ANALISIS PRODUKSI BERITA MAJALAH INTERNAL (Proses Produksi Berita Majalah Swaracinta Dompet Dhuafa pada Rubrik Kabar Pemberdayaan) Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh
Uyang Agustina NIM 109051100013
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI JURUSAN JURNALISTIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/2014 M
ABSTRAK UYANG AGUSTINA (109051100013) Analisis Produksi Berita Majalah Internal (Proses Produksi Berita Majalah Swaracinta Dompet Dhuafa pada Rubrik Kabar Pemberdayaan
Media komunikasi massa sangat berpengaruh bagi kehidupan sosial. Begitu juga dengan media korporasi atau media internal suatu korporasi yang hadir dengan berbagai tujuan komunikasi dan untuk menyampaikan informasi kepada kalangan internal perusahaan dan eksternal perusahaan. Dompet Dhuafa (DD) misalnya, dengan media internalnya, majalah Swaracinta pada rubrik Kabar Pemberdayaan, memberikan sajian berita dalam bentuk berita features, dan berusaha menjadi majalah internal yang berkualitas dan dinikmati para pembaca. Merujuk pada pernyataan di atas, bagaimana proses produksi berita majalah Swaracinta DD pada Rubrik Kabar Pemberdayaan dalam menciptakan majalah internal (korporasi) yang berkualitas? Target apa saja yang akan dicapai majalah Swaracinta dalam produksi berita tersebut? Berkaitan dengan upaya menghasilkan berita untuk media korporasi atau organisasi yang berkualitas, penulis mengacu kepada empat komponen kegiatan yang perlu mendapat perhatian menurut Ashadi Siregar dan Rondang Pasaribu dalam bukunya yang berjudul Bagaimana Mengelola Media Korporasi-Organisasi. Keempat komponen itu adalah komponen keredaksian, komponen produksi dan sirkulasi, komponen biaya dan sarana, serta komponen personel. Proses produksi berita majalah Swaracinta berlangsung pada tiga tahapan, praproduksi, produksi, dan pascaproduksi. Dengan target pencapaian hasil yang diharapkan setiap bulannya, diharapkan berita pada rubrik tersebut mampu menjadi berita yang informatif, edukatif, dan berimbang, baik dikalangan internal korporasi maupun eksternal. Metodologi penelitian di sini menggunakan paradigma kualitatif dengan model deskriptif. Penulis tidak menguji hipotesis, dan hanya menjelaskan dan menggambarkan secara kualitatif sebuah proses produksi berita. Data diperoleh melalui pengamatan, wawancara, dan studi dokumentasi. Semua data itu kemudian akan dianalisa dengan mengacu kepada kerangka teori. Dengan demikian, seperti proses produksi berita pada umumnya, produksi berita majalah Swaracinta Dompet Dhuafa pada rubrik Kabar Pemberdayaan juga melewati tiga tahapan yakni praproduksi, produksi, dan pascaproduksi. Namun, pada proses produksi beritanya, majalah tersebut menerapkan empat komponen yang telah dijabarkan diatas, sehingga berusaha menciptakan media internal yang berkualitas sebanyak 20.000 eksemplar setiap bulannya dengan mengikuti penulisan kaidah jurnalistik yang bisa dinikmati baik dari kalangan internal maupun eksternal korporasi dan menjadi bentuk pertanggungjawaban terhadap mitra-mitra (donatur) Dompet Dhuafa yang telah bekerjasama.
KATA PENGANTAR Puji syukur, Alhamdulillah hanya bagi Sang Maha Penguasa Alam, Allah SWT. Hanya dengan limpahan rahmat, nikmat, serta kebaikanNya lah skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat beserta salam kepada Nabi Muhammad SAW, Sang panutan suri tauladan seluruh umat manusia. Pembawa kedamaian, penyebar ilmu, pembela diakhir zaman. Semoga kebaikan, rasa cinta kasih, dan hakikat kehidupan yang disampaikan beliau akan terus memberi kesegaran pada kehidupan manusia. Penulis sadari, selama penulisan karya ilmiah ini banyak sekali pihak yang telah membantu, baik secara langsung maupun tidak. Terima kasih penulis ucapkan kepada mereka yang telah berperan dalam penulisan ini. Baik melalui do’a, bimbingan, dukungan, maupun terlibat langsung dalam memberikan informasi, sehingga penulis bisa menyelesaikan penulisan skripsi ini. Terima kasih kepada; 1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah, Dr. H. Arief Subhan, MA., Dr. Suparto, M. Ed, Wakil Dekan I, Drs. Jumroni, M. Si, Wakil Dekan II, Drs. Wahidin Saputra, MA., Wakil Dekan III. 2. Ketua Konsentrasi Jurnalistik, Rubiyanah MA, serta sekretaris Konsentrasi Jurnalistik, Ade Rina Farida M.Si. Terima kasih telah banyak membantu dan mendukung penulis.
3. Dosen pembimbing, Wati Nilamsari M.Si, yang senantiasa membimbing dan membantu penulis menemukan solusi permasalahan dan menambah banyak informasi dalam menulis skripsi ini. 4. Ayahanda Joko Nurwidodo dan Ibunda Parminah Orang tuaku tercinta, yang selalu memberi dukungan moril ataupun materil kepada penulis. Melalui do’a, nasihat, kesabarannya membimbing, bahkan keringat kerja kerasnya mampu menguliahkan penulis hingga selesai. 5. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, terimakasih untuk semua ilmunya yang sangat bermanfaat bagi penulis, bahkan sangat bermanfaat sampai akhir penulisan skripsi ini. 6. Pimpinan dan para staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. 7. Redaksi majalah Swaracinta Dompet Dhuafa Republika, Parni Hadi, SS. Widodo, Amirul Hasan, Shofa Q, dan seluruh teman-teman redaksi yang bersedia memberikan bantuan, dukungan, serta informasi pada penulis. 8. Kakakku tersayang, Rina Widowati S.Pd, terima kasih dukungan serta doa untukku. 9. Ahmad
Aldjufri
yang
senantiasa
membantu,
mendukung
dan
mendoakanku. 10. Sahabat seperjuangan, Iit Septyaningsih dan Ayu Amelia yang terus semangat mengerjakan skripsi bersama penulis, terima kasih. 11. Teman-teman seperjuangan di bangku kuliah, Konsentrasi Jurnalistik angkatan 2009. Terima kasih untuk kebersamaannya. Tak ada yang dapat
menukar bahkan membayar harga kebersamaan kita. Singkat namun sangat berarti. 12. Teman-teman 107.7 RDK (Radio Dakwah dan Komunikasi) FM, Iit Septyaningsih, Ade Afifah, Mumpuni Dyah Islami, Fauziah, Andari Noviyanti,dan seluruh anggota lainnya yang tidak penulis sebutkan, namun tetap, terima kasih untuk kalian semua yang ikut memberi dukungan dan semangat kebersamaan. Akhir kata, penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pihak yang membacanya.
Ciputat, 15 Januari 2014
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK.................................................................................................. .. i KATA PENGANTAR ............................................................................... ii DAFTAR ISI .......................................................................................... v DAFTAR TABEL ..................................................................................... vi DAFTAR GAMBAR................................................................................. vii BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah..................................................... 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................. 7 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian........................................... 8 D. Tinjauan Pustaka................................................................ 8 E. Metodologi Penelitian ........................................................ 9 F. Sistematika Penulisan ........................................................ 13
BAB II
KAJIAN TEORITIS A. Produksi ............................................................................ 15 B. Media Internal ................................................................... 23 C. Berita ................................................................................. 24 D. Komunikasi Massa............................................................. 32 E. Rubrikasi Media Cetak ...................................................... 35
BAB III
PROFIL DOMPET DHUAFA REPUBLIKA DAN MAJALAH SWARACINTA A. Dompet Dhuafa ................................................................. 39 B. Majalah Swaracinta............................................................ 52 C. Rubrik Kabar Pemberdayaan.............................................. 56
BAB IV
ANALISIS PRODUKSI BERITA MAJALAH SWARACINTA DOMPET DHUAFA PADA RUBRIK KABAR PEMBERDAYAAN A. Produksi Berita Majalah Swaracinta Dompet Dhuafa Pada Rubrik Kabar Pemberdayaan ..................................... 57 B. Pencapaian Target Produksi Majalah Swaracinta Dompet Dhuafa Pada Rubrik Kabar Pemberdayaan ........... 92
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan........................................................................ 95 B. Saran ................................................................................. 96
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 97 LAMPIRAN
DAFTAR TABEL Tabel 1
Rincian Biaya Kerja Redaksi Majalah Swaracinta Dompet Dhuafa ........................................................................................ 77
Tabel 2
Rincian Biaya Produksi Majalah Swaracinta ............................... 78
DAFTAR GAMBAR
Alur Tahapan Kerja Media Korporasi ......................................................... 19 Logo Dompet Dhuafa ................................................................................. 43 Struktur Organisasi Dompet Dhuafa............................................................ 46 Struktur Redaksi Majalah Swaracinta.......................................................... 47 Desain Perwajahan Majalah Swaracinta pada Rubrik Kabar Pemberdayaan Edisi 24 ............................................................................... 76 Tampilan Adobe Indesign ........................................................................... 82 Menentukan Bingkai untuk Rubrik Kabar Pemberdayaan ........................... 83 Tata Letak Desain Penempatan Foto ........................................................... 84 Menentukan Jumlah Kolom ........................................................................ 85 Menentukan Pemilihan Jenis Huruf............................................................. 86 Menentukan Ukuran Huruf ......................................................................... 87 Penempatan Identitas Nama Rubrik ............................................................ 88 Tampilan Keseluruhan Rubrik Kabar Pemberdayaan .................................. 89
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi, khususnya media komunikasi massa semakin
canggih dan pesat, serta memiliki nilai kualitas yang lebih baik dari sebelumnya, tentunya dalam menjangkau khalayak informasi atau komunikan. Seperti yang dikemukakan Marshall McLuhan, masyarakat sekarang hidup di dalam desa dunia (global village) karena media massa modern memungkinkan berjuta-juta orang di dunia untuk berkomunikasi hampir ke seluruh penjuru dunia. Media komunikasi massa sangat berpengaruh bagi kehidupan sosial. Komunikasi massa merupakan proses komunikasi yang dilakukan melalui media massa dengan berbagai tujuan komunikasi dan untuk menyampaikan informasi kepada khalayak luas.1 Gerbner dalam Rakhmat memberikan sedikit penjelasan mengenai komunikasi massa. “Komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berdasarkan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri”2 Komunikasi massa menghasilkan suatu produk yang berbentuk pesanpesan komunikasi. Produk tersebut diinformasikan, disebar, dan didistribusikan kepada masyarakat luas secara terus menerus tentunya dalam waktu yang ditentukan, semisal harian, mingguan, dwi mingguan, dan bulanan. 1 2
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, cet.ke-3. (Jakarta:Kencana Prenada, 2008), h.71. Jalaluddin Rakhmat,Psikologi Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), h. 188.
Wright juga memiliki makna komunikasi yang lebih kompleks. Menurut Wright dalam Rakhmat bahwa bentuk baru dari komunikasi massa dapat dibedakan dari corak-corak yang lama karena memiliki karakteristik utama sebagai berikut; diarahkan kepada khalayak yang relatif besar, heterogen dan anonim, pesan disampaikan secara terbuka, seringkali dapat mencapai kebanyakan khalayak secara serentak, bersifat sekilas; komunikator cenderung berada atau bergerak dalam organisasi yang kompleks yang melibatkan biaya besar.3 Seperti halnya Gerbner yang mengemukakan bahwa komunikasi massa itu melibatkan lembaga, Wright secara khusus mengemukakan bahwa komunikator bergerak dalam organisasi yang kompleks. Organisasi yang kompleks itu menyangkut berbagai pihak yang terlibat dalam proses komunikasi massa, mulai dari penyusun pesan sampai pesan diterima oleh komunikan. Misalnya, bila pesan disampaikan lewat media cetak (majalah atau surat kabar), maka pihak yang terlibat antara lain adalah pemimpin redaksi, editor, layouter, dan korektor. Penerbitan media organisasi merupakan salah satu bentuk kegiatan komunikasi antara dua pihak yang berhubungan, yaitu antara organisasi dan pembaca. Sebagai suatu kegiatan komunikasi, penerbitan media organisasi dimaksudkan untuk memenuhi kepentingan kedua pihak.4 Media korporasi atau organisasi dapat diterbitkan dalam beberapa format, seperti newsletter, majalah, tabloid, atau surat kabar. Setiap format memilki kelebihan dan kekurangan dalam hal efektivitas penyampaian informasi.
3
Ibid., h. 189. Ashadi Siregar dan Rondang Pasaribu, Bagaimana Mengelola Media KorporasiOrganisasi (Yogyakarta: Kanisius, 2000) h. 17. 4
Media cetak khususnya majalah, mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap khalayak. Majalah adalah halaman demi halaman yang diikat dengan kawat (dihekter) serta menggunakan sampul yang jenis kertasnya lebih tebal atau mengkilat dibandingkan kertas halaman dalam. Sebagai media cetak, majalah mempunyai pesan-pesan tersebut bertahan lama dibandingkan dengan media lain seperti televisi dan radio.5 Pada zaman modern, memang media cetak seperti majalah dapat mengarah kepada fungsi mendidik, menghibur, dan mempengaruhi khalayak agar melakukan kegiatan tertentu. Ini kemudian memberikan tanda bahwa majalah punya makna yang luas dan menyentuh segala aspek kehidupan masyarakat. Dompet Dhuafa (DD) merupakan salah satu organisasi pengelola zakat di Indonesia yang cukup disegani, karena berbagai kegiatan kemanusiaan yang telah dilakukannya selama ini. Pada 4 September 1994, Dompet Dhuafa pun didirikan. Pendirinya adalah Parni Hadi, Haidar Bagir, Sinansari Ecip, dan Erie Sudewo. Sejak itu, Erie Sudewo ditunjuk mengawal Dompet Dhuafa dalam mengumpulkan dan menyalurkan dana Ziswaf dalam wujud aneka program kemanusiaan, antara lain untuk kebutuhan kedaruratan, bantuan ekonomi, kesehatan, dan pendidikan bagi kalangan dhuafa. Kemudian pada 10 Oktober 2001, Dompet Dhuafa dikukuhkan untuk kali pertama oleh pemerintah sebagai Lembaga Zakat Nasional (Lembaga Amil Zakat) oleh Departemen Agama RI. Pembentukan yayasan dilakukan di hadapan Notaris
5
Mondry, M.Sos, Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik. (Bogor: Ghalia Indonesia, 2008), h.150
H. Abu Yusuf, SH tanggal 14 September 1994, diumumkan dalam Berita Negara RI No. 163/A.YAY.HKM/1996/PNJAKSEL.6 Dalam bidang bisnis, Dompet dhuafa menjadi social enterprise dalam bidang pengelolaan Baitul Mal Desa, Depo Pengasong Z-Point, Ternak Domba Sehat, Masyarakat Mandiri, PT. Daya Consumer Goods, DD Livestock, DD Consulting, DD Construction, LKC (Layanan Kesehatan Cuma-cuma), RST (Rumah Sehat Terpadu) dan seterusnya. Kiprah bisnis yang dilakoni Dompet Dhuafa justru berangkat dengan jiwa sosial untuk membantu penderitaan sesama umat manusia.7 Semenjak didirikan, Dompet Dhuafa telah banyak berkiprah dalam upaya pemberdayaan masyarakat. Keberhasilan tersebut tentunya dipengaruhi oleh banyaknya mitra-mitra Dompet Dhuafa yang menjalin kerjasama dengan memberikan sebuah donasi (dana). Para mitra Dompet Dhuafa sendiri dikategorikan menjadi dua golongan yakni, donatur tetap dan tidak tetap. Donatur tetap merupakan mitra yang membuat kesepakatan atau MoU (Memorandum of Understanding) yang sesuai ketentuan oleh Dompet Dhuafa sendiri. Sedangkan donatur tidak tetap adalah, mitra yang tidak membuat kesepakatan, dengan kata lain, tidak membuat kesepakatan.
Tentunya dalam hal ini, Dompet
Dhuafa telah telah melahirkan media komunikasi, yakni sebuah majalah korporasi yang bernama Swaracinta (SC) diperuntukkan bagi mitra-mitra Dompet Dhuafa khususnya para donatur dan beberapa pihak yang bekerja sama dengan Dompet Dhuafa. Berdirinya majalah Swaracinta (SC) tentunya membantu dalam menyampaikan informasi terkait kinerja Dompet Dhuafa (DD) terhadap mitra6
www.dhompetdhuafa.org (diakses 20 Februari 2013) M. Azrul Tanjung, Budaya Bisnis Menuju Kebangkitan Ekonomi Ummat (Jakarta: Dewan Pimpinan MUI Pusat, 2012), h. 5-6. 7
mitra yang bekerjasama dan bergabung selama ini. Mitra-mitra Dompet Dhuafa itu diantaranya adalah donatur tetap dan tidak tetap. Swaracinta didedikasikan untuk memberikan informasi-informasi penting bagi para mitranya. Kabar Pemberdayaan merupakan rubrik berita yang berisi tentang seputar kegiatan Dompet Dhuafa setiap bulannya. Kegiatan yang dilakukan seperti seminar kesehatan, pelatihan motivasi, dan kegiatan yang terkait dengan program Dompet Dhuafa. Hadirnya berita dalam rubrik Kabar Pemberdayaan berfungsi membantu mitra-mitra Dompet Dhuafa mengetahui informasi terkait dengan kegiatan apa saja yang dilaksanakan dan juga bentuk pertanggungjawaban Dompet Dhuafa dalam menjalankan amanah para mitra. Selain itu, Swaracinta pada hakikatnya memiliki tujuan utama tersendiri selain menjadi media komunikasi bagi mitra-mitra Dompet Dhuafa. Tujuan utamanya adalah menjalankan sebuah misi dakwah kebaikan terhadap sesama khususnya dalam hal kemanusiaan. Sesuai dengan motto yang dimiliki yakni, inspirasi, motivasi, dan pemberdayaan. Misi dakwah yang dijalankan sesuai dengan motto majalah Swaracinta ini. Al-Qur’an juga menerangkan mengenai berbuat kebaikan terhadap sesama, yang artinya: “…Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya,” (Q.S. Al-Maidah ayat 2) Tentu dari majalah yang terbit setiap bulan ini, mitra-mitra Dompet Dhuafa lebih mengetahui informasi-informasi yang berkaitan Dompet Dhuafa dan
dari situlah terbentuk sebuah komunikasi diantara keduanya. Dan menjadikan Swaracinta sebagai media komunikasi cetak komunitas hingga sekarang. Melihat Dompet Dhuafa yang begitu banyak mengemban amanah dan mendapat kepercayaan dari para mitranya, serta meningkat dari tahun ke tahun, akhirnya Dompet Dhuafa melahirkan majalah Swaracinta sebagai media komunikasi yang fungsinya tidak lain sebagai media penginformasi mitramitranya dan juga merupakan syiar dalam menginformasikan kebaikan untuk saling tolong menolong. Oleh karena itu, dengan munculnya majalah Swaracinta ini, maka penulis ingin mengetahui bagaimana proses produksi berita majalah tersebut pada rubrik Kabar Pemberdayaan mengingat pentingnya mengetahui langkah-langkah produksi dalam suatu berita majalah. Berdasarkan pemikiran di atas, maka penulis merasa perlu melakukan penelitian dengan judul
:
“Analisis Produksi Berita Majalah Internal (Proses Produksi Berita Majalah Swaracinta Dompet Dhuafa pada Rubrik Kabar Pemberdayaan)”
B.
Pembatasan dan Perumusan Masalah Ruang lingkup penelitian dari penelitian ini cukup luas, oleh karena itu
peneliti membatasi masalah yang akan diambil dari penelitian ini pada proses produksi berita majalah Swaracinta (SC) Dompet Dhuafa pada rubrik Kabar Pemberdayaan saja, mengingat ada 26 rubrik dalam majalah tersebut dan rubrik Kabar Pemberdayaan merupakan berita utama dalam majalah Swaracinta. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka muncullah beberapa pertanyaan sekaligus rumusan dalam penelitian ini, yaitu?
1.
Bagaimana proses produksi berita majalah Swaracinta Dompet Dhuafa pada Rubrik Kabar Pemberdayaan dengan menggunakan empat komponen dalam menciptakan majalah internal (korporasi) yang berkualitas?
2.
Target apa saja yang akan dicapai majalah Swaracinta dalam produksi berita tersebut?
C.
Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diungkapkan
di atas, penelitian ini bertujuan untuk: 1.
Mengetahui bagaimana proses produksi berita majalah Swaracinta Dompet Dhuafa pada rubrik Kabar Pemberdayaan.
2. Mengetahui target pencapaian yang diharapkan majalah Swaracinta Dompet Dhuafa pada rubrik Kabar Pemberdayaan setiap bulannya. D.
Manfaat Penelitian 1. Akademis Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi pada kajian ilmu komunikasi terlebih pada kajian ilmu jurnalistik khususnya pada media cetak. 2. Praktis Hasil penelitian ini juga diharapkan mampu menemukan dan menginformasikan proses dalam sebuah produksi berita pada media cetak khususnya media internal, dalam hal ini berita majalah Swaracinta pada rubrik Kabar Pemberdayaan.
E.
Tinjauan Pustaka Dalam penelitian ini diambil, referensi dari beberapa pustaka dan
menggunakan pendekatan teori tertentu untuk memperkuat analisa. Penelitian dengan judul “Analisis Produksi Berita Majalah Internal (Proses Produksi Berita Majalah Swaracinta Dompet Dhuafa pada Rubrik Kabar Pemberdayaan)” ini terinspirasi dari beberapa skripsi yang telah ada sebelumnya. Pertama, skripsi karya Pessi Andayani yang berjudul “Analisis Produksi Program Pemberitaan Dunia Dalam Berita di TVRI” yang secara khusus membahas produksi program berita Dunia Dalam Berita pada “Thailand: Prime Minister”. Sedangkan penulis lebih mengkhususkan pada pembahasan produksi berita secara keseluruhan (umum). Kedua, skripsi karya Yefhy Ardiyanti mahasiswa Jurnalistik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2005 dengan judul “Analisis Deskriptif Produksi Program Warta Pemilu Di TVRI”, yang membahas bagaimana sebuah program berita dalam periode pemilu diproduksi. Yefhy mengangkat masalah bagaimana sebuah program berita dalam periode tertentu (masa pemilu) deprogram, sedangkan penulis lebih menitikberatkan pada berita yang secara rutinitas diproduksi. Ketiga, skripsi milik Irham Maulana dari universitas yang sama dengan judul skripsi “Produksi Program Apa Kabar Indonesia di TV One” juga menginspirasi penulis dalam mengambil judul dan pembahasan. Irham
menitikberatkan pada produksi program berita yang diproduksi secara live dengan format Talkshow. Melalui tinjauan pustaka ke perpustakaan utama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, meskipun penulis terinspirasi dari ketiga skripsi sebelumnya yang telah disebutkan di atas, namun seluruh skripsi ini memiliki objek dan subjek penelitian yang berbeda, meski tak bisa dipungkiri ketiganya memberikan banyak masukan untuk penulis dalam melakukan penelitian.
F.
Metodologi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif.
Penelitian kualitatif dilakukan dalam situasi yang wajar (natural setting) dan data yang dikumpulkan umumnya bersifat kualitatif. Peneliti tidak menggunakan angka dalam mengumpulkan data dan dalam memberikan penafsiran terhadap hasil penelitian.8 Menurut Bodgan dan Taylor, penelitian kualitatif adalah prosedur sebuah penelitian yang menghasilkan data deskriptif, berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang dan perilaku yang diamati.9 Sejalan dengan definisi tersebut, Kirk dan Miller mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi
8 Jumroni dan Suhaimi, Metode-metode Penelitian Komunikasi, (Ciputat: UIN Jakarta Press, 2006), h. 41. 9 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002). h. 4.
tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pengamatan pada manusia dalam kawasannya maupun dalam peristilahanya.10 Paradigma atau pendekatan penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan jenis atau model deskriptif. Penulis menganalisis, menguraikan serta mendeskripsikan bagaimana proses produksi berita majalah Swaracinta pada Rubrik Kabar Pemberdayaan. Pendekatan kualitatif ini menitikberatkan pada data-data penelitian yang akan dihasilkan melalui pengamatan, wawancara, dan studi dokumentasi.
2. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah sebagai berikut; a. Observasi Peneliti
melakukan
observasi
langsung
yakni
dengan
melakukan
pengamatan secara mendalam dengan mendatangi langsung kantor Majalah Swaracinta dan Dompet Dhuafa guna memperoleh data mengenai hal-hal yang menjadi objek penelitian yang berhubungan dengan pengawasan, peninjauan, penyelidikan dan riset. Teknik yang digunakan oleh peneliti adalah sifatnya pengamatan secara mendalam. b. Wawancara Wawancara dalam penelitian ini yaitu melakukan tanya jawab secara langsung dengan pihak redaksi majalah Swaracinta Dompet Dhuafa, yaitu
10
Ibid, h. 157
Redaktur Pelaksana, Koordinator Liputan, Editor dan reporter. Teknik yang digunakan adalah teknik wawancara terstruktur dan tidak terstrukur. Hal ini bertujuan untuk memberikan kebebasan kepada penulis untuk bertanya, namun tetap terarah pada masalah penelitian yang diangkat. c. Dokumentasi Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel dengan melakukan teknik pengumpulan data dan menginvestasi dokumen-dokumen yang relevan serta memiliki keterkaitan dengan permasalahan yang diteliti oleh penulis. Dengan mempelajari dan menganalisa bahan-bahan berupa tulisan atau gambar yang diambil dari buku, arsip-arsip, foto-foto, rekaman-rekaman siaran dan lain sebagainya untuk menguatkan penelitian atas kebenaran data yang diperoleh melalui observasi dan wawancara.
3. Analisis Data Untuk menganalisis data, penulis menjelaskan bagaimana produksi berita yang dilaksanakan majalah Swaracinta Dompet Dhuafa pada Rubrik Kabar Pemberdayaan, mulai dari bagaimana berita diperoleh, hingga siap dicetak. Penulis melaporkan data dengan memberi gambaran mengenai proses produksi berita majalah Swaracinta Dompet Dhuafa pada Rubrik Kabar Pemberdayaan. Sebagai sumber data, penulis melakukan observasi langsung dan tidak langsung dan wawancara dengan tim redaksi majalah Swaracinta Dompet Dhuafa. Data yang diperoleh dari observasi dan wawancara akan dideskriptifkan secara kualitatif dengan didukung data-data yang didapat dari berbagai dokumen,
literatur serta data-data yang berhubungan dengan pembahasan skripsi ini. Maka, penulis mendapatkan jawaban penelitian dengan menganalisa data berdasarkan informasi-informasi yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dan studi dokumentasi dengan mengacu pada kerangka teori. Dalam penelitian ini penulis menggunakan analisis deskriptif yakni cara melaporkan data dengan memberi gambaran mengenai proses produksi berita majalah Swaracinta Dompet Dhuafa pada rubrik Kabar Pemberdayaan. Penelitian dilakukan dengan menganalisa data primer yang dikumpulkan dari hasil observasi dan wawancara dengan narasumber. Dari data-data yang dikumpulkan, penulis lalu melakukan analisis dan menyimpulkan pembahasan penelitian. 4. Subjek dan Objek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah majalah Swaracinta Dompet Dhuafa. Sedangkan objek yang diteliti dalam penelitian ini adalah proses produksi berita salah rubrik di majalah Swaracinta Dompet Dhuafa, yaitu Kabar Pemberdayaan.
5. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dilokasi dimana rubrik Kabar Pemberdayaan pada majalah Swaracinta Dompet Dhuafa diproduksi, yaitu di Gedung Nugra Santana Lt.10, Jl. Jendral Sudirman Kav. 7-8, Jakarta 10220.
6. Pedoman Penulisan Penulisan dalam penelitian ini menggunakan teknik yang mengacu pada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) karya
Hamid Nasuhi dkk yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
F.
Sistematika Penulisan
Bab I
:PENDAHULUAN. Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan kepustakaan, dan sistematika penulisan.
Bab II
:KERANGKA TEORI. Bab ini menjabarkan kerangka pemikiran yang dipakai terkait dengan isi penelitian yaitu menjelaskan empat komponen
pengelolaan
penerbitan
media
korporasi-organisasi
menurut Ashadi Siregar dan Rondang Pasaribu. Menjabarkan mengenai proses produksi media cetak, pengertian media internal ( majalah internal dan fungsinya), pengertian komunikasi massa, dan berita (pengertian berita, jenis-jenis berita, nilai berita) Bab III
:PROFIL MAJALAH SWARACINTA DOMPET DHUAFA. Bab ini menguraikan sejarah perkembangan, profil, struktur organisasi, serta visi dan misi majalah Swaracinta.
Bab IV
:ANALISIS PRODUKSI BERITA MAJALAH SWARACINTA DOMPET DHUAFA PADA RUBRIK KABAR PEMBERDAYAAN. Bab ini berisi deskripsi hasil penelitian yaitu pembahasan mengenai proses produksi berita majalah Swaracinta Dompet Dhuafa pada
rubrik kabar pemberdayaan, serta target pencapaian dalam produksi berita majalah Swaracinta. Bab V
: PENUTUP. Bab ini berisi kesimpulan atas permasalahan yang diteliti dan juga saran penulis terhadap permasalahan penelitian.
BAB II KAJIAN TEORITIS
Dalam kajian teoritis ini terdapat beberapa teori-teori yang mendukung untuk penelitian baik dari variabel judul yang disebutkan ataupun tidak. Di antaranya yaitu penjelasan produksi (menjelaskan empat komponen pengelolaan penerbitan media korporasi-organisasi menurut Ashadi Siregar dan Rondang Pasaribu, pengertian media internal (majalah internal, fungsi, dan format media internal), komunikasi massa, berita (pengertian berita, jenis-jenis berita, nilai berita), dan rubrikasi media cetak.
A.
Produksi Berita tulis yang sering dinikmati masyarakat selama ini tidaklah secara
langsung disiarkan kepada khalayak, melainkan melalui beberapa tahapan proses. Proses berasal dari bahasa Latin processus yang berarti geraknya, jalannya, kemajuan, berhasil, perkara; berasal dari procession (bahasa Inggris) yang artinya gerakan, maju, prosesi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, proses adalah rangkaian tindakan, pembuatan atau pengolahan yang menghasilkan suatu produk. Sedangkan produksi adalah barang yang dihasilkan atau kegiatan yang menghasilkan suatu barang atau jasa.11 Produksi merupakan suatu kegiatan yang dikerjakan untuk menambah nilai guna suatu benda atau menciptakan benda baru sehingga lebih bermanfaat 11
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 1998), h. 701-703.
dalam memenuhi kebutuhan. Produksi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia untuk mencapai kemakmuran. Dari keterangan di atas penulis memahami bahwa proses merupakan rangkaian tindakan, pembuatan dan pengolahan yang menghasilkan suatu produk. Produk dalam penelitian ini adalah produksi berita. Dalam setiap produksi berita pada media cetak, dalam hal ini majalah pasti memiliki berbagai macam rubrik berita yang fungsinya tidak lain untuk mempermudah khalayak dalam memperoleh informasi sesuai yang dibutuhkan. Berita-berita yang disuguhkan pada setiap rubrik, tentu semuanya mengalami sebuah proses yang pada akhirnya terkumpul berita-berita yang akan disiarkan dan dapat dinikmati masyarakat.
Proses dibuatnya sebuah berita pada setiap
masing-masing rubrik bisa juga disebut dengan proses produksi media cetak. Produksi media cetak ialah proses menghasilkan tulisan dalam berbagai macam dan aneka bentuk sesuai dengan maksud atau tujuannya. Di dalam proses produksi itu, terjadi interkomunikasi antarmanusia, sehingga media cetak tidak hanya sebatas alat saja, tetapi juga memiliki fungsi sebagai sarana komunikasi massa. Merencanakan sebuah produksi berita untuk setiap rubrik majalah, seorang redaktur professional akan berusaha untuk menciptakan berita-berita yang berkualitas. Berkaitan dengan upaya menghasilkan media korporasi atau organisasi yang berkualitas, ada empat komponen kegiatan yang perlu mendapat perhatian menurut Ashadi Siregar dan Rondang Pasaribu dalam bukunya yang
12
R. Masri Sareb Putra, Media Cetak Bagaimana Merancang dan Memproduksi (Yogyakarta:Graha Ilmu, 2007), h. 6.
berjudul Bagaimana Mengelola Media Korporasi-Organisasi menyebutkan empat komponen, di antaranya : 1.
Komponen Keredaksian Komponen kegiatan keredaksian mencakup kegiatan perencanaan isi, pengumpulan bahan baku informasi (Liputan), pengolahan dan penyiapan informasi serta penyuntingan.
2.
Komponen Produksi dan Sirkulasi Kegiatan yang dilaksanakan dalam proses produksi mencakup kegiatan pracetak dan pencetakan. Proses pracetak meliputi desain cover, desain rubrik, dan hal yang akan memuat tulisan (misalnya artikel opini, atau surat pembaca) atau foto yang sudah tersedia, juga menambahkan sentuhan artistik seperti pemilihan ukuran dan jenis huruf untuk tubuh tulisan, judul, subjudul, dan nama penulis.
3.
Komponen Biaya dan Sarana Dalam penerbitan media internal terdapat kelebihan dibanding dengan media umum yaitu tersedianya biaya dan sejumlah sarana kerja pada awal kegiatan penerbitan dan diberikan secara cuma-cuma sehingga tidak memerlukan jasa jaringan pemasaran. Perencanaan dan penggunaan biaya serta sarana kerja yang efisien menentukan hasil media internal yang berkualitas.
13
Ashadi Siregar dan Rondang Pasaribu, Bagaimana Mengelola Media KorporasiOrganisasi (Yogyakarta:Kanisius, 2000), h. 161-175.
4.
Komponen Personel Dalam pengelolaan media internal membutuhkan personel atau orang-orang yang berpengetahuan dan berkemampuan yang memadai. Jumlah personel yang memadai juga harus didukung dengan kegiatan; a.
Merumuskan pemberian kerja (Job description) Pelaksanaan seluruh kegiatan penerbitan media korporasi atau
organisasi hanya bisa berhasil apabila setiap personel yang berperan dalam kegiatan itu telah mengetahui persis apa yang harus dikerjakan dan bagaimana kegiatan itu dikerjakan. Agar setiap personel bisa bekerja dalam kondisi seperti itu, perlu disusun pemerian tugas (job description) secara jelas. Apa dan bagaimana suatu kegiatan dikerjakan pada tahap tertentu, apa target yang harus dicapai, perlu dijabarkan secara rinci. Juga batas waktu untuk menyelesaikan kegiatan tersebut. Pemerian kerja sekaligus berfungsi untuk memantau prestasi kerja personel. Dengan demikian, dapat dilihat apakah tugas yang diberikan dapat dikerjakan dengan baik atau tidak.14 b.
Merencanakan tahapan kerja Perencanaan kegiatan berdasarkan tahapan kerja yang rinci dan ketat
merupakan faktor yang dapat memperlancar kegiatan penerbitan. Dalam dunia pers umum, pentingnya tahapan waktu ditepati sudah menjadi semacam hukuman mati yang tidak boleh dilanggar.
Ashadi Siregar dan Rondang Pasaribu, Bagaimana Mengelola Media KorporasiOrganisasi (Yogyakarta:Kanisius, 2000), h. 172
Dunia pers mengalami persaingan yang sangat tajam. Itulah sebabnya di dunia pers dikenal istilah deadline, yakni batas waktu yang tidak boleh dilanggar. Jika deadline dilanggar, pencetakan terlambat. Akibatnya surat kabar atau media terlambat sampai ke tangan pembaca. Penerbitan media korporasi atau organisasi juga perlu memiliki rencana tahapan kerja yang rinci dan ketat. Adanya rencana tahapan kerja ini akan mendorong setiap personel menjalankan setiap tugas tepat waktu. Akan tetapi, tahapan kerja hanya dapat disusun apabila telah dimiliki pemahaman dan pengenalan atas alur kerja yang dijalankan dalam mempersiapkan penerbitan media cetak. Alur kerja dimaksud, yang sekaligus menggambarkan bagaimana setiap aspek komponen kegiatan yang menjadi tanggung jawab pengelola saling berkaitan, dapat dilihat pada bagan berikut. Gambar 1 Alur tahapan kerja media korporasi 15 Perencanaan - Isi - Desain - Biaya - Sarana - Waktu - Personel
Pengumpulan Bahan -Wawancara -Observasi -Riset Dokumen -Pemotretan
Penyiapan Bahan - Penulisan - Editing - Rewriting - Cetak Foto
Produksi - Setting - Lay-out - Make-up
Ashadi Siregar dan Rondang Pasaribu, Bagaimana Mengelola Media KorporasiOrganisasi (Yogyakarta:Kanisius, 2000), h. 173
Selanjutnya dalam setiap produksi, ada beberapa proses atau tahapan yang harus dilalui yang juga mengacu pada empat komponen mengelola media korporasi dan organisasi yang berkualitas sebelum berita dapat disiarkan yaitu pra produksi, produksi, dan pascaproduksi. 1.
Praproduksi Pada tahapan ini, merupakan proses awal dari seluruh kegiatan produksi, karena itu tahapan ini merupakan tahapan planning production. Dalam praproduksi, komponen keredaksian, komponen biaya dan sarana serta komponen personel merupakan bagian dari tahapan ini. Namun pada komponen keredaksian yang mencakup hanya kegiatan perencanaan isi. Sedangkan komponen personel dan komponen biaya dan sarana merupakan bagian kegiatan perencanaan isi. Adapun beberapa tahapan perencanaan isi yaitu; a.
Penemuan Ide Tahapan ini dimulai ketika seorang pemimpin redaksi menemukan ide atau gagasan dan tema apa yang akan diangkat untuk edisi selanjutnya.
b.
Perencanaan Tahap ini meliputi penetapan jangka waktu kerja (time schedule), merumuskan pemerian kerja (job description), merencanakan tahapan kerja, desain, biaya, dan sarana.
2.
Produksi Pada tahapan produksi, komponen keredaksian dan komponen produksi dan sirkulasi merupakan bagian dari tahapan ini. Namun pada
komponen keredaksian yang mencakup hanya pengumpulan bahan baku informasi
(Liputan),
pengolahan
dan
penyiapan
informasi
serta
penyuntingan. Sedangkan komponen produksi dan sirkulasi mencakup pracetak yakni mencakup setiap upaya mendesain tampilan visual media sehingga menarik dipandang. 3.
Pascaproduksi Tahap ini adalah tahap terakhir dalam proses produksi. Tahap ini meliputi; a.
Pencetakan Pencetakan adalah proses terakhir dalam setiap produksi sebuah media cetak. Dalam proses pencetakan, tidak semua korporasi atau organisasi memiliki mesin offset. Sekalipun harga sebuah mesin mini offset bukanlah sesuatu yang tidak terjangkau, pertimbangan atas efisiensi dan manfaat menyebabkan korporasi atau organisasi. Tidak merasa perlu membeli mesin tersebut. Selama belum ada kebutuhan atas bahan cetakan dalam jumlah oplah yang besar dan frekuensi tinggi, memberi order pencetakan ke perusahaan percetakan pasti jauh lebih murah dan efisien.16
b.
Sirkulasi Banyak cara untuk menyampaikan media ke tangan pembaca. Mana
cara
yang
dipandang
paling
efektif
dan
efisien
bisa
dipertimbangkan sejak awal. Untuk media korporasi atau organisasi
Ashadi Siregar dan Rondang Pasaribu, Bagaimana Mengelola Media KorporasiOrganisasi (Yogyakarta:Kanisius, 2000), h. 168
yang ditujukan bagi publik internal, masalah sirkulasi tidak banyak menghadapi kendala. Media korporasi atau organisasi bisa diedarkan lewat berbagai cara. Staf administrasi dapat mendistribusikan edisi mutakhir media korporasi kepada seluruh karyawan. Dengan menaruhnya di tempat khusus, seperti di ruang utama, di ruang pertemuan karyawan, dan setiap staf bisa mengambil satu eksemplar. Untuk staf yang berada di luar kota, bisa dikirim lewat pos.17 Agak lain halnya bila media korporasi atau organisasi ditujukan untuk publik eksternal dalam upaya pembentukan citra perusahaan. Karena menyangkut citra, bagaimana agar edisi terbaru media korporasi atau organisasi sampai ke pembaca pada saat yang tepat dan pada kondisi yang baik. Media korporasi yang ditujukan pada konsumen dapat dititipkan di supermarket yang menjajakan produk korporasi. Bisa pula disediakan ruang pameran, dan sebagainya. untuk tujuan ini, tempat yang baik memungkinkan media segera terlihat perlu dipertimbangkan. Sedang
media
organisasi
yang
ditujukan
bagi
kelompok
masyarakat binaan, disampaikan kepada pembaca melalui pertemuan, atau melalui pemuka masyarakat setempat.
17
Ashadi Siregar dan Rondang Pasaribu, Bagaimana Mengelola Media KorporasiOrganisasi (Yogyakarta:Kanisius, 2000), h. 168
B. 1.
Media Internal Pengertian Media Internal Untuk menjembatani komunikasi antara manajemen dengan karyawan,
sebuah perusahaan memfasilitasinya dengan membuat media internal atau biasa disebut Inhouse Magazine (meski tidak selalu format majalah).18 Keberadaan media internal dapat dalam dua peran strategis. Pertama dalam lingkup internal media tersebut dapat berperan dalam upaya untuk menumbuhkan komunikasi dan dengan adanya media internal ini diharapkan bisa mendukung terciptanya suasana kondusif dan harmonis sehingga seluruh aktivitas perusahaan bisa berjalan dengan lancar. Kedua, di lingkup eksternal media internal bisa berperan dalam upaya membentuk citra korporasi. Ini bisa dikatakan sebagai tujuan sebenarnya dari hubungan pers dalam hal ini media internal untuk menaikkan reputasi suatu korporasi atau lembaga serta produknya, dan mempengaruhi serta memberitahukan kepada khalayak sasarannya.19 2.
Fungsi Media Internal Fungsi lain dari media internal adalah sebagai alat untuk pembentuk citra
(image building) suatu perusahaan/organisasi karena fungsi media internal juga dapat dijadikan sebagai media promosi dan komunikasi dengan stakeholder. Bagian Humas atau Public Relations
perusahaan bisa
show off
kinerjanya via media internal. Ilmu dan skill penulisan Humas (PR Writing) juga 18 Ashadi Siregar,dkk. Bagaimana Meliput dan Menulis Berita untuk Media Massa (Yogyakarta:Kanisius, 1998), h. 112 19 Michael Bland, Alison Theaker, dan David Wragg. Hubungan Media yang Efektif. (Jakarta: Erlangga, 2001), h. 52.
dapat maksimalkan di media ini. Staf PR bisa
mengasah keterampilan
jurnalistiknya di sini, sekaligus mengenal lebih dalam cara kerja sebuah media atau pers.
3.
Format Media Internal
Ada lima model utama house journal atau media internal, diantaranya:20 a.
Bulletin Media komunikasi reguler antara manajer penjualan dengan salesman yang berada di lapangan, biasa diterbitkan mingguan.
b.
Newsletter Media informasi atau siaran berita singkat.
c.
Magazine Majalah yang berisi ragam tulisan (berita, artikel, feature).
d.
Tabloid Newsletter Mirip dengan surat kabar popular, berisikan berita aktual, artikel populer yang pendek, dilengkapi dengan gambar atau ilustrasi yang menarik.
e.
Wall Newspaper Bentuk media yang sering dipergunakan sebagai media komunikasi internal antarkaryawan di sebuah perusahaan besar.
C.
Berita
1. Pengertian Berita 20
Ashadi Siregar,dkk. Bagaimana Meliput dan Menulis Berita untuk Media Massa (Yogyakarta:Kanisius, 1998), h. 116
Berita berasal dari bahasa Sangsekerta, yakni Vrit yang dalam bahasa Inggris disebut Write, arti sebenarnya ialah ada atau terjadi. Sebagian ada yang menyebut dengan Vritta, artinya ‘kejadian’ atau ‘yang telah terjadi’. Vritta dalam bahasa Indonesia kemudian menjadi Berita atau Warta. Menurut Kamus Bahasa Indonesia karya W.J.S. Poerwodarminta, ‘berita’ berarti kabar atau warta, sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka, arti berita diperjelas menjadi ‘laporan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat.’ Jadi, berita dapat dikaitkan dengan kejadian atau peristiwa yang terjadi.21 Berita menjadi informasi yang terbanyak diperoleh bila seseorang membaca media cetak. Paul De Massenner dalam buku Here’s The News: Unesco Associate menyatakan, news atau berita adalah sebuah informasi yang penting dan menarik perhatian serta minat khalayak pendengar. Charnley dan James M. Neal menuturkan, berita adalah laporan tentang suatu peristiwa, opini, kecenderungan, situasi, kondisi, interpretasi yang penting, menarik, masih baru dan harus secepatnya disampaikan khalayak. Definsi lain, menurut Williard C. Bleyer dalam Newspaper Writing and Editing menulis, berita adalah sesuatu yang termasa yang dipilih oleh wartawan untuk dimuat dalam surat kabar, karena dia menarik minat atau mempunyai makna bagi pembaca surat kabar, atau karena dia dapat menarik para pembaca untuk membaca berita tersebut.22 Setelah merujuk kepada beberapa definisi tersebut, berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau ide terbaru yang benar, menarik atau penting bagi 21
Totok Djuroto, Manajemen Penerbitan Pers (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2000) h. 46. AS. Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis Jurnalis Profesional, Cet. 1(Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2005), h. 64
sebagian besar khalayak, melalui media berkala seperti surat kabar, radio, televisi, atau media online internet.23 2.
Jenis-jenis Berita Berita jurnalistik yang banyak muncul dalam surat kabar atau majalah
berita, dapat digolongkan atas berita langsung (Straight/hard/spot news), berita ringan (soft news), berita kisah (feature), serta laporan mendalam (indepth report). Pengertian setiap jenis berita akan diuraikan berikut ini. a.
Berita Langsung Berita langsung digunakan untuk menyampaikan kejadian-kejadian penting yang secepatnya perlu diketahui oleh pembaca. Disebut berita langsung (straight news) karena unsur-unsur terpenting dari peristiwa itu harus langsung (sesegera mungkin) disampaikan kepada pembaca. Berita langsung ada juga yang disebut sebagai spot news. Jika berita bersifat “spot”, maka wartawan harus berhadapan langsung dengan kejadian, lalu melaporkan kejadian itu. Jika tak dapat dihadapi langsung, wartawan terpaksa “meminjam” persepsi orang lain terhadap kejadian tersebut. Melalui persepsi orang itu, wartawan menyusun kembali (merekonstruksi) kejadian yang akan ditulisnya.24 Berita langsung juga disebut sebagai hard news, menimbang bahwa fakta yang digunakan untuk memberitakan suatu peristiwa adalah fakta
23 AS. Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis Jurnalis Profesional, Cet. 1(Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2005), h. 64-65. 24 Ashadi Siregar,dkk. Bagaimana Meliput dan Menulis Berita untuk Media Massa (Yogyakarta:Kanisius, 1998), h. 154.
keras. Yang dimaksudkan dengan fakta keras adalah fakta yang segera dapat diukur berdasarkan persepsi inderawi manusia. b.
Berita Ringan Berita ringan tidak mengutamakan unsur penting yang hendak diberitakan, melainkan sesuatu yang menarik. Berita ini biasa ditemukan sebagai kejadian yang manusiawi dalam kejadian penting. Kejadian yang penting tersebut dituliskan sebagai berita langsung, sedang yang menyangkut unsur manusiawi ditulis sebagai berita ringan. Berdasarkan kejadiannya, berita ringan dapat dibedakan atas dua jenis. Pertama, berita ringan yang kejadiannya merupakan sampiran dari peristiwa penting yang diberitakan lewat berita langsung (disebut side bar). Kedua, berita ringan yang kejadiannya berdiri sendiri, jadi tidak terkait dengan suatu peristiwa penting yang bisa dituliskan sebagai berita langsung.25 Berita ringan jenis kedua dapat “bertahan” lebih lama, tidak terikat pada aktualitas. Jenis berita ini memberikan ganjaran psikologis langsung bagi pembacanya. Misalnya keterharuan, kegembiraan, dan sebagainya. Bahan yang ditulis sebagai berita ringan adalah kejadian pada permukaan saja, tidak perlu melacak latarbelakangnya.
c.
Berita Kisah Berita kisah adalah tulisan mengenai kejadian yang dapat menyentuh perasaan, ataupun yang menambah pengetahuan pembaca lewat penjelasan rinci, lengkap, serta mendalam. Berita ini tidak terikat akan aktualitas. Nilai 25
Ashadi Siregar,dkk. Bagaimana Meliput dan Menulis Berita untuk Media Massa (Yogyakarta:Kanisius, 1998), h. 155.
utamanya adalah dalam unsur manusiawi atau informasi yang dapat menambah pengetahuan. Berita kisah dapat ditulis dari kejadian yang sudah masuk kotak sejarah, misalnya kejadian manusiawi yang dialami Jenderal Sudirman ataupun Pangeran Diponegoro pada masa lampau. Hal semacam itu layak ditulis jika ternyata ada sesuatu yang baru tentang kedua tokoh tersebut yang belum pernah diungkapkan, dan penting mendapat perhatian karena ada kaitannya dengan kondisi sekarang. Berita kisah yang ditulis berdasarkan peristiwa yang baru terjadi, disebut news feature. Kalau pada berita langsung unsur pentinglah yang ditonjolkan, maka pada berita kisah yang tergolong news feature, unsur penting dan unsur menarik ditonjolkan sekaligus.26 d.
Laporan Mendalam Laporan mendalam pada dasarnya memiliki struktur dan cara penulisan yang sama dengan berita kisah. Perbedaanya terletak pada adanya unsur manusiawi yang terdapat dalam berita kisah, yang belum ditemukan dalam laporan mendalam. Laporan mendalam digunakan untuk menuliskan permasalahan secara lebih lengkap, mendalam, dan analitis. Cara penulisan seperti ini dimaksudkan untuk menyajikan informasi agar pembaca lebih memahami duduk perkara suatu masalah.27 Laporan ditulis berdasarkan hasil liputan terencana, dan sering memerlukan waktu lama. Cara peliputan seperti peliputan interpretative 26
Ashadi Siregar,dkk. Bagaimana Meliput dan Menulis Berita untuk Media Massa (Yogyakarta:Kanisius, 1998), h. 156. 27 Ibid., h. 158.
atau investigasi, antara lain dilakukan ketika mengumpulkan fakta yang diperlukan untuk menyusun tulisan. Peliputan interpretative dilakukan apabila untuk menggambarkan duduk perkara dari masalah yang diliput, diperlukan kemampuan interpretasi dalam melihat keterkaitan logis antar sejumlah fakta. 3.
Nilai Berita Nilai pada berita merupakan kriteria umum yang dijadikan landasan para
jurnalis untuk memilih dan memutuskan berbagai fakta yang dianggap pantas dijadikan berita dan mana yang lebih baik untuk diangkat. Kriteria umum nilai berita, menurut Brian S. Brooks, George Kennedy, Darly R. Moen, dan Don Ranly dalam News Reporting an Editing (1980:6-17) menunjuk pada 11 hal. a.
Keluarbiasaan (Unusualness) News is unusualness. Berita adalah sesuatu yang luar biasa. Dalam pandangan jurnalistik, berita bukanlah suatu peristiwa biasa. Berita adalah suatu peristiwa luar biasa (news is unusual). Kalangan praktisi jurnalistik sangat meyakini, semakin besar suatu peristiwa, semakin besar pula nilai berita yang ditimbulkannya.
b.
Kebaruan (Newness) Berita adalah semua apa yang terbaru. Semua hal yang baru apapun namanya pasti memiliki nilai berita. Apa saja perubahan penting yang terjadi dan dianggap berarti.
c.
Akibat (Impact) 28
AS. Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis Jurnalis Profesional, Cet. 1(Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2005), h. 80-91.
Segala sesuatu yang berdampak luas merupakan berita. Suatu peristiwa tidak jarang menimbulkan dampak besar dalam kehidupan masyarakat. Semakin besar dampak sosial budaya ekonomi atau politik yang ditimbulkannya, maka semakin besar nilai berita yang dikandungnya. Dampak suatu pemberitaan bergantung pada beberapa hal: seberapa banyak khalayak yang terpengaruh, pemberitaan itu langsung mengena kepada khalayak atau tidak, dan segera tidaknya efek berita itu menyentuh khalayak media surat kabar, radio, atau televisi yang melaporkannya.29 d.
Aktual (Timeliness) News is timeliness. Berita adalah peristiwa yang sedang atau baru terjadi. Secara sederhana aktual berarti menunjuk pada peristiwa yang baru atau yang sedang terjadi. Sesuai dengan definisi jurnalistik, media massa haruslah memuat atau menyiarkan berita-berita aktual yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat.
e.
Kedekatan (Proximity) Berita adalah kedekatan. Kedekatan sendiri mengandung dua arti. Kedekatan geografis dan kedekatan psikologis. Kedekatan geografis menunjuk pada suatu peristiwa atau berita yang terjadi di sekitar tempat tinggal kita. Semakin dekat suatu peristiwa yang terjadi dengan domisili kita, maka semakin tertarik kita untuk menyimak dan mengikutinya. Kedekatan psikologis lebih banyak ditentukan oleh tingkat ketertarikan pikiran, perasaan, atau kejiwaan seseorang dengan suatu objek peristiwa atau berita.
AS. Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis Jurnalis Profesional, Cet. 1(Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2005), h. 82
f.
Informasi (Information) Berita merupakan informasi. Menurut Wilbur Schramm, informasi adalah segala yang bisa menghilangkan ketidakpastian. Setiap hari sebuah kota memproduksi ratusan ribu dan bahkan jutaan informasi. Tidak setiap informasi mengandung dan memiliki nilai berita. Setiap informasi yang tidak memiliki nilai berita, menurut pandangan jurnalistik tidak layak untuk dimuat, disiarkan, atau ditayangkan media massa. Hanya informasi yang memiliki nilai berita, atau memberi banyak manfaat kepada publik yang patut mendapat perhatian media.
g.
Konflik (Conflict) Berita adalah konflik atau segala sesuatu yang mengandung unsur atau sarat dengan dimensi pertentangan. Konflik atau pertentangan merupakan sumber berita yang tak pernah kering dan tak akan pernah habis.
h.
Orang Penting (Public Figure, News Maker) Kalangan public figure, tokoh terkemuka, di mana saja dan kapan saja selalu disorot. Berita adalah tentang orang-orang penting, ternama, pesohor, selebriti, figur publik. Orang-orang penting dan terkemuka di mana pun selalu membuat berita. Jangankan ucapan dan tingkah lakunya, namanya saja sudah membuat berita. Teori jurnalistik menegaskan, nama menciptakan berita (names makes news).
i.
Kejutan (Surprising) Kejutan bisa menunjuk pada ucapan dan perbuatan manusia. News is surprising. Kejutan adalah sesuatu yang datangnya tiba-tiba, di luar dugaan,
tidak direncanakan, di luar perhitungan, tidak diketahui sebelumnya. Nilai berita kejutan, ditentukan oleh subjek pelaku, situasi saat itu, peristiwa sebelumnya, bidang perhatian, pengetahuan, serta pengalaman orang-orang atau masyarakat di sekitarnya. j.
Ketertarikan Manusiawi (Human Interest) Kadang-kadang suatu peristiwa tak menimbulkan efek berarti pada seseorang, sekelompok orang, atau bahkan lebih jauh lagi pada suatu masyarakat tetapi telah menimbulkan getaran pada suasana hati, suasana kejiwaan, dan alam perasaannya. Para praktisi jurnalistik mengelompokkan kisah-kisah humaninterest ke dalam berita ringan, berita lunak (soft news).
k.
Seks (Sex) Segala macam berita tentang perempuan, tentang seks, selalu banyak peminatnya. Seks bisa menunjuk pada keindahan anatomi perempuan. Seks bisa menyentuh masalah poligami, perselingkuhan, perilaku menyimpang remaja dan lain sebagainya.
D. 1.
Komunikasi Massa Pengertian Komunikasi Massa Komunikasi massa memiliki dua makna, yaitu proses komunikasi dengan
massa dan proses komunikasi dengan menggunakan media massa. Proses komunikasi dengan massa dapat dilakukan secara langsung seperti dalam pidato (retorika), dapat juga dengan sarana media massa. Media massa ada yang perodik
seperti surat kabar atau majalah (tercetak), radio, film, televisi (elektronika), dan ada yang nonperiodik seperti buku, leaflet, selebaran, spanduk, dan sebagainya.30 Komunikasi massa, seperti bentuk komunikasi lainnya (komunikasi antar personal, kelompok, ataupun organisasi) memiliki setidaknya enam unsur yakni komunikator (penyampai pesan), pesan, media, komunikan (penerima pesan), efek, dan umpan balik. Definisi komunikasi yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner yakni komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan oleh media massa pada sejumlah besar orang (mass communication is message communicated through a mass medium to a large number people). Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi massa itu harus menggunakan media massa. Jadi sekalipun komunikasi itu disampaikan kepada khalayak yang banyak seperti rapat akbar yang dilaksanakan di lapangan luas dan dihadiri ribuan bahkan puluhan ribu orang, jika tidak menggunakan media massa, maka itu bukan komunikasi massa. Menurut Meletzke, komunikasi massa diartikan sebagai setiap bentuk komunikasi yang menyampaikan pernyataan secara terbuka melalui media penyebaran teknis secara tidak langsung dan satu arah pada publik yang tersebar. Sedangkan definisi komunikasi massa menurut Freidson dibedakan dari jenis komunikasi lainnya dengan suatu kenyataan bahwa komunikasi massa dialamatkan pada sejumlah populasi dari berbagai kelompok, dan bukan hanya satu atau beberapa individu atau sebagian khusus populasi. Komunikasi massa 30 J.B Wahyudi. Teknologi Informasi dan Produksi Citra Bergerak, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1992). h. 8 31 Elvinaro, Ardianto. Dasar-dasar Komunikasi Massa, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007). h. 3.
juga mempunyai anggapan tersirat akan adanya alat-alat khusus untuk menyampaikan komunikasi agar komunikasi itu dapat mencapai pada saat yang sama semua orang yang mewakili berbagai lapisan masyarakat.32 Menyimak berbagai definisi komunikasi massa yang dikemukakan oleh para ahli, tampaknya tidak ada pebedaan yang mendasar atau prinsip, bahkan definisi-definisi itu satu sama lain saling melengkapi. Hal ini memberi gambaran yang jelas mengenai pengertian komunikasi massa. Bahkan secara tidak langsung dari pengertian komunikasi massa dapat diketahui pula ciri-ciri komunikasi massa yang membedakannya dari bentuk komunikasi lainnya.
2.
Fungsi Komunikasi Massa Komunikasi massa adalah proses komunikasi yang dilakukan melalui
media massa dengan berbagai tujuan komunikasi dan untuk menyampaikan informasi kepada khalayak luas.33 secara lebih terperinci fungsi-fungsi komunikasi, yang dikemukakan Harold D. Laswell adalah sebagai berikut: 1. Penjagaan/pengawasaan lingkungan (surveillance of the environment) 2. Menghubungkan bagian-bagian yang terpisah dari masyarakat untuk menanggapi lingkungannya (correlation of the part of society in responding to the environment) 3. Menurunkan warisan sosial dari generasi ke generasi berikutnya.34
32
Ibid,. h. 4. Burhan Bungin. 2006. Sosiologi Komunikasi, Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi Di Masyarakat. Hal. 71 34 Nurudin. 2007.Sistem Komunikasi Indonesia. Hal. 15-16. 33
Lebih lanjut ia mengemukakan, ada tiga kelompok yang selama ini melaksanakan ketiga fungsi tersebut. Fungsi pertama, dijalankan oleh para diplomat, atase dan koresponden luar negeri sebagai usaha menjaga lingkungan. Fungsi kedua, lebih diperankan oleh para editor, wartawan, dan juru bicara sebagai penghubung respon internal. Adapun fungsi yang ketiga, adalah para pendidik di dalam pendidikan informal atau formal karena terlibat mewariskan adat kebiasaan, nilai dari generasi ke generasi. Charles R. Wright (1988) menambahkan satu fungsi, yakni entertainment (hiburan) yang menunjukkan pada tindakan-tindakan komunikatif yang terutama sekali dimaksudkan untuk menghibur dengan tidak mengindahkan efek-efek instrumental yang dimilikinya. Fungsi pengawasan menunjukkan pengumpulan dan distribusi informasi baik di dalam maupun di luar masyarakat tertentu. Tindakan menghubungkan bagian-bagian meliputi interpretasi informasi mengenai lingkungan dan pemakainya untuk berperilaku dalam reaksinya terhadap peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian tadi. Adapun fungsi warisan sosial berfokus pada pengetahuan, nilai, dan norma sosial.35 Sehubungan dengan kenyataan bahwa komunikasi adalah sesuatu yang tidak bisa dipisahkan dari aktivitas seorang manusia, tentu masing-masing orang mempunyai cara sendiri, tujuan apa yang akan didapatkan, melalui apa atau kepada siapa. Dalam formulasinya Harold D. Laswell itu biasa disebut who
35
Nurudin. 2007. Sistem Komunikasi Indonesia. Hal. 16
(siapa), says what (mengatakan apa), in which channel (lewat saluran mana), to whom (kepada siapa), with what effect (efek apa yang diharapkan).36 Selanjutnya, berikut ini adalah beberapa ciri-ciri komunikasi massa. 1. Komunikasi
berlangsung
secara
searah
(one-way
traffic
communication) 2. Sasarannya bersifat anonim (tidak saling kenal) dan heterogen (berbeda latar belakang) 3. Penyampaian pesan beragam dan khalayak sasaran mempunyai banyak pilihan. 4. Terorganisasi (organize) dan melembaga (institutionalize) 5. Memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap masyarakat karena hadir di hadapan khalayak secara periodik (harian, mingguan, bulanan).37
E.
Rubrikasi Media Cetak Asal usul istilah “rubrikasi”, agaknya dimulai ketika tak lama setelah
Gutenberg menemukan mesin cetak, banyak buku diproduksi secara massal. Pada cetakan awal, buku itu rata-rata tebal. Untuk menandai (book mark sekarang), buku satu dengan buku lain, disekat dengan pita warna merah. Dalam bahasa
36
Ibid., h. 27. Sedia Willing Barus, Jurnalistik Petunjuk Teknis Menulis Berita. (Jakarta: Erlangga, 2010), h.14 37
Latin, merah berarti ruber. Karena itu, hingga kini untuk menandai ruang satu dengan ruang lain disebut rubrikasi dari kata ruber tadi. Rubrik dalam media cetak sama dengan menu. Menu adalah sajian-sajian tertentu, yang khas, di mana masing-masing mempunyai cita rasa dan warna yang berbeda. Seorang yang menyukai menu A misalnya, belum tentu menyukai menu B. kalau majalah (media) diibaratkan dengan prasmanan, maka rubrik adalah menu. Tidak setiap menu disantap, yang disantap hanya yang sesuai selera. Demikian pula pembaca, mereka sering membaca hanya rubrik yang paling disukai saja.39 Sebuah holding company, atau perusahaan besar dengan unit-unit tersendiri yang memperkerjakan banyak karyawan di berbagai tempat dan lokasi, biasanya menerbitkan majalah internal sebagai media komunikasi antarkaryawan. Di banyak perusahaan, majalah internal bahkan dikelola oleh bagian tersendiri, biasanya dikelola oleh bagian Humas, atau bagian promosi, jika majalah tersebut diterbitkan oleh perusahaan. Kalau diterbitkan sebuah organisasi, maka majalah itu dikelola oleh bagian humas. Sebagaimana halnya media komunikasi lain, majalah internal pun bertujuan sebagai media komunikasi antarkomunitas yang terbatas. Meskipun “terbatas”, sering khalayak (audience)-nya cukup besar. Bahkan di sebuah perusahaan holding company, audience-nya bisa mencapai belasan ribu. Untuk
38 Masri Sareb Putra, Media Cetak Bagaimana Merancang dan Memroduksi (Yogyakarta:Graha Ilmu, 2007), h. 88. 39 Masri Sareb Putra, Media Cetak Bagaimana Merancang dan Memroduksi (Yogyakarta:Graha Ilmu, 2007), h. 88.R
menjangkau dan berkomunikasi satu sama lain, diperlukan media komunikasi. Dan majalah internal diterbitkan sebagai media komunikasi dimaksud.
BAB III PROFIL DOMPET DHUAFA DAN MAJALAH SWARACINTA
A.
Dompet Dhuafa 1. Sejarah Dompet Dhuafa Dompet Dhuafa (DD) adalah lembaga nirlaba milik masyarakat indonesia
yang berkhidmat mengangkat harkat sosial kemanusiaan kaum dhuafa dengan dana ZISWAF (Zakat, Infaq, Shadaqah, Wakaf, serta dana lainnya yang halal dan legal, dari perorangan, kelompok, perusahaan/lembaga). Kelahirannya berawal dari empati kolektif komunitas jurnalis yang banyak berinteraksi dengan masyarakat miskin, sekaligus kerap jumpa dengan kaum kaya. Digagaslah manajemen galang kebersamaan dengan siapapun yang peduli kepada nasib dhuafa. Pendirinya terdiri dari empat orang wartawan yaitu Parni Hadi, Haidar bagir, S. Sinansari Ecip, dan Eri Sudewo berpadu sebagai Dewan Pendiri lembaga independen Dompet Dhuafa. Awalnya adalah sebuah kebetulan, walau sebagai orang yang beriman, kita percaya tidak ada sebuah kebetulan. Semuanya sudah ditentukan oleh Allah, Sang Maha Perekayasa. April 1993, Harian Republika menyelenggarakan promosi untuk surat kabar yang baru terbit tiga bulan itu di stadion Kridosono, Yogyakarta. Di samping sales promotion untuk menarik pelanggan baru, acara di stadion itu juga dimaksudkan untuk menarik minat masyarakat Yogya untuk membeli saham koran umum Harian Republika.40
40
www.dhompetdhuafa.org (diakses 19 Juli 2013)
Hadir dalam acara itu pemimpin redaksi Harian Republika saat itu Parni Hadi, Dai Sejuta Umat, (alm) Zainuddin MZ dan Raja Penyanyi Dangdut H. Rhoma Irama dan awak pemasaran Harian Republika. Memang, acara itu dikemas sebagai gabungan antara dakwah dan entertainment. Turun dari panggung, rombongan Harian Republika dari Jakarta diajak makan di restoran Bambu Kuning dan di situ bergabung teman-teman dari Corps Dakwah Pedesaan (CDP) di bawah pimpinan Ustadz Umar Sanusi dan binaan pegiat dakwah di daerah miskin Gunung Kidul, (Alm) Bapak Jalal Mukhsin. Dalam bincang-bincang sambil santap siang, pimpinan CDP melaporkan kegiatan mereka yang meliputi mengajar ilmu pengetahuan umum, ilmu agama Islam dan pemberdayaan masyarakat miskin. Jadi anggota CDP berfungsi allround: ya guru, dai dan sekaligus aktivis sosial. Ketika Parni Hadi bertanya berapa gaji atau honor mereka perbulan, dijawab:
“Masing-masing menerima
enam
ribu
rupiah
sebulan.” Kaget,
tercengang dan setengah tidak percaya, pimpinan Harian Republika itu bertanya lagi: “Dari mana sumber dana itu?” Jawaban yang diterima membuat hampir semua anggota rombongan kehabisan kata-kata: “Itu uang yang sengaja disisihkan oleh para mahasiswa dari kiriman orang tua mereka.” Seperti tercekik, Parni Hadi menukas: “Saya malu, mohon maaf, sepulang dari Yogyakarta ini saya akan
membuat sesuatu untuk membantu teman-teman. Zainuddin MZ segera menambahkan: “Saya akan bantu carikan dana.”41 Mengapa kaget, tercekik dan segera bereaksi? Karena enam ribu Rupiah waktu itu jumlah yang kecil untuk ukuran Yogyakarta, apalagi untuk ukuran Jakarta, sangat-sangat kecil. Apalagi, uang itu berasal dari upaya penghematan hidup para mahasiwswa.Peristiwa itulah yang menginspirasi lahirnya Dompet Dhuafa. Dari penggalangan dana internal, Harian Republika lalu mengajak segenap masyarakat untuk ikut menyisihkan sebagian kecil penghasilannya. Pada 2 Juli 1993, sebuah rubrik di halaman muka Harian Republika dengan tajuk “Dompet Dhuafa” pun dibuka. Kolom kecil tersebut mengundang pembaca untuk turut serta pada gerakan peduli yang diinisiasi Harian Republika. Tanggal ini kemudian ditandai sebagai hari jadi Dompet Dhuafa.42 Rubrik “Dompet Dhuafa” mendapat sambutan luar biasa, hal ini ditandai dengan adanya kemajuan yang signifikan dari pengumpulan dana masyarakat. Maka, muncul kebutuhan untuk memformalkan aktivitas yang dikelola Keluarga Peduli di Harian Republika. Pada 4 September 1994, Yayasan Dompet Dhuafa pun didirikan. Sejak itu, Erie Sudewo ditunjuk mengawal Yayasan Dompet Dhuafa dalam mengumpulkan dan menyalurkan dana Ziswaf dalam wujud aneka program kemanusiaan, antara lain untuk kebutuhan kedaruratan, bantuan ekonomi, kesehatan, dan pendidikan bagi kalangan dhuafa.
41
Wawancara pribadi dengan Redaktur Pelaksana majalah Swaracinta, SS Widodo, Kamis 18 Juli 2013. 42 Company Profile Dompet Dhuafa (diakses 19 Juli 2013)
Profesionalitas Dompet Dhuafa kian terasah seiring meluasnya program kepedulian dari yang semula hanya bersifat lokal menjadi nasional, bahkan internasional. Tidak hanya berkhidmat pada bantuan dana bagi kalangan tak berpunya dalam bentuk tunai, Dompet Dhuafa juga mengembangkan bentuk program yang lebih luas seperti bantuan ekonomi, kesehatan, pendidikan dan bantuan bencana. Pada 10 Oktober 2001, Dompet Dhuafa dikukuhkan untuk kali pertama oleh pemerintah sebagai Lembaga Zakat Nasional (Lembaga Amil Zakat) oleh Departemen Agama RI. Pembentukan yayasan dilakukan di hadapan Notaris H. Abu Yusuf, SH tanggal 14 September 1994, diumumkan dalam Berita Negara RI No. 163/A.YAY.HKM/1996/PNJAKSEL. Berdasarkan Undang-undang RI Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan zakat, DD merupakan institusi pengelola zakat yang dibentuk oleh masyarakat. Tanggal 8 Oktober 2001, Menteri Agama Republik Indonesia mengeluarkan Surat Keputusan Nomor 439 Tahun 2001 tentang PENGUKUHAN DOMPET DHUAFA sebagai Lembaga Amil Zakat tingkat nasional.43
2. Visi dan Misi Dompet Dhuafa Visi: Terwujudnya masyarakat berdaya yang bertumpu pada sumber daya lokal melalui sistem yang berkeadilan
www.dompetdhuafa.org (diakses 19 Juli 2013)
Misi: a. Membangun nilai kemanusiaan dan kemandirian. b. Meningkatkan partisipasi derma masyarakat dan dukungan sumber daya untuk pemberdayaan. c. Mendorong sinergi program dan jaringan organisasi pemberdayaan masyarakat global d. Menumbuhkembangkan dan mendayagunakan aset masyarakat melalui ekonomi berkeadilan e. Mengembangkan zakat sebagai alternatif dalam pengentasan kemiskinan
3. Logo Dompet Dhuafa Gambar 1
Sumber: Company Profile Dompet Dhuafa Tepat pada 2 Juli 2010, Dompet Dhuafa (DD) merubah logo. Dari yang mulanya berbentuk 2 buah pancing, sekarang berubah menjadi segitiga. Perubahan logo ini adalah pertanda bahwa DD akan berkembang menjadi lebih dinamis namun tetap menjaga nilai-nilai yang sudah dipegang selama ini yakni berbagi dan memberdayakan kaum dhuafa.
logo baru tersebut sudah mulai
dikenal seluruh masyarakat dan di seluruh media publikasi DD dan seluruh desain cetak maupun digital.44
4. Jaringan Pelayanan Dompet Dhuafa a. Kantor Pelayanan -
Kantor Ciputat Jl. Ir. H. Juanda No. 50, Ciputat Indah Permai, C 28-29, Ciputat 15419.
-
Kantor Sudirman Gedung Nugra Santana Lt. 10, Jl. Jend. Sudirman Kav. 7-8, Jakarta 10220.
-
Kantor Warung Buncit Gedung Harian Umum Republika, Jl. Warung Buncit Raya No. 37, Ps. Minggu Jaksel.
-
Kantor Radio Dalam Komp. Margaguna. Jl. Radio Dalam No 11, Jaksel.
-
Kantor Rawamangun Jl. Balai Pustaka V No. 3 Rawamangun, Jakarta Timur.
-
Kantor Karawaci Gedung Wardah. Jl Zaitun Raya, Islamic Village, Karawaci, Tangerang.
-
Kantor Bekasi Apartemen Centre Poin Tower A No. GF 17.
b. Kantor Cabang -
DD Singgalang
www.dompetdhuafa.org (diakses 19 Juli 2013)
Jl. Juanda No. 31 C, Pasar Pagi Padang, SumBar -
DD Waspada Jl. Brigjend Katamso No. 1, Medan, Sumatera Utara
-
DD Sumatra Selatan Jl. Angkatan 66 No. 435, Ruko Orange Palembang, SumSel
-
DD Riau Jl. Tuanku Tambusai No. 145 Pekanbaru
-
DD Jambi Jl. Soekarno Hatta No. 42, Pasir Putih, Kota Jambi.
-
DD Jabar Jl. Pasir Kaliki No. 143, Bandung, Jawa Barat 40171.
-
DD Banten Jl. Raya Cilegon No. 7A, Kagungan, Serang, Banten.
-
DD Jogja Jl. Kyai Mojo No. 97, Jogjakarta.
-
DD Jawa Tengah Jl. Abdurrahman Saleh Blok D, No. 199, Manyaran Semarang, Jawa Tengah.
-
DD Jatim Jl. Ngagel Jaya Selatan No. 69 Surabaya.
-
DD Kaltim Jl. Ahmad Yani Rt 4 No. 1, Karang Jati, Balikpapan, Kalimantan Timur 76123.
-
DD Sulawesi Selatan
Jl. Abdullah Daeng Sirau No. 170 A, Makassar. -
DD Hongkong Jardine Bazaar No. 62 2/F, Causeway Bay, Hong Kong.
5.
Struktur Organisasi Dompet Dhuafa BOARD of TRUSTEE Parni Hadi Eri Sudewo Haidar Bagir S. Sinansari Ecip Alm. Houtman Z. Arifin BOARD of SUPERVISORY
KH. Didin Hafidhuddin Rahmad Riyadi Erry Riyana Hardjapamekas
PRESIDENT DIRECTOR:
Ismail A. Said
EXECUTIVE DIRECTOR:
Ahmad Juwaini
INTERNAL AUDIT
Tri Estriani
COMMUNICATION & REMO DIRECTOR
PROGRAM DIRECTOR
BUSINESS DIRECTOR
FINANCE DIRECTOR
Yuli Pujihardi
M. Arifin Purwakananta
Kusnandar
Rini Suprihartanti
Sumber: Company Profile Dompet Dhuafa
6. a.
Program-program Dompet Dhuafa
Program Pengembangan Sosial 1.
Lembaga Pengembangan Insani Lembaga Pengembangan Insani Dompet Dhuafa (LPI-DD) merupakan jejaring Dompet Dhuafa yang khusus bergerak di bidang pendidikan. Dibentuk pada tahun 2004, LPI-DD memiliki tiga program utama. SMART Ekselensia Indonesia, sekolah bebas biaya; Makmal Pendidikan, Program pelatihan dan pendampingan sekolah serta; beastudi etos, program beastudi bagi mahasiswa di 11 PTN di Indonesia.
2.
Layanan Kesehatan Cuma-cuma Layanan Kesehatan Cuma-cuma (LKC) merupakan lembaga non profit jejaring Dompet Dhuafa khusus di bidang kesehatan yang melayani kaum dhuafa secara paripurna melalui pengelolaan dana sosial masyarakat (ZISWAF- Zakat, Infak, Sedekah dan wakaf) dan dana Sosial perusahaan.45 LKC memberikan pelayanan kesehatan secara cuma-cuma kepada peserta (member) yang telah terverifikasi. Di mana setiap calon penerima manfaat mendaftar ke LKC dan kemudian disurvey oleh tim survey. Jika lulus jadi member, maka akan diberikan kartu peserta yang berlaku 1 tahun. Dengan adanya kartu peserta, penerima manfaat berhak mendapatkan pelayanan kesehatan gratis selama 1 tahun tersebut.
Company profile Dompet Dhuafa (diakses 19 Juli 2013)
3.
Institut Kemandirian Institut Kemandirian adalah lembaga yang didirikan Dompet Dhuafa pada 23 Mei 2005 untuk mengatasi masalah pengangguran dan kemiskinan. Lembaga ini bergerak di bidang training keterampilan teknis, kewirausahaan, dan sales marketing.
4.
Lembaga Pelayanan Masyarakat Lembaga Pelayanan Masyarakat selanjutnya disingkat menjadi LPM adalah jejaring pelaksana program layanan kepada mustahik Divisi Relief Dompet Dhuafa. Program LPM merupakan program pelayanan langsung keperluan mendasar masyarakat adalah program yang secara umum mengelola seluruh asnaf penerima zakat, terutama fakir, miskin, ghorimin, muallaf dan ibnu sabil. Karakteristik program tersebut adalah memenuhi keperluan hidup masyarakat yang bersifat pragmatis dan mendesak seperti sandang, pangan, dan papan. Selain itu juga dikembangkan program yang bertujuan meningkatkan pemahaman keislaman masyarakat dan pemenuhan sarana dan prasarana ibadah masyarakat,
khususnya
masyarakat
muslim
di
kantong-kantong
kemiskinan, daerah-daerah terpencil, dan kawasan minoritas yang rawan menjadi korban pemurtadan.46 Program LPM terus mengalami pengembangan mengikuti dinamika kemiskinan yang terjadi di masyarakat. Saat ini, LPM merambah tema psikotik, yaitu program pelayanan bagi masyarakat pengidap ganguan
www.dompetdhuafa.org (diakses 19 Juli 2013)
jiwa. Program ini ditetapkan oleh Dompet Dhuafa sebagai bentuk adaptasi atas perubahan pola respon masyarakat terhadap kemiskinan. Selain itu, LPM juga mengembangkan program Bantuan Pemulasaran Jenazah (BARZAH). Program ini menjadi kebutuhan dasar masyarakat akibat mahalnya harga proses pemakaman. Ke depan, LPM mentargetkan memiliki lahan untuk mengelola pemakaman bagi masyarakat miskin. Di luar Negeri, LPM diproyeksikan menjadi ujung tombak Tim Kemanusiaan Dompet Dhuafa terhadap konflik-konflik sosial yang terjadi. Kasus kemanusiaan seperti pengungsian di Somalia, konflik etnis di Rohingya, atau konflik agama di Gaza Palestina, adalah termasuk dalam ranah Diplomasi Kemanusiaan Dompet Dhuafa.47
b.
Program Pengembangan Ekonomi 1.
Masyarakat Mandiri Masyarakat Mandiri (MM) adalah sebuah lembaga nirlaba yang bergerak dalam
pemberdayaan
komunitas
di
pedesaan
dan
perkotaan.
Kelahirannya dibidani oleh Dompet Dhuafa Republika pada tahun 2000. Sejak bulan Juli 2005, MM resmi menjadi lembaga otonom dengan memperkuat visi dan misi sebagai wahana pemberdayaan berbagai komunitas dhuafa atau tak berdaya (powerless), sehingga mencapai kemandirian.
47
Company profile Dompet Dhuafa (diakses 19 Juli 2013)
Proses pemberdayaan komunitas bertitik tolak untuk memandirikan masyarakat guna meningkatkan taraf hidupnya, mengoptimalkan dengan sebaik mungkin sumberdaya alam dan manusia setempat. Di sinilah upaya pendampingan intensif menjadi salah satu pilihan bijak dalam menjalankan proses transformasi kesadaran komunitas untuk berubah dengan sumber daya yang mereka miliki. 2.
BMT Center Kerinduan terhadap lahirnya lembaga keuangan yang berpihak kepada kaum lemah merupakan cita-cita awal DD. Sejak munculnya BMT (Baitul Maal Wa Tamwil) di Jakarta dan Semarang (BMT Insan Kamil dan Binama), terasa perlu adanya lembaga yang menggalang tumbuhnya lembaga keuangan serupa dalam satu sinergi. Tahun 1994-1995 serangkaian diklat dan pertemuan yang berintikan pemasyarakatan ekonomi syariah mulai disokong DD. Pada 1994 itu DD telah didaulat oleh puluhan lembaga BMT di segenap wilayah untuk membangun sebuah lembaga “holding” BMT guna menopang sinergi dan permodalan itu.48 Belasan tahun kemudian, DD telah berhasil mensponsori lebih kurang pendirian 60 LKMS (Lembaga Keuangan Mikro Syariah-termasuk BMT) dan tersebar di Pulau Jawa dan Sumatera. Sebagai kelanjutan dari langkah ini tahun 2006 DD memfasilitasi silaturahmi 200 pengelola BMT se-Jawa dan Sumatera sekaligus menandai berdirinya Perhimpunan
48
Company profile Dompet Dhuafa (19 Juli 2013)
BMT Indonesia yang kemudian dikenal dengan nama BMT Center. Sampai tahun 2008, geliat dari koordinasi ini terus berlangsung di bawah jejaring DD yang kini beranggotakan lebih dari 269.543 orang dengan aset yang dikelola mencapai Rp. 266 miliar dengan pengelolaan dana ketiga sebesar Rp. 233 miliar. Di bawah sinergi BMT Center aneka program telah digulirkan dan meliputi advokasi, konsultasi, jasa audit syariah, training, pooling fund, dan penempatan dana. Aliansi ini berlanjut dengan menangani sindikasi pembiayaan, aktivitas kliring, dan penjaminan dana. Dalam unit bisnisnya kini juga telah ditumbuhkan lembaga pembiayaan ventura yang diperkenalkan sebagai BMT Ventura. Semua lini keuangan mikro berbasis syariah ini semakin penting guna membantu berbagai pembiayaan kalangan lemah yang biasanya menjadi pihak terlemah dari arus besar ekonomi ribawi yang masih terlalu tangguh untuk dilawan secara sendiri-sendiri oleh pelaku keuangan berbasis syariah. 3.
Kampoeng Ternak Program Dompet Dhuafa Kampoeng Ternak guna meningkatkan kesejahteraan peternak dan menuju swasembada daging bagi Indonesia. sejak awal berdirinya Dompet Dhuafa bergerak dibidang pemberdayaan masyarakat miskin dan kaum dhuafa, di antaranya melalui program pertanian dan peternakan.49
Company Profile Dompet Dhuafa (diakses 19 Juli 2013)
Program
Kampoeng
memberdayakan
para
Ternak peternak
memang di
suatu
Indonesia.
program Dompet
untuk Dhuafa
memberikan bantuan modal, bantuan keahlian atau pendampingan serta bantuan jaringan pembeli bagi peternak yang diberikan hewan kambing peliharaan tersebut untuk kurban. 4.
Tebar Hewan Kurban (THK) Program THK Dompet Dhuafa merupakan program pemotongan dan pendistribusian hewan kurban ke berbagai daerah dan pelosok nusantara. Sejak 1993, Program THK Dompet Dhuafa telah menggerakkan roda ekonomi pedesaan dengan melibatkan ribuan peternak di seluruh Indonesia, serta mengalihkan penumpukkan daging di daerah berlebih (over supply), untuk didistribusikan ke saudara-saudara kita yang terpinggirkan, sehingga Ibadah Kurban bukan hanya sebatas ibadah ritual saja, tetapi memiliki nilai tambah terutama untuk kaum dhuafa.
B.
Majalah Swaracinta 1.
Sejarah Majalah Swaracinta
Awal tahun 2011 merupakan tahun pertama majalah Swaracinta diterbitkan. Tepat pada 01 Januari 2011. Majalah Swaracinta dicetuskan oleh Parni Hadi selaku Dewan Pembina Dompet Dhuafa. Sebelum majalah Swaracinta muncul, Dompet dhuafa memiliki media dalam bentuk cetak lainnya bernama Masa Kini. Namun setelah 4 tahun berjalan, Parni Hadi yang kini juga menjabat
pemimpin umum majalah Swaracinta, melakukan perombakan media untuk Dompet Dhuafa. Yang melatarbelakangi diadakannya perubahan tersebut adalah content (isi) dari Masa Kini hanyalah untuk kalangan internal saja. semua yang dibahas 80% tentang Dompet Dhuafa. Kita menginginkan media internal Dompet Dhuafa tidak hanya bisa dinikmati oleh kalangan internal saja, tapi juga bisa dinikmati masyarakat umum. Nama Swaracinta sudah terinspirasi pada tahun 2010, namun baru bisa diterbitkan pada awal 2011. Swaracinta berarti voice of love dan kita ingin media internal ini membawa pesan cinta yakni menebarkan pesan peduli, cinta kepada kaum dhuafa, cinta kepada sesama manusia dan hamba Allah dan tentunya bisa diterima masyarakat luas. “Majalah yang anda baca ini (Swaracinta) mencoba berpartisipasi meniupkan energi positif lewat tulisan-tulisan yang akan memberikan inspirasi, motivasi, dan mencerahkan. Bukan hal yang mudah juga untuk menyajikan tulisan semacam itu, tapi kami akan berusaha untuk memberikan yang terbaik dalam menebarkan energi positif. Majalah Swaracinta merupakan pengganti majalah ‘Masakini’ yang sebelumnya rutin mengunjungi pembaca setiap bulan. Harapannya, dengan wajah baru ini bisa memberikan manfaat yang lebih besar kepada para pembaca semuanya.”50 Untuk itu, hadirlah majalah Swaracinta yang terdiri dari 26 rubrik yang ratarata beritanya berhubungan dengan pemberdayaan kaum dhuafa, tokoh inspirasi, 50
Wawancara pribadi dengan Pemimpin Redaksi majalah Swaracinta, Ahmad Juwaini, Kamis 24 Juli 2013.
masyarakat dhuafa yang berjuang dalam menjalani kehidupan, dan lain sebagainya. rubrik-rubrik tersebut diantaranya, Arus Utama, Pandangan Tokoh, Tokoh, Social Entrepreneurship, Peluang, Relung, Tegar, Unik, Survival, Nusantara, Oase Cinta, Klik, Kabar Pemberdayaan, Budaya, Etalase, Sosok, Destinasi, Konsultasi Keuangan, Unggah, Komunitas, Empati, Selesa, Teropong, Ufuk Cinta, Lirih, Kontemplasi. 2.
Strukur Redaksi Majalah Swaracinta
Berikut ini adalah nama-nama jajaran atau direksi majalah Swaracinta Dompet Dhuafa51 Pemimpin Umum Dewan Redaksi
: Parni Hadi : Parni Hadi, Haidar Bagir, Sinansari Ecip, Ismail A. Said, Ahmad Juwaini, Arifin Purwakananta, Rini Suprihartanti, A. Makmur Makka.
Pemimpin Redaksi
: Ahmad Juwaini
Redaktur Pelaksana
: SS. Widodo
Editor
: SS. Widodo
Fotografer
: Uyang Agustina, Yogi Achmad
Reporter
: Iit Septyaningsih, Uyang Agustina, Yogi Achmad
Tim kontributor
: Musvi Yendra (Padang), Imam Haq (Banten), Hendi S (Bandung), Ajeng R (Jogja), M. Huseini (Sulsel), Nur Ahmadi (Japan), Ahmad Fauzi (Hongkong).
51
Company profile Dompet Dhuafa (diakses 19 Juli 2013)
C.
Rubrik Kabar Pemberdayaan Kabar Pemberdayaan merupakan rubrik berita yang berisi seputar kegiatan
Dompet Dhuafa setiap bulannya seperti, seminar kesehatan, pelatihan motivasi, dan kegiatan yang terkait dengan program Dompet Dhuafa. Selain itu, Kabar Pemberdayaan terkadang mengangkat isu terkini yang berkembang di tengah masyarakat dan berkaitan dengan program Dompet Dhuafa. Jenis berita yang disajikan pada rubrik Kabar Pemberdayaan biasanya ditulis dalam bentuk berita feature. Berita rubrik Kabar Pemberdayaan setiap berita yang dimuat sebelumnya juga dimuat dalam website Dompet Dhuafa.52 Dengan hadirnya berita dalam rubrik Kabar Pemberdayaan, tidak hanya mitra-mitra Dompet Dhuafa saja yang mengetahui informasi terkait dengan kegiatan apa saja yang dilaksanakan, namun masyarakat umum juga bisa menikmati. Selain itu, hadirnya rubrik Kabar Pemberdayaan sekaligus bentuk pertanggungjawaban Dompet Dhuafa dalam menjalankan amanah para mitra.53
52 Wawancara pribadi dengan Pemimpin Redaksi majalah Swaracinta, Ahmad Juwaini, Kamis 24 Juli 2013. 53 Wawancara pribadi dengan Staf Redaksi majalah Swaracinta, Amirul Hasan, Kamis 24 Juli 2013.
BAB IV ANALISIS PRODUKSI BERITA MAJALAH SWARACINTA DOMPET DHUAFA PADA RUBRIK KABAR PEMBERDAYAAN
A.
Proses Produksi Berita Majalah Swaracinta Dompet Dhuafa pada Rubrik Kabar Pemberdayaan Dalam proses produksi berita sebuah media korporasi atau organisasi,
termasuk berita majalah Swaracinta Dompet Dhuafa pada rubrik Kabar Pemberdayaan merencanakan sebuah produksi berita untuk setiap rubrik majalah, seorang redaktur professional akan berusaha untuk menciptakan berita-berita yang berkualitas. Berkaitan dengan upaya menghasilkan media korporasi atau organisasi yang berkualitas, penulis mengacu kepada empat komponen kegiatan yang perlu mendapat perhatian menurut Ashadi Siregar dan Rondang Pasaribu dalam bukunya yang berjudul Bagaimana Mengelola Media KorporasiOrganisasi menyebutkan empat komponen. Keempat komponen itu adalah komponen keredaksian, komponen produksi dan sirkulasi, komponen biaya dan sarana, serta komponen personel. Dalam proses produksi berita majalah Swaracinta pada rubrik Kabar Pemberdayaan juga sangat memperhatikan keempat komponen tersebut. Dalam proses berita atau informasinya, kelima hal itu sangat dipikirkan secara matang agar mendapatkan hasil produksi berita yang baik dan tidak hanya dinikmati dari kalangan internal perusahaan saja, namun masyarakat luas (eksternal). 54
Ashadi Siregar dan Rondang Pasaribu, Bagaimana Mengelola Media KorporasiOrganisasi (Yogyakarta:Kanisius, 2000), h. 160
1.
Komponen Keredaksian a. Perencanaan Isi Seperti
yang
telah
dijelaskan
sebelumnya
bahwa
Kabar
Pemberdayaan merupakan salah satu rubrikutama pada majalah Swaracinta Dompet Dhuafa yang lebih menitikberatkan pada penyajian berita jenis feature(karangan khas/berita khas). Berita Feature ditulis dengan teknik mengisahkan suatu situasi, peristiwa, atau keadaan secara faktual dan diterima masyarakat luas. Kabar pemberdayaan merupakan satu-satunya rubrik berita yang informasinya mengenai kegiatan Dompet Dhuafa setiap bulannya. Kabar Pemberdayaan merupakan rubrik dengan informasi yang mengedepankan jenis berita bentuk feature yang tentunya bertujuan untuk menarik minat masyarakat dalam membaca berita yang telah disajikan.55 Perencanaan isi dilakukan saat rapat redaksi berlangsung. Menurut Redaktur Pelaksana majalah Swaracinta Dompet Dhuafa SS. Widodo, dalam rapat dibahas mengenai materi keredaksian produksi berita untuk edisi selanjutnya seperti, menentukan tema dalam terbitan berikutnya, agenda kegiatan Dompet Dhuafa, topik yang akan disajikan di dalam setiap rubrik, isu terkini yang ingin diangkat dan berkaitan dengan
55
Wawancara pribadi dengan Redaktur Pelaksana Majalah Swaracinta Dompet Dhuafa, SS. Widodo, 15 Agustus 2013.
program Dompet Dhuafa, materi pelengkap seperti foto, biaya dan sarana produksi, serta desain perwajahan untuk Kabar Pemberdayaan.56 Seperti yang diungkapkan Ashadi Siregar dan Rondang Pasaribu bahwa media korporasi atau organisasi terbit sebagai hasil kerja tim, bukan hasil kerja perseorangan.Perencanaan isi diarahkan untuk memberikan gambaran jelas isi edisi yang akan diterbitkan.57 Untuk berita-berita pada rubrik Kabar Pemberdayaan sendiri tidak begitu mengacu pada tema majalah setiap bulannya, karena berita yang akan diliput mengikuti alur agenda kegiatan Dompet Dhuafa. Kabar Pemberdayaan juga mengangkat isu terkini yang berkaitan dengan program Dompet Dhuafa. Menurut SS. Widodo, khusus untuk Kabar Pemberdayaan biasanya tidak mengikuti tema majalah, karena beritaberitanya mengikuti alur kegiatan Dompet Dhuafa karena yang akan diliput memang program atau kegiatan Dompet Dhuafa setiap bulannya. Namun, terkadang Kabar Pemberdayaan juga mengikuti perkembangan isu yang hadir ditengah masyarakat yang sesuai dengan kegiatan Dompet Dhuafa, tapi terkadang itu semua tidak intensif.58 Dari hasil pembahasan perencanaan isi materi produksi itulah didapat kegiatan apa saja yang nantinya akan diliput dan dimuat dalam
56
Wawancara pribadi dengan Redaktur Pelaksana Majalah Swaracinta Dompet Dhuafa, SS. Widodo, 15 Agustus 2013. 57 Ashadi Siregar dan Rondang Pasaribu, Bagaimana Mengelola Media KorporasiOrganisasi (Yogyakarta:Kanisius, 2000), h. 162 58 Wawancara pribadi dengan Redaktur Pelaksana Majalah Swaracinta Dompet Dhuafa, SS. Widodo, 15 Agustus 2013.
rubrik Kabar Pemberdayaan. Semuanya tercapai dalam kesepakatan bersama dalam rapat redaksi. b. Pengumpulan Bahan Baku Informasi Dalam
produksi
majalah
Swaracinta
pada
rubrik
Kabar
Pemberdayaan, pengumpulan bahan untuk isi edisi terbaru
dapat
dibedakan atas dua kategori. Pertama, pengumpulan bahan siap sunting. Kedua, pengumpulan bahan siap olah. Pengumpulan bahan siapsunting dilakukan ketika redaksi sudah menyimpan sejumlah artikel dari para penulis luar, atau sejumlah foto. Bahan siap sunting untuk rubrik Kabar Pemberdayaan juga diperoleh melalui website Dompet Dhuafa, karena dalam rubrik Kabar Pemberdayaan berita yang dimuat, sebelumnya juga dimuat dalam website Dompet Dhuafa. Menurut SS. Widodo, untuk berita rubrik Kabar Pemberdayaan, redaksi menyiapkan beberapa stok naskah liputan untuk edisi selanjutnya. Artikel dan foto sudah menjadi satu paket dalam stok tersebut. Misal ada kegiatan Dompet Dhuafa diluar kota, tim kontributor sudah ditugaskan untuk meliput dan mengirim hasil liputan tersebut atau diperoleh dari website Dompet Dhuafa, jika termasuk dalam content berita rubrik Kabar Pemberdayaan, akan dimuat, itulah yang disebut bahan siap sunting.59 Namun, bahan siap sunting masih ada yang mesti diperiksa kembali, karena tulisan yang terlalu panjang, atau teknik penulisan 59
Wawancara pribadi dengan Redaktur Pelaksana Majalah Swaracinta Dompet Dhuafa, SS. Widodo, 15 Agustus
kurang baik. Bahan yang tergolong kategori tersebut sudah bisa segera dikumpulkan, didata, dan kemudian diperiksa agar segera dapat dipastikan mana yang akhirnya layak dimuat. Sedangkan pengumpulan bahan siap diolah yakni bahan yang harus dihimpun dulu sebelum diolah menjadi naskah berita atau disebut peliputan. Pengumpulan bahan dalam arti peliputan bisa dilakukan lewat tiga cara, yaitu observasi, wawancara, dan riset dokumentasi. Mengenai pengumpulan bahan siap olah, dilakukan kegiatan peliputan. Ini bisa dilakukan lewat observasi, wawancara, dan riset dokumentasi.
Untuk
berita
pada
rubrik
Kabar
Pemberdayaan,
pengumpulan bahan dilakukan dengan ketiga cara ini untuk mendapatkan hasil liputan yang memuaskan.60 Dalam peliputan untuk berita pada rubrik Kabar Pemberdayaan majalah Swaracinta Dompet Dhuafa, ketiga cara ini dapat dilakukan sekaligus. Observasi dilakukan untuk mengamati suatu kejadian. Terkadang tim peliput harus bermalam untuk melakukan observasi dalam menghasilkan pengamatan secara mendalam. Wawancara dilakukan untuk memperoleh fakta sebagai hasil pengalaman, kesaksian, atau pendapat seseorang, peristiwa yang dialami, atau diamati secara langsung oleh yang bersangkutan. Riset dokumentasi sendiri dilakukan untuk memperoleh fakta tertulis, berupa arsip atau foto. Sesuai dengan karakteristik berita feature merupakan hasil karya liputan jurnalistik 60
Wawancara pribadi dengan Redaktur Pelaksana Majalah Swaracinta Dompet Dhuafa, SS. Widodo, 15 Agustus
melalui proses proyeksi, observasi, investigasi, komunikasi dan konfirmasi dengan pihak narasumber. Oleh karenanya, baik untuk pengumpulan bahan siap sunting maupun untuk pengumpulan bahan siap olah, yang penting diperhatikan dalam konteks
pengelolaannya
adalah
bagaimana
agar
setiap
upaya
pengumpulan bahan tersebut menghasilkan apa yang direncanakan. Tim peliput majalah Swaracinta pada rubrik Kabar Pemberdayaan berusaha untuk mencapai hasil yang telah direncanakan. c. Pengolahan Bahan dan Penyiapan Isi Pengolahan
bahan
mencakup
kegiatan
menyusun
tulisan
berdasarkan bahan yang dikumpulkan, seperti naskah hasil liputan dan foto. Dalam produksi berita majalah Swaracinta Dompet Dhuafa pada rubrik Kabar Pemberdayaan kegiatan ini merupakan awal pengolahan bahan. Setelah tulisan selesai disusun, atau foto siap dimuat, tulisan maupun
foto
memasuki
tahap
penyuntingan
(editing).
Upaya
menghasilkan isi yang berkualitas berlangsung pada tahap ini. Pada tahap awal, tugas redaktur pelaksana memeriksa apakah semua bahan yang diperlukan berdasarkan perencanaan isi telah tersedia. Misalkan jumlah tulisan atau artikel berita dan foto. Jika ternyata ada bahan yang kurang, perlu segera dipertimbangkan apakah masih cukup
waktu untuk melengkapi bahan tersebut. Apabila tidak, perlu dipikirkan tulisan atau foto pengganti.61 Selanjutnya memastikan apakah tim peliput (reporter dan wartawan foto) reporter yang ditugaskan untuk menulis telah siap untuk menyusun tulisan. Wartawan foto siap memilah hasil foto yang telah diperoleh dari hasil liputan. Setelah penyusunan tulisan atau pemilahan foto selesai, setiap tulisan atau foto tersebut diperiksa kembali. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan oleh sejumlah editor. Di tangan editor, tulisan diperiksa apakah sudah baik dari segi bahasa, kelengkapan fakta, kejelasan, keruntutan tulisan, dan sebagainya. panjang tulisan diperiksa apakah telah sesuai dengan kaidah penulisan dalam ilmu jurnalistik. Termasuk apakah ada sesuatu yang tidak sesuai dengan kebijaksanaan korporasi, sesuatu yang melanggar etika (misalnya ada kalimat yang mencemarkan nama baik pihak tertentu, atau ada bagian tulisan yang dikutip dari tulisan pihak lain tanpa menyebutkan sumber sehingga terbuka peluang timbul tuntutan hukum berkaitan dengan hak cipta), dan sebagainya.
2.
Komponen Produksi dan Sirkulasi Kegiatan yang dilaksanakan proses produksi mencakup kegiatan pracetak,
pencetakan, dan sirkulasi. 61
Wawancara pribadi dengan Redaktur Pelaksana Majalah Swaracinta Dompet Dhuafa, SS. Widodo, 15 Agustus
a. Pracetak Pada produksi berita majalah Swaracinta pada rubrik Kabar Pemberdayaan, kegiatan pracetak yakni mendesain tata perwajahan pada rubrik Kabar Pemberdayaan, sehingga membuat para pembaca tertarik dan ingin membacanya. Setelah proses pengolahan dan penyuntingan berita dan foto selesai dikerjakan, barulah tugas seorang layouter mendesain perwajahan majalah Swaracinta Dompet Dhuafa pada rubrik Kabar Pemberdayaan. Penataan desain perwajahan pada rubrik Kabar Pemberdayaan sudah bisa dikerjakan lebih awal karena halaman yang akan memuat tulisan atau foto yang sudah tersedia (bahan siap sunting). Selanjutnya halaman yang akan memuat tulisan atau foto hasil liputan (bahan siap olah) dikerjakan belakangan. Hasil liputan disusun menjadi tulisan, foto dipilah, selanjutnyadirancang penataannya pada halaman setiap rubrik. Setiap naskah yang telah layak dimuat masuk kedalam proses pracetak. Dalam proses pracetak pada rubrik Kabar Pemberdayaan, menata perwajahan media korporasi atau organisasi dilakukan berdasarkan kriteria yang disepakati seperti, menentukan bingkai, penempatan teks, penempatan foto, pemilihan ukuran dan jenis huruf untuk tubuh tulisan, penempatan identitas halaman dilakukan pada proses ini.Dalam desain perwajahan rubrik Kabar Pemberdayaan ini, hal-hal detail seperti jenis dan ukuran huruf, foto, posisi penempatan teks, dan lain sebagainya
harus dipikirkan secara matang dikarenakan agar pembaca tidak jenuh dan tertarik dalam membacanya.62 Dalam desain perwajahan tersebut diketahui, tim redaksi majalah Swaracinta Dompet Dhuafa sangat mencermati mulai dari ketajaman foto, ukuran dan jenis huruf, dan sebagainya, agar menarik dipandang juga komunikatif bagi pembaca dan juga telah menunjukan hasil kerja yang memungkinkan tampilan visual memiliki ciri yang dapat membantu pembentukan karakter media korporasi atau organisasi dalam hal ini Dompet Dhuafa.
b. Pencetakan Pada produksi berita majalah Swaracinta, untuk proses pencetakan dalam hal ini Dompet Dhuafa mempercayakan kepada perusahaan percetakan. Pertimbangan atas efisiensi dan manfaat menyebabkan Dompet Dhuafa tidak perlu menyediakan mesin offset. Dompet Dhuafa tidak memiliki mesin offset sendiri, karena belum ada kebutuhan atas bahan cetakan dalam jumlah oplah yang besar, memberi order pencetakan ke perusahaan percetakan pasti lebih murah dan efisien. Dompet Dhuafa lebih mempertimbangkan hal ini untuk pencetakan majalah Swaracinta.63
Wawancara pribadi dengan Redaktur Pelaksana Majalah Swaracinta Dompet Dhuafa, SS. Widodo, 15 Agustus 63 Wawancara pribadi dengan Redaktur Pelaksana Majalah Swaracinta Dompet Dhuafa, SS. Widodo, 15 Agustus
c. Sirkulasi Seperti yang diungkapkan Ashadi Siregar dan Rondang Pasharibu terkait sirkulasi sebuah media korporasi dan organisasi, banyak cara untuk menyampaikan media ke tangan pembaca. Mana cara yang dipandang paling efektif dan efisien bisa dipertimbangkan sejak awal.64 Begitupun untuk sirkulasi majalah Swaracinta itu sendiri yang ditujukan bagi publik internal, masalah sirkulasi tidak banyak menghadapi kendala. Bisa diedarkan lewat berbagai cara. Staf administrasi
dapat
Swaracintatersebut
mendistribusikan kepada
seluruh
edisi amilin
terbaru
majalah
(karyawan)
dan
amilat(karyawati). Dengan meletakkannya dibeberapa tempat, seperti di ruang utama, dan ruang pertemuan. Untuk kantor pelayanan dan cabang yang berada di luar kota, bisa dikirim lewat jasa pengiriman barang. Menurut SS. Widodo, untuk proses sirkulasi internal, tidak banyak menghadapi kendala. Namun bila ditujukan untuk publik eksternal dalam upaya pembentukan citra perusahaan. Dompet Dhuafa harus memperhatikan betul kualitas majalah, dan cara agar majalah Swaracinta terbaru sampai ke pembaca dalam hal ini donatur-donatur Dompet Dhuafa, menjaga kondisi majalah agar tidak rusak.65
64 Ashadi Siregar dan Rondang Pasaribu, Bagaimana Mengelola Media KorporasiOrganisasi (Yogyakarta:Kanisius, 2000), h. 168 65 Wawancara pribadi dengan Redaktur Pelaksana Majalah Swaracinta Dompet Dhuafa, SS. Widodo, 15 Agustus
3.
Mengelola Komponen Biaya Salah satu kelebihan penerbitan media korporasi atau organisasi dibanding
media umum adalah tersedianya biaya dan sejumlah sarana kerja pada awal kegiatan penerbitan direncanakan.66 Dalam produksi majalah Swaracinta Dompet Dhuafa pada rubrik Kabar Pemberdayaan komponen biaya sangat diperhatikan dan direncanakan saat rapat redaksi dan perencanaan isi berlangsung. Komponen biaya tersebut diantaranya seperti, biaya kerja redaksi, biaya produksi pencetakan untuk edisi selanjutnya. Menurut Staf Redaksi majalah Swaracinta Dompet Dhuafa, Amirul Hasan untuk komponen alat seperti computer dan laser printer , serta alat tulis, biasanya langsung disediakan untuk menghemat biaya produksi dan memudahkan kegiatan produksi. Lagi pula, majalah Swaracinta juga dibagikan secara cuma-cuma sehingga tidak memerlukan jasa jaringan pemasaran.67 Bagi produksimajalah Swaracinta Dompet Dhuafa,yang menjadi tolok ukur untuk melihat kelayakan penggunaan biaya kerja penerbitan majalah tersebut adalah dilihat dari kualitas media yang dihasilkan. Ini salah satu upaya yang terus dilakukan majalah Swaracinta agar kualitas pemberitaannya tidak dipandang sebelah mata. a. Merencanakan Biaya Kerja Redaksi Biaya kerja redaksi dibicarakan saat rapat redaksi diselenggarakan. Biaya kerja redaksi pada produksi majalah Swaracinta Dompet Dhuafa 66 Ashadi Siregar dan Rondang Pasaribu, Bagaimana Mengelola Media KorporasiOrganisasi (Yogyakarta:Kanisius, 2000), h. 169 67 Wawancara pribadi dengan Staf Redaksi majalah Swaracinta, Amirul Hasan, Kamis 15 Agustus 2013.
pada rubrik Kabar Pemberdayaan direncanakan sesuai dengan kegiatan apa saja yang memerlukan biaya dalam mempersiapkan penerbitan edisi selanjutnya. Seperti yang dikatakan Ashadi Siregar dan Rondang Pasaribu, bagi media korporasi, biaya kerja redaksi tidak mencakup penghasilan jajaran redaksi (baik pengelola maupun reporter dan staf administrasi penerbitan), apabila mereka itu adalah karyawan yang ditugaskan menjalankan penerbitan media korporasi. Jajaran redaksi pada dasarnya sudah memiliki gaji sendiri sebagai karyawan korporasi.68 Demikian halnya dengan tim redaksi majalah Swaracinta, mereka sudah memiliki gaji sendiri sebagai karyawan korporasi. Di luar persoalan imbalan kerja bagi jajaran redaksi, biaya kerja yang dipikirkan mencakup biaya peliputan seperti uang saku (uang transport dan makan), honor penulis lepas, dan sebagainya. Begitu pula sarana untuk membantu proses liputan, seperti alat perekam suara, kamera, memori card, baterai, charger dan sebagainya. b. Merencanakan Biaya Produksi Dalam merencanakan biaya produksi untuk edisi majalah Swaracinta Dompet Dhuafa pada rubrik Kabar Pemberdayaan, komponen pembiayaannya sangat diperhatikan dan dipertimbangkan agar dana yang dialokasikan untuk produksi berjalan mudah.Tersedianya
68
Ashadi Siregar dan Rondang Pasaribu, Bagaimana Mengelola Media KorporasiOrganisasi (Yogyakarta:Kanisius, 2000), h.170
sarana seperti komputer, laser printer, selain memudahkan kegiatan produksi, bertujuan untuk menghemat biaya produksi. 4.
Mengelola Komponen Personel Untuk mengelola media internal, kalangan pengelola (jajaran redaksi)
harus menguasai keterampilan jurnalistik yang mumpuni, yakni keterampilan meliput, menulis, mengedit, dan kemampuan fotografi. Pola kerja wartawan media internal tidak berbeda dengan wartawan pada umumnya. Karenanya, jurnalis media internal pun mesti, menguasai keterampilan jurnalistik, menaati kode etik jurnalistik, dan menguasai bidang liputan atau masalah yang ditulis. Kelemahan mendasar yang selama ini muncul, selain soal keterampilan jurnalistik, adalah penguasaan “bahasa media” (language of mass media), yakni bahasa jurnalistik. Kelemahan dalam hal bahasa jurnalistik selama ini menjadi “jurang pembeda utama” antara media internal dan media komersil. Tulisan di media internal cenderung kaku.
Inilah yang menyebabkan
kecendrungan media internal tampil kurang atau tidak menarik bagi yang membaca.69 Pengelolaan media korporasi atau organisasi tidak mungkin berjalan tanpa dukungan sejumlah personel berpengetahuan dan berkemampuan yang memadai. Demikan pula majalah Swaracinta Dompet Dhuafa berupaya sekali untuk menyediakan dukungan personel yang memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Namun, banyaknya personelmeskipun memiliki kemampuan yang bisa diandalkan, tidak banyak berarti kalau tidak diberi pemerian kerja (job 69
Wawancara pribadi dengan Staf Redaksi majalah Swaracinta, Amirul Hasan, Kamis 15 Agustus 2013.
description) dan tidak disertai pengorganisasian dan mekanisme kerja yang mendukung kelancaran kerja. a. Merumuskan Pemerian Kerja Dalam pelaksanaan seluruh kegiatan produksi berita di media, baik media nasional maupun korporasi,pemerian kerja (job description) merupakan salah satu stategis dimana para tim redaksi dapat mengetahui persis apa yang harus dilakukan dan bagaimana kegiatan itu dikerjakan. Menurut SS. Widodo, pemerian kerja terus didengungkan ketika rapat redaksi, semua itu dilakukan agar para personel terus mengingat akan tugasnya yang akan dijalankan, agar mereka amanah.70 Merumuskan pemerian kerja dalam memulai kegiatan produksi, menjadi salah satu faktor yang juga penting, agar kegiatan produksi tidak terhambat. Masing-masing tim sudah mengetahui tugas yang akan dijalankan, dan seperti apa gambaran pekerjaannya, agar target tercapai sesuai dengan batas waktu dalam menyelesaikan tugas tersebut. b. Merencanakan Tahapan Kerja Dalam memproduksi sebuah berita, butuh cara dan perencanaan yang matang, sehingga kegiatan berjalan sesuai berdasarkan tahapan kerja yang kesemuanya itu akan mempermudah proses produksi penerbitan. Selain itu, pentingnya batas waktu dalam menerbitkan media korporasi terbaru menjadi acuan penting yang benar-benar harus
Wawancara pribadi dengan Redaktur Pelaksana Majalah Swaracinta Dompet Dhuafa, SS. Widodo, 15 Agustus
diperhatikan.Mengingat arus informasi yang begitu tajam, menjadikan setiap media baik korporasi maupun nasional berlomba-lomba untuk menjadi yang pertama dalam menerbitkan informasi. Batas waktu dikenal istilah deadline, yakni batas waktu yang tidak boleh dilanggar. Jika deadline dilanggar, pencetakan telambat. Akibatnya suratkabar atau media terlambat sampai ke tangan pembaca.
Selanjutnya dalam setiap produksi, ada beberapa proses atau tahapan yang harus dilalui
yang juga
mengacu pada empat komponen mengelola media
korporasi dan organisasi yang berkualitas sebelum berita dapat disiarkan yaitu praproduksi, produksi, dan pascaproduksi. seperti halnya produksi berita pada sebuah media lainnya, berita majalah Swaracinta Dompet Dhuafa pada rubrik Kabar Pemberdayaan juga melewati beberapa tahapan proses produksi beritanya. Mulai dari bagaimana materi berita diperoleh, hingga materi berita yang siap disiarkan dan cetak. 4.
Praproduksi Tahapan ini merupakan proses awal dari seluruh kegiatan produksi, karena
itu tahapan ini merupakan tahapan planning production. Dalam praproduksi, komponen keredaksian, komponen biaya dan sarana serta komponen personel merupakan bagian dari tahapan ini. Namun pada komponen keredaksian yang mencakup hanya kegiatan perencanaan isi. Sedangkan komponen personel dan komponen biaya dan sarana merupakan bagian kegiatan perencanaan isi. Adapun beberapa tahapan perencanaan isi yaitu;
a. Penemuan Ide Tahapan ini dimulai ketika seorang pemimpin redaksi menemukan ide atau gagasan, tema apa yang akan diangkat, untuk edisi selanjutnya. Biasanya dilakukan dalam rapat redaksi. Pada rapat redaksi majalah Swaracinta, awal mula rapat membahas tema apa yang akan diangkat untuk edisi selanjutnya. Untuk rubrik Kabar Pemberdayaan, yang dibahas adalah agenda kegiatan Dompet Dhuafa dan kegiatan apa saja yang nantinya akan diliput dan dimuat untuk edisi selanjutnya.”71 Namun terkadang, dalam rapat redaksi untuk berita pada rubrik Kabar Pemberdayaan juga dikaitkan dengan isu yang sedang berkembang ditengah masyarakat, baik dalam bidang kesehatan, pendidikan, ekonomi, sosial dan kebencanaan yang semuanya juga ada kepentingan dalam korporasi (Dompet Dhuafa). SS. Widodo mengakui, Dompet Dhuafa memang tidak intensif mengikuti isu yang berkembang, dan itulah upaya yang masih dibenahi, agar menjadi media internal yang berkualitas.72 b. Perencanaan Tahap ini juga dilaksanakan pada saat rapat redaksi berlangsung. Perencanaan tersebut meliputi penetapan jangka waktu kerja (time schedule), merumuskan pemerian kerja (job description) dan personel, mekanisme kerja organisasi, desain, biaya dan sarana.
Wawancara pribadi dengan Redaktur Pelaksana Majalah Swaracinta Dompet Dhuafa, SS. Widodo, 15 Agustus Wawancara pribadi dengan Redaktur Pelaksana Majalah Swaracinta Dompet Dhuafa, SS. Widodo, 15 Agustus
a) Penetapan Jangka Waktu Kerja ( Time Schedule) Dalam rapat redaksi, pemimpin redaksi membahas tentang penetapan jangka waktu kerja atau yang lebih dikenal dengan istilah deadline. Deadline merupakan batas waktu dimana setiap masingmasing personel menyerahkan atau melaporkan hasil tugas yang telah diberikan
kepada
mereka,
seperti
reporter
mengirimkan
hasil
liputannya, agar bisa diolah dan siap sunting.73 Penetapan Jangka waktu merupakan hal yang sangat penting, untuk keberlangsungan informasi. Terlebih, Dompet Dhuafa memiliki kurang lebih 60.000 donatur tetap yang menjadi mitra kerjasama dalam menjalankan program. Menurut SS. Widodo, Dompet Dhuafa akhirakhir ini sering terlambat dalam penerbitan majalah Swaracinta dan mendapat teguran keras baik dari internal (Dompet Dhuafa) maupun eksternal (mitra), dan ini tidak boleh melakukan terjadi lagi.74 b) Merumuskan Pemerian Kerja ( Job Description) dan Personel Dalam rapat redaksi dibahas pula mengenai pemerian kerja ( Job Description ) yang diberikan untuk seluruh personel terhadap tugastugas yang akan dikerjakannya. Job description diberikan kepada masing-masing personel untuk menjalankan produksi
majalah
Swaracinta termasuk pada rubrik Kabar Pemberdayaan ini perlu disusun pemerian tugas (job description) secara jelas. Apa dan 73
Wawancara pribadi dengan redaktur pelaksana majalah Swaracinta, SS Widodo, Selasa 10 September 2013. Wawancara pribadi dengan Redaktur Pelaksana Majalah Swaracinta Dompet Dhuafa, SS. Widodo, 15 Agustus
bagaimana suatu kegiatan dikerjakan pada tahap tertentu, apa target yang harus dicapai, perlu dijabarkan secara rinci. Juga batas waktu untuk menyelesaikan kegiatan tersebut.75 Pemerian kerja sekaligus berfungsi untuk memantau prestasi kerja personel. Dengan demikian, dapat dilihat apakah tugas yang diberikan dapat dikerjakan dengan baik atau tidak.Berikut mekanisme kerja yang dijalankan masing-masing personel untuk proses produksi majalah Swaracinta Dompet Dhuafa pada rubrik Kabar Pemberdayaan. 1.
Top Manager (Pemimpin Umum) Pemimpin umum bertanggung jawab terhadap maju mundurnya perusahaan yang dipimpinnya. Ia mempunyai kekuasaan yang luas, mengambil
kebijaksanaan,
penerbitannya,
dan
menentukan
memperhitungkan
arah rugi
perkembangan dan
laba
dari
perusahaannya. Karena kewenangannya itu, pemimpin umum berhak mengangkat dan memberhentikan karyawan, sesuai dengan yang dibutuhkannya. Secara teknis pemimpin umum menerima laporan dari pemimpin redaksi, pemimpin percetakan, dan pemimpin perusahaan tentang pelaksanaan tugas sehari-hari baik di bidang redaksi, percetakan maupun bidang usaha. Karena wewenang secara keseluruhan ada di tangan pemimpin umum, ia dapat mengambil langkah yang dipandang perlu untuk kegiatan intern maupun ekstern. 75
Wawancara pribadi dengan redaktur pelaksana majalah Swaracinta, SS Widodo, Selasa 10 September 2013.
2.
Pemimpin Redaksi Tugas utama pemimpin redaksi adalah mengendalikan kegiatan keredaksian di perusahaannya yang meliputi penyajian berita, penentuan liputan, pencarian fokus pemberitaan, penentuan topik, pemilihan berita utama, berita pembuka halaman (opening news), menugaskan atau membuat sendiri tajuk dan sebagainya. pendeknya, baik dan buruk isi pemberitaan pada penerbitannya, tergantung dari ketajaman pemimpin redaksi dalam mencari dan memilih materi pemberitaannya.
3.
Sekretaris Redaksi Adalah pembantu pemimpin redaksi dalam hal administrasi keredaksionalan. Misalnya menerima surat-surat dari luar yang menyangkut keredaksionalan, mengirim honor tulisan kepada penulis dari luar, membuatkan surat-surat yang diperlukan oleh pemimpin redaksi. Jika ada surat dari luar baik yang berkaitan dengan peliputan maupun sumbangan tulisan, surat tersebut diteruskan kepada masing-masing bagian. Jika surat itu isinya undangan liputan, tugas sekretaris redaksi meneruskan undangan tersebut kepada redaktur pelaksana. Sekretaris redaksi tidak dibenarkan langsung memberikan undangan tersebut kepada wartawan.76
4. 76
Redaktur Pelaksana
Wawancara pribadi dengan redaktur pelaksana majalah Swaracinta, SS Widodo, Selasa 10 September 2013.
Redaktur pelaksana (managing editor) adalah jabatan yang dibentuk untuk membantu pemimpin redaksi dalam melaksanakan tugas-tugas keredaksionalannya. Dalam pelaksanaan tugas sehari-hari redaktur pelaksana mengatur pelaksanaan tugas sesuai dengan yang digariskan oleh pemimpin redaksi. Dalam keadaan tertentu, redaktur pelaksana bisa membebankan tugas kepada para redaktur halaman (editor) sesuai dengan bidangnya masing-masing. Tanggung jawab redaktur pelaksana adalah langsung kepada pemimpin redaksi.77 5.
Wartawan Wartawan atau reporter adalah seseorang yang bertugas mencari, mengumpulkan, dan mengolah informasi menjadi berita, untuk disiarkan melalui media massa. Jika wartawan itu menyiarkan beritanya melalui penerbitan surat kabar atau majalah, ia disebut sebagai wartawan media cetak.
6.
Koresponden Koresponden (stringer) yang lebih dikenal dengan sebutan wartawan pembantu adalah seseorang yang berdomisili di suatu daerah, diangkat atau ditunjuk oleh suatu penerbitan pers di luar daerah atau luar negeri, untuk menjalankan tugas kewartawanannya, yaitu memberikan laporan secara kontinyu tentang kejadian atau peristiwa yang terjadi di daerahnya.seorang itu bisa berasal dari daerah itu sendiri atau orang lain yang ditugaskan daerah tersebut.
77
Wawancara pribadi dengan redaktur pelaksana majalah Swaracinta, SS Widodo, Selasa 10 September 2013.
c) Desain rubrik Kabar Pemberdayaan Dalam perencanaan isi untuk produksi berita majalah Swaracinta pada rubrik Kabar pemberdayaan seorang layouter (professional desain grafis) mempresentasikan hasil desain majalah yang dibuatnya dalam rapat redaksi. Desain bisa berbentuk rancangan kasar (dummy, semacam prototype), atau masih berbentuk pdf dalam komputer. Rancangan kasar atau dummy tersebut sebagai contoh desain perwajahan untuk edisi selanjutnya. Gambar 1
Desain Perwajahan majalah Swaracinta pada Rubrik Kabar Pemberdayaan Edisi 24. Pdf
Sumber : Tim desain (tata letak) perwajahan Majalah Swaracinta Dompet Dhuafa
d) Biaya dan Sarana Produksi Dalam proses produksi berita majalah Swaracinta Dompet Dhuafa pada rubrik Kabar Pemberdayaan, mengenai komponen biaya dan sarana produksi terbagi menjadi dua kategori, yakni:
1.
Biaya Kerja Redaksi Biaya kerja redaksi pada produksi berita majalah Swaracinta Dompet Dhuafa pada rubrik Kabar Pemberdayaan direncanakan sesuai dengan kegiatan apa saja yang memerlukan biaya dan sarana yang dibutuhkan dalam mempersiapkan penerbitan edisi selanjutnya. Majalah Swaracinta memiliki sebuah tim liputan yang terdiri dari tiga orang reporter dan satu diantaranya merangkap menjadi wartawan foto serta dua penulis lepas. Sedangkan tim kontributor berjumlah tujuh orang dari sejumlah daerah yang ditugaskan. Gambar 2
Tabel rincian biaya kerja redaksi majalah Swaracinta Dompet Dhuafa Tim Liputan 1.
Uang saku/per orang (transpot dan makan) setiap bulannya (reporter dan wartawan foto)
2. Penulis lepas (transport dan makan)/ per liputan. 3. Kontributor (transport dan makan)/ setiap bulannya. Total Biaya
Biaya yang Dikeluarkan @ 3 x Rp.300.000
Sarana 1. 1 buah Kamera DSLR 2. 2 buah Memory card 3. 1 buah alat perekam
Biaya yang Dikeluarkan Rp. 6.000.000 Rp. 300.000 Rp. 450.000
@ 2 x Rp.50.000
(Memiliki sarana sandiri)
Tidak ada
@7 x Rp. 400.000
(Memiliki sarana sendiri)
Tidak ada
Rp 3.800.000
Total Biaya
Rp. 6.750.000
JUMLAH BIAYA Rp.10. 550.000 KESELURUHAN Sumber : Bagian Keuangan Dompet Dhuafa
2.
Biaya produksi Dalam proses produksi majalah Swaracinta Dompet Dhuafa pada rubrik Kabar Pemberdayaan, masalah biaya sangat diperhatikan sekali dalam setiap komponennya agar memudahkan kegiatan produksi. Mulai dari sarana untuk membantu proses produksi seperti komputer, laser printer, kertas kwarto A4, hingga tinta printer. Mengenai biaya cetak, majalah Swaracinta dicetak sebanyak 20.000 ekslemplar setiap bulannya dan pendistribusian majalah Swaracinta Dompet Dhuafa ke 22 lokasi dalam hal ini kantor pelayanan dan cabang Dompet Dhuafa sangat diperhatikan sekali biaya yang dibutuhkan. Gambar 3 Tabel rincian biaya produksi majalah Swaracinta
5 buah tinta print/per bulan
@5 x Rp 45.000
Komponen Produksi Cetak majalah 20.000/eksemplar Biaya pendistribusian dan sirkulasi majalah Swaracinta -
5 dus kertas kwarto A4 Total Biaya
@ 5 x Rp 35.000
-
Komponen Sarana 3 buah komputer
2 buah laser printer
Biaya yang Dikeluarkan (fasilitas sudah dimiliki) (fasilitas sudah dimiliki)
Rp 400.000
Total Biaya
Biaya yang Dikeluarkan Rp 30.000.000 Rp 12.000.000
Rp 42.000.000
JUMLAH Rp. 42.400.000 TOTAL Sumber : Bagian keuangan Dompet Dhuafa
5.
Produksi Pada tahapan produksi, komponen keredaksian dan komponen produksi
dan sirkulasi merupakan bagian dari tahapan ini. Namun pada komponen keredaksian yang mencakup hanya pengumpulan bahan baku informasi (bahan siap sunting dan bahan siap diolah), pengolahan dan penyiapan informasi serta penyuntingan. Sedangkan komponen produksi dan sirkulasi mencakup pracetak yakni mencakup setiap upaya mendesain tata perwajahan media sehingga menarik dipandang. a.
Pengumpulan Bahan Baku Informasi Setelah rapat perencanaan isi selesai, direncanakan dan disiapkan dengan
baik, maka pelaksanaan produksi dimulai. Para tim peliput (reporter dan wartawan foto) yang bertugas bekerja sama serta berkoordinasi dengan redaktur pelaksana dan pemimpin redaksi untuk mewujudkan berbagai hal yang telah direncanakan serta disiapkan sebelumnya. Berita-berita yang disajikan dalam rubrik Kabar Pemberdayaan berbeda dengan berita-berita pada rubrik lainnya dalam majalah Swaracinta Dompet Dhuafa. Pertama, berita yang akan diliput merupakan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh Dompet Dhuafa terkait program-program selama setiap bulannya dan mengangkat isu yang terkait dengan program Dompet Dhuafa. Kedua, materi yang disajikan berupa sekumpulan berita feature yang bertujuan menarik minat para pembaca. Oleh karena itu produksi majalah Swaracinta Dompet Dhuafa pada rubrik Kabar Pemberdayaan yang telah disiapkan secara matang terdiri dari
beberapa bentuk. Pertama, pelaksanaan produksi dalam berita rubrik Kabar Pemberdayaan yaitu melakukan liputan yang telah ditentukan oleh pemimpin redaksi dan redaktur pelaksana. Produksi dimulai pada saat tim liputan (reporter dan wartawan foto) memulai liputan dengan mendatangi lokasi yang telah ditentukan sebagai tempat pelaksanaan kegiatan, karena konsep berita pada rubrik Kabar Pemberdayaan adalah meliput segala kegiatan Dompet Dhuafa, maka liputan pun dilakukan sesuai dengan tempat kegiatan berlangsung. Kedua, produksi juga dilakukan oleh tim liputan (kontributor) liputan yang juga ditugaskan untuk meliput kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan Dompet Dhuafa di luar daerah. Ini dilakukan oleh tim liputan (kontributor) ke berbagai daerah, sesuai yang ditugaskan oleh redaktur pelaksana. Pada saat semua bahan berita diliput, pada saat itulah berlangsung proses produksi berita yang akan diproses lebih lanjut untuk selanjutnya dicetak dan disiarkan. b.
Pengolahan dan Penyiapan Informasi (Penulisan Naskah) Setelah liputan berbagai bahan berita selesai, kemudian para tim liputan
(reporter dan wartawan foto) akan kembali ke kantor redaksi. Di sana, mereka melakukan tugas selanjutnya. Para reporter ditugaskan menuliskan naskah berita sesuai apa yang mereka liput. Sedangkan wartawan foto bertugas mengecek ulang gambar yang telah diambil pada saat liputan untuk kemudian dipilah mana hasil foto yang berkualitas. Reporter menulis naskah berita dari daftar gambar (foto) yang telah diambil dalam liputan oleh wartawan foto. Reporter tidak diperbolehkan
menulis naskah berita dengan melebihkan atau mengurangi informasi. Naskah ditulis sebagaimana fakta yang telah ia peroleh. c.
Penyuntingan atau Editing Setelah penulisan naskah berita selesai, naskah akan diserahkan kepada
editor dan masuk pada tahap penyuntingan. Beberapa hal yang diperhatikan saat menyunting atau editing naskah diantaranya adalah teknik penulisan berita, teknik penulisan berita feature dalam ilmu jurnalistik, pemilihan judul berita, dan seterusnya. Menurut SS. Widodo, yang diperhatikan dalam proses penyuntingan naskah berita ada beberapa hal diantaranya yakni teknik penulisan berita feature sesuai kaidah ilmu jurnalistik, pemilihan judul dan sebagainya. Ini merupakan beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menyajikan sebuah berita agar bisa diterima masyarakat. Meski hanya sebuah media komunitas, majalah Swaracinta berusaha menjadi media komunitas yang baik dan berkualitas dalam menyampaikan informasi ke tengah masyarakat tidak untuk internal saja.78 Setelah proses penyuntingan naskah berita selesai dilakukan oleh editor, naskah berita itu diberikan kepada pemimpin redaksi untuk diperiksa kembali secara keseluruhan. Pemimpin redaksi akan meminta persetujuan kepada pemimpin umum apakah naskah berita yang selesai disunting layak terbit atau tidak.
78
Wawancara pribadi dengan redaktur pelaksana majalah Swaracinta, SS Widodo, Selasa 10 September 2013.
d.
Pracetak (Desain Perwajahan Rubrik Kabar Pemberdayaan) Dalam desain perwajahan yang berkaitan dengan sejumlah unsur yang
didesain haruslah memperlihatkan keseimbangan. Hasil desain yang tidak seimbang mengesankan desain itu sendiri belum selesai, atau didesain tanpa tujuan. Unsur yang didesain berupa teks dan foto selalu ditempatkan pada posisi yang pas. Jika ditempatkan menumpuk, atau pada tempat sembarang, kesan kaku dan tidak seimbang segera mengganggu mata. Teks dan foto harus dipandang sebagai bagian dari unsur yang menampilkan kesan visual dalam penyampaian informasi. Ada beberapa tahapan dalam menata perwajahan dalam rubrik Kabar Pemberdayaan. Berikut beberapa tahapan desain perwajahan dengan menggunakan aplikasi Adobe Indesign CS4 untuk desain perwajahan majalah Swaracinta Dompet Dhuafa pada rubrik Kabar Pemberdayaan. Gambar 4 Tampilan Adobe Indesign cs4
Sumber : Tim desain (tata letak) perwajahan majalah Swaracinta Dompet Dhuafa
1.
Menentukan Bingkai Dalam desain perwajahan majalah Swaracinta Dompet Dhuafa
pada rubrik Kabar Pemberdayaan, hal pertama yang dilakukan adalah menentukan bingkai halaman. Bingkai halaman dibuat agar menimbulkan kesan berbeda bagi pembaca dibanding apabila halaman itu didesain tanpa bingkai. Gambar 5 Menentukan Bingkai untuk Rubrik Kabar Pemberdayaan
Sumber : Tim desain perwajahan majalah Swaracinta Dompet Dhuafa 2.
Penempatan Teks Tahap selanjutnya adalah penempatan teks berita. Dalam tahap ini,
penataan teks berita sangat dipertimbangkan secara menyeluruh.SS. Widodo mengungkapkan, dalam penataan setiap teks atau naskah haruslah sangat jeli dalam menyusun dan menempatkan posisinya agar sesuai dengan desain bingkai yang telah dibuat. Diharapkan penataan teks
membantu pembaca agar tidak kesulitan memilih informasi yang ingin dibaca.79 3.
Penempatan Foto Dalam tahap ini, beberapa foto yang sudah dipilah dan sudah lolos
pada tahap penyuntingan akan masuk pada penempatan foto. Dalam hal ini foto biasanya ditempatkan pada halaman tertentu sebagai unsur pelengkap atau
memperjelas
suatu
tulisan
(naskah
berita).
Foto
dimaksudkanmenampilkan sesuatu yang menarik perhatian dan lebih cepat memikat mata pembaca. Gambar 6 Tata letak desain penempatan foto
Sumber : Tim desain perwajahan majalah Swaracinta Dompet Dhuafa 4.
Menentukan Jumlah Kolom Jumlah ukuran kolom majalah Swaracinta Dompet Dhuafa pada
rubrik Kabar Pemberdayaan biasanya dibagi atas 2-3 kolom. Jumlah kolom yang akan digunakan pada setiap halaman biasanya ditentukan oleh
79
Wawancara pribadi dengan redaktur pelaksana majalah Swaracinta, SS Widodo, Selasa 10 September 2013.
seberapa panjang bagian kalimat yang terdapat pada satu baris di dalam satu kolom. Gambar 7 Menentukan jumlah kolom
Sumber : Tim desain (tata letak) perwajahan majalah Swaracinta Dompet Dhuafa 5.
Memilih jenis Huruf Penataan teks sangat dipengaruhi oleh pilihan huruf yang dipakai,
bagaimana jarak antarhuruf diatur, serta bagaimana ditetapkan jarak antarbaris yang memuat huruf sebagai unsur terkecil suatu tulisan. Demikian pula dalam pemilihan jenis huruf yang digunakan dalam rubrik Kabar Pemberdayaan. Untuk judul berita, Dipilih jenis huruf Klavika Bold. Sedangkan dalam pemilihan jenis huruf untuk isi naskah berita, dipilh jenis huruf Annivers. Seperti yang diungkapkan Ashadi Siregar dan Rondang Pasaribu hal penting untuk dipertimbangkan dalam pemilihan huruf adalah legibility dan readability. Legibility berarti huruf yang digunakan mudah dikenali
mata pembaca. berarti huruf yang digunakan selain mudah terbaca, juga mempermudah
pembaca
menangkap
makna
informasi
yang
disampaikan.Adapun readability berarti huruf yang digunakan selain mudah terbaca, juga mempermudah pembaca menangkap makna informasi yang disampaikan.80 Dengan demikian, jenis huruf Klavika Bold dijadikan pilihan tim layout majalah Swaracinta Dompet Dhuafa pada rubrik Kabar Pemberdayaan, dengan tujuan untuk menarik dan memudahkan pembaca dalam mencari informasi. Gambar 8 Menentukan pemilihan jenis huruf
Sumber : Tim desain perwajahan majalah Swaracinta Dompet Dhuafa 6.
Memilih Ukuran Huruf Suatu tulisan mudah atau sulit dibaca tergantung pada ukuran huruf
yang terpilih. Ukuran huruf (point size) dalam rubrik Kabar Pemberdayaan sangat diperhatikan pemilihannya, karena menyangkut kenyamanan membaca isi tulisan. Untuk isi tulisan berita rubrik Kabar Pemberdayaan Ashadi Siregar dan Rondang Pasaribu, Bagaimana Mengelola Media KorporasiOrganisasi (Yogyakarta:Kanisius, 2000), h. 130
memilih ukuran huruf 10 poin. Ukuran huruf yang lebih besar 14 poin digunakan untuk judul, subjudul, atau nama suatu rubrik. Sedangkan untuk Judul berita ukurannya berkisar antara 23-24 poin. Gambar 9 Menentukan Ukuran Huruf
Sumber : Tim desain (tata letak) perwajahan majalah Swaracinta Dompet Dhuafa 7.
Penempatan Identitas Halaman Setiap halaman media cetak biasanya memiliki identitas seperti
nama media, nomor edisi, nama rubrik, nomor halaman, dan sebagainya. identitas tersebut ditempatkan di luar bingkai. Bisa disebelah kiri, tengah, atau kanan bagian bawah. Demikian pula majalah Swaracinta Dompet Dhuafa pada rubrik Kabar Pemberdayaan. Pencantuman identitas halaman dimaksudkan untuk mempermudah pembaca menemukan informasi yang dicari. Pentingnya setiap halaman memiliki identitas sangat terasa ketika terdapat sejumlah tulisan yang bersambung atau sejumlah tulisan yang ditempatkan pada halaman
berbeda sebenarnya merupakan serangkaian tulisan dengan topik yang berkaitan. Gambar 10 Penempatan identitas nama rubrik
Nama Rubrik
Penempatan identitas halaman (nama media, nomor terbitan, waktu terbit)
Gambar 11 Nama Media (Swaracinta) Nomor terbitan (23) waktu terbit (Tahun II/FebruariMaret 2013) Sumber gambar 10 dan 11: Tim desain (tata letak) perwajahan majalah Swaracinta Dompet Dhuafa
Gambar 12 Tampilan Keseluruhan Rubrik Kabar Pemperdayaan
Sumber : Tim desain (tata letak) perwajahan majalah Swaracinta Dompet Dhuafa 6.
Pascaproduksi Tahap ini adalah tahap terakhir dalam proses produksi. Tahap ini meliputi; a.
Pencetakan Pada tahap ini, proses pencetakan majalah Swaracinta Dompet Dhuafa dipercayakan ke sebuah perusahaan percetakan terbesar yakni PT. Printer Indonesia. Ini menjadi pertimbangan yang sangat efisien, dikarenakan Dompet Dhuafa belum memiliki mesin percetakan sendiri. Menurut Manajer Sirkulasi majalah SwaracintaDompet Dhuafa Shofa Q, Dompet Dhuafa mencetak majalah Swaracinta sebanyak 20.000 eksemplar setiap bulannya dan mencari perusahaan percetakan yang terbaik, dan akhirnya Dompet Dhuafa mempercayakan kepada PT.
Printer Indonesia. Prosesnya sangat mudah, hanya memberikan hasil final dummy (rancangan kasar) yang sudah memuat desain terbaik yang sudah disetujui oleh keseluruhan pihak, lalu diserahkandummy tersebut kepada PT. Printer Indonesia untuk dicetak.81 Dompet Dhuafa berfikir, selama belum ada kebutuhan atas bahan cetakan dalam jumlah oplah yang besar, memberi order pencetakan ke perusahaan percetakan pasti jauh lebih murah dan efisien. Jadi Dompet Dhuafa memilih tidak merasa perlu membeli mesin tersebut.82 Dalam Majalah Swaracinta sendiri, kertas yang digunakan berukuran Kwarto atau sedikit lebih besar. Jumlah halaman majalah Swaracinta sekitar 68 halaman. Untuk rubrik Kabar Pemberdayaan, halaman majalah biasanya dibagi 2-4 kolom. Berita yang dimuat bisa mencapai 2-4 tulisan, yang ditulis dengan pola penulisan berita feature (berita khas atau karangan khas). b.
Sirkulasi Dalam proses sirkulasi majalah Swaracinta Dompet Dhuafa tidak yang ditujukan bagi publik internal, masalah sirkulasi tidak banyak menghadapi kendala. Media korporasi tersebut bisa diedarkan lewat berbagai cara. Staf administrasi dapat mendistribusikan edisi terbaru media korporasi kepada seluruh amilin dan amilat (karyawan). Dengan menaruhnya di tempat khusus, seperti di ruang utama, di ruang
81 Wawancara pribadi dengan manager sirkulasi majalah Swaracinta, Shofa Q, Selasa 10 September 2013. 82 Wawancara pribadi dengan manager sirkulasi majalah Swaracinta, Shofa Q, Selasa 10 September 2013.
pertemuan karyawan, dan setiap staf bisa mengambil satu eksemplar. Untuk staf yang berada di luar kota, bisa dikirim melalui jasa pengiriman barang. Lain halnya bila media korporasi ditujukan untuk publik eksternal dalam hal ini mita-mitra (donatur) Dompet Dhuafa. dalam upaya pembentukan citra perusahaan. Dompet Dhuafa berusaha menyampaikan edisi terbaru majalah Swaracinta untuk sampai ke pembaca dengan sebaik-baiknya. Majalah tersebut dijaga tidak hanya kualitas isi, namun juga keadaan supaya dalam kondisi tidak sobek dan rusak. Karena itu salah satu bentuk pertanggungjawaban Dompet Dhuafa terhadap para mitranya. Setelah dua puluh ribu eksemplar majalah Swaracinta selesai, sekitar seratus eksemplar untuk disebarkan di Head Office-nya Dompet Dhuafa, untuk dibagikan ke seluruh amilin dan amilat, serta dibagikan kepada donatur yang berkunjung. Lalu selebihnya dipaketkan di kantor pelayanan dan cabang Dompet Dhuafa untuk dibagikan oleh seluruh amilin dan amilat, serta donatur yang berkunjung, juga mitra perusahaan dan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Dompet Dhuafa.83 Tidak hanya dikantor pelayanan dan cabang Dompet Dhuafa saja majalah Swaracinta ini disebarkan, namun juga disebarkan dibeberapa titik jejaring Dompet Dhuafa seperti Klinik LKC (Layanan Kesehatan Cuma-cuma), 83
RST
(Rumah
Sehat
Terpadu),
DMC
(Disaster
Wawancara pribadi dengan manager sirkulasi majalah Swaracinta, Shofa Q, Selasa 10 September 2013.
Management Center), LPM (Lembaga Pelayanan Masyarakat), dan jejaring Dompet Dhuafa lainnya jika masih terdapat sisa majalah. Pencapaian Target Produksi Majalah Swaracinta Dompet Dhuafa pada
B.
Rubrik Kabar Pemberdayaan Majalah Swaracinta Dompet Dhuafa pada rubrik Kabar Pemberdayaan memiliki beberapa pencapaian target setiap bulannya. Khusus untuk rubrik Kabar Pemberdayaan, tentunya ada beberapa pencapaian target yang diharapkan, diantaranya sebagai berikut. 1.
Menjadi Media Informasi Komunitas yang informatif Materi publikasi (tulisan dan foto) disebut berfungsi informatif apabila materi itu menambah pengetahuan baru bagi pembaca. Pengetahuan baru tersebut dengan demikian mengurangi ketidaktahuan atau ketidakjelasan mengenai suatu masalah yang telah, sedang, atau akan terjadi. SS. Widodo mengharapkan dengan adanya rubrik Kabar Pemberdayaan pada majalah Swaracinta Dompet Dhuafa, menjadikan informasi yang ada didalamnya sebagai penambah pengetahuan dan bisa mengenal lebih jauh mengenai apa saja kegiatan yang dilakukan Dompet Dhuafa setiap bulannya.84 Dengan hadirnya majalah Swaracinta Dompet Dhuafa serta informasi yang disampaikan dalam rubrik Kabar Pemberdayaan menjadikan media komunitas yang bersifat informatif yang dapat
84
Wawancara pribadi dengan redaktur pelaksana majalah Swaracinta, SS Widodo, Selasa 10 September 2013.
dinikmati tidak hanya dalam kalangan internal melainkan seluruh masyarakat. 2.
Menjadi Media Korporasi yang Edukatif Materi publikasi berfungsi edukatif apabila informasi itu memperkenalkan kepada pembaca tentang cara baru untuk melakukan suatu kegiatan atau cara baru untuk mengatasi suatu masalah. Cara baru yang dipaparkan bisa berupa konsep, bisa pula berupa petunjuk praktis. Cara baru yang diperkenalkan itu dengan demikian memperkaya khazanah keterampilan yang telah dimiliki pembaca dalam melakukan suatu
kegiatan
atau
mengatasi
suatu
persoalan.
SS.
Widodo
mengungkapkan Dompet Dhuafa ingin majalah Swaracinta pada rubrik Kabar Pemberdayaan ini menghasilkan berita-berita yang bermanfaat dan membawa pesan edukatif juga bagi pembaca. Semisal, dalam rubrik Kabar Pemberdayaan terdapat informasi mengenai simulasi tanggap bencana atau pemberdayaan masyarakat kurang mampu. Nah, dari berita tersebut para pembaca secara tidak langsung dapat menerima pembelajaran yang edukatif seperti mendapatkan cara dalam simulasi tanggap bencana dan juga solusi dan strategi dalam memberdayakan masyarakat dhuafa.85
85
Wawancara pribadi dengan redaktur pelaksana majalah Swaracinta, SS Widodo, Selasa 10 September 2013.
BAB V PENUTUP
A.
Kesimpulan 1. Proses produksi berita majalah Swaracinta Dompet Dhuafa pada rubrik Kabar Pemberdayaan memiliki tiga tahapan yakni, praproduksi, proses produksi, dan pascaproduksi. Namun, yang menjadi perhatian tersendiri adalah, proses produksi berita media internal atau korporasi tersebut, dalam praktiknya majalah Swaracinta Dompet Dhuafa menerapkan empat komponen dalam menciptakan media korporasi-organisasi yang berkualitas, yaitu komponen keredaksian, komponen produksi dan sirkulasi, komponen biaya dan sarana, serta komponen personel. Sehingga, meski hanya sekedar media internal, berita majalah Swaracinta Dompet Dhuafa pada rubrik Kabar Pemberdayaan pada penulisan beritanya juga berusaha memperhatikan sesuai penulisan berita feature, dan bisa dinikmati baik dalam lingkup internal maupun eksternal. Selain itu, 20.000 eksemplar majalah tersebut juga merupakan bentuk pertanggungjawaban Dompet Dhuafa terhadap para mitra (donatur). Namun, dalam masalah ketepatan waktu dalam menerbitkan, Majalah Swaracinta pernah mengalami keterlambatan. Juga dalam pengangkatan isu terkini sebagai referensi berita dalam rubrik Kabar Pemberdayaan, belum sepenuhnya intens dijalankan.
2. Majalah Swaracinta Dompet Dhuafa pada rubrik Kabar Pemberdayaan memiliki beberapa pencapaian target yang diharapkan setiap bulannya. Pertama, menjadi media informasi komunitas yang informatif. Materi publikasi (apakah dalam format tulisan, foto) disebut berfungsi informatif apabila materi itu menambah pengetahuan baru bagi pembaca. Kedua, menjadi media korporasi yang edukatif. Materi publikasi berfungsi edukatif apabila informasi itu memperkenalkan kepada pembaca tentang cara baru untuk melakukan suatu kegiatan atau cara baru untuk mengatasi suatu masalah. B.
Saran 1.
Dalam proses produksi
berita majalah Swaracinta yang meliputi
komponen keredaksian, setiap bulannya hendaknya sesuai dengan deadline (batas waktu) yang ditetapkan korporasi, agar tidak terlambat ke tangan pembaca. 2.
Agar mencapai target pencapaian yang diharapkan yakni menjadi media informasi yang informatif dan edukatif, Dompet Dhuafa dalam programnya hendaknya mengikuti isu yang berkembang di tengah masyarakat baik di bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, maupun sosial.
Daftar Pustaka A. Buku Ardianto, Elvinaro. Dasar-dasar Komunikasi Massa. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007. Barus, Sedia Willing. Jurnalistik Petunjuk Teknis Menulis Berita. Jakarta: Erlangga, 2010. Bland, Michael, Alison Theaker dan David Wragg. Hubungan Media yang Efektif. Jakarta: Erlangga, 2001. Bungin, Burhan. Sosiologi Komunikasi. Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi Di Masyarakat. Jakarta: Kencana Media Group, 2007. Djuroto, Totok. Manajemen Penerbitan Pers. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000. Jumroni dan Suhaimi. Metode-metode Penelitian Komunikasi. Ciputat: UIN Jakarta Press, 2006. Lexy, J Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002. Mondry, M.Sos. Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik. Bogor: Ghalia Indonesia, 2008. Nurudin. Sistem Komunikasi Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers, 2004 Rakhmat, Jalaluddin. 2005.
Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya,
Santoso, Edi dan Setiansah, Mite. Teori Komunikasi. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010. Siregar, Ashadi dan Pasaribu, Rondang. Bagaimana Mengelola Media KorporasiOrganisasi. Yogyakarta: Kanisius, 2000. Siregar, Ashadi. dkk. Bagaimana Meliput dan Menulis Berita untuk Media Massa. Yogyakarta: Kanisius, 1998. Sumadiria, Haris, AS. Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis Jurnalis Profesional. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2005. Tanjung, M. Azrul. Budaya Bisnis Menuju Kebangkitan Ekonomi Ummat. Jakarta: Dewan Pimpinan MUI Pusat, 2012. Wahyudi, J.B. Teknologi Informasi dan Produksi Citra Bergerak. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1992.
B. Internet www.dompetdhuafa.org (diakses 20 Februari 2013) Company profile Dompet Dhuafa (diakses 19 Juli 2013) C. Hasil Wawancara Wawancara pribadi dengan Redaktur Pelaksana majalah Swaracinta, SS Widodo, Kamis 18 Juli 2013. Wawancara pribadi dengan Pemimpin Redaksi majalah Swaracinta, Ahmad Juwaini, Kamis 24 Juli 2013. Wawancara pribadi dengan Staf Redaksi majalah Swaracinta, Amirul Hasan, Kamis 24 Juli 2013. Wawancara pribadi dengan Redaktur Pelaksana Majalah Swaracinta Dompet Dhuafa, SS. Widodo, 15 Agustus 2013. Wawancara pribadi dengan Staf Redaksi majalah Swaracinta, Amirul Hasan, Kamis 15 Agustus 2013. Wawancara pribadi dengan redaktur pelaksana majalah Swaracinta, SS Widodo, Selasa 10 September 2013. Wawancara pribadi dengan manager sirkulasi majalah Swaracinta, Shofa Q, Selasa 10 September 2013.
Lampiran Transkip Wawancara 1. Awalnya,
siapakah
yang
memiliki
gagasan
atau
ide
untuk
memproduksi majalah Swaracinta (lahirnya majalah Swaracinta) dan menghadirkan rubrik Kabar Pemberdayaan? Awal tahun 2011 merupakan tahun pertama majalah Swaracinta diterbitkan. Tepat pada 01 Januari 2011. Majalah Swaracinta dicetuskan oleh Parni Hadi selaku Dewan Pembina Dompet Dhuafa. Sebelum majalah Swaracinta muncul, Dompet dhuafa memiliki media dalam bentuk cetak lainnya bernama Masa Kini. Namun setelah 4 tahun berjalan, Parni Hadi yang kini juga menjabat melakukan
perombakan
media
pemimpin umum majalah Swaracinta, untuk
Dompet
Dhuafa.selanjutnya
mengenai rubrik Kabar Pemberdayaan yang hadir untuk melengkapi majalah Swaracinta. Rubrik Kabar Pemberdayaan sendiri menyajikan berita atau informasi mengenai kegiatan atau program-program apa saja yang dilaksanakan oleh Dompet Dhuafa. 2. Apa yang melatarbelakangi perombakan media untuk Dompet Dhuafa? Yang melatarbelakangi diadakannya perubahan tersebut adalah content (isi) dari Masa Kini hanyalah untuk kalangan internal saja. semua yang dibahas 80% tentang Dompet Dhuafa. Kita menginginkan media internal Dompet Dhuafa tidak hanya bisa dinikmati oleh kalangan internal saja, tapi juga bisa dinikmati masyarakat umum.Nama
Swaracinta sudah terinspirasi pada tahun 2010, namun baru bisa diterbitkan pada awal 2011. Swaracinta berarti voice of love dan kita ingin media internal ini membawa pesan cinta yakni menebarkan pesan peduli, cinta kepada kaum dhuafa, cinta kepada sesama manusia dan hamba Allah dan tentunya bisa diterima masyarakat luas. 3. Apa tujuan diproduksinya majalah Swaracinta? Tujuan diproduksinya majalah Swaracinta yakni akan mencoba berpartisipasi meniupkan energi positif lewat tulisan-tulisan yang akan memberikan inspirasi, motivasi, dan mencerahkan. Bukan hal yang mudah juga untuk menyajikan tulisan semacam itu, tapi kami akan berusaha untuk memberikan yang terbaik dalam menebarkan energi positif Harapannya, bisa memberikan manfaat yang lebih besar kepada para pembaca semuanya. 4. Termasuk kedalam jenis berita apakah semua informasi yang disajikan dalam rubrik Kabar Pemberdayaan? Informasi yang disajikan dalam rubrik Kabar Pemberdayaan disajikan dalam bentuk berita berjenis feature (berita khas/kisah). Dalam setiap berita pada rubrik Kabar Pemberdayaan, kami mencoba menulis sesuai dengan kaidah ilmu jurnalistik dalam penulisan feature, meski hanya sekedar media internal dalam korporasi (Dompet Dhuafa), tapi kami mencoba untuk membuat berita-berita dalam rubrik Kabar Pemberdayaan menjadi media yang berkualitas, yang dapat diterima oleh seluruh kalangan baik di internal maupun eksternal.
5. Selama memproduksi majalah Swaracinta Dompet Dhuafa pada rubrik Kabar Pemberdayaan, apakah ada hambatan tersendiri? Baik dari segi pra produksi, proses produksi, dan pasca produksi? Dalam proses produksi majalah Swaracinta dalam rubrik Kabar Pemberdayaan kami tidak mengalami banyak hambatan. Mungkin ada beberapa faktor saja yang menyebabkan adanya hambatan itu hadir, seperti keterlambatan reporter dalam menyerahkan hasil tulisan, perencanaan isi yang kurang maksimal perencanaannya, dan lain sebagainya yang kesemuanya itu jika dibiarkan akan benar-benar menjadi faktor penghambat dalam proses produksi tersebut. Dan ini harus dihindari, agar proses produksi berjalan lancar dan sempurna.
Ciputat, 23 Oktober 2013
(Amirul Hasan) Corsec Dompet Dhuafa
Lampiran Transkip Wawancara 1. Bagaimana proses produksi majalah Swaracinta Dompet Dhuafa? Sama seperti proses produksi media cetak lainnya, namun dalam memproduksi media korporasi atau internal menurut kami memang lebih dipikirkan
secara
matang,
untuk
menghasilkan
informasi
yang
berkualitas. Ada tahapan, pra produksi, proses produksi, dan pasca produksi. Penemuan ide Tahapan ini dimulai ketika seorang Pemimpin Redaksi menemukan ide atau gagasan, tema apa yang akan diangkat, untuk edisi selanjutnya. Biasanya dilakukan dalam rapat redaksi. Selanjutnya adalah perencanaan. Tahap ini juga dilaksanakan pada saat rapat redaksi berlangsung. Perencanaan tersebut meliputi penetapan jangka waktu kerja (time schedule), merumuskan pemerian kerja (job description) dan personel, mekanisme kerja organisasi, desain, biaya, sarana. Pada tahapan produksi, komponen keredaksian dan komponen produksi dan sirkulasi merupakan bagian dari tahapan ini. Namun pada komponen keredaksian yang mencakup hanya pengumpulan bahan baku informasi (Liputan), pengolahan
dan penyiapan informasi serta
penyuntingan. Sedangkan komponen produksi dan sirkulasi mencakup pracetak yakni mencakup setiap upaya mendesain tampilan visual media sehingga menarik dipandang. Tahap terakhir adalah pasca produksi, pada
bagian ini adalah tahap pencetakan majalah Swaracinta Dompet Dhuafa dan proses sirkulasinya. Pada tahap ini, proses pencetakan majalah Swaracinta Dompet Dhuafa dipercayakan ke sebuah perusahaan percetakan terbesar yakni PT. Printer Indonesia. Ini menjadi pertimbangan yang sangat efisien, dikarenakan Dompet Dhuafa belum memiliki mesin percetakan sendiri sebanyak 20.000 eksemplar setiap bulannya. Dalam proses sirkulasi majalah Swaracinta Dompet Dhuafa tidak yang ditujukan bagi publik internal, masalah sirkulasi tidak banyak menghadapi kendala. Media korporasi tersebut bisa diedarkan lewat berbagai cara. Staf administrasi dapat mendistribusikan edisi mutakhir media korporasi kepada seluruh karyawan. Dengan menaruhnya di tempat khusus, seperti di ruang utama, di ruang pertemuan karyawan, dan setiap staf bisa mengambil satu eksemplar. Untuk staf yang berada di luar kota, bisa dikirim melalui jasa pengiriman barang. 2. Bagaimana pencapaian target produksi majalah Swaracinta Dompet Dhuafa pada rubrik Kabar Pemberdayaan? Majalah Swaracinta Dompet Dhuafa pada rubrik Kabar Pemberdayaan memiliki beberapa pencapaian target setiap bulannya. Khusus untuk rubrik Kabar Pemberdayaan, tentunya ada beberapa pencapaian target yang diharapkan. Pertama, menjadi media informasi komunitas yang informatife. Maksudnya, Materi publikasi (apakah dalam format tulisan, foto) disebut berfungsi informatif apabila materi itu
menambah pengetahuan baru bagi pembaca. Pengetahuan baru tersebut dengan demikian mengurangi ketidaktahuan atau ketidakjelasan mengenai suatu masalah yang telah, sedang, atau akan terjadi. Dengan hadirnya majalah Swaracinta Dompet Dhuafa serta informasi yang disampaikan dalam rubrik Kabar Pemberdayaan menjadikan media komunitas yang bersifat informatif yang dapat dinikmati tidak hanya dalam kalangan internal melainkan seluruh masyarakat. Kedua, menjadi media korporasi yang edukatif. Materi publikasi berfungsi edukatif apabila informasi itu memperkenalkan kepada pembaca tentang cara baru untuk melakukan suatu kegiatan atau cara baru untuk mengatasi suatu masalah. Cara baru yang dipaparkan bisa berupa konsep, bisa pula berupa petunjuk praktis. Cara baru yang diperkenalkan itu dengan demikian memperkaya khazanah keterampilan yang telah dimiliki pembaca dalam melakukan suatu kegiatan atau mengatasi suatu persoalan. 3. Harapan Anda untuk majalah Swaracinta Dompet Dhuafa kedepan? Dengan hadirnya majalah Swaracinta Dompet Dhuafa serta informasi yang disampaikan dalam rubrik Kabar Pemberdayaan menjadikan media komunitas yang bersifat informatif dan edukatif yang dapat dinikmati tidak hanya dalam kalangan internal melainkan seluruh masyarakat. Kami ingin, majalah Swaracinta pada rubrik Kabar Pemberdayaan ini menghasilkan berita-berita yang bermanfaat dan membawa pesan edukatif juga bagi pembaca. Semisal, dalam rubrik Kabar Pemberdayaan
terdapat
informasi
mengenai
simulasi
tanggap
bencana
atau
pemberdayaan masyarakat kurang mampu. Nah, dari berita tersebut para pembaca secara tidak langsung dapat menerima pembelajaran yang edukatif seperti mendapatkan cara dalam simulasi tanggap bencana dan juga solusi dan strategi dalam memberdayakan masyarakat dhuafa.
Ciputat, 23 Oktober 2013
(Sugeng Sri Widodo)
Lampiran Foto
Penulis bersama Sugeng Sri Widodo (Redaktur Pelaksana) Majalah Swaracinta Dompet Dhuafa
Redaktur Pelaksana Majalah Swaracinta Dompet Dhuafa (Sugeng Sri Widodo) saat pengeditan naskah berita Rubrik Kabar Pemberdayaan
Seluruh jajaran Redaksi majalah Swaracinta Dompet Dhuafa saat menggelar rapat redaksi terkait berita pada Rubrik Kabar Pemberdayaan