No. 46/07/51/Th. X, 1 Juli 2016
PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA TETAP TAHUN 2015) PRODUKSI PADI TAHUN 2015 TURUN 0,49 PERSEN
A. PADI
Produksi padi di Bali tahun 2015 tercatat sebesar 853.710 ton Gabah Kering Giling (GKG) atau mengalami penurunan sebesar 4.234 ton GKG (0,49 persen) dibandingkan tahun 2014. Penurunan produksi padi relatif tinggi terjadi di Kabupaten Tabanan sebesar 20.082 ton GKG (9,38 persen). Penurunan produksi padi terjadi karena penurunan luas panen sebesar 5.312 hektar (3,72 persen) yang terjadi di 5 (lima) kabupaten, yakni Tabanan, Badung, Bangli, Karangasem, dan Buleleng.
B. JAGUNG
Produksi jagung di Bali tahun 2015 tercatat sebesar 40.603 ton pipilan kering atau turun 10 ton (0,02 persen) dibandingkan tahun 2014. Penurunan produksi jagung relatif tinggi terjadi di Kabupaten Bangli sebesar 2.265 ton pipilan kering atau turun 53,42 persen. Penurunan produksi jagung ini dominan disebabkan adanya penurunan luas panen sebesar 1.339 hektar (8,03 persen) yang terjadi di 5 (lima) kabupaten, yakni Gianyar, Bangli, Karangasem, Buleleng, dan Denpasar.
C. KEDELAI
Produksi kedelai di Bali tahun 2015 tercatat sebesar 7.259 ton biji kering atau turun 928 ton biji kering (11,34 persen). Penurunan produksi kedelai relatif tinggi terjadi di Kabupaten Jembrana sebesar 851 ton biji kering (26,20 persen). Penurunan produksi kedelai ini dominan disebabkan adanya penurunan luas panen sebesar 211 hektar (3,94 persen) yang terjadi di 6 (enam) kabupaten/kota, yakni Jembrana, Tabanan, Gianyar, Karangasem, Buleleng, dan Denpasar. Selain luas panen, penurunan produksi kedelai juga terjadi karena penurunan produktivitas sebesar 1,17 kwintal/hektar (7,66 persen) yang terjadi di 6 (enam) kabupaten/kota, yakni Jembrana, Gianyar, Klungkung, Karangasem, Buleleng, dan Denpasar.
Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 46/07/51/Th. X, 1 Juli 2016
1
1.
PENDAHULUAN
Statistik produksi tanaman pangan yang disajikan dalam BRS (Berita Resmi Statistik) ini terdiri dari luas panen, produktivitas, dan angka produksi, serta hanya mencakup komoditas padi, jagung, dan kedelai. Angka produksi tanaman pangan yang dirilis di tahun 2016 disajikan dengan 2 (dua) status angka yang berbeda, yakni Angka Sementara (ASEM) tahun 2015 dan Angka Tetap (ATAP) tahun 2015. ASEM 2015 merupakan realisasi produksi selama satu tahun (Januari Desember 2015), tetapi belum final karena menunggu sampai menjadi angka tetap (data tersedia dengan lengkap). Sementara itu, ATAP 2015 adalah realisasi produksi selama satu tahun (Januari Desember 2015), dan sudah merupakan angka final. Adapun jadwal rilis ASEM 2015 dan ATAP 2015 melalui Berita Resmi Statistik dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini. Tabel 1 Jadwal Rilis ASEM dan ATAP Produksi Tanaman Pangan di Tahun 2016 Subround
Status Angka
Jadwal Rilis BRS
1.
ASEM 2015
1 Maret 2016
REALISASI 2015 (Angka Belum Final)
2.
ATAP 2015
1 Juli 2016
REALISASI 2015 (Angka Final)
Januari – April
Mei – Agustus
September – Desember
Para konsumen data perlu mencermati status angka tersebut dalam penggunaannya, baik untuk evaluasi/monitoring maupun perencanaan, dan hendaknya selalu mengacu pada hasil perhitungan yang dirilis terakhir.
2.
PRODUKSI PADI
Produksi padi di Bali tahun 2015 tercatat sebesar 853.710 ton GKG atau mengalami penurunan sebesar 4.234 ton GKG (0,49 persen) dibandingkan tahun 2014. Penurunan produksi ini hanya terjadi pada subround I (Januari - April) sebesar 59.696 ton GKG (20,09 persen). Sebaliknya, produksi padi pada subround II (Mei - Agustus) justru terjadi kenaikan sebesar 44.523 ton GKG (17,24 persen). Begitu pula dengan subround III (September - Desember) terjadi kenaikan sebesar 10.939 ton GKG (3,62 persen). Penurunan produksi padi yang relatif tinggi terjadi di Kabupaten Tabanan sebesar 20.082 ton GKG (9,38 persen). Penurunan produksi padi di Bali selama tahun 2015 dominan disebabkan adanya penurunan luas panen sebesar 5.312 hektar (3,72 persen) yang terjadi di 5 (lima) kabupaten, yakni Tabanan, Badung, Bangli, Karangasem, dan Buleleng. Penurunan luas panen tertinggi terjadi di Kabupaten Tabanan seluas 4.518 hektar (12,25 persen). Secara umum, ada beberapa faktor sebagai penyebab penurunan luas panen padi di Bali selama tahun 2015, antara lain: 1) Adanya perbaikan jaringan irigasi pada tahun 2014 seluas 12.085 hektar yang menyebabkan kekurangan luas tanam sebesar 24.170 hektar. 2) Kekeringan yang disebabkan oleh keterbatasan air (debit air mengecil) dan perbaikan saluran irigasi seperti yang terjadi di Kabupaten Jembrana, Tabanan, Badung, Gianyar, Karangasem,
2
Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 46/07/51/Th. X, 1 Juli 2016
Bangli dan Buleleng. Juga ada sidementasi saluran dam Saba di kab. Buleleng ± 80 Cm sehingga seluas 250 hektar tidak bisa tanam. 3) Adanya pengalihan komoditas tanaman padi ke tembakau seluas 600 hektar di Kabupaten Buleleng, dan seluas 200 hektar di Kabupaten Gianyar. Selain itu, pengalihan ke jenis komoditas atau tanaman yang lebih menguntungkan seperti jagung manis, semangka, dan sayuran dataran rendah. 4) Adanya pergeseran atau tunda tanam di beberapa lokasi seperti di Kabupaten Jembrana, Tabanan, Gianyar dan Buleleng karena perbaikan jaringan irigasi dan musim, terutama yang terjadi di akhir tahun 2014 lalu. 5) Kemarau yang panjang sebagai akibat dari terjadinya El-Nino. Pada saat fenomena El-Nino berlangsung, kondisi atmosfer di wilayah Indonesia (termasuk Bali) cenderung kering, sehingga potensi kondisi curah hujannya berkurang atau lebih sedikit dibandingkan dengan rata-rata normalnya. Hal ini ditunjukkan dari relatif rendahnya curah hujan selama tahun 2015 dibandingkan tahun sebelumnya. Berdasarkan olahan data dari Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Wilayah III Denpasar menunjukkan bahwa rata-rata curah hujan di tahun 2015 mencapai 1.576 mm, lebih rendah dibandingkan di tahun 2014 yang mencapai 1.622 mm. 6) Sementara itu, berdasarkan data kekeringan yang dikeluarkan UPT BPTPH Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali (per 17 September 2015) mencatat telah terjadi kekeringan pada tanaman padi di Bali seluas 881 hektar yang tersebar di 6 (enam) kabupaten, yakni: Jembrana 259 hektar; Tabanan 103 hektar; Badung 20 hektar; Gianyar 5 hektar; Karangasem 2 hektar; dan Buleleng 492 hektar. Sebagian besar atau 304 hektar (34,51%) kekeringan terjadi dengan intensitas ringan. Sisanya dengan intensitas sedang 238 hektar (27,01%); berat 185 hektar (21,00%); dan puso 154 hektar (17,48%). Kendati luas panen dan produksi padi mengalami penurunan, namun produktivitas justru mengalami kenaikan sebesar 2,02 kwintal/hektar atau naik 3,36 persen. Produktivitas padi relatif tinggi berdasarkan ATAP 2015 berada di tiga kabupaten/kota, yakni Jembrana (66,74 kw/ha), Denpasar (66,52 kw/ha), dan Klungkung (66,08 kw/ha). Secara umum, kenaikan produktivitas padi selama tahun 2015 lebih disebabkan penggunaan pupuk organik maupun anorganik (urea, TSP/SP36, KCL, dan NPK) secara intensif dan hampir merata di semua kabupaten/kota, disamping penggunaan benih unggul. Selain itu, adanya program UPSUS (Upaya Khusus) turut memberi pengaruh positif bagi peningkatan produktivitas padi. Misalnya di Kota Denpasar, adanya program UPSUS yang terdiri dari bantuan jaringan irigasi, bantuan optimasi lahan, bantuan benih dan pupuk, bantuan pengembangan SRI (System of Rice Intensification), bantuan traktor roda dua serta bantuan pompa air, disamping adanya pendampingan dari penyuluh, Babinsa TNI dan Mahasiswa (Perguruan Tinggi) memberi andil signifikan bagi peningkatan produktivitas padi. Selain di Kota Denpasar, program UPSUS seperti Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu (GPPTT) dengan penerapan teknologi jajar legowo di Kabupaten Gianyar (Kecamatan Payangan) turut berkontribusi terhadap peningkatan produktivitas padi.
Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 46/07/51/Th. X, 1 Juli 2016
3
Tabel 2 Perkembangan Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Padi di Provinsi Bali Menurut Subround Tahun 2013 2015 Perkembangan No
Uraian
2013
2014
2015
2013 – 2014
2014 – 2015
(2)
(3)
(4)
(5)
Absolut (6)
-
Luas Panen (ha) Januari - April Mei - Agustus September - Desember Januari - Desember
49 880 48 416 52 084 150 380
49 801 43 346 49 550 142 697
38 498 50 653 48 234 137 385
- 79 - 5 070 -2 534 -7 683
-0,16 -10,47 -4,87 -5,11
- 11 303 7 307 -1 316 -5 312
-22,70 16,86 -2,66 -3,72
-
Produktivitas (kw/ha) Januari - April Mei - Agustus September - Desember Januari - Desember
58,17 55,26 62,29 58,66
59,67 59,57 61,07 60,12
61,68 59,76 65,00 62,14
1,50 4,31 -1,22 1,46
2,58 7,80 -1,96 2,49
2,01 0,19 3,93 2,02
3,37 0,32 6,44 3,36
-
Produksi (ton) Januari - April Mei - Agustus September - Desember Januari - Desember
290 155 267 524 324 413 882 092
297 151 258 199 302 594 857 944
237 455 302 722 313 533 853 710
6 996 -9 325 -21 819 -24 148
2,41 -3,49 -6,73 -2,74
-59 696 44 523 10 939 -4 234
-20,09 17,24 3,62 -0,49
(1) 1
2
3
% (7)
Absolut (8)
% (9)
Keterangan: Kualitas Produksi Padi adalah Gabah Kering Giling (GKG)
Penurunan produktivitas padi dalam setahun terakhir (2014 2105) hanya terjadi di dua kabupaten, yakni Jembrana sebesar 1,71 kw/ha (2,50 persen) dan Badung sebesar 0,08 kw/ha (0,13 persen). Penurunan di Kabupaten Jembrana semata-mata disebabkan oleh masalah ketersediaan air (kemarau berkepanjangan). Pada subround II dan III terjadi kekeringan yang cukup serius, sehingga padi tidak memperoleh kecukupan air yang baik dan berakibat menurunnya produktivitas. Tidak jauh berbeda dengan Jembrana, penurunan produktivitas padi di Kabupaten Badung juga disebabkan adanya kekeringan lahan sawah terutama di Kecamatan Petang seluas 10 hektar, Abiansemal seluas 10 hektar, dan Mengwi seluas 1,4 hektar. Kekeringan tersebut disebabkan musim kemarau berkepanjangan dan adanya perbaikan saluran/jaringan irigasi. Di samping itu, adanya penggunaan dosis pupuk yang salah/keliru oleh petani seperti yang terjadi di Kecamatan Kuta Utara, yang semestinya digunakan untuk tanaman pandan, namun justru digunakan untuk tanaman padi sawah. Bila dilihat dari kontribusinya, dari total produksi padi di tahun 2015 yang mencapai 853.710 ton GKG tersebut, Kabupaten Tabanan memberi kontribusi (share) tertinggi sebesar 22,74 persen atau sebanyak 194.122 ton GKG. Kedua adalah Gianyar dengan share 22,56 persen atau 192.570 ton GKG, dan ketiga adalah Buleleng dengan share 15,02 persen atau 128.209 ton GKG. Kontribusi (share) kabupaten/kota lainnya berada di bawah 15,02 persen. Sementara itu, dari sisi pola panen padi di Bali selama tahun 2015 berbeda dengan yang terjadi di tahun 2013 maupun tahun 2014. Musim puncak panen atau panen raya padi di tahun 2015 terjadi di bulan Mei, sedangkan di tahun 2013 dan 2014 terjadi di bulan April (lihat Gambar 1).
4
Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 46/07/51/Th. X, 1 Juli 2016
Gambar 1 Pola Panen Padi di Provinsi Bali Tahun 2013
3.
2015
PRODUKSI JAGUNG
Produksi jagung di Bali tahun 2015 tercatat sebesar 40.603 ton pipilan kering atau turun 10 ton pipilan kering (0,02 persen) dibandingkan tahun 2014. Penurunan ini terjadi di dua subround, yakni pada subround I (Januari April) sebesar 3.748 ton pipilan kering (11,40 persen) dan subround II (Mei Agustus) sebesar 1.219 ton pipilan kering (46,47 persen). Sementara itu, pada subround III (September Desember) produksi jagung mengalami kenaikan sebesar 4.957 ton pipilan kering (97,08 persen). Penurunan produksi jagung relatif tinggi terjadi di Kabupaten Bangli sebesar 2.265 ton pipilan kering atau turun 53,42 persen. Penurunan produksi jagung di Bali selama tahun 2015 dominan disebabkan adanya penurunan luas panen sebesar 1.339 hektar (8,03 persen). Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya penurunan luas panen jagung, antara lain: 1) Menurunnya luas tanam di bulan Januari 2015 sebesar 341 hektar (29,73 persen), luas tanam di bulan Mei 2015 sebesar 128 hektar (21,33 persen), dan luas tanam di bulan September 2015 sebesar 50 hektar (10,78 persen). 2) Banyak tanaman jagung yang dipanen muda (jagung manis atau panen untuk sayur dan pakan ternak). 3) Adanya pengalihan komoditas ke tanaman jeruk yang merupakan tanaman sela seperti yang terjadi di Kecamatan Tegallalang dan Payangan, Kabupaten Gianyar, serta pengalihan ke komoditas jeruk dan rumput gajah sebagai pakan ternak sapi seperti yang terjadi di Kabupaten Bangli. 4) Faktor kekurangan air akibat cuaca panas/kekeringan seperti yang terjadi di Kabupaten Bangli (Kecamatan Tembuku dan Kintamani). Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 46/07/51/Th. X, 1 Juli 2016
5
Kendati luas panen jagung menurun, namun produktivitas meningkat sebesar 2,12 kw/ha (8,71 persen). Peningkatan produktivitas jagung sangat dipengaruhi oleh penggunaan pupuk dan benih jagung yang merupakan benih hibrida 2 tongkol seperti yang terjadi di Kabupaten Jembrana. Peningkatan produktivitas jagung tertinggi dalam setahun terakhir ini (2014 2015) terjadi di tiga kabupaten, yakni Tabanan sebesar 18,30 kw/ha (33,80 persen), Jembrana sebesar 13,57 kw/ha (37,25 persen), dan Gianyar sebesar 9,78 kw/ha (33,37 persen). Sementara itu, produktivitas jagung relatif tinggi (di atas 50 kw/ha) pada tahun 2015 berada di Kabupaten Tabanan, yakni sebesar 72,45 kw/ha. Tabel 3 Perkembangan Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Jagung di Provinsi Bali Menurut Subround Tahun 2013 - 2015 Perkembangan No
Uraian
2013
2014
2015
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
-
Luas Panen (ha) Januari - April Mei - Agustus September - Desember Januari - Desember
15 546 1 377 1 300 18 223
14 501 724 1 460 16 685
13 110 519 1 717 15 346
-1 045 - 653 160 -1 538
-6,72 -47,42 12,31 -8,44
-1 391 - 205 257 -1 339
-9,59 -28,31 17,60 -8,03
-
Produktivitas (kw/ha) Januari - April Mei - Agustus September - Desember Januari - Desember
29,01 39,03 54,57 31,59
22,68 36,23 34,97 24,34
22,22 27,05 58,61 26,46
-6,33 -2,80 -19,60 -7,25
-21,82 -7,17 -35,92 -22,95
-0,46 -9,18 23,64 2,12
-2,03 -25,34 67,60 8,71
-
Produksi (ton) Januari - April Mei - Agustus September - Desember Januari - Desember
45 105 5 374 7 094 57 573
32 884 2 623 5 106 40 613
29 136 1 404 10 063 40 603
-12 221 -2 751 -1 988 -16 960
-27,09 -51,20 -28,02 -29,46
-3 748 -1 219 4 957 -10
-11,40 -46,47 97,08 -0,02
1
2
3
2013 – 2014 Absolut (6)
2014 – 2015 % (7)
Absolut (8)
% (9)
Keterangan: Kualitas Produksi Jagung adalah Pipilan Kering
Bila dilihat dari kontribusinya, dari total produksi jagung di tahun 2015 yang mencapai 40.603 ton pipilan kering tersebut, Kabupaten Buleleng memberikan kontribusi (share) tertinggi sebesar 44,44 persen atau 18.045 ton pipilan kering. Kabupaten Karangasem menempati posisi kedua dengan share sebesar 21,63 persen atau 8.784 ton pipilan kering, dan Kabupaten Klungkung di posisi ketiga dengan share sebesar 13,25 persen atau 5.378 ton pipilan kering. Sementara itu, kontribusi (share) kabupaten/kota lainnya berada pada posisi di bawah 13,25 persen. Pada konteks lain, pola panen jagung selama tahun 2015 agak sedikit berbeda dengan pola panen di tahun 2014, namun kondisinya sama dengan pola panen di tahun 2013. Pada tahun 2014 lalu, puncak panen jagung terjadi di bulan Februari, namun di tahun 2013 maupun tahun 2015 puncak panen terjadi di bulan Maret atau mundur sebulan (lihat Gambar 2).
6
Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 46/07/51/Th. X, 1 Juli 2016
Gambar 2 Pola Panen Jagung di Provinsi Bali Tahun 2013
2015
12 000
10 000
hektar
8 000 6 000 4 000
2 000 0 -2 000
4.
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Juni
Juli
Agst
Sept
Okt
Nov
Des
2015
64
3 490
8 787
769
102
157
115
145
498
551
393
275
2014
284
10 178
3 769
270
92
307
163
162
452
416
161
431
2013
1 353
3 836
10 018
339
590
284
208
295
357
328
202
413
PRODUKSI KEDELAI
Produksi kedelai di Bali tahun 2015 tercatat sebesar 7.259 ton biji kering atau turun 928 ton biji kering (11,34 persen). Penurunan produksi ini hanya terjadi pada subround II (Mei Agustus) sebesar 1.189 ton biji kering (19,96 persen). Sebaliknya, pada subround I (Januari April) dan subround III (September Desember) terjadi kenaikan masing-masing sebesar 78 ton biji kering (22,94 persen) dan 183 ton biji kering (9,68 persen). Penurunan produksi kedelai relatif tinggi terjadi di Kabupaten Jembrana sebesar 851 ton biji kering (26,20 persen). Penurunan produksi kedelai di Bali dominan disebabkan adanya penurunan luas panen sebesar 211 hektar (3,94 persen) dan penurunan produktivitas sebesar 1,17 kw/ha (7,66 persen). Secara umum, ada beberapa faktor yang menjadi penyebab penurunan luas panen kedelai antara lain: 1) Sebagai akibat penurunan luas tanam di bulan Januari 2015 sebesar 49 hektar (75,38 persen), dan luas tanam di bulan Mei 2015 sebesar 57 hektar (3,52 persen), sedangkan luas tanam di bulan September 2015 meningkat sebesar 58 hektar (66,67 persen). 2) Adanya pengalihan komoditas ke tanaman lain (padi, jagung dan semangka) seperti yang terjadi di Kabupaten Jembrana. 3) Di Kabupaten Jembrana, pada tahun 2014 ada program Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT) seluas 1.000 hektar, sedangkan di tahun 2015 tidak ada program SLPTT. 4) Faktor kekeringan karena masalah ketersediaan air (pasokan air berkurang) seperti yang terjadi terhadap 1,25 hektar hamparan kedelai di Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng.
Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 46/07/51/Th. X, 1 Juli 2016
7
Sementara itu, penurunan produktivitas kedelai sebesar 1,17 kw/ha (7,66 persen) lebih dikarenakan beberapa hal, antara lain: 1) Penggunaan pupuk tidak berdasarkan rekomendasi (tidak menggunakan SP36) seperti yang terjadi di Kabupaten Klungkung. 2) Faktor kekurangan air, dimana seluas 600 hektar hamparan kedelai yang berada di Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar dialihkan atau dipindahkan lokasinya ke tempat yang terkena perbaikan jaringan irigasi, namun masih memungkinkan dalam penanaman kedelai di kecamatan tersebut. 3) Adanya serangan hama atau Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) seperti yang terjadi di Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar. Tabel 4 Perkembangan Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Kedelai di Provinsi Bali Menurut Subround Tahun 2013 2015 Perkembangan No
Uraian
(1)
(2)
1
2013
2014
(3)
(4)
2015
2013 – 2014
2014 – 2015
Absolut
%
Absolut
%
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
-
Luas Panen (ha) Januari – April Mei – Agustus September - Desember Januari - Desember
518 3 321 1 766 5 605
223 3 787 1 347 5 357
248 3 581 1 317 5 146
- 295 466 - 419 - 248
- 56,95 14,03 - 23,73 -4,42
25 - 206 - 30 - 211
11,21 - 5,44 - 2,23 - 3,94
-
Produktivitas (kw/ha) Januari – April Mei – Agustus September - Desember Januari - Desember
14,54 12,50 14,31 13,26
15,25 15,73 14,03 15,28
16,85 13,31 15,74 14,11
0,71 3,23 - 0,28 2,02
4,88 25,84 - 1,96 15,23
1,60 - 2,42 1,71 - 1,17
10,49 - 15,38 12,19 - 7,66
-
Produksi (ton) Januari – April Mei – Agustus September - Desember Januari - Desember
753 4 152 2 528 7 433
340 5 957 1 890 8 187
418 4 768 2 073 7 259
- 413 1 805 - 638 754
- 54,85 43,47 - 25,24 10,14
78 - 1 189 183 - 928
22,94 - 19,96 9,68 - 11,34
2
3
Keterangan: Kualitas Produksi Kedelai adalah Biji Kering
Penurunan produksi kedelai dalam setahun terakhir ini (2014 2015) terjadi di 6 (enam) kabupaten/kota, yakni Jembrana sebesar 851 ton biji kering (26,20 persen), Gianyar sebesar 479 ton biji kering (32,65 persen), Denpasar sebesar 175 ton biji kering (38,98 persen), Karangasem sebesar 46 ton biji kering (51,11 persen), Buleleng sebesar 18 ton biji kering (41,86 persen), dan Tabanan sebesar 5 ton biji kering (0,73 persen). Bila dilihat dari kontribusinya, dari total produksi kedelai di tahun 2015 yang mencapai 7.259 ton biji kering tersebut, Kabupaten Jembrana memberi kontribusi (share) tertinggi sebesar 33,02 persen atau 2.397 ton biji kering. Badung menempati posisi kedua dengan share sebesar 20,79 persen atau 1.509 ton biji kering, dan Klungkung di posisi ketiga dengan share sebesar 17,11 persen atau 1.242 ton biji kering. Sementara itu, untuk share kabupaten/kota lainnya berada pada posisi di bawah 8
Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 46/07/51/Th. X, 1 Juli 2016
17,11 persen. Pada konteks lain, pola panen kedelai selama tahun 2015 agak sedikit berbeda dibandingkan pola panen di tahun 2013 maupun 2014. Puncak panen kedelai di tahun 2015 terjadi di bulan Juni atau maju satu bulan dibandingkan puncak panen yang terjadi di tahun 2013 maupun 2014 yang terjadi di bulan Juli (lihat Gambar 3). Gambar 3 Pola Panen Kedelai di Provinsi Bali Tahun 2013
2015
1 900 1 700 1 500
hektar
1 300 1 100 900
700 500
300 100
- 100
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Juni
Juli
Agst
Sept
Okt
Nov
Des
2015
13
68
143
24
348
1 297
1 122
814
331
683
171
132
2014
18
76
61
68
281
838
1 733
935
717
270
232
128
2013
26
125
130
237
416
587
1 360
958
281
309
675
501
Tabel 5 Perkembangan Produksi Padi, Jagung, dan Kedelai Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun 2014 - 2015 Padi (ton gabah kering giling) Kabupaten/ No Kota
2014
2015
(3)
1 Jembrana
Jagung (ton pipilan kering)
Perkembangan
2014
2015
(7)
(8)
Kedelai (ton biji kering)
Perkembangan
(12)
(5)
(6)
62 279
65 295
3 016
4.84
102
510
408
400.00
3 248
2 397
- 851
-26.20
2 Tabanan
214 204
194 122
-20 082
-9.38
2 128
5 035
2 907
136.61
684
679
-5
-0.73
3 Badung
109 148
105 951
-3 197
-2.93
126
149
23
18.25
1 219
1 509
290
23.79
4 Gianyar
186 526
192 570
6 044
3.24
724
727
3
0.41
1 467
988
- 479
-32.65
5 Klungkung
32 064
38 070
6 006
18.73
5 038
5 378
340
6.75
976
1 242
266
27.25
6 Bangli
29 208
28 489
- 719
-2.46
4 240
1 975
-2 265
-53.42
11
101
90
818.18
7 Karangasem
66 116
71 078
4 962
7.50
9 885
8 784
-1 101
-11.14
90
44
- 46
-51.11
8 Buleleng
133 447
128 209
-5 238
-3.93
18 339
18 045
- 294
-1.60
43
25
- 18
-41.86
9 Denpasar
24 952
29 926
4 974
19.93
31
0
- 31
-100.00
449
274
- 175
-38.98
857 944
853 710
-4 234
-0.49
40 613
40 603
- 10
-0.02
8 187
7 259
- 928
-11.34
70 846 465 75 397 841 4 551 376
6.42
19 008 426 19 612 435 604 009
3.18
954 997
963 183
8 186
0.86
INDONESIA
(10)
(11)
(4)
BALI
(9)
Perkembangan
%
(2)
%
2015
Absolut
(1)
Absolut
2014
Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 46/07/51/Th. X, 1 Juli 2016
Absolut
%
(13)
(14)
9
Informasi lebih lanjut hubungi: Tri Erwandi, SE, M.Si. Kepala Bidang Statistik Produksi BPS Provinsi Bali Telepon: 0361-238159, Fax: 0361-238162 E-mail:
[email protected]