SKRIPSI Strategi Redaksi Majalah Gatra dalam Proses Pembuatan berita pada Rubrik Laporan Khusus edisi 34 (Periode 2 – 8 Juli 2009) Disusun untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana strata 1 (S1) ilmu komunikasi
Disusun oleh : Nama
: NORMAN SENJAYA
NIM
: 04102 – 030
Jurusan
: Jurnalistik
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2009
2
UNIVERSITAS MERCU BUANA FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI JURUSAN JURNALISTIK
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI
Nama
:
Norman Senjaya
NIM
:
04102-030
Fakultas
:
Ilmu Komunikasi
Bidang Studi
:
Broadcasting
Judul
:
STRATEGI REDAKSI MAJALAH GATRA DALAM PROSES PEMBUATAN BERITA PADA RUBRIK LAPORAN KHUSUS EDISI 34 (PERIODE 2 – 8 JULI 2009)
Mengetahui,
Pembimbing
(Drs.Riswandi,M.Si)
3
UNIVERSITAS MERCU BUANA FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI JURUSAN JURNALISTIK
TANDA LULUS SIDANG SKRIPSI Nama
:
Norman Senjaya
NIM
:
04102-030
Fakultas
:
Ilmu Komunikasi
Bidang Studi
:
Broadcasting
Judul
:
STRATEGI REDAKSI MAJALAH GATRA DALAM PROSES PEMBUATAN BERITA PADA RUBRIK LAPORAN KHUSUS EDISI 34 (PERIODE 2 – 8 JULI 2009) Jakarta, Agustus 2009
Ketua Sidang
:
Nama
:
Penguji Ahli
:
Nama
:
Pembimbing
:
Nama
:
(
)
(
)
Feni Fasta, M.Si
Afdal Makkuraga Putra, MM, M.Si ( Drs. Riswandi, M.Si
)
4
UNIVERSITAS MERCU BUANA FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI JURUSAN JURNALISTIK
PENGESAHAN PERBAIKAN SKRIPSI Nama
:
Andi Aryadi
NIM
:
4420412-030
Fakultas
:
Ilmu Komunikasi
Bidang Studi
:
Broadcasting
Judul
:
STRATEGI REDAKSI MAJALAH GATRA DALAM PROSES PEMBUATAN BERITA PADA RUBRIK LAPORAN KHUSUS EDISI 34 (PERIODE 2 – 8 JULI 2009) Jakarta, Agustus 2009
Disetujui dan Diterima oleh : Pembimbing
( Drs.Riswandi, M.Si ) Mengetahui, Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi
Ketua Bidang Studi Broadcasting
(Dra. Diah Wardhani, M.Si)
(Ponco Budi Sulistyo, S.sos, M.Comn)
5
UNIVERSITAS MERCU BUANA FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI JURUSAN JURNALISTIK Norman Senjaya Jurnalistik 04102-030 STRATEGI REDAKSI MAJALAH GATRA DALAM PROSES PEMBUATAN BERITA PADA RUBRIK LAPORAN KHUSUS EDISI 34 (PERIODE 2 – 8 JULI 2009)5bab + 78 halaman + lampiran ABSTRAKSI Perkembangan media cetak dewasa ini di Indonesia tidak terpengaruh dengan pesatnya perkembangan media elektronik karena media cetak dalam hal ini majalah sudah memiliki konsumen pembaca tersendiri. Persaingan diantara majalah pun kian pesat, sehingga mengahruskan pemilik dan pekerja media cetak majalah harus mempunyai strategi agar dapat tetap eksis. Salah satunya yakni penerbit harus pintar dalam membuat tema berita, sudut pandanf berita hingga pemilihan nara sumber. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana strategi redaksi Majalah Gatra dalam proses pembuatan berita pada rubric laporan khusus edisi 34. Kerangka pemikiran yang peneliti gunakan dalam hal ini adalah komunikasi massa, media cetak, majalah,. Agenda setting sebagai tolak ukur dalam penelitian Peneliti menggunakan Agenda setting dari McCombs dan Shaw yang menyatakan bahwa untuk membentuk persepsi khalayak tentang apa yang dianggap penting oleh media, maka dianggap penting oleh masyarakat. Apa yang dilupakan media, akan luput juga dari perhatian masyarakat. Pada penelitian ini strategi redaksi yang digunakan adalah manajemen redaksional oleh Hanry Fayol yaitu proses menginterpretasikan, mengkoordinasikan sumber daya, sumber dana dan sumber-sumber lainnya untuk mencapai tujuan dan sasaran melalui tahapan-tahapan. Perencanaan ( planning ), pengorganisasian ( organizing ), pergerakan ( actuating ), dan pengendalian ( controlling ). Sifat penelitian ini deskriftif kualitatif dengan metode studi kasus dimana dalam memproleh data menggunakan beberapa cara antara lain wawancara, pengamatan, menelaah dokumendokumen, dan data apapun untuk memperoleh dan menguraikan suatu kasus secara terinci. Hasil penelitian ini menunjukan strategi redaksi yang digunakan dalam proses pembuatan berita pada rubrik laporan khusus edisi 34 yakni rapat redaksi, proses pematangan wacana, proses kerja redaksi dan editing tulisan. Rapat redaksi pada edisi 34 dilakukan dua kali karena redaksi harus menyesuaikan oleh fenomena kematian Michael Jackson. Perubahan tema rubrik dilakukan pada rapat yang kedua pada H-3 menjelang proses naik cetak. Proses pematangan wacana dilakukan dalam rapat koordinasi rubrik antara reporter, korlip, jabrik dan kapuslip. Proses tersebut juga bisa dilakukan dalam kondisi informal. Wartawan dalam menjalankan tugasnya diberikan daftar pertanyaan oleh jabrik sebagai pakem kerja mereka agar tidak melebar dari substansi permasalahan. Proses selanjutnya yakni proses edting yang dilakukan oleh jabrik - editor (redaktur) - pemimpin redaksi. i
6 KATA PENGANTAR Tidak ada kata yang pantas untuk penulis ucapkan selain Alhamdulillah setelah rampungnya hasil karya tulis ini, sebagai bentuk rasa syukur atas kehadirat Allah SWT. Atas kebesaran-Nya lah akhirnya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini. Shalawat dan salam tidak lupa penulis curahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW, kepada keluarganya, sahabatnya dan juga kepada para pengikutnya yang senantiasa istiqomah di jalan ajaran yang dibawakannya. Semoga kita sebagai umat yang akan mendapat syafaatnya di hari kiamat. Untuk tugas akhir ini penulis mengangkat judul “Strategi Redaksi Majalah Gatra dalam Proses Pembuatan Berita pada Rubrik Laporan Khusus edisi 34. Tujuh tahun bukanlah waktu yang singkat dalam menyelasaikan studi S1. Namun itulah yang dapat penulis lakukan dengan penuh perjuangan. Bukan berarti penulis berleha-leha dalam kurun waktu tujuh tahun tersebut, tapi antara kuliah dengan mencari biaya kuliah penulis menganggap sebagai dua hal yang saling berkaitan dan harus dijalankan secara beriringan. Rampungya karya tulis ini merupakan awal langkah baru yang harus penulis jalankan agar status mahasiswa selama tujuh tahun di Universitas Mercu Buana tidak menjadi suatu hal yang sia-sia. Penulis percaya bahwa faktor akademis tidak dapat merubah garis rejeki dan takdir seseorang karena semua itu sudah digariskan oleh-Nya.. Tetapi setidaknya faktor akademis mampu merubah pola pikir seseorang dalam menyikapi hidup serta menyikapi garis-garis yang sudah ditentukan oleh-Nya. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada :
7 1. Ema’ (Ibu Atih) dan Almarhum bapak (Bpk. Sobari) tercinta, atas segala keikhlasanmu dalam merawat, mendidik serta mendo’akan anakmu yang hingga kini dan sampai kapan pun tidak akan pernah mampu membalas jasa-jasamu. “Ridho-Nya tergantung dari Ridho mu”. Mudah-mudahan karya tulis ini bisa sedikit membanggakanmu. Karya tulis ini penulis persembahkan untuk Almarhum Bapak, semoga engkau bangga di alam sana. Penulis juga mempersembahkan untuk ema’ yang sudah sekian lama menunggu penulis menyelesaikan kuliah. 2. Bapak Riswandi, M.Si, selaku pembimbing yang telah sabar dan penuh dengan toleransi. Semoga di tahun mendatang tidak ada lagi anak didik bapak yang butuh waktu tujuh tahun untuk menyelesaikan kuliah S1. 3. Bpk. Ponco Budi Sulistyo, S.sos, M.Comn selaku Kepala Program Bidang Studi Broadcasting. 4. Ibu Diah wardhani, M.si, selaku Dekan Fikom Universitas Mercu Buana. 5. Ibu Feni Fasta, M.Si, yang telah bersedia menjadi ketua sidang, dan Bapak Afdal Mangkuraga yang bersedia menjadi penguji ahli dalam persidangan karya tulis ini. 6. Seluruh dosen-dosen Fakultas Ilmu Komunikasi
Universitas Mercu
Buana, yang telah memberikan ilmu dan pengajaran terhadap penulis. 7. Seluruh staf TU yang selalu direpotkan oleh penulis, mas Erfan, mas Mawi, Bang Udin, Mba Lila terima kasih untuk bantuannya. iii
8 8. Bapak Herry Muhammad (Redpel Majalah Gatra), Bapak Tauvik Alwi (Penanggung Jawab Rubrik), Mas Sugmono (Reporter Majalah Gatra) dan seluruh redaksi Majalah Gatra, terima kasih telah mengijinkan penulis untuk meneliti di redakasi Majalah Gatra. 9. Kakakku Nur Hasanah dan Suami (Mas Tongky), terima kasih atas segala bantuannya untuk adikmu ini. Tidak lupa untuk keponakan penulis yang bikin gemes, Nazwa Ndut. 10. Adik-adikku tercinta, Zainul Syahbana (Nzen), M.Fuad Hilmi, Hizri Maulana dan si bontot Humairah Anzani. Do’akan abangmu agar dapat menjaga dan membimbing keluarga. Hadapi hidup ini dengan kekuatan dan kesabaran serta jangan lupa sholat. Jadi lelaki jangan lemah, berikan yang terbaik untuk ema’ dan keluarga serta masyarakat. 11. Sahabat-sahabat setiaku, Suherman (Sue) yang setia menemani penulis hingga selesainya karya tulis ini. Andi Aryadi (Koding), terima kasih atas waktunya menemani penulis untuk sharing. Hadi Yuwono (Bang Ono), atas segala motivasinya hingga memberikan semangat bagi penulis. Semoga Persahabatan kita dapat bertahan hingga regenerasi selanjutnya. 12. Kawan kawan seperjuangan di Unit Kegiatan Pers Mahasiswa ORIENTASI, Gandhi Achmad, Denny Muhidin, Iswadi, Gunawan, Syahril Aceh, Rachma, Uci, dan yang lainnya. Untuk Tari terima kasih atas pinjaman bukunya.
iv
9 13. Senior-senior yang banyak memberikan ilmu dan pengalaman di ORIENTASI, Bang Kardeni, Bang Aznil, Bang M.Yusuf (Ucup). Terima kasih atas segala wacana yang diberikan sehingga penulis tidak merasa hampa melakukan keorganisasian di Universitas Mercu Buana tercinta. 14. Kawan-kawan Jurnalistik 2002 Yus topan, Ismail, Rajibi, Reinal, Afif Terima kasih atas pinjaman skripsinya sebagai referensi. 15. Seluruh Mahasiswa FIKOM angkatan 2002 khususnya yang tergabung dalam Jurik 2002, terima kasih atas segala bantuannya. 16. Kawan-kawan Gerakan Anti Narkoba Pinggir Rawa (GANPIR) Ustd. Ismail, Bang Rangga, Ustd. Abdullah, Bpk. Abdul Hamid, Spd, Bpk Rohman Chandra dan Roby Fauzan. Terima kasih atas segala kesediaanya dan kesediaannya menemani penulis saat kongkowkongkow malam. 17. Keluarga Besar Yayasan Yatim Piyatu Mahabbaturrasul. Semoga kita ikhlas dalam mengurus santunan untuk anak yatim di lingkungan RW.04 Kel. Pegadungan. 18. Keluarga Besar Indonesia Corruption Watch, terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk magang dan menjadi Volunteer di ICW. Mas Agus Sunaryanto, Mas Lais Abid, Mas Ade Irawan, dan yang lainnya. Semoga skripsi yang jauh dari kesempurnaan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan. Selanjutnya penulis mengharapka kritik serta
v
10 saran yang konstruktif agar penulis dapat belajar dari saran dan kritik yang diberikan. Semoga segala bentuk bantuan yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan pahala dari ALLAH SWT. Amin ya Robbal alamin.
Jakarta, Agustus 2009
Norman Senjaya
11 DAFTAR ISI
ABTRAKSI
i
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR BAGAN
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.1.Latar Belakang Masalah
1
1.2.Pokok Permasalahan
8
1.3.Tujuan Penelitian
9
1.4.Manfaat Penelitian
9
BAB II
1.4.1 Manfaat Akademis
9
1.4.2 Manfaat Praktis
9
TINJAUAN PUSTAKA
10
2.1.Komunikasi Massa
10
2.1.1.Karakter Komunikasi Massa
12
2.1.2.Fungsi Komunikasi Massa
14
2.1.3.Fungsi Komunikasi Massa Bagi Khalayak
15
2.2.Media Massa
16
2.3.Politik Media
19
2.4.Media Massa dan Konstruksi Realitas
20
2.5.Media Cetak
22
2.6.Majalah Sebagai Media Cetak
24
12 2.7.Tema dalam Sebuah Majalah
27
2.8.Definisi Rubrik
28
2.9.Strategi
28
2.10.Strategi Komunikasi
31
2.11.Manajemen Redaksi
32
2.11.1.Gambaran Kerja Redaksi
BAB III
BAB IV
34
2.12.Teori Komunikasi Massa
36
2.13.Strategi Redaksi
39
METODOLOGI PENELITIAN
41
3.1.Sifat Penelitian
41
3.2.Metode Penelitian
42
3.3.Defenisi Konsep
43
3.4.Fokus Penelitian
43
3.5.Nara Sumber
45
3.6.Teknik Pengumpulan Data
46
3.6.1.Data Primer
46
3.6.2.Data Skunder
46
3.7.Tehnik Analisis Data
46
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
48
4.1.Gambaran Umum Ojek Penelitian
48
4.1.1.Visi dan Misi Majalah Gatra
49
4.1.1.1
Visi Majalah Gatra
49
4.1.1.2
Misi Majalah Gatra
49
13 4.1.2 Kriteria Layak berita Majalah Gatra
50
4.1.3 Gatra di pasar berita
50
4.1.4 Struktur organisasi Gatra
54
4.2.Hasil Penelitian 4.2.1.Strategi Redaksi
BAB V
63 65
4.2.1.1.Tahap Perencanaan (Planning)
64
4.2.1.2.Tahap Pengorganisasian (Organizing)
66
4.2.1.3.Tahap Pergerakan (Actuating)
67
4.2.1.4.Tahap Pengendalian (Controling)
69
4.3.Analisis Dan Pembahasan
70
PENUTUP
75
5.1.Kesimpulan
75
5.2.Saran
76
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
14 DAFTAR BAGAN Bagan 1
Bagan proses kerja redaksi Majalah Gatra
52
Bagan 2
Bagan struktur organisasi produksi Majalah Gatra
53
15
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Kebutuhan mendasar manusia selain kebutuhan sandang, pangan dan papan
adalah kebutuhan akan komunikasi. Proses komunikasi pada intinya merupakan penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan. Mulai dari komunikasi kepada dirinya sendiri (intra personal) sampai kepada komunikasi kepada pihak lain (antar personal). Hingga kini komunikasi telah mengalami perkembangan yang signifikan dengan munculnya teknologi informasi baru yaitu internet yang makin mempermudah dan mempercepat komunikasi global. Informasi yang diterima oleh khalayak yang dituju dengan mudah, cepat dan akurat. Hal tersebut perlu dilakukan untuk menghindari kesalahpahaman dari khalayak. Salah satu bentuk komunikasi adalah komunikasi massa. Komunikasi massa merupakan salah satu bentuk proses penyampaian pesan yang ditujukan kepada orang banyak atau massa. Karena pesan yang yang akan disampaikan menyangkut kepentingan orang banyak (massa), maka diperlukan media komunikasi yang bisa diakomodasi oleh orang banyak yaitu media massa Ciri komunikasi massa yaitu komunikasi dengan menggunakan media massa, adalah prosesnya berlangsung satu arah, komunikasinya melembaga, pesannya
bersifat
umum,
medianya
menimbulkan
keserempakan,
komunikannya heterogen. 1 1
Onong Uchjana Efendi. Komunikasi Teori dan Praktek. PT. Rosdakarya, Bandung ,hal 145
1
dan
16 Ciri-ciri tersebut dipenuhi, baik oleh media massa cetak surat kabar dan majalah maupun oleh media massa elektronik radio dan televisi. Kendati demikian, antara media massa elektronik dan media massa cetak itu terdapat perbedaan yang luas, yakni pesan-pesan yang disiarkan media massa elektronik di terima oleh khalayak hanya sekilas dan khalayak harus berada di depan pesawat televisi dan radio, sedangkan pesan-pesan yang disiarkan media cetak dapat diulang, dikaji dan dipelajari serta disimpan untuk dibaca pada tiap kesempatan. Ciri khas itulah yang menyebabkan media massa elektronik karena pesan-pesan persuasif melalui media cetak telah banyak di tujukan kepada rasio atau pikiran, sedangkan pesan-pesan persuasiv melalui media elektronik lebih banyak di tujukan pada perasaan.2 Komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukkan sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan-pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.3 Media massa telah muncul sebagai kekuatan yang berpenggaruh, penyebaran informasi melalui media massa seperti surat kabar, televisi, radio, telah membentuk pengetahuan dan pendapat manusia mengenai berbagai peristiwa hal yang menyangkut kehidupannya. Kegunaan media massa telah dirasakan oleh masyarakat bahkan merupakan kebutuhan hidup sehari-hari, media massa telah hadir setiap saat tanpa memandang waktu dan tempat. Perkembangan media massa
2 3
Ibid.hal 145 Jalaludin Rakhmat. Psikologi Komunikasi. PT.Rosda. hal.189
17 telah menunjukkan kecenderungan yang pesat dan luas, media cetak telah muncul seperti berjenis-jenis koran, majalah, buletin, dan jurnal-jurnal.4 Aktifitas media massa disatukan dalam sebuah organisasi yaitu pers. Dalam perkembangan yang lebih jauh lagi, pers mempunyai dua pengertian, yakni pers dalam pengertian luas dan pers dalam pengertian sempit. Dalam pengertian luas, meliputi segala penerbitan bahkan termasuk media massa elektronik, radio siaran, dan televisi. Sedangkan pers dalam pengertian sempit, hanya terbatas pada media cetak, yakni surat kabar, majalah, dan bulletin. Selain itu media
cetak harus
memainkan peranan-peranan di atas dalam keadaan yang berbeda-beda, sesuai dengan visi dan misi dari masing-masing medianya, sehingga keberadaan suatu media massa khususnya media cetak seperti menjadi santapan bagi khalayak saat ini. Sejak jaman penjajahan, masyarakat Indonesia sudah diperkenalkan aktifitas pers dalam bentuk media cetak. Pada saat itu lebih banyak difungsikan untuk kebutuhan perjuangan melawan penjajah maupun alat propaganda bagi penjajah. Percobaan pertama untuk memulai dengan media massa resmi ialah pada massa Gubernur Jenderal Van Imhoff, yang pada tahun 1744 menerbitkan Bataviasche Nouvelles, tetapi hanya dapat hidup untuk dua tahun.5 Media cetak adalah sebuah media yang mengandalkan gambar-gambar diam dan tulisan dalam penyampaiannya. Sejak pemeritah memberikan kebebasan berlaku untuk insan pers Indonesia, sejak itu pula banyak lahir media cetak baru. Dan hal tersebut menimbulkan persaingan di antara media, sehingga setiap media 4 5
Sasa Djuarsa Sendjaja. Pengantar Ilmu Komunikasi.PT.Universitas Terbuka, hal 71 Abdurrachman Surjomiharjo, Leo Suryadinata. Sejarah Pers di Indonesia. Kompas, hal 26
18 harus memberikan sesuatu yang dapat memenuhi keinginan khalayak. Persaingan ini terjadi hampir di setiap jenis media termasuk media cetak. Media cetak, surat kabar harian dan majalah mendapat saingan berat dalam menarik minat dan atensi. Masuk akal, yang dapat ditonton lebih besar daya tariknya dari yang hanya bisa dibaca. Nonton lebih sederhana dari membaca ditinjau dari upaya maupun proses intelektual. Lagi pula tampilnya media yang ditonton mau tidak mau diasosiasikan dengan panggung terbuka. Kebiasaan nonton lewat media tradisional pun cenderung lebih pada hiburan, banyolan. Karena itu, media yang ditonton cenderung menyajikan yang serba entertainment. Media cetak makin lama akan makin terisngkirkan, kematian koran dan media cetak lain tinggal menunggu waktu. Nasibnya tak beda dengan dinosaurus.6 Munculnya inovasi-inovasi di dalam media cetak sebagai salah satu langkah untuk mengatasi permasalahan tersebut. Masing-masing media berlomba-lomba menyuguhkan informasi secara cepat dan terkini. Bahkan tidak heran saat ini media baru makin menjamur dengan sasaran yang lebih spesifik. Hal ini juga dimaksudkan untuk merangsang iklan yang turut serta menumbuh kembangkan industri pers. Bukan tidak mungkin media akan bangkrut jika tanpa adanya iklan. Tidak dapat dipungkiri bahwa pemikiran dan perilaku masayarakat turut dipengaruhi oleh isi pemberitaan media massa, mulai dari persfektif ekonomi, politik, sosial budaya sampai kepada agama. Terlebih pada saat masyarakat tengah dihadapkan pada isu-isu dengan skala nasional yang menyangkut kepentingan umum seperti pemilihan umum. Media cetak sejak terbentuknya ssstem
6
Artikel Majalah GATRA edisi 8 Oktober 2005 hal 73
19 pemerintahan di Indonesia secara berkesinambungan turut mengawal proses demokrasi yang diterapkan di Indonesia. Mulai dari proses rekuitment massa partai politik, pemilihan umum sampai kepada proses eksekusi suatu pemerintahan. Sesuai dengan fungsi kontrolnya, media massa dalam hal ini media cetak berupaya menjadi kontrol sosial terhadapa pemerintah yang sedang berkuasa. Sejak jaman reformasi, keran kebebasan informasi kian dibuka selebarlebarnya. Hal ini terkait dengan dibubarkannya Departemen Penerangan sebagai gerbang utama untuk mendirikan perusahaan penerbitan pers. Setidaknya penerbit lebih mudah untuk mendirikan usaha penerbitan, cukup dengan berbadan hukum PT atau yayasan. Semakin banyak jumlah media cetak di Indonesia mulai dari skala lokal sampai nasional turut menjadi referensi bagi masyarakat Karena dengan berita yang disampaikan oleh media massa tersebut masyarakat kian kaya akan informasi. Media cetak maikin lama akan makin tersingkirkan, kematian koran dan media cetak lainnya tinggal menunggu waktu. Nasibnya tak beda dengan dinosaurus.7 Munculnya inovasi-inovasi di dalam media sebagai salah satu langkah untuk mengatasi permasalahan tersebut. Masing-masing media berlomba untuk menyuguhkan informasi secara akurat, cepat dan mendalam. Bahkan tidak heran saat ini media baru makin menjamur dengan sasaran yang lebih spesifik. Hal ini juga dimaksudkan untuk merangsang iklan yang turut serta menumbuhkembangkan industri pers. Bukan tidak mungkin media akan bangkrut tanpa adanya iklan.
7
ibid
20 Walaupun secara teknologi media cetak tertinggal oleh media elektronik dalam hal kecepatan penyampaian pesan, namun masih banyak masyarakat yang masih lebih memilih majalah sebagai santapan informasi karena sifat berita dalam majalah lebih mendalam. Dari segi isi (content), media cetak dalam hal ini majalah dituntut menyajikan rubrik-rubrik baru. Laporan yang dimuat pun harus benar-benar faktual dan mendalam agar pembaca dapat mendapatkan informasi yang lebih dari pada saat mengkonsumsi media massa lainnya. Dalam majalah, ketertarikan pembaca dipengaruhi oleh tema berita pada suatu edisi. Karena sebelum membaca lebih dalam, animo pembaca terhadap media
cetak dalam hal ini majalah sangat
dipengaruhi oleh tema yang menarik Dalam konteks pemberitaan politik, setiap media massa berlomba untuk menyajikan berita yang dapat menarik perhatian masyarakat. Karena peristiwa politik selalu menarik perhatian media massa sebagai bahan liputan. Hal ini dapat terjadi karena terdapat dua hal yang saling berkaitan. Pertama, dalam perkembangannya sampai saat ini politik berada di era mediasi (politics in the age of mediation), yakni media massa, sehingga hamper mustahil kehidupan politik dipisahkan dari media massa. Bahkan kondisinya saat ini, para actor politik senantiasa berusaha menarik perhatian wartawan agar aktivitas politiknya mendapat perhatian liputan dari media. Kedua, peristiwa pilitik dalam bentuk tingkah laku dan pernyataan para aktor politik lazimnya selalu mempunyai nilai berita walaupun aktivitas politik yang dilakukan merupakan kegiatan yang sifatnya
21 sudah menjadi rutinita suatu organisasi politik tertentu8 . Terlebih jika aktivitas politik yang dilakukan adal;ah aktivitas politik yang luar biasa yang dapat menarik bahkan mengikutsertakan rakyat secara luas, seperti pemilihan umum atau pemilihan presiden secara langsung. Menjamurnya media cetak maupun media elektronik mengharuskan perusahaan penerbitan pers mengedepankan strategi-strategi agar tidak tertinggal dengan media lainnya. Dengan strategi tegi redaksi yang jitu akan menghasilkan sebuah berita yang dapat menarik perhatian khalayak untuk membaca beritanya. Dari uraian diatas,penulis memilih Majalah Gatra sebagai objek penelitian karena beberapa alasan yang mendasar. Majalah Gatra merupakan majalah yang penyajian faktanya tepat jarang menggunakan anonim terhadap penulisan identitas nara sumber, memiliki bangunan opini yang seimbang dan obyektif serta sarat dengan edukasi publik sehingga pada tahun 2004 Majalah Gatra memperoleh Adam Malik Award atau penghargaan Adam Malik 2004 dari kelompok majalah berita. Lima media massa lainnya adalah The Jakarta Post (dari kelompok harian), Metro TV (dari kelompok TV), Smart FM (dari kelompok radio), Detikcom (dari kelompok media internet), dan penghargaan editorial terbaik diberikan kepada Kompas. Mereka dinilai Departemen Luar Negeri sebagai media terbaik dalam menyajikan masalah luar negeri.9 Pemilihan umum (pemilu) merupakan momentum rakyat Indonesia dalam memilih pemimpin dan wakil-wakil rakyat di parlemen. Proses pemilu akan terus
8
Ibnu Hamad, Konstruksi Realitas Politik Dalam Media Massa. Granit, Tahun 2004, hal xv Enam Media Raih Adam Malik Award 2004, http://www. Geogle.com/mediacetak/diakses pada hari
9
22 berlangsung idealnya lima tahun sekali selama Indonesia masih menganut sistem demokrasi. Pemilu selalu menjadi isu sentral yang mendominasi pemberitaan di sejumlah media massa. Sejak pemilu tahun 2004, setidaknya animo masyarakat meningkat terhadap pelaksanaan pemilu. Karena masyarakat dapat memilih langsung presiden dan wakil presiden. Terlebih pada pemilu 2004 masyarakat dapat memilih wakil rakayat yang akan duduk di kursi legislatif dengan sistem suara terbanyak. Sedangkan alasan penulis memilih tema laporan khusus pada edisi 34 karena edisi tersebut merupakan edisi terakhir yang membahas hingar bingar pilpres 2009 pada Majalah Gatra sebelum pelaksanaan pencontrengan pilpres 2009. Tema tersebut juga memberikan gambaran kabinet mendatang dari masing-masing capres sehingga sangat membantu para pembaca sebagai referensi untuk menentukan pilihannya.
1.2
Pokok Permasalahan Berdasarkan latar belakang permasalahan, maka rumusan masalah dalam
penelitian
adalah
bagaimana strategi redaksi Majalah Gatra dalam proses
pembuatan berita pada rubrik laporan khusus edisi 34 (Periode 2 – 8 Juli 2009) ?
23 1.3
Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi redaksi
Majalah Gatra dalam proses pembuatan berita pada rubrik laporan khusus edisi 34 (Periode 2 – 8 Juli 2009).
1.4
Manfaat Penelitian 1.41
Manfaat Akademis
Dapat memberikan masukan bagi kalangan akademik mengenai strategi redaksi Majalah Gatra khususnya di bidang ilmu jurnalistik serta untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan komunikasi terkait dengan strategi redaksi Majalah Gatra dalam proses pembuatan berita pada rubrik laporan khusus edisi 34 (Periode 2 – 8 Juli 2009). 1.42
Manfaat Praktis
Agar hasil penelitian yang dilakukan penulis dapat memberikan sumbang saran mengenai strategi redaksi Majalah Gatra dalam proses pembuatan berita pada rubrik laporan khusus edisi 34 (Periode 2 – 8 Juli 2009).
24
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Komunikasi Massa Komunikasi merupakan hal pokok dalam kehidupan kita sehari-hari, kita
memerlukan adanya komunikasi untuk mendapatkan informasi. Terdapat sangat banyak definisi komunikasi yang dikemukakan oleh para ahli, ada yang hampir mirip ada pula yang berbeda. Komunikasi memiliki empat tujuan: 1.
Menemukan salah
satu tujuan utama komunikasi menyangkut
penemuan diri (personal discovery), bila anda berkomunikasi dengan orang lain anda belajar mengenal diri sendiri selain juga tentang orang lain. 2.
Untuk berhubungan, Salah satu motivasi kita yang paling kuat adalah berhubungan dengan orang lain membina dan memelihara hubungan dengan oran lain.
3.
Untuk menyakinkan, Media massa ada sebagian besar untuk menyakinkan kita agar mengubah sikap dan prilaku kita, media dapat hidup karena adanya dana dari iklan,yang diarahkan kepada kita untuk membeli produk yang diiklankan melalui media. Sekarang ini mungkin kita lebih banyak bertindak sebagai konsumen ketimbang sebagai penyampai pesan melalui media.
4.
Untuk bermain. Kita banyak menggunakan perilaku komunikasi kita untuk bermain dan menghibur diri.10
10
Joseph A Devito.Komunikasi Antar Manusia.PT. Profesional Books. Jakarta, hal 30
10
25 Menyimak berbagai definisi komunikasi massa yang dikemukakan para ahli komunikasi, nampaknya tidak ada perbedaan yang mendasar atau prinsip, bahkan definisi-definisi itu satu sama lain saling melengkapi. Hal ini memberikan gambaran yang jelas mengenai pengertian komunikasi massa.11 Komunikasi massa sebagai suatu proses penyampaian informasi atau pesanpesan yang ditujukan kepada khalayak massa dengan karakteristik tertentu, sedangkan media massa merupakan salah satu komponen atau sarana yang memungkinkan berlangsungnya komunikasi massa.12 Pengertian komunikasi massa, merujuk kepada pendapat Tan dan Wright, dalam Liliweri.1991, merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar) sangat heterogen, dan menimbulkn efek tertentu. Definisi komunikasi massa
yang paling sederhana dikemukakan oleh
Bittner yakni: komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (mass counication is messages communicated through a mass medium to a large number of people) . Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi massa itu harus menggunakan media massa. Komunikasi massa menurut Sevant, Tan, dan Wright merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan bentuk saluran (media) dalam menghubungkan
11
Elvinaro Ardiato, dan . Lukiati Komala Erdinaya, Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, Bandung. PT Remaja Rosdakarya. Tahun 2004, hal 6 12 Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. PT. Rosda. Bandung
26 komunikator dengan komunikasi secara missal, berjumlah banyak, bertempat tinggal jauh, sangat heterogen dan menimbulkan efek-efek tertentu.13 2.1.1 Karakteristik Komunikasi Massa a. Komunikator terlembagakan Ciri komunikasi massa yang pertama adalah komunikatornya. Kita sudah menggetahui bahwa komunikasi massa itu menggunakan media massa ,baik menggunakan media cetak atau media elektronik, dengan menginggat kembali pendapan Wright, bahwa media massa itu melibatkan lembaga, dan komunikatornya
bergerak dalam
organisasi yang kompleks.14 b. Pesan bersifat umum Komunikasi massa itu bersifat terbuka, artinya komunikasi massa itu ditujukan pada semua orang dan tidak ditujukan untuk sekelompok orang tertentu. c. Komunikannya anonim dan hetorogen Komunikan pada komunikasi massa
bersifat anonym dan
hetorogen. Pada komunikasi antarpesona, komunikator akan mengenal komuniakannya, menggetahui identitasnya, seperti: nama, pendidikan,
pekerjaan
,
tempat
tinggal,
sedangkan
dalam
komunikasi massa , komunikator tidak mengenal komunikan (anonym), karena karena komunikasinya menggunakan media tidak tatap muka. Disamping anonim 13
komunikan komunikasi massa
Elvinaro Ardiato,dan . Lukiati Komala Erdinaya, Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, Bandung. PT Remaja Rosdakarya. Tahun 2004, hal3 14 Ibid, hal 7-12
27 adalah heterogen, karena terdiri dari bebagai lapisan masyarakat yang berbeda. d. Media massa menimbulkan keserempakan Kelebihan komunikasi massa disbanding komunikasi lainnya, adalah jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang dicapainya relative banyak dan tidak terbatas. e. Komunikasi menggutamakan isi ketimbang hubungan Setiap komunikasi melibatkan isi dan unsur hubungan sekaligus. Pada komunikasi antarpersona, unsure hubungan sangat penting, sebalaiknya pada komunikasi massa yang penting aunsur isi. f. Komunikasi bersifat satu arah Secara singkat, komunikasi massa itu adalah komunikasi dengan menggunakan atau melalui media massa. Karena melalui media massa komunikator dan komunikannya tidak dapat melakukan kontak
langsung.Komunikator
aktif
menyampaikan
pesan,
komunikanpun aktif menerima pesan namun diantara keduannya tidak dapat melakukan dialog sebagaimana halnya terjadi dalam komunikasi antar personal dengan demikian komunikasi massa itu bersifat satu arah. g. Stimulasi alat indra “terbatas” Ciri komunikasi massa lainnya yang dapat dilihat salah satu kelemahannya adalah stimulasi alat indra yang “terbatas”. Pada komunikasi antar pesona yang bersifat tatap muk, maka seluruh alat
28 indra pelaku komunikasi, komunikator dan komunikan, dapat digunakan secara maksimal. Dalam komunikasi massa, stimulasi alat indra tergantung pada jenis media massa. h. Umpan balik tertunda (deleyed) Komponen umpan balik atau yang dikenal dengan sebutan Feedback merupakan factor penting dalam bentuk komunikasi apapun. Efektifitas komunikasi seringkali dapat dilihat dari Feedback yang disampaikan oleh komunikan. 2.1.2 Fungsi Komunikasi Massa Popularitas dan pengaruh yang merasuk dari media massa hanya dapat di pertahankan jika mereka menjalankan beragam fungsi pokok. Fungsi komunikasi massa menurut DJalaludin Rakhmat, selain menyiarkan informasi juga mendidik, menghibur dan mempengaruhi penjelasannya adalah sebagai berikut : a. Fungsi menyiarkan informasi Menyiarkan informasi merupakan fungsi pers yang pertama dan utama, khalayak menerima informasi mengenai berbagai hal yang terjadi, gagasan atau pikiran orang lain dan apa yang dipikirkan orang lain dan lain sebagainya.
29 b. Fungsi mendidik Fungsi ini sebagai sarana pendidikan massa sebagai khayalak bertambah pengetahuannya. Fungsi mendidik ini bias scara implisit dalam bentuk artikel atau rajuk rencana. c. Fungsi menghibur Hal-hal yang bersifat menghibur untuk mengimbangi berita-berita yang berbobot yang tujuannya melemaskan ketegangan pikiran setelah dihidangkan berita yang berat d. Fungsi mempengaruhi Fungsi ini menyebabkan pers memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat dalam mempengaruhi masyarakat atau khalayak.15
2.1.3 Fungsi Komunikasi Massa Bagi Khalayak Para pakar mengemukakan tentang sejumlah fungsi komunikasi kendati dala setiap fungsi terdapat persamaan dan perbedaan. Fungsi komunikasi massa bagi masyarakat enurut Dominick, terdiri dari : a. Surveillence (pengawasan) Fungsi pengawasan komunikasi massa dibagi dalam bentuk utama(1) pengawasan peringatan (2) pengawasan instrumental
15
Jalaludin Rakhmat. Teori Komunikasi Massa. PT.Rosda. Bandung. Hal 56
30 b. Interpretation (penafsiran) Fungsi penafsiran hamper mirip dengan fungsi pengawasan. Media massa tidak hanya memasok fakta dan data, tetapi juga memberikan penafsiran terhadap kejadian-kejadian penting. c. Linkage (pertalian) Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam, sehingga membentuk linkage (pertalian) berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu. d. Transmission of values (penyebaran nilai-nilai) Sosialisasi mengacu kepada cara dimana individu mengadopsi prilaku dan nilai kelompok. Media massa yang mewakili gambaran itu ditonton, didengar, dan dibaca. e. Entertainment (hiburan) Sulit dibantah bahwa pada kenyataannya hampir semua media menjalankan fungsi hiburan televisi pun demikian banyak yang sedikit memuat hiburan..16
2.2
Media Massa Berbagai pendapat yang dikemukakan oleh paradigma kritis tentang
pengertian media massa salah satunya yang dikemukakan Totok Djuroto. Media artinya alat komunikasi, sedangkan massa kependekan dari kata masyarakat (orang banyak). 16 Elvinaro Ardiato, dan. Lukiati Komala Erdinaya, Bandung. PT Remaja Rosdakarya, 2004, hal 15-17
Komunikasi Massa: Suatu Pengantar,
31 Media massa merupakan salah satu proses komunikasi yang dilakukan oleh suatu perantara benda yang disebarluaskan ke khalayak langsung melalui perantara media yang pengelolanya dilakukan oleh suatu perkumpulan resmi maupun tak resmi. Di dalam media massa terdapat lima variabel yang terkandung dalam setiap tindak komunikasi dan memperlihatkan bagaimana variabel-variabel ini berkerja pada media massa, kelima variabel itu adalah17 : a. Sumber Merupakan komunikator masa dimana mereka menyusun dan memberikan informasi kepada khalayak b. Khalayak Komunikasi masa ditujukan kepada khalayak berhasilnya atau tidaknya suatu program acara tergantung dengan jumlah khalayak yang menikmati program tersebut.bila suatu program jarang disaksikan oleh khalayak maka lambat laun acara itu akan di hilangkan secara perlahan-lahan terkadang program tersebut diubah jam tayangnya agar masyarakat mau melihat acara tersebut, bila itu tidak menaikan ranting juga maka acara tersebut diganti dengan program lain yang tentunya untuk menarik khalayak. c. Pesan Komunikasi merupakan milik umum, setiap orang tidak pernah dilarang untuk mengetahui isi pesan yang dihadirkan dalam suatu media, permasalahan yang terjadi ada beberapa program acara yang tidak sesuai
17
Joseph A Devito.Komunikasi Antar Manusi.PT. Profesional Books, Jakarta , Hal 505
32 dengan budaya di Negara ini yang tidak layak untuk disajikan atau diperlihatkan kepada penonton. d. Proses Di dalam komunikasi masa terdapat dua proses komunikasi yakni proses mengalirnya pesan yang pada dasarnya merupakan proses satu arah, dan proses seleksi yang pada dasarnya merupakan proses dua arah. e. Konteks Komunikasi masa berlangsung dalam suatu konteks sosial, media mempengaruhi konteks sosial dan konteks sosial mempengaruhi media. Sedang kan bentuk komunikasinya sendiri dan banyak digemari oleh khalayak adalah televisi, radio, surat kabar, majalah, film, sinetron, buku namun media-media ini terkadang mempunyai seseorang yang berperan penting didalam penyebar luasannya dengan kata lain penekanan timbak balik antar institusi yang memegang kekuasaan dan integrasi media terhadap sumber kekuasaan sosial dan otoritas, dengan demikian isi media cenderung melayani kepentingan pemegang kekuasaan politik dan ekonomi namun demikian media tetap memiliki kecendrungan untuk membantu publik bebas dalam menerima keberadaannya sebagaimana adanya18 .
18
Denis Mc.quil, Teori komunikasi massa suatu pengantar, Erlangga: edisi kedua, thn.1996, hal.62
33 2.3
Politik Media Media massa memiliki tujuan tertentu dalam menyajikan isi beritanya
kepada khalayak. Dalam studi media terdapat tiga pendekatan untuk menjelaskan isi media.19 Pertama, pendekatan politik ekonomi (The Political-ekonomy approach). Pendekatan ini berpendapat bahwa isi media lebih ditentukan oleh kekuatan-kekuatan ekonomi dan politik di luar pengelolaan media. Faktor seperti pemilik media,modal dan pendapatan media dianggap lebih menentukan bagaimana wujud isi media. Faktor faktor inilah yang menentukan peristiwa apa saja yang bisa atau tidak bisa ditampilkan dalam pemberitaan sebuah media hendak diberitakan. Kedua, pendekatan organisasi (organisational approaches). Pendekatan ini bertolak belakang dengan pendekatan ekonomi politik. Dalam pendekatan ekonomi politik, isi media diasumsikan dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan eksternal diluar diri pengelolaan media. Pengelola media bukan dipandang sebagai entitas yang aktif, dan ruang lingkup kerja mereka dibatasi berbagai strukutur yang mau tidak mau memaksanya untuk memberikan fakta dengan cara tertentu. Pengelola media dipandang tidak mampu mengekspresikan pandangan personalnya secara objektif. Sebaliknya, kekuatan eksternal di luar konteks pengelolaan medialah yang menentukan apa yang diwartakan dan diwacanakan. Ketiga, pendekatan kulturalis (culturalist approach). Pendekatan ini merupakan gabungan antara pendekatan ekonomi politik dan pendekatan pendekatan organisasi. Proses berita di sini dilihat sebagai mekanisme yang rumit
19
Agus Sudibyo, Politik Media dan Pertarungan Wacana, LKiS,Yogyakarta. Tahun 2001, hal.2
34 yang melibatkan faktor internal media (rutinitas organisasi media) sekaligus juga faktor internal di luar diri media. Mekanisme yang rumit itu ditunjukan dengan bagaimana perdebatan yang terjadi dalam ruang pemberitaan. Media pada dasarnya memang mempunyai mekanisme untuk menentukan pola dan aturan organisasi, tetapi berbagai pola yang dipakai untuk memaknai peristiwa tersebut tidak dapat dilepaskan dari kekuatan ekonomi politik di luar diri media. Penelitian dalam level produksi berita, sering kali dipusatkan pada proses pembentukan berita (newsroom). Newsroom di sini dipandang bukan sebagai ruang yang hampa, netral dan seakan-akan hanya menyalurkan informasi yang didapat, tak lebih tak kurang. Proses pembentukan berita, sebaliknya adalah proses yang rumit dan banyak faktor yang berpotensi untuk mempengaruhinya. Mengapa ruang pemberitaan tidak dipandang sebagai sebagai ruang yang hampa. Karena banyak kepentingan dan pengaruh yang dapat mengintervensi media, sehungga niscaya akan terjadi pertarungan wacana dalam memaknai realitas dalam presentasi media.
2.4
Media Massa dan Konstruksi Realitas Dewasa ini media massa semakin memegang peran sangat penting dalam
kehidupan politik. Aktivitas media dalam melaporkan peristiwa politik sering memberi dampak yang amat signifikan dalam perkembangan politik. Di sini bukan saja sebagai sumber informasi politik, melainkan juga kerap menjadi faktor pendorong (trigger) terjadinya perubahan politik. Memang harus diakui, efektivitas media terhadap sebuah perubahan politik memerlukan situasi politik yang kondusif, yang populer disebut keterbukaan
35 politik. Tetapi pers yang bebas merupakan salah satu indikator adanya keterbukaan politik itu sendiri. Pers yang bebas juga merangsang terjadinya kebebasan politik. Pemberitaan-pemberitaan politik yang aktual dan kritis dapat memberikan kesadaran pada masyarakat tentang perlunya sistem politik yang lebih demokratis. Peristiwa politik selalu menarik perhatian media massa sebagai bahan liputan. Hal ini terjadi karena dua faktor yang saling berkaitan20. Pertama, dewasa ini politik berada di era mediasi (politics in the age of mediation), yakni media massa, sehingga hampir mustahil kehidupan politik dipisahkan dari media massa. Justru para aktor politik senantiasa berusaha menarik perhatian wartawan agar aktivitas politiknya memperoleh liputan dari media. Kedua, peristiwa pilitik dalam bentuk tingkah laku dan pernyataan para aktor politik lazimnya selalu mempunyai nilai berita walaupun aktivitas politik yang dilakukan merupakan kegiatan yang sifatnya sudah menjadi rutinita suatu organisasi politik tertentu21 . Terlebih jika aktivitas politik yang dilakukan adal;ah aktivitas politik yang luar biasa yang dapat menarik bahkan mengikutsertakan rakyat secara luas, seperti pemilihan umum atau pemilihan presiden secara langsung Dalam kerangka pembentukan opini publik, media massa umumnya melakukan tiga kegiatan sekaligus22. Pertama, menggunakan simbol-simbol politik (language of politic). Kedua, melakukan strategi pengemasan pesan (framing strategies). Ketiga, melakukan fungsi agenda media (agenda setting function). Ketika melakukan tiga tindakan tersebut, boleh jadi sebuah media dipengaruhi oleh
20
Ibnu Hamad, Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa 2004,hal 1-2 Ibid 22 Ibid, hal.2 21
36 berbagai faktor internal berupa kebijakan redaksional tertentu mengenai sebuah kekuatan politik, kepentingan politik para pengelola media, relasi media dengan sebuah kekuatan politik tertentu, dan faktor eksternal seperti tekanan pasar pembaca, sistem politik yang berlaku, dan kekuatan-kekuatan luar lainnya. Dengan demikian benar adanya bahwa satu peristiwa politik bisa menimbulkan opini publik yang berbeda-beda tergantung dari caramasing-masing media melaksanakan tiga tindakan tersebut.
2.5
Media cetak Surat kabar merupakan satu media yang mempunyai karya-karya sebagai
salah satu media komunikasi massa yang bersifat umum berupa penerbitan yang teratur waktu terbitnya, dilengkapi dengan milik sendiri berupa percetakan, alatalat foto, klise, mesin –mesin stenlis dan alat-alat tehnik lainnya.23 Sejak pertengahan tahun 80-an, kualitas media cetak Indonesia semakin membaik, baik dari sudut teras, perwajahan maupun kualitas seiring dengan sumber daya manusianya. Surat kabarpun mulai beragam dan specific sehingga semakin memudahkan khalayak menemukan pilihan , misalnya media cetak khusus untuk wanita, baik itu majalah ataupun tabloid. Spesifikasi menembah pula pada bidang hiburan , otomotif, agama, kesehatan, sampai majalah keluarga. Media surat kabar atau sering disebut media cetak merupakan alat komunikasi untuk masyarakat yang boleh di manfaatkan untuk semua orang yang dibuat dalam percetakan atau mencetak lebih dahulu. 23 Amak Syahrifudin ,Jurnalistik Teory dan Praktek. Almamater wartawan Surabaya: Universitas Press. Hal 29
37 Ada beberapa bentuk media cetak atau surat kabar, yaitu : a. Surat kabar adalah kumpulan berita, artikel, cerita, iklan, dan sebagainya yang dicetak dalam lembaran kertas ukuran plano, terbit secara teratur bisa setiap hari atau seminggu sekali. b. Majalah adalah kumpulan berita, cerita, iklan, dan sebagainya yang dicetak dalam lembaran kertas ukuran kuarto atau folio dan dijilid dalam bentuk buku, terbitnya teratur bisa seminggu sekali, dua minggu sekali atau satu bulan sekali. c. Tabloid adalah kumpulan berita, cerita, artikel, iklan, dan sebagainya yang dicetak dalam lembaran kertas ukuran broadsheet ( lebih kecil dari plano ), dilipat seperti surat kabar, terbitnya teratur, seminggu sekali, dua minggu sekali atau satu bulan sekali. d. Buletin adalah kumpulan berita, artikel, cerita, iklan, dan lain sebagainya yang dicetak dalam lembaran kertas ukuran broadsheet dan dilipat seperti surat kabar, terbitnya tidak teratur, biasa disebut dengan penerbitan berkala. e. Buku adalah tulisan tentang ilmu pengetahuan, essai, cerita panjang dan sebagainya yang dicetak dalam lembaran kertas ukuran setengah kuarto atau folio dan dijilid dengan rapi. 24
24
Totok Djoroto, Manajemen Penerbit Pers, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung 2000. hal. 10-11
38 2.6
Majalah Sebagai Media Cetak Dua hal penting dan layak untuk dicermati dalam media cetak. Pertama,
media surat kabar dan media lainnya bisa muncul setelah seperangkat kompleksitas elemen budaya muncul dan terus menerus berkembang di masyarakat. Kedua, penemuan mesin cetak merupakan penggabungan antara elemen dalam masyarakat. Dengan kata lain masyarakat menerima erkembangan media cetak itu karena tidak lain sebagai sebuah kompleks budaya yang terus menerus berkembang.25 Dalam perkembangannya, isi, gaya, bahasa dan format antara majalahmajalah sejenis misalnya majalah busana, majalah sastra, atau majalah mingguanmenjadi sangat mirip. Standarisasi ini merupakan dampak tak terelakkan dari industrialisasi media, mekanisasi, urbanisasi dan redistribusi pendapatan. Media telah berubah dari seni menjadi industri yang harus menggunakan teknikteknik produksi massal. Sejalan dengan itu perkembangan media cetak seperti majalah yang semua itu digunakan secara luas oleh masyarakat. Media tersebut mewakili bentuk baru komunikasi yang mempengaruhi interaksi dan psikologis masyarakat. Menurut Dominic, klasifikasi majalah dibagi kedalam lima kategori, yaitu:26 a. General Costumer Magazine (majalah konsumen umum). b. Bussines Publication (majalah bisnis). c. Literacy reviews and academic journal (kritik sastra dan majalah ilmiah). d. News Letter (majalah khusus terbitan berkala).
25
Malvi D Fleur dan Sandra J. Ball Rokeach, 1989
26 Ardianto Elvinaro dan Lukiata Komala, Komunikasi Massa : Suatu Pengantar, Simbiosa Rekatama Media, Bandung 2004, hal 107
39 e. Public relations magazine (majalah humas) Fungsi majalah mengacu pada khalayaknya yang spesifik, maka fungsi utama media berbeda antara satu dengan yang lainnya. Majalah berita seperti Gatra mungkin lebih berfungsi sebagai media informasi tentang berbagai peristiwa dalam dan luar negeri dan fungsi berikutnya adalah hiburan.27 Majalah dalam perkembangannya sebagai media cetak semakin beragam jenis dan segmentasinya. Dari segi pemberitaannya pun makin spesifik, mulai dari majalah berita, olahraga, sampai majalah hiburan. Sebuah tantangan baru bagi media cetak dimana tuntutan arus informasi yang semakin cepat. Namun majalah mampu menjawab semua persoalan itu. Majalah lebih menekankan pada pemberitaan yang mendalam dan lebih akurat. Karena waktu deadline lebih leluasa dibandingkan media cetak surat kabar. Majalah harus mampu memberikan informasi lebih dibandingkan media lain, sebab jika hal ini tidak dilakukan maka khalayak akan cenderung beralih ke media lain. Konsekuensinya, tidak menutup kemungkinan perusahaan media tersebut akan gulung tikar. Kematian koran dan media cetak lain tinggal menunggu waktu. Nasibnya tidak jauh berbeda dengan dinosaurus seperti yang sudah dijabarkan diatas, punah oleh proses evolusi. Alasan kuat selain persaingan yang sangat kuat, baik dalam hal pemberitaan maupun pemasukan media iklan. Perusahaan pemasang iklan di media cetak akan mengalihkan strategi mereka ke media elektronik dan internet. Pada akhirnya, media elektronik juga harus bersaing dengan media internet sebagai
27
Ibid, hal 112
40 media hasil
perkembangan teknologi terkini. Terutama dengan produk media
internet seperti blog dan news portal.28 Saat ini media massa harus bekerja keras menyesuaikan diri dengan kebutuhan masyarakat akan informasi serta kebutuhan prusahaan pemasang iklan. Banyak media besar yang cukup tua usianya pada akhirnya harus menyerah karena tidak dapat menyesuaikan dengan kebutuhan yang kompleks. Ini dialami misalnya, oleh The Saturday Evenning Post, yang terbit di Amerika. Khusus buat majalah, sebagai salah satu produk media cetak, kondisi sulit bergerak ini semakin terasa. Tentang siklus hidup majalah yang tak jauh berbeda dengan manusia : lahir – jadi orok – tumbuh besar – untuk kemudian matang – tua – dan akhirnya mati (agak absurd juga soal ini dibahas, mengingat siklus itu sesungguhnya amat general, berlaku untuk media apa saja).29 Media cetak, baik itu koran maupun majalah akan lebih spesifik,menekuni niche (ceruk) yang amat sempit. Di ceruk – ceruk sempit inilah media cetak akan bermain. Dan ceruk – ceruk ini akan terus ada dan berkembang. Media – media cetak yang pintar dan jeli memanfaatkan ceruk lah yang bertahan. Artinya, media cetak akan kembali ke posisi awalnya, menjadi bacaan para ”elite” yang tidak semua orang dapat membacanya. Ketika bacaan digital menjadi keniscayaan, media cetak justru hadir menjadi antik, yang memiliki pembaca dan penggemar tersendiri. Ia tidak mati, beralih wujud melayani penggemar yang khusus.
28 29
Artikel Majalah Gatra, Edisi 8 Oktober 2005, hal 72 Jim Willis, New Direction in Media Management. Tahun 1993
41 2.7
Tema dalam sebuah majalah Tema merupakan salah satu hal penting dalam sebuah berita. Tema dalam
sebuah majalah sangat berpengaruh untuk menarik minat pembaca. Sebuah majalah memberitakan tanpa adanya judul tema tidak akan dilihat atau di baca oleh khalayak. Judul tema diletakan pada halaman depan (cover) dalam setiap edisi majalah. Bentuk penyajian judul tema terdiri dari satu atau dua baris bahkan memiliki tampak yang berbeda dengan tulisan yang lainnya. Dalam menentukan tema dituntut pola pikir yang kreatif, kritis dan intelektualis. Tema merupakan intisari berita yang harus diungkapkan secara tepat dan singkat. Tema edisimemiliki sifat, antara lain : a. Directive : mengarahkan minat publik dan mempengaruhi agar suati isu bisa terangkat b. Affective : Mampu menumbuhkan atau membangkitkan perasaan ingin tahu tentang suatu berita c. Informative : menginformasikan intisari isi yang terkandung dalam di dalam beritanya.30
30
23
Curtis Maedougall, Interperative reprting. Mc Millan Publishing, New York-London,1966, hal
42 2.8
Definisi Rubrik Rubrik adalah ruangan pada halaman surat kabar, majalah atau media cetak
lainnya yang memuat suatu aspek atau tema tertentu, misalnya rubrik laporan utama, rubrik laporan khusus, rubrik kolom, dan sebagainya. Suatu rubrik memuat sejumlah informasi yang termaksud ke dalam kategori yang sama. Rubrikasi juga membantu pengelola dalam menyusun rencana pendelegasian tugas, dengan menunjuk anggota redaksi untuk menangani rubrik tertentu. Berdasarkan jenisnya, rubrik dapat dibagi menjadi : 1. Rubrik tetap Rubrik tetap ditentukan berdasarkan kaitan antara tujuan yang hendak dicapai dan makna yang penting serta relevansi informasi secara berkelanjutan. 2. Rubrik tidak tetap Rubrik tidak tetap adalah rubrik atau informasi yang disampaikan, meskipun mendukung tujuan dari penerbitan, namun makna penting dan relevansinya sangat situasioanl.31
2.9
Strategi Berbicara tentang strategi dalam organisasi, akan ditemukan berbagai
macam pengeretian yang dapat mendefinisikan strategi. Salah satu pendekatan tersebut dikenal sebagai pendekatan tradisional dan pendekatan baru ( Hill dan 31 Ashadi Siregar dan Rondang Pasaribu. Bagaimana Mengelola Media Korporasi Organisasi. Kanisius 2000 hal. 78
43 Jones, 1998 ). Dalam pendekatan tradisional, strategi dipahami sebagai suatu rencana kedepan, bersifat antisipasif ( forward looking ). Sedangkan dalam pendekatan yang baru, strategi lebih dipahami sebagai suatu pola dan bersifat reflektif ( Backward looking ). Strategi mutlak diperlukan dalam suatu perencanaan kegiatan. Akan tetapi dalam perencanaan strategi memiliki nilai-nilai keuntungan dan kerugian. Misalnya keuntungan-keuntungan yang berkaitan strategi adalah kejelasan arah, penumpuan kegiatan, mendefinisikan identitas dan ruang gerak organisasi, dan menjamin konsistensi. Namun disisi lain, strategi juga bisi mengurangi fleksibilitas organisasi, membatasi kreatifitas, mengikat organisasi kedalam suatu janji ( komitmen ). Strategi yang sesungguhnya dilakukan oleh organisasi merupakan gabungan dari dua jenis strategi, yaitu strategi yang dibuat secara terencana ( delibarate ) dan strategi yang muncul secara spontan. Strategi yang dibuat secara terencana mengandalkan aspek “ pengendalian “ ( kontrol ). Sedangkan pengendalian yang muncul secara spontan menyadarkan diri dari aspek “ belajar “ ( learning ). Aspek kontrol penting bagi strategi yang terencana dengan baik, karena suatu rencana yang
matang selalu
mengandalkan banyak
hal.
Perubahan
yang telah
diperhitungankan dikwatirkan akan membuat rencana menjadi meleset. Oleh sebab itu diperlukan kontrol terhadap hal-hal yang bisa berubah sewaktu-waktu. Aspek belajar penting bagi strategi yang bersifat spontan. Dalam strategi ini, intuisi dan insting dipandang penting. Perubahan lingkungan yang cepat, membuat perhitungan terus-menerus berubah, hanya bisa dihadapi dengan
44 fleksibilitas ( kelenturan ) rencana. Hal-hal yang bersifat spontan harus dimungkinkan untuk muncul. Dari penjelasan-penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa strategi adalah suatu rencana. Strategi dipandang sebagai suatu yang dibuat untuk mengamankan masa depan. Kata “ strategi “ berkonotasi antisipasi, prediksi dan hal-hal lain yang mengesankan sifat cerdas dalam menghadapi mesa depan yang penuh dengan ketidakpastiaan.
2.10
Strategi Komunikasi Strategi adalah keseluruhan keputusan kondisional tentang tindakan yang
akan dijalankan guna mencapai tujuan. Jadi dalam merumuskan strategi komunikasi, selain diperlukan perumusan tujuan yang jelas, juga terutama memperhitungkan kondisi dan situasi khalayak. Cara seperti ini menurut Astrid Susanto, merupakan persuasi dalam arti yang sesungguhnya.32 Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan ( planning ) dan manajemen ( management ) untuk mencapai suatu tujuan. Akan tetapi, untuk mencapai tujuan tersebut, setrategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukan arah saja, melaikan harus mampu menunjukkan arah bagaimana taktik oprasionalnya. Strategi komunikasi ini harus mampu menunjukan arah bagaimana oprasionalnya secara praktis harus dilakukan, dalam arti kata bahwa pendekatan ( approach ) bisa berbeda sewaktu-waktu bergantung pada situasi dan kondisi.33
32
Anwar Arifin, Strategi Komunikasi Sebuah Pengantar Ringkas, Penerbit Armico Bandung, Hal 58 33 Onong Uchjana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Rosdakarya Bandung, 2002.hal. 32
45 Menurut R. Wayne Pace, Brent D. Peterson, dan M. Dallas Burnet dalam bukunya, Techniques for Effective Communication, menyatakan bahwa tujuan sentral kegiatan komunikasi terdiri dari tiga tujuan utama, yaitu: 1. To secure understanding, 2. To establish acceptance, 3. To motivate action. Pertama adalah to secure understanding, memastikan bahwa komunikan mengerti pesan yang diterimanya. Andaikata ia sudah dapat mengerti dan menerima, maka penerimanya itu harus dibina ( to establish acceptance ). Pada akhirnya kegiatan dimotivasikan ( to motivate action ), strategi komunikasi sudah tentu bersifat makro yang didalam prosesnya berlangsung secara visual paramidal.34 Didalam strategi komunikasi, penentuian tujuan memiliki peran yang penting. Sebab, hal tersebut menyangkut khalayak sasaran ( target audience ) yang dalam strategi komunikasi dibagi menjadi kelompok sasaran ( target groups) . penentuan target audience dan target groups berkaitan dengan aspek psikologi, sosiologi dan antropologis, mungkin pula politis dan ekonomis. Tujuan setiap pesan komunikasi merupakan misi dari media yang menerbitkannya dan ini jelas harus sejalan dengan tujuan komunikator kepada komunikan sebagai sasarannya, yakni sebagaimana telah disebutkan diatas, yaitu to secure understanding, to establish, to motivate action. Peristiwa komunikatif ini melibatkan komunikator dengan segala ciri dan sifatnya.
34
Ibid.
46
2.11
Manajemen Redaksi Dalam menyusun sebuah format berita biasanya redaksi memiliki acuan
tertentu sebagai “Garis Besar Haluan Redaksi” (GBHR). GBHR terdiri dari visi dan misi sebuah perusahaan penerbitan pers. Visi dan misi tersebut mengacu pada jenis jurnalistik yang digarapnya.35 Kejelian seorang pemimpin media sangat diperlukan dalam rangka mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan. Hal ini dapat dilihat dari kemampuannya dalam mengkoordinasikan masing-masing wartawan dan masingmasing bidang liputan ( desk ) baik dalam pencapaian strategis dalam jangka panjang. Untuk mencapai keunggulan redaksional tersebut seorang pemimpin redaksi yang mengelola manajemen redaksinya pada hakikatnya tidak jauh berbeda dengan manajemen umum. Salah satu definisi manajemen yang cukup menarik dan banyak di anut oleh banayak orang, adalah definisi dari Hanry Fayol36. “Manajemen adalah proses menginterprestasikan, mengkoordinasinkan sumber daya, sumber dana dan sumber-sumber lainya untuk mencapai tujuan dan sasaran melalui tindakan-tindakan perencanaan (planning), Pengorganisasian ( organizing ), pergerakan (actuating ), dan pengendalian ( controling ).36
Atau kalau disingkat menjadi POAC yang menyangkut koordinasi antara manusia dan fungsi-fungsinyadalam manajemen redaksional.
35
Asep Syamsul M. Romli, S.Ip, Jurnalistik Praktis. Tahun 2001, hal 69
36
Totok Djuroto, Manajemen Penerbitan Pers, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 2002, Hal. 96-97
47 Dalam POAC tersebut mencapai hasil maksimal tidak terlepas pada kebutuhan performa struktur organisasi yang mampu menjalankan fungsi-fungsi manajemen sebaik mungkin. Sebagai struktur ia mempunyai arah komunikasi yang jelas dan sifat yang baku serta mencakuup bentuk komunikasi dan saluran komunikasi yang biasa digunakan antara atasan bawahan. Perencanaan ( planning )
memberikan sasaran bagi organisasi dan
menetapkan prosedur terbaik untuk mencapai sasaran tersebut. Dengan cara menetapkan tujuan, aturan, menyusun rencana dan sebagainya. Pengorganisasian ( organizing ) meliputi proses pengaturan dan pengalokasian kerja, wewenang, dan sumber daya dikalangan anggota organisasi sehingga mereka dapat mencapai tujuan organisasi secara efesien. Penggerakan ( actuating ) mencakup hal mengarahkan, mempengaruhi, memotifasi karyawan untuk mejalankan tugas-tugas pokok. Dengan menciptakan suasana yang tepat, para menajer membantu karyawan mereka dengan menjalankan tugasnya dengan baik. Dibandingkan dengan perencanaan dan pengorganoisasian yang berhubunngan dengan aspek-aspek lebih abstrak, kegiatan kepemimpinan sangat kongkrit karena berkaitan langsung dengan orang. Dengan demikian, maka bisnis penerbitan pers harus dilengkapi dengan penerapan manajemen yang profesional. Sebelum terjun langsung dalam bisnis penerbitan pers, pengelola media massa harus dapat menyesuaikan diri, dengan mencoba menguasai stuasi untuk kepentingan pangsa pasar. Dalam kaitannya dengan penelitian yang akan diteliti adalah strategi redaksi Majalah Gatra dalam proses pembuatan berita pada rubric laporan khusus edisi 34,
48 agar mampu mencapai tujuan yang telah disepakati dan dapat bersaing dengan majalah-majalah yang ada saat ini, seperti majalah Tempo yang lainnya.
2.12 Gambaran Kerja Redaksi Bagian redaksi umumnya merupakan jantung sebuah penerbitan media massa. Ia menjadi motor pada bagian-bagian lainnya. Redaksi pula lah sebagai bagian yang menjalankan visi dan misi, serta idealisme sebuah media massa. Bagian redaksi umumnya dipempin oleh seseorang kepala bagian yang disebut dengan pemimpin redaksi (pemred). Setara dengannya adalah pemimpin perusahaan yang membawahkan bagian pemasaran, sirkulasi,iklan, personalia, iklan,umum dan sebagainya. Di atas keduannya adalah seorang pemimpin umum. Ada pula pemimpin umum yang merangkap sebagai pemimpin redaksi.37 Pemimpin umum bertanggung jawab atas keseluruhan jalannya pemberitaan pers, baik ke dalam maupun ke luar. Pemimpin umum dapat melimpahkan pertanggungjawabannya terhadap hukum kepada pemimpin redaksi sepanjang menyangkut isi penerbitan (redaksional) dan kepada pemimpin perusahaan sepanjang menyangkut pengusahaan penerbitan. Pemimpin redaksi bertanggung jawab terhadap mekanisme dan aktivitas kerja keredaksian sehari-hari dan mengawasi isi seluruh rubrik media massa yang dipimpinnya. Pemred bertindak sebagai jenderal atau komandan yang perintah atau kebijakannya harus dipatuhi bawahannya. Pemred pula umumnya yang
37
Asep Syamsul M.Romli, S. Ip, Jurnalistik Praktis.Tahun 2001, hal 71
49 bertanggung jawab jika pemberitaan medianya secara hukum jika terjadi sengketa hukum dengan pihak lain. Posisi yang membawahi pemred adalah redaktur pelaksana. Tanggung jawabnya hampir sama dengan redpel, namun lebih bersifat teknis. Redpel memimpin langsung proses peliputan dan pembuatan berita oleh para wartawan dan editor. Setelah redpel posisi dibawah selanjutnya adalah para redaktur desk atau yang biasa disebut penanggung jawab rubrik (jabrik) dan editor. Tugas utamanya antara lain bertanggung jawab untuk menentukan, menyeleksi, dan mengedit serta mengoreksi termasuk pembuatan judul, tema dan naskah yang akan dimuat pada rubrik yang menjadi tanggung jawabnya masing-masing. Sejajar dengan redaktur desk adalah koordinator wartawan yang bertanggung jawab mengkoordinasikan proses peliputan berita serta menugaskan wartawan untuk menulis berita/menulis artikel. Jika diperlukan, sebuah penerbitan media juga biasanya memiliki seseorang editor bahasa. Tugasnya antara lain menjaga keseragaman bahasa yang dipergunakan dalam penulisan berita/artikel yang menjadi ciri khas sebuah media. Setingkat dengan editor adalah redaktur desk pracetak. Ia bertanggung jawab menangani naskah siap cetak dari para redaktur. Dibawah para editor adalah wartawan, yang merupakan ”prajurit” dalam keredaksian. Tugas pokoknya adalah mencari, membuat dan menyusun berita. Kegiatan mencari berita dapat dilakukan dengan beragam cara seperti wawancara, mendatangi secara teratur instansi pemerintah atau swasta, atau tempat-tempat lain
50 yang dimungkinkan munculnya hal-hal yang dapat menjadi berita. Dengan kata lain, proses pencarian berita dengan sistem ini dilakukan dengan ”ngepos” atau mangkal di tempat-tempat tertentu. Bisa pula dengan mengembangkan berita yang sudah muncul , yakni dengan cara melengkapi,mempertajam atau menekankan halhal yang khusus dari berita tersebut. Selain reporter, terdapat koresponden yaitu wartawan yang ditugaskan atau ditempatkan di negara lain atau kota (daerah) lain di luar wilayah dimana media massanya berpusat.
2.13
Teori Komunikasi Massa Teori komunikasi massa yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori
Agenda Setting. McCombs dan Shaw yang mempopulerkan teori ini mengatakan bahwa untuk membentuk persepsi khalayak. Menurutnya, membentuk persepsi khalayak tentang apa yang dianggap penting dan tidak penting, dapat digunakan cues tentang mana issue yang lebih penting dan tidak penting.38 Model agenda setting mengasumsikan adanya hubungan positif antara penelitian yang diberikan khalayak dengan apa yang dianggap penting dan tidak penting dalam media, pada persoalan itu. Singkatnya apa yang dianggap penting oleh media, akan dianggap penting pula oleh masyarakat. Apa yang dilupakan media, akan luput juga dari perhatian masyarakat. Media memberikan agenda-agenda lewat pemberitaannya, sedangkan masyarakat akan mengikutinya. Menurut asumsi teori ini media punya kemampuan untuk menyeleksi dan mengarahkan perhatian masyarakat pada gagasan atau
38
Djalaludin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, Hal 68
51 peristiwa tertentu. Media mengatakan kepada kita apa yang penting dan apa yang tidak penting. Media pun mengatur apa yang harus kita lihat atau tokoh siapa yang harus kita dukung.39 Menurut pendapat Chaffe dan Berger dalam Narudin ada beberapa catatan yang perlu dikemukakan untuk memperjelas teori ini :40 1. Teori ini mempunyai kekuatan penjelas untuk menerangkan mengapa orang-orang sama-sama menganggap penting suatu isu. 2. Teori ini mempunyai kekuatan memprediksi bahwa jika orang-orang mengekspos pada suatu media yang sama, mereka akan merasa isu yang sama tersebut penting. 3. Teori itu dapat dibuktikan salah jika orang-orang tidak mengekspos media yang sama mereka tidak akan punya kesamaan bahwa isu media itu penting. Model Agenda Setting Variabel
variabel
variabel
variabel
Media massa
Antara
Efek
Efek lanjutan
-panjang
-sifat stimulus
-pengenalan
-persepsi
-penonjolan
-sifat khalayak
-salience
-aksi
-konflik
-prioritas
Menentukan batas waktu tertentu, meng-koding berbagai isi media, dan menyusun ( merangking ) isu itu berdasarkan panjang ( waktu dan ruang), penonjolan ( ukuran hadline, lokasi dalam surat kabar, frekuensi pemunculan, posisi dalam surat kabar, dan konflik ( cara penyajian bahan ). Selanjutnya mengukur agenda masyarakat dengan menganalisis self-report khalayak. Menghitung topik-topik penting menurut khalayak, merangkingnya, dan mengorelasikannya dengan rangking isi media. Menganalisis kondisi antara (
39 40
Narudi, Komunikasi Massa, Cespur, 2003, Hal.185 Ibid,Hal.186
52 contingent condition ) yang mempengaruhi proses agenda setting dengan meneliti sifat-sifat stimulus dan krakteristik khalayak. Sifat-sifat stimulus menunjukan karakteristik issue, termasuk jarak issue ( apakah issue itu langsung atau tidak langsung dialami oleh individu ), lama terpaan ( apakah issue itu baru muncul atau mulai pudar ), kedekatan geografis ( apakah issue itu bertingkat lokal atau nasional ), dan sumber ( apakah yang disajikan pada media yang kradibel atau tidak kradibel ). Sifat-sifat khalayak menunjukan variabel-variabel psikososisl, diskusia interpersonal, dan terpaan media. Agenda media dapat diteliti dari segi apa yang dipikirkan orang ( intrapersonal ), apa yang dibicarakan orang dengan orang lain (interpersonal ), dan apa yang mereka anggap sedang menjadi pembicaraan orang ramai ( comunity salience ). Efek terdiri dari efek langsung dan efek lanjutan ( subsequent effects ). Efek langsung berkaitan dengan issue. Apakah issue itu ada atau tidak ada dalam agenda khalayak
(pengenalan ), dari semua issue, mana yang paling
peting menurut khalayak (salience ), bagaimana issue itu dirangking oleh responden dan apakah rangkingnya itu sesuai dengan rangking media ( prioritas ). Efek lanjutan berupa persepsi ( pengetahuan tentang peristiwa tertentu ) atau tindakan.41 Dalam kaitannya dengan penelitian penulis adalah bagaimana media yaitu strategi Majalah Gatra dalam proses pembuatan berita pada rubrik laporan khusus edisi 34. Jadi apa yang dianggap penting oleh Majalah Gatra maka dianggap
41
Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2002, Hal. 69
53 penting pula oleh khalayak. Sehingga Majalah Gatra mampu bersaing dengan majalah-majalah yang ada, dan juga dapat diterima khalayak atau pembacanya.
2.14
Strategi redaksi Strategi redaksi Majalah Gatra dalam proses pembuatan berita pada rubrik
laporan khusus edisi 34 merupakan rangkaian tindakan yang dilakukan untuk dapat mengetahui cara apa yang dilakukan redaksi Majalah Gatra agar dapat bersaing dengan surat kabar yang ada serta dapat diterima oleh masyarakat. Strategi redaksi adalah proses menginterpretasikan, mengkoordinasikan sumberdaya, sumber dana dan sumber-sumber lainnya untuk mencapai tujuan dan sasaran melalui tindakan-tindakan seperti tahap perencanaan (planning),dan tahap pengorganisasian (organizing),
tahap pergerakan (actualing), serta tahap
pengendalian ( controlling).42 Tahap perencanaan (planning ) atau biasa disebut pra produksi memberikan sasaran bagi organisasi dan menetapkan prosedur terbaik untuk mencapai sasaran tersebut. Dengan cara menetapkan tujuan , aturan, menyusun rencana dan sebagainya. Tahap pengorganisasian ( organizing ) meliputi proses pengaturan dan pengalokasian kerja, wewenang dan sumber daya, dan sumber daya dikalangan anggota organisasi sehingga mereka dapatt mencapai tujuan organisasi secara efisien. Penggerakan (actualing) merupakan proses menanamkan semangat kerja para wartawan dan pekerja lainnya yang mencakup hal menaruh, mempengaruhi,
42
Totok Djoroto, Menejemen Penerbitan Pers, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya,2002, hal 96-97
54 memotivasi wartawan untuk menjalankan tugas pokok. Koordinator liputan lebih dituntut untuk memotivasi semangat para wartawannya masing-masing. Tahap pengawasan (controlling), atau proses pasca liputan yaitu redaktur harus memastikan bahwa tindakan para pekerja medianya benar-benar membawa organisasi kearah tujuan yang telah ditetapkan, melalui pengendalian, pelaksanaan tugas, menyeleksi hasil tulisan, mengevaluasi penjualan dan sebagainya. Serta memjalankan rencana kedepan agar proses pemberitaan jadi lebih baik.
55
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1
Sifat Penelitian Dalam penelitian ini peneliti menggunakan penelitian Deskriptif, yakni
penelitian yang memberikan deskripsi gambaran keadaan atau fenomena yang didasarkan atas fakta-fakta.43 Penelitian deskriptif ditujukan untuk : 1. Mengumpulkan data informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada. 2. Mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktek yang berlaku. 3.
Membuat perbandingan atau evaluasi. 44 Penelitian yang bersifat deskriptif hanyalah memaparkan situasi atau
peristiwa, penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat pediksi.45 Bersifat deskriptif, karena penelitian ini berusaha memberikan gambaran tentang tingkat efektifitas rubric laporan khusus di Majalah Gatra dalam mempengaruhi pembaca. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat kualitatif yakni mengumpulkan data secara inivariant yang di peroleh dengan ukuran-ukuran kecenderungan pusat (central tendency) atau ukuran selebaran (dispersion).
43
Masri Singarimbun dan Sofyan EfFendy, Metode Penelitian Survey, Jakarta, LP3ES. 1989. hal. 9 Jalaludin Rakhmat. Metode Penelitian Komunikasi. Remaja Rosdakarya. Bandung, 1995. hal. 24 45 Ibid, hal 22 44
41
56 3.2
Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode studi kasus. Studi kasus adalah uraian
dan penjelasan komprehensif mengenai berbagai aspek seorang individu, suatu kelompok, suatu organisasi komunitas),suatu situasi social. Penelitian studi kasus berupayah menelaah sebanyak mungkin data mengenai subjek yang diteliti. Studi kasus menggunakan beberapa metode antara lain, wawancara, pengamatan, penelaah dokumen-dokumen, survey dan data apapun untuk menguraikan suatu kasus secara terinci.46 Menurut pendapat Lincoln dan Guba mengemukakan bahwa keistimewaan studi kasus meliputi: a. Studi kasus merupakan sarana utama bagi penelitian emik yakni menyajikan pandangan subjek yang diteliti. b. Studi kasus menyajikan uraian menyeluruh yang mirip dengan apa yang dialami pembaca dalam kehidupan sehari hari. c. Studi kasus merupakan sarana efektif untuk menunjukan hubungan antara peneliti dan responden. Keunggulan metode studi kasus adalah bawah hasilnya dapat mendukung study-study yang lebih besar dikemudian hari dan dapat memberikan hipotesishipotesis untuk riset lanjutan.47
46 47
Deddy Mulyana. Metode Penelitian Kualitatif. PT.Rosdakarya. hal 201 Husein Umar. Metode Riset Komunikasi Organisasi . PT.Gramedia Pustaka Utama.2002 hal.41
57 3.3
Definisi Konsep Di dalam pelaksanaan penelitian ini berbagai konsep dari istilah perlu
dipelajari definisi konsepnya antara lain : a. Strategi redaksi : Proses mengkoordinasikan sumberdaya, sumber dana, dan sumber daya lainnya untuk mencapai tujuan dan sasaran melalui tindakan-tindakan
Perencanaan
(planning),
Pengorganisasian
(Organizing), Pelaksanaan (Aktuating), dan Pengendalian (Controlling) sampai pada percetakan yang ditentukan pada batas waktu penyerahan berita. b.
Tema : Pokok pikiran, dasar cerita (yang dipercakapkan), dipakai sebagai dasar mengarang, dsb.48
c. Tema Berita : Pokok pikiran, dasar pikiran untuk menyusun sebuah berita.
3.4
Fokus Penelitian Sesuai dengan fokus penelitian ini terletak pada strategi redaksi dalam
proses pembuatan berita. Maka dari pada itu penelitian ini hanya meneliti strategi redaksi dalam proses pembuatan berita pada rubrik lapoan khusus edisi 34 pada Majalah Gatra (periode 2-8 Juli 2009). Hal ini menyangkut kegiatan bidang redaksi yang berkaitan dengan strategi redaksi Majalah Gatra penulis akan menjabarkan fokus penelitian ini, yaitu :
1. Tahap perencanaan (planning) dimana dimulai:
48
Kamus Besar Bahasa Indonesia
58 a. Melakukan rapat dewan redaksi dalam pembuatan rubrik yang akan dimuat. b. Menyampaikan ide/gagasan dalam pembuatan rubrik. c. Menyeleksikan rubrik-rubrik yang akan dimuat. 2. Tahap pengorganisasian (organizing) meliputi: a. pengambilan rubrik yang akan dimuat. b. Redaktur eksekutif/pelaksana sebagai pengambil keputusan terhadap rubrik dengan persetujuan pemimpin redaksi. c. Menyiapkan marketing untuk pemasaran. 3. Tahap penggerakan (actuating) ditahap meliputi: a. Penugasan tim wartawan dalam memgambil rubrik yang telah disetujui dari hasil rapat dewan redaksi. b. Melakukan evaluasi agar hasil lebih baik. c. Penetapan rubrik yang telah dikerjakan oleh tim redaktur d. Disetujuinya rubrik oleh pemimpin redaksi. 4. Tahap pengendalian, (controlling) didalam pengengalian ini yaitu: a. Mengevaluasi kekuranggan-kekurangan setelah berita dimuat. b. Mencari dan menetapkan ide baru untuk tema berita selanjutnya.
59 3.5
Nara Sumber Menurut Lexy Moleong Informan adalah orang yang di manfaatkan
memberi informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian49. Dengan demikian nara sumber adalah orang yang dianggap penting
oleh penulis dan mampu
memberikan informasi yang menyangkut penelitian yang penulis buat. Orang yang berperan penting dan bertanggung jawab pada penyelenggaraan kegiatan keredaksional Majalah Gatra serta berkaitan langsung dengan strategi dalam proses pembuatan berita ini berarti nara sumber yang perlu untuk diminta keterangan selaku informan yaitu : 1. Redaktur Pelaksana : Orang yang bertugas mengarahkan reporter dan koordinator rubrik serta bertanggung jawab kepada pimpinan redaksi terhadap isi pemberitaan. Herry Mohammad 2. Penanggung Jawab Rubrik : Orang yang bertanggung jawab terhadap rubrik tertentu dalam sebuah majalah serta melaporkan kinerja wartawan dan tulisan kepada redaktur. Taufik Alwi 3. Wartawan : Orang yang bertugas mencari, mengolah berita serta menjadikannya dalam sebuah tulisan.Wartawan melaporkan hasil tulisannya serta bertanggung jawab kepada koordinator rubrik masingmasing. Sugmono 49 Moleong, Lexy J ,Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2004, hal 90
60 3.6
Teknik Pengumpulan Data Guna mendukung keperluan untuk menganalisa mekanisme keredaksian di
Majalah Gatra, penulis memerlukan data-data yang mendukung baik dari dalam maupun dari luar perusahaan. Dalam memperoleh pengumpulan data, penulis menggunakan dua tahap, yaitu : 3.6.1
Data Primer
Data yang diambil secara langsung dari nara sumber dengan melakukan wawancara mendalam (Indepth Interview) kepada pihak keredaksian Majalah Gatra dan melakukan observasi yang berkaitan dengan keredaksian. Menurut Barelson, metode Indepth Interview adalah satu teknik penelitian untuk keperluan mendeskripsikan secara obyektif sistematis dan kualitatif secara manifest.50 3.6.2
Data Sekunder
Dalam penelitian ini memperoleh data penelitian melalui pengumpulan data-data tertulis berupa, struktur organisasi perusahaan, berbagai judul buku, karya tulis, dan bentuk tulisan lain yang berguna untuk melengkapi data-data penelitian ini.
3.7
Teknik Analisis Data Analisis data yang penulis gunakan adalah Trigulasi Data. Trigulasi adalah
tehnik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Tehnik Trigulasi yang paling banyak digunakan adalah pemeriksaan melalui
50
Ibid, hal. 163
61 sumber lain. Trigulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif (Patton 1987 :331). Hal ini dapat dicapai dengan jalan: 1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara. 2. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumentasi yang berkaitan. Dalam hal ini jangan sampai banyak mengharapkanhasil pembandingan tersebut merupakan kesamaan pandangan, pendapat, atau pemikiran. Yang penting disis adalah bisa mengetahui adanya alasan-alasan terjadinya perbedaan-perbedaan tersebut(Patton 1987 :331) Data yang diperoleh berdasarkan jawaban dari hasil wawancara informan yang sekaligus sebagai key informan beserta hasil observasi langsung yang dilakukan penulis akan di analisis dengan cara mendeskripsikan dalam bentuk katakata atau penjabaran sehingga tersusun jawaban terhadap masalah pokok penelitian ini.
62 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Gambaran Umum Objek Penelitian Diawali dengan pembredelan Majalah Tempo, April 1994, awak Tempo
yang ada dihadapkan pada pilihan yang bagaikan buah simalakama. Pertama, menerima pembredelan tersebut, dengan konsekuensi mencari perahu masingmasing. Atau, kedua, menerima pembredelan, sebagai konsekuensi menerima situasi dimana rezim Soeharto waktu itu begitu kuatnya dengan menerbitkan Majalah Gatra. Setelah dilakukan semacam memorandum, maka waktu itu sebagian besar awak Tempo, memilih alternatif kedua. Yaitu menerbitkan Majalah Gatra, yang terbit pada 19 November 1994. Gatra percaya, tugas pers adalah mengkomunikasikan, saling pengertian, bukan menyebarkan prasangka dan benih kebencian, jurnalisme Gatra dengan sendirinya bukan jurnalisme untuk memaki ataupun menjilat. Bukan jurnalisme partisan. Tetapi kritis tanpa menumbuhkan fanatisme. Itulah filosofi dan kebijakan pemberitaan Gatra. Gatra bisa berarti angle atau sudut pandang. Spiritnya Gatra akan menampilkan pemberitaan dari sudut pandang yang lain, dari media lainnya. Tentunya, dengan ketajaman tersendiri. Juga, Gatra dimaksudkan tetap sebagai cahaya, semacam lilin ditengah kekuasaan otoriter. Paling tidak Gatra tetep memberikan sinar kepada masyarakat untuk mendapatkan informasi yang utuh, benar dan akurat.
48
63 Karena nama mencerminkan makna, Gatra juga berusaha Setia menyajikan bacaan sehat dengan informasi akurat dan objektif. Gatra bukan corong suatu golongan. Tidak juga berambisi untuk membentuk golongan eksklusif sendiri. Profesi jurnalistik bagi Gatra, mengandung misi lebih dari sekedar menarik manfaat sesaat.
4.1.1 Visi dan Misi Gatra. 4.1.1.1 Visi majalah Gatra Membangun industri informasi menuju masayarakat yang cerdas, berakhlak dan sadar akan hak dan kewajibannya, serta mendorong tegaknya hokum yang berkeadilan, menjadi rujukan informasi bagi masyarakat global. Misi majalah Gatra.
4.1.1.2 Misi majalah Gatra Menyajikan produk informasi yang terpercaya, mencerdaskan, obyektif, akurat, jujur, jernih, berakhlak dan berimbang. Meningkatkan hasil usaha dengan cara yang sehat, adil, efisien dan efektif, inovatif, tumbuh dan disegani dalam bisnis global. Meninggikan mutu pelayanan untuk meningkatkan kepuasan dan loyalitas pembaca.
64
4.1.2 Kriteria Layak Berita Majalah Gatra. 1. Kehangatan 2. Magnitude. 3. Relevan. 4. Angle lain 5. Dramatik. 6. Trend Baru. 7. Misi 8. Informasi 9. Eksklusif 10. Tokoh 11. Unik 12. Prestisius 13. Pertama Kali
4.1.3 Gatra di pasar berita. Sejak awal, Gatra mendapat tempat khusus bukan saja di pasar berita, melainkan juga di dunia komunikasi pemasaran. Baru memasuki tahun keempat, Gatra sudah dibaca oleh 879.000 orang di sembilan kota besar di Tanah Air. Demikian pemantauan yang dilakukan oleh lembaga independent, AC-Nielsen. Tetapi di era reformasi dan globalisasi ini, “terdepan” saja belum mencerminkan sesuatu tentang prifil pembaca sebuah media. Pertanyaan yang
65 paling penting adalah siapa mereka? Dari jumlah pembaca tersebut, 54,4% ternyata lulusan perguruan tinggi mulai tingkat sarjana muda hingga S3. Data ini menunjukkan bahwa Gatra dibaca oleh “komunitas yang berpikir”, yang memiliki daya kritis tinggi, dan dengan demikian tidak mudah dicekoki. Lebih menarik lagi adalah kenyataan bahwa 37,9% pembaca Gatra adalah mahasisawa. Inilah “generasi reformasi”, yang terkenal selektif dalam memilih bacaan. Apalagi disaat kritis, ketika gagap gempita dinamika reformasi menuntut layanan informasi yang bukan saja akurat, melainkan juga “lirus” dan layak dijadikan rujukan. Survey yang dilakukan oleh Resource Productivity Centre (RPC), sebuah lembaga riset independen terpercaya di Jakarta, menunjukkan Gatra merupakan sumber informasi yang paling dipercaya disaat-saat kritis. Jauh melampaui produk lain yang sejenis. Alasan pembaca, Gatra akurat, lengkap dan tajam analisisnya. Gatra juga dini8lai selalu actual, jernih dan jelas. Akurasi keberimbangan, yang merupakan “mahkota“ profesi jurnalistik memang dijadikan asas dalam gaya dan metode penulisan Gatra. Di sisi lain, Gatra ditulis tanpa maksud menambahkan beban bagi masyarakat pembacanya yang cerdas, yang berkembang dinamis ditengah laju raformasi dan globalisasi.
66
Bagan 1 Proses kerja redaksi Majalah Gatra
Rapat Perencanaan
Pengumpulan Bahan
Rapat Checking
Rapat Checking Halaman Isi + Cover
Penulisan – Jabrik Penyutingan – Redaktur – Pemred
Editing Bahasa
Desain/Lay Out
Percetakan Majalah Gatra
Evaluasi Isi
67 Bagan 2
BAGAN STRUKTUR ORGANISASI PRODUKSI MAJALAH GATRA Divisi Produksi Budiono K
Sekretariat Redaksi
PTM Jerry Ferdan
Kompartemen Nasional Dwitri Waluyo
Redaktur Bahasa
Pusat Dokumentasi Aryo
Kompartemen Ragam Heddy Lugito
Kompartemen Edsus Spesial Heddy Lugito
Redaktur Liputan Herry Muhammad
Redaktur
Redaktur
Hidayat Gunadi – Guritno – Taufik Alwie – Asrori – Irwan Andri Rita Triana - Hendri
Aries K – Dolok. CN – Nur. H – Heru. P
Reporter Kompartemen Nasional Reporter : Rohmat. H – Agung. R – Bernadetta – Astari. Y – Arief.A – Hatim.I – Deni. B – Erwin. YS – Alexander. W – Basfin. S – Sujud. DP Fotografer : Wisnu
GATRA. COM Edward Luhukay
Reporter Kompartemen Ragam Reporter : Bambang. S – Erie. S – Ajeng. R – Elmi. D Fotografer : Jengki. H
68
4.1.4 Struktur Organisasi Gatra Pendiri
: M. Hasan
Komisaris
: Tigor M. Tanjung Nico J. Tampi
Direktur
: Budiono Kartohadiprodjo
Wakil direktur
: Dani Hamdani
Pemimpin Redaksi
: Budiono Kartohadiprodjo
Wakil Pemimpin Redaksi
: Putut Trihusodo
Redaktur Pelaksana
: Heddy Lugito Dwitri Waluyo Herry Muhammad
Sidang Redaksi
: Aries Kelana Asrori S. Karni Carry Nadeak Erwin E. Salim Rita T. Budiarti G. A. Guritno Heru Pamuji Hidayat Gunadi Nur Hidayat Taufik Alwi
69
Redaksi Bahasa
: (Koordinator) Roni Rusnandar Agus Teguh Handoyo
Fungsi dan Tugas Bagian Peliputan dan Pemberitaan. 1.
Pemimpin Redaksi Tujuan Umum Jabatan Menghasilkan Majalah jadi secara efektif dan efisien melalui perencanaan dan pengendalian isi atau arah majalah serta pemanfaatan secara optimal sumber daya di redaksi. 1.1 Hubungan Kerja Jabatan : Hubungan di dalam perusahaan : 1. Bertanggung
jawab
langsung
kepada
Direktur
Perusahaan. 2. Membawahi Redaktur Pelaksana dan Sekretaris Redaksi. Hubungan di luar perusahaan: 1. Sumber berita 2. Lembaga atau instansi terkait 1.2 Tugas dan tanggung jawab : 1. Menjamin
tersusunnya
sasaran,
kebijakan
dan
strstegi
pemberitaan. 2. Menjamin
tersusun
dan
terlaksananya
keredaksian secara efektif dan efisien
prosedur
kerja
70 3. Merencanakan,
mangembangkan
dan
mengendalikan
isi
majalah. 4. Mengevaluasi, mengembangkan dan mengendalikan pengadaan isi majalah 5. Membuat naskah jadi 6. Mengikuti dan mengantisipasi perkembangan berita 7. Memimpin rapat perencanaan isi majalah, checking, dan rapat redaksi pelaksana 8. Merencanakan, mengevaluasi dan mengembangkan organisasi serta Sumber Daya Manusia (SDM) di lingkingan keredaksian 9. Membina hubungan baik dengan relasi dan sumber berita 10. Menghadiri undangan-undangan 1.3
Wewenang : 1. Memutuskan rencana isi majalah 2. Memutuskan isi majalah yang layak siar 3. Memutuskan pengguna anggaran redaksi
2.
Kepala Pusat Liputan 2.1
Tujuan umum jabatan Membantu Pemimpin Redaksi (Pemred) dalam mencapai efektifitas
dan efesiensi pencarian berita serta pemanfaatan secara optimal sumber daya di lipitan Jakarta 2.2
Hubungan kerja jabatan Hubungan di dalam perusahaan :
71 1. Bertanggung jawab langsung kepada Pemred 2. Hubungan kerja kesamping dengan : para kepala bagian,
redaktur
pelaksana, penanggung jawab
rubrik. 3. Membawahkan : Wakil kepala pusat liputan, sekretaris pusat liputan, petugas administrasi liputan, staf redaksi, liputan Jakarta, liputan daerah, liputan luar negeri, koresponden. Hubungan di luar perusahaan : 1. Sumber berita 2.3
Tugas dan Tanggung Jawab 1. Memantau dan mengarahkan pelaksanaan kerja bawahan 2. Mengkoordinasikan dan mendistribusikan serta penugasan pencarian naskah 3. Mendata perolehan bahan naskah 4. Menyeleksi dan membuat usulan berita yang layak Gatra 5. Mengikuti rapat perencanaan isi majalah dan checking 6. Mengikuti perkembangan perubahan isi majalah 7. Mengadakan dan memimpin Rapat Liputan Jakarta 8. Menanti batas waktu / deadline 9. Membina hubungan baik dengan sumber berita 10. Melaksanakan pembinaan dan perkembangan SDM 11. Mengevaluasi kinerja bawahan langsung
72 12. Menghadiri undangan-undangan dari luar 13. Melaksanakan tugas-tugas yang diberikan pemimpin perusahaan 2.4 Wewenang 1. Mengabulkan
dan
menolak
permintaan
cuti
atau
ijin
meninggalkan tugas terhadap bawahan 2. Bekerjasama dengan Departemen Personalia dalam memberikan teguran lisan maupun tulisan terhadap bawahan yang melanggar peraturan poerusahaan 3. Menolak usulan reporter yang tidak layak 4. Memberikan nilai awal bagi kinerja bawahan langsung 3.
Kepala Sekretaris Redaksi 3.1
Tujuan umum jabatan : Membantu
Pemred/Wapemred
dalam
pelaksanaan
tugas
administrasi keredaksian. 3.2
Hubungan kerja jabatan Hubungan di dalam perusahaan : 1.
Bertanggung jawab langsung kepada Pemred
2.
Membawahi Wakil Sekretaris Redaksi, Petugas Penataan Redaksi
73 Hubungan di luar perusahaan : 1. Sumber berita 2. Lembaga atau institusi terkait 3.3
Tugas dan Tanggung Jawab 1. Pendataan turun naskah 2. Penyusunan data untuk rapat evaluasi perusahaan 3. Pendataan kontribusi reporter, koresponden dan administrasi 4. Administrasi program magang dan tim pendidikan 5. Pengaturan kunjungan tamu redaksi 6. Menghitung kontribusi tulisan para penanggung jawab rubrik 7. Administrasi eidsi-edisi khusus 8. Membuat pemberitahuan kegiatan redaksi 9. Mengundang rapat-rapat di keredaksian 10. Membuat laporan kegaitan redaksi 11. Melaksanakn tugas-tugas lain dari pimpinan perusahaan/atasan
3.4
Wewenang 1. Mengabulkan dan menolak cuti atau ijin meninggalkan tugas bawahan 2. Memberikan teguran baik lisan maupun tulisan kepada bawahan yang melanggar peraturan poerusahaan
4.
Redaktur Pelaksana 4.1
Tujuan umum jabatan
74 Membantu
Pemred/Wapemred
dalam
pelaksanaan
tugas
administrasi keredaksian. Hubungan kerja jabatan 4.2
Hubungan di dalam perusahaan 1. Bertanggung jawab langsung kepada Pemred 2. Hubungan kerja kesamping dengan para redaktur pelaksana, Penanggung Jawab Rubrik, Kepala Pusat Liputan Jakarta, Staf Redaksi Bahasa.
4.2
Hubungan di luar perusahaan 1. Sumber berita.
4.3.
Tugas dan Tanggung Jawab
1. Mengikuti dan mengantisipasi perkembangan berita 2. Memonitor perkembangan bahan naskah dan foto 3. Menulis naskah jadi 4. Memilih foto yang akan dimuat 5. Menghadiri rapat checking dan perencanaan 6. Mengajukan usulan berita 7. Membuat penugasan 8. Menyusun outline laporan utama/laporan khusus 9. Menyusun ranacana isi dan rincian visual naskah 10. Membina hubungan baik dengan sumber berita 11. Menaati batas waktu pengumpulan naskah teredit 12. Mengajukan usulan perbaikan isi dan penampilan majalah
75 13. Menghadiri undangan-undangan dari luar 14. Melaksanakan tugas-tugas khusus 4.4
Wewenang Meminta atau memberikan informasi kepada pihak lain sejauh
menyangkut masalah isi rubrik. 5.
Penanggung Jawab Rubrik 5.1
Tujuan umum jabatan Membantu Redpel dalam memberikan ide-ide lengkap dengan
‘angle’ cerita usulan visual dan naskah awal untuk rapat perencanaan isi majalah. 5.2
Hubungan kerja jabatan Hubungan di dalam perusahaan : 1. Bertanggung jawab langsung kepada Redpel 2. Hubungan kerja kesamping dengan : Penanggung Jawab Rubrik (Jabrik) yang lain, Kepala Pusat Liputan Jakarta, Staf
Layanan
Informasi. 3. Hubungan kerja khusus dengan reporter, staf redaksi 4. Hubungan di luar perusahaan dengan sumber berita 6.
Reporter/Koresponden Tujuan umum jabatan Membantu kepala pusat liputan dalam menggali poitensi berita yang ada di wilayahnya.
76 6.1
Hubungan kerja jabatan Hubungan di dalam perusahaan : 1. Bertanggung jawab langsung Kepada Pusat Liputan 2. Hubungan kerja kesamping dengan : Wartawan/Reporter yang lain, Sekretaris Pusat Liputan.
3. Hubungan di luar perusahaan sumber berita. 6.2
Tugas dan Tanggung Jawab 1. Mengikuti dan mengantisipasi perkembangan berita 2. Membuat usulan berita dan bahan naskah berita 3. Melakukan tugas reporting, pemotretan dan riset 4. Membuat laporan keuangan penugasan 5. Mengikuti rapat perencanaan 6. Menghadiri undangan-undangan dari luar 7. Membina hubungan baik dengan sumber berita 8. Mengumpulkan bahan berita tidak melewati batas waktu/deadline 9. Membuat usulan yang menyangkut perbaikan system atau prosedur 10. Melaksanakan tugas-tugas lain atasan/pimpinan perusahaan
77 4.2
Hasil Penelitian
4.2.1 Strategi Redakasi Pada Penelitian ini, penulis mengumpulkan arsip dan dokumentasi yang berkaitan dengan penelitian serta melakukan wawancara dengan nara sumber terkait. Nara sumber yang diwawancarai yakni, Herry Muhammad selaku Redaktur Pelaksana yang bertanggung jawab sepenuhnya terhadap pemberitaan Majalah Gatra sebelum kepada pemimpin redaksi. Penanggung jawab rubrik, Tauvik Alwi, bertanggung jawab penuh terhadap sebuah rubrik dalam hal ini rubrik laporan khusus, serta reporter yang melakukan proses peliputan. Setelah melakukan wawancara mendalam dengan para narasumber yang terkait dengan penelitian strategi redaksi Majalah Gatra dalam proses pembuatan berita rubrik laporan khusus edisi 34. Penulis akan meneliti urutan-urutan tugas bidang redaksi Majalah ini dalam menyajikan laporan kejadian berdasarkan fakta atau ide yang aktual dan menurut penilaian tim redaksi sangat sesuai dengan tema yang akan diangkat untuk edisi ini. Berdasarkan pedoman teoritis pada bab II mengenai manajemen redaksional disebutkan dalam mencapai tujuan dan sasaran melalui tindakantindakan perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penggerakan (actuating) dan pengendalian (controlling) atau jika disingkat menjadi POAC yang menyangkut koordinasi antara manusia dan fungsi-fungsinya dalam manajemen redaksional. Penulis akan menguraikan tahapan-tahapan bagaimana strategi redaksi Majalah Gatra dalam proses pembuatan berita pada rubrik laporan khusus edisi 34 yang meliputi antara lain :
78
1. Rapat redaksi 2. Proses pematangan wacana 3. Proses kerja redaksi 4. Editing tulisan
4.2.1. 1. Proses Perencanaan (Planning) Proses perencanaan dalam sebuah produksi berita ditentukan dalam rapat redaksi. Rapat redaksi dihadiri oleh seluruh anggota redaksi dari mulai reporter sampai pemimpin redaksi. Pada redaksi Majalah Gatra, rapat redaksi dilakukan pada hari selasa atau rabu. Rapat redaksi lebih sering dilakukan pada selasa malam sekitar pukul 08.00 WIB. Setelah rapat redaksi secara umum kemudian dilakukan rapat redaksi lebih spesifik yaitu rapat pada masing-masing rubrik bersama membahas tema rubrik masing-masing antara reporter, fotografer dan penanggung jawab rubrik. Seluruh anggota redaksi dalam rapat redaksi memilki kapasitas yang sama dalam memberikan usulan maupun membantah atau memperkuat sebuah usulan. Tidak ada batasan bagi seorang reporter untuk mengusulkan atau membantah sebuah usulan asalkan diperkuat dengan alasan yang objektif. Pengangkatan tema pemilihan presiden 2009 merupakan sebuah proses monitoring isu sebagai salah satu fungsi media massa. Seperti penjelasan Redaktur Pelaksana Majalah Gatra Herry Muhammad : “ Semua tulisan yang lahir melalui mekanisme rapat redaksi. Jadi atau tidak jadinya sebuah teme berita tergantung pada keputusan rapat redaksi.
79 Kapasitas anggota redaksi semua sama, dari mulai reporter sampai pemimpin redaksi.”51 Rapat redaksi edisi 34 terfokuskan pada isu pemilihan umum legislatif dan pemilihan presiden 2009. Redaksi sepakat untuk mengangkat tema tersebut karena dinilai masih relevan serta masih memiliki nilai jual pada khalayak. Tema rubrik laporan khusus yang mengangkat isu kabinet mendatang dianggap menarik sehingga seluruh anggota redaksi sepakat untuk mengangkat tema tersebut. Seperti yang dikatakan oleh Taufik Alwi selaku penanggung jawab rubrik, yang mengatakan isu kabinet mendatang menarik untuk diangkat dalam edisi 34. Berikut penjelasan Sugmono selaku wartawan Majalah Gatra : “Rubrik laporan khusus yang mengangkat tema prediksi kabinet mendatang pertama kali diusulkan oleh Asrori (redaktur). Setelah ada proses argumentasi dari mulai penyanggahan sampai pada penguatan isu pada akhirnya disepakati tema tersebut.”52 Kesepakatan redaksi pada awalnya menempatkan isu kabinet mendatang sebagai laporan utama. Karena ada faktor eksternal yang memaksa redaksi mengubah penempatan tema pada rubrikasi. Setelah fenomena kematian Michael Jackson akhirnya isu tersebut menempati rubrik laporan utama sekaligus menjadi headline cover. Seperti yang di jelaskan oleh Taufi Alwi selaku Penanggung jawab rubrik Majalah Gatra: “Pada awalnya isu prediksi kabinet mendatang menjadi laporan utama, tetapi karena ada fenomena kematian jacko akhirnya kami rapat redaksi untuk menyesuaikan dengan kondisi yang sedang berkembang. Akhirnya diputuskan Jacko sebagai laporan utama dan isu prediksi kabinet mendatang menjadi laporan khusus pada edisi 34.”53 51
Hasil wawancara dengan Herry Muhammad selaku redaktur Majalah Gatra. Hasil wawancara dengan Sugmono selaku wartawan Gatra 53 Hasil wawancara dengan Taufik Alwi di kantor redaksi Majalah Gatra 52
80 Rubrik laporan khusus pada Majalah Gatra adalah salah satu dari 20 rubrik yang ada pada Majalah Gatra. Tidak skala prioritas untuk rubrik tertentu, artinya semua rubrik memiliki perhatian yang sama dalam proses penentuan tema sampai pada proses pembuatan berita. Namun secara umum 20 rubrik tersebut di klasifikasikan menjadi tiga rubrik besar yaitu rubrik nasional, rubrik hukum dan rubrik ekonomi. Rubrikasi dalam Majalah Gatra dikoordinir oleh seorang penanggung jawab rubrik. Kapasitas seorang penanggung jawab rubrik bertanggung jawab penuh terhadap sebuah rubrik dari mulai rapat redaksi sampai pada rapat evaluasi.
Seperti yang dikatakan oleh Taufik Alwi : “Kapasitas seorang jabrik bertanggung jawab penuh atas isu yang sedang dikelola serta mengkawal isu yang sedang berkembang”54 4.2.1. 2. Proses Pengorganisasian (organizing) Tahap pengorganisasian ( organizing ), setiap tim dari masing-masing rubrik mulai melakukan proses pengaturan, wewenang dan sumber daya kepada masing-masing anggotanya sehingga mencapai tujuan yang telah disepakati. Reporter yang masuk dalam tim rubrik laporan khusus melakukan rapat kecil dengan skala isu tema laporan khusus dengan penanggung jawab rubrik. Penanggung jawab rubrik memberikan masukan kepada seluruh repoter rubrik laporan khusus terkait isu yang diangkat. Proses pematangan wacana dilakukan tidak hanya dalam rapat saja, setiap repoter dapat bertanya pada penanggung jawab rubrik walaupun di luar rapat. 54
ibid
81 Setelah pematangan wacana, reporter mencari literatur yang terkait agar dapat memperdalam isi pemberitaan Media luar juga sangat mempengaruhi sudut pandang pemberitaan. Seorang penanggung jawab rubrik harus memiliki sence of news yang tinggi agar dapat mengantisipasi kemungkinan kesamaan sudut pandang berita dengan media lain. Media luar sejenis yang menjadi pertimbangan Majalah Gatra adalah Majalah Tempo. Karena Majalah Tempo dianggap menjadi kompetitor utama Majlah Gatra. Berikut pernyataan Taufik Alwi : “Selalu ada pematangan wacana setelah rapat redaksi, baik dalam rapat maupun di luar rapat. Untuk membatasi wacana para wartawan maka diberikan daftar pertanyaan oleh penanggung jawab rubrik. Setelah itu pengembangan dilakukan sendiri oleh para wartawan di lapangan dengan berpakem pada daftar pertanyaan yang diberikan oleh penanggung jawab rubrik terkecuali terdapat kondisi di lapangan yang mengharuskan seorang wartawan untuk menggali hal yang baru.” 55
4.2.1. 3. Proses Penggerakan (actuating) Tahap pergerakan ( actuating ) mencakup pada hal mengarahkan, mempengaruhi, memotifasi karyawan untuk menjalankan tugas-tugas pokoknya. Dalam rangka merealisasikan tahapan penggerakan, wartawan dapat melakukan eksplorasi isu dengan berpatokan pada daftar pertanyaan yang telah diberikan oleh penanggung jawab rubrik. Wartawan diberikan tugas sesuai dengan kapasitasnya masing-masing. Pada rubrik laporan khusus edisi 34, wartawan mencari prediksi kabinet mendatang dengan cara mencari nara sumber di masing-masing kubu pasangan caprescawapres serta para pengamat serta hal lain pihak lain yang terkait. 55
ibid
82 Setiap wartawan sudah memilik nara sumber internal di sebagian besar partai sehingga dapat memperoleh prediksi penempatan pos-pos kabinet mendatang. Hubungan wartawan dengan nara sumber internal di partai beragam, dari mulai hubungan pertemanan sampai kepada hubungan karena kedekatan kepentingan. Nara sumber tersebut ada yang ingin disebutkan namanya dalam pemberitaan ada pula yang engga disebutkan namanya (anonim). Kondisi proses peliputan dalam edisi ini sangat berbeda dengan edisi sebelumnya. Karena wartawan memprediksikan kabinet-kabinet yang akan diisi oleh pemerintahan mendatang. Wartawan dituntut cover both side agar dapat menjaga independensi dalam pemberitaannya. Selain itu. Wartawan harus pandai dalam memilih nara sumber agar dapat mengarahkan pembaca untuk menjadi pemilih yang cerdas dalam pilpres 2009. Berikut kutipan wawancara dengan Sugmono (Wartawan Majalah Gatra) : “Sumber kami dalam memprediksikan pos-pos kabinet mendatang adalah nara sumber internal di masing-masing kubu. Hubungan kami (wartawan) dengan sumber internal tersebut sangat variasi, dari mulai hubungan pertemanan samapai kepada kedekatan karena adanya unsur kepentinga. Mereka (sumber internal) butuh publikasi untuk meraih simpati pemilih dan sebaliknya kami butuh berita untuk disampaikan kepada masyarakat. Dalam edisi ini kami dituntut kerja yang bebar-benar ekstra dalammencari sumber untuk memprediksikan pos-pos kabinet mendatang” 56 4.2.1. 4 Proses pengendalian ( controling ) Tahap pengendalian ( controling ), dimana pemimpin redaksi harus memastikan bahwa tindakan anggotanya benar-benar membawa organisasi kearah tujuan yang telah ditetapkan, melalui pengendalian, pelaksanaan tugas, menyeleksi prodak, mengevaluasi penjualan dan sebagainya. 56
Hasil wawancara dengan Sugmono (Wartawan Majalah Gatra)
83 Menurut Taufik Alwi, proses pengawasan selalu dilakukan setiap saat. Artinya setiap hasil kerja wartawan selalu didiskusikan tidak hanya dalam kondisi rapat. Diskusi yang dilakukan sifatnya pembinaan. Selalu ada sharing antara wartawan-korlip, korlip-penanggung jawab rubrik. Pada tahap ini pemimpin redaksi berkuasa penuh untuk menyetujui apakah cover edisi Tahun Baru 2009 ini layak untuk dapat diterbitkan atau tidak sesuai dengan mekanisme jenjang struktur redaksi. Mekanismenya wartawan bertanggung jawab pada koordinator liputan (korlip), kemudia korlip bertanggung jawab pada penanggung jawab rubrik berlanjut pada redaktur, redaktur pelaksana hingga pada akhirnya ditentukan oleh pemimpin redaksi. Berikut kutipan wawancara dengan Herry Muhammad : “Semua tulisan yang lahir melalui rapat redaksi, setelah itu ditelusuri (liput) oleh penulis dalam hal ini bisa wartawan bisa juga penanggung jawab rubrik. Kemudian diperiksa oleh redaktur pelaksana dan secara substansi oleh editor (redpel / pemred).”
84 4.3
Analisis dan Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, maka dalam
pembahasan ini penulis akan membahas hasil penelitian berdasarkan kerangka teori yang telah penulis susun di dalam bab II. Pada strategi redaksi Majalah Gatra dalam proses pembuatan berita pada rubrik laporan khusus edisi 34, tim redaksi Majalah Gatra berusaha untuk mengapresiasikan menjadi yang terbaik. Strategi yang digunakan seorang pemimpin redaksi dalam mengelola manajemen keredaksiannya pada hakikatnya tidak jauh berbeda dengan manajemen umum. Definisi manajemen menurut Hanry Fayol adalah proses menginterprestasikan, mengkoordinasikan sumber dana dan sumber-sumber lainnya untuk mencapai tujuan dan sasaran melalui tahapantahapan perencanaan ( planning ), pengorganisasian ( organizing ), tindakan ( actuating ),dan pengendalian ( controling ). Pada tahapan perencanaan ( planning ) menurut Hanry Fayol, memberikan sasaran bagi organisasi dan menetapkan prusedur terbaik untuk mencapai sasaran tersebut. Pada tahap ini menggunakan teori menyusun agenda ( agenda setting ), menurut Shaw & McCombs adalah menyusun agenda, anda mendaftarkan hal-hal yang harus anda lakukan. Dengan cara yang serupa, media media mengatur kita dengan cara memusatkan pada tokoh atau peristiwa tertentu. Seperti yang telah di definisikan oleh Hanry Fayol bahwa tahap perencanaan ( planning ) pada bab sebelumnya, pada tahap ini penulis mengamati Tim Redaksional Majalah Gatra dalam memproduksi berita pada rubrik laporan khusus yang merupakan edisi terakhir sebelum pelaksanaan pilpres 2009.
85 Pertama, rapat redaksi yang dilakukan secara rutin setiap hari Selasa malam sekitar pukul 20.00 WIB. Dalam rapat ini dibahas mengenai tema yang akan diangkat. Rapat tersebut mengikutsertakan seluruh anggota redaksi termasuk fotografer, ilustrator dan reporter serta divisi marketting Pada rapat redaksi ini Tim Redeksional bertugas mencari masukan ide dari seluruh peserta rapat. Seluruh peserta rapat mempunyai hak untuk memberikan masukan ide dan sebaliknya dapat memberikan sanggahan, tidak ada kapasitas yang membatasi hak dari masing-masing peserta rapat. Misalnya seorang reporter dapat membantah usulan seorang redaktur bahkan pemimpin redaksi sekalipun. Hasil dari keputusan rapat tersebut menjadi pegangan bagi seluruh anggota redaksi dalam mencari dan menyusun berita. Untuk Tim Marketting, mereka hanya memberikan usulan dan pendapat saja terkait dampak tiras majalah. Tetapi tidak dapat mempengaruhi keputusan rapat dengan alasan kepentingan tiras. Berdasarkan rapat redaksi tersebut akhirnya disepakati tema pilpres 2009 menjadi isu yang akan diangkat. Gatra masih tetap menjadi media yang senantiasa mengikuti kondisi perkembangan pilpres 2009. Namun pada beberapa hari kemudian timbul fenomena yang menyedot perhatian dunia yakni kematian raja pop Michael Jackson. Menggelegarnya fenomena kematian Michael Jackson mengharuskan redaksi mengambil inisiatif untuk mensiasati agar Majalah Gatra tidak ditinggal oleh para pembacanya. Redaksi melakukan rapat susulan guna mengantisipasi hal tersebut pada H3 menjelang proses naik cetak. Perubahan yang dihasilkan dari rapat tersebut hanya memindahkan isi berita pada laporan utama yang membahas prediksi kabinet dari
86 masing-masing calon pada pilpres 2009 ke dalam rubrik laporan khusus. Rubrik laporan utama diisi oleh pemberitaan fenomena kematian Michael Jackson. Pada rapat selanjutnya yaitu rapat cheking yang biasanya dilaksanakan pada hari Jum’at. Rapat ini membahas dan memastikan seluruh berita yang masuk secara substansi maupun secara teknis sudah dapat dipertanggungjawabkan dan layak untuk naik cetak. Setelah naik cetak dapat dipastikan majalah terbit pada hari Senin dan diserahkan selanjutnya pada divisi marketting. Tahapan pengorganisasian ( organizing ) menurut Hanry Fayol meliputi proses pengaturan dan pengalokasian kerja, wewenang, dan sumber daya dikalangan anggota organisasi sehingga mereka dapat mencapai tujuan organisasi secara efisien, pada tahap ini penulis mengamati pengorganisasian Tim Redaksi Majalah Gatra dalam proses pembuatan berita pada rubrik laporan khusus edisi 34 (periode 2-8 Juli 2009). Tahap pengorganisasian yang dilakukan oleh tim rubrik laporan khusus yang pertama adalah mengadakan diskusi antara reporter, fotografer, kapuslip dan penanggung jawab rubrik. Diskusi yang dilakukan lebih kepada pematangan wacana serta pemilihan nara sumber dalam memprediksi kabinet mendatang dari masing-masing pasangan dalam pilpres 2009. Selain diskusi dengan tim rubril laporan khusus, para reporter dituntut lebih aktif dalam mencari referensi dan literatur sebagai penunjang wacana sebelum mereka melakukan proses liputan. Faktor eksternal yang juga harus dipertimbangkan adalah faktor media lain sebagai competitor. Penanggung jawab rubrik mengarahkan sudut pandang penulisan agar hasilnya berbeda secara sudut pandang berita dengan media lain.
87 Tahapan tindakan ( actuating ) menurut Hanry Fayol, mencakup hal-hal mengarahkan, mempengaruhi, memotifasi karyawan untuk menjalankan tugastugas pokoknya. Pada tahap ini penulis mengamati bahwa ditahap ini Penanggung jawab rubrik mulai menugaskan kepada reporternya untuk mencari berita yang sudah ditentukan pada rapat redaksi.. Reporter diberikan daftar pertanyaan yang menjadi standar pencarian berita mereka masing-masing. Reporter dapat bereksplorasi dari daftar pertanyaan yang sudah ditentukan selama substansinya tidak keluar dari koridor daftar pertanyaan yang diberikan oleh penanggung jawab rubrik. Selama proses reportase berlangsung repoter dapat bertanya atau berdiskusi dengan penanggung jawab rubrik baik dalam kondisi rapat koordinasi maupun dalam kondisi biasa.
Fotografer menjalankan tugasnya yaitu mencari gambar
terkait dengan tema pemberitaan dengan berkoordinasi dengan penanggung jawab rubrik dan redaktur foto. Tahap pengendalian ( controling ) menurut Hanry Fuyol, manager harus memastikan bahwa tindakan para anggota organisasi benar-benar membawa organisasi kearah tujuan yang telah ditetapkan, mulai pengendalian, pelaksanaan tugas, menyelaksi produk, mengevaluasi penjualan dan sebagainya. Pada tahapan ini peran seorang redaktur sebagai editor juga sebagai pembuat keputusan ( decision maker ) sebelum sampai pada pemimpin redaksi sangat dibutuhkan. Editor merekomendasikan kepada pemimpin redaksi hasil proses liputan yang sudah dalam bentuk tulisan, kemudian pemimpin redaksi memutuskan untuk naik cetak atau tidak.
88 Berdasarkan hasil penelitian penulis dalam tahap controlling ini, reporter dalam rubrik laporan khusus edisi 34 secara umum dapat menginterpretasikan hasil rapat redaksi dalam sebuah hasil tulisan dengan baik. Artinya, hasil yang diinginkan dari rapat redaksi sudah sesuai. Redaksi berharap dari hasil tulisan tersebut dapat membawa para pembaca menuju pemilih yang cerdas dan kritis dengan melihat prediksi kabinetnya terlebih dahulu.
89 BAB V PENUTUP Setelah melihat dari hasil penelitian mengenai Strategi Redaksi Majalah Gatra dalam Proses Pembuatan Berita pada Rubrik Laporan Khusus edisi 34, penulis akan memberikan kesimpulan dan saran-saran dari penelitian ini. 5.1
Kesimpulan Strategi redaksi Majalah Gatra dalam proses pembuatan berita pada rubrik
laporan khusus edisi 34 (periode 2-8 Juli 2009) dilakukan dengan empat tahapan, yakni : 1. Melakukan rapat redaksi oleh semua anggota redaksi dan divisi lainnya. Dalam rapat tersebut kapasitas anggota rapat redaksi sejajar dari mulai reporter hingga pemimpin redaksi. Apa yang menjadi hasil rapat redaksi menjadi acuan dalam melaksanakan proses pembuatan berita. 2. Tim rubrik laporan khusus melaksanakan pematangan wacana, antara reporter, penanggunggung jawab rubrik dan kepala pusat liputan. Pematangan wacana dilakukan melalui diskusi maupun dengan pembicaraan di luar rapat dan mencari literatur terkait dengan tema penulisan. 3. Setiap reporter diberikan daftar pertanyaan oleh penanggung jawab rubrik agar proses kerjanya tidak keluar dari koridor substansi yang sudah ditentukan oleh rapat redaksi. Reporter juga diperbolehkan bahkan dianjurkan melakukan eksplorasi dalam proses liputan guna memperdalam sudut pandang penulisan. 4.
Penanggung jawab rubrik laporan khusus memeriksa hasil kerja reporter di rubrik laporan khusus. Selanjutnya redaktur sebagai editor diharuskan 75
90 memeriksa seluruh tulisan dari persfektif teknis hingg substansi. Redaktur memastikan hasil kerja yang sudah dilakukan dapat naik cetak. Hingga pada akhirnya diperiksa oleh pimpinan redaksi sebagai editor akhir sebelum naik cetak.
5.2.
Saran Sumbang saran penulis terhadap Majalah Berita Mingguan Gatra terkait
dengan judul penelitian yakni : 1.
Seharusnya Majalah Gatra Lebih konsisten terhadap keputusan
rapat
redaksi agar tidak ada lagi dikemudian hari pergantian tema rubrik menjelang naik cetak. Pergantian rubrik di luar konteks rapat redaksi serta dalam rentan waktu deadline yang sempit akan mempengaruhi hasil baik secara teknis maupun substansi. 2.
Jarak waktu putaran pergantian penanggung jawab rubrik jangan terlalu lama. Sebaiknya ditentukan dalam rapat redaksi serta melihat spesifikasi kompetensinya.
3.
Menghindari sejauh mungkin penggunaan nara sumber anonim karena sangat bertolak belakang dengan pengahargaan Adam Malik Award yang pernah di dapat Gatra. Penggunaan nara sumber anonim masih terjadi dalam pemberitaan rubrik laporan khusus edisi 34 (periode 2-8 Juli 2009).
91
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Anwar, Strategi Komunikasi Sebuah Pengantar Ringkas.Bandung, Amrico,1994 Assegaf, Djafar H, Jurnalistik Masa kini Pengantar ke Praktek Kewartawanan : Ghalia Indonesia, Jakarta, 1983 Bahtiar, Ali, Tehnik Humas : Universitas Terbuka, Jakarta 1995, Hal 123 Denis, Quil, Mc. Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Erlangga, Tahun 2006 Devito, A Josep, Komunikasi Antar Manusia. PT Profesional books. Jakarta Djuarsa, Sendjaya, Sasa, Pengantar Ilmu Komunikasi. PT Universitas Terbuka, Jakarta Djuroto, Totok, Manajemen Penerbitan Pers, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, Tahun 2002 Effendi, Sofyan. Onong Uchjana. Jurnalistik Pendekatan Teori dan Praktek : Citra Aditya Bhakti, Bandung, Hamad, Ibnu, Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa. Granit, Jakarta, Tahun 2004 I Gusti Nugraha Agung, Metode Penelitian Komunikasi. Remaja Rosdakarya. Bandung, 1995, hal.24 Majalah Gatra, edisi 8 Oktober, Tahun 2005 Mariani Ratna Ina & Kuncoro H. Jane. Tehnik Mencari Menulis Berita : Universitas, 1999 Moleong Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi : Remaja Rosdakarya, Bandung, 2004
92 Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif : Remaja Rosdakarya, Bandung, 1998, Mulyana Deddy ,MA, PhD. Ilmu Komunikasi, Suatu Pengantar. PT Remaja Rosda Karya, Bandung. 2002. Nuruddin. Komunikasi Massa : Cespur, Tahun 2003 Rahmat, Jalaluddin. Metode Penelitian Komunikasi : Remaja Rosdakarya, Bandung 1998 Romli, M, Syamsul, Asep. Jurnalistik Praktis, PT Remaja Rosda Karya, Bandung, Tahun 2001 Sabour Alex , Analisis Teks Media, Bandung, Tahun 2002 Singarimbun, Masrih. Effendy, Sofyan. Metode Penelitian Survey, LP3ES, Jakarta, Tahun 1989 Sudibyo, Agus, Politik Media dan Pertarungan Wacana, LkIS, Yogyakarta, Tahun 2001 Surjomiharjo, Abdurrachman, Sejarah Pers Indonesia.Penerbit Buku Kompas, Jakarta, Tahun 2002 Uchjana Onong. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Rosdakarya, Bandung, 2002. Umar, Husein. Metode Riset Komunikasi Organisasi, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, Tahun 2002.
93
94 Lampiran 1 Wawancara Herry Muhammad Redaktur Pelaksana Majalah Gatra 1. Bagaimana gambaran umum kerja mengenai struktur keredaksian Majalah Gatra ? Jawab : Redaksi itu terdiri dari reporter, jabrik, redpel dan pemred. Semua tulisan yang lahir melalui mekanisme rapat redaksi. Jadi atau tidak jadinya sebuah tema berita tergantung pada keputusan rapat redaksi.
2. Sejauh mana kapasitas seorang redaktur dalam mengusulkan sebuah tema pemberitaan dalam rapat redaksi ? Jawab : Kapasitas anggota redaksi semua sama, dari mulai reporter sampai pemimpin redaksi. Semua bahan yang ada dalam rapat redaksi dikumpulkan redpel kemudian reporter dan ditelusuri oleh penulis. Penulis disini bisa reporter bisa juga jabrik. Kemudian diperiksa teknis dan substansinya oleh editor yaitu redpel atau pemred. Kita itu terbit kamis pagi, selasa malam sekitar jam 8 rapat redaksi, lalu rabu pagi rapat perencanaan dan jum’at cheking.
3. Bagaimana penjelasan mengenai rubrikasi dalam Majalah Gatra ? Jawab : Secara garis besar rubrikasi di Gatra dibagi menjadi 3, yaitu rubrik nasional/politik, rubrik Hukum dan rubrik Ekonomi. Ketiga rubrik itu mempunyai turunannya masing-masing. Karena kita punya 3 redpel makanya dibagi pada 3 rubrik besar.
4. Bagaimana mengenai rubrik laporan khusus? Jawab : Kalau laporan khusus itu masuk dalam rubrik nasional.
5. Aapakah ada skala prioritas untuk rubrik tertentu? Jawab : Tidak ada skala prioritas untuk rubrik tertentu, semua sama.
95 6. Apa yang mendasari pemilihan tema dalam rubrik laporan khusus pada edisi 34? Jawab : Kita disini mengikuti kondisi perkembangan pilpres
7. Bagaimana keterkaitan dengan media lain : Jawab : Karena kita majalah berita, bukan tidak mungkin akan ada persinggungan. Pengaruhnya ya tergantung pembaca. Kita tidak terpengaruh dengan media lain tinggal mensiasatinya dengan pemilihan angel dan bahan yang lebih.
8. Bagaimana pengaruh kepentingan tiras majalah dalam rapat redaksi, apakah ada korelasinya dengan divisi marketting? Jawab : Kita tidak pernah berbicara itu dalam rapat keredaksian. Bagaimana prosesnya mencari iklan itukan urusan mereka. Korelasi dengan iklan ya hanya sekedar memberi masukan saja.
96 Lampiran 2 Wawancara Tauvik Alwi Penanggung jawab rubrik laporan khusus
1. Bagaimana mekanisme penunjukan seorang penanggung jawab rubrik : Jawab : Semua itu ada prosesnya, jabrik itu kalau di Gatra masuk dalam golongan 8. Prosesnya itu dari mulai magang (calon reporter) – reporter – staf redaksi. Dari staf redaksi harus punya nilai A selama dua tahun berturut-turut, menulis dan reporting baik dengan bahan sendiri maupun dari bahan-bahan lain. Selama dua tahun berturut-turut itu ada kesempatan untuk magang di golongan 8, sayaratnya ya harus bisa mengelola rubrik. Penempatan jabrik di rolling sekiatar 2 tahun. Golongan 8 disini terdiri dari 9 – 10 orang.
2. Bagaimana kapasitasseorang jabrik? Jawab : “Kapasitas seorang jabrik bertanggung jawab penuh atas isu yang sedang dikelola serta mengkawal isu yang sedang berkembang
3. Apa yang mendasari tema prediksi kabinet menjadi tema rubrik laporan khusus ? Jawab : Pada awalnya isu prediksi kabinet mendatang menjadi laporan utama, tetapi karena ada fenomena kematian jacko akhirnya kami rapat redaksi untuk menyesuaikan dengan kondisi yang sedang berkembang. Akhirnya diputuskan Jacko sebagai laporan utama dan isu prediksi kabinet mendatang menjadi laporan khusus pada edisi 34
4. Bagaimana perencanaan proses peliputan pada rubrik laporan khusus? Jawab : Prosesnya dimualai dari rapat redaksi, tema prediksi kabinet mendatang dianggap menarik, sehingga sepakat untuk diangkat. Setelah tema itu diterima, Jabrik selalu mengkawal isu tersebut dan selalu ada control. Redaksi berharap dari hasil tulisan tersebut dapat membawa para pembaca
97 menuju pemilih yang cerdas dan kritis dengan melihat prediksi kabinetnya terlebih dahulu
5. Apakah ada perbedaan lapsus sebelumnya dengan lapsus edisi 34? Jawab : Tidak ada perbedaan yang signifikan, relatif sama kadar content isunya.
6. Apakah ada standar prosedur kerja reporter dalam proses pembuatan berita pada lapsus edisi 34? Jawab : Sebelum terjun ke lapangan, kita adakan diskusi antara reporter, jabrik dan kapuslip. Selalu ada pematangan wacana setelah rapat redaksi, baik dalam rapat maupun di luar rapat. Untuk membatasi wacana para wartawan maka diberikan daftar pertanyaan oleh penanggung jawab rubrik. Setelah itu pengembangan dilakukan sendiri oleh para wartawan di lapangan dengan berpakem pada daftar pertanyaan yang diberikan oleh penanggung jawab rubrik terkecuali terdapat kondisi di lapangan yang mengharuskan seorang wartawan untuk menggali hal yang baru.
7. Bagaimana hasil kerja reporter dalam proses pembuatan berita pada rubrik lapsus edisi 34? Jawab
:
Pada
umumnya
reporter
di
rubrik
lapsus
bagus
dalam
menginterpretasikan hasil keputusan rapat redakasi yang menjadi tugas mereka. Sudah sesuai
8. Bentuk pengawasan seperti apa yang dilakukan oleh seorang jabrik terhadap reporter ? Jawab : Pengawasan selalu kita lakukan setiap saat, artinya setiap hasil kerja reporter selalu didiskusikan yang sifatnya pembinaan. Selalu ada sharring antara reporter-korlip, jabrik-kapuslip.
98 Lampiran 3 Wawancara Sugmono Reporter Rubrik Laporan Khusus 1. Bagaimana kapasitas reporter dalam rapat redaksi : Jawab : Memiliki hak yang sama dalam memberikan usulan, sanggahan dan menjalankan hasil keputusan rapat redaksi.
2. Bagaimana penentuan tema rubrik lapsus edisi 34 dalam rapat redaksi? Jawab : rubrik laporan khusus edisi 34 mengenai prediksi kabinet dalam pilpres 2009 diusulkan oleh Asrori (redaktur). Setelah ada proses argumentasi dari mulai penyanggahan hingga penguatan usulan akhirnya disepakati usulan tersebut sebagai tema lapsus.
3. Bagaimana proses pematangan wacana setelah rapat redaksi? Jawab : Ada diskusi dengan jabrik dan kapuslip mengenai tema, setelah itu mendapatkan job desc masing-masing. 4. Dari mana sumber prediksi penempatan pos-pos kabinet mendatang dari masing-masing capres? Jawab : Sumber kami dalam memprediksikan pos-pos kabinet mendatang adalah nara sumber internal di masing-masing kubu. Hubungan kami (wartawan) dengan sumber internal tersebut sangat variasi, dari mulai hubungan pertemanan samapai kepada kedekatan karena adanya unsur kepentinga. Mereka (sumber internal) butuh publikasi untuk meraih simpati pemilih dan sebaliknya kami butuh berita untuk disampaikan kepada masyarakat. Dalam edisi ini kami dituntut kerja yang bebar-benar ekstra dalammencari sumber untuk memprediksikan pos-pos kabinet mendatang.
5. Bagaimana proses kerja dalam menggarap edisi 34 ini? Jawab : Dalam edisi ini kita benar-benar dituntut kerja ekstra dalam mencari sumber untuk memprediksikan pos-pos kabinet mendatang dari masing-masing capres.
99
6. Apakah hasil kerja anda sudah sesuai dengan apa yang diinginkan rapat redaksi? Jawab : Menurut saya hasilnya sudah sesuai karena sejauh ini tidak ada permasalahan yang sifatnya substansial terkait hasil penulisan kami.