JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 2, April 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
ANALISIS PENGENDALIAN PENYAKIT DBD SESUAI PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI KECAMATAN TEMBALANG
Feby Rahmawati, Ayun Sriatmi, Sutopo Patria Jati Bagian Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Email:
[email protected] Abstrac: Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is still one of the major public health problem in Indonesia. The development of this disease from tends to increase every year, both from the number of cases or the distribution area. Outbreaks of dengue fever also occurs in the city of Semarang, extraordinary events (KLB) DBD The Semarang occurred in the year 2010 reached 5,556 cases. This makes the government of Semarang issued a local regulation No. 5 of 2010 on Control of Dengue Fever in the context of prevention of Extraordinary Events (KLB) DBD City Semarang.Tujuan of this study was to conduct analysis of dengue control implementation according Semarang City Regulation No. 5 year 2010 on the control of dengue hemorrhagic fever in the district Tembalang. This type of research is research exploratory research with qualitative approach. The data collection is done by in-depth interviews using interview guide. Informants research that includes Chief Kedungmundu PHC, PHC Chief Rowosari, business Dengue Control Program Kedungmundu Health Center and Health Center Program Management Control DBD Rowosari. Head of P2P Sector Semarang City Health Office, District Tembalang Head, Head Village Tembalang, Bulusan village headman, village headman Sendangmulyo and Village headman Sendangguwo. The results showed that the implementation Control of Dengue fever in accordance Regional Regulation of Semarang Semarang No. 5 of 2010 on Control of Dengue are still not running well because in terms of communication still lack the socialization of the regulation to the executive officer and the community and in the disposition is still a lack of willingness officer implementers to learn about these regulations. As for the terms of the resources and SOP also not completely worked well because of the lack of understanding regarding the executive officer of the regulation. City Health Office to intensify again over the socialization of the study showed that of Regional Regulation of Semarang Semarang No. 5 of 2010 on Control of dengue. Keywords PENDAHULUAN Latar Belakang
: Implementation, Dengue Fever, Policy
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang masih
10
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 2, April 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
menjadi masalah kesehatan masyarakat di
wilayah
Asia
Penyakit
Demam
Berdarah
Tenggara.Terdapat
Dengue merupakan salah satu penyakit
peningkatan besar-besaran frekuensi dan
yang jumlah kasus dan penyebarannya
jumlah kejadian luar biasa. Secara umum
cenderung
2,5 sampai 3 milyar orang beresiko
dapat menimbulkan Kejadian Luar Biasa
terserang
%
(KLB) dan kematian. Hingga saat ini
anak-anak
penyakit DBD belum ada obat yang dapat
dibawah umur 15 tahun. Rata-rata angka
membunuh virus Dengue atau vaksin
kematian
demam berdarah.2
penyakit
diantaranya
DBD,
menyerang
(Case
Fatality
90
Rate/CFR)
meningkat
cepat
sehingga
mencapai 5 %, secara epidemis hal ini
Di Indonesia salah satu provinsi
bersifat siklus (terulang pada jangka waktu
yang dapat dikatakan sebagai endemis
tertentu).1Demam
penyakit
Berdarah
Dengue
DBD
yaitu
Provinsi
muncul pertama kali pada tahun 1953 di
Tengah.Berdasarkan
Filiphina dan selanjutnya mulai menyebar
Provinsi Jawa Tengah Angka Kesakitan
ke banyak negara yang tercakup di
(Incidance Rate/IR) DBD Di Indonesia
wilayah WHO SEA (WHOSouth East Asia)
salah satu Provinsi yang dapat dikatakan
dan wilayah WHO WP (World Pasific).2
sebagai endemis penyakit DBD yaitu
Di Indonesia dalam kurun waktu empat
tahun
Kesehatan
Provinsi Jawa Tengah. Berdasarkan Profil
kasus
DBD
Kesehatan Provinsi Jawa Tengah dan
Tahun
2011
Buku Saku Kesehatan Provinsi Jawa
Indonesia
Tengah tahun 2014 Angka Kesakitan
sebesar 65.725 kasus dengan angka
(Incidence Rate/IR) DBD di Provinsi Jawa
kematian 597 orang (IR 27,67 per 100.000
Tengah dalam kurun waktu tiga tahun
penduduk dan CFR 0,91%).3 Tahun 2012
terakhir
jumlah penderita DBD sebesar 90.245
Peningkatan tertinggi terjadi pada tahun
kasus dengan angka kematian 816 orang
2013
(IR 37,11 per 100.000 penduduk dan CFR
penduduk. Angka ini sudah melebihi target
1,52%).4 Tahun 2013 jumlah penderita
nasional
DBD mencapai 101.218 kasus dengan
penduduk. Tahun 2014 angka Kesakitan
angka kematian 736 orang (IR 41,25 per
(Incidence
100.000 penduduk dan CFR 0,7%).5
100.000 penduduk. Tahun 2012 angka
Tahun
kesakitan
mengalami jumlah
terakhir
Profil
Jawa
peningkatan.
penderita
2014
DBD
jumlah
di
penderita
DBD
mengalami
sebesar
45,52
sebesar
<20
Rate/IR)
(Incidence
peningkatan.
per
per
DBD
100.000
100.000
32,95
Rate/IR)
per
DBD
mencapai 100.347 kasus dengan angka
sebesar 19,29 per 100.000 masih dalam
kematian 907 orang (IR 39,80 per 100.000
target nasional.7,8,9
penduduk dan CFR 0,90%).6
11
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 2, April 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
Angka kematian (Case Fatality
Tahun
2010
tentang
Rate/CFR) DBD Provinsi Jawa Tengah
Penyakit
tahun 2013 sebesar 1,21% menurun
(DBD).Di dalamnya dibahas peran, hak
dibandingkan tahun 2012 sebesar 1,52%
dan tanggung jawab dari setiap tingkatan
dan
di
meningkat
tahun
2014
Demam
Pengendalian
warga
Dengue
sebesar
1,44
pemerintahan
tahun
2013
maupun pemangku kepentingan; kejadian
dibandingkan
baik
Berdarah
namun masih diatas target maksimal
KLB;
sebesar <1%.7,8,9
admnistrasi serta upaya-upaya yang dapat
Wabah DBD juga terjadi di kota
Berdasarkan wawancara peneliti
tahun 2010 yang mencapai 5.556 kasus.8 dari
sanksi
DBD.
terbesar di Kota Semarang terjadi pada
data
hingga
dilakukan untuk mengendalikan penyakit
Semarang, kejadian luar biasa (KLB) DBD
Berdasarkan
pendanaan;
masyarakat
dengan
Dinas
pelaksana
kebijakan,
implementasi kebijakan sudah dilakukan
Kesehatan Kota Semarang bahwa Angka
dengan
Bebas Jentik (ABJ) yang meningkat dapat
penanggulangan
merunkan kasus DBD.Hal tersebut jelas
berdasarkan data profil kesehatan Kota
berhubungan sangat signifikan karena
Semarang 3 tahun terakhir kasus kejadian
DBD
DBD
hanya
dapat
ditularkan
melaui
menjalankan
Kota
penyakit
DBD
tetapi
Semarang
meningkat
kecamatan
Kecamatan
nyamuk, sehingga ABJ merupakan salah
khususnya
satu
untuk
Tembalang menduduki peringkat pertama
dengan
dari 16 kecamatan di Kota Semarang
demikian validitas ABJ dapat memprediksi
dengan jumlah IR (Incidence Rate) DBD
perkembangan kasus DBD.
sebesar 166,89 per 100.000 penduduk
indikator
yang
menggambarkan
ternd
valid DBD.
Penyebab angka demam berdarah
di
program-program
dengan jumlah kejadian DBD 298 kasus.
dengue tinggi di Kecamatan Tembalang
Disamping
memiliki
adalah Angka Bebas Jentik. Target Angka
Kecamatan
Tembalang
Bebas Jentik di Kecamatan Tembalang
jumlah kelurahan terbanyak dengan 4
sendiri yaitu 90%. Pada tahun 2012 ABJ
kelurahan yaitu Kelurahan Tembalang,
Kecamatan Tembalang 78,25% dan pada
Bulusan,
tahun 2013 ABJ Kecamatan Tembalang
Sendangguwo.
77,2%.10
tertinggi,
juga
memiliki
Sendangmulyo
dan
Berdasarkan latar belakang diatas
Pemerintah Kota Semarang dalam menanggulangi Berdarah
IR
Penyakit
Dengue
(DBD)
penulis
tertarik
untuk
meneliti
Demam
“Bagaimanakahimplementasipengendalian
telah
DBD sesuai Perda Kota Semarang Nomor
mengeluarkan peraturan daerah Nomor 5
5 Tahun 2010 tentang
12
pengendalian
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 2, April 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
penyakit demam berdarah Dengue di
Daerah Kota Semarang Nomor 5 Tahun
Kecamatan Tembalang ?”
2010. Sumber data penelitian diambil
METODE PENELITIAN
dari data primer dan data sekunder. Data
Jenis penelitian yang digunakan
primer adalah data yang diambil dari hasil
dalam penelitian ini adalah exploratory
wawancara mendalam dengan informan
research dengan pendekatan kualitatif.
utama dan informan triangulasi. Data
Objek yang akan diteliti dalam penelitian
ini
adalah
sekunder adalah data pendukung yang
implementasi
ada relevansinya dengan penelitian ini
kebijakan Peraturan Daerah Nomor 5
didapat
Tahun
pengendalian
Semarang dan Kecamatan Tembalang.
penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
Analisis dilakukan setelah mereduksi data
di wilayah kerja pemerintah Kecamatan
yang
Tembalang dilihat dari faktor komunikasi,
mendalam dan studi pustaka yang telah
sumber daya, disposisi implementor, dan
dilakukan oleh peneliti.
2010
struktur
birokrasi.
keseluruhan dalam
tentang
Populasi
subjek
penelitian
Dinas
diperoleh
Kesehatan
melalui
Kota
wawancara
adalah HASIL DAN PEMBAHASAN
penelitian.Populasi
ini
dari
adalah
Karakteristik Responden
petugas
pelaksana pengendalian DBD. Subjek
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
peneltian
dengan
informasi bahwa, informan utama yaitu
menggunakan teknik purposive sampling,
Kepala Puskesmas Kedungmundu yang
meliputi
Puskesmas
berusia 47 tahun dan sudah bekerja di
Kepala
Puskesmas
instansi tersebut sekitar 4 tahun. Informan
Pengelola
Program
utama kedua yaitu Bagian Epidemiologi
Puskesmas
Puskesmas Kedungmundu yang berusia
Kedungmundu dan Pengelola Program
33 tahun dan sudah bekerja di instansi
Pengendalian DBD Puskesmas Rowosari.
tersebut kurang lebih sudah 5 tahun.
Kepala Bidang P2P Dinas Kesehatan Kota
Informan utama yang ketiga yaitu Kepala
Semarang,
Kecamatan
Puskesmas Rowosari yang berusia 45
Tembalang, Lurah Kelurahan Tembalang,
tahun dan sudah bekerja di instansi
Lurah
Lurah
tersebut sekitar 3 tahun. Informan utama
Lurah
keempat
ini
diambil
Kepala
Kedungmundu, Rowosari, Pengendalian
DBD
Camat
Kelurahan
Kelurahan Kelurahan
Bulusan,
Sendangmulyo
dan
Sendangguwo
yaitu
Bagian
Epidemiologi
akan
Puskesmas Rowosari yang berusia 32
diwawancarai sebagai informan triangulasi
tahun dan sudah bekerja di instansi
untuk crosscheck implementasi Peraturan
tersebut kurang lebih sudah 4 tahun.
13
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 2, April 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
Untuk latar belakang pendidikan informan
dengan
utama yaitu 1 orang dokter, satu orang S2
penyampaian
Kesehatan Masyarakat dan 2 orang S1
Peraturan Walikota Nomor 27B tentang
Kesehatan
Informan
tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan
Triangulasi berjumlah 7 orang dengan
Daerah Nomor 5 Tahun 2010 tentang
rentang usia informan triangulasi yaitu 23 -
Pengendalian Penyakit Demam Berdarah
55
Dengue
Masyarakat.
tahun.
Wawancara
mendalam
informan
wawancara
P2B2 Dinas Kesehatan Kota, 1 orang
mengatakan
Kepala
dalam
mengenai
Berdasarkan
dengan
informan
bahwa
hasil utama,
informan
tidak
dan
Sosial
mengetahui bahwa peraturan tersebut
4
orang
telah diterbitkan oleh Walikota bahkan
perwakilan dari kelurahan di Kecamatan
salah satu informan triangulasi yang
Tembalang yang memliki angka DBD
bekerja sebagai Gasurkes mengatakan
tertinggi. Pendidikan terakhir informan
tidak mengetahui sama sekali mengenai
triangulasi terdiri dari 6 orang lulusan S1
peraturan-peraturan
dan 1 orang lulusan S2. Masa kerja
pengendalian DBD. Sedangkan menurut
informan triangulasi di instansi terakhir
hasil wawancara dengan pihak Dinas
antara 4 bulan-18 tahun.
Kesehatan
Kecamatan
Kesehatan
informasi
(DBD).
dilakukan kepada 1 orang Kepala Seksi
Seksi
triangulasi
Tembalang,
Kota
yang
mengatur
sebagai
informan
triangulasi lainnya, informasi mengenai Analisis Faktor Komunikasi
peraturan tersebut pernah disampaikan
Menurut Edward III dalam Widodo (2010
oleh pihak Dinas Kesehatan Kota kepada
:97), komunikasi diartikan sebagai “proses
petugas
penyampaian
informasi
informasi
komunikator
puskesmas. yang
Dari
perbedaan
disampaikan
kepada komunikan”. Informasi mengenai
berdampak
kebijakan publik menurut Edward III dalam
ditransmisikan dari petugas puskesmas
Widodo
disampaikan
kepada masyarakat. Dalam melakukan
kepada pelaku kebijakan agar para pelaku
kegiatan pemantauan jentik ke rumah-
kebijakan dapat mengetahui apa yang
rumah
harus mereka persiapkan dan lakukan
mendapat penolakan untuk diperiksa dari
untuk menjalankan kebijakan tersebut
beberapa rumah yang ketika dikunjungi
sehingga tujuan dan sasaran kebijakan
bahkan ada yang menutup pintu dan
dapat
melarang petugas masuk ke rumahnya.
(2010:97)
dicapai
diharapkan.
perlu
sesuai
dengan
yang
11
Dalam
pada
petugas
Meskipun penelitian
informasi
tersebut
puskesmas
puskesmas
yang
masih
sudah
ditemukan
melakukan upaya agar masyarakat dapat
jawaban berbeda antara informan utama
menerima informasi dengan jelas dan
14
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 2, April 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
benar namun dalam pelaksanaanya masih
evalauasi
terdapat
untuk
Gasurkes tersebut namun dalam setiap
mengatur jadwal kegiatan penyuluhan
pertemuan Walikota dan Dinas Kesehatan
dengan masyarakat dan ketika diberikan
Kota
pre test post test. Kejelasan informasi
mengenai
yang diterima oleh masyarakat terkait
sanksi-sanksi yang terdapat di dalam
upaya pengendalian DBD masih belum
peraturan
tersebut
jelas karena informasi yang diberikan
dengan
baik
masih belum tersampaikan dengan baik
puskesmas dan masyarakat masih belum
dan
paham mengenai aturan-aturan tersebut.
kendala
dalam
tergantung
yaitu
sulit
penerimaan
dari
informasi
persepsi
tidak
hasil
dari
kegiatan
meyampaikan
aturan-aturan
informasi
tersebut
dan
belum
diterapkan
sehingga
petugas
masyarakat Analisis Faktor Sumber Daya
sendiri bagaimana masing-masing individu menerima informasi tersebut. Berdasarkan
terkait
Faktor sumber daya mempunyai
hasil
penelitian,
peranan
penting
dalam
implementasi
penyampaian informasi yang dilakukan
kebijakan. Meskipun isi kebijakan telah
oleh Walikota
dikomunikasikan
secara
jelas
melalui kegiatan roadshow, Jalan Sehat
konsisten,
apabila
implementor
bersama Walikota setiap 1 bulan atau 2
kekurangan
bulan sekali pada hari Jumat, informasi
melaksanakan, maka implementasi tidak
yang
akan berjalan efektif.12
sudah
disampaikan
konsisten
oleh
yaitu
Walikota
mengingatkan kepada daerah yang kasus
tetapi
sumber
Kecamatan
daya
Tembalang
dan
untuk
memliki
DBD-nya tinggi untuk selalu melakukan
petugas pemantau jentik (PPJ) memiliki
PSN
satu
dan
Walikota
mengadakan
rapat
juga
biasanya
koordinasi
tingkat
petugas
dan
petugas-petugas
tersebut nantinya akan dikoodinir oleh
Walikota untuk membahas tentang DBD.
petugas
Dinas
dalam
Kedungmundu sendiri memilki personil
menyampaikan informasi dibantu oleh
sebanyak 35 orang sebagai pembina
Gasurkes
APBD
wilayah. Pembina wilayah dikoordinir oleh
(Anggaran Pendapatan Belanja Daerah)
pemegang program DBD di Puskesmas
untuk melaksanakan kegiatan penyuluhan
Kedungmundu
dan
semua
Kesehatan
yang
Kota
dibiayai
pemantauan
dari
jentik
kepada
dari
kecamatan.
Puskesmas
dan yang mengkoordinir
pembina
wilayah
adalah.
masyarakat dalam pengendalian DBD.
Puskemas Rowosari sendiri ada 10 orang
Dinas
Kesehatan
konsisten
setiap
Kota 3
juga
sudah
petugas
bulan
sekali
wilayah kelurahan dan setiap kelurahan
dan
terdapat 2 petugas puskesmas sebagai
mengadakan kegiatan monitoring
15
lapangan
yang
memegang
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 2, April 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
penanggungjawab kegiatan. Untuk jumlah
Pengendalian Penyakit Demam Berdarah
GASURKES setiap kelurahan terdapat 1
Dengue
GASURKES
belum dijalankan dengan baik. Hal ini
dan
GASURKES
dikoordinir
kecamatan.Di
oleh dalam
(DBD)
dikarenakan
sehingga
hampir
mempelajari
wewenang
semua secara
informan
Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2010
belum
tentang Pengendalian Penyakit DBD dan
mengenai
Peraturan Walikota Nomor 27B tentang
Semarang Nomor 5 Tahun 2010 tentang
tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan
Pengendalian Penyakit DBD.
Peraturan
mendalam
Daerah
Kota
Daerah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Analisis Faktor Disposisi
Pengendalian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) memang tidak mengatur banyaknya diperlukan
jumlah untuk
petugas
upaya
Salah
satu
mempengaruhi
yang
faktor
efektifitas
yang
implementasi
pengendalian
kebijakan adalah sikap implementor. Jika
DBD namun selama ini untuk sumber
implementor setuju dengan bagian-bagian
daya manusia masih cukup karena semua
isi dari kebijakan maka mereka akan
petugas di puskesmas ikut terlibat dalam
melaksanakan dengan senang hati tetapi
pengendalian DBD
jika pandangan mereka berbeda dengan
Berdasarkan dengan
informan,
hasil
wawancara
pembuat
kebijakan
maka
proses
setiap
puskesmas
implementasi akan mengalami banyak
sudah memiliki 1 sampai 2 alat fogging.
masalah.12
Untuk menjaga agar alat fogging tersebut
memiliki
dapat terawat dengan baik,
petugas
mengambil tindakan ketika terjadi KLB
puskesmas setiap 1 bulan sekali secara
DBD dan kemauan dari petugas jika
rutin membawa alat tersebut ke Dinas
menerima pekerjaan di luar jam kerja,
Kesehatan untuk dilakukan perawatan dan
namun dalam hal mencari tahu mengenai
menguji kelayakan penggunaannya oleh
Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2010
tenaga terlatih.
tentang Pengendalian Penyakit DBD dan
Kewenangan sudah tercantum di dalam
Peraturan
sikap
yang
petugas baik
sudah dalam
Peraturan Walikota Nomor 27B tentang
namun
tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan
berdasarkan keterangan informan utama
Daerah Nomor 5 Tahun 2010 tentang
dan
bahwa
Pengendalian Penyakit Demam Berdarah
memahami
tentang
Dengue (DBD) masih kurang. Hal ini
masing-masing
pegawai
dibuktikan dengan kurangnya kemauan
triangulasi
informan adanya
diatas
belum hak
Daerah
Meskipun
terlihat
termasuk atasan dan bawahan dalam
petugas
mengimplementasi
mendalam mengenai isi dari peraturan
Kebijakan
16
untuk
mempelajari
secara
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 2, April 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
tersebut
sehingga
petugas
tidak
yang dapat diberikan kepada petugas
memahami isi dari peraturan tersebut.
ataupun
Berdasarkan hasil wawancara dengan
peraturan tersebut.
salah
satu
informan
triangulasi,
masyarakat
Berdasarkan
yang
melanggar
hasil
mengatakan bahwa karena baru menjabat
dengan
sekitar 2 tahun sehingga tidak mengetahui
informan utama belum memahami isi dari
mengenai aturan-aturan tersebut, hal ini
Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor
juga
5 Tahun 2010 tentang Pengendalian
membuktikan
bahwa
kurangnya
informan,
wawancara
sebagian
besar
kemauan untuk mempelajari aturan-aturan
Penyakit DBD
dan Peraturan Walikota
yang mengatur pengendalian DBD.
Nomor 27B tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor
Analisis Faktor Struktur Birokrasi
5 Tahun 2010 tentang Pengendalian
Struktur birokrasi adalah struktur
Penyakit DBD.
organisasi yang menentukan bagaimana pekerjaan dibagi, dikelompokkan, dan
KESIMPULAN
dikoordinasikan
1. Dalam
secara
formal
yang
pelaksanaanya
meliputi dimensi pembagian pekerjaan
pengendalian
dan
dilaksanakan sesuai dengan Peraturan
Standard
Operating
11
Procedure. Berdasarkan wawancara
dengan
hasil
informan
Daerah
utama,
Kota
Tahun
2010
DBD
upaya
belum
Semarang tentang
Nomor
5
Pengendalian
menyatakan bahwa informan utama hanya
Penyakit
mengetahui
pelaksanaan
beberapa kendala dalam pelaksanaan
pengendalian DBD berdasarkan Peraturan
upaya pengendalian DBD diantaranya
Daerah Kota Semarang Nomor 5 Tahun
masih
2010 tentang Pengendalian Penyakit DBD
dilakukan
tetapi tidak mengetahui dengan jelas
sanksi-sanksi yang terdapat didalam
bahwa
peraturan belum dilaksanakan.
tata
tata
cara
cara
pelaksanaan
pengendalian DBD itu tertuang dalam
DBD
semua
terdapat
2. Informasi
masih
penolakan
pemantauan
mengenai
jentik
pengendalian
DBD
Tahun
Daerah
Semarang
Pelaksanaan
tentang
Peraturan
Petunjuk
Daerah
Kota
Tahun
Kota 2010
untuk dan
upaya-upaya
Peraturan Walikota Semarang Nomor 27B 2012
terdapat
dan
tentang
Peraturan Nomor
5
Pengendalian
Semarang Nomor 5 tahun 2010 tentang
Penyakit DBD sudah tersampaikan
Pengendalian
ini
namun dalam penyampaian informasi
berdampak pada belum mengetahuinya
mengenai Peraturan Walikota Nomor
petugas mengenai bentuk-bentuk sanksi
27B
Penyakit
DBD.
Hal
17
tentang
tentang
Petunjuk
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 2, April 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor
27B
5 Tahun 2010 tentang Pengendalian
Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor
Penyakit Demam Berdarah Dengue
5 Tahun 2010 tentang Pengendalian
(DBD)
Penyakit Demam Berdarah Dengue
belum
tersampaikan karena
masih terdapat perbedaan pendapat
tentang
tentang
Petunjuk
(DBD) masih kurang.
antara petugas puskesmas dengan
5. Struktur dalam penelitian ini adalah
pihak Dinas Kesehatan Kota.
Standart Operasioal Procedure (SOP)
3. Sumber daya manusia tidak ditentukan
dan fragmentasi. SOP Peraturan Derah
banyaknya didalam Peraturan Daerah
Kota Semarang Nomor 5 Tahun 2010
Nomor
tentang Pengendalian Penyakit DBD
5
Tahun
2010
tentang
Pengendalian Penyakit DBD namun
sudah ada
sudah cukup. Setiap puskesmas juga
Nomor 27B tentang tentang Petunjuk
sudah memiliki 1-2 alat fogging namun
Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor
dalam melakukan perawatan dan uji
5 Tahun 2010 tentang Pengendalian
kelayakan alat tersebut puskesmas
Penyakit Demam Berdarah Dengue
masih
(DBD)
bergantung
kepada
Dinas
yaitu Peraturan Walikota
namun
belum
dilaksanakan
Kesehatan Kota. Kewenangan dalam
secara optimal karena petugas belum
upaya pengendalian DBD juga sudah
mendapat peraturan Walikota tersebut.
diatur
didalam
Nomor
5
Peraturan
Tahun
Pengendalian
2010
Penyakit
Daerah DAFTAR PUSTAKA
tentang
DBD
dan
1. DEPKES
RI.Pencegahan
dan
Peraturan Walikota Nomor 27B tentang
Pemberantasan Demam Berdarah
tentang
Dengue di Indonesia. : Direktorat
Petunjuk
Pelaksanaan
Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun
Jendral PPP-PPL. Jakarta. 2005
2010 tentang Pengendalian Penyakit
2. Misnadiarly.Demam
Demam Berdarah Dengue (DBD). 4. Meskipun
petugas
sudah
Berdarah
Dengue (DBD). Pustaka Populer
memiliki
Obor. Jakarta. 2009
sikap yang baik dalam mengambil
3. Kementrian Kesehatan RI. Profil
tindakan ketika terjadi KLB DBD dan
Kesehatan Indonesia Tahun 2011.
kemauan dari petugas jika menerima
Jakarta. 2012
pekerjaan di luar jam kerja, namun
4. Kementrian Kesehatan RI. Profil
dalam hal mencari tahu mengenai
Kesehatan Indonesia Tahun 2012.
Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun
Jakarta. 2013
2010 tentang Pengendalian Penyakit DBD dan Peraturan Walikota Nomor
18
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 2, April 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
5. Kementrian Kesehatan RI. Profil
10. Dinas Kesehatan Kota Semarang.
Kesehatan Indonesia Tahun 2013.
Profil Kesehatan Provinsi Jawa
Jakarta. 2014
Tengah Tahun 2013. Semarang. 2014
6. Kementrian Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014.
11. Widodo, Joko. Analisis Kebijakan Publik Konsep dan Aplikasi Analisis
Jakarta. 2015
Proses
7. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Profil Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah
Tahun
12. Azwar,
2012.
Aksara. Jakarta. 1996
Tengah. Profil Kesehatan Provinsi Tahun
2013.
Semarang. 2014 9. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Profil Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah
Azrul.
Pengantar
Administrasi Kesehatan. Binarupa
8. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah
Publik.
Bayumedia. Jakarta. 2006
Semarang. 2013
Jawa
Kebijakan
Tahun
2014.
Semarang. 2015
19