Strategi Volume 6, No. 10, April 2016
ISSN : 2089-6948
PENGARUH NISBAH BAGI HASIL, HI-1000, DAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH TERHADAP JUMLAH TABUNGAN PADA PT BANK MUAMALAT INDONESIA TBK CABANG PALEMBANG Rustam Effendi *) Yessy Oktariani**) Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Tridinanti Palembang,Bank Muamalat Indonesia Tbk Palembang Jl. Kapten Marzuki No.2446 Kamboja Palembang Telp. 0711-372164-360717, Fax. 0711-360725 Wab site : www/mm-utp.com ; E-mail :
[email protected]
Abstrak The objective of the study was to know the influence of Profit saving, Hi-1000, and Mudharabah financing to the total savings at PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk Palembang Branch. The population of the study was taken from the data of finance report. The result of the study showed that there was influence from Profit saving, Hi-1000 and Mudharabah financing to the total of savings at PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk Palembang Branch in the multiple regression analysis. With the regression model: Ŷ = 2.041 + (-0.37) X1 + (-0.411) X2 + 0.949 X3. In the partial correlation there was no significant influence from profit saving to the total of savings in PT bank muamalat indonesia, Tbk Palembang Branch. The result of correlation Profit saving variable was 0.303, Hi-1000 was 0.471 and mudharabah financing was 0.951. The determination coefficient R square Profit saving variable was 9.2%, Hi-1000 22% and Mudharabah financing 89.6%. The implementation was profit saving, Hi-1000 and mudharabah financing had influence to the total of savings. The profit saving showed low correlation to the total of financing. Hi-1000 showed low correlation to the total of savings. Mudharabah financing showed high correlation to the total of savings. Kata Kunci : Pengaruh Nisbah, Pembiayaan Mudharabah
PENDAHULUAN
Dalam menjalankan peranannya ditengahtengah sistem perbankan nasional, Bank Muamalat berdasarkan kepada UU Perbankan No.7 tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah RI No.72 tahun 1992 tentang Bank berdasarkan prinsip Bagi Hasil yang kemudian dijabarkan dalam S.E. BI No.25/4/BPPP tanggal 29 Februari 1993. Dalam kenyataannya praktik sistem Bank Islam ini masih baru adalah wajar bila kurang dimengerti dan dipandang dengan penuh keingintahuan dan keraguan. Namun demikian, Bank Muamalat telah menawarkan hampir semua jenis produk dan pelayanan perbankan, baik berupa produk Funding (Giro, Tabungan, Deposito), pembiayaan dan jasa-jasa lain seperti yang dapat diberikan oleh Bank Umum. Sistem ekonomi syariah semakin hari perkembangannya semakin dikenal di masyarakat. Tak hanya untuk kalangan Islam semata, tetapi juga bagi mereka yang nonmuslim. Ini ditandai dengan makin banyaknya nasabah-nasabah pada bank yang menerapkan konsep syariah. Melihat perkembangan itu, tidak tertutup kemungkinan pada masa mendatang seluruh aspek perekonomian akan berbasiskan syariah. Ini menunjukkan nilai-nilai Islam dapat diterima di berbagai kalangan karena sifatnya yang universal, tidak eksklusif dan tentu saja memiliki output yang kompetitif dengan perbankan
A. Latar Belakang. Di Indonesia, bank syariah pertama baru lahir tahun 1991 dan beroperasi secara resmi tahun 1992. Salah satu tonggak perkembangan perbankan Islam adalah didirikannya Islamic Development Bank (IDB atau Bank Pembangunan Islam) pada tahun 1975, yang berpusat di Jeddah. Bank pembangunan yang menyerupai Bank Dunia (World Bank) dan Bank Pembangunan Asia (Asia Development Bank, ADB) ini dibentuk oleh Organisasi Konferensi Islam (OKI) yang anggota-anggotanya adalah negara-negara Islam, termasuk Indonesia. Perbankan syariah lahir dari rahim MUI yang secara formal ditandai dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI). PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk didirikan pada tahun 1991. Bank Muamalat Indonesia sebagai bank syariah pertama boleh dikatakan sebagai anak emas dari hasil kerja keras Tim Perbankan, yang dibentuk MUI. Salah satu misi Bank Muamalat adalah ikut berperan dalam pembangunan ekonomi nasional, terutama melalui peningkatan peranan pengusaha muslim dan bertekad untuk bertindak sebagai katalisator dalam mengembangkan Lembaga-Lembaga Keuangan Syariah.
20
Strategi Volume 6, No. 10, April 2016
ISSN : 2089-6948
konvensional. Satu persamaan antara bank syariah dan bank konvensional adalah kedua-duanya berusaha mencari keuntungan yang sebesarbesarnya. Tentu saja dengan tujuan tersebut, bank syariah dituntut untuk berkembang dan menjadi lembaga finansial yang bonafid dan profesional. Bagi keuntungan / bagi hasil merupakan ciri utama bagi lembaga keuangan tanpa bunga / Bank Islam. Dinamakan lembaga keuangan bagi hasil oleh karena sesungguhnya lembaga ini memperoleh keuntungan dari apa yang dihasilkan dari upayanya mengelola dana pihak ketiga. Nisbah bagi hasil merupakan faktor penting dalam menentukan bagi hasil di bank syariah. Sebab aspek nisbah merupakan aspek yang disepakati bersama antara kedua belah pihak yang melakukan transaksi. Penetapan nilai bagi hasil di Bank Muamalat dilakukan dengan terlebih dahulu menghitung Hi1000 (baca: Ha-i-seribu), yakni angka yang menunjukkan hasil investasi yang diperoleh dari penyaluran setiap Rp. 1.000 dana nasabah. (www.muamalatbank.com). Pada perbankan syariah khususnya Bank Muamalat, kita bisa mengubah kesepakatan nisbah sepanjang kedua belah pihak setuju. Sesuai kebijaksanaan dan ketentuan Perusahaan, Nasabah yang memiliki simpanan di atas Rp 100 juta bisa mendapatkan special nisbah. Secara tidak langsung dengan adanya pembagian nisbah yang baik dan saling menguntungkan antara nasabah dengan bank diduga dapat memberikan penambahan jumlah tabungan terhadap perbankan syariah. Karena kemungkinan kepercayaan nasabah terhadap bank bisa menjadi lebih besar dan mereka tetap membiarkan uang mereka dikelola oleh bank syariah seperti Bank Muamalat. Sehingga bank syariah dapat mengelola dana tersebut untuk membantu para nasabah yang membutuhkan dana dalam melakukan usaha, dengan adanya pembagian keuntungan usaha tersebut diduga dapat menambah asset pada bank syariah.
dana. Apabila bank syariah tidak mampu menyalurkan pembiayaannya, sementara dana yang terhimpun dari shahibul maal (dana pihak ke tiga) terus bertambah, maka akan terdapat banyak dana idle (menganggur),yang dapat berpengaruh terhadap pendapatan margin bagi hasil. Hal ini pula yang akan menyebabkan penurunan dana pihak ke tiga (DPK) pada Bank Syariah. Adapun pengertian pembiayaan menurut berbagai litertur yang ada sebagai berikut, Menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1998 Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang di biayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Nuryanto (2003) dalam penelitiannya menyatakan bahwa “Dengan kalkulasi keuangan pembiayaan mudharabah tidak ada yang dirugikan antara debitur dan pihak bank, yang mana pihak bank dan debitur sama-sama mendapatkan keuntungan sesuai dengan porsi yang telah disepakati bersama.” Pada akhir 2010, Pembiayaan Mudharabah tercatat sebesar Rp 1.410,63 miliar, tumbuh bila dibandingkan dengan pencapaian tahun 2009 yang tercatat sebesar Rp 1.398,86 miliar sedangkan tabungan pada akhir 2010 berjumlah Rp 5.258,47 miliar meningkat 17,06% dibandingkan dengan periode 2009 sebesar Rp. 4.492,19. Hal ini jelas terlihat bila jumlah tabungan meningkat secara tidak langsung berpengaruh terhadap pembiayaanMmudharabah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan membuktikan:
Pembiayaan memiliki peranan penting dalam mengelola dana Tabungan dan Deposito, karena pembiayaan merupakan bagian terbesar dari pendapatan bank dan tentunya pula berpengaruh terhadap bagi hasil yang diterima nasabah pemilik
2. Pengaruh Nisbah Bagi Hasil terhadap Jumlah
1. Pengaruh Nisbah Bagi Hasil, Hi-1000, dan Pembiayaan mudharabah secara bersama-sama terhadap Jumlah Tabungan pada PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk cabang Palembang Tabungan pada PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk cabang Palembang.
21
Strategi Volume 6, No. 10, April 2016
ISSN : 2089-6948
dapat dilakukan dalam empat akad utama, yaitu almusyarakah, al-mudharabah, al-muzaraáh dan almusaqah. Prinsip yang paling banyak dipakai adalah al- musyarakah dan al-mudharabah, sedangkan almuzaraáh dan al-musaqaah dipergunakan khusus untuk plantation financing atau pembiayaan pertanian oleh beberapa bank islam. Pada distribusi bagi hasilnya, pembagian keuntungan bank syariah kepada nasabah simpanan berdasarkan nisbah yang disepakati setiap bulannya. Bagi hasil yang diperoleh tergantung jumlah dan jangka waktu simpanan serta pendapatan bank pada periode tersebut. Besarnya bagi hasil dihitung berdasarkan pendapatan bank (revenue) sehingga nasabah pasti memperoleh bagi hasil dan tidak kehilangan pokok simpanannya. (https://mhp.muamalatbank.com) Dalam bank syariah, konsep bagi hasil (IBI, 2003:265) adalah sebagai berikut: (Wiyono, Slamet, 2005:59) a. Pemilik dana menginvestasikan dananya melalui lembaga keuangan bank yang bertindak sebagai pengelola dana. b. Pengelola/bank syariah mengelola dana tersebut di atas dalam sistem pool of fund, selanjutnya bank akan menginvestasikan dana tersebut ke dalam proyek/usaha yang layak dan menguntungkan serta memenuhi aspek syariah. c. Kedua belah pihak menandatangani akad yang berisi ruang lingkup kerja sama, nominal, nisbah dan jangka waktu berlakunya kesepakatan tersebut.
3. Pengaruh Hi-1000 Terhadap Jumlah Tabungan pada PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk cabang Palembang.
4. Pengaruh Pembiayaan Mudharabah Terhadap Jumlah Tabungan pada PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk cabang Palembang.
LANDASAN TEORI Tabungan Menurut Undang-undang perbankan No. 10 tahun 1998 tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syaratsyarat tertentu yang telah disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu. (Kasmir, SE., MM : 2002:84). Menurut Syafií Antonio (2001:155) dalam bukunya : “Bank Syariah dari teori ke Praktik”, tabungan mudharabah adalah tabungan yang menerapkan akad mudharabah, diantaranya adalah keuntungan dari dana yang digunakan harus dibagi antara nasabah (shahibul maal) dan bank (mudharib) dan adanya tenggang waktu antara dana yang diberikan dan pembagian keuntungan, karena untuk melakukan investasi dengan memutarkan dana itu diperlukan waktu yang cukup Nisbah Bagi Hasil Profit sharing dalam kamus ekonomi diartikan pembagian laba. Secara definisi profit sharing diartikan distribusi beberapa bagian dari laba pada para pegawai dari suatu perusahaan (Muhammad:18). Bagi Hasil atau disebut juga dengan nisbah merupakan kesepakatan besarnya masing-masing porsi bagi hasil yang akan diterima oleh pemilik dana (shahibul maal) dan pengelola dana (mudharib) yang tertuang dalam akad atau perjanjian yang telah ditandatangani pada awal sebelum dilaksanakannya kerja sama. Nisbah (ratio) adalah porsi/bagian yang menjadi hak masingmasing pihak pada proses distribusi bagi hasil antara nasabah dan bank. Menurut Syafií Antonio (2001:91) Secara umum, prinsip bagi hasil dalam perbankan syariah
Hi-1000 Merupakan sistem perhitungan bagi hasil pada tabungan Muamalat di Bank Muamalat Indonesia dan sejauh mana perkembangan atau peningkatan tabungan syariah di Bank Muamalat cabang Palembang. Hi-1000 Adalah Penetapan bagi hasil di Bank Muamalat dilakukan dengan lebih dahulu menghitung Hi-1000, yakni angka yang menunjukkan hasil investasi yang diperoleh dari penyaluran setiap seribu rupiah dana yang diinvestasikan oleh bank. Disini terlihat bahwa dalam Bank Syariah terdapat sistem yang adil, sedangkan bank konvensional belum terdapat prinsip keadilan.
22
Strategi Volume 6, No. 10, April 2016
ISSN : 2089-6948
Dalam Sistem tabungan syariah tingkat keuntungan yang diperoleh nasabah akan mengalami peningkatan dan penurunan tergantung kepada Hi1000 nya. Secara umum hal tersebut dirumuskan sebagai berikut:
2. Diduga terdapat pengaruh Nisbah Bagi Hasil terhadap Jumlah Tabungan pada PT. Bank Muamalat Indonesia (Tbk) cabang Palembang. 3. Diduga terdapat pengaruh Hi-1000 terhadap Jumlah Tabungan pada PT. Bank Muamalat Indonesia (Tbk) cabang Palembang. 4. Diduga terdapat pengaruh Pembiayaan Mudharabah terhadap Jumlah Tabungan pada PT. Bank Muamalat Indonesia (Tbk) cabang Palembang.
Pembiayaan Mudharabah Dalam fiqih Islam mudharabah merupakan salah satu bentuk kerjasama antara rab al-mal (investor) dengan seorang pihak kedua (mudharib) yang berfungsi sebagai pengelola dalam berdagang. Istilah mudharabah oleh ulama fiqh Hijaz menyebutkan dengan Qiradh. Mudharabah berasal dari kata dharb, berarti memukul atau berjalan. Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah proses seseorang memukul kakinya dalam menjalankan usaha (Muhammad Syafi'i antoni,hal. 95, 1985) Hal-hal pokok yang terdapat dalam mudharabah yaitu: adanya pemilik modal (bank), adanya orang yang punya kapabiliti untuk usaha dan butuh modal, adanya kerja sama / kesepakatan untuk usaha mencari keuntungan, keuntungan dibagi pada pihak sesuai perjanjian, pemilik dana (bank) menanggung kerugian yang tidak disebabkan oleh pengelola, asalkan modal pokok tidak berkurang. Pembiayaan mudharabah ini biasanya diterapkan dalam dua hal yaitu: a. Pembiayaan modal kerja, seperti modal kerja perdagangan dan jasa. b. Investasi khusus
Kerangka Fikiran
Desain Penelitian Penelitian ini untuk mengetahui dan membuktikan hubungan variabel Nisbah bagi hasil (X1), Hi-1000 (X2), dan Pembiayaan Mudharabah (X3) terhadap variabel dependen Tabunga (Y) baik secara simultan maupun parsial. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah menggunakan sumber data sekunder yaitu data penelitian diperolehnya dari surat permintaan resmi kepada Bank terkait, catatan-catatan atau dokumen-dokumen ataupun literatur-literatur mengenai Nisbah Bagi Hasil, Hi-1000, Pembiayaan Mudharabah dan Jumlah Tabungan yang berasal dari PT. Bank Muamalat Indonesia (Tbk). Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah data Laporan Keuangan sejak 2007 sampai 2015 di PT. Bank Muamalat Indonesia (Tbk) cabang Palembang. Sampel dalam penelitian ini adalah Laporan Keuangan sebanyak 3 tahun dihitung dalam 30 bulan (Oktober 2012 s/d Maret 2015) yang telah di audit oleh akuntan publik.
Hipotesis 1. Diduga terdapat pengaruh Nisbah Bagi Hasil, Hi1000 dan Pembiayaan Mudharabah secara bersama-sama terhadap Jumlah Tabungan pada PT. Bank Muamalat Indonesia (Tbk) cabang Palembang.
23
Strategi Volume 6, No. 10, April 2016
ISSN : 2089-6948
Teknik Sampling Tabel 1.
Sampling dalam penelitian ini menggunakan purfosive sampling. Purfosive sampling dengan cara menyengaja untuk mengambil sampel laporan keuangan selama tiga tahun terakhir. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian merupakan alat pengumpulan data yang dalam penelitian ini dilakukan melalui studi dokumentasi. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari perusahaan PT. Bank Muamalat Indonesia (Tbk) cabang Palembang berupa data-data perbankan tahun 2012 sampai dengan tahun 2015. Data diperoleh dari PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk Cabang Palembang.
Pengaruh Nisbah Bagi Hasil (X1), Hi-1000 (X2) dan Pembiayaan Mudharabah (X3) terhadap Jumlah Tabungan (Y)
Pengaruh Nisbah Bagi Hasil (X1) terhadap Jumlah Tabungan (Y) Berdasarkan tabel 4 diatas dimana nilai t hitung variabel Nisbah Bagi Hasil adalah -0.240 terlihat bahwa nilai sig t sebesar 0,812 yang berarti artinya nilainya diatas α sebesar 5% (α = 0,05) yang berarti H0 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh Nisbah Bagi Hasil secara parsial terhadap Jumlah Tabungan PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk cabang Palembang, tetapi pengaruhnya secara parsial tidak signifikan.
Teknik Analisis Data Analisis dilakukan dengan menggunakan program komputer Statistical Package For Social Sciencess ( SPSS ) For Windows ver. 17,0. Hasil perhitungan statistik disajikan dalam bentuk deskriptif untuk memaparkan deskripsi data dengan menggunakan analisis inferensial untuk mengetahui hubungan dan pengaruh antar variabel penelitian
Pengaruh Hi-1000 (X1) terhadap Jumlah Tabungan (Y) Berdasarkan tabel diatas dimana nilai t hitung variabel Nilai Hi-1000 adalah -0.659 terlihat bahwa nilai sig t sebesar 0,515 yang berarti artinya nilainya diatas α sebesar 5% (α = 0,05) yang berarti H0 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak pengaruh Hi-1000 secara parsial terhadap Jumlah Tabungan PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk cabang Palembang tetapi pengaruhnya secara parsial tidak signifikan.
HASIL PENELITIAN Pengaruh Nisbah Bagi hasil (X1), Hi-1000 (X2), dan Pembiayaan Mudharabah (X3) Terhadap jumlah Tabungan (Y) secara besama-sama. Pengaruh Nisbah Bagi hasil (X1), Hi-1000 (X2), dan Pembiayaan Mudharabah (X3) terhadap jumlah Tabungan (Y), dilihat dari F hitung sebesar 84,129 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 artinya nilainya masih dibawah α sebesar 5% (α = 0,05) yang berarti H0 ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh Nilai Bagi Hasil, Hi-1000 dan Pembiayaan Mudharabah secara bersama-sama terhadap Jumlah Tabungan PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk cabang Palembang.
Pengaruh Pembiayaan Mudharabah (X1) terhadap Jumlah Tabungan (Y) Berdasarkan data pada tabel diatas dimana nilai t hitung variabel Nilai Bagi Hasil adalah 12.519
24
Strategi Volume 6, No. 10, April 2016
ISSN : 2089-6948
terlihat bahwa nilai sig t sebesar 0,000 yang berarti artinya nilainya diatas α sebesar 5% (α = 0,05) yang berarti H0 ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh Pembiayaan Mudharabah secara parsial terhadap Jumlah Tabungan PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk cabang Palembang.
Kasmir, 2000, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta, Raja Grafindo Persada Muhammad, 2001, Teknik Perhitungan Bagi Hasil di Bank Syariah, Yogyakarta, UII Press M. Syafi’I Antonio, 1999, Bank Syariah : Suatu Pengenalan Umum, Jakarta, Bank Indonesia dan Tazkia Institute
KESIMPULAN PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk, 2007 – 2013, Annual Report – Laporan Tahunan, Jakarta
Berdasarkan analisis data dan pengujian hipotesis terhadap Pengaruh Nisbah Bagi Hasil, Hi1000 dan Pembiayaan Mudharabah terhadap Jumlah Tabungan PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk cabang Palembang, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut :
S Munawir, Analisis Laporan Keuangan, Edisi 4, Yogyakarta, 1995, PT. Liberty Singgih Santoso, dan Fandi Tjiptono, 2001, Riset Pemasaran, Konsep dan Aplikasi dengan SPSS, Jakarta, Elek Media Komputindo
1. Terdapat pengaruh Nisbah Bagi Hasil, Hi-1000 dan Pembiayaan Mudharabah secara bersamasama terhadap Jumlah Tabungan PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk cabang Palembang.
ST Suharyanti, 2010, Analisis Pengaruh Nisbah Bagi Hasil, Inflasi, Pendapatan Nasional/PDB, SWBI Terhadap Tabungan Mudharabah pada Perbankan Syariah Indonesia, Jakarta
2. Secara Parsial tidak terdapat pengaruh yang signifikan Nisbah Bagi Hasil terhadap Jumlah Tabungan PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk cabang Palembang.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 tahun 1992, Tentang Perbankan, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998, Jakarta
3. Secara Parsial tidak terdapat pengaruh yang signifikan Hi-1000 terhadap Jumlah Tabungan PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk cabang Palembang
Zainal, 2006, “ Pengaruh Tingkat Nisbah, Ekuivalen Rate, Bunga Bank Konvensional terhadap Jumlah Tabungan dan Deposito Bank Syariah Di Kota Palembang”, Palembang www.muamalatbank.co.id
4. Secara Parsial terdapat pengaruh yang signifikan Pembiayaan Mudharabah terhadap Jumlah Tabungan PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk cabang Palembang.
DAFTAR PUSTAKA Abu
Bakar Siddiq (2009), Pengaruh Jumlah Pendapatan, Penyaluran, Tabungan, Nisbah dan BI Rate terhadap Tingkat imbal Bagi Hasil Nasabah dengan Skim Mudharabah, Palembang
Antonio, Muhammad Syafi’I, 2001, Bank Syariah : Dari Teori ke Praktik, Jakarta, Penerbit, Gema Insani
25