perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERBEDAAN PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG TERHADAP HASIL KEMAMPUAN SERVIS ATAS SEPAK TAKRAW PADA SISWA EKSTRAKURIKULER SMA MTA SURAKARTA TAHUN 2012
SKRIPSI
Oleh :
ANDHICA HARFIE HERAWAN K4608004
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Januari 2013
commit to user i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERBEDAAN PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG TERHADAP HASIL KEMAMPUAN SERVIS ATAS SEPAK TAKRAW PADA SISWA EKSTRAKURIKULER SMA MTA SURAKARTA TAHUN 2012
Oleh : ANDHICA HARFIE HERAWAN K4608004
Skripsi diajukan untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Januari 2013 commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Andhica Harfie Herawan. PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG TERHADAP HASIL KEMAMPUAN SERVIS ATAS SEPAK TAKRAW PADA SISWA EKSTRAKURIKULER SMA MTA SURAKARTA TAHUN 2012, Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Januari, 2013. Tujuan penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui perbedaan pengaruh antara model pembelajaran langsung dan model pembelajaran tidak langsung terhadap hasil kemampuan servis sepak takraw pada siswa ektrakurikuler SMA MTA Surakarta tahun 2012. (2) Untuk mengetahui model pembelajaran manakah yang lebih baik antara pembelajaran lansung dan tidak langsung terhadap hasil kemampuan servis sepak takraw pada siswa ektrakurikuler SMA MTA Surakarta tahun 2012. Jenis Penelitian ini adalah Penelitian Eksperimen Kuasi (PEK). Subjek dalam penelitian ini adalah siswa ektrakurikuler SMA MTA Surakarta Tahun 2012 yang berjumlah 14 orang. Di bagi menjadi 2 kelompok, masing-masing kelompok di beri perlakuan yang berbeda. Kelompok 1 Diberi perlakuan Pembelajaran tidak langsung, kelompok 2 di beri perlakuan pembelajaran langsung sebanyak 18 kali pertemuan dengan 3 kali dalam 1 minggu, selama 6 minggu. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah (1) Tes servis atas sepak takraw. Meliputi: Setiap siswa diberikan percobaan untuk melakukan servis sebanyak 2x, Setiap siswa hanya dapat melakukan servis sebanyak 10x, Apabila siswa melakukan servis dan bola mengenai sasaran nilai tersebut maka akan mendapat nilai sesuia sasaran, nilai dari 1 sampai 5, Apabila siswa melakukan servis dan bola out atau keluar lapangan, maka nilai yang diperoleh 0 (nol), Teknik analisis data yang digunakan adalah (2) Analisis Statistik Deskriptif, Meliput: Uji Reliabilitas, Uji Prasyarat Analisis: Uji Normalitas, Uji homogenitas, Uji hipotesis Anakova. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh: hasil rata-rata perhitungan untuk test awal model pembelajaran langsung (kelompok 2) adalah 9,14 dan model pembelajaran tidak langsung (kelompok 1) adalah 9,00. yang berarti bahwa tidak ada perbedaan hasil kemampuan servis atas sepak takraw yang signifikan. Sedangkan hasil kemampuan servis atas sepak takraw pada test akhir dengan menggunakan model pembelajaran langsung (kelompok 2) dan model pembelajaran tidak langsung (kelompok 1) setelah dilakukan perlakuan, yaitu mengetahui perbedaan efek dari perlakuan, maka diperoleh hasil perhitungan ratarata model pembelajaran langsung (kelompok 2) adalah 12,14 dan model pembelajaran tidak langsung (kelompok 1) adalah 14,57. sehingga ada perbedaan yang signifikan. Simpulan Penelitian ini adalah (1) model pembelajaran tidak langsung lebih baik untuk meningkatkan hasil kemampuan servis atas sepak takraw pada siswa ekstrakurikuler SMA MTA Surakarta tahun pelajaran 2012. Keefektifan
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
model pembelajaran tidak langsung seperti ditunjukan oleh hasil analisis data tes awal terhadap kegiatan ektrakurikuler sepak takraw dalam pembelajaran selama 3 kali pertemuan dalam 1 minggu selama 6 minggu memiliki persentase sebanyak 61,88% diperoleh dari (rata-rata posttest - rata-pretest/rata-rat pretest*100). Sedangkan model pembelajaran langsung memiliki persentase sebanyak 32,82% diperoleh dari (rata-rata posttest - rata-pretest/rata-rat pretest*100). Dari hasil penelitian ini menunjukkan model pembelajaran tidak langsung lebih efektif dalam meningkatkan hasil kemampuan servis atas sepak takraw pada siswa ekstrakurikuler SMA MTA Surakarta tahun 2012. (2) Hasil Kemampuan servis atas sepak takraw dengan model pembelajaran tidak langsung lebih baik dari pada model pembelajaran langsung. Dari rata-rata hasil tes akhir model pembelajaran tidak langsung adalah 14,57 sedangkan rata-rata test akhir model pembelajaran langsung adalah 12,14.
Kata kunci: Model pembelajaran langsung, Model pembelajaran tidak langsung, Hasil kemampuan servis atas sepak takraw
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Andhica Harfie Herawan. LEARNING DIFFERENCES INFLUENCE OF DIRECT AND INDIRECT RESULT OF SERVICE CAPABILITIES ON STUDENT EXTRACURRICULAR SEPAK TAKRAW SMA MTA SURAKARTA YEAR 2012, Thesis. Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education, University of March Surakarta, January, 2013. The purpose of this study were: (1) To determine the effect of the difference between direct learning models and learning models are not directly the result of the ability of service sepak takraw ektrakurikuler high school students MTA Surakarta in 2012. (2) To know the model of learning which is better between learning directly and indirectly to the results of sepak takraw service capabilities on high school students MTA ektrakurikuler Surakarta in 2012. Type of study is a Quasi Research Experiment (PEK). Subjects in this study were high school students ektrakurikuler MTA Surakarta Year 2012 totaling 14 people. Divided into 2 groups, each group was given a different treatment. Group 1 was given a treatment of indirect learning, group 2 was given immediate treatment of learning as much as 18 times with 3 times in one week, for 6 weeks. Data collection techniques were used: (1) Test servicing the sepak takraw. Includes: Each student is given an experiment to serve as much as 2x, each student is only able to serve as much as 10x, If students are served and the ball on target value then the file would have sesuia targets, the value of 1 to 5, If students are served and the ball out or off the field, then the value obtained 0 (zero), data analysis technique used is (2) Analysis of Descriptive Statistics, Covering: Reliability Test, Test Analysis Prerequisite: Test of normality, homogeneity test, test hypotheses Anakova. Based on the results obtained: the average yield calculation for the initial test model of direct instruction (group 2) was 9.14 and indirect learning model (group 1) was 9.00. which means that there is no difference in the results above sepak takraw service capabilities significantly. While the results of service capabilities on sepak takraw at the end of the test using a direct instructional model (group 2), and indirect learning model (group 1) after the treatment, that is to know the different effects of the treatment, the obtained results of the calculation of average direct instructional model ( group 2) were 12.14 and indirect learning model (group 1) was 14.57. so there is a significant difference. Conclusions This study is (1) an indirect learning model is better to increase the yield on sepak takraw service capabilities on high school students' extracurricular lessons MTA Surakarta in 2012. The effectiveness of indirect learning model as indicated by the results of preliminary tests on data analysis activities ektrakurikuler sepak takraw in learning for 3 sessions in 1 week for 6 weeks had a percentage of 61.88% as obtained from (average posttest - ratapretest/rata pretest-rat * 100). While direct instruction models have as many as a percentage of 32.82% was obtained (average posttest - pretest rata-pretest/rata-rat
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
* 100). From the results of this study showed no direct instructional model is more effective in improving the results of the sepak takraw service capabilities on high school students' extracurricular MTA Surakarta in 2012. (2) The ability to serve up sepak takraw with indirect learning model is better than hands-on learning models. Average of the final test results are not directly instructional model is 14.57 while the average final test direct instructional model is 12.14.
Keywords: learning model directly, indirectly learning model, results service capabilities on sepak takraw
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Sesungguhnya bersama setiap kesulitan ada kemudahan. (Q.S. Al-Insyirah : 6)
Jangan pernah berpikir untuk menyerah, karena jika kamu mau berusaha dengan semua kemungkinan yang ada, Allah akan membantumu untuk melaluinya. ( Penulis )
Kegagalan bukanlah disaat kamu terjatuh, tetapi disaat kamu menyerah dan berhenti berusaha untuk berdiri setelah terjatuh. ( Penulis )
commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan kepada : 1. Papa dan Mama tercinta yang selalu Meridhoiku. 2. Adik adiku tercinta (Chandra febriyan fitriawan dan ). 3. Dosen Pembimbingku Pak Drs. Sarwono M.S dan Ibu Tri Winarti Rahayu S.Pd, M.Or, yang selalu membimbingku dari nol sampai sekarang. 4. Sang Mantan yang selalu memberi semangat dan memotivasiku. 5. Teman-teman kost Intan Permata Regency (Dokter, Jeng Andana, Om Suryo, On Teri, Koh Liliek, Mz Andy, Pak Tono, Karjo, Yossy,) 6. Teman Seperjuangan (Bastian, Sihenk, Bayu, Imut, Brewok, Tebo, Somad, Ayix) 7. Sahabat-sahabatku (Ino, Nonik, Ibnu, Yuli, Prima, Bowo, Adi Nur, Fajar, Rosi, Rifa, Seno, Starlet, Grace, Erma, Elhaq, Vindi) kalian selalu memberi kekuatanku untuk maju. 8. Teman-teman Penjas 2008 9. Almamater
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Yang maha Pengasih dan Penyayang yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga dapat diselesaikan penulisan skripsi ini. Disadari bahwa penulisan skripsi ini banyak mengalami hambatan, tetapi berkat bantuan dari beberapa pihak maka hambatan tersebut dapat diatasi. Oleh karena itu dalam kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat: 1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ketua Program Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Drs, Sarwono, M.Si. selaku Pembimbing I, yang selalu memberikan motivasi dan bimbingan dalam penyusunan skripsi. 5. Tri Winarti Rahayu, S.Pd, M.Or selaku pembimbing II yang selalu memberikan motivasi dan bimbingan dalam penyusunan skripsi. 6. Kepala SMA MTA Surakarta, Guru Olahraga beserta staf dan jajarannya, yang telah memberi kesempatan dan tempat guna pengambilan data dalam penelitian ini. 7. Drs. Sugiarto mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan yang telah memberikan bimbingan dan bantuan dalam penelitian 8. Para Siswa kelas X/XI/XII SMA MTA Surakarta yang telah bersedia untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan penelitian ini. 9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak mungkin disebutkan satu persatu.
commit to user xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Penulis menyadari bahwa sekripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan penulis. Meskipun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.
Surakarta,
Januari 2013
Penulis,
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i HALAMAN PERNYATAAN ............................................................................... ii HALAMAN PENGAJUAN .................................................................................. iii HALAMAN PERSETUJUAN .............................................................................. iv HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................v HALAMAN ABSTRAK ....................................................................................... vi HALAMAN ABSTRACT .................................................................................. viii HALAMAN MOTTO .............................................................................................x HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... xi KATA PENGANTAR ......................................................................................... xii DAFTAR ISI ....................................................................................................... xiv DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xvii DAFTAR TABEL ............................................................................................. xviii DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xix
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1 A. Latar Belakang masalah ..................................................................... 1 B. Identifikasi Masalah ........................................................................... 3 C. Pembatasan Masalah ......................................................................... 4 D. Rumusan Masalah ............................................................................. 4 E. Tujuan Penelitian ............................................................................... 5 F. Manfaat penelitian ............................................................................ 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................. 6 A. Kajian Teori ....................................................................................... 6 1.
Permaianan Sepak Takraw ........................................................ 6 a. Pengertian Sepak Takraw ................................................... 6 b. Teknik Dasar Permainan Sepak Takraw ............................. 7 c. Teknik Dasar Menyepak ..................................................... 8
commit to user xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d. Tuntunan Permainan sepak Takraw..................................... 8 e. Servis .................................................................................. 9 2. Belajar dan Pembelajaran ....................................................... 12 a. Pengertian Belajar dan Pembelajaran .............................. 12 b. Prinsip Belajar ................................................................. 16 c. Tujuan Belajar ................................................................. 17 d. Hasil Belajar ...................................................................... 20 3.
Model-model Pembelajaran Servis ......................................... 21 a. Pengertian Model Pembelajaran ....................................... 21 b. Manfaat Model Pembelajaran ........................................... 22 c. Pembelajaran Langsung ................................................... 23 d. Pembelajaran Tidak Langsung ......................................... 26
4.
Aplikasi Pembelajaran ............................................................. 28 a. Pembelajaran Servis Langsung .......................................... 28 b. Pembelajaran Servis Tidak Langsung .............................. 30
B. Kerangka Berpikir ........................................................................... 32 C. Hipotesis ......................................................................................... 34
BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................... 36 A. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................... 36 B. Rancangan Penelitian ...................................................................... 37 C. Subjek Penelitian ........................................................................... 38 D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 39 E. Teknik Analisis Data ...................................................................... 39
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskipsi Data .................................................................................. 43 B. Pengujian Prasyarat Analisis .......................................................... 45 C. Pengujian Hipotesis ......................................................................... 50 D. Pembahasan Hasil Analisis Data ................................................... 52
commit to user xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V SIMPILAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan ......................................................................................... 55 B. Implikasi ......................................................................................... 55 C. Saran ................................................................................................ 56 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 57 LAMPIRAN ......................................................................................................... 59
commit to user xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1
Teknik dasar servis sepak takraw ............................................................... 9
2
Sikap Permulaan servis ............................................................................ 10
3
Sikap Perkenaan Bola .............................................................................. 10
4
Sikap setelah melakukan servis ................................................................ 11
5
Pembelajaran servis sepak takraw bola yang digantung ........................... 29
6
Pembelajaran servis sepak takraw bola di lempar sendiri ......................... 31
7
Skematis Kerangka Berpikir ..................................................................... 34
8
Skema Rancangan Penelitian .................................................................... 37
9
Grafik Hasil Tes Awal (pretest) ................................................................ 43
10 Grafik Hasil Tes Akhir (post test) ............................................................. 44
commit to user xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1
Rincian Kegiatan Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian .......................... 36
2
Teknik pengumpulan data kelompok 1 Bola dilempar sendiri ................ 39
3
Teknik pengumpulan data kelompok 2 Bola digantung ........................... 39
4
Hasil Uji Normalitas Data ......................................................................... 45
5
Hasil Uji Homogenitas tanpa Kovariat .................................................... 46
6
Hasil Uji Homogenitas dengan Kovariat .................................................. 46
7
Between-Subject Factors ........................................................................... 47
8
Descriptive Statistics ................................................................................. 47
9
Test of Between-Subject Effect (Analisis Tanpa Kovariat) ....................... 47
10 Test of Between-Subject Effect (Analisis Dengan Kovariat) ..................... 48 11 Parameter Estimates ................................................................................. 48 12 Estimated Marginal Mean......................................................................... 49 13 Hasil Uji Perbedaan Test Awal antara Kelompok 1 (Pembelajaran tidak langsung) dan kelompok 2 (Pembelajaran langsung) ..................... 50 14 Hasil Uji Perbedaan Test Akhir antara Kelompok 1 (Pembelajaran tidak langsung) dan kelompok 2 (Pembelajaran langsung) ..................... 51 15 Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Test Awal antara Pembelajaran tidak langsung dan Pembelajaran langsung ............................................. 52
commit to user xviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1. Uji Reliabilitas .......................................................................................... 59 2. Uji Normalitas ........................................................................................... 60 3. Uji Homogenitas ....................................................................................... 61 4. Uji Anakova .............................................................................................. 62 5. Program Pembelajaran Langsung ............................................................. 66 6. Program Pembelajaran Tidak Langsung ................................................... 69 7. Petunjuk Pelaksanaan Test Servis ............................................................. 72 8. Gambar Lapangan Tes Ketrampilan Servis .............................................. 73 9. Lembar Penilaian Tes Ketrampilan Servis ................................................ 74 10. Data Hasil Pretest dan PosTest Kelompok 1 dan 2 ................................... 75 11. Dokumentasi PreTest ...............................................................................104 12. Dokumentasi Treatment ...........................................................................105 13. Dokumentasi PosTest ...............................................................................106 14. Surat-surat Penelitian ...............................................................................107
commit to user xix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan sebuah kegiatan pendidikan yang mana bertujuan untuk mencapai tujuan pendidikan melalui aktivitas fisik, tetapi juga mencakup aspek emosional, sosial, intelektual, dan moral anak serta dapat menerapkan pola hidup sehat Di samping itu juga pendidikan jasmani harus diutamakan karena mempunyai tujuan yang penting dalam upaya meningkatkan pertumbuhan dan pengembangan jasmani peserta didik. Banyak orang menganggap, kurang penting mengikuti mata pelajaran pendidikan jasmani, dikarenakan belum mengerti peran dan fungsi pendidikan jasmani. Menurut Cholik dan Lutan, menyatakan merupakan serangkaian materi pelajaran yang memberikan kontribusi nyata dalam kehidupan
sehari-hari
dalam
upaya
meningkatkan
perkembangan jasmani
pertumbuhan
dan
(2001:2). Maka dari itu
pendidikan jasmani merupakan pendidikan yang utama untuk menunjang prestasi siswa. Karena dengan meningkatnya kesegaran jasmani serta daya tahan tubuh siswa dan dengan bugarnya kondisi siswa akan mempengaruhi tingkat belajar siswa serta minat dalam mengikuti pelajaran. Salah satu masalah utama dalam pendidikan jasmani dewasa ini adalah rendahnya kualitas pendidikan jasmani di sekolah-sekolah. Hal itu disebabkan karena terbatasnya kemampuan guru pendidikan jasmani dan terbatasnya sumbersumber yang digunakan untuk mendukung terlaksananya proses pendidikan jasmani. Pembelajaran yang diajarkan oleh guru kepada murid-muridnya kurang maksimal, terutama dalam mengembangkan kemampuan dan ketrampilan siswa secara menyeluruh baik secara fisik, mental dan intelektual. Kebanyakan guru pendidikan jasmani di sekolah menengah atas saat ini kurang kreatif dalam memberikan model pembelajaran. Model pembelajaran yang digunakan masih monoton dan kurang sesuai untuk diterapkan kepada siswa.
commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2
Model pembelajaran sangat berpengaruh tehadap hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Ada beberapa model pembelajaran yang bisa diterapkan pada siswa, salah satunya adalah model pembelajaran langsung dan tidak langsung yang masingmasing mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap hasil belajar. Menurut Arends
Pembelajaran langsung di rancang untuk meningkatkan penguasaan
berbagai ketrampilan dan pengetahuan faktual yang dapat diajarkan secara lansung seperti konsep yang ada. Sedangkan pembelajaran tidak langsung merupakan pembelajran yang dilakukan dengan cara bertahap atau langkah demi langkah Buku satu, 2008:295). Model-model pembelajaran langsung dan tidak langsung ini sangat diperlukan dalam pembelajaran sepak takraw khususnya dalam teknik dasar servis. Karena servis merupakan cara kerja yang penting dalam sepak takraw. Sebab poin atau angka dapat diperoleh regu yang melaksanakan servis. Dengan server gagal dalam melakukan servis, maka tim tidak bisa mendapatkan poin atau angka. Maka dari itu server harus bisa menguasai teknik-teknik dasar servis pada sepak takraw. Pembelajaran sepak takraw di SMA MTA Surakarta sudah baik, hal ini terbukti pada pertandingan yang diikuti dalam beberapa bulan yang lalu, mendapatkan juara ke-2 tingkat karesidenan Surakarta. Selama pembelajaran teknik
teknik dasar dalam sepak takraw yang digunakan sudah baik. Misalnya
saja dalam melakukan smash, mereka sudah dapat melakukan smash dengan baik dan bisa mendapatkan poin dari lawan. Block dan kontrol bola juga dapat dilakukan dengan baik untuk menahan serangan dari lawan. Namun terdapat suatu kendala pada teknik dasar servis. Karena dalam pembelajaran yang diajarkan menggunakan cara yang tradisional, yaitu dengan cara bola dilambungkan dari apit kanan atau kiri ke arah server. Hal itu terbukti karena selama observasi masih banyak siswa ekstrakurikuler sepak takraw di SMA MTA Surakarta yang sering kali melakukan kesalahan pada teknik dasar servis dalam permainan. Pada saat servis sering kali bola yang di servis keluar dan sering tersangkut di net. Faktor penyebab yang lain dikarenakan posisi tubuh tekong yang salah dan kurang menguasai teknik dasar yang benar, serta faktor pengumpan yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3
kurang tepat pada saat memberikan bola. Guru sudah memberikan pengarahan pada siswa yang melakukan kesalahan dalam servis, namun pengarahan yang diberikan kurang tepat. Di samping itu pembelajaran yang diajarkan guru hanya monoton tanpa adanya perkembangan model pembelajaran. Pada saat melakukan servis, posisi kaki siswa juga kurang tepat, dikarenakan siswa tersebut hanya melakukan servis sebisanya tanpa adanya teknik yang benar. Melihat permasalahan di atas maka, peneliti menyusun sebuah rancangan pembelajaran langsung dan tidak langsung. Dalam model pembelajaran langsung dalam melakukan servis sepak takraw ini, guru akan memberikan materi tentang servis dimana murid- murid akan melakukan servis dengan cara bola
yang
digantung. Dengan kata lain server akan melakukan servis dengan cara bola di gantung di atas lingkaran server. Sedangkan model pembelajaran tidak langsung murid akan melakukan servis dengan cara bola di lempar sendiri dan server berada dalam lingkarang tekong. Mengingat
pentingnya
peranan
model
pembelajaran
didalam
meningkatkan prestasi siswa secara maksimal terutama pada sepak takraw maka perlu diadakan penelitian dengan judul
model pembelajaran
langsung dan tidak langsung terhadap hasil kemampuan servis sepak takraw pada siswa ekstrakurikuler SMA MTA Surakarta tahun 2012 .
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah yang dikemukakan di atas dapat diidentifikasikan sebagai berikut: 1. Model pembelajaran yang digunakan guru dalam mengajar ekstrakurikuler sepak takraw dalam servis tidak sesuai. 2. Kurangnya pemahaman guru dalam mengajar sepak takraw terutama pada teknik dasar servis 3. Dalam pembelajaran sepak takraw siswa masih banyak melakukan kesalahan pada teknik dasar servis.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4
4. Posisi tubuh tekong masih salah dalam melakukan servis. 5. Guru tidak sesuai dalam memberikan pengarahan tentang kesalahan pada servis.
C. Pembatasan Masalah
Agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda beda terhadap masalah yang diteliti maka pembatasan masalah perlu dilakukan agar tidak terjadi perluasan masalah. Pembataan masalah dalam penelitiian sebagai berikut: 1. Model pembelajaran langsung servis atas sepak takraw pada siswa ektrakurikuler SMA MTA Surakarta tahun 2012. 2. Model pembelajaran tidak langsung servis atas sepak takraw pada siswa ektrakurikuler SMA MTA Surakarta tahun 2012. 3. Hasil kemampuan servis atas sepak takraw pada siswa ektrakurikuler SMA MTA Surakarta tahun 2012
D. Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah maka permasalahan yang menjadi pokok penelitian dirumuskan sebagai berikut: 1. Adakah perbedaan pengaruh model pembelajaran langsung dan model pembelajaran tidak langsung terhadap hasil kemampuan servis atas sepak takraw pada siswa ektrakurikuler SMA MTA Surakarta tahun 2012? 2. Manakah yang hasil kemampuan servis atas sepak takraw yang lebih baik antara model pembelajaran langsung dan tidak langsung pada siswa ektrakurikuler SMA MTA Surakarta tahun 2012?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang disampaikan di atas, tujuan penelitian ini adalah:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5
1. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh antara model pembelajaran langsung dan model pembelajaran tidak langsung terhadap hasil kemampuan servis atas sepak takraw pada siswa ektrakurikuler SMA MTA Surakarta tahun 2012. 2. Untuk mengetahui model pembelajaran manakah yang lebih baik antara pembelajaran lansung dan tidak langsung terhadap hasil kemampuan servis atas sepak takraw pada siswa ektrakurikuler SMA MTA Surakarta tahun 2012.
F. Manfaat Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah disampaikan di atas, manfaat penelitian ini adalah: 1. Bagi Guru dan Pelatih sepak takraw a. Sebagai bahan masukan bagi Guru dan pelatih dalam memberikan model pembelajaran sepak takraw yang tepat bagi siswa. b. Menambah wawasan bagi Guru dan pelatih dan masyarakat pencinta sepak takraw pada umumnya, guna meningkatkan pengetahuan dalam rangka mengembangkan potensi dan kemampuan melatih disekolah maupun di klub-klub dimasa mendatang.
2. Bagi siswa a. Dapat meningkatkan hasil kemanpuan servis sepak takraw. b. Dapat meningkat prestasi siswa ke tingkat yang lebih tinggi. 3. Bagi Peneliti Mendapatkan fakta tentang penggunaan model pembelajaran langsung dan tidak langsung yang hasil kemampuan servisnya lebih baik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori 1. Permainan Sepak Takraw a. Pengertian Sepak Takraw Permainan sepak takraw adalah permainan yang pelaksanaanya merupakan kombinasi permainan dari bola voli. Karena bola harus berada di udara dan dimainkan oleh seluruh anggota badan kecuali tangan. Permainan sepak takraw terdiri dari tiga pemain. Yaitu tekong, apit kanan, apit kiri dan terdapat dua pemain cadangan. Cara memainkan sepak takraw tiap regu hanya diperbolehkan memantulkan bola sebanyak tiga kali. Apakah dimainkan sendiri atau oleh ketiga pemain tersebut Permainan sepak takraw bisa di bilang unik, karena dalam permainan mengandung unsur-unsur seni dan akrobatik. Sepak takraw dimainkan diatas lapangan enpat persegi panjang dan di batasi oleh net (panjang 13,4 m dan lebar 6,1 m dan tinggi net 1,55 m) dengan kondisi lapangan yang baik dan bebas dari segala rintangan. Baik terbuka maupun tertutup. Bola pada jaman dahulu terbuat dari rotan, tetapi sekarang bola terbuat dari bahan plastik (synthetic fabrae). Dalam permainan sepak takraw nampak sekali persamaan ketrampilan atau skill yang digunakan dalam permainan sepak bola. Teknik teknik dasar yang harus dikuasi memiliki kesamaan dalam permainan sepak bola. Menyundul bola, menendang bola dengan kaki bagian dalam, dengan punggung kaki, mengontrol dengan dada dan paha. Jadi kebanyakan pemain sepak bola juga bisa bermain sepak takraw, meskipun tidak semahir pemaian sepak takraw. Untuk mencapai prestasi yang maksimal dalam sepak takraw harus didukung oleh pemain yang berkualitas. Memiliki kemampuan dan kemampuan. Dalam hal ini pemain dituntut untuk menguasai seluruh unsur dasar yang mendukung dalam permainan sepak takraw seperti teknik, fisik, taktik, dan kematangan juara/mental.
commit to user 6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7
b. Teknik Dasar Permainan Sepak Takraw Untuk bermain sepak takraw dengan baik, maka perlu diajarkan dahulu teknik dasar, karena merupakan unsur dasar bagi pemain. Menurut Sulaiman (mengutip simpulan Danny) menyatakan teknik dasar bermain sepak takraw meliputi : 1) Teknik Sepakan (menyepak) a) Sepak Sila b) Sepak Kuda c) Sepak Cungkil d) Sepak Simpuh/Badek e) Sepak Mula (Servis) 2) Sepak Tapak (Menapak) 3) Memaha (kontrol paha) 4) Teknik Mendada (kontrol dada) 5) Teknik Membahu (kontrol bahu) 6) Teknik Kepala (sundulan/heading) 7) Teknik Smesh: a) Smesh Kedeng b) Smesh Gulung 8) Teknik Tahanan (Block)(2008:15). Kemampuan teknik dasar diatas, antara yang satu dengan yang lainnya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Pemain sepak takraw idealnya menguasai seluruh teknik
teknik tersebut dengan
baik, namun sulit dilakukan, sebab kemampuan pemain biasanya terbatas. Oleh karena itu tiap pemain harus memiliki seluruh teknik dengan baik. Setidaknya dapat melakukan teknik tersebut. Tetapi tiap pemain harus memiliki spesialis atau keahliah khusus. Misalnya spesialis servis, spesialis smesh, spesialis umpan dan sebagainya. Salah satu teknik penting pada sepak takraw adalah teknik dasar menyepak bola. Pemain sepak takraw sebagian besar gerakannya terdiri dari gerakan kaki (menyepak bola). Salah satu teknik sepakan ujung yang harus dimilliki oleh seorang pemain sepak takraw adalah sepak mula atau servis. Sepak mula atau servis besar manfaatnya untuk melakukan serangan pertama kepada lawan dan dapat menghasilkan point. Sepak mula atau servis juga dapat untuk memulai pertandingan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8
c. Teknik Dasar Menyepak Teknik dasar menyepak bola merupakan teknik dasar terpenting dalam permainan sepak takraw. Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan oleh pemain sepak takraw agar memiliki kemampuan menyepak bola dengan baik dan benar. Dalam permainan sepak takraw ada beberapa jenis sepakan yang dapat digunakan. Macam macam teknik sepakan pada permainan sepak takraw menurut Prawirasaputra terdiri dari: 1) Sepak sila adalah teknik menyepak bola dengan menggunakan kaki bagian dalam 2) Sepak kura adalah teknik menyepak bola dengan menggunakan punggung kaki 3) Sepak cungkil adalah menyepak bola dengan menggunakan jari kaki atau ujung kaki 4) Sepak tapak adalah teknik menyepak bola dengan menggunakan telapak kaki 5) Sepak badek adalah teknik menyepak bola dengan menggunakan kaki bagian luar atau samping (2000:24). Berbagai jenis sepakan tersebut perlu di pelajarai oleh setiap pemain sepak takraw. Sejak awal belajar sepak takraw, pemain perlu ditekankan pada penguasaan teknik sepakan tersebut. Salah satu teknik sepakan yang harus dikuasai semua pemaian sepak takraw adalah sepak kura. Karena sepak kura besar manfaatnya untuk melakukan serangan pertama atau servis.
d. Tuntutan Permainan Sepak Takraw Olahraga permainan sepak takraw merupakan olah raga yang dikembangkan menjadi cabang olahraga yang kompetitif, memerlukan beberapa persyaratan. Menurut Prawirasaputra mengemukakan persyaratan sepak takraw antara lain: 1) Pertama dari aspek ketrampilan gerak, cabang ini bertumpu pada ketrampilan manipulatif. Alat utama adalah kaki yang digunakan h melambungkan bola agar melewati net sehingga lawan tidak bisa mengembalikannya. 2) Kedua dari aspek kondisi fisik. Khususnya kebbugaran yang berkaitan dengan prestasi, cabang olahraga ini jelas jelas membutuhkan koordinasi yang baik. Tuntutan ini sangat jelas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9
karena yang digunakan adalah salah satu kaki, dan satu untuk tumpuan. Lebih rumit lagi bila dilakukan gerakan akrobatik saat melakukan serangan. 3) Ketiga dari aspek ketrampilan taktis, cabang olahraga ini memerlukan kecepatan membuat keputusan. Setiap tindakan harus sempurna dan bahan pelaksanaannya bersifat otomatis. 4) Keempat stabilitas emosi sanagat dibutuhkan. Cabang ini membutuhkan ketenangan dan konsentrasi dalam keadaan koordinasi sangat dibutuhkan. Semakin tegang seseorang, semakin menurun akurasi gerakannya(2000:15). e. Servis Dalam suatu permainan olahraga tentu ada teknik dasar yang harus dikuasai oleh pemain agar permainan dapat berjalan dengan baik. Salah satunya adalah teknik servis. Teknik ini sangat penting dalam permainan sepak takraw. Menurut Darwis dan Basa, menyatakan bahwa: lawan sebagai cara memulai permainan. Servis merupakan cara kerja yang penting dalam sepak takraw karena poin atau angka dapat diperoleh regu yang melaksanakan servis. Kegagalan atau kesalahan dalam melakukan servis berarti hilangnya kesempatan bagi regu untuk mendapatkan angka atau poin. Sebaliknya member peluang kepada
Gambar 1. Teknik dasar servis sepak takraw (Prawirasaputra, 2000:34) Oleh karena itu servis merupakan suatu teknik dasar yang sangat penting untuk mendapatkan angka atau poin. Servis hendaknya di arahkan agar dapat merusak permainan pertahanan lawan sehingga penyerang dapat mengatur serangan-serangan yang baik agar lawan kebingungan. Berikut ini adalah sikap dalam servis:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10
1) Sikap Permulaan Servis Persiapan posisi tubuh dalam lingkaran servis, pandangan pada pelempar bola, acungkan satu lengan sebagai tanda permintaan arah bola. Salah satu kaki berada dalam lingkaran dan kaki satunya berada diluar lingkaran.
Gambar 2. Sikap Permulaan servis (Engel, 2010:49)
2) Sikap Saat Perkenaan Bola Setelah bola dilambungkan kaki penyepak server siap diayunkan dengan lutut tidak ditekuk (lurus). Saat kaki kena bola usahakan dihentikan.
Gambar 3. Sikap Perkenaan Bola (Engel, 2010:49)
3) Sikap Setelah Melakukan Servis Gerakan badan kedepan mengikuti gerak lanjut dari kaaki penyepak atau server. Agar arah bola bisa tepat diatas net dan tidak melambung terlalu tinggi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11
Gambar 4. Sikap setelah melakukan servis (Engel, 2010:49)
Untuk menguasai servis dengan benar maka dipelukan teknik dasar pada servis atas sepak takraw, antara lain: 1) Awalan dilakukan seperti servis bawah, pemain yang akan melakukan servis berdiri dengan salah satu kaki bertumpu di dalam lingkaran. Kaki lainnya sebagai awalan berada di luar lingkaran di belakang badan. Salah satu lengan diangkat lurus sejajar dengan permintaan bola yang akan dilambungkan oleh salah satu apit( kanan atau kiri). 2) Saat bola mencapai titik ketinggian yang diinginkan, kaki pukul diayunkan ke arah bola dibantu dengan kaki tumpu jinjit. Pukulan dilakukan eksplosif di atas kepala, sehingga pukulan menukik tajam ke lapangan lawan. 3) Pada saat pukulan, perkenaan kaki dengan bola dapat dilakukan dengan kaki bagian dalam, punggung kaki atau telapak kaki. 4) Hendaknya jangkauan kaki dioptimalkan dengan meluruskan kaki tumpu dan kaki pukul sebagai kesatuan, sehingga bola dapat dipukul dengan jangkauan yang lebih tinggi, akibatnya bola akan lebih tajam masuk ke daerah lapangan permainan lawan. 5) Saat perkenaan bola, posisi kaki pukul harus berada diatas bola, agar bola dapat dipukul tajam menukik. 6) Setelah melakukan sepakan, badan mengikuti gerak lanjutan tungkai, dan kaki mendarat dengan mengeper. Kesalahan umum yang terjadi dalam melakukan servis atas, antara lain:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12
1) Kaki tumpu tidak dihadapkan ke pelambung, sehiungga pada saat pukulan bola gerak lanjutannya terhambat (tidak anatomis). 2) Kaki pukul tidak dikeraskan pada pergelangan kaki, akibatnya pukulan bola tidak bertenaga, dan tidak dapat diarahkan sesuai harapan. 3) Saat memukul bola, kaki pukul tidak di atas bola, akibatnya bola datar tidak tajam menukik.
2. Belajar dan Pembelajaran a. Pengertian Belajar dan Pembelajaran Belajar dan pembelajaran merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Karena kita tidak hanya membutuhkan belajar, tetapi kita juga membutuhkan pembelajaran itu. Belajar merupakan suatu proses yang dilakukan terus menerus dari tidak bisa menjadi bisa. Belajar merupakan peristiwa sehari hari di sekolah. Belajar merupakan hal yang kompleks. Kompleksitas tersebut dipandang dari dua subjek, yaitu dari siswa dan guru. Dari segi siswa , belajar dialami sebagai suatu proses. Siswa mengalami suatu proses mental dalam menghadapi bahan belajar. Belajar merupakan proses internal yang kompleks. Yang terlibat dalam proses internal tersebut adalah seluruh mental yang melipiti ranahranah kognitif, afektif, psikomotorik. Dari segi guru proses belajar tersebut dapat diamati secara tidak langsung. Artinya proses belajar yang merupakan proses internal siswa tidak dapat diamati, tetapi dapat dipahami oleh guru. Tujuan belajar dan pembelajaran dalam olahraga adalah untuk memudahkan kita dalam mencerna atau memahami suatu pembelajaran. Dalam hal ini kita harus berkembang untuk menerapkan suatu proses pembelajran yang sesuai agar mendapatkan hasil yang kita inginkan. Pembelajaran tidak hanya ditujukan pada satu model saja, tetapi kita harus memberikan model-model tentang pembelajaran Menurut
Aunurrahman
(mengutip
simpulan
Abdillah)
adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13
tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspekaspek kognitif, afektif dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran sebagai suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang dan disusun sedemikian rupa untuk mendukung dan mempengaruhi terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal. Keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan guru untuk mengembangkan model-model pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan intensitas keterlibatan siswa secara efektif di dalam proses pembelajaran. Ada beberapa tipe tujuan belajar yang ingin dicapai dalam pembelajaran olahraga. Yang pertama peningkatan ketrampilan motorik atau psokomotor merupakan kontribusi yang unik dari olahraga kepada proses pendidikan para siswa. Ketrampilan motorik tidak saja mencakup ketrampilan dasar (misalnya melompat,melempar atau berguling), atau ketrammoilan yang lebih kompleks (misalnya tembakan dalam sepak bola, smash dalam bola voli) tapi juga mencakup hasil lain seperti kesegaran jasmani ( misalnya kekuatan, daya tahan, dan lain-lain. Yang kedua adalah perkembangan kognitif yang berarti tingkat pengetahuan atau kemampuan dalam memproses informasi. Perubahan perilaku yang tercakup didalamnya terutama berkaitan dengan penambahan atau pengayaan pengetahuan yang diperoleh siswa (misalnya bagaimana cara mengembangkan kekuatan otot tungkai) dan hasil lain yang berkaitan dengan kemampuan memecahkan masalah. Kreativitas atau penetrapan pengetahuan dari satu situasi ke situasi lain ( misalnya bagaimana menetrapkan prinsip penjagaan wilayah dalam permainan bola basket ke permainan sepak bola). Yang ketiga adalah perkembangan afektif yang mencakup perasaan sikap, nilai, dan perilaku social. Kemampuan untuk menyesuaikan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14
diri dengan nilai-nilai di suatu lingkungan, sportivitas, sikap mandiri dalam belajar misalnya, merupakan contoh dari perilaku dalam domain afektif. Ketiga tipe tersebut merupakan satu kebulatan. Pemisahannya hanya untuk kebutuhan analisis atau agar mudah diidentifikasi dalam proses pengukuran. Tujuan olahraga pendidikan pada dasarnya mencakup perkembangan totalitas
individu sebagai pribadi yang bulat, mencakup perkembangan
yang seimbang dari ketiga unsur tadi, yaitu psikomotor, kognitif, afektif. Dalam proses penguasaan ketrampilan motorik di bidang olahraga, terdapat beberapa elemen yang tercakup didalamnya yaitu: 1) Pembentukan dan penyempurnaan gerakan-gerakan yang di butuhkan dan perkembangan kemampuan kognitif yang bertalian dengan konsep pelaksanaan gerak. 2) Peningkatan kemampuan menyerap informasi, dan memprosesnya melalui semua perangkat analisis sebagai dasar bagi penyempurnaan gerak yang dibutuhkan dan koordinasi kesemua gerakan terrsebut. 3) Pemantapan dan pemeliharaan kelangsungan perkembangan fungsifungsi yang bertalian dengan perkembangan gerak sehingga koneksi antara stimulus dan respon menjadi lebih otomatis. karakteristik utama dari proses mengajar
belajar ketrampilan
motorik adalah pertukaran informasi yang berkesinambungan antara guru dan siswa atau antara pelatih dan atlet. Model tersebut memperlihatkan tahap-tahap penting dan krirtis dari arus informasi para siswa atau atlet membutuhkan informasi sebelum, selama dan setelah kegiatan pembelajaran berlangsung. Dan juga ada kebenarannya jika kita katakan tanpa proses informasi tersebut, belajar ketrampilan motorik dalam suatu cabang olahraga tak mungkin berlangsung. Model pembelajaran tersebut tadi menunjukkan sirkuit umpan balik sebagai berikut; 1) Umpan balik sensoris, bio-feedback, yaitu informasi yang diperoleh oleh siswa atau atlet setelah mereka mengamati sendiri gerakan dari penampilan teknik yang telah mereka lakukan. Umpan balik ini
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15
nampaknya berkaitan dengan kemampuan siswa atau atlet untuk memahami gerakan-gerakan yang dituntut bagi pelaksanaan teknik tersebut. 2) Infomasi yang diperoleh oleh siswa atau atlet dari guru atau pelatihnya untuk mengoreksi atau mengubah gerakan atau tugas gerak , pujian atau kritik atau bahkan hukuman terhadap penampilan siswa merupakan sebuah umpan balik kepada yang bersangkutan. 3) Informasi yang diperoleh oleh siswa atau atlet melalui tes dan pengukuran atau elevasi yang kesemuanya dimanfaatkan untuk mendorong usaha siswa mencapai tujuan yang diharapkan. Informasi tersebut diatas mencakup dalam konsep umpan balik berupa pengetahuan tentang hasil yang telah dicapai. Karena itulah maka pembelajaran ketrampilan motorik dalam olahraga terdiri dari tahap-tahap: 1) pengembangan koordinasi yang masih kasar dari ketrampilan motorik. 2) pengembangan koordinasi yang halus atau penyempurnaan penampilan. 3) pemantapan atau stabilisasi penguasaan ketrampilan. Pada tahap ini ketrampilan motorik berkembang menjadi tindakan refleks dimana pelakunya lebih mampu melaksanakan teknik yang dimaksud secara otomatis. Menurut rusli lutan (mengutip simpulan dari Schnable 1982:396)
Developmentof techniq olahraga yang dipelajari, pada umumnya proses belajar melalui ketiga tahap utama tadi. Prinsip-prinsip tersebut diangkat dari hukum-hukum gerak. Ada beberapa aspek yang mencakup dalam tahap penguasaan ketrampilan gerak: 1) Latihan berulang-ulang nampaknya merupakan metode utama dalam pembelajaran ketrampilan gerak. 2) Memberikan bantuan dan memperingati merupakan suatu pendekatan yang tak dapat diterapkan dalam cabang olahrag tertentu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16
3) Kegiatan yang dilakukan terus menerus dengan tekun oleh siswa itu sendiri, kadang-kadang factor kelelahan,kebosanan atau cidera (ringan atau berat) menghalangi kemauan siswa untuk berjuang melaksanakan tugas agar tujuan tercapai. Secara umum, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam tahap latihan untuk menguasai ketrampilam motorik sebagai berikut: 1) Aktivitas belajar harus dimulai dari tujuan yang jelas. 2) Ciptakan kondisibelajar eksternal seperti peralatan, lapangan atau air, patner atau waktu hari yang memungkinkan diperoleh kemajuan belajar pada setiap tahap. 3) Guru atau pelatih harus terbiasa dengan kemungkinan bahaya atau cidera yang bakal terjadi selama latihan. 4) Tetrapkan
beberapa
teknik
bagi
penyempurnaan
gerak
dan
sempurnakan koordinasi yang masih kaku. Kesalahan umum yang nampak dengan mudah harus segera diperbaiki. 5) Latihan harus segera dilakukan berkelanjutan dengan dukungan petunjuk dan dorongan yang memacu siswa agar giat dan berinisiatif. 6) Kesalahan umum harus diperbaiki sebelum kesalahan itu melekat menjadi kebiasaan. 7) Lakukan koreksi umum dan kemudian secara bertahap menuju koreksi yang lebih terinci dengan memperhatikan alas an rasional. 8) Ciptakan
situasi
sehingga
latihan
berlangsung
terus
menerus
berkesinambungan setelah diperbaiki. 9) Diskusi atau penjelasan lisan perlu dimanfaatkan secukupnya dalam latiahan olahraga.
b. Prinsip Belajar Agar aktivitas yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran terarah pada upaya peningklatan potensi siswa secara komprehensip, maka pembelajaran harus di kembangkan sesuai dengan prinsip-prinsip yang benar, yang bertolak dari kebutihan internal siswa untuk belajar. Mengingat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17
beberapa hal yang dapat menjadikan kerangka dasar bagi penerapan prinsipprinsip belajar dalam proses pembelajaran menurut Aunurrahman (mengutip simpulan davies) adalah sebagai berikut: 1) Hal apapun yang dipelajari murid, maka ia harus mempelajarinya sendiri. Tidak seorangpun yang dapat melakukan kegiatan belajar tersebut untuknya. 2) Setiap murid belajar menurut tempo (kecepatannya) sendiri dan untuk setiap kelompok umur, terdapat variasi dalam kecepatan belajar. 3) Seorang murid belajar lebih banyak bilamana setiap langkah segera diberikan penguatan(reinforcement). 4) Penguasaan secara penuh dari setiap langkah-langkah pembelajaran, memungkinkan murid belajar secara lebih berarti. 5) Apabila murid diberikan tanggung jawab untuk mempelajari sendiri, maka ia lebih termotivasi untuk belajar, dan ia akan belajar dan mengingat lebih baik (2010:113). Prinsip belajar menunjuk kepada hal-hal penting yang harus dilakukan guru agar terjadi proses belajar siswa sehingga proses pembelajaran yang dilakukan dapat mencapai hasil yang diharapkan. Bagi guru, kemampuan menerapakan prinsip-prinsip belajar dalam proses pembelajaran akan dapat membantu terwujudnya tujuan pembelajaran yang dirumuskan dalam model pembelajaran. Sementara bagi siswa prinsipprinsip pembelajaran akan membantu tercapainya hasil belajar yang diharapkan.
c. Tujuan Belajar Tujuan belajar sangat penting bagi guru dan siswa sendiri. Dalam desain instruksional guru merumuskan tujuan instruksional khusus atau sasaran belajar siswa. Rumusan tersebut disesuaikan dengan perilaku yang hendaknya dapat dilakukan siswa. Siswa mengalami suatu proses belajar. Dalam proses belajar tersebut, siswa menggunakan kemampuan-kemampuan mentalnya untuk mempelajarai tentang bahan belajar. Kemampuan-kemampuan kognitif, afektif, psikomotorik yang dibelajarkan dengan bahan belajar menjadi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18
semakin lebih rinci dan menguat. Adanya informasi tentang sasaran belajar, adanya pengutan-penguatan. Adanya evaluasi dan keberhasilan belajar, menyebabkan siswa semakin sadar akan kemampuan dirinya. Hal ini akan memperkuat keinginan dirinya untuk semakin mandiri. Ada beberapa para ahli yang mempelajari ranah-ranah dengan hasil penggolongan kemampuan-kemampuan pada ranah kognitif, afektif, psikomotorik secara hieraksis. Hsil penelitian para ahli tersebut berbedabeda. Diantara ahli yang mempelajari ranah-ranah kejiwaan tersebut adalah Bloom, Krathwohl, dam Simpson. Meraka ini menyusun menyusun penggolongan perilaku berkenaan dengan kemampuan internal dalam hubungannya dengan tujuan pengajaran. Hasil penelitian mereka dikenal dengan taksonomi instruksional bloom dan kawan-kawan. Ranah kognotif menurut Dimyati dan Mudjiono (mengutip simpulan bloom, dkk) terdiri dari enam jenis perilaku sebagai berikut: 1) Pengetahuan, mencapai kemampuan ingantan tentang hal yang telah di pelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan out berkenaaan dengan fakta, peristiwa, pengertian, kaidah, toeri, prinsip, atau metode. 2) Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari. 3) Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru. Misalnya, menggunakan prinsip. 4) Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. Misalnya mengurangi masalah menjadi bagian yang telah kecil. 5) Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru. Misalnya kemampuan menyusun suatu program kerja. 6) Evaluasi, mencakup kemamapuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu. Misalnya kemampuan menilai hasil karangan (2006:26). Dari keenam perilaku tersebut dapat diketahui bahwa siswa yang belajar dapat akan memperbaiki kemampuan internalnya. Dari kemampuankemampuan awal pada pra-belajar, meningkat memperoleh kemampuan-
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19
kemampuan yang tergolong pada keenam jenis perilaku yang dididikan di sekolah. Ranah afektif menurut Dimyati dan Mudjiono (mengutip simpulan bloom, dkk) terdiri dari lima perilaku-perilaku sebagai berikut: 1) Penerimaan, yang mencakup kepekaan tentang hal tertentu dan kesedian memperhatikan hal tersebut. Misalnya, kemampuan mengakui adanya perbedaan-perbedaan. 2) Partisipasi, yang mencakup kerelaan, kesediaan memperhatikan, dan berpatisipasi dalam suatu kegiatan. Misalnya, mematuhi aturan dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan. 3) Penilaian dan penentuan sikap, yang mencakup menerima suatu nilai, menghargai, mengakui dan menentukan sikap. Misalnya menerima sesuatu pendapat orang lain. 4) Organisasi, yang mencakup kemampuan membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan hidup. Misalnya, menempatkan nilai dalam suatu skala nilai dan dijadikan pedoman bertindak secara bertanggung jawab. 5) Pembentukan pola hidup, yang mencakup kemampuan menghayati nilai dan membentuknya menjadi pola nilai kehidupan pribadi. Misalnya, kemampuan mempertimbangkan dan menunjukkan tindakan yang disiplin(2006:27). Dari kelima jenis perilaku tersebut dapat diketahui bahwa siswa yang belajar akan memperbaiki kemampuan-kemampuan internalnya yang afektif. Siswa mempelajari kepekaan tentang sesuatu hal sampai pada penghayatan nilai sehingga menjadi suatu pegangan hidup. Ranah psikomotorik menurut Dimyati dan Mudjiono (mengutip simpulan Simpson) terdiri dari tujuh perilaku-perilaku sebagai berikut: 1) Persepsi, yang mencakup kemampuan memilah-milah (mendeskripsikan) hal-hal secara khas, dan menyadari adanya perbedaan yang khas tersebut. Misalnya, pemilihan warna, angka 6 (enam) dan 9 (sembilan), huruf b dan d. 2) Kesiapan, yang mencakup kemampuan penempatan diri dalam keadaan dimana akan terjadi suatu gerakan atau rangkaian gerakan. Kemampuan ini mencakup jasmani dan rohani. Misalnya, posisi star lomba lari. 3) Gerakan terbimbing, mencakup kemampuan melakukan gerakan sesuai contoh, atau gerakan peniruan. Misalnya, meniru gerak tari, membuat lingkaran diatas pola.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20
4) Gerakan yang terbiasa, mencakup kemampuan melakukan gerakangerakan tanpa contoh. Misalnya, melakukan lompat tinggi dengan tepat. 5) Gerakan kompleks, yang mencakup kemampuan melakukan gerakan atau ketrampilan yang terdiri dari banyak tahap, secara lancar, efisien, dan tepat. Misalnya, bongkar-pasang peralatan secara tepat. 6) Penyesuaian pola gerakan, yang mencakup kemampuan mengadakan perubahan dan penyesuain pola gerak gerik dengan persyaratan khusus yang berlaku. Misalnya, ketrampilan bertanding. 7) Kreativitas, mencakup kemampuan melahirkan pola gerak-gerak yang baru atas dasar prakarsa sendiri. Misalnya, kemampuan membuat tari kreasi baru (2006:29). Dari ketujuh jenis perilaku tersebut mengandung urutan taraf ketrampilan yang berangkaian. Dapat diketahui bahwa belajar kemampuankemampuan psikomotorik, belajar berbagai kemampuan gerak dapat dimulai dengan kepekaan memilah-milah sampai dengan kreativitas pola gerak baru. Hal ini
menunjukan
bahwa kemampuan
p[sikomotorik mencakup
kemampuan fisik dan mental.
d. Hasil Belajar Hasil belajar merupakan hal penting dalam penyelenggaraan pendidikan. Upaya meningkatkan kualitas pendidikan dapat ditempuh melalui peningkatan kualiatas pembelajaran dan kualitas sitem penilaiannya. Kedua saling terkait, sistem pembelajaran yang baik akan menghasilkan kualitas belajar yang baik. Ditinjau dari sudut bahasa, penilaian diartikan sebagai proses menentukan nilai suatu objek. Untuk dapat menentukan suatu nilai atau harga suatu objek diperlukan adanya ukuran atau kriteria. Penilaian proses belajar adalah upaya memberi nilai terhadap kegiatan belajar-mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru dalam mencapai tujuan-tujuan pengajaran. Men pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar
commit to user
yang dicapai siswa dengan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21
Sejalan dengan pengertian hasil belajar, fungsi dari hasil belajar adalah: 1) Alat untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan instruksional. Dengan fungsi ini maka penilaian harus mengacu kepada rumusan-rumusan tujuan instruksional. 2) Umpan balik bagi perbaikan proses belajar mengajar. Perbaiakn mungkin dilakukan dalam hal tujuan instruksional, kegiatan belajar siswa, strategi mengajar guru, dll. 3) Dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada para orang tuanya. Dalam laporan tersebut dikemukakan kemampuan dan kecakapan belajar siswa dalam berbagai bidang studi dalam bentuk nilainilai prestasi yang dicapai. Adanya hasil belajar juga mempunyai tujuan, antara lain: 1) Mendeskripsikan kecakapan belajar para siswa sehingga dapat diketahui kelebihan dan kekurangannya dalam berbagai bidang studi atau mata pelajaran yang ditempuhnya. 2) Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran di sekolah, yakni seberapa jauh keefektifannya dalam mengubah tingkah laku para siswa kea rah tujuan pendidikan yang diharapkan. 3) Menentukan tindak lanjut hasil penelitian, yakni melakukan perbaikan dan penyempurnaan dalam hal program pendidikan dan pengajaran serta strategi pelaksanaanya. 4) Memperikan pertanggungjawaban dari pihak sekolah kepada pihakpihak yang berkrpentingan.
3. Model-Model Pembelajaran a. Pengertian Model Pembelajaran Keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan guru mengembangkan model-model pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan intensits keterlibatan siswa secara efektif di dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran diartikan sebagai prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22
belajar. Dapat juga diartikan suatu pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Jadi, sebenarnya model pembelajaran memiliki arti yang sama dengan pendekatan, strategi atau metode pembelajaran. Saat ini telah banyak dikembangkan berbagai macam model pembelajaran, dari yang sederhana sampai model yang agak kompleks dan rumit karena memerlukan banyak alat bantu dalam penerapannya. Pengembangan model pembelajaran yang tepat pada pada dasarnya bertujuan untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat belajar secara aktif dan menyenangkan sehingga siswa dapat meraih hasil belajar dan prestasi yang optimal. Menurut sebuah situs tentang pembelajaran Huitt, mengemukakan rasionalitas pengembangan model pembelajaran adalah -model pembelajaran dikembangkan utamanya beranjak dari adanya perbedaan berkaitan dengan berbagai karakteristik siswa. Karena siswa memiliki berbagai karakteristik kepribadian, kebiasaankebiasaan, modalitas belajar yang bervariasi antara individu yang satu dengan yang lain, makan model pembelajaran guru juga harus selayaknya tidak terpaku hanya pada model tertentu, akan tetapi harus bervariasi. Di samping didasari pertimbangan keragaman siswa, pengembangan berbagai model pembelajaran juga dimaksudkan untuk menumbuhkan dan meningkatkan motivasi belajar siswa, agar mereka tidak jenuh dengan proses belajar yang sedang berlangsung. Itulah sebabnya maka di dalam menentukan model-model pembelajaran yang akan dikembangkan, guru harus memiliki pemahaman yang baik tentang siswa-siswinya, keragaman, (Aunurrahman, 2010:141). b. Manfaat Model Pembelajaran Sebagai suatu bentuk model pembelajaran, pembelajaran memiliki beberapa manfaat, diantaranya adalah : 1) memungkinkan anak mengekplorasi dan mengekpresikan pengetahuan dan keterampilannya melalui berbagai kegiatan 2) meningkatkan pemahaman anak secara komprehensif 3) meningkatkan kecakapan berpikir anak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23
4) banyak topik yang tertuang di setiap mata pelajaran mempunyai keterkaiatan konsep dengan yang dipelajari siswa 5) pembelajaran
terpadu
memungkinkan
siswa
memanfaatkan
keterampilannya yang dikembangkan dari mempelajari keterkaitan antarmatapelajaran 6) pembelajaran terpadu melatih siswa untuk semakin banyak membuat hubungan inter dan antarmatapelajaran, sehingga siswa mampu memproses informasi dengan cara yang sesuai daya pikirnya dan memungkinkan berkembangnya jaringan konsep-konsep 7) pembelajaran terpadu membantu siswa dapat memecahkan masalah dan berpikir kritis untuk dapat dikembangkan melalui keterampilan dalam situasi nyata 8) daya ingat (retensi) terhadap materi yang dipelajari siswa dapat ditingkatkan dengan jalan memberikan topik-topik dalam berbagai ragam situasi dan berbagai ragam kondisi 9) dalam pembelajaran terpadu transfer pembelajaran dapat mudah terjadi bila situasi pembelajaran dekat dengan situasi kehidupan nyata 10) meningkatkan interaksi sosial anak 11) meningkatkan profesionalisme guru.
c. Pembelajaran Langsung Secara
singkat
pembelajaran
langsung
dirancang
untuk
meningkatkan penguasaan berbagai ketrampilan pengetahuan prosedural dan pengetahuan faktual yang dapat diajarkan secara langkah demi langkah. Model ini tidak dimaksudkan untuk mencapai hasil belajar sosial atau kemampuan berpikir tingkat tinggi dan juga apakah model ini efektif dalam penggunaan-penggunaannya.
Sebuah
pembelajaran
dengan
model
pembelajaran langsung membutuhkan konsentrasi yang cermat oleh guru dan lingkungan belajar yang praktis, efisien dan berorientasi tugas. Lingkungan belajar untuk pembelajaran langsung terutama difokuskan
pada
tugas-tugas
akademis
commit to user
dan
dimaksudkan
untuk
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24
mempertahankan keterlibatan siswa secara aktif. Pembelajaran langsung dimaksudkan untuk menuntaskan dua hasil utama pelajar yaitu penguasaan isi akademik yang distrukturisasikan dengan baik dan perolehan semua jenis ketrampilan. Dalam pembelajaran praktek yang menuntut penguasaan teknik dasar, salah satu model pembelajaran yang sesuai digunakan oleh guru adalah model pembelajaran langsung atau disebut sebagai Direct Instruction.
meningkatkan penguasaan berbagai ketrampilan dan pengetahuan faktual
2008:295).
siswa diminta untuk melakukan gerakan dalam teknik dasar . Meskipun demikian, pembelajaran tersebut dapat diatur dalam kondisi yang paling menguntungkan dimana teknik yang dilakukan agak lebih mudah dari teknik yang sebenar-benarnya. Seorang peloncat indah misalnya, dapat saja diajarkan langsung untuk menguasai teknik dasar tertentu tanpa didahului oleh penguasaan teknik pendahuluan. Menurut Sudrajat (2009)
Model pembelajaran adalah model
pembelajaran yang menekankan pada penguasaan konsep dan/atau perubahan perilaku dengan m Menurut Muijs dan Reinolds
pengajaran langsung yang juga
dikenal dengan sebutan active teaching (pengajaran aktif) atau whole-class teaching (pengajaran seluruh kelas), mengacu pada gaya mengajar dimana guru terlibat aktif dalam mengusung isi pelajaran kepada murid dengan mengajarkan secara langsung kepada seluruh kelas
muridnya .
Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran langsung menurut Sudrajat (2009) sebagai berikut: 1) Kelebihan model pembelajaran langsung menurut Sudrajat (2009) a) Model pembelajaran langsung, guru mengendalikan isi materi dan urutan informasi yang diterima oleh siswa sehingga dapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25
mempertahankan fokus mengenai apa yang harus dicapai oleh siswa. b) Merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep dan keterampilan-keterampilan yang eksplisit kepada siswa yang berprestasi rendah sekalipun. c) Model pembelajaran langsung dapat digunakan untuk membangun model pembelajaran dalam bidang studi tertentu. Guru dapat menunjukan bagaimana suatu permasalahan dapat didekati, bagaimana informasi dianalisis, bagaimana suatu pengetahuan dihasilkan. d) Model pembelajaran langsung menekankan kegiatan mendengarkan (melalui ceramah) dan kegiatan mengamati (melalui demonstrasi), sehingga membantu siswa yang cocok belajar dengan cara-cara ini. e) Model pembelajaran langsung (terutama kegiatan demonstrasi) dapat memberikan tantangan untuk mempertimbangkan kesenjangan antara teori (hal yang seharusnya) dan observasi (kenyataan yang terjadi). f) Model langsung dapat diterapkan secara efektif dalam kelas besar maupun kelas yang kecil. g) Siswa dapat mengetahui tujuan-tujuan pembelajaran dengan jelas. h) Waktu untuk berbagi kegiatan pembelajaran dapat dikontrol dengan ketat. i) Dalam model ini terdapat penekanan pada pencapaian akademik. j) Kinerja siswa dapat dipantau secara cermat. k) Umpan balik bagi siswa berorientasi akademik. l) Model pembelajaran langsung dapat digunakan untuk menekankan poin-poin penting atau kesulitan-kesulitan yang mungkin dihadapi siswa. m) Model pembelajaran langsung dapat menjadi cara yang efektif untuk mengajarkan informasi dan pengetahuan faktual dan terstruktur. 2) Kekurangan model pembelajaran langsung a) Karena guru memaikan peranan pusat dalam model pembelajaran langsung, maka kesuksesan pembelajaran bergantung pada image guru. Jika guru tidak tampak siap, berpengetahuan, percaya diri, antusias dan terstruktur, siswa dapat menjadi bosan, teralihkan perhatiannya, dan pembelajaran akan terhambat. b) Model pembelajaran langsung sangat bergantung pada gaya komunikasi guru. Komunikator yang kurang baik cenderung menjadikan pembelajaran yang kurang baik pula. c) Jika materi yang disampaikan bersifat kompleks, rinci atau abstrak, model pembelajaran langsung mungkin tidak dapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26
memberikan siswa kesempatan yang cukup untuk memproses dan memahami informasi yang disampaikan. d) Jika terlalu sering digunakan model pembelajaran langsung akan membuat siswa percaya bahwa guru akan memberitahu siswa sesmua yang perlu diketahui. Hal ini akan menghilangkan rasa tanggung jawab mengenai pemebelajan siswa itu sendiri. e) Demonstrasi sangat bergantung pada keterampilan pengamatan siswa. Sayangnya, banyak siswa bukanlah merupakan pengamat yang baik sehingga dapat melewatkan hal-hal yang dimaksudkan oleh guru. d. Pembelajaran Tidak Langsung Merupakan metode pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah. Siswa benar-benar ditempatkan sebagai subjek yang belajar. model pembelajaran tidak langsung ini dinamakan dengan metode inquiry.
Peranan guru dalam pembelajaran
dengan metode inquiry adalah sebagai pembimbing dan fasilitator. Tugas guru adalah memilih masalah yang perlu disampaikan kepada kelas untuk dipecahkan. Namun dimungkinkan juga bahwa masalah yang akan dipecahkan dipilih oleh siswa. Tugas guru selanjutnya adalah menyediakan sumber belajar bagi siswa dalam rangka memecahkan masalah. Bimbingan dan pengawasan guru masih diperlukan, tetapi intervensi terhadap kegiatan siswa dalam pemecahan masalah harus dikurangi.
pelatih menyusun rencana secara cermat dalam rangkaian urutan yang logis
(1988:418). Misalnya dalam mengajar teknik overhead pass dalam permainan bola voli, mungkin saja diberikan terlebih dahulu beberapa teknik dasar, seperti menangkap bola dengan kedua tangan, menangkap bola yang dipuntulkan rendah dengan sikap kedua lutut dibengkukkan, dan sebagainya. Yang perlu diperhatikan adalah, pemilihan ketrampilan pendahuluan yang secara teknik memiliki kaitan satu sama lain. Dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27
kata lain rangkaian pembelajaran bisa dimulai dari yang mudah ke yang sukar. Jika teknik gerakan pendahuluan itu dikuasai dengan baik, untuk selanjutnya diajarkan teknik yang sebenarnya. Menurut Sanjaya ada beberapa hal yang menjadi ciri utama pembelajaran inkuiri (tidak langsung). 1) Strategi inkuiri menekankan pada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya strategi inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal,tetapi merekan berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pembelajaran itu sendiri. 2) Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri. Dengan demikian strategi pembelajaran inkuiri menempatkan guru bukan sebagi sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa. 3) Tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Dengan demikian dalam strategi pembelajaran inkuiri siswa tidak hanya dituntut agar menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya (2011:196). Keunggulan dan kelemahan model pembelajaran tidak langsung menurut Sanjaya sebagai berikut: Keunggulan pembelajaran tidak langsung (Inkuiri) 1) Pembelajaran inkuiri merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebbih bermakna 2) Pembelajaran inkuiri dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka. 3) Pembelajaran inkuiri merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. 4) Keuntungan lain adalah pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28
Kelemahan pembelajaran tidak langsung (Inkuiri) 1) Jika pembelajaran inkuiri digunakan sebagai strategi pembelajaran, maka akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa. 2) Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar. 3) Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehinggga sering guru sulit menyesuaikan dengan waktu yang telah ditentukan. 4) Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai meteri peljaran, maka pembelajaran inkuiri akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru. (2011: 208-209) 4. Pembelajaran Servis dengan Model Pembelajaran Langsung dan Tidak Langsung a. Pembelajaran servis sepak takraw dengan bola yang di gantung (Pembelajaran Langsung) Pembelajaran servis dengan bola yang di gantung merupakan bentuk pembelajaran servis yang dilakukan oleh satu orang, yaitu bola digantungkan pada tali dan siswa melakukan servis. Pembelajaran ini dilakukan secara langsung seperti bentuk ketrampilan sebenarnya. Dalam uru atau pelatih mengajarkan secara langsung teknik yang sebenarnya. Para
Ditinjau dari belajar gerak, pembelajaran servis sepak takraw dengan bola yang di gantung didasarkan pada kesiapan siswa. Artinya siswa telah siap dengan ketrampilan yang akan dipelajari. Jika siswa telah siap dengan ketrampilan yang akan dipelajari, maka akan lebih cepat untuk menguasai ketrampilan tersebut. Sugiyanto dan Kristiyanto menyatak Kesiapan (law of readiness) menyatakan bahwa belajar akan berlangsung sangat efektif jika pelaku belajar berada dalam suatu kesiapan untuk memberikan respon. Dengan kata lain, belajar berlangsung secara efektif bila pelaku telah siap memberikan respon untuk beradaptasi dengan
Pelaksanaan pembelajaran servis dengan bola yang digantung yaitu: siswa sebagai tekong menempatkan diri di dalam lingkaran tekong.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29
Kemudian server melakukan servis dengan bola yang sudah digantung. Berikut adalah ilustrasi pembelajaran servis sepak takraw dengan bola yang di gantung.
Gambar 5. Pembelajaran servis sepak takraw dengan bola yang digantung.
1) Kelebihan Pembelajaran Servis Sepak Takraw dengan bola yang digantung: a) Siswa akan lebih mudah melakukan servis, karena bola tidak bergerak b) Siswa akan menguasai teknik servis sepak takraw dengan benar, sehingga akan mampu melakukan servis sepak takraw dengan baik dan benar. c) Siswa mempunyai konsep gerakan servis, karena servis sepak takraw dilakukan secara berulang-ulang. d) Ketrampilan yang dipelajari secara berulang-ulang akan menjadi ketrampialan yang dapat dikuasai dengan baik. 2) Kelemahan servis sepak takraw dengan bola yang digantung: a) Siswa yang belum siap akan mengalami kesulitan melakukan gerakan servis sepak takraw. b) Siswa yang belum siap tidak bisa mengarahkan gerakan kaki ke arah bola yang digantung.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30
b. Pembelajaran servis sepak takraw dengan Bola Dilempar Sendiri (tidak langsung) Pembelajaran servis sepak takraw dengan cara bola dilambungkan sendiri merupakan bentuk belajar yang secara tidak langsung dan bertujuan untuk memberikan kemudahan siswa untuk menguasai teknik dasar servis sepak takraw. Pembelajaran servis sepak takraw dengan cara bola dilambungkan sendiri memudahkan siswa untuk melakukan sepakan dan mengarah ke lapangan lawan sesuai yang diinginkan. Hal ini dikarenakan kontrol bola sepenuhnya dikuasai oleh siswa sebagai server. Pembelajaran servis sepak takraw dengan cara bola dilambingkan sendiri siswa akan merasa senang, karena siswa dapat mengukur lambungan bola sesuai yang diinginkan dan sepakkan mendapatkan hasil yang dikehendaki oleh server. Ditijau dari belajar gerak, pembelajaran ini merupakan bentuk pembelajaran ketrampilan yang dilakukan dari cara yang mudah ke tahap yang lebih sulit atau kompleks. Menurut Sugiyantomenyatakan: Berdasarkan pertimbangan tingkat kesulitan dan tingkat kompleksitas, penyusunan materi pelajaran hendaknya mengikuti prinsip-prinsip: (1) Dimulai dari materi belajar yang mudah dan ditingkatkan berangsurangsur ke materi yang susah. (2) Dimulai dari materi belajar yang sederhana dan ditingkatkan berangsur-angsur ke materi yang semakin kompleks (1996:64). Dengan pembelajaran servis sepak takraw dengan cara bola dilempar sendiri diharapkan siswa dapat mentransfer ke bentuk gerakan
merupakan materi pelajaran yang harus diajarkan, melainkan suatu kondisi yang ahus diciptakan agar materi pelajaran yang telah dikuasai murid bisa memberikan kemudahan untuk mempelajari hal-hal yang baru dalam situasi
dengan
cara
bola
dilempar
sendiri
diharapkan
siswa
mampu
mengaktualisasikan ke dalam gerakan servis sepak takraw yang sebenarnya. Pelaksanaan pembelajaran servis sepak takraw dengan bola dilambungkan sendiri adalah: siswa menempatkan diri ditempat tekong
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31
dengan memegang bola. Untuk selanjutnya bola dilambungkan sendiri sesuai dengan keinginannya dan selanjutnya menyepak bola tersebut dengan mengarahkan ke daerah permainan lawan. Di bawah ini adalah contoh gambar pembelajaran servis sepak takraw dengan cara bola dilambungkan atau dilempar sendiri.
Gambar 6. Pembelajaran servis sepak takraw dengan bola di lempar sendiri.
1) Kelebihan dan kelemahan Pembelajaran servis sepak takraw dengan cara bola di lambungkan atau dilempar sendiri bertujuan untuk meningkatkan akurasi atau ketepatan sepakkan untuk diarahkan ke dalam lapangan permainan lawan agar hasilnya bisa maksimal. Dengan bola dilempar sendiri akan mudah untuk menyepak bola. Berdasarkan pelaksanaan pembelajaran servis sepak takraw dengan cara bola dilambungkan sendiri dapat diidentifikasi kelebihan dan kelemahannya. Kelebihan servis sepak takraw dengan cara bola dilambungkan sendiri antara lain: a) Kontrol bola sepenuhnya terdapat pada diri sendiri dan bebas melambungkan bola sesuai keinginannya, sehingga bola akan masuk ke daerah permaianan lawan dengan baik. b) Mudah mengarahkan sepakkan ke dalam daerah peraianan lawan sesuai dengan keinginannya. 2) Pembelajaran servis sepak takraw dengan cara bola dilambungkan sendiri juga memilki kelemahan. Kelemahan pembelajaran ini antara lain:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32
a) Waktu pembelajaran lebih lama, karena dibutuhkan proses untuk beradaptasi terhadap gerakan ketrampilan servis sepak takraw yang sebenarnya. b) Siswa kurang menguasai konsep gerakan servis sepak takraw yang sebenarnya c) Ketrampilan servis sepak takraw akan lebih lama dikuasai siswa.
B. Kerangka Berfikir
Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan diatas dapat dirumuskan kerangka berfikir sebagai berikut: 1. Pembelajaran servis dengan bola yang di gantung yaitu siswa sebagai tekong menempatkan diri di dalam lingkaran tekong. Kemudian server melakukan servis dengan bola yang sudah digantung. Dengan mempergunakan pendekatan langsung guru atau pelatih mengajarkan secara langsung teknik yang sebenarnya. Ditinjau dari belajar gerak pembelajaran servis dengan bola digantung lebih tepat perkenaannya karena sasaran bola diam. Keuntungan pembelajaran servis dengan bola yang digantung diantaranya yaitu: a. Siswa akan lebih mudah melakukan servis, karena bola tidak bergerak sehingga siswa lebih cepat menguasai teknik servis sepak takraw. b. Siswa juga mempunyai konsep gerakan servis, karena servis sepak takraw dilakukan secara berulang-ulang. Kelemahan pembelajaran servis dengan bola yang digantung diantaranya yaitu: a. Siswa yang belum siap akan mengalami kesulitan melakukan gerakan servis sepak takraw. b. Siswa yang belum siap tidak bisa mengarahkan gerakan kaki ke arah bola yang digantung.
2. Pembelajran servis dengan dilambungkan sendiri yaitu siswa atau server diberi bola, kemudian dilempar sendiri lalu disepak dengan punggung kaki dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33
arah kedepan secara berulang-ulang.
menerapkan
pendekatan tidak langsung guru atau pelatih menyusun rencana latihan secara cermat dalam rangkaian urutan yang logis sebelum teknik yang sebenarnya
pembelajaran servis sepak takraw dengan di lempar sendiri di dasarkan pada kesiapan siswa. Artinya, siswa telah siap dengan ketrampilan yang akan di pelajari. Jika siswa telah siap dengan ketrampilan yang akan di pelajari, maka akan lebih cepat untuk menguasai ketrampilan tersebut. Keuntungan
pembelajaran
servis
dengan
bola
dilambungkan
sendiri
diantaranya yaitu: a. Kontrol
bola
sepenuhnya
terdapat
pada
diri
sendiri
dan
bebas
melambungkan bola sesuai keinginannya, sehingga bola akan masuk ke daerah permaianan lawan dengan baik. b. Lambungan bola lebih bebas sehingga siswa terbiasa dengan lambungan bola normal. c. Bola dapat disepak sesuai kemampuan, selain melatih ketrampilan servis juga melatih gerakan servis yang sebenarnya Kelemahan pembelajaran servis dengan bola dilambungkan sendiri diantaranya yaitu: a. Waktu pembelajaran lebih lama, karena dibutuhkan proses untuk beradaptasi terhadap gerakan ketrampilan servis sepak takraw yang sebenarnya. b. Siswa kurang menguasai konsep gerakan servis sepak takraw yang sebenarnya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34
SEPAK TAKRAW
SERVIS
MODEL PEMBELAJA PEMBELAJARAN LANGSUNG
PEMBELAJARAN TIDAK LANGSUNG
BOLA YANG DIGANTUNG
BOLA DILEMPAR SENDIRI
Di Tinjau Dari Aspek Belajar
Reflek Terhadap Benda Bergerak Lebih
Reflek Terhadap Benda Bergerak Kurang Baik HASIL KEMAMPUAN SERVIS ATAS
Gambar 7. Skematis Kerangka Berfikir.
C. Hipotesis
Berdasarkan uraian landasan teori dan kerangka berfikir di atas, maka hipotesis yang dapat dirumuskan sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35
1. Ada perbedaan pengaruh pembelajaran servis atas dengan model pembelajaran langsung dan model pembelajaran tidak langsung terhadap hasil kemampuan servis sepak takraw SMA MTA Surakarata tahun 2012. 2. Hasil kemampuan servis atas sepak takraw dengan menggunakan model pembelajaran tidak langsung lebih baik dari pada model pembelajaran langsung.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lapangan sepak takraw
SMA MTA
Surakarta .
2.
Waktu Penelitian Dalam penelitian ini dilakukan treatmen selama 6 minggu dengan 3 kali
pertemuan dalam seminggu, yaitu setiap hari selasa, kamis dan sabtu. Mulai pukul 15.30-17.00 WIB sesuai dengan jadwal
ekstrakurikuler. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan September sampai bulan Oktober 2012.
Tabel 1. Rincian Kegiatan Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian
N o 1
Rencana Kegiatan
Tahun 2012 mar
apr
mei
juni
Persiapan a. Observasi b. Identifikasi Masalah c. Penentuan Tindakan d. Pengajuan Judul e. Penyusunan Proposal f. Konsultasi Proposal
2
Pelaksanaan a. Seminar Proposal b. Pengumpulan
Data
Penelitian 3
Penyusunan laporan a. Penulisan Laporan b. Ujian Skripsi
commit to user 36
juli
sept
2013 okt
nov
Des
Jan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
37
B. Rancangan Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode koasi eksperimen. Dasar penggunaan metode ini adalah kegiatan percobaan, yang diawali dengan memberikan perlakuan kepada subjek yang diakhiri dengan suatu tes guna mengetahui pengaruh perlakuan yang telah diberikan. Menurut Santoso da tidaknya hubungan sebab akibat serta besarnya hubungan sebab akibat tersebut dengan cara memberikan perlakuan (treatment) terhadap kelompok eksperimen yang hasilnya dibandingkan dengan hasil kelompok control yang tidak diberi perlakuan atau diberi perla Non equivalen Control Group Design pretest-posttest design kelompok kontrol tidak dipilih secara random. Gambaran rancangan penelitian sebagai berikut:
Gambar 8. Skema Rancangan Penelitian
Keterangan: 1. O1: hasil kemampuan servis atas sepak takraw sebelum ada perlakuan 2. O2: hasil kemampuan servis atas sepak takraw setelah diberi perlakuan dengan pembelajaran langsung 3. O3: hasil kemampuan servis atas sepak takraw sebelum ada perlakuan 4. O4: hasil kemampuan servis atas sepak takraw yang diberi perlakuan dengan pembelajaran tidak langsung Dilakukan penelitian untuk mencari pengaruh pembelajaran langsung terhadap hasil kemampuan servis atas sepak takraw siswa ektrakurikuler SMA
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38
MTA Surakarta. Desain penelitian dipilih satu kelompok ekstrakurikuler. Selanjutnya dari satu kelompok tersebut yang setengah diberi perlakuan dengan menggunakan pembelajaran langsung pada materi servis atas sepak takraw. Dan yang setengah lagi diberi perlakuan dengan pembelajaran tidak langsung. O1 dan O3 merupakan hasil kemampuan servis atas sepak takraw sebelum ada perlakuan(treatment). O2 adalah hasil kemampuan servis atas sepak takraw setelah diberi perlakuan dengan pembelajaran langsung. O4 adalah hasil kemampuan servis atas sepak takraw yang diberi perlakuan dengan pembelajaran tidak langsung. Pengaruh pembelajaran langsung terhadap hasil kemampuan servis atas sepak takraw adalah (O1
O2) (O3
O4).
Dalam pembelajaran agar tubuh dapat beradaptasi dan keadaan tubuh tidak kembali kekeadan sebelumnnya perlu adanya pengaturan jarak hari perminggu. M perlu diatur dan di beri jarak latihan. Masing-masing kelompok diberi perlakuan sebanyak 18 kali pertemuan dengan 3 kali dalam seminggu, selama 6 atihan perminggu yang di perlukan untuk menghasilkan pengembangan kapasitas an aerob yang terbesar adalah 3 atau 5 sesion perminggu. Lama latihan yang sudah menanpakkan hasil
dalam penelitian ini di lakukan sebanyak 3 kali dalam 1 minggu dan selama 6 minggu.
C. Subjek Penelitian
Subjek
penelitian
kuasi
ekperimen
ini
adalah
seluruh
siswa
ektrakurikuler sepak takraw SMA MTA Surakarta tahun 2012. Yang berjumlah 14 siswa. Yang di bagi menjadi 2 kelompok, yang masing-masing kelompok terdiri dari 7 siswa Kelompok 1 dengan pembelajaran tidak langsung dan kelompok 2 dengan pembelajaran langsung.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
39
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini diadakan tes servis atas sepak takraw dengan pedoman pelaksanaan tes servis atas sepak takraw dari buku Sulaiman. (2008) dan Darwis & Basa (1992): Tabel 2. Teknik pengumpulan data kelompok 1 pembelajaran tidak langsung Bola dilempar sendiri. NO 1 2 3 4 5 6 7
NAMA Muhammad Arifin Akbar Maulana Abdul Majid Crisdio Adi Wahyu Adi Huda Sodiq Fahmi
KELAS X4 X4 XI IPA 1 XII IPA 2 XI IPA 1 XI IPA 2 X4
POSISI Tekong Tekong Umpan Apit Kiri Smash Tekong Umpan TOTAL
PREE TEST 10 5 9 8 7 13 11 63
POST TEST 12 16 11 15 14 17 17 102
Tabel 3. Teknik pengumpulan data kelompok 2 pembelajaran langsung Bola digantung. NO
NAMA
KELAS
POSISI
1 2 3 4 5 6 7
Nur Kholis Firman Langit Muhammad Lutfi Rahmat Gunna Musa Rantau Candra Widiana Akhsaanu Q.A
XI IPA 2 X5 X1 XI IPA 2 X2 X3 X4
Tekong Apit Kanan Umpan Smash Tekong Umpan Apit Kiri TOTAL
PREE TEST 7 9 13 9 9 5 12 64
POST TEST 10 13 15 12 11 10 14 85
E. Teknik Analisis Data Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan teknik statistic. Adapun langkah-langkah analisis data yang dilakukan antara lain: 1. Uji Reliabilitas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40
Untuk mengetahui tingkat ketetapan hasil tes yang dilakukan dalam penelitian, maka dilakukan uji reliabilitas. Uji ini dilakukan dengan menggunakan analisis komputasi SPSS 20. Langkah pengujiannya sebagai berikut: Analyze
Scale
Reliability Analysis, masukkan variabel tes ke kotak items,
Model = Paralel, Statistics F
Intraklas
1 Way Random kemudian OK.
2. Uji Prasyarat Analisis a. Uji Normalitas Uji normalitas dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa data hasil kemampuan servis atas yang diambil berdistribusi normal. Langkah pengujian dengan SPSS 20 adalah sebagai berikut: 1) Pada Toolbar pilih Analyze, kemudian pilih Nonparametric tests 1-Sample KS. 2) Masukkan variabel X dan Y ke Test variable list. 3) Pada Option: pilih Descriptive. Klik Continue. 4) Pada kolom Test Distribution: pilih Normal. 5) Klik OK. b. Uji Homogenitas Uji ini digunakan untuk memperlihatkan bahwa data hasil kemampuan servis atas siswa dalam kelompok memiliki variansi yang sama. Prosedur pengujian dengan SPSS 20 adalah sebagai berikut: 1) Pada Toolbar pilih Analyze, kemudian pilih General Linear Model Univariate. 2) Untuk analisis tanpa kovariat: Masukkan variabel Y pada posisi Dependent Variable dan variabel desian pada Fixed Factor(s). 3) Untuk analisis dengan kovariat: Masukkan variabel Y pada posisi Dependent Variable, variabel desain pada Fixed Factor(s) dan variabel X pada posisi Covariates(s). 4) Pada Model: pilih Full Factorial. Klik Continue. 5) Pada Option: pilih Homogeneity test. Klik Continue.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
41
6) Klik OK.
3. Uji Perbedaan Uji t sampel bebas digunakan untuk membandingkan rata-rata dua kelompok kasus. Prosedur pengujian dengan SPSS 20 adalah sebagai berikut: a. Pada Toolbar pilih Analyze, kemudian pilih compare mean, pilih Independent T test. b. Pindahkan variable pembelajaran langsung ke dalam kotak test variable(s) dan variable pembelajaran tidak langsung ke dalam kotak gruping. Pilih missing values, cek exclude cases analysis by analysis kemudian tekan continue. c. Pilih option: untuk confidence interval isikan 95% > continue > Ok. (Sarwono, 2012: 132)
4. Uji Hipotesis Anakova Analisis kovarian (Anakova) merupakan gabungan antara analisis regresi dengan analisis varian (anava). Setelah uji prasyarat analisis terpenuhi yakni untuk mengetahui data yang dianalisis berdistribusi normal, data homogen, dan model regresi linier, maka uji analisis berikutnya adalah anakova atau uji kombinasi analisis regresi dan varians. Anakova adalah analisis kovarian yang mempertimbangkan/memasukkan variabel independen metrik sebagai kovariat ke dalam model. Tujuannya untuk menurunkan error variance dengan cara mengontrol/menghilangkan pengaruh variabel metrik (interval) yang diyakini membuat bias hasil analisis. Hal ini penting khususnya dalam penelitian
yang sampel/subjeknya
tidak
diambil secara
acak
sebagaimana dalam PEK ini. Dalam penelitian ini peneliti menganggap pretest dan jenis kelamin (JK) dapat mempengaruhi posttest. Langkah pengujian SPSS 20 untuk uji analisis anacova adalah sebagai berikut: a. Analyse > General Linear Model > Univariate. b. Pindahkan variabel B ke kolom Dependent Variable: variabel A ke Fixed Factor ; dan variabel C ke Covariate.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42
c. Klik Contrast: Pilih Simple dengan cara meng-klik gambar segitiga terbalik. d. Pada pilihan Reference Category pilih First. e. Kemudian klik Change > Continue. f. Klik Options: pilih variabel A yang ada pada kolom Factor (s) and Factor Interaction kemudian pindahkan ke kolom Display Means For dengan cara klik anak panah ke kanan. Cek Compare main effect. Pada Pilihan Confidence Interval Adjustment pilih Boferonni dengan cara meng-klik gambar. Pada pilihan Display cek : Descriptive Statistics, Parameter Estimtates, Homogenity Test dan Residual Plot > Continue. g. Klik Ok (Sarwono, 2012:159)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan
pengaruh
pembelajaran langsung dan tidak langsung terhadap hasil kemampuan servis atas sepak takraw pada siswa ektrakurikuler SMA MTA Surakarta tahun 2012/2013. Peneltian ini dengan 2 kelompok, kelompok pertama dengan pembelajaran tidak langsung dan kelompok kedua dengan pembelajaran langsung. Untuk mengetahui hasil kemampuan servis atas menggunakan tes servis atas sepak takraw. Hasil penelitian sebagai berikut: 1.
Hasil Test Awal (Pre Test)
Gambar 9. Grafik Hasil Tes Awal (pretest) Berdasarkan
hasil
tes
awal
menunjukkan
rata-rata
hasil
kemampuan servis atas pembelajaran langsung sebesar 9,14, nilai tertinggi sebesar 13, nilai terendah sebesar 5, dan standar deviasi kelompok sebesar 2,734. Sedangkan rata-rata untuk hasil kemampuan servis atas pembelajaran
commit to user 43
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
44
tidak langsung sebesar 9,00, dengan nilai tertinggi 13, nilai terendah sebesar 5 dan standar deviasi sebesar 2,646. Dilihat dari nilai rata-rata tersebut menunjukkan kedua pembelajaran mempunyai hasil kemampuan servia atas sepak takraw yang hampir sama. 2.
Hasil Test Akhir (Post Test)
Gambar 10. Grafik Hasil Tes Akhir (post test). Berdasarkan
hasil
tes
awal
menunjukkan
rata-rata
hasil
kemampuan servis atas pembelajaran langsung sebesar 12,14, nilai tertinggi sebesar 15, nilai terendah sebesar 10, dan standar deviasi kelompok sebesar 1,952. Sedangkan rata-rata untuk hasil kemampuan servis atas pembelajaran tidak langsung sebesar 14,57, dengan nilai tertinggi 17, nilai terendah sebesar 11 dan standar deviasi sebesar 2,370. Dilihat dari nilai rata-rata tersebut menunjukkan hasil kemampuan servis atas pembelajaran tidak langsung lebih tinggi dari pada hasil kemampuan servis atas pembelajaran langsung, hal ini menunjukkan bahwa hasil kemampuan servis atas pembelajaran tidak langsung lebih efektif untuk meningkatkan hasil kemampuan servis atas sepak takraw pada siswa ektrakurikuler SMA MTA Surakarta tahun 2012.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
45
B. Pengujian Persyaratan Analisis 1.
Uji Normalitas Data `Uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan Smirnov test untuk taraf signifikansi 95%. (0,05) dengan hasil sebagai berikut: Tabel 4. Hasil Uji Normalitas Data.
Berdasarkan tabel 2 diketahui hasil uji normalitas data dengan menggunakan Smirnov test. Uji normalitas data dihitung dengan menggunakan Smirnov test dengan menggunakan SPSS a. Data hasil test awal untuk kelompok 1 (Tidak Langsung) Berdasarkan hasil test, didapatkan nilai signifikan 1,000 > 0,05 sehingga data dinyatakan terdistribusi normal. b. Data hasil test akhir untuk kelompok 1 (Tidak Langsung) Berdasarkan hasil test, didapatkan nilai signifikan 0,996 > 0,05 sehingga data dinyatakan terdistribusi normal. c. Data hasil test awal untuk kelompok 2 (Langsung) Berdasarkan hasil test, didapatkan nilai signifikan 0,834 > 0,05 sehingga data dinyatakan terdistribusi normal. d. Data hasil test awal untuk kelompok 2 (Langsung)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
46
Berdasarkan hasil test, didapatkan nilai signifikan 0,998 > 0,05 sehingga data dinyatakan terdistribusi normal. 2.
Uji Homogenitas Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui variasi sampel pada tiap-tiap kelompok penelitian. Uji homogenitas dalam penelitian ini dilakukan terhadap data hasil penelitian dengan menggunakan uji equality of error variance. Hasil perhitungan uji homogenitas adalah sebagai berikut: Tabel 5. Hasil Uji Homogenitas Tanpa Kovariat
Tabel 6. Hasil Uji Homogenitas dengan Kovariat
maka H0 diterima. Ini berarti bahwa varians variable dependen pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah sama (homogen), baik yang dianalisis dengan dan tanpa memasukkan kovariat. Dengan demikian syarat homogenitas data terpenuhi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
47
3.
Uji hipotesis Anakova Hasil analisis varians tanpa kovariat dan dengan kovariat dapat dilihat
pada tabel di bawah ini: Tabel 7. Between-Subject Factors
Pada tabel Between-Subject Factors, memuat hasil-hasil data mengenai variabel faktor yang menjadi variabel (yang menyebabkan terjadinya pengaruh) pada variabel dependen. Ada dua jenis faktor yang diuji, yaitu dengan menggunakan model pembelajaran langsung (bola digantung) dan model pembelajaran
tidak
langsung
(bola
dilempar
sendiri).
Masing-masing
sampel/subjek penelitian yang sama jumlahnya, yakni masing-masing 7 siswa. Tabel 8. Descriptive Statistics
Pada tabel Descriptive Statistics, menyajikan besarnya nilai rata-rata (mean), simpangan baku (standar deviation), dan jumlah sampel (N).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
48
Tabel 9. Test of Between-Subject Effect (Analisis Tanpa Kovariat)
Tabel 10. Test of Between-Subject Effect (Analisis Dengan Kovariat)
Pada tabel Test of Between-Subject Effect baik analisis yang dilakukan dengan dan tanpa memasukan kovariat. Bandingkan informasi keduanya, hasil akhir perhitungan ANAKOVA tersebut digunakan sebagai penentu apakah hasil analisis yang dilakukan terhadap hipotesis akan diterima atau ditolak.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
49
Tabel 11. Parameter Estimates
Pada tabel Parameter Estimates diketahui bahwa pada kolom B dan sig., interpretasi atau tafsirannnya adalah bahwa siswa yang menggunakan model pembelajaran langsung, maka hasil kemampuan servis atas akan lebih rendah 2.489 dibandingkan dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran tidak langsung. Hal ini dikuatkan dengan nilai sig. <
(0.05), sehingga HO ditolak.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan terhadap hasil kemampuan servis atas sepak takraw yang signifikan antara yang menjalani model pembelajaran langsung dan tidak langsung. Tabel 12. Estimated Marginal Mean
Pada tabel Estimated Marginal Mean, memperlihatkan nilai rata-rata (mean) yang diperoleh masing-masing kelompok setelah perlakuan diberikan. nilai kesalahan baku (standart error), dan nilai interval konvidensi untuk tingkat kepercayaan 95%. Output ini menggambarkan bahwa ada perbedaan hasil kemampuan servis sepak takraw antara pembelajaran langsung dan tidak langsung.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
50
Keterangan: Dalam hal ini hipotesis nol dan hipotesis alternatif akan diuji. Dari tabeltabel di atas maka dalam penelitian ini diajukan hipotesis sebagai berikut: a. H0 : Tidak ada perbedaan hasil kemampuan servis atas sepak takraw dengan menerapkan model pembelajaran yang berbeda, yaitu model pembelajaran langsung dan model pembelajaran tidak langsung b. H1 : Tidak ada perbedaan hasil kemampuan servis atas sepak takraw dengan menerapkan model pembelajaran yang berbeda, yaitu model pembelajaran langsung dan model pembelajaran tidak langsung. Kriteria pengujian: a.
0 diterima.
b. Jika nilai
0
ditolak.
Interpretasi: Dari tabel Tests of Between-Subjects Effects di atas, amati pada metode; ini berarti menunjukkan bahwa ada perbedaan hasil kemampuan servis atas sepak takraw dengan menerapkan model pembelajaran yang berbeda, dengan melakukan kontrol terhadap tes awal sebagai kovariat ke dalam model sebelum perlakuan diberikan. Hal ini dapat dilihat dari harga sig. <
(0.05), sehingga H0 ditolak. Ini
mengimplikasikan bahwa variabel kovariat skor hasil kemampuan servis awal perlu dikontrol. Perbandingan Adjusted R Squared mengalami kenaikan dari 20,6% (tanpa kovariat) menjadi 37,4% (dengan variable kovariat). Jadi dapat disimpulkan metodenya akan menjadi lebih baik. Bila dikalkulasi kontibusinya dalam persen sebesar 81,55%, diperoleh dari: (0,374-0,206)/0.206 *100. C. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dilakukan berdasarkan hasil analisis data dan interpretasinya. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan teknik analisis kovarians (anakova). Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
51
3. Perbedaan pengaruh pembelajaran servis dengan model pembelajaran langsung dan model pembelajaran tidak langsung terhadap hasil kemampuan servis sepak takraw SMA MTA Surakarata tahun 2012.
Tabel 13. Hasil Uji Perbedaan Test Awal antara Kelompok 1 (Pembelajaran tidak langsung) dan kelompok 2 (Pembelajaran langsung) Kelompok
N
Nilai rata-rata (dtk/mnt)
Signifikan
Pembelajaran tidak langsung
7
9,00
0,058
Pembelajaran langsung
7
9,14
Hasil uji anacova, angka signifikan (0,058>0,050), sehingga dapat disimpulkan tidak ada perbedaan hasil kemampuan servis atas sepak takraw antara kelompok pembelajaran tidak langsung dan kelompok pembelajaran langsung sebelum dilakukan perlakuan (treatment). Tabel 14. Hasil Uji Perbedaan Test Akhir antara Kelompok 1 (Pembelajaran tidak langsung) dan kelompok 2 (Pembelajaran langsung) Kelompok
N
Nilai rata-rata (dtk/mnt)
Signifikan
Pembelajaran tidak langsung
7
14,57
0,034
Pembelajaran langsung
7
12,14
Hasil uji anacova, angka signifikan (0,034<0,050), sehingga dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan hasil kemampuan servis atas sepak takraw antara kelompok pembelajaran tidak langsung dan kelompok pembelajaran langsung sebelum dilakukan perlakuan (treatment).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
52
Dari analisis perbandingan secara deskriptif, diperoleh data dari hasil tes awal terhadap kegiatan ektrakurikuler siswa selama 3 kali pertemuan dalam 1 minggu selama 6 minggu. Setelah dilakukan pre test di peroleh hasil kemampuan sevis atas sepak takraw yang hampir sama diantara kedua kelompok. Kelompok pertama diberi perlakuan model pembelajaran tidak langsung dan kelompok kedua diberi perlakuan model pembelajaran langsung. Setelah diberikan perlakuan dan diperoleh hasil post test, kedua model pembelajaran tersebut mengalami peningkatan. Tetapi hasil kemampuan servis atas sepak takraw yang lebih baik pengaruhnya adalah kelompok pertama (model pembelajaran tidak langsung). Jadi h perbedaan pengaruh pembelajaran servis atas dengan model pembelajaran langsung dan model pembelajaran tidak langsung terhadap hasil kemampuan
4. Hasil kemampuan servis sepak takraw dengan menggunakan model pembelajaran tidak langsung lebih baik dari pada model pembelajaran langsung. Tabel 15. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Test Akhir antara Pembelajaran tidak langsung dan Pembelajaran langsung Kelompok
N
Rata-rata test awal
Rata-rata tes akhir
Persentase peningkatan (%)
Pembelajaran tidak langsung
7
9,00
14,57
61,88
Pembelajaran langsung
7
9,14
12,14
32,82
Berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan pada kelompok I dengan prosentase peningkatan sebesar 61,88% dan untuk kelompok II dengan persentase peningkatan 32,82%. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan hasil kemampuan servis atas sepak takraw antara model
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
53
pembelajaran langsung dan tidak langsung. Dari rata-rata hasil tes akhir hasil kemampuan
servis
atas
sepak
takraw
dengan
menggunakan
model
pembelajaran langsung adalah 12,14, sedangkan rata-rata test akhir hasil kemampuan
servis
atas
sepak
takraw
dengan
menggunakan
model
pembelajaran tidak langsung adalah 14,57. Hal ini menunjukkan bahwa hasil kemampuan servis atas sepak takraw dengan model pembelajaran tidak langsung lebih baik dari pada model pembelajaran langsung. Dengan demikian
dengan menggunakan model pembelajaran tidak langsung lebih baik dari pada
D. Pembahasan Hasil Analisis Data
Pembahasan hasil penelitian ini memberikan interpretasi lebih lanjut, terutama mengenai hasil analisis data yang telah dikemukakan sebelumnya. Pembahasannya sebatas dalam pengertian evaluasi dan tidak atau belum kearah verifikasi suatu teori, karena itu pembahasannya lebih cenderung ke deskripsi empiris. Dari hasil analisis statistik deskriptif dan inferensial diperoleh dua informasi sebagai berikut: 1.
Hasil analisis tes awal kelompok model pembelajaran langsung dan model pembelajaran tidak langsung sebelum masing-masing kelompok mendapat perlakuan dan diadakan perhitungan dan di peroleh hasil rata-rata diantara keduanya. Adapun hasil rata-rata perhitungan untuk test awal model pembelajaran langsung (kelompok 2) adalah 9,14 dan model pembelajaran tidak langsung (kelompok 1) adalah 9,00. yang berarti bahwa tidak ada perbedaan hasil kemampuan servis atas sepak takraw yang signifikan. Sedangkan hasil kemampuan servis atas sepak takraw pada test akhir dengan menggunakan model pembelajaran langsung (kelompok 2) dan model pembelajaran
tidak langsung (kelompok 1) setelah dilakukan perlakuan,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
54
yaitu mengetahui perbedaan efek dari perlakuan, maka diperoleh hasil perhitungan rata-rata model pembelajaran langsung (kelompok 2) adalah 12,14 dan model pembelajaran tidak langsung (kelompok 1) adalah 14,57. sehingga ada perbedaan yang signifikan. Hasil ini dapat ditunjukkan dari besarnya persentase peningkatan hasil rata-rata test awal antara test akhir yaitu untuk peningkatan model pembelajaran langsung (kelompok 2) sebesar 32,82% diperoleh dari (rata-rata posttest - rata-pretest/rata-rat pretest*100) dan persentase peningkatan model pembelajaran tidak langsung (kelompok 1) 61,88%.diperoleh dari (rata-rata posttest - rata-pretest/rata-rat pretest*100) Dari hasil penelitian ini menunjukkan model pembelajaran tidak langsung lebih efektif dalam meningkatkan hasil kemampuan servis atas sepak takraw pada siswa ekstrakurikuler SMA MTA Surakarta tahun 2012. Menurut Hakim jika regu yang melakukan sepak mula (service) dapat mematikan permainan lawan sehingga regu yang menerima sepak mula tidak dapat memainkan bola, baik karena suatu serangan pihak penyepak mula atau karena kesalahan sendiri dalam regu tersebut. Akan tetapi sebaliknya, jika regu penyepak mula yang tidak bisa memainkan bola baik karena serangan pihak penerima sepak mula atau karena kesalahan regu tersebut, maka angka tidak diperoleh oleh kedua pihak baik penyepak mula maupun penerima sepak mula melainkan kesempatan sepak mula dan kesempatan memperoleh angka diberikan kepada
2.
Pada dasarnya model pembelajaran langsung dan model pembelajaran tidak langsung mempunyai tujuan yang sama yaitu meningkatkan hasil kemampuan servis atas sepak takraw. Pembelajaran pada ekstrakurikuler selama 6 minggu dengan intensitas 3 kali pertemuan dalam seminggu sudah dapat meningkatkan hasil kemampuan servis atas sepak takraw secara signifikan. Meski hasil hipotesis telah teruji bahwa model pembelajaran tidak langsung memiliki efektivitas yang lebih baik pengaruhnya dalam meningkatkan hasil kemampuan servis atas sepak takraw, tetapi hasil penelitian eksperiment kuasi ini mempunyai kelemahan yaitu observasi terhadap kegiatan siswa kurang maksimal dan terbatasnya observer.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan Sesuai dengan deskripsi sajian analisis data dan pembahasannya, maka dapat ditarik simpulan penelitian sebagai berikut: 1.
Model pembelajaran tidak langsung efektif untuk mengetahui hasil kemampuan servis atas sepak takraw pada siswa ekstrakurikuler SMA MTA Surakarta tahun 2012. Keefektifan model pembelajaran tidak langsung seperti ditunjukan oleh hasil analisis data tes awal terhadap kegiatan ektrakurikuler sepak takraw dalam pembelajaran selama 3 kali pertemuan dalam 1 minggu selama 6 minggu memiliki persentase sebanyak 61,88%. Sedangkan model pembelajaran langsung memiliki persentase sebanyak 32,82%. Dari hasil penelitian ini menunjukkan model pembelajaran tidak langsung lebih efektif dalam meningkatkan hasil kemampuan servis atas sepak takraw pada siswa ekstrakurikuler SMA MTA Surakarta tahun 2012.
2.
Hasil Kemampuan servis atas sepak takraw dengan model pembelajaran tidak langsung lebih baik dari pada model pembelajaran langsung. Dari rata-rata hasil tes akhir model pembelajaran tidak langsung adalah 14,57 sedangkan rata-rata test akhir model pembelajaran langsung adalah 12,14.
B. Implikasi
Berdasarkan
hasil
penelitian
ini
dapat
diketahui
bahwa
model
pembelajaran tidak langsung memiliki pengaruh yang lebih baik dari pada model pembelajaran langsung terhadap hasil kemampuan servis atas sepak takraw pada siswa ekstrakurikuler SMA MTA Surakarta tahun 2012. Hal itu dibuktikan dengan hasil praktik servis atas sepak takraw yang menunjukkan bahwa data tes akhir model pembelajaran tidak langsung lebih baik peningkatannya.
commit to user 55
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
56
1. Implikasi Teoritis Secara teoritis, setiap model pembelajaran memiliki efektifitas yang berbeda dalam meningkatkan hasil kemampuan servis atas sepak takraw. Oleh karena itu, dalam menerapkan pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan atau meningkatkan hasil kemampuan servis atas sepak takraw harus menerapkan pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan kondisi siswa 2. Implikasi Praktis Pemberian latihan servis atas sepak takraw yang sistematis, teratur dan kontinyu hasilnya akan lebih optimal. Sehingga apabila diterapkan kedalam permainan kemungkinan terjadinya kesalahan dalam servis atas sangat sedikit, sehingga peluang untuk menang lebih besar. Disamping itu hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam memilih dan menentukan model pembelajaran yang tepat, khususnya untuk meningkatkan hasil kemampuan servis atas sepak takraw.
C. Saran
Sehubungan dengan simpulan yang telah diambil dan implikasi yang ditimbulkan, maka disarankan hal-hal sebagai berikut: 1.
Bagi guru penjasorkes SMA MTA Surakarta, harus memilih model pembelajaran yang tepat khususnya dalam pembelajaran servis atas sepak takraw agar hasilnya lebih optimal.
2.
Bagi siswa, disarankan selalu belajar teknik-teknik sepak takraw tidak hanya servis agar dapat meningkatkan prestasi ke tingkat yang lebih tinggi.
3.
Penelitian ini membuktikan bahwa pembelajaran tidak langsung lebih baik dari pada pembelajaran langsung dengan rancangan penelitian Non equivalen Control Group Design, Dengan menggunakan pola pemasangan subyek matching by Subyek Design. Bagi peneliti lain bisa mengembangkan penelitian ini dengan pola pemasangan subyek Ordinal Pairing.
commit to user