STUDI OPERASIONAL PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP (PLTU) EMBALUT 2x25 MW DI DESA TANJUNG BATU, TENGGARONG SEBERANG, KALIMANTAN TIMUR, DAN PENGARUHNYA TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL KALIMANTAN TIMUR Yesaya Timotius Sinambela Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh November Kampus ITS Gedung B dan C Sukolilo Surabaya 60111 Kaltim naik 12 % pertahun. Sebanyak 120.000 atau 28 % pelanggan dilayani oleh sistem Mahakam, yaitu Samarinda, Balikpapan dan Tenggarong. Sementara beban yang harus dipenuhi 195 Mega Watt (MW) sedangkan kemampuan optimal hanya 175 MW. Jadi singkatnya, PLN defisit 25 MW sehingga pemadaman tak dapat terhindari. Disebabkan oleh banyaknya pembangkit yang sudah tua dan mengalami de-rating atau penurunan daya, maka kapasitas daya mampu pembangkit yang ada tidak maksimal. Dapat diasumsikan kekurangan energi listrik di Kalimantan Timur akan terjadi bila tidak ada pemecahan permasalahan kelistrikan ini. Selain itu komposisi pembangkit yang ada sekarang didominasi oleh PLTD (diesel). Dengan komposisi seperti ini maka PLN Wilayah Kalimantan Timur menderita kerugian yang cukup besar mengingat harga BBM yang tinggi mengakibatkan harga biaya pokok penyediaan (BPP) pun akan tinggi sedangkan harga jual listrik sangat rendah. Beberapa permasalahan yang mendapat sorotan dalam pembahasan ini adalah : 1. Latar belakang di bangunnya PLTU Embalut 2x25 MW di Desa Tanjung Batu, Tenggarong Seberang, Kalimantan Timur. 2. Pemanfaatan potensi hasil alam Kalimantan Timur dalam hal ini batubara, sehingga bisa memberikan manfaat secara langsung untuk masyarakat khususnya berupa energi listrik. 3. Bagaimana kebutuhan listrik di Kalimantan Timur dan kapasitas cadangan daya yang terpasang dari pembangkit saat ini dan tahun tahun mendatang. 4. Pengaruh operasional PLTU Embalut 2x25 MW di Desa Tanjung Batu, Tenggarong Seberang, Kalimantan Timur terhadap tarif listrik regional Kalimantan Timur.
Abstrak : Sejak Indonesia merdeka hingga tahun 2007, daya listrik di Indonesia hanya mencapai kisaran 25.000 MW. Akibatnya, pembangunan di Indonesia belum berjalan secara optimal disebabkan oleh krisis energi listrik. Dalam mengantisipasi krisis ini pemerintah mendorong terciptanya kerja sama antara Perusahaan Listrik Negara (PLN) dengan listrik swasta dalam pengadaan listrik. Bentuknya adalah pembangunan pembangkit 10.000 MW yang sedang berlangsung. Salah satu sumber energi yang memiliki potensi sangat besar untuk kelistrikan di Indonesia adalah tenaga uap dari pembakaran batubara. Indonesia memiliki sumber batubara sebanyak 104,76 miliar ton. Deposit terbanyak adalah Sumatra (50,1 %) diikuti Kalimantan (49,6 %). Kalimantan Timur adalah daerah yang memiliki potensi penghasil batubara yang cukup besar di Indonesia. Disamping itu daerah ini mengalami pertumbuhan dari segi jumlah penduduk dan dari segi perekonomian sehingga menuntut perkembangan dan pertumbuhan di sektor ketenagalistrikan agar dapat mendukung kemajuan tersebut. Oleh karena itu dibangun suatu pembangkit baru yaitu PLTU Embalut yang dapat memanfaatkan potensi batubara yang ada di daerah, sehingga kebutuhan energi listrik khususnya di Kalimantan Timur dapat terpenuhi dengan baik. Pengembang PLTU Embalut adalah Independent Power Producer—IPP (listrik swasta). Kata kunci: energi listrik, batubara, listrik swasta, PLTU Embalut, tarif ristrik regional
I. PENDAHULUAN Kalimantan Timur adalah daerah yang memiliki potensi penghasil batubara yang cukup besar di Indonesia. Disamping itu daerah ini mengalami pertumbuhan dari segi jumlah penduduk dan dari segi perekonomian sehingga menuntut perkembangan dan pertumbuhan di sektor ketenagalistrikan agar dapat mendukung kemajuan tersebut. Jumlah pelangan PLN di Kaltim mencapai 430.000 orang dengan 11 area pelayanan. Diperkirakan, permintaan konsumsi listrik di
II. TEORI PENUNJANG 2.1. Bahan Bakar Batu Bara Batu bara adalah sisa tumbuhan dari jaman prasejarah yang berubah bentuk yang awalnya berakumulasi di rawa dan lahan gambut. Penimbunan lanau dan sedimen lainnya, bersama dengan pergeseran kerak bumi (dikenal sebagai pergeseran tektonik) mengubur rawa dan gambut 1
boiler yang berada di atas lapisan mengambang. Gas buang selanjutnya dialiri ke pembersih yang di dalamnya terdapat alat pengendap abu setelah gas itu bersih lalu dibuang ke udara melalui cerobong. Sedangkan uap dialiri ke turbin yang akan menyebabkan turbin bergerak, tapi karena poros turbin digandeng/dikopel dengan poros generator akibatnya gerakan turbin itu akan menyebabkan pula gerakan generator sehingga dihasilkan energi listrik. Uap itu kemudian dialiri ke kondensor sehingga berubah menjadi air dan dengan bantuan pompa air itu dialiri ke boiler sebagai air pengisi. Generator biasanya berukuran besar dengan jumlah lebih dari satu unit dan dioperasikan secara berlainan. Sedangkan generator ukuran menengah didisain berdasarkan asumsi bahwa selama masa manfaatnya akan terjadi 10.000 kali start-stop. Berarti selama setahun dilakukan 250 x star-stop maka umur pembangkit bisa mencapai 40 tahun. Bila daya generator meningkat maka kecepatannya meningkat pula dan bila kecepatan kritikan dilalui maka perlu dilakukan pengendalian poros generator supaya tidak terjadi getaran. Untuk itu konstruksi rotor dan stator serta mutu instalasi perlu ditingkatkan. Boilernya menggunakan sirkulasi alam dan menghasilkan uap dengan tekanan 196,9 kg/cm2 dan suhu 5540C. PLTU ini dilengkapi dengan presipitator elektro static yaitu suatu alat untuk mengendalikan partikel yang akan keluar cerobong dan alat pengolahan abu batu bara. Sedang uap yang sudah dipakai kemudian didinginkan dalam kondensor sehingga dihasilkan air yang dialirkan ke dalam boiler. Pada waktu PLTU batubara beroperasi suhu pada kondensor naiknya begitu cepat, sehingga mengakibatkan kondensor menjadi panas. Sedang untuk mendinginkan kondensor bisa digunakan air, tapi harus dalam jumlah besar, hal inilah yang menyebabkan PLTU dibangun dekat dengan sumber air yang banyak seperti di tepi sungai atau tepi pantai. Bila pada PLTU batu bara tekanan kondensornya turun, maka daya gunanya meningkat. Biasanya tekanan kondensor berhubungan langsung atau berbanding lurus dengan besarnya suhu air pendingin yang berasal dari uap pada kondensor. Jadi bila suhu itu rendah, maka tahanannya juga rendah dan pada suhu terendah akan dihasilkan/terjadi tekanan jenuh. Karena air pendingin itu biasanya terdiri dari air yang berasal dari uap turbin dan air berasal dari laut dan sungai. Akibatnya suhu terendah besarnya sesuai dengan air yang digunakan sehingga tekanan jenuh sulit diperoleh. Peningkatan daya guna bisa dilakukan dengan pemanasan ulang dan pembakaran batu bara yang kurang bermutu.
yang seringkali sampai ke kedalaman yang sangat dalam. Dengan penimbunan tersebut, material tumbuhan tersebut terkena suhu dan tekanan yang tinggi. Suhu dan tekanan yang tinggi tersebut menyebabkan tumbuhan tersebut mengalami proses perubahan fisika dan kimiawi dan mengubah tumbuhan tersebut menjadi gambut dan kemudian batu bara.
Gambar 2.1 Batubara 2.2. Jenis Batu Bara Batu bara dibagi dalam berbagai kategori dan sub kategori berdasarkan nilai panas karbonnya, dimulai dengan lignit, yang kadar karbon padatnya terendah, melalui berbagai tingkatan batu bara muda, batu bara sub-bituminus, batu bara bituminus, hingga kepada antrasit.
Gambar 2.2 Jenis-Jenis Batu Bara Berikut ini suatu klasifikasi yang dipakai oleh WEC (World Energy Conference) mengenai jenis-jenis dari bahan bakar padat. Tabel 2.1 Batas-Batas Untuk Klasifikasi Bahan Bakar Padat Menurut WEC Jenis bahan bakar padat Gambut Lignit Batu bara subbituminus Batu bara bituminus dan Antrasit
Kadar air (%) berat
Nilai panas (kCal/kg)
70-75 35-40 1k 10
1k 1600 4.500-4.600 5.700-6.400
1k 3
1k 8.450
-
-
2.3. Proses terjadinya energi listrik Pembakaran batu bara ini akan menghasilkan uap dan gas buang yang panas. Gas buang itu berfungsi juga untuk memanaskan pipa 2
rata-rata lama sekolah) dan indeks standar hidup layak. III. KONDISI KETENAGALISTRIKAN DI KALIMANTAN TIMUR 3.1. Pembangkitan di Kalimantan Timur Kebutuhan energi listrik di Propinsi Kalimantan Timur, produksi listrik yang dibangkitkan oleh PT. (Persero) PLN di Propinsi Kalimantan Timur tahun 2008 adalah 1.731,60 Gwh sebagaimana terlihat pada Gambar 3.1. Dari jumlah tersebut permintaan energi di Kalimantan Timur adalah sebesar 1.546,51 Gwh. Dengan demikian untuk keadaan sekarang ini Kalimantan Timur memang masih mampu unuk memenuhi kebutuhan energi pelanggannya. Akan tetapi keadaannya tidak akan sama jika kebutuhan energi dihitung keseluruhan dengan daftar tunggu Kalimantan Timur yang pada tahun 2008 tercatat sebanyak 101.169 pelanggan atau 300.811,00 KVA. Karena itu, perlu dipersiapkan pembangkitpembangkit baru yang dapat membantu suplai energi listrik di Kalimantan Timur. Daya terpasang pembangkit yang ada di wilayah kerja PT. PLN (Persero) Wilayah Kalimantan Timur sampai tahun 2008 sebesar 414,63 MW dengan daya mampu 203,43 MW dan beban puncak 317,22 MW. Pembangkit– pembangkit ini terbagi ke dalam 4 bagian yaitu pembangkit di Sektor Mahakam, Cabang Berau, Cabang Samarinda dan Cabang Balikpapan.
Gambar 2.3 Siklus kerja PLTU Modern 2.4. Metode Peramalan Kebutuhan Listrik Peramalan kebutuhan listrik adalah untuk mengetahui akan kebutuhan listrik di tahun yang akan dating dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain dengan metode regresi dan metode DKL 3. Metode regresi adalah suatu metode dengan menggunakan model matematik, sedangkan metode DKL 3 merupakan metode menghitung peramalan kebutuhan listrik tiap pelanggan dengan memperhitungkan rasio elektrifikasi tiap pelanggan. Metode tersebut paling banyak digunakan oleh PLN. 2.5. Energi Terjual Perkiraan energi terjual PLN diperoleh dengan menjumlahkan energi Rumah Tangga, energi Komersil, energi Publik dan energi Industri dengan rumus sebagai berikut : ETSt = ERTt + EKt + EPt + EISt di mana : ETSt = energi terjual PLN total pada tahun t ERTt = energi terjual PLN sektor Rumah Tangga pada tahun t EKt = energi terjual PLN sektor Komersil pada tahun t EPt = energi terjual PLN sektor Publik pada tahun t EISt = energi terjual PLN sektor Industri pada tahun t 2.6. Beban Puncak Perkiraan beban puncak ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut : BPt=
Sumber: PLN Wil. Kaltim 2009
Gambar 3.1 Komposisi Produksi Tenaga Listrik Wil. Kaltim tahun 2008
EPt 8760 xLFt
Tabel 3.2 Data Pembangkit Gabungan di Kalimantan Timur
Dimana : BPt = Beban puncak pada tahun t EPTt = Energi produksi pada tahun t LFt = Faktor beban pada tahun t
No 1 2 3 4
2.7. Index Pembangunan Manusia (IPM) IPM merupakan indeks komposit yang dihitung sebagai rata-rata sederhana dari indeks harapan hidup, indeks pendidikan (melek huruf dan
Uraian Daya Terpasang (MW) Daya Mampu (MW) Beban Puncak (MW) Capacity Factor (%)
Sumber: Statistik PLN 2008
3
2005 297,61 205,76 250,71 114,72
Tahun 2006 2007 288,76 414,43 201,63 276,44 277,60 241,41 58,98 44,63
2008 414,43 203,43 317,22 45,46
pendatang dari daerah lain. Untuk data energi listrik terjual kelompok konsumen di Kalimantan Timur dapat dilihat pada Tabel 3.5.
Tabel 3.3 Kapasitas Terpasang (MW) di Kalimantan Timur Tahun PLTA PLTU PLTG 2000 0,20 2001 0,20 2002 0,20 2003 0,20 2004 0,20 2005 0,22 2006 0,22 2007 14,00 20,00 2008 14,00 20,00 Sumber : Statistik PT.PLN 2008
PLTGU 60,00 60,00 60,00 60,00 60,00 60,00 60,00 60,00 60,00
PLTD 223,21 255,63 194,27 250,54 276,34 237,39 228,54 320,43 320,43
Jumlah 283,41 315,83 254,47 310,74 336,34 297,61 288,76 414,43 414,43
Tabel 3.5 Energi Listrik Terjual Kelompok Konsumen (GWh) di Kalimantan Timur
3.4.5. Pelanggan di Kalimantan Timur Secara umum dalam kurun waktu lima tahun, pelanggan listrik di Kalimantan Timur meningkat sebanyak 15,88%. Sedangkan secara nasional, pelanggan di Indonesia meningkat sebanyak 20,81% dalam lima tahun. Berikut ini adalah tabel mengenai jumlah pelanggan listrik dan daya tersambung berdasarkan kelompok pelanggan di Kalimantan Timur pada Tabel 3.4.
Rumah Tangga
Industri
Bisnis
Sosial
Gedung Pemerintahan
2000
337.632
2001
332.023
2002
P. Jalan
248
21.496
6.222
2.037
963
368.598
226
20.488
6.299
2.148
646
362.958
312.482
204
18.042
5.934
1.578
963
339.203
2003
351.926
228
22.501
7.012
2.063
1.147
384.877
2004
378.435
231
24.338
7.667
2.184
1.258
414.113
2005
396.049
234
25.385
8.122
2.263
1.314
433.367
2006
400.173
239
25.505
8.598
2.365
1.415
438.295
2007
404.296
245
25.624
9.076
2.466
1.514
443.221
2008
406.143
244
25.847
9.636
2.608
1.538
446.016
Rumah Tangga
Industri
Bisnis
Sosial
Gedung Pemerintahan
P. Jalan
Total
2000
476,15
198,80
177,93
19,00
29,23
30,29
931,10
2001
484,47
187,65
179,64
19,18
28,33
31,30
930,56
2002
492,09
159,14
184,73
20,29
27,19
39,50
922,94
2003
550,51
170,23
221,94
23,90
31,31
40,74
1.038,64
2004
662,04
185,79
268,05
29,11
40,04
41,67
1.228,46
2005
720,33
169,17
293,74
33,19
42,56
48,04
1.307,03
2006
762,75
138,46
326,10
37,22
40,12
51,08
1.355,73
2007
808,20
129,60
352,48
41,71
41,97
52,81
1.435,71
2008
882,22
138,54
387,60
48,45
45,08
53,56
1.546,51
Sumber: Statistik PLN 2008
3.2. Permintaan Energi Listrik di Kalimantan Timur dan di Indonesia Permintaan energi listrik di Kalimantan Timur dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Khususnya pada saat beban puncak terjadi peningkatan permintaan konsumsi listrik yang signifikan. Antara pukul 17.30-21.00 permintaan energi listrik meningkat yang terkadang melebihi kapasitas pembangkit, sehingga status cadangan operasi tekadang mengalami defisit, dan memang di sektor wilayah Kalimantan Timur pada tahuntahun sebelumnya untuk rata-rata mengalami defisit, hal ini dikarenakan pembangkit yang ada telah semakin tua dan mengalami de-rating sehingga kapasitas daya kurang mampu melayani permintaan yang ada. Daya mampu dan beban puncak Propinsi Kalimantan Timur dan Indonesia disajikan pada Tabel 3.6. Sedangkan kondisi sistem pada tanggal 18 Mei 2010 terlihat pada Gambar 3.7.
Tabel 3.4 Jumlah Pelanggan Per Kelompok Pelanggan di Kalimantan Timur Tahun
Tahun
Total
Sumber: Statistik PLN 2008
Konsumsi energi listrik (energi yang terjual) di Propinsi Kalimantan Timur menunjukkan pemakaian yang terus meningkat tiap tahunnya. Hal ini disebabkan jumlah penduduk yang cenderung meningkat setiap tahunnya dan semakin meningkatnya kemajuan daerah di propinsi Kalimantan Timur. Sektor rumah tangga merupakan sektor yang paling banyak membutuhkan energi diikuti dengan sektor komersil (bisnis), industri, penerangan jalan, gedung pemerintah. Sedangkan di Indonesia secara total konsumsi energi listrik paling banyak terjadi pada sektor rumah tangga yang diikuti sektor industri dan bisnis dan sektor lainnya. Hal ini terjadi karena di Kalimantan Timur merupakan daerah perdagangan baru yang cukup ramai terutama sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan angka kebutuhan barang dan jasa. Hal ini relevan dengan semakin ramainya sektor pertambangan yang mengundang banyak
Tabel 3.6 Daya Mampu dan Beban Puncak Propinsi Kalimantan Timur Tahun
Daya Mampu (MW)
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
204,30 193,00 184,40 192,1 223,28 205,76 201,63 276,44 203,43
Sumber : Statistik PT.PLN 2008
4
Beban Puncak (MW) 199,40 177,30 177,30 213,60 213,62 250,71 277,60 241,41 317,22
sebelumnya dari 13,14 juta barrel menjadi 14,97 juta barrel. Sedangkan produksi minyak tanah juga mengalami peningkatan dari 14,51 juta barrel menjadi 16,38 juta barrel. Kegiatan pertambangan di Kabupaten Kutai Kartanegara mencakup pertambangan migas dan non migas. Dari kegiatan tersebut, minyak bumi dan gas alam merupakan hasil tambang yang sangat besar pengaruhnya dalam perekonomian Kabupaten Kutai Kartanegara khususnya, dan Propinsi Kalimantan Timur pada umumnya, karena hingga kini kedua hasil tambang tersebut merupakan komoditi ekspor utama. Perkembangan produksi batubara misalnya, pada tahun 2008 produksinya mencapai 13.487.541 metric ton dari 90 (sembilan puluh) perusahaan tambang yang memasukkan data pada Dinas Pertambangan.
Sumber : PLN Wil. Kaltim 2010
Gambar 3.7 Kondisi Sistem, 18 Mei 2010
IV. ANALISA OPERASIONAL PLTU EMBALUT 2x25 MW DI DESA TANJUNG BATU, TENGGARONG SEBERANG, KALIMANTAN TIMUR 4.1. Analisa Potensi Energi di Kalimantan Timur Kegiatan pertambangan di Kalimantan Timur mencakup pertambangan migas dan nonmigas. Dari kegiatan tersebut, minyak bumi dan gas alam merupakan hasil tambang yang sangat besar pengaruhnya dalam perekonomian Kalimantan Timur khususnya dan Indonesia pada umumnya, karena hingga kini kedua hasil tambang terse but merupakan komoditi ekspor utama. PLTU Embalut 2 x 25 MW
Gambar 4.2 Letak Lokasi PLTU Embalut Sumber: Kaltim Dalam Angka 2009
4.2. Peramalan dengan Analisa Regresi Berganda dan Metode DKL 3.01 Terdapat perbedaan antara hasil proyeksi dengan Analisa Regresi Berganda dan Metode DKL 3.01. Namun secara umum trend kenaikan kebutuhan energi listrik hingga tahun 2020 diperkirakan relatif serupa antara kedua metode ini. Secara lengkap proyeksi total kebutuhan atau konsumsi energi listrik hingga tahun 2020 disajikan dalam bentuk Tabel 4.1 dan 4.2 berikut ini.
Gambar 4.1 Produksi Batubara Kalimantan Timur Tahun 2008 Perkembangan produksi batubara di Kalimantan Timur sejak tahun 2003 terus meningkat setiap tahunnya dan pada tahun 2008 produksi batubara mencapai 118.853.758 ton. Produksi pengilangan minyak untuk bahan bakar minyak premium pada tahun 2008 mengalami peningkatan dibandingkan tahun 5
Tabel 4.1 Proyeksi Analisa Regresi Energi terjual (GWH) Y
Tahun
4.3. Profil PLTU Embalut 2x25 MW
RT X1
Bisnis X2
Industri X3
Publik X4
2009
1.712,9
407.990
26.070
243
14.508
2010
1.802,0
409.837
26.293
242
15.234
2011
1.891,2
411.684
26.516
241
15.960
2012
1.980,3
413.531
26.739
240
16.686
2013
2.069,4
415.378
26.962
239
17.412
2014
2.158,5
417.225
27.185
238
18.138
2015
2.247,7
419.072
27.408
237
18.864
2016
2.336,8
420.919
27.631
236
19.590
2017
2.425,9
422.766
27.854
235
20.316
2018
2.515,0
424.613
28.077
234
21.042
2019
2.604,2
426.460
28.300
233
21.768
2020
2.693,3
428.307
28.523
232
22.494
Nama Pembangkit Kapasitas Pembangkit Daya Terpasang Kontrak Daya Penyaluran Daya Jaringan Transmisi
Alamat Power Plant: Km 26 Desa Tanjung Batu Kecamatan Tenggarong Seberang Kab. Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur Tabel 4.3 Luas Lahan PLTU Embalut JENIS BANGUNAN LUAS (m2) Boiler 1.413 Turbin Generator 1.530 Main Building 864 TOTAL LUAS 3.807
Tabel 4.2 Proyeksi Metode DKL 3.01 Tahun
RT
Bisnis
Publik
Industri
Total
t
ERt
EKt
EPt
EIt
ETt
2009
890,87
425,97
158,42
148,23
1623,49
2010
899,87
468,14
170,61
158,59
1697,22
2011
908,96
514,49
183,75
169,68
1776,88
2012
918,15
565,42
197,90
181,54
1863,02
2013
927,43
621,40
213,14
194,24
1956,20
2014
936,80
682,92
229,55
207,82
2057,09
2015
946,26
750,53
247,23
222,35
2166,37
2016
955,83
824,83
266,26
237,90
2284,82
2017
965,48
906,49
286,76
254,53
2413,27
2018
975,24
996,23
308,84
272,33
2552,65
2019
985,10
1094,86
332,63
291,37
2703,95
2020
995,05
1203,25
358,24
311,74
2868,28
: PLTU EMBALUT : 2 x 31,25 MVA : 2 x 25 MW : 2 x 22,5 MW : Sistem Mahakam : 150 kV
4.3.1. 1. 2.
3.
Dari hasil peramalan dengan metode regresi linier berganda diperoleh bahwa laju pertumbuhan rata-rata konsumsi energi dalam kurun waktu 11 tahun sebesar 6,5 % per tahun, sedangkan dengan metode DKL 3.01 laju pertumbuhannya rata-rata sebesar 4.3 % per tahun.
4. 5.
6. 7. 8. 9.
Gambar 4.3 Grafik Perbandingan Antara Regresi Linier Berganda dengan DKL 3.01 (GWh) 6
Tahapan/ Kronologis Pembangunan Power Plant PT. CFK di Tanjung Batu – Tenggarong Seberang: Pembebasan lahan seluas ± 200 Ha (tahun 2003) Studi kelayakan (tahun 2003) oleh konsultan PT. Prima Layanan Nasional Enjiniring (PLN Enjiniring), Survey Pekerjaan Penyelidikan Tanah, Pemetaan Topografi dan Bathymetri, Survey Hidrologi, Meteorologi, dan Permodelan Matematis oleh konsultan PT. Diksa Intertama. Pengolahan lahan untuk tapak pabrik seluas ± 30 Ha, (tahun 2004 sampai dengan 2005) • Land clearing • Fill (penimbunan) Peletakan batu pertama (tanggal 18 Agustus 2005) Pekerjaan sipil : phase 1 (tahun 2005 sampai dengan 2006), diikuti phase 2 (tahun 2007 sampai dengan 2008) • Pemancangan • Jetty • Main building • dan lain-lain Proses kedatangan mesin (tahun 2006) Erection (tahun 2007 sampai dengan 2008) Trial and Run (tahun 2008) Unit #1 masuk system tanggal 31 Nopember 2008 sebesar 22,5 MW.
10. Unit #2 baru masuk system pada bulan Maret 2009 sebesar 22,5 MW.
Spesifikasi Turbin Uap (foto pada Lampiran) Type : Single casing, non reheat, condensing, extraction type Putaran : 3000 rpm. Tekanan Uap : 3,43 Mpa Temperatur Uap : 435oC Kapasitas per unit : 25 MW (Gross Output) Turbin uap dipasok dengan uap superheat dan beroperasi dengan 3 tahap pemanas ulang (regenerative feed water heating) yaitu 1 (satu) unit Low Preassure (LP), 1 unit Deaerator dan 1 unit High Pressure (HP) Heater dimasukan ke dalam Deaerator. Sedangkan pembuangan dari pemanasan lanjut LP Heater dimasukan kedalam kondensor.
4.3.2. Spesifikasi Komponen Utama (foto pada Lampiran) Mesin Utama, Merk, dan Negara Pembuat Mesin: • Boiler : Sichuan Boiler Factory - China • Turbin : Wuhan Steam Turbine Factory China • Generator : Wuhan Generator Factory - China Power House Spesifikasi Generator (foto pada Lampiran) Kapasitas Dasar : 2 x 31,25 MVA Daya Terpasang : 2 x 25 MW Faktor Daya : 0,8 lag Tegangan Dasar : 6,3 kV Frekuensi Dasar : 50 Hz Jumlah Fasa : 3 Putaran Sinkron : 3000 putaran permenit Metode Pendinginan : Udara Siklus Tertutup Kelas Isolasi : F dengan kenaikan suhu kelas B Jenis Eksitasi : Static atau Brushless
Cerobong / Chimney Cerobong dibuat setinggi 80 m, dengan cara ini partikel abu dan gas buang dapat terjadi pengenceran diudara atau dapat meminimalkan pencemaran udara. Penanggulangan gas NOx yang keluar dari cerobong dengan pemasangan Low NOx Burner (LNB). Coal burner yang digunakan adalah tipe wall, opposed atau tangential firing, yang mampu memenuhi konsentrasi emisi yang diijinkan. Pada boiler plant dipasang electric precipitator alat ini bekerja berdasarkan saling tarik antara partikel bermuatan listrik dengan elektroda yang mempunyai polaritas berlawanan. Digunakan untuk memisahkan partikel – partikel dari gas buang yang berukuran antara 0,05 – 200 µm dengan efisiensi cukup tinggi yaitu 80 – 99 %.
Spesifikasi Trafo Utama (foto pada Lampiran) Jenis Trafo : Pasangan luar ruang, celup minyak Jumlah fasa : 3 Jumlah belitan : 2 Kapasitas dasar : 31,5 MVA Tegangan : 6,3kV ke 150 kV Hubungan : Ynd1, diketanahkan secara solid Pendinginan : ONAN/ONAF Jumlah trafo : satu buah per unit
Sarana transportasi, pembongkaran dan penyimpanan batubara 1. Coal Storage dan Ash Disposal Daerah penimbunan batubara terletak di area proyek sebelah Utara seluas 33.900 m2 yang mempunyai kapasitas penimbunan batubara sebesar 22.000 ton sebagai dead storage (1 bulan) dan 10.800 ton sebagai life storage (2 minggu). Untuk daerah penimbunan abu terletak bersebelahan dengan daerah penimbunan batubara seluas 8.500 m2. Area proyek ini digunakan untuk jangka waktu 5 tahun dengan asumsi ash content 8 %. Sedangkan ketinggian abu diperkirakan sebesar 6 meter maksimum. 2. Coal Unloading Wharf Dermaga berfungsi sebagai Equipment Unloading dan Fuel/ Coal Unloading. Mempunyai akses langsung ke coal storage maupun laydown area.
Spesifikasi Power Plant Boiler (foto pada Lampiran) Ambient Temperature : 300C Relative Humidity Elevation : 85% Boiler Type & Model : Pulverized Coal Boiler Efficiency (Approx) : 92,41 % Main Fuel : Coal Evaporation Capacity : 2 x 130 T/H Turbine Type : Non reheat single cylinder Steam Flow : 117,5 ton/h Steam Temperature : 4500C Steam Pressure : 3,82 Mpa Gross Output : 2 x 25 MW Auxilarry Power (Approx) : 1,3 MW Net Plant Heat Rate : 2738,34 kcal/kwh 7
3.
berkumpul kembali di eco outlet header lalu disalurkan ke steam drum. Akibat pemanasan secara konveksi di daerah furnace dan karena gaya gravitasi, air di dalam steam drum air mengalami sirkulasi turun ke water wall lower header melalui pipa downcomers. Dari waterwall lower header air kembali mengalami sirkulasi karena panas, naik menuju water wall upper header melalui tube-tube water wall panel. Kemudian dari waterwall upper header air dikembalikan ke steam drum melalui riser pipes. Sirkulasi ini berulang-ulang dan menyebabkan air di water wall panel dan steam drum sebagian berubah menjadi uap. Pada PLTU Embalut, sirkulasi tersebut dibantu oleh Boiler water Circulating Pump yang terpasang pada pipa downcomers bagian bawah. Di dalam steam drum terdapat separator yang berfungsi untuk memisahkan uap dari air. Uap yang sudah dipisahkan tersebut, dari steam drum disalurkan ke roof steam inlet header yang terhubung ke boiler roof panel. Boiler roof panel ini yang membawa uap ke belakang menuju backpass panel. Dari backpass panel, uap disalurkan ke Low Temperature Superheater (LTS) yang ada di dalam backpass area, di atas economizer elements. dari LTS uap disalurkan ke Intermediate Temperature Superheaters (ITS). Selanjutnya melalui pipa superheater-desuperheater, uap dibawa ke High Temperature Superheater (HTS) elements untuk menjalani proses pemanasan terakhir menjadi superheated steam. ITS dan HTS elements lokasinya berada di dalam furnace (ruang pembakaran batu bara) bagian atas. Dari High Temperature Superheater outlet header, superheated steam dengan temperature 500-600 oC dan tekanan sangat tinggi disalurkan ke steam turbine melalui pipa main steam. Superheated steam ini kemudian memutar steam turbin yang dikopel dengan generator. Generator akan mengubah energi mekanik menjadi energi listrik. Tegangan yang terbangkit adalah 6,3 KV. Lewat trafo step-up, tegangan akan dinaikkan menjadi 150 KV, kemudian masuk ke saluran transmisi.
Coal Conveyor
Proses Operasi Dari coal storage batu bara diangkut dengan belt conveyor menuju boiler house dan disimpan di dalam coal silo. Untuk menghasilkan pembakaran yang efisien, batu bara yang masuk ruang pembakaran harus digiling terlebih dahulu hingga berbentuk serbuk (pulverized coal). Penggilingan batu bara menjadi serbuk dilakukan pulverizer yang dikenal juga dengan nama bowl-mill. Pemasukan batu bara dari coal silo ke pulverizer diatur dengan coal feeder, sehingga jumlah batu bara yang masuk ke pulverizer bisa diatur dari control room. Batu bara yang sudah digiling menjadi serbuk ditiup dengan udara panas (primary air) dari pulverizer menuju combustion burner melalui pipapipa coal piping. Pada saat start up, pembakaran tidak langsung dilakukan dengan batu bara, tetapi mempergunakan bahan bakar minyak. Baru setelah beban mencapai 10%-15% batu bara pelan-pelan mulai masuk menggantikan minyak. Maka selain coal piping, burner juga terhubung dengan oil pipe, atomizing air dan scavanging air pipe yang berfungsi untuk mensuplai BBM. Pembakaran dalam combustion chamber berlangsung dengan didukung dengan sistem suplai udara dan sitem pembuangan gas sisa pembakaran yang dilakukan oleh Air and Flue Gas System. Sebelum dilepas ke udara bebas, gas buang sisa pembakaran batu bara terlebih dahulu melewati electrostatic precipitator untuk dikurangi semaksimal mungkin kandungan debunya. Bagian terakhir dari flue gas system adalah stack/ chimney/ cerobong asap yang berfungsi untuk membuang gas sisa pembakaran.
4.4. Analisa Perhitungan Efisiensi Thermal PLTU Embalut Efisiensi thermal adalah efisiensi berdasarkan nilai kalor bahan bakar. Efisiensi thermal PLTU dilapangan lebih kecil daripada hasil perhitungan dengan siklus kombinasi secara teoritis, karena analisa tersebut tidak memperhitungkan berbagai alat tambahan yang digunakan dalam PLTU.
Gambar 4.4 Siklus Kerja PLTU Embalut Air yang disuplai ke boiler, pertama kali masuk ke economizer inlet header, terus didistribusikan ke economizer elements,
8
Energi listrik per tahun dari PLTU: Energi listrik = Kapasitas x Jam operasi x Faktor kapasitas….. (4.1) = 50 MW x 8760 jam/tahun x 0.85 = 372.300.000 kWh/tahun
Tabel 4.4 Perbandingan Nilai Kalor dan Efisiensi Batubara Nilai Kalor (kcal/kg) Efisiensi Thermal (%) 4000 29,60 4400 32,57 5300 39,23
Kebutuhan energi panas Kebutuhan energi panas = Batu bara per tahun x LHV…….… (4.2) = 262.800.000 kg/tahun x 4000 kcal/kg = 1.051.200.000.000 kcal/tahun
Dari hasil perhitungan di Tabel 4.4 dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin baik batubara yang digunakan (semakin tinggi nilai kalornya), maka semakin baik pula efisiensinya. Efisiensi yang terbaik dicapai bila PLTU menggunakan batubara dengan nilai kalor 5300 kcal/kg. Akan tetapi yang terjadi pada keadaan sebenarnya adalah batubara dengan nilai kalori tinggi hampir tidak tersedia untuk pasar lokal. Batubara yang beredar di pasar lokal yaitu berkisar pada nilai kalor 3900 – 4400 kcal/kg. Hal ini terjadi akibat dari ekspor batubara yang mengutamakan batubara kualitas tinggi. Hal ini menyisakan ironi karena pasar dalam negeri maupun lokal Kalimantan Timur sendiri hanya dapat memperoleh batubara kualitas rendah. Batubara kualitas rendah ini menurunkan efisiensi pembangkit, lebih banyak kandungan airnya, dan lebih banyak gas buangnya.
Kebutuhan batubara untuk produksi 1 kwh = Konsumsi energi / Energi listrik = 262.800.000 kg/tahun/ 372.300.000 kWh/tahun = 0,7058 kg/kWh Jika masa operasi PLTU 30 tahun, maka: Jumlah batu bara yang dibutuhkan selama operasi = 262.800.000 kg/tahun x 30 tahun = 7.884.000.000 kg Karena batu bara yang digunakan dipasok dari daerah Kalimantan Timur sendiri, maka jika dibandingkan dengan cadangan batu bara yang dimiliki (data tahun 2008, RUKN 2008-2027) maka: Pemakaian batu bara untuk PLTU = (7.884.000.000 / 40.195.570.000.000) x 100% = 0,0196 % Jadi total pemakaian untuk PLTU berkisar 0,0196 % dari total batu bara yang terdapat di Kalimantan Timur berdasarkan data tahun 2008. Jika efisiensi thermal PLTU dapat ditingkatkan, maka pemakaian batu bara untuk PLTU akan lebih sedikit lagi. Dengan potensi batubara Kalimantan Timur seperti yang telah diuraikan di atas, maka dapat dipastikan realisasi pembangunan PLTU Embalut tidak akan mengalami kesulitan dalam hal penyediaan batu bara selama operasinya.
4.5. Kebutuhan Bahan Bakar 4.5.1. Batubara Kalimantan Timur dengan kandungan batubaranya yang berlimpah, khususnya wilayah Kutai Kartanegara memiliki sumber daya alam batu bara yang melimpah, kondisi ini memudahkan untuk memenuhi pasokan bahan bakar utama untuk PLTU Embalut ini. Pembangkit ini menggunakan batubara jenis brown coal (lignite). Hanya saja, kandungan air pada batubara coklat sangatlah tinggi sehingga membuat efisiensi termal pembangkit menjadi lebih rendah dibandingkan pembangkit yang berbahan bakar antrasite (high rank coal). Hal ini disebabkan karena kandungan air didalam batubara membutuhkan energi yang tinggi untuk berubah fase menjadi uap, sehingga banyak energy yang hanya digunakan untuk menguapkan air dalam batubara dari pada energy tersebut untuk digunakan menguapkan air di Boiler dan untuk selanjutnya ditransfer untuk memutar turbin. Tabel 4.5 Konsumsi Batubara Kapasitas
Konsumsi/jam (ton/jam)
Konsumsi/hari (ton/hari)
2×25MW
30
720
Tabel 4.6 Pemakaian Bahan Bakar PLTU Embalut No.
Konsumsi/tahun (ton/tahun)
Perhitungan
PLTU Batu bara
1
Energi listrik per tahun (KWh/tahun)
372.300.000
2
Kebutuhan energi kalor (Kcal/tahun)
1.051.200.000.000
3
Kebutuhan bahan bakar per tahun (kg)
262.800.000
4
Kebutuhan bahan bakar 25 tahun (kg)
5.947.500.000
5
Prosentase pemakaian bahan bakar dari cadangan bahan bakar yang tersedia (%)
0,0196
• Kebutuhan Batubara Daerah Pemasok : Dondang, Kalimantan Timur
262.800
9
Yang kedua adalah raw water yang diperlukan untuk pendingin (cooling water) bagi mesin-mesin PLTU dan untuk dipergunakan sebagai service water. Secara umum water treatment sistem PLTU Embalut terdiri dari desalination plant untuk memproses air payau menjadi raw water, demineralized plant untuk memproduksi demin water dan tanki-tanki atau kolam penyimpanan air. Berikut adalah spesifikasi air untuk boiler.
Nilai Kalori : 4.000 ~ 5.300 Kcal/kg Kebutuhan per Bulan : 22.000 Ton Kebutuhan per Tahun : 299.290 Ton • Spesifikasi Batubara Carbon : 56,90 % Sulfur : 0,43 % Ash : 10,58 % max Moisture : 20,32 % max Gross Calorie Value : 4.000 ~ 5.300 Kcal/kg Max coal particle size : 25 mm
4.7. Kemampuan Daya Beli Masyarakat Masyarakat Kalimantan Timur pada tahun 2008 rata-rata mengkonsumsi listrik sebesar 5%10%, sedangkan rata-rata anggota keluarga adalah 4 orang, dengan pengeluaran riil perkapita penduduk Kalimantan Timur Rp.585.060, jika diasumsikan setiap penduduk propinsi Kalimantan Timur mengeluarkan dana sebesar 10% untuk membayar listrik, maka dari pengeluaran riil untuk membayar listrik dibutuhkan Rp.58.510 setiap bulannya, sehingga kemampuan daya beli masyarakat Kalimantan Timur berdasarkan perhitungan adalah sebesar Rp.234.040 per bulan, maka dapat diketahui rata-rata pemakaian dayanya sebesar 900 VA.
• Supplier Batubara (saat ini) PT. Graha Panca Karsa PT. Penta Multi Resources 4.5.2. Bahan bakar minyak Bahan bakar minyak dalam hal ini HSD oil digunakan pada saat start-up PLTU batubara. Sebelum menggunakan menggunakan batubara, PLTU Embalut menggunakan pembakaran bahan bakar minyak terlebih dahulu saat mulai operasi setelah shut down. Lewat perhitungan, jumlah bahan bakar minyak yang digunakan adalah sebagai berikut pada Tabel 4.7. Sedangkan karakteristik bahan bakar HSD adalah seperti pada tabel 4.8. Tabel 4.7 Kebutuhan Bahan Bakar HSD Bahan Bakar PLTU Embalut 2 x 25 MW HSD 12.200 liter
Tabel 4.9 Pengeluaran Riil Perkapita dan Pengeluaran Biaya Listrik Masyarakat Kalimantan Timur No.
Tabel 4.8 Karakteristik Bahan Bakar HSD KARAKTERISTIK Density 15 °C Kg/m3 C.C.I or Cetane number Viscosity kinematic at 37,8 °C CSt Distillation, recovery at 300 °C % Vol Pour point °C Total sulphur % wt Cu. Strip corrosion (3 hrs/100°C) Conradson carbon residu % wt Or (on 10 % Vol. Bottom) % wt Water content % wt Sediment by extraction % wt Ash content % wt Strong acid number mg KOH/g Total acid number mg KOH/g Flash point P.M c.c °C Color ASTM
MIN 815 45 48 1,6 40 60 -
1
MAKS 870 5,8 18 0,5 No. 1 0,1 0,1 0,05 0,01 0,01 Nil 0,6 3,0
Pengeluaran Riil per Kapita (Rp) 585.060
Pengeluaran
Pengeluaran
Biaya
Biaya Listrik
Listrik (Rp) 58.510
per Keluarga (Rp) 234.040
Sehingga dapat menghitung daya beli masyarakat Propinsi Kalimantan Timur adalah sebagai berikut: Daya1 (P) = 900 x Cos φ = 900 x 0,8 = 0,72 kW Daya2 (P) = 450 x Cos φ = 450 x 0,8 = 0,36 kW Maka kita dapat mengetahui jumlah Kwh/bulan dengan cara: kWh/Bulan 1 = kW x 1 bulan x 24 jam x faktor kapasitas = 0,72 x 30 x 24 x 0,85 = 440,64 kWh/Bulan
4.6. Kebutuhan Air dan Pemanfaatannya Pada dasarnya ada 2 jenis air yang dibutuhkan PLTU Embalut. Yang pertama adalah demineralized water (demin water) untuk mensuplai boiler dalam memproduksi uap penggerak turbin. Disebut demineralized water karena air tersebut sudah dihilangkan kandungan mineralnya.
kWh/Bulan 2 = kW x 1 bulan x 24 jam x faktor kapasitas = 0,36 x 30 x 24 x 0,85 10
daerah Kalimantan Timur dapat di tentukan dengan rumus :
= 220,32 kWh/Bulan Bila tarif untuk biaya beban tarif tegangan 900 VA = Rp 20.000.00 dan 450 VA = Rp 11.000,00 Blok I 30 kwh, yaitu pemakaian 0-30 KWh Blok II 60 kwh, pemakaian 30-60 KWh Blok III > 60 kwh, pemakaian di atas 60 KWh
HJ persektor =
Dari rumus di atas maka pengaruh harga jual listrik per kelompok konsumen saat beroperasinya PLTP Embalut 150 MW dengan BPP baru di Propinsi Kalimantan Timur dapat Di lihat pada Tabel 4.22.
Tabel 4.10 Harga Jual Listrik Daerah Kaltim Jawa Luar Jawa Indonesia
RT 579,26 587,60
Ind 691,61 629,10
Bisnis 901,21 862,48
Sosial 603,73 579,75
Pem. 922,29 800,44
Publik 636,64 660,70
Total 682,12 650,39
584,83
643,02
837,98
585,30
913,83
611,77
664,88
588,01
622,04
850,56
580,89
847,15
665,11
653,00
Persektor × BPPbaru Total
Tabel 4.11 Harga Jual Listrik Baru di Kalimantan Timur setelah PLTU Embalut Beroperasi Tanpa Subsidi (Rp./kWh)
Dengan Tarif Dasar Listrik pada sektor rumah tangga sebesar Rp.579,26 Maka:
Sektor
Daya beli 1 = (440,64 x Rp 579,26/kWh) + 20.000 = Rp. 275.245,-
Rumah Tangga Industri Bisnis Sosial Pemerintah P Jalan Total
Daya beli 2 = (220,32 x Rp 579,26/kWh) + 11.000 = Rp. 138.622,Perbandingan antara daya beli Listrik dengan pendapan perkapita yang digunakan untuk keperluan listrik
UU No. 5 Th. 1985 Statistik 2008 579,26 691,61 901,21 603,73 922,29 636,44 682,12
BPP Th. 2008
Kemampuan Daya Beli Masyarakat
UU No. 30 Th. 2009 Harga Jual Tanpa Subsidi BPP
Harga Jual Rp. 1.553,42
Rp. 685,59
1. Rp. 492,54/ kWh 2. Rp. 977,98/kWh
Rp.1829,27
Rp. 1.854,71 Rp. 2.404,58 Rp. 1.610,85 Rp. 2.360,82 Rp. 1.698,12 Rp. 1.820,01
Sesuai dari Tabel 4.11 harga jual listrik persektor Propinsi Kalimantan Timur yang tanpa subsidi sesuai Undang-Undang No.30 tahun 2009, masih lebih tinggi dari daya beli masyarakat Kalimantan Timur. Hal ini harus segera mendapatkan penanganan. Salah satunya adalah membangun lebih banyak pembangkit berkapasitas besar dengan biaya pembangkitan rendah. Sayangnya, potensi energi baru dan terbarukan di Propinsi Kalimantan Timur masih sangat rendah. Tidak banyak pemanfaatan potensi tenaga air untuk pembangkitan tenaga listrik. Selain itu hingga saat ini belum ada potensi panas bumi yang terbukti di wilayah Kalimantan Timur. Ini jelas terlihat dari tidak adanya gunung berapi aktif dan daerah Kalimantan Timur memang tidak berada di jalur sirkum Pasifik maupun Mediterania. Untuk saat ini pembangkit yang paling sesuai dengan potensi daerah Kalimantan Timur adalah PLTU batubara. Dengan merealisasikan program pemerintah Tahap II sebesar 12.000 MW dengan kapasitas total 11.144 MW berdasarkan kajian pemerintah mengenai ”Skenario Energi Mix Nasional” dalam jangka waktu tertentu (20052025), yang tertuang dalam Kebijakan Energi Nasional (KEN) maka diharapkan agar kebutuhan konsumsi listrik di Kalimantan Timur dapat segera terpenuhi dalam tahun-tahun mendatang. Dengan PLTU yang biaya operasinya rendah maka akan menurunkan BPP Pembangkitan Kalimantan Timur, sehingga harga jual listrik tercapai oleh daya beli masyarakat.
= Rp. 492,54/kWh
= Rp. 977,98/kWh 4.8. Analisa Perhitungan Harga Pokok Penyediaan Setelah Operasional PLTU • BPP Tenaga Listrik Sebelum Operasional PLTU Embalut 2x25 MW dan masih mendapatkan subsidi Berdasarkan UU No. 5 Tahun 1985 adalah sebesar Rp. 685,59. • BPP Tenaga Listrik Setelah Operasional PLTU Embalut 2x25 MW tanpa subsidi dari pemerintah Berdasarkan UU No. 30 Th. 2009 Untuk menentukan harga jual yang baru adalah sebesar Rp. 1.829.27 4.9. Analisa Perhitungan Harga Jual per Kelompok Konsumen Setelah PLTU Embalut Beroperasi Berdasarkan UU No. 30 Th. 2009 Untuk menentukan harga jual yang baru maka di tentukan dengan BPP baru daerah Kalimantan Timur yang dianggap terisolasi dan tanpa subsidi dari pemerintah, yaitu BPP sebesar 80% dari Rp. 2.286.59 yaitu Rp.1.829,27. Penentuan harga jual
11
bahwa sesuai UU No.30 Tahun 2009 tentang ketenagalistrikan, harga jual listrik tanpa subsidi adalah: untuk Rumah tangga sebesar Rp. 1.553,42, Industri sebesar Rp. 1.854,71, Bisnis sebesar Rp. 2.404,58, Sosial sebesar Rp. 1.610,85, Pemerintah sebesar Rp. 2.360,82, Penerangan Jalan sebesar Rp. 1.698,12, dan Total sebesar Rp. 1.820,01.
Solusi dalam jangka waktu pendek adalah konversi bahan bakar PLTD existing. Konversi bahan bakar ini dilakukan dengan mengubah bahan bakar dari High Speed Diesel oil (HSD) yang mencapai kisaran harga Rp. 6.000,-/ liter menjadi Marine Fuel Oil (MFO)—minyak bakar yang harganya di kisaran Rp.3.890,-/ liter.
BAB V KESIMPULAN 1.
2.
3.
4.
DAFTAR PUSTAKA 1.
Latar belakang pembangunan PLTU Embalut 2x25 MW adalah sebagai antisipasi terhadap krisis energi listrik di Propinsi Kalimantan Timur khususnya pada sistem pembangkitan Mahakam. Pada tahun 2008 tercatat beban puncak 317,22 MW sedangkan daya mampu sebesar 203,43 MW. Sehingga defisit saat itu sebesar 113,79 MW. Krisis ini terjadi akibat keadaan sistem Mahakam yang sebagian besar bertumpu pada PLTD yang berumur tua dan mengalami de-rating. Persentase PLTD pada sistem Mahakam adalah 70 %. Potensi hasil alam Kalimantan Timur khususnya batubara belum sepenuhnya dapat dimanfaatkan secara maksimal. Hal ini terkait kebijaksanaan pemerintah untuk mengekspor batubara kualitas tinggi ke luar negeri. Batubara dengan kualitas tinggi yaitu antrasit yang bernilai kalor mulai dari 5300kcal/kg ke atas. Sedangkan batubara untuk kebutuhan dalam negeri menggunakan kualitas rendah. Batubara kualitas rendah tersebut adalah jenis brown coal (lignit) yang bernilai kalor 4400 kcal/kg ke bawah. Dari angka produksi, besarnya nilai ekspor mencapai besaran lebih kurang 80 %; hampir semua batubara kualitas tinggi. Untuk pembangkit tenaga listrik, batubara kualitas rendah akan membawa pengaruh kepada rendahnya efisiensi PLTU batubara. Pada tahun 2008, pertumbuhan energi listrik Kalimantan Timur sebesar 7,71% per tahun dan Ratio Elektrifikasi 57,84 % dan beban puncak di Propinsi Kalimantan Timur pada tahun 2005 dan sebelumnya rata-rata mengalami defisit energi. Berdasarkan peramalan untuk tahun-tahun mendatang, Propinsi Kalimantan Timur juga mengalami defisit energi dimana beban puncak pada tahun 2020 diperkirakan mencapai angka 660,16 MW. Dalam perhitungan harga jual listrik baru tanpa subsidi setelah operasional PLTU Embalut 2x25 MW berjalan, didapatkan nilai yang baru. Sehingga dapat disimpulkan
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
11. 12. 13.
Djiteng Marsudi Ir, 2005, “Pembangkitan Energi Listrik”, Erlangga, Jakarta. Djoko Santoso Ir, 2006, “Pembangkitan Tenaga Listrik”, Diktat Kuliah, Teknik Elektro ITS, Surabaya Syariffuddin, Mahmudsyah, 2010, Hand Out Kuliah Pembangkit dan Manajemen Energi Listrik, Surabaya. Statistik PLN 2007, Jakarta. Statistik PLN 2008, Jakarta. Biro Pusat Statistik, Kalimantan Timur Dalam Angka 2009, Samarinda, 2009. Biro Pusat Statistik, Kutai Kartanegara Dalam Angka 2009, Tenggarong, 2009. Perencanaan Sektor Industri Pengolahan Sumber Daya Lokal, BAPPEDA Propinsi Kalimantan Timur, 2008, Samarinda. PT. PLN (Persero) Wilayah Kalimantan Timur, Data Jumlah Pelanggan dan Energi Terjual, Desember 2007. PT. Cahaya Fajar Kaltim, Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan PLTU Kalimantan Timur, Tanjung Batu 2003. ,http://www.kaltim.go.id ,http://www.pln-wilkaltim.co.id ,http://www.wikipedia.org.
Yesaya Timotius Sinambela dilahirkan di Samarinda pada tanggal 26 Maret 1987. Pada tahun 2004 penulis lulus dari SMA Negeri 2 Surabaya, kemudian melanjutkan studi di D3 Elektro Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. Setelah lulus studi D3 dari ITS pada tahun 2007, penulis melanjutkan kuliah di kampus yang sama pada program Lintas Jalur S1 di Jurusan Teknik Elektro bidang studi Teknik Sistem Tenaga. Alamat e-mail penulis adalah
[email protected] /
[email protected]
12