METODE PENELITIAN Disain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini terdiri dari dua bagian penelitian, penelitian pertama tentang pengembangan alat ukur pengetahuan, sikap dan praktek gizi pada remaja serta penelitian kedua tentang analisis pengetahuan, sikap dan praktek gizi pada remaja. Penelitian pertama terdiri dari lima tahapan kegiatan yaitu : (1) identifikasi konsep pengetahuan, sikap dan praktek gizi, (2) perumusan kisi-kisi pengetahuan, sikap dan praktek gizi, (3) mengembangkan item pertanyaan untuk kuesioner yang terstruktur; (4) uji coba kesahihan dan keterandalan dan (5) evaluasi akhir alat ukur pengetahuan, sikap dan praktek gizi. Penelitian kedua merupakan penelitian survey dengan disain penelitian cross sectional study. Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purpossive), yaitu Kota dan Kabupaten Bogor. Penentuan lokasi berdasarkan sosial, ekonomi dan lingkungan masyarakat yang sangat beragam sehingga dapat mempengaruhi pengetahuan, sikap dan praktek gizi pada remaja. Penelitian pertama dilaksanakan pada dua desa dari dua kecamatan yang ada di kota dan di kabupaten Bogor, sedangkan penelitian kedua dilaksanakan pada tiga desa dari tiga kecamatan yang ada di kota dan di kabupaten Bogor. Pengumpulan data berlangsung selama setahun dari bulan Juni 2006 sampai Juni 2007. Pengumpulan dan pengolahan data untuk pengembangan alat ukur pengetahuan, sikap dan praktek gizi pada remaja dilakukan selama delapan bulan, mulai bulan Juni 2006 sampai Februari 2007. Data pengetahuan, sikap dan praktek gizi dikumpulkan selama empat bulan, mulai bulan Februari 2007 sampai Juni 2007. Teknik Penarikan Contoh Yang menjadi contoh dalam penelitian ini adalah remaja perempuan dan laki-laki yang berada di Kota dan Kabupaten Bogor. Miminal contoh untuk penelitian pertama dengan populasi yang heterogen adalah 200 orang (Azwar 2006). Agar alat ukur pengetahuan, sikap dan praktek gizi yang dibuat dapat digunakan oleh semua remaja dengan latar belakang sosial ekonomi yang
beragam, maka kerangka contoh penelitian adalah (1) remaja berumur 15-19 tahun, (2) bersekolah dan putus sekolah, pendidikan terakhir contoh putus sekolah adalah tamat SD, tidak tamat SMP, tamat SMP atau tidak tamat SMA (3) tinggal di kota atau kabupaten Bogor, (4) berasal dari keluarga dengan status sosial ekonomi rendah, sedang dan tinggi, (5) bisa baca tulis dan (6) bersedia mengikuti penelitian. Pemilihan contoh dilakukan secara sampling acak berlapis. Tahapan pemilihan contoh dimulai dari penentuan dua kecamatan setiap kota dan kabupaten Bogor. Setiap kecamatan yang terpilih dilakukan pengacakan sekolah dan desa. Terdapat masing-masing dua sekolah dikota dan kabupaten serta dua desa dikota dan kabupaten yang menjadi lokasi penelitian. Dalam penelitian ini, jumlah contoh pada uji coba sebanyak 242 orang. Lokasi penelitian, sekolah yang terpilih dan jumlah contoh disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Sebaran contoh pada penelitian pertama Kota
Desa
Kec. Bogor
Kec. Bogor
Barat
Utara SMKN I Bogor 39
SMA Kornita
n
SMA Al Azhar Plus 19
32
SMUN I Lewiliang 40
Putus Sekolah n
Sindang Barang 28
Bantarjati
Darmaga
Lewiliang
29
28
27
112
Jumlah
47
68
60
67
242
Sekolah
Kec. Darmaga
Kec. Lewiliang
Jumlah
140
Pada penelitian kedua, minimal contoh yang akan diambil berdasarkan proporsi remaja yang ada di Kota dan Kabupaten Bogor (Cochran, 1991). Populasi dalam penelitian ini adalah remaja yang tinggal di Kota dan Kabupaten Bogor. Berdasarkan data BPS Kota Bogor tahun 2004/2005, jumlah remaja umur 15-19 tahun sebanyak 85.340 orang dengan jumlah remaja yang bersekolah 47.045 orang dan putus sekolah 38.295 orang. Data BPS kabupaten Bogor tahun 2005/2006, jumlah remaja umur 15-19 tahun di kabupaten Bogor sebanyak 214.081 orang dengan jumlah remaja bersekolah 62.125 orang dan putus sekolah
151.956 orang. Minimal contoh yang diperlukan adalah sebagai berikut (Cochran 1991) : n =
no
no =
t2 pq d2
1 + (no / N) Keterangan : n = N= t2 = d2 = p = q =
jumlah contoh populasi nilai t tabel presisi (besarnya toleransi penyimpangan) proporsi remaja bersekolah 1-p Jika dalam penelitian ini digunakan nilai t = 95% (1,96), dengan nilai
presisi 5%, proporsi remaja bersekolah 0,37 dan nilai q = 0,63, maka jumlah contoh minimal yang diperlukan menggunakan rumus tersebut, adalah sebagai berikut: no
=
(1,96) 2.0,37.0,63
= 358,19
2
0,05
n=
358,19
= 357,76~358 orang
1+(358,19/298.421) Berdasarkan rumus di atas ditemukan jumlah contoh minimal adalah 358 orang remaja. Untuk menghindari terjadinya pengunduran diri dan atau data yang tidak valid dari contoh maka contoh ditambah 10% dari jumlah total yaitu 36 orang sehingga jumlah contoh adalah 394 orang. Kemudian remaja yang tinggal di kota dan kabupaten di bagi dua. Penentuan jumlah contoh selanjutnya berdasarkan proporsi remaja bersekolah dan putus sekolah. Pemilihan contoh dilakukan secara sampling acak berlapis. Tahapan awal pemilihan contoh adalah pemilihan kecamatan pada tingkat kota dan kabupaten. Kota Bogor terdiri dari 6 kecamatan dan Kabupaten Bogor terdiri dari 40 kecamatan. Penentuan kecamatan dilakukan secara acak dan terpilih masingmasing tiga kecamatan untuk kota dan kabupaten. Kecamatan yang terpilih adalah Kecamatan Bogor Selatan, Kecamatan Bogor Tengah dan Kecamatan Tanah Sereal untuk kota dan Kecamatan Ciawi, Kecamatan Cibinong dan Kecamatan
Ciampea untuk kabupaten. Dari kecamatan yang terpilih diacak sekolah dan desa untuk menjadi lokasi penelitian. Berdasarkan tahapan pemilihan contoh di atas, yang menjadi contoh dalam penelitian ini sebanyak 472 orang remaja. Dengan demikian jumlah contoh sebesar 472 orang sudah melebihi jumlah minimal contoh yang diperlukan. Lokasi penelitian, sekolah yang terpilih dan jumlah contoh disajikan pada Tabel 6. Tabel 6 Sebaran contoh pada penelitian kedua KOTA Kec. Kec. Kec. Bogor Bogor Tanah Selatan Tengah Sereal SMUN SMKN SMUBhakti Sekolah I I Insani Bogor Bogor
DESA Kec. Ciawi
Kec. Cibinong
Kec. Ciampea
SMU YZA Ciawi
SMKN I Cibinong
SMUN Ciampea
Jumlah
264
n
58
48
39
40
38
41
Putus Sekolah
Batu Tulis
Mekar Sari
Suka Damai
Gadog
Bojong Gede
Cinangneng
n
32
36
36
36
32
36
208
Jumlah
90
84
75
76
74
73
472
Tahapan Pengembangan Alat Ukur Pengetahuan, Sikap dan Praktek Gizi pada Remaja Identifikasi Konsep Untuk mendefinisikan konsep dari kuesioner pengetahuan, sikap dan praktek gizi dengan tepat dimulai dengan mengembangkan kerangka konseptual yang relevan dengan pengetahuan, sikap dan praktek gizi yang diukur. Kerangka konseptual dibangun dari studi literatur yang diperoleh dari jurnal, artikel, web sites dengan kualitas baik, hasil penelitian dan buku-buku tentang permasalahan gizi pada remaja (Whati 2005; Parmenter & Wardle 1999). Rumusan konsep yang diperoleh dari studi pustaka didiskusikan dengan pakar. Pakar berjumlah empat orang yang terdiri dari pakar gizi (Human Nutrition and Comunity Nutrition), pakar pendidikan gizi dan pakar penyuluhan. Diskusi bertujuan untuk menghimpun berbagai informasi dan masukan dari pakar untuk
menyempurnakan konsep yang telah dirumuskan oleh peneliti. Tahapan pengembangan alat ukur pengetahuan, sikap dan praktek gizi pada remaja dapat dilihat pada Gambar 4. Melalui diskusi ini diharapkan dapat dirumuskan konsep pengetahuan, sikap dan praktek gizi untuk remaja yang relevan dengan kaidah ilmu gizi. Tahapan identifikasi konsep merupakan validitas konstrak (construct validity). Perumusan Kisi-kisi Pengetahuan, Sikap dan Praktek Gizi Tahap kedua bertujuan untuk mengembangkan konsep pengetahuan, sikap dan praktek gizi yang telah didiskusikan dengan ahli menjadi kisi-kisi. Kisi-kisi terdiri dari konsep, variabel dan indikator. Setiap variabel dijabarkan menjadi beberapa konsep dan setiap konsep dijabarkan menjadi beberapa indikator. Perumusan kisi-kisi didiskusikan dengan empat orang pakar yang terdiri dari pakar gizi (Human Nutrition and Comunity Nutrition), pakar pendidikan gizi dan pakar penyuluhan. Tahapan pengembangan kisi-kisi pengetahuan, sikap dan praktek gizi merupakan validitas konstrak (construct validity). Mengembangkan Item Pertanyaan untuk Kuesioner yang Terstruktur Tahap ketiga bertujuan untuk menyusun kuesioner yang terstruktur berdasarkan penjabaran kisi-kisi pengetahuan, sikap dan praktek gizi yang diperoleh pada tahap (2). Setiap indikator dikembangkan menjadi beberapa pertanyaan atau pernyataan. Variabel pengetahuan dan praktek gizi dijabarkan dalam bentuk pertanyaan sedangkan variabel sikap dalam bentuk pernyataan. Tahapan pengembangan item pertanyaan dan pernyataan merupakan validitas isi (Content Validity).
Kajian Pustaka
Konsep Pengukuran Psikometrik
Penelitian Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Praktek Gizi
Identifikasi Konsep
Perumusan Kisi-kisi Pengetahuan, Sikap dan Praktek Gizi
Revisi Kuesioner - Validitas konstrak dan isi
Sistim Skoring
Revisi Kuesioner - Keterbacaan - Kejelasan
Pengembangan Item Kuesioner
-Pedoman umum -Pertanyaan/ pernyataan
Penelitian Pendahuluan
Revisi Kuesioner - Keterbacaan - Validitas - Reliabilitas
Uji Coba Kuesioner
Revisi Kuesioner - Keterbacaan - Validitas
Evaluasi Akhir
ALAT UKUR PENGETAHUAN, SIKAP DAN PRATEK GIZI PADA REMAJA
Gambar 4 Tahapan pengembangan alat ukur pengetahuan, sikap dan praktek gizi pada remaja
Penulisan item harus memperhatikan beberapa syarat. Crocker (1986) mengemukakan beberapa hal yang dilakukan dalam menulis sebuah item pengetahuan dan praktek, yaitu: (1) membuat format item yang sesuai; (2) memeriksa kesesuaian format dengan subyek yang akan diukur; (3) memilih dan melatih menulis item; (4) mengusahakan agar setiap pertanyaan ditulis dalam bahasa yang sederhana, dan jelas (5) menghindari kata-kata atau istilah yang kemungkinan tidak dimengerti oleh responden. Azwar (1988) menjelaskan kriteria informal yang dapat digunakan dalam penulisan pernyataan sikap adalah : (1) menghindari menulis pernyataan yang dapat menimbulkan lebih dari satu penafsiran; (2) menghindari menulis pernyataan yang tidak relevan dengan obyek psikologisnya; (3) menghindari menulis pernyataan yang sangat besar kemungkinannya akan disetujui oleh hampir semua orang; (4) membuat setiap item pernyataan ditulis dalam bahasa yang sederhana, jelas dan langsung; (5) pernyataan sebaiknya pendek, tidak melebihi dari 20 kata; (6) setiap pernyataan harus berisi hanya satu ide yang lengkap; (7) menghindari kata atau istilah yang tidak dimengerti oelh responden dan (8) menghindari pernyataan yang berisi kata negatif ganda. Pengembangan item kuesioner diikuti dengan penetapan skoring dan didiskusikan dengan delapan orang pakar yang terdiri dari pakar gizi (Human Nutrition and Comunity Nutrition), pakar pendidikan gizi, pakar penyuluhan serta pakar pendidikan dan komunikasi. Tiga hal yang didiskusikan adalah: (1) Keterbacaan dari setiap item. Pertanyaan atau pernyataan dari setiap item harus dimengerti oleh remaja berdasarkan pendapat ahli. Item yang kurang komunikatif dan kurang jelas kemudian diperbaiki. (2) Kelayakan setiap item. Selain keterbacaan atau kejelasan item, setiap item harus dinyatakan layak mengukur sebuah konsep yang akan diukur dan tidak mendua (ambiguous) berdasarkan pendapat ahli. Item-item yang tidak relevan dengan konsep berdasarkan pendapat ahli akan dibuang (3) Penetapan skor untuk masing-masing variabel pengetahuan, sikap dan praktek gizi pada remaja. Tiga jenis skor atau alternatif jawaban didiskusikan dengan pakar. Pertanyaan pengetahuan gizi dua alternatif jawaban dan pernyataan sikap dan pertanyaan praktek mempunyai tiga alternatif jawaban (Tabel 7).
Tabel 7 Alternatif jawaban pertanyaan pengetahuan, sikap dan praktek gizi pada remaja Variabel Pengetahuan Skor Sikap Skor Praktek Skor
Alternatif I S B 0 1 TS S 0 1 T Y 0 1
TT TS 0 TP 0
Alternatif II S 0 RR 1 Kd 1
B 1 S 2 Y 2
STS 0 TP 0
Alternatif III TS RR 1 2 Kd Sr 1 2
S 3 Sl 3
Pengetahuan : 1 = benar 2 = Salah Sikap : S = Setuju TS = Tidak setuju RR= Ragu-ragu STS= Sangat Tidak Setuju Praktek : Alternatif 1 0 = Tidak melakukan praktek gizi 1 = Melakukan praktek gizi Alternatif 2 0 = Tidak pernah melakukan praktek gizi (tidak pernah dilakukan dalam seminggu) 1 = Kadang-kadng melakukan praktek gizi (dilakukan 1-6 kali dalam seminggu) 2 = Selalu melakukan praktek gizi (dilakukan 7 kali dalam seminggu) Alternatif 3 0 = Tidak pernah melakukan praktek gizi (tidak pernah dilakukan dalam seminggu) 1 = Kadang-kadang melakukan praktek gizi (dilakukan 1-3 kali dalam seminggu) 2 = Sering melakukan praktek gizi (dilakukan 4-6 kali dalam seminggu) 3 = Selalu melakukan praktek gizi (dilakukan 7 kali dalam seminggu)
Kesahihan (Validitas) dan Keterandalan (Reliabilitas) Alat Ukur Pengetahuan, Sikap dan Praktek Gizi Tahap keempat adalah tahap uji coba yang terdiri dari dua kegiatan. Kegiatan pertama melakukan penelitian pendahuluan dengan 10 orang remaja. Tujuan kegiatan ini untuk mengevaluasi kejelasan dan keterbacaan dari masing-masing item menurut remaja. Item-item yang tidak dimengerti oleh remaja dilakukan perbaikan. Penelitian pendahuluan pada remaja merupakan validitas muka (Face Validity). Kegiatan kedua bertujuan untuk uji coba kuesioner secara statistik yaitu menguji kesahihan dan keterandalan kuesioner. Pengujian kesahihan dan keterandalan dilakukan pada 242 orang remaja (Tahap penarikan contoh penelitian pertama). Uji coba kuesioner pengetahuan, sikap dan praktek gizi dilakukan dalam empat analisis data dibawah ini, yaitu: (1) Tingkat kesukaran item. Item terlalu mudah apabila dijawab benar paling sedikit 75% dari contoh dan item terlalu sulit apabila dijawab benar tidak lebih dari 25% dari contoh. (2) Validitas internal (Internal Validity). Korelasi antara skor item dengan skor total digunakan korelasi Biserial untuk variabel pengetahuan, korelasi Pearson
untuk variabel sikap dan praktek gizi. Item akan dibuang apabila nilai korelasi < 0,3. (3) Reliabilitas konsistensi gabungan item (Internal Consistency Reliability). Konsistensi masing-masing item satu sama lainnya terhadap konsep dan korelasi masing-masing item dengan skor total digunakan Kuder-Richardson 20 (KR-20) untuk pengetahuan gizi dan Korelasi Pearson untuk sikap dan praktek gizi dengan syarat minimum nilai Alpha Cronbach adalah 0,7. (4) Test-retest (Test Retest Reliability). Konsistensi item terhadap perbedaan waktu digunakan korelasi Pearson. Syarat minimum untuk nilai Alpha Cronbach adalah 0,7. Pada pengujian reliabilitas test-retest data diambil dua kali dengan rentang waktu pengisian 15–30 hari. Dua minggu cukup untuk seseorang melupakan respon terhadap kuesioner, tetapi cukup lama tidak terjadi perubahan pengetahuan gizi (Parmenter & Wardle 1999; Singarimbun & Effendi 1995). Jumlah contoh untuk reliabilitas pada uji coba pertama sebanyak 242 orang. Uji coba kedua yang bersedia melengkapi kuesioner dua kali sebanyak 207 orang (85,5%). Sebanyak 35 orang contoh mengundurkan diri dengan alasan tidak masuk sekolah pada saat pengambilan data ke dua (contoh bersekolah), dan pindah rumah atau tidak berada ditempat saat pengambilan data kedua (contoh yang putus sekolah). Data yang diperoleh dari uji coba kuesioner pada remaja di olah seperti tercantum pada Tabel 8. Tabel 8 Peubah, pengumpulan data dan kategori data penelitian No 1
Peubah
2
Umur Jenis kelamin Status Gizi
3
Besar keluarga
4
6 7
Pekerjaan ibu & bapak Pendapatan perkapita keluarga Pengetahuan Sikap
8
Praktek
5
Kategori Data Frekuensi 1x Dalam tahun Laki-laki dan perempuan 1x IMT < P ke-5 - kurus IMT P ke 5-85 normal IMT > P ke-85 - gemuk 1x ≤4 Keluarga kecil 5,6 Keluarga Sedang ≥7 Keluarga Besar 1x Jenis Pekerjaan 1x 2x 2x 2x
Miskin Desa
Evaluasi Akhir Alat Ukur Pengetahuan, Sikap dan Praktek Gizi Tahap ini bertujuan untuk mengevaluasi hasil uji coba kuesioner yang telah dilakukan pada remaja (Whati 2005). Evaluasi akhir alat ukur pengetahuan, sikap dan praktek gizi merupakan validitas isi (content validity). Pakar terdiri dari pakar gizi (Human Nutrition and Comunity Nutrition), pakar pendidikan gizi dan pakar penyuluhan. Analisis Pengetahuan, Sikap dan Praktek Gizi pada Remaja Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data skunder. Data primer terdiri dari data karakteristik sosial ekonomi contoh dan keluarga yang terdiri dari umur contoh, jenis kelamin contoh, pendidikan contoh, pendidikan terakhir orang tua, pekerjaan orang tua dan pendapatan perkapita perbulan keluarga yang dikumpulkan dengan pengisian kuesioner oleh contoh. Data pengetahuan, sikap dan praktek gizi contoh dikumpulkan dengan pengisian kuesioner oleh contoh. Data status gizi dikumpulkan dengan mengukur berat badan dan tinggi badan. Berat badan diukur menggunakan timbangan yang telah ditera ulang dan tinggi badan diukur dengan microtoise. Hasil pengukuran berat badan dan tinggi badan dalam bentuk Indeks Massa Tubuh (IMT) di bandingkan dengan nilai IMT untuk remaja berdasarkan WHO (1995). Data skunder terdiri dari nama desa dan sekolah yang menjadi lokasi penelitian diperoleh dari kecamatan, kelurahan, dinas pendidikan. Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data dilakukan secara manual dan komputer menggunakan program Microsoft Excel dan SPPS for Windows versi 11.00. Tahapan pengolahan yang akan dilakukan adalah : (1) Editing data, yaitu setiap lembar kuesioner yang masuk akan diperiksa terlebih dahulu (2) Koding data, yaitu memberi kode pada setiap lembaran kuesioner
(3) Entry data, yaitu memasukkan data yang telah dikoding ke dalam komputer pada program SPSS versi 11.00 (4) Cleaning data, yaitu memeriksa ulang data Data yang telah terkumpul dikelompokkan menurut peubahnya, ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif. Analisis pengetahuan, sikap dan praktek gizi remaja dilakukan secara deskriptif. Pengkategorian setiap peubah yang diteliti umumnya dilakukan dengan menggunakan angka rata-rata dan standar deviasi, atau menggunakan patokan normatif seperti dalam pengkategorian besar keluarga dan pendapatan perkapita perbulan. Untuk membandingkan peubah seperti pengetahuan, sikap dan praktek gizi contoh sekolah dan putus sekolah di kelompok kota dan desa, dilakukan uji Anova sesuai dengan jenis datanya. Uji analisis Anova digunakan untuk membandingkan rata-rata lebih dari dua kelompok sampel (Uyanto 2006). Analisis hubungan antara pengetahuan, sikap dan praktek gizi digunakan uji Korelasi Pearson.