Bab V. Analisis Kebijakan Kapital, Sumberdaya Lahan dan Air
12
Kebijakan PSO/Subidi Benih Untuk Padi, Kedelai dan Jagung I.
Pendahuluan
Penggunaan benih bermutu dari varietas unggul dapat memberikan berbagai keuntungan, karena dapat meningkatkan produktivitas dan mutu hasil. Permasalahan yang masih dihadapi sampai saat ini adalah penyerapan benih bermutu (bersertifikat/berlabel) di tingkat petani dinilai masih rendah, walaupun penggunaan varietas unggul sudah cukup tinggi. Salah satu penyebab rendahnya penggunaan benih bermutu tersebut adalah terbatasnya daya beli petani. Oleh karena itu untuk mendorong dan meningkatkan penggunaan benih bermutu dari varietas unggul di tingkat petani perlu diberikan subsidi harga benih dengan harapan diperolehnya benih dengan harga yang relatif murah dan terjangkau. Kebijakan subsidi benih oleh pemerintah dimaksudkan untuk meringankan beban petani melalui subsidi benih kepada petani merupakan salah satu kebijakan dalam pembangunan pertanian yang telah lama dilaksanakan dengan jumlah yang masih relatif kecil (rendah) dan volumenya berubah dari waktu ke waktu. Dalam pelaksanaannya, sejak tahun 1986 s/d 2006 pemberian subsidi hanya untuk benih padi, jagung dan kedelai. Pemberian benih bersubsidi setiap tahun pada umumnya mengalami peningkatan. Jumlah benih yang disubsidi pada tahun 1986 untuk padi sebanyak 22.908 ton (9,24% dari kebutuhan potensial), benih jagung sebanyak 171 ton dan benih kedelai sebanyak 408 ton. Pada tahun 2006 volume benih bersubsidi meningkat menjadi; benih padi 110.500 ton (35,08% dari kebutuhan potensial), benih jagung hibrida 2.800 ton (9,52% dari kebutuhan benih potensial), benih jagung komposit 1.350 ton (2,04% dari kebutuhan benih potensial) dan benih kedelai 5.455 ton (17,57% dari kebutuhan benih potensial). Selain rendahnya intensitas penggunaan benih bermutu, kendala lain yang dihadapi dalam upaya meningkatkan produksi pangan adalah sering terjadinya anomali iklim atau bencana alam dan serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) yang menyebabkan pertanaman rusak atau puso, secara akumulatif adanya faktor kendala tersebut menyebabkan produktivitas tanaman rendah. Untuk mengatasi kendala tersebut peningkatan ketersediaan benih bermutu dari varietas unggul yang dapat dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan benih yang bersifat mendesak, dalam rangka pemulihan pertanaman atau penanaman kembali maupun pengembangan penggunaannya pada daerah-daerah yang belum menggunakan benih bermutu sangat diperlukan. Terkait hal itu, Pemerintah menyediakan cadangan benih nasional (buffer stock) bagi petani, yang sewaktu-waktu dapat digunakan terutama untuk keperluan mendesak. II. Tujuan Tujuan kebijakan PSO/ subsidi benih antara lain: 1. Meringankan beban petani dalam penyediaan benih bermutu dari varietas unggul; 2. Meningkatkan upaya pengamanan produksi pangan; 3. Mendorong peningkatan penggunaan benih bermutu dari varietas unggul melalui pemberian subsidi benih dan penyediaan cadangan benih nasional; 4. Membiasakan petani dalam menggunakan benih bermutu dari varietas unggul; 5. Meningkatkan produksi dan pendapatan petani. III. PSO/Subsidi Benih Tahun 2006 3.1.
Subsidi Benih Subsidi benih pada tahun 2006 diberikan kepada PT. Sang Hyang Seri (Persero) dan PT. Pertani (Persero), dengan jumlah rincian masing-masing perusahaan seperti yang tercantum pada Tabel 6.
Analisis Kebijakan
13
Tabel 6. Subsidi Benih Padi, Perusahaan, Tahun 2006.
Jagung,
Kedelai
yang
Diberikan
kepada (Ton)
NO
PERUSAHAAN
PADI
JAGUNG KOMPOSIT HIBRIDA 1.100 2.000
KEDELAI
1.
PT. SHS
65.500
2.
PT.PERTANI
45.000
250
800
455
110.500
1.350
2.800
5.455
TOTAL TOTAL DANA
5.000
Rp. 106.152.500.000,-
3.2. Cadangan Benih Nasional Disamping dialokasikan dana untuk subsidi benih, dialokasikan pula dana untuk persediaan Cadangan Benih Nasional sekitar 10% dari kebutuhan benih potensial nasional dalam bentuk benih padi, jagung dan kedelai yang pengelolaannya ditugaskan kepada PT. Sang Hyang Seri (Persero). Sejak tahun 2004 sampai dengan tahun 2006, jumlah benih yang dikelola sebagai Cadangan Benih Nasional (CBN) oleh PT. Sang Hyang Seri (Persero) seperti yang tercantum pada Tabel 7. Tabel 7. Jumlah Benih PT. Sang Hyang Sri
yang
Dikelola
sebagai
Cadangan
Nasional
oleh (Ton)
NO
BENIH KOMODITI
1.
Padi
2.
Jagung Komposit (Ton)
3.
(Ton)
JUMLAH 2005 8.912
2006 5.200
-
1.000
812
1.812
TOTAL 30.312
Jagung Hibrida
(Ton)
1.000
-
370
1.370
Kedelai
(Ton)
1.000
500
760
2.260
99,9
64,2
53,85
217,95
Jumlah Dana (Rp Milyar) IV.
2004 16.200
Rancangan PSO/Subsidi Benih Tanaman Pangan Tahun 2007
Untuk meringankan beban petani dan guna mendukung pemantapan ketahanan pangan nasional maka alokasi subsidi benih pada 2007 ditingkatkan. Pada tahun 2007, direncanakan penyediaan benih bersubsidi untuk seluruh areal tanam padi seluas 12.657.751 ha, dengan jumlah kebutuhan benih sebesar 316.443,775 ton. Besar subsidi direncanakan 75% dari harga benih bermutu. Dalam mendukung pencapaian swasembada jagung maka 25% areal jagung disediakan benih bersubsidi. Subsidi benih padi meliputi 33 Propinsi dengan 415 Kabupaten; subsidi jagung meliputi 33 propinsi dengan 341 kabupaten, dan subsidi kedelai meliputi 31 propinsi dengan 210 kabupaten. Luas areal jagung yang disediakan benih bersubsidi adalah 1.011.208 ha, meliputi 545.689 ha jagung hibrida dan 465.519 ha jagung komposit. Besar subsidi 100% dari harga benih bermutu. Dari luas areal tersebut diperlukan benih jagung bersubsidi sebesar 24.879,35 ton, yang terdiri atas 10.913,78 ton jagung hibrida dan 13.965,57 ton jagung komposit. Untuk meningkatkan produksi kedelai nasional maka 75% (693.000 ha) dari sasaran tanam nasional (924.000 ha) disediakan benih bersubsidi. Jumlah benih bersubsidi 27.720 ton dengan besar subsidi 100% dari harga benih bermutu. Dana yang dibutuhkan untuk pengadaan benih padi bersubsidi Rp. 949.331.325.000,[yaitu dari perhitungan : 316.443.775 kg (75% x Rp. 4.000,-/kg)]. Dana yang diperlukan untuk
Bab V. Analisis Kebijakan Kapital, Sumberdaya Lahan dan Air
14
pengadaan benih jagung bersubsidi Rp 363.620.705.000,- (jagung hibrida ; 545.689 ha x 20 kg x Rp. 25.000,- = Rp. 272.844.500.000,- ditambah jagung komposit ; 465.519 ha x 30 kg x Rp. 6.500,- = Rp. 90.776.705.000,-). Dana yang dibutuhkan untuk pengadaan benih bermutu kedelai sebesar Rp. 194.040.000.000,- (693.000 ha x 40 kg/ha x Rp.7.000/kg). Biaya operasional (pengawasan, monitoring, verifikasi, sosialisasi, membangun sistem distribusi, bimbingan teknis, CPCL, administrasi, penyiapan RDKK, dll) diperlukan sebesar Rp. 190.357.970.000,-. Sehingga total jumlah anggaran yang diperlukan adalah sebesar Rp. 1.741.000.000.000,- (yang meliputi pengadaan benih bersubsidi padi, jagung dan kedelai sebesar Rp. 1.506.992.030.000,ditambah biaya operasional sebesar Rp.190.357.970.000,-). Sistem penyaluran benih bersubsidi direncanakan melalui kelompok tani. Benih bersubsidi yang disediakan adalah bersertifikat dalam kemasan kantong yang diberi identitas bertuliskan Benih Bersubsidi Dari Pemerintah. Dalam penyediaan benih, diupayakan melibatkan seluruh produsen benih baik perusahaan BUMN, Swasta maupun produsen/penangkar benih setempat. V.
Mekanisme Penyediaan, Penyaluran dan Pencairan Dana Subsidi, Monitoring dan Pengawasan
1.
Mekanisme dan Prosedur penyediaan Benih Bersubsidi [a] Benih bersubsidi disediakan oleh PT Sang Hyang Seri, PT. Pertani, dan Produsen/Penangkar benih yang terdaftar di Dinas Pertanian. Penetapan produsen/penangkar/penyalur benih oleh Dinas Pertanian Propinsi/BPSB dan Dinas Pertanian Kabupaten melalui kuota berdasarkan kemampuan produsen dan pemetaan lokasi penyaluran secara adil bagi produsen di daerah setempat. Proses penetapan tersebut dilakukan bersama-sama dengan Dinas Pertanian Propinsi dan BPSB. [b] Pengadaan benih bersubsidi diupayakan dari produsen/penangkar setempat. Jika penangkar atau produsen setempat tidak mampu maka ditugaskan produsen penangkar terdekat yang mampu dan telah berpengalaman. [c] Benih bersubsidi kelas benih sebar bersertifikat (label biru) dikemas 5 kg /kantong dan diberi identitas Benih Bersubsidi dari Pemerintah.
DINAS PERTANIAN
PRODUSEN/
PT. SHS PENYALUR PT. PERTANI
PENANGKAR SETEMPAT
PENANGKAR
Gambar 1. Mekanisme dan prosedur penyediaan benih bersubsidi
Analisis Kebijakan
2.
15
Mekanisme dan Prosedur Penyaluran Benih Bersubsidi
[a] Petani sasaran/target penerima benih bersubsidi ditetapkan oleh Dinas Pertanian Kabupaten.
[b] Permintaan benih bersubsidi dari petani diusulkan melalui kelompok tani yang
diteruskan ke Gapoktan yang selanjutnya diajukan ke Dinas Pertanian Kabupaten berdasarkan RDKK (rencana defenitif kebutuhan kelompok) yang disusun kelompok tani dan diketahui oleh Penyuluh Lapangan/Mantri Tani atau Pengawas Benih/Pengamat Hama setempat.
[c] Dinas Pertanian Kabupaten merekap daftar permintaan benih bersubsidi dari
kelompok tani atau Gapoktan dan nama-nama anggota berdasarkan RDKK. Dinas Pertanian Kabupaten menyerahkan voucher benih bersubsidi kepada kelompok tani atau Gapoktan (jika diserahkan ke Gapoktan maka Gapoktan akan meneruskannya kepada kelompok tani) berdasarkan RDKK yang disetujui.
[d] Rekapitulasi dari RDKK yang disetujui juga diserahkan kepada produsen/penyalur untuk disiapkan dan disalurkan benihnya berdasarkan ajuan dari kelompok tani atau Gapoktan.
[e] Selanjutnya kelompok tani atau petani menukarkan voucher ke kios yang ditunjuk.
DINAS PERTANIAN 5 Menyerahkan 2
3
6
Voucher
PRODUSEN/PENYALUR BENIH GAPOKTAN
7
Mengumpulkan voucher
KIOS 1
8
RDKK
Mendistribusikan Voucher
Menukar Voucher/ Membeli Benih bersubsidi
PETANI/KELOMPOK TANI
Gambar 2. 3.
4
Mekanisme dan prosedur penyaluran benih bersubsidi
Mekanisme Pencairan Anggaran Subsidi Benih [a] Pagu anggaran subsidi benih dialokasikan di DIPA Deptan/Bank, yang nilainya disesuaikan dengan sasaran seluruh kabupaten. [b] Dana disalurkan ke Bank yang ditunjuk dan proses pencairannya melalui rekening.
Bab V. Analisis Kebijakan Kapital, Sumberdaya Lahan dan Air
16
[c] Dana benih bersubsidi dapat dicairkan atas persetujuan Kepala Dinas Kabupaten setempat berdasarkan hasil pemeriksaan voucher yang terkumpul oleh Tim Verifikasi dan pemeriksaan RDKK kelompok. [d] Untuk menghindari penyalahgunaan maka dalam situasi tersebut, petani (kelompok tani) perlu dikawal Petugas Pengawas saat menerima voucher agar langsung membeli benih bersubsidi yang telah disiapkan di kios. 1
DINAS PERTANIAN Dana Subsidi 4 Hasil Verifikasi
BANK TIM VERIFIKASI
5 Persetujuan
2
Pencarian
Voucher
3 RDKK
TIM voucher
KELOMPOK TANI/GAPOKTAN Produsen/Penyalur voucher
6
Beli Benih/penukaran voucher
KIOS Gambar 3. Mekanisme pencarian anggaran subsidi benih 4.
Mekanisme Pembinaan, Monitoring dan Pengawasan Pelaksanaan
Subsidi
Pembinaan, Monitoring dan Pengawasan pelaksanaan benih bersubsidi dilakukan secara berjenjang dari tingkat pusat, propinsi dan kabupaten, sehingga perlu dibuat Tim untuk masing-masing tingkatan. Tim Pembinaan, Monitoring dan Pengawasan tingkat pusat terdiri atas unsur Ditjen Tanaman Pangan, Badan Litbang Pertanian, Setjen dan Itjen Departemen Pertanian Tim Pembinaan, Monitoring dan Pengawasan tingkat propinsi terdiri atas unsur Dinas Pertanian Propinsi, BPSB dan Balai Benih serta asosiasi perbenihan tingkat propinsi. Tim Pembinaan, Monitoring dan Pengawasan tingkat kabupaten terdiri atas unsur Dinas Pertanian Kabupaten, BPSB dan Balai Benih serta asosiasi perbenihan tingkat kabupaten. Selain itu di kabupaten dibentuk pula Tim Verifikasi yang bertugas untuk memeriksa RDKK, voucher dan bukti kebenaran penggunaan benih oleh petani secara tepat sasaran.