STUDI PEMBANGUNAN PLTP SEULAWAH AGAM DENGAN KAPASITAS 1X55 MW DAN PENGARUHNYA TERHADAP TARIF DASAR LISTRIK REGIONAL NANGGROE ACEH DARUSSALAM Wakhid Ilham Kurniawan Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh November Kampus ITS Gedung B dan C Sukolilo Surabaya 60111 Abstrak : Potensi Panas bumi tersebar menyeluruh di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam sekitar 1.310 MWe. Darfi potensi tersebut salah satunya terdapat di Gunung Seulawah Agam Kabupaten Aceh Besar . Sumber daya hipotesa sekitar 185 MWe . Karena potensi yang besar, maka di lokasi tersebut akan dibangun PLTP Seulawah Agam 1x55MW. Untuk itu, Tugas Akhir ini bertujuan untuk membuat perencanaan pembangunan pembangkit listrik tenaga panas bumi. Diharapkan pembangunan PLTP Seulawah Agam 1x55MW mampu menanggung beban dasar dan menggantikan peran PLTD yang tersebar di pesisir pantai barat Nanggroe Aceh Darussalam. Selain itu, juga berpengaruh pada tarif dasar listrik regional Nanggroe Aceh Darussalam. Proyeksi pertumbuhan penduduk di Nanggroe Aceh Darussalam diperkirakan tumbuh rata - rata sebesar 1,02% per tahun. Sedangkan proyeksi petumbuhan konsumsi energi listrik tumbuh rata – rata sebesar 4,73% per tahun.
Pemanfaatan energi terbarukan belum optimal disebabkan energi terbarukan belum kompetitif dibanding dengan energi konvensional minyak bumi dan gas bumi. Salah satu penyebab kurang berkembangnya pemanfaatan energi terbarukan adalah harga listrik yang dibangkitkan dari energi terbarukan masih lebih tinggi daripada yang dibangkitkan dengan energi fosil. Lokasi Indonesia yang berada di ”ring of fire” dunia dengan banyaknya gunung api disamping memberikan dampak yang berbahaya juga memberikan anugerah akan tersedianya energi yang ramah lingkungan yaitu panas bumi. Potensi energi panas bumi yang dimiliki oleh Indonesia mencapai sekitar 28.000 MW dengan potensi sumber daya 13.440 MW dan reserves 14.473 MW tersebar di 265 lokasi tersebar mengikuti jalur pembentukan gunung api yang membentang dari Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara, Sulawesi sampai Maluku yang merupakan jalur Mediteranian. Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) terletak di ujung barat wilayah Indonesia menyimpan total potensi panas bumi sekitar 1.310 Mve. Diantaranya berada di Gunung Geureudong , Aceh Tengah diperkirakan sekitar 120 MWe dan Gunung Seulawah Agam sekitar 185 MWe. Untuk itu, akan dibangun proyek PLTP Seulawah Agam, berada di Gunung Seulawah Agam, Kecamatan Seulimeum, Kabupaten Aceh Besar, Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam dengan kapasitas 1 x 55 MW yang ternyata menyimpan potensi cadangan panas bumi sebesar 160 MW. Kondisi saat ini kapasitas pembangkit terpasang pada sistem kelistrikan NAD adalah sebesar 207 MW. Beban puncak pemakaian energi listrik di seluruh wilayah NAD saat ini mencapai 198 MW. Ratio elektrifikasi Provinsi NAD mencapai 76,7%. Jumlah pelanggan PT PLN Wilayah NAD secara keseluruhan 726.001 pelanggan dengan jumlah kWh yang terjual 839.232.572 kWh. Beban puncak pemakaian energi listrik di seluruh wilayah NAD saat ini mencapai 198 MW. Dari beban puncak tersebut yang dibangkitkan oleh mesin pembangkit PLN Wilayah NAD adalah 58,2 MW, sisanya dipasok melalui system transmisi 150 KV dari PLN Pembangkitan Sumatera Bagian Utara khususnya untuk daerah pesisir timur Aceh.
Kata kunci : Potensi Panas Bumi, Tarif dasar Listrik, PLTP Seulawah Agam I. PENDAHULUAN Kebutuhan energi primer Indonesia meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan ekonomi. Populasi penduduk yang meningkat dari 204 juta jiwa pada tahun 2000, menjadi 250 juta jiwa pada tahun 2025, dan APBN meningkat dari 325 triliun rupiah menjadi 1660 triliun rupiah pada tahun-tahun yang sama, menyebabkan peningkatan kebutuhan energi primer dan listrik dari masing-masing dari 5.962 PJ (Peta Joule = 1015 Joule) dan 29 GWe ( Giga Watt elektrik = 109 Watt ), menjadi 12.221 PJ dan 100 GWe. Kebutuhan energi primer tersebut sebagian disuplai oleh energi fosil. Peningkatan penggunaan energi alternatif dapat memberi harapan namun demikan, kontribusinya terhadap penyediaan energi primer nasional tidak dapat melebihi 30% kebutuhan energi primer nasional. Dari pembahasan di atas dapat terlihat bahwa permasalahan energi di Indonesia tidak hanya dari aspek teknologi tetapi juga menyangkut aspek kebijakan dan manajemen sumber daya energi. 1
2.2 Sistem Energi Panas Bumi Berdasarkan pada jenis fluida produksi dan jenis kandungan fluida utamanya, sistem hydrothermal dibedakan menjadi dua, yaitu sistem satu fasa atau sistem dua fasa. Sistem dua fasa dapat merupakan sistem dominasi air atau sistem dominasi uap. ”Sistem Dominasi Uap” merupakan sistem yang sangat jarang dijumpai dimana reservoir panas buminya mempunyai kandungan fasa uap yang lebih dominan dibandingkan dengan fasa airnya. Rekahan umumnya terisi oleh uap dan pori-pori batuan masih menyimpan air. Reservoir air panasnya umumnya terletak jauh di kedalaman di bawah reservoir dominasi uapnya. ”Sistem Dominasi Air” merupakan sistem panas bumi yang umum terdapat di dunia dimana reservoirnya mempunyai kandungan air yang sangat dominan walaupun “boiling” sering terjadi pada bagian atas reservoir membentuk lapisan penudung uap yang mempunyai temperatur dan tekanan tinggi. Dibandingkan dengan temperatur reservoir minyak, temperatur reservoir panasbumi relatif sangat tinggi, bisa mencapai 350°C. Berdasarkan pada besarnya temperatur, Hochstein (1990) membedakan sistem panas bumi menjadi tiga, yaitu: • Reservoir temperatur rendah, yaitu sistem yang reservoirnya mengandung fluida dengan temperatur lebih kecil dari 125°C. • Reservoir temperatur sedang, yaitu sistem yang reservoirnya mengandung fluida bertemperatur antara 125-225°C. • Reservoir temperatur tinggi, yaitu sistem yang reservoirnya mengandung fluida bertemperatur diatas 225°C.
II. TEORI PENUNJANG 2.1 Panas Bumi Dari Segi Geologi Panas bumi adalah sumber energi sebagai panas yang terdapat dan terbentuk di dalam kerak bumi yang dapat berupa air panas, uap air, dan batuan bersama mineral ikutan dan gas lainnya yang secara genetik semuanya tidak dapat dipisahkan dalam suatu sistem panas bumi. Dari sudut pandang geologi, sumber energi panas bumi berasal dari magma yang berada di dalam bumi, berperan seperti kompor menyala. Magma tersebut menghantarkan panas secara konduktif pada batuan disekitarnya. Panas tersebut juga mengakibatkan aliran konveksi fluida hydrothermal (air terpanaskan) di dalam pori-pori batuan. Kemudian fluida hydrothermal ini akan bergerak ke atas namun tidak sampai kepermukaan karena tertahan oleh lapisan batuan yang bersifat impermeabel (Lapisan yang sulit dilewati fluida) . Lokasi tempat terakumulasinya fluida hydrothermal disebut reservoir atau lebih tepatnya reservoir panas bumi . Dengan adanya lapisan impermeabel tersebut, maka hydrothermal yang terdapat pada reservoir panas bumi terpisah dengan groundwater yang berada lebih dangkal. Berdasarkan itu semua maka secara umum sistem panas bumi terdiri atas tiga elemen : 1. Batuan reservoir 2. Fluida reservoir berperan menghantarkan panas ke permukaan tanah 3. Batuan panas (heat rock) atau magma sebagai sumber panas .
2.3 Proses Energi Panas Bumi di Indonesia Terjadinya sumber energi panas bumi di Indonesia serta karakteristiknya yaitu ada tiga lempengan yang berinteraksi di Indonesia, lempeng Pasifik, lempeng India-Australia dan lempeng Eurasia. Tumbukan yang terjadi antara ketiga lempeng tektonik tersebut telah memberikan peranan yang sangat penting bagi terbentuknya sumber energi panas bumi di Indonesia. Hal ini menyebabkan proses magmatisasi di bawah Pulau Sumatera lebih dangkal dibandingkan dengan dibawah Pulau Jawa atau Nusa tenggara. Karena perbedaan kedalaman jenis magma yang dihasilkannya berbeda. Pada kedalaman yang lebih besar jenis magma yang dihasilkan akan lebih bersifat basa dan lebih cair dengan kandungan gas magmatik yang lebih tinggi sehingga menghasilkan erupsi gunung api yang lebih kuat yang pada akhirnya akan menghasilkan endapan vulkanik yang lebih tebal dan terhampar luas. Oleh karena
Gambar 2.1 Penampang vertikal sistem hydrothermal vulkanik.
Kondisi geologi sumber energi panas bumi yang ditemukan sangat bergam, namun secara garis besar dikelompokkan menjadi 2 model geologi daerah panas bumi yaitu sistem magmatik vulkano aktif dan sistem selain magmatik vulkano aktif. Daerah panah bumi bertemperatur tinggi lebih dari 180C yang bisa dimanfaatkan untuk pembangkit listrik,sebagian besar terdapat pada sistem magmatik volkanik aktif. Sementara,pemanfaatan energi panas bumi untuk pemanfaatan-langsung direct use bisa diperoleh dari kedua sistem tersebut.
2
Karakteristik fluida Gunung Seulawah Agam yang akan dijadikan proyek PLTP yaitu komposisi airpanas hasil uji menunjukkan bahwa tipe air panasnya klorida, ada di lingkungan volcanic/ magmatic water, jauh dari Boron. Keduanya berada di partial equilibrium. Karakteristik air panas yang ber pH netral = 7.02-7.16 dengan suhu permukaan 86-86,4° C, bertipe klorida, berada di partial equilibrium, di lingkungan volcanic/ magmatic water jauh dari Boron. Diasumsikan ada di zona up-flow dengan reservoar didominasi airpanas (water heated dominated) bersuhu antara 206-228° C. Artinya berasal langsung dari dalam (deep water). Reservoir itu termasuk suhu reservoar berentalphi sedang (intermediate entalphy). Hasil analisis pH, Hg tanah dan CO2 udara tanah di - 1 m menunjukkan pH tanah bervariasi antara 4,98-6.7. Kandungan Hg tanah bervariasi 20-126,67 ppb, nilai ambang batas (back-ground value) 80 ppb. Kandungan CO2 udara tanah bervariasi antara 0.3-1,.38 %, dan nilai ambang batas 1 %. Anomali Hg berkonsentrasi 70- > 80 ppb, berada di timur laut. Klosur kontur 70-80 ppb terdapat di barat laut, barat tengah dan selatan tengah . Anomali C02 dengan konsentrasi 0.8 hingga > 1 % ada di timur laut dan klosur kontur nilai sama ada di tenggara tengah. Kecenderungan yang sama terjadi pada sebaran pH tanah rendah dan pola sebaran suhu udara tanah nilai tinggi di kedalaman - 1 m. Jadi Berdasarkan data diatas, teknologi yang akan digunakan pada PLTP Seulawah Agam yaitu Flash Steam Power Plants berupa fluida misalnya air panas alam (hot spring) di atas suhu 158º C. Fluida panas tersebut dialirkan kedalam tangki flash yang tekanannya lebih rendah sehingga terjadi uap panas secara cepat. Uap panas yang disebut dengan flash inilah yang menggerakkan turbin untuk mengaktifkan generator yang kemudian menghasilkan listrik. Sisa panas yang tidak terpakai masuk kembali ke reservoir melalui injection well. Berdasarkan perhitungan suhu geotermometri T silika (SiO2) = 158°C dan geotermometri gas = 228°C, luas areal prospek (A) dari penyebaran anomali kelompok Gunung Seulawah Agam
itu, reservoir panas bumi di Pulau Jawa umumnya lebih dalam dan menempati batuan volkanik,sedangkan reservoir panas bumi di Sumatera terdapat di dalam batuan sedimen dan ditemukan pada kedalaman yang lebih dangkal. Sistem panas bumi di Pulau Sumatera umumnya berkaitan dengan kegiatan gunung api andesitic - riolitis yang disebabkan oleh sumber magma yang bersifat lebih asam dan lebih kental, sedangkan di Pulau Jawa, Nusatenggara dan Sulawesi umumnya berasosiasi dengan kegiatan vulkanik bersifat andesitis-basaltis dengan sumber magma yang lebih cair. Karakteristik geologi untuk daerah panas bumi diujung utara Pulau Sulawesi memperlihatkan kesamaan karakteristikdengan di Pulau Jawa. Reservoir panas bumi di Sumatera umumnya menempati batuan sedimen yang telah mengalami beberapa kali deformasi tektonik atau pensesaran setidak-tidaknya sejak Tersier sampai Resen. Hal ini menyebabkan terbentuknya porositas atau permeabilitas sekunder pada 2.4 Potensi Panas Bumi di Nanggroe Aceh Darussalam Pemerintah Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam mulai mengalihkan penggunaan energi listrik dari bahan bakar minyak yang berasal dari fosil ke energi yang terbarukan. Salah satunya terdapat di Kabupaten Aceh Besar dan Sabang, diharapkan mengatasi krisis listrik. Tabel 2.1 Potensi Panas Bumi Di Propinsi NAD Lokasi
Potensi Panas Bumi
Nanggroe Aceh Darussalam Indonesia
27.601 MWe
Dunia
67.500 MWe
1.310 MWe
Sumber : ESDM
Proyek panas bumi Seulawah Agam dengan potensi panas bumi terduga sebesar 185 MWe, maka dimulai dengan mengkonversi energi panas bumi menjadi tenaga listrik berkapasitas 55 MW. Daya sebesar ini cukup untuk memenuhi kebutuhan maksimal listrik kota Banda Aceh yang mencapai 45 Megawatt (MW). Satuan Geomorfologi Komplek Gunung Seulawah Agam dan sekitarnya ,berdasarkan genesa, proses serta bentuk topografinya dapat dikelompokkan kedalam 4 kelompok yaitu ; y Satuan Morfologi Perbukitan Sedimen y Satuan Morfologi Perbukitan Tua y Satuan Morfologi Kerucut Gunung Seulawah Agam y Satuan Morfologi Pedataran
2
sekitar 7,2 km dengan persamaan : Q = 0.11585 x A x (T – T ag
cut-off
)
Q = 0.11585 x 7,2 x (228-158) = 58,8 MWe Didapatkan estimasi potensi energi kelompok Gunung Seulawah Agam berkisar antara 56,76-58,83 MWe yang cukup besar bila dikembangkan sebagai energi pembangkit listrik. 3
2.5 Model Peramalan Kebutuhan Listrik Dengan Metode DKL 3.01 Model yang digunakan dalam metode DKL 3.01 untuk menyusun perkiraan adalah model sektoral. Perkiraan kebutuhan energi listrik model sektoral yakni dengan umenyusun perkiraan kebutuhan energi listrik pada tingkat wilayah/distribusi. Pendekatan yang digunakan dalam menghitung kebutuhan listrik adalah dengan mengelompokkan pelanggan menjadi empat sektor yaitu :
BPt =
EPT t 8,76 xLF t
Dimana : BPt = Beban puncak pada tahun t EPTt = Energi produksi pada tahun t LFt = Faktor beban pada tahun t 2.11 Ekonomi Investasi Pembangkit Sebelum suatu proyek dilaksanakan perlu dilakukan analisa dari investasi tersebut sehingga akan diketahui kelayakan suatu proyek dilihat dari sisi ekonomi investasi. Ada beberapa metode penilaian proyek investasi, yaitu : A. Net Pressent Value (NPV) Jika nilai NPV positif maka investasi layak dilaksankan dan jika nilai NPV negatif investasi tidak layak dilaksanakan.
1. Sektor Rumah Tangga 2. Sektor Bisnis 3. Sektor Publik 4. Sektor Industri. 2.6 Biaya Pembangkitan Tenaga Listrik Biaya pembangkitan total tanpa biaya eksternal merupakan penjumlahan dari biaya modal, biaya bahan bakar, biaya operasional dan perawatan. Biaya pembangkitan = B.Modal + B.Bahan Bakar + B. O&M
III. KONDISI SISTEM KETENAGALISTRIKAN DI NANGGROE ACEH DARUSSALAM Pada tahun 2002-2009 kebutuhan tenaga listrik di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam :
2.7 Biaya modal (capital cost) Biaya modal pertahun adalah biaya investasi pembangunan pembangkit tenaga listrik yang dipengaruhi oleh faktor suku bunga dengan faktor penyusutan (fs + fd) ⋅ Ps Capital Cost (CC) = m ⋅ To
Tabel 3.1 Jumlah Pelanggan, dan Listrik Terjual di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam 2002-2009
2.8 Biaya Bahan Bakar (fuel cost) Biaya operasi ini merupakan biaya yang hanya dikeluarkan apabila pusat pembangkit dioperasikan untuk membangkitkan tenaga listrik. Biaya operasi ini merupakan biaya pembelian uap panas bumi dan minyak pelumas
Tahun
Energi Terjual (GWh)
Pelanggan
2002
494,7
601.300
2003
577,5
624.353
2004
701,4
660.749
2005
698,9
665.957
2006
839,2
726.001
2007
1.216,4
819.919
2008
1.149.7
900.042
2009
1.315.5
965.042
Dapat dilihat pada tahun 2005 energi yang terjual menurun dikarenakan bencana Tsunami. Setelah itu, berbagai perbaikan fasilitas dan infrastruktur vital mampu meningkatkan energi listrik yang terjual. Pertumbuhan kebutuhan listrik yang tinggi ini karena peran permintaan tenaga listrik sektor industri dan bisnis, rumah tangga dan sosial di Propinsi NAD sangat dominan,
2.9 Biaya operasional dan pemeliharaan Biaya ini harus tetap dikeluarkan meskipun peralatan-peralatan di pusat pembangkit tidak sedang beroperasi. Biaya O & M ini merupakan biaya untuk perawatan pusat pembangkit, dan juga biaya tenaga kerja yang mengoperasikan dan merawat pusat pembangkit.
3.1
Pasokan Tenaga Listrik Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam sampai saat ini memiliki total 214 unit pembangkit listrik dengan total kapasitas terpasang 273,61 MW. 97,7% komposisi PLTD dan 2,3% PLTA. Selain dipengaruhi oleh umur beberapa PLTD yang rusak dan isolated di pesisir pantai barat Aceh, peran PLTA sangat minim karena berkapasitas kecil.
2.10 Beban Puncak Beban puncak merupakan salah satu ukuran besarnya konsumsi energi listrik, sehingga dengan diketahui besar beban puncak, maka akan dapat diperhitungkan produksi atau kapasitas terpasang yang harus tersedia. Perkiraan beban puncak ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
4
3.2
Konsumsi Energi Listrik Kelompok Konsumen Konsumsi energi listrik di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam menunjukkan pemakaian yang terus meningkat tiap tahunnya. Hal ini disebabkan jumlah penduduk yang cenderung meningkat setiap tahunnya, semakin meningkatnya kemajuan daerah di propinsi Nanggroe Aceh Darussalam . Sektor Rumah Tangga merupakan sektor yang paling banyak membutuhkan energi diikuti dengan sektor komersil (bisnis), industri, dan publik.
4.1 Analisa Teknis Peralatan utama yang akan digunakan dalam proyek PLTP Seulawah Agam yaitu : 4.1.1Well head (Sumur bor) Uap panas yang dihisap ke atas melalui sumur bor dan pipa saluran menuju ke separator. Pemasangan sumur bor di titik potensi sedalam kira-kira 1500-1800 m. Dengan suhu kedalaman sekitar 228°C, diharapkan flow rate uap mampu mengkonversikan daya sebesar 54-57 MWe. 4.1.2 Steam Receiving Header Suatu tabung berfungsi sebagai pengumpul uap sementara dari beberapa sumur produksi sebelum didistribusikan ke turbin. Steam Receiving Header dilengkapi dengan system pengendalian kestabilan tekanan (katup) dan rufture disc yang berfungsi sebagai pengaman dari tekanan lebih dalam system aliran uap
Tabel 3.2 Konsumsi Energi Listrik Kelompok Konsumen GWh
4.1.3 Separator Suatu alat yang berfungsi sebagai pemisah zat – zat padat, silica, bintik – bintik air, dan zat lain yang bercampur dengan uap yang masuk ke dalam separator. Separator yang digunakan bertipe Static
Sumber : Statistik PT. PLN Wilayah I Aceh
3.3 Permintaan Energi Listrik di Nanggroe Aceh Darussalam Permintaan energi listrik di Nanggroe Aceh Darussalam mengalami peningkatan seiring pertumbuhan penduduk dan kondusifnya perekonomian Aceh setelah diguncang Tsunami 2004. Pada saat beban puncak terjadi seringkali terjadi pemadaman bergilir sehingga konuitas pelayanan PLN dinilai kurang baik.
cyclone dengan tekanan design 10 bar dan temperature design 205°C
4.1.4 Demister Sebuah alat yang berbentuk tabung silinder didalamnya terdapat kisi – kisi baja berfungsi untuk mengeliminasi butir – butir air yang terbawa oleh uap dari sumur panas bumi.
Tabel 3.3 Beban Puncak Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam
4.1.5 Generator Prinsip kerja generator adalah berdasarkan induksi elektromagnetik. Sistem penguatan yang digunakan adalah rotating brushless type AC dengan rectifier, sedangkan tegangannya diatur dengan automatic voltage regulator ( AVR ). Kemampuan generator maksimum adalah 55 MW. Generator akan menghasilkan energi listrik bolak balik sebesar 13,8 KV ketika turbin yang berputar dengan putaran 3000 rpm mengkopel terhadap generator.
Sumber : Statistik PT. PLN Wilayah I Aceh
4.1.6 Turbin Uap Turbin yang digunakan disesuaikan dengan keadaan dimana turbin tersebut digunakan. Direncanakan menggunakan turbin jenis silinder tunggal dua aliran ( single cylinder double flow ) merupakan kombinasi dari turbin aksi ( impuls ) dan reaksi. Turbin tersebut dapat menghasilkan daya listrik sebesar 55 MW per unit aliran ganda dengan putaran 3000 rpm. 4.1.7 Transformator Trafo utama yang digunakan adalah type ONAN berkapasitas 70.000 KVA digunakan pada
Gambar 3.1 Kurva beban harian Nanggroe Aceh Darussalam
5
Tabel 4.2 Proyeksi Neraca Daya (MW) di Nanggroe Aceh Darussalam
pembangkitan tegangan 13,8 KV pada sisi primer dan 150 KV pada sisi sekunder. Tegangan output generator 13,8 KV ini kemudian dinaikkan (step up) menjadi 150 KV disalurkan melalui kabel transmisi ACSR 1x 240 mm2 sepanjang 9 km antara Sistem Sigli-Banda Aceh dan menghubungkan paralel dengan Sistem Transmisi Sumbagut-Aceh. 4.1.8 Kondensor Kondensor adalah suatu alat untuk mengkondensasikan uap bekas dari turbin dengan kondisi tekanan yang hampa. Uap bekas dari turbin masuk dari sisi atas kondensor, kemudian mengalami kondensasi sebagai akibat penyerapan panas oleh air pendingin yang diinjeksikan melalui spray nozzle. Uap bekas yang tidak terkondensasi dikeluarkan dari kondensor oleh ejektor. 4.2 Peramalan dengan Metode DKL 3.01 Tabel 4.1 Proyeksi Konsumsi Energi Listrik per Kelompok Pelanggan (GWh) Nanggroe Aceh Darussalam
4.4 Analisa Ekonomi 4.4.1. Analisa Biaya Pembangkitan PLTP Untuk Guna menentukan biaya pembangkit di Seulawah Agam ini ada beberapa parameter yang harus diperhitungkan. Parameter-parameter tersebut adalah biaya modal, biaya operasi dan maintenance (O&M) dan Biaya bahan bakar (Fuel cost). Biaya pembangkitan total didapat dengan persamaan : BP = CC + FC + O&M Cost Sehingga biaya pembangkitan / KWh pada PLTP Seulawah Agam dengan suku bunga 12%, 9%, 6% dan adalah : Tabel 4.3 Biaya pembangkitan
4.4.2 Analisa Nilai Sekarang (Net Present Value) Metode NPV merupakan metode yang dipakai untuk menilai usulan proyek investasi yang mempertimbangkan nilai waktu dari uang (time value of money) sehingga arus kas yang dipakai adalah arus kas yang telah di discount atas dasar biaya modal perusahaan. Dengan usia pembangkit 30 tahun, faktor bunga sebesar 12%, 9% dan 6%, serta harga jual listrik/KWh, maka net present value dapat dihitung.
4.3 Neraca Daya Sistem Kelistrikan Nanggroe Aceh Darussalam Dengan beroperasinya PLTP Seulawah Agam 1X55 MW pada tahun 2014 maka akan didapatkan neraca daya Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam seperti pada Tabel 4.4. Pada tahun 2014 PLTP Seulawah Agam beroperasi dan menambah pasokan daya 55 MW. Namun tetap saja akan mengalami defisit energi.
6
Tabel 4.4 Analisa NPV
4.5 Analisa Perhitungan Harga Jual per Kelompok Konsumen Setelah PLTP Seulawah Agam Beroperasi Penentuan harga jual perkelompok konsumen ini di peroleh dari ketentuan harga listrik dalam rupiah/ KWh dari PLN sebelumnya. Berdasarkan UU No. 30 Th. 2009 Untuk menentukan harga jual yang baru maka di tentukan dengan BPP baru Propinsi NAD yang dianggap terisolasi dan tanpa subsidi dari pemerintah. Penentuan harga jual listrik di Nanggroe Aceh Darussalam dapat ditentukan dengan rumus :
4.4.3 Return Of Investment Return On Investment adalah kemampuan pembangkit untuk mengembalikan dana investasi dalam menghasilan tingkat keuntungan yang digunakan untuk menutup investasi yang dikeluarkan.
Harga jual per - sektor =
Per - sektor × BPPbaru Total
Dari rumus di atas maka pengaruh harga jual listrik per kelompok konsumen saat beroperasinya PLTP Seulawah Agam 1X55 MW dengan BPP baru di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4.5 Analisa ROI
Tabel 4.7 Harga Jual Listrik
4.4.4 Benefit Cost Ratio Benefit-Cost Ratio adalah rasio perbandingan antara pemasukan total sepanjang waktu operasi pembangkit dengan biaya investasi awal. Dengan asumsi pemerintah tidak akan menaikkan harga jual listrik meskipun telah dibangun pembangkit baru, salah satunya adalah dibangunnya PLTP Seulawah Agam, maka propinsi Nanggroe Aceh Darussalam memperoleh subsidi dari pemerintah sebesar Rp. 2901,03/kWh
Tabel 4.6 Analisa BCR
4.4.6 Analisa Daya Beli Masyarakat Pengeluaran riil perkapita penduduk NAD pada tahun 2009 adalah Rp 608.560,-. Rata-rata pengeluaran untuk membayar listrik adalah 10% dari biaya pengeluaran riil perkapita. Jika diasumsikan setiap penduduk Nanggroe Aceh Darussalam yang berlangganan 900 VA mengeluarkan dana 10% untuk membayar listrik maka dari Pengeluaran riil sebesar Rp 608.560,diambil 10% nya yaitu Rp. 60.856,- sedangkan rata-rata anggota keluarga adalah 4 orang untuk membayar listrik dibutuhkan Rp 243.424,- per bulan. Maka dapat menghitung daya beli masyarakat Nanggroe Aceh Darussalam adalah sebagai berikut: Daya (P) = 900 x 0.8 = 720 W
4.4.5 • •
Analisa Perhitungan Harga Pokok Penyediaan setelah pembangunan PLTP BPP Tenaga Listrik Sebelum Pembangunan PLTP Seulawah Agam 1X55 MW adalah sebesar Rp. 3.501,03/kWh BPP Tenaga Listrik Setelah Pembangunan PLTP Seulawah Agam 1X55 MW Rp. 2.910,65 ,- /kWh
Setelah PLTP Seulawah Agam di bangun harga BPP Pembangkitan Nanggroe Aceh Darussalam menjadi Rp. 2.910,65/kWh turun 16,68% dari BPP sebelum PLTP Seulawah Agam dibangun.
7
¾ Carbon dioksida (CO2) : gas dengan konsentrasi yang terbesar pada limbah geotermal. ¾ Hydrogen sulfide (H2S) : penyebab polusi dan pencemaran udara. Bercirikan dengan bau khas dan sangat beracun. Pada konsentrasi 16-32 mg/m3 menyebabkan iritasi mata, pada konsentrasi 2250 mg/m3 dalam waktu 15-30 menit menyebabkan kematian. ¾ Mercury (Hg) dan senyawa-senyawa terutama methyl mercury saat ini dikenal sebagai penyebab penyakit Minimata (Minimata Disease). Pada konsentrasi tertentu dalam udara menyebabkan keracunan mercury yang membawa dampak hilangnya daya ingat, sukar tidur, tremor serta gangguan psikologis. ¾ Arsen (As) : gas polutan dalam pengembangan PLTP dan merupakan bahan kimia yang sangat beracun. Efeknya pada manusia mulai dari kerusakan yang reversibel (dapat pulih kembali) sampai pada timbulnya kanker bahkan kematian. ¾ Radon (Rn). Efek-efek dari bahan kimia ini merusakkan tumbuhan dan makhluk hidup bahkan menyebabkan kematian.
Maka kita dapat mengetahui jumlah Kwh/bulan dengan cara: Kwh/Bulan1 = P1 x hari x jam x LF = 0,72 x 30 x 24 x0,5262 = 272,788 KWh/ bulan Bila tarif untuk biaya beban tarif daya 900 VA adalah Rp 20.000,-. Maka didapatkan pemakaian listrik dalam 1 bulan adalah : Pengeluaran1 : 20 kWh x Rp.275 = Rp. 5.500,0 40 kWh x Rp.445 = Rp. 17.800,0 212,78 kWh x Rp 495 = Rp. 105.326,1 Biaya Beban = Rp. 20.000,0 + Total = Rp.148.626,1 Perbandingan antara daya beli Listrik dengan pendapatan perkapita yang digunakan untuk keperluan listrik. 243.424 × 465,5 148.626,1 = Rp. 762,4 / kWh
Daya beli1 =
Dengan asumsi, BPP sebesar Rp. 539,65/kWh setelah dibangunnya PLTP Seulawah Agam. Pengurangan hanya pada jumlah subsidi yang diberikan pemerintah, maka dari perhitungan daya beli masyarakat Nanggroe Aceh Darussalam menunjukkan bahwa masyarakat mampu membeli listrik dengan BPP yang ada.
3.
4.6. Analisa Lingkungan Proyek Geotermal energi panas bumi terdapat dalam benfuk fasa uap ataupun air panas. Energi itu terjadi karena adanya persentuhan sumber panas berupa magma yang terletak jauh di kedalaman air tanah yang berasal dari akumulasi air hujan yang tersimpan pada formasi batuan tertentu dan mengandung mineral. Pemunculannya ke atmosfir dalam bentuk uap membawa kandungankandungan berupa unsure logam berat tak terkondensasi yang dalam jumlah tertentu membahayakan lingkungan dan kesehatan/manusia sehingga perlu mendapatkan perhatian yang serius. Dalam pengembangan energi panas bumi (PLTP) bukan saja panas dan air yang keluar tetapi juga berbagai macam garam dan gas. akan menimbulkan dampak negatif terhadap komponen lingkungan pada setiap kegiatan, yaitu : 1. Uap panas bumi yang keluar dari sumur terdiri atas uap air, air panas, dan beberapa jenis pengotor. 2. Kandungan kimia dari gas dan uap yang timbul diantaranya :
Problema kebisingingan yang ditimbulkan proyek geotermal berpengaruh dan berakibat pada manusia/makhluk hidup yang ada. Kebisingan dapat menyebabkan: gangguan komunikasi, gangguan tidur, mudah marah/jengkel, gangguan bekerja, gangguan keseimbangan, gangguan saluran pencernaan, ketegangan otot serta penyempitan pembuluh darah.
Dengan ratifikasi “kyoto protocol” menunjukkan komitmen negara maju tekait global warming untuk insentif atau carbon credit terhadap pembangunan (clean development mecahnism) berdasarkan seberapa besar pengurangan CO2 dibandingkan dengan base line yang telah ditetapkan.
Gambar 4.1 Grafik Emisi Gas dari Bermacam- macam Pembangkit 8
Diprediksi konsumsi energi listrik total Sistem Aceh pada tahun 2030 mencapai 5,520 GWh dengan beban puncak sekitar 868,31 MW. 4. Berdasarkan analisa ekonomi, dengan parameter besar investasi sekitar 150 juta US$ atau 1,5 Trilliun rupiah, kapasitas produksi/tahun PLTP berkisar 819.060.000 KWh/tahun, kebutuhan produksi panas bumi per kwh sekitar 8,8235 kg/kwh, jumlah panas bumi selama beroperasi selama 30 tahun sekitar 216.810.000 ton, biaya bahan bakar (fuel cost) sekitar 2,25 sen/kwh. Harga BPP Tegangan Tinggi NAD sebesar Rp1.891/kwh maka dibutuhan selama 2,4 tahun untuk suku bunga 12%, 2.1 tahun untuk suku bunga 9% agar biaya investasi kembali utuh (payback period). Untuk metode analisa nilai sekarang (Net Present Value) sebesar 0% pada tahun ke-2 dengan suku bunga 12% masih minus 441,62 miliar. Namun, pada tahun ke-3 suku bunga 12% menjadi surplus sekitar 4,125 miliar. 5. Dari aspek lingkungan, masa operasi dari PLTP Seulawah Agam mengeluarkan gas dan uap-uap yang beracun seperti Carbon dioksida (CO2), Hydrogen sulfide (H2S), Mercury (Hg), Arsen (As) yang konsentrasinya tergolong rendah. Namun jika terakumulasi dalam jumlah besar dan tidak ada penanggulangan serius akan berakibat rusaknya lingkungan dan berbahaya bagi makhluk hidup. 6. Pengaruh pembangunan PLTP Seulawah Agam terhadap daya beli masyarakat untuk daya 450 VA sebesar Rp. 691,24/kwh dan untuk daya 900VA sebesar Rp.762,4/kwh. Nilai tersebut sudah diatas rat-rata dari biaya pembangkit (total cost) sebesar Rp.634,3/kWh pada daya 900 VA. Untuk Harga BPP awal sebelum pembangunan PLTP Seulawah Agam sebesar Rp 3.501/kwh, setelah dibangun PLTP menjadi Rp. 2.910,65/kwh turun 16,68%. Hal ini terjadi karena komposisi mayoritas pembangkit di Aceh masih menggunakan PLTD dengan daya terproduksi sebesar 267,48 MW sehingga BPP masih terlalu tinggi. Untuk Indeks Pembangunan Manusia Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam tahun 2009 termasuk rendah sebesar 71,31menempati urutan ke-17 Nasional. Untuk rasio elektrifikasi NAD termasuk tinggi sekitar 76,78%.
Dari gambar grafik 4.1 untuk pembangkit dengan bahan bakar panas bumi memiliki emisi yang paling rendah yaitu 100kg/KWh. Jika Pembangunan PLTP Seulawah Agam 1X55 MW tidak menghasilkan karbon kredit maka mendapat uang sebesar 4,5 cent./KWh. Karena PLTP memiliki 100 kg/KWh dengan batas rata-rata 728 kg/KWh maka CDM yang di dapat adalah sebagai berikut: CDM =
728 − 100
× 4,5cent
728 = 3,88cent
Jadi PLTP akan mendapat 3,88 cent/kWh atau Rp.388/kWh. Hal ini dapat mengurangi biaya pokok penyediaan (BPP) tenaga listrik dan mengurangi harga jual kepada masyarakat dan tujuan menjadikan listrik murah dan terjangkau masyarakat untuk memajukan perkembangan pendidikan, ekonomi dan indeks pembangunan manusia yang bisa berkompeten dan bersaing dengan Propinsi lainnya.
IV. KESIMPULAN 1. Potensi Panas bumi tersebar menyeluruh di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam sekitar 1.310 MWe. Dari potensi tersebut salah satunya terdapat di Gunung Seulawah Agam Kabupaten Aceh Besar Sumber daya hipotesa sekitar 185 MWe dan sumber cadangan terduga sekitar 165MWe. Berdasarkan data suhu permukaan 86-86,4°C, suhu kedalaman 206-228°C, tipe reservoir air panas, entalphi sedang dan PH 7,02-7,16 , maka didapatkan penentuan daya yang terbangkitkan berkisar 54,67-56,23 MWe. Oleh karena potensi yang besar, maka di lokasi tersebut akan dibangun PLTP Seulawh Agam 1x55MW. 2. Kapasitas terpasang total sebesar 207 MW, daya mampu sebesar 114,7 MW dan beban puncak total mencapai 198 MW. Dari neraca daya tersebut disuplai oleh pembangkit listrik mayoritas PLTD sebanyak 212 unit tersebar di pesisir pantai barat Aceh dan 2 unit PLTMH. Mengingat banyak unit PLTD yang tua, rusak akibat bencana Tsunami tahun 2004 dan mahalnya harga bahan bakar fosil, maka untuk mengatasi krisis listrik salah satunya yaitu proyek pembangunan PLTP Seulawah Agam 1x55 MW diharapkan mampu menyangga beban dasar. 3. Berdasarkan perhitungan, proyeksi kebutuhan energi listrik Nanggroe Aceh Darussalam terus meningkat seiring pertumbuhan penduduk tiap tahun sekitar 1,02% dan rehabilitasi berbagai infrastruktur setelah bencana Tsunami 2004.
DAFTAR PUSTAKA 1. Data Strategis Badan Pusat Statistik, 2010 2. Badan Pusat Statistik, “Nanggroe Aceh Darussalam Dalam Angka 2008”, 2009 3. Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Besar “PDRB Kabupaten dan Kelistrikan di Kabupaten Aceh Besar”, 2010 9
4. PT PLN (PERSERO), “Statistik PLN 2008”, 2009 5. RUPTL PLN 2010-2019, Jakarta 2010 6. Lampiran RPTL P3BS Sumatera 2010-2019, 2009 7. PT. PLN (PERSERO) Wilayah I Nanggroe Aceh Darussalam, “Energi Salur Tiap Gardu Induk Sistem Aceh 2010”, http://www.plnaceh.co.id/ 8. PT. PLN (PERSERO) Wilayah I Nanggroe Aceh Darussalam, “Grafik Sub Sistem Aceh 2007-2010”, http:// www.plnaceh.co.id/ 9. Dinas Pertambangan dan Energi Pemerintah Nanggroe Aceh Darussalam, “Energi Geothermal”, 2009 10. PT.Cipta Multi Kreasi, “Studi Energi Listrik Alternatif di Pedesaan Sebagai Upaya Dalam Mendukung Percepatan Diversifikasi Energi di Propinsi NAD”, 2008 11. Herry Sundhoro, Pkja Panas Bumi-Pusat Sumber Daya Geologi, ”Potensi Sumber Daya, Tipe Fluida dan Sistem Panas Bumi di Ie SuaLum-Masjid Raya Kabupaten Aceh Besar”,2009 12. PT.Rekayasa Industri,”Presentasi Eksekutive BUMN di Kamojang”, 2008 13. Lisa G.Pasikki, Lead Reservoir Engineer Chevron Geothermal And Power,” Proses Pengembangan Lapangan Panas Bumi”, Maret 2009 14. Khasani,Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik UGM,”Analisi Numerik Sifat-Sifat Transient Aliran Fluida Pana Bumi”, 2010 15. Setiadarma Dirasutisna, “ Geologi Panas Bumi Jaboi, Sabang, Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam”, Direktorat Inventaris Sumber Daya Mineral, 2005 16. Keputusan Menteri ESDM,”Ketentuan Pelaksanaan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Dalam Usaha Pertambangan”, 1989 17. Ridwan Arief Subekti,” Survei Potensi Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro di Kuta Malaka Kab.Aceh Besar Prov.NAD”, Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronik, 2010 18. Akademi Kesehatan Lingkungan Muhammadiyah Makasar, ”Energi Panas Bumipun Perlu Diwaspadai, 2010 19. Nenny Saptadji – Prodi Magister Akademik Fakultas Terapan Teknik Panas Bumi FTTM ITB,”Peningkatan Kapasitas Dalam Bidang Panas Bumi Untuk Mendukung Pengembangan Panas Bumi di Indonesia hingga tahun 2025”, 2009 20. http://www.esdm.go.id 21. http://www.pln.go.id 22. http://www.re.djlpe.esdm.go.id
BIOGRAFI PENULIS Wakhid Ilham Kurniawan lahir di Surabaya, 23 Juni 1987. Anak pertama dari tiga bersaudara ini telah menamatkan di SMU Negeri 9 Surabaya pada tahun 2005. Pada tahun 2005-2008 telah menempuh Program Studi Diploma III Teknik Elektro Komputer Kontrol FTI-ITS. Pada bulan September 2008 – Januari 2009 mengikuti Program Pendampingan Dikmenjur-ITS di SMK Negeri 3 Pacitan. Setelah mengikuti program tersebut langsung melanjutkan program Strata-1 Lintas Jalur Teknik Elektro Bidang Sistem Tenaga FTIITS awal Januari 2009 hingga sekarang. Penulis dapat dihubungi di wakhid.airsuspension @gmail.com
10