sentimen negatif terhadap arus migrasi masuk.
B r e x i t (4) Inggris menderita defisit transaksi berjalan USD 147
miliar, atau kedua terbesar sesudah AS USD 484 miliar. Dalam persentase, defisit Inggris 4,8% terhadap PDB, atau jauh lebih tinggi daripada AS 2,5% terhadap PDB. Sebaliknya, Jerman sebagai salah satu pilar UE, justru menikmati surplus transaksi berjalan terbesar di dunia (USD 301 miliar), mengalahkan China (USD 293 miliar). Dengan menggunakan rasio terhadap PDB, surplus Jerman mencapai 8 persen, atau jauh lebih tinggi daripada China 2,7 persen.
B r e x i t (5) Inggris beropini bahwa integrasi ekonomi di Eropa telah
gagal, dari perspektif Inggris. Inggris juga kewalahan menghadapi gelombang masuknya imigran, diantaranya para pengungsi. Jerman sebenarnya juga mengalami hal yang sama. Tahun lalu, pengungsi yang masuk ke Jerman mencapai 1 juta orang. Dari sisi politik, hal ini malah menaikkan popularitas Kanselir Angela Merkel. Sedangkan di Inggris, tahun lalu arus migrasi masuk 333.000 orang, atau tiga kali lipat daripada target 100.000 orang (Jeffrey D. Sachs, Project Syndicate, 25/6).
Brexit Sepintas, Brexit akan memberi keleluasaan (6) bagi
pemerintah Inggris untuk melakukan banyak hal (misalnya deregulasi), sehingga perekonomiannya tumbuh lebih tinggi dari saat ini, 2%. Namun Paul Krugman sudah menyangkalnya sebelum referendum (The New York Times, 17/6). Brexit tidak hanya berdampak ke sektor riil (perdagangan, tenaga kerja), namun juga terhadap sektor finansial. Padahal bursa saham London adalah tandem terbesar bursa efek New York.
B r e x i t (7) Keputusan Brexit memberi dampak sentimen negatif
yang akan memukul sektor finansial. Analisis Krugman terbukti benar, bursa efek London bergejolak, harga saham berguguran. Krisis reputasi dan panik di sektor finansial tidak mudah diredam. Selain harga saham di London, kurs pound sterling juga jatuh. Ke depan, aliran modal masuk ke London juga kemungkinan bakal melemah. Indeks di New York (Dow Jones Industrial Index) mencatat rekor baru 18.559.
Quantitative Easing I, II, III (2009-2013): USD 4.5 trillion Low interest rate periods, FFR = 0.25% (now 0.5%)
Ben S. Bernanke
US economy is now “spring”, non-farm payroll: 200,000-300,000/ month. Unemployment rate is now 4.9%, dropped from 10% in 2009. Car sales 17 million (from 9 million only in 2009) Economic growth 2%. Dow Jones index was 18,500 (from 9,000 in 2009). Inflation rate 1.2%, still below the target of 2%. According to Bernanke, “low inflation is as bad as high inflation”. Interest rate should be at least 1%. (Why?)
Negative Interest Rate: Mario Draghi
Negative Interest Rate In Japan as Well
Flying Geese
Flying Geese (1)
Flying Geese (2)
Political and economic
disaster Suffering from the fall of commodity prices Brazil’s economy is predicted to shrink by 2.53% in 2016 Higher spending on pensions Fiscal deficit 10% of GDP (2015), from 2% (2010) Inflation rate 10.5%
Mario Draghi
Mario Draghi
Negara-negara kecil sengaja memberikan pajak murah, atau bahkan nol, kepada individu atau perusahaan asing, misalnya Swiss, Luksemburg, Singapura, British Virgin Islands, Cayman Islands, dan lain-lain. Tujuannya memberi daya tarik investasi dan capital inflows. Negara-negara kecil tidak membutuhkan terlalu banyak penerimaan pajak untuk membangun infrastruktur di negaranya. Tax amnesty juga bisa diberikan oleh negara bagian, misalnya negara bagian kecil Delaware yang berbatasan dengan negara bagian besar dan kaya Pennsylvania dan New Jersey (AS).
Perkiraan dana (likuid) WNI di luar negeri: Rp 3.000 triliun? Rp 4.000 triliun? Atau berapa? Pemerintah menargetkan penerimaan pajak Rp 165 triliun dari tax amnesty. Realistiskah? Mungkinkah ada dana WNI di Singapura Rp 3.000 triliun, padahal cadangan devisa Singapura USD 248 miliar (setara Rp 3.300 triliun)?
Target tebusan tax amnesty: Rp 165 triliun. PDB Indonesia: Rp 12.000 triliun Penerimaan cukai rokok setahun: Rp 142 triliun. Biaya kereta cepat Jakarta-Bandung: Rp 74 triliun. Biaya terminal 3 bandara Soetta: Rp 7 triliun. Biaya MRT Jakarta: Rp 30 triliun. Biaya pembebasan lahan bandara Kulonprogo
Yogyakarta: Rp 4 triliun. Defisit APBN: 2,5%-2,7% terhadap PDB
Posisi Tax Amnesty per 3 Oktober 2016: Deklarasi dan Repatriasi Rp 3.629 triliun (59%) Deklarasi Dalam Negeri Rp 2.539 triliun Deklarasi Luar Negeri Rp 952 triliun Repatriasi Rp 137 triliun (13,7%) Tebusan Rp 97,2 triliun
Peabo Bryson @UGM 3 December 2016
Thank you