Vol. 05 / No. 03 / Agustus 2014
Analisis Konjungsi dalam Wacana Berita pada Rubrik Sariwarta di Majalah Panjebar Semangat Edisi Januari-Desember 2013 Oleh: Nur Widiawati Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa
[email protected] Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) jenis konjungsi yang digunakan dalam wacana berita pada majalah Panjebar Semangat edisi Januari-Desember 2013, (2) makna dan bentuk konjungsi yang digunakan dalam wacana berita pada majalah Panjebar Semangat edisi Januari-Desember 2013. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini wacana berita (rubrik sariwarta) di majalah Panjebar Semangat edisi Januari-Desember 2013. Objek penelitian ini konjungsi yang terdapat dalam wacana berita (rubrik sariwarta). Instrumen yang digunakan adalah peneliti sendiri dilengkapi dengan instrumen pendukung seperti kertas pencatat data (tabel), alat tulis dan buku yang relevan. Teknik keabsahan data menggunakan triangulasi metode, sumber, pengamat, dan teori. Teknik pengumpulan data yang digunakan teknik simak, catat dan pustaka. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis data deskriptif. Teknik penyajian data menggunakan metode penyajian informal. Hasil penelitian ini yaitu: (1) jenis konjungsi yang digunakan dalam wacana berita di majalah Panjebar Semangat meliputi 2 jenis konjungsi yaitu: (a) konjungsi intrakalimat: konjungsi koordinatif dan konjungsi subordinatif, (b) konjungsi antarkalimat. (2) makna dan bentuk konjungsi yang digunakan dalam wacana berita di majalah Panjebar Semangat yaitu (a) penjumlahan: lan (dan), sarta (serta); (b) pengarep-arep (harapan): supaya (supaya); (c) pemilihan: utawa (atau); (d) kosok balen (kebalikannya): nanging (tetapi), ewasemana (meskipun demikian); (e) titi mangsa (waktu): nalika (ketika), wiwit (mulai), sawise (sesudah), sadurunge (sebelum); (f) sebab dan akibat: awit (karena), jalaran (karena), merga (sebab), sebab (sebab); (g) janggelaning tindak (syarat): menawa (jika), yen (jika), upama (umpama); (h) kesimpulan: mula (maka); (i) sebab: sebab (sebab); (j) waktu: sadurunge (sebelumnya), sawise (sesudahnya); (k) menegaskan: apamaneh (apalagi). Kata kunci: wacana berita, kohesi, konjungsi
Pendahuluan Sepanjang hidup manusia hampir tidak pernah terlepas dari peristiwa komunikasi. Secara garis besar sarana komunikasi verbal dibedakan menjadi dua macam, yaitu sarana komunikasi berupa bahasa lisan dan sarana komunikasi berupa bahasa tulis. Dengan demikian wacana atau tuturan pun dibagi menjadi dua macam yaitu wacana lisan dan wacana tulis. Wacana sebagai dasar dalam pemahaman teks sangat diperlukan oleh masyarakat bahasa dalam komunikasi dengan informasi yang utuh. Wacana baik lisan maupun tulis memerlukan kohesi dan koherensi, kohesi diperlukan untuk menata pikiran, bentuk kata, serta kalimat yang tepat dan baik. Kesinambungan satu kalimat dengan kalimat lain, satu paragraf dengan paragraf lain,
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
124
Vol. 05 / No. 03 / Agustus 2014
dan satu bab dengan bab yang lain perlu diperhatikan agar semua dapat dipahami dengan jelas. Kohesi, sebagai jenis formal bahasa dalam wacana organisasi sintaktik, merupakan wadah kalimat-kalimat disusun secara padu dan padat untuk menghasilkan tuturan. Untuk memperoleh wacana yang baik dan utuh, maka kalimat-kalimatnya harus kohesif. Kohesi wacana terbagi ke dalam dua jenis yaitu kohesi gramatikal dan kohesi leksikal. Salah satu piranti kohesi gramatikal yang lazim digunakan dalam wacana adalah konjungsi. Chaer (2009: 81) mendefinisikan konjungsi adalah kategori yang menghubungkan kata dengan kata, klausa dengan klausa, atau kalimat dengan kalimat, bisa juga antara paragraf dengan paragraf. Salah satu bentuk wacana tulis yang berasal dari media, seperti surat kabar ataupun majalah dapat dikaji, baik dari segi gramatikalnya maupun dari segi konteksnya. Salah satu bentuk wacana yang berasal dari media massa adalah berita. Berita merupakan laporan tentang suatu kejadian yang baru atau keterangan yang terbaru tentang peristiwa. Berita ada yang disampaikan secara lisan dan tulisan. Berita sebagai wacana tulis mempunyai keterkaitan rangkaian antarkalimat secara gramatikal, salah satu jenis kohesi gramatikal yaitu konjungsi (kata penghubung). Berita sebagai wacana tulis terdapat pada media massa salah satunya adalah majalah Panjebar Semangat dalam rubrik Sariwarta. Berdasarkan uraian di atas dapat dijadikan latar belakang pemilihan judul “Analisis Konjungsi dalam Wacana Berita pada Rubrik Sariwarta di Majalah Panjebar Semangat Edisi Januari-Desember 2013”. Penelitian skripsi ini difokuskan pada jenis konjungsi, makna konjungsi, dan bentuk konjungsi. Konjungsi atau kata penghubung pada rubrik Sariwarta ini patut diteliti karena pada rubrik Sariwarta banyak ditemukan variasi penggunaan jenis konjungsi, makna dan bentuk konjungsi. Kata hubung/ konjungsi digunakan dalam berbahasa sebagai penyambung kata, frasa, klausa, dan kalimat untuk memperlancar komunikasi. Tanpa konjungsi, komunikasi akan terputusputus dan tidak mengalir dengan lancar sehingga dapat menimbulkan hambatanhambatan dalam berkomunikasi. Berdasarkan latar belakang itulah perlu dilakukan penelitan tentang konjungsi wacana berita pada majalah Panjebar Semangat.
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
125
Vol. 05 / No. 03 / Agustus 2014
Metode Penelitian Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif merupakan penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan suatu keadaan atau fenomena apa adanya dengan menggunakan kata-kata tanpa adanya prosedur statistika yang dilakukan oleh peneliti dengan pengumpulan data secara ilmiah atau alamiah. Subjek
penelitian ini diperoleh dari wacana berita (rubrik
sariwarta) di majalah Panjebar Semangat edisi Januari-Desember 2013. Objek penelitian ini adalah konjungsi (kata penghubung) yang terdapat dalam wacana berita (rubrik sariwarta). Teknik pengumpulan data menggunakan teknik simak, catat, dan pustaka. Instrumen utama adalah peneliti serta instrumen penunjang lainnya seperti adanya kertas pencatat data (berupa tabel), alat tulis dan buku-buku yang relevan yang ada hubungannya dengan analisis konjungsi. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis data deskriptif. Selanjutnya teknik penyajian hasil analisis data menggunakan teknik informal. Penyajian hasil analisis data secara informal adalah penyajian hasil analisis data dengan menggunakan kata-kata yang biasa (Sudaryanto 1993:145).
Hasil Penelitian 1. Jenis konjungsi atau kata penghubung yang terdapat dalam wacana berita (rubrik sariwarta) pada majalah Panjebar Semangat edisi Januari-Desember 2013 mencakup dua jenis konjungsi yaitu sebagai berikut. a. Konjungsi Intrakalimat Konjungsi intrakalimat adalah konjungsi yang berada di dalam sebuah kalimat dengan fungsi sebagai penghubung konstituen di dalam kalimat yang bersangkutan. Berdasarkan perilaku sintaksis dan keintian konstituen yang dihubungkan, konjungsi intrakalimat dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua yaitu konjungsi koordinatif dan konjungsi subordinatif, contoh pembahasannya sebagai berikut.
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
126
Vol. 05 / No. 03 / Agustus 2014
1) Konjungsi Koordinatif lan “Guru honorer cacah 10 ing kecamatan Wotan Ulumado, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur mandheg mulang lan milih dadi tenaga kerja wanita illegal menyang Malaysia.” (Panjebar Semangat No 6-9 Februari 2013) Terjemahan: “Guru honorer jumlah 10 di kecamatan Wotan Ulumado, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur berhenti mengajar dan memilih menjadi tenaga kerja wanita illegal ke Malaysia.” (Panjebar Semangat No 6-9 Februari 2013) Dari kutipan kalimat wacana berita di atas menunjukkan bahwa kata lan ‘dan’ yang terletak di antara dua buah klausa tersebut memiliki fungsi sebagai penanda hubung atau konjungsi koordinatif. Kalimat di atas terdiri dari dua klausa yang mempunyai status sintaksis yang sama/ sederajat. 2) Konjungsi Koordinatif sarta “Nuh ngajap muatan lokal kasebut diisi nganggo piwulang-piwulang tata karma sarta unggah-ungguh kang jumbuh klawan kearifan lokal ing sabensaben dhaerah.” (Panjebar Semangat No. 3-19 Januari 2013)” Terjemahan: “Nuh menyarankan muatan lokal tersebut menggunakan pelajaran-pelajaran tata krama serta unggah-ungguh yang tumbuh dengan kearifan lokal di setiapsetiap dhaerah.” (Panjebar Semangat No 3-6 Januari 2013) Dari kutipan kalimat wacana berita di atas menunjukkan bahwa kata lan ‘dan’ yang terletak di antara dua buah klausa tersebut memiliki fungsi sebagai penanda hubung atau konjungsi koordinatif. Kalimat di atas terdiri dari dua klausa yang mempunyai status sintaksis yang sama/ sederajat. 3) Konjungsi Koordinatif utawa “Sipat rahasia naskah unas mau beda karo ijazah utawa materei sing nganti kapan wae tetep rahasia.” (Panjebar Semangat No. 20-18 Mei) Terjemahan: “Sifat rahasia naskah unas tadi beda dengan ijazah atau materei yang sampai kapan saja tetap rahasia.” (Panjebar Semangat No. 20-18 Mei)
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
127
Vol. 05 / No. 03 / Agustus 2014
Dari kutipan kalimat wacana berita di atas menunjukkan bahwa kata lan ‘dan’ yang terletak di antara dua buah klausa tersebut memiliki fungsi sebagai penanda hubung atau konjungsi koordinatif. Kalimat di atas terdiri dari dua klausa yang mempunyai status sintaksis yang sama/ sederajat. 4) Konjungsi Subordinatif supaya “Mula Mansyur ngajap marang pengelola perguruan tinggi mligine swasta supaya enggal ngurus akreditasi yen ora kepengin kampuse dianggep “bermasalah” (Panjebar Semangat No 43-26 Oktober 2013) Terjemahan: “Maka Mansyur mengajak kepada pengelola perguruan tinggi khususnya swasta supaya cepat mengurus akreditasi jika tidak ingin kampusnya dianggap “bermasalah”. (Panjebar Semangat No 43-26 Oktober 2013) Dari kutipan kalimat wacana berita di atas menunjukkan bahwa kata supaya ‘supaya’ yang terletak di antara dua buah klausa tersebut memiliki fungsi sebagai penanda hubung atau konjungsi subordinatif. Kalimat di atas terdiri dari dua klausa yang tidak memiliki status sintaksis yang sama atau tidak sederajat. 5) Konjungsi Subordinatif nalika “Cipratan komisi Rp 1,5 miliar marang petinggi kepulisian iku kaucapake dening direktur CMMA nalika disidhang ana pengadilan Tindak Pidana Korupsi.” (Panjebar Semangat No 29-20 Juli 2013) Terjemahan: “Cipratan komisi Rp 1,5 miliar kepada petinggi kepolisian itu diucapkan oleh direktur CMMA ketika disidang di pengadilan Tindak Pidana Korupsi.” (Panjebar Semangat No 29-20 Juli 2013) Dari kutipan kalimat wacana berita di atas menunjukkan bahwa kata nalika ‘ketika’ yang terletak di antara dua buah klausa tersebut memiliki fungsi sebagai penanda hubung atau konjungsi subordinatif. Kalimat di atas terdiri dari dua klausa yang tidak memiliki status sintaksis yang sama atau tidak sederajat.
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
128
Vol. 05 / No. 03 / Agustus 2014
6) Konjungsi Subordinatif awit “Atut
dikritik
awit
mbudidaya
mbangun
politik
“dinasti”
ing
Banten.”(Panjebar Semangat No 52-28 Desember 2013) Terjemahan: “Atut dikritik karena membudibayakan membangun politik “dinasti” di Banten.” (Panjebar Semangat No 52-28 Desember 2013) Dari kutipan kalimat wacana berita di atas menunjukkan bahwa kata awit ‘karena’ yang terletak di antara dua buah klausa tersebut memiliki fungsi sebagai penanda hubung atau konjungsi subordinatif. Kalimat di atas terdiri dari dua klausa yang tidak memiliki status sintaksis yang sama atau tidak sederajat. b. Konjungsi Antarkalimat Konjungsi antarkalimat adalah konjungsi yang berfungsi menghubungkan sebuah kalimat dengan kalimat yang lain. Oleh karena itu, konjungsi antarkalimat selalu mengawali sebuah kalimat dengan huruf awal ditulis dengan huruf kapital. 1) Konjungsi Antarkalimat mula “Nanging wiwit Agustus 2014 aturan iku bakal disuwak. Mula Mansyur ngajap marang pengelola perguruan tinggi mligine swasta supaya enggal ngurus akreditasi yen ora kepengin kampuse dianggep “bermasalah” (Panjebar Semangat No 43-26 Oktober 2013) Terjemahan: “Tetapi mulai Agustus 2014 peraturan itu akan dihilangkan. Maka Mansyur mengajak kepada pengelola perguruan tinggi khususnya swasta supaya cepat mengurus akreditasi jika tidak ingin kampusnya dianggap “bermasalah” (Panjebar Semangat No 43-26 Oktober 2013) Dari kutipan kalimat di atas menunjukkan
bahwa dua kalimat yang
dirangkaikan oleh penanda hubung Mula ‘Maka’. Kata Mula ‘Maka’ yang terletak di antara dua buah kalimat di atas memiliki fungsi sebagai penanda kohesi perangkaian (konjungsi).
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
129
Vol. 05 / No. 03 / Agustus 2014
2) Konjungsi Antarkalimat sebab “Tumrap kampus lan prodi sing wis entuk akreditasi uga ora teges bisa lehaleha. Sebab ana aturan yen saben taun akreditasi mau kudu dianyari.” (Panjebar Semangat No 43-26 Oktober 2013). Terjemahan: “Kepada kampus dan prodi yang sudah mendapat akreditasi juga ora tegas santai-santai. Sebab ada aturan jika setiap tahun akreditasi tadi harus diperbarui.” (Panjebar Semangat No 43-26 Oktober 2013) Dari kutipan kalimat di atas menunjukkan
bahwa dua kalimat yang
dirangkaikan oleh penanda hubung Sebab ‘Sebab’. Kata Sebab ‘Sebab’ yang terletak di antara dua buah kalimat di atas memiliki fungsi sebagai penanda kohesi perangkaian (konjungsi). 2. Makna dan bentuk konjungsi yang terdapat dalam wacana berita (rubrik sariwarta) pada majalah Panjebar Semangat edisi Januari-Desember 2013 sebagai berikut. a. Konjungsi Intrakalimat (Konjungsi Koordinatif dan Konjungsi Subordinatif) Konjungsi koordinatif ini mempunyai makna dan bentuk berbeda-beda antara lain: (a) mengumpulkan kesamaan pendapat kalimat yang satu dengan kalimat yang lain jadi bentuknya seperti halnya dua kalimat digabungkan menjadi satu (penambahan/ penjumlahan): lan (dan), sarta (serta); (b) kata hubung yang menyatakan pemilihan: utawa (atau); (c) kata hubung yang menyatakan kosok balen (kebalikannya): nanging (tetapi). Konjungsi subordinatif ini mempunyai makna dan bentuk yang berbeda-beda antara lain: (a) kata hubung yang menyatakan pengarep-arep (harapan): supaya (supaya); (b) kata hubung yang menyatakan kosok balen (kebalikannya): ewasemana (meskipun demikian); (c) kata hubung yang menyatakan titi mangsa (waktu): nalika (ketika), wiwit (mulai), sadurunge (sebelum), sawise (sesudah); (d) kata hubung yang menyatakan sebab dan akibat: awit (karena), jalaran (karena), merga (sebab), sebab (sebab); (e) kata hubung yang
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
130
Vol. 05 / No. 03 / Agustus 2014
menyatakan janggelaning tindak (syarat): menawa (jika), yen (jika), upama (umpama), contoh pembahasannya sebagai berikut. 1) Kata hubung yang menyatakan pemilihan (utawa) “Ana sing lumantar layanan perbankan utawa layanan non-perbankan.” (Panjebar Semangat No 33-17 Agustus 2013) Terjemahan: “Ada yang melalui layanan non-perbankan atau layanan non-perbankan” (Panjebar Semangat No 33-17 Agustus 2013) Hubungan antara layanan
perbankan utawa layanan non-perbankan
pada kalimat di atas termasuk penanda hubung makna ‘pemilihan’ yaitu hubungan makna yang menyatakan bahwa hanya salah satu dari yang tersebut pada klausa-klausa yang menyatakan kenyataan. 2) Kata hubung yang menyatakan kosok balen (kebalikannya) “Guru-guru mau cuwa awit najan wis nem taun mulang nanging ora tau entuk honor.” (Panjebar Semangat No. 6-9 Februari 2013) Terjemahan: “Guru-guru tadi kecewa karena walaupun sudah enam tahun mengajar tetapi tidak pernah mendapatkan honor.” (Panjebar Semangat No 6-9 Februari 2013) Kata hubung nanging pada kalimat di atas termasuk penanda hubung makna ‘pertentangan’ yaitu hubungan makna yang menyatakan bahwa apa yang dinyatakan dalam klausa yang satu berlawanan atau berbeda dengan apa yang dinyatakan dalam klausa lainnya. 3) Kata hubung yang menyatakan pengarep-arep (harapan) “Mula Mansyur ngajap marang pengelola perguruan tinggi mligine swasta supaya enggal ngurus akreditasi yen ora kepengin kampuse dianggep “bermasalah” (Panjebar Semangat No 43-26 Oktober 2013)” Terjemahan:
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
131
Vol. 05 / No. 03 / Agustus 2014
“Maka Mansyur mengajak kepada pengelola perguruan tinggi khususnya swasta supaya cepat mengurus akreditasi jika tidak ingin kampusnya dianggap “bermasalah” (Panjebar Semangat No 43-26 Oktober 2013)” Kata supaya subordinatif
pada kalimat di atas merupakan bentuk konjungsi yang digunakan untuk menyatakan makna tujuan atau
sesuatu yang diharapkan, ialah dengan terlaksananya atau dikerjakannya apa yang tersebut pada klausa inti diharapkan akan terlaksana atau dikerjakan pula apa yang tersebut pada klausa bawahan. 4) Kata hubung yang menyatakan titi mangsa (waktu) “Ibas rumangsa dipitenah awit nalika aweh pasekan jroning sidhang ana Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Yulianis nyebut yen Sekjen Partai Demokrat iku kecipratan dhuwit US$ 200 ewu.” (Panjebar Semangat No 14-6 April 2013) Terjemahan: “Ibas merasa difitnah karena ketika memberi sogokan dalam siding di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Yulianis menyebut jika Sekjen Partai Demokrat itu diberi uang US$ 200 ribu.” (Panjebar Semangat No 14-6 April 2013) Kata nalika pada kalimat di atas merupakan bentuk konjungsi subordinatif yang digunakan untuk menghubungkan menyatakan waktu kejadian, peristiwa atau tindakan, apa yang dinyatakan dalam dua klausa tersebut di atas terjadi bersama-sama pada satu waktu. 5) Kata hubung yang menyatakan syarat (janggelaning tindak) "Masyarakat ing dhaerah kasebut nguwatirake nasibe basa lokal yen pamarentah sida nyuwak piwulang basa dhaerah saka sekolah.” (Panjebar Semangat No. 3-19 Januari 2013) Terjemahan: “Masyarakat di daerah tersebut mengkhawatirkan nasib bahasa lokal jika pemerintah jadi menghilangkan bahasa daerah dari sekolah.” (Panjebar Semangat No. 3-19 Januari 2013)
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
132
Vol. 05 / No. 03 / Agustus 2014
Kata yen pada kalimat di atas merupakan bentuk konjungsi subordinatif yang digunakan apabila klausa bawahan menyatakan syarat bagi terlaksananya apa yang tersebut pada klausa inti. Kata hubung yen pada kalimat di atas termasuk penanda hubung makna syarat yaitu konjungsi yang menghubungkan menyatakan makna syarat untuk suatu keadaan atau peristiwa pada sebuah klausa/ kalimat. b. Konjungsi Antarkalimat Konjungsi antarkalimat ini mempunyai makna dan bentuk yang berbeda-beda antara lain: (a) kata hubung yang menyatakan kesimpulan: mula (maka); (b) kata hubung yang menyatakan sebab: sebab (Sebab); (c) kata hubung yang menyatakan waktu: sadurunge (sebelumnya), sawise (sesudahnya); (d) kata hubung yang menyatakan menegaskan/ menguatkan: apamaneh (apalagi), contoh pembahasannya sebagai berikut. 1) Kata hubung antarkalimat yang menyatakan kesimpulan “Nanging wiwit Agustus 2014 aturan iku bakal disuwak. Mula Mansyur ngajap marang pengelola perguruan tinggi mligine swasta supaya enggal ngurus akreditasi yen ora kepengin kampuse dianggep “bermasalah” (Panjebar Semangat No 43-26 Oktober 2013) Terjemahan: “Tetapi mulai Agustus 2014 peraturan iku bakal dihilangkan. Maka Mansyur mengajak kepada pengelola perguruan tinggi khususnya swasta supaya cepat mengurus akreditasi jika tidak ingin kampusnya dianggap “bermasalah” (Panjebar Semangat No 43-26 Oktober 2013) Kedua kalimat di atas tersebut dihubungkan dengan kata penghubung Mula. Kata Mula pada kalimat di atas merupakan bentuk konjungsi antarkalimat yang menyatakan kesimpulan. Kata Mula digunakan untuk menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lainnya.
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
133
Vol. 05 / No. 03 / Agustus 2014
2) Kata hubung antarkalimat yang menyatakan sebab “Tumrap kampus lan prodi sing wis entuk akreditasi uga ora teges bisa leha-leha. Sebab ana aturan yen saben taun akreditasi mau kudu dianyari.” (Panjebar Semangat No 43-26 Oktober 2013). Terjemahan: “Kepada kampus dan prodi yang sudah mendapat akreditasi juga tidak langsung santai-santai. Sebab ada aturan jika setiap tahun akreditasi tadi harus diperbarui.” (Panjebar Semangat No 43-26 Oktober 2013) Kata Sebab pada kalimat di atas merupakan bentuk konjungsi antarkalimat yang menyatakan Sebab atau alasan. Kata Sebab digunakan untuk menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lainnya. 3) Kata hubung antarkalimat yang menyatakan menguatkan/ menegaskan “Narapidana cacah ewon (saka kapasitas LP 500an) wiwit ongkrep. Apamaneh salah sijine sipir gawe dhak-dhakan perkara kanthi mala narapidana sing dianggep emoh tertib.” (Panjebar Semangat No 30-27 Juli 2013) Terjemahan: “Narapidana berjumlah ribuan (dari kapasitas LP 500) mulai kacau. Apalagi salah satu sipir membuat peraturan perkara dengan mala narapidana yang dianggap tidak mau tertib.” (Panjebar Semangat No 30-27 Juli 2013) Kata Apamaneh pada kalimat di atas merupakan bentuk konjungsi antarkalimat yang menyatakan menegaskan atau menguatkan. Kata Apamaneh digunakan untuk menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lainnya. Simpulan Berdasarkan penelitian dan pembahasan yang telah peneliti lakukan terhadap “Analisis Konjungsi dalam Wacana Berita pada Rubrik Sariwarta di Majalah Panjebar Semangat Edisi Januari-Desember 2013” diperoleh simpulan sebagai berikut: jenis konjungsi dalam wacana berita (rubrik sariwarta) meliputi: (a) konjungsi intrakalimat yang terbagi menjadi dua yaitu konjungsi koordinatif dan konjungsi subordinatif, (b) Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
134
Vol. 05 / No. 03 / Agustus 2014
konjungsi antarkalimat. Makna dan bentuk konjungsi yang terdapat dalam wacana berita (rubrik sariwarta) meliputi: (1) konjungsi intrakalimat (konjungsi koordinatif dan subordinatif), konjungsi koordinatif ini mempunyai makna dan bentuk berbeda-beda antara lain: (a) mengumpulkan kesamaan pendapat kalimat yang satu dengan kalimat yang lain jadi bentuknya seperti halnya dua kalimat digabungkan menjadi satu (penambahan/ penjumlahan): lan (dan), sarta (serta); (b) kata hubung yang menyatakan pemilihan: utawa (atau); (c) kata hubung yang menyatakan kosok balen (kebalikannya): nanging (tetapi). Konjungsi subordinatif ini mempunyai makna dan bentuk yang berbeda-beda antara lain: (a) kata hubung yang menyatakan pengareparep (harapan): supaya (supaya); (b) kata hubung yang menyatakan kosok balen (kebalikannya): ewasemana (meskipun demikian); (c) kata hubung yang menyatakan titi mangsa (waktu): nalika (ketika), wiwit (mulai), sadurunge (sebelum), sawise (sesudah); (d) kata hubung yang menyatakan sebab dan akibat: awit (karena), jalaran (karena), merga (sebab), sebab (sebab); (e) kata hubung yang menyatakan janggelaning tindak (syarat): menawa (jika), yen (jika), upama (umpama). (2) Konjungsi antarkalimat ini mempunyai makna dan bentuk yang berbeda-beda antara lain: (a) kata hubung yang menyatakan kesimpulan: mula (maka); (b) kata hubung yang menyatakan sebab: sebab (sebab); (c) kata hubung yang menyatakan waktu: sadurunge (sebelumnya), sawise (sesudahnya); (d) kata hubung yang menyatakan menegaskan/ menguatkan: apamaneh (apalagi).
Daftar Pustaka Chaer, Abdul. 2009. Sintaksis Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Jakarta: Rineka Cipta. Purwadi, dkk. 2012. Tata Bahasa Jawa. Yogyakarta: Pura Pustaka. Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisa Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press. Sukmadinata, Nana Syaodih. 2012. Metode Penelitiam Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
135