STUDI PEMBANGUNAN PLTU TANAH GROGOT 2X7 MW DI KABUPATEN PASER KALIMANTAN TIMUR DAN PENGARUH TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL KALIMANTAN TIMUR Puguh Dwi Prasetyo Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh November Kampus ITS, Keputih - Sukolilo, Surabaya - 60111
Pemakaian energi minyak bumi ini jika diakumulasi dalam jangka waktu tertentu akan menghasilkan jumlah yang tidak sedikit. Hal ini jelas mempengaruhi faktor lainnya dalam suatu sistem. Saat ini konsumsi energi listrik di Kalimantan Timur sebagian besar bergantung pada pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) dan satu pembangkit listrik tenaga gas uap (PLTGU). Tingginya harga bahan bakar solar pada PLTD membuat PLN wilayah VI Kalimantan Timur terus merugi. Sejalan dengan itu, untuk mengatasi krisis energi listrik di wilayah VI, pemerintah berupaya untuk membangun PLTU Tanah Grogot di Kalimantan Timur dalam rangka percepatan diversifikasi pembangkit. Program ini diharapkan dapat mengatasi krisis listrik di Kalimatan Timur, yang diperkirakan akan selesai pada tahun 2010.
Abstrak Untuk meningkatkan kemakmuran rakyat melalui harga listrik yang ekonomis serta implementasi dari visi kelistrikan Indonesia tahun 2020 yaitu “peringatan 75 tahun kemerdekaan dengan mewujudkan rasio kelistrikan mencapai 100%” adalah salah satu alasan mengapa dibangunnya pembangkit baru di beberapa wilayah di Indonesia. Dengan semakin menipisnya cadangan minyak bumi dan juga cadangan gas alam serta transportasi yang kian mahal, maka salah satu pilihan yang diambil adalah dengan menggunakan batubara sebagai energi primer non bbm. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan energi listrik setiap tahunnya di Kalimantan Timur, maka perlu dipertimbangkan untuk membangun pembangkit tenaga listrik yang baru. PLTU Tanah Grogot 2x7 MW merupakan salah satu usaha pemanfaatan batubara yang berlimpah dan mengurangi pemakaian solar untuk beberapa PLTD yang berada di Kalimantan Timur seperti sekarang ini, dan dapat meningkatkan IPM (Indeks Pembangunan Manusia) Propinsi Kalimantan Timur. Lokasi PLTU Batubara Tanah Grogot 2x7 MW berada di Kabupaten Paser, Kalimantan Timur.
1.2 Perumusan Masalah Dari uraian tersebut, permasalahan yang timbul sebagai berikut: 1. Bagaimana kondisi eksisting ketenaga listrikan di Propinsi Kalimantan Timur? 2. Berapa banyak kebutuhan batubara yang dikonsumsi untuk bahan bakar PLTU Tanah Grogot? 3. Bagaimana peranan pembangunan PLTU Tanah Grogot 2x7 MW dalam mensuplai kebutuhan listrik di Kalimantan Timur? 4. Bagaimana analisa teknis dan ekonomi pembangunan PLTU Tanah Grogot 2x7 MW? 5. Bagaimana dampak lingkungan dari pembangunan PLTU Tanah Grogot 2x7 MW? 6. Apakah PLTU Tanah Grogot 2x7 MW layak dibangun (investasi)?
Kata kunci : Krisis Kelistrikan, IPM (Indeks Pembangunan Manusia), PLTU dan Tanah Grogot 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kalimantan Timur merupakan daerah dengan pertumbuhan ekonomi tinggi di kawasan timur Indonesia mengakibatkan meningkatnya kebutuhan listrik dari tahun ke tahun. Peningkatan penggunaan energi tak terbarukan akhir-akhir ini menyebabkan cadangan energi yang ada menipis dengan pesat. Hal ini diperparah dengan pemakaian potensi energi minyak bumi yang cenderung boros dalam penggunaannya. Pemakaian energi minyak bumi dalam pembangkitan energi listrik adalah salah satu faktor penyebab cadangan minyak semakin menipis.
1.3 Batasan Masalah 1. Peramalan kebutuhan listrik di akan dikembangkan secara jangka panjang berdasarkan kebutuhan daya yang semakin meningkat 2. Daerah yang dibahas dibatasi hanya PLN wilayah Kalimantan Timur. 3. Dari sisi teknis hanya menjelaskan mengenai prinsip kerja PLTU, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dan sedikit membahas
1
mengenai dampak lingkungan akibat proses pembakaran batubara.
peralatan yang memanfaatkan batubara sebagai bahan bakarnya sesuai dengan mutu batubara yang akan digunakan, sehingga mesin-mesin tersebut dapat berfungsi optimal dan tahan lama.
1.4 Tujuan Tujuan dari penulisan ini adalah mempelajari dan menganalisa pembangunan PLTU Tanah Grogot 2x7 MW di Kalimantan Timur dalam usaha pemenuhan kebutuhan tenaga listrik di Kalimantan Timur khususnya dan di Indonesia umumnya melalui program 12000 MW dengan mempertimbangkan pengaruh terhadap tarif listrik regional Kalimantan Timur.
2.2.1 Pengolahan Batubara Batubara yang langsung diambil dari bawah tanah, disebut batubara tertambang run-off-mine (ROM). Batubara yang langsung diambil dari bawah tanah, disebut batubara tertambang runof-mine (ROM), seringkali memiliki kandungan campuran yang tidak diinginkan seperti batu dan lumpur dan berbentuk pecahan dengan berbagai ukuran. Namun demikian pengguna batubara membutuhkan batubara dengan mutu yang konsisten. Pengolahan batubara – juga disebut pencucian batubara (“coal benification” atau “coal washing”) mengarah pada penanganan batu bara tertambang (ROM Coal) untuk menjamin mutu yang konsisten dan kesesuaian dengan kebutuhan pengguna akhir tertentu. Pengolahan tersebut tergantung pada kandungan batu bara dan tujuan penggunaannya. Batubara tersebut mungkin hanya memerlukan pemecahan sederhana atau mungkin memerlukan proses pengolahan yang kompleks untuk mengurangi kandungan campuran. Untuk menghilangkan kandungan campuran, batubara terambang mentah dipecahkan dan kemudian dipisahkan ke dalam pecahan dalam berbagai ukuran. Pecahanpecahan yang lebih besar biasanya diolah dengan menggunakan metode ”pemisahan media padatan”. Dalam proses demikian, batubara dipisahkan dari kandungan campuran lainnya dengan diapungkan dalam suatu tangki berisi cairan dengan gravitasi tertentu, biasanya suatu bahan berbentuk mangnetit tanah halus. Setelah batubara menjadi ringan, batubara tersebut akan mengapung dan dapat dipisahkan, sementara batuan dan kandungan campuran lainnya yang lebih berat akan tenggelam dan dibuang sebagai limbah.
1.5 Relevansi Dari hasil pembahasan Pembangunan PLTU Tanah Grogot 2x7 MW di Kalimantan Timur ini, maka diharapkan dapat memberikan masukan untuk PT. PLN, Pemerintah daerah ataupun pihak swasta untuk memanfaatkan batubara sebagai bahan bakar dari PLTU guna mengatasi krisis BBM sekaligus krisis Energi Listrik di Indonesia dengan tetap memperhatikan berbagai aspek yang terkait. Dengan pembahasan PLTU Tanah Grogot maka diharapkan dapat dijadikan sebagai suatu wacana agar dapat dibangun sebuah PLTU sesungguhnya di daerah tersebut. Selain itu diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan informasi tentang proyeksi kondisi supply dan demand energi listrik di Kalimantan Timur tahun-tahun mendatang sehingga krisis tenaga listrik di Kalimantan Timur dapat diantisipasi sejak dini. 2. TEORI PENUNJANG 2.1 Batubara Pembentukan batubara dimulai sejak Carboniferous Period (periode pembentukan karbon atau batu bara), yang dikenal sebagai zaman batu bara pertama yang berlangsung antara 360 juta sampai 290 juta tahun yang lalu. Batubara adalah sisa tumbuhan dari jaman prasejarah yang berubah bentuk yang awalnya berakumulasi di rawa dan lahan gambut. Penimbunan lanau dan sedimen lainnya, bersama dengan pergeseran kerak bumi (dikenal sebagai pergeseran tektonik) mengubur rawa dan gambut yang seringkali sampai ke kedalaman yang sangat dalam. Dengan penimbunan tersebut, material tumbuhan tersebut terkena suhu dan tekanan yang tinggi. Suhu dan tekanan yang tinggi tersebut menyebabkan tumbuhan tersebut mengalami proses perubahan fisika dan kimiawi dan mengubah tumbuhan tersebut menjadi gambut dan kemudian batu bara.
2.2.2 Pengangkutan Batubara Cara pengangkutan batubara ke tempat batubara tersebut akan digunakan tergantung pada jaraknya. Untuk jarak dekat, umumnya batubara diangkut dengan menggunakan ban berjalan atau truk. Untuk jarak yang lebih jauh di dalam pasar dalam negeri, batubara diangkut menggunakan kereta api atau tongkang atau dengan alternatif lain dimana batubara di campur dengan air untuk membentuk bubur batu dan diangkut melalui jaringan pipa. Disamping itu pengangkutan batubara juga bisa dilakukan dengan menggunakan kapal laut.
2.2 Sistem Kerja PLTU Batubara Dalam pemanfaatannya, batubara harus diketahui terlebih dulu kualitasnya. Hal ini dimaksudkan agar spesifikasi mesin atau
2.2.3 Proses Terjadinya Energi Listrik Pembakaran batubara ini akan menghasilkan uap dan gas buang yang panas. Gas buang itu
2
berfungsi juga untuk memanaskan pipa boiler yang berada di atas lapisan mengambang. Gas buang selanjutnya dialiri ke pembersih yang di dalamnya terdapat alat pengendap abu setelah gas itu bersih lalu dibuang ke udara melalui cerobong. Sedangkan uap dialiri ke turbin yang akan menyebabkan turbin bergerak, tapi karena poros turbin digandeng/dikopel dengan poros generator akibatnya gerakan turbin itu akan menyebabkan pula gerakan generator sehingga dihasilkan energi listrik. Uap itu kemudian dialiri ke kondensor sehingga berubah menjadi air dan dengan bantuan pompa air itu dialiri ke boiler sebagai air pengisi. PLTU ini dilengkapi dengan presipitator elektro static yaitu suatu alat untuk mengendalikan partikel yang akan keluar cerobong dan alat pengolahan abu batubara. Sedang uap yang sudah dipakai kemudian didinginkan dalam kondensor sehingga dihasilkan air yang dialirkan ke dalam boiler. Pada waktu PLTU batubara beroperasi suhu pada kondensor naiknya begitu cepat, sehingga mengakibatkan kondensor menjadi panas. Sedang untuk mendinginkan kondensor bisa digunakan air, tapi harus dalam jumlah besar, hal inilah yang menyebabkan PLTU dibangun dekat dengan sumber air yang banyak seperti di tepi sungai atau tepi pantai.
pelanggan dengan memperhitungkan rasio elektrifikasi tiap pelanggan. Metode tersebut paling banyak digunakan oleh PLN. 2.3.2.1 Sektor Rumah Tangga Untuk menghitung peramalan kebutuhan energi listrik sektor rumah tangga maka dipergunakan beberapa persamaan berikut ini: Pt
Pt
1 it
...............................................(2.4) dimana : Pt = jumlah penduduk pada tahun t (jiwa) Pt-1 = jumlah penduduk pada tahun t-1 (jiwa) It = tingkat pertumbuhan penduduk (%) pada tahun t Pel.R t
1
RE t xH t
.............................................(2.5) dimana : Pel.Rt = jumlah pelanggan rumah tangga pada tahun t (jiwa) REt = rasio elektrifikasi pada tahun t (%) Ht = jumlah rumah tangga pada tahun t Pel.R t
Pel.R t
Pel.R t
1 ..............................(2.6) dimana: Pel.R = penambahan pelanggan rumah tangga baru pada tahun t Pel.Rt = jumlah pelanggan pada tahun t (jiwa) Pel.Rt-1 = jumlah pelanggan pada tahun t-1 (jiwa)
ER t
2.3 Metode Peramalan Kebutuhan Listrik Peramalan kebutuhan listrik adalah untuk mengetahui akan kebutuhan listrik di tahun yang akan dating dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain dengan metode regresi dan metode DKL 3.01.
ER t 1x 1 G t
Pel.R t xKSt
.........(2.7) dimana : ERt = konsumsi energi listrik pelanggan rumah tangga tahun t (jiwa) ERt-1 = konsumsi energi listrik pelanggan rumah tangga tahun t-1 (jiwa) Gt = tingkat pertumbuhan konsumsi energi listrik pelanggan rumah tangga pada tahun t (%) KSt = konsumsi spesifik pelanggan rumah tangga baru tahun t (Wh)
2.3.1 Metode Regresi Dalam Metode Regresi Linier Berganda diperlukan faktor/parameter yang akan dijadikan acuan dalam perhitungan. Dalam peramalan kebutuhan energi listrik parameter-parameter yang dipakai adalh sebagai berikut : 1. Jumlah penduduk (X1) 2. Jumlah konsumsi (X2) 3. Produk Domestik Regional Bruto (X3) 4. Jumlah industri (X4) 5. Energi listrik terjual (Y) Data tersebut dapat dinyatakan dalam matrik dengan menggunakan rumus Y = X + e ....................................................(2.1) Nilai dicari melalui persamaan ( XX ') 1 XY ........................................(2.2) Matriks Y akan dapat dihitung dengan memasukkan nilai pada persamaan 2.2. Yi = 0 + 1x1i + 2x2i +.....+ kxki .................(2.3)
2.3.2.2 Sektor Komersil Untuk menghitung peramalan kebutuhan energi listrik sektor komersil maka dipergunakan beberapa persamaam berikut ini: Pel.K t RPKxPel.R t ...................................(2.8) dimana : Pel.Kt =jumlah pelanggan komersil pada tahun t (jiwa) RPK = rasio pelanggan komersil (%) Pel.Rt = jumlah pelanggan rumah tangga pada tahun t (jiwa) EK t EK t 1x 1 G t ...................................(2.9) dimana : EKt =konsumsi energi listrik pelanggan komersil tahun t (jiwa) EKt-1=konsumsi energi listrik pelanggan komersil tahun t-1 (Wh)
2.3.2 Metode DKL 3.01 Metode DKL 3 merupakan metode menghitung peramalan kebutuhan listrik tiap
3
Gt =tingkat pertumbuhan konsumsi energi listrik pelanggan komersil pada tahun t (%).
dimana : k = Discount rate yang digunakan COF = Cash ou tflow/Investasi CIFt = Cash in flow pada periode t N = Periode terakhir cash flow diharapkan
2.3.2.3 Sektor Publik Untuk menghitung peramalan kebutuhan energi listrik sektor publik maka dipergunakan beberapa persamaan berikut ini: Pel.Pt RPPxPel.R t ....................................(2.10) dimana : Pel.Pt = jumlah pelanggan publik pada tahun t RPP = rasio pelanggan publik (%) Pel.Rt = jumlah pelanggan rumah tangga pada tahun t (jiwa) EPt
EPt 1x 1
2.4.2 Return Of Investment (ROI) ROI adalah laba atas investasi. ROI adalah rasio uang yang diperoleh atau hilang pada suatu investasi, relatif terhadap jumlah uang yang diinvestasikan. ROI dapat dirumuskan dengan persamaan: n
Gt
Bennefit t
....................................(2.11) dimana : EPt = konsumsi energi listrik pelanggan publik tahun t (Wh) EPt-1 = konsumsi energi listrik pelanggan publiuk tahun t-1 (Wh) Gt = tingkat pertumbuhan konsumsi energi listrik pelanggan publik pada tahun t (%)
Bennefit t Bennefit t
Jumlah Keuntungan sampai tahun ke t
t
Investment Cost Biaya Investasi CIFt pemasukan tahun ke t COFt
pengeluaran tahun ke t
2.4.3 Benefit-Cost Ratio (BCR) Benefit-Cost Ratio adalah rasio perbandingan antara pemasukan total sepanjang waktu operasi pembangkit dengan biaya investasi awal. Dirumuskan dalam persamaan:
Pel.I t 1x 1 G t
EI t 1 1
........(2.16) Investment Cost CIFt COFt ........................(2.17)
n
..............................(2.12) dimana : Pel.It = jumlah pelanggan industri pada tahun t Pel.It-1 = jumlah pelanggan industri pada tahun t-1 Gt = pertumbuhan PDRB sektor industri (%) EI t
Investment Cost
Dimana:
2.3.2.4 Sektor Industri Untuk menghitung peramalan kebutuhan energi listrik sektor industri maka dipergunakan beberapa persamaan berikut ini: Pel.I t
t
ROI
n
CIFt BCR t
e1.G t 100
..................................(2.13) dimana: e1 = elastisitas pelanggan terhadap sektor industri (%) EIt = konsumsi energi listrik pelanggan industri tahun t (Wh) EIt-1= konsumsi energi listrik pelanggan industri tahun t-1 (Wh)
.............................(2.18)
1
Investment Cost
2.4.4 Payback Period (PP) Payback Period adalah lama waktu yang diperlukan untuk mengembalikan dana investasi. Dirumuskan dalam persamaan: PP
Investment Cost
.................................(2.19)
Annual CIF
dimana: Investment Cost = Biaya Investasi Annual CIF = Pemasukan per tahun Investasi yang ideal adalah investasi dengan payback periode terpendek.
2.4 Analisa Ekonomi Sebelum suatu proyek dilaksanakan perlu dilakukan analisa dari investasi tersebut sehingga akan diketahui kelayakan suatu proyek dilihat dari sisi ekonomi investasi. Ada beberapa metode penilaian proyek investasi, yaitu :
3. Kalimantan Timur dan Kabupaten Paser Kalimantan Timur merupakan propinsi terluas di Indonesia, dengan luas wilayah kurang lebih 245.237,80 Km2 atau sekitar satu setengah kali Pulau Jawa dan Madura atau 11 % dari total luas wilayah Indonesia. Propinsi ini berbatasan langsung dengan negara tetangga, yaitu negara bagian Sabah dan Serawak, Malaysia Timur. Berdasarkan wilayah pemerintah, propinsi ini dibaga menjadi empat pemerintahan Kota, dan sembilan pemerintan Kabupaten serta 122 Kecamatan, 1.347 desa dan 191 kelurahan. Penduduk Kalimantan Timur pada tahun 2008
2.4.1 Net Present Value (NPV) NPV adalah nilai sekarang dari keseluruhan Discounted Cash Flow atau gambaran ongkos total atau pendapatan total proyek dilihat dengan nilai sekarang (nilai pada awal proyek). Secara matematik rumus NPV dapat ditulis sebagai berikut : n CIFt NPV COF ...................(2.14) t k) t 0 (1
4
berjumlah 3.109.206 jiwa pada tahun 2009 penduduk Kalimantan Timur diprediksikan berjumlah 3.205.235 jiwa. Dibandingkan dengan luas wilayah, kepadatan penduduk Propinsi Kalimantan Timur relatif rendah, yaitu rata-rata sekitar 11,22 jiwa per Km2.
sulit terpenuhi. Tidak percaya adanya krisis listrik, memang ya karena sesungguhnya Kalimantan Timur dikenal oleh anak negeri merupakan Provinsi terkaya akan hasil hutannya, bahkan gas terutama batubaranya. Tidaklah pantas Kalimantan Timur yang dikenal dengan kekayaan gas dan batubara harus menyandang gelar Provinsi miskin energi listrik.
Gambar 3.1. Peta Geografis Kalimantan Tumur
Wialayah Kabupaten Paser terdiri dari daerah daratan dan perairan, dengan luas 1.603,94 Km2. Keberadaanya merupakan wilayah Propinsi Kalimantan Timur yang terletak paling selatan, tepatnya antara 0045’18,37”-2027’20,82” Lintang Selatan dan 115036’14,5”-166057’35,03” Bujur Timur. Di wilayah daratan Kabupaten Paser terdapat 90 sungai yang mempunyai arti penting khususnya sebagai sarana perhubungan antar wilayah. Sungai Kandilo merupakan sungai terpanjang yang terbentang di 4 kecamatan seperti Kecamatan Muara Samu, Kecamatan Pasir Belengkong, Kecamatan Tanah Grogot, dan Kecamatan Muara Komam. Adapun batasbatas Kabupaten Paser bila dilihat posisinya adalah sebagai berikut : a. Sebelah Utara : Kabupaten Kutai Kertanegara b. Sebelah Selatan : Kabupaten Kota Baru Propinsi Kalimantan Selatan c. Sebelah Timur : Kabupaten Penajam Paser Utara dan Selat Makasar d. Sebelah Barat : Kabupaten Tabalong Propinsi Kalimantan Selatan dan Propinsi Kalimantan Tengah Kabupaten Paser terdiri dari 10 (sepuluh) kecamatan. Dimana Kecamatan Long Kali merupakan kecamatan dengan luas wilayah terbesar 2.385,39 Km2 disusul Kecamatan Muara Komam 1.753,40 Km2 dan Kecamatan Batu Engau 1.507,26 Km2.
Gambar 3.2 Peta Geografis Kabupaten Paser 4. Analisa Data Kondisi Eksisting Energi dan Ketenagalistrikan Propinsi Kalimantan Timur Popinsi Sulawesi Selatan dan Kabupaten Takalar Analisa Ketersediaan Energi dan Ketenagalistrikan Popinsi Kalimantan Timur Analisa Pertumbuhan Ekonomi Makro Popinsi Kalimantan Timur Analisa Peramalan Konsumsi Energi listrik Popinsi Kalimantan Timur Analisa Teknis dan Ekonomi Pembangunan PLTU Tanah Grogot 2x7 MW
Potensi Energi dan Ketenagalistrikan dari Tinjauan Kondisi Nasional, Kalimantan Timur Analisa Hubungan Energi dan Ketenagalistrikan dengan IPM Propinsi Kalimantan Timur Dampak Lingkungan Pembangunan PLTU Tanah Grogot 2x7 MW Dampak Lingkungan Pembangunan PLTU Tanah Grogot 2x7 MW
Gambar 4.1 Analisis Bab 4
Jika kita urai tentang pola kelistrikan yang kita miliki saat ini, bahwa sistem pembangkit kita masih didominasi oleh PLTD (Pembangkit Listrik Tenaga Diesel) nota benya kebutuhan solar yang terbatas dan harga yang tinggi. Sebagian sudah menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) walaupun tidak optimal menggunakan gas. Disamping itu sistem transmisi dan jalur distribusi kita belum terintegrasi secara regional. Sistem Transmisi kita baru mampu untuk melayani jalur distribusi yang meliputi tiga kota besar yakni Balikpapan, Samarinda dan Tenggarong. Berdasarkan data bahwa sistem Mahakam masih defisit aliran listrik hingga 35 megawatt dari total keseluruhan beban puncak sebesar 317.22 megawatt. Pembangkit listrik PLN Kalimantan Timur hanya mampu menghasilkan aliran listrik sebesar
3.1 Kondisi Kelistrikan Kalimantan Timur
Krisis listrik di Kalimantan Timur, antara percaya dan tidak. Percaya karena memang kenyataannya listrik kita krisis, suplai dan demand tidak seimbang, pemadaman listrik silih berganti masih saja bahkan sudah empat tahun berlangsung, permintaan pemasangan baru daya listrik maupun perubahan daya bagi pelanggan
5
203.43 megawatt untuk pemenuhan kebutuhan di 13 kota/kabupaten Kalimantan Timur. Inipun sebagian merupakan hasil sewa genset dari penyedia yang lain. Karenanya, selama beberapa tahun terakhir ada kebijakan penggiliran pemutusan aliran listrik masyarakat di beberapa kota di Kalimantan Timur. Kurangnya pasokan listrik dan banyaknya permintaan listrik dari masyarakat di Kalimantan Timur mengakibatkan PT. Maha Jaya Arya Stya Tanah Grogot membangun PLTU batubara 2x7 MW.
Dengan menggunakan analisa regresi didapatkan jumlah kebutuhan energi listrik Kalimantan Timur dan Kabupaten Paser. Dari tabel 4.2 terlihat bahwa terjadi peningkatan kebutuhan energi listrik tiap tahun. Pada tahun 2009 energi yang dibutuhkan untuk melayani kebutuhan beban di Kalimantan Timur sebesar 1582.74 GWh dan terus mengalami kenaikan di tahun-tahun berikutnya. Sehingga diperlukan pembangunan pembangkitpembangkit baru guna mengatasi kebutuhan energi listrik di Kalimantan Timur.
4.1 Analisa Ketersedian Bahan Bakar Batubara PLTU Tanah Grogot memiliki kapasitas 14 MW dengan faktor kapasitas sebesar 0.85, menggunakan bahan bakar batubara Lignit yang berkalori 4.500 Kcal/kg, maka dari data pembanding diatas dapat dihitung :
4.2.2 Analisa Perkiraan Kebutuhan Energi Listrik dengan metode DKL 3.0 Model yang digunakan dalam metode DKL 3.0 untuk menyusun prakiraan adalah model sektoral. Prakiraan kebutuhan tenaga listrik model sektoral digunakan untuk menyusun prakiraan kebutuhan tenaga listrik pada tingkat wilayah/distribusi. Metodologi yang digunakan pada model sektoral adalah metode gabungan antara kecenderungan, ekonometri dan analitis.
Tabel 4.1 Pemakaian Bahan Bakar PLTU Tanah Grogot
Perhitungan 1 2 3 4
5
Energi listrik per tahun (KWh/tahun) Kebutuhan energi kalor (Kcal/tahun) Kebutuhan bahan bakar per tahun (kg) Kebutuhan bahan bakar 25 tahun (kg) Prosentase pemakaian bahan bakar dari cadangan bahan bakar yang tersedia (%)
PLTU Batu bara
Tabel 4.2 Proyeksi Energi Terjual (GWh), Jumlah Pelanggan per Sektor, Jumlah Penduduk (Ribu), dan PDRB (Trilyun) Kalimantan Timur
89.352.000 3.533.930.000
Energi RT Bisnis Industri Publik Sosial Penduduk PDRB Tahun terjual (Ribu) Y X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7
75.190.000 1.879.750.000
0.080
4.2 Kebutuhan Energi Listrik Kalimantan Timur
2009 1582.74 418.62 27.38
258.33
4.37
9.95
3.124.65 243.23
2010 1673.07 424.26 28.09
263.12
4.55
10.40
3.182.33 259.13
2011 1763.41 429.90 28.79
267.91
4.73
10.86
3.240.00 275.03
2012 1853.75 435.55 29.50
272.70
4.91
11.31
3.297.68 290.94
2013 1944.09 441.19 30.21
277.48
5.09
11.77
3.355.35 306.84
2014 2034.43 446.83 30.91
282.27
5.27
12.22
3.413.03 322.75
2015 2124.77 452.47 31.62
28706
5.45
12.68
3.470.70 338.65
2016 2215.11 458.12 32.32
291.85
5.63
13.14
3.528.38 354.55
2017 2305.45 463.76 33.03
296.64
5.82
13.59
3.586.05 370.46
2018 2395.78 469.40 33.73
301.42
6.00
14.05
3.643.73 386.36
2019 2486.12 475.05 34.44
306.21
6.18
14.50
3.701.40 402.27
2020 2576.46 480.69 35.14
311.00
6.36
14.96
3.759.08 418.17
Tabel 4.3 Proyeksi Energi Terjual (GWh), Jumlah Pelanggan per Sektor dengan Metode DKL
Gambar 4.2 Flow diagram metode peramalan kebutuhan energi listrik 4.2.1 Analisa Perkiraan Kebutuhan Energi Listrik dengan metode Regresi
6
Tahun
RT
Komersil
Publik
Industri
Energi Terjual
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
429.352 433.762 438.186 442.656 447.171 451.668 456.275 460.929 465.630 470.379 475.177 480.024 484.920
352.48 374.47 397.83 422.65 449.02 506.79 538.40 571.99 607.67 645.58 685.85 728.64 774.10
45.59 49.59 54.47 59.53 65.07 71.13 77.74 84.98 92.88 101.52 110.97 121.29 132.57
189.18 218.58 252.54 291.79 337.14 389.54 450.08 520.02 600.84 694.22 802.11 926.76 1.070.79
1.428.84 1.497.40 1.572.52 1.655.05 1.745.96 1.846.32 1.957.41 2.080.65 2.217.69 2.370.41 2.540.97 2.731.86 2.945.92
Pendekatan yang digunakan dalam menghitung kebutuhan listrik adalah dengan mengelompokkan pelanggan menjadi empat pelanggan yaitu : Pelanggan Rumah Tangga, Pelanggan Bisnis, Pelanggan Industri, Pelanggan Publik.
4.4 Pengaruh PLTU Tanah Grogot 2x7 MW terhadap Neraca Daya Kalimantan Timur Kondisi kapasitas pembangkit di Kalimantan Timur cenderung tetap bahkan menurun. Hal ini disebabkan adanya kekurangan kapasitas pembangkit akibat minimnya dana investasi dari PT PLN (Persero) wilayah Kalimantan Timur serta kurangnya dana untuk perawatan pada mesin-mesin yang rusak. Dengan rencana beroperasinya PLTU di Tanah Grogot memasok 2x7 MW, sesuai kontrak dengan PLN, pada pertengahan tahun 2009, tabel dapat ditampilkan sebagai berikut :
4.2.3 PerbandinganPeramalanKonsumsi Energi Antara Regresi Linier Berganda Dengan DKL 3.01 Dari hasil peramalan dengan metode DKL 3.0 diperoleh bahwa laju pertumbuhan rata-rata konsumsi energi dalam kurun waktu 10 tahun sebesar 22,99 % per tahun, sedangkan dengan metode regresi linier laju pertumbuhannya ratarata sebesar 19,5 % per tahun. Hasil perhitungan konsumsi energi dengan metode Regresi lebih rendah dari metode DKL. Proyeksi konsumsi Energi Listrik Antara Regresi Linier Berganda dan DKL 3.0 dapat dilihat pada gambar 4.3.
Tabel 4.5 Proyeksi Neraca Daya Kalimantan Timur
Gambar 4.3 Grafik Proyeksi Konsumsi Energi Listrik Antara Regresi Linier Berganda Dengan DKL 3.01
Tahun
Daya Terpasang (MW)
Daya Mampu (MW)
Beban Puncak (MW)
Daya yang Dibutuhkan (MW)
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
398 398 398 412 424 424 424 424 424 424 424 424 424
388.3 388.3 388.3 350.9 361.7 361.7 361.7 361.7 361.7 361.7 361.7 361.7 361.7
365.25 380.54 396.83 414.13 432.47 451.82 472.15 493.39 515.42 538.11 561.25 584.62 630.43
-26.95 -42.24 -58.53 -63.23 -70.77 8.88 -11.45 -32.69 -54.72 -77.41 -100.55 -123.92 -169.73
4.5 Analisa PLTU Tanah Grogot 4.5.1 Aspek Teknis Tata letak komponen PLTU Tanah Grogot 2x7 MW yaitu : 1 = Dermaga Batubara dan Penanganan Batubara 2 = Instalasai Pengolahan Air 3 = Boiler 4 = Turbin 5 = Generator 6 = Transformator 7 = Kondensor
4.3 Energi Produksi dan Beban Puncak Kalimantan Timur Dalam pembangunan pembangkit tenaga listrik yang direncanakan harus dapat memenuhi permintaan maksimum (beban puncak) dari suatu daerah. Beban puncak di suatu daerah dalam kurun waktu tertentu dapat menentukan nilai faktor beban (Load Factor) di daerah tersebut. Tabel 4.4 Pertumbuhan Energi Terjual (GWH), Energi Produksi (GWH), dan Beban Puncak (MW) Kalimantan Timur t
Konsumsi Energi ETt
Load Factor LFt
Energi Produksi EPTt
Peak Load PLt
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
1.428.84 1.497.40 1.572.52 1.655.05 1.745.96 1.846.32 1.957.41 2.080.65 2.217.69 2.370.41 2.540.97 2.731.86 2.945.92
0.51 0.51 0.51 0.52 0.52 0.53 0.54 0.55 0.56 0.57 0.59 0.61 0.61
1.623.50 1.701.39 1.786.75 1880.53 1.983.82 2.097.86 2.224.07 2.364.10 2.519.81 2.693.34 2.887.14 3.104.04 3.347.26
365.25 380.54 396.83 414.13 432.47 451.82 472.15 493.39 515.42 438.11 561.25 584.62 630.43
Tahun
Gambar 4.4 Tata Letak Komponen PLTU Adapun rencana tata letak komponen PLTU Tanah Grogot 2x7 MW terlihat pada gambar 4.4 sedangkan proses kerja atau siklus kerja dari PLTU Tanah Grogot 2x7 MW ini dapat dilihat pada Gambar 4.5 dimana proses kerja dari PLTU
7
Tanah Grogot dijelaskan secara lengkap dari proses penampungan batubara sampai terbangkitnya energi listrik yang disalurkan kepada konsumen tersebut.
pembangkit sebesar 0.85 dan semua energi tersebut terpakai sepanjang tahun. KWHoutput = Daya Terpasang x Faktor Kapasitas x 8760 = 14 x 0,85 x 8760 . = 89.352.000 kWh/tahun
4.6 Aspek Ekonomi Biaya total pembangkitan energi listrik merupakan penjumlahan dari biaya modal, biaya bahan bakar serta biaya operasi dan perawatan. Karenanya dalam perhitungan biaya pembangkitan energi listrik, harus dihitung satu persatu dari ketiga biaya diatas. Perencanaan pembangunan PLTU Tanah Grogot dengan bahan bakar batubara dengan kapasitas total 14 MW, diasumsikan dengan capacity factor / factor kapasitas 85 % dan memiliki life time / umur pembangkit 25 tahun. Dengan melakukan perhitungan maka didapatkan data seperti tabel di bawah ini Pengankutan dengan truk
Penimbunan abu
Jalan asap Abu Terbang bernilai ekonomis
Abu Batubara
ESP
Cerobong Asap
Udara
Elektrostatic Precipitator Jalan asap Tempat penampungan baturara
Penanganan Batubara
Boiler
Uap
Turbin Uap
Air Laut
Pengolahan air
Regenerasi Limbah
Konsumen
Generator Energi mekanik
Air pendingin
Kondensor
Energi Listrik Pengambilan Air (Intake)
Laut
Peralatan menara pendingin
Laut
Condensate Polishing Treatment
Regenerasi sistem pengolahan limbah Limbah domestik
Pengolahan limbah domestik Sebagian air hujan
Penggunaan kembali sistem air
Penyiraman penimbunan abu Penyiraman penampungan batubara
4.6.2.1 Net Present Value Metode Net Present Value (NPV) ini menghitung jumlah nilai sekarang dengan menggunakan Discount Rate tertentu dan kemudian membandingkannya dengan investasi awal (Initial Invesment). Selisihnya disebut NPV. Apabila NPV tersebut positif, maka usulan investasi tersebut diterima, dan apabila negatif ditolak. Untuk bunga 6% NPV yang didapatkan dari PLTU Tanah Grogot selama 25 tahun yaitu sebesar 25117,4 milyar sedangkan untuk suku bunga 9% NPV yang didapatkan sebesar 27288,1 milyar. Hal ini menunjukkan bahwa investasi dengan kedua suku bunga tersebut layak dilakukan.
Gambar 4.5 Diagram Proses kerja PLTU Tanah Grogot Tabel 4.6 Biaya Pembangkitan Energi Listrik PLTU Tanah Grogot Perhitungan Biaya Pembangkitan (US$/KW) Umur Operasi (Th) Kapasitas (KW) Biaya Bahan Bakar (US$/KWh) Biaya . O & M (cent$/kWh) Biaya Modal (US$/KWh) Total Cost (US$/KWh) Investasi (US$/kW)
Jumlah pendapatan pertahun/ cash in flow (CIF) dapat dihitung dari KWhoutput dan selisih Biaya Pokok Penyediaan (BPP) dengan biaya pembangkitan (BP) atau dengan kata lain keuntungan penjualan (KP). Pembangkit ini direncanakan akan dihubungkan dengan saluran tinggi distribusi 150 KV. Peraturan Menteri ESDM No. 269-12 Tahun 2008 tentang harga patokan penjualan listrik Pembangkit listrik tak terbarukan yang berlaku di seluruh daerah di Indonesia, maka biaya pokok penyediaan listrik tegangan tinggi untuk wilayah Kalimantan Timur sebesar Rp 1.965/kWh. Untuk suku bunga 6% keuntungan penjualan yang didapat sebesar Rp.1520/KWh dan Cash in Flow sebesar Rp 1358,2 milyar/tahun sedangkan untuk suku bunga 9% keuntungan penjualan yang didapat sebesar Rp.1517/KWh dan Cash In Flow yang didapatkan sebesar Rp.1355,6 milyar/tahun.
Suku Bunga 6% 9% 20.83 20.83 25 25 14000 14000 0,0377 0,0377 0.0058 0.0058 0.0010 0.0113 0.0445 0.0448 12 12
4.6.1 Analisa Harga Jual PLTU Tanah Grogot Harga jual listrik PLTU Tanah Grogot yaitu sebesar Rp.1745,20/kWh masih dapat dijangkau oleh penduduk Kalimantan Timur karena pengeluaran penduduk Kalimantan Timur yang dialokasikan untuk konsumsi listrik adalah sebesar Rp.1965/kWh. Hal ini menunjukkan bahwa daya beli listrik penduduk Kalimantan Timur masih diatas harga jual listrik PLTU Tanah Grogot.
4.6.2.2 Return On Investment Return On Investment adalah kemampuan pembangkit untuk mengembalikan dana investasi dalam menghasilan tingkat keuntungan yang digunakan untuk menutup investasi yang dikeluarkan. Dengan mengolah data-data yang telah diketahui maka didapatkan ROI PLTU Tanah Grogot untuk suku bunga 6% naik sekitar 53% pertahun sedangkan untuk jangka waktu 25 tahun pembangkit beroperasi nilai ROI sebesar 3104%, sedangkan untuk suku bunga 9% kenaikan pertahun sebesar 46% dan nilai ROI untuk jangka waktu 25 tahun pembangkit beroperasi sebesar 3386%.
4.6.2 Analisa Kelayakan Investasi Untuk menghitung semua variabel dalam analisa ekonomi, terlebih dahulu dihitung total energi output PLTU Tanah Grogot dalam 1 tahun. Diasumsikan factor kapasitas (CF)
8
peningkatan PDRB. Hal ini berujung pada kenaikan IPM dan reduksi shortfall.
4.6.2.3 Benefit-Cost Ratio (BCR) Benefit-Cost Ratio adalah rasio perbandingan antara pemasukan total sepanjang waktu operasi pembangkit dengan biaya investasi awal. Dengan mengolah data-data yang telah diketahui maka didapatkan BCR PLTU Tanah Grogot untuk suku bunga 6% mengalami kenaikan sekitar 11% tiap tahunnya dan nilai BCR setelah pembangkit beroperasi selama 25 tahun sebesar 1358% sedangkan untuk suku bunga 9% BCR mengalami kenaikan sebesar 11% tiap tahunnya dan nilai BCR setelah pembangkit beroperasi selama 25 tahun yaitu sebesar 1355%.
4.8 Aspek Lingkungan Prakiraan dampak penting dalam pembangunan PLTU Tanah Grogot ini. Upaya pemantauan lingkungan untuk kegiatan pembangunan PLTU ini prakiraan dampak yang terjadi akan ditinjau dalam 4 (empat) tahapan: 1. Tahap Persiapan 2. Tahap Konstruksi 3. Tahap Operasional 4. Tahap Pasca Operasi Pengelompokan yang baik dan benar dengan memperhatikan perubahan lingkungan dan sumber dampak yang terjadi, akan dapat merendam dan menekan dampak negatif yang mungkin terjadi bahkan mungkin dapat merubah berbalik menjadi positif. Secara umum Upaya Pengelolaan Lingkungan ini adalah pengelolaan rencana kegiatan yang akan membuat pengaruh (dampak) terhadap lingkungan, mulai dari tahap kegiatan persiapan, konstruksi dan pasca konstruksi sehingga dampak yang terjadi dapat ditekan seminimal mungkin. PLTU Tanah Grogot yang berbahan bakar batubara dihadapkan suatu mekanisme CDM (Clean Development Mechanism) dimana PLTU merupakan salah satu penyumbang emisi CO2 yang paling besar maka PLTU Tanah Grogot setelah melaui perhitungan data-data yang diketahui diwajibkan membayar carbon tax sebesar 1,4 cent/MWh. Keputusan ini diambil berdasarkan konferensi ”Kyoto Protocol”
4.6.2.4 Payback Periode Payback Periode adalah lama waktu yang dibutuhkan agar nilai investasi yang diinvestasikan dapat kembali dengan utuh. Setelah mengolah data-data yang diketahui maka lama waktu Payback Periode dengan suku bunga 6% adalah 1 tahun dan dengan suku bunga 9% adalah 1 tahun. 4.6.2.5 Analisa perhitungan BPP setelah pembangunan PLTU Perhitungan biaya pokok penyediaan tenaga listrik (BPP) setelah pengoperasian PLTU Tanah Grogot 14 MW ini diharapkan mengalami penurunan harga dimana saat ini BPP untuk tingkat Tegangan Tinggi (TT) wilayah sistem Kalimantan Timur sekitar Rp 1965/kWh. Maka setelah mengolah data-data yang diketahui setelah pengoperasian PLTU Tanah Grogot terdapat suatu penurunan biaya pokok penyediaan tenaga listrik untuk wilayah Kalimantan Timur sebesar Rp.1745,20/kWh. 4.7 Aspek Sosial Propinsi Kalimantan Timur berada pada posisi ke-2 tingkat IPM dari 33 propinsi yang ada di Indonesia. Nilai IPMnya sebesar 74,5% dan reduksi Shorfallnya sebesar 1,92. Nilai IPM Kalimantan Timur lebih besar dari nilai IPM Indonesia. IPM dan Shortfall dipengaruhi oleh 3 index, yaitu index angka harapan hidup, angka melek huruf dan index pendapatan sektor riil yang telah disesuaikan. Pembangunan dan pengoperasian PLTU Tanah Grogot dapat menambah pasokan listrik Kalimantan Timur. Hal ini menyebabkan pemadaman bergilir dapat terhindarkan sehingga pekerjaan penduduk Kalimantan Timur dapat menggunakan energi listrik dengan tenang, siswa-siswi dapat belajar dengan tenang pada malam hari, proses penerimaan informasi kesehatan , makanan bergizi dan sebagainya melalui alat elektronik dapat terjadi, Industri bekerja tanpa gangguan pemadaman sehingga terjadi peningkatan kesejahteraan penduduk dan
Gambar 4 .6 Grafik Emisi Gas dari Bermacam-macam Pembangkit 4.9 Rencana Pengembangan ketenagalistrikan Untuk menghadapi kondisi sistem kelistrikan yang sedemikian rupa, maka perlu diterapkanlah strategi pengoperasian sistem agar dapat memenuhi kualitas pasokan sekalipun dalam kondisi yang kurang baik. Strategi operasi sistem Kalimantan Timur didasarkan atas rencana kerja, karaktersitik sistem dan daerah kritisnya, karakteristik pembangkitan dan pendukung sistem interkoneksinya, rencana pemeliharaan tahunan setiap unit pembangkit dan neraca energi. Berdasarkan dasar tersebut dibuatlah beberapa strategi operasi, Strategi itu berupa strategi pembebanan pembangkit dan strategi pengaturan tegangan.
9
5. PENUTUP 5.1 KESIMPULAN Dari hasil pembahasan dan analisa, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : 1. Pada tahun 2008 beban puncak Kalimantan Timur adalah sebesar 365 MW dengan beban dasar sekitar 270 MW yang di suplai oleh PLTU dan PLTGU. Sedangkan pada waktu beban puncak antara pukul 18.0023.00 di suplai dengan PLTD sebagai pemenuh pada saat kondisi beban puncak. 2. Bahwa total pemakaian batubara PLTU Tanah Grogot 2x7 MW ini sebesar 0,2 % dari total batubara yg terdapat di Kalimantan Timur, maka PLTU Tanah Grogot tidak akan mengalami kesulitan dalam hal penyediaan batubara selama proses operasinya. 3. Dengan Pembangunan PLTU Tanah Grogot yang memiliki kapasitas 14 MW dengan faktor kapasitas 0,85, maka kelistrikan Kalimantan tidak akan mengalami defisit kembali pada awal tahun 2015. Dengan begitu akan menggantikan PLTD yang selama ini eksis di Kalimantan Timur. 4. Dampak Lingkungan yang dihasilkan oleh PLTU dapat diminimalisasi dengan penggunaan Electric Precipitator dimana selain dapat meningkatkan efisiensi pembangkit juga dapat mengurangi emisi gas yang ditimbulkan. 5. Biaya Pembangkitan Pokok PLTU Tanah Grogot untuk suku bunga 6% dan 9% sebesar Rp.445/kWh dan Rp.448/kWh, sedangkan kemampuan daya beli masyarakat sebesar Rp 624/kWh hal ini menunjukkan bahwa harga jual listrik PLTU Tanah Grogot masih terjangkau. 6. PLTU Tanah Grogot 14 MW dengan biaya investasi US$ 12 juta layak untuk diinvestasikan dengan suku bunga 6% karena nilai IRR lebih besar dari biaya modal. Lama waktu agar investasi dapat kembali untuk PLTU Tanah Grogot dengan suku bunga 6% dan 9% adalah selama 1 tahun. Dan biaya pokok penyediaan listrik sebelum pengoperasian PLTU Tanah Grogot 14 MW sebesar Rp.1841,01/kWh, dan setelah pengoperasian PLTU Tanah Grogot 14 MW turun menjadi Rp.1745,20/kWh atau trun sekitar 5,2%.
2.
tergantungnya masyarakat terhadap PLTD. Hal ini tidak diikuti dengan berkembangnya pembangkit, dimana efisiensi pembangkit yang sudah tua akan semakin kecil, sehingga daya mampunya semakin lama semakin turun. PLN wilayah Kalimantan Timur harus lebih sering mensosialisasikan program DSM (Demand Side Management) yaitu dengan cara penghematan energi pada jamjam beban puncak. Segera dibangun pembangkit baru lagi dengan kapasitas yang lebih besar, karena sumber daya energi baru terbarukan melimpah ruah dan untuk perkembangan kebutuhan listrik yang selalu meningkat yang harus diikuti dengan penambahan pembangkit baru. Memberikan peluang atau penawaran kepada perusahaan swasta nasional maupun Internasional untuk membangun pembangkit tenaga listrik.
DAFTAR PUSTAKA [1]. Abdul Kadir, Ir,Energi Sumber Daya, Inovasi, Tenaga Listrik dan Potensi Ekonomi Edisi Kedua, Universitas Indonesia, 1995. [2]. Badan Pusat Statistik, Kalimantan Timur Dalam Angka 2009. [3]. Badan Pusat Statistik, Kabupaten Paser Dalam Angka 2009. [4]. Badan Pusat Statistik, Kecamatan Tanah Grogot Dalam Angka 2008. [5]. Direktur Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2007 Tentang Energi, Sosialisasi Undang-Undang Tentang Energi, Surabaya, 14 Oktober 2008. [6]. Departemen ESDM, RUKN 2006-2026, Jakarta 2007. [7]. Djiteng Marsudi, Pembangkitan Energi Listrik. Erlangga. 2005. [8]. Djiteng Marsudi, Operasi Sistem Tenaga Listrik. Graha Ilmu. [9]. Djoko Santoso, , Dikat Kuliah Pembangkit Tenaga Listrik, ITS, Surabaya, 2003. [10]. Purnomo Yusgiantoro Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Upaya pengembangan Energi Alternatif, Pertemuan untuk Peningkatan Pemanfaatan Energi Alternatif, Jakarta, 2 Juni 2008. [11]. PT PLN (PERSERO) Wilayah Kalimantan Timur. [12]. PT PLN, Revisi RUPTL 2008-2018, Jakarta 2008. [13]. Peraturan Menteri ESDM No. 26912/26/600.3/2008 tentang Biaya Pokok
5.2 SARAN Berkaitan dengan pembahasan Tugas Akhir ini ada beberapa saran yang perlu diperhatikan yaitu : 1. Seringnya terjadi pemadaman di berbagai wilayah Kalimantan Timur oleh PLN, karena konsumsi energi listrik yang semakin banyak oleh konsumen dan masih
10
[14]. [15]. [16].
[17]. [18].
[19].
Penyediaan (BPP) Listrik Propinsi di Indonesia. Syariffuddin Mahmudsyah, Listrik Dan IPM Indonesia 2008. ..................”Statistik PLN 2008”, PT PLN (Persero) …………..,”Human Development Index”, UNDP (United Nation Development Program), Human Development Index, 2007, 2008 ...................”CCBF O&M Costs”, (www.maca.gov.nt.ca) ..................“Databeban”,(http://www.d jlpe.esdm.go.id/modules/kelistrikan/ index.php?pageID=4) ..................”Profil Daerah Kalimantan Timur”,(http://regionalinvestment.com /sipid/id/saranaairlistrikgas.php?ia=73 &is=53
RIWAYAT HIDUP Puguh Dwi Prasetyo, lahir di Nganjuk Jawa Timur, pada tangagal 8 Maret 1984. Penulis telah menempuh pendidikan formal yaitu di SDN Payaman I Nganjuk, SLTPN 3 Nganjuk dan SMU Negeri I Nganjuk penulis melanjutkan studi ke jenjang strata 1 (S1) di Jurusan Teknik Elektro-ITS Surabaya, Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga.
11