perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENARIK KESIMPULAN MATA PELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS V SD NEGERI PAJANG 4 LAWEYAN SURAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012
SKRIPSI Oleh : DZAKIYYATUR ROHMAH K7108134
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juli 2012 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama
: Dzakiyyatur Rohmah
NIM
: K7108134
Jurusan/Program Studi: Ilmu Pendidikan/Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Menyatakan
bahwa
skripsi
saya
berjudul
“PENERAPAN
MODEL
PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENARIK KESIMPULAN MATA PELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS V SD NEGERI PAJANG 4 LAWEYAN SURAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012“ ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta,
Juli 2012
Yang membuat pernyataan
Dzakiyyatur Rohmah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENARIK KESIMPULAN MATA PELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS V SD NEGERI PAJANG 4 LAWEYAN SURAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012
Oleh : DZAKIYYATUR ROHMAH K7108134
Skripsi diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juli 2012 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Dzakiyyatur Rohmah. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENARIK KESIMPULAN MATA PELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS V SD NEGERI PAJANG 4 LAWEYAN SURAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Juli 2012. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan menarik kesimpulan mata pelajaran IPA dengan menerapkan model pembelajaran konstruktivisme pada siswa kelas V SD Negeri Pajang 4 Laweyan Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri Pajang 4 yang berjumlah 30 siswa. Sumber data berasal dari guru dan siswa. Teknik pengumpulan data adalah dengan observasi, wawancara, tes, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif, yaitu keterkaitan antara tiga komponen antara lain: reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui penerapan model pembelajaran konstruktivisme dapat meningkatkan keterampilan menarik kesimpulan mata pelajaran IPA pada siswa kelas V SD Negeri Pajang 4 Laweyan Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012. Hal ini terbukti dengan meningkatnya keterampilan menarik kesimpulan mata pelajaran IPA khususnya materi sifat-sifat cahaya dari sebelum tindakan dan sesudah dilaksanakannya tindakan. Pada saat pra tindakan nilai rata- rata sebesar 64,73, pada siklus I meningkat menjadi 70,04, dan pada siklus II meningkat menjadi 75,87. Sedangkan untuk presentase ketuntasan siswa menurut Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 67, pada saat pratindakan siswa yang tuntas sebanyak 11 siswa atau 36,67% dari jumlah keseluruhan 30 siswa. Pada siklus I presentase ketuntasan menunjukkan peningkatan sebesar 26,66% yaitu dari siswa yang tuntas sebanyak 11 siswa atau 36,67% pada saat pratindakan, meningkat menjadi 19 siswa atau 63,33% pada saat siklus I dari jumlah keseluruhan 30 siswa. Pada siklus II presentase ketuntasan kembali menunjukkan peningkatan sebesar 23,34%, yaitu dari siswa yang tuntas sebanyak 19 siswa atau 63,33% pada saat siklus I, meningkat menjadi 26 siswa atau 86,67% pada saat siklus II dari jumlah keseluruhan 30 siswa. Simpulan penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran konstruktivisme meningkatkan keterampilan menarik kesimpulan mata pelajaran IPA siswa kelas V SD Negeri Pajang 4 Tahun Ajaran 2011/2012.
Kata kunci: model pembelajaran konstruktivisme, keterampilan menarik kesimpulan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Dzakiyyatur Rohmah. THE APLICATION OF CONSTRUCTIVE LEARNING MODEL TO IMPROVING THE ABILITY IN TAKING INFERENCE ON LEARNING IPA FOR THE 5TH GRADERS OF SD NEGERI PAJANG 4 LAWEYAN SURAKARTA ACADEMIC YEAR OF 2011/2012. Thesis. Faculty of Education Sebelas Maret University. Surakarta. July 2012. The objective of this research is to improve the ability in taking inference on learning IPA by applying the constructive learning model for the 5th of SD Negeri Pajang 4 Laweyan Surakarta academic year of 2011/2012. This research is Classroom Action Research. The research was done in two cycles. Each cycle consists of planning, the implementation steps, observation, and reflection. The subject of this research is the 5th graders of SD Negeri Pajang 4 which consists of 30 students. The data of this report is collected from the teachers and students. Data collection technique is done by doing the observation, interview, test, and documentation. Data analysis technique is the interactive analysis model – the relationship between the three components, there are: data reduction, data presentation, and taking the conclusion or verification. The result of this research shows that the constructive learning model is able to improve the ability in taking inference on learning IPA for the 5th graders of SD Negeri Pajang 4 Laweyan Surakarta academic year of 2011/2012. It is proven by the increase of ability in taking the inference on learning IPA; especially in learning the characteristic of ray material, before – after doing the implementation steps. Before the implementation step begins, the average mark is 64.73, on the cycle I increased by 70,04, and on the II cycle increased by 75,87. Meanwhile, for the passing grade percentage of the students according to passing grade is 67. In this case, before the implementation step begins, only 11 students (36,67%) were passing the grade. On the cycle I, the passing grade percentage is increasing by 26,66% there are; 19 students (63,33%) were passing the grade. For the cycle II the passing grade percentage is increasing by 23,34% there are; 26 students (86,67%) were passing the grade. The conclusions of this research is the application of constructive learning model is improving the ability in taking inference on learning IPA for the 5th graders of SD Negeri Pajang 4 Laweyan Surakarta academic year of 2011/2012. Key words: the constructive learning model, the ability in taking inference.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Susungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum, jika kaum tersebut tidak merubah nasib yang ada pada diri mereka sendiri. (QS. Ar Rodu Ayat 11).
Ilmu itu lebih baik dari pada harta. Ilmu menjaga engkau dan engkau menjaga harta. Ilmu itu penghukum (hakim) dan harta terhukum. Harta itu kurang apabila dibelanjakan, tapi ilmu bertambah apabila dibelanjakan. (Ali Bin Abi Thalib)
Kebanyakan milyuner mendapat nilai B atau C di kampus. Mereka membangun kekayaan bukan dari IQ semata, melainkan kreativitas dan akal sehat. (Thomas Stanley).
Nilai seseorang itu ditentukan dari keberaniannya memikul tanggung jawab, mencintai hidup dan pekerjaannya. (Kahlil Gibran)
Sukses merupakan sebuah proses bukan hasil. Jadi jangan mudah puas dengan apa yang kita peroleh sekarang. (Dzakiyyatur Rohmah)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Dengan Menyebut Nama Allah SWT teriring doa dan ungkapan syukur Alhamdulillah, Kupersembahkan karya sederhana ini kepada :
Keluarga Besarku Tercinta Ayah dan Ibu (Suparti S.Pd), adik-adikku (Zumrotul Muthmainah dan Dewi Rochanatul A.), serta Azzam al Barra, kalian yang selalu memberikan dorongan, nasehat, menjadi tempatku bersandar dan selalu menghiburku dalam menjalani hidup sehingga membuatku lebih kuat dan tegar.
Sahabat-Sahabat Terbaikku Ria Hari Fitriani, Indah Dwi Hastuti, Sri Wuryani, Alfiah Fitrika Lusianti, Ina Nurjanah, dan sahabat-sahabatku kelas C angkatan 2008 yang selalu memberi semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.
Keluarga Besar SD Negeri Pajang 4 Tempatku menimba ilmu untuk pengalaman profesiku.
Almamaterku PGSD FKIP UNS Surakarta Tempatku belajar mengenai pengalaman, pengetahuan dan kedewasaan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: “PENERAPAN UNTUK
MODEL
PEMBELAJARAN
MENINGKATKAN
KONSTRUKTIVISME
KETERAMPILAN
MENARIK
KESIMPULAN MATA PELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS V SD NEGERI PAJANG 4 LAWEYAN SURAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan pengarahanndari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Sekretaris Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 5. Drs. Kartono, M.Pd, Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, saran, serta dukungan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik dan lancar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6. Drs. Tri Budiarto, M.Pd, Pembimbing II yang telah bersabar memberikan bimbingan serta dukungan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik dan lancar. 7. Kepala SD Negeri Pajang 4 yang telah memberikan bantuan serta saran kepada penulis melakukan penelitian tindakan kelas. 8. Tiwi Askundari, S.Pd.SD, Guru Kelas V SD Negeri Pajang 4 yang telah memberikan bantuan serta saran kepada penulis selama melakukan penelitian tindakan kelas. 9. Para siswa kelas V SD Negeri Pajang 4 yang telah bersedia untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan penelitian ini. 10. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak mungkin disebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan penulis. Meskipun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.
Surakarta,
Juli 2012
Penulis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ..........................................................................
i
HALAMAN PERNYATAAN .............................................................
ii
HALAMAN PENGAJUAN ................................................................
iii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................
iv
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................
v
HALAMAN ABSTRAK .....................................................................
vi
HALAMAN MOTTO .........................................................................
viii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...........................................................
ix
KATA PENGANTAR ........................................................................
x
DAFTAR ISI ......................................................................................
xii
DAFTAR TABEL ...............................................................................
xiv
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................
xvi
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................
xvii
BAB I
PENDAHULUAN ............................................................
1
A. Latar Belakang Masalah .............................................
1
B. Rumusan Masalah ......................................................
5
C. Tujuan Penelitian .......................................................
5
D. Manfaat Penelitian .....................................................
5
KAJIAN PUSTAKA .........................................................
7
A. Kajian Teori .................................................................
7
1. Hakikat Model Pembelajaran Konstruktivisme .......
7
a. Pengertian Model Pembelajaran ........................
7
b. Pengertian Model Pembelajaran Konstruktivisme
8
BAB II
2. Hakikat Keterampilan Menarik Kesimpulan ..........
14
a. Pengertian Keterampilan ………………………
14
b. Pengertian Keterampilan Menarik Kesimpulan 15 commit to user 3. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di Kelas V SD 21
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Penelitian yang Relevan ...............................................
25
C. Kerangka Berpikir .......................................................
27
D. Hipotesis Tindakan ......................................................
29
METODE PENELITIAN ...................................................
30
A. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................
30
B. Subjek Penelitian………………………. .....................
30
C. Data dan Sumber Data ...............................................
31
D. Pengumpulan Data .....................................................
32
E. Uji Validitas Data ......................................................
33
F. Analisis Data .............................................................
34
G. Indikator Kinerja Penelitian ........................................
35
H. Prosedur Penelitian ....................................................
35
HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN ....................
41
A. Deskripsi Pratindakan .................................................
41
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus .........................
43
1. Siklus 1 ..................................................................
44
2. Siklus 2 ..................................................................
58
C. Diskripsi Hasil Penelitian ............................................
71
D. Pembahasan Hasil Penelitian........................................
74
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ........................
78
A. Simpulan ....................................................................
78
B. Implikasi .....................................................................
78
C. Saran ...........................................................................
79
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................
81
LAMPIRAN
84
BAB III
BAB IV
BAB V
................................................................................... commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1.
Halaman Perbandingan Pembelajaran yang Bersifat Tradisional dan Konstruktivis ..............................................................................
2.2.
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran IPA Semester II ..........................................................................
4.1
12
23
Distribusi Frekuensi Nilai Tes Keterampilan Menarik Kesimpulan Siswa Sebelum Diterapkan Model Pembelajaran Konstruktivisme. ..................................................
42
4.2
Aktivitas Siswa Siklus I..............................................................
51
4.3
Data Pengamatan Keterampilan Menarik Kesimpulan Siswa..........................................................................................
4.4
Hasil Tes Keterampilan Menarik Kesimpulan Sebelum Tindakan dan Siklus I .................................................................
4.5
52
52
Perbandingan Nilai aktivitas, Pengamatan Keterampilan Menarik Kesimpulan dan Nilai test Sebelum Tindakan dan Sesudah Diberikan Tindakan Siklus I .........................................
4.6
Distribusi Frekuensi Nilai Tes Keterampilan Menarik Kesimpulan Siklus I ...................................................................
4.7
53
54
Perbandingan Ketuntasan Keterampilan Menarik Kesimpulan Siswa Kelas V SD Negeri Pajang 4 antara Sebelum dan Sesudah Tindakan .................................................
56
4.8
Aktivitas Siswa Siklus II ............................................................
66
4.9
Hasil Pengamatan Keterampilan Menarik Kesimpulan Siklus II......................................................................................
66
4.10
Hasil Tes Keterampilan Menarik Kesimpulan Siswa...................
66
4.11
Perbandingan Nilai Aktivitas, Pengamatan Keterampilan Menarik Kesimpulan dan Tes Keterampilan Menarik Kesimpulan Siswa Siklus I Dan Siklus II ................................... commit to user
67
perpustakaan.uns.ac.id
4.12
digilib.uns.ac.id
Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Tes Keterampilan Menarik Kesimpulan Siswa Siklus II ........................................................
4.13
69
Perbandingan Ketuntasan Keterampilan Menarik Kesimpulan Siswa Kelas V SD Negeri Pajang 4 antara Siklus I dan Siklus II ..................................................................
4.14
70
Perbandingan Ketuntasan Pra Tindakan, Siklus I dan SiklusII.......................................................................................
commit to user
75
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
2.1 Skema Keterampilan Menyimpulkan (inverensi) .............................. 19 2.2 Skema Kerangka Berpikir ................................................................. 28 3.1 Model PTK (Suharsimi Arikunto, dkk, 2006: 16) ............................. 37 4.1 Grafik Frekuensi Nilai Tes Keterampilan Menarik Kesimpulan Siswa Sebelum Diterapkan Model Pembelajaran Konstruktivisme. ... 42 4.2 Grafik Perbandingan Nilai Akhir Keterampilan Menarik Kesimpulan Siswa Sebelum Tindakan dan Siklus I ........................... 54 4.3 Grafik Frekuensi Nilai Tes Keterampilan Menarik Kesimpulan Siswa Kelas V Siklus I ...................................................................... 55 4.4 Grafik Perbandingan Ketuntasan Keterampilan Menarik Kesimpulan Siswa antara Pra Tindakan/Pre Test dan Siklus I ............ 56 4.5 Grafik Perbandingan Nilai Akhir Aktivitas, Pengamatan Keterampilan Menarik Kesimpulan dan Nilai test Siswa antara Siklus I dan Siklus II ......................................................................... 68 4.6 Grafik Distribusi Frekuensi Nilai Tes Keterampilan Menarik Kesimpulan Siswa Siklus II............................................................... 69 4.7 Grafik Perbandingan Nilai Ketuntasan Keterampilan Menarik Kesimpulan Siswa antara Siklus I dan Siklus II ................................. 70 4.8 Grafik Perbandingan Ketuntasan Pra Tindakan, Siklus I dan SiklusII ............................................................................................. 76
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1. Kisi-Kisi Soal Pra Tindakan ...........................................................
84
2. Soal Pra Tindakan Materi Sifat-Sifat Cahaya ..................................
86
3. Kunci Jawaban Soal Pra Tindakan .................................................
91
4. Silabus ..........................................................................................
92
5. RPP Siklus I Pertemuan 1 ..............................................................
95
6. RPP Siklus I Pertemuan 2 ..............................................................
108
7. RPP Siklus II Pertemuan 1 ............................................................
118
8. RPP Siklus II Pertemuan 2 ............................................................
131
9. Hasil Wawancara Guru Sebelum Menerapkan Model Pembelajaran Konstruktivisme .......................................................
142
10. Hasil Wawancara Guru Setelah Menerapkan Model Pembelajaran Konstruktivisme .......................................................
144
11. Nilai Pengamatan Keterampilan Menarik Kesimpulan Pra Tindakan ........................................................................................
146
12. Nilai Pengamatan Keterampilan Menarik Kesimpulan Siklus I Pertemuan I ....................................................................................
147
13. Nilai Pengamatan Keterampilan Menarik Kesimpulan Siklus I Pertemuan 2 ...................................................................................
148
14. Nilai Pengamatan Keterampilan Menarik Kesimpulan Siklus II Pertemuan I ....................................................................................
149
15. Nilai Pengamatan Keterampilan Menarik Kesimpulan Siklus II Pertemuan 2 ...................................................................................
150
16. Rata-Rata Nilai Pengamatan Keterampilan Menarik Kesimpulan Siklus I .......................................................................
151
17. Rata-Rata Nilai Pengamatan Keterampilan Menarik Kesimpulan Siklus II ......................................................................
152
18. Rubrik Penilaian Pengamatan Keterampilan Menarik commit to user Kesimpulan Siswa ..........................................................................
153
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19. Nilai Tes Keterampilan Menarik Kesimpulan Pra Tindakan ...........
158
20. Nilai Tes Keterampilan Menarik Kesimpulan Siklus I ....................
159
21. Nilai Tes Keterampilan Menarik Kesimpulan Siklus II ...................
160
22. Nilai Aktivitas Siswa di Dalam Kelas Pra Tindakan .......................
161
23. Aktivitas Siswa di Dalam Kelas Siklus I Pertemuan I .....................
162
24. Aktivitas Siswa di Dalam Kelas Siklus I Pertemuan 2 ....................
163
25. Aktivitas Siswa di Dalam Kelas Siklus II Pertemuan I....................
164
26. Aktivitas Siswa di Dalam Kelas Siklus II Pertemuan 2 ...................
165
27. Rata-Rata Aktivitas Siswa di Dalam Kelas Siklus I ........................
166
28. Rata-Rata Aktivitas Siswa di Dalam Kelas Siklus II .......................
167
29. Rubrik Penilaian Aktivitas Siswa di Dalam Kelas ..........................
168
30. Nilai Hasil Diskusi Kelompok Siklus I Pertemuan 1.......................
170
31. Nilai Hasil Diskusi Kelompok Siklus I Pertemuan 2.......................
171
32. Nilai Hasil Diskusi Kelompok Siklus II Pertemuan 1 .....................
172
33. Nilai Hasil Diskusi Kelompok Siklus II Pertemuan 2 .....................
173
34. Nilai Diskusi Kelompok Siklus I Dan II .........................................
174
35. Pedoman Penilaian Kemampuan Guru ..........................................
175
36. Lembar Penilaian Kemampuan Guru .............................................
188
37. Lembar Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Guru Siklus I Pertemuan 1 ..................................................................................
191
38. Lembar Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Guru Siklus I Pertemuan 2 ...................................................................................
195
39. Lembar Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Guru Siklus II Pertemuan 1 ...................................................................................
199
40. Lembar Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Guru Siklus II Pertemuan 2 ...................................................................................
203
41. Rata-Rata Nilai Pelaksanaan Pembelajaran Guru Siklus I ...............
207
42. Rata-Rata Nilai Pelaksanaan Pembelajaran Guru Siklus II..............
208
43. Jadwal Kegiatan Penelitian.............................................................
209
44. Hasil Pekerjaan Siswa ................................................................... commit to user 45. Dokumentasi Kegiatan Pembelajaran ............................................
210 214
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah proses memproduksi sistem nilai dan budaya kearah yang lebih baik, antara lain dalam pembentukan kepribadian, keterampilan dan perkembangan intelektual siswa. Dalam lembaga formal proses reproduksi sistem nilai dan budaya ini dilakukan terutama dengan mediasi proses belajar mengajar sejumlah mata pelajaran di kelas. Salah satu mata pelajaran yang turut berperan penting dalam pendidikan wawasan, keterampilan dan sikap ilmiah sejak dini bagi anak adalah mata pelajaran IPA. IPA sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah dasar merupakan program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan sikap dan nilai ilmiah pada siswa, serta rasa mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan Yang Maha Esa. Sejalan dengan itu tujuan pembelajaran IPA di sekolah dasar antara lain agar : (i) siswa memiliki konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dalam kehidupan sehari-hari. (ii) siswa memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan dan gagasan tentang alam sekitarnya. (iii) siswa mampu menggunakan teknologi sederhana yang berguna untuk memecahkan suatu masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. (iv) siswa mengenal dan dapat memupuk rasa cinta tehadap alam sekitar sehingga menyadari kebesaran dan keagungan Tuhan Yang Maha Esa. Mata pelajaran IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan pengetahuan berupa konsep-konsep atau teori-teori saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan dan pemecahan permasalahan alam sekitar. Mata pelajaran IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar commit to user menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pembelajaran IPA berupaya membangkitkan minat manusia agar mau meningkatkan kecerdasan dan pemahamannya tentang alam seisinya yang penuh rahasia yang tak habis-habisnya. Khusus untuk IPA di SD hendaknya membuka kesempatan untuk memupuk rasa ingin tahu siswa secara alamiah. Sebagaimana kita ketahui mata pelajaran IPA adalah upaya untuk mengungkap permasalahan dan rahasia alam melalui teori dan konsep-konsep. Berawal dari adanya permasalahan alam yang jelas dan membutuhkan jawaban, oleh karenanya diperlukan peran aktif siswa dalam pembelajaran IPA merupakan suatu keharusan. Karena akan memberikan pengalaman dan pengetahuan berharga bagi siswa. Dalam memecahan masalah IPA serangkaian kegiatan yang harus dilakukan adalah menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis, mengumpulkan data dan menganalisis informasi, membuat referensi dan merumuskan persoalan atas suatu persoalan atau permasalahan alam yang jelas membutuhkan jawaban untuk dipecahkan. Sehingga dalam kegiatan pembelajaran lebih menekankan pada aktivitas siswa untuk mencari, menemukan dan memecahkan suatu permasalahan. Namun dalam pelaksanaannya akan ditemukan berbagai kendala, dan salah satunya adalah kemampuan siswa untuk memberikan kesimpulan akhir tentang jawaban atas pertanyaan yang telah dipecahkan. Kemampuan
siswa
menarik
kesimpulan
tentang
jawaban
atas
permasalahan alam, akan membantu siswa memahami konsep dan teori IPA serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga, diharapkan siswa mampu mengembangkan pengetahuan serta gagasan tentang alam sekitarnya. Setelah diadakan pengamatan di kelas V SD Negeri Pajang 4, kenyataan menunjukkan bahwa pelaksanaan proses pembelajaran IPA masih bersifat konvensional, yakni pembelajaran yang biasa dilakukan oleh para guru. Pembelajaran konvensional (tradisional) pada umumnya memiliki kekhasan tertentu,
misalnya
lebih
mengutamakan
hafalan
dari
pada
pengertian,
mengutamakan hasil dari pada proses. Guru belum menerapkan pembelajaran commitberperan to user aktif dalam kegiatan belajar yang inovatif, dimana siswa belum
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mengajar. Selain itu guru belum variatif dalam penyajian materi terkadang mengakibatkan siswa merasa jenuh dan tidak bersemangat dalam belajar sehingga siswa merasa kesulitan dalam mengerti, memahami dan menghafal konsepkonsep. Serta pembelajaran masih berpusat pada guru (central teaching). Berdasarkan data hasil wawancara (lampiran 9 halaman 142) terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru dalam menyampaikan materi pelajaran IPA di kelas V, masih terdapat banyak kekurangan, antara lain siswa kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran, guru kurang dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan karena masih mengandalkan ceramah dalam menyampaikan materi, dan sedikitnya praktek yang dilakukan guru. Hal inilah yang membuat siswa tidak mampu untuk membangun pemahamannya sendiri dan berlatih menyusun pengetahuan dalam pikirannnya sendiri. Beberapa siswa memang sudah aktif dalam pembelajaran tetapi ketika guru memberikan pertanyaan yang lebih tinggi tingkatannya siswa kesulitan untuk menjawabnya, kalau pun bisa menjawab mereka ragu dan tidak percaya diri untuk mengungkapkan jawabannya. Berdasarkan data nilai yang diperoleh peneliti, nilai yang dicapai oleh siswa dalam pembelajaran IPA terutama dalam hal keterampilan menarik kesimpulan pada konsep dasar mendeskripsikan sifat-sifat cahaya kurang memuaskan. Karena hasil belajar yang dicapai oleh 30 siswa sebagian besar tergolong rendah dan belum sesuai dengan tujuan kompetensi yang akan dicapai, yaitu pencapaian nilai ketuntasan 67. Dari jumlah 30 siswa yang mendapat nilai 67 ke atas (kategori tuntas) sebanyak 11 siswa (36,67%), yang mendapat nilai kurang dari 67 (kategori belum tuntas) sebanyak 19 siswa (63,33%). Selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 19 halaman 158. Variasi dalam penggunaan model dan metode pembelajaran sangat penting karena hal ini akan menarik perhatian siswa dalam menerima materi pembelajaran. Dalam hal ini dibutuhkan model pembelajaran yang menyenangkan dan memancing keaktifan siswa. Maka dari itu guru harus cermat dalam memilih model pembelajaran. Hal tersebut dikarenakan setiap mata pelajaran dan materi commit to user yang disampaikan model pembelajaranya pun tidak semua sama.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan masalah yang telah dikemukakan di atas, guru kelas V SD Negeri Pajang 4 perlu melakukan perbaikan pengajaran. Salah satunya dengan menerapkan
model
pembelajaran
konstruktivisme
untuk
meningkatkan
keterampilan menarik kesimpulan pada siswa kelas V SD Negeri Pajang 4. Alasan penulis menggunakan model pembelajaran konstruktivisme, karena pembelajaran yang mengacu pada pandangan konstruktivisme lebih memfokuskan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman mereka. Dengan kata lain siswa lebih berpengalaman untuk mengkonstruksikan atau membangun sendiri pengetahuan mereka melalui asimilasi dan akomodasi. Menurut pandangan konstruktivisme keberhasilan belajar bukan hanya bergantung lingkungan atau kondisi belajar melainkan juga pada pengetahuan awal siswa. Pengetahuan itu tidak dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke siswa, namun secara aktif dibangun oleh siswa sendiri melalui pengalaman nyata. Hal ini sesuai dengan apa yang dilakukan oleh Piaget yaitu belajar merupakan proses adaptasi terhadap lingkungan yang melibatkan asimilasi, yaitu proses bergabungnya stimulus kedalam struktur kognitif. Bila stimulus baru tersebut masuk kedalam struktur kognitif diasimilasikan, maka akan terjadi proses adaptasi yang disebut kesinambungan dan struktur kognitif menjadi bertambah. Dalam pembelajaran konstruktivisme siswa dituntut
secara aktif
mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri. Pengetahuan tersebut dapat diperoleh melalui kegiatan-kegiatan pembelajaran dimana siswa melakukan pengamatan atau pengalaman secara langsung. Pengamatan yang dilakukan oleh siswa tersebut tidak akan menjadi pengetahuan jika mereka tidak mampu menafsirkan dan menyimpulkan apa yang telah diperolehnya. Dengan demikian jelas bahwa tahap berfikir anak usia SD harus dikaitkan dengan hal-hal nyata dan pengetahuan awal siswa yang telah dibangun mereka dengan sendirinya. Diterapkannya model pembelajaran konstruktivisme ini diharapkan mampu meningkatkan keterampilan proses sains siswa yang mencakup keterampilan
mengamati,
mengelompokkan,
komunikasi,
mengklasifikasi,
mengukur, memprediksi dan diakhir pembelajaran adalah keterampilan menarik commit to user kesimpulan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan latar belakang di atas, mendorong penulis untuk mengambil fokus
penelitian
dengan
judul
“Penerapan
model
pembelajaran
konstruktivisme untuk meningkatkan keterampilan menarik kesimpulan mata pelajaran IPA pada siswa kelas V SD Negeri Pajang 4 Laweyan Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012”.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : Apakah dengan menerapkan model pembelajaran konstruktivisme dapat meningkatkan keterampilan menarik kesimpulan mata pelajaran IPA pada siswa kelas V SD Negeri Pajang 4 Laweyan Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012?
C. Tujuan penelitian Sesuai dengan permasalahan penelitian yang telah dirumuskan, maka Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan: Untuk meningkatkan keterampilan menarik kesimpulan mata pelajaran IPA pada siswa kelas V SD Negeri Pajang 4 Laweyan Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012.
D. Manfaat penelitian Dari penelitian ini diharapakan dapat memberikan manfaat atau sumbangan bagi dunia pendidikan baik yang bersifat teoritis maupun yang bersifat praktis manfaat-manfaat tersebut antara lain : 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk a.
Dapat menambah dan mengembangkan wawasan ilmu pengetahuan serta lebih mendukung teori-teori yang sudah ada sebelumnya sehubungan dengan masalah yang diteliti khususnya pada mata pelajaran IPA.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
b.
digilib.uns.ac.id
Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan atau referensi bagi peneliti selanjutnya.
2. Manfaat Praktis a. Manfaat bagi siswa 1) Meningkatkan keterampilan menarik kesimpulan mata pelajaran IPA. 2) Model pembelajaran konstruktivisme dapat memberikan pengalaman baru dan diharapkan memberikan kontribusi terhadap peningkatan prestasinya terutama dalam hal menarik kesimpulan. 3) Dapat meminimalisir tingkat masalah belajar IPA yang dihadapi peserta didik. 4) Peserta didik menjadi senang mempelajari IPA. b. Manfaat bagi guru 1) Mengembangkan potensi guru dalam pembelajaran IPA dengan menerapkan model pembelajaran konstruktivisme. 2) Sebagai upaya peningkatan pengalaman kreativitas guru dalam memilih dan menerapkan model pembelajaran. 3) Dapat digunakan sebagai acuan guru untuk mengatasi masalah belajar IPA peserta didik. c. Manfaat bagi sekolah 1) Dapat digunakan sebagai acuan bagi perbaikan kualitas pembelajaran di kelas dalam meningkatkan keterampilan menarik kesimpulan mata pelajaran IPA dan mata pelajaran lainnya. 2) Mewujudkan pembelajaran yang efektif di sekolah. 3) Sebagai dorongan bagi sekolah untuk meningkatkan prestasi belajar peserta didik khususnya mata pelajaran IPA.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Hakikat Model Pembelajaran Konstruktivisme a. Pengertian Model Pembelajaran Pembelajaran akan bermakna bagi peserta didik apabila guru mengetahui tentang objek yang akan diajarkannya sehingga dapat mengajarkan materi tersebut dengan penuh dinamika dan inovasi dalam proses pembelajarannya. Salah satu inovasi yang dapat dilakukan oleh guru adalah pemilihan model pembelajaran yang tepat. Dengan pemilihan model pembelajaran yang tepat maka tujuan pembelajaran akan dengan mudah tercapai sesuai dengan harapkan. Anitah berpendapat
“Model pembelajaran
adalah
cara
yang
digunakan
untuk
penyampaian pelajaran” (2009: 45). Sedangkan Sukarno berpendapat “Model pembelajaran merupakan pegangan praktis pada pengelolaan pembelajaran di dalam kelas yang mencakup semua komponen pokok yang harus dipertimbangkan oleh tenaga pengajar” (2006: 144). Suprijono berpendapat “Model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial” (2009: 46). Suharno, sukardi, chodijah, dan suwalni (mengutip simpulan Joyce dan Weil, 1980) berpendapat “Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (suatu rencana pembelajaran jangka panjang) merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain” (1994: 25-26). Menurut Winataputra (2001) model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran (Sugiyanto, 2009: 3). Sedangkan Arends menyatakan bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu commit pola yang to userdigunakan dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial. Model
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan–tujuan pengajaran, tahap – tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas (Trianto, 2010: 51). Menurut Sudrajat, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran (2008). Sedangkan Joyse dan Weil mendefinisikan pengertian model pembelajaran adalah sebagai berikut: Models of teaching are really models of learning. As we help students acquire information, ideas, skills, values, ways of thinking, and means of expressing themselves, we are also teaching them how to learn. In fact, the most important long-term outcome of instruction may be the students’ increased capabilities to learn more easily and effectively in the future, both because of the knowledge and skill they have acquired and because they have mastered learning processed (1996: 7). Dari pendapat Joyse dan Weil dapat diartikan, model pembelajaran merupakan aktualisasi dari model belajar. Yang hakekatnya membantu para peserta didik memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai, cara berfikir, sarana untuk mengekspresikan dirinya, dan juga mengajar cara-cara bagaimana mereka belajar. Pada kenyataanya, hasil jangka panjang yang paling penting dari instruksi mungkin kemampuan peserta didik meningkat untuk belajar lebih mudah dan efektif di masa depan, baik karena pengetahuan dan keterampilan yang telah mereka peroleh dan karena mereka telah menguasai proses belajar. Berdasarkan berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu prosedur yang disusun secara sistematis yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan dan melaksanakan suatu pembelajaran di kelas maupun tutorial untuk mencapai tujuan pembelajaran.
b. Pengertian Model Pembelajaran Konstruktivisme Kontruksi berarti bersifat membangun. Muijs & Reynolds berpendapat commit toyang user didasarkan pada premis bahwa “Konstruktivisme adalah pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
murid-murid mengkonstruksikan pengetahuan secara aktif dan tidak menerimanya begitu saja dari guru” (2008: 110). Mayer (1992) dan Hendry (1996) dalam jurnalnya berpendapat bahwa “According to the constructivist theory, knowledge is being actively constructed by the individual and knowing is an adaptive process, which organises the individual’s experiential world”. Uraian tersebut menjelaskan bahwa menurut teori konstruktivis, pengetahuan dikonstruksi secara aktif oleh seseorang dan mengetahui adalah proses yang adaptif yang mengorganisir dunia berdasarkan pengalaman seseorang. Sejalan dengan pendapat tersebut Smith & Elley (mengutip simpulan Genevieve Marie Johnson, 2004) berpendapat “For constructivists, the emphasis is on learning processes as opposed to learning products. The process by which a student determines a particular answer is more important than retrieval of objective solutions. Student error is viewed as a mechanism of gaining insight into how students organize their experiential world” (1995). Berdasarkan uraian tersebut, konstruktivisme mengandung arti pembelajaran yang penekanannya pada proses belajar bukan produk belajar. Proses di mana seorang siswa menentukan jawaban tertentu lebih penting dari pengambilan solusi objektif. Kesalahan siswa dipandang sebagai mekanisme untuk mendapatkan wawasan tentang bagaimana siswa mengatur dunia pengalaman mereka. Sa’ud berpendapat “Konstruktivisme adalah proses membangun dan menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman” (2008: 168). Sependapat dengan itu Yamin menyatakan bahwa “Pembelajaran konstruktivisme adalah kegiatan yang bukan hanya memindahkan pengetahuan dari guru kepada siswa, melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya” (2008: 3). Sedangkan menurut Trianto model pembelajaran konstruktivisme pada dasarnya menekankan pentingnya siswa membangun sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan aktif proses belajar mengajar (2007). Model pembelajaran konstruktivisme adalah salah satu pandangan tentang proses pembelajaran yang menyatakan bahwa dalam proses belajar (perolehan pengetahuan) diawali dengan terjadinya konflik kognitif. Konflik kognitif ini hanya dapat diatasi melalui pengetahuan akan dibangun sendiri oleh anak melalui pengalamannya dari hasil interaksi dengan lingkungannya. Proposal dan laporan penelitian tindakan kelas ipa sd. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian model pembelajaran konstruktivisme adalah suatu proses belajar mengajar dimana siswa sendiri aktif secara mental, membangun pengetahuannya, yang dilandasi oleh struktur kognitif yang dimilikinya. Guru lebih berperan sebagai fasilitator dan mediator pembelajaran. Penekanan tentang belajar dan mengajar lebih berfokus terhadap suksesnya siswa mengorganisasi pengalaman mereka. Beberapa hal yang mendapat perhatian pembelajaran konstruktivistik yaitu: 1) Mengutamakan pembelajaran yang bersifat nyata dalam konteks yang relefan. 2) Mengutamakan proses. 3) Menanamkan pembelajaran dalam konteks pengalaman sosial. 4) Pembelajaran dilakukan dalam upaya mengkonstruksi pengalaman. (Jauhar, 2011: 37) Secara garis besar, prinsip-prinsip konstruktivisme yang diterapkan dalam belajar mengajar adalah : 1) Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri. 2) Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru kemurid, kecuali hanya dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar. 3) Murid aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep ilmiah. 4) Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses kontruksi berjalan lancar. 5) Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa. 6) Struktur pembelajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan. 7) Mencari dan menilai pendapat siswa. 8) Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa. Teori pembelajaran konstruktivisme menurut Surianto, 2009 Menurut peneliti dari semua itu prinsip yang paling penting adalah guru tidak boleh hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun pengetahuan didalam benaknya sendiri. Seorang guru dapat membantu proses ini dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi menjadi sangat bermakna dan sangat relevan bagi siswa. Cara tersebut antara lain dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sendiri ide-ide dan dengan mengajak siswa agar menyadari dan menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar. Berkaitan dengan anak dan lingkungan belajarnya menurut pandangan konstruktivisme, Driver dan Bell mengajukan karakteristik sebagai berikut: 1. Siswa tidak dipandang sebagai sesuatu yang pasif melainkan memiliki tujuan. 2. Belajar mempertimbangkan seoptimal mungkin proses keterlibatan siswa. 3. Pengetahuan bukan sesuatu yang datang dari luar melainkan dikonstruksi secara personal. 4. Pembelajaran bukanlah transmisi pengetahuan, melainkan melibatkan pengaturan situasi kelas. 5. Kurikulum bukanlah sekedar dipelajari, melainkan seperangkat pembelajaran, materi, dan sumber (Jauhar, 2011: 40) Karakteristik konstruktivisme diatas sesuai dengan prinsip-prinsip konstruktivisme. Menurut prinsip konstruktivistik, seorang pengajar berperan sebagai mediator dan fasilitator yang membantu proses belajar siswa agar berjalan dengan baik. Tekanan ada pada siswa yang belajar bukan bukan pada disiplin ataupun guru yang mengajar. Yamin menjabarkan fungsi mediator dan fasilitator dalam beberapa tugas sebagai berikut: 1) Menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan siswa bertanggung jawab dalam membuat rancangan, proses dan penelitian. Karena itu jelas member kuliah atau ceramah bukan tugas utama seorang guru atau dosen. 2) Menyediakan atau menyediakan kegiatan-kegiatan yang merangsang keingintahuan siswa dan membantu merekan untuk mengekspresikan gagasan-gagasannya dan mengkomunikasikan gagasan ilmiah mereka, Watt & Pope (1989). Menyediakan sarana yang merangsang siswa berpikir secara produktif. Menyediakan pengalaman dan kesempatan yang paling mendukung proses belajar siswa.guru atau dosen menyemangati murid atau mahasiswa. Guru perlu menyediakan pengalaman konflik, Tobin, Tippinss & Gallard (1994). 3) Memonitor, mengevaluasi dan menunjukkan apakah pemikiran si siswa jalan atau tidak. Guru menunjukkan dan mempertanyakan apakah pengetahuan siswa itu berlaku untuk menghadapi persoalan baru yang berkaitan. Guru membantu mengevaluasi hipotesis dan kesimpulan murid. (2008: 17) Brooks dan Brooks (1999) memberikan perbandingan menarik antara kelas commit to user konstruktivis dan tradisional. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut:
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel
2.1:
Perbandingan
digilib.uns.ac.id
Pembelajaran
yang
Bersifat
Tradisional
dan
Konstruktivis. Tradisional Kegiatan-kegiatannya terutama bersandar pada textbooks Presentasi materi dimulai dengan bagian-bagian, kemudian pindah ke keseluruhan Menekankan pada keterampilanketerampilan dasar Guru menekankan tentang harus diikutinya kurikulum yang pasti Guru mempresentasikan informasi kepada murid
konstruktivis Kegiatan-kegiatannya terutama bersandar pada materi-materi hands on Presentasi materi dimulai dengan keseluruhan, kemudian pindah ke bagianbagian Menekankan pada ide-ide besar Guru mengikuti pertanyaan-pertanyaan murid
Guru menyiapkan sebuah lingkungan belajar, dimana murid dapat menemukan pengetahuan Guru berusaha membuat murid Guru berusaha membuat murid memberikan jawaban yang benar mengungkapkan sudut pandangan dan pemahaman mereka, sehingga mereka dapat memahami pembelajaran mereka Asesmen dilihat sebagai sebuah Asesmen dilihat sebagai sebuah kegiatan kegiatan tersendiri dan terjadi yang diintegrasikan dengan belajar mengajar melalui testing dan terjadi melalui portofolio dan observasi (Muijis dan Reynolds, 2008: 105) Dari tabel diatas dapat dilihat perbedaan antara pembelajaran yang bersifat tradisional dan pembelajaran yang bersifat konstruktivisme. Dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan pengetahuan murid guru membutuhkan cara-cara baru yang lebih inovatif. Dengan menerapkan model pembelajaran konstruktivisme diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang materi yang telah dipelajari. Dalam upaya mengimplementasikan teori belajar konstruktivisme, Tyler mengemukakan beberapa saran yang berkaitan dengan rancangan pembelajaran, sebagai berikut: 1) Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasannya dengan bahasa sendiri. 2) Memberi kesempatan kepada siswa untuk berpikir tentang pengalamannya sehingga menjadi lebih kreatif dantoimajinatif. commit user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3) Memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru. 4) Memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa. 5) Mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka. 6) Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. (Jauhar, 2011: 43) Hal-hal tersebut hendaknya diperhatikan serta dilaksanakan oleh guru untuk memperoleh pembelajaran yang bersifat konstruktivisme. Namun dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran secara konstruktivisme akan ditemukan kelebihan dan kelemahan. Menurut peneliti kelebihan dan kelemahan model pembelajaran konstruktivisme adalah sebagai berikut: 1) Kelebihan a) Dapat memberikan kemudahan kepada siswa dalam mempelajari konsep IPA. b) Melatih siswa berfikir kritis dan kreatif. 2) Kelemahan a) Siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, tidak jarang bahwa hasil konstruksi siswa tidak cocok dengan hasil konstruksi para ilmuan sehingga menyebabkan miskonsepsi. b) Konstruktivisme
menanamkan
agar
siswa
membangun
pengetahuannya sendiri, hal ini pasti membutuhkan waktu yang lama dan setiap siswa memerlukan penanganan yang berbeda-beda. c) Situasi dan kondisi tiap sekolah tidak sama, karena tidak semua sekolah memiliki sarana prasarana yang dapat membantu keaktifan dan kreatifitas siswa. Adanya kelemahan dalam penggunaan model konstruktivisme dapat diatasi dengan beberapa cara. Cara mengatasi kelemahan model konstruktivisme antara lain : a. Guru mendampingi siswa selama kegiatan mengkonstruksi berlangsung. Serta mengawasi dan memberi bantuan jika siswa mengalami kesulitan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hal ini sesuai dengan tugas guru dalam konstruktivisme adalah sebagai mediator dan fasilitator. b. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang sama rata kemampuan berpikirnya. Sehingga diharapkan waktu yang dibutuhkan dalam mengkonstruksi pengetahuannya tidak terlalu lama. Serta guru memberi batasan waktu yang tegas agar siswa tidak membuang waktu secara percuma. c. Guru menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran.
2. Hakikat Keterampilan Menarik Kesimpulan a.
Pengertian Keterampilan Kata keterampilan sama artinya dengan cekatan. Syah “Keterampilan
adalah kegiatan yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot (neuromuscular) yang lazimnya tampak dalam kegiatan jasmaniyah seperti menulis, mengetik, olah raga dan sebagainya” (2010: 117). Syah (mengutip simpulan Reber) berpendapat “Keterampilan adalah kemampuan melakukan polapola tingkah laku yang kompleks dan tersusun rapi secara mulus dan sesuai dengan keadaan untuk mencapai hasil tertentu” (2010: 117). Soemarjadi (2008) mengungkapkan bahwa terampil atau cekatan adalah kepandaian melakukan sesuatu pekerjaan dengan cepat dan benar. Seseorang yang melakukan sesuatu dengan cepat tetapi salah tidak dapat dikatakan terampil. Demikian pula apabila seseorang dapat melakukan sesuatu dengan benar tetapi lambat, juga tidak dapat dikatakan terampil (hlm. 2). Sardiman berpendapat “Keterampilan bersifat jasmani dan rohani. Keterampilan adalah koordinasi dari gerakan fisik dan teknik dengan penghayatan untuk mencari jawaban yang cepat dan tepat. Keterampilan dapat dididik, yaitu dengan banyak melatih kemampuan” (2006: 27). Sesuai dengan pendapat tersebut, Sukardi juga menyatakan bahwa keterampilan akan menghasilkan tindakan dalam bentuk lain yang bersifat jasmani dan rohani, yaitu nilai dan sikap (2009). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Reber mengemukakan bahwa keterampilan adalah kemampuan melakukan pola-pola tingkah laku yang kompleks dan tersusun rapi sesuai dengan keadaan untuk mencapai hasil tertentu. Sehinggga keterampilan bukan hanya meliputi gerakan motorik melainkan juga pengejawentahan fungsi mental yang bersifat kognitif (Dalyono, 2005: 214). Hamalik menyebutkan bahwa keterampilan memiliki tiga karakteristik, yakni menunjukkan ikatan (a chain) respons motorik, melibatkan koordinasi gerakan tangan dan mata, dan menuntut kaitan-kaitan organisasi menjadi pola-pola respon yang kompleks (2010). Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan adalah suatu kemampuan seseorang untuk melakukan suatu hal yang bersifat jasmani dan rohani yang dilakukan dengan cepat, cekat dan tepat dalam menyelesaikan suatu hal untuk menghasilkan nilai dan sikap tertentu. Seseorang yang dapat melakukan sesuatu dengan cepat tetapi salah tidak dapat dikatakan terampil. Demikian pula, apabila seseorang dapat melakukan sesuatu dengan benar tetapi lambat juga tidak dapat dikatakan terampil. Jadi, keterampilan itu berlandaskan pada ketepatan tertentu sehingga seseorang tidak akan merasakan kesulitan-kesulitan yang berarti dalam pekerjaannya. b.
Pengertian Keterampilan Menarik Kesimpulan Sebelum kita membahas mengenai keterampilan menarik kesimpulan, terlebih dahulu kita akan membahas mengenai keterampilan proses sains. Sains seringkali didefinisikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan seorang ilmuwan. Keterampilan proses adalah keterampilan yang dilakukan oleh para ilmuwan diantaranya adalah mengamati, mengukur, menarik kesimpulan, mengendalikan variabel, merumuskan hipotesis, membuat grafik dan tabel data, membuat definisi operasional, dan melakukan eksperimen. (Iskandar, 2001: 5)
Funk mengatakan bahwa ada berbagai keterampilan dalam keterampilan proses, keterampilan-keterampilan tersebut terdiri dari keterampilan-keterampilan dasar (basic skills) dan keterampilan-keterampilan terintegrasi (integrated skills). Keterampilan-keterampilan dasar terdiri dari enam keterampilan, yakni : mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi, mengukur, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan. Sedangkan keterampilan-keterampilan terintegrasi terdiri to tabulasi user dari : mengidentifikasi variabel, commit membuat data, menyajikan data dalam
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bentuk grafik, menggambarkan hubungan antar-variabel, mengumpulkan dan mengolah data, menganalisa penelitian, menyusun hipotesis, mendefinisikan variabel secara operasional, merancang penelitian dan melaksanakan eksperimen. (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 140) Keterampilan-keterampilan dasar dalam keterampilan proses adalah: 1) Keterampilan mengamati ( Observation skills ) Observasi adalah keterampilan proses dasar sains yang sangat penting untuk mengenal dunia luar yang menakjubkan. Iskandar berpendapat “Mengamati dalam IPA adalah proses mengumpulkan informasi mempergunakan semua alat pengindera atau mempergunakan instrument untuk membantu alat pengindera” (2001: 5). Menurut Dimyati dan Mudjiono mengamati memiliki sifat utama, yakni sifat kualitatif dan kuantitatif. Mengamati bersifat kualitatif apabila dalam pelaksanaannya hanya menggunakan pancaindra untuk memperoleh informasi” (2006). Contohnya adalah menentukan warna (penglihatan), mengenali suara jangkrik (pendengaran) dll. Sedangkan mengamati bersifat kuantitatif apabila dalam pelaksanaannya selain menggunakan pancaindra, juga menggunakan peralatan lain yang memberikan informasi khusus dan tepat. Contohnya adalah menghitung panjang ruang kelas dengan satuan ukuran tegel, menentukan suhu air yang mendidih dengan bantuan thermometer, dll. 2) Keterampilan komunikasi ( Communication skills ) Keterampilan
mengomunikasikan
adalah
keterampilan
untuk
menyampaikan apa yang ada di dalam pikiran dan perasaan kepada orang lain, baik secara lisan maupun tertulis. Dimyati dan Mudjiono berpendapat “Mengkomunikasikan dapat diartikan sebagai menyampaikan dan memperoleh fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan dalam bentuk suara, visual, atau suara
visual”
(2006:
143).
Contoh-contoh
kegiatan
dari
keterampilan
mengkomunikasikan adalah mendiskusikan suatu masalah, membuat laporan, membaca peta, dan kegiatan lain yang sejenis. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3) Keterampilan mengklasifikasi ( Classification skills ) Diperlukan adanya pengelompokan atau penggolongan yang teratur untuk memahami secara menyeluruh sejumlah objek, peristiwa, dan makhluk hidup di sekeliling kita, sangat. Dimyati dan Mudjiono berpendapat “Mengklasifikasikan merupakan keterampilan proses untuk memilah berbagai objek peristiwa berdasarkan sifat-sifat khususnya, sehingga didapatkan golongan/ kelompok sejenis dari objek peristiwa yang dimaksud” (2006: 143). Contohnya adalah mengklasifikasikan makhluk hidup selain manusia menjadi dua kelompok: binatang dan tumbuhan, mengklasifikasikan binatang menjadi binatang beranak dan bertelur, dll. 4) Keterampilan mengukur ( Measurement skills ) Keterampilan mengamati dan menggunakan alat berkaitan dengan keterampilan mengukur. Dimyati dan Mudjiono berpendapat “Mengukur dapat diartikan sebagai membandingkan yang diukur dengan satuan ukuran tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya” (2006: 144). Contohnya adalah mengukur panjang garis, mengukur berat badan, dll. 5) Keterampilan memprediksi ( Prediction skills ) Prediksi adalah satu perkiraan apa yang akan terjadi. Dimyati dan Mudjiono berpendapat “Memprediksi dapat diartikan sebagai mengantisipasi atau membuat ramalan tentang segala hal yang akan terjadi pada waktu mendatang, berdasarkan perkiraan pada pola atau kecenderungan tertentu, atau hubungan antara fakta, konsep, dan prinsip dalam ilmu pengetahuan” (2006: 144). Contohnya adalah berdasarkan pola-pola waktu terbitnya matahari yang telah diobservasi dapat diprediksikan waktu terbitnya matahari pada tanggal tertentu, dll.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6) Keterampilan menarik kesimpulan ( Inference skills ) Kita akan mengenal lingkungan sekitar lebih baik jika kita dapat memahami dan menafsirkan kejadian-kejadian yang terjadi. Dimyati dan Mudjiono berpendapat “Menarik kesimpulan dapat diartikan sebagai suatu keterampilan untuk memutuskan keadaan suatu objek atau peristiwa berdasarkan fakta, konsep, dan prinsip yang diketahui” (2006: 145). Kegiatan yang menampakkan keterampilan menarik kesimpulan antara lain: berdasarkan pengamatan diketahui bahwa api lilin mati setelah ditutup dengan gelas rapatrapat, siswa dapat menyimpulkan bahwa lilin dapat menyala bila ada oksigen. Pada bab ini yang akan kita kaji lebih dalam adalah mengenai keterampilan menarik kesimpulan. Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai keterampilan menarik kesimpulan. Abruscato berpendapat “inferring is using logic to draw conclutions from what we observe” yang artinya menyimpulkan adalah menggunakan akal pemikiran untuk menarik kesimpulan dari apa yang telah kita amati (1995: 45). Sependapat dengan itu Jauhar berpendapat “Menarik kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis” (2011: 68). Shinta Dewi berpendapat bahwa menarik kesimpulan merupakan percobaan untuk menjelaskan atau untuk menginterpretasi hasil pengamatan atau menyampaikan penyebab dari sesuatu yang diamati (2008). Sedangkan Dimyati dan Mudjiono berpendapat “Menarik kesimpulan dapat diartikan sebagai suatu keterampilan untuk memutuskan keadaan suatu objek atau peristiwa berdasarkan fakta, konsep, dan prinsip yang diketahui (2006: 145). Menurut Iskandar menarik kesimpulan (inferensi) adalah kesimpulan setelah melakukan observasi dan berdasarkan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya. Jadi inferensi mencakup tiga komponen yaitu : observasi yang merupakan pernyataan-pernyataan yang dibuat mempergunakan semua alat pengindera dan alat bantu pengindera, pengetahuan sebelumnya atau pengetahuan yang diorganisasikan secar mental dalam struktur kognitif atau disebut juga skemata, dan kesimpulan (2001: 5-6). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Menarik kesimpulan secara umum dapat diartikan sebagai upaya dalam menginterpretasikan atau menjelaskan segala hal yang kita amati. Hal ini sejalan dengan Rustaman, A dan Rustaman, N bahwa menarik kesimpulan termasuk dalam
keterampilan
menginterpretasi
atau
menafsirkan.
repository.upi.edu/operator/upload/s_bio_043960_chapter2.pdf
Hasanah
mengutip kesimpulan Gega, 2009: 14-15) Kita menggunakan pengalaman-pengalaman masa lalu untuk membentuk model mental terhadap dunia sekitar kita. Pengalaman baru hanya akan bermakna jika kita dapat menghubungkannya dengan pengertian yang telah dimiliki sebelumnya. Menginferensi berarti membangun hubungan antara apa yang diobservasi secara langsung dan apa yang telah diketahui dari pengalaman masa lampau. Hal tersebut dapat kita lihat pada gambar 2.1 berikut:
INVERENSI
Apa yang diketahui melalui pengalaman masa lalu
Apa yang langsung diamati melalui alat indera
Gambar 2.1. Skema Keterampilan Menarik Kesimpulan (inverensi) Dari gambar diatas dapat disimpulkan bahwa Inferensi adalah suatu pernyataan yang didasari alasan logis dan untuk menjelaskan dan menafsirkan hasil observasi. Setiap inferensi harus selalu didasarkan pada hasil observasi. Oleh sebab itu setiap melakukan inferensi perlu selalu diingat : (1) lakukan sebanyak mungkin observasi terhadap objek atau peristiwa, (2) hubungkan pengalamanpengalaman masa lalu yang relevan dengan objek atau peristiwa untuk mengintegrasikan informasi yang diperoleh dari hasil observasi, dan (3) bedakan pernyataan inferensi yang disusun dengan observasi dan prediksi, misalnya, “dari hasil yang saya amati saya simpulkan ….”, “dari hasil observasi dapat dijelaskan commit to user bahwa ….”, “penjelasan yang mungkin sepanjang yang diamati ….”.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5 indikator yang digunakan dalam keterampilan menarik kesimpulan. Indikator tersebut antara lain : 1) Membuat pernyataan berdasarkan informasi dari data hasil pengamatan. 2) Menemukan pola atau kecenderungan dalam suatu observasi berdasarkan data hasil pengamatan. 3) Mengidentifikasi adanya hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lain berdasarkan data hasil pengamatan. 4) Mengidentifikasi pola atau hubungan antar variabel terhadap seluruh data hasil pengamatan. 5) Membuat data secara umum (generalisasi) berdasarkan data hasil pengamatan. repository.upi.edu/operator/upload/s_bio_043960_chapter2.pdf menurut Hasanah mengutip dari simpulan Harlen, 2009: 15) Indikator-indikator yang dikemukakan oleh Harlen di atas, digunakan sebagai indikator dalam mengetahui kemampuan siswa dalam menarik kesimpulan. Dengan demikian, keterampilan menarik kesimpulan merupakan dasar dari pengembangan sains yang dapat dilatihkan secara langsung ataupun tidak langsung. Jika dalam proses belajar mengajar siswa melakukan pengamatan, hasil pengamatannya tidak akan menjadi pengetahuan apabila siswa tersebut tidak mampu menafsirkan dan menyimpulkan apa yang telah diperolehnya. Dengan dilatihkannya keterampilan dalam menarik kesimpulan, diharapkan mampu mengajak siswa untuk mengetahui atau paling tidak menerima pembuktian berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan. Sehingga terbentuk pengetahuan baru yang telah diperoleh oleh siswa tersebut. Hal ini sejalan dengan perkembangan teori konstruktivisme yang memandang bahwa siswa belajar sains dengan cara mengkonstruksi pengertian atau pemahaman baru tentang fenomena dari pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya. Berdasarkan pengertian
pendapat-pendapat
keterampilan
menarik
diatas
dapat
kesimpulan
disimpulkan
adalah
upaya
bahwa untuk
menginterpretasi atau menjelaskan hal-hal yang telah diamati dan didasarkan pada pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya dengan cepat, cekat dan tepat. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di Kelas V SD Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan terjemahan dari kata-kata bahasa Inggris “Natural Science” secara singkat sering disebut “science” . Natural berarti alamia, berhubungan dengan alam atau bersangkut paut dengan alam. Science artinya ilmu pengetahuan. Jadi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau science secara harfiah dapat disebut sebagai ilmu tentang alam ini. Ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. (Iskandar, 2001: 2) Iskandar (mengutip simpulan Robin Kerrod ) berpendapat “Science is the broad field of human knowledge, acquired by systematic observation and experiment, and explained by means of rules, laws, principles, theories, and hyphotheses” (2001:2). Artinya Ilmu Pengetahuan Alam adalah pengetahuan manusia yang luas yang didapatkan dengan cara observasi dan eksperimen yang sistematik, serta dijelaskan dengan bantuan aturan-aturan, hukum-hukum, prinsipprinsip, teori-teori dan hipotesis-hipotesis. Abruscato berpendapat “Science is the knowledge gathered through the systematic use of a group of proseces. This knowledge is shaped by the values and attitude that underline scientific enterprise” (1995: 16). Pengetahuan yang didapat secara sistematik menggunakan proses kelompok. Pengetahuan ini dibentuk oleh nilai-nilai dan sikap. Anak-anak harus mengetahui proses pengetahuan itu dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dan bagaimana pengetahuan itu diterapkan dalam masyarakat. Aplikasi pengetahuan dalam masyarakat dikenal sebagai teknologi. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa IPA adalah suatu ilmu yang berhubungan erat dengan lingkungan alam dan kehidupan manusia. Ilmu pengetahuan ini didapat dengan cara observasi dan eksperimen yang sistematik, serta dijelaskan dengan bantuan aturan-aturan, hukum-hukum, prinsip-prinsip, teori-teori dan hipotesis-hipotesis. Menurut Permendiknas (2006) tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SD adalah : 1) Memahami konsep IPA dan keterkaitannya commit to user dalam kehidupan sehari-hari.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) Memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan, gagasan tentang alam sekitar. 3) Mempunyai minat untuk mengenal dan mempelajari benda-benda serta kejadian di lingkungan sekitar. 4) Bersifat ingin tahu, terbuka, kritik, mawas diri, bertanggung jawab, dan mandiri. 5) Mampu menerapkan konsep IPA untuk menjelaskan gejala alam dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. 6) Mampu menerapkan teknologi sederhana yang berguna untuk memecahkan masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. 7) Mengenal dan memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar sehingga menyadari kebesaran dan keagungan tuhan. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran IPA di SD adalah untuk menguasai konsep, keterampilan tentang IPA dan menumbuhkan minat untuk mengenal dan mempelajari alam serta dapat menerapkan dan memanfaatkan metode ilmiah dalam kehidupan sehari-hari. Kompetensi Rumpun Mata Pelajaran Sains (IPA) berkaitan dengan pencapaian kompetensi yang meliputi kerja ilmiah dan penguasaan konsep yakni pemahaman dan penerapannya. Dari kompetensi rumpun mata pelajaran ini kemudian dijabarkan menjadi kompetensi yang lebih operasional dan lebih mencerminkan aspek-aspek khusus pencapai tujuan mata pelajaran. Menurut kurikulum KTSP, pembelajaran IPA memiliki ruang lingkup, tujuan dan tujuan yang harus tercapai. Ruang lingkup materi pembelajaran IPA SD kelas V semester II berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasarnya dapat dilihat pada tabel 2.2 dibawah ini :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 2.2: Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran IPA Semester II
No 1.
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
5. Memahami hubungan antara gaya, gerak, dan energi, serta fungsinya
5.1 Mendeskripsikan hubungan antara gaya, gerak, dan energi melalui percobaan (gaya gravitasi, gaya gerak dan gaya magnet) 5.2 Menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat.
2.
3.
6. Menerapkan sifatsifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya/model 7. Memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam.
6.1 Mendeskripsikan Sifat-Sifat Cahaya 6.2. Membuat Suatu Karya/Model, Misalnya Periskop atau Lensa dari Bahan Sederhana dengan Menerapkan Sifat-Sifat Cahaya 7.1 Mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena pelapukan. 7.2 Mengidentifikasi jenis-jenis tanah. 7.3 Mendeskripsikan struktur bumi.
Ilmu Pengetahuan Alam sebagai disiplin ilmu dan penerapannya dalam masyarakat membuat pendidikan IPA menjadi penting. Pengajaran IPA untuk anak-anak SD harus dimodifikasi agar anak-anak dapat mempelajarinya. Ide-ide dan konsep-konsep harus disederhanakan agar sesuai dengan kemampuan anak untuk memahaminya. Hal ini karena struktur kognitif anak-anak tiak dapat dibandingkan dengan struktur kognitif ilmuwan. Dalam pengajaran IPA anakanak harus diberi kesempatan untuk berlatih keterampilan-keterampilan proses IPA, sebab diharapkan mereka dapat berfikir dan memiliki sikap ilmiah. Mata Pelajaran IPA di Sekolah Dasar sudah diberikan sejak kelas I, namun untuk penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti mengambil pelajaran IPA Kelas V Semester II khususnya materi cahaya dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pengajaran (KTSP).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pembelajaran IPA di SD merupakan interaksi antara siswa dengan lingkungan sekitanya. Hal ini mengakibatkan pembelajaran IPA perlu mengutamakan peran siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Sehingga pembelajaran yang terjadi adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa dan guru sebagai fasilitator dan mediator dalam pembelajaran tersebut. Guru berkewajiban untuk meningkatkan pengalaman belajar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran IPA. Tujuan ini tidak terlepas dari hakikat IPA sebagai produk, proses dan sikap ilmiah. Oleh sebab itu, pembelajaran IPA perlu menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran yang tepat. Suprijono (mengutip simpulan Cronbach) berpendapat “Learning is shown by change in behavior as a result of experience” (2009:2). Belajar sebagai suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman”. Kegiatan belajar adalah kegiatan yang aktif, dimana siswa membangun sendiri pengetahuannya. Siswa mencari arti sendiri dari yang mereka pelajari, ini merupakan proses menyesuaikan konsep-konsep dan ide-ide baru dengan kerangka berfikir yang telah ada dalam pikiran mereka. Dalam hal ini siswa membentuk pengetahuan mereka sendiri dan guru membantu sebagai mediator dan fasilitator dalam proses pembentukan itu. Hal tersebut sesuai dengan prinsip belajar konstruktivistik. Penggunaan model pembelajaran konstruktivisme diharapkan dapat membantu siswa untuk lebih paham dan menguasai materi yang telah dipelajari. Hal ini dapat diketahui apabila prestasi belajar ipa tinggi serta peran aktif siswa dalam mengutarakan secara lisan, tulisan, maupun aplikasi dalam kehidupannya. Dengan
mengkonstruksi pengetahuan
dalam
pembelajaran
IPA
melalui
pengalaman nyata siswa akan lebih menguasai materi yang diajarkan. Dengan menerapkan model pembelajaran konstruktivisme diharapkan: 1. Siswa dapat mengemukakan gagasannya dengan bahasa sendiri. 2. Siswa dapat berpikir tentang pengalamannya sehingga menjadi lebih commit to user kreatif dan imajinatif.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Siswa dapat mencoba gagasan baru. 4. Siswa mempunyai pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki. 5. Siswa dapat memikirkan perubahan gagasan mereka. 6. Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. Mengingat Ilmu Pengetahuan Alam adalah pengetahuan manusia yang luas yang didapatkan dengan cara observasi dan eksperimen yang sistematik, serta dijelaskan dengan bantuan aturan-aturan, hukum-hukum, prinsip-prinsip, teoriteori dan hipotesis-hipotesis. Maka model pembelajaran konstruktivisme sangat cocok apabila diterapkan dalam pembelajaran IPA. Dengan menggunakan model pembelajaran
konstruktivisme
peneliti
akan
menerapkan
dalam
proses
pembelajaran IPA pada siswa kelas V khususnya materi mengenai cahaya. Selain itu, dengan menerapkan model pembelajaran konstruktivisme dimana siswa aktif membangun pengetahuannya sendiri berdasarkan pengematan atau percobaan yang telah dilakukan, maka akan melatih keterampilan-keterampilan IPA termasuk menarik kesimpulan.
B. Penelitian yang Relevan Beberapa penelitian yang relevan/sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti, antara lain penelitian yang dilakukan oleh: 1. Siti Rokhati, (2010) yang berjudul “Peningkatan kemampuan siswa memahami konsep pengurangan bilangan bulat melalui model pembelajaran konstruktivisme di kelas IV SDN 03 Simpur Tahun 2010”. Kesimpulan dalam penelitiannya bahwa dengan penerapan model pembelajaran konstruktivisme dapat meningkatkan pemahaman konsep pengurangan bilangan bulat pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Simpur Belik Pemalang. Hal ini dibuktikan dengan adanya kenaikan hasil tes formatif siswa kelas IV dari rata-rata 53,33 pada kondisi awal menjadi 84,95 pada akhir penelitian dan siswa yang tuntas belajar bertambah dari 14 siswa atau 42 % menjadi 30 siswa atau 91 % dari 33 commit to user siswa. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilaksanakan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
adalah variabel X yaitu model pembelajaran konstruktivisme, perbedaaannya adalah kemampuan yang akan ditingkatkan. Dalam penelitian ini yang ditingkatkan adalah kemampuan siswa memahami konsep pengurangan bilangan bulat sedangkan penelti akan meningkatkan keterampilan menarik kesimpulan. 2. Ngatirah, (2009) yang berjudul “Upaya peningkatan pemahaman konsep energi pada mata pelajaran IPA melalui model pembelajaran konstruktivisme siswa kelas IV SDN Nglorog 4 Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010”. Kesimpulan dalam penelitiannya bahwa dengan model pembelajaran konstruktivisme dapat meningkatkan pemahaman konsep mengenai energi pada mata pelajaran IPA pada siswa kelas IV SDN Nglorog 4 Sragen. Hal ini dibuktikan dengan adanya kenaikan hasil tes formatif siswa kelas IV dari ratarata hasil belajar siswa ada peningkatan sebesar 8,11% (dari 67,8 menjadi 73,3), jumlah siswa yang sudah tuntas ada 11 anak (73,33 %) dan yang belum tuntas ada 4 anak (26,66 %). Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan
dilaksanakan
adalah
variabel
X
yaitu
model
pembelajaran
konstruktivisme, perbedaaannya adalah kemampuan yang akan ditingkatkan. Dalam penelitian ini yang ditingkatkan adalah pemahaman konsep energi pada mata pelajaran IPA sedangkan penelti akan meningkatkan keterampilan menarik kesimpulan. 3. Annur Hasanah, (2009) yang berjudul “Kemampuan siswa dalam menarik kesimpulan melalui praktikum guided inquiri pada konsep ekosistem”. Kesimpulan dalam penelitiannya bahwa dengan praktikum guide inquiri dapat meningkatkan kemampuan menarik kesimpulan siswa pada konsep ekosistem. Hal ini terbukti pada kondisi awal sebelum dilaksanakan tindakan nilai ratarata siswa 45,86 dengan prosentase ketuntasan klasikal sebesar 38,10%, siklus I nilai rata-rata kelas 68,90 dengan prosentase ketuntasan klasikal sebesar 71,42%, dan siklus II rata-rata kelas meningkat menjadi 84,09 dengan prosentase ketuntasan klasikal sebesar 85,71%. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilaksanakan adalah variabel Y yaitu kemampuan commit to user menarik kesimpulan, perbedaaannya adalah model pembelajaran yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
digunakan. Dalam penelitian ini model pembelajaran yang digunakan adalah praktikum guided inquiri sedangkan peneliti akan menggunakan model pembelajaran konstruktivisme. Berdasarkan hasil dari beberapa penelitian dan pendapat diatas, dapat kami simpulkan bahwa model pembelajaran kostruktivisme dapat meningkatkan pemahaman siswa mengenai konsep pengurangan bilangan bulat dan energy gerak. Sehubungan dengan hal itu, kami merasa perlu untuk meningkatkan keterampilan menarik kesimpulan peserta didik. Dalam penelitian ini penulis menekankan pada penerapan model konstruktivisme untuk meningkatkan keterampilan menarik kesimpulan mata pelajaran IPA pada siswa kelas V SD Negeri Pajang 4 Laweyan Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012.
C. Kerangka Berpikir Pada kondisi awal, keterampilan menarik kesimpulan mata pelajaran IPA siswa kelas V SD Negeri Pajang 4 tergolong rendah, terbukti dari 63% siswa memiliki nilai di bawah KKM. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya: Siswa kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran, guru kurang dapat
menciptakan suasana
belajar
yang
menyenangkan karena masih
mengandalkan ceramah dalam menyampaikan materi, dan sedikitnya praktek yang dilakukan guru. Berdasarkan kondisi awal tersebut, Peneliti mencoba melakukan tindakan dengan
menerapkan
model
pembelajaran
konstruktivisme
untuk
dapat
meningkatkan keterampilan menarik kesimpulan siswa mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Nantinya siswa akan belajar dengan lebih percaya diri, menarik dan menyenangkan serta lebih mudah dalam pelaksanaan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Peneliti akan merencanakan dua (2) siklus dalam pembelajarannya. Dari setiap siklus akan diperoleh hasil persentase hasil belajar siswa IPA. Pada siklus pertama dan kedua diharapkan keterampilan menarik kesimpulan siswa meningkat. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Diharapkan pada kondisi akhir, dengan menerapkan model pembelajaran konstruktivisme dapat meningkatkan keterampilan menarik kesimpulan siswa kelas V SD Negeri Pajang 4. Berdasarkan uraian tersebut, dapat peneliti gambarkan kerangka berpikir penelitian seperti gambar 2.2 berikut ini:
1. Siswa kurang aktif dalam
Kondisi Awal
mengikuti pembelajaran. 2. Guru kurang dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan karena masih mengandalkan ceramah dalam menyampaikan materi. 3. Sedikitnya praktek yang dilakukan guru.
Keterampilan menarik kesimpulan mata pelajaran IPA siswa kelas V SD Negeri Pajang 4 masih rendah.
Siklus I: Meningkatkan keterampilan menarik Tindakan
Keterampilan menarik kesimpulan meningkat.
kesimpulan melalui model pembelajaran konstruktivisme.
Siklus II: Keterampilan menarik kesimpulan meningkat.
Melalui model pembelajaran konstruktivisme Kondisi Akhir
keterampilan menarik kesimpulan mata pelajaran IPA siswa kelas V SD Negeri Pajang 4 dapat meningkat.
Gambar 2.2 Skema Kerangka Berpikir commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
D. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori, penelitian yang relevan, dan kerangka berpikir di atas, peneliti dapat merumuskan hipotesis tindakan bahwa: “Melalui penerapan model pembelajaran
konstruktivisme
dapat
meningkatkan keterampilan menarik kesimpulan mata pelajaran IPA pada siswa kelas
V SD Negeri Pajang 4 Laweyan Surakarta Tahun Ajaran
2011/2012”.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di kelas V SD Negeri Pajang 4 Kecamatan Laweyan Kota Surakarta semester II tahun ajaran 2011/ 2012. Peneliti memilih tempat ini dikarenakan beberapa alasan diantaranya keterampilan menarik kesimpulan mata pelajaran IPA pada SD tersebut
rendah, menghemat
waktu, biaya, dan keberadaan sampel yang memudahkan peneliti memperoleh data-data yang dibutuhkan, serta lokasinya mudah dijangkau oleh peneliti. 2. Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2011/2012 selama 6 bulan mulai bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2012. Adapun waktu dan jenis kegiatan penelitian dapat dilihat pada lampiran 43 halaman 209.
B. Subjek Penelitian Suwandi berpendapat “Subjek penelitian adalah siswa dan guru yang terlibat dalam pelaksanaan pembelajaran” (2011: 60). Subjek dalam penelitian ini adalah siswa Kelas V SD Negeri Pajang 4 Laweyan Surakarta sebanyak 30 siswa dengan jumlah sembilan belas (19) siswa laki-laki dan sebelas (11) siswa perempuan. Semua siswa tersebut tidak ada yang ABK dan dalam kondisi normal. Sedangkan yang menjadi objek penelitian adalah keterampilan menarik kesimpulan mata pelajaran IPA. Peneliti hendaknya cermat dalam melakukan pengamatan, khususnya pada objek yang ingin ditingkatkan. Dari subjek dan objek penelitian tersebut dapat diketahui variabel dalam penelitian
ini,
yaitu
variabel
bebas
(x)
adalah
model
pembelajaran
konstruktivisme dan variabel terikat (y) adalah keterampilan menarik kesimpulan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mata pelajaran IPA. Sugiyono (2009) berpendapat “Variabel independen (bebas) adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Sedangkan variabel dependen (terikat) merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas” (hlm. 4). Seperti dalam paparan bab II yang dimaksud model pembelajaran konstruktivisme adalah suatu proses belajar mengajar dimana siswa sendiri aktif secara mental, membangun pengetahuannya, yang dilandasi oleh struktur kognitif yang dimilikinya. Guru lebih berperan sebagai fasilitator dan mediator pembelajaran. Penekanan tentang belajar dan mengajar lebih berfokus terhadap suksesnya siswa mengorganisasi pengalaman mereka. Sedangkan yang dimaksud dengan keterampilan menarik kesimpulan adalah upaya untuk menginterpretasi atau menjelaskan hal-hal yang telah diamati dan didasarkan pada pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya dengan cepat, cekat dan tepat.
C. Data dan Sumber Data Data penelitian yang akan dikumpulkan berupa data hasil wawancara, temuan hasil observasi, dan hasil tes. Suwandi menyebutkan data penelitian dikumpulkan dari berbagai sumber, yaitu dari informan (narasumber), tempat dan peristiwa berlangsungnya aktivitas, dokumen atau arsip (2011). Dalam penelitian ini data dikumpulkan dari berbagai sumber untuk memperoleh data yang valid meliputi : 1. Informan atau narasumber, antara lain guru kelas V dan kepala sekolah SD Negeri Pajang 4. 2. Siswa Kelas V SD Negeri Pajang 4 tahun ajaran 2011/2012. 3. Dokumen dan arsip, yang berupa kurikulum, silabus pembelajaran, rencana pembelajaran yang dibuat guru, hasil kerja siswa dan buku penilaian. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
D. Pengumpulan Data Sesuai dengan bentuk penelitian tindakan kelas dan juga jenis sumber data yang dimanfaatkan, maka teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Observasi Sudjana (2009) berpendapat ”Observasi digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan” (hlm. 84). Observasi dilakukan pada guru dan murid kelas V SD Negeri Pajang 4 yang menjadi subyek penelitian untuk mendapatkan gambaran secara langsung tentang aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran keterampilan menarik kesimpulan dalam kelas. 2. Tes Suwandi (2011) berpendapat “Pemberian tes dimaksudkan untuk mengukur sebarapa jauh hasil yang diperoleh siswa setelah kegiatan pemberian tindakan” (hlm. 64). Tes digunakan untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep siswa dan dilaksanakan di akhir kegiatan tiap-tiap siklus. Soal tes ini digunakan untuk mengukur tingkat ketercapaian siswa dalam keterampilan menarik kesimpulan mata pelajaran IPA kelas V SD Negeri Pajang 4. 3. Wawancara Wawancara atau diskusi dengan guru dilaksanakan setelah melakukan pengamatan pertama terhadap kegiatan belajar mengajar (KBM) dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang berbagai hal yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran (Suwandi, 2011: 62). Teknik wawancara ini akan dilaksanakan pada semua informan. Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana siswa menguasai materi dan mengetahui hambatan apa yang ditemui serta memberi solusi untuk mengatasinya. Wawancara ini dilakukan peneliti kepada guru kelas V SD Negeri Pajang 4 untuk memperoleh informasi mengenai user secara umum. keterampilan menarik kesimpulancommit siswa ditokelas
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Dokumentasi Teknik pengumpulan data ini diperoleh dari dokumen dan arsip. Dokumen itu berupa daftar nilai, daftar hadir, dan arsip-arsip lain yang dimiliki guru, hal ini berfungsi untuk mengetahui kondisi siswa sebelum dilakukan penelitian. Selain itu juga dokumentasi berupa rekaman video yang dilaksanakan oleh peneliti selama proses pembelajaran berlangsung (siklus 1 dan siklus 2).
E. Uji Validitas Data Dalam penelitian, diperlukan adanya kebenaran data atau validitas data. Maksudnya adalah data yang berhasil digali, dikumpulkan, dan dicatat dalam kegiatan penelitian, harus diusahakan kemantapan dan kebenarannya. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan validitas isi dan trianggulasi dalam menentukan keabsahan data. Adapun yang dimaksud kedua hal tersebut adalah : 1. Validitas Isi Validitas isi adalah validitas yang berhubungan dengan kemampuan instrumen untuk menggambarkan atau melukiskan secara tepat domain perilaku yang akan diukur. Dalam penelitian ini untuk mengukur keterampilan menarik kesimpulan siswa kelas V SD Negeri Pajang 4 Tahun ajaran 2011/2012 digunakan instrumen indikator keterampilan menarik kesimpulan siswa. 2. Trianggulasi Moleong dalam Suwandi (2011: 65) triangulasi adalah teknik pemeriksaan validitas data dengan memanfaatkan sarana di luar data itu. Berdasarkan pendapat diatas teknik triangulasi yang digunakan adalah triangulasi sumber data dan triangulasi metode pengumpulan data. Adapun yang dimaksud kedua hal tersebut adalah: a. Triangulasi Sumber Triangulasi sumber adalah data atau informasi yang diperoleh selalu dikomparasikan dan diuji dengan data dan informasi lain, baik dari segi to user yang berbeda. Dari teknik ini koheren sumber yang samacommit atau sumber
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
diharapkan dapat memberi informasi yang tepat sesuai keadaan siswa. Sumber data yang diperoleh peneliti berasal dari guru dan siswa yang ada di tempat penelitian. Dalam kegiatan ini yang dilakukan peneliti adalah mengumpulkan sumber data yang diperoleh dari guru dan siswa yang ada di tempat penelitian yaitu di SD Negeri Pajang 4 Laweyan Surakarta. b. Triangulasi Teknik Triangulasi teknik yaitu peneliti mengumpulkan data sejenis dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda. Dari beberapa data yang diperoleh lewat teknik pengumpulan data yang berbeda tersebut hasilnya dibandingkan dan dapat ditarik kesimpulan agar diperoleh data yang lebih kuat validitasnya. Dalam kegiatan ini yang dilakukan peneliti adalah mengumpulkan data sejenis yang diperoleh dari berbagai teknik yang digunakan, yakni observasi, tes dan wawancara. Kemudian data yang diperoleh tersebut dibandingkan dan ditarik kesimpulan agar memperoleh data yang lebih valid.
F. Analisis Data Teknik analisis data merupakan suatu teknik untuk meneliti, memeriksa, mempelajari, membandingkan data yang ada dan membuat interpretasi yang diperlukan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik analisis data secara interaktif. Teknik analisi data secar interaktif menurut Miles dan Huberman (2007: 16), terdapat tiga langkah meliputi:
1. Reduksi Data Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Dengan kata lain reduksi data merupakan proses pemilihan data atau informasi dari keterampilan menarik kesimpulan pada siswa kelas V SD Negeri Pajang 4 yang relevan dengan penelitian. Jika data tidak relevan maka data tersebut dibuang. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Penyajian Data Penyajian data merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan
adanya penarikan kesimpulan dari pengambilan
tindakan. Penyajian data meliputi berbagai jenis matrik, grafik, jaringan, dan bagan. Semuanya dirancang guna menggabungkan informasi yang telah disusun dalam suatu bentuk yang padu. Dengan demikian peneliti dapat melihat apa yang terjadi, dan menentukan apakah menarik kesimpulan yang benar ataukah harus melangkah melakukan analisis yang telah disajikan.
3. Menarik kesimpulan (Verifikasi) Penarikan kesimpulan ini berdasarkan pada reduksi data dan penyajian data. Setelah ditarik kesimpulan, maka peneliti tetap terbuka menerima masukan dari orang lain.
G. Indikator Kinerja Penelitian Indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang dijadikan acuan dalam menentukan keberhasilan atau keefektifan penelitian (Sarwiji Suwandi, 2011: 6667). Indikator kinerja yang ingin dicapai dalam penelitian tindakan kelas ini adalah meningkatnya keterampilan menarik kesimpulan mata pelajaran IPA pada siswa kelas V SD Negeri Pajang 4 dengan menggunakan model pembelajaran konstruktivisme. Indikator penelitian ini bersumber dari kurikulum dan silabus KTSP IPA kelas V serta Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), yaitu 67. Pada siklus I pembelajaran dikatakan berhasil apabila keterampilan menarik kesimpulan siswa secara klasikal meningkat. Pada siklus II pembelajaran dikatakan berhasil apabila keterampilan menarik kesimpulan siswa secara klasikal memperoleh nilai ≥67 mencapai 80%
H. Prosedur Penelitian Suwandi (2011) berpendapat “Prosedur penelitian tindakan kelas pada umumnya dilakukan dalam beberapa siklus, misalnya tiga siklus” (67). Oleh karena itu, perlu digambarkan rancangan commit totindakan user pada masing – masing siklus.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sedangkan prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus. Tiap-tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang dicapai, seperti yang telah didesain dalam faktor-faktor yang diselidiki. Berguna untuk mengetahui permasalahan yang menyebabkan rendahnya keterampilan menarik kesimpulan mata pelajaran IPA pada siswa kelas V SD Negeri Pajang 4 dilaksanakan ketika kegiatan pembelajaran dilakukan oleh guru. Sesuai dengan pokok permasalahan yang dirumuskan dalam judul penelitian, maka data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah mengenai penerapan model pembelajaran konstruktivisme yang dilaksanakan oleh guru. Data dikumpulkan dengan pengamatan pada saat guru melaksanakan tugas mengajar. Prosedur pelaksanaan penelitian melalui tahapan atau siklus, yang setiap siklus berisi empat langkah yaitu: (a) perencanaan (planning); (b) penerapan tindakan (action); (c) mengobservasi dan mengevaluasi proses dan hasil tindakan (observation and evaluation); dan (d) melakukan refleksi (reflecting). Dan seterusnya sampai perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai (kriteria keberhasilan). Secara jelas langkah-langkah tersebut dapat digambarkan pada gambar 3.1 berikut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 3.1 Model PTK (Arikunto, dkk, 2006: 16)
1.
Siklus Pertama a.
Perencanaan Adapun langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah: 1) Menentukan pokok bahasan, yaitu cahaya dan sifat-sifatnya. 2) Membuat
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran
(RPP)
dengan
menerapkan model pembelajaran konstruktivisme. 3) Menyusun lembar observasi guru dan peserta didik selama penerapan model pembelajaran konstruktivisme. 4) Mengembangkan format evaluasi pembelajaran. b.
Tindakan Pelaksanaan tindakan pada siklus I ini direncanakan dalam 2 x pertemuan,
yakni melakukan praktek tentang sifat-sifat cahaya, mendemonstrasikan sifat cahaya yang mengenai cermin datar dan cermin lengkung (cekung dan cembung), serta praktek membuat pelangi melalui percobaan.. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1) Kegiatan Pendahuluan a) Apersepsi Siswa menjawab pertanyaan guru “Dapatkah kamu melihat, membaca, dan menulis dalam keadaan gelap?
b) Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. 2) Kegiatan Inti a) Siswa bertanya jawab dengan guru tentang cahaya dan sifat-sifatnya. b) Guru membantu meningkatkan keterampilan menarik kesimpulan siswa materi cahaya dan sifat-sifatnya dengan menerapkan model pembelajaran konstruktivisme. c) Siswa secara berkelompok diberi penugasan mengenai materi yang disampaikan dengan bantuan model pembelajaran konstruktivisme. d) Siswa dan guru bersama-sama mengevaluasi hasil diskusi. 3) Kegiatan Penutup a) Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan pembelajaran. b) Siswa mengerjakan soal evaluasi. c) Guru memberikan penilaian dan penguatan. c. Pengamatan / Observasi Melakukan pengamatan/observasi kegiatan guru dan peserta didik selama menerapkan model pembelajaran konstruktivisme. Observasi diarahkan pada poin-poin dalam pedoman yang telah disiapkan peneliti. d. Refleksi Refleksi berarti penilaian dan pengkajian terhadap hasil evaluasi data kaitannya dengan indikator kinerja siklus I. Peneliti menganalisis keterampilan menarik kesimpulan siswa sesuai dengan nilai evaluasi saat pembelajaran pada siklus I. Siswa yang mengalami peningkatan keterampilan menarik kesimpulan baru 19 anak atau sekitar 63,33%. Sedangkan siswa yang belum tuntas adalah sekitar 11 anak (36,67%). Hal ini membuktikan bahwa belum mencapai indikator ketercapaian kinerja yaitu sebesar 80%, maka proses pembelajaran dengan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
penerapan model pembelajaran konstruktivisme tersebut perlu diperbaiki lagi dan disempurnakan pada siklus II. 2.
Siklus Kedua a. Perencanaan Perencanaan pada siklus II meliputi rencana perbaikan pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran konstruktivisme yang didasarkan pada hasil refleksi pada siklus I. Rencana perbaikan pada siklus II ini dilaksanakan untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Adapun langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah: 1) Identifikasi masalah pada siklus I dan penetapan alternatif pemecahan masalah. 2) Membuat
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran
(RPP)
dengan
menerapkan model pembelajaran konstruktivisme. 3) Menyusun lembar observasi aktivitas guru dan peserta didik selama menerapkan model pembelajaran konstruktivisme. 4) Mengembangkan format evaluasi pembelajaran. b.
Tindakan Pada dasarnya tindakan yang dilaksanakan pada siklus II ini hampir sama
dengan siklus I, yakni pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran konstruktivisme. Perbedaannya hanya pada proses pembelajaran dan soal instrumennya. Pelaksanaan tindakan siklus II ini terbagi dalam 2 x pertemuan pun dengan materi yang sama, yakni melakukan praktek tentang sifat-sifat cahaya, mendemonstrasikan sifat cahaya yang mengenai cermin datar dan cermin lengkung (cekung dan cembung), serta praktek membuat pelangi melalui percobaan.Adapun langkah-langkah yang dilakukan, yaitu: 1) Memperbaiki tindakan sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah disempurnakan berdasarkan hasil refleksi pada siklus I. 2) Guru
menerapkan
pembelajaran
pembelajaran konstruktivisme. commit to user
dengan
menerapkan
model
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3) Siswa belajar dalam situasi pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran konstruktivisme. 4) Melaksanakan evaluasi untuk mengetahui peningkatan keterampilan menarik kesimpulan peserta didik. c. Pengamatan / Observasi Melakukan pengamatan/observasi kegiatan guru dan aktivitas peserta didik selama penerapan model pembelajaran konstruktivisme. Observasi diarahkan pada poin-poin dalam pedoman yang telah dipersiapkan oleh peneliti. d. Tahap Refleksi Refleksi berarti penilaian dan pengkajian terhadap hasil evaluasi data kaitannya dengan indikator kinerja siklus I. Peneliti menganalisis keterampilan menarik kesimpulan siswa sesuai dengan nilai saat evaluasi dan hasil observasi saat pembelajaran. Pada siklus II siswa yang nilainya mencapai KKM sebanyak 26 siswa (86,67%) dan siswa yang belum mencapai KKM sebanyak 4 siswa (13,33%). Sehingga keterampilan menarik kesimpulan siswa secara klasikal telah mencapai indikator ketercapaian kinerja sebesar 80%, dan penelitian dihentikan sampai disini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Pratindakan
Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan observasi dan wawancara. Observasi ini dilakukan kepada guru dan siswa saat proses pembelajaran IPA kelas V SD Negeri Pajang 4 dengan tujuan untuk mengetahui kondisi awal pembelajaran IPA yang dilakukan guru. Sedangkan wawancara hanya dilakukan kepada guru kelas dengan tujuan untuk mengetahui kondisi awal dan siswa pada mata pelajaran IPA baik mengenai aktivitas siswa dalam pembelajaran maupun keterampilan menarik kesimpulan yang dimiliki siswa. Jumlah siswa kelas V ada 30 siswa yang terdiri dari 19 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan. Berdasarkan data hasil wawancara (lampiran 9 halaman 142) terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru dalam menyampaikan materi pelajaran IPA di kelas V, masih terdapat banyak kekurangan, antara lain siswa kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran, guru kurang dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan karena masih mengandalkan ceramah dalam menyampaikan materi, dan sedikitnya praktek yang dilakukan guru. Hal inilah yang membuat siswa tidak mampu untuk membangun pemahamannya sendiri dan berlatih menyusun pengetahuan dalam pikirannnya sendiri. Beberapa siswa memang sudah aktif dalam pembelajaran tetapi ketika guru memberikan pertanyaan yang lebih tinggi tingkatannya siswa kesulitan untuk menjawabnya, kalau pun bisa menjawab mereka ragu dan tidak percaya diri untuk mengungkapkan jawabannya. Dari hasil tes keterampilan menarik kesimpulan siswa pada pre test diketahui bahwa tingkat ketuntasannya baru sekitar 36,67 % atau hanya 11 siswa saja yang tuntas. Dan rata-rata untuk nilai tes keterampilan menarik kesimpulan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sebelum tindakan adalah 64,73 % (lampiran 19 halaman 158). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.1 distribusi frekuensi berikut ini : Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Nilai Tes Keterampilan Menarik Kesimpulan Siswa Sebelum Diterapkan Model Pembelajaran Konstruktivisme. No 1 2 3 4 5 6
Interval Nilai
Frekuensi
Prosentase
40-48
4
13,33 %
49-57
8
26,67 %
58-66
7
23,33 %
67-75
2
6,67 %
76-84
6
20 %
85-93
3
10 %
Jumlah
30
100 %
Dari tabel 4.1 tentang distribusi frekuensi nilai tes keterampilan menarik kesimpulan sebelum diterapkan model pembelajaran konstruktivisme pada siswa kelas V SD Negeri Pajang 4 yang telah diterangkan diatas dapat disajikan dalam grafik pada gambar 4.1 dibawah ini : 10 8
8
7 6
6 4
4 3
f
2
2 0
40-48
49-57
58-66
67-75
76-84
85-93
interval nilai
Gambar 4.1 Grafik Frekuensi Nilai Tes Keterampilan Menarik Kesimpulan Siswa commit to user Sebelum Diterapkan Model Pembelajaran Konstruktivisme.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan tabel 4.1 dan gambar 4.1 diatas, dapat diketahui bahwa siswa yang mempunyai nilai keterampilan menarik kesimpulan lebih atau sama dengan kriteria dalam pelajaran IPA yaitu 67 hanya 11 siswa atau 36,66 % dari jumlah siswa kelas V. Sedang siswa yang lain kurang dari kriteria yang telah ditentukan. Dalam penelitian ini , kriteria ketuntasan nilai keterampilan menarik kesimpulan yang telah ditentukan sama dengan kriteria ketuntasan nilai pada mata pelajaran IPA yaitu 67. Nilai ini juga didapat dari berbagai aspek baik dari aktivitas siswa, pengamatan keterampilan menarik kesimpulan dalam mengikuti pembelajaran maupun nilai tes keterampilan menarik kesimpulan siswa. Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa masih rendahnya keterampilan menarik kesimpulan yang dimiliki siswa dalam pelajaran IPA. Maka dari itu diperlukan suatu pembaharuan yaitu dengan menerapkan model pembelajaran konstruktivisme. Dengan model pembelajaran konstruktivisme diharapkan keterampilan menarik kesimpulan yang dimiliki siswa akan meningkat. Apabila siswa mampu terampil dalam menarik kesimpulan maka akan memudahkan mereka dalam membangun pengetahuannya sendiri, melatih mereka untuk belajar mandiri dan percaya diri, dapat mentransfer pengetahuannya ke berbagai konteks dan mampu menganalisis serta menilai suatu fakta atau kejadian. Analisis hasil nilai keterampilan menarik kesimpulan pre tes siswa kelas V dari lampiran 19 halaman 156, diperoleh nilai rata-rata hasil nilai keterampilan menarik kesimpulan siswa adalah 64,73 dimana hasil tersebut masih dibawah ratarata yang diinginkan peneliti yaitu sebesar 67 (KKM). Sedangkan besarnya prosentase siswa tuntas tes keterampilan menarik kesimpulan pre test pada pembelajaran IPA materi cahaya sebesar 36,66%. Dari hasil analisis di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan menarik kesimpulan yang dimiliki siswa dalam pembelajaran IPA dengan mengambil materi materi cahaya masih rendah. Maka dilakukan tindakan lanjutan untuk meningkatkan keterampilan menarik kesimpulan siswa kelas V SD Negeri Pajang 4 Laweyan Surakarta.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus Proses penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Dimana setiap siklusnya terdiri dari 2 kali pertemuan dan 4 tahapan yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan atau observasi, dan (4) refleksi. 1. Deskripsi Siklus I Tindakan Siklus I dilaksanakan selama 1 minggu, tepatnya pada tanggal 26 dan 28 April 2012 dengan kompetensi dasar “Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya”, dengan sub pokok materi yaitu melakukan praktek tentang sifat-sifat cahaya, mendemonstrasikan sifat cahaya yang mengenai cermin datar dan cermin lengkung (cekung dan cembung), serta praktek membuat pelangi melalui percobaan. Penelitian ini terdiri terdiri dari 4 tahapan. Adapun tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut : a. Tahap Perencanaan Berdasarkan diskripsi data awal sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan mengenai keterampilan menarik kesimpulan siswa dalam pembelajaran IPA maka peneliti membuat perencanaan dengan berpedoman pada Standar Kompetensi mata pelajaran IPA, tahap perencanaan dilaksanakan sebagai titik tolak pembelajaran untuk mengkondisikan dan membuat komitmen atas peraturan dan konsekuensi yang akan dilaksanakan pada pembelajaran IPA tentang sifat-sifat cahaya. Persiapan untuk siklus pertama yaitu sebagai berikut : 1) Sebelum melaksanakan penelitian terlebih dahulu peneliti menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan materi IPA kelas V yaitu sifat-safat
cahaya
dengan
menggunakan
model
pembelajaran
konstruktivisme yang disusun 2 kali pertemuan dan masing-masing pertemuan 2 jam pelajaran (2x35 menit). 2) Menyusun lembar kerja siswa. 3) Menyiapkan alat,bahan dan media yang diperlukan dalam kegiatan percobaan atau praktikum, berupa karton, cermin, sendok, pensil, plastik bening, penggaris, lampu senter, gelas bening, gelas berwarna, gelas bening, to user batu bata, kardus, air jernih, commit air berlumpur/keruh.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4) Membuat lembar pengamatan guru (lampiran 36 halaman 188). 5) Membuat lembar pengamatan aktivitas belajar siswa (lampiran 29 halaman 168). 6) Setiap kali akan melaksanakan pembelajaran guru mempersiapkan ruangan sebaik mungkin sehingga dapat mempermudah terciptanya suasana pembelajaran dengan model pembelajaran konstruktivisme. b. Pelaksanaan Tindakan 1) Pertemuan Pertama Dalam tahap ini guru melaksanakan tindakan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan dan sesuai dengan RPP yang dibuat (lampiran 5 halaman 95). Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan mengacu pada penerapan model pembelajaran konstruktivisme selama 2 x 35 menit. Pertemuan pertama pada siklus I ini dilaksanakan pada hari kamis, 26 April 2012. Pada pertemuan ini terdiri dari 6 indikator yaitu: Menyebutkan sifat-sifat cahaya, menjelaskan sifat cahaya yang mengenai cahaya merambat lurus, menjelaskan sifat cahaya yang mengenai cahaya menembus benda bening, menjelaskan sifat cahaya yang mengenai cahaya dapat dibiaskan, menumbuhkan semangat siswa untuk meningkatkan keterampilan menarik kesimpulan, serta melakukan percobaan cahaya merambat lurus, cahaya menembus benda bening dan pembiasan cahaya. Adapun langkah-langkah siklus I sebagai berikut: Kegiatan pembelajaran ini dimulai dengan mengkondisikan siswa terlebih dahulu, mengucapkan salam dan dilanjutkan dengan berdoa serta melakukan absensi. Guru melakukan apersepsi untuk membuka ingatan siswa tentang sifatsifat cahaya. Setelah siswa mengetahui tentang sifat-sifat cahaya, guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai dalam pembelajaran ini. Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang sifat-sifat cahaya secara garis besarnya. Guru bertanya jawab dengan siswa mengenai contoh sifat-sifat cahaya yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini bertujuan untuk mengeksplor pengetahuan siswa mengenai sifat-sifat cahaya. Setelah itu siswa dibagi menjadi beberapa kelompok. Guru membagikan lembar kerja (LKS) yang berisi tentang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
hal-hal yang harus dilakukan siswa dalam praktikum. Guru memberikan penjelasan tentang cara penggunaan alat peraga. Siswa mulai mengkonstruksi pengetahuan mereka melalui kegiatan eksperimen tentang sifat-sifat cahaya secara berkelompok. Percobaaan dilakukan dengan membuktikan bahwa cahaya merambat lurus, cahaya menembus benda bening dan cahaya dapat dibiaskan. Pada percobaan ini siswa masih sedikit bingung dalam melaksanakan praktek dan guru pun ikut serta mendampingi dan membimbing siswa dalam melakukan praktek sampai selesai sambil menilai aktivitas siswa. Setelah selesai melakukan praktek siswa mulai mengerjakan lembar kerja secara individu dan membuat sebuah kesimpulan yang hasilnya disampaikan di depan kelas. Guru mengajak siswa untuk memberikan tanggapan pada kelompok yang maju. Guru memberikan penguatan bagi siswa yang mempresentasikan yaitu berupa pujian dan memberikan reward berupa tepuk tangan kepada kelompok yang memiliki kinerja terbaik. Pada akhir pembelajaran, guru bersama siswa membuat kesimpulan berbagai percobaan yang telah dilakukan dan materi yang telah dipelajari yaitu mengenai sifat-sifat cahaya. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang hal-hal yang belum jelas dan belum dimengerti. Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran guru memberikan evaluasi tertulis kepada siswa. Setelah evaluasi selesai, guru merefleksi kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan, memberikan pekerjaan rumah dan mengingatkan untuk giat belajar. Pada
pertemuan
pertama
ini
siswa
masih
kebingungan
untuk
melaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran konstruktivisme. Dalam pembelajaran sebelumnya mereka tidak pernah bekerja dengan menggunakan model
pembelajaran
konstruktivisme
secara
bersama,
sehingga
dalam
melaksanakan pembelajaran dengan model ini siswa kurang menunjukkan keaktifannya. Walaupun guru sudah memberikan pengarahan siswa masih kebingungan dalam melaksanakan praktek. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) Pertemuan Kedua Pada tahap pelaksanaan pembelajaran ini dilaksanakan sesuai dengan RPP yang telah dibuat (lampiran 6 halaman 108). Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Sabtu, 28 April 2012 selama 2 jam pelajaran yaitu 2x 35 menit. Pada pertemuan kedua ini terdiri dari 4 indikator yaitu menjelaskan sifat cahaya yang mengenai cahaya dapat dipantulkan, menumbuhkan semangat siswa untuk meningkatkan keterampilan menarik kesimpulan, melakukan percobaan cahaya dapat dipantulkan yang mengenai cermin datar dan cermin lengkung (cekung dan cembung), serta membuat pelangi melalui percobaan. Kegiatan pembelajaran ini dimulai dengan mengkondisikan siswa terlebih dahulu, mengucapkan salam dan dilanjutkan dengan berdoa serta melakukan absensi. Guru melakukan apersepsi untuk membuka ingatan siswa tentang sifat cahaya dapat dipantulkan yang mengenai cermin datar dan cermin lengkung (cekung dan cembung). Setelah siswa mengetahui tentang sifat-sifat cahaya,yang mengenai cermin guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai dalam pembelajaran ini. Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang sifat cahaya dapat dipantulkan yang mengenai cermin datar dan cermin lengkung (cekung dan cembung) secara garis besarnya. Guru bertanya jawab dengan siswa mengenai contoh sifat cahaya dapat dipantulkan yang mengenai cermin datar dan cermin lengkung (cekung dan cembung) dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini bertujuan untuk mengeksplor pengetahuan siswa mengenai sifat cahaya dapat dipantulkan yang mengenai cermin datar dan cermin lengkung (cekung dan cembung). Setelah itu siswa dibagi menjadi beberapa kelompok. Guru membagikan lembar kerja (LKS) yang berisi tentang hal-hal yang harus dilakukan siswa dalam praktikum. Guru memberikan penjelasan tentang cara penggunaan alat peraga. Siswa mulai melaksanakan percobaan. Percobaan kali ini adalah menentukan sifat-sifat cahaya yang mengenai cermin datar, cermin cembung dan cermin cekung serta membuat pelangi. Dalam melakukan praktek guru mendampingi serta membimbing setiap kelompok. Setelah praktikum selesai, commit to userdan penemuan mereka dalam siswa mendiskusikan hasil penyelidikan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
melaksanakan praktek. Kemudian perwakilan dari masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi mereka di depan kelas. Guru mengajak siswa untuk memberikan tanggapan pada kelompok yang maju. Guru memberikan penguatan bagi siswa yang mempresentasikan yaitu berupa pujian dan memberikan reward berupa tepuk tangan kepada kelompok yang memiliki kinerja terbaik. Pada akhir pembelajaran, guru bersama siswa membuat kesimpulan dari praktikum yang telah dilakukan dan materi yang telah dipelajari yaitu mengenai cahaya dapat dipantulkan yang mengenai cermin datar dan lengkung (cekung dan cembung) serta penguraian cahaya. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang hal-hal yang belum jelas. Pada akhir siklus I ini guru memberikan evaluasi berupa membuat rangkuman atau kesimpulan menyangkut materi yang telah diajarkan. Pada pertemuan kedua ini beberapa siswa mengalami peningkatan dalam hal keantusiasan dan keaktifan. Beberapa kelompok sudah mampu mandiri dalam melaksanakan praktek sesuai dengan prosedur yang telah dijelaskan. Tetapi masih ada pula beberapa siswa atau kelompok yang bingung dalam melaksanakan praktek, terbukti dari mereka yang sering bertanya atau memperhatikan kelompok lain dalam praktikum. c. Tahap observasi atau pengamatan Selama pelaksanaan tindakan baik pada pertemuan pertama maupun pertemuan kedua pada siklus I, observasi dilakukan oleh peneliti kepada siswa dan guru kelas V kepada peneliti dalam kegiatan pembelajaran IPA kelas V dengan menggunakan model pembelajaran konstruktivisme. Observasi ini difokuskan pada pelaksanaan pembelajaran yaitu kegiatan yang dilakukan oleh guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung yang dilaksanakan dengan menggunakan alat bantu berupa lembar pengamatan atau observasi aktivitas guru, aktivitas siswa, penilaian keterampilan menarik kesimpulan siswa serta dokumentasi yang berupa foto dan video. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai kesesuaian pelaksanaan pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya dengan menerapkan model pembelajaran konstruktivisme dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah disusun serta untuk mengetahui seberapa besar peningkatan keterampilan menarik kesimpulan siswa melalui penerapan model pembelajaran konstruktivisme. Pada pertemuan pertama siklus I, siswa belum terbiasa dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran konstruktivisme secara bersama di kelas. Saat pembelajaran dimulai, sebenarnya siswa sudah menunjukkan kesiapan untuk mengikuti pembelajaran. Tetapi dalam kegiatan praktek masih banyak siswa yang tidak memperhatikan dan bermain sendiri. Jika guru memberikan pertanyaan hanya beberapa siswa yang menjawabnya, bahkan ada yang cenderung diam tidak bisa menjawab atau diam karena malu untuk menjawab. Ketika guru mengajak siswa untuk praktek, mereka sangat bersemangat. Masing-masing kelompok diberikan lembar kerja siswa yang berisi panduan untuk melaksanakan praktek. Dan tentunya guru masih ikut banyak membimbing satu per satu siswa yang belum paham langkah-langkah dalam praktek ini. Dalam melakukan praktek pun masih banyak terjadi hal-hal di luar kegiatan praktek seperti bermain sendiri dengan alat dan bahan yang disediakan, bercerita sendiri, bahkan pasif tidak melakukan kegiatan apapun. Hal ini menyebabkan kehilangan banyak waktu untuk sesuatu yang tidak bermanfaat dan saat waktu telah habis mereka belum sempat untuk mempresentasikan hasil kerja mereka. Pada pertemuan kedua siklus I juga tidak jauh beda dengan pertemuan pertama, tetapi mulai ada sedikit peningkatan yaitu mengenai kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan berkelompok dan bereksperimen. Beberapa siswa sudah menunjukkan semangatnya untuk mulai melaksanakan praktek tetapi masih ada pula siswa yang pasif diam tidak melakukan apa-apa, bermain sendiri ataupun bercerita sendiri. Akan tetapi siswa sudah mulai user menunjukkan sikap bekerja samacommit dalam to kelompok untuk melaksanakan praktek.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hal tersebut ditunjukkan dengan berkurangnya pertanyaan-pertanyaan tentang prosedur praktek dan praktek pun dapat berjalan dengan lancar melalui bimbingan guru. Selain itu nilai tes keterampilan menarik kesimpulan siswa pelan-pelan sudah ada peningkatan ketika sebelum diterapkannya tindakan . Berdasarkan hasil pengamatan selama pembelajaran dan lampiran 20 halaman 159 dapat diketahui bahwa nilai rata-rata tes keterampilan menarik kesimpulan siswa pada siklus I adalah 70,04. Pada siklus I ini, nilai rata-rata tes keterampilan menarik kesimpulan juga belum memenuhi kriteria minimum yang telah ditetapkan. Dari 30 siswa kelas V, 19 siswa atau sekitar 63,33% yang telah melebihi atau sama dengan KKM. Berdasarkan lampiran 41 halaman 207 kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran pada siklus I antara lain : 1)
Guru telah mempersiapkan ruangan, sumber belajar serta media pembelajaran dengan cukup baik.
2)
Guru telah memperiksa kesiapan siswa untuk belajar dengan baik.
3)
Guru telah melakukan kegiatan absensi dengan baik.
4)
Guru menyampaikan konpetensi (tujuan) yang akan dicapai dan rencana kegiatan dengan sangat baik.
5)
Penguasaan materi guru sangat baik.
6)
Guru mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan dengan baik.
7)
Guru menyampaikan materi dengan jelas, sesuai dengan hierarki belajar dan karakteristik siswa dengan cukup baik.
8)
Dalam melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan karakteristik siswa terlihat cukup baik.
9)
Guru melaksanakan pembelajaran secara runtun dengan sangat baik.
10) Dalam menguasai kelas guru sudah baik. 11) Guru dalam melaksanakan pembelajaran yang bersifat konstektual sudah baik. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
12) Guru
melaksanakan
digilib.uns.ac.id
pembelajaran
yang
memungkinkan
tumbuhnya
kebiasaan positif (dampak pengiring) dengan baik. 13) Penggunaan waktu oleh guru sesuai yang telah direncanakan sudah baik 14) Guru menggunakan media dan sumber yang efektif dan efisien dengan sangat baik. 15) Guru menghasilkan pesan yang menarik dengan baik. 16) Dalam pembelajaran guru sangat baik dalam melibatkan siswa dalam pemanfaatan media dan sumber belajar. 17) Guru dalam melaksanakan pembelajaran yang bersifat konstektual sudah baik. 18) Dalam menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran guru sangat baik. 19) Dalam menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa guru sudah baik. 20) Guru sudah baik dalam menunjukkan hubungan antara pribadi yang kondusif. 21) Guru cukup baik dalam menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam belajar. 22) Dalam penilaian proses guru cukup baik dalam hal memantau kemajuan siswa. 23) Guru dalam melaksanakan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi (tujuan) sangat baik. 24) Ketika mengajar guru sudah baik dalam penggunaan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik benar, dan lancar. 25) Dalam menyampaikan pesan guru sudah cukup baik menggunakan gaya yang sesuai. 26) Di akhir pembelajaran guru melaksanakan refleksi, membuat rangkuman, dan melaksanakan tindak lanjut dengan baik. Dari hasil observasi terhadap guru diperoleh rata-rata observasi untuk siklus I sebesar 3,41 dan tergolong dalam kategori cukup baik. Untuk lebih lengkapnya, lembar observasi guru pada saat pelaksanaan tindakan siklus I dapat dilihat pada lampiran 37-38 halaman 191-195. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari data observasi aktivitas (lampiran 27 halaman 166) pada akhir siklus I diperoleh data hasil aktivitas siswa dalam tabel 4.2 sebagai berikut :
Tabel 4.2 Aktivitas Siswa Siklus I Keterangan
Pertemuan Pertama
Pertemuan Kedua
Nilai terendah
50
55
Nilai tertinggi
80
85
Jumlah
1905
2110
Rata-rata
63,5
70,33
Secara umum, aktivitas siswa di siklus 1 sudah cukup baik yaitu dengan rata-rata 66,91 dan tergolong dalam kategori sedang. Dari siklus I pertemuan pertama rata-rata aktivitas siswa adalah 63,5 sedangkan di pertemuan kedua rataratanya menjadi 70,33. Dari pertemuan pertama ke pertemuan kedua mengalami peningkatan aktivitas sebesar 6,83 %. Sedangkan pengamatan untuk keterampilan menarik kesimpulan siswa (lampiran 16 halaman 151) diperoleh data dalam tabel 4.3berikut: Tabel 4.3 Data pengamatan keterampilan menarik kesimpulan siswa Keterangan Pertemuan I Pertemuan II Nilai Terendah 50 50 Nilai Tertinggi 80 80 Jumlah 1785 2030 Rata-rata 59,5 67,67
Data-data aktivitas dan pengamatan keterampilan menarik kesimpulan siswa pada pertemuan I dan pertemuan II ini kemudian dibuat rata-rata akhir siklus I. Rata-rata yang dihasilkan adalah 63,59. Untuk nilai hasil tes keterampilan menarik kesimpulan siswa didapatkan hasil seperti yang tertera dalam tabel 4.4 berikut ini : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.4 Hasil Tes Keterampilan Menarik Kesimpulan Sebelum Tindakan dan Siklus I Keterangan Nilai terendah Nilai tertinggi Jumlah Rata-rata
Sebelum tindakan 40 90 1942 64,73
Siklus I 48 90 2101 70,04
Pada siklus I ini, nilai tes keterampilan menarik kesimpulan sudah mengalami peningkatan jika dibandingkan pada saat sebelum tindakan. Nilai tes keterampilan menarik kesimpulan siklus I ini memiliki nilai terendah 48 dan nilai tertinggi 90. Rata-rata yang dihasilkan adalah 70,04 dan mengalami peningkatan sebesar 5,31 dari sebelum tindakan. Selanjutnya nilai akhir sebelum tindakan dan Siklus I dibandingkan untuk mengetahui adanya peningkatan
atau tidak
keterampilan menarik kesimpulan siswa. Perbandingan nilai akhir sebelum tindakan dan Siklus I dapat dilihat dalam tabel 4.5:
Tabel 4.5 Perbandingan Nilai aktivitas, Pengamatan Keterampilan Menarik Kesimpulan dan Nilai test Sebelum Tindakan dan Sesudah Diberikan Tindakan Siklus I Sebelum Tindakan
Siklus I
Aktivitas siswa
Pengamatan keterampilan menarik kesimpulan
test keterampilan menarik kesimpulan
Nilai terendah
40
40
Nilai Tertinggi
80
Rata-rata nilai
54,83
Keterangan
Aktivitas siswa
Pengamatan keterampilan menarik kesimpulan
test keterampilan menarik kesimpulan
40
52,5
50
48
80
90
82,5
80
90
54,83
64,73
66,91
63,58
70,04
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan tabel nilai perbandingan pre tes dan sesudah Siklus I dapat digambarkan dalam grafik pada gambar 4.2 di bawah ini:
100
90
90
80
90 82,5
80
80
80 70 60 50 40
52,5 40
40
50
48
40
30 20 10 0 sebelum tindakan
siklus I
nilai terendah aktivitas nilai tertinggi aktivitas nilai terendah keterampilan menarik kesimpulan nilai tertinggi keterampilan menarik kesimpulan nilai terendah tes keterampilan menarik kesimpulan nilai tertinggi tes keterampilan menarik kesimpulan
Gambar 4.2 Grafik Perbandingan Nilai Akhir Keterampilan Menarik Kesimpulan Siswa Sebelum Tindakan dan Siklus I Prosentase nilai hasil tes keterampilan menarik kesimpulan siswa pada siklus I ini dapat dilihat dalam tabel 6 sebagai berikut :
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Nilai Tes Keterampilan Menarik Kesimpulan Siklus I No 1 2 3 4 5 6
Interval nilai 48-55 56-63 64-71 72-79 80-87 88-95 Jumlah commit to user
Frekuensi 3 5 10 5 6 1 30
Prosentase 10 % 16,67 % 33.33 % 16,67 % 20 % 3,33 % 100 %
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan tabel 4.6 di atas, dapat disajikan dalam bentuk grafik pada gambar 4.3 sebagai berikut : 12 10
10 8
6 6
5
F
5
4
3
2
1
0
48-55
56-63
64-71
72-79
80-87
88-95
Interval nilai
Gambar 4.3 Grafik Frekuensi Nilai Tes Keterampilan Menarik Kesimpulan Siswa Kelas V Siklus I
Berdasarkan tabel 4.6 dan gambar 4.3 di atas dapat diketahui bahwa pada
siklus I ini siswa yang mendapatkan nilai 48-55 ada 3 siswa, yang mendapat nilai 56-63 ada 5 siswa,yang mendapat nilai 64-71 ada 10 siswa, yang mendapat nilai 72-79 ada 5 siswa, yang mendapat nilai 80-87 ada 6 siswa dan yang mendapat nilai 88-95 ada 1 siswa dan rata-rata kelas adalah 70,04 d. Tahap refleksi
Data-data yang diperoleh dari observasi di atas, dianalisis untuk
mengetahui ada tidaknya peningkatan dari pre test dan setelah tindakan yaitu siklus I.
Berdasarkan tabel 4.4 dapat dibuat perbandingan ketuntasan keterampilan
menarik kesimpulan siswa kelas V SD Negeri Pajang 4 sebelum diterapkannya model
pembelajaran
konstruktivisme commit to dan user setelah
diterapkannya
model
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pembelajaran konstruktivisme dalam pembelajaran IPA. Berikut dituliskan pada tabel 4.7 yaitu tabel perbandingan pra silus dan siklus I sebagai berikut:
Tabel 4.7 Perbandingan Ketuntasan Keterampilan Menarik Kesimpulan Siswa Kelas V SD Negeri Pajang 4 antara Sebelum dan Sesudah Tindakan Nilai sebelum tindakan Jumlah siswa Persentase yang tuntas ( %)
11
36,67 %
Nilai siklus I Jumlah siswa Persentase yang tuntas (%)
19
63,33 %
Keterangan Keterampilan menarik kesimpulan meningkat 26,66 %
Berdasarkan tabel 4.7 diatas, agar lebih jelas tentang meningkatnya keterampilan menarik kesimpulan siswa dari pra tindakan ke siklus I digambarkan dalam grafik pada gambar 4.4 sebagai berikut:
20 15 19
10 5
11
0 pra tindakan
Siklus I
Gambar 4.4 Grafik Perbandingan Ketuntasan Keterampilan Menarik Kesimpulan Siswa antara Pra Tindakan/Pre Test dan Siklus I Berdasarkan tabel 4.7 dan gambar 4.4 di atas dapat dikemukakan bahwa setelah dilaksanakannya siklus I jumlah siswa yang mencapai ketuntasan adalah 19 siswa, meningkat 8 orangcommit siswato user dari sebelum dilaksanakan model
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pembelajaran konstruktivisme. Sebelum tindakan prosentase ketuntasannya hanya 36,67 % atau 11 siswa dari jumlah siswa kelas V. Sedangkan setelah dilaksanakannya siklus I, jumlah siswa yang keterampilan menarik kesimpulannya sudah mencapai kriteria ketuntasan bertambah menjadi 8 siswa yaitu menjadi 19 siswa (63,33 % dari jumlah siswa kelas V). Dari uraian di atas diketahui bahwa sudah ada peningkatan keterampilan menarik kesimpulan siswa kelas V SD Negeri Pajang 4 yaitu dari 36,67 % menjadi 63,33 %. Jadi mengalami peningkatan sebesar 26,66 %. Akan tetapi peningkatan ini masih belum maksimal, belum mencapai indikator kinerja yang diharapkan yang ditetapkan oleh peneliti. Sehingga diperlukan adanya tindakan penelitian siklus II. Beberapa tindakan yang perlu direfleksikan ke dalam tindakan selanjutnya (siklus II) agar pelaksanaan pembelajaran IPA dengan model pembelajaran konstruktivisme dapat meningkat dalam hal ini keterampilan menarik kesimpulan siswa, antara lain berupa : 1) Guru harus lebih mempersiapkan kegiatan pembelajaran menjadi lebih baik lagi. 2) Guru harus mempersiapkan media pembelajaran, alat dan bahan yang lebih menarik serta mudah digunakan untuk kegiatan eksperimen. 3) Guru harus memvariasikan pembelajaran secara individual, kelompok dan klasikal lebih baik lagi. 4) Guru harus memberi petunjuk yang jelas saat siswa melaksanakan praktek sehingga tidak menimbulkan banyak pertanyaan. 5) Guru harus mengelola pelaksanaan percobaan lebih baik lagi dengan memberikan peraturan-peraturan selama pelaksanaan percobaan untuk menghindari aktivitas yang kurang baik seperti bermain sendiri. 6) Dalam pembelajaran guru harus lebih memperhatikan siswa agar siswa terbiasa menggunakan keterampilan menarik kesimpulannya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Deskripsi Siklus II Berdasarkan refleksi tindakan pada siklus I, maka siklus II ini akan dilaksanakan dengan alokasi waktu yang sama yaitu 2 x 35 menit dengan 4 pertemuan agar hasil yang diperoleh lebih optimal, maka diadakan siklus II ini untuk lebih memantapkan hasil peningkatan keterampilan menarik kesimpulan siswa. Kompetensi Dasar pada siklus ini adalah mendeskripsikan sifat-sifat cahaya. Dengan sub pokok materi yaitu melakukan praktek tentang sifat-sifat cahaya, mendemonstrasikan sifat cahaya yang mengenai cermin datar dan cermin lengkung (cekung dan cembung), serta praktek membuat pelangi melalui percobaan.. Siklus II dilaksanakan selama 1 minggu yaitu tanggal 30 April dan 3 Mei 2012. Pembelajaran dirancang untuk 2 kali pertemuan masing masing pertemuan 2x35 menit, jumlah siswa yang mengikuti pembelajaran siklus II sebanyak 30 siswa yang terdiri dari 19 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan. a. Tahap perencanaan 1) Sebelum melaksanakan penelitian terlebih dahulu peneliti menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) mata pelajaran IPA dengan materi sifat-sifat cahaya dengan menggunakan model pembelajaran konstruktivisme yang disusun 2 kali pertemuan dan masing-masing pertemuan 2x 35 menit. Siklus II dengan kompetensi dasar mendeskripsikan sifat-sifat cahaya. Pertemuan pertama dengan sub pokok materi yaitu melakukan praktek tentang sifat-sifat cahaya, dan pertemuan kedua dengan sub pokok materi mendemonstrasikan sifat cahaya yang mengenai cermin datar dan cermin lengkung (cekung dan cembung), serta praktek membuat pelangi melalui percobaan.. 2) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) di dan instrument tes keterampilan menarik kesimpulan yang mengacu pada refleksi siklus I, sehingga dalam penyusunan akan lebih baik sesuai dengan yang diharapkan. 3) Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam kegiatan praktek dengan model pembelajaran konstruktivisme.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4) Setiap kali akan melaksanakan percobaan guru mempersiapkan, menata, dan mengatur ruangan sebaik mungkin sehingga dapat mempermudah pelaksanaan kegiatan konstruktivisme. b. Tahap pelaksanaan atau tindakan 1) Pertemuan Pertama Pada tahap pelaksanaan pembelajaran ini dilaksanakan sesuai dengan rencana pembelajaran (RPP) yang telah dibuat pada tahap perencanaan (lampiran 7 halaman 118). Pertemuan pertama dilakanakan pada hari Senin, tanggal 30 April 2012 selama 2 jam pelajaran ( 2 x 35 menit). Pada pertemuan ini terdiri dari 6 indikator yaitu Menyebutkan sifat-sifat cahaya, menjelaskan sifat cahaya yang mengenai cahaya merambat lurus, menjelaskan sifat cahaya yang mengenai cahaya menembus benda bening, menjelaskan sifat cahaya yang mengenai cahaya dapat dibiaskan, menumbuhkan semangat siswa untuk meningkatkan keterampilan menarik kesimpulan, serta melakukan percobaan cahaya merambat lurus, cahaya menembus benda bening dan pembiasan cahaya. Kegiatan pembelajaran ini dimulai dengan mengkondisikan siswa terlebih dahulu, mengucapkan salam dan dilanjutkan dengan berdoa serta melakukan absensi. Guru melakukan apersepsi untuk membuka ingatan siswa tentang sifatsifat cahaya. Setelah siswa mengetahui tentang sifat-sifat cahaya, guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai dalam pembelajaran ini. Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang sifat-sifat cahaya secara garis besarnya. Guru bertanya jawab dengan siswa mengenai contoh sifat-sifat cahaya yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini bertujuan untuk mengeksplor pengetahuan siswa mengenai sifat-sifat cahaya. Setelah itu siswa dibagi menjadi beberapa kelompok. Guru membagikan lembar kerja (LKS) yang berisi tentang hal-hal yang harus dilakukan siswa dalam praktikum. Guru memberikan penjelasan tentang cara penggunaan alat peraga. Siswa mulai melaksanakan kegiatan penemuan dan penelitian melalui paktek. Percobaaan mengenai sifat-sifat cahaya ini menggunakan beberapa commit to user media diantaranya yaitu: gambar contoh sifat-sifat cahaya, karton, cermin,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sendok, pensil, plastik bening, penggaris, lampu senter, gelas bening, gelas berwarna, gelas bening, batu bata, kardus, air jernih, air berlumpur/ keruh. Pada percobaan ini guru mengawasi dan membimbing satu per satu kelompok sambil menilai aktivitas siswa dalam berkelompok dan kemampuan kelompok itu sendiri. Guru juga menciptakan suasana yang harmonis agar setiap kelompok dapat bekerja sama dengan baik. Siswa mendiskusikan hasil percobaan kelompoknya untuk membuat kesimpulan dari tiap percobaan. Perwakilan dari tiap-tiap kelompok mempresentasikan dan mendemonstrasikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas. Selanjutnya guru mengajak siswa untuk memberikan tanggapan pada kelompok yang maju. Guru memberikan penguatan bagi siswa yang mempresentasikan yaitu berupa pujian dan memberikan reward berupa tepuk tangan kepada kelompok yang memiliki kinerja terbaik. Pada akhir pembelajaran, guru bersama siswa membuat kesimpulan berbagai percobaan yang telah dilakukan dan materi yang telah dipelajari yaitu mengenai sifat-sifat cahaya. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang hal-hal yang belum jelas. Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran tentang gaya guru memberikan evaluasi tertulis kepada siswa tentang sifat-sifat cahaya. Setelah evaluasi selesai, guru merefleksi kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan dan memberikan pesan yang bermanfaat bagi siswa. Pada pertemuan pertama aktivitas siswa dalam berkelompok telah mengalami peningkatan, yaitu mengenai keaktifan siswa saat mengikuti pembelajaran, berani bertanya dan menjawab dan lain-lain. Selain itu beberapa siswa juga
mulai terlatih bertindak kreatif dalam praktikum maupun ketika
menjawab pertanyaan. Hal ini membuktikan bahwa siswa sudah jelas dan mampu melaksanakan percobaan dan menarik kesimpulan dengan baik. 2) Pertemuan Kedua Pada tahap pelaksanaan pembelajaran ini dilaksanakan sesuai dengan rencana pembelajaran (RPP) yang telah dibuat pada tahap perencanaan (lampiran commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8 halaman 131). Pertemuan kedua dilakanakan pada hari Kamis, tanggal 3 Mei 2012 selama 2 jam pelajaran (2 x 35 menit). Pada pertemuan kedua ini terdiri dari 4 indikator yaitu menjelaskan sifat cahaya yang mengenai cahaya dapat dipantulkan, menumbuhkan semangat siswa untuk meningkatkan keterampilan menarik kesimpulan, melakukan percobaan cahaya dapat dipantulkan yang mengenai cermin datar dan cermin lengkung (cekung dan cembung), serta membuat pelangi melalui percobaan. Kegiatan pembelajaran ini dimulai dengan mengkondisikan siswa terlebih dahulu, mengucapkan salam dan dilanjutkan dengan berdoa serta melakukan absensi. Guru melakukan apersepsi untuk membuka ingatan siswa tentang sifat cahaya dapat dipantulkan yang mengenai cermin datar dan cermin lengkung (cekung dan cembung). Setelah siswa mengetahui tentang sifat-sifat cahaya,yang mengenai cermin guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai dalam pembelajaran ini. Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang sifat cahaya dapat dipantulkan yang mengenai cermin datar dan cermin lengkung (cekung dan cembung) secara garis besarnya. Guru bertanya jawab dengan siswa mengenai contoh sifat cahaya dapat dipantulkan yang mengenai cermin datar dan cermin lengkung (cekung dan cembung) dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini bertujuan untuk mengeksplor pengetahuan siswa mengenai sifat cahaya dapat dipantulkan yang mengenai cermin datar dan cermin lengkung (cekung dan cembung). Setelah itu siswa dibagi menjadi beberapa kelompok. Guru membagikan lembar kerja (LKS) yang berisi tentang hal-hal yang harus dilakukan siswa dalam praktikum. Guru memberikan penjelasan tentang cara penggunaan alat peraga. Guru mengamati dan membimbing kerja masing-masing kelompok dan masing-masing siswa. Setelah semua kelompok selesai mengerjakan tugas melaksanakan praktek, maka perwakilan dari kelompok maju ke depan untuk menyampaikan jawaban dari tugas yang mereka kerjakan. Guru mengajak siswa untuk memberikan tanggapan pada perwakilan kelompok yang maju. Guru commit memberikan to user penguatan bagi siswa yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mempresentasikan yaitu berupa pujian dan memberikan reward berupa tepuk tangan kepada kelompok yang memiliki kinerja terbaik. Pada akhir pembelajaran, guru bersama siswa membuat kesimpulan materi yang telah dipelajari yaitu mengenai sifat cahaya dapat dipantulkan yang mengenai cermin datar dan cermin lengkung (cekung dan cembung). Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang hal-hal yang belum jelas. Semua materi telah disampaikan dan dipahami dengan baik, maka di akhir pembelajaran guru memberikan instrument tes siklus II yang berupa menarik kesimpulan tentang materi yang telah dipelajari dari pertemuan pertama sampai pertemuan terakhir. Pada pertemuan kedua ini aktivitas siswa dalam berkelompok telah mengalami peningkatan yang cukup pesat yang ditandai dengan keaktifan semua anggota kelompok dalam melaksakan praktek, mengerjakan tugas, dan lebih bertanggung jawab. Bisa dikatakan semua siswa telah mengalami peningkatan aktivitas meskipun dalam keterampilan menarik kesimpulan masih ada beberapa siswa yang kurang. Namun, rata-rata siswa sudah mampu menjawab pertanyaan guru dengan benar, sudah tidak malu dan ragu-ragu lagi dalam mengungkapkan gagasan atau menyampaikan jawaban, serta telah mampu untuk bertindak mandiri.
Mereka
telah
terbiasa
menggunakan
keterampilan
menarik
kesimpulannya berdasarkan pengalaman yang telah dimiliki kemudian diolah dengan pengetahuan baru yang diperoleh dari percobaan-percobaan yang dilakukan dan tidak hanya sebatas mengandalkan hafalan. c. Tahap observasi/ pengamatan Selama pelaksanaan tindakan baik pada pertemuan pertama maupun pertemuan kedua pada siklus II, observasi dilakukan oleh peneliti kepada siswa dan guru kelas V kepada peneliti dalam kegiatan pembelajaran IPA kelas V dengan menggunakan model pembelajaran konstruktivisme. Observasi ini difokuskan pada pelaksanaan pembelajaran yaitu kegiatan yang dilakukan oleh guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung yang dilaksanakan dengan menggunakan alat bantu berupa lembar pengamatan atau observasi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
aktivitas guru, aktivitas siswa, penilaian keterampilan menarik kesimpulan siswa, dan dokumentasi yang berupa foto dan video. Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai kesesuaian pelaksanaan pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya dengan menerapkan model pembelajaran konstruktivisme dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah disusun serta untuk mengetahui seberapa besar peningkatan keterampilan menarik kesimpulan siswa melalui penerapan model pembelajaran konstruktivisme. Pada pertemuan pertama siklus II, siswa sudah mulai terbiasa dalam mengikuti pembelajaran dengan kelompok dan bereksperimen. Saat pembelajaran dimulai, siswa menunjukkan kesiapan yang baik dan semangat untuk mengikuti pembelajaran. Ketika guru memberikan pertanyaan banyak siswa yang mengacungkan tangan dan berebut untuk menjawabnya . Ketika guru mengajak siswa untuk praktek, mereka mulai bersemangat. Mereka segera menempatkan diri pada kelompoknya masing-masing. Masing-masing kelompok diberikan Lembar Kerja Siswa yang berisi panduan untuk melaksanakan praktek. Dan bimbingan guru sudah mulai berkurang dari pada bimbingan ketika siklus I. Tetapi dalam berkelompok pun masih terjadi hal-hal di luar kegiatan praktek seperti bermain sendiri dengan alat dan bahan yang disediakan, bercerita sendiri, bercanda, tetapi sebagian besar siswa sudah aktif dalam melaksakan percobaan. Setelah berkelompok dan mempelajari prosedur percobaan, siswa langsung memulai percobaan dengan alat dan bahan yang telah disediakan karena telah paham dengan petunjuk yang tertulis meskipun ada beberapa siswa yang masih perlu bimbingan guru. Dalam percobaan ini semua kelompok dapat melaksanakan percobaan dengan baik dan dapat membuat kesimpulan yang tepat. Pada pertemuan II siklus II, tidak jauh berbeda dengan pertemuan pertama. Antara pertemuan I dan II pada siklus II, mengalami peningkatan dalam hal keseriusan, keaktifan, dan melaksanakan percobaan serta membuat kesimpulan. Tetapi tetap masih ada pula yang kadang terlihat masih bermain sendiri dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mengobrol. Akan tetapi secara keseluruhan sudah mengalami peningkatan dalam hal aktivitas dan keterampilan menarik kesimpulan. Berdasarkan hasil pengamatan selama pembelajaran dan lampiran 21 halaman 160 dapat diketahui bahwa nilai rata-rata keterampilan menarik kesimpulan siswa pada siklus II adalah 75,87. Pada siklus II ada 4 siswa yang belum mencapai ketuntasan. Nilai mereka masih dibawah rata-rata ketuntasan yaitu 67. Sudah ada 26 siswa atau 86,67 % dari jumlah siswa kelas IV yang telah melebihi atau sama dengan KKM. Dan berdasarkan lampiran 42 halaman 208 kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran antara lain: 1. Guru telah mempersiapkan ruangan, sumber belajar serta media pembelajaran dengan sangat baik. 2. Guru telah memperiksa kesiapan siswa untuk belajar dengan sangat baik. 3. Guru telah melakukan kegiatan absensi dengan baik. 4. Guru menyampaikan konpetensi (tujuan) yang akan dicapai dan rencana kegiatan dengan sangat baik. 5. Penguasaan materi guru sangat baik. 6. Guru mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan dengan baik. 7. Guru menyampaikan materi dengan jelas, sesuai dengan hierarki belajar dan karakteristik siswa dengan sangat baik. 8. Dalam melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan karakteristik siswa dengan sangat baik. 9. Guru melaksanakan pembelajaran secara runtun dengan sangat baik. 10. Dalam menguasai kelas guru sudah baik. 11. Guru dalam melaksanakan pembelajaran yang bersifat konstektual dengan sangat baik. 12. Guru melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya commit to user dengan baik. kebiasaan positif (dampak pengiring)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13. Penggunaan waktu oleh guru sesuai yang telah direncanakan sudah baik 14. Guru menggunakan media dan sumber yang efektif dan efisien dengan sangat baik. 15. Guru menghasilkan pesan yang menarik dengan baik. 16. Dalam pembelajaran guru sangat baik dalam melibatkan siswa dalam pemanfaatan media dan sumber belajar. 17. Guru dalam melaksanakan pembelajaran yang bersifat konstektual dengan sangat baik. 18. Dalam menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran guru sangat baik. 19. Dalam menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa guru sudah baik. 20. Guru sudah baik dalam menunjukkan hubungan antara pribadi yang kondusif. 21. Guru cukup baik dalam menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam belajar. 22. Dalam penilaian proses guru sangat baik baik dalam hal memantau kemajuan siswa. 23. Guru dalam melaksanakan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi (tujuan) sangat baik. 24. Ketika mengajar guru sangat baik dalam penggunaan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik benar, dan lancar. 25. Dalam menyampaikan pesan guru sudah cukup baik menggunakan gaya yang sesuai. 26. Di akhir pembelajaran guru melaksanakan refleksi, membuat rangkuman, dan melaksanakan tindak lanjut dengan sangat baik.
Dari hasil observasi terhadap guru pada siklus II diperoleh rata-rata observasi sebesar 3,72. Yang berarti masuk dalam kriteria sangat tinggi. Untuk commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
hasil observasi aktivitas bagi siswa pada siklus akhir siklus II (lampiran 28 halaman 167) diperoleh data dalam tabel 4.8 sebagai berikut :
Tabel 4.8 Aktivitas Siswa Siklus II Keterangan Nilai terendah Nilai tertinggi Jumlah Rata-rata
Pertemuan I 60 85 2165 72,17
Pertemuan II 65 100 2495 83,17
Aktivitas siswa di siklus II sudah baik jika dibandingkan dengan siklus I yaitu dengan rata-rata 77,67 dan tergolong dalam kategori tinggi. Dari siklus II pertemuan pertama rata-rata aktivitas siswa adalah 72,17 sedangkan di pertemuan kedua rata-ratanya menjadi 83,17. Dari pertemuan pertama ke pertemuan kedua mengalami peningkatan aktivitas sebesar 11 %. Selengkapnya dapat dilihat dalam lampiran 53. Data lebih lengkap tentang pengamatan keterampilan menarik kesimpulan siswa siklus II ini dapat dilihat dalam tabel 4.9 dibawah ini :
Tabel 4.9 Hasil Pengamatan Keterampilan Menarik Kesimpulan Siklus II Keterangan
Pertemuan I
Pertemuan II
Nilai terendah
65
65
Nilai tertinggi
85
95
Jumlah
2240
2440
Rata-rata
74,67
81,34
Data-data aktivitas dan pengamatan keterampilan menarik kesimpulan pada pertemuan I dan pertemuan II ini kemudian dibuat rata-rata akhir siklus II. Nilai rata-rata yang diperoleh adalah 78,01 (lampiran 17 halaman 152). Untuk hasil tes didapatkan hasil seperti yang terteta dalam tabel 4.10 berikut ini:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.10 Hasil Tes Keterampilan Menarik Kesimpulan Siswa Keterangan
Siklus I
Siklus II
Nilai terendah
48
65
Nilai tertinggi
90
95
Jumlah
2101
2276
Rata-rata
70,04
75,87
Selanjutnya nilai akhir sebelum tindakan dan Siklus II dibandingkan untuk mengetahui adanya peningkatan atau tidak keterampilan menarik kesimpulan siswa. Perbandingan nilai akhir Siklus I dan Siklus II dapat dilihat dalam tabel 4.11 berikut ini.
Tabel 4.11 Perbandingan Nilai Aktivitas, Pengamatan Keterampilan Menarik Kesimpulan dan Tes Keterampilan Menarik Kesimpulan
Siswa
Siklus I Dan Siklus II Sikus I
Siklus II
Aktivitas siswa
Pengamatan keterampilan menarik kesimpulan
Tes keterampilan menarik kesimpulan
Aktivitas siswa
Pengamatan keterampilan menarik kesimpulan
Tes keterampilan menarik kesimpulan
Nilai terendah
52,5
50
48
62,5
65
65
Nilai Tertinggi
82,5
80
90
92,5
90
95
Rata-rata nilai
66,91
63,58
70,04
77,67
78,01
75,87
Ket.
Berdasarkan tabel 4.11 tentang nilai perbandingan Siklus I dan Siklus II di atas dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan rata-rata nilai aktivitas siswa dari 69,91 menjadi 77,67 ; pengamatan keterampilan menarik kesimpulan siswa dari commit user 63,58 menjadi 78,01 dan pada hasil tes toketerampilan menarik kesimpulan dari
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
70,04 menjadi 75,87 dengan rata-rata akhir ketiga aspek tersebut adalah 77,18 Dari tabel 4.11 di atas dapat dibuat grafik yang dapat dilihat pada gambar 4.5 berikut :
100
92,5
90
90
82,5
95
90
80
80 70
65
62,5
60
52,5
50
50
65
48
40 30 20 10 0 Siklus I
siklus II
nilai terendah aktivitas Nilai tertinggi aktivitas nilai terendah pengamatan keterampilan menarik kesimpulan nilai tertinggi pengamatan keterampilan menarik kesimpulan nilai terendah tes keterampilan menarik kesimpulan nilai tertinggi tes keterampilan menarik kesimpulan
Gambar
4.5
Grafik
Perbandingan
Nilai
Akhir
Aktivitas,
Pengamatan
Keterampilan Menarik Kesimpulan dan Nilai test Siswa antara Siklus I dan Siklus II
d. Tahap refleksi Data-data yang diperoleh dari observasi di atas, dianalisis untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan dari yaitu siklus I dan siklus II. Berdasarkan hasil tes yang dilaksanakan pada Siklus II di atas, disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran konstruktivisme telah menunjukkan adanya peningkatan keterampilan menarik kesimpulan yang commit to user baik/tinggi terhadap pembelajaran IPA di kelas V SD Negeri Pajang 4 . Maka
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini cukup pada siklus II. Hal ini diperkuat dengan nilai rata-rata tes keterampilan menarik kesimpulan siswa selama pembelajaran yang telah mencapai batas tuntas yaitu 26 siswa atau 86,67% siswa dari 30 siswa sudah mendapatkan nilai diatas KKM yang ditentukan. Prosentase nilai Siklus II ini dapat dilihat dalam tabel 4.12 dibawah ini:
Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Tes Keterampilan Menarik Kesimpulan Siswa Siklus II No 1 2 3 4 5 6
Interval Nilai 65-70 71-76 77-82 83-88 89-94 95-100 Jumlah
Frekuensi 9 10 6 2 2 1 30
Prosentase 30% 33,33 % 20% 6,67% 6,67% 3,33% 100 %
Berdasarkan tabel 4.12 maka dapat digambarkan dalam grafik pada gambar 4.6 di bawah ini 12 10
10 9
8 6
6
f
4
2
2
2
1
0
65-70
71-76
77-82
83-88
89-94
95-100
Interval Nilai
Gambar 4.6 Grafik Distribusi Frekuensi
Nilai Tes Keterampilan Menarik
Kesimpulan Siswa Siklus II
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan hasil pada Siklus I dan Siklus II maka dapat dibuat perbandingan ketuntasan keterampilan menarik kesimpulan siswa kelas V SD Negeri Pajang 4 dengan model pembelajaran konstruktivisme dalam pembelajaran IPA. Berikut dituliskan pada tabel 4.13 yaitu tabel perbandingan ketuntasan siklus I dan siklus II sebagai berikut :
Tabel 4.13 Perbandingan Ketuntasan Keterampilan Menarik Kesimpulan Siswa Kelas V SD Negeri Pajang 4 antara Siklus I dan Siklus II Nilai siklus I Jumlah siswa yang tuntas
19
Persentase ( %)
63,33 %
Nilai siklus II Jumlah Persentase siswa yang ( %) tuntas
26
86,67 %
Keterangan Keterampilan menarik kesimpulan siswa naik 23,34 %
Berdasarkan tabel 4.13 di atas, pada siklus II mengalami peningkatan keterampilan menarik kesimpulan. Untuk lebih jelasnya tentang perbandingan ketuntasan keterampilan menarik kesimpulan siswa dari siklus I ke siklus II digambarkan dalam grafik pada gambar 4.7 berikut ini :
30 25 20 15 10
26 19
5 0 SiklusI
Siklus II
Gambar 4.7 Grafik Perbandingan Nilai Ketuntasan Keterampilan Menarik commit to user Kesimpulan Siswa antara Siklus I dan Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap aktivitas siswa pada pembelajaran siklus II, penggunaan model pembelajaran konstruktivisme yang dilakukan selama pembelajaran berlangsung telah terlaksana dengan baik, hal tersebut dapat kita lihat dari aktivitas guru dan siswa yang sudah sesuai dengan prasyarat pembelajaran sekarang yaitu KTSP dengan pembelajaran PAIKEM.
C. Deskripsi Hasil Penelitian Menurut hasil analisis data yang telah dilakukan, dapat didiskripsikan bahwa ada peningkatan keterampilan menarik kesimpulan pada siswa kelas V SD Negeri Pajang 4 dari pre test ke siklus I dan dari siklus I ke siklus II, yang dapat dilihat dari : 1. Data Hasil Keterampilan Menarik Kesimpulan siswa pra tindakan. Pada pra tindakan ini hanya ada 11 siswa yang mencapai target ketuntasan. Dari hasil analisis dan hasil observasi dan hasil evaluasi dari sebelum tindakan diperoleh rata-rata aktivitas belajar siswa kategori rendah sebanyak 20 siswa atau sekitar 66,67%, sedangkan untuk aktivitas belajar siswa kategori cukup Sebanyak 9 siswa atau 30%,untuk aktivitas belajar siswa kategori baik sebanyak 1 siswa atau 3,33%.
Sedangkan
berdasarkan pengamatan keterampilan
menarik
kesimpulan siswa selama pembelajaran didapatkan hasil sama seperti aktivitas belajar siswa yakni sebagai berikut; siswa yang memperoleh kategori
rendah
sebanyak 20 siswa atau 66,67%, siswa yang memperoleh kategori cukup sebanyak 9 siswa atau 30 %, siswa yang mendapat kategori baik sebanyak 1 siswa atau 3,33% Dari hasil test didapatkan data sebagai berikut siswa yang mendapat hasil tes kategori tinggi sebanyak 5 siswa atau 16,67%, siswa yang mendapat nilai sedang sebanyak 21 siswa atau 70 % dan untuk siswa yang mendapat nilai rendah sebanyak 4 siswa atau 13,33%. 2. Data Aktivitas Siswa a. Siklus I Pada siklus I pertemuan I setelah diadakan tindakan dengan menggunakan commit to user hasil analisa dapat disimpulkan model pembelajaran konstruktivisme diperoleh
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bahwa aktifitas siswa dalam pembelajaran, siswa yang mempunyai aktifitas tinggi sebanyak 1 siswa atau 3,33%, siswa dengan kategori sedang sebanyak 26 siswa atau 86,67%, dan siswa dengan aktivitas rendah sebanyak 3 siswa atau 10% dari 30 siswa. Dari pertemuan I ini didapatkan rata-rata sebanyak 63,5. Pada pertemuan II siswa yang mempunyai aktivitas tinggi sebanyak 5 siswa atau 16,67%, siswa yang mendapat nilai kategori sedang sebanyak 25 siswa atau 83,33% dari 30 siswa. Dari pertemuan II ini diperoleh rata-rata sebesar 70,33. b. Siklus II Siklus II merupakan lanjutan dari siklus sebelumnya untuk menetapkan dan mencapai tujuan penelitian. Dari data observasi aktivitas siswa pada siklus II pertemuan I diperoleh data sebagai berikut:
siswa yang memiliki kategori
aktivitas belajar tinggi sebanyak 5 siswa atau 16,67%, siswa yang memiliki kategori aktivitas belajar kategori sedang sebanyak 25 siswa atau 83,33% dari 30 peserta didik. Dari data aktivitas siswa diperoleh rata-rata sebanyak yaitu 72,17. Aktivitas belajar siswa pada siklus II pertemuan II, terdapat siswa yang memiliki kategori aktivitas belajar tinggi sebanyak 20 siswa atau 66,67 %, siswa yang memiliki kategori aktivitas belajar sedang sebanyak 10 siswa atau 33,33% dari 30 peserta didik. Dari
data aktivitas tersebut didapatkan rata-rata pada
pertemuan II yaitu 83,17. 3. Data Hasil Pengamatan Keterampilan Menarik Kesimpulan a. Siklus I Berdasarkan pengamatan kemampuan berpikir kritis selama pembelajaran didapatkan hasil sebagai berikut; siswa yang memperoleh kategori nilai tinggi sebanyak 1 siswa atau 3,33%, siswa yang mendapat nilai kategori sedang sebanyak 23 siswa atau 76,67% dan siswa dengan kategori rendah sebanyak 6 siswa atau 20%. Pada pertemuan I ini diperoleh rata-rata sebanyak 59,5. Pada pertemuan II siswa yang mendapat nilai kategori tinggi sebanyak 3 siswa atau 10%, siswa yang mendapat nilai kategori sedang sebanyak 25 siswa atau 83,33% dan siswa yang mendapat nilai kategori rendah sebanyak 2 siswa commit toII user atau 6,67% dari 30 siswa. Dari pertemuan ini diperoleh rata-rata sebesar 67,67.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Siklus II Pengamatan keterampilan menarik kesimpulan siswa pertemuan I didapatkan hasil sebagai berikut: untuk siswa yang mendapat nilai kategori tinggi sebanyak 8 siswa atau 26,67%, siswa yang mendapat nilai kategori sedang sebanyak 22 siswa atau 73,33% dari 30 siswa. Dari pertemuan I ini diperoleh ratarata 74,67. Pada pertemuan II siswa yang mendapat nilai kategori sangat baik sebanyak 20 siswa atau 66,67 %, siswa yang memiliki kategori nilai baik sebanyak 10 siswa atau 33,33% dari 30 peserta didik. Dari pertemuan II ini didapatkan rata-rata sebanyak 81,34. 4. Data Hasil Test Keterampilan Menarik Kesimpulan a. Siklus I Hasil test keterampilan menarik kesimpulan didapatkan hasil sebagai berikut; Siswa yang mendapat hasil tes kategori tinggi sebanyak 5 siswa atau 16,67%, siswa yang mendapat nilai sedang sebanyak 24 siswa atau 80 % dan untuk siswa yang mendapat nilai rendah sebanyak 1 siswa atau 3,33%. Setelah dilakukan siklus 1 dapat diketahui bahwa tingkat ketuntasan keterampilan menarik kesimpulan siswa mengalami peningkatan sebesar 26,66% yaitu dari 36,67% menjadi 63,33%. Dari 11 siswa pada pra siklus menjadi 19 siswa pada siklus I. b. Siklus II Sedangkan untuk test keterampilan menarik kesimpulan
siswa yang
mendapat nilai kategori sedang sebanyak 22 siswa atau 73,33%, untuk kategori nilai baik sebanyak 8 siswa atau 26,67%. Secara keseluruhan terjadi peningkatan aktivitas maupun keterampilan menarik kesimpulan siswa. Tingkat ketuntasan pada siklus II sebesar 86,67% atau sebanyak 26 siswa tuntas di atas KKM dari 30 siswa. Meningkat 7 siswa dari siklus I.
5. Observasi Kinerja Guru
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a. Siklus I Pada siklus I ini nilai rata-rata kinerja guru adalah 3,41 yang berarti masuk kategori baik. Secara keseluruhan kemampuan guru dalam mempersiapkan pembelajaran sudah cukup baik, tetapi dalam pelaksanaan praktek guru kurang bisa mengelola dengan baik. Selain itu guru kurang jelas dalam memberikan petunjuk dan penjelasan berkaitan dengan praktek. Kekurangan-kekurangan inilah yang perlu diatasi untuk perbaikan siklus II. b. Siklus II Pada Siklus II nilai rata-rata kinerja guru adalah 3,72 yang masuk kategori sangat baik. Secara keseluruhan guru sudah mempersiapkan dan melaksanakan pembelajaran dengan baik mulai dari mempersiapkan ruang, alat dan media hingga memicu keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Namun dalam beberapa hal ada yang perlu
ditingkatkan lagi khususnya kemampuan guru dalam
mengelola pembelajaran secara berkelompok. Karena pembelajaran dengan kelompok membutuhkan kesabaran dan pengelolaan yang bagus karena setiap siswa diharapkan dapat berpartisipasi aktif dalam kelompoknya. 6. Data Hasil Wawancara Guru Dari data wawancara dengan guru sebelum pembelajaran dengan model pembelajaran konstruktivisme diketahui bahwa kondisi siswa kelas V SD Negeri Pajang 4 memiliki keterampilan menarik kesimpulan siswa yang masih rendah. Hal ini terlihat dalam pembelajaran ketika siswa kurang aktif dalam pelajaran, siswa kurang antusias melakukan praktikum serta cara mengajar guru yang menggunakan metode dan model yang monoton. Pemahaman siswa terhadap materi IPA masih sebatas pada hal-hal yang bersifat informatif berdasarkan penjelasan dari guru. Siswa masih kesulitan untuk menerima materi karena tidak didukung dengan adanya media pembelajaran. Setelah pembelajaran dengan model pembelajaran konstruktivisme ini, perlahan-lahan siswa telah terlihat mengalami peningkatan keterampilan menarik kesimpulan yang mereka miliki. Dalam pelajaran mereka sudah terlihat aktif, commit menyampaikan to user sudah tidak merasa malu lagi dalam gagasan atau pendapat.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Harapan lainnya semoga keterampilan menarik kesimpulan yang dimiliki siswa tidak hanya nampak pada pelajaran IPA saja melainkan pada semua pelajaran siswa sudah mulai terbiasa untuk membangun pengetahuan melalui praktek. D. Pembahasan Hasil Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah dan rumusan tujuan penelitian, yaitu untuk meningkatkan keterampilan menarik kesimpulan siswa dalam pembelajaran IPA
dan
untuk
mengetahui
tingkat
keefektifan
model
pembelajaran
konstruktivisme dalam hal tersebut maka dengan pelaksanaan tindakan dalam pembelajaran dengan model pembelajaran konstruktivisme diharapkan dapat membawa perubahan pada proses pembelajaran IPA di kelas V SD Negeri Pajang 4 Kecamatan Laweyan Kota Surakarta untuk kegiatan belajar mengajar atau KBM selanjutnya. Berdasarkan hasil pengamatan atau observasi dan hasil tes keterampilan menarik kesimpulan dapat dilihat adanya peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran, peningkatan keterampilan menarik kesimpulan, serta peningkatan nilai IPA di kelas V SD Negeri Pajang 4 Kecamatan Laweyan Kota Surakarta. Peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran berdasarkan observasi diantaranya: (1) minat siswa untuk melaksanakan praktek lebih tinggi; (2) siswa cukup aktif dalam pembelajaran, memberikan rangkuman, dan dalam menerima tugas; (3) siswa lebih aktif menjawab pertanyaan, mengemukakan pendapat, mengajukan pertanyaan, dan mengerjakan LKS dari guru; (4) siswa lebih aktif dan bersemangat dalam pembelajaran; (5) siswa lebih teliti dalam melaksanakan praktek; (6) kerja sama antar anggota kelompok lebih baik, dan (7) siswa lebih bertanggung jawab dalam kelompoknya . Berdasarkan data dari sebelum tindakan, siklus I dan siklus II dapat diketahui bahwa setiap siklus mengalami peningkatan. Pada pra tindakan siswa yang tuntas diatas KKM ≥ 67 hanya 11 siswa atau 36,67 %, pada siklus I siswa yang tuntas sebanyak 19 siswa atau 63,33 %, dan pada siklus II siswa yang tuntas sebanyak 26 siswa atau 86,67 % dari 30 siswa. Namun ada 4 siswa atau 13,33 % yang belum tuntas. Hal ini disebabkan commitkarena to userketerampilan menarik kesimpulan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
siswa tersebut sangat rendah, dan peneliti meminta bantuan kepada guru kelas untuk membimbing mereka lebih lanjut. Data di atas disajikan dalam tabel 4.14 berikut ini :
Tabel 4.14 Perbandingan Ketuntasan Pra Tindakan, Siklus I dan Siklus II Nilai pra tindakan Jumlah siswa Persentase yang ( %) tuntas
11
36,67 %
Nilai siklus I Jumlah siswa Persentase yang ( %) tuntas
19
63,33 %
Siklus II Jumlah siswa Persentase yang (%) lulus
26
86,67 %
Ket.
Keterampilan menarik kesimpulan siswa meningkat 23,34 %
Berdasarkan tabel 4.14 di atas maka dapat digambarkan ke dalam grafik pada gambar 4.8 sebagai berikut :
30 25 20 15
26 19
10 5
11 0 Pra Tindakan
Siklus I
Siklus II
Gambar 4.8 Grafik Perbandingan Ketuntasan Pra Tindakan, Siklus I dan Siklus II commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari penelitian yang dilaksanakan selama dua siklus dapat disimpulkan bahwa adanya peningkatan keterampilan menarik kesimpulan siswa kelas V SD Negeri Pajang 4 dengan menggunakan model pembelajaran konstruktivisme. Hal ini tampak jelas dengan adanya peningkatan-peningkatan nilai yang diperoleh siswa dari hasil observasi dan test keterampilan menarik kesimpulan yang dilakukan oleh peneliti. Dari hasil penelitian, siswa yang memiliki keterampilan menarik kesimpulan tinggi siswa tersebut aktif dalam kegiatan pembelajaran terutama pada saat kelompok, selain itu nilai evaluasinya juga tinggi. Tetapi masih ada beberapa siswa yang aktif dan hasil tesnya masih sedang, hal ini dikarenakan daya tangkap siswa tersebut memang rendah atau kurang. Hambatan-hambatan yang dihadapi selama penelitian ini diantaranya adalah : 1. Siswa yang masih main-main dengan guru (peneliti) dan menganggap sebagai teman sendiri membuat mereka sulit untuk serius dalam pembelajaran. 2. Kondisi kelas yang terkadang ramai membuat guru (peneliti) kurang dapat menguasai kelas. Namun secara keseluruhan penelitian dapat berjalan dengan lancar. Dengan demikian, penelitian ini dapat diajukan sebagai suatu rekomondasi bahwa penerapan model pembelajaran konstruktivisme dapat meningkatkan keterampilan menarik kesimpulan siswa kelas V SD Negeri Pajang 4, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta dan siswa kelas V sekolah dasar lain pada umumnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A.
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam dua siklus dengan menggunakan model pembelajaran konstruktivisme sebagai upaya meningkatkan keterampilan menarik kesimpulan IPA pada siswa kelas V SD Negeri Pajang 4 Kecamatan Laweyan Kota Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran konstruktivisme dapat meningkatkan keterampilan menarik kesimpulan mata pembelajaran IPA pada siswa kelas V SD Negeri Pajang 4 laweyan Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012. Hal ini dapat dilihat dari hasil rata-rata aktivitas pada pra tindakan yaitu 54,83 meningkat menjadi 66,91 pada siklus I dan 77,67 pada siklus II. Ratarata hasil pengamatan keterampilan menarik kesimpulan dari 54,83 pada pra tindakan meningkat menjadi 63,58 pada siklus I dan 78,01 pada siklus II. Ratarata hasil tes keterampilan menarik kesimpulan juga mengalami peningkatan dari 64,73 pada pra tindakan meningkat menjadi 70,04 pada siklus I dan 75,87 pada siklus II. Banyaknya siswa yang tuntas pada pra tindakan yaitu 11 siswa atau 36,67%, meningkat menjadi 19 siswa pada siklus I atau 63,33% dan menjadi 26 siswa atau 86,67% pada siklus II dari 30 siswa. Maka penelitian pada siklus II ini telah mencapai target capaian. Untuk kinerja guru juga mengalami peningkatan yakni dari 3,41 pada siklus I menjadi 3,72 pada siklus II.
B.
Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian ini terbukti bahwa penerapan model pembelajaran konstruktivisme dapat
meningkatkan keterampilan menarik
kesimpulan siswa. Sehubungan dengan penelitian ini maka dikemukakan implikasi hasil penelitian sebagai berikut : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Penggunaan model pembelajaran konstruktivisme dalam pembelajaran dapat meningkatkan
keaktifan
dan
pemahaman
siswa
dalam
membangun
pengetahuan serta membuat kesimpulan pembelajaran. 2. Penggunaan model pembelajaran konstruktivisme dalam pembelajaran menyebabkan proses pembelajaran menjadi menyenangkan dan aktif karena siswa membangun pengetahuannya sendiri sehingga pengetahuan akan lebih bertahan lama. 3. Penggunaan model pembelajaran konstruktivisme memudahkan siswa dalam memahami konsep, materi dalam pelajaran IPA. 4. Pentingnya guru dalam menggunakan model pembelajaran konstruktivisme dalam upaya untuk meningkatkan keterampilan menarik kesimpulan siswa.
C.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas mengenai penggunaan model pembelajaran konstruktivisme pada siswa kelas V SD Negeri Pajang 4 Kecamatan Laweyan Kota Surakarta, maka dapat disampaikan saran-saran sebagai berikut:
1. Bagi Sekolah Sekolah dalam hal ini kepala sekolah selalu memotivasi guru untuk menggunakan model pembelajaran konstruktivisme dalam membelajarkan IPA agar siswa terbiasa membangun pengetahuannya sendiri melalui penemuanpenemuan. Hal ini untuk meningkatkan keterampilan siswa khususnya menarik kesimpulan. Dengan terampil menarik kesimpulan maka siswa akan cepat, cekat dan tepat dalam menyimpulkan apa yang telah mereka pelajari berdasarkan pengetahuan yang telah dikonstruksi. 2. Bagi Guru Dalam melaksanakan pembelajaran IPA guru hendaknya sering mengajak siswa untuk melakukan praktek agar pemahaman siswa tidak sekedar commit user bisa diajarkan sekedar dengan hafalan saja. Konsep-konsep dalam IPAto tidak
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
memberitahu, tetapi lebih utamanya adalah bagaimana mengajarkan siswa untuk memperoleh konsep tersebut. Dengan kata lain pembelajaran IPA sangat mengutamakan proses tidak hanya produknya. Agar pembelajaran IPA dapat berlangsung aktif dan efektif guru diharapkan menggunakan model pembelajaran konstruktivisme.
Dengan penemuan inilah siswa akan terbiasa menggunakan
keterampilan menarik kesimpulannya. Anak akan mudah memahami materi pelajaran karena mereka membangun sendiri pengetahuan mereka. 3. Bagi Siswa Siswa hendaknya dapat berperan aktif dalam kegiatan praktek dan berani menyampaikan ide atau pikiran pada saat proses pembelajaran. Selain itu siswa hendaknya memanfaatkan media pembelajaran yang telah disiapkan, aktif mengerjakan tugas individu maupun tugas kelompok yang diberikan guru, lebih meningkatkan keterampilan proses IPA terutama keterampilan
menarik
kesimpulan. Dalam belajar, janganlah hanya menghafalkan tetapi cobalah untuk mengkontruksi pengetahuan tersebut melalui pengamatan serta didasarkan pada pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Di akhir kegiatan lakukanlah kegiatan menarik kesimpulan. Kemudian mengaplikasikan hasil belajarnya ke dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, siswa dapat memperoleh hasil belajar yang optimal.
commit to user