STUDI PEMBANGUNAN PLTGU SENORO 2 X 120 MW DAN PENGARUHNYA TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL DI SULAWESI TENGAH Tedy Rikusnandar Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh November Kampus ITS Gedung B dan C Sukolilo Surabaya 60111 Mengamati kondisi seperti ini, harus diupayakan pembangunan energi yang berbasis pada potensi lokal. Salah satunya adalah sumber energi gas yang terdapat di lapangan Donggi-Senoro. Sebagai daerah yang memiliki potensi gas yang besar, sangat memungkinkan apabila di daerah sulawesi tengah ini dibangun pembangkit untuk mengurangi defisit energi listrik yang terjadi. Khususnya pembangunan PLTGU Senoro 2 x 120 MW di Sulawesi Tengah.Dalam pengembangan pembangkit listrik tenaga gas uap,senoro yang terletak di kabupaten banggai sulawesi tengah ini menyimpan cadangan gas mencapai 7.76 triliun kaki kubik (TCF) dan terdapat potensi peningkatan cadangan 0.6 TCF.[14] Tenaga listrik yang dibutuhkan oleh Sulawesi Tengah, sebagian besar dipasok oleh PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan sebagian kecil oleh perusahaan listrik non PLN. . Kondisi saat ini kapasitas pembangkit terpasang pada sistem adalah sebesar 155,56 MW, 75% pembangkit listrik di Propinsi Sulawesi Tengah adalah pembangkit listrik tenaga diesel yang sudah tua, 19 % pembangkit tenaga uap dan 5 % merupakan pembangkit listrik tenaga air yang sangat bergantung pada musim.[3] Di Sulawesi Tengah terdapat unit PLN yang terbagi menjadi tiga Cabang. Pelanggan PLN paling banyak terdapat pada unit PLN dengan cabang Palu. Rasio elektrifikasi Sulteng 47.64% [3], jadi masih banyak daerahdaerah di Propinsi Sulteng yang kebutuhan listriknya belum terpenuhi oleh PLN. Hal itu disebabkan berbagai macam kendala geografis yang menjadi masalah utama. Oleh karena itu sebagian masyarakat mengusahakan listrik secara swadaya yaitu melalui perusahaan-perusahaan listrik non PLN. Pembangunan PLTGU Senoro 2 x 120 MW, Sulawesi Tengah ini termasuk ke dalam proyek 10.000 MW tahap II yang akan dibangun oleh PLN yang bekerjasama dengan pihak swasta untuk memenuhi kekurangan tenaga listrik pada tahun-tahun mendatang terutama di daerah Sulawesi Tengah. Dalam tugas akhir ini akan dibahas tentang pengaruh pembangunan PLTGU Senoro 2 x 120 MW terhadap tarif listrik regional wilayah Sulawesi, khususnya Sulawesi Tengah. Adapun tinjauan pembangunan PLTGU ini meliputi aspek teknis, ekonomi, sosial, serta aspek lingkungan.
Abstrak Propinsi Sulawesi Tengah memiliki daya mampu sebesar 100,59 MW dengan beban puncak 89,55 MW. Secara perhitungan, antara daya mampu dan beban puncak memiliki kelebihan energi listrik. Namun dikarenakan banyaknya pembangkit yang sudah berumur lebih dari 20 tahun dan beberapa pembangkit yang dipengaruhi kondisi debit air (PLTA/PLTM), sehingga ketika sejumlah pembangkit mengalami gangguan operasi dan pemeliharaan mesin maka akan terjadi pemadaman karena daya mampu pembangkit di Sulawesi Tengah mengalami penurunan. Sulawesi Tengah memiliki rasio elektrifikasi sekitar 47,64 % dan diperkirakan kebutuhan listrik di Sulawesi Tengah akan terus meningkat. Berbagai upaya untuk peningkatan penyediaan energi listrik terus dilakukan di Sulawesi Tengah. Salah satunya pembangunan PLTGU Senoro 2 x 120 MW di Kabupaten Banggai,Sulawesi Tengah dengan memanfaatkan potensi gas di lapangan Donggi-Senoro, Sulawesi Tengah Dengan dibangunnya PLTGU Gas Senoro 2 x 120 MW diharapkan dapat mewujudkan pertumbuhan pembangunan berkelanjutan sehingga meningkatkan kesejahteraan masyarakat karena semua aktifitas penduduk Sulawesi Tengah di berbagai sektor dapat memanfaatkan energi listrik dengan baik. Selain itu juga dapat menggantikan peran dari PLTD (75%) yang pada akhirnya dapat mengurangi penggunaan bahan bakar minyak dan biaya pokok penyediaan listrik yang berimbas pada penurunan tarif dasar listrik regional Sulawesi Tengah hingga 32,8 % dari tarif dasar listrik sebelumnya. Kata kunci : Energi listrik, Potensi Gas, PLTGU Gas, Biaya Pokok Penyediaan Listrik, Tarif Dasar Listrik Regional I. PENDAHULUAN Listrik merupakan kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan lagi dari kehidupan manusia. Semakin bertambah jumlah penduduk maka semakin bertambah pula energi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan listrik seharihari.Jika tidak di imbangi dengan bertambahnya pasokan energi maka akan terjadi defisit.Masalah defisit energi listrik yang terjadi di pulau Sulawesi khususnya Sulawesi Tengah disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satu diantaranya adalah karena pasokan energi listrik tersebut tidak seimbang dengan jumlah beban yang harus disuplai oleh PLN. Energi listrik saat ini merupakan kebutuhan primer yang vital untuk pembangunan ekonomi dan pembangunan sosial. Ketersediaan tenaga listrik yang mencukupi, aman, handal, dengan harga yang terjangkau merupakan faktor penting dalam rangka menggerakkan perekonomian yang dapat meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat. Aman mempunyai pengertian bahwa sistem tenaga listrik ini tidak membahayakan manusia dan lingkungannya dan handal mempunyai arti bahwa sistem tenaga listrik ini dapat melayani pelanggan secara memuaskan misalnya dalam segi kontinyuitas dan kualitasnya.
II. TEORI PENUNJANG 2.1 Gas Bahan bakar gas (BBG) yang digunakan untuk pembangkitan tenaga listrik umumnya gas bumi, yaitu gas yang didapat dari dalam bumi yang berasal dari kantong gas yang hanya berisi gas yang dalam bahasa Inggris disebut natural gas, atau dari kantong gas yang ada di atas kantong minyak yang dalam bahasa Inggris disebut petroleum gas (lihat Gambar 2.1 dan Gambar 2.2).
1
3. Water Treatment Plant Water treatment plant berfungsi untuk memproduksi semua kebutuhan air bagi operasional PLTGU. Pada dasarnya ada 2 jenis air yang dibutuhkan PLTGU. Yang pertama adalah demineralized water (demin water) untuk mensuplai HRSG dalam memproduksi uap penggerak turbin. Yang kedua untuk pendingin bagi mesin – mesin PLTGU dan untuk dipergunakan sebagai service water.
Gambar 2.1 Kantong gas berisi gas saja (natural gas)
2.4 Model Peramalan Kebutuhan Listrik 2.4.1 Regresi Linear Berganda Dalam Metode Regresi diperlukan faktor yang akan dijadikan acuan dalam perhitungan. Dalam peramalan kebutuhan energi listrik faktor – faktor yang dipakai adalah sebagai berikut : Energi terjual Pertumbuhan jumlah pelanggan rumah tangga Pertumbuhan jumlah pelanggan bidang bisnis Pertumbuhan jumlah pelanggan bidang industri Pertumbuhan jumlah pelanggan publik Pertumbuhan jumlah penduduk Peningkatan PDRB suatu wilayah
Gambar 2.2 Kantong gas berada di atas kantong minyak (petroleum gas) Bahan bakar cair dan bahan bakar gas adalah sama – sama persenyawaan hidrokarbon. Hanya saja gas dalam keadaan normal artinya pada suhu dan tekanan udara bebas berada dalam fase gas karena titik didihnya (yang juga titik embunnya) berada jauh di bawah OºC. Komponen utama dalam gas alam adalah metana (CH4), yang merupakan molekul hidrokarbon rantai terpendek dan teringan. Gas alam juga mengandung molekulmolekul hidrokarbon yang lebih berat seperti etana (C2H6), propana (C3H8) dan butana (C4H10), selain juga gas-gas yang mengandung sulfur (belerang). Gas alam juga merupakan sumber utama untuk sumber gas helium. Metana adalah gas rumah kaca yang dapat menciptakan pemanasan global ketika terlepas ke atmosfer, dan umumnya dianggap sebagai polutan ketimbang sumber energi yang berguna. Meskipun begitu, metana di atmosfer bereaksi dengan ozon, memproduksi karbon dioksida dan air, sehingga efek rumah kaca dari metana yang terlepas ke udara relatif hanya berlangsung sesaat.
2.4.2 DKL Salah satu model peramalan beban adalah model DKL 3.01, digunakan untuk menyusun perkiraan dengan model sektoral yaitu metode gabungan antara kecenderungan ekonometris dan analitis. Perkiraan kebutuhan tenaga listrik model sektoral digunakan untuk menyusun perkiraan kebutuhan tenaga listrik pada tingkat wilayah. Pendekatan yang digunakan dalam menghitung kebutuhan listrik adalah dengan mengelompokkan pelanggan menjadi beberapa sektor yaitu sektor rumah tangga, sektor bisnis, sektor publik dan sektor industri. Dalam menyusun perkiraan kebutuhan tenaga listrik pada sektor ini, digunakan beberapa sub model untuk membuat perkiraan variabel yang dipertimbangkan akan mempengaruhi konsumsi energi listrik.
2.2 Komponen – Komponen Dan Proses Yang Terjadi Di Dalam PLTGU Pembangkit listrik tenaga gas uap pada proses operasinya menggunakan bahan bakar minyak atau gas sebagai sumber energi primer. Untuk memutar generator, PLTGU menggunakan putaran turbin gas dan turbin uap. Secara umum pembangkit listrik tenaga gas uap (PLTGU) terdiri dari beberapa sistem utama, yaitu : Turbin dan generator Turbin dan generator bisa dibilang sebagai inti dari suatu proses pembangkitan, karena dari bagian inilah energi listrik dihasilkan. Heat Steam Recovery Generator (HRSG) Pada prinsipnya pemakaian HRSG adalah panas pemakaian gas buang dari turbin. Panas yang dibuang ini dapat digunakan untuk membangkitkan uap untuk proses maupun untuk pembangkit listrik dengan siklus rankine. HRSG terdiri dari economizer, evaporator dan super heater yang merupakan penukar kalor serta drum dan feed water tank. Balance of plant Sistem terakhir dari PLTGU adalah balance of plant. Balance of plant ini terdiri dari beberapa sub sistem, di mana yang paling penting adalah : 1. Condenser system Setelah selesai memutar turbin, uap dibuang ke condenser yang posisinya tepat berada di bawah LP Turbin. Di dalam condenser uap tersebut diubah menjadi air untuk dipompakan kembali ke dalam boiler./HRSG . 2. Feedwater system Air yang dipompa masuk kembali ke dalam boiler/HRSG biasa dikenal dengan nama feedwater.
2.5 Ekonomi Investasi Pembangkit Sebelum suatu proyek dilaksanakan perlu dilakukan analisa dari investasi tersebut sehingga akan diketahui kelayakan suatu proyek dilihat dari sisi ekonomi investasi. Ada beberapa metode penilaian proyek investasi, yaitu : 1.Net Present Value 2.Return Of Investment 3.Benefit Cost Ratio 4.Payback Periode
III. DATA PENDUKUNG PEMBANGUNAN PLTGU SENORO Sulawesi Tengah merupakan propinsi terbesar dengan luas wilayah daratan 68,033 kilometer persegi dan luas laut mencapai 189,480 kilometer persegi yang mencakup semenanjung bagian timur dan sebagian semenanjung bagian utara serta Kepulauan Togean di Teluk Tomini dan pulaupulau di Banggai Kepulauan di Teluk Tolo. Sebagian besar daratan di propinsi ini bergunung-gunung (42.80% berada di atas ketinggian 500 meter dari permukaan laut) dan Katopasa adalah gunung tertinggi dengan ketinggian 2.835 meter cari permukaan laut.Dengan batas utara propinsi Gorontalo,timur berbatas propinsi Maluku,Selatan propinsi Sulawesi Selatam dan propinsi Sulawesi Tenggara, serta barat dengan Selat Makasar.
2
Gambar 3.22 Kurva beban harian Sulawessi Tengah
100
MW
Kurva Beban H Harian Sulawesii Tengah
80 60 40 20 0
Hour s 23 24 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 2 13 14 15 16 17 18 19 20 2 21 22
G Gambar 3.1 Petta Sulawesi Tenngah
Gambar 3.2 menggambaarkan kondisi beban hariann Prropinsi Sulaweesi Tengah Diimana beban puncak terjadii seekitar pukul 17.000 – 22.00 WIT T.
3.1 Ketenagallistrikan Sulaw wesi Tengah Sistem ketenagalistrikkan Propinsi Sulawesi S Tenggah termasuk dalaam cakupan wiilayah kerja PT T. PLN (Perseero) Wilayah Suluuttenggo. Selaain Propinsi Sulawesi S Tenggah (Sulteng), wiilayah kerja PT. PLN (P Persero) Wilayyah Suluttenggo mencakup m Propinsi Sulawesi Utara U (Sulut) dan d Propinsi Gorontalo.
Konsumsi Enerrgi Listrik Perr 3.4 Jumlah Pelaanggan Dan K Kelompok K Konssumen Dalam kuruun waktu 4 tahuun terakhir, jum mlah pelanggann daan konsumsi ennergi per keloompok konsum men di Propinsii Su ulawesi Tengahh terus meningkkat. Untuk jum mlah pelanggan,, daari tabel 3.3 daapat dilihat bahhwa dari tahun n 2003 sampaii deengan tahun 20009.
3.2 Sistem Pembangkitan d data stattistik yang dikeeluarkan PT. PL LN Sesuai dengan (Persero) Wilayah W Sulutteenggo, kapasitas pembanggkit terpasang padda sistem Sulaawesi Tengah pada tahun 20009 adalah sebesaar 155,554 MW. M Data sisstem pembanggkit Sulawesi Tenggah selengkapnyya dapat dilihatt pada tabel 3.1.
mlah pelanggann per kelompok k konsumen Tabel 3.3 Jum Tahun T
Cabbang Palu
PLTA/ PLTM/PLTM Swasta 2.640
-
Pembangkit listrik non EBT PLTD/PLTD D Sewa/PLTD PLTU Pinjam pakaai 69.620 30.000
Cabbang Luwuk
5.350
-
21.288
-
Cabbang Toli-Toli
1.600
-
25.056
-
26.656
Sulawesi Tengah
9.590
-
115.964
30.000
155.554
Uniit
PL LTP
Ju umlah 102.260 26.638
Tahu un
3.3 Neraca Daaya Propinsii Sulawesi Teengah memilikki daya mam mpu sebesar 98,18 MW dengan beban b puncak 87,32 MW. Data D neraca daya Sulawesi S Tengaah dari tahun 20000 – 2009 dappat dilihat pada taabel 3.2. wesi Tengah Tabel 3..2 Neraca daya Propinsi Sulaw Tahuun 20000 20011 20022 20033 20044 20055 20066 20077 20088 20099
Daya Mampu 67,75 71,51 76,14 88,16 96,69 97,85 91,55 105,65 98,18 100,59
Beban Puncak 58,25 63,70 68,23 71,35 78,40 82,39 84,42 90,62 87,32 89,55
Pu ublik
Jumlah 88.442 103.824 114.172 129.271 184.033 249.540 255.882
Rumah Tangga
Bisnis
Industri
Pub blik
Jumlahh
2000 0
121.698,000
7.948,000
14.128,000
43.7 721,000
195.495,000
2001
139.512,000
14.393,000
14.203,000
44.8 896,000
220.004,000
2002
157.327,000
20.838,000
15.278,000
46.0 071,000
244.514,000
2003
175.141,000
27.283,000
16.353,000
47.2 246,000
269.025,000
2004 4
192.956,000
33.728,000
17.028,000
48.4 421,000
293.534,500
2005
210.770,000
40.173,000
17.503,000
49.5 596,000
318.044,000
2006 6
230.150,000
47.450,000
16.620,000
49.1 160,000
343.380,000
2007
243.270,000
51.400,000
15.570,000
55.1 170,000
365.410,000
2008
265.779,000
60.340,000
14.770,000
57.5 510,000
383.100,000
2009
282.028,000
65.953,000
16.592,000
59.9 963,000
411.949,000
Keet : Pu ublik = sosial, gedunng pemerintahan, peenerangan jalan Su umber : Statistik PT.. PLN (Persero) Wilayah Suluttenggo
IV V. ANALISA PERENCANAA P AN PLTGU SE ENORO 2 x 120 MW W Program pembangunan ppembangkit barru harus segeraa dilaksanakan karrena untuk pemeenuhan kebutuh han listrik yangg p yangg seemakin besar seeiring dengan pertumbuhan penduduk ju uga semakin bessar.
Sumber : Statistik PT. PLN (Persero) Wilayah Suluttenggo
Bisnis
Tabel 3.4 Konnsumsi energi liistrik (MWh) peer kelompok konsumen Sulaawesi Tengah
Sumber : Statistik PT. PLN (Persero) Wilayah Suluttenggo
Kapasitas Terpasangg 96,002 99,89 101,92 118,91 128,59 130,50 141,76 154,71 155,55 155,56
Industri
2003 569 102 6.558 2004 654 123 7.952 2005 143 786 8.432 2006 342 983 7.199 2007 348 1.162 55.316 5 2008 182 1.716 58.158 5 2009 210 1.723 63.821 6 Keet : Pu ublik = sosial, gedunng pemerintahan, peenerangan jalan Su umber : Statistik PT.. PLN (Persero) Wilayah Suluttenggo
Tabel 3.1 Dayya terpasang (kW W) Sulawesi Teengah Pembangkit listrik EB BT
Rumah Tangga 81.193 95.095 104.811 120.747 127.207 189.484 190.128
3
4.3 Analisa Perkiraan Kebutuhan Energi Listrik dengan metode DKL Model yang digunakan dalam metode DKL untuk menyusun proyeksi adalah model sektoral. Sama seperti proyeksi menggunakan metode regresi, pada proyeksi dengan metode DKL terjadi peningkatan konsumsi energi listrik dan jumlah pelanggan per sektor setiap tahunnya. Hasil proyeksi dengan metode DKL dapat dilihat di tabel 4.3.
PLTGU
Tabel 4.3 Proyeksi pelanggan per sektor dan energi konsumsi dengan menggunakan DKL Tahun t 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
Gambar 4.1 Lokasi PLTGU Senoro Untuk mengatasi kekurangan pasokan listrik di Sulawesi Tengah, PT PLN (Persero) Wilayah Suluttenggo membangun sebuah pembangkit listrik berkapasitas 2 x 120 MW di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah. Pembangunan pembangkit listrik tenaga gas uap dengan bahan bakar gas alam itu diperkirakan menelan biaya 250 juta dollar. Pengoperasian pembangkit listrik tenaga gas uap (PLTGU) akan beroperasi tahun 2015. 4.1 Potensi Gas Alam Walaupun Indonesia tidak diperhitungkan sebagai pemilik cadangan gas terbesar dalam skala dunia, namun cadangan gas alam di Indonesia cukup besar, yaitu diperkirakan 171,38 Tscf yang tersebar terutama di Kepulauan Natuna (Riau Kepulauan) sebesar 53,06 Tscf , Sumatera Selatan 26,68 Tscf, dan di Kalimantan Timur sebesar 21,49 Tscf serta Tangguh di Irian Jaya yang diperkirakan setara dengan cadangan di Natuna. Di Sulawesi dikaruniai sumber daya Gas bumi dengan potensi 7,76 Tcf. Potensi yang ada hampir separuhnya masih berada dalam status sumber daya yang perlu ditingkatkan statusnya.
Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
616.421 634.185 649.050 667.372 688.397 710.794 731.889 745.098 767.929 777.109 786.322 807.264 820.662 846.374 889.659 922.684 954.155 987.328 1061.500 1138.100 1194.200
203.406 212.094 234.792 247.840 261.798 272.676 284.674 294.952 308.330 319.208 331.085 342.293 354.251 365.619 381.697 392.075 405.953 417.331 430.709 444.387 453.011
Bisnis
Industri
X2
X3
1.936 2.120 2.363 2.556 2.789 3.002 3.215 3.428 3.641 3.854 4.067 4.280 4.493 4.706 4.919 5.132 5.345 5.558 5.771 5.984 6.065
390 470 443 489 516 552 588 625 661 698 734 770 807 843 880 916 952 989 1.025 1.062 1.096
Publik X4 61.617 64.713 60.009 60.105 60.801 61.197 61.593 61.989 62.385 62.781 63.177 63.573 63.969 64.365 64.761 65.157 66.553 68.949 70.345 71.741 71.945
Penduduk X5 2.794.241 2.924.842 2.830.641 2.996.811 3.051.694 3.179.822 3.294.242 3.394.843 3.430.642 3.430.642 3.638.375 3.779.823 3.894.243 3.994.844 4.030.643 4.196.813 4.238.376 4.379.824 4494.244 4.594.845 4.624.831
Industri
Publik
Total
Pel.Kt 2836 2864 2893 2922 2952 2982 3012 3042 3073 3104 3135 3167 3199 3231 3264 3297 3330 3364 3398 3432 3467
Pel.It 249 294 349 413 489 579 685 811 960 1137 1346 1594 1887 2234 2645 3132 3708 4391 5199 6155 7288
Pel.Pt 105131 106194 107266 108350 109444 110550 111667 112794 113934 115085 116247 117421 118607 119805 121016 122238 123473 124720 125980 127252 128538
ETt 617.197 633.344 650.518 668.813 688.331 709.185 731.498 755.406 781.058 808.621 838.275 870.220 904.679 941.894 982.135 1025.699 1072.914 1124.143 1179.785 1240.284 1306.130
Proyeksi Energi Terjual Total 1400
Energi Terjual (GWh)
1200
Tabel 4.2 Proyeksi energi terjual (GWh), jumlah pelanggan per sektor, jumlah penduduk, dan PDRB Sulawesi Tengah (milyar) Rumah tangga X1
Komersil
4.4 Perbandingan Peramalan Konsumsi Energi Antara Regresi Linier Berganda Dengan DKL Dari hasil peramalan dengan metode regresi linier berganda diperoleh bahwa laju pertumbuhan rata – rata konsumsi energi dalam kurun waktu 25 tahun sebesar 3,4 % per tahun, sedangkan dengan metode DKL laju pertumbuhannya rata – rata sebesar 5,7 % per tahun. Grafik perbandingan regresi dengan DKL dapat dilihat pada gambar 4.2 di bawah.
4.2 Analisa Perkiraan Kebutuhan Energi Listrik dengan regresi Dari tabel 4.2, dengan menggunakan metode regresi dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan kebutuhan konsumsi akan energi listrik tiap tahun. Pada tahun 2009 energi yang dibutuhkan untuk melayani kebutuhan beban di Sulawesi Tengah sebesar 543,7903 GWh dan terus mengalami kenaikan di tahun – tahun berikutnya.
Energi Terjual Y
Rumah tangga Pel.Rt 312891 316053 319245 322470 325727 329017 332341 335698 339089 342514 345974 349468 352998 356564 360166 363804 367478 371190 374940 378727 382552
PDRB
1000 800 600 Regresi
400
DKL
200
X6
0
30.143.450 31.116583 31.310.257 32.757595 33.151.504 33.561.882 34.143.451 34.316.584 34.610.258 35.457.596 35.757.596 36.151.505 36.861.883 37.143.452 37.916.585 38.310.259 38.757596 39.451.505 39.861.883 40.219.880 40.913.890
Tahun
Gambar 4.2 Grafik perbandingan proyeksi regresi dengan DKL 4.5 Pengaruh PLTGU Senoro Terhadap Proyeksi Neraca Daya Di Sulawesi Tengah Dengan beroperasinya beberapa pembangkit baru yang direncanakan dan ditambah dengan PLTGU Senoro di tahun 2015. Kemungkinan yang akan dihadapi oleh Propinsi Sulawesi Tengah pada tahun 2015 sampai dengan tahun 2030, adalah mengalami kelebihan energi. Dalam kondisi seperti ini, untuk melakukan efisiensi dapat dilakukan dengan menhentikan operasi beberapa PLTD yang selama ini digunakan untuk mencukupi kebutuhan energi listrik. Hal ini akan mengurangi ketergantungan pada BBM untuk PLTD.
4
HRSG Pemakaian gas buang dari turbin gas. Turbin gas dan turbin uap Turbin yang digunakan memiliki kecepatan putar 3.000 rpm . Kondensor Jenis kondensor yang digunakan jenis shell and tube. Generator Generator yang digunakan generator sinkron 3 phase 90 MW dan 60 MW, 13,8 kV dengan frekuensi 50 Hz.
Namun ketika sistem interkoneksi Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah dan Gorontalo telah tersambung, maka apabila terjadi kelebihan energi listrik di salah satu propinsi dapat dialokasikan untuk propinsi lainnya. Tabel 4.4 Proyeksi neraca daya (MW) di Sulawesi Tengah
2010
Kapasitas Terpasang (MW) 155.56
Daya Mampu (MW) 98.18
2011
335.56
242.18
2012 2013
335.56 335.56
242.18 242.18
167.369 171.306 175.477
2014
388.56
284.58
179.477
121.275
2015
628.56
481.18
184.611
296.569
2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
628.56 628.56 628.56 628.56 628.56 628.56 628.56 628.56 628.56 628.56 628.56 628.56 628.56 628.56 628.56
481.18 481.18 481.18 481.18 481.18 481.18 481.18 481.18 481.18 481.18 481.18 481.18 481.18 481.18 481.18
189.622 194.966 200.672 206.777 213.316 220.330 227.866 235.972 244.705 254.124 264.298 275.300 287.211 300.121 314.130
291.558 286.214 280.508 274.403 267.864 260.850 253.314 245.208 236.475 227.056 216.882 205.880 193.969 181.059 167.050
Tahun
Beban Puncak (MW) 163.649
Selisih (MW) -65.469 90.811 86.874 82.703
Keterangan defisit PLTA Poso beroperasi Surplus Surplus PLTP Bora, PLTP Masaingi, PLTU Luwuk, PLTU Moutong beroperasi PLTGU Senoro beroperasi Surplus Surplus Surplus Surplus Surplus Surplus Surplus Surplus Surplus Surplus Surplus Surplus Surplus Surplus Surplus
Gambar 4.5 Prinsip kerja PLTGU 4.7 Masalah Utama Dalam PLTGU Proses pembangkitan energi listrik pada prinsipnya merupakan konversi energi primer menjadi energi mekanik yang berfungsi sebagai penggerak dan penggerak tersebut (energi mekanik) dikonversi oleh generator listrik menjadi tenaga listrik. Pada proses konversi tersebut pasti timbul masalah – masalah. Penyediaan Energi Primer Energi primer untuk pusat pembangkit listrik thermal berupa bahan bakar. Ketersediaan bahan bakar untuk operasi PLTGU Senoro tentunya juga harus diperhitungkan. Dengan kapasitas 2 x 120 MW, dibutuhkan sejumlah bahan bakar yang setidaknya selama PLTGU beroperasi pasokan bahan bakar tersebut tidak berhenti. Tabel 4.1 Pemakaian bahan bakar PLTGU Senoro
4.6 Analisa Teknis Pembangunan PLTGU Senoro 2 x 120 MW Adapun rencana tata letak komponen PLTGU Senoro 2 x 120 MW terlihat pada gambar 4.3.
Energi listrik per tahun (kWh/tahun)
Gambar 4.3 Rancangan lay out PLTGU Senoro 2 x 120 MW
Kebutuhan energi panas (kcal/tahun) Kebutuhan gas per tahun (mmscf) Kebutuhan gas 25 tahun (mmscf) Presentase pemakaian gas dari cadangan gas yang tersedia (%)
Limbah PLTGU Gas merupakan sumber energi yang mempunyai dampak negatif cukup besar terhadap lingkungan terutama dari gas – gas buangnya.
4.8 Analisa Ekonomi Pembangunan PLTGU Senoro 2 x 120 MW Biaya total pembangkitan energi listrik adalah penjumlahan dari biaya modal, biaya bahan bakar serta biaya operasi dan perawatan. Karenanya dalam perhitungan biaya pembangkitan energi listrik, harus dihitung satu persatu dari ketiga biaya tersebut. Dengan melakukan perhitungan pada tiap suku bunga 6 %, 9 % dan 12 % maka didapatkan data seperti tabel 4.5 di bawah ini
Gambar 4.4 komponen PLTGU Senoro 2 x 120 MW Perencanaan komponen – komponen utama yang menunjang proses kerja PLTGU Senoro 2 x 120 MW adalah sebagai berikut : Transportasi gas Pipa-pipa untuk penyaluran gas alam. Bahan bakar utama yang digunakan oleh PLTGU Senoro adalah gas alam. Gas untuk keperluan PLTGU Senoro didatangkan dari Kilang gas Donggi-Senoro.
1.787.040.000 kWh/tahun 3.915.572.573.000 kcal/tahun 15.218 MMSCF/tahun 380.450 MMSCF 4.8 %
5
menunjukkan bahwa investasi dengan kedua suku bunga tersebut layak dilakukan.
Tabel 4.5 Biaya pembangkitan energi listrik Suku Bunga
Perhitungan
6%
Biaya Pembangunan (US$ / kW) Umur Operasi (Tahun) Kapasitas (kW)
9%
1.050 25 240.000
12 % 1.050 25 240.000
1.050 25 240.000
Biaya Bahan Bakar (US$ / kWh)
0,0457
0,0457
0,0457
Biaya O & M (US$ / kWh)
0,0049
0,0049
0,0049
Biaya Modal (US$ / kWh) Total Cost (US$ / kWh) Investasi (jutaUS$)
0,01427 0,06487 250
0,01760 0,06820 250
0,02112 0,07172 250
4.8.2.2 Return On Investment Return on investment adalah kemampuan pembangkit untuk mengembalikan dana investasi dalam menghasilan tingkat keuntungan yang digunakan untuk menutup investasi yang dikeluarkan. Dari hasil perhitungan didapatkan ROI PLTGU Senoro selama 25 tahun untuk suku bunga 6 % sebesar 481,335%, dan untuk bunga 9 % dan 12 % sebesar 421,835% dan 358,835%.
4.8.1 Analisa Harga Jual Listrik PLTGU Senoro Daya beli masyarakat Sulawesi Tengah terhadap listrik, dengan asumsi daya yang terpasang rata – rata 450 dan 900 VA adalah sebesar Rp. 545,25,- dan Rp.1.071,41,-. Dari hasil perhitungan ternyata daya beli masyarakat Sulawesi Tengah berada di bawah dari pada harga jual pembangkit (total cost) yang direncanakan dengan suku bunga 6 %, 9 % dan 12 % untuk 900 VA. sehingga pemerintah harus menyediakan subsidi agar masyarakat mampu membeli listrik. Namun, daya beli masyarakat masih mencukupi untuk pelanggan 450 VA, karena wilayah propinsi Sulawesi Tengah luas dan sebagian penduduknya masih berada di wilayah pedesaan, maka menggunakan daya 450 VA dan 900 VA.
4.8.2.3 Bennefit Cost Ratio Bennefit Cost Ratio adalah persentase pertumbuhan keuntungan selama setahun, yang dapat dicari berdasarkan keuntungan pada tahun tersebut (Bennefitt) berbanding investment cost. Dari hasil perhitungan didapatkan BCR PLTGU Senoro selama 25 tahun untuk suku bunga 6 % sebesar 581,335%, dan untuk bunga 9 % dan 12 % sebesar 521,835% dan 458,835%.. 4.8.2.3 Payback Periode Payback periode adalah lama waktu yang dibutuhkan agar nilai investasi yang diinvestasikan dapat kembali dengan utuh. Payback Periode dengan suku bunga 6 % adalah 4,3 tahun sedangkan suku bunga 9 % dan 12 % adalah 4,8 tahun dan 5.4 tahun .
4.8.2 Analisa Kelayakan Investasi Untuk menghitung analisa ekonomi, terlebih dahulu dihitung total energi output PLTGU Senoro dalam 1 tahun. Diasumsikan faktor kapasitas (CF) pembangkit sebesar 0.85 dan semua energi tersebut terpakai sepanjang tahun (8.760 jam). 2
120.000
0,85
8.760
4.8.3 Analisa Perhitungan Harga Pokok Penyediaan Setelah Pembangunan PLTGU Penambahan energi listrik sebesar 240 MW pada tahun 2015 saat PLTGU Senoro beroperasi sangat mempengaruhi perkembangan neraca daya di Sulawesi Tengah. Dari data proyeksi neraca daya hanya tahun 2009-2010 Sulawesi Tengah mengalami kekurangan energi (– 49,084 MW), setelah itu sampai tahun 2030 Sulawesi Tengah mengalami kelebihan energi listrik dengan asumsi semua pembangkit yang direncanakan telah beroperasi. Pembangkit yang direncanakan beroperasi sebelum PLTGU Senoro : 1. PLTA Poso (3 x 60 MW) beroperasi tahun 2011. 2. PLTP Masaingi (1 x 20 MW) tahun 2014. 3. PLTP Bora (1 x 5 MW) beroperasi tahun 2014. 4. PLTU Moutong (2 x 4 MW) beroperasi tahun 2014. 5. PLTU Luwuk (2 x 10 MW) beroperasi tahun 2014. Perhitungan total produksi listrik di Sulawesi Tengah setelah beberapa pembangkit yang direncanakan beroperasi :
1.787.040.000kWh/tahun
Jumlah pendapatan pertahun/cash in flow (CIF) dapat dihitung dari kWhoutput dan selisih Biaya Pokok Penyediaan (BPP) dengan biaya pembangkitan/Total Cost (TC) atau dengan kata lain keuntungan penjualan (KP). Pembangkit ini direncanakan akan dihubungkan dengan saluran tinggi distribusi 150 KV. Peraturan Menteri ESDM No. 269-12 Tahun 2008 tentang harga patokan penjualan listrik pembangkit listrik tak terbarukan yang berlaku di seluruh daerah di Indonesia, maka biaya pokok penyediaan listrik tegangan tinggi untuk wilayah Sulawesi Tengah sebesar Rp 974/kWh. Berikut hasil perhitungan keuntungan penjualan,cash in flow dan Payback Periode tiap – tiap suku bunga.
PLTA/M PLTD PLTU PLTGU
Tabel 4.6 Hasil perhitungan KP CIF dan PP Suku bunga 6% 9% 12 %
KP
CIF
PP
Rp. 325,3/kWh Rp. 292/kWh Rp. 256,8/kWh
Rp 581.324.112.000 /tahun Rp 521.815.680.000/tahun Rp 458.911.872.000/tahun
4,3 tahun 4,8 tahun 5,4 tahun
= 71.407,14 MWh = 863.467,94 MWh = 223.380,00 MWh = 1.787.040,00 MWh + = 2.945.295,08 MWh
Dari hasil perhitungan didapatkan total produksi energi listrik di Propinsi Sulawesi Tengah sampai pada tahun 2015 sebesar 2.945.295,08 MWh. Sehingga total produksi energi listrik bertambah sebesar 1.787.040,00 MWh. Sedangkan Harga Pokok Penyediaan Listrik untuk Sulawesi Tengah setelah beberapa pembangkit tersebut di bangun yaitu :
4.8.2.1 Net Present Value Metode net present value (NPV) ini menghitung jumlah nilai sekarang dengan menggunakan discount rate tertentu dan kemudian membandingkannya dengan investasi awal (initial invesment). Apabila hasil perhitungan NPV tersebut positif, maka usulan investasi tersebut diterima. Apabila perhitungan tersebut negatif usulan investasi ditolak. Untuk perhitungan suku bunga 6 % didapatkan NPV dari PLTGU Senoro selama 25 tahun yaitu sebesar 493,141 x 106 US$, sedangkan untuk suku bunga 9 % dan 12 % sebesar 252,576 x 106 US$ dan 109,870 x 106 US$. Hal ini
= 9,59 MW x 0,85 x 8.760 = 115,964 MW x 0,85 x 8.760 = 30 MW x 0,85 x 8.760 = 240 MW x 0,85 x 8.760
6
.
,
.
. .
.
, . , .
= Rp.
keputusan dari konferensi kyoto protocol diperpanjang tidak hanya sampai 2012 tetapi sampai tahun berikutnya.
3,19/kWh
. 3.578,25, = Rp. 1.049,03kWh
,
. .
. 131,60 ,
,
. 597,26, = Rp.
,
.
.
,
.
.
,
. 1.278,45,
= Rp. = Rp.
4.10 Analisa Sosial Pembangunan PLTGU Senoro 2 x 120 MW Sesuai data tahun 2008, Propinsi Sulawesi Tengah berada pada peringkat ke – 20 dalam peringkat IPM dari 33 propinsi yang ada di Indonesia. Nilai IPM Sulawesi Tengah sebesar 70,09 %. Jika dibandingkan dengan nilai IPM nasional, nilai IPM Sulawesi Tengah di bawah dari nilai IPM Indonesia 71,17 %. Dengan pembangunan dan pengoperasian PLTGU Senoro, diharapkan dapat menambah pasokan listrik dan menambah rasio elektrifikasi di Sulawesi Tengah. Sehingga semua aktifitas penduduk Sulawesi Tengah di berbagai sektor dapat memanfaatkan energi listrik dengan baik. Dengan itu, tentunya dapat berujung pada kenaikan IPM dan reduksi shortfall Propinsi Sulawesi Tengah.
45,29/kWh 775,69/kWh + 1.873,2/kWh
Harga BPP baru setelah PLTGU masuk ke dalam sistem utama sebesar Rp. 1.873,2/kWh turun 32,8 % dari harga BPP sebelumnya (Rp. 2.790,84/kWh). 4.8.4 Analisa Perhitungan Harga Jual Per Kelompok Konsumen Setelah PLTGU Senoro Beroperasi Penentuan harga jual per kelompok konsumen ini di peroleh dari ketentuan harga listrik dalam rupiah/kWh dari PLN sebelumnya. Tabel 4.7 Harga jual listrik subsidi (Rp/kWh)
1. 2. 3. 4.
DAERAH
RT
Ind
Bisnis
Sosial
Pem.
PJU
Total
SULTENG JAWA LUAR JAWA INDONESIA
554,54 584,83
823,58 643,02
877,59 837,98
639,37 585,30
912,60 913,83
688,83 661,73
641,38 664,88
587,60
629,10
842,48
579,75
800,44
660,70
650,39
588,01
622,04
850,56
580,89
847,15
665,11
653,00
V. KESIMPULAN Dari hasil beberapa pembahasan dan analisa yang dilakukan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan diantaranya : 1. Kondisi eksisting ketenagalistrikan Sulawesi Tengah saat ini kapasitas pembangkit terpasang 155,56 MW, daya mampu 100,59 MW dan beban puncak 89,55 MW. Diperkirakan pada tahun 2030 tingkat konsumsi energi listrik mencapai 1306,130 GWh, dengan beban puncak 314,130 MW. Dengan memanfaatkan potensi gas alam di lapangan Donggi-Senoro dapat dibangun pembangkit gas uap dengan perencanaan konsumsi gas alam 15.218 MMSCF per tahun, total pemakaian gas alam PLTGU Senoro selama beroperasi sebesar 4,8 % dari total gas yang terdapat di Sulawesi Tengah. 2. Penambahan energi listrik sebesar 240 MW pada tahun 2015 saat PLTGU Senoro beroperasi maka data proyeksi neraca daya hingga tahun 2013 Sulawesi Tengah mengalami kekurangan energi (– 81,725 MW), setelah PLTGU Senoro beroperasi maka sampai tahun 2030 Sulawesi Tengah mengalami kelebihan energi. Sehingga dapat di interkoneksikan 3. Pembangkit Tenaga gas uap ini direncanakan terdiri dari 2 x 90 MW PLTG dan 1 x 60 PLTU dengan jumlah total kapasitas 240 MW. Masa pembangunan 3 tahun dan beroperasi tahun 2015. 4. Kemudian dilihat dari analisa ekonomi,kelayakan investasi, berdasarkan perhitungan net present value, nilai NPV negatif didapatkan saat PLTGU Senoro beroperasi hingga tahun kelima. Kemudian pada tahun ke 25 PLTGU Senoro beroperasi didapatkan nilai 493,141 x 106 US$ untuk suku bunga 6 %, 262,576 x 106 US$ untuk suku bunga 9 % dan 109,870 x 106 US$ untuk suku bunga 12 %. Kemampuan daya beli masyarakat untuk daya 450 VA sebesar Rp.1.071,41/kWh dan daya 900 VA sebesar Rp.545,25/kWh masih dibawah biaya pembangkit (total cost) sebesar Rp.648,7/kWh pada daya 900 VA,sehingga sehingga pemerintah harus menyediakan subsidi agar masyarakat mampu membeli listrik pada daya 900 VA.Harga BPP baru setelah PLTGU Senoro masuk ke dalam sistem utama sebesar Rp. 1.873,2/kWh turun 32,8% dari harga BPP sebelumnya (Rp. 2.790,84/kWh).
Untuk menentukan harga jual yang baru dengan BPP baru yang telah dihitung (Rp. 1.873,2,-), Propinsi Sulawesi Tengah dianggap terisolasi dan tanpa subsidi dari pemerintah. Maka harga jual listrik per kelompok konsumen dengan BPP baru di Propinsi Sulawesi Tengah dapat di lihat pada tabel 4.8. Tabel 4.8 Harga jual listrik tanpa subsidi (Rp/kWh) Kelompok Rumah tangga Industri Bisnis Sosial Pemerintahan Publik Total
Sulawesi Tengah lama 2412.97 3583.64 3818.66 2782.09 3971.01 2997.30 2790.84
Sulawesi Tengah baru 1619.57 2405.32 2563.06 1867.32 2665.31 2011.78 1873.2
4.9 Analisa Lingkungan Pembangunan PLTGU Senoro Perkiraan dampak untuk kegiatan Pembangunan PLTGU Senoro ditinjau dalam 4 (empat) tahapan : Tahap Persiapan (pra konstruksi) Tahap Konstruksi Tahap Operasional Tahap Pasca Operasi Pengelompokan yang baik dan benar dengan memperhatikan perubahan lingkungan dan sumber dampak yang terjadi, akan dapat merendam dan menekan dampak negatif yang mungkin terjadi bahkan mungkin dapat merubah berbalik menjadi positif. Secara umum upaya pengelolaan lingkungan ini adalah pengelolaan rencana kegiatan yang akan membuat pengaruh (dampak) terhadap lingkungan, mulai dari tahap kegiatan persiapan, konstruksi dan pasca konstruksi sehingga dampak yang terjadi dapat ditekan seminimal mungkin. PLTGU Senoro mempunyai dampak lingkungan yang sekarang menjadi pusat perhatian dunia yaitu mengenai pemanasan global (global warming) yang diakibatkan dari gas CO2. PLTGU Gas merupakan menghasilkan gas CO2, dibawah batas yang telah ditentukan yaitu 500 kg/kWh dari 728 kg/kWh.Berdasar ratifikasi Kyoto protocol, setelah melalui perhitungan didapatkan biaya pemasukan untuk carbon credit sebesar 1,4 cent/kWh. CDM ini berlaku jika
7
5.
Pembangkit tenaga gas alam menghasilkan emisi 500 kg/kWh maka didapat biaya pendapatan carbon credit sebesar Rp.140,-/kWh. Dan dilihat dari analisa sosial, dengan dibangunnya PLTGU dapat mewujudkan pertumbuhan pembangunan berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA 1. Djiteng Marsudi Ir, “Pembangkitan Energi Listrik”, Erlangga, Jakarta, 2005. 2. Badan Pusat Statistik, Sulawesi Tengah Dalam Angka 2009, Palu, 2009. 3. PT PLN (PERSERO) Wilayah Sulutenggo, Statistik PLN Sulutenggo 2008, 2009. 4. PT. PLN (PERSERO), Rencana Umum Pembangkitan Tenaga Listrik 2010 – 2019,. 2010. 5. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 07 tahun 2010, Tarif Tenaga Listrik yang Disediakan Oleh PT. PLN (PERSERO). 2010. 6. Syariffuddin Mahmudsyah, Diktat Kuliah Pembangkit Tenaga Listrik, Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS, Surabaya, 2008. 7. Ari Sulistiyawati, Analisis Korelasi dan Regresi Linier, 2009. 8. M.M. El Wakil, Instalasi Pembangkit Daya, Erlangga, Jakarta, 1992 9. UNDP, Human Development Index 2007 s.d. 2008, Human Development Index, 2008. 10. Badan Pusat Statistik Sulawesi Tengah, Buklet Agustus 2010, 2010. 11. DESDM, RUKN 2008-2027, Jakarta, 2008. 12. DESDM, Peraturan Menteri ESDM No. 26912/26/600.3/2008 tentang Biaya Pokok Penyediaan (BPP) Listrik Propinsi di Indonesia, Jakarta, 2008. 13. Presiden Republik Indonesia, Undang - Undang Republik Indonesia No. 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan, Jakarta, 2009. 14. http://www.esdm.go.id 15. http://www.pln.go.id 16. http://www.plnsuluttenggo.co.id 17. http://www.re.djlpe.esdm.go.id 18. http://www.sulteng.go.id 19. http://www.wikipedia.org DAFTAR RIWAYAT HIDUP Tedy Rikusnandar lahir di Klaten pada tanggal 6 Desember 1987, anak pertama dari empat bersaudara. Pada tahun 2005 penulis lulus dari SMUN 17 Surabaya dan pada 2008 penulis menyelesaikan studi di D3 Teknik Elektro Industri PENS ITS, yang kemudian melanjutkan ke jenjang S1 melalui program lintas jalur di Jurusan Teknik Elektro ITS, Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga.
8