Suara Hati Mahasiswa
Terbit sejak 1991
BERANDA
SPACE
IKLAN
hubungi: 085234409345 087850099491
Koran Dwiwulan LPM Solidaritas
Edisi April - Mei 2017 | www.solidaritas-uinsa.org
Kesenjangan Fasilitas, Gedung Baru FSH Kurang Kursi
S
udah lebih setahun peresmian beberapa gedung baru di UINSA dilaksanakan. Berbagai harapan tentu muncul dalam benak mahasiswa UINSA setelah melihat dan merasakan sendiri bagaimana proses pengerjaannya yang memakan waktu kurang lebih setahun. Namun ternyata masih ada fasilitas yang belum dilengkapi dari gedung yang dibangun melalui dana pinjaman Islamic Development Bank (IDB) dengan PT. Pembangunan Perumahan (PP) sebagai kontraktornya. Seperti di gedung Fakultas Syariah dan Hukum (FSH), gedung baru yang telah selesai diresmikan dan sudah mulai digunakan. Ternyata masih ada dua kelas di lantai tiga, ruang A.303 dan A.307, yang belum memiliki kursi untuk mahasiswa. Sehingga saat perkuliahan mereka harus berlesehan di atas karpet hijau. Kondisi seperti ini (duduk di bawah, Red.), membuat mahasiswa kurang nyaman dalam belajar dan terkadang sulit untuk konsentrasi. “Ya Mas, kurang nyaman soalnya kadang ada aja bau-bau tidak jelas dari kaos kaki teman-teman, karena sepatunya dilepas di luar depan pintu, jadi di dalam duduk hanya pakai kaos kaki,” ungkap Erna
Lesehan: Aktivitas perkuliahan berlangsung tanpa kursi di ruang A.307 Fakultas Syariah dan Hukum yang telah dipakai sejak perkuliahan semester gasal 2015.
mahasiswa FSH semester 6 kepada Solidaritas (22/5). Sampai berita ini diturunkan belum ada kepastian dari pihak dekanat terkait pengadaan kursi. “Belum ada kepastian, karena ini sistem tender,” jelas Abu Azam selaku Wakil Dekan I FSH (22/5). Selain itu, ketika ditanya terkait pihak yang bertanggung jawab, perihal...
Bersambung ke hal 14, SUDAH
Kunci Jawaban TOAFL dan TOEFL UINSA Bocor
Bocor: Kunci jawaban ujian TOAFL tersebar melalui Grup WhatsApp saat ujian berlangsung (30/5).
P
elaksanaan ujian TOAFL (Test of Arabic as a Foreign Language) di UINSA (30/5) yang diikuti semua mahasiswa semester dua diwarnai kebocoran kunci jawaban. Hal tersebut dicurigai karena adanya oknum tidak bertanggung jawab yang menyebarkannya sehingga meluas.
Tidak hanya di satu fakultas yang terindikasi, melainkan menyeluruh. Pada hari kedua (31/5) saat ujian TOEFL (Test of English as a Foreign Language) juga mengalami hal serupa (kunci jawaban bocor, Red), padahal mengaca pada kejadian hari sebelumnya semua mahasiswa tidak diperkenankan mem ...
Bersambung ke hal 14, PELAKSANAAN
1
EDITORIAL Beranda
Edisi April - Mei 2017 | www.solidaritas-uinsa.org
Masih (Tentang) Fasilitas fasilitas UINSA adalah yang terdapat di Fakultas Syariah dan Hukum. Gedung yang pembangunannya diberikan pinjaman dana oleh Islamic Development Bank (IDB) dengan PT. Pembangunan Perumahan (PP) sebagai kontraktor pelaksana ini ditemukan beberapa kejanggalan dalam fasilitasnya. Masih adanya ruang kelas yang tidak ada kursi menjadi pembahasan utama dalam Beranda II edisi April-Mei ini. Terlebih lagi mega proyek ini melibatkan berbagai pihak dalam pelaksanaannya dan dipantau langsung oleh negara. Ketimpangan fasilitas tidak hanya terjadi pada pembangunan gedung baru di UINSA, fakultas lain yang masih menempati gedung lama juga terdapat keluhan dari mahasiswa. Seperti salah satu fakultas yang lokasinya berada di dekat Gang Dosen, terdapat ruangan yang sejak awal semester genap (bulan Maret 2017) memiliki pendingin ruangan yang tidak memadai. Sebagai usaha memperbaiki keluhan itu salah seorang mahasiswa sudah mengadukan dalam pengisian form keluhan ke pihak fakultas, namun belum ada tindak lanjut. Tidak jarang juga teman-teman mahasiswa UINSA mengutarakan keluhan dalam pelayanan di berbagai instansi di UINSA. Tak terkecuali dahulu saat mahasiswa berkunjung ke sebuah ruangan kecil di sebelah Maqha yang di depannya terpampang tulisan “Klinik”. Silahkan masuk dan buktikan sendiri pelayanan yang ada di sana. Meski gratis, mahasiswa tetap mengharapkan layanan terbaik. Terakhir perlu adanya suatu terobosan untuk mengatasi pelbagai persolan fasilitas yang selama ini seringkali menjadi topik utama, membuat tema-tema lain terasa kurang menarik, sebab fasilitaslah yang sangat bersinggungan langsung dengan mahasiswa. (*) *) Pemimpin Redaksi LPM Solidaritas
P
embahasan tentang fasilitas menjadi sesuatu yang wajar dalam usaha pengembangan keilmuan di sebuah institusi pendidikan. Sebab komponen ini (fasilitas, Red.) memberikan dampak yang cukup besar. Berbagai fasilitas dibutuhkan demi lancarnya proses pembelajaran, sejak tingkat satuan pendidikan Taman Kanak-kanak sampai Perguruan Tinggi. Merujuk pada arti kata fasilitas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), fasilitas berarti sarana untuk melancarkan pelaksanaan fungsi; kemudahan. Disebutkan juga bahwa fasilitas tidak hanya berupa benda-benda penunjang keberhasilan dalam sebuah pelaksanaan, pelayanan termasuk kategori fasilitas. Jika demikian, tentu banyak hal yang masih harus diperbaiki dari fasilitas yang ada di institusi UIN Sunan Ampel Surabaya sebagai salah satu kampus yang sedang mewujudkan World Class University. Persoalan fasilitas termasuk yang sudah sangat sering dibahas, baik dalam lembaran-lembaran kertas maupun dalam media berbasis Daring (dalam jaringan). Bukan tidak mungkin jika tidak ada penanganan serius persoalan fasilitas akan menjadi pembahasan berkepanjangan nan tak berkesudahan. Salah satu yang menjadi isu penting persoalan
Susunan Redaksi:
Pelindung: Prof. Dr. H. Abd. A’la, M.Ag. Penasehat: Prof. Dr. H. Ali Mufrodi, MA., Drs. H. Samsoel Bahari, MM., Drs. H. Jainuddin, M.Si. Pembina: Dr. Abdul Cholik, M.Ag., Muhlisin, M.Pd.I, Alfi Yusron, S.HI., Sulanam, M.Pd., Muhammad Nuril Huda, M.Pd., Mahfud Nazal (Dewa Arya), Fikri Yanda, M.Pd. Pemimpin Umum: Mohammad Iqbal; Pemimpin Redaksi: Moh. Mizan Asrori; Sekretaris Redaksi: Muti’atul Lutfi; Redaktur: Iva Yuroidha, Husnil Marom; Reporter: Ahmad Jadulhaq H, Muhammad Nailur Rofi, Atika Rusyda, Mufti Eky, Desita Dini Prastiwi, Mu’tadi, Wiji Agustin Sasmita, Moh. Syamsul Arifin, Elva Meilia Anugraheni, Iif Dwi Lestari, Yeni Kurniawati, Rahmat Faisal Nst, Azizah, Desain Grafis: Moch. Malik Ibrahim Sekretariat: Jl. Jemur Wonosari Gang IAIN No.23A Wonocolo Surabaya Website: www.solidaritas-uinsa.org | Email:
[email protected] |
[email protected] Contact Person: 0857-0795-5552 ; 0878-5009-9491
2
KHOBAR Beranda
Edisi April - Mei 2017 | www.solidaritas-uinsa.org
Dok. Solidaritas/hurril
Kurangnya Saluran Drainase, UINSA Menjadi Langganan Banjir
Terobos: Pengendara sepeda motor menerobos air yang menggenang di jalan depan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat (FUF) UINSA.
B
ukan hal yang baru lagi ketika hujan turun sejumlah jalan atau tempat di UINSA tergenang air. Seperti di samping kanan Gedung Rektorat lama, depan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat (FUF), Fakultas Adab dan Humaniora (Fahum) C2 bagian depan, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) E2, Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK), dan masih banyak lagi tempat-tempat yang tergenang air hujan. Taholli, mahasiswa Fahum semester 4 Prodi Sejarah dan Kebudayaan Islam (SKI), mengaku aktivitas kuliahnya terganggu di kala hujan turun, dan akibatnya jalan menjadi tergenang air. “Sangat menggangu sekali apabila hujan turun, apalagi di samping Rektorat lama itu menjadi tempat genangan air, yang mana jalan tersebut menjadi jalan utama menuju Fahum,” ujarnya. Berbeda dengan Mochammad Farido Fanani, mahasiswa FUF Prodi Aqidah Filsafat Islam semester 6, ia mengungkapkan bahwa banjir yang kerap terjadi di kampus merupakan hal yang sudah lumrah baginya, faktor utama yang menyebabkan banjir adalah kurangnya kesadaran mengenai kebersihan sampah dan pengelolaan lingkungan kampus. Ia juga berharap nantinya akan ada sanksi yang benar-benar memberatkan dan menimbulkan efek jera. Sedangkan menurut Abdullah Rofiq Mas’ud— Kepala Bagian Umum Biro Administrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan—ada beberapa faktor utama yang menyebabkan banjir, di antaranya proses peninggian jalan oleh proyek yang didanai Islamic Development Bank (IDB) tidak merata, mengingat proyek tersebut tidak menyentuh seluruh bagian kampus. Peninggian jalan
3
hanya sebagian saja, seperti di samping Auditorium, depan Rektorat lama, sampai depan Gedung Kopertais IV. Artinya hanya bagian depan saja yang ditinggikan, di mana sebelumnya telah diukur dengan ketinggian jalan yang di depan kampus, akan tetapi masih lebih rendah. Sehingga air yang berada di titik lebih tinggi cenderung akan mengalir ke bagian yang lebih rendah. Akibatnya, air mengalir ke bagian belakang, yaitu wilayah FSH, FUF, Fahum, dan FDK. Menurut Rofiq, upaya yang bisa dilakukan sementara adalah pemompaan air ke luar kampus, seperti desain bangunan yang baru, bahwa air nantinya semuanya akan dialirkan ke depan, sehingga diperlukan bak penampungan air di samping Masjid dan eks-Kantor BTN. Akan tetapi pihaknya masih perlu berkoordinasi dengan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya, di mana saluran air Frontage yang nantinya akan menjadi tempat pembuangan air untuk jalur yang ke utara, namun masih terhenti di proyek samping Masjid Ulul Albab. Termasuk juga yang ke selatan, masih belum tembus ke aliran sungai, dengan artian Frontage masih belum maksimal. Mengingat proyek dari IDB hanya sebagian, UINSA masih punya PR menambah sisanya di belakang yang masih rendah. Tahun ini sebagian jalan yang masih rendah akan dikerjakan proses peninggiannya. Proses pelaksanaannya sudah siap dikerjakan. “Ya tinggal menghitung hari aja, kalau mulainya Mei, bulan Juli sudah selesai, kalau itu 6 bulan ya sampai Desember. Itu peninggian jalan, dan penataan sistem drainase,” ujarnya saat ditemui di Kantor Bagian Umum lantai 6 Twin Tower A, Rabu (17/5). (sml/jml)
KHOBAR Beranda
Edisi April - Mei 2017 | www.solidaritas-uinsa.org
Tidak Ada Peraturan, Kampus Seperti Pasar
S
eorang wanita berusia kepala-empat tampak berusaha menahan kantuk sambil duduk di emperan halaman sebelah timur Masjid Ulul Albab UINSA. Ia menjaga dagangannya yang berupa gorengan, beberapa makanan ringan, serta air mineral. Tanpa peduli pada orang dan kendaraan yang berlalu lalang di depannya, sesekali ia berteriak,”Gorengan-gorengan.” Selain wanita usia kepala-empat, terdapat beberapa wanita penjaja gorengan lainnya yang berkeliling di dalam kampus; melewati seluruh gedung fakultas, Twin Tower, dan serambi masjid. Bukan hanya penjaja gorengan, pedagang bakso, tahu Sumedang, dan kerupuk juga melakukan rutinitas bisnisnya di dalam kampus. Di akhir pekan saat bukan hari aktif perkuliahan, pedagang es tebu bahkan mangkal di Blok M—sebutan daerah pertigaan yang menghubungkan jalur masuk kampus ke gedung Auditorium, dan Fakultas Adab dan Humaniora (Fahum)—dengan lengkap membawa mesin penggiling tebu, bersama pedagang buah dan jajanan pentol yang juga mangkal di sana. Saat ditanya mengenai izin berdagang di dalam kampus, Nia, pedagang gorengan yang mangkal di halaman timur Masjid Ulul Albab mengaku tidak pernah dilarang oleh pihak yang berwenang. Padahal, menurutnya, ia siap jika ditempatkan di stan khusus pedagang di dalam kampus. Di lain pihak, Budi Sutarto, Koordinator Satuan Pengamanan (Satpam) UINSA, mengatakan bahwa lalulalang pedagang di dalam kampus memang persoalan yang rumit. Pasalnya penegakan peraturan tidak bisa hanya dilakukan dengan berkata tegas dan memberi sanksi jika terjadi pelanggaran. Ada rasa kemanusiaan yang tidak bisa ia lepaskan saat menegakkan peraturan, apalagi mengingat para pedagang yang melakukan aktivitas perdagangannya di dalam kampus merupakan warga sekitar kampus yang notabane-nya merupakan tetangganya di rumah. “Saya pernah menegur, dan diiyakan (oleh pedagang yang bersangkutan, Red), tapi besoknya terulang lagi. Ya masa saya suruh negur berulang kali kan enggak tega. Orang sama-sama cari rezeki. Yang penting terjaga lingkungannya, kan gitu,” ujar Budi (20/5). Selain pedagang, pemulung dan pengemis juga kerap berseliweran keluar-masuk kampus. Gunungan sampah botol, kardus, dan plastik yang dihimpun
4
oleh pemulung sering menjadi pemandangan kumuh di beberapa sudut kampus, di antaranya di belakang Gedung Auditorium dan belakang Gedung Pesantren Mahasiswa (Pesma). Mak Cong, sapaan akrab salah satu pemulung di kampus bahkan tinggal di tempat wudhu wanita Masjid Raya Ulul Albab. Lebih dari dua-puluh tahun ia tinggal di dalam kompleks kampus. Baik Budi Sutarto maupun Abdullah Rofiq Mas’ud, Kepala Bagian Umum UINSA, mengaku kehabisan ide untuk menghadapi Mak Cong. Pasalnya Mak Cong bukan ‘orang biasa’ sehingga diperlukan kemampuan khusus untuk bisa bercakap dengannya. “Masa iya mau pakai cara kasar, kan enggak mungkin. Kami belum menemukan cara untuk mengatasinya. Kami terbuka kalau ada solusi dari kalian,” tutur Rofiq (25/5). Hingga kini tidak ada peraturan tertulis mengenai regulasi ‘pengunjung’ yang berseliweran keluarmasuk kampus, namun hanya berupa instruksi lisan dari Kasubbag Rumah Tangga kepada Satpam. Hal ini berimbas pada lemahnya penegakan peraturan. Tidak ada sanksi yang diberikan kepada Satpam, sebagai pihak yang bertanggung jawab atas regulasi ‘pengunjung’, jika lalai dalam tugasnya. “Ya... kalau lalai diperingatkan oleh atasannya langsung, dari Kasubbag Rumah Tangga,” ujar Rofiq. ...
KHOBAR Beranda
Edisi April - Mei 2017 | www.solidaritas-uinsa.org
Pelayanan Klinik UINSA Tidak Semua Gratis
“
S
Dok. Solidaritas/sita
Mengenai tarif Klinik, semua tarif berdasarkan SK Rektor. Kalau di SK dibunyikan ada biayanya berapa ya sesuai SK Rektor tersebut. Kalau gratis ya gratis,” dr. Faizatul Rosyidah, Kepala Klinik UINSA Baru: Poli Umum Ibu & Anak UINSA yang baru hasil relokasi dari samping Maqha ke sebelah utara Gedung Sport Center dan Multi Purpose.
elain melakukan pembangunan gedung-gedung penunjang aktivitas di lingkungan kampus, UINSA juga menyediakan layanan kesehatan melalui Klinik UINSA. Klinik tersebut sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) UINSA 2015 memberikan pelayanan kesehatan yang mencakup pelayanan kesehatan ibu dan anak; pengobatan umum; tindakan medis; pemberian surat keterangan sehat; rujukan ke rumah sakit dan lab. medis; dan home service. Dalam SOP tersebut dijelaskan Mahasiswa S1 (reguler) di lingkungan UIN Sunan Ampel yang ingin mendapatkan layanan kesehatan (pemeriksaan dan pengobatan umum) di klinik kampus tidak dipungut biaya. Namun ada ketentuan lanjutan yang masih dalam satu sumber (SOP UINSA 2015, Red) bahwa Mahasiswa S1 program khusus, program pasca sarjana (S2 & S3), Tenaga Kependidikan, Pendidik, dan masyarakat yang ingin mendapatkan layanan kesehatan di klinik kampus dipungut biaya sesuai dengan jenis layanan dan ketentuan yang berlaku. Untuk tarif yang berlaku berdasarkan SK Rektor UINSA. “Mengenai tarif Klinik, semua tarif berdasarkan SK Rektor. Kalau di SK dibunyikan ada biayanya berapa ya sesuai SK Rektor tersebut. Kalau gratis ya gratis,” ujar dr. Faizatul Rosyidah, Kepala Klinik UINSA, kepada Solidaritas via pesan WhatsApp (9/6). Menurutnya semua pemasukan klinik dari pelayanan dimasukkan ke Bendahara Umum UINSA, bukan untuk pengadaan alat-alat dan kebutuhan klinik. Sebab belanja kebutuhan Klinik sudah diback-up Keuangan UINSA. Faiza juga menyinggung perihal gaji pengelola Klinik yang tidak bersumber dari pemasukan tarif yang dibayarkan mahasiswa dan pasien lain yang dikenakan biaya. “Sesuai status pegawai yang ada,
5
jika PNS digaji negara dan yang berstatus pegawai BLU (Badan Layanan Umum, Red) dibiayai UINSA. Sehingga sedikit banyaknya pasien yang berobat dan jika dikenakan biaya tidak berpengaruh pada gaji, melainkan berpengaruh pada besar kecilnya pemasukan BLU UINSA,” imbuhnya. Hal ini (pertanyaan tentang biaya, Red.) berangkat dari adanya mahasiswa yang menyampaikan pernah membayar biaya pengobatan, “Bayar 40.000 kalau enggak salah. Tanganku dulu kena mata ikan dan harus operasi kecil. Aku tiga kali ke sana, yang pertama periksa aja enggak bayar, yang kedua operasinya itu sama dikasih obat, yang ketiga pas lepas jahitan itu gratis. Pokoknya seingatku bayar itu pas waktu proses operasi,” ungkap Chonita Alvy Barokah, mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum semester 6. Saat dikonfirmasi, Tikno Subagio, Kasubbag Rumah Tangga Bagian Umum Biro Administrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan mengaku tidak mengerti pengobatan apa saja yang bisa di-cover pihak Klinik, “Jika hanya standar pengobatan bisa di-cover oleh Klinik, namun jika ada penyakit-penyakit tertentu yang dalam penanganannya membutuhkan biaya dari mahasiswa, itu karena fasilitas yang terbatas. Masukan saja, kalau tidak seperti ini (diwawancarai Solidaritas, Red.) saya tidak tahu,” tuturnya saat ditemui di kantornya. Sampai dengan saat ini, klinik UINSA sudah berpindah lokasi, mulai awalnya di Perpustakaan, kemudian ke Maqha, dan berakhir di Sport Center. Pihak universitas terus berusaha mengembangkan layanan kesehatan yang disediakan. Salah satunya menambah poli khusus untuk melayani pemeriksaan dan perawatan gigi, dengan menyediakan dokter spesialis. (dst/muh)
SOSOK Beranda
Edisi April - Mei 2017 | www.solidaritas-uinsa.org
Motivasi dari Kesederhanaan Hidup Arief Nama : Arief Santoso TTL : Lamongan, 8 Juli 1992 Prodi : Psikologi Angkatan 2014
Dok. Solidaritas/azizah
pa Ustaz Arief ini mengajar di Pondok Pesantren (PP) Fadlillah, Waru, Sidoarjo. Bekal yang ia dapat ketika menjadi santri selama enam tahun di PP. Fadlillah, ia salurkan kepada murid-muridnya. Ia tak lantas merasa bangga dengan pencapaiannya. Arief terus belajar, meski ia tidak langsung memutuskan untuk melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi. Bagai kacang yang tidak lupa pada kulitnya, sebagai seorang santri di sana sejak 2005, dia memutuskan untuk mengabdikan diri untuk mengajar serta membantu kegiatan-kegiatan pondok sejak 2011 hingga saat ini. Arief memilih untuk mengabdikan diri di pondok tersebut, dengan beberapa pertimbangan sebelum akhirnya memutuskan untuk melanjutkan pendidikan S1 pada tahun 2014. “Berangkat dari permintaan direktur pondok, untuk mendalami ilmu umum, sebab saya ini ditempatkan di bagian kepengasuhan santri (di PP. Fadlillah, Red.), 24 jam saya bergelut dengan santri terus-menerus. Mengambil Prodi Psikologi dengan ilmu yang didapat, harapannya, dapat mengetahui dan menganalisis tingkah laku santri, serta nantinya dapat mengatur santri dari beberapa macam karakter tersebut,” papar Arief terkait alasan memilih Prodi Psikologi dari pada prodi lainnya di UINSA. Penampilan sederhana dengan pembawaan yang ramah terhadap semua orang. Begitulah Arief. Meski ia lebih tua dari sisi usia, ia tidak menutup diri untuk berdiskusi dan berbagi ilmu serta pengalaman dengan teman-teman kelasnya, bahkan muridnya. Ia juga membuka diri bagi siapa saja yang ingin belajar tentang kajian-kajian keislaman, dengan pembicara Arief sendiri, baik
Riwayat Pendidikan:
2011
MA Fadlillah
2008
MTs Fadlillah
2005
SDN Tambaksumur
P
anasnya kota Surabaya tak lantas menghalangi para mahasiswa UINSA untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari, baik perkuliahan, kajian, rapat, acara dan bahkan tugas-tugas yang menumpuk, dikarenakan hampir purnanya proses pembelajaran mahasiswa semester genap ini. Pun yang dilakukan Solidaritas, yang pada Jumat (12/5) melaksanakan tugas jurnalistik untuk kebutuhan salah satu produk LPM Solidaritas, Koran Beranda Edisi Kedua Tahun 2017. Kali ini Solidaritas menemui sosok Arief, mahasiswa asal Lamongan yang masa kecilnya ia habiskan di kota lobster, Sidoarjo. Bagaimana kisah hidup dari Arief ini? Berikut kami himpun untuk para pembaca. Adalah Arief, sosok mahasiswa sederhana asal Desa Kembangbahu, Lamongan, Jawa Timur, merupakan mahasiswa semester enam Fakultas Psikologi dan Kesehatan (FPK), Prodi Psikologi UINSA. Sehari-hari, mahasiswa yang kerap disa-
6
SOSOK Beranda
Edisi April - Mei 2017 | www.solidaritas-uinsa.org secara formal maupun informal. Kegiatannya tidak berhenti sampai di situ, kecintaannya terhadap dunia olahraga membuatnya sering mengikuti kegiatan olahraga yang berpusat di Unit Kegiatan Olahraga (UKOR) UINSA meski tidak terikat dengan organisasinya. Ketika ditemui Solidaritas, ia dijumpai sedang duduk di tribun penonton menyaksikan pertandingan bulu tangkis di ajang UKOR Cup. Futsal adalah olahraga yang ia sukai. Karena padatnya jadwal dan selepas kuliah harus mengajar, ia hanya beberapa kali mengikuti kompetisi yang diselenggarakan UKOR. Meskipun ia aktif dalam mengajar, tak lantas cita-citanya menjadi seorang guru atau dosen. Arief bercita-cita menjadi pengusaha. Dia mengatakan, usaha apapun akan ia jalani, akan ia hadapi. Meski harus diawali dengan pekerjaan menyapu, mengangkat barang-barang dan lain sebagainya, karena dia sudah terbiasa melakukan kegiatan-kegiatan tersebut di lingkungan pesantrennya. Orang tua adalah motivasi utamanya dalam hidup. Meski ditinggal seorang ibu setahun yang lalu, namun Arief tidak putus semangat dalam menjalankan aktivitasnya. Ia melakukan segala hal yang dapat membuat ayahnya, yang sehari-harinya bekerja sebagai pedagang, bahagia. “Apa salahnya apabila orang tua kita adalah
pedagang, buruh pabrik, buruh tani. Kita sebagai anak jangan malu ketika kita dijemput ayah dengan menggunakan pick up, jangan menghindar, itu memang nyata,” jelas Arief menceritakan pengalaman temannya. Hal yang paling berharga dalam hidup Arief adalah kebahagiaan orang tua. Dia tidak mengeluh mengenai keterbatasannya. Malah ia jadikan keterbatasan sebagai menjadi suatu kelebihan. Menurutnya, prestasi tidak melulu mengenai IPK yang tinggi, menang dalam kejuaraan, mendapatkan piala penghargaan, yang paling penting adalah berbakti kepada orang tua serta membahagiakannya, “Orang tua adalah surga bagi anaknya. Kita sebagai anak tidak perlu mencari keluar. Surga berada di rumah kita, adalah kedua orang tua kita sendiri,” tambahnya. Hidup tanpa pegangan akan hampa. Prinsip yang kuat akan menguatkan tiang dalam diri kita. Arief dengan moto hidupnya, “Yang penting kita berbuat baik dulu kepada orang lain, perkara dibalas dengan kebaikan atau keburukan, itu urusan Tuhan.” Dia menegaskan, yang terpenting kita berbuat baik kepada sesama makhluk ciptaan Tuhan, dan jangan bosan-bosan untuk selalu berbuat baik, imbuhnya di akhir pertemuan. (ziz)
Lembaga Pers Mahasiswa Solidaritas menerima KARYA mahasiswa dan dosen dengan kriteria; Opini, Resensi, Cerpen, Puisi, dan Foto Jurnalistik untuk dimuat di solidaritas-uinsa.org. Ketentuan lebih lengkap kunjungi: www.solidaritas-uinsa.org/syarat-kontributor-online/
7
TELUSUR Beranda
Edisi April - Mei 2017 | www.solidaritas-uinsa.org
I
su lingkungan telah menjadi isu nasional, dari sengketa lahan sampai krisis agraria terjadi di beberapa daerah. Lalu bagaimana dengan UINSA? Mari kita simak komentar mahasiswa tentang permasalahan lingkungan di UINSA dan pengelolaannya. Aisyah Mutiara Sari (Ekonomi Syariah semester 4) Menurut saya penyebab banjir berasal dari selokan, dikarenakan banyak mahasiswa yang membuang sampah sembarangan sehingga (selokan, Red) tersumbat, kesadaran mahasiswa dari hal kecil seperti itu sering dilupakan. Selain selokan, semenjak pembangunan gedung FEBI baru tanahnya disemen jadi tidak ada resapan air. Meski kalau banjir cepat meresap, besoknya kampus pun masih becek. Harapan saya dari kesadaran mahasiswa dulu dalam memperhatikan hal kecil, seperti membuang sampah. Nanti kalau masih banjir baru meminta bantuan dari atasan dan pihak terkait. Jadi perlu kerja sama keluarga besar UINSA.
Vivi Firda Usfiyah (Sejarah Peradaban Islam semester 2) Masih mengganjal di pikiran saya mengapa pembangunan hanya pada gedung-gedungnya saja, seakan-akan perbaikan jalan diabaikan dan dianggap tidak penting. Padahal menurut saya, jalan di dalam kampus merupakan salah satu sarana yang penting sebagai akses. Saya merasa tidak nyaman ketika terjadi banjir, sepatu juga cepat rusak karena terkena air berlebih di kampus. Harapan saya ke depan (perbaikan jalan, Red) lebih dipikirkan lagi bagi pihak terkait. Pembangunan disamaratakan antara gedung dan jalan.
Ismiyatul Izza Purnamawati (Ilmu Falak semester 2) Menurut saya kalau terjadi banjir, depan Dakwah sampai Ushuludin airnya bercampur tanah dan pasir sehingga kotor. Akibatnya ketika mau ke fakultas atau ke perpustakaan alas kaki membawa kotoran berlebih. Pihak kebersihan juga bekerja lebih untuk membersihkan. Alangkah baiknya jika jalan-jalan dipaving atau diaspal. Jangan hanya peduli dengan bangunan saja, namun jalan juga harus lebih diperhatikan. Jalanan depan Ushuludin ditinggikan sehingga sama rata dengan jalan menuju masjid. Berkaitan dengan parkiran pun, karena banjir menyebabkan mahasiswa parkir jadi tidak rapi. Anis Nur Laily (Ilmu Kelautan semester 6) Kalau menurut pribadiku, pertama karena sampah. Kedua mungkin AMDAL yang dibuat di kampus belum diterapkan atau memang belum ada AMDALnya seperti Twin Tower dan gedung baru lainnya. Seharusnya ketika kita membangun sesuatu AMDAL sudah keluar supaya banjir tidak separah ini. Lalu di samping rektorat lama itu juga sangat parah. Harapan ke depan sebelum kena denda dari Kementerian Lingkungan Hidup sebaiknya diajukan dulu AMDALnya. Karena setahu saya peraturan 2016 AMDAL sudah tidak bisa diajukan setelah gedung selesai dibangun. Selain itu, jalan lebih baik lagi sehingga waktu banjir pejalan kaki tidak terkena percikan air dari pengendara sepeda motor atau pun mobil.
Maratun Nashiroh (PGMI semester 4) Menurut saya, sebaiknya dibuat pengairan yang lebih baik di UINSA. Karena kita lihat sendiri bahwa halaman atau jalan dipaving jadi tidak ada aliran air yang jelas mau kemana. Harapan saya ke depan ada tindakan nyata, terlebih dari kita sendiri sebagai mahasiswa. Jika kita mau diajak dan mau mengubah kampus, maka kondisi kampus akan jadi lebih baik, bukan hanya menuntut birokrasi. Selain itu, banjir membuat kampus tidak sedap dipandang dan becek. Keset yang tersedia kurang bisa menyerap air dari alas kaki mahasiswa, sehingga menyebabkan lantai fakultas jadi kotor.
Nadhillah Widya P. U (Ilmu Politik semester 2) Menurut saya, selokan di kampus sebaiknya dibersihkan. Banyak mahasiswa buang sampah sembarangan di sana, maka baiknya disediakan tempat sampah yang mampu menampung sampah-sampah dari mahasiswa. Karena tempat sampah di kampus masih kurang, jika terjadi banjir jadi tidak enak dipandang. Penataan kampus juga kurang rapi. Bagi pejalan kaki sebaiknya disediakan jalan khusus. Harapan saya, selokan dibersihkan secara berkala sehingga tidak tersumbat seperti sekarang ini.
8
RESENSI Beranda
Edisi April - Mei 2017 | www.solidaritas-uinsa.org
Identitas Buku Judul buku : Cinta di Kaki Bukit Baiyun Penulis : Buyung Pambudi Penerbit : YPLP-PT. PGRI Bangkalan Cetakan : Cetakan pertama, Mei, 2016 Tebal buku : 194 halaman No. ISBN : 978-602-74512-0-9 Peresensi : Eva Ardlillah Daulati*
B
agaimana jadinya jika kita mengidap penyakit kanker? Penyakit mematikan yang dapat merenggut nyawa siapa saja, tak pandang umur, laki-laki atau perempuan. Bagaimana jadinya jika seorang dokter salah mendiagnosis penyakit pasien? Dan bagaimana jadinya jika pengobatan yang dilakukan dokter tidak manusiawi? Itulah yang dialami Buyung dan istrinya, Elly Kristina. Sang istri berulang kali ke dokter memeriksakan penyakitnya, pada akhirnya diagnosis dari setiap dokter yang didatangi hasilnya berbeda, bahkan salah. Tak hanya itu, komunikasi yang dilakukan dokter kepada pasien juga kurang terlihat sebagai komunikasi antar sesama, semakin menambah kekecewaan mereka. Kami yang awam tentang kedokteran mestinya diberi informasi yang jelas dan mudah kami pahami. Bukannya disambut dengan senyum kecut merendahkan layaknya tokoh Sengkuni dalam tokoh Mahabharata yang tersohor itu. “Kami ini bayar, Dok,” gerutuku dalam hati (hlm. 3). Sebuah novel kisah nyata perjuangan seorang suami mendampingi sang istri melawan penyakit kanker. Dimulai dari kekecewaan mendalam akibat diagnosis dokter yang asal-asalan dan salah, hingga sang istri yang harus pergi untuk selama-lamanya. Novel ini menggambarkan banyak emosi di setiap alurnya, kecewa, marah, bahagia, dan sedih yang dirasakan sepasang suami-istri dalam berjuang melawan penyakit kanker. Cinta yang begitu besar kepada sang istri membuat Buyung terus berupaya mengobati istrinya. Berobat dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain. Menjalani kemoterapi berulang kali. Dan harus merasakan cara pengobatan kanker dokter di Indonesia yang tidak manusiawi, seperti menancapkan infus secara bergantian pada tangan kanan dan kiri. Walaupun keduanya sudah bengkak namun tetap saja dipaksakan. Hal ini tidak hanya berakibat pada kondisi fisik pasien, tetapi kondisi psikologisnya juga turut terganggu. Keyakinan kesembuhan sang istri bertambah kuat kala mereka mencoba berobat ke Guangzhou, China.
9
Cara penanganan yang dilakukan di sana sangat bersahabat. Pun cara berkomunikasi dokter dan perawat di sana begitu positif dan menghargai sang istri layaknya manusia lain. Seperti kalimat yang selalu disampaikan dr. Lin Jing kepada Buyung, “Kami akan berusaha mempertahankan hidup istri anda,” “Semoga istri anda panjang umur.” Kalimat tersebut konsisten disampaikan dr. Lin Jing kepadanya. “Kalimat yang sama selalu ia sampaikan ketika saya mencecarnya dengan pertanyaan (apakah istri saya bisa disembuhkan?) secara berulang-ulang.” (hlm. 182). Hingga akhirnya ajal menjemput sang istri, dan Buyung hanya bisa berkata, “Selama kamu sakit, aku selalu mendampingimu dan merawatmu. Aku juga selalu mengupayakan jalan terbaik untukmu agar segera sembuh. Itu bukti bahwa aku sangat sayang kamu. Tetapi, rasa sayangku padamu tidaklah ada artinya jika dibandingkan dengan begitu sayangnya Allah kepadamu, yakinlah bahwa Allah jauh lebih sayang kepadamu,” (hlm. 16). Buyung Pambudi, penulis sekaligus tokoh dalam novel ini menyajikan sebuah kisah nyata yang diambil dari perjalanan hidupnya. Sebuah kisah yang mampu membuat pembaca turut merasakan kenyataan pahit di dunia kesehatan yang dirasakan masyarakat kita. Gaya bahasanya mengalir layaknya kisah perjalanan yang ditulis dalam buku harian. Novel ini memberikan pelajaran berharga mengenai dunia kesehatan. Pantas dimiliki remaja dan dewasa, terutama yang menekuni dunia kesehatan atau kedokteran. Penulis menyiratkan pesan tentang pentingnya upaya pengobatan dengan diagnosis dan penanganan yang bagus lagi tepat. Sebuah buku yang mencoba mengingatkan bahwa pelayanan dalam kesehatan juga memengaruhi kesembuhan pasien. *) Mahasiswa semester 4 Prodi Psikologi UIN Sunan Ampel Surabaya, aktif di dunia pers kampus LPM Solidaritas.
Dok. Solidaritas/eva
Dunia Kesehatan Indonesia dan Kenyataan Pahitnya
OPINI Beranda
Edisi April - Mei 2017 | www.solidaritas-uinsa.org
S
Membangun Hal Besar dari yang Terkecil Iif Dwi Lestari*
ebagaimana tersurat dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 4 tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi dan Pengelolaan Perguruan Tinggi, Bagian Pertama pasal 6 terdapat dua poin penting dalam sistem penjaminan mutu di setiap perguruan tinggi. Kedua poin tersebut adalah sistem penjaminan mutu internal yang diselenggarakan perguruan itu sendiri dan sistem penjaminan mutu eksternal yang dilakukan Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN – PT). Menanggapi Peraturan Pemerintah tersebut, sejauh ini beberapa langkah telah UINSA tempuh demi menjamin mutu internal. Seperti yang telah dilakukan berbagai pihak di lingkungan UINSA dalam mempersiapkan akreditasi, meski masih terdapat beberapa kekurangan yang tentu harus terus ada upaya memperbaiki. Akreditasi program studi ini merupakan suatu langkah mendapatkan pengakuan dari BAN-PT sesuai kualitas yang ada untuk menuju World Class University (WCU). Selain pelaksanaan akreditasi oleh BAN-PT, terlihat beberapa tahun terakhir UINSA sedang gencar melakukan revitalisasi fisik. Terdapat banyak bangunan baru yang memenuhi lingkungan kampus, fasilitas umum seperti Gedung Sport Center, Laboratorium Terintegrasi, Gedung perkuliahan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) yang juga terdapat ruang aktivitas kemahasiswaan atau kantor UKM kampus. Kondisi perpustakaan yang telah direnovasi dan memberikan pelayanan mandiri bagi mahasiswa merupakan bukti ada usaha dari pihak kampus memperbaiki kualitas internal. Namun jika diperhatikan kembali, tampak UINSA hanya terfokus pada peningkatan fasilitas dalam skala makro. Sehingga beberapa hal yang termasuk dalam skala mikro terkesan dikesampingkan. Padahal sesuatu yang besar dibangun dari hal-hal kecil, di mana seringkali hal kecil ini menjadi lebih tampak dan dirasakan langsung oleh mahasiswa dan sivitas akademika yang lain. Dikhawatirkan dari sesuatu yang di-
anggap remeh ini akan berimbas pada mutu pelayanan dan fasilitas yang lebih besar. Menurut pengamatan penulis, masih banyak terdapat kekurangan dalam penyediaan sarana dan prasarana di UINSA. Seperti halnya parkir kendaraan yang masih semrawut dan tidak diberikan kejelasan kapan akan dibangun fasilitas parkir yang memadai, mahasiswa hanya diberikan janji gedung parkir dan belum diberikan kepastian waktu pembangunannya. Fasilitas kamar mandi masjid yang kurang terawat seperti adanya pintu kamar mandi yang rusak, minimnya keberadaan kantin dan tempat fotokopi di dalam kampus serta kurangnya pelayanan berupa jasa di beberapa tempat. Padahal, jika dilihat fungsinya keberadaan fasilitas di atas sangat dibutuhkan mahasiswa dan menjadi kebutuhan sehari-hari. Misalnya saja tempat fotokopi yang seharusnya memudahkan mahasiswa dalam proses pembelajaran malah terganggu karena ketersediaan yang minim. Kantin kampus yang tidak berbanding dengan jumlah mahasiswa yang mencapai ribuan, dan masih sedikitnya alokasi tempat untuk UKM-UKM yang ada di fakultas. Terlihat beberapa UKM fakultas menempati kawasan yang tidak selayaknya ditempati. Seperti terlihat di sebelah perpustakaan yang menjadi tempat berkumpul dan menaruh barang-barang organisasi tingkat fakultas. Hemat penulis, akan lebih baik jika di setiap sudut fasilitas umum seperti Perpustakaan atau bagian akademik disediakan survei kepuasan yang berguna untuk koreksi pelayanan. Ketersediaan kotak saran pun akan membantu pihak kampus dalam meningkatkan kualitas internal. Sehingga tujuan besar menuju WCU akan benar-benar bisa dicapai dan manfaatnya dirasakan semua pihak, tidak hanya menampilkan kemasan UINSA dengan wajah mentereng namun juga menyajikan pelayanan yang maksimal bagi seluruh sivitas akademika. Semoga. *) Mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris UINSA semester 6 asal Madiun, saat ini bergiat di LPM Solidaritas sebagai sekretaris Divisi Litbang.
10
SASTRA Beranda
Edisi April - Mei 2017 | www.solidaritas-uinsa.org
S
Ibuku Ingin Punya Kulkas
ebenarnya, aku tidak mau bilang tentang hal ini. Tapi mau bagaimana lagi, aku tidak bisa menahan sifat keranjingan Ibuku yang berlebihannya tak dapat diukur dengan timbangan warung. Kemarin, dia menelponku dan bukan malah menanyaiku tentang kabar, dia malah mencurahkan isi hatinya kalau dia barusan ikut arisan. Jangan tertawa dulu. Karena ceritaku tidak akan ada lucunya sama sekali. Arisan yang diikuti Ibu biasanya hanya kisaran dua rIbu rupiah perbayar satu minggu sekali, sedangkan sekarang dia mau mencekik penghasilanku dengan ikut-ikutan arisan lima puluh rIbu per minggunya. Semuanya ini karena kulkas sialan! Sejak aku lulus SMA, Ibu punya semacam cita-cita yang tak masuk akal. Yakni: punya kulkas. Alibi Ibu berupa: kalau dia tak mau kalah dengan Ibu-Ibu yang lain. Bahkan tetangga kami yang rumahnya berdinding setengah bata setengah kayu saja sudah punya dua kulkas. Masak rumah kami yang sudah berkeramik klinyit tak punya. Maka, jika Ibu ikut arisan lima puluh rIbu itu, dia bisa dapat setidaknya lebih dari dua juta, dan itu sudah lebih dari cukup untuk ‘punya kulkas’. Sejak pertama tahu keinginan Ibu, aku jadi orang pertama dan terakhir yang menolak keinginan Ibu tersebut. Keinginan tidak masuk akal dan membahayakan kehidupan manusia.
Oleh: Wasila Thoyyibah
Bagaimana tidak, kulkas itu munafik. Dia pura-pura mendinginkan apa yang kita ingin, tapi di belakang dia membahayakan yang lain. Iya, memanaskan bumi. Sialan, kan? Jadi, aku tidak mau jadi manusia durhaka dengan ikut-ikutan merestui Ibu untuk beli kulkas. Sayangnya, sampai sekarang keinginan Ibu belum terpenuhi juga.
Terbukti, alam lebih berpihak pada orang-orang yang menyayangi dirinya. Termasuk aku. Bukan Ibu. Barangkali begitu. Sebenarnya, aku cukup sadar kalau aku ini anak pertama yang akan jadi tiang penyangga kehidupan rumah tangga, dikarenakan adik-adikku juga masih kecil tak berdaya, dan ayah yang sudah cukup
11
berumur tak bisa apa-apa. Maka, aku harusnya sadar diri kalau hanya aku yang dapat mengampu keinginan Ibu itu. Tapi ya mau bagaimana lagi, aku-tidak-mau. *** Seminggu kemudian, adikku mengirim SMS mematikan. Bunyinya: Ibuk dapat nomor dua, mas. Jadi dua minggu lagi, Ibuk mau beli kulkas. Mas tahu enggak kulkas keluaran paling baru apa? Bahkan aku tak punya pilihan lain selain langsung memencet tombol ‘panggil’. Keranjingan Ibu sudah harus dibasmi. Tut. Teleponku bersambut. “Buk, apa pentingnya sih punya kulkas?” Tembakku langsung. “Ujug-ujug langsung marah-marah, ini aku Ani. Tak panggilkan Ibu bentar.” Krusuk-krusuk tujuh detik. Suara Ibu lalu langsung menyembul. “Halo Yan?” “Ibu masih ngerasa beli kulkas itu penting?” “Loh emangnya gak penting?” “Udahlah gak usah beli kulkas, bu. Aku bakal kasih Ibu uang lebih banyak asal gak beli kulkas.” “Yan.... nanti kalau kamu pulang kampung kan enak, Ibu gak usah beli es batu ke Bu Rukini kalau kamu pengen minum yang dingin-dingin.” “Aku tahu Ibu gak pintar ngitung, tapi tolonglah bu, logikanya kalau beli es batu cuma maratus. Beli kulkas jutaan bu! Mubadzir, bu, kata kyai kesayangan Ibu!” “Udah. Pokoknya jangan banyak omong. Ini cita-cita Ibu. Kulkas bukan barang haram!”
SASTRA Beranda
Edisi April - Mei 2017 | www.solidaritas-uinsa.org Tut. Panggilan terputus. Kepalaku langsung cenat-cenut. Sepertinya alam sudah menghianatiku. Kuputuskan mengetik balasan untuk adikku: “Bilang Ibu, kulkas keluaran terbaru bermerk: kiamat!” *** Seminggu setelahnya aku tak mau menelepon bahkan mengirim pesan pada adikku. Ujung-ujungnya pasti mereka (Ibu dan adikku) akan pamer barang terlaknat itu. Hanya saja, belum selesai aku membenak untuk tidak melakukan itu, adikku sudah lebih dulu mengirim pesan. Sebagai pihak kontra dengan pembelian kulkas, aku tentu saja memilih untuk mendiamkan pesan dan tidak menengoknya sampai hatiku tak memanas. Anak mana yang tak marah jika Ibunya memakai pengahasilan anaknya untuk hal-hal mudharat seperti itu. Maaf, bu. *** Teleponku berdering tepat saat aku selesai makan malam di warung dekat kantor. Adik. Baru ingat, aku juga belum membuka SMS tadi. “Ada apa?” “Mas kenapa gak bales sih.” “SMS-mu aja gak tak buka, malah suruh bales.” “Astaghfirullah. Mas, gimana sih, Ibu nangis dari tadi mas, dompetnya ketinggalan di pasar. Terus uang arisan ada didalamnya.” “Ilang?” Tanyaku tak sabaran. “Ya iyalah mas.” “Gak jadi beli kulkas berarti?” “Kok mas kedengerannya malah seneng?” “Emang siapa yang nyuruh
Ibu beli kulkas. Ya udah ikhlasin aja duitnya. Bilang sama Ibu, gak usah nangis, barang gak guna kayak gitu ditangisin.” “Edan. Gak kasihan sama orang tua sendiri.” Lagi-lagi telepon diputus. Aku menghela napas. Menyeringai. Alam masih berpihak padaku. *** Aku terbangun dan merasakan udara dingin menusuk sampai ke tulang-tulang. Gigiku saling beradu bergemelatuk. Kakiku sudah kaku dimakan kedinginan. Belum pernah aku bangun dalam kondisi seperti ini. Ditambah rasanya begitu sesak. Aku merasakan setiap daging tubuhku terpisah-pisah oleh sekatsekat. Mataku mencoba mencari kebenaran yang terjadi. Dan aku tak bisa menahan mataku untuk tidak terbelalak. Aku ada di dalam kulkas! *** Mimpi tadi malam membuatku sakit kepala. Tubuhku rasanya ikutan remuk oleh suhu dingin dalam mimpi itu. Bisa-bisanya aku mimpi sebegitu anehnya. Dan yang lebih membuatku terheran-heran adalah ada sosok Ibu dalam mimpi tadi. Iya, aku masih ingat jelas. Ibu yang mengurungku dalam kulkas. *** Sudah kuputuskan dari pada aku gila karena urusan kulkas sialan ini, maka aku menyiapkan niatan terbaik dan terberat selama hidupku. Membelikan-Ibu-kulkas. Setidaknya hari ini, kulkas akan dikirim ke rumah. Entah bagaimana reaksi Ibu melihat datangnya kejutan dariku.
12
Dengan begini, aku justru menjadi pihak yang menghianati alam. *** Sebelum Ibu benar-benar terkejut, kupastikan untuk menelepon dulu. Sayangnya, hingga dering kesekian, Ibu tak mengangkat teleponku. Baru pertama kali ini. Hatiku makin tak enak. Ditambah dengan mimpi semalam. Jangan-jangan Ibu benar-benar marah padaku. Dan dia sedang menghukumku dengan tak mengangkat telepon dariku. Sulit sekali untuk tidak berburuk sangka di saat seperti ini. Maka mulai ku letakkan ponsel dan mencoba kembali menghadap layar laptop. Namun hal itu urung terjadi karena panggilan masuk ke ponselku. Adik. Perantara Ibu. “Halo, Ibu mana?” “Yan!” Suara Ibu. Kedengarannya baik-baik saja. Bahkan terkesan bahagia. Pasti kulkasku sudah datang. “Bu, hari ini—” “Yan, Alhamdulillah wa syukurillah, Ibu dapat kulkas! Ibu dapat kulkas, Yan! Subhanallah Ibu gak bisa nahan tangis. Ibu dapat undian jalan sehat. Ibuk dapat hadiah utama! Kulkas, Yan! Kulkas.... Rezeki gak pernah salah, Yan....” Mataku melotot-semelototnya. Ludah kutelan berkali-kali. Jelas-jelas, alam menghukumku atas penghianatan ini. Memang benar, rejeki tidak salah. Tapi, panitia jalan sehat itu yang kurang ajar! *) Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya.
SASTRA Beranda
Edisi April - Mei 2017 | www.solidaritas-uinsa.org
Puisi-Puisi MOH. DAWAM Kartini, ibu kita
Dimana-dimana
Garis Tangan
Kartini, sosok Pertiwi Ibu semua anak negeri Kaum priyayi berhati Masa depan bangsa peduli
Dimanakah kalian Serdadu muda rakyat jelata Pejuang tanpa senjata Tak gentar senapan tentara
Semesta raya berbisik Saatnya engkau asyik-asyik Tak perlu menitik Kehidupan pelik
Lahirlah kembali ibu. Kami rindu sosokmu Ajarilah kami... Kami bosan sekolah yang membodohkan Kami butuh terangmu. Karena sekarang semua makin gelap Pintar membodohi, Bodoh memintari.
Dimanakah kalian Pelajar yang merindu keadilan Melebur dengan debu Menderu, teguh menyeru
Teks usang bilang Belum waktunya sayang Terus berjuang Sampai petang
Dimanakah kalian Massa tanpa bayaran Marjinal taipan Pejuang buruh atas hartawan.
Sabar, ini bukan ujian Ini suratan Garis kehidupan yg dilupakan
Dimanakah kalian Sahabat polusi musuh polisi Pendengar rakyat Pasukan tak takut melarat
Sejajar garis edar Tawakal dan ikhtiar Doa jangan pudar Tuhan tak menghindar
Dimana kau!!!
4 Maret 2017
Kembalilah ibu Engkau pasti sedih melihat raja-raja itu Pedagang janji pemeras rakyat Engkau pasti malu memandang kaummu Yang hanya bersolek lekas laku. 21 April 2017 Daur ulang Anak lanang itu membisu Selama ini ia sendu Anjing-anjing itu selalu Membuli mengguru Tak usah ambil pusinglah Itu hanya sampah bicara Ambil hikmahnya Buang bisanya 22 Maret 2017
Stt.... Jangan berisik Mereka sedang asyik Mengembik akademik Harap-harap nilai baik Stt... Mereka rapat Mau ada acara hebat Semua harus mengkilat Tanpa salah dan cacat 10 April 2017
IKLAN BOS!
Gabunglah menjadi member MITMED BERBEK!!! 1. Diskon langsung 5% s/d 10% per item 2. Point belanja 3. Kado bagi member yang ulang tahun Jl. Raya Brigjen Katamso no.1 Berbek, Waru, Sidoarjo (sebelah timur SPBU) No. Telp/WA : 08553210594
13
*) Penulis bisa dihubungi melalui email dhawam.mch@ gmail.com
SAMBUNGAN Beranda
Edisi April - Mei 2017 | www.solidaritas-uinsa.org Sambungan dari hal 1, SUDAH ini Azam mengatakan pihak rektorat, sebab semua pengadaan barang untuk kampus terpusat di sana. Tidak hanya masalah kursi, Azam mengungkapkan sebenarnya WC yang tersumbat juga merupakan permasalahan yang masih ada dan belum tuntas terselesaikan. Setelah dikonfirmasi ke pihak rektorat, Tikno Subagio, pegawai Bagian Umum UINSA, mengatakan yang bertanggung jawab adalah pihak Dekan sebab gedung sudah diserahterimakan (23/5). Adanya saling lempar tanggung jawab antara pihak dekanat dan rektorat ini tidak menyelesaikan permasalahan yang ada. Tidak hanya mahasiswa FSH yang merasa dirugikan, mahasiswa fakultas lain pun merasa kecewa dan berharap agar pihak yang bertanggung jawab segera menyelesaikan permasalahan dengan menunaikan tugasnya. “Saya berharap penanggung jawab dari
pengadaan kursi ini bisa segera sadar dan menjalankan amanahnya dengan baik, sebab tidak hanya saya yang agak kecewa mengetahui berita seperti ini, pasti semua teman-teman mahasiswa sangat menunggu khususnya yang di FSH, tentu mereka memiliki harapan yang sama,” ujar Diyah mahasiswa semester 6 Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Hal berbeda terjadi di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK), yang waktu pembangunan gedungnya tidak terpaut jauh dengan FSH dan masih dalam satu paket pembangunan proyek UINSA bekerja sama dengan IDB. Meski dalam peresmian dan pemakaiannya lebih dahulu FSH tetapi pengadaan kursi di FTK saat ini sudah lengkap, semua ruang perkuliahan dilengkapi kursi sebagai penunjang pembelajaran. (dul/rof)
Sambungan dari hal 1, PELAKSANAAN membawa alat komunikasi berupa handphone, akan tetapi masih terjadi kebocoran. Penyelidikan masih terus dilakukan pihak Pusat Pengembangan Bahasa (P2B) UINSA. Berdasarkan praduga yang diperoleh, bisa jadi bocornya kunci jawaban berasal dari dosen yang memberikannya kepada mahasiswa, atau mahasiswa sendiri yang mengambilnya. Sampai saat berita ini diturunkan motif dari bocornya masih tidak ada kejelasan bagi P2B. Berdasarkan keterangan AY yang menerima kunci jawaban, hampir semua mahasiswa di ruangannya tersebut memakainya. Lanjutnya, kunci jawaban TOAFL tersebut masih dalam satu paket dengan absensi. Ketika itu, absensi sudah diisi terlebih dahulu oleh mahasiswa, dan saat mengetahui kunci jawaban masih dalam satu paket dengan absensi, kunci jawaban tersebut difoto dan disebarluaskan di grup WhatsApp, yang akhirnya tersebar ke fakultas dan jurusan lainnya. Kendati demikian, Kepala P2B, Abdul Kadir Riyadi, menyatakan hal tersebut tidak pernah terjadi pada tahun sebelumnya, walaupun teknis (soal, absensi, dan kunci jawaban dalam satu paket) dan prosesnya sama (5/6). Dari pantaun Solidaritas, ada lima pemilik nomor telepon yang mengaku mendapatkan kunci jawaban. Tidak hanya itu, penyelidikan masih terus dilakukan P2B dengan melakukan panggilan kepada lima orang tersebut. Selain itu, ada rencana akan diadakan ujian ulang dengan berbagai teknis, baik menyeluruh atau yang terindikasi menggunakan kunci jawaban saja. Untuk mengetahui
lebih lanjut siapa saja yang terindikasi, pihak P2B akan melihat data pengakuan kelima orang yang terindikasi, laporan dari mahasiswa dan melihat nilai ujian. Dalam waktu dekat ini juga, beberapa koordinator fakultas akan dikumpulkan untuk membahas dan mencari solusinya. Sebagai kebijakan dari pihak P2B, bagi mahasiswa yang terlibat di dalam penyebarannya akan diadakan ujian ulang. “Untuk hukuman akademik, bagi yang terindikasi diharuskan mengikuti ujian ulang, sedangkan untuk hukuman administratif kami tidak punya wewenang, apakah nanti diskors atau tindakan lainnya,” tutur Abdul Kadir. Ujian ulang yang direncanakan nantinya akan dilaksanakan pihak fakultas, baik itu berdasarkan komando dari P2B atau berjalan sendiri. “Jika memang ada yang melakukan ujian ulang dengan sendirinya, itu merupakan hal yang bagus dan kami (P2B, Red.) mendukungnya,” tambahnya. Hal senada disampaikan dosen intensif Bahasa Arab Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Muhammad Afif Yuniarto, baginya memang sudah selayaknya diadakan ujian ulang jika memang terbukti ada kebocoran, untuk memperoleh nilai asli. Namun hal ini dilema, apakah ujian ulang untuk semua mahasiswa atau hanya yang terbukti menyontek. Sebab akan sulit mengidentifikasi siapa yang mendapat bocoran dan tidak. “Karena nilai intensif menjadi nilai penting untuk menunjukkan bahwa mahasiswa sudah cakap berbahasa. Jika nilainya tinggi tapi hasil nyontek maka tidak bisa digunakan untuk mengukur kecakapan itu,” ujarnya
14
SAMBUNGAN Beranda
Dok. Solidaritas /Ari
Edisi April - Mei 2017 | www.solidaritas-uinsa.org
Bocor: Lembar kunci jawaban soal TOAFL (kiri) dan TOEFL (kanan) yang tersebar pada saat pelaksanaan ujian melalui grup WhatsApp.
Dok. Solidaritas /Ari
itu, jauh-jauh hari P2B merencanakan pada tahun 2019 nanti, ujian akan diselenggarakan secara online. “Pada tahun 2019 mendatang yang sudah kami proses sebelumnya–bukan lantaran kejadian ini–ujian akan diselenggarakan secara online, TOAFL dan TOEFL ITP,” pungkasnya mengakhiri wawancara. (rik/dre)
melalui pesan WhatsApp (6/6). Agar tidak terjadi kebocoran serupa tahun depan P2B berencana mengganti teknis ujian, dengan tidak memberikan kunci jawaban kepada dosen terlebih dahulu dalam satu paket. “Setelah selesai ujian kunci jawaban akan diberikan ke masing-masing dosen,” imbuh Abdul Kadir saat ditemui di kantornya. Selain
Sambungan dari hal 4, SEORANG Sementara, Budi Sutarto tetap bersikukuh pada prinsipnya untuk rasa kemanusiaannya. Ia mengaku seringkali kena tegur dari atasan karena tidak tegas menjalankan tugasnya. Budi mengaku tidak tega jika harus berlaku keras. Kalaupun bisa keras, ujarnya, tidak ada payung hukum yang melindungi Satpam, tidak seperti polisi atau militer. Para pedagang, pemulung, dan pengemis yang bebas keluar-masuk kompleks kampus ia tegur baik-baik secara kekeluargaan. Baginya peraturan itu luwes. “Yang penting kondusif. Kita bukan militer,”
tekan Budi. Menurut Ibrahim, Mahasiswa Fakultas Adab dan Humaniora (Fahum), adanya pedagang yang berjualan di Blok M lumayan membantu mahasiswa namun sedikit kurang cocok. “Dari sisi kerapian kurang cocok, karena kampus sebesar UINSA ini harusnya ada tempat makan yang resmi dan murah, lagian kantin dan Maqha juga kurang bersahabat dengan kantong mahasiswa,” tuturnya ketika ditemui. (muf/rus)
Segenap Keluarga Besar LPM Solidaritas Mengucapkan Selamat Datang Mahasiswa UINSA 2017 Mari Tegakkan Pena Keadilan! SALAM PERS MAHASISWA!
15
TABIR Beranda
Edisi April - Mei 2017 | www.solidaritas-uinsa.org
Dana Kegiatan Mahasiswa di Luar Kampus Assalamualaikum Wr. Wb. Perkenalkan saya Mia Rahmatun Nisa, mahasiswa Bimbingan Konseling Islam UINSA semester 2. Setelah menjadi mahasiswa UINSA saya merasakan atmosfer seminar dan kegiatan-kegiatan diskusi di UINSA cukup semarak. Hal ini membuat saya tertarik menambah wawasan di luar bangku kuliah formal. Saya pun berminat mengikuti kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan pihak-pihak di luar kampus. Namun yang menjadi hambatan adalah saat acara tersebut tidak secara penuh dibiayai panitia. Lalu apakah kampus UINSA membiayai kegiatan di luar UINSA yang diikuti mahasiswa UINSA? Kalau memang ada (anggaran), apa saja kegiatan bagi mahasiswa yang dibiayai kampus UINSA? dan bagaimana prosedur pengajuan permohonan dana untuk kegiatan yang dibiayai tersebut? Terima kasih atas jawabannya. (Mia Rahmatun Nisa, Mahasiswa Bimbingan Konseling Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi UINSA semester 2).
Waalaikumussalam Wr. Wb. Kegiatan yang dibiayai adalah kegiatan yang berorientasi pengembangan akademik maupun non-akademik yang diadakan oleh lembaga resmi, baik nasional maupun internasional, yang secara prestasi terukur dengan peringkat kejuaraan. Prosedurnya, mahasiswa mendapatkan undangan festival atau lomba atau mahasiswa diutus oleh lembaga dengan prosedur mahasiswa mengajukan bantuan dana kepada Rektor UINSA via Bagian Kemahasiswaan. Terima kasih. (Drs. H. Jainudin, M.Si, Kepala Bagian Kemahasiswaan dan Alumni UIN Sunan Ampel Surabaya).
TABIR (Tanya Birokrat)
Rubrik Tabir diperuntukkan bagi mahasiswa UINSA yang memiliki pertanyaan seputar UINSA, baik kebijakan atau peraturan kepada birokrat di lingkungan UINSA (Rektor, Dekan, dan seluruh jajarannya). Pertanyaan tersebut akan dijawab langsung pihak terkait dan dimuat di Koran Beranda. Silakan layangkan pertanyaan anda ke email redaksi
[email protected] atau ke Sekretariat LPM Solidaritas: Jl. Jemur Wonosari Gang IAIN 23A Wonocolo Surabaya.
16