Strategi Disain Penelitian
Deskripsi sesi: Setelah menyusun hipotesis dan/atau pertanyaan penelitian yang akan dijawab, maka langkah berikutnya adalah menetapkan strategi penelitian. Terdapat beberapa pertimbangan dalam memilih strategi penelitian, yaitu dari aspek tujuan penelitian, kendali peneliti terhadap fenomena yang diamati, konteks penelitian, unit analisis, sampling dan besar sampel serta horizon waktu. Secara umum, materi ini akan menjabarkan lima kelompok jenis penelitian, yaitu penelitian kuantitatif (atau penelitian epidemiologis), penelitian kualitatif, mix method research, action research dan case study.
Tujuan sesi: Setelah mempelajari materi ini, diharapkan mahasiswa mampu: 1. Mengidentifikasi berbagai jenis dan rancangan penelitian 2. Membedakan antara penelitian kuantitatif (epidemiologis), kualitatif, mix method research, action research dan case study 3. Memahami faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam penetapan desain penelitian
Materi pembelajaran: 1. Hand-out memilih jenis dan rancangan penelitian 2. Kasus: Decubitus di unit pelayanan intensif 3. Bahan bacaan: a. Clancy MJ. Overview of research designs. Emerg Med 2002; 19: 546-549. b. BMJ c. Creswell JW. 2003. Research design: qualitative, quantitative and mixed methods approaches. Second edition. London: Sage publications. d. Cooper DR and Emory CW. 1996. Metode Penelitian Bisnis. Edisi terjemahan. Jakarta: Penerbit Erlangga; hal 120-147.
Magister Manajemen Rumahsakit Fakultas Kedokteran UGM 1
MEMILIH STRATEGI DESAIN PENELITIAN
I. PENDAHULUAN Ibarat membangun sebuah rumah, maka setiap orang tentu akan berusaha membuat rancangan yang sebaik mungkin dengan mempertimbangkan berbagai aspek, misalnya dana yang tersedia, jumlah anggota keluarga, waktu dan sebagainya. Demikian pula halnya dalam proses penelitian. Setelah menetapkan teori, kerangka konsep serta hipotesis/pertanyaan penelitiannya, maka langkah selanjutnya adalah memilih desain penelitian yang paling tepat untuk menjawab tujuan penelitiannya.
Kesenjangan
Fakta vs Teori
Hasil / Kesimpulan
Identifikasi dan Perumusan Masalah
Analisis Data
Studi Pustaka
Pengumpulan Data
Hipotesis/Pertanya‐an penelitian
Rancangan Penelitian
Inferensi/Gene‐ ralisasi
Gambar 1. Bagan tahapan penelitian
II. FAKTOR YANG DIPERTIMBANGKAN DALAM PEMILIHAN DESAIN PENELITIAN Desain penelitian yang terbaik adalah desain penelitian yang paling tepat untuk memberikan jawaban yang valid dan reliabel terhadap hipotesis atau pertanyaan penelitian yang diajukan. Dalam penetapan desain penelitian, beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan adalah: tujuan, kendali atas fenomena yang diteliti, konteks studi, unit analisis, sampling dan besar sampel serta horizon waktunya. Magister Manajemen Rumahsakit Fakultas Kedokteran UGM 2
Tujuan. Dalam merumuskan tujuan penelitian, kata terpenting adalah kata kerja yang digunakan dalam menyatakan tujuan penelitiannya. Kata kerja yang digunakan harus spesifik, sehingga mencerminkan tujuan akhir yang akan dicapai dari hasil penelitian ini. Kata kerja tersebut dapat memberikan arahan untuk memilih strategi desain penelitian yang tepat. Tabel berikut berisi contoh beberapa kata kerja yang sering digunakan dalam penelitian.
Tabel 1. Contoh kata kerja dalam tujuan penelitian dan penerapannya Kata
kerja
dalam
tujuan Contoh penerapannya
penelitian Mendeskripsikan
Mendeskripsikan budaya keselamatan di kamar operasi rumah sakit X
Menjelaskan
Menjelaskan hubungan antara sisten insentif dan kinerja dokter spesialis
Membandingkan
Membandingkan efisiensi pengadaan obat dengan model X dan Y
Mengeksplorasi
Mengeksplorasi harapan pasien yang telah mengalami medical errors terhadap komunikasi dokter-pasien
Mengidentifikasi
Mengidentifikasi strategi untuk mengimplementasi keselamatan pasien pada rumah sakit dengan sumber daya yang rendah
Mengukur tingkat
Mengukur tingkat kepatuhan dokter terhadap standar pelayanan TB
Mengukur hubungan
Mengukur hubungan antara kepuasan pasien, citra, reposisi pelayanan dan kepercayaan pasien
Mengevaluasi
Mengevaluasi efisiensi pelayanan gizi di rumah sakit
Menyusun
Menyusun
clinical
pathway
untuk
operasi
jantung
menghitung unit costnya Magister Manajemen Rumahsakit Fakultas Kedokteran UGM 3
dan
Menetapkan
Menetapkan positioning RS dalam memberikan pelayanan rawat darurat
Menilai
Menilai kesiapan rumah sakit daerah tipe C untuk menjadi BLU
Mengembangkan
Mengembangkan
indikator
keselamatan
pasien
dan
menetapkan strategi pemanfaatan indikatornya
Kendali/kontrol atas peristiwa yang diteliti. Dalam melakukan penelitian, peneliti dapat memberikan perlakuan/intervensi tertentu (sehingga jenis penelitiannya dikenal dengan penelitian eksperimental) ataupun tanpa memberikan perlakuan. Perlakuan dapat berupa pelatihan, penyusunan SOP baru, menaikkan insentif, menetapkan tarif baru, membuat komputerisasi informasi, memodifikasi form rekam medik, memodifikasi deskripsi pekerjaan, memberlakukan sistem kredensialing, menerapkan insentif berbasis kinerja, dan sebagainya. Apabila tanpa perlakuan, maka peneliti bersikap sebagai pengamat atau observer (sehingga jenis penelitiannya dikenal sebagai penelitian observasional). Kegiatan yang dilakukan oleh peneliti terbatas pada melakukan berbagai pengukuran dengan cara pengumpulan data yang bervariasi (misalnya menggunakan kuesioner, wawancara, diskusi kelompok, observasi, dokumen dll). Oleh karena peneliti tidak melakukan upaya untuk mengubah kondisi subyek (karena tidak memberikan perlakuan), maka peneliti tidak mempunyai kendali atau kontrol atas peristiwa yang diamati. Berbeda halnya apabila peneliti melakukan intervensi, maka peneliti mempunyai semacam kendali atas peristiwa (intervensi) yang diamati. Derajat kendali peneliti dapat bervariasi tergantung dari jenis rancangan yang digunakan. Konteks studi. Konteks dilakukannya sebuah penelitian dapat pula bervariasi. Penelitian dapat sejak awal memang dirancang sebagai suatu kegiatan penelitian atau dapat pula memanfaatkan momentum ataupun peluang yang ada. Sebagai contoh, sebuah program pelatihan dirancang untuk meningkatkan kompetensi tenaga kesehatan dokter dan perawat untuk dan mutu pelayanan rumah sakit dalam manajemen terpadu balita sakit. Program tersebut merupakan suatu momentum yang baik bagi penelitian yang akan mengevaluasi efektivitas pelatihan tersebut. Selain itu, penelitian dapat pula dilakukan untuk mempelajari fenomena kontemporer (saat ini) ataupun fenomena yang telah terjadi di masa lampau.
Magister Manajemen Rumahsakit Fakultas Kedokteran UGM 4
Besar sampel. Besar sampel penelitian dapat ditetapkan oleh peneliti dengan perhitungan besar sampel tertentu apabila sampel tidak terbatas (misalnya pasien, masyarakat, ibu balita, ibu hamil, peserta posyandu dll). Namun demikian, besar sampel dalam penelitian lain dapat pula terbatas jumlahnya, sehingga peneliti menggunakan jumlah yang tersedia tersebut. Sebagai contoh dalam penelitian mengenai kepuasan kerja dokter spesialis di sebuah rumah sakit, maka besar sampel tergantung dari berapa banyak dokter spesialis yang bekerja di rumah sakit tersebut. Apabila jumlah sampelnya banyak, maka peneliti dapat menggunakan rancanganrancangan tertentu yang membutuhkan sampel yang relatif besar (misalnya cross-sectional survey). Akan tetapi apabila hanya ada 4 dokter spesialis yang bekerja di rumah sakit, maka peneliti harus menggunakan rancangan yang memungkinkan dengan sampel kecil (misalnya kualitatif atau studi kasus). Unit analisis. Pada awal suatu penelitian, fenomena yang dipelajari harus didefinisikan dengan jelas pada tingkatan apa fenomena tersebut akan dipelajari. Atau dengan kata lain, pada tingkat mana kesimpulan mengenai fenomena tersebut akan dibuat. Hal ini akan menentukan jumlah sampelnya. Sebagai contoh, apabila kinerja SDM merupakan topik suatu penelitian, maka apakah akan dipelajari kinerja pada tingkat individu, pelayanan, ataukah unit? Misalnya sebuah rumah sakit mempunyai 200 tenaga perawat, 30 macam pelayanan yang disediakan dan 10 unit. Apabila dipelajari pada tingkat individu, maka jumlah sampelnya adalah jumlah individu perawat yang akan dipelajari (n 200). Namun demikian, apabila unit analisisnya pelayanan, maka jumlah sampelnya adalah jumlah pelayanan yang tersedia di rumah sakit (n 30). Kuesioner dapat diisi oleh 200 responden tenaga perawat tersebut, akan tetapi data kemudian direrata pada tingkat pelayanan (n 30). Demikian pula untuk unit analisis di tingkat unit, besar sampelnya adalah 10 unit (n 10). Horizon waktu. Penelitian dapat melibatkan satu kali pengukuran pada waktu tertentu (potong lintang, seperti pada survei), atau dilakukan pengukuran kontinyu melintasi periode waktu tertentu (studi longitudinal).
III. JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN Pada modul 1 (pengantar penelitian), telah dijelaskan bahwa penelitian dapat dibedakan menurut aplikasinya (pure dan applied research), tujuannya (eksploratif, deskriptif, korelatif dan explanatori/kausal), data yang dikumpulkan (kuantitatif dan kualitatif) dan manfaat (identifikasi Magister Manajemen Rumahsakit Fakultas Kedokteran UGM 5
peluang, diagnosis dan penilaian, memilih dan menerapkan tindakan/intervensi serta evaluasi tindakan). Berbagai jenis penelitian dikenalkan agar peneliti dapat memilih rancangan penelitian yang paling tepat untuk menjawab hipotesis atau pertanyaan penelitiannya. Menurut Yin (2005), tiga pertimbangan utama dalam memilih rancangan penelitian (sekaligus membedakan berbagai jenis penelitian tersebut) adalah pertanyaan penelitian, kendali terhadap peristiwa dan fokus pada peristiwa kontemporer. Tabel 1. Perbedaan antara penelitian kuantitatif, kualitatif dan studi kasus Jenis penelitian
Pertanyaan
Kendali peneliti Fokus
penelitian
terhadap
pada Data
peristiwa
yang
dikumpulkan
fenomena yang kontemporer diamati
(masa kini)
KUANTITATIF Survey
Who, what, where, Tidak
Ya
Angka
how much Eksperimental
How, why
Ya
Ya
Angka
KUALITATIF
How, why
Tidak
Tidak
Teks, narasi
STUDI KASUS
How, why
Tidak
Ya
Angka,
teks,
narasi
Setiap jenis penelitian memiliki rancangan-rancangan tersendiri, yang akan dibahas dalam modul tersendiri. Untuk mengambil keputusan mengenai rancangan yang dipilih dalam penelitian kuantitatif, dapat digunakan alur berikut ini.
Magister Manajemen Rumahsakit Fakultas Kedokteran UGM 6
Gambar 2. Rancangan Penelitian Kuantitatif
Keputusan pertama, adalah apakah peneliti akan memberikan perlakuan terhadap sampel penelitian? Apabila jawabannya adalah ya, maka jenis penelitiannya termasuk dalam penelitian eksperimental. Apabila tidak (artinya peneliti berperan sebagai “pengamat”), maka jenis penelitiannya termasuk dalam observasional. Di bidang manajemen rumah sakit, contoh berbagai perlakuan, intervensi atau tindakan yang dapat dilakukan peneliti adalah: pelatihan, penyusunan atau modifikasi berbagai prosedur, modifikasi alur pelayanan, menambah loket penerimaan obat, penyusunan atau modifikasi formulir-formulir, penerapan atau modifikasi sistem tertentu (audit klinik, billing system, pendaftaran online, rekrutmen) yang sebelumnya tidak ada, pembentukan tim tertentu, penyusunan atau modifikasi deskripsi tugas, peningkatan insentif, peningkatan tarif, pengembangan produk pelayanan baru, dll. Kegiatan yang dilakukan oleh peneliti untuk mengubah Apabila peneliti tidak memberikan perlakuan (observasional), maka keputusan selanjutnya adalah apakah penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan suatu fenomena, mengkorelasikan suatu variabel dengan variabel lainnya, ataukah bertujuan untuk mempelajari suatu hubungan sebab akibat? Untuk mendeskripsikan suatu fenomena atau mengkorelasikan variabel, maka pengukuran dapat dilakukan pada waktu yang bersamaan. Rancangan ini disebut cross-sectional survey. Selain itu, case report dan case series yang sering digunakan dalam penelitian di bidang klinis termasuk pula dalam rancangan-rancangan penelitian deskriptif. Sedangkan untuk mengungkapkan suatu hubungan sebab-akibat, maka logikanya pengukuran tidak dapat dilakukan pada waktu yang bersamaan akan tetapi diawali dengan pengukuran salah satu variabel (dapat mulai dari variabel sebab atau variabel akibat). Dengan demikian dapat Magister Manajemen Rumahsakit Fakultas Kedokteran UGM 7
dibuktikan temporal relationship, yaitu apakah pengamatan terhadap variabel yang menjadi sebab selama beberapa waktu akan menghasilkan akibat-akibat tertentu?
Apakah variabel
akibat memang terjadi oleh karena variabel-variabel sebab tertentu? Contoh dalam penelitian mengenai fenomena pasien pulang atas permintaan sendiri (PAPS atau discharged against medical advice/DAMA), peneliti dapat mendeskripsikan PAPS dari segi seberapa sering kejadiannya, bagaimana distribusinya menurut karakteristik pasien (usia, jenis kelamin, pendidikan, sosial ekonomi, pekerjaan, tempat tinggal), karakteristik pelayanan (klas perawatan, jenis masalah, penyakit, atau tindakan, biaya pelayanan dll), unit pelayanan (penyakit dalam, bedah, kandungan dll), waktu kejadian (hari ke berapa dirawat, distribusi menurut bulan) dan sebagainya. Dalam penelitian tersebut digunakan penelitian deskriptif dengan rancangan crosssectional survey. Akan tetapi, apabila penelitian bertujuan untuk mempelajari apakah PAPS menyebabkan perawatan ulang (readmission) dengan masalah kesehatan yang sama, maka peneliti menggunakan penelitian analitik (atau deskriptif analitik), dengan cara meneliti variabel sebab (PAPS) ataukah akibat (admisi ulang) terlebih dahulu. Peneliti dapat mencatat pasienpasien yang PAPS dan selanjutnya mendeteksi apakah pasien-pasien tersebut dirawat ulang dengan masalah yang sama (dapat di rumah sakit yang sama ataupun di rumah sakit lain). Rancangan ini disebut dengan cohort. Cara meneliti yang lain adalah mengidentifikasi pasienpasien yang dirawat ulang di rumah sakit dengan masalah yang sama, untuk kemudian dilacak apakah terdapat riwayat PAPS pada perawatan sebelumnya (case-control). Apabila peneliti mengubah kondisi yang diamati dengan memberikan perlakuan atau intervensi tertentu, maka pertanyaan selanjutnya adalah apakah peneliti dapat melakukan alokasi random, yaitu mengalokasikan subyek penelitiannya ke dalam kelompok-kelompok secara acak? Apabila ya, maka jenis penelitiannya adalah eksperimental murni. Sedangkan apabila tidak, maka jenis penelitiannya termasuk dalam kuasi-eksperimental atau eksperimental semu. Penelitian obat yang mengelompokkan subyek penelitian ke dalam kelompok intervensi (mendapat obat baru) dan kelompok kontrol (mendapat plasebo) secara acak, termasuk dalam penelitian eksperimental. Sedangkan penelitian penanganan TB di ruang perawatan yang memiliki case manager (kelompok intervensi) dan yang tidak memiliki case manager (kelompok kontrol) di suatu rumah sakit tidak dapat mengalokasikan pasien secara acak ke dalam ruang-ruang perawatan tersebut, oleh karena faktor ketersediaan tempat tidur, preferensi dokter, klas perawatan dan sebagainya. Oleh karenanya, penelitian ini termasuk dalam jenis kuasieksperimental.
Magister Manajemen Rumahsakit Fakultas Kedokteran UGM 8
Berikut akan dideskripsikan secara singkat berbagai rancangan dalam penelitian kuantitatif. Deskripsi secara rinci terdapat dalam modul yang tersendiri.
IV. PENELITIAN KUANTITATIF 4.1 Penelitian deskriptif Case Report dan Case Series Case report (laporan kasus) mendokumentasi gambaran kejadian klinis yang mempunyai manifestasi yang tidak biasa. Case report seringkali merupakan proses awal identifikasi penyakit baru, efek paparan ataupun efek terhadap penanganan tertentu. Contohnya adalah pemanfaatan case report pada awal penemuan penyakit AIDS. Sedangkan case series adalah kumpulan laporan kasus yang dilaporkan dalam jangka waktu tertentu. Rancangan ini mempunyai kepentingan historis dalam epidemiologi, oleh karena mungkin menghasilkan hipotesis baru untuk kemudian diteliti dalam penelitian epidemiologis. Case report atau case series merupakan jembatan yang penting antara ahli klinis dan ahli epidemiologi. Ecological study Studi ekologi mempelajari hubungan sebab akibat pada tingkat populasi. Pada studi ekologi, ukuran-ukuran yang mencerminkan karakteristik populasi digunakan untuk mendeskripsikan kaitan antara penyakit dengan faktor yang ingin diteliti, misalnya usia, waktu, pemanfaatan pelayanan kesehatan, konsumsi makanan, konsumsi obat, atau faktor lainnya. Sebagai contoh, untuk mendeskripsikan pola kematian akibat penyakit jantung koroner (PJK) pada tahun 1960, digunakan data tingkat kematian di 44 negara bagian di Amerika yang dikaitkan dengan penjualan rokok per kapita. Hasilnya tingkat kematian tertinggi terdapat di negara bagian yang tinggi penjualan rokoknya. Pengamatan awal ini penting dalam proses penyusunan hipotesis bahwa merokok menyebabkan penyakit jantung koroner yang fatal. Keunggulan utama studi ekologi, yang biasanya pertama kali dilakukan untuk meneliti kemungkinan hubungan sebab akibat, adalah dapat dilakukan dengan cepat dan murah, seringkali memanfaatkan informasi yang sudah ada (misalnya bersumber dari surveilans program, survei nasional yang sudah ada, atau register penyakit). Sedangkan kelemahan utamanya adalah keterbatasannya untuk mengkaitkan hubungan antara sebab dan akibat pada tingkat individual. Magister Manajemen Rumahsakit Fakultas Kedokteran UGM 9
Cross Sectional Survey Rancangan cross-sectional atau studi belah lintang adalah sebuah penelitian dengan satu kali pengukuran yang dilakukan pada kurun waktu bersamaan (konkuren). Oleh karenanya, penelitian cross sectional survey tidak dapat digunakan untuk menyatakan bahwa suatu faktor merupakan penyebab atau akibat. Kita tidak dapat membuat pernyataan bahwa variabel B disebabkan variabel A atau bahwa variabel A terjadi lebih dahulu dan menyebabkan variabel B. Pada umumnya, survei dilakukan dengan mengambil sampel dari suatu populasi tertentu, menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang utama. Unit analisis seringkali berupa individu, akan tetapi dapat pula pasangan suami istri, rumah tangga, rekam medik, unit pelayanan di rumah sakit, lembaga, dll. Survei dapat digunakan untuk penjajagan (studi pendahuluan), deskriptif, evaluasi, prediksi, penelitian operasional dan pengembangan indikatorindikator. Penelitian survei untuk tujuan deskriptif digunakan untuk melakukan pengukuran yang cermat terhadap fenomena tertentu. Peneliti menyusun kerangka konsep, mengumpulkan data, serta dapat melakukan atau tanpa menguji hipotesis. Sebagai ilustrasi, survei dilakukan untuk mendeskripsikan tingkat dan jenis keluhan pasien yang dirawat inap di suatu rumah sakit. Peneliti dapat pula menguji hipotesis yang menyatakan bahwa keluhan di ruang rawat inap klas VIP dan I lebih banyak dibanding klas II dan III. 4.2 Penelitian analitik Case Control Study Case control study atau studi kasus-kontrol merupakan suatu metode penelitian yang digunakan untuk membuktikan adanya hubungan sebab-akibat antara faktor paparan (exposure) dengan outcome. Penelitian diawali dengan mengidentifikasi outcome yang dipelajari (kasus dan kontrol), serta kemudian diidentifikasi faktor-faktor paparannya. Pada umumnya, pengumpulan data dilakukan secara retrospektif. Selanjutnya, perlu dipahami berbagai masalah yang berkaitan dengan studi kasus kontrol, mulai dari prosedur, metodologi, penetapan kasus dan kontrol, hingga interpretasi data dan analisis hasil. Studi kasus kontrol merupakan studi yang relatif cepat dan efisien dibanding dengan studi kohort. Cohort study (kohort) Cohort atau kohort berarti sekelompok orang yang memiliki eksposur yang sama dalam satu periode waktu tertentu. Sebagai contoh orang yang lahir pada periode yang sama disebut birth cohort, menikah pada periode yang sama (marriage cohort), atau bekerja pada suatu jenis pekerjaan pada periode Magister Manajemen Rumahsakit Fakultas Kedokteran UGM 10
tertentu (occupational cohort). Pada studi kohort, subjek penelitian dikelompokkan berdasarkan atas status faktor paparan (terpapar dan tidak terpapar), kemudian dilakukan pengamatan selama waktu tertentu sampai munculnya faktor outcome. Umumnya, pengumpulan data dilakukan secara prospektif, yaitu mengamati faktor paparan pada saat outcome belum terjadi (sehingga perlu diamati selama beberapa kurun waktu tertentu). Namun demikian, penelitian kohort dapat pula retrospektif, apabila baik faktor paparan maupun outcome yang diamati telah terjadi sebelum penelitian dimulai.
4.3 Penelitian eksperimental Dalam penelitian epidemiologi, rancangan penelitian dapat dilihat dari tiga aspek yang berkaitan dengan pencatatan sebab (exposure) dan akibat (outcome). Ketiga aspek tersebut adalah arah, pemilihan sampel, dan waktu. Arah menunjukkan urutan cara pengukuran hubungan antara sebab dan akibat. Disebut prospektif apabila arahnya ke depan, artinya meneliti faktor penyebab untuk kemudian diamati akibatnya, dan retrospektif bila arahnya ke belakang, yaitu diidentifikasi akibatnya terlebih dahulu baru diteliti faktor-faktor penyebabnya. Pemilihan sampel adalah kriteria yang digunakan untuk memilih subjek penelitian. Kriteria tersebut dapat didasarkan atas faktor penyebab, akibat, ataupun kriteria yang lain. Waktu berarti hubungan antara saat studi dilakukan dengan kejadian sebab-akibat. Waktu dapat historikal apabila baik sebab maupun akibat terjadi sebelum dilakukan penelitian; konkuren jika sebab dan akibat terjadi bersamaan dengan waktu penelitian; atau kombinasi. Pada penelitian kohort, subjek penelitian dikelompokkan berdasarkan atas status paparan yang memang terjadi atau terdapat pada subjek penelitian. Sebagai contoh merokok, pulang atas permintaan sendiri, dan sebagainya. Sedangkan pada penelitian eksperimental, status paparan merupakan intervensi peneliti dan dapat ditetapkan oleh peneliti sendiri. Contohnya adalah pelatihan, penyusunan prosedur baru, kebijakan baru. Apabila peneliti dapat mengalokasikan intervensi (paparan) secara acak (disebut alokasi random), maka jenis penelitiannya adalah penelitian eksperimental murni. Contoh yang paling lazim adalah pada intervensi terapetik (atau uji klinik) pada penyakit tertentu untuk menetapkan kemampuan suatu obat atau prosedur untuk menghilangkan gejala, mencegah rekurensi, atau menurunkan risiko kematian akibat penyakit tersebut. Intervensi ini biasanya dilakukan pada tingkat individual. Contoh lain adalah intervensi pencegahan berupa evaluasi apakah suatu tindakan atau prosedur dapat mengurangi risiko berkembangnya penyakit diantara individu yang bebas penyakit pada awal penelitian. Intervensi pencegahan dapat dilakukan pada individu yang sehat atau yang berisiko tinggi untuk terkena suatu penyakit, juga dapat dilakukan pada tingkat populasi. Magister Manajemen Rumahsakit Fakultas Kedokteran UGM 11
Apabila intervensi tidak dapat dilakukan secara acak, maka jenis penelitiannya disebut kuasieksperimental (atau eksperimental semu). Contoh penelitian ini adalah pelatihan yang dilakukan terhadap seluruh perawat di rumah sakit, penelitian yang dilakukan untuk mengamati dampak diberlakukan tarif baru di sebuah rumah sakit terhadap tren tingkat utilisasi pelayanan (sebelum dan sesudah tarif baru tersebut diberlakukan), dan sebagainya.
V. PENELITIAN KUALITATIF Berdasarkan data yang dikumpulkan, maka jenis-jenis penelitian di atas akan menggunakan data berupa angka. Dalam realitanya, tidak seluruh peristiwa dapat diungkapkan secara ideal menggunakan angka-angka. Sebagai contoh pengalaman pasien melahirkan di rumah sakit lebih berarti bila dideskripsikan dalam bentuk narasi, seperti di bawah ini: “Tenang sajalah, kamu akan baik-baik saja, asalkan kita bisa memahami mereka (bidan). Kita boleh ditunggui (ketika melahirkan) apabila punya saudara disini. Kalau tidak punya, kita ikuti peraturan saja, jangan banyak berkomentar. Maklumlah, mereka (bidan) kan sibuk…” Pernyataan pasien tersebut kaya akan makna dan menyiratkan beberapa hal seperti diskrimasi, prosedur yang tidak standard, pengertian pasien, pasien idealnya pasif, pasien menuruti aturan, bidan sibuk, dan sebagainya. Hal ini lebih berarti dibanding apabila pasien atau keluarga pasien diminta mengisi kuesioner kepuasan akan pelayanan yang diterima dengan bentuk skala 1 sampai 5. Contoh lain adalah dalam mendeskripsikan budaya keselamatan (safety culture) di kamar operasi sebuah rumah sakit. Kita dapat memberikan kuesioner standard yang dikembangkan oleh AHRQ atau dapat pula melakukan observasi di kamar operasi dan mendeskripsikan berbagai kejadian di kamar operasi yang mencerminkan budaya keselamatan. “Seorang pasien baru saja keluar dari kamar operasi di unit Gawat Darurat sebuah rumah sakit pendidikan. Pasien diletakkan di brankart (brankart standard di UGD), dan brankart ditaruh di sebuah lorong keluar pintu kamar operasi menuju ke ruang lain di UGD. Pasien dalam keadaan belum sadar dan masih terpasang infus. Tidak ada petugas yang menunggui pasien. Saya kebetulan duduk di sofa dekat brankart tersebut, sambil menunggui kolega yang masih berada di dalam kamar operasi. Tiba2 pasien mulai sadar dan muntah2 dalam posisi miring. Magister Manajemen Rumahsakit Fakultas Kedokteran UGM 12
Pasien nyaris terjatuh dari brankart apabila tidak segera didatangi oleh seorang perawat yang kebetulan berada di dekat brankart pasien...” Penelitian kualitatif mempunyai keunggulan dalam mendeskripsikan situasi kehidupan yang nyata (real life situations) dengan strategi yang sangat mendekati kenyataan yang sesungguhnya (local groundedness), deskripsinya kaya dan bersifat holistik, dapat dilakukan pada periode waktu yang lama, menggunakan cara pengumpulan data yang mempunyai fleksibilitas tinggi, serta mengandung makna yang kaya. Penelitian kualitatif dapat digunakan secara tersendiri ataupun dalam kombinasi dengan penelitian kuantitatif lain.
VI. PENELITIAN STUDI KASUS Penelitian studi kasus (case study) mempunyai persamaan dengan penelitian kualitatif dari segi pertanyaan penelitian yang ingin dijawab (yaitu how dan why) serta tidak ada kendali terhadap peristiwa yang diamati. Akan tetapi berbeda halnya dengan penelitian kualitatif yang dapat mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lampau, penelitian studi kasus terfokus pada fenomena kontemporer (masa kini). Selain itu, penelitian studi kasus digunakan apabila antara konteks penelitian dan fokus yang diteliti tidak dapat dipisahkan secara tegas. Data yang dikumpulkan pada penelitian studi kasus pun tidak lagi terbatas data kuantitatif ataupun kualitatif. Berbagai cara pengumpulan data serta jenis data (kuantitatif, kualitatif) dapat digunakan untuk pembuktian studi kasus. Sebagai contoh, apabila seorang peneliti ingin membuktikan apakah pelatihan tim dapat memacu pembelajaran di organisasi, maka berbagai data kuantitatif dan kualitatif dikumpulkan dalam penelitian tersebut.
VII. DAFTAR PUSTAKA Alatas et al, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis , Binarupa Aksara; Jakarta, 1995 Feinstein AR. 1979. Methodologic Problems and Standards in Case Control Research. J Chron Dis, 32:35-41. Murti B, Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi, Gadjah Mada University, 2003 Ibrahim MA & Spitzer WO. 1979. The Case control study: the problem and the prospect. J Chron Dis, 32:139-144. Magister Manajemen Rumahsakit Fakultas Kedokteran UGM 13
Kelsey JL, Whittemore AS, Evans A, Thompson WD. 1996. Methods in observational epidemiology. 2nd edition. New York, Oxford University Press, p. 244-267. Kumar R, Research Methodology a step by Step Guide for Begginers, London; SAGE Publication, 1999 Meinert CL. 1986. Clinical trials, design, conduct, and analysis. New York: Oxford University Press. Schlesselman JJ. 1982. Case-Control Studies. Design, Conduct, Analysis. New York: Oxford University Press. Streiner DL, Norman GR, and Blum HM. 1989. PDQ Epidemiology. Toronto, BC Decker Inc. Strom BL. 1994. Other Approaches to Pharmacoepidemiology Studies. Dalam BL Strom. Pharmacoepidemiology. Second Edition. New York: John Wiley & Sons. Singarimbun dan Effendi, Metode Penelitian Survai, LP3ES, 1989
Magister Manajemen Rumahsakit Fakultas Kedokteran UGM 14