STUDI PERENCANAAN PEMBANGUNAN PLTP IJEN BAERKAITAN DENGAN TARIF LISTRIK REGIONAL JAWA TIMUR Isa Abdillah Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS Gedung B dan C Sukolilo Surabaya 60111
Besarnya kebutuhan masyarakat akan listrik di daerah Jawa Timur, yang mencapai 7.695,87MW, ternyata tidak diimbangi dengan ketersediaan pasokan listrik oleh PLN distribusi jawa timur, yang hanya mampu memasok daya sebesar 11.800 kW untuk pembangkik PLN sendiri. Dari data tersebut, PLN Distribusi Jawa Timur mengalami defisit yang cukup besar. Oleh karena itu kebutuhan daya listrik dipasok dari pihak swasta. Bahkan defisit daya listrik PLN untuk kawasan Jawa-Bali mencapai 600 sampai 2.000 MW. Defisit daya listrik tersebut disebabkan pertumbuhan beban yang cukup meningkat akibat pelanggan rumah tangga dan industri yang beralih ke PLN sehubungan dengan naiknya harga BBM. Selain itu, memasuki musim kemarau saat ini, ketersedian air di waduk besar seperti Saguling dan Cirata terbatas. Sehingga mesin pembangkit tidak bisa beroperasi pada beban penuh selama 24 jam. Akhirnya, PLTA hanya dioperasikan di malam hari. Pembangunan pembangkit listrik panas bumi merupakan salah satu energi baru terbarukan dan pembangkit yang lagi digiatkan. Hal ini dikarenakan kepulauan Indonesia yang dibentuk oleh dominan busur vulkanik-magmatik, merupakan negara dengan potensi panas bumi terbesar di dunia sebesar ±40% dari cadangan dunia yaitu 25.875 MW atau setara dengan 12,37 milyar barel minyak. Dari potensi tersebut baru ±4% yang telah dikembangkan dan dimanfaatkan terutama untuk pembangkit listrik tenaga panas bumi. Pembangunan pembangkit energi panas bumi PLTP Blawan Ijen 180MW diproyeksikan untuk memenuhi kebutuhan beban dengan mempertimbangkan harga jual serta daya beli masyarakat di propinsi jawa timur. Sehingga dengan di bangunya PLTP Balawan Ijen dapat meningkatkan IPM Propinsi jawa timur. Karena gas emisi yang di keluarkan untuk jenis pembangkit panas bumi rendah sehingga mendapatkan biaya insentif berupa Carbon kredit. Kata kunci : EBT, IPM, CDM, Carbon kredit dan PLTP I. PENDAHULUAN Secara singkat geothermal didefinisikan sebagai panas yang berasal dari dalam bumi. Sedangkan energi panas bumi adalah energi yang ditimbulkan oleh panas tersebut. Panas bumi menghasilkan energi yang bersih (dari polusi) dan berkesinambungan atau dapat diperbarui. Sumberdaya energi panas bumi dapat ditemukan pada air dan batuan panas di dekat permukaan bumi sampai beberapa kilometer di bawah permukaan. Bahkan jauh lebih dalam lagi sampai pada
sumber panas yang ekstrim dari batuan yang mencair atau magma. Potensi sumber daya panas bumi adalah sisi lain dari kekayaan energi di Jawa Timur. Meskipun gempitanya tidak seramai explorasi dan exploatasi sumber panas bumi di Jawa Barat dan Sumatera Utara, namun telah diketahui ada kurang lebih 11 lokasi sumber panas bumi di Jawa Timur. 3 dari 11 lokasi tersebut (Welirang-Arjuno, Wilis-Argopuro dan Blawan-Ijen) diperkirakan mempunyai cadangan yang mungkin sebesar 274 MWe dan sumber daya sebesar 240 MWe. Jika upaya explorasi untuk lokasi-lokasi lain dilakukan, bisa dipastikan jumlah total sumber daya (515 MWe) ini akan semakin bertambah, yang semakin menambah lengkap julukan Jawa Timur sebagai Tanah Energi (land of energy). Saat ini, pemerintah telah membuat roadmap pengembangan panas bumi 2006-2025. Pada 2006 pemerintah menargetkan 852 Mega Watt (MW), 2008 target 1.042 MW, 2010 target 2.000 MW, 2012 target 3.442 MW, 2016 target 4.600 MW, 2020 target 6.000 MW, dan 2025 target 9.500 MW. II.
TEORI PENUNJANG
2.1 Panas Bumi Secara singkat panas bumi didefinisikan sebagai panas yang berasal dari dalam bumi. Sedangkan energi panas bumi adalah energi yang ditimbulkan oleh panas tersebut. Panas bumi menghasilkan energi yang bersih (dari polusi) dan berkesinambungan atau dapat diperbarui. Sumberdaya energi panas bumi dapat ditemukan pada air dan batuan panas di dekat permukaan bumi sampai beberapa kilometer di bawah permukaan. Bahkan jauh lebih dalam lagi sampai pada sumber panas yang ekstrim dari batuan yang mencair atau magma. Untuk menangkap panas bumi tersebut harus dilakukan pemboran sumur seperti yang dilakukan pada sumur produksi minyakbumi. Sumur tersebut menangkap air tanah yang terpanaskan, kemudian uap dan air panas dipisahkan. Uap air panas dibersihkan dan dialirkan untuk memutar turbin. Air panas yang telah dipisahkan dimasukkan kembali ke dalam reservoir melalui sumur injeksi yang dapat membantu untuk menimbulkan lagi sumber uap. Listrik tenaga panas bumi adalah listrik yang dihasilkan dari panas bumi. Panas bumi dapat menghasilkan listrik yang reliabel dan hampir tidak mengeluarkan gas rumah kaca. Panas bumi
sebagaimana didefinisikan dalam Undang-undang Nomor 27 Tahun 2003 tentang Panas bumi, adalah sumber energi panas yang terkandung di dalam air panas, uap air dan batuan bersama mineral ikutan dan gas lainnya yang secara genetik semuanya tidak dapat dipisahkan dalam suatu sistem panas bumi dan untuk pemanfaatannya diperlukan proses penambangan. Panas bumi mengalir secara kontinyu dari dalam bumi menuju ke permukaan yang manifestasinya dapat berupa: gunung berapi, mata air panas, dan geyser. 2.2 Energi Panas Bumi Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi menggunakan uap dari sumber panas bumi sebagai sumber energi primernya. Sedangkan energi panas bumi mempuntai beberapa macam jenis, sesuai dengan kondisi geologi daerah tersebut. Energi panas bumi terdiri dari 3 macam yaitu 1) Energi Panas Bumi Uap Basah 2) Energi Panas Bumi Air Panas 3) Energi Panas Bumi Batuan Panas 2.3 Proses Terjadinya Energi Listrik Pembangkit Listrik Tenaga Panas bumi (PLTP) pada prinsipnya sama seperti Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), hanya saja pada PLTU, uap dibuat di permukaan menggunakan boiler, sedangkan pada PLTP uap berasal dari reservoir panas bumi. Pembangkit yang digunakan untuk merubah panas bumi menjadi tenaga listrik secara umum mempunyai komponen yang sama dengan power plant lain yang bukan berbasis panas bumi, yaitu terdiri dari generator, turbin sebagai penggerak generator, heat exchanger, chiller, pompa, dan sebagainya. Ada tiga macam teknologi pembangkit listrik tenaga panas bumi yaitu dry steam, flash steam, dan binary cycle. 2.3.1 Dry Steam Power Plants PLTP sistem dry steam mengambil sumber uap panas dari bawah permukaan. Sistem ini dipakai jika fluida yang dikeluarkan melalui sumur produksi berupa fasa uap. Uap tersebut yang langsung dimanfaatkan untuk memutar turbin dan kemudian turbin akan mengubah energi panas bumi menjadi energi gerak yang akan memutar generator untuk menghasilkan energi listrik. Sisa panas yang datang dari production well dialirkan kembali ke dalam reservoir melalui injection well. 2.3.2 Flash Steam Power Plants Panas bumi yang berupa fluida misalnya air panas alam (hot spring) di atas suhu 1750 C dapat digunakan sebagai sumber pembangkit Flash Steam Power Plants. Fluida panas tersebut dialir-kan kedalam tangki flash yang tekanannya lebih rendah sehingga terjadi uap panas secara cepat. Uap panas yang disebut dengan flash inilah yang menggerakkan turbin untuk mengaktifkan generator yang kemudian menghasilkan listrik. Sisa panas yang tidak terpakai masuk kembali ke reservoir melalui injection well. 2.3.3 Binary Cycle Power Plants (BCPP)
Pada BCPP air panas atau uap panas yang berasal dari sumur produksi (production well) tidak pernah menyentuh turbin. Air panas bumi digunakan untuk memanaskan apa yang disebut dengan fluida kerja pada heat exchanger. Fluida kerja kemudian menjadi panas dan menghasilkan uap berupa flash. Uap yang dihasilkan di heat exchanger tadi lalu dialirkan untuk memutar turbin dan selanjutnya menggerakkan generator untuk menghasilkan sumber daya listrik. Uap panas yang dihasilkan di heat exchanger inilah yang disebut sebagai secondary (binary) fluid. Sisa panas yang tidak terpakai masuk kembali ke reservoir melalui injection well. Binary Cycle Power Plants ini sebetulnya merupakan sistem tertutup. Jadi tidak ada yang dilepas ke atmosfer. 2.4 Biaya Pembangkitan Tenaga Listrik Biaya pembangkitan total tanpa biaya eksternal merupakan penjumlahan dari biaya modal, biaya bahan bakar, biaya operasional dan perawatan, serta biaya lingkungan. Biaya pembangkitan = biaya modal + biaya bahan bakar + biaya O & M + biaya lingkungan Sedangkan untuk harga jual energi listriknya, Harga jual = biaya pembangkitan + biaya transmisi + prosen keuntungan + prosen pajak 2.4.1 Biaya modal (capital cost) Biaya modal pertahun adalah biaya investasi pembangunan pembangkit tenaga listrik yang dipengaruhi oleh faktor suku bunga dengan faktor penyusutan (fs + fd) ⋅ Ps Capital Cost (CC) = m ⋅ To 2.4.2 Biaya bahan bakar (fuel cost) Biaya operasi ini merupakan biaya yang hanya dikeluarkan apabila pusat pembangkit dioperasikan untuk membangkitkan tenaga listrik. Biaya operasi ini merupakan biaya pembelian uap panas bumi dan minyak pelumas 2.4.3 Biaya operasional dan pemeliharaan Biaya ini harus tetap dikeluarkan meskipun peralatan-peralatan di pusat pembangkit tidak sedang beroperasi. Biaya O & M ini merupakan biaya untuk perawatan pusat pembangkit, dan juga biaya tenaga kerja yang mengoperasikan dan merawat pusat pembangkit.
2.4.4 Biaya Lingkungan Yang dimaksud biaya lingkungan dalam pembangunan PLTP adalah biaya pemeliharaan lingkungan. Seperti alat pengurangan emisi, pengolahan limbah oli, menjaga kuantitas dan kualitas air tanah. 2.5 Metode Peramalan Kebutuhan Listrik Peramalan kebutuhan listrik adalah untuk mengetahui akan kebutuhan listrik di tahun yang akan
datang dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain dengan metode regresi dan metode DKL 3. Metode regresi adalah suatu metode dengan menggunakan model matematik. Untuk menghitung proyeksi kebutuhan energi listrik jangka panjang digunakan metode peramalan dengan menggunakan analisa regresi linear berganda. Pada analisa ini digunakan variabel tidak bebas yaitu energi terjual (GWh) dan variabel bebas yaitu parameter yang mempengaruhi proyeksi kebutuhan tenaga listrik jangka panjang.
2.6 Beban Puncak Beban puncak merupakan salah satu ukuran besarnya konsumsi energi listrik, sehingga dengan diketahui besar beban puncak, maka akan dapat diperhitungkan produksi atau kapasitas terpasang yang harus tersedia. Perkiraan beban puncak ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut : BPt =
EPTt 8,76 xLFt
Dimana : BPt = Beban puncak pada tahun t EPTt = Energi produksi pada tahun t LFt = Faktor beban pada tahun t
2.7 Rasio Elektrifikasi Rasio elektrifikasi merupakan pembagian dari jumlah rumah tangga berlistrik dibagi dengan jumlah rumah tangga total. Rumus untuk mengetahui rasio elektrifikasi adalah sebagai berikut : Rasio Elektrifikasi = ∑ RTberlistrik x100% ∑ RTtotal III. KONDISI KETENAGALISTRIKAN DI JAWA TIMUR 3.1 Kondisi Ketenagalistrikan di Propinsi Jawa Timur Besarnya kebutuhan masyarakat akan listrik di daerah Jawa Timur, yang mencapai 7.695,87 MW, ternyata tidak diimbangi dengan ketersediaan pasokan listrik oleh PLN distribusi jawa timur, yang hanya mampu memasok daya sebesar 11.800 kW. Dari data tersebut, PLN Distribusi Jawa Timur mengalami defisit yang cukup besar. Oleh karena itu kebutuhan daya listrik dipasok dari pihak swasta. Bahkan defisit daya listrik PLN untuk kawasan Jawa-Bali mencapai 600 sampai 2.000 MW. Defisit daya listrik tersebut disebabkan pertumbuhan beban yang cukup meningkat akibat pelanggan rumah tangga dan industri yang beralih ke PLN sehubungan dengan naiknya harga BBM. Selain itu, memasuki musim kemarau saat ini, ketersedian air di waduk besar seperti Saguling dan Cirata terbatas. Sehingga mesin pembangkit tidak bisa beroperasi pada beban penuh selama 24 jam. Akhirnya, PLTA hanya dioperasikan di malam hari.
Tabel 3.1 Perkembangan Daya Tersambung (MVA) Menurut Area Distribusi Jawa Timur Area 2005 2006 2007 APJ Sby Selatan 1.191.71 1.227.54 1.285.21 APJ Sby Utara 892.67 909.35 955.60 APJ Malang 721.33 743.23 767.75 APJ Pasuruan 730.67 743.83 779.67 APJ Kediri 615.31 632.80 658.43 APJ Mojokerto 716.67 744.16 782.43 APJ Madiun 340.40 349.35 363.50 APJ Jember 355.60 368.37 385.49 APJ Bojonegoro 521.84 539.37 565.58 APJ Banyuwangi 241.83 251.18 263.29 APJ Pamekasan 271.36 281.11 296.79 APJ Situbondo 137.93 142.41 149.58 APJ Gersik 385.05 400.47 418.58 APJ Sidoarjo 580.82 625.69 667.69 AP Sby Barat 568.05 557.54 577.11 APJ Ponorogo 216.61 224.57 236.51 Distribusi Jatim 8.487.87 8.740.97 9.153.21 Sumber : Statistik PLN Propinsi Jawa Timur 2007
Penyebab defisit lainnya adanya pemeliharaan pembangkit yang jadwalnya dilakukan tahun 2009 dipercepat tahun ini. Sebab tahun 2009 memasuki jadwal Pemilu Presiden. Defisit daya juga dikarenakan kejadian insidentil, seperti krisis suplai batu bara ke PLTA Cilacap. Tabel 3.2 Perkembangan Listrik Terjual (MWh) Menurut Area Distribusi Jawa Timur Area 2005 2006 2007 APJ Sby Selatan 2.567.261 2.532.586 2.778.233 APJ Sby Utara 1.640.908 1.695.881 1.846.160 APJ Malang 1.215.176 1.292.104 1.359.547 APJ Pasuruan 1.911.340 1.963.724 1.976.966 APJ Kediri 1.078.305 1.116.521 1.184.815 APJ Mojokerto 1.631.176 1.757.868 1.833.196 APJ Madiun 491.099 511.997 546.769 APJ Jember 543.841 577.81 628.654 APJ Bojonegoro 1.349.522 1.378.634 1.457.585 APJ Banyuwangi 375.952 396.137 430.165 APJ Pamekasan 399.935 418.115 456.361 APJ Situbondo 231.069 246.961 257.232 APJ Gersik 932.864 1.001.068 1.098.312 APJ Sidoarjo 1.327.219 1.362.508 1.535.429 AP Sby Barat 1.754.210 1.775.882 1.757.468 APJ Ponorogo 281.677 295.747 320.545 Distribusi Jatim 17.731.555 18.323.112 19.467.437 Sumber : Statistik PLN Propinsi Jawa Timur 2007
Untuk mengatasi defisit daya listrik, PLN melakukan pengaturan kebutuhan pasokan dan pengamanan ketersediaan pasokan listrik. Dari sisi konsumen PLN melakukan pengaturan daya, dengan mengimbau masyarakat terutama industri untuk mengurangi pemakaian listrik. Tidak hanya itu saja, termasuk imbauan ke Pemda untuk mengurangi PJU dan lampu-lampu reklame. Sedangkan di sisi pasokan, PLN mempercepat pemeliharaan pembangkit dan security of supply dengan menjaga keamanan pasokan batu bara dan BBM.
3.2 Konsumsi Energi Listrik Kelompok Konsumen Konsumsi energi listrik di propinsi jawa timur untuk tiap tahunya semakin meningkat. Hal ini di karenakan jumlah penduduk yang semakin meningkat setiap tahunnya, serta berkembangnya faktor-faktor lain misalkan industri, publik dan lian-lain. Pada Propinsi Jawa Timur pelanggan terbanyak adalah pelangan rumah tangga, di ikuti oleh bisnis, industri, sosial, penerangan jalan umun kemudian kantor pemerintahan Tabel 3.3 Jumlah Pelanggan, Daya Tersambung, Tenaga Listrik Terjua. Pelanggan Daya Energi Pelanggan (%) Tersambung (%) Terjual (%) Sosial 2.26 3.36 2.43 Rumah 92.50 49.49 36.72 Tangga Bisnis 4.58 13.73 11.42 Multiguna 1.05 Industri 0.16 30.55 45.04 Publik 0.17 1.40 0.96 P-3/TR 0.33 1.46 2.38 Total 100 100 100 Sumber : Statistik PLN Distribusi Jawa Timur 2008
3.3 Pasokan Tenaga Listrik Sistem Jawa-Bali Selama tahun 2007 dan semester 1 tahun 2008, realisasi penambahan pembangkit di sistem Jawa Bali hanya sedikit, yaitu PLTP Darajat 110 MW dan PLTP Kamojang 60 MW. Dengan sedikitnya tambahan pembangkit baru di sistem Jawa Bali, dan terus meningkatnya beban puncak, maka reserve margin pada tahun 2008 diperkirakan menurun hingga 27%. Ditambah lagi dengan beberapa permasalahan operasional seperti pasokan BBM dan batubara yang sering tersendat, pasokan gas yang menurun, derating dan kerusakan pembangkit, maka kondisi tersebut mengakibatkan pada periode waktu beban puncak (WBP) di sistem Jawa Bali beberapa waktu yang lalu mengalami kekurangan daya dan energi. Untuk mempertahankan keseimbangan pasokan dan kebutuhan listrik terpaksa dilakukan pemadaman. 3.4 Saluran Transmisi dan Distribusi Kondisi Sistem Transmisi sisten Jawa Bali dapat dilihat dari perkembangan kapasitas trafo GI dan sarana penyaluran sistem untuk 5 tahun terakhir ditunjukkan pada tabel dibawah. Tabel 3.4 Perkembangan Kapasitas Trafo GI Sistem Jawa Bali (X 1000) Level Unit 2003 2004 2005 2006 2007 Tegangan 150/20 MVA 23.09 23.83 24.47 25.30 25.79 70/20 MVA 2.93 2.99 27.91 2.88 2.88 Jumlah MVA 26.02 26.81 27.26 28.17 28.17 B. Puncak MW 14.18 14.92 15.35 15.95 16.84 Sumber : Statistik PLN Propinsi Jawa Timur 2007
Tabel 3.5 Perkembangan Saluran Transmisi Sistem Jawa Bali Level Unit 2003 2004 2005 Tegangan (X1000) 500KV kms 3.53 3.58 3.58 150KV Kms 11.06 11.23 11.27 70KV kms 3.76 3.77 3.66 Sumber : Statistik PLN Propinsi Jawa Timur 2007
2006
2007
4.92 11.31 3.40
4.97 11.33 3.40
Dari Tabel 3.9 dapat dilihat bahwa panjang saluran transmisi 70KV terus berkurang karena ditingkatkan menjadi 150KV guna meningkatkan kapasitas, keandalan dan perbaikan kualitas pelayanan ke konsumen.
Gambar 3.1 Lokasi Jaringan Transmisi Propinsi Jawa Timur
3.5 Kondisi Beban Puncak Pertumbuhan beban puncak sistem jawa bali dalam 5 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel dibawah. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa beban puncak tumbuh relatif rendah, yaitu rata-rata 5,1% dengan load factor terus meningkat, hal ini dicerminkan juga oleh pertumbuhan energi yang cukup tinggi, yaitu 6,5%. Perbaikan load factor terjadi karena adanya kebijakan pembatasan penggunaan daya pada saat beban puncak pada konsumen besar dan penerapan tarif multiguna untuk mengendalikan pelanggan baru. Tabel 3.6 Pertumbuhan Beban Puncak Sistem Jawa Bali 2005-2007 Deskripsi Kapasitas Daya Mampu Beban Puncak Faktor Beban
Satuan MW
2005 19.46
2006 22.12
2007 22.23
MW
15.74
18.00
18.05
MW
15.35
15.95
16.84
%
5.7
3.9
5.6
%
75
75
76
Sumber : Statistik PLN 2007
3.6 Rasio Elektrifikasi Rasio elektrifikasi didefinisikan sebagai jumlah rumah tangga yang sudah beristrik dibagi dengan jumlah rumah tangga yang ada. Perkembangan rasio elektrifikasi secara nasional dari tahun ketahun mengalami kenaikan, yaitu dari 57.5% pada tahun 2004 menjadi 60.9% pada tahun 2007. Tabel 3.7 Perkembangan Rasio Elektrifikasi Nasional (%) Wilayah Indonesia Jawa Bali Sumatera Kalimantan Sulawesi IBT
2004 57.5 62.3 54.9 53.1 51.6 30.1
2005 58.3 63.1 55.8 54.5 53.0 30.1
Sumber : Statistik PLN 2007
2006 59.0 63.9 57.2 54.7 53.2 30.6
2007 60.9 66.3 56.8 54.5 53.6 30.6
IV. ANALISA DATA 4.1 Analisa Peramalan Beban 4.1.1 Analisa Perkiraan Kebutuhan Energi Listrik dgn Metode DKL 3.1 per Sektor Metode DKL adalah metode untuk meramalkan kebutuhan tenaga listrik secara sektoral atau per kelompok konsumen . Dimana metodologi yang di gunakan metode ini adalah menggabungkan antara kecenderungan ekonometri dan analitis. Parameterparameter yang yang digunakan sebagai pendekatan untuk menghitung kebutuhan listrik adalah sebagai berikut: • Pelanggan Rumah Tangga • Pelanggan Bisnis • Pelanggan Industri • Pelanggan Sosial. Sehingga dari parameter-parameter tersebut dapat untuk mencari konsumsi energi per kelompok pelanggan sehinggga total dari energi konsumsi tiaptiap sektor di dapatkan energi konsumsi total. Di harapkan dengan peramalan ini diketahui energi konsumsi yang natinya dapat memprediksi kapasitas pembangkit yang akan di bangun serta mempermudah untuk penjadwalan pembangkit. Metode DKL 3.01 ini menggunakan pendekatan yang memadukan analisa data statistik penjualan tenaga listrik dan pertumbuhan ekonomi yang dipresentasikan dengan Product Domestic Regional Brutto (PDRB). Tabel 4.1 Total Peramalan Kebutuhan Energi Listrik Propinsi Jawa Timur Thn.
2007
Rumah Tangga (GWh) 9.26
Komer sial (GWh) 1.2108
Publik (GWh ) 0.1126
Indust ri (GWh) 2.6939
Total (GWh ) 13.28
2008
9.80
1.2118
0.1126
2.6940
13.82
2009
10.38
1.2127
0.1127
2.6941
14.40
2010
10.99
1.2136
0.1127
2.6943
15.01
2011
11.63
1.2145
0.1127
2.6944
15.65
2012
12.31
1.2155
0.1127
2.6945
16.34
2013
13.03
1.2164
0.1127
2.6946
17.06
2014
13.80
1.2173
0.1128
2.6948
17.82
2015
14.60
1.2183
0.1128
2.6949
18.63
Tabel 4.2 Total Peramalan Kebutuhan Energi Listrik Kabupaten Situbondo Komersial (MWh)
2007
70.211
5.971
0.9602
8.989
86.13
2008
74.148
5.973
0.9604
8.990
90.07
2009
78.302
5.974
0.9606
8.991
94.22
2010
82.685
5.976
0.9608
8.992
98.61
2011
87.311
5.977
Publik (MWh)
0.9610
Industri (MWh)
8.993
102.774
5.982
0.9616
8.996
118.71
2015
108.507
5.983
0.9618
8.998
124.451
Tabel 4.3 Total Peramalan Kebutuhan Energi Listrik Kabupaten Bondowoso Publik (MWh )
Indust ri (MWh )
Thn
Rumah Tangga (MWh)
Komer sial (MWh)
2007
79.623
6.732
2.087
10.136
98.57
2008
83.990
6.733
2.088
10.137
102.94
2009
88.593
6.735
2.088
10.138
107.55
2010
93.446
6.736
2.089
10.138
112.40
2011
98.561
6.738
2.089
10.139
117.52
2012
103.953
6.739
2.090
10.139
122.92
2013
109.637
6.741
2.090
10.140
128.60
2014
115.629
6.743
2.091
10.141
134.60
2015
121.945
6.744
2.091
10.141
140.92
Total (MWh)
Tabel 4.4 Total Peramalan Kebutuhan Energi Listrik Kabupaten Banyuwangi Thn
Rumah Tangga (MWh)
Komersial (MWh)
Publik (MWh)
Industri (MWh)
Total (MWh)
2007
266.50
24.977
2.070
34.325
327.872
2008
282.73
24.983
2.071
34.327
344.120
2009
299.95
24.990
2.071
34.329
361.345
2010
318.20
24.997
2.072
34.331
379.605
2011
337.55
25.004
2.072
34.333
398.963
2012
358.06
25.010
2.073
34.335
419.484
2013
379.81
25.017
2.073
34.337
441.239
2014
402.86
25.024
2.073
34.339
464.301
2015
427.30
25.031
2.074
34.342
488.749
4.1.2 Analisa Energi Produksi Perkiraan energi produksi ditentukan dengan rumus sebagai berikut : EPTt =
ETS t 1 − (LTt + PS t )
dimana : ETSt = energi terjual PLN total pada tahun t (GWh) LTt = rugi-rugi transmisi dan distribusi pada tahun t (%) PSt = pemakaian sendiri pada tahun t (%)
Tabel 4.5 Total Produksi energi listrik
Rumah Tangga (MWh)
Thn
2014
Total (MWh)
103.24
2012
92.191
5.979
0.9612
8.994
108.12
2013
97.341
5.980
0.9614
8.995
113.27
Thn
EPTt Jawa Timur (GWh)
EPTt Kabupaten Situbondo (GWh)
EPTt Kabupaten Bondowoso (GWh)
EPTt Kabupaten banyuwangi (GWh)
2007
14.40
0.089
0.102
0.355
2008
14.99
0.093
0.106
0.373
2009
15.61
0.098
0.111
0.391
2010
16.27
0.102
0.116
0.411
2011
16.97
0.107
0.121
0.432
2012
17.71
0.112
0.127
0.454
2013
18.50
0.118
0.133
0.478
2014
19.33
0.123
0.139
0.503
2015
20.20
0.129
0.146
0.529
4.1.3 Proyeksi Pertumbuhan Beban Puncak Dimana : BPt = Beban puncak pada tahun t EPTt = Energi produksi pada tahun t LFt = Faktor beban pada tahun t
Tabel 4.6 Proyeksi Beban Puncak Thn
BPt Jawa Timur (GWh)
BPt Kabupaten Situbondo (GWh)
BPt Kabupaten Bondowoso (GWh)
BPt Kabupaten banyuwan gi (GWh)
2007
2.192
0.0157
0.0179
0.0605
2008
2.282
0.0164
0.0187
0.0635
2009
2.377
0.0172
0.0195
0.0667
2010
2.478
0.0180
0.0204
0.0700
2011
2.584
0.0188
0.0213
0.0736
2012
2.697
0.0197
0.0223
0.0774
2013
2.816
0.0206
0.0233
0.0814
2014
2.942
0.0216
0.0244
0.0857
2015
3.076
0.0227
0.0256
0.0902
4.2 Analisa Ekonomi Untuk menganalisa ekonomi suatu pembangkit perlu diketahui berapa biaya modal pembangkit dan harga jual energi listrik. Biaya modal pembangkit ditentukan dalam US$/kW dan harga jual energi listrik ditentukan dalam cent US$/kWh. 4.2.1 Biaya Pembangkitan Total Biaya pembangkitan total merupakan jumlah dari biaya modal (Capital Cost), biaya operasi dan perawatan (O&M Cost), biaya bahan bakar (Fuel Cost) dan biaya lingkungan. Biaya pembangkitan total didapat dengan persamaan BP = CC + FC + O&M Cost + Lingk Cost Sehingga biaya pembangkitan / KWh pada PLTP Blawan Ijen dengan suku bunga 12%, 9%, 6% dan adalah : Tabel 4.7 Biaya pembangkitan (BP) pada PLTP Blawan Ijen Suku bunga 12% 9% 6% Biaya Pembangkitan 8,095 7.125 6.255 (cent US$/KWh) Dalam rupiah 809,5 712,5 625,5 4.2.2 Analisa Harga Jual Listrik PLTP Blawan Ijen Daya beli masyarakat sangat menentukan seberapa besar harga jual listrik yang mampu dibayar oleh pengguna listrik. Biaya pembangkitan total dengan tingkat suku bunga bervariasi (i=6%;i=9% dan
i=12%) akan menjadi acuan untuk menentukan harga jual listrik. Besarnya biaya pembangkitan total akan dibandingkan dengan harga energi listrik yang dapat dibeli masyarakat. Untuk mengetahui seberapa besar daya beli energi listrik masyarakat Jawa Timur. Pengeluaran riil perkapita penduduk Jawa Timur pada tahun 2007 adalah Rp 650.000,-.rata-rata pengeluaran untuk membayar listrik adalah 6%-10% dari biaya pengeluaran riil perkapita. Jika diasumsikan setiap penduduk propinsi Jawa Timur mengeluarkan dana 10% untuk membayar listrik maka dari Pengeluaran riil sebesar Rp 650.000,- diambil 10% nya yaitu Rp 65.000. Sedangkan rata-rata anggota keluarga adalah 5 orang untuk membayar listrik maka dapat diketahu rata-rata pemakaian dayanya sebesar 900 VA. Maka dapat menghitung daya beli masyarakat propinsi Jawa Timur adalah sebagai berikut: Daya ( P) = 900 × 0,8
= 720W Maka kita dapat mengetahui jumlah Kwh/bulan dengan cara: Kwh/Bulan = 0,72 x 30 x 24 x0,8 = 414,72 KWh/ bulan Bila tarif untuk biaya beban tarif tegangan 900 VA = Rp 20.000,Blok I 30 kwh, yaitu pemakaian 0-30 KWh Blok II 60 kwh, pemakaian 30-60 KWh Blok III > 60 kwh, pemakaian di atas 60 KWh Dengan Tarif Dasar Listrik pada sektor rumah tangga sebesar Rp 564.30 Maka Biaya pemakaian / bulan = ( 414,72 x Rp 564.30/KWh) + 20.000 = Rp 254,026.5,Tabel 4.8 Biaya pemakaian/bulan Rumah Tangga
Biaya pemakaian/bulan
Jawa Timur
564.3
Rp
254,026.50
Kab. Situbondo
513.94
Rp
233,141.20
Kab. Bondowoso
524.35
Rp
237,458.43
Kab. Banyuwangi
542.18
Rp
244,852.89
Perbandingan antara pengeluaran riil rumah tangga untuk biaya listrik dengan biaya pemakaian listrik perbulan maka di dapatkan daya beli. Untuk perhitung daya beli adalah sebagai berikut. 325.000 Daya beli = × 564.3 = 721,96 KWh 254.026,5 Dengan harga pembangkitan total pada suku bunga 6% sebesar Rp.625.5/kwh, sehingga menunjukkan bahwa harga jual listrik PLTP Blawan Ijen masih di atas daya beli masyarakat. Agar masyarakat sebagai konsumen mampu membeli energi tersebut maka diadakan subsidi oleh pemerintah.
728 − 100 × 4,5cend 728 = 3,88cent Jadi dari perhitungan di dapatkan invest cost sebesar 3,88 cent/KWh. CDM ini berlaku jika keputusan dari konferensi kyoto protokol di perpanjang tidak hanya sampai tahun 2013 tetapi sampai tahuntahun berikutnya. CDM =
4.3 Analisa Lingkungan Prakiraan dampak penting dalam pembangunan PLTP Blawan Ijen ini, Upaya pemantauan lingkungan untuk kegiatan Pembangunan PLTP ini prakiraan dampak yang terjadi akan ditinjau dalam 4 (empat) tahapan: 1. Tahap Persiapan 2. Tahap Konstruksi 3. Tahap Operasional 4. Tahap Pasca Operasi Pada tahap operasi ini pula PLTP Blawan Ijen mempunyai dampak lingkungan yang sekarang menjadi pusat perhatian dunia, yaitu mengenai pemanasan global (global warming) yang diakibatkan dari gas CO2. Panas bumi termasuk energi terbarukan yang bersih lingkungan, akan tetapi PLTP juga masih menghasilkan CO2. Apabila dibandingkan dengan pembangkit listrik dengan tenaga fossil, maka PLTP mempunyai produksi CO2 yang lebih kecil daripada pembangkit yang lainnya. Dengan ratifikasi “kyoto protocol” menunjukkan komitmen negara maju tekait global warming untuk insentif atau carbon credit terhadap pembangunan (clean development mecahnism) berdasarkan seberapa besar pengurangan CO2 dibandingkan dengan base line yang telah ditetapkan. Penjualan carbon melalui mekanisme CDM (Clean Development Mechanism) bertujuan untuk mengurangi efek rumah kaca yang menyebankan pemanasan global di seluruh dunia. Selain itu sistem penjualan carbon dapat merangsang pengembangan energi terbarukan panas bumi.
Gambar 4.1 Grafik Emisi Gas dari Bermacammacam Pembangkit Dari gambar grafik 4.1 untuk pembangkit dengan bahan bakar panas bumi memiliki emisi yang paling rendah yaitu 100kg/KWh. Jika Pembangunan PLTP Blawan Ijen 180 MW tidak menghasilkan karbon kredit maka mendapat uang sebesar 4,5 cent./KWh. Karena PLTP memiliki 100 kg/KWh dengan batas rata-rata 728 kg/KWh maka CDM yang di dapat adalah sebagai berikut:
4.4 Analisa Perhitungan Harga Jual per Kelompok Konsumen Setelah PLTP Blawan Ijen Beroperasi Penentuan harga jual perkelompok konsumen ini di peroleh dari ketentuan patokan harga listrik dalam rupiah/ KWh yang telah ditetapkan oleh PLN dimana tarif tersebut merupakan tarih dasar listrik per kelompok konsumen. Untuk menentukan harga jual yang baru maka di tentukan dengan BPP baru daerah Jawa Timur, yaitu Rp 1,227.04 Penentuan harga jual daerah Jawa Timur dapat di tentukan dengan rumus : Persektor HJ persektor persektor = × BPPbaru Total Dari formula di atas maka harga jual listrik per kelompok konsumen dengan BPP baru di Propinsi Jawa Timur dapat Di lihat pada tabel Tabel 4.9 Harga jual listrik per/KWh `
Rumah Tangga
Industri
Bisnis
Publik
Jawa Timur
814.89
940.81
1229.37
1278.39
Kab. Situbondo
721.12
1032.39
1211.49
1298.46
Kab. Bondowoso
727.68
1023.12
1213.23
1299.44
Kab. Banyuwangi
759.34
1048.99
1139.66
1315.48
Dari tabel 4.9 dapat diketahui bahwa harga jual per kelompok konsumen daerah Jawa Timur setelah Dibangunnya PLTPanas Bumi masuk, maka harga jual listrik daerah tersebutpun ikut turun. Berikut adalah perpandingan harga Jual listrik/kWh dengan beberapa parameter.
Tabel 4.10 Harga jual menurut UU No.30 tahun 2009 Sektor
UU No.15 Th.1985 Statistik 2008 (Rp.)
BPP Th.200 8 (Rp.)
Kema mpuan Daya Beli (Rp.)
UU No.30 Th.2009 Harga Jual Tanpa Subsidi (Rp.) BPP
Harga Jual
Rumah Tangga
564.3
Industri
651.5
Bisnis
851.32
1,229.37
Publik
885.27
1,278.39
814.89 783
721,96
1,065.87
940.81
V. PENUTUP 5.1 Kesimpulan 1. Kebutuhan listrik di Propinsi Jawa Timur tiap tahunnya mengalami peningkatan, sedangkan kapasitas yang tersedia tidak bertambah sehingga terjadi defisit sebesar 7.684,07 MW pada tahun 2009 (Untuk pembangkit yang dimiliki PLN sendiri). Untuk itu perlu adanya penambahan pembangkit guna memenuhi kebutuhan listrik di propinsi jawa timur. 2. PLTP Blawan Ijen dengan kapasitas 180 MW, dengan pembangkitan rata-rata 85% dari kapasitas penuh dengan manfaat pembangkit 80%. Kebutuhan bahan bakar untuk PLTP Blawan Ijen 180 MW selama 30 tahun adalah 354,780,00 ton. 3. Harga jual sebelum PLTP Blawan Ijen masuk adalah Rp 2,970.11,- / kWh setelah PLTP Blawa Ijen 180 MW beroperasi maka didapatkan BPP baru maka diperoleh Harga yang baru yaitu Rp 1,065.87,- /kWh. 5.2 Saran 1. Pembangunan PLTP Blawan Ijen 180 MW harus segera dilaksanakan, sehingga kebutuhan energi listrik khususnya di Propinsi Propinsi Jawa Timur dapat terpenuhi dengan baik. 2. Seringnya terjadi pemadaman di wilayah distribusi jawa timur terutama karena adanya perbaikan atau kerusakan sebaiknya melakukan penjadwalan pembangkit dengan baik sehingga pemadaman ataupun defisit dapat di kurangi bahkan dihilangkan. Adapaun solusi yang dilakukan adalah dengan pembangunan pembangkit PLTP Blawan Ijen 180 MW, pemindahan beban waktu beban puncak, pemotongan beban puncak dapat dilakukan dengan pemadaman. 3. Pemerintah daerah Propinsi Jawa Timur harus meningkatkan infrastruktur yang ada, dengan begitu tingkat kesejahteraan masyarakat dapat meningkat.
DAFTAR PUSTAKA 1. 2.
3.
4.
5. 6. 7. 8. 9.
Biro Pusat Statistik, 2008, “Propinsi Jawa Timur” Direktorat Jenderal Geologi Dan Sumber Daya Mineral, 2004, Berita DJGSM : Pengembangan Energi Panas Bumi, Tanggal 7 Januari 2004, Jakarta Djoko Santoso, 2006, “Pembangkitan Tenaga Listrik”, Diktat Kuliah, Teknik Elektro ITS, Surabaya Djiteng Marsudi Ir, 2005, “Pembangkitan Energi Listrik”, Elrangga, Jakarta Herman, Danny Z., 2003, Makalah : Studi Sistem Panas Bumi Aktif Dalam Rangka Penyiapan Konservasi Energi Panas Bumi, Yogyakarta. http://plnjatim.com/index.php?option=com_cont ent&task=view&id=23&Itemid=45 http://www.bps.go.id/~jatim/bagus/jatim.htm. http://202.162.220.3/statistik/statistik.asp http://www.esdm.go.id/renew.html Purnomo Yusgiantoro, 2000, “Ekonomi Energi
10. 11. 12. 13.
Teori dan Praktek”. LP3ES, Jakarta Menko Kesra dan TKPK, 2006, Buku Panduan Kongres Nasional Pembangunan Manusia Indonesia, Jakarta Syariffuddin Mahmudsyah , 2008, “Energi Panas Bumi”, Surabaya. UU No.30 Tahun 2009Tentang Ketenagalistrikan UU No.15 Tahun 1985 Tentang Ketenagalistrikan Kepmen No.2472 Tahun 2008 Tentang Penetapan WKP Blawan Ijen