BAB IV DISAIN PENELITIAN A. PENDAHULUAN Penelitian adalah suatu proses mencari sesuatu secara sistematik dalam waktu yang lama dengan menggunakan metode ilmiah serta aturan-aturan yang berlaku. Untuk dapat menghasilkan suatu penelitian yang baik, maka peneliti bukan saja harus mengetahui aturan permainan, tetapi juga harus mempunyai ketrampilan-ketrampilan dalam melaksanakan penelitian. Untuk menerapkan metode ilmiah dalam penelitian maka diperlukan suatu disain penelitian, yang sesuai dengan kondisi, seimbang dengan kedalaman penelitian yang akan dikerjakan. Disain penelitian harus mengikuti metode penelitian. Setelah mengikuti materi ini mahasiswa akan mampu memahami istilah disain penelitian dan membuatnya dengan metode yang benar. B. PENYAJIAN Disain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Dalam pengertian yang lebih sempit, disain penelitian hanya mengenai pengumpulan dan analisis data saja. Dalam pengertian yang lebih luas, disain penelitian mencakup proses-proses berikut: a. Identifikasi dan pemilihan masalah penelitian. b. Pemilihan kerangka konsepsual untuk masalah penelitian serta hubunganhubungan dengan penelitian sebelumnya. c. Memformulasikan masalah penelitian termasuk membuat spesifikasi, tujuan, scope penelitian dan hipotesis. d. Membangun ekperimen atau percobaan. e. Memilih serta memberi definisi terhadap pengukuran variabel-variabel. f.
Memilih prosedur dan teknik yang digunakan.
g. Menyusun alat serta teknik untuk mengumpulkan data. h. Membuat coding, serta mengadakan editing dan prosesing data. i.
Menganalisis data dan pemilihan prosedur analisis.
j.
Pelaporan hasil penelitian, termasuk proses penelitian, diskusi serta interpretasi data, generalisasi, kekurangan-kekurangan dalam penemuan, serta saran untuk penyempurnaan dan pengembangan penelitian yang akan datang.
Dari proses di atas, jelas terlihat bahwa proses tersebut terdiri dari dua bagian, yaitu: 1. Disain perencanaan penelitian 2. Disainpelaksanaan penelitian atau proses operasional penelitian Proses perencanaan penelitian dimulai dari identifikasi, pemilihan serta rumusan masalah sampai dengan perumusan hipotesis serta kaitannya dengan teori dan kepustakaan yang ada. Proses selebihnya merupakan tahap operasional dari penelitian. 1. Disain Perencanaan Penelitian Disain perencanaan penelitian dimulai dengan mengadakan penyelidikan dan evaluasi terhadap penelitian yang sudah dikerjakan dan diketahui, dalam memecahkan masalah. Dari penyelidikan itu, akan terjawab bagaimana hipotesis dirumuskan dan diuji dengan data yang diperoleh untuk memecahkan suatu masalah. Dari sini pula dapat dicari beberapa petunjuk tentang disain yang akan dibuat untuk penelitian yang akan dikembangkan. Pemilihan disain biasanya dimulai ketika seorang peneliti sudah mulai merumuskan hipotesis-hipotesisnya. Tetapi aspek yang paling penting adalah berkenaan dengan apakah suatu hipotesis yang khas diterjemahkan ke dalam fenomena-fenomena yang diamati dan apakah metode penelitian yang akan dipilih akan dapat menjamin diperolehnya data yang diperlukan untuk menguji hipotesis tersebut. Sampai pada taraf ini, peneliti dihadapkan kepada pilihan metode yang akan dipakai dalam penelitian. Apakah akan digunakan metode survei, metode eksperimen ataukah metode kualitatif yang tidak berstruktur. Juga telah dapat dipertimbangkan apakah dengan biaya yang tersedia serta jumlah serta keterampilan dari orang-orang yang akan dilibatkan dalam penelitian sudah cukup tersedia untuk melaksanakan penelitian. Disain untuk perencanaan penelitian bertujuan untuk melaksanakan penelitian, sehingga dapat diperoleh suatu logika, baik dalam pengujian hipotesis, maupun dalam membuat kesimpulan. Disain rencana penelitian yang baik akan dapat menterjemahkan model-model ilmiah ke dalam operasional penelitian secara praktis. Tiap langkah dari disain perencanaan penelitian memerlukan pengambilan keputusan yang tepat oleh peneliti. Keputusan yang diambil harus merupakan kompromi antara penggunaan metode ilmiah yang sangat sukar dan kondisi/keterbatasan yang ada. Kompromi-kompromi ini dapat menghasilkan rencana penelitian yang cocok dengan masyarakat ilmiah setempat serta kepentingan praktis.
2.Pelaksanaan penelitian Disain pelaksanaan penelitian meliputi proses membuat percobaan ataupun pengamatan serta memilih pengukuran-pengukuran variabel, memilih prosedur dan teknik sampling, alat-alat untuk mengumpulkan data kemudian membuat coding, editing dan memproses data yang dikumpulkan. Dalam pelaksanaan penelitian termasuk juga proses analisis data serta membuat laporan. Oleh Suchman (1967) disain dalam pelaksanaan penelitian dibagi atas: 1. disain sampel 2. disain alat (instrumen) 3. disain analisis 1. Disain Sampel Disain sampel yang akan digunakan dalam operasional penelitian amat bergantung dari pandangan efisiensi. Dalam disain sampling ini termasuk: a. mendefinisikan populasi b. menentukan besarnya sampel dan, c. menentukan sampel yang representatif Definisi dari sampling sangat bergantung dari hipotesis.Dalam menentukan besar sampel, pemilihannya perlu dihubungkan dengan tujuan serta banyaknya variabel yang ingin dikumpulkan. Dalam merencanakan disain dari sampling diperlukan teknik-teknik untuk memperoleh sampling yang representatif. Jika metode penelitian yang dipilih adalah metode eksperimental, maka dalam masalah disain sampling, penekanan lebih diarahkan kepada pemilihan disain percobaan yang cocok. Dalam pemilihan disain percobaan ini peneliti selalu dituntun oleh derajat akurasi yang ingin dicapai, validitas yang ingin diperoleh. Kondisi homogenitas dari media percobaan juga menentukan disain percobaan mana yang lebih baik dan lebih efisien untuk digunakan. 2. Disain dari Instrumen atau Alat Yang
dimaksud
dengan
alat
di
sini
adalah
alat
untuk
mengumpulkan/mendapatkan data. Dalam penelitian sosial alat yang digunakan dapat saja sangat berstruktur (seperti check list dari quetionair atau schedule), kurang berstruktur seperti interview guide ataupun suatu outline biasa di dalam mencatat pengamatan langsung. Pemilihan alat harus dievaluasikan sebaik mungkin sehingga alat tersebut cocok dengan informasi yang diinginkan untuk memperoleh data yang cukup reliabel. Kecuali dalam penelitian percobaan, maka alat yang digunakan dalam
penelitian sosial sukar menjamin terdapatnya validitas mutlak dari observasi data. Satu alat bisa saja untuk satu kegunaan, tetapi menjadi tidak valid untuk tujuan yang lain. Secara umum disain dari alat haruslah dievaluasikan sebelum digunakan untuk dapat menjamin efisiensi dalam mengumpulkan keterangan-keterangan yang diperlukan untuk menguji hipotesis. Untuk penelitian eksakta alat dapat berwujud peralatan elektronik, mekanik, optik dsb, sesuai dengan eksperimen yang akan dibangun. Untuk penelitian yang bersifat perancangan, pemrograman komputer, dan pemodelan biasanya biasanya selain komputer itu sendiri juga digunakan beberapa code/paket program komputer yang sesuai. Penelitian perancanagn biasanya terdapat salah faham, bahwa peneliti harus membuat bahan/alat/proses yang dirancang dalam bentuk fisik. Perancangan biasanya hanya menghasilkan kertas kerja, gambar-gambar yang siap untuk dibuat oleh pabriklbengkel, namun tidak perlu membuat alat percontohannya. Penelitian yang bersifat eksploratif biasanya diperlukan peralatan yang cukup banyak, baik peralatan utama ataupun penunjang. 3. Disain Analisis Secara ideal disain analisis sudah dikerjakan lebih dahulu sebelum pengumpulan data dimulai. Jika disain dalam memformulasikan hipotesis sudah cukup baik, maka disain analisis secara paralel dapat dikembangkan dari disain merumuskan hipotesis tersebut. Hipotesis tersebut dianggap baik jika konsisten dengan analisis yang akan dibuat. Dalam disain hipotesis, juga hams sudah dispesifikasikan hubunganhubungan dasar yang akan dianalisis. Dalam analisis hubungan-hubungan antar variabel bebas dan variabel dependen, maka variabel lain yang mempengaruhi kedua variabel di atas perlu juga dianalisis. Hipotesis merupakan titik tolak analisis, tetapi pemikiran imajinatif serta pikiranpikiran asli akan muncul dalam analisis dan disesuaikan dengan data yang tersedia. Dalam analisis, peneliti akan mencocokkan hipotesis dengan data, menambah yang kurang, mengurangi yang lebih.Walaupun demikian, lukisan akhir yang dihasilkan oleh analisis harus menyerupai gambaran yang dilukiskan oleh hipotesis. Dalam disain analisis, maka diperlukan sekali alat-alat yang digunakan untuk membantu analisis. Penggunaan ststistik yang tepat yang sesuai dengan keperluan analisis harus dipilih sebaik-baiknya. Penggunaan statistik sebagai alat analisis telah sangat berkembang dalam bentuk bebagai paket program komputer. Untuk penelitian
pembuatan software/pemrograman biasanya diperlukan code lain umtuk verifikasi dalam memperkuat analisis hasil penelitian. Jenis-jenis Disain Penelitian Disain penelitian dapat dikelompokkan atas enam jenis, yaitu: a. Disain untuk penelitian yang ada kontrol b. Disain untuk studi deskriptif dan analisis c. Disain untuk studi lapangan d. Disain untuk studi dengan dimensi waktu e. Disain untuk studi evaluatif nonevaluatif f. Disain dengan menggunakan data primer atau sumber data sekunder. a. Disain Penelitian yang Ada Kontrol Disain penelitian ini adalah disain percobaan atau disain bukan percobaan. Kedua disain tersebut mempunyai kontrol. Dalam disain percobaan, beberapa variabel dikontrol dan beberapa merupakan kontrol. Dalam percobaan, peneliti mengadakan manipulasi terhadap beberapa variabel atau faktor yang merupakan fenomena yang menyebabkan munculnya hasil yang sedang diteliti. Disain percobaan ini biasanya dipakai untuk meneliti fenomena natura. Di lain pihak, terdapat kesulitan untuk mengadakan percobaan jika objeknya adalah manusia. Dalam hal ini maka percobaan sejati tidak bisa dilakukan. Karena itu peneliti mengadakan percobaan semu dengan kontrol yang tidak berapa ketat. Kontrol ini dapat dilaksanakan dengan randomisasi, manipulasi melalui pemilihan kelompok yang mempunyai sifat atau karakter yang berbeda dan dengan mengontrol secara statistik. Karena kelompok kontrol ditentukan secara alamiah tanpa manipulasi, maka sukar dipastikan apakah adanya hubungan secara statistik antara fenomena memang disebabkan oleh variabel yang sedang diteliti atau oleh variabel luar lainnya. b. Disain Penelitian Deskriptif-Analitis Penelitian yang noneksperimental dapat dibagi atas penelitian deskriptif dan penelitian analitis. Penelitian deskriptif adalah studi untuk menemukan fakta dengan interpretasi yang tepat. Dalam disain studi deskriptif ini, termasuk disain untuk studi formulatif dan eksploratif yang berkehendak hanya untuk mengenal fenomenafenomena untuk keperluan studi selanjutnya. Dalam studi deskriptif juga termasuk:
1. studi untuk melukiskan secara akurat sifat-sifat dari beberapa fenomena, kelompok atau individu; 2. studi untuk menentukan frekuensi terjadinya suatu keadaan untuk meminimisasikan bias dan memaksimumkan reliabilitas. Di samping penelitian deskriptif, terdapat juga disain untuk penelitian analitis. Walaupun sangat kecil perbedaan antara studi deskriptif dan analitis, tetapi pada studi analitis, analisis ditujukan untuk menguji hipotesis-hipotesis dan mengadakan interpretasi yang lebih dalam tentang hubungan-hubungan. Disain studi analisis lebih banyak dihatasi oleh keperluan-keperluan pengukuran-pengukuran, dan menghendaki suatu model seperti pada disain percobaan. c. Disain Penelitian Lapangan atau Bukan Disain percobaan dapat dilihat dari sudut apakah penelitian tersebut merupakan setting dengan menggunakan lapangan atau tidak. Disain penelitian sejarah/literatur, misalnya, kurang menggunakan penelitian lapangan, karena banyak kerja penelitian dilakukan untuk mencari dokumen-dokumen di perpustakaan, dan sebagainya. Sebaliknya, disain untuk penelitian percobaan lebih banyak dilakukan di lapangan/laboratorium. Keadaan serta tingkat kontrol yang dapat dilakukan juga dipengaruhi oleh ada tidaknya kerja lapangan dalam penelitian. Pada metode sejarah/literatur, kerja di lapangan hanya merupakan sebagian dari kerja penelitian seluruhnya. Walaupun teknik dalam metode kasus dan metode sejarah hampir bersamaan, tetapi secara relatif, disain studi kasus lebih banyak melakukan kerja lapangan dibandingkan dengan metode sejarah. Metode survei menggunakan kombinasi dari teknik yang mencakup sampel yang cukup besar sampai teknik pengamatan yang kurang formal dengan sampel kecil dan kualitatif, ataupun studi yang cukup intensif mengenai suatu fenomena. Metode survei dilaksanakan di lapangan, karena disainnya untuk penelitian survei sangat bergantung pada pemilihan responden, pemilihan alat mengumpulkan data, prosedur-prosedur yang dilaksanakan, serta kondisi di lapangan. Disain percobaan dengan mempertimbangkan ada tidaknya penelitian lapangan
sangat
erat
hubungannya
dengan
ada
ridaknya
kontrol
dalam
mengumpulkan data. Peneliti dapat membuat kontrol yang ketat pada percobaan laboratorium. Kemampuan memakai kontrol sedikit berkurang jika disain percobaan dilakukan di lapangan. Kontrol semakin berkurang jika disain non eksperimental dilaksanakan di lapangan. Kontrol boleh dikatakan tidak ada sama sekali jika disain
non eksperimental dilakukan bukan sepenuhnya di lapangan dalam mengumpulkan data seperti disain metode sejarah. d. Disain Penelitian dalam Hubungan dengan Waktu Dalam hubungannya dengan waktu serta pengulangan penelitian, maka kita lihat bahwa penelitian percobaan dan penelitian dengan menggunakan metode sejarah memakai disain di mana penyelidikan dilakukan dalam suatu interval waktu tertentu. Tetapi dalam disain survei, masalah waktu yang digunakan dalam mengumpulkan data perlu sekali diperhatikan. Jika data dikumpulkan dengan cara cross section, maka penelitian dinamakan one time cross sectional study. Tetapi jika data dikumpulkan untuk suatu periode tertentu, dan responden yang digunakan pada periode lain adalah kelompok yang tidak serupa dengan kelompok pada pengumpulan data pertama, maka disain tersebut dinamakan disain studi panel. Jika data dikumpulkan pada lebih dari dua titik waktu dengan menggunakan kelompok responden yang sama, maka disain studi dinamakan studi longitudinal. Jika data dikumpulkan beberapa kali dengan interval yang reguler yang memakai suatu interval yang lama, maka penelitian tersebut dinamakan studi time series, atau studi trend. Dalam studi trend, disain yang digunakan adalah membuat perbandingan antara kelompok percobaan sebelumnya, dengan kelompok kontrol sesudah itu. Masalah dalam disain ini timbul karena sukar mengamati perubahanperubahan internal dan checking dibatasi dengan hanya mencocokkan kelompok kontrol dengan kelompok percobaan. e. Disain dengan Tujuan Evaluatif atau Bukan Dalam suatu horizon penelitian, maka dapat dipikirkan suatu penelitian yang melulu dengan tujuan mengumpulkan pengetahuan atau penelitian dasar, dan pada ujung horizon lain adanya penelitian tindakan yang bertujuan terapan yang hasilnya dengan segera diperlukan untuk merumuskan kebijakan. Kemudian terdapat pula suatu penelitian yang dinamakan penelitian evaluatif, yang merupakan penelitian yang berhubungan dengan aplikasi hasil penelitian. Orientasi dari penelitian evaluatif adalah asesmen atau apraisal dari kualitas dan kuantitas kegiatan serta meneliti faktor-faktor yang membuat kegiatan tersebut berhasil. Dalam penelitian evaluatif ini, peneliti hams membuat disain sehingga pertanyaan-pertanyaan tentang aspek-aspek evaluasi dapat terjawab. Misalnya, pertanyaan tentang kualitas dan kuantitas upaya, hasil dari upaya, efisiensi, spesifikasi mengapa dan bagaimana program tersebut sukses dan
sebagainya. Disain penelitian hampir selalu menjurus kepada model percobaan sebelum-dan-sesudah pengukuran dari kelompok percobaan dan kelompok kontrol. Disain harus berisi analisis, bisa di lapangan atau tidak di lapangan. Disain penelitian evaluatif harus selalu mengenai perubahan yang terjadi menurut waktu. Walaupun tujuan dari penelitian evaluatif dan penelitian nonevaluatif sangat berbeda, tetapi signifikannya hasil penelitian hams dinyatakan menurut standar ilmiah yang berlaku. 6. Disain Penelitian dengan Data Primer/Sekunder Sebagian besar dari tujuan disain penelitian adalah untuk memperoleh data yang relevan, dapat dipercaya, dan valid. Dalam mengumpulkan data maka peneliti dapat bekerja sendiri untuk mengumpulkan data atau menggunakan data orang lain. Jika data primer yang diinginkan, maka peneliti dapat menggunakan teknik dan alat untuk mengumpulkan data seperti observasi langsung (participant atau non participant), menggunakan informan, menggunakan questionair, schedule atau interview guide, dan sebagainya. Jika data yang diinginkan adalah data primer, maka disain yang dibuat harus menjamin pengumpulan data yang efisien dengan alat dan teknik serta karakteristik dari responden. Jika peneliti ingin menggunakan data sekunder, maka peneliti narus mengadakan evaluasi terhadap sumber, keadaan data sekundernya dan juga peneliti harus menerima limitasi-limitasi dari data tersebut. Hal ini lebih-lebih diperlukan jika diinginkan untuk memperoleh data mengenai masa yang lampau. Disain penelitian merupakan perpaduan antara keputusan dan revisi, di mana suatu keputusan yang diambil selalu diiringi dengan pengaru adanya keseimbangan dalam proses. Sudah terang tiap keputusan harus disandarkan kepada metode ilmiah, tetapi menterjemahkan keputusan tersebut dalam suatu prosedur operasional yang khas memerlukan seni dan keterampilan. Disain yang ideal sekurang-kurangnya harus mempunyai ciri-ciri berikut ini:
Dibentuk berdasarkan metode ilmiah Dapat dilaksanakan dengan data dan teknik yang ada Cocok untuk tujuan penelitian, dalam artian harus menjamin validitas penemuan untuk memecahkan masalah
Harus ada originalitas dalam membuat disain yang inventif sifatnya Ada keindahan dalam disain, dalam artian bahwa disain tersebut seimbang
Disain harus cocok dengan biaya penelitian, dan dengan kemampuan sumber manusia.