perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENERAPAN TEKNIK PEER-CORRECTION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARYA ILMIAH PADA SISWA KELAS XI BAHASA SMA NEGERI 2 SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh: MARIA ULFAH K1208008
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA September 2012 commit to user
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENERAPAN TEKNIK PEER-CORRECTION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARYA ILMIAH PADA SISWA KELAS XI BAHASA SMA NEGERI 2 SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2011/2012
Oleh: MARIA ULFAH K1208008
SKRIPSI diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user September 2012
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Maria Ulfah. K1208008. PENERAPAN TEKNIK PEER-CORRECTION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARYA ILMIAH PADA SISWA KELAS XI BAHASA SMA NEGERI 2 SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2011/2012. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta. September 2012. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan: (1) kualitas proses pembelajaran menulis karya ilmiah pada siswa kelas XI Bahasa SMA Negeri 2 Sukoharjo dengan menerapkan teknik peer-correction; dan (2) kemampuan menulis karya ilmiah pada siswa kelas XI Bahasa SMA Negeri 2 Sukoharjo dengan menerapkan teknik peer-correction. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dan tiap siklus terdiri atas kegiatan: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI Bahasa SMA Negeri 2 Sukoharjo yang berjumlah 27 siswa dan guru mata pelajaran bahasa Indonesia kelas XI Bahasa. Objek penelitian adalah pembelajaran menulis karya ilmiah. Sumber data berasal dari: (1) peristiwa, yaitu kegiatan pembelajaran menulis karya ilmiah di kelas XI Bahasa SMA N 2 Sukoharjo; (2) informan, yaitu guru bahasa Indonesia kelas XI Bahasa dan beberapa orang siswa kelas XI Bahasa; dan (3) dokumen, antara lain catatan observasi selama proses pembelajaran, hasil tes siswa berupa tulisan ilmiah, daftar nilai yang berupa nilai proses dan hasil pembelajaran menulis karya ilmiah, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), catatan hasil wawancara yang ditranskrip, dan foto kegiatan pembelajaran menulis karya ilmiah. Teknik pengumpulan data adalah dengan observasi, wawancara, tes, dan analisis dokumen. Analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif komparatif yang mencakup analisis kritis terhadap kelebihan dan kelemahan kinerja siswa dan guru dalam proses pembelajaran pada setiap siklus dan membandingkan hasil tindakan setiap siklus dengan indikator ketercapaian yang ditentukan sebelumnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan teknik peer-correction dapat meningkatkan kemampuan menulis karya ilmiah pada siswa kelas XI Bahasa SMA N 2 Sukoharjo dari prasiklus ke siklus I dan dari siklus I ke siklus II. Proses pembelajaran pada prasiklus bersifat teacher-oriented learning sehingga keaktifan siswa dalam pembelajaran dan kemampuan menulis karya ilmiah siswa rendah. Pada siklus I, keaktifan siswa dalam pembelajaran dan kemampuan menulis karya ilmiah siswa meningkat meskipun belum optimal. Pelaksanaan siklus II menyebabkan keaktifan siswa dalam pembelajaran meningkat optimal dan kemampuan menulis karya ilmiah siswa menjadi baik sehingga mendukung suatu pembelajaran yang berkualitas. Simpulan penelitian ini adalah penerapan teknik peer-correction dapat meningkatkan kemampuan menulis karya ilmiah pada siswa kelas XI Bahasa SMA Negeri 2 Sukoharjo. kemampuan Kata Kunci: teknik peer-correction, commit to user menulis karya ilmiah
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO Hidup adalah pemanfaatan kekuatan, bukan penyesalan kelemahan (Mario Teguh)
Iman, pekerti yang baik, pendidikan, dan kerja keras adalah jalan keluar yang menaikkan (Mario Teguh)
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan untuk: 1.
Ayahanda
dan
Ibunda
tercinta,
yang
senantiasa
menyejukkan batin Ananda dengan mutiara kasih dan untaian nasihatnya sebagai pembangkit semangat dalam belajar dan berjuang; 2.
Sosok-sosok guru nan mulia dan figur-figur pendidik berkarakter kuat dan cerdas yang jadi inspirasiku;
3.
Sahabat sejatiku: Sri Endahwati, Anggalia Novika, Yuni’ah, Ana Erlina, Diska Mega V.D., Annisa Aini, Kurnia Ayu R., Ilham Ratih, dan Agnes Lina, terimakasih atas curahan motivasi dan semangat dari kalian, juga semua perjalanan manis bersama selama ini;
4.
Bapak dan Ibu kost yang baik hati serta semua teman di kost Sanggar Pangudi Luhur dan Prabu Indah Baru (Unik, Nani, Nina, Mbak Lilis, Ila, Indah, dkk.) yang telah mengukir senyum dan kenangan indah selama bersama kalian; dan
5.
Teman-teman seperjuangan Bastind angkatan 2008 yang telah menemani perjalananku selama ini dan memberikan warna-warni kehidupanku.
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
nikmat,
rahmat,
dan
hidayah-Nya
sehingga
penulis
mampu
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini dibuat dengan tujuan sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pendidikan. Dalam Penyusunan skripsi ini, penulis menyadari tidak dapat bekerja seorang
diri
melainkan
bekerja
sama
dengan
berbagai
pihak.
Atas
terselesaikannya skripsi ini, penulis meyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Prof.Dr.H.M.Furqon Hidayatullah,M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin penulisan skripsi ini. 2. Dr.Muhammad Rohmadi,M.Hum., Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin dalam penulisan skripsi ini. 3. Dr.Kundaru Saddhono,S.S.,M.Hum., Ketua Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin dalam penulisan skripsi ini. 4. Drs.Amir Fuady,M.Hum. dan Dr.Nugraheni E.W.,S.S,M.Hum., sebagai pembimbing skripsi I dan II yang senantiasa dengan sabar dan perhatian membimbing penulis dalam menyusun skripsi ini. 5. Ibu dan Bapak Dosen Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan bekal ilmu kepada penulis. 6. Semua pihak yang telah mendukung dan membantu sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan, khususnya dalam bidang bahasa dan sastra Indonesia. Surakarta, September 2012 Penulis commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ..................................................................................
i
HALAMAN PERNYATAAN ....................................................................
ii
HALAMAN PENGAJUAN ........................................................................
iii
HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................
iv
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................
v
HALAMAN ABSTRAK ............................................................................
vi
HALAMAN MOTTO ..................................................................................
vii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................
viii
KATA PENGANTAR ................................................................................
ix
DAFTAR ISI ................................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................
xii
DAFTAR TABEL .......................................................................................
xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................
xiv
BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................
1
B. Rumusan Masalah ...........................................................................
9
C. Tujuan Penelitian ............................................................................
10
D. Manfaat Penelitian ..........................................................................
10
BAB II KAJIAN PUSTAKA .......................................................................
12
A. Kajian Teori .....................................................................................
12
1. Hakikat Menulis .........................................................................
12
2. Hakikat Karya Ilmiah .................................................................
18
3. Bahasa dalam Penulisan Karya Ilmiah .......................................
24
4. Kesalahan Berbahasa ...................................................................
27
5. Koreksi Kesalahan Berbahasa .....................................................
30
6. Teknik Koreksi Kesalahan Bahasa dalam Pembelajaran Menulis commit to user 7. Feedback dalam Penerapan Teknik Peer-correction ..................
32
x
38
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8. Penilaian Kualitas Proses dan Hasil Pembelajaran Menulis .......
44
B. Kerangka Berpikir ............................................................................
53
BAB III METODE PENELITIAN .............................................................
56
A. Tempat dan Waktu Penelitian ..........................................................
56
B. Subjek Penelitian .............................................................................
58
C. Data dan Sumber Data .....................................................................
58
D. Pengumpulan Data ...........................................................................
59
E. Uji Validitas Data ............................................................................
60
F. Analisis Data ....................................................................................
61
G. Indikator Kinerja Penelitian .............................................................
61
H. Prosedur Penelitian .........................................................................
62
BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN ..............................
68
A. Deskripsi Pratindakan ......................................................................
68
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus .............................................
80
1. Deskripsi Siklus I ..........................................................................
80
2. Deskripsi Siklus II.........................................................................
98
C. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus .......................................
112
D. Pembahasan......................................................................................
126
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN.....................................
138
A. Simpulan ..........................................................................................
138
B. Implikasi ..........................................................................................
139
C. Saran ...............................................................................................
141
Daftar Pustaka ............................................................................................
143
Lampiran
146
................................................................................................
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1.
Skema Kerangka Pemikiran .................................................................
55
2.
Grafik Nilai Rata-rata Proses Pembelajaran Antarsiklus .....................
113
3.
Grafik Nilai Rata-rata Aspek Keaktifan Siswa selama Apersepsi pembelajaran.........................................................................................
4.
Grafik Nilai Rata-rata Aspek Keaktifan dan Perhatian Siswa saat Guru Menyampaikan Materi ................................................................
5.
115
Grafik Nilai Rata-rata Aspek Keaktifan dan Kesungguhan Siswa dalam Melakukan Peer-correction .......................................................
6.
112
116
Grafik Nilai Rata-rata Aspek Minat dan Motivasi Siswa dalam Mengikuti Pembelajaran .......................................................................
117
7.
Grafik Nilai Rata-rata Aspek Isi pada Hasil Tulisan Ilmiah Siswa ......
118
8.
Grafik Nilai Rata-rata Aspek Organisasi pada Isi Hasil Tulisan Ilmiah Siswa .........................................................................................
9.
119
Grafik Nilai Rata-rata Aspek Kosakata pada Isi Hasil Tulisan Ilmiah Siswa
................................................................................................120
10. Grafik Nilai Rata-rata Aspek Pengembangan Bahasa pada Isi Hasil Tulisan Ilmiah Siswa ............................................................................
121
11. Grafik Nilai Rata-rata Aspek Mekanik pada Isi Hasil Tulisan Ilmiah Siswa
................................................................................................122
12. Grafik Nilai Rata-rata Hasil Pembelajaran Menulis Karya Ilmiah Antarsiklus ............................................................................................
123
13. Grafik nilai Rata-rata Proses dan Hasil Pembelajaran Menulis Karya Ilmiah Antarsiklus ................................................................................
commit to user
xii
125
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1.
Penilaian Proses Pembelajaran .............................................................
45
2.
Model Penilaian Menulis Skala Interval ..............................................
51
3.
Rincian Jadwal Penelitian.....................................................................
57
4.
Indikator Kinerja Penelitian .................................................................
62
5.
Nilai Proses Pembelajaran Menulis Karya Ilmiah Siswa Kelas XI Bahasa pada Kondisi Awal ...................................................................
6.
Nilai Hasil Pembelajaran Menulis Karya Ilmiah Siswa Kelas XI Bahasa pada Kondisi Awal ...................................................................
7.
94
Nilai Hasil Pembelajaran Menulis Karya Ilmiah Siswa Kelas XI Bahasa pada Siklus I.............................................................................
9.
75
Nilai Proses Pembelajaran Menulis Karya Ilmiah Siswa Kelas XI Bahasa pada Siklus I.............................................................................
8.
72
95
Nilai Proses Pembelajaran Menulis Karya Ilmiah Siswa Kelas XI Bahasa pada Siklus II ...........................................................................
110
10. Nilai Hasil Pembelajaran Menulis Karya Ilmiah Siswa Kelas XI Bahasa pada Siklus II ...........................................................................
111
11. Nilai Proses Pembelajaran Menulis Karya Ilmiah Siswa Kelas XI Bahasa Antarsiklus ...............................................................................
112
12. Nilai Hasil Pembelajaran Menulis Karya Ilmiah Siswa Kelas XI Bahasa Antarsiklus ...............................................................................
commit to user
xiii
124
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Bahasa Indonesia Tingkat Sekolah Menengah Atas Kelas XI Program Bahasa Semester 2 147 2. Silabus Pembelajaran Menulis Karya Ilmiah .........................................
148
3. Lembar Nilai Siswa dalam Pembelajaran Menulis Karya Ilmiah ..........
150
4. Lembar Rekapitulasi Keaktifan Siswa Kelas XI Bahasa dalam Pembelajaran Menulis Karya Ilmiah.....................................................
151
5. Pedoman Wawancara terhadap Guru Bahasa Indonesia (Pratindakan) .
152
6. Pedoman Wawancara dengan Siswa Kelas XI Bahasa (Pratindakan) ...
154
7. Pedoman
Wawancara
dengan
Guru
Bahasa
Indonesia
(Pascatindakan) ...................................................................................... 8. Pedoman
Wawancara
dengan
Siswa
Kelas
XI
155
Bahasa
(Pascatindakan) ......................................................................................
156
9. Lembar Observasi Kinerja Guru saat Mengajar ....................................
157
10. Lembar Observasi Keaktifan Siswa Kelas XI Bahasa dalam Pembelajaran Menulis Karya Ilmiah......................................................
159
11. Catatan Lapangan Hasil Wawancara dengan Guru Bahasa Indonesia Kelas XI Bahasa SMA N 2 Sukoharjo ...................................................
161
12. Catatan Lapangan Hasil Wawancara dengan Siswa Pra-tindakan .........
168
13. Catatan
Lapangan
(Fieldnote)
Hasil
Observasi
Pra-tindakan
Pembelajaran Menulis Karya Ilmiah......................................................
172
14. Lembaar Observasi Keaktifan Siswa Kelas XI Bahasa dalam Pembelajaran Menulis Karya Ilmiah......................................................
176
15. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pratindakan ..................................
177
16. Lembar Analisis Hasil Evaluasi dari Guru pada saat Pratindakan.........
179
17. Daftar Nilai Siswa dalam Pembelajaran Menulis Karya Ilmiah saat Pratindakan ............................................................................................ commit user 18. Lembar Observasi Kinerja Guru pada to Pratindakan ...............................
xiv
180 181
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19. Hasil Pekerjaan Siswa Pratindakan ........................................................
184
20. Dokumentasi Pembelajaran Menulis Karya Ilmiah pada Pra-tindakan .
185
21. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I ..............................
187
22. Catatan Lapangan Hasil Observasi Siklus I ...........................................
195
23. Catatan Lapangan (Fielnote) Hasil Observasi Pembelajaran Menulis Karya Ilmiah dengan Teknik Peer-correction (Siklus I Pertemuan II) . 24. Hasil Pekerjaan Siswa Siklus I ..............................................................
207
25. Hasil Observasi Keaktifan Siswa Kelas XI Bahasa Siswa SMA N 2 Sukoharjo dalam Pembelajaran Menulis Karya Ilmiah .........................
208
26. Lembar Observasi Kinerja Guru saat Mengajar pada Siklus I...............
209
27. Dokumentasi Pembelajaran Menulis Karya Ilmiah pada Siklus I .........
211
28. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II .............................
213
29. Catatan Lapangan Hasil Observasi Siklus II .........................................
221
30. Catatan Lapangan (Fielnote) Hasil Observasi Pembelajaran Menulis Karya Ilmiah dengan Teknik Peer-correction (Siklus II Pertemuan II) 31. Hasil Pekerjaan Siswa Siklus II .............................................................
230
32. Hasil Observasi Keaktifan Siswa Kelas XI Bahasa Siswa SMA N 2 Sukoharjo dalam Pembelajaran Menulis Karya Ilmiah pada Siklus II ..
231
33. Lembar Observasi Kinerja Guru saat Mengajar pada Siklus II .............
232
34. Dokumentasi Pembelajaran Menulis Karya Ilmiah pada Siklus II ........
234
35. Rekapitulasi Keaktifan Siswa Kelas XI Bahasa dalam Pembelajaran Menulis Karya Ilmiah ............................................................................
236
36. Catatan Lapangan Hasil Wawancara Pascatindakan dengan Guru ........
237
37. Catatan Lapangan Hasil Wawancara Pascatindakan dengan Siswa ......
241
commit to user
xv
1 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran menulis di SMA merupakan bagian dari mata pelajaran Bahasa Indonesia yang bertujuan untuk menumbuhkembangkan keterampilan siswa dalam mengungkapkan ide dan perasaannya melalui media bahasa tulis secara efektif. Pembelajaran menulis pada jenjang ini termasuk dalam pembelajaran menulis lanjut yang mulai diberikan kepada siswa sejak kelas IV SD hingga di perguruan tinggi. Pada tahap menulis lanjut siswa dituntut mampu melahirkan gagasan dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar, yaitu dengan ejaan yang benar, kosa kata yang tepat, kalimat yang efektif, dan paragraf yang baik. Dalam hal ini, siswa SMA diharapkan telah mampu berkomunikasi menggunakan bahasa tulis secara baik dan benar, dan kemampuan tersebut harus meningkat ketika mereka duduk di perguruan tinggi. Akan tetapi, kenyataan di lapangan menunjukkan banyaknya masalah berkaitan dengan kemampuan menulis siswa SMA, baik di program kelas IPA maupun IPS, bahkan program bahasa. Hasil survei awal di lapangan menunjukkan para siswa kelas bahasa yang idealnya mampu menjadi model berbahasa yang baik bagi siswa-siswi kelas lain (IPA dan IPS), termasuk dalam hal berbahasa tulis, ternyata juga mengalami kesulitan dalam pembelajaran menulis. Hal tersebut terutama disebabkan rendahnya penguasaan mereka akan kaidah bahasa Indonesia tulis. Masalah demikian dialami pula oleh para siswa kelas XI Bahasa SMA N 2 Sukoharjo dalam pembelajaran menulis karya ilmiah. Pada umumnya, siswa menganggap materi dan penugasan menulis karya ilmiah sebagai materi dan tugas yang paling sulit diantara materi dan tugas-tugas lain dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, misalnya tugas menulis narasi, menulis puisi, dan sebagainya. Hal ini karena materi menulis karya ilmiah belum pernah dipelajari di kelas sebelumnya atau merupakan materi pelajaran baru di kelas XI. Selain itu, dalam penulisan commitdan to user karya ilmiah terdapat berbagai aturan batasan tertentu yang harus dipatuhi 1
perpustakaan.uns.ac.id
2 digilib.uns.ac.id
siswa, misalnya ide yang dikemukakan harus bersifat ilmiah dan bahasa yang digunakan harus bahasa Indonesia yang baik dan benar (bahasa baku). Penulisan karya ilmiah harus pula memperhatikan ketepatan penggunaan ejaan, tanda baca, dan penulisan notasi ilmiah. Semua hal yang disebutkan di atas erat hubungannya dengan penerapan kaidah bahasa Indonesia tulis. Oleh karena itu, dalam penulisan karya ilmiah, di samping kecermatan dalam menyusun isi tulisan, penguasaan kaidah bahasa tulis yang memadai juga mutlak diperlukan. Seperti dikemukakan sebelumnya, rendahnya penguasaan siswa akan kaidah bahasa Indonesia tulis menjadi kendala utama dalam pembelajaran menulis karya ilmiah di kelas XI Bahasa SMA N 2 Sukoharjo. Kesulitan yang dialami siswa tersebut ternyata berdampak pula pada kualitas proses pembelajaran. Hasil pengamatan peneliti pada tahap pratindakan menunjukkan bahwa keaktifan, perhatian, minat, dan motivasi siswa terhadap pembelajaran menulis karya ilmiah masih rendah. Hal ini dapat dilihat misalnya dari sikap siswa yang kurang aktif dan memperhatikan saat guru memberikan apersepsi maupun menyampaikan materi, serta sikap siswa yang cenderung bermalas-malasan dan banyak mengeluh selama pembelajaran yang mencerminkan rendahnya minat dan motivasi mereka dalam mengikuti pembelajaran menulis karya ilmiah. Dalam proses pembelajaran menulis karya ilmiah yang diamati oleh peneliti, terlihat hanya beberapa siswa yang duduk di deretan bangku terdepan yang fokus mendengarkan dan mencatat penjelasan materi dari guru serta aktif bertanya dan mengemukakan pendapat maupun menjawab pertanyaan yang diajukan guru. Adapun sebagian siswa yang lain tampak sibuk dengan aktivitasnya sendiri dan mengobrol saat pembelajaran. Guru pun terpaksa beberapa kali menegur siswa-siswa yang dirasa mengganggu pelajaran. Teguran guru antara lain ditujukan kepada beberapa siswa yang menidurkan kepalanya di atas meja atau asyik mengobrol dengan temannya selama guru menerangkan. Di samping itu, penulis mendapati pula dua orang siswa yang duduk di bangku pojok belakang sedang membaca-baca majalah sembari membuka handphone secara sembunyi-sembunyi selama berlangsungnya pembelajaran. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
3 digilib.uns.ac.id
Tidak hanya minat dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran yang rendah, keaktifan para siswa sejak apersepsi hingga saat berlangsungnya pembelajaran juga rendah. Hal ini dapat diamati dari sedikitnya jumlah siswa yang aktif berpendapat, menjawab maupun mengajukan pertanyaan selama pembelajaran. Bahkan, saat guru menyampaikan penugasan kepada siswa untuk mencari buku di perpustakaan sebagai sumber penulisan karya ilmiah, beberapa siswa justru mengeluh enggan. Mereka berjalan malas ke perpustakaan dan tidak serius saat mencari buku. Waktu yang diberikan untuk mengkaji isi buku dan membuat kerangka karya ilmiah pun lebih banyak digunakan untuk bercanda dengan teman-temannya. Hal tersebut semakin menunjukkan rendahnya semangat dan tanggung jawab siswa dalam melakukan tugas-tugas belajarnya. Oleh karena itu, secara umum dapat dinyatakan bahwa kualitas proses pembelajaran menulis karya ilmiah di kelas XI Bahasa ini masih rendah. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa siswa, diketahui bahwa rendahnya minat, motivasi, perhatian, dan keaktifan mereka dalam pembelajaran menulis karya ilmiah disebabkan mereka memang kurang menyukai pelajaran tersebut. Pada umumnya, siswa menganggap bahwa tugas menulis karya ilmiah merupakan tugas tersulit dibandingkan tugas menulis yang lain. Hal ini karena dalam proses penulisan karya ilmiah, mereka dituntut untuk mampu menulis dengan bahasa yang baik dan benar serta menggunakan ejaan dan tanda baca yang tepat. Padahal, para siswa merasa belum mampu melakukan hal tersebut karena penguasaan kaidah bahasa tulis mereka kurang memadai. Adapun terkait aktivitas pembelajaran yang dilakukan guru, meskipun sudah memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih menulis, tetapi dalam menyampaikan materi guru lebih banyak menerangkan hal-hal yang bersifat teori, misalnya tentang pengertian, ciri-ciri, dan sistematika penulisan karya ilmiah, sedangkan hal-hal yang berkaitan dengan penerapan kaidah bahasa dalam penulisan karya ilmiah cenderung dikesampingkan. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru, diketahui bahwa guru merasa latihan menganalisis dan memperbaiki kesalahan bahasa dalam tataran kalimat atau paragraf yang pernah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
4 digilib.uns.ac.id
dilatihkannya kepada siswa sudah cukup sebagai bekal siswa untuk menghasilkan tulisan yang baik, benar, dan sesuai kaidah, dalam hal ini termasuk karya ilmiah. Dari hasil wawancara dengan siswa dan keterangan yang diperoleh dari guru, dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran yang dilakukannya selama ini, guru lebih menekankan pada aspek pengetahuan tentang kaidah bahasa dibandingkan penerapan kaidah berbahasa tersebut yang berupa pemberian kesempatan kepada siswa untuk berlatih menulis. Guru lebih banyak menyajikan contoh-contoh kalimat maupun paragraf
yang mengandung kesalahan bahasa
untuk dianalisis dan diperbaiki oleh siswa. Adapun kesempatan siswa untuk berlatih menulis sebagai wujud penerapan kaidah berbahasa yang dipelajarinya jarang diberikan oleh guru karena dinilai memakan waktu. Akibatnya, siswa merasa kesulitan saat harus menulis karya ilmiah dengan bahasa yang baik dan benar. Rendahnya kualitas proses pembelajaran tentunya berdampak pula terhadap kualitas hasil pembelajaran. Dari keterangan guru, diperoleh informasi bahwa selama ini nilai rata-rata menulis di kelas XI Bahasa adalah yang terendah bila dibandingkan nilai rata-rata keterampilan berbahasa yang lain, yaitu menyimak, membaca, dan berbicara. Nilai menulis siswa jatuh terutama disebabkan rendahnya nilai menulis karya ilmiah. Menurut guru, rendahnya nilai menulis karya ilmiah ini disebabkan banyaknya kesalahan bahasa dalam hasil tulisan siswa. Kesalahan-kesalahan itu ditemukan merata, mulai dari aspek ejaan, kata, kalimat, hingga paragraf. Bentuk kesalahan yang banyak dijumpai di antaranya kesalahan pemakaian tanda baca, pemakaian huruf besar/kapital, penulisan kata depan, pemakaian kata bahasa populer, pemakaian kata bahasa Jawa, pemilihan kosa kata yang kurang tepat, dan kesalahan struktur kalimat. Berbagai bentuk kesalahan tersebut dijumpai pada hampir semua hasil tulisan siswa. Rendahnya nilai menulis karya ilmiah siswa kelas XI Bahasa akibat lemahnya penguasaan kaidah bahasa tulis siswa tentu membuat guru bahasa Indonesia di kelas tersebut menjadi khawatir. Hal ini dapat dipahami karena commit to userfaktor utama rendahnya rata-rata rendahnya nilai menulis karya ilmiah menjadi
perpustakaan.uns.ac.id
5 digilib.uns.ac.id
nilai menulis secara keseluruhan. Oleh karena itu, untuk meningkatkan nilai menulis karya ilmiah di kelas XI Bahasa, penguasaan siswa akan kaidah bahasa tulis perlu ditingkatkan tidak hanya dalam tataran pengetahuan, tetapi juga penerapan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memberikan lebih banyak kesempatan kepada siswa untuk berlatih menulis. Dalam wawancara yang dilakukan, guru menyatakan bahwa beliau sudah menyarankan siswa untuk mengoreksi kembali hasil tulisannya sebelum dikumpulkan agar memperoleh nilai yang baik. Guru juga sudah memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya jika mengalami kesulitan saat mengoreksi hasil tulisannya. Namun, siswa tidak bersungguh-sungguh melakukan saran dan anjuran guru. Para siswa enggan untuk mengoreksi hasil tulisannya dan mengumpulkan apa adanya hasil tulisan tanpa diperbaiki terlebih dahulu. Akibatnya, guru terus menemukan kesalahan bahasa seperti yang ditemukan dalam hasil tulisan siswa sebelumnya. Sehubungan dengan anjuran guru yang tidak dipatuhi para siswa, para siswa mengakui bahwa mereka enggan untuk mengoreksi kembali hasil tulisan mereka karena merasa kesulitan untuk menemukan letak kesalahannya. Sebagian siswa justru mengungkapkan keinginan mereka untuk mendapatkan feedback, masukan, ataupun bimbingan dari guru dalam mengoreksi dan memperbaiki hasil tulisannya. Akan tetapi, ada pula siswa yang menyatakan tidak merasa perlu menulis dengan baik termasuk menghindari kesalahan-kesalahan bahasa dalam tulisannya karena nantinya hasil tulisan mereka hanya akan dibaca oleh guru. Oleh karena itu, mereka tidak perlu malu jika hasil tulisannya jelek. Sehubungan dengan keinginan siswa untuk memperoleh feedback dari guru dalam mengoreksi hasil tulisannya, guru beralasan bahwa keterbatasan waktu yang menyebabkan beliau tidak mungkin mengunjungi satu per satu siswa dan memberi mereka masukan atas hasil tulisan masing-masing. Sebagai alternatifnya, guru pun mengemukakan kekurangan dan kesalahan-kesalahan yang umum dijumpai pada hasil tulisan siswa sembari membagikan hasil tulisan yang telah dinilai. Pada kesempatan lain, guru berusaha memberikan masukan dengan user siswa yang dikumpulkan lebih mengemukakan hasil koreksinya commit terhadapto tulisan
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
awal. Dalam hal ini, umpan-balik diberikan guru secara personal kepada siswa yang bersangkutan dengan cara memanggil siswa tersebut, menjelaskan letak kesalahan, penyebab, dan cara memperbaikinya. Selanjutnya guru memberi kesempatan kepada siswa yang bersangkutan untuk memperbaiki tulisannya terlebih dahulu sebelum dikumpulkan kembali. Agar umpan-balik yang diberikan kepada siswa lebih merata, guru pun menerapkan teknik koreksi langsung atau teacher-correction. Dalam mengajarkan materi menulis karya ilmiah berdasarkan kajian buku atau hasil penelitian sederhana, teknik koreksi langsung tersebut diterapkan guru dengan prosedur sebagai berikut: (1) guru memberi pilihan topik karya ilmiah sesuai jenis topik buku yang banyak terdapat di perpustakaan sekolah, adapun judul ditentukan sendiri oleh siswa; (2) guru mengajak siswa ke perpustakaan untuk mencari buku sebagai sumber penulisan karya ilmiahnya; (3) guru meminta siswa membuat kerangka karya ilmiah sesuai dengan topik dan judul yang dipilihnya; (4) guru meminta siswa mengembangkan kerangka menjadi karya ilmiah; (5) pada batas waktu yang ditentukan, siswa harus mengumpulkan hasil tulisannya; (6) guru membaca hasil tulisan siswa, mencoret bagian-bagian yang salah dengan tinta merah, langsung membetulkannya dan memberi nilai; serta (7) guru mengembalikan hasil tulisan kepada siswa. Dari prosedur tersebut dapat disimpulkan bahwa pada akhirnya yang melakukan tahap revisi dengan cara mengoreksi kesalahan bahasa siswa adalah guru itu sendiri. Gurulah yang mengidentifikasi letak kesalahan, menemukan penyebab terjadinya kesalahan, dan membetulkan kesalahan tersebut. Artinya, umpan balik yang diberikan guru terhadap tulisan siswa bersifat langsung (berupa feedback langsung). Sehubungan dengan hal ini, Lee & Schallert (dalam Sumarwati, Mulyono, dan Wuryanti, 2010:4) mengemukakan bahwa cara tersebut justru menghambat siswa untuk belajar secara aktif dan kreatif karena siswa tidak berkesempatan menggunakan feedback guru untuk melakukan koreksi kesalahan bahasa. Padahal, pengalaman mengoreksi kesalahan bahasa sangat bemanfaat bagi siswa.
Hasil
penelitian
Sumarwati, Mulyono, commit to user
dan
Wuryanti,
(2010)
perpustakaan.uns.ac.id
7 digilib.uns.ac.id
menemukan bahwa siswa yang lebih mahir dalam mengoreksi kesalahan bahasa ternyata melakukan kesalahan bahasa lebih sedikit dalam karangannya. Corder (dalam Suwarna, 1995:42) menyatakan bahwa kesalahan bahasa merupakan umpan balik bagi guru dan pembelajar. Bagi guru, kesalahan bahasa menunjukkan tingkat efektivitas pembelajaran. Bagi siswa, kesalahan bahasa yang dilakukannya dapat menjadi alat untuk belajar. Dikatakan demikian karena kesalahan tersebut mampu menyadarkan siswa untuk tidak mengulanginya pada proses belajar selanjutnya apabila mereka menyadari kesalahan itu dan mengetahui bagaimana pembetulannya. Hal ini bisa terjadi apabila siswa dilibatkan dalam mengoreksi tulisannya. Sumarwati, dkk. (2010:5) menambahkan apabila siswa tidak dilibatkan dalam mengoreksi, berarti gurulah yang belajar dari kesalahan itu. Fenomena ini mengindikasikan pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher oriented learning). Agar pembelajaran lebih bersifat learneroriented, bantuan yang diberikan guru hendaknya sebatas pada pemberian feedback tak langsung untuk memandu siswa menemukan letak kesalahan dan mengidentifikasi penyebabnya. Dengan demikian, koreksi kesalahan bahasa hendaknya dilakukan dengan melibatkan siswa agar aktivitas dan kreativitas mereka dalam pembelajaran menulis lebih optimal. Dalam koreksi kesalahan bahasa, teknik koreksi yang pelaksanaannya melibatkan siswa dibedakan menjadi dua, yaitu self-correction (koreksi sendiri) dan peer-correction (koreksi anterteman). Dalam teknik self-correction siswa mengoreksi kesalahan bahasanya sendiri. Teknik inilah yang berusaha diterapkan guru dengan cara meminta siswa mengoreksi dan memperbaiki hasil tulisannya sebelum dikumpulkan. Adapun teknik peer-correction mengarahkan siswa untuk saling mengoreksi kesalahan bahasa pada hasil tulisan temannya (saling menukarkan hasil tulisan). Sebagaimana dikemukakan sebelumnya, ketidakmampuan siswa dalam mengenali kesalahan bahasa dalam tulisannya sendiri dan minimnya feedback dari guru untuk membantu siswa menemukan dan memperbaiki kesalahan bahasanya menjadikan teknik self-correction yang diterapkan guru dalam pembelajaran committerhadap to user peningkatan kualitas proses dan menulis selama ini kurang berdampak
perpustakaan.uns.ac.id
8 digilib.uns.ac.id
hasil pembelajaran menulis di kelas XI Bahasa. Hal ini sesuai dengan simpulan penelitian Rollinson (dalam Sumarwati dan Mulyono, 2010:56) bahwa siswa seringkali tidak dapat menemukan kekurangan dan kesalahan yang dilakukannya. Oleh karena itu, ia merekomendasikan pelatihan teknik peer-correction kepada siswa sebagai alternatif guru dalam membimbing siswa mengenali kesalahan bahasa sesuai konteks bahasa mereka. Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti bersama guru sepakat untuk menerapkan teknik peer-correction. Penerapan teknik peer-correction dalam penelitian ini dilakukan guna memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar melakukan tahap revisi dalam kegiatan menulis karya ilmiah sebagaimana proses pembelajaran menulis yang seharusnya. Sebagai kegiatan baru yang akan dilatihkan kepada siswa, pelaksanaan peer-correction tentu memerlukan arahan dari guru berupa feedback tidak langsung. Adanya feedback diharapkan dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam mengoreksi dan membantu siswa dalam menemukan dan memperbaiki kesalahan bahasa pada tulisan ilmiah temannya. Berdasarkan pertimbangan tersebut, guru dan peneliti menetapkan untuk menerapkan teknik peer-correction berbantuan feedback guru. Adapun kegiatan revisi yang dilakukan lebih ditekankan pada aspek bahasa dibandingkan isi tulisan. Hal ini dikarenakan aspek isi tulisan cenderung bersifat lebih subjektif jika dikoreksi langsung oleh siswa, berbeda dengan aspek isi tulisan yang dapat dikoreksi dengan bantuan feedback dari guru sehingga lebih objektif. Pemilihan teknik peer-correction dalam penelitian ini juga didasari pertimbangan atas keberhasilan teknik ini dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis sebagaimana dinyatakan dalam beberapa hasil penelitian tentang penerapan teknik peer-correction, misalnya hasil penelitian Sumarwati, dkk. (2008 dan 2010) tentang penerapa teknik peer-correction yang menemukan bahwa teknik peer-corrrection lebih efektif dibandingkan teknik teacher-correction dan self-correction. Selain itu, hasil penelitian Purwanto, Suyadi, dan Sujoko (2007) tentang pemberian feedback yang efektif juga menunjukkan bahwa pemberian feedback tidak langsung lebih efektif daripada commit to user feedback langsung dalam meningkatkan kemampuan mengoreksi kesalahan
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bahasa pada mahasiswa. Dengan demikian, penerapan teknik peer-correction dalam penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan keaktifan dan penguasaan kaidah bahasa tulis siswa kelas XI Bahasa SMA N 2 Sukoharjo sehingga kemampuan menulis karya ilmiah siswa meningkat.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dan identifikasi masalah pada bagian latar belakang, masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah penerapan teknik peer-correction yang dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis karya ilmiah pada siswa kelas XI Bahasa SMA N 2 Sukoharjo? 2. Bagaimanakah prosedur penerapan teknik peer-correction yang dapat meningkatkan kemampuan menulis karya ilmiah pada siswa kelas XI Bahasa SMA N 2 Sukoharjo? Pembelajaran menulis karya ilmiah di SMA merupakan bagian dari mata pelajaran Bahasa Indonesia yang bertujuan untuk menumbuhkembangkan keterampilan siswa dalam mengungkapkan ide dan perasaannya melalui media bahasa tulis secara efektif. Teknik peer-correction dalam pembelajaran menulis karya ilmiah dilakukan pada tahap revisi dengan cara saling menukarkan karya ilmiah antarsiswa dan merupakan teknik mengidentifikasi kesalahan bahasa berdasarkan tanda-tanda yang diberikan guru, mengenali penyebab terjadinya kesalahan, dan membetulkannya. Adapun penguasaan kaidah bahasa tulis adalah penguasaan terhadap kaidah-kaidah bahasa pada aspek ejaan, pilihan kata, penyusunan kalimat, dan paragraf. Semakin baik penguasaan siswa terhadap kaidah bahasa tulis, akan semakin sedikit kesalahan bahasa dalam karya ilmiahnya sehingga nilai menulis karya ilmiahnya lebih tinggi.
commit to user
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Lingkup penelitian tindakan kelas ini dibatasi pada hal-hal berikut: a. Materi pokok menulis yang digunakan sebagai objek didasarkan pada kurikulum SMA untuk Kelas XI Program Bahasa semester 2, yaitu kompetensi dasar ”Menyusun karya ilmiah berdasarkan kajian buku atau hasil penelitian sederhana”. Penelitian ini direncanakan dilakukan dalam dua siklus. Agar lebih fokus, materi ditetapkan pada penulisan karya ilmiah berdasarkan kajian buku. b. Kualitas proses: dilihat dari sikap siswa selama mengikuti pembelajaran menulis karya ilmiah, termasuk dalam melaksanakan peer-correction dengan mengoreksi hasil karya ilmiah temannya. c. Kemampuan menulis karya ilmiah: dilihat dari nilai akhir karya ilmiah siswa, khususnya pada aspek pemakaian bahasanya (makin tinggi nilainya mengindikasikan makin menurun jumlah kesalahan bahasa).
C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan: 1. Kualitas proses pembelajaran menulis karya ilmiah pada siswa kelas XI Bahasa SMA N 2 Sukoharjo melalui penerapan teknik peer-correction. 2. Kemampuan menulis karya ilmiah pada siswa kelas XI Bahasa SMA N 2 Sukoharjo melalui penerapan teknik peer-correction.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi siswa a. dapat menerapkan tahap revisi sebagai salah satu tahapan proses menulis yang benar; b. dapat mendorong siswa untuk berupaya membuat tulisan sebaik mungkin karena hasil tulisannya akan ditukar dengan temannya untuk dibaca dan dikoreksi; c. dapat belajar dari kesalahan bahasa yang dilakukan temannya dan menghindari kesalahan yang sama pada kegiatan menulis selanjutnya. commit to user
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Bagi guru a. dapat membelajarkan siswa-siswanya untuk melakukan tahap revisi sebagai bagian proses pembelajaran menulis yang benar; b. dapat memberikan pengalaman langsung pada guru karena penerapan teknik peer-correction dalam pembelajaran menulis merupakan hal yang masih jarang dilakukan oleh guru; c. dapat menjadi pendorong bagi guru bahasa Indonesia yang lain untuk menerapkan pendekatan yang lebih inovatif dalam pembelajaran menulis dan keterampilan berbahasa yang lain; d. dapat memotivasi guru mata pelajaran lain untuk turut berusaha mengembangkan inovasi pembelajaran yang sesuai dengan bidang pelajaran yang diampunya. 2. Bagi sekolah a. dapat meningkatkan kualitas tulisan siswanya; b. dapat meningkatkan kompetensi mengajar guru-gurunya; c. dapat menjadi model pelaksanaan pendekatan pembelajaran yang inovatif sebagai masukan bagi guru-guru bidang studi lain. 3. Bagi peneliti a. dapat memberikan
pengalaman dan wawasan tentang penerapan teknik
peer-correction dalam pembelajaran menulis di sekolah; b. dapat meningkatkan kerjasama peneliti sebagai kolaborator dengan guru bahasa Indonesia dan pihak sekolah yang lain.
commit to user
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori 1. Hakikat Menulis a. Pengertian Menulis Gie (1992:17) mengungkapkan pengertian menulis dalam dua kategori, yaitu pengertian menulis dalam arti sempit dan pengertian menulis dalam arti luas. Dalam arti yang sempit, menulis didefinisikan sebagai pembuatan huruf, angka, nama sesuatu tanda kebahasaan apapun dengan sesuatu alat tulis pada suatu halaman tertentu. Dalam arti luas, definisi menulis dipersamakan dengan mengarang, yaitu keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami.
Senada
mempersamakan
dengan definisi
Gie, menulis
Takala
(dalam
dengan
Achmadi,
mengarang.
1990:24)
Menurutnya,
mengarang adalah suatu proses menyusun, mencatat, dan mengomunikasikan makna dalam tataran ganda, bersifat interaktif, dan diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu dengan menggunakan suatu sistem tanda konvensional yang dapat dilihat (dibaca). Meskipun secara luas istilah menulis dapat disamakan dengan mengarang, tetapi ada kalanya kedua istilah tersebut tidak dapat disepadankan. Lebih lanjut Gie mengutarakan bahwa ada kalanya padanan kata ‘mengarang’ dan menulis digunakan secara berselang-seling untuk mencegah kesenadaan atau jika rasa kebahasaan menghendaki pemakaiannya. Berkaitan dengan hal ini, Amir (2007:41) menyatakan bahwa tulisan lebih mengacu pada ide ilmiah, sedangkan karangan mengacu pada ide non ilmiah.Pendapat Amir ini dapat dipahami melalui penggunaan istilah mengarang dan menulis pada contoh kalimat berikut: “Si Adik hobi mengarang cerpen, sedangkan kakaknya hobi menulis karya ilmiah”. Beberapa pakar bahasa lain juga mengemukakan definisi menulis. Semi commit pada to user (1990:8) mengatakan bahwa menulis hakikatnya merupakan pemindahan
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pikiran atau perasaan ke dalam bentuk lambang-lambang bahasa. Definisi ini dipertegas oleh Sukarto (2010) dalam artikelnya dengan menyatakan menulis sebagai suatu bentuk komunikasi tidak langsung yang berupa pemindahan pikiran atau perasaan dengan memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata dengan menggunakan simbol-simbol sehingga dapat dibaca seperti apa yang diwakili oleh simbol tersebut. Adapun Akhadiah, Arsjad, dan Ridwan (1996:2) menyatakan bahwa menulis berarti mengorganisasikan gagasan secara sistematis serta mengungkapkannya secara tersurat. Pendapat Akhadiah, dkk. ini juga didukung Murtono (2010:27) yang mengatakan bahwa pengertian menulis hanya dikhususkan untuk penyampaian ide, gagasan, dan sebagainya yang berupa tulisan saja. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dalam menulis terdapat dua aktivitas
yang ditekankan. Aktivitas pertama
menekankan unsur bahasa dan aktivitas kedua menekankan unsur gagasan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan pengertian keterampilan menulis, yaitu sebagai suatu aktivitas mengungkapkan gagasan, pikiran, dan perasaan melalui tulisan dengan memperhatikan aspek-aspek kebahasaan yang baik dan benar sehingga dapat dipahami oleh pembaca. Sebuah tulisan dapat dikatakan baik atau berhasil jika tulisan tersebut dapat dipahami dengan mudah oleh pembacanya. Artinya, pembaca dapat menafsirkan isi tulisan sesuai dengan yang dimaksudkan penulis. Agar dapat menghasilkan suatu tulisan yang baik, penulis perlu menguasai tiga keterampilan dasar menulis sebagaimana yang dikemukakan Semi (1990:10) sebagai berikut. 1) Keterampilan berbahasa, yaitu keterampilan menggunakan ejaan, tanda baca, pembentukan kata, pemilihan kata, serta pembentukan kalimat efektif. 2) Keterampilan pengembangan
penyajian, paragraf,
yaitu
keterampilan
keterampilan
merinci
pembentukan pokok
dan
bahasan,
keterampilan merinci pokok bahasan menjadi subpokok bahasan, serta commit to user
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menyusun pokok bahasan dan subpokok bahasan ke dalam susunan yang sistematis. 3) Keterampilan perwajahan, yaitu keterampilan pengaturan tipografi dan pemanfaatan sarana tulis secara efektif dan efisien, tipe huruf, penjilidan, penyusunan tabel, dan lain-lain. b. Tahap-Tahap Menulis Pada hakikatnya, menulis merupakan suatu proses, yaitu proses penulisan. Sebagai suatu proses yang kreatif, kegiatan menulis tentunya memiliki beberapa tahapan. Dalam hal ini, terdapat beberapa tahapan menulis menurut beberapa ahli. Akhadiah, dkk. (1996:5) mengidentifikasi tahapan menulis menjadi 3, yaitu prapenulisan, penulisan, dan revisi. Sumarwati, Sudarsono, dan Suradi (2006:3) juga menyebutkan penahapan menulis menurut beberapa ahli, di antaranya menurut White & Arndt, Murray, dan Tompkins. White & Arndt merinci penahapan menulis dalam 4 tahap, yaitu: prapenulisan, penulisan, revisi, dan evaluasi; Murray membedakan tahapan menulis ke dalam 4 tahap, yaitu: prewriting, drafting, revising, dan rewriting; sedangkan Tompkins mengidentifikasi tahapan menulis dalam 5 langkah, yaitu: prapenulisan, penulisan, revisi, pengeditan, dan publikasi. Menurut Semi (1990:11-15), setidaknya terdapat 7 tahapan atau langkah yang akan dilalui seseorang dalam kegiatan menulis, yaitu: 1) Pemilihan dan penetapan topik Topik tulisan adalah masalah atau gagasan yang hendak disampaikan di dalam tulisan. Masalah atau gagasan itu dapat digali dari beberapa sumber, yaitu dari pengalaman, pengamatan, imajinasi, pendapat, serta keyakinan. 2) Pengumpulan informasi dan data Pengumpulan informasi dan data dapat dilakukan agar tulisan menjadi berbobot dan meyakinkan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
15 digilib.uns.ac.id
3) Penetapan tujuan Tujuan penulisan perlu ditetapkan sebelum mulai menulis karena tujuan itu sangat berpengaruh dalam menetapkan bentuk, panjang, sifat, dan cara penyajian tulisan. 4) Perancangan tulisan Hasil merancang tulisan ini antara lain akan berwujud sebagai kerangka tulisan (outline) dan penetapan gaya penyajian tulisan. 5) Penulisan Penulisan merupakan kerangka tulisan yang telah siap dikembangkan. Saat penulisan dilakukan penulis perlu memperhatikan tujuan tulisan dan kelompok calon pembaca tulisan. 6) Penyuntingan atau revisi Kegiatan yang dilakukan dalam penyuntingan ini adalah menghilangkan hal-hal atau sesuatu yang tidak perlu, manambah sesuatu yang perlu ditambah, memperbaiki kalimat, ejaan, dan kosakata yang kurang tepat diganti dengan yang lebih tepat, dan merevisi ketepatan angka-angka atau nama yang salah. 7) Penulisan naskah jadi Setelah penyuntingan dilakukan harus ditulis kembali untuk menjadikan tulisan tersebut rapi dan bersih. Hal yang harus diperhatikan yaitu ejaan, tanda baca, dan perwajahan. c. Tujuan Menulis Hugo Hartig (dalam Tarigan, 1984:24-25) menyatakan tujuan penulisan suatu tulisan adalah sebagai berikut. 1) Tujuan penugasan (assigment purpose) Tujuan penulisan ini tidak mempunyai tujuan sama sekali. Penulis menulis sesuatu hanya karena ditugasi. 2) Tujuan altruristik (altruristik purpose) Penulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca, menghindarkan kedukaan para pembaca, ingin menolong para pembaca memahami, commit to user
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menghargai perasaan dan penalarannya, ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah, dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu. 3) Tujuan persuasif (persuasif purpose) Tulisan yang bertujuan meyakinkan para pembacanya akan kebenaran gagasan yang diucapkan. 4) Tujuan informasional (informasional purpose) Tulisan yang bertujuan memberi informasi kepada pembaca. 5) Tujuan pernyataan diri (self-expresive purpose) Tulisan yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang penulis kepada para pembaca. 6) Tujuan kreatif (creative purpose) Tulisan yang bertujuan mencapai nilai-nilai artistik atau nilai-nilai kesenian. 7) Tujuan pemecahan masalah (problem-solving purpose) Tulisan yang bertujuan memecahkan masalah yang dihadapi. d. Manfaat Menulis Banyak manfaat yang diperoleh dari aktivitas menulis. Beberapa manfaat menulis yang dikemukakan Gie (1992:4-5), antara lain: 1) suatu sarana untuk pengungkapan diri; 2) suatu sarana untuk pemahaman; 3) suatu sarana untuk membantu memperkembangkan kepuasan pribadi, kebanggaan, dan suatu perasaan harga diri; 4) suatu sarana untuk meningkatkan kesadaran dan pencerapan terhadap lingkungan sekeliling seseorang; 5) suatu sarana untuk keterlibatan secara bersemangat dan bukannya penerimaan yang pasrah; 6) suatu sarana untuk memperkembangkan suatu pemahaman tentang dan kemampuan mempergunakan bahasa.
commit to user
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Akhadiah,dkk. (1995:1) juga menyebutkan keuntungan atau manfaat yang dapat dipetik dari pelaksanaan tugas atau kegiatan menulis sebagai berikut. a) Dengan menulis kita dapat lebih mengenali kemampuan dan potensi diri kita. Kita mengetahui sampai di mana pengetahuan kita tentang suatu topik. Untuk mengembangkan topik, kita terpaksa berpikir, menggali pengetahuan dan pengalaman yang kadang tersimpan di alam bawah sadar. b) Melalui kegiatan menulis kita mengembangkan berbagai gagasan. Kita terpaksa bernalar: menghubung-hubungkan serta membandingkan faktafakta yang mungkin tidak pernah kita lakukan jika kita tidak menulis. c) Kegiatan menulis memaksa kita lebih banyak menyerap, mencari, serta menguasai informasi sehubungan dengan topik yang kita tulis. Dengan demikian, kegiatan menulis memperluas wawasan baik secara teoretis maupun mengenai fakta-fakta yang berhubungan. d) Menulis berarti mengorganisasikan gagasan secara sistematis serta mengungkapkannya secara tersurat. Dengan demikian, kita dapat menjelaskan permasalahan yang semula masih terasa samar bagi diri kita sendiri. e) Melalui tulisan, kita dapat meninjau serta menilai gagasan kita sendiri secara lebih objektif. f) Dengan menuliskan sesuatu di atas kertas, kita akan lebih mudah memecahkan permasalahan, yaitu dengan menganalisisnya secara tersurat, dalam konteks yang lebih konkret. g) Tugas menulis mengenai suatu topik mendorong kita belajar secara aktif. Kita harus menjadi penemu sekaligus pemecah masalah, bukan sekedar menjadi penyadap informasi dari orang lain. h) Kegiatan menulis yang terencana akan membiasakan kita berpikir dan berbahasa dengan tertib.
commit to user
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Hakikat Karya Ilmiah a. Pengertian Karya Ilmiah Istilah karya ilmiah dapat dipersamakan dengan istilah karangan atau tulisan ilmiah. Haryanto, Ruslijanto, dan Mulyono (2000) menyatakan: Karangan atau tulisan ilmiah adalah karya tulis yang disusun berdasarkan tulisan, pernyataan, atau gagasan orang lain, baik yang telah, belum, atau bahkan tidak dipublikasikan sama sekali. Dengan demikian, tulisan ini merupakan suatu uraian yang didukung informasi yang telah diuji kebenarannya dan kemudian disajikan dengan cara yang lazim dan benar sesuai dengan metode yang berlaku (hlm. 8) . Brotowidjoyo (dalam Amir, 2007:105) juga mempersamakan istilah karya ilmiah dengan karangan ilmiah. Menurutnya, karangan ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta umum dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar. Di sisi lain, dua orang pakar mempersamakan karya ilmiah dengan tulisan ilmiah dengan batasan sebagai berikut. Tulisan ilmiah adalah karya seorang ilmuwan (yang berupa hasil pengembangan) yang ingin mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang diperolehnya melalui kepustakaan, kumpulan pengalaman, penelitian, dan pengetahuan orang lain sebelumnya (Dwiloka dan Riana, 2005: 1). Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan pengertian karya ilmiah yaitu suatu karangan atau tulisan yang mengandung ide-ide atau gagasan yang bersifat ilmiah dengan menyajikan fakta umum yang didukung oleh studi kepustakaan atau hasil penelitian orang lain dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar. b. Ciri-ciri Karya Ilmiah Berbeda dengan tulisan fiksi, karya ilmiah bersifat formal dan harus memenuhi beberapa syarat tertentu yang sekaligus menjadi ciri karya ilmiah. Dwiloka dan Riana (2005:4) mengemukakan beberapa syarat karya ilmiah sebagai berikut. 1) Lugas dan tidak emosional, maksudnya adalah karya ilmiah hanya mempunyai satu arti, tidakcommit memakai kata-kata kiasan sehingga pembaca to user
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tidak membuat tafsiran (interpretasi) sendiri-sendiri. Karena itu, perlu ada batasan (definisi) operasional pengertian suatu istilah, konsep, atau variabel. 2) Logis, maksudnya adalah kalimat, alinea, subbab, subsubbab, disusun berdasarkan suatu urutan yang konsisten. 3) Efektif, maksudnya adalah baik alinea atau subbab harus menunjukkan adanya satu kebulatan pikiran, ada penekanan, dan ada pengembangan. 4) Efisien, maksudnya adalah hanya menggunakan kata atau kalimat yang penting dan mudah dipahami. 5) Ditulis dengan bahasa Indonesia yang baku. Haryanto, dkk. (2000:7) juga menyebutkan ciri-ciri karangan ilmiah sebagai berikut: a) Menyajikan fakta objektif secara sistematis b) Pernyataannya cermat, tepat, tulus, dan benar, serta tidak memuat terkaan. c) Penulisnya tidak mengejar keuntungan pribadi. d) Penyusunannya dilaksanakan secara sistematis, konseptual, dan prosedural. e) Tidak memuat pandangan-pandangan tanpa dukungan fakta. f) Tidak emotif menonjolkan perasaan. g) Tidak bersifat argumentatif, tetapi kesimpulannya terbentuk atas dasar fakta. c. Penggolongan Karya Ilmiah Karya pertimbangan
ilmiah tertentu.
dapat
digolongkan
Haryanto,
dkk.
berdasarkan (2000:7-10)
pertimbanganmengemukakan
penggolongan karangan ilmiah sebagai berikut: 1) Ditinjau dari cara penulisannya, karangan ilmiah dibedakan menjadi: a) Karangan ilmiah murni, yaitu karangan atau karya ilmiah yang ditujukan untuk konsumsi kalangan profesi atau cendekiawan. b) Karangan ilmiah populer, yaitu karangan atau karya ilmiah yang ditujukan untuk masyarkat umum dengan tujuan membangkitkan motivasi terhadap suatu pemecahan masalah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
20 digilib.uns.ac.id
2) Ditinjau dari sumber utama yang digunakan sebagai dasar penulisannya, karya ilmiah dibedakan menjadi: a) Laporan Kasus (Studi Kasus), yaitu laporan tentang suatu hasil pengamatan atau tindakan pemecahan masalah yang belum banyak diketahui orang. Percobaannya cukup dilakukan pada satu atau beberapa kasus saja. b) Laporan Penelitian, yaitu suatu laporan tentang penelitian yang telah diselesaikan oleh penulis. Adapun masalah yang diteliti diambil dari sekelompok anggota masyarakat dan percobaannya dilakukan dengan mengikuti suatu metode yang terarah dan rinci. c) Studi Kepustakaan, yaitu penelaahan gagasan berbagai ahli mengenai suatu masalah untuk diperbandingkan kemudian ditarik kesimpulan menurut pandangan penulis. Dalam pembelajaran di sekolah, studi kepustakaan ini sering disebut dengan istilah karya ilmiah berdasarkan kajian buku. 3) Ditinjau dari bentuk karangannya, karya ilmiah dibedakan menjadi makalah, kerja, skripsi, tesis, dan disertasi. Dwiloka dan Riana (2005:5-6) memberikan penjelasan istilah-istilah karya ilmiah tersebut sebagai berikut. a) Makalah, adalah karya tulis ilmiah yang menyajikan suatu masalah dan pembahasannya berdasarkan data di lapangan yang bersifat empirisobjektif. Makalah biasanya disusun untuk melengkapi tugas tertentu atau memberikan saran pemecahan masalah secara ilmiah. Makalah adalah bentuk yang paling sederhana diantara karya tulis ilmiah yang lain. b) Kertas kerja (paper) yaitu makalah yang pembahasannya lebih mendalam dan biasanya ditulis untuk disajikan dalam seminar atau lokakarya. c) Skripsi, yaitu karya tulis ilmiah yang mengemukakan pendapat penulis berdasarkan pendapat orang lain. Pendapat yang diajukan harus didukung oleh data dan fakta empiris-objektif, baik berdasarkan penelitian langsung (observasi lapangan atau percobaan di laboratorium) to user maupun penelitian tidakcommit langsung (studi kepustakaan) dan ditulis sesuai
perpustakaan.uns.ac.id
21 digilib.uns.ac.id
metodologi yang benar sebagai persyaratan mendapatkan gelar sarjana (S-1). d) Tesis, adalah karya tulis yang sifatnya lebih mendalam dibandingkan skripsi. Tesis mengungkapkan pengetahuan baru yang diperoleh dari penelitian sendiri. Karya tulis ini memperbincangkan pengujian terhadap satu atau lebih hipotesis dan ditulis oleh mahasiswa program pasca sarjana untuk mendapatkan gelar magister (S-2). e) Disertasi, yaitu karya tulis ilmiah yang mengemukakan suatu dalil yang dapat dibuktikan oleh penulis berdasarkan data dan fakta yang sahih (valid) dengan analisis yang terinci sebagai syarat untuk menyandang gelar doktor (S-3). d. Karya Ilmiah dari Kajian Buku atau Studi Kepustakaan Penulisan karya ilmiah tentu membutuhkan sumber-sumber informasi yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas. Ada beberapa sumber informasi yang dapat dimanfaatkan dalam penulisan karya ilmiah sebagaimana dikemukakan Haryanto, dkk. (2000:12) sebagai berikut. 1) Pengalaman atau pengamatan pribadi. 2) Pengalaman orang lain, yang dapat berupa publikasi dalam bentuk media cetak seperti buku, artikel dalam majalah, brosur, dan lain-lain. 3) Publikasi bukan berupa media cetak, antara lain berupa kuliah, ceramah, seminar, dan sebagainya. 4) Suatu bentuk lain pengungkapan pengalaman seseorang, misalnya wawancara atau diskusi yang tidak dipublikasikan. Jenis ini sering disebut sebagai komunikasi pribadi (personal communication) Sebagaimana dikemukakan di atas, salah satu sumber informasi penulisan karya ilmiah adalah pengalaman orang lain dalam bentuk media cetak yang berupa buku-buku atau dapat disebut dengan istilah pustaka. Lebih lanjut, penulisan karya ilmiah yang mengutamakan kepustakaan sebagai sumber informasinya dapat digolongkan dalam studi kepustakaan, yaitu penelaahan
gagasan
berbagai ahli mengenai suatu masalah untuk commitkesimpulan to user diperbandingkan kemudian ditarik menurut pandangan penulis.
perpustakaan.uns.ac.id
22 digilib.uns.ac.id
Dalam pembelajaran di sekolah, studi kepustakaan ini sering disebut dengan istilah karya ilmiah berdasarkan kajian buku. Dalam penulisan karya ilmiah berupa studi pustaka, penelusuran pustaka merupakan langkah awal yang sangat penting karena dapat menghindarkan penulis dari duplikasi tulisan atau kegiatan. Tindakan ini juga memungkinkan penulis mengetahui cara atau metode yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya sebagai bahan perbandingan. Dari penggalian gagasan ini tidaklah mustahil gagasan atau ide baru bisa timbul demi kesempurnaan penelitian atau penulisan selanjutnya. Penulisan karya ilmiah berupa studi pustaka dapat mengalami hambatan bahkan kegagalan apabila kepustakaan yang mutlak diperlukan tidak diperoleh secara memadai. Hal ini dapat dikaitkan dengan pernyataan Edison (dalam Haryanto, dkk. (2000) sebagai berikut. Apabila seorang ilmuwan ingin mendapatkan suatu penemuan baru, maka ia memulai kegiatannya dengan membaca semua informasi yang pernah dikemukakan orang lain tentang bidang terkait yang akan ditelitinya. Oleh karena itu, keberadaan perpustakaan yang memadai sebagai sarana penyimpanan informasi yang begitu beragam dan sangat banyak jumlahnya sangat diperlukan (hlm. 18). Lebih lanjut Haryanto, dkk. (2000:19) menyebut perpustakaan sebagai unit kerja yang melaksanakan penyiapan, penyediaan, dan pelayanan informasi kepada masyarakat untuk kepentingan pendidikan, penerangan, perencanaan, pengambilan keputusan, tempat rekreasi, dan kebudayaan. Koleksi sumber informasi penulisan karya ilmiah yang tersedia di perpustakaan dapat berupa media cetak, misalnya buku teks, majalah. koran, dan sebagainya. Selain itu, ada pula yang berbentuk media dengar-pandang, misalnya tayangan film, foto, pita rekaman, film bingkai, video, dan lain sejenisnya. e. Sistematika Penulisan Karya Ilmiah dari Kajian Buku Penyusunan karya ilmiah pada umumnya memiliki bentuk penulisan yang serupa. Namun, mengingat ada beberapa jenis karya ilmiah, dikenal pula cara penyusunan atau sistematika yangtoberbeda commit user untuk setiap jenis karya ilmiah.
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Adapun sistematika penulisan karya ilmiah berupa kajian buku atau studi pustaka adalah seperti layaknya karya ilmiah jenis lain yang terdiri atas bagian pembuka, bagian tubuh atau isi, dan bagian penutup. Haryanto, dkk. (2000:7879) menjelaskan sistematika tersebut sebagai berikut. Bagian pembuka, berisi pendahuluan yang menjelaskan latar belakang masalah yang dilanjutkan dengan perumusan masalah, tinjauan singkat dan tujuan/manfaat yang ingin dicapai atau diharapkan. Bagian tubuh berisi uraian masalah dan pembahasan/diskusi. Uraian masalah berisi berbagai teori mengenai masalah yang dibahas. Dalam pembahasan, penulis membandingkan teori-teori yang digunakan dan pendapat penulis sendiri. Bagian penutup, dapat berupa kesimpulan yang berisi jalan keluar penyelesaian masalah yang telah dibahas. Kesimpulan ini umumnya berupa pernyataan yang singkat dan jelas maupun ringkasan yang merupakan uraian penting dari karya ilmiah tersebut. Dalam hal ini, ringkasan tidak merupakan pengulangan pendahuluan dan tidak mengemukakan sesuatu hal yang baru. Selain kesimpulan, bagian penutup dapat pula dilengkapi dengan saran. Hal lain yang tidak boleh dilupakan adalah pencantuman sumber buku yang digunakan dalam bentuk daftar pustaka. Berkaitan dengan pembelajaran menulis karya ilmiah berupa studi pustaka di kelas XI Bahasa, sistematika penulisan karya ilmiah yang diterapkan adalah sistematika yang paling sederhana, yaitu dalam bentuk makalah singkat. Adapun unsur makalah sebagaimana dikemukakan Jauhari (2009:149) terdiri atas halaman sampul, pendahuluan, pembahasan, penutup, dan daftar pustaka. Secara ringkas, sistematika penulisan karya ilmiah studi pustaka dalam format makalah dapat dituliskan sebagai berikut: JUDUL A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah 2. Rumusan Masalah 3. Tujuan Penelitian
commit to user
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. ISI C. PENUTUP 1. Kesimpulan 2. Saran DAFTAR PUSTAKA
3. Bahasa dalam Penulisan Karya Ilmiah a. Karakteristik Bahasa Tulis Sumarwati, Suyatmin, dan Mulyani (2008) menyatakan: Pemakaian bahasa dalam tulis-menulis merupakan pemakaian yang menuntut kegiatan encoding, kegiatan untuk menghasilkan atau menyampaikan bahasa kepada pihak lain, yakni pembaca. Bahasa yang dihasilkan kegiatan tersebut bersifat integral, merupakan kesatuan yang padu dari berbagai unsur kebahasaan yang ada, yang biasa dikategorikan dengan unsur-unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa (unsur linguistik dan ekstralinguistik) (hlm.10). Pernyataan di atas memuat pengertian bahwa dalam suatu tulisan, baik unsur bahasa maupun unsur isi haruslah terjalin sedemikian rupa sehingga menghasilkan tulisan yang runtut dan padu. Oleh karena itu, tidak mudah bagi seseorang untuk menghasilkan tulisan yang baik. Apabila dibandingkan dengan ketiga keterampilan berbahasa yang lain, keterampilan menulis merupakan keterampilan yang paling kompleks dan paling akhir dikuasai pelajar bahasa. Alwasilah
(dalam
Murtono,
2010:3)
mengemukakan
ketidakmudahan
mengungkapkan pikiran dalam bentuk tulisan, khususnya bagi bangsa Indonesia terbukti dari rendahnya produktivitas ilmuwan Indonesia dalam menerbitkan buku jika dibandingkan dengan negara-negara maju maupun negara tetangga yang lebih muda dan jumlah penduduknya lebih sedikit, misalnya Malaysia. Teeuw (1989:26-30) mengemukakan tujuh ciri bahasa tulis, yakni: (1) dalam bahasa tulis antara penulis dan pembaca kehilangan sarana komunikasi suprasegmental; (2) dalam bahasa tulis tidak ada hubungan fisik antara penulis dan pembaca; (3) dalam teks-teks tertulis, penulis tidak hadir dalam situasi commit to user komunikasi; (4) teks-teks tertulis dapat lepas dari kerangka referensi aslinya;
perpustakaan.uns.ac.id
25 digilib.uns.ac.id
(5) bagi pembaca, tulisan dapat dibaca ulang; (6) teks-teks tertulis dapat diproduksi dalam berbagai bentuk dan jangkauan komunikasi yang lebih luas; dan (7) komunikasi menembus jarak ruang, waktu, dan kebudayaan. Berdasarkan ketujuh ciri bahasa tulis yang dikemukakan Teeuw tersebut, dapat disimpulkan bahwa ketiadaan sarana suprasegmental dan paralingual menyebabkan penulis harus mampu mengungkapkan sesuatu dengan jelas dan berhati-hati dalam menyusun kalimat. Selain itu, komunikasi tulis yang terjadi secara tidak langsung memungkinkan bahasa yang digunakan dapat lebih tertata karena jika ditemukan kesalahan bahasa atau ejaan, tulisan dapat diedit terlebih dahulu, demikian pula dengan kalimat yang strukturnya kurang baik dapat diperbaiki sehingga tidak menghambat komunikasi. Jadi, kelancaran komunikasi dalam suatu tulisan sangat tergantung pada bahasa yang dilambangvisualkan. Tulisan adalah suatu bentuk sistem komunikasi lambang visual. Agar komunikasi melalui lambang tulis dapat seperti yang diharapkan, penulis hendaklah menuangkan gagasannya ke dalam bahasa yang tepat, teratur, dan lengkap. Sehubungan dengan hal tersebut, Tompkins dan Hoskisson (dalam Pudjobroto dan Purwanto, 2007:7) menyatakan “Bahasa yang teratur merupakan manifestasi pikiran yang teratur pula”. Berkaitan dengan pernyataan di atas, maka segi “kelancaran” komunikasi dan segi kebahasaan harus diperhatikan dengan seimbang. Penilaian terhadap hasil tulisan para siswa hendaknya diarahkan pada unsurunsur tulisan yang oleh Heaton dan Brown (dalam Sumarwati, dkk., 2008:11) meliputi content (isi atau gagasan yang disampaikan), form atau organization (organisasi isi), grammar atau syntax (tata bahasa dan pola kalimat), vocabulary (pilihan kata dan kosa kata), dan mechanics (pemakaian ejaan dan penulisan kata-kata). Hal yang sama juga disampaikan Nurgiyantoro (2010:441-442) yang mengarahkan penilaian menulis pada 5 aspek, yakni isi, organisasi, kosakata, pengembangan bahasa, dan mekanik. Sebagaimana dinyatakan sebelumnya, kegiatan menulis merupakan commit to user kegiatan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
langsung atau tidak secara tatap muka dan ditujukan kepada orang lain. Oleh karena itu, seorang penulis hendaknya menyadari bahwa apa yang ditulisnya berbeda dengan apa yang diujarkanya. Tulisan memiliki sifat dapat dibaca oleh orang lain, dikaji, dan dinilai tanpa bantuan alat-alat yang rumit, misalnya alat perekam seperti halnya bahasa ujaran. Ciri lain dari bahasa tulis adalah tidak terdapat perangkat seperti dalam bahasa ujaran, misalnya intonasi, jeda, mimik wajah, serta gerak tubuh yang dapat
memperjelas
komunikasi.
Ketiadaan
perangkat
tersebut
dapat
menyebabkan bahasa tulis lebih sulit dipahami pembacanya apabila di dalamnya terdapat banyak kesalahan atau kekeliruan bahasa. Bahkan Hendrickson (dalam Sumarwati, dkk., 2008:3) menyatakan bahwa menulis dengan banyak kesalahan bahasa merupakan kegiatan yang sia-sia karena tulisannya tidak akan dibaca orang. Sebaliknya, karangan dengan kesalahan bahasa yang minimal memungkinkan pembaca dapat memahami isinya secara optimal. Dengan demikian, sudah selayaknya penulis berhati-hati dalam menyusun
kalimat-kalimatnya
dan
menggunakan
tanda
baca
agar
menghindarkan pembaca dari salah penafsiran maupun kesulitan dalam memahami isi bacaan. Dengan kata lain, penguasaan kaidah kebahasaan yang baik sangat perlu dimiliki oleh seorang penulis. b. Ciri Bahasa dalam Penulisan Karya Ilmiah Penulisan karya ilmiah menggunakan ragam bahasa tulis yang baku, ejaan yang baku, kata-kata dan istilah yang baku, singkatan yang baku, dan struktur kalimat yang baku pula, yang dirangkai dalam paragraf secara sistematis dan masuk akal. Selain mengikuti kaidah-kaidah umum bahasa Indonesia, bahasa yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah mempunyai ciri-ciri seperti yang dikemukakan Haryanto, dkk., (2000:31-32) sebagai berikut. 1)
Bahasa dalam karya tulis ilmiah bersifat formal dan objektif. Oleh karena itu tingkat bahasa yang digunakan juga tingkat bahasa formal, bukan harian. Gagasan yang disampaikan didasarkan atas fakta dan tidak berpihak pada siapa pun. commit to user
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2)
Bahasa dalam karya tulis ilmiah termasuk ragam bahasa baku. Oleh karena itu, bahasa yang digunakan mengikuti kaidah-kaidah bahasa Indonesia baku dan sedapat mungkin menghindari kata-kata asing atau daerah yang tidak lazim digunakan atau yang sudah ada padanannya dalam bahasa Indonesia.
3)
Bahasa dalam karya tulis ilmiah bukan suatu dialek. Oleh karena itu, dalam karya tulis ilmiah perlu dihindari ungkapan-ungkapan yang berbau dialek.
4)
Bahasa dalam karya tulis ilmiah lebih berkomunikasi dengan pikiran daripada dengan perasaan. Oleh karena itu, bahasa yang digunakan bersifat tenang, sederhana, tidak emosional, tidak ekstrem, tidak berlebihan..
5)
Komunikasi gagasan dalam karya ilmiah harus secara lengkap, jelas, ringkas, meyakinkan, dan tepat. Bahasa dalam karya tulis ilmiah harus cermat, singkat, dan jelas.
6)
Dalam karya tulis ilmiah perlu dihindari bahasa yang usang, kolot, dan basi.
7)
Dalam karya tulis ilmiah perlu dihindari kata-kata yang mubazir (redundant).
8)
Dalam karya tulis ilmiah lazim digunakan ragam pasif, peristiwa lebih diutamakan daripada pelaku perbuatan.
9)
Kalimat-kalimat dalam karya tulis ilmiah panjangnya sedang.
10) Karya tulis ilmiah lazim menggunakan gambar, diagram, tabel, dan análisis ilmu pasti. 11) Tanda baca, lambang ilmiah, singkatan, rujukan, jenis huruf (besar, kecil, tegak, miring, tebal, tipis) dalam karya tulis sangat diperhatikan.
4. Kesalahan Berbahasa Kesalahan berbahasa merupakan hal yang wajar terjadi pada pembelajar bahasa, termasuk para siswa di sekolah. Corder (dalam Suwarna, 1995) menyatakan bahwa kesalahan justru merupakan bukti bahwa dalam diri user kaitannya dengan pembelajaran pembelajar sedang terjadi proses commit belajar.toDalam
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menulis, kesalahan bahasa yang dilakukan siswa merupakan bukti bahwa siswa tersebut sedang melalui proses belajar bahasa, yaitu belajar bahasa tulis. Berkaitan
dengan
kesalahan
bahasa,
Setyawati
(2010:13-14)
mengemukakan empat kata dalam bahasa Indonesia yang artinya bernuansa dengan kesalahan yaitu: penyimpangan, pelanggaran, dan kekhilafan. Keempat kata itu dapat dideskripsikan artinya sebagai berikut: a. Kata ‘salah’ diantonimkan dengan ‘betul’, artinya apa yang dilakukan tidak betul, tidak menurut norma, atau tidak menurut aturan yang ditentukan. Hal tersebut mungkin disebabkan oleh pemakai bahasa yang belum tahu, atau tidak tahu terdapat norma, kemungkinan yang lain adalah khilaf. Jika kesalahan ini dihubungkan dengan penggunaan kata, pemakai bahasa tidak mengetahui kata apa yang tepat untuk dipakai. b. Penyimpangan, dapat diartikan menyimpang dari norma yang telah ditetapkan. Pemakai bahasa menyimpang karena tidak mau, enggan, au tmalas mengikuti norma yang ada. Sebenarnya pemakai bahasa tersebut mengetahui norma yang benar, tetapi ia memakai norma lain yang dianggap lebih sesuai dengan konsepnya. c. Pelanggaran terkesan negatif karena pemakai dengan penuh kesadaran tidak mau menurut norma yang telah ditentukan sekalipun ia menyadari bahwa apa yang dilakukannya berakibat tidak baik. d. Kekhilafan merupakan proses psikologis yang dalam hal ini menandai seseorang khilaf menerapkan teori atau norma bahasa yang ada pada dirinya, khilaf dapat mengakibatkan sikap keliru memakai. Kekhilafan dapat diartikan kekeliruan. Kemungkinan salah ucap, salah susun karena kurang cermat. Adapun Norish (1983:6-8) memandang perlunya membedakan tiga tipe penyimpangan berbahasa yang berbeda. Tiga hal itu meliputi error, mistake, dan lapse. Error, kesalahan, merupakan penyimpangan berbahasa secara sistematis dan terus-menerus sebagai akibat belum dikuasainya kaidah-kaidah atau normanorma bahasa target. Mistake, kekeliruan, terjadi ketika seorang pembelajar tidak secara konsisten melakukan penyimpanagn dalam berbahasa. Kadang-kadang to user yang benar tetapi kadang-kadang pembelajar dapat mempergunakancommit kaidah/norma
perpustakaan.uns.ac.id
29 digilib.uns.ac.id
mereka membuat kekeliruan dengan mempergunakan kaidah/norma dan bentukbentuk yang keliru. Lapse, selip lidah, diartikan sebagai bentuk penyimpangan yang diakibatkan karena pembelajar kurang konsentrasi, rendahnya daya ingat atau sebab-sebab lain yang dapat terjadi kapan saja dan pada siapa pun. Senada dengan apa yang diutarakan Norish, Subyakto dan Nababan (1993:131) menyatakan bahwa pengertian kesalahan berbeda dengan kekeliruan. Kesalahan (error) merupakan tindak bahasa yang menyimpang dari kaidah berbahasa, sedangkan kekeliruan (mistake) merupakan penyimpangan tindak bahasa yang tidak disengaja sehingga dengan mudah dapat diperbaiki sendiri. Djago Tarigan dan Lilis Siti Sulistyaningsih (dalam Purwanto, 2008:15) menambahkan bahwa kekeliruan berbahasa berhubungan dengan masalah performance, sedangkan kesalahan lebih disebabkan oleh faktor competence. Kekeliruan merupakan penyimpangan pemakaian bahasa yang bersifat insidental dan tidak sistematis. Hal ini bisa disebabkan oleh adanya faktor kelelahan, emosi, dan lain sebagainya, sedangkan kesalahan bersifat menetap dan sistematis. Dalam hal ini, kesalahan-kesalahan yang dilakukan dapat menunjukkan tingkat kemampuan berbahasa seseorang. Lebih lanjut Setyawati (2010:15-16) menyatakan bahwa pangkal penyebab kesalahan bahasa ada pada orang yang menggunakan bahasa yang bersangkutan, bukan pada bahasa yang digunakannya. Ada tiga kemungkinan penyebab seseorang dapat salah dalam berbahasa, antara lain: (1) terpengaruh bahasa yang lebih dahulu dikuasainya atau interferensi bahasa ibu, (2) kekurangpahaman pemakai bahasa terhadap bahasa yang dipakainya sehingga salah atau keliru dalam menerapkan kaidah bahasa, (3) Pengajaran bahasa yang berkaitan dengan bahan ajar dan cara mengajar yang kurang tepat atau kurang sempurna. Meskipun demikian, kesalahan berbahasa yang dilakukan seseorang tidak dapat dijadikan petunjuk bahwa yang bersangkutan memiliki sikap bahasa yang negatif. Sikap bahasa yang negatif terbentuk jika orang tahu atau sudah diberi tahu bahwa ia telah melakukan kesalahan, tetapi enggan berusaha memperbaiki kesalahan tersebut. Orang yang kurang terampil berbahasa dapat menunjukkan commit to user sikap positif jika ia belajar dari kesalahan, memperhatikan saran, petunjuk, atau
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pendapat orang yang ahli, serta mengupayakan perbaikan pemakaian bahasanya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kesalahan bahasa dapat dijadikan sarana untuk memperbaiki pemakaian bahasa seseorang.
5. Koreksi Kesalahan Berbahasa Kesalahan berbahasa yang terjadi atau dilakukan oleh siswa dalam suatu proses belajar-mengajar mengindikasikan belum tercapainya tujuan pembelajaran bahasa secara maksimal. Dalam pembelajaran menulis, semakin tinggi kuantitas kesalahan bahasa dalam tulisan siswa berarti semakin sedikit pula tujuan pengajaran bahasa yang tercapai. Kesalahan berbahasa yang dilakukan oleh siswa harus dikurangi sampai ke batas minimal, bahkan diusahakan dihilangkan sama sekali. Hal ini dapat dicapai jika guru mau mengkaji secara mendalam seluk-beluk kesalahan berbahasa yang dilakukan siswanya dan melakukan koreksi dengan teknik yang tepat dan efektif, yakni teknik koreksi yang sekaligus dapat menjadi sarana pembelajaran bahasa bagi siswa. Berkaitan dengan keefektifan koreksi sebagai sarana pembelajaran bahasa, Wood (dalam Pudjobroto dan Purwanto, 2007:8) menyatakan kesalahan adalah bagian dari proses belajar dan koreksi kesalahan adalah hal yang akan membawa pembelajar ke arah kemajuan. Pendapat ini didukung oleh kesimpulan Sarigul (2005) dan Choudron (1988) bahwa hasil koreksi bahasa yang dilakukan para pelajar merupakan refleksi dari hasil belajarnya. Dikatakan demikian karena pada dasarnya pembelajar bahasa ingin tahu pada hal apa ia masih kurang dan hal mana ia telah mengalami kemajuan (dalam Pudjobroto dan Purwanto, 2007:8). Djago Tarigan dan Lilis Siti Sulistyaningsih (dalam Purwanto, 2008:15) menjelaskan bahwa koreksi kesalahan berbahasa menunjuk pada kegiatan menemukan sumber-sumber (letak) kesalahan, mengenali penyebab, dan memperbaikinya. Sumarwati, dkk., (2008:12) menambahkan bahwa ketiga komponen tersebut merupakan suatu kesatuan, dalam pengertian penguasaan pada salah satu komponen akan berpengaruh terhadap penguasaan komponen lainnya. Seorang pembelajar akan kesulitan menemukan penyebab kesalahan jika ia tidak to userjuga akan mengalami hambatan mengetahui letak kesalahannya.commit Pembelajar
perpustakaan.uns.ac.id
31 digilib.uns.ac.id
dalam melakukan pembetulan jika ia tidak memahami penyebab terjadinya suatu kesalahan. Apabila ia dapat melakukannya, kegiatan tersebut lebih bersifat spekulatif sehingga pembetulan itu belum tentu benar. Dengan melakukan koreksi terhadap bahasanya sendiri, pembelajar akan mampu mereaksi atau memberikan sikap baik secara internal maupun secara eksternal. Ketika menyadari telah membuat kesalahan, pembelajar akan menjadi kritis terhadap kesalahan dan mencoba menghindari kesalahan yang sama pada kegiatan menulis selanjutnya. Secara eksternal, pembelajar akan menerima kritik dari orang lain, baik pengajar atau teman, tentang kesalahan yang dibuatnya. Dengan mengkritik orang lain (teman) yang berbuat salah, penilaiannya tersebut sekaligus menjadi refleksi diri bagi pembelajar karena kesalahan itu kemungkinan dilakukan juga olehnya. Adapun dengan melakukan koreksi terhadap bahasa orang lain (teman), pembelajar akan mendapatkan masukan mengenai modelmodel kesalahan yang mungkin belum pernah dilakukannya (Brown dalam Sumarwati, dkk., 2008:58). Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan koreksi memiliki begitu banyak manfaat dalam proses pembelajaran bahasa. Banyak pakar bahasa mengemukakan berbagai manfaat yang dapat diperoleh guru dari adanya kegiatan koreksi kesalahan terhadap pemakaian bahasa siswa, salah satunya Nurgiyantoro (dalam Purwanto, 2008:17). Menurutnya, kegiatan koreksi dapat digunakan guru untuk: (1) menentukan urutan sajian, (2) menentukan penekanan dalam penjelasan dan pemberian latihan, (3) memperbaiki pengajaran secara remedial, dan (4) memilih butir-butir yang tepat guna mengevaluasi penguasaan bahasa tulis siswa. Adapun bagi siswa, penemuan dan penunjukan kesalahan dalam bahasa tulis yang dilakukannya dapat menjadi pelajaran baginya. Sebagai tindak lanjut, siswa akan lebih kritis dan korektif dalam menggunakan bahasa. Corder (dalam Purwanto, 2008:17) juga menyampaikan keuntungan lain yang dapat diperoleh guru, peneliti, dan pengoreksi dari kegiatan koreksi, yaitu: (a) bagi guru, koreksi kesalahan akan memberikan petunjuk tentang kemajuan commit to dikuasainya, user belajar yang dicapai siswa, apa yang telah dan apa yang belum dan
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
masih harus dipelajarinya lagi;
(b) bagi peneliti, akan diperoleh banyak
penjelasan tentang berlangsungnya proses pemerolehan bahasa dan strategi atau prosedur apa yang digunakan siswa untuk menguasai bahasa yang dipelajari; dan (c) bagi pengoreksi, ia dapat memanfaatkan kesalahan itu sebagai sesuatu yang harus dipelajari. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kehadiran koreksi kesalahan bahasa dalam sebuah proses belajar bahasa, khususnya menulis, sangatlah penting. Dalam proses belajar bahasa, guru hendaknya mampu membantu siswa untuk menemukan
sumber-sumber
(letak)
kesalahan
bahasanya,
mengenali
penyebabnya, dan memperbaiki kesalahan bahasa tersebut.
6.Teknik Koreksi Kesalahan Bahasa dalam Pembelajaran Menulis Walz (1982:27-32) mengklasifikasikan berbagai teknik (prosedur) koreksi pemakaian bahasa tulis ke dalam 3 kategori utama, yaitu teacher correction (koreksi guru),
peer-correction (koreksi bersama teman), dan self-correction
(koreksi-diri). Adapun penjelasan masing-masing teknik koreksi dapat dibaca di bawah ini. a. Teknik Teacher Correction (Koreksi Guru) Teknik Teacher Correction, yaitu aktivitas koreksi yang dilakukan oleh guru atau pengajar terhadap tulisan peserta didik dengan cara guru mencoret atau memberi tanda langsung pada letak-letak atau bagian-bagian yang salah serta menuliskan pembetulannya. Ini sesuai dengan pengertian yang diberikan Hendrickson (dalam Pudjobroto dan Purwanto, 2007:9) mengenai teacher correction yaitu guru mengoreksi secara langsung, yakni dengan menunjukkan bagian-bagian yang salah sekaligus memperbaikinya. Caranya, bagian yang salah diberi garis bawah (biasanya dengan tinta merah) kemudian diikuti dengan pembetulannya. Kemudian tulisan yang telah dikoreksi tersebut dikembalikan kepada peserta didik untuk dipelajari atau dijadikan masukan bagi perbaikan dalam berbahasanya. Teknik koreksi langsung memiliki kelebihan yaitu hasil koreksi lebih commit to user tepat karena koreksi dilakukan langsung oleh guru. Akan tetapi, teknik ini
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
memiliki banyak kelemahan. Melalui teknik tersebut, guru berupaya memperbaiki semua kesalahan siswanya dalam menulis, misalnya cara penulisan, gramatika, dan sebagainya agar tulisan tersebut benar dan sesuai kaidah. Pada saat dikembalikan kepada siswa, lembaran karangan tersebut sudah penuh dengan coretan merah dari guru. Mengenai fenomena ini, Sudjianto (2010) berpendapat bahwa hal tersebut merupakan suatu kesalahan jika ternyata siswa tidak belajar dari hasil koreksi gurunya dan justru kecewa pada dirinya sendiri karena merasa bahwa karangan yang sudah dibuatnya sangat jelek. Hal tersebut dapat berakibat pada menurunnya motivasi siswa pada tugas menulis selanjutnya. Berkaitan dengan teknik koreksi langsung, Sutedi (2008) juga mengemukakan kelemahan lain dari teknik koreksi langsung, yaitu koreksi ini hanya menjangkau siswa pada tingkat individu sehingga hanya siswa yang bersangkutan yang mengetahui dan menyadari kesalahannya, sedangkan siswa yang
lainnya tidak
mendapatkan
infomasi
tersebut.
Akibatnya,
ada
kemungkinan kesalahan yang sama akan diulang oleh siswa yang lain. Hendrickson (dalam Sumarwati, dkk., 2008:14) menambahkan bahwa teknik koreksi langsung hanya tepat dilakukan untuk tujuan pemberian nilai menulis dengan maksud agar siswa mengetahui alasan tinggi rendahnya nilai yang diberikan guru. Dengan kata lain, pemberian nilai terhadap tulisan salah satu aspek penentunya adalah dari jumlah kesalahan bahasa yang terdapat di dalamnya. Sebuah tulisan dengan muatan isi dan organisasi isinya yang baik, tetapi jumlah kesalahan bahasanya besar, akan mendapat nilai kurang baik. Sebaliknya, tulisan dengan isi dan organisasinya baik serta jumlah kesalahan bahasa kecil, akan mendapat nilai baik. Jadi, dapat disimpulkan bahwa penerapan teknik koreksi langsung hanya tepat untuk memberikan pengertian pada siswa mengenai alasan pemberian nilai tugas menulisnya tetapi kurang tepat apabila ditujukan untuk membelajarkan siswa tentang kaidah bahasa tulis melalui kesalahan-kesalahan bahasa yang diperbuatnya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
34 digilib.uns.ac.id
b. Teknik Peer-Correction (Koreksi bersama Teman) Teknik peer-correction, yaitu kegiatan koreksi tulisan yang dilakukan peserta didik dalam bentuk kelompok, baik kelompok besar (lebih dari 5 orang) maupun kelompok kecil (bisa terdiri dari 2 orang). Purwanto (2008:19) menyatakan teknik ini menunjuk pada kegiatan atau aktivitas siswa dalam membaca tulisan temannya kemudian membuat respon (berupa koreksi) dalam posisinya sebagai pembaca. Adapun istilah lain yang biasa digunakan untuk menyebut teknik ini adalah teknik koreksi teman sebaya. Walz (1982:27-32) menjelaskan berbagai bentuk pelaksanaan teknik peer-correction sebagai berikut : 1) menggunakan media proyeksi Prosesnya dapat dilakukan dengan cara menayangkan sebuah tulisan siswa (misalnya melalui OHP) yang kemudian siswa lain dalam satu kelompok di bawah bimbingan guru menemukan letak-letak kesalahan, menemukan penyebab terjadinya kesalahan, dan membetulkan kesalahan tersebut. Dalam hal ini, guru hendaknya menyeleksi tulisan yang hendak dibahas dalam pembelajaran. 2) membahas secara berkelompok Penerapannya dapat dilakukan dengan cara membahas sebuah tulisan secara bersama-sama oleh sekelompok kecil siswa (bisa dua orang) yang kemudian melakukan kegiatan koreksi terhadap tulisan tersebut berdasarkan tipe-tipe kesalahan yang telah ditentukan sebelumnya. 3) tukar-menukar tulisan teman sebaya Prosesnya berupa tukar-menukar tulisan misalnya dengan teman sebangku untuk dikoreksi. Jadi, antara siswa yang satu dengan yang lain saling mengoreksi hasil tulisan yang telah dibuat oleh temannya. Proses ini tetap harus berada dalam bimbingan guru. Guru harus memberi pengertian dan penegasan kepada siswa bahwa mereka harus benar-benar dan sungguhsungguh dalam mengoreksi dan koreksi yang dilakukan berdasarkan tipetipe kesalahan yang telah ditentukan sebelumnya. Adapun dalam penelitian commit to user ini, model tindakan peer-correction ketiga inilah yang akan diterapkan
perpustakaan.uns.ac.id
35 digilib.uns.ac.id
sebagai upaya meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis karya ilmiah dari kajian buku pada siswa kelas XI Bahasa SMA N 2 Sukoharjo. 4) menulis secara berkelompok Bentuk ini bisa diterapkan pada kelas dengan jumlah siswa yang banyak yang kemudian dibagi-bagi menjadi beberapa kelompok untuk membuat sebuah tulisan. Kemudian, tulisan tersebut dikoreksi secara bersama-sama pula sehingga akan dihasilkan tulisan final yang akan dikumpulkan kepada guru. Dengan demikian, hasil tulisan tersebut merupakan hasil dari kerjasama kelompok dan hendaknya penilaian yang dilakukan juga berdasarkan aspek kerjasama dan kekompakan anggota kelompok. Disamping mengemukakan bentuk-bentuk pelaksanaan peer-correction, Walz (1982:17) juga menyebutkan beberapa manfaat yang bisa didapat dari penerapan peer-correction antara lain : (a) akan dapat memperkuat motivasi siswa dalam proses pembelajaran bahasa, (b) akan mampu melibatkan siswa secara lebih aktif dalam proses belajar mengajar, (c) koreksi yang diberikan akan lebih mudah dipahami oleh siswa-siswa lainnya, dan (d) dengan diterapkannya teknik koreksi teman sebaya maka siswa akan lebih banyak berperan untuk lebih aktif dalam pembelajaran. Berkaitan dengan manfaat peer-correction yang dikemukakan Walz di atas, beberapa pakar bahasa lain juga mengemukakan berbagai kelebihan dari penerapan teknik peer-correction. Barnas (dalam Purwanto, 2008:20-21) mengungkapkan kelebihan teknik peer-correction sebagai berikut : (a) teknik ini berpusat kepada kegiatan siswa sebagai peserta didik ; (b) dapat memotivasi siswa untuk aktif berpikir ; (c) siswa terlibat langsung dalam menilai hasil karangan ; (d) dapat menghilangkan rasa kaku selama proses pembelajaran karena siswa bertukar pikiran dengan temannya sendiri ; (e) memberikan pengalaman langsung kepada siswa dalam memperbaiki karangan ; (f) menghilangkan kejemuan saat proses pembelajaran di kelas, (g) guru lebih commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
36 digilib.uns.ac.id
mudah memantau perkembangan kemampuan menulis siswa karena setiap kegiatan tahapan menulis terlihat nyata. Secara lebih jelas Bambang Kaswanti Purwo (dalam Purwanto, 2008:20) mengungkapkan bahwa dengan adanya kegiatan siswa mencari dan menemukan kesalahan dalam suatu kelompok kelas, siswa akan berpeluang mengambil bagian secara aktif untuk mencoba, mencari, dan membetulkan kesalahan temannya sehingga memungkinkan siswa yang lebih mampu akan mengambil porsi yang lebih besar. Pada kegiatan ini siswa yang lemah akan belajar banyak pada siswa yang lebih mampu. Disampaikan pula bahwa apa yang disampaikan oleh teman sebayanya lebih mudah dipahami daripada apa yang disampaikan oleh guru. Pendapat ini senada dengan apa yang disampaikan oleh Stevick (dalam Purwanto, 2008:20) yang mengungkapkan bahwa pemberian koreksi atau umpan balik yang dilakukan oleh teman sebaya merupakan cara koreksi kesalahan yang lebih informatif karena diberikan oleh orang yang memiliki kemampuan yang sebanding. Lebih lanjut Li (dalam Purwanto, 2008:20) menyampaikan bahwa dalam proses pembelajaran menulis, pada umumnya siswa senang berbagi tulisan dan komentar dengan teman satu kelompok yang dipercayainya. Oleh karena itu, dengan adanya penerapan teknik peer-correction diharapkan akan mampu menumbuhkan sikap kritis siswa sehingga mereka akan lebih berhati-hati dalam menulis dengan menghindari kesalahan-kesalahan bahasa seperti yang dilakukan oleh temannya. c. Teknik Self-correction (Koreksi Diri) Teknik self-correction, yaitu kegiatan koreksi tulisan yang dilakukan oleh pelajar bahasa yang membuat tulisan tersebut dengan bimbingan guru karena umumnya para pelajar semakin kesulitan menemukan kesalahan bahasanya sendiri. Untuk itu, guru dapat memberikan bantuan kepada siswa dalam menemukan letak-letak kesalahannya dengan memberi penanda tertentu pada tulisan siswa (Pudjobroto dan Purwanto, 2007:10). Berkaitan dengan masalah koreksi kesalahan bahasa, penerapan selfcommitpenerapan to user teknik peer-correction. Kedua correction ini hampir serupa dengan
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
teknik koreksi tersebut termasuk dalam
jenis koreksi tidak langsung.
Perbedaannya, jika dalam penerapan peer-correction siswa melakukan koreksi secara berpasangan, maka dalam self-correction siswa melakukan koreksi secara individu. Namun, kedua teknik tersebut juga harus tetap dilaksanakan di bawah bimbingan atau arahan dari guru. Hasil penelitian Pudjobroto & Purwanto (2007) serta Sumarwati,dkk. (2010) menunjukkan bahwa teknik selfcorrection dan peer-correction lebih efektif daripada teacher correction dalam pembelajaran menulis. Teknik self-correction memiliki beberapa kelebihan. Menurut Wood (dalam Pudjobroto dan Purwanto, 2007:12) penerapan self-correction dalam pembelajaran menulis memiliki nilai plus sebagai berikut: (1) dapat mengembangkan penguasaan dan ketepatan berbahasa para siswa, (2) memungkinkan siswa untuk tidak selalu bergantung pada guru dalam mengoreksi kesalahan bahasanya, dan (3) memungkinkan guru dapat membimbing siswa secara individual. Namun demikian, teknik self-correction juga memiliki kelemahan karena adakalanya saat siswa membaca tulisannya sendiri, ia tidak dapat menemukan
kekurangan
dan
kesalahan
yang
dilakukannya.
Bahkan
Hendrickson (dalam Pudjobroto dan Purwanto, 2007:11) menegaskan bahwa siswa tidak akan belajar secara pasti tanpa mengetahui kapan dan dalam hal apa dia berbuat salah. Masalah itu pun mempunyai dampak bagi guru karena lebih lanjut menurut Walz (dalam Pudjobroto dan Purwanto, 2007:11) jika siswa tak menyadari kesalahannya sendiri, guru akan mengalami kesulitan dalam membantu mengoreksinya. Selain itu, jika dibandingkan dengan teknik peercorrection, dalam pelaksanaan teknik self-correction siswa akan cenderung kurang termotivasi untuk membuat tulisan yang baik karena hasil tulisannya nantinya hanya akan dibaca dan dikoreksi oleh dirinya sendiri dan gurunya, bukan oleh teman-teman mereka ataupun orang lain. Berdasarkan pertimbangan atas kelebihan dan kekurangan ketiga jenis teknik koreksi yang telah diuraikan, maka dalam penelitian ini peneliti dan to userteknik peer-correction berbatuan kolaborator menetapkan untukcommit menerapkan
perpustakaan.uns.ac.id
38 digilib.uns.ac.id
feedback guru. Adapun penjelasan mengenai feedback atau umpan balik dalam peer-correction akan diuraikan di bawah ini.
7. Feedback dalam Penerapan Teknik Peer-Correction Feedback (umpan balik) merupakan hal penting yang pasti terjadi di dalam interaksi pembelajaran yang baik (Chaudron, 1988:133). Pendapat ini didukung oleh Rosset dan Arwady (dalam Anwar, 2006:156) yang menyatakan bahwa umpan balik merupakan salah satu solusi bagi pemecahan masalah kinerja (performance problem) yang dialami seseorang. Umpan balik merupakan bentuk intervensi positif yang dilakukan terhadap orang lain, misalnya dengan mengajar seseorang untuk melakukan sesuatu (teach someone to do something. Dalam hal pembelajaran menulis, masalah kinerja yang dimaksud dapat dikaitkan dengan masalah siswa dalam proses belajar menulisnya, sedangkan intervensi positif yang dilakukan guru terhadap siswa dapat berupa upaya guru membelajarkan siswa agar dapat mengoreksi hasil tulisan temannya. Heinich et al (dalam Anwar, 2006:156) mengemukakan bahwa umpan balik (feedback) adalah suatu bentuk kritis dari proses komunikasi, terutama dalam komunikasi instruksional dimana penerima pesan merespon pesan yang disampaikan. Ditambahkan pula oleh Johnson and Johnson (dalam Anwar, 2006:156) bahwa umpan balik itu bertujuan untuk memberi respon apakah pekerjaan yang telah dilakukan seseorang atau sekelompok orang sudah dilakukan dengan baik atau belum. Jika dikaitkan dengan pembelajaran menulis, maka umpan balik merupakan cara yang praktis dan efektif untuk membantu siswa dalam mencapai tujuan belajar menulisnya. Dalam hal ini, feedback atau umpan balik dari guru kepada siswanya diharapkan dapat mengatasi kelemahan para siswa dalam pembelajaran menulis, termasuk kelemahan dalam menerapkan kaidah bahasa Indonesia tulis. Berkaitan dengan keefektifan pemberian umpan balik, Kulhavy dan Stock (dalam Paneo, 2007:728) menyatakan umpan balik menjadi efektif apabila dilakukan verifikasi dan elaborasi. Dijelaskan lebih jauh olehnya bahwa verifikasi commit jawaban to user siswa sudah benar atau masih adalah pertimbangan sederhana apakah
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
salah, sedangkan elaborasi adalah komponen informasi yang disediakan untuk memandu siswa ke arah suatu jawaban yang benar. Oleh karena itu, umpan balik terhadap siswa diperlukan sebagai suatu koreksi internal (Gagne dalam Anwar, 2006:156) dan merupakan satu komponen yang sangat penting dalam pembelajaran (Dick and Carey dalam Anwar, 2006:156). Dalam hal pembelajaran bahasa, Sumarwati, dkk. (2010:13) menambahkan bahwa dari pandangan seorang pengajar bahasa, adanya umpan balik merupakan alat utama yang bisa memberitahukan kepada pembelajar mengenai ketepatan dalam menggunakan bahasa. Penggunaan umpan balik dalam rangka koreksi kesalahan berbahasa merupakan sumber pengembangan berbahasa yang sangat potensial. Feedback atau umpan balik dalam pembelajaran memiliki beberapa fungsi. Silverius
(1991:149)
menyebutkan
tiga
fungsi
utama
feedback
dalam
pembelajaran, yakni fungsi informasional, motivasional, dan komunikasional. Adapun Allwright (dalam Sumarwati, dkk., 2010:13) mengatakan bahwa feedback mempunyai 3 fungsi, yakni sebagai pemberi reinforcement ‘penguatan”, information ‘informasi’, dan motivation ‘motivasi’. Dijelaskan lebih lanjut olehnya bahwa feedback dapat memberikan pertimbangan pada pembelajar untuk mengulangi pemakaian pola-pola bahasa yang benar. Informasi yang ada pada feedback dapat digunakan oleh pembelajar untuk membenarkan atau tidak membenarkan dugaan-dugaan yang telah muncul dalam pikirannya terhadap suatu bentuk pemakaian bahasa. Adapun sebagai pemberi motivasi, feedback dapat mempengaruhi pembelajar untuk mencoba memperbaiki kesalahan bahasa yang terjadi. Ini disebabkan tidak adanya feedback akan menimbulkan kecemasan akan terjadinya kegagalan. Pada dasarnya, apapun yang dilakukan oleh pengajar, pembelajar mendapatkan masukan. Dalam kegiatan koreksi kesalahan berbahasa semua yang dilakukan guru dapat berfungsi sebagai feedback, seperti pengajar melakukan pengulangan pada ujaran yang salah (repetition), melakukan konfirmasi melakukan klarifikasi, memberikan contoh, memberi tanda cek atau tanda lainnya (clues), atau menerangkan (Walz, 1982:4). Akan tetapi, pemilihan bentuk commit to user feedback harus pula disesuaikan dengan tingkat penguasaan kaidah oleh
perpustakaan.uns.ac.id
40 digilib.uns.ac.id
pembelajar, kemajuan belajar yang telah dicapai, dan tujuan pembelajaran. Berdasarkan faktor-faktor tersebut, Day (dalam Chaudron, 1984:2) membedakan teknik pemberian feedback dalam kegiatan koreksi kesalahan menjadi 3, yaitu kegiatan koreksi tanpa feedback, koreksi dengan feedback secara langsung, dan koreksi dengan feedback secara tak langsung. Kegiatan koreksi tanpa feedback menunjuk kegiatan menemukan sumber kesalahan hingga pembetulannya tanpa mendapat petunjuk dari guru. Pembelajar semata-mata hanya mengandalkan penguasaannya mengenai kaidah-kaidah bahasa. Teknik ini dapat diterapkan pada kelas advance (mahir) atau untuk mengukur tingkat penguasaan berbahasa seorang pelajar, tetapi disarankan tidak digunakan untuk yang masih pada tahap belajar. Pembelajar akan mengalami kebingungan kalau tidak diberi feedback ketika ia tidak bisa mempertimbangkan mana yang salah (Hendrickson, 1981). Koreksi dengan feedback langsung yaitu memberikan tanda-tanda bantuan (clues) yang ditempatkan pada sumber kesalahan sehingga pembelajar bisa langsung membetulkannya. Kegiatan koreksi dengan feedback tak langsung yaitu memberi tanda-tanda bantu tertentu baik secara lisan maupun tertulis yang dapat digunakan pembelajar untuk mengarahkannya dalam menemukan sumber-sumber kesalahan. Tujuannya adalah untuk menghindarkan kebiasaan yang kurang baik seperti misalnya memanjakan siswa dengan ‘menyuapi’ siswa secara langsung dengan perbaikan-perbaikan yang dilakukan guru. Melalui pemberian kode-kode, siswa diharapkan dapat memikirkan sendiri letak kesalahannya dan bagaimana memperbaikinya. Menurut Walz (1982:27-32) pada tahap-tahap permulaan atau latihan melakukan koreksi kesalahan bahasa, siswa perlu diberi feedback (umpan balik) dengan berbagai cara, seperti: a. Memberi simbol-simbol dan singkatan-singkatan Cara yang sering digunakan untuk memotivasi siswa, khususnya yang sedang belajar mengoreksi kesalahan bahasa, agar mereka bisa melakukan koreksi adalah dengan memberi berbagai simbol atau kode pada tulisan yang dikoreksinya. Penanda tersebut biasanya ditempatkan pada bagian margin, to user tidak pada sumber atau letak commit kesalahan yang sebenarnya. Dengan demikian,
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
para siswa harus menentukan
letak-letak kesalahan bahasa temannya dan
membetulkan kesalahan tersebut. Contoh : Km = Tanda Koma PK
= Penulisan Kata
HD = Kehematan Diksi BK = Kebakuan Kalimat. Sudah barang tentu, untuk siswa dari kelas rendah penempatan penandaan seperti di atas kurang efektif sehingga perlu dibuat yang lebih khusus. Bahkan Hendrickson (dalam) mengusulkan seperangkat penanda koreksi pada tulisan siswa dari kelas-kelas permulaan itu, sebagai pelengkap dari pemberian tanda pada bagian margin seperti: 1) Garis bawah untuk penulisan huruf atau kata yang salah 2) Lingkaran untuk pemakaian tanda baca yang tidak tepat 3) Tanda panah untuk penempatan bagian kalimat yang tidak pada tempatnya. 4) Tanda tanya untuk bagian-bagian kalimat yang membingungkan Untuk itu, guru perlu mempersiapkan daftar simbol maupun singkatansingkatan beserta penjelasannya dan menyampaikan informasi tersebut kepada para siswa. b. Memberi contoh-contoh kesalahan dan pembetulannya Untuk jenis kesalahan-kesalahan yang sifatnya tidak terlalu kompleks atau mudah untuk ditemukan sendiri oleh pembelajar, pelaksanaan koreksi bisa dilakukan pengajar dan pembelajar secara bersama. Pengajar lebih dahulu memberikan contoh-contoh mengenai satu jenis kesalahan, kemudian pembelajar harus mengoreksi tulisan temannya untuk jenis kesalahan yang sama dengan bimbingan pengajar. Selanjutnya, pembahasan bisa dialihkan pada jenis kesalahan yang lain. Dalam pemakaian bahasa Indonesia, jenis-jenis kesalahan yang bisa dikoreksi dengan cara memberi contoh-contoh adalah penempatan tanda baca, misalnya: tanda titik dan koma, pemakaian huruf kecil dan kapital, penulisan commitmenentukan to user kata depan dan imbuhan. Untuk jenis kesalahan yang bisa
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dikoreksi dengan cara ini, pengajar dapat melakukannya dengan berdasarkan tingkat kemampuan pembelajar. c. Menggunakan referensi tentang kaidah-kaidah bahasa tulis Untuk
menerapkan
cara
ini,
terlebih
dahulu
pengajar
perlu
menyeragamkan buku-buku atau referensi mengenai kaidah-kaidah penulisan yang dipakai para pembelajar maupun yang menjadi pegangannya. Buku-buku atau referensi yang memuat kaidah-kaidah berbahasa tulis tersebut seperti buku pedoman penulisan ejaan, buku pedoman pembentukan istilah, dasar-dasar komposisi, dan tata kalimat. maupun kamus. Dengan berpedoman pada buku-buku yang telah dimiliki pembelajar, pengajar dapat menandai bagian-bagian tulisan yang salah dengan menuliskan nomor halaman buku dan identitas yang lebih khusus berkenaan dengan kaidah penulisan yang dapat membantu pembelajar untuk memperbaiki kesalahan tersebut.
Berdasarkan penjelasan tentang cara-cara pemberian feedback yang telah dikemukakan, dalam penelitian ini peneliti dan kolaborator menetapkan untuk menerapkan feedback dengan memberikan contoh-contoh kesalahan dan pembetulannya. Sebagaimana diterangkan sebelumnya, pemberian feedback dengan cara ini diawali dengan pemberian contoh-contoh mengenai satu jenis kesalahan oleh pengajar, kemudian pembelajar harus mengoreksi tulisan temannya untuk jenis kesalahan yang sama dengan bimbingan pengajar dan seterusnya beralih pada jenis kesalahan yang lain. Karena kegiatan koreksi dilakukan siswa secara berpasangan atau berkelompok, maka feedback yang diberikan guru pun hendaknya melalui pendekatan kelompok. Paneo (2007:729) menjelaskan bahwa dalam penyajian umpan balik secara kelompok, para siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk membahas dan menelaah hasil jawabannya yang telah dikoreksi guru, sehingga mendapatkan suatu jawaban yang benar. Pada penerapan peer-correction dalam pembelajaran menulis, karena koreksi dilakukan oleh siswa secara to user siswa untuk membahas dan berpasangan, maka guru hanyacommit mengarahkan
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menelaah hasil tulisan teman yang dikoreksinya. Dengan demikian, aktivitas pembelajaran bisa lebih terpusat pada siswa, sedangkan guru hanya bertindak sebagai fasilitator, mediator dalam memberikan arahan terhadap materi dan prosedur yang akan dibahas, sekaligus sebagai evaluator dari hasil koreksi siswa atas tulisan temannya. Lebih lanjut berkenaan dengan pelaksanaan peer-correction dalam bentuk kelompok kecil, Romiszowski (dalam Paneo, 2007:729) menyatakan bahwa melalui kelompok-kelompok kecil setiap anggota kelompok berpeluang untuk berdiskusi, mengklarifikasi permasalahan yang muncul, dan saling mengkritik sesamanya. Selain itu, kegiatan yang dilakukan akan lebih sistematis dan berorientasi pada tujuan pembelajaran. Hal ini sesuai dengan tujuan pemberian umpan balik kelompok, yaitu untuk membangkitkan interaksi yang efektif antara anggota kelompok melalui diskusi sehingga terjadi komunikasi dua arah, bahkan multi arah (Paneo, 2007:729). Berdasarkan uraian yang telah disampaikan, dapat dirinci beberapa keunggulan feedback kelompok sebagaimana yang diutarakan Paneo (2007:730) sebagai berikut. 1)
Meningkatkan rasa sosial;
2)
Berpeluang untuk berinteraksi dalam kelompok;
3)
Berpeluang untuk mengembangkan skill;
4)
Dapat mengembangkan intelektuaitas;
5)
Terjalin hubungan antara guru dan siswa secara humanistik;
6)
Dapat menumbuhkembangkan kepribadian;
7)
Dapat mengembangkan kreativitas;
8)
Saling memberi dan menerima gagasan;
9)
Menghargai kelebihan dan memahami kelemahan satu sama lain;
10) Mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif dalam kelompok; 11) Merekonstruksi pemahaman siswa terhadap pokok materi yang dibicarakan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
44 digilib.uns.ac.id
8. Penilaian Kualitas Proses dan Hasil Pembelajaran Menulis Pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu proses, yaitu proses untuk mencapai sejumlah tujuan. Oleh karena itu, penilaian yang dimaksudkan untuk mengukur kadar pencapaian tujuan itu dengan sendirinya juga merupakan suatu proses. Dengan demikian, penilaian yang dilakukan hendaknya berkesinambungan seiring berlangsungnya kegiatan pembelajaran. Hal ini dapat dikaitkan dengan pengertian penilaian yang dikemukakan oleh Sarwiji Suwandi. Suwandi (2011:9) menyatakan bahwa penilaian adalah suatu proses untuk mengetahui apakah proses dan hasil dari suatu program kegiatan telah sesuai dengan tujuan atau kriteria yang telah ditetapkan. Berkaitan dengan proses dan hasil pembelajaran yang dinilai, maka penilaian pembelajaran menulis juga dibagi menjadi dua, yaitu (1) penilaian kualitas proses pembelajaran, dan (2) penilaian kualitas hasil pembelajaran. a. Penilaian Kualitas Proses Pembelajaran Menulis Penilaian terhadap proses belajar mengajar cenderung kurang mendapat perhatian dibandingkan dengan penilaian hasil belajar. Padahal, pendidikan tidak berorientasi pada hasil semata, tetapi juga proses. Oleh sebab itu, penilaian terhadap hasil dan proses belajar harus dilaksanakan secara seimbang, bahkan simultan. Penilaian proses, sebagaimana dikemukakan, adalah penilaian yang dilakukan sepanjang dan bersamaan proses pembelajaran lewat berbagai macam cara. Penilaian proses belajar mengajar menyangkut penilaian terhadap kegiatan guru, kegiatan siswa, pola interaksi guru dan siswa, dan keterlaksanaan kegiatan belajar mengajar (Sudjana, 2005:1). Oleh karena itu, penilaian proses belajar tersebut tentunya memerlukan kriteria sebagai tolok ukur keberhasilannya. Berkaitan dengan hal tersebut, Sudjana (2005:60-62) mengemukakan beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk menilai kualitas proses belajar mengajar. Kriteria tersebut antara lain: (a) konsistensi kegiatan belajar mengajar dengan kurikulum, (b) keterlaksanaan oleh guru, (c) keterlaksanaan oleh siswa, (d) motivasi belajar siswa, (e) keaktifan para siswa to guru user dan siswa. Adapun alat penilaian dalam kegiatan belajar, dan (f)commit interaksi
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang digunakan untuk menilai kualitas proses pembelajaran dapat berbentuk tes maupun nontes. Alat penilaian berbentuk tes dapat berupa tes uraian maupun tes objektif, sedangkan alat penilaian berbentuk nontes dapat berupa kuesioner, wawancara, skala, dan observasi. Data hasil penilaian proses belajar mengajar sangat bermanfaat terutama bagi guru dan siswa. Bagi guru ialah dapat menjadikan guru mengetahui kemampuan dirinya sebagai pengajar, baik kekurangan maupun kelebihannya. Guru juga dapat mengetahui pendapat dan aspirasi para siswa dalam berbagai hal yang berkenaan dengan proses belajar-mengajar. Dengan demikian, guru dapat
memperbaiki
dan
menyempurnakan
kekurangannya
serta
mempertahankan atau meningkatkan kelebihan-kelebihannya. Bagi siswa, data hasil penilaian mengenai cara belajar, kesulitan belajar, dan hubungan sosial dapat dijadikan bahan untuk motivasi belajar yang lebih baik lagi. Secara umum, objek atau sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran meliputi beberapa hal, yakni sikap siswa terhadap materi pelajaran (motivasi mengikuti pelajaran, keseriusan, semangat); sikap siswa terhadap guru/pengajar (interaksi, respon); dan sikap siswa terhadap proses pembelajaran (perhatian, kerjasama, konsentrasi, dsb.). Sesuai penjelasan di atas, maka pedoman penilaian proses yang digunakan dalam pembelajaran menulis karya ilmiah dengan menerapkan teknik peer-correction adalah sebagai berikut. Tabel 1. Penilaian Proses Pembelajaran
No.
Nama Siswa
Keaktifan siswa selama apersepsi
Keaktifan dan perhatian siswa pada saat guru menyampaikan materi
Keaktifan dan kesungguhan siswa dalam melakukan peercorrecction
Minat dan motivasi siswa saat mengikuti kegiatan pembelajaran
Skor
Nilai
(Diadaptasi dari Suwandi, 2010:137) commit to user
Ket.
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Kolom penilaian sikap diisi dengan angka yang sesuai dengan kriteria berikut. 1 = sangat kurang (E)
4 = baik (B)
2 = kurang (D)
5 = amat baik (A)
3 = cukup (C) b. Menghitung nilai Nilai
= Skor perolehan siswa x 100 = .... Skor maksimal (20)
c. Keterangan diisi dengan kriteria berikut. Nilai = 10 – 29 sangat kurang
Nilai = 70 – 89 baik
Nilai = 30 – 49 kurang
Nilai = 90 – 100 sangat baik
Nilai = 50 – 69 cukup 1) Keaktifan siswa selama apersepsi Skor 5
:Jika siswa sepenuhnya aktif selama apersepsi (siswa sangat aktif
menanggapi
pertanyaan
maupun
mengemukakan
pendapatnya atas apersepsi yang diberikan guru) Skor 4
:Jika siswa aktif selama apersepsi (siswa aktif menanggapi pertanyaan maupun mengemukakan pendapatnya atas apersepsi yang diberikan guru)
Skor 3
:Jika siswa cukup aktif pada saat apersepsi (siswa cukup aktif menanggapi pertanyaan maupun mengemukakan pendapatnya atas apersepsi yang diberikan guru)
Skor 2
:Jika siswa kurang aktif pada saat apersepsi (siswa kurang aktif menanggapi pertanyaan maupun mengemukakan pendapatnya atas apersepsi yang diberikan guru)
Skor 1
:Jika siswa sama sekali tidak aktif saat apersepsi (siswa tidak pernah
menanggapi
pertanyaan
maupun
mengemukakan
pendapatnya atas apersepsi yang diberikan guru) 2) Keaktifan dan perhatian siswa pada saat guru menyampaikan materi Skor 5
:Jika siswa sepenuhnya memperhatikan pada saat guru menyampaikan materi dan sangat aktif bertanya, menjawab, commit to user
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
serta
memberikan
tanggapan
(terjadi
interaksi),
dan
mengerjakan setiap tugas. Skor 4
:Jika siswa memperhatikan saat guru menyampaikan materi dan sesekali
mau
bertanya,
menjawab,
serta
memberikan
tanggapan, dan mengerjakan setiap tugas. Skor 3
:Jika siswa hanya memperhatikan saat guru menyampaikan materi dan sama sekali tidak mau bertanya, menjawab, serta memberikan tanggapan, dan mengerjakan setiap tugas.
Skor 2
:Jika siswa kurang memperhatikan serta kurang fokus saat guru menyampaikan materi dan sama sekali tidak mau bertanya, menjawab, serta memberikan tanggapan.
Skor 1
:Jika siswa sama sekali tidak memperhatikan guru saat menyampaikan materi (sibuk beraktivitas sendiri seperti berbicara atau membuat gaduh).
3) Keaktifan dan kesungguhan siswa dalam melakukan peer-correction Skor 5
:Jika siswa sangat aktif dan bersungguh-sungguh dalam melakukan koreksi terhadap hasil tulisan temannya.
Skor 4
:Jika siswa aktif dan bersungguh-sungguh dalam melakukan koreksi terhadap hasil tulisan temannya.
Skor 3
:Jika siswa cukup aktif dan bersungguh-sungguh dalam melakukan koreksi terhadap hasil tulisan temannya.
Skor 2
:Jika siswa kurang aktif dan bersungguh-sungguh dalam melakukan koreksi terhadap hasil tulisan temannya.
Skor 1
:Jika siswa tidak aktif dan bersungguh-sungguh dalam melakukan koreksi terhadap hasil tulisan temannya.
4) Minat dan motivasi siswa saat mengikuti kegiatan pembelajaran Skor 5
:Jika siswa tampak bersungguh-sungguh dan menunjukkan adanya kesenangan dalam mengerjakan setiap tugas yang diberikan; tampak antusias, senang, serta bersemangat dalam mengikuti pembelajaran (tidak bosan, tidak mengantuk, secara commit to user sukarela maju mengerjakan latihan di papan tulis).
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Skor 4
:Jika siswa mengerjakan setiap tugas yang diberikan guru serta tampak
bersemangat
dan
antusias
dalam
mengikuti
pembelajaran (tidak bosan, tidak mengantuk). Skor 3
:Jika siswa mengerjakan setiap tugas yang diberikan namun kurang bersemangat dan antusias dalam pembelajaran (kurang serius).
Skor 2
:Jika siswa hanya sekedar mengerjakan tugas yang diberikan dan terlihat tidak bersemangat dalam pembelajaran (ogah-ogahan, meletakkan kepala di meja).
Skor 1
:Jika siswa sama sekali tidak mau mengerjakan tugas yang diberikan dan sama sekali tidak bersemangat (tampak bosan, tertidur).
b. Penilaian Kualitas Hasil Pembelajaran Menulis Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2005:22). Horward Kingsley (dalam Sudjana, 2005:22) membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita. Sementara itu, Gagne (dalam Sudjana, 2005:22) membagi lima kategori hasil belajar, yakni (a) informasi verbal, (b) keterampilan intelektual, (c) strategi kognitif, (d) sikap, dan (e) keterampilan motoris. Nurgiyantoro (2010:13) mempersamakan pengertian penilaian hasil belajar dengan penilaian produk atau penilaian prestasi. Menurutnya, penilaian hasil belajar adalah kegiatan penilaian yang dilakukan pada akhir pembelajaran untuk mengukur capaian hasil belajar peserta didik terhadap keseluruhan kompetensi yang dibelajarkan dalam periode tertentu. Dalam sistem pendidikan nasional, rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom, yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni kognitif, afektif, dan psikomotoris. Ketiga ranah itulah yang menjadi objek penilaian hasil commit to user belajar.
perpustakaan.uns.ac.id
49 digilib.uns.ac.id
Pada umumnya, alat penilaian yang digunakan untuk menilai kualitas hasil pembelajaran dapat berbentuk tes, baik berupa tes uraian maupun tes objektif. Selain itu, khusus dalam pembelajaran keterampilan menulis, dapat dilakukan tes kemampuan menulis, yakni dengan memberikan tugas yang bukan semata-mata memilih dan menghasilkan bahasa saja, melainkan juga bagaimana mengungkapkan gagasan dengan mempergunakan sarana bahasa tulis secara tepat (Nurgiyantoro, 2010:423). Artinya, setelah peserta didik dapat menghasilkan sendiri bahasa untuk tujuan berkomunikasi, sebaiknya tugas menulis sudah diarahkan ke penulisan pragmatik sekaligus otentik walaupun masih sederhana. Caranya, peserta didik dibiarkan memilih sendiri bentuk bahasa untuk mengungkapkan gagasannya. Penilaian hasil pembelajaran menulis misalnya dapat ditujukan pada hasil tulisan ilmiah siswa. Hal ini karena tulisan ilmiah yang dihasilkan dapat sekaligus menunjukkan kompetensi berbahasa tulis siswa dalam arti yang sebenarnya. Artinya, jika nilai menulis seorang siswa tinggi, semestinya kompetensi menulisnya pun memadai. Akan tetapi, kenyataan di lapangan ada kalanya berbeda. Hal ini dapat dikaitkan dengan kelemahan pokok dalam penilaian terhadap tulisan atau karangan bebas, yaitu rendahnya objektifitas dan tingginya kadar subjektifitas. Sebuah tulisan yang dinilai oleh dua orang atau lebih biasanya tidak akan sama skornya. Bahkan, sebuah tulisan dinilai dua kali oleh hanya seorang penilai dalam waktu berbeda ada kemungkinan skornya pun berbeda (Nurgiyantoro, 2010:443). Oleh karena itu, perlu kejelian dalam memilih model teknik penilaian yang memungkinkan penilai untuk memperkecil kadar subjektivitas dirinya. Penilaian yang dilakukan terhadap hasil tulisan siswa dapat dilakukan secara holistis maupun analitis. Penilaian holistis dimaksudkan sebagai cara penilaian hasil karangan yang bersifat menyeluruh dan sekaligus tanpa dirinci ke dalam komponennya (Nurgiyantoro, 2010:443), sedangkan penilaian analitis adalah penilaian hasil karangan peserta didik berdasarkan kualitas komponen pendukungnya (Nurgiyantoro, 2010:444). Sehubungan dengan kedua teknik commit to user penilaian tersebut, dapat dinyatakan bahwa penilaian holistik memang
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
diperlukan agar proses menilai dapat berlangsung cepat. Akan tetapi, agar guru dapat menilai hasil tulisan secara lebih objektif, penilaian hendaknya sekaligus disertai dengan penilaian yang bersifat analitis dengan mengkategorikan karangan ke dalam 5 aspek pokok, yaitu (1) kualitas dan ruang lingkup isi, (2) organisasi dan penyajian isi, (3) gaya dan bentuk bahasa, (4) mekanik: tata bahasa, ejaan, tanda baca yang sesuai dengan kaidah yang berlaku, dan (5) respon afektif guru terhadap karya tulis. Model skala interval merupakan satu diantara beberapa model penilaian menulis yang dikemukakan Burhan Nurgiyantoro (2010) dalam bukunya yang berjudul ”Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi”. Model ini dimodifikasi Nurgiyantoro dari Hartfield, dkk. (1985). Model ini memberi bobot yang tidak sama untuk tiap komponen, namun lebih rici dalam melakukan penyekoran karena memergunakan model skala interval untuk tiap tingkat tertentu pada tiap aspek yang dinilai sehingga lebih dapat dipertanggungjawabkan. Meskipun demikian, aspek karangan yang dinilai tetap melibatkan aspek isi dan bahasa. Model penilaian tersebut adalah sebagai berikut.
commit to user
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 2. Model Penilaian Menulis dengan Skala Interval No 1.
Dimensi I S I
Skor 27 – 30 22 – 26 17 – 21 13 – 16
O R G A N I S A S I 3. K O S A K A T A 4. P E N G
Kriteria SANGAT BAIK – SEMPURNA: Padat informasi, substansif, pengembangan tesis tuntas, relevan dengan permasalahan dan tuntas. CUKUP – BAIK: Informasi cukup, substansi cukup, pengembangan tesis terbatas, relevan dengan masalah tetapi tidak lengkap. SEDANG – CUKUP: Informasi terbatas, substansi kurang, pengembangan tesis tidak cukup, permasalahan tidak cukup. SANGAT – KURANG: Tidak berisi, tidak ada sunstansi, tidak ada pengembangan tesis, tidak ada permasalahan.
2.
B A H A S A 5. M E K A N I K Jumlah
18 – 20
14 – 17 10 – 13 7–9 18 – 20 14 – 17 10 – 13 7–9
22 – 25 18 – 21
11 – 17 5 – 10
5 4 3 2
SANGAT BAIK – SEMPURNA: Ekspresi lancar, gagasan diungkapkan dengan jelas, padat, tertata dengan baik, urutan logis, kohesif. CUKUP – BAIK: Kurang lancar, kurang terorganisir tetapi ide utama terlihat, bahan pendukung terbatas, urutan logis tetapi tidak lengkap. SEDANG – CUKUP: Tidak lancar, gagasan kacau, terpotong-potong, urutan dan pengembangan tidak logis. SANGAT – KURANG: Tidak komunikatif, tidak terorganisasi, tak layak nilai. SANGAT BAIK – SEMPURNA: Pemanfaatan potensi kata canggih, pemilihan kata dan ungkapan tepat, menguasai pembentukan kata. CUKUP – BAIK: Pemanfaatan kata agak canggih, pilihan kata dan ungkapan kadang-kadang kurang tepat tetapi tak mengganggu. SEDANG – CUKUP: Pemanfaatan potensi kata terbatas, sering terjadi kesalahan penggunaan kosa kata dan dapat merusak makna. SANGAT – KURANG: Pemanfaatan potensi kata asal-asalan, pengetahuan tentang kosa kata rendah, tidak layak nilai. SANGAT BAIK – SEMPURNA: Konstruksi kompleks tetapi efektif, hanya terjadi sedikit kesalahan penggunaan bentuk kebahasaan. CUKUP – BAIK: Konstruksi sederhana tetapi efektif, kesalahan kecil pada konstruksi kompleks, terjadi sejumlah kesalahan tetapi makna tidak kabur. SEDANG – CUKUP: Terjadi kesalahan serius dalam konstruksi kalimat, makna membingungan atau kabur. SANGAT – KURANG: Tidak menguasai aturan sintaksis, terdapat banyak kesalahan, tidak komunikatif, tak layak nilai. SANGAT BAIK – SEMPURNA: Menguasai aturan penulisan, hanya terdapat beberapa kesalahan ejaan. CUKUP – BAIK: Kadang-kadang terjadi kesalahan ejaan tetapi tidak mengaburkan makna. SEDANG – CUKUP: Sering terjadi kesalahan ejaan, makna membingungkan atau kabur. SANGAT – KURANG: Tidak menguasai aturan penulisan, terdapat banyak kesalahan ejaan, tulisan tidak terbaca, tidak layak nilai.
commit to user
52 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Penelitian tentang penerapan teknik peer-correction dalam pembelajaran menulis pernah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Beberapa penelitian relevan yang dapat dijadikan acuan bagi peneliti dalam melaksanakan penelitian ini antara lain: 1) Penelitian eksperimen kuasi yang dilakukan oleh Purwanto, Suyadi, dan Sujoko pada tahun 2007 yang berjudul “Feedback yang Efektif dalam Perkuliahan Error Analysis untuk Meningkatkan Kemampuan Mengoreksi Kesalahan Bahasa pada Mahasiswa”. Kesimpulan dari penelitian ini adalah penggunaan feedback tidak langsung terbukti lebih efektif dalam meningkatkan kemampuan menganalisis kesalahan bahasa para mahasiswa dan penggunaan feedback tidak langsung yang berupa kode singkatan tipe kesalahan bahasa terbukti
paling
efektif
meningkatkan
kemampuan
mahasiswa
dalam
menganalisis kesalahan bahasa pada perkuliahan Error Analysis. 2) Penelitian yang dilakukan oleh Sumarwati, Suyatmin, dan Siti Mulyani pada tahun 2008 dengan judul “Penerapan Teknik Peer-correction
dalam
Pembelajaran Menulis untuk Meningkatkan Penguasaan Bahasa Indonesia Tulis Siswa Kelas VIII SMP”. Kesimpulan dari penelitian ini adalah adanya peningkatan keaktifan dan kesungguhan siswa dalam pembelajaran menulis disamping adanya peningkatan kualitas hasil dan kualitas proses dalam pembelajaran menulis setelah diterapkannya teknik peer-correction. 3) Penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh Joko Purwanto pada tahun 2008 dengan judul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Ilmiah melalui Teknik Peer Correction pada Siswa Kelas XI IA SMA Muhammadiyah 3 Masaran”. Kesimpulan dari penelitian ini adalah adanya peningkatan kualitas proses pembelajaran serta peningkatan kemampuan menulis ilmiah siswa setelah diterapkannya teknik peer-correction. 4) Penelitian tindakan kelas oleh Suryani pada tahun 2009 yang berjudul “Penerapan Teknik Koreksi Teman Sebaya untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan pada Siswa Kelas X AP 2 SMK Murni 2 Surakarta Tahun Ajaran 2008/2009”. Kesimpulan dari penelitian ini adalah adanya peningkatan commit to user
53 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis karangan dengan tercapainya indikator-indikator yang telah ditetapkan. 5) Penelitian Sumarwati, Slamet Mulyono, dan Sri Wuryanti pada tahun 2010 dengan judul “Teknik Peer-Correction
Berbantuan Feedback Guru dalam
Pembelajaran Menulis untuk Meningkatkan Penguasaan Kaidah Bahasa Indonesia Tulis Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 24 Surakarta”. Kesimpulan dari penelitian ini adalah teknik peer-correction berbantuan feedback guru dalam pembelajaran menulis efektif untuk meningkatkan penguasaan kaidah bahasa Indonesia tulis siswa kelas VIII B SMP Negeri 24 Surakarta dalam hal kualitas proses pembelajaran maupun kualitas hasil keterampilan menulis para siswa. Berdasarkan simpulan kelima penelitian di atas maka relevansi atau keterkaitan dengan penelitian ini adalah bahwa keikutsertaan, keterlibatan, atau keaktifan siswa dalam mengoreksi hasil tulisan temannya, mempunyai pengaruh positif dalam meningkatkan kemampuan, khususnya kemampuan produktif siswa, atau secara singkat dapat dijelaskan bahwa apabila siswa mampu berperan aktif dalam proses pembelajaran, maka akan berpengaruh positif dalam meningkatkan kemampuannya dalam pembelajaran.
B. Kerangka Berpikir Berdasarkan hasil survei awal peneliti di SMA N 2 Sukoharjo, diketahui bahwa kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis karya ilmiah di sekolah tersebut masih rendah. Rendahnya kualitas proses pembelajaran tercermin dari rendahnya keaktifan, perhatian, minat, dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran. Adapun untuk kualitas hasil tulisan, meskipun muatan dan organisasi isinya relatif sudah baik, tetapi masih ditemukan banyak kesalahan bahasa yang meliputi aspek pemakaian ejaan, diksi, dan kalimat. Kesalahan bahasa yang banyak dilakukan siswa ini pada akhirnya menjadi penyebab rendahnya nilai menulis karya ilmiah. Bahkan, lebih dari 50% siswa belum mencapai KKM yang ditetapkan sekolah, yakni sebesar 70. commit to user
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Rendahnya kualitas proses dan hasil pembelajaran tersebut perlu disikapi secara bijak dan diupayakan jalan keluarnya. Perubahan dalam proses pembelajaran perlu dilakukan agar kemampuan menulis siswa meningkat, salah satu dengan menerapkan teknik peer-correction. Teknik ini dapat mengaktifkan siswa dalam pembelajaran menulis dengan mendorong mereka untuk mengoreksi hasil tulisan temannya berdasarkan umpan balik yang diberikan guru. Melalui pengalaman nyata tersebut siswa diharapkan dapat memahami secara lebih mendalam bagaimana cara menulis karya ilmiah yang baik dan benar. Penerapan teknik ini memberi kesempatan kepada siswa untuk mengoreksi hasil tulisan temannya, baik dari segi ejaan dan tanda baca, penyusunan kalimat, hingga pengembangan paragraf sehingga penguasaan siswa akan kaidah bahasa tulis meningkat. Cara ini juga diharapkan mampu meningkatkan daya ingat siswa terhadap apa yang telah dipelajari. Selain itu, pengalaman mengoreksi langsung hasil tulisan temannya diharapkan mampu menumbuhkan kesadaran dalam diri siswa untuk merefleksi diri sehingga tidak melakukan kesalahan yang sama seperti yang diperbuat temannya saat mereka menulis. Dengan demikian, kemampuan siswa dalam menulis karya ilmiah bisa meningkat. Berikut ini dapat disajikan alur kerangka berpikir penelitian pada gambar 1 di bawah ini.
commit to user
55 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kondisi awal sebelum dilakukan tindakan
Kualitas proses pembelajaran menulis karya ilmiah rendah • Keaktifan, perhatian, minat, dan motivasi siswa kurang • Guru kurang terampil mengelola kelas.
Kualitas hasil pembelajaran menulis karya ilmiah rendah • Pengusaan kaidah bahasa Indonesia tulis (penggunaan kalimat efektif, pemilihan kata, penggunaan tanda baca, penulisan ejaan, dan mekanik) siswa rendah • Ketuntasan belajar belum sesuai harapan
Penerapan teknik peer-correction dalam pembelajaran menulis karya ilmiah Tindakan penelitian: 1. Koreksi kesalahan pada karya ilmiah teman. 2. Belajar dari kesalahan teman. 3. Menghindari kesalahan yang sama. Refleksi
Kondisi akhir setelah dilakukan tindakan
Kualitas proses pembelajaran menulis karya ilmiah meningkat • Keaktifan, perhatian, minat, dan motivasi siswa meningkat • Guru sudah lebih terampil mengelola kelas.
Kualitas hasil pembelajaran menulis karya ilmiah meningkat • Pengusaan kaidah bahasa Indonesia tulis (penggunaan kalimat efektif, pemilihan kata, penggunaan tanda baca, penulisan ejaan, dan mekanik) siswa meningkat • Ketuntasan belajar tercapai sesuai harapan
Gambar 1. Kerangka Pemikiran commit to user
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 Sukoharjo. Sekolah ini terletak di Jalan Raya Solo-Kartasura, Mendungan, Pabelan, Kartasura. Lokasinya yang strategis dan dekat dengan kampus Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) menyebabkan sekolah tersebut sering dijadikan tempat penelitian oleh para peneliti perguruan tinggi, baik dari kalangan mahasiswa maupun dosen. Meskipun SMA ini sering dijadikan sebagai tempat penelitian, dalam kaitannya dengan pembelajaran Bahasa Indonesia, masih ada masalah yang belum diteliti dan perlu dipecahkan. Masalah tersebut berkaitan dengan rendahnya kualitas proses pembelajaran dan kemampuan menulis karya ilmiah di kelas XI Bahasa. Adapun dari hasil wawancara dengan Ibu Endang Dwi Kiswati selaku guru Bahasa Indonesia di sekolah tersebut, diperoleh informasi bahwa siswa-siswi SMA N 2 Sukoharjo umumnya berasal dari keluarga dengan kelas ekonomi menengah ke bawah dan kemampuan akademik siswanya berada pada tingkat rata-rata atau sedang. Sebagaimana SMA negeri lain di Kabupaten Sukoharjo, sekolah ini juga tidak membebankan biaya pendidikan kepada para siswanya. Siswa hanya dianjurkan untuk membeli buku panduan pelajaran untuk mendukung pemahaman belajar mereka. Di sekolah ini terdapat 24 kelas. Adapun rinciannya sebagai berikut: kelas X terdiri atas 8 kelas, yaitu kelas X-1 hingga X-8; kelas XI dan XII dibagi menjadi 3 program, yaitu IPA, IPS dan Bahasa yang terdiri atas 3 kelas IPA, 4 kelas IPS, dan 1 kelas Bahasa untuk setiap jenjangnya. Penyusunan proposal hingga pelaporan penelitian ini dilakukan dalam waktu 6 bulan, yaitu mulai bulan Maret sampai dengan Agustus 2012. Adapun rincian jadwal penelitian dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini:
commit to user
57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 3. Rincian Jadwal Penelitian Kegiatan
Bulan Maret April Mei Juni Juli Agustus 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Persiapan Tindakan a. Koordinasi peneliti dengan kepala sekolah dan guru Bahasa Indonesia b. Diskusi dengan guru untuk mengidentifikasi masalah pembelajaran dan merancang tindakan c. Menyusun proposal penelitian d. Menyiapkan perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian (lembar observasi) e. Mengadakan simulasi pelaksanaan tindakan 2. Pelaksanaan Tindakan 1.Siklus 1 a. perencanaan b.pelaksanaan tindakan c. observasi d.refleksi 2.Siklus II a. perencanaan b.pelaksanaan tindakan c. observasi d.refleksi 3. Analisis Data dan Pelaporan a. Analisis data (hasil tindakan 2 siklus) b. Menyusun laporan skripsi c. Ujian dan revisi d. Penggandaan dan pengumpulan laporan commit to user
58 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Subjek Penelitian Yang menjadi subjek penelitian adalah siswa dan guru bahasa Indonesia kelas XI Bahasa SMA N 2 Sukoharjo tahun ajaran 2011/2012. Siswa kelas XI Bahasa berjumlah 27 orang dengan karakter siswa yang cukup kompak. Sebagaimana rata-rata siswa lain di sekolah ini, menurut keterangan guru, siswa kelas XI Bahasa sebagian besar juga berasal dari keluarga dengan kelas ekonomi menengah ke bawah dan kemampuan akademik para siswa berada pada tingkat rata-rata atau sedang. Di kelas XI Bahasa SMA N 2 Sukoharjo terdapat dua orang guru pengampu mata pelajaran Bahasa Indonesia, yaitu Bapak Mursetyo dan Ibu Endang Dwi Kiswati, S.Pd.. Bapak Mursetyo bertugas mengampu materi pelajaran yang berkaitan dengan aspek kesusasteraan, sedangkan Ibu Endang bertugas mengampu materi yang berkaitan dengan aspek kebahasaan. Karena penelitian ini berkaitan dengan aspek kebahasaan, maka yang ditetapkan sebagai subjek penelitian adalah Ibu Endang Dwi Kiswati, S.Pd.. Adapun objek penelitian adalah pembelajaran menulis karya ilmiah. Hal ini dikarenakan kualitas proses pembelajaran dan kemampuan menulis karya ilmiah di kelas XI Bahasa SMA N 2 Sukoharjo masih rendah dan merupakan masalah utama yang mempengaruhi prestasi pelajaran bahasa Indonesia di kelas tersebut.
C. Data dan Sumber Data Ada tiga sumber data yang dijadikan sebagai sasaran pengumpulan data serta informasi dalam penelitian ini. Sumber data tersebut, meliputi: 1. Informan Informan dalam penelitian ini adalah guru mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas XI Bahasa dan siswa kelas XI Bahasa SMA Negeri 2 Sukoharjo. 2. Peristiwa Yaitu proses pembelajaran menulis karya ilmiah dengan menerapkan teknik peer-correction. commit to user
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Dokumen dan Arsip Dokumen yang dijadikan sumber data pada penelitian ini, meliputi catatan hasil observasi selama proses pembelajaran, hasil tes siswa berupa tulisan ilmiah , daftar nilai, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), catatan hasil wawancara yang ditranskrip, dan foto kegiatan pembelajaran menulis karya ilmiah.
D. Pengumpulan Data Berdasarkan sumber data yang ditetapkan, maka pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui teknik observasi, wawancara, tes, dan analisis dokumen dengan penjelasan sebagai berikut: Observasi dilakukan terhadap proses pembelajaran menulis karya ilmiah sejak
kegiatan
apersepsi
hingga
evaluasi
pembelajaran
untuk
melihat
perkembangan sebelum dan sesudah dilaksanakan tindakan. Fokus observasi adalah kualitas proses pembelajaran menulis karya ilmiah yang tercermin dari aktivitas guru dan siswa sejak kegiatan apersepsi hingga evaluasi pembelajaran termasuk pada pelaksanaan peer-correction. Wawancara dilakukan terhadap siswa yang tampak kurang aktif, perhatian, dan antusias dalam mengikuti pembelajaran agar dapat diidentifikasi penyebab serta kesulitannya dalam pembelajaran menulis karya ilmiah, termasuk penyebab dan kesulitannya dalam melakukan peer-correction terhadap hasil tulisan temannya. Wawancara juga dilakukan terhadap guru mengenai kendala yang dihadapi pada saat mengajar, terutama pada pelaksanaan koreksi pemakaian bahasa Indonesia sehingga dapat dicarikan solusi untuk lebih mengefektifkan proses pembelajaran menulis karya ilmiah dan meningkatkan hasil pembelajaran. Tes, dilakukan dengan memberikan tugas kepada siswa untuk menulis karya ilmiah sebelum dan sesudah diberi tindakan dengan penerapan teknik peercorrection. commit to user
60 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Analisis dokumen dilakukan dengan melihat atau mengamati serta menilai hasil pekerjaan siswa dalam menulis karya ilmiah. Hasil pekerjaan ini berupa penilaian unjuk kerja dari tes yang diberikan. Penilaian unjuk kerja ini digunakan untuk mengetahui perkembangan dan keberhasilan pelaksanaan tindakan.
E. Uji Validitas Data Pengujian validitas data dalam penelitian ini dilakukan melalui trianggulasi sumber data serta trianggulasi metode dengan penjelasan sebagai berikut. 1. Triangulasi metode, teknik ini digunakan untuk membandingkan data yang telah diperoleh dari hasil observasi dengan data yang diperoleh dari kenyataan di lapangan maupun wawancara. Dalam hal ini peneliti membandingkan hasil observasi dengan data yang berasal dari siswa yang diperoleh melalui observasi dan wawancara terstruktur. Data yang berasal dari guru diperoleh melalui wawancara mendalam yakni mengenai segala hal yang terjadi dan berhubungan dengan kegiatan pembelajaran menulis karya ilmiah di kelas XI Bahasa SMA N 2 Sukoharjo. 2. Triangulasi sumber data, teknik ini digunakan untuk menguji satu data yang diperoleh dari sumber data yang berbeda. Misalnya, untuk menentukan keabsahan antusiasme siswa selama mengikuti pembelajaran, peneliti melakukan trianggulasi sumber data dari siswa selaku informan dengan sumber data dokumen yang berupa foto pembelajaran dan catatan lapangan. (Dalam hal ini siswa dikatakan antusias jika dalam kegiatan pembelajaran siswa terlihat bersemangat atau aktif baik saat mengerjakan tugas maupun memperhatikan penjelasan guru serta merespons stimulus yang diberikan guru, yang ditunjukkan melalui foto-foto pembelajaran ataupun catatan lapangan).
commit to user
61 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
F. Analisis Data Untuk menganalisis data yang diperoleh dari hasil pengamatan dan wawancara yang berupa data kualitatif serta data dari hasil tes menulis karya ilmiah yang berupa data kuantitatif, dilakukan análisis statistik deskriptif komparatif dan analisis kritis, yakni membandingkan data dari siklus satu ke siklus berikutnya. Yang dianalisis adalah hasil tes siswa sebelum menggunakan teknik peer-correction dan nilai tes setelah menggunakan teknik peer-correction sesuai dengan siklus yang dirancang. Kemudian, data yang berupa nilai tes antar siklus tersebut dibandingkan dengan batas ketercapaian yang telah ditetapkan dalam indikator kinerja. Hal itu untuk mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan tindakan yang telah dilakukan sehingga dapat ditetapkan langkah perbaikan pada pelaksanaan tindakan berikutnya.
G. Indikator Kinerja Penelitian Untuk mengukur keberhasilan tindakan, peneliti perlu merumuskan indikator-indikator
ketercapaiannya.
Indikator
ini
dirumuskan
dengan
mempertimbangkan beberapa hal, yaitu: (1) selama ini dalam pembelajaran menulis karya ilmiah belum pernah diterapkan teknik peer-correction pada tahap revisi tulisan, (2) jumlah siswa yang mendapat nilai minimal 70 kurang dari 50%, dan (3) karakter siswa kelas XI Bahasa terkenal kompak sehingga sesuai dengan karakteristik teknik peer-correction yang membutuhkan keaktifan dan kerjasama antar siswa dalam pelaksanaannya. Mengingat hal-hal tersebut, indikator keberhasilan penelitian ini dirumuskan dalam tabel sebagai berikut:
commit to user
62 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4. Indikator Kinerja Penelitian
Aspek yang Diukur
Keaktifan siswa selama apersepsi
Keaktifan dan perhatian siswa saat guru menyampaikan materi
Keaktifan dan kesungguhan siswa saat melaksana-kan peer-correcction Minat dan motivasi siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran Kemampuan siswa dalam menulis karya ilmiah (ketuntasan belajar)
Persentase Pencapaian pada Siklus Akhir
Cara mengukur Diamati saat guru memberikan apersepsi kepada siswa dengan menggunakan lembar observasi oleh peneliti dan dihitung dari jumlah siswa yang menampakkan keaktifan yang ditandai dengan kemauan merespon stimulus yang diberikan guru saat apersepsi. Diamati saat pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi oleh peneliti dan dihitung dari jumlah siswa yang menunjukkan keaktifan bertanya, menjawab, serta menanggapi, mengerjakan tugas dan memperhatikan materi yang disampaikan guru (tidak berbicara dengan teman serta tidak sibuk beraktivitas sendiri). Diamati saat pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi oleh peneliti dan dihitung dari jumlah siswa yang menunjukkan keaktifan dan kesungguhan saat mengoreksi hasil tulisan temannya. Diamati saat pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi oleh peneliti dan dihitung dari jumlah siswa memperlihatkan kesungguhan, antusias, dan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Dihitung dari jumlah siswa yang memperoleh nilai ≥ 70 dalam menulis karya ilmiah. Siswa yang mendapat nilai ≥ 70 dinyatakan telah mencapai ketuntasan belajar.
75%
75%
75%
75%
70%
H. Prosedur Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam bentuk penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dengan menempuh prosedur sebagai berikut. 1. Tahap Persiapan Tindakan a. mengadakan sharing ideas dengan guru bahasa Indonesia SMA N 2 Sukoharjo untuk mendapatkan berbagai pertimbangan dan masukan mengenai teknik peer-correction dalam pembelajaran menulis karya ilmiah.
commit to user
63 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. menyiapkan sarana dan sumber pembelajaran menulis, yaitu materi menulis karya ilmiah dan contoh karya ilmiah sederhana berdasarkan kajian buku yang sesuai dengan tingkat pemahaman bahasa siswa kelas XI Bahasa dan sesuai KD menulis di kelas XI program bahasa semester 2. c. menyiapkan pedoman observasi terhadap proses pembelajaran menulis karya ilmiah dengan teknik peer-correction serta pedoman penilaian terhadap karya ilmiah siswa. 2. Tahap Aplikasi Tindakan Dalam pelaksanaan PTK ini, mekanisme kerjanya diwujudkan dalam bentuk siklus yang setiap siklusnya mencakup 4 kegiatan, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan interpretasi, serta analisis dan refleksi untuk perencanaan berikutnya. Dengan mempertimbangkan ketersediaan waktu, tenaga, dan biaya, penelitian ini direncanakan dilakukan dalam 2 siklus. a. Rancangan siklus 1 1) Tahap perencanaan, berupa kegiatan menyusun rencana penerapan teknik peer-correction dalam pembelajaran menulis karya ilmiah. Adapun wujud kegiatannya adalah: a) guru bahasa
Indonesia bersama peneliti menyusun skenario
pembelajaran menulis karya ilmiah dengan menerapkan teknik peercorrection untuk Kompetensi Dasar ”Menyusun Karya Ilmiah Berdasarkan Kajian Buku atau Hasil Penelitian Sederhana” sesuai silabus yang disusun. b) menyusun lembar observasi sebagai pedoman pengamatan terhadap pelaksanaan teknik peer-correction dalam pembelajaran menulis karya ilmiah untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan kemampuan menulis karya ilmiah. 2) Tahap pelaksanaan, ditempuh dengan melaksanakan pembelajaran sesuai skenario pembelajaran yang dibuat, yaitu dengan mengoptimalkan penerapan teknik peer-correction dalam pembelajaran menulis karya commit to user ilmiah. Pada siklus I ini pembelajaran dilakukan oleh guru bahasa
64 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Indonesia, sedangkan peneliti melakukan observasi terhadap proses pembelajaran
dan
wawancara
kepada
beberapa
siswa
setelah
pembelajaran berakhir. Adapun langkah penerapan teknik peercorrection dalam pembelajaran menulis karya ilmiah sebagai berikut: a) Guru melakukan apersepsi dengan menanyakan pengalaman siswa membaca buku-buku non fiksi atau buku-buku yang bersifat non ilmiah yang dapat dijadikan sumber penulisan karya ilmiah; b) Guru menjelaskan cara penulisan karya ilmiah berdasarkan kajian buku dengan memberi contoh cara menyusun kerangka karya ilmiah dan pengembangannya menjadi karya ilmiah; c) Guru menjelaskan aturan-aturan yang harus diperhatikan dalam penulisan karya ilmiah, meliputi isi, pemakaian bahasa, dan penggunaan ejaan serta tanda baca; d) Siswa dan guru membahas kesalahan-kesalahan bahasa yang terdapat dalam contoh karya ilmiah yang dibagikan oleh guru; e) Siswa diajak ke perpustakaan untuk mencari buku sebagai sumber penulisan karya ilmiah berdasarkan kajian buku; f) Siswa diminta membuat kerangka karya ilmiah berdasarkan kajian buku (tahap prapenulisan); g) Siswa ditugasi mengembangkan kerangka tersebut menjadi karya ilmiah (sebagai tugas rumah); h) Siswa diminta mengumpulkan karya ilmiah yang dibuatnya untuk direview dan diberi feedback oleh guru dalam bentuk simbol/penanda kesalahan bahasa; i) Guru mengemukakan hasil reviewnya atas tulisan siswa yang sudah dikumpulkan dan mengaitkannya dengan hal-hal penting dalam penilaian tulisan yang meliputi aspek isi, organisasi isi, kosakata, pengembangan bahasa, dan mekanik; j) Guru menjelaskan cara melaksanakan peer-correction terhadap hasil tulisan siswa; commit to user
65 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
k) Guru mengembalikan hasil tulisan yang telah diberi penanda kesalahan bahasa di bagian marginnya; l) Guru membagikan daftar simbol penanda kesalahan bahasa berikut penjelasannya; m)Siswa diminta saling menukarkan hasil tulisannya dengan teman sebangkunya dan menuliskan namanya pada hasil tulisan tersebut sebagai korektor; n) Dengan bantuan feedback dari guru berupa simbol/penanda kesalahan bahasa di bagian margin tulisan, siswa melakukan tahap penyuntingan dengan mengoreksi kesalahan bahasa dalam karya ilmiah temannya. Pelaksanaannya dilakukan dengan cara siswa mencocokkan penanda pada bagian margin tulisan temannya dengan daftar penjelasan simbol yang diberikan guru. Selanjutnya siswa mencari kesalahan yang dimaksudkan pada baris yang diberi penanda. Setelah kesalahan tersebut ditemukan, siswa harus menandainya dengan cara memberi garis bawah pada kata/kalimat yang salah, mengidentifikasi penyebab terjadinya kesalahan, kemudian membetulkannya di sekitar letak kesalahan tersebut; o) Hasil tulisan dikembalikan pada siswa (penulisnya); p) Siswa diminta menulis ulang tulisan yang telah direvisi temannya untuk dikumpulkan dan dinilai; q) Guru dan siswa melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan; r) Guru menutup pembelajaran. 3) Tahap observasi dan interpretasi, dilakukan oleh peneliti dengan mengamati dan menginterpretasikan aktivitas penerapan peer-correction dalam pembelajaran menulis pada proses (aktivitas guru dan siswa) maupun
hasil
koreksi
dengan
menggunakan
lembar
observasi
berdasarkan pedoman yang telah disiapkan peneliti untuk mendapatkan data tentang kekurangan dan kemajuan aplikasi tindakan pada siklus commit to user data yang lebih akurat, peneliti pertama. Selain itu, untuk memperoleh
66 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
juga melakukan wawancara dengan para siswa mengenai poin-poin tertentu yang dirasa perlu ditanyakan pada siswa untuk mendapatkan data yang lebih lengkap. 4) Tahap analisis dan refleksi, dilakukan oleh peneliti dan guru dengan cara menganalisis hasil karangan siswa, hasil observasi, serta wawancara. Tahap ini dilaksanakan peneliti dengan: a) menghitung rerata persentase siswa yang aktif dan antusias serta persentase siswa yang dapat menemukan 75% letak kesalahan bahasa pada hasil tulisan temannya dan dapat membetulkan kesalahan tersebut secara tepat; b) mengidentifikasi penyebab siswa kurang aktif dan antusias selama pembelajaran, serta belum dapat menemukan dan membetulkan 75% kesalahan bahasa pada hasil tulisan temannya (wawancara dengan siswa); dan c) mengidentifikasi solusi/tindak lanjut yang perlu dilakukan pada siklus berikutnya untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan
kemampuan
menulis
karya
ilmiah
siswa
selanjutnya.
(wawancara dengan siswa). Dengan demikian, analisis dilakukan terhadap proses dan hasil pembelajaran
untuk
memperoleh
kesimpulan
bagian
kegiatan
pembelajaran menulis karya ilmiah mana yang perlu dibenahi agar penguasaan bahasa Indonesia tulis siswa meningkat dan bagian tindakan mana yang telah memenuhi target. Semakin banyak siswa yang menunjukkan keaktifan dan kesungguhan dalam melakukan peercorrection (pada tindakan terakhir minimal mencapai 75% siswa), berarti kualitas proses pembelajaran menulis karya ilmiah dapat dinyatakan mengalami peningkatan. Adapun kemampuan menulis karya ilmiah siswa dinyatakan meningkat apabila semakin banyak siswa dapat membetulkan 75% kesalahan bahasa pada karangan temannya dan 75% siswa memperoleh nilai 75 pada aspek pemakaian bahasa pada commit to user
67 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tulisannya (mengalami penurunan jumlah kesalahan pada hasil tulisan ilmiah berikutnya). b. Rancangan siklus II Pada siklus kedua dilakukan tahapan-tahapan seperti pada siklus pertama dengan didahului perencanaan ulang berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh pada siklus pertama (refleksi), sehingga kelemahankelemahan yang terjadi pada siklus pertama tidak terjadi pada siklus kedua.
commit to user
68 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab IV ini akan disajikan uraian hasil tindakan penelitian berikut pembahasannya. Uraian hasil tindakan ini merupakan jawaban atas rumusan masalah pada Bab I. Sebelum hasil penelitian dipaparkan, pada bab ini akan diberikan terlebih dahulu deskripsi pratindakan yang menjelaskan kondisi awal proses pembelajaran menulis karya ilmiah di kelas XI Bahasa SMA N 2 Sukoharjo beserta kemampuan awal siswanya dalam menulis karya ilmiah sebelum dilakukan tindakan penelitian. Dalam pratindakan ini, peneliti melakukan beberapa langkah, yakni: (1) mengamati proses pembelajaran menulis karya ilmiah di kelas XI Bahasa SMA N 2 Sukoharjo (observasi); (2) wawancara dengan guru; dan (3) wawancara dengan siswa. Berikut ini akan diberikan deskripsi hasil tindakan setiap siklus dan perbandingan hasil tindakan antarsiklus. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam 2 siklus dengan 4 tahap dalam setiap
siklusnya, yaitu perencanaan,
pelaksanaan tindakan, observasi, serta analisis dan refleksi.
A. Deskripsi Pratindakan Kondisi awal proses pembelajaran dan kemampuan awal siswa kelas XI Bahasa dalam menulis karya ilmiah diketahui dengan dilakukannya observasi yang dilakukan peneliti pada hari Sabtu, 24 Maret 2012 pada saat pembelajaran menulis karya ilmiah di kelas. Survei ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui kondisi awal pembelajaran dan kemampuan awal siswa dalam menulis karya ilmiah sebagai acuan untuk menetapkan tindakan yang tepat pada proses
pembelajaran
selanjutnya.
Pada
kegiatan
pratindakan
ini,
guru
melaksanakan pembelajaran sebagaimana biasa, sedangkan peneliti bertindak sebagai partisipan pasif yang mengamati jalannya proses pembelajaran dari tempat duduk di bagian belakang kelas yang telah dipersiapkan oleh guru. Berikut ini uraian hasil survei awal yang dilakukan peneliti. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
69 digilib.uns.ac.id
Suasana kelas agak gaduh ketika guru dan peneliti memasuki kelas sesaat setelah bel pertanda dimulainya jam pelajaran pertama. Sebagian siswa sudah menempati tempat duduknya masing-masing dan bersiap menerima pelajaran, tetapi sebagian yang lain terlihat masih sibuk dengan aktivitasnya sendiri. Guru mengondisikan kelas dengan mengucapkan salam dan meminta ketua kelas memimpin doa. Setelah itu, guru mengabsen kehadiran siswa dengan menanyakan adakah siswa yang tidak masuk. Beberapa siswa berseru, “nihil Bu..”. Guru kemudian mengisi buku harian kelas. Guru mengawali pembelajaran dengan menyampaikan kompetensi dasar yang akan dipelajari, yakni menulis karya ilmiah dari kajian buku atau hasil penelitian sederhana. Guru lalu mengemukakan tujuan pembelajaran. Begitu guru mengemukakan bahwa yang akan dipelajari siswa pada kesempatan tersebut adalah materi penulisan karya ilmiah, beberapa siswa yang duduk di bangku deretan belakang terdengar mengeluh dan menunjukkan keengganan. Guru menanggapi dengan mengatakan bahwa materi menulis karya ilmiah memang sukar. Oleh karena itu, para siswa harus memperhatikan baik-baik penjelasan yang diberikan oleh guru. Selanjutnya, guru meminta para siswa membuka buku panduan dan modul pembelajaran pada halaman yang membahas tentang penulisan karya ilmiah. Guru melakukan apersepsi dengan menguji pemahaman awal siswa seputar penulisan karya ilmiah. Beliau mengajukan beberapa pertanyaan kepada siswa. Namun, tidak ada siswa yang berinisiatif untuk menjawab pertanyaan guru tersebut. Guru pun memutuskan untuk menunjuk dua orang siswa sebangku yang terlihat berbisik-bisik. Mereka tampak sedang mendiskusikan jawaban pertanyaan dari guru. Akan tetapi, ketika guru menyebutkan nama salah satu dari mereka, seketika kedua siswa itu langsung berhenti berdiskusi dan siswa yang ditunjuk menyahut sambil tersenyum malu, “tidak tahu, Bu…”. Pada akhirnya, guru sendirilah yang menjawab pertanyaan yang diajukannya. Hal serupa terjadi ketika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, yakni sebagian besar siswa cenderung pasif. Mereka tidak memanfaatkan kesempatan yang diberikan commit to user oleh guru untuk bertanya.
perpustakaan.uns.ac.id
70 digilib.uns.ac.id
Karena tanya jawab yang dilakukan kurang efektif dan cenderung bersifat satu arah, guru pun melanjutkan pembelajaran dengan memberikan lebih banyak uraian materi dengan berceramah. Akan tetapi, penjelasan yang diberikan guru lebih banyak bersifat pengetahuan dan ingatan, misalnya tentang pengertian, ciriciri, jenis-jenis, dan cara menyusun karya ilmiah mulai dari penulisan judul hingga daftar pustaka. Adapun hal-hal yang berkaitan dengan penerapan kaidah bahasa dalam tulisan ilmiah misalnya pemakaian kata dan penyusunan kalimat, penggunaan ejaan, serta pemakaian tanda baca cenderung diabaikan oleh guru. Padahal, hal-hal tersebut tidak kalah penting sebagai bekal bagi siswa dalam berpraktik menulis karya ilmiah, yakni agar tulisan yang dihasilkan tidak hanya baik secara isi, tetapi juga benar secara kaidah . Saat pembelajaran berlangsung, siswa terlihat pasif. Beberapa siswa terutama yang duduk di deretan depan memang tampak memperhatikan penjelasan dari guru dan antusias mencatat materi. Namun, para siswa yang duduk di deretan tengah dan belakang banyak yang memasang wajah bosan. Beberapa dari mereka terlihat mengantuk dan menidurkan kepala di atas meja atau menguap selama pembelajaran. Beberapa yang lain hanya bertopang dagu atau berbisik mengobrol dengan teman sebangkunya. Bahkan, peneliti mendapati dua siswa sebangku yang sibuk dengan aktivitasnya masing-masing, yaitu membaca majalah dan membuka handphone secara sembunyi-sembunyi di laci meja. Guru pun terpaksa menegur beberapa kali para siswa yang dirasa mengganggu pembelajaran. Akan tetapi, teguran tersebut hanya mampu menenangkan siswa sesaat. Selesai menerangkan materi, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya jika ada bagian materi yang belum mereka pahami. Akan tetapi, kembali tidak ada siswa yang bertanya. Saat guru menanyakan apakah semua siswa sudah paham, para siswa menjawab dengan nada ragu-ragu, “Paham Bu…!” Guru pun melanjutkan dengan mengemukakan penugasan. Para siswa diminta mengunjungi perpustakaan dan mencari buku untuk dikaji sebagai sumber penulisan karya ilmiah. Tak lupa guru menegaskan bahwa hasil tulisan (karya commit to selanjutnya. user ilmiah) harus dikumpulkan pada pertemuan
perpustakaan.uns.ac.id
71 digilib.uns.ac.id
Mendengar penugasan yang diberikan, beberapa siswa yang tidak memperhatikan penjelasan dari guru terlihat bingung. Mereka tampak keberatan dan mengeluhkan tugas yang diberikan. Beberapa siswa bertanya pada temannya yang dianggap memperhatikan sehingga suasana kelas menjadi gaduh. Guru pun menegur dan menyalahkan para siswa yang bersangkutan karena tidak memperhatikan penjelasan yang diberikan semenjak awal dan justru asik mengobrol saat guru tengah menerangkan. Selama berada di perpustakaan, banyak siswa yang terlihat tidak serius saat mencari buku. Ada siswa yang hanya berkeliling mengitari rak buku dari satu sisi ke sisi yang lain tanpa mencermati isi buku. Ada pula siswa yang mengambil buku sedapatnya kemudian hanya duduk-duduk dan bercanda dengan temannyatemannya. Adapun siswa yang serius mencari buku hanya sedikit jumlahnya. Para siswa itu tampak memilih beberapa buku, membolak-balik halaman dan membaca-baca isinya sekilas untuk menilai apakah buku tersebut menarik dan bermanfaat untuk dikaji dan dijadikan sebagai sumber penulisan karya ilmiah. Sesaat sebelum bel pergantian pelajaran, guru menutup pembelajaran dengan menegaskan kembali tugas yang diberikan serta batas waktu pengumpulan tugas. Setelah mengucapkan salam, guru pun mempersilakan siswa untuk kembali ke kelas guna mengikuti pelajaran selanjutnya. Dari hasil pantauan peneliti dengan menggunakan lembar observasi, diketahui bahwa siswa yang aktif dalam pembelajaran hanya berjumlah 5 siswa (18%) dari keseluruhan siswa yang berjumlah 27 orang. Dengan kata lain, sebanyak 22 orang 82% siswa tidak aktif dalam pembelajaran. Nilai rata-rata keaktifan siswa selama apersepsi pembelajaran baru mencapai skor 1,93. Skor ini dapat dikategorikan masih sangat rendah dan masuk dalam kategori kurang. Nilai keaktifan dan perhatian siswa saat guru menyampaikan materi juga masih rendah, yaitu baru mencapai skor 2,33 dan termasuk dalam kategori kurang, sedangkan skor rata-rata aspek minat dan keaktifan siswa mencapai skor 2,26 yang juga masuk dalam kategori kurang. Dengan demikian, nilai rata-rata aspek dalam penilaian proses pembelajaran mencapai skor 43,48. Berdasarkan skor tersebut, commit to user aspek keaktifan siswa selama kualitas proses pembelajaran yang mencakup
72 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
apersepsi, keaktifan dan perhatian siswa saat guru menyampaikan materi, dan minat serta motivasi siswa dalam pembelajaran baru mencapai kategori kurang. Untuk suatu kualitas proses pembelajaran yang maksimal, tentunya hasil tersebut masih jauh dari harapan. Hasil penilaian proses pembelajaran pada prasiklus dapat disajikan dalam tabel 5 di bawah ini.
Tabel 5. Nilai Proses Pembelajaran Menulis Karya Ilmiah Siswa Kelas XI Bahasa pada Kondisi Awal No.
Nama
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27.
Adika Devi K. Ahsana Prayoga Alfina Aunin S. Amirul Nisa Atika H.P. Bety Palupi Desi Sari Nastiti Dommy Ryan N. Ermawati H. Erna Ambarwati Esti Kurniawati Eva Fembiana Fahmi Ghifari Faizal Riski W. Fajriyah Eka P. Fitri Tiara Kasih Ghaniz Rasaq Indriani Ulfa Kinayung D.K.A. Lisa Puspita Sari Novi Widyastuti Riyan Pangestu Rudi Kurniawan Sakti Affandi Solikhah W. Wisnu P.U Yudi Setyo N. Prosentase: siswa yang baik/cukup baik
A*
Nilai B*
C*
2 2 2 1 1 2 3 2 2 4 4 3 2 3 2 1 2 2 2 3 2 1 1 1 3 3 3 2 3 2 2 3 3 2 2 2 1 1 2 1 2 2 2 3 2 3 4 4 1 2 2 4 3 4 3 4 3 2 2 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 1 2 2 2 2 3 1 2 2 2 2 3 6 siswa 10 siswa 8 siswa (22,22%) (37,04%) commit to user (29,63%)
Skor
Nilai
Ket.
6 4 7 11 7 5 7 3 9 7 8 6 4 5 7 11 5 11 10 6 4 5 4 5 7 5 7
40 27 47 73 47 33 47 20 60 47 53 40 27 33 47 73 33 73 67 40 27 33 27 33 47 33 47
Kurang Kurang Kurang Baik Kurang Kurang Kurang Kurang Cukup Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Baik Kurang Baik Cukup Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang
perpustakaan.uns.ac.id
73 digilib.uns.ac.id
Keterangan: A*
: Keaktifan selama apersepsi
B*
: Keaktifan dan perhatian saat guru menyampaikan materi
C*
: Minat dan motivasi dalam mengikuti pembelajaran
Dalam wawancara yang dilakukan, guru menyatakan bahwa dalam pembelajaran di kelas selama ini, beliau sudah berupaya mengaktifkan siswa, tetapi belum berhasil. Guru sudah memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya maupun menjawab pertanyaan. Akan tetapi, siswa tidak memanfaatkan kesempatan tersebut. Karena tanya jawab yang dilakukan kurang efektif, guru pun memperbanyak pemberian materi dengan berceramah. Guru mengatakan bahwa hal itu dilakukannya dengan tujuan agar siswa memiliki bekal materi yang lebih banyak sebagai pendukung saat siswa melakukan praktik menulis karya ilmiah. Lebih lanjut, peneliti mengajukan pertanyaan seputar penugasan menulis karya ilmiah. Peneliti menanyakan langkah yang dilakukan guru setelah semua hasil karya ilmiah siswa terkumpul. Guru mengatakan bahwa hasil karya ilmiah yang sudah terkumpul langsung dikoreksi dan dinilai kemudian dibagikan kembali kepada siswa. Dari hasil wawancara, diketahui pula bahwa guru terbiasa mencantumkan langsung nilai siswa tanpa memberikan koreksi yang berupa coretan-coretan pembetulan pada hasil tulisan siswa dengan alasan keterbatasan waktu. Berkaitan dengan nilai menulis siswa, guru menginformasikan bahwa dari tahun ke tahun, nilai menulis karya ilmiah selalu rendah. Tidak hanya itu, rendahnya nilai menulis karya ilmiah adalah penyebab utama jatuhnya nilai ratarata menulis secara keseluruhan. Di kelas XI Bahasa, rendahnya nilai menulis terutama disebabkan banyaknya kesalahan bahasa yang dilakukan siswa. Kesalahan-kesalahan tersebut terletak pada semua aspek bahasa, yaitu ejaan, kata, maupun kalimat. Bentuk kesalahan yang banyak dijumpai diantaranya kesalahan pemakaian tanda baca, pemakaian huruf kapital, penulisan kata depan, pemakaian kata bahasa populer, pemakaian kata bahasa Jawa dan kosa kata yang kurang to usersemua hasil tulisan siswa. tepat. Kesalahan tersebut dijumpaicommit pada hampir
74 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sehubungan dengan metode yang dipilih guru dalam pembelajaran, diakui guru saat wawancara bahwa beliau belum menemukan metode maupun teknik pembelajaran yang tepat untuk mengajarkan materi menulis karya ilmiah. Guru juga mengemukakan keinginannya untuk mencoba menerapkan metode mengajar baru yang efektif untuk mengajarkan materi menulis karya ilmiah, dalam arti dapat meningkatkan keaktifan siswa sekaligus kemampuan menulis karya ilmiah pada siswa. Sebagaimana dinyatakan sebelumnya, nilai menulis karya ilmiah diketahui rendah akibat banyaknya kesalahan bahasa dalam hasil tulisan siswa. Hal tersebut mengindikasikan rendahnya penguasaan siswa akan kaidah bahasa dan kemampuan mereka dalam menerapkan kaidah bahasa tersebut dalam bentuk tulisan. Sesuai keterangan yang diberikan guru pada saat wawancara, data yang diperoleh peneliti berkaitan dengan nilai hasil pembelajaran menulis karya ilmiah siswa pada kondisi awal juga menunjukkan masih rendahnya kemampuan siswa dalam menulis karya ilmiah. Banyaknya kesalahan bahasa dalam tulisan siswa menjadikan gagasan yang dikemukakan menjadi kabur dan sulit dipahami. Berikut ini tabel 6 yang menyajikan hasil rekap nilai menulis karya ilmiah siswa kelas XI Bahasa SMA N 2 Sukoharjo pada kondisi awal.
commit to user
75 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 6. Nilai Hasil Pembelajaran Menulis Karya Ilmiah Siswa Kelas XI Bahasa pada Kondisi Awal. No.
Nama Siswa
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27.
Adika Devi K. Ahsana Prayoga Alfina Aunin S. Amirul Nisa Atika H.P. Bety Palupi Desi Sari Nastiti Dommy Ryan N. Ermawati H. Erna Ambarwati Esti Kurniawati Eva Fembiana Fahmi Ghifari Faizal Riski W. Fajriyah Eka P. Fitri Tiara Kasih Ghaniz Rasaq Indriani Ulfa Kinayung D.K.A. Lisa Puspita Sari Novi Widyastuti Riyan Pangestu Rudi Kurniawan Sakti Affandi Solikhah W. Wisnu P.U Yudi Setyo N.
Aspek Penilaian II* III* IV* 14 13 13 13 12 12 15 13 14 16 14 18 17 15 16 12 11 12 17 15 15 12 11 12 17 16 15 16 15 17 16 14 17 14 13 13 13 14 14 13 11 12 16 16 16 15 15 18 15 14 13 16 15 16 17 14 14 13 14 17 14 11 11 13 12 12 14 13 12 13 14 12 14 14 13 13 12 13 14 13 13
I* 23 17 22 25 24 23 23 21 24 23 25 21 22 22 24 25 21 25 24 21 22 22 21 18 23 20 22 Jumlah Rata-rata
*Keterangan: I : Isi II : Organisasi Isi III : Kosakata IV : Pengembangan Bahasa V : Mekanik commit to user
V* 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Nilai
Ket
66 57 67 76 75 61 73 59 75 74 75 64 66 61 75 77 66 76 72 68 61 62 63 60 67 61 65 1822 67,48
Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas
76 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Nilai siswa yang disajikan pada tabel 6 di atas menunjukkan bahwa masih terdapat 17 siswa (62,96 %) siswa yang belum mencapai KKM karena masih memperoleh nilai di bawah 70, sedangkan sebanyak 10 siswa (37,04%) siswa lainnya sudah mencapai nilai 70 atau lebih. Nilai rerata juga baru berada pada tingkat 67,48. Data ini menunjukkan bahwa pembelajaran menulis karya ilmiah yang telah dilakukan masih jauh dari batas ketuntasan yang ditetapkan. Pembelajaran menulis karya ilmiah pada kondisi awal belum mampu mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu, diperlukan adanya upaya peningkatan. Upaya peningkatan tersebut tentunya harus memperhatikan penyebab rendahnya nilai siswa, dalam hal ini adalah lemahnya penguasaan kaidah bahasa tulis siswa yang mengakibatkan banyaknya kesalahan bahasa dalam hasil tulisan siswa. Selain itu, kualitas proses pembelajaran menulis karya ilmiah yang rendah selama ini tentunya harus pula diperbaiki agar kemampuan menulis karya ilmiah siswa meningkat. Dari
hasil
pengamatan
peneliti
selama
berlangsungnya
proses
pembelajaran dan wawancara dengan guru, diketahui bahwa pembelajaran menulis karya ilmiah di kelas XI Bahasa yang dilakukan masih bersifat konvensional. Pembelajaran masih berpusat pada guru meskipun siswa sedikit banyak sudah diberikan kesempatan untuk bertanya. Metode dan teknik pembelajaran yang diterapkan juga kurang bervariasi karena ceramah masih mendominasi kegiatan pembelajaran. Penugasan menulis karya ilmiah diberikan guru sebagai evaluasi pembelajaran, tetapi siswa belum diberi kesempatan melakukan tahap revisi karena hasil tulisan langsung dikumpulkan, dikoreksi, dinilai, dan dibagikan kembali kepada siswa. Anjuran merevisi hanya tersirat dari nasihat sepintas guru agar siswa meneliti kembali hasil tulisannya sebelum dikumpulkan. Ada kalanya revisi dilakukan guru dengan cara mengoreksi beberapa hasil tulisan siswa yang terkumpul lebih awal. Selanjutnya, guru memanggil siswa yang bersangkutan dan menunjukkan letak kesalahan dalam tulisannya. Guru kemudian meminta siswa yang bersangkutan untuk memperbaiki kembali hasil tulisannya sebelum dikumpulkan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
77 digilib.uns.ac.id
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari hasil wawancara dengan siswa terkait rendahnya antusiasme dan keaktifan mereka dalam pembelajaran menulis karya ilmiah adalah sebagai berikut: (1) siswa merasa bosan saat mengikuti pembelajaran menulis ilmiah karena guru lebih banyak menerangkan dengan berceramah, yaitu mencatatkan poin-poin materi yang penting di papan tulis dan menguraikannya panjang lebar; (2) cakupan materi yang diuraikan guru dalam penjelasan dirasa terlalu banyak dan lebih bersifat teoretis sehingga sulit dicerna dan dipraktikkan oleh siswa; (3) siswa kurang termotivasi karena guru hanya memberikan contoh yang ada dalam buku panduan belajar; (4) siswa tidak aktif menjawab pertanyaan guru di kelas karena tidak mengetahui atau ragu-ragu atas jawaban yang akan diberikan; (5) siswa tidak aktif bertanya kepada guru karena malu dan takut dianggap bodoh; (6) siswa tidak termotivasi untuk menulis karya ilmiah yang bagus sebab hasil tulisan mereka nantinya hanya akan dibaca dan dinilai oleh guru sehingga tidak perlu malu jika nilainya jelek; (6) siswa merasa kesulitan jika guru meminta mereka mengoreksi hasil tulisannya sendiri. Siswa kesulitan untuk mencari letak kesalahan, terlebih memperbaiki hasil tulisannya sendiri. Oleh karena itu, mereka mengehendaki adanya bimbingan, petunjuk, maupun feedback dari guru saat melakukan koreksi; (7) karena siswa tidak dapat memperbaiki kesalahan dalam tulisannya sendiri, selama ini hasil tulisan siswa selalu dikoreksi dan dinilai langsung oleh guru. Berdasarkan kesimpulan hasil wawancara yang dilakukan, diketahui bahwa pembelajaran menulis karya ilmiah dianggap sangat sukar dan membosankan oleh sebagian besar siswa . Hal tersebut dikarenakan guru selalu menerangkan materi secara panjang lebar dengan metode ceramah. Di akhir pembelajaran, guru memberikan tugas menulis karya ilmiah sebagai evaluasi. Hal itulah yang paling tidak disukai siswa karena mereka merasa penjelasan dari guru yang lebih bersifat terori kurang memadai untuk mendukung kemampuan mereka dalam menulis karya ilmiah. Siswa juga tidak dapat melakukan revisi terhadap tulisannya karena minimnya feedback dari guru, sementara mereka sendiri tidak mengetahui letak kesalahannya. Selain itu, karena pada akhirnya yang mengoreksi usersiswa menjadi kurang termotivasi dan menilai hasil tulisan mereka commit tetaplahtoguru,
78 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dan bersungguh-sungguh dalam menulis karya ilmiah. Mereka juga tidak malu jika nilai tulisannya jelek. Berdasarkan hasil evaluasi terhadap hasil karya ilmiah siswa pada kondisi awal, observasi, dan wawancara baik dengan guru maupun siswa, dapat disimpulkan beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya kualitas proses pembelajaran dan kemampuan menulis karya ilmiah pada siswa kelas XI Bahasa sebagai berikut. 1. Siswa kurang tertarik pada pembelajaran menulis karya ilmiah Dari observasi yang dilakukan peneliti dan wawancara kepada beberapa orang siswa yang terlihat kurang aktif selama pembelajaran, diketahui bahwa mereka kurang tertarik terhadap pembelajaran menulis karya ilmiah. Hal itulah yang menyebabkan mereka kurang aktif selama pembelajaran. Mereka kurang tertarik terhadap pembelajaran menulis karya ilmiah karena merasa bosan dengan cara mengajar guru yang banyak memberikan ceramah. Selain itu, mereka juga menganggap materi karya ilmiah merupakan materi yang sukar dan memerlukan tingkat pemikiran yang lebih tinggi dibandingkan materi menulis atau mengarang lain yang pernah diajarkan. Para siswa yang kurang aktif selama pembelajaran beranggapan bahwa aturan-aturan yang rumit dalam penulisan karya ilmiah hanya membuat mereka pusing. Oleh karena itu, mereka berusaha mengalihkan fokus dan perhatian pada hal-hal lain selama berlangsungnya pembelajaran. 2. Penguasan kosakata dan kemampuan pengembangan bahasa siswa belum memadai Hasil perolehan nilai siswa pada aspek kosakata dan struktur kalimat pada tahap pratindakan masih termasuk dalam kriteria sedang-cukup, yakni skor antara 11-16 untuk kosakata dan 11-18 untuk pengembangan bahasa. Dari koreksi yang dilakukan guru bersama peneliti terhadap hasil tulisan ilmiah siswa, diketahui bahwa penguasaan kosakata sebagian besar siswa masih terbatas. Hal ini ditunjukkan dengan kurang bervariasinya kosakata yang digunakan
siswa
dalam
tulisannya. Banyak kata-kata yang diulang commit to user penggunaannya sehingga membuat tulisan membosankan untuk dibaca. Selain
79 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
itu, pemilihan kata yang digunakan juga banyak yang kurang tepat sehingga mengaburkan makna atau maksud yang ingin disampaikan lewat tulisan. Masalah lainnya adalah banyaknya struktur kalimat yang kurang tepat atau berantakan. 3. Aspek mekanik siswa belum memadai Hasil tulisan ilmiah siswa pada tahap pratindakan menunjukkan masih banyaknya kesalahan dalam aspek mekanik yang meliputi penggunaan ejaan dan tanda baca. Siswa mengalami kesulitan diantaranya dalam penulisan huruf kapital, pemakaian tanda titik, pemakaian tanda koma, penulisan kata depan dan imbuhan, serta banyaknya penyingkatan kata yang tidak sesuai dengan kaidah. 4. Guru belum menemukan metode dan teknik pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan kemampuan menulis karya ilmiah siswa kelas XI Bahasa. Sebagaimana
hasil
pengamatan
peneliti
terhadap
aktivitas
pembelajaran menulis karya ilmiah di kelas XI Bahasa yang telah diuraikan sebelumnya, metode pengajaran yang digunakan guru cenderung konvensional, yaitu dengan ceramah. Siswa lebih banyak mendengarkan penjelasan guru yang bersifat teoretis seputar karya ilmiah, misalnya pengertian, ciri-ciri, jenis-jenis, dan langkah penulisan karya ilmiah. Selanjutnya, siswa diminta menulis karya ilmiah dan hasilnya dikumpulkan untuk dikoreksi dan dinilai langsung oleh guru. Berdasarkan hasil analisis dan refleksi terhadap kondisi awal pembelajaran pada tahap pratindakan, peneliti dan guru merasa perlu meningkatkan kemampuan menulis karya ilmiah pada siswa kelas XI Bahasa SMA N 2 Sukoharjo. Lebih lanjut, peneliti bersama guru berdiskusi untuk merencanakan langkah atau tindakan selanjutnya. Peneliti dan guru pada akhirnya menyepakati untuk menerapkan teknik peer-correction dalam pembelajaran menulis karya ilmiah. Adapun tindakan siklus I direncanakan untuk dilakukan pada hari Sabtu, 12 Mei 2012. commit to user
80 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus Bertolak dari hasil analisis dan refleksi peneliti pada saat survei awal serta wawancara dengan guru dan siswa, peneliti dan guru merasa perlu untuk melakukan tindakan guna mengatasi permasalahan yang terjadi, dalam hal ini rendahnya kemampuan menulis karya ilmiah pada siswa kelas XI Bahasa SMA N 2 Sukoharjo. Tindakan tersebut dilakukan dalam bentuk siklus yang setiap siklusnya terdiri atas empat tahapan yang berkesinambungan, yaitu (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi, dan (4) analisis dan refleksi.
1. Deskripsi Siklus I a. Perencanaan Tindakan Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Selasa, 8 Mei 2012 di ruang perpustakaan SMA N 2 Sukoharjo. Pada kesempatan ini peneliti bersama guru mendiskusikan hal-hal yang akan dilakukan pada siklus I. Beberapa hal yang didiskusikan tersebut antara lain: (1) peneliti menyamakan persepsi dengan guru mengenai penelitian yang akan dilakukan; (2) peneliti menyarankan penerapan teknik peer-correction dalam pembelajaran menulis karya ilmiah serta menjelaskan cara penerapannya; (3) peneliti dan guru bersama-sama menyusun RPP untuk siklus I; (4) peneliti dan guru bersama-sama merumuskan indikator pencapaian tujuan; (5) peneliti dan guru bersama-sama membuat lembar penilaian siswa, yaitu instrumen penelitian berupa tes dan nontes. Instrumen tes digunakan untuk menilai karya ilmiah yang ditulis siswa (penilaian hasil) dan instrumen nontes digunakan untuk menilai sikap siswa selama mengikuti pembelajaran menulis karya ilmiah (penilaian proses). Instrumen yang digunakan untuk menilai kualitas proses pembelajaran karya ilmiah berupa rubrik penilaian proses pembelajaran yang meliputi keaktifan siswa selama apersepsi, keaktifan dan perhatian siswa saat guru menyampaikan materi, keaktifan dan kesungguhan siswa dalam melakukan peer-correction, serta minat dan motivasi siswa (sikap) siswa saat mengikuti kegiatan commit to user
81 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pembelajaran; (6) peneliti bersama guru menentukan jadwal pelaksanaan tindakan. b. Pelaksanaan Siklus I Pelaksanaan siklus I pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Sabtu, 12 Mei 2012 selama dua jam pelajaran (2 x 45 menit) di ruang kelas XI Bahasa SMA N 2 Sukoharjo. Dalam hal ini, guru bertindak sebagai pemimpin jalannya pembelajaran,
sedangkan
peneliti
bertindak
sebagai
pengamat
yang
mengobservasi jalannya proses pembelajaran. Langkah-langkah yang dilakukan guru dalam pembelajaran menulis pada siklus I pertemuan pertama adalah sebagai berikut: (1) guru melakukan apersepsi dengan menanyakan pengalaman siswa dalam membaca buku-buku nonfiksi atau buku-buku yang bersifat nonilmiah yang dapat dijadikan sumber penulisan karya ilmiah; (2) guru menjelaskan cara penulisan karya ilmiah dari kajian buku dengan memberi contoh cara menyusun kerangka karya ilmiah dan pengembangannya menjadi karya ilmiah; (3) guru menjelaskan aturan-aturan yang harus diperhatikan dalam penulisan karya ilmiah, meliputi isi, pemakaian bahasa, dan penggunaan ejaan serta tanda baca; (4) siswa dan guru membahas kesalahan-kesalahan bahasa yang terdapat dalam contoh karya ilmiah yang dibagikan oleh guru; (5) siswa diajak ke perpustakaan untuk mencari buku sebagai sumber penulisan karya ilmiah berdasarkan kajian buku; (6) siswa diminta membuat kerangka karya ilmiah berdasarkan kajian buku (tahap prapenulisan); (7) siswa ditugasi mengembangkan kerangka tersebut menjadi karya ilmiah (sebagai tugas rumah); (8) guru melakukan refleksi atas pembelajaran yang telah dilakukan kemudian menutup pembelajaran. Kegiatan yang dilakukan siswa setelah mendengarkan penjelasan guru adalah membahas kesalahan-kesalahan bahasa yang terdapat dalam contoh karya ilmiah yang dibagikan oleh guru. Contoh karya ilmiah yang disajikan guru adalah karya ilmiah yang mengandung jenis-jenis kesalahan bahasa seperti yang banyak ditemukan dalam hasil tulisan siswa. Guru meminta siswa membaca contoh karya ilmiah yang dibagikan dan mencari bentuk-bentuk commitKemudian, to user kesalahan bahasa di dalamnya. guru meminta para siswa
perpustakaan.uns.ac.id
82 digilib.uns.ac.id
mengemukakan kesalahan bahasa yang berhasil ditemukannya. Melalui diskusi, siswa dan guru menganalisis penyebab kesalahan, lalu memperbaiki kesalahan bahasa tersebut secara bersama-sama. Langkah pembelajaran berikutnya adalah guru mengajak siswa ke perpustakaan untuk mencari buku sebagai sumber penulisan karya ilmiah. Adapun tema dan topik karya ilmiah ditentukan sendiri oleh siswa sesuai buku yang dipilihnya. Siswa lalu diminta mengembangkan kerangka karya ilmiah berdasarkan buku yang sudah dipilih. Guru kemudian menyampaikan tugas rumah kepada siswa, yaitu mengkaji isi buku, membuat kerangka karya ilmiah dari kajian buku, dan mengembangkan kerangka tersebut menjadi karya ilmiah. Guru meminta siswa mengumpulkan karya ilmiah tersebut maksimal satu hari sebelum pertemuan berikutnya. Guru juga menyampaikan bahwa nantinya hasil tulisan mereka akan direview terlebih dahulu dan diberi feedback oleh guru. Setelah menyampaikan tugas, guru menutup pembelajaran menulis karya ilmiah pada pertemuan pertama tersebut. Pembelajaran menulis karya ilmiah dilanjutkan pada pertemuan berikutnya, yaitu pada hari Kamis, 17 Mei 2012 di ruang kelas XI Bahasa SMA N 2 Sukoharjo. Adapun langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru pada pertemuan kedua ini adalah: (1) guru melakukan apersepsi berkaitan dengan pentingnya pengeditan bahasa dalam penulisan karya ilmiah disamping revisi terhadap isi tulisan; (2) guru mengemukakan hasil reviewnya atas tulisan siswa yang sudah dikumpulkan dan mengaitkannya dengan hal-hal penting dalam penilaian tulisan yang meliputi aspek isi, organisasi isi, kosakata, pengembangan bahasa, dan mekanik; (3) guru menjelaskan cara melaksanakan peer-correction terhadap hasil tulisan siswa; (4) guru mengembalikan hasil tulisan siswa yang telah diberi penanda kesalahan bahasa di bagian marginnya; (5) guru membagikan daftar simbol penanda kesalahan bahasa berikut penjelasannya; (6) siswa diminta saling menukarkan hasil tulisannya dengan teman sebangkunya dan menuliskan namanya pada hasil tulisan tersebut sebagai korektor; (7) dengan bantuan feedback dari guru berupa simbol commit to user di bagian margin tulisan, siswa penanda kesalahan bahasa yang ditempatkan
83 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
melakukan tahap penyuntingan dengan mengoreksi kesalahan bahasa dalam tulisan ilmiah temannya; (8) hasil tulisan dikembalikan pada siswa (penulisnya); (9) siswa diminta menulis ulang tulisan yang telah direvisi temannya untuk dikumpulkan dan dinilai; (10) guru dan siswa melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan; (11) guru menutup pembelajaran. Kegiatan yang dilakukan setelah siswa saling menukarkan hasil tulisannya dan menuliskan nama pada hasil tulisan temannya sebagai korektor adalah
melakukan
peer-correction
terhadap
hasil
tulisan
temannya.
Pelaksanaannya dilakukan dengan cara siswa mencocokkan penanda pada bagian margin tulisan temannya dengan daftar penjelasan simbol yang diberikan guru. Selanjutnya siswa mencari kesalahan yang dimaksudkan pada baris yang diberi penanda. Setelah kesalahan tersebut ditemukan, siswa harus menandainya dengan cara memberi garis bawah pada kata/kalimat yang salah, mengidentifikasi penyebab terjadinya kesalahan, kemudian membetulkannya di sekitar letak kesalahan tersebut. Hasil tulisan yang sudah dikoreksi dan diperbaiki lalu dikembalikan kepada penulisnya. Selanjutnya, penulis diminta untuk menyalin atau menulis ulang tulisan yang telah direvisi oleh temannya. Guru menegaskan pada siswa bahwa hasil salinan tersebut merupakan hasil akhir yang akan dinilai karena tulisan yang dibuat telah melalui tahap revisi. Pembelajaran pun ditutup dengan refleksi Guru dan siswa terhadap kegiatan peer-correction yang telah dilaksanakan dan salam penutup.
c. Observasi Observasi dilaksanakan saat pembelajaran menulis karya ilmiah dengan teknik peer-correction yang berlangsung pada hari Sabtu, 12 Mei 2012 pukul 07.00-08.30 WIB (jam ke-1 dan 2) dan hari Kamis, 17 Mei 2012 WIB (jam ke3 dan 4). Observasi difokuskan pada situasi pelaksanaan pembelajaran, kegiatan yang dilaksanakan guru, serta aktivitas siswa dalam pembelajaran. Dalam observasi ini, peneliti menggunakan pedoman observasi sebagaimana user terlampir. Pada saat observasi,commit penelititobertindak sebagai partisipan pasif yang
perpustakaan.uns.ac.id
84 digilib.uns.ac.id
duduk di bangku belakang. Namun, sesekali peneliti beranjak untuk mengambil gambar dari berbagai sisi kelas guna melengkapi dokumentasi penelitian. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti, diperoleh gambaran tentang jalannya kegiatan pembelajaran menulis karya ilmiah dengan teknik peer-correction sejak guru memasuki kelas hingga berakhirnya proses pembelajaran. Hasil pengamatan peneliti tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. Guru memasuki kelas dan mengondisikan siswa dengan mengucapkan salam. Para siswa berangsur tenang setelah mendengar salam yang diucapkan guru dengan volume suara keras. Mereka menjawab salam tersebut secara serempak, diikuti seruan ketua kelas yang memimpin teman-temannya untuk berdoa. Selesai berdoa, guru melakukan absen sekilas dengan menanyakan siswa yang tidak masuk. Beberapa siswa menjawab nihil. Guru kemudian mengisi jurnal pembelajaran harian kelas XI Bahasa. Guru membuka pelajaran dengan melakukan apersepsi. Pertama-tama guru mengemukakan KD, indikator, tujuan pembelajaran dan ruang lingkup materi terkait pembelajaran menulis karya ilmiah berdasarkan kajian buku. Sebagaimana saat pratindakan, kali ini pun terdengar keluhan beberapa orang siswa ketika mereka mengetahui bahwa materi yang akan dipelajari adalah menulis karya ilmiah. Guru menanggapinya dengan mengatakan bahwa materi karya ilmiah sengaja diulang karena hasil nilai yang diperoleh siswa belum memuaskan. Meskipun agak kecewa, para siswa terlihat memaklumi alasan yang disampaikan guru. Guru kemudian menanyakan pengalaman siswa dalam membaca buku, baik fiksi maupun nonfiksi atau buku-buku yang bersifat ilmiah. Guru mengatakan bahwa buku yang bersifat ilmiah atau nonfiksi memiliki banyak manfaat, salah satunya sebagai sumber penulisan karya ilmiah. Para siswa terutama yang duduk di bangku deretan depan tampak tertarik dan antusias menyimak apersepsi dari guru. Tiga orang siswa bahkan bersedia menjawab pertanyaan dari guru seputar pengalaman mereka membaca buku-buku ilmiah. commit to ketiga user siswa itu bersedia saat guru Meskipun masih tampak malu-malu,
85 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
meminta mereka menceritakan lebih lanjut isi buku yang mereka baca. Guru pun memberikan pujian atas keberanian mereka dalam menjawab dan mengungkapkan
pendapat.
Mendengar
pujian
tersebut,
siswa
yang
bersangkutan terlihat senang dan semakin antusias mengikuti pelajaran. Selanjutnya, untuk menguji pemahaman awal siswa dan memancing kembali ingatan siswa akan materi penulisan karya ilmiah yang sebelumnya pernah diajarkan saat pratindakan, guru mengajukan beberapa pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan tersebut meliputi pengertian, ciri-ciri, unsur-unsur, sistematika penulisan, dan langkah menulis karya ilmiah. Beberapa siswa tampak berbisik-bisik mendiskusikan jawaban pertanyaan dari guru, tetapi mereka masih ragu untuk menjawab. Salah satu siswa yang merasa pernah mencatat penjelasan guru terlihat membolak-balik catatan untuk menemukan jawaban pertanyaan yang diajukan. Guru pun menunjuk siswa tersebut untuk menjawab dengan cara membacakan hasil catatannya dengan suara keras agar didengar pula oleh teman-temannya. Guru kemudian menjelaskan setiap poin dari jawaban yang disampaikan siswa tersebut. Selanjutnya, guru menjelaskan cara membuat kerangka karya ilmiah dari kajian buku dengan memberikan contoh cara menyusun kerangka karya ilmiah dan pengembangannya menjadi karya ilmiah. Guru juga memberikan penjelasan seputar aspek-aspek kebahasaan lain yang harus diperhatikan dalam penulisan karya ilmiah selain aspek isi. Penjelasan tersebut misalnya tentang aspek organisasi isi yang berkaitan dengan penyusunan ide tulisan, aspek kosakata yang berkaitan dengan pemilihan dan pemakaian kata dan kosakata, aspek pengembangan bahasa yang berkaitan dengan struktur maupun penyusunan kalimat, dan aspek mekanik yang berkaitan dengan penulisan ejaan dan tanda baca. Pada awalnya, beberapa siswa tampak merasa asing dan kurang paham dengan penjelasan yang disampaikan guru. Agar siswa lebih paham, guru pun membagikan contoh karya ilmiah yang telah dipersiapkannya. Guru menyampaikan kepada siswa bahwa contoh karya ilmiah yang dibagikan user yang sering ditemukan dalam mengandung banyak kesalahancommit bahasato seperti
86 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
hasil tulisan siswa selama ini, terutama dalam penulisan karya ilmiah. Hal itu pula yang menyebabkan nilai menulis mereka selalu rendah. Oleh karena itu, untuk dapat meningkatkan nilai menulis, hal pertama yang harus dilakukan siswa adalah berusaha meningkatkan penguasaan kaidah bahasa tulis mereka dan kemampuan mereka menerapkannya dalam bentuk tulisan. Hal tersebut dapat dilakukan siswa salah satunya dengan belajar mengoreksi kesalahan bahasa seperti yang terdapat dalam contoh karya ilmiah yang dibagikan guru. Guru kemudian memberikan arahan kepada siswa untuk mulai membaca contoh karya ilmiah tersebut sembari mencari letak kesalahan bahasanya. Agar siswa lebih berkonsentrasi, guru meminta siswa untuk membaca dalam hati selama ±10 menit. Setelah siswa selesai membaca, guru kemudian menanyakan kesalahan bahasa apa saja yang berhasil ditemukan siswa dari contoh karya ilmiah tersebut dan dimana letaknya. Beberapa siswa terlihat berdiskusi dengan teman sebangkunya dan saling menunjukkan letak kesalahan bahasa yang berhasil
mereka
temukan,
tetapi
mereka
masih
ragu-ragu
untuk
menyampaikannya kepada guru. Sementara itu, beberapa siswa yang sebelumnya sudah aktif pada saat apersepsi kembali mencoba menjawab pertanyaan guru sehingga diskusi dan tanya jawab dapat berlangsung cukup efektif. Adapun kesalahan bahasa yang umumnya ditemukan para siswa adalah kesalahan dalam hal penulisan huruf kapital, kesalahan penulisan kata, dan kesalahan pemakaian ejaan. Kesalahan tersebut rata-rata dapat diperbaiki dengan benar oleh siswa. Akan tetapi, kesalahan yang berkaitan dengan aspek pengembangan bahasa yang berhubungan dengan struktur kalimat masih jarang ditemukan oleh siswa. Setiap kesalahan bahasa yang ditemukan siswa dibahas bersama dengan guru, termasuk cara memperbaikinya. Dalam hal ini, para siswa terlihat senang dan lebih antusias karena guru memberikan bimbingan dan feedback dalam kegiatan koreksi yang dilakukan, yaitu dengan memberikan penjelasan lebih lanjut tentang bentuk kesalahan bahasa yang ditemukan, penyebabnya, dan cara memperbaikinya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
87 digilib.uns.ac.id
Langkah pembelajaran selanjutnya adalah guru mengajak siswa ke perpustakaan. Siswa diminta mencari buku sebagai sumber penulisan karya ilmiah. Hal ini sesuai dengan kompetensi dasar yang diajarkan di kelas XI program Bahasa, yaitu menyusun karya ilmiah berdasarkan kajian buku. Berbeda dengan pada saat pratindakan, pada pembelajaran siklus I ini para siswa terlihat lebih antusias dan serius saat ditugasi mencari buku di perpustakaan. Namun, masih tetap ada beberapa siswa yang bercanda dan tidak serius saat mencari buku. Agar lebih efektif, guru menetapkan batas waktu pencarian buku. Para siswa yang semula kurang serius akhirnya bergegas mencari buku. Setelah semua siswa mendapatkan buku, guru meminta siswa untuk mencoba membuat kerangka karya ilmiah dari buku yang dipilihnya. Mendekati batas akhir pembelajaran, guru mengajak siswa untuk kembali ke kelas. Di kelas, guru mengemukakan tugas yang harus dikerjakan siswa di rumah, yakni mengkaji isi buku yang dipilih, kemudian membuat kerangka karya ilmiah yang sesuai dengan isi buku tersebut dan mengembangkannya menjadi karya ilmiah. Guru menegaskan batas waktu pengumpulan tugas, yaitu dua hari sebelum pertemuan berikutnya, tepatnya pada hari Selasa, tanggal 15 Mei 2012. Mendengar adanya pembatasan waktu, sebagian siswa mengeluh dan menyatakan keberatannya. Guru pun mengemukakan alasan penetapan batas waktu tersebut, yaitu karena nantinya hasil tulisan siswa akan direview dan diberi feedback terlebih dahulu oleh guru. Seorang siswa yang terlihat bingung dengan maksud perkataan guru mengacungkan jari dan menanyakan feedback seperti apa yang akan diberikan guru. Guru pun menjelaskan bahwa feedback yang akan diberikan berupa simbol-simbol penanda kesalahan bahasa yang ditempatkan di bagian margin tulisan. Meskipun tampak belum terlalu paham, siswa tersebut menganggukkan kepala dan tidak bertanya lebih lanjut. Lebih lanjut, guru mengemukakan rencana kegiatan pembelajaran pada pertemuan selanjutnya, yaitu siswa diminta mengoreksi hasil tulisan (karya ilmiah) temannya. Guru juga mengemukakan harapannya agar feedback yang commit to user diberikan dapat membantu siswa dalam mengoreksi. Disamping itu, guru
perpustakaan.uns.ac.id
88 digilib.uns.ac.id
menegaskan bahwa siswa yang tidak mengumpulkan hasil tulisannya tepat waktu tidak akan memperoleh feedback sehingga hasil tulisannya tidak dapat dikoreksi oleh temannya. Beberapa siswa mengangguk pertanda mengerti. Pembelajaran pada pertemuan pertama ini ditutup dengan penegasan materi dari guru dan kegiatan refleksi yang dilakukan guru bersama siswa. Terakhir, guru mengucapkan salam penutup pembelajaran. Pada pertemuan kedua, gambaran pelaksanaan pembelajaran adalah sebagai berikut. Guru memasuki kelas sesaat setelah terdengar bel dimulainya pelajaran jam ke-3 dan 4. Saat guru masuk, suasana kelas belum terkondisi dengan baik. Beberapa siswa terlihat masih sibuk menyelesaikan tugas mata pelajaran sebelumnya dan beberapa yang lain ada yang meminta izin mengumpulkan tugas di kantor. Guru mengizinkan dengan syarat siswa kembali ke kelas secepatnya. Guru kemudian memperingatkan siswa agar menghentikan segala aktivitasnya dan menyiapkan diri untuk mengikuti pelajaran bahasa Indonesia. Siswa berangsur tenang dan mengikuti perintah guru. Mereka memasukkan semua buku yang tidak berhubungan dengan pelajaran bahasa Indonesia ke dalam tas dan mengeluarkan perlengkapan belajar bahasa Indonesia, misalnya buku panduan, modul, dan buku catatan bahasa Indonesia. Setelah situasi kelas terkondisi, guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, kemudian mengabsen kehadiran siswa. Jumlah siswa pada pertemuan kedua ini juga nihil. Guru memberi apersepsi dengan mengutarakan pentingnya pengeditan bahasa terhadap semua hasil tulisan, termasuk karya ilmiah. Guru juga mengemukakan hasil reviewnya atas tulisan siswa yang sudah dikumpulkan. Guru mengatakan bahwa dalam tulisan siswa masih dijumpai banyak kesalahan bahasa sehingga harus diedit terlebih dahulu. Guru mengemukakan bahwa pada pembelajaran kali ini siswa akan diberikan kesempatan untuk berlatih mengoreksi kesalahan bahasa dalam hasil tulisan temannya. Hal itu dilakukan sebagai upaya meningkatkan penguasaan kaidah bahasa tulis siswa agar hasil tulisan mereka lebih baik dan nilai menulis commit to user istilah peer-correction untuk mereka meningkat. Guru mengemukakan
89 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menyebut koreksi antar teman yang akan dilakukan oleh siswa. Agar siswa lebih termotivasi, Guru juga menyebutkan manfaat-manfaat yang dapat diperoleh siswa dari kegiatan peer-correction, diantaranya siswa dapat belajar menemukan kesalahan bahasa dalam tulisan temannya sekaligus belajar memperbaikinya.
Dengan
demikian,
siswa
yang
bersangkutan
dapat
mengantisipasi agar tidak melakukan kesalahan seperti yang dilakukan temannya pada saat menulis. Selain itu, saran atau masukan yang diberikan temannya terhadap hasil tulisannya juga dapat menjadi sarana belajar dan mengintrospeksi diri bagi siswa yang bersangkutan agar menyadari kesalahan bahasa yang mungkin sering dilakukan tetapi tidak disadarinya selama ini. Berikutnya, guru memberi penjelasan tentang aspek tulisan yang harus menjadi fokus siswa saat mengoreksi. Aspek tersebut adalah aspek yang berkaitan dengan penerapan kaidah bahasa seperti penggunaan kosakata (aspek kosakata), penyusunan kata dan kalimat (aspek pengembangan bahasa), dan penggunaan ejaan serta tanda baca (aspek mekanik). Adapun aspek isi dan organisasi isi nantinya akan dikoreksi langsung oleh guru agar penilaiannya lebih objektif. Setelah memberikan penjelasan seputar manfaat kegiatan koreksi yang akan dilakukan dan aspek-aspek tulisan yang harus dikoreksi oleh siswa, guru memberikan kesempatan bagi siswa untuk bertanya. Pada kesempatan ini, seorang siswa putri bernama Eva Fembiana mengacungkan jari. Ia menanyakan bagaimana jika ia atau temannya tidak dapat menemukan kesalahan bahasa dalam tulisan yang dikoreksi atau bingung bagaimana cara memperbaiki kesalahan bahasa yang ditemukan. Seorang siswa lain bernama Alfina juga menanyakan bagaimana jika bagian tulisan yang dikoreksi dan diperbaiki ternyata sudah benar dan karena diperbaiki justru menjadi salah. Guru menanggapi pertanyaan Eva dan Alfina tersebut dengan mengatakan bahwa hal-hal itu sangat mungkin terjadi saat siswa melakukan koreksi. Karenanya, guru sudah mempersiapkan bantuan berupa pemberian feedback dalam bentuk simbol-simbol penanda kesalahan bahasa yang ditempatkan di bagian margin to usermenyiapkan panduan mengoreksi tulisan. Tidak hanya itu, gurucommit juga sudah
90 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang berisi penjelasan dari setiap simbol, contoh-contoh kesalahan bahasa sesuai yang disimbolkan, dan pembetulannya. Dengan demikian, siswa diharapkan lebih terarah dalam mengoreksi. Beberapa siswa tampak mengangguk-angguk tanda mengerti. Selanjutnya, guru membagikan daftar simbol yang dimaksudkan. Agar lebih jelas, guru membahas sekilas daftar simbol tersebut bersama siswa. Guru juga mengajak siswa berlatih mengoreksi beberapa kalimat yang dituliskan di papan tulis. Guru membuat beberapa contoh kalimat yang mengandung kesalahan bahasa dan memberi simbol penanda kesalahan yang sesuai. Kemudian, Guru meminta siswa maju memperbaiki kalimat tersebut dengan berpedoman pada daftar simbol yang diberikan. Pada kegiatan ini cukup banyak siswa yang bersedia maju mengerjakan latihan dari guru. Namun, beberapa siswa lain ada juga yang tidak berani maju dengan alasan malu dan takut salah. Agar siswa mengetahui kebenaran hasil koreksinya dan hasil koreksi teman-temannya, guru mengajak siswa mendiskusikan setiap hasil koreksi. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk berpendapat jika ada hasil koreksi yang dinilai masih salah. Guru dan siswa mengomentari penyebab kesalahan dan mencoba memperbaikinya secara bersama-sama. Setelah siswa cukup paham, guru mengarahkan siswa untuk mulai melakukan peer-correction. Terlebih dahulu siswa diminta menukarkan hasil tulisanyan (karya ilmiah) dengan temannya, kemudian mencantumkan namanya sebagai korektor pada hasil tulisan temannya yang akan dikoreksi. Selanjutnya, siswa diminta mencocokkan penanda kesalahan bahasa pada bagian margin tulisan dengan daftar penjelasan simbol yang terdapat dalam panduan mengoreksi. Siswa lalu diminta mencari dan menentukan letak dan bentuk kesalahan bahasa pada baris yang diberi penanda, menandainya dengan memberi garis bawah atau lingkaran, serta memberikan pembetulan di sekitar kesalahan yang ditemukan. Para siswa kembali mengangguk paham dengan instruksi yang diberikan guru. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
91 digilib.uns.ac.id
Pada saat pelaksanaan koreksi, para siswa terlihat cukup antusias. Mereka tampak senang dapat menemukan kesalahan bahasa dalam tulisan temannya sekaligus memperbaiki kesalahan tersebut. Namun, ada juga beberapa siswa yang terlihat masih bingung dan ragu-ragu dalam mengoreksi, terutama dalam memberikan pembetulan. Hal tersebut dikarenakan mereka tidak memanfaatkan panduan mengoreksi yang diberikan guru secara maksimal. Dengan kata lain, beberapa siswa masih mengoreksi secara asalasalan tanpa pedoman. Selain itu, ada pula beberapa siswa yang terlihat saling membantu dengan berdiskusi bersama teman sebangkunya saat mengoreksi. Sementara siswa mengoreksi, guru berkeliling kelas untuk memantau aktivitas siswa, sedangkan peneliti melakukan penilaian terhadap keaktifan siswa dalam melakukan peer-correction sembari mengambil dokumentasi. Setelah proses mengoreksi selesai, guru meminta siswa mengembalikan hasil tulisan kepada temannya yang bersangkutan. Selanjutnya, penulis diminta mencermati kembali hasil tulisannya dan perbaikan yang disarankan oleh temannya. Situasi kelas agak gaduh karena beberapa siswa berusaha mengonfirmasi hasil koreksi temannya yang dinilai kurang sesuai. Guru pun memberi nasihat dengan mengatakan bahwa kesalahan yang dilakukan siswa dalam mengoreksi merupakan hal yang wajar karena mereka sedang berada dalam tahap belajar. Karenanya, saran perbaikan dari korektor boleh diikuti jika dianggap benar dan boleh tidak diikuti jika dirasa masih salah. Para siswa tampak menyetujui usulan dari guru. Mereka mulai menyalin hasil tulisan yang telah dikoreksi dan diperbaiki oleh temannya. Setelah selesai, Guru meminta siswa mengumpulkan hasil salinan tersebut. Siswa yang belum selesai menyalin diberi kesempatan mengumpulkan keesokan paginya. Terakhir, Guru menyimpulkan pembelajaran, malakukan refleksi pembelajaran, dan menutup pembelajaran dengan salam. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti terhadap proses pembelajaran menulis karya ilmiah pada siklus I, diperoleh gambaran ketercapaian indikator pelaksanaan sebagai berikut, siswa yang aktif saat apersepsi sebanyak 13 siswa to belum user aktif saat apersepsi. Siswa yang (48,15%), sedangkan 14 siswa commit (51,85%)
92 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
aktif dan memperhatikan saat guru menyampaikan materi sebanyak 16 siswa (59,26%), sedangkan 11 siswa (40,74%) tidak memperhatikan penjelasan guru. Siswa yang aktif dan bersungguh-sungguh saat melakukan peer-correction sebanyak 19 siswa (70,37%), sedangkan 8 siswa (29,63%) tidak aktif dan kurang bersungguh-sungguh dalam melakukan peer-correction. Siswa yang memiliki minat dan motivasi saat mengikuti pembelajaran sebanyak 20 siswa (74,07%), sedangkan 7 siswa (25,93%) tidak bersungguh-sungguh dan kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran.
d. Analisis dan Refleksi Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus I dapat dianalisis bahwa kualitas proses pembelajaran sudah mengalami peningkatan, tetapi belum maksimal. Indikator penelitian ini belum sepenuhnya tercapai. Oleh karena itu, peneliti dan guru berupaya melakukan analisis dan refleksi secara bersamasama untuk menggali faktor penyebab fenomena tersebut dan mencari solusinya. Adapun hasil analisis dan refleksi yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut. 1. Keaktifan siswa selama guru mengemukakan apersepsi mengalami peningkatan. Hal tersebut terlihat dari adanya beberapa siswa yang mulai berani mengemukakan pendapatnya saat guru menanyakan pengalaman mereka dalam membaca buku-buku nonfiksi. Akan tetapi, keaktifan siswa belum maksimal karena jumlah siswa yang menanggapi apersepsi dari guru masih sedikit. 2. Keaktifan dan perhatian siswa saat guru menyampaikan materi meningkat dibandingkan pada saat pratindakan. Akan tetapi, peningkatan yang terjadi juga belum maksimal karena belum merata pada seluruh siswa. Hanya beberapa siswa tertentu yang terus aktif selama pembelajaran dan memanfaatkan kesempatan
yang diberikan
guru untuk bertanya,
menjawab, maupun mengajukan pendapat. Adapun siswa yang lainnya commit to begitu, user guru membiarkan saja siswamasih cenderung pasif. Meskipun
perpustakaan.uns.ac.id
93 digilib.uns.ac.id
siswa yang pasif dan jarang menegur mereka. Dengan kata lain, guru lebih memfokuskan perhatiannya hanya pada para siswa yang aktif. 3. Beberapa siswa masih menunjukkan kurangnya minat dan motivasi mereka dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini diindikasikan dari sikap siswa yang sibuk dengan aktivitasnya sendiri, tampak bosan, mengantuk, atau bertopang dagu saat berlangsungnya pembelajaran. 4. Pemberian waktu bagi siswa untuk mencari buku di perpustakaan dinilai kurang efektif karena banyak siswa yang tidak serius dan mengulur-ulur waktu saat mencari buku. Sebagai alternatifnya, alokasi waktu ntuk mencari buku di perpus dapat diganti dengan memperbanyak latihan mengoreksi pada siswa. 5. Beberapa siswa belum sepenuhnya aktif dan bersungguh-sungguh saat melakukan peer-correction. Mereka kurang serius saat mengoreksi atau justru bermain-main sendiri dengan teman sebangkunya, bertopang dagu, dan menidurkan kepala di atas meja. Beberapa siswa juga tampak mengoreksi secara asal-asalan tanpa menggunakan pedoman. 6. Siswa sudah cukup mampu dalam mengidentifikasi kesalahan bahasa yang terdapat dalam hasil tulisan temannya. Hal ini terlihat dari banyaknya coretan kesalahan. Akan tetapi, beberapa siswa belum dapat membetulkan kesalahan tersebut secara maksimal. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya coretan koreksi yang tanpa tulisan pembetulan. Beberapa siswa terlihat masih takut dan ragu untuk memberikan pembetulan. 7. Secara kualitas, hasil tulisan (karya ilmiah) siswa belum sepenuhnya baik. Meskipun telah dikoreksi antar teman dan diperbaiki, hasil nilai yang diperoleh menunjukkan masih ada beberapa siswa yang belum mencapai KKM (70). Adapun dari hasil nilai karya ilmiah siswa pada siklus I, diketahui bahwa telah terjadi peningkatan kemampuan menulis karya ilmiah pada siswa. Skor dalam setiap aspek tulisan mengalami peningkatan meskipun belum maksimal. Untuk lebih jelasnya, berikut adalah tabel 7 dan 8 yang menyajikan commit to user nilai proses dan hasil pembelajaran menulis karya ilmiah pada siklus I.
94 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 7. Nilai Proses Pembelajaran Menulis Karya Ilmiah Siswa Kelas XI Bahasa pada Siklus I No.
Nama Siswa
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27.
Adika Devi K. Ahsana Prayoga Alfina Aunin S. Amirul Nisa Atika H.P. Bety Palupi Desi Sari Nastiti Dommy Ryan N. Ermawati H. Erna Ambarwati Esti Kurniawati Eva Fembiana Fahmi Ghifari Faizal Riski W. Fajriyah Eka P. Fitri Tiara Kasih Ghaniz Rasaq Indriani Ulfa Kinayung D.K.A. Lisa Puspita Sari Novi Widyastuti Riyan Pangestu Rudi Kurniawan Sakti Affandi Solikhah W. Wisnu P.U Yudi Setyo N. Prosentase: siswa yang sangat baik/baik
Nilai A* B* C* D* 2 3 3 3 1 2 2 2 4 3 3 3 4 4 3 4 3 4 3 4 2 2 2 3 3 3 3 3 1 2 2 1 3 4 4 3 2 3 3 3 3 3 3 4 3 2 3 3 2 2 3 3 2 2 2 2 3 3 3 4 3 4 4 4 2 3 3 4 4 3 4 4 3 4 4 3 2 2 3 3 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 1 3 2 2 3 3 3 4 2 2 2 2 3 4 3 3 13 siswa 16 siswa 19 siswa 20 siswa (48,15%) (59,26%) (70,37%) (74,07%)
Skor
Nilai
Ket.
11 7 13 15 14 9 12 6 14 11 13 11 10 8 13 15 12 15 14 10 9 9 8 8 13 8 13
55 35 65 75 70 45 60 30 70 55 65 55 50 40 65 75 60 70 70 50 45 45 40 40 65 40 65
Cukup Kurang Cukup Baik Baik Kurang Cukup Kurang Baik Cukup Cukup Cukup Cukup Kurang Cukup Baik Cukup Baik Baik Cukup Kurang Kurang Kurang Kurang Cukup Kurang Cukup
Keterangan: A*
: Keaktifan selama apersepsi
B*
: Keaktifan dan perhatian saat guru menyampaikan materi
C*
: Keaktifan dan kesungguhan dalam melakukan peer-correction
D*
: Minat dan motivasi dalam mengikuti pembelajaran
commit to user
95 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 8. Nilai Hasil Pembelajaran Menulis Karya Ilmiah Siswa Kelas XI Bahasa pada Siklus I No.
Nama Siswa
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27.
Adika Devi K. Ahsana Prayoga Alfina Aunin S. Amirul Nisa Atika H.P. Bety Palupi Desi Sari Nastiti Dommy Ryan N. Ermawati H. Erna Ambarwati Esti Kurniawati Eva Fembiana Fahmi Ghifari Faizal Riski W. Fajriyah Eka P. Fitri Tiara Kasih Ghaniz Rasaq Indriani Ulfa Kinayung D.K.A. Lisa Puspita Sari Novi Widyastuti Riyan Pangestu Rudi Kurniawan Sakti Affandi Solikhah W. Wisnu P.U Yudi Setyo N.
I*
Aspek Penilaian II* III* IV*
23 19 24 25 25 24 24 21 25 23 25 24 23 20 25 25 24 25 25 24 23 23 23 20 24 20 23
15 15 16 16 17 13 17 13 16 17 16 16 15 14 17 16 16 17 17 15 15 14 15 14 15 14 15
15 14 14 16 16 13 16 13 16 16 16 15 15 13 17 17 15 15 15 15 13 15 14 15 15 13 14
Jumlah Rata-rata Keterangan: I
: Isi
II
: Organisasi isi
III
: Kosakata
IV
: Pengembangan Bahasa
V
: Mekanik commit to user
14 13 14 19 17 14 16 14 18 18 18 15 16 14 16 20 17 19 15 15 12 13 13 14 15 14 14
V* 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4
Nilai
Ket.
70 64 72 80 79 68 77 65 79 78 79 74 73 64 79 82 76 80 76 73 67 69 68 67 73 65 70
Tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas
1967 72,85
96 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Hasil nilai menulis karya ilmiah siswa sebagaimana yang tampak dalam tabel menunjukkan adanya peningkatan kemampuan menulis siswa meskipun belum maksimal. Hal ini ditandai dengan jumlah siswa yang mendapatkan nilai tuntas pada siklus I ini lebih banyak daripada saat observasi awal. Jumlah siswa yang nilainya mencapai ketuntasan pada saat observasi awal hanya 10 siswa (37,04%), tetapi setelah dilakukan tindakan, jumlah siswa yang nilainya tuntas menjadi 18 siswa (66,67%). Selain dari hasil pembelajaran, peningkatan juga terlihat pada proses belajar. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan jumlah siswa yang aktif, memperhatikan, bersungguh-sungguh, berminat dan menampakkan motivasinya selama mengikuti pembelajaran dibandingkan pada saat observasi awal. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, berikut ini dikemukakan refleksi dari kekurangan yang ditemukan: 1) Untuk mendorong siswa agar lebih aktif selama apersepsi, pada saat guru menyampaikan materi, maupun saat siswa melakukan koreksi, guru hendaknya memberikan motivasi, pengarahan, serta penjelasan bahwa penilaian pembelajaran tidak hanya dari hasil, tetapi juga dari keaktifan siswa saat berlangsungnya pembelajaran 2) Guru perlu perlu memperbaiki cara mengajarnya. Hal ini perlu dilakukan agar siswa yang semula tidak memperhatikan pelajaran menjadi memperhatikan dan lebih aktif. Guru harus berusaha membagi perhatiannya secara menyeluruh pada semua siswa, tidak hanya pada siswa-siswa yang aktif. Guru sebaiknya menegur para siswa yang kurang aktif atau menganggu pelajaran dengan memberi mereka pertanyaan atau meminta mereka mengemukakan pendapat sehingga lebih mengena. Hal ini sekaligus
untuk
memancing
keaktifan
pembelajaran.
commit to user
siswa
dalam
mengikuti
97 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Agar pemanfaatan waktu lebih efektif, kegiatan mencari buku di perpustakaan dihilangkan dan diganti dengan memberikan lebih banyak latihan kepada siswa dalam mengoreksi. Hal ini dilakukan agar siswa tidak hanya mampu menyalahkan, tetapi juga mampu membetulkan kesalahan bahasa yang ditemukan dalam hasil tulisan temannya. 4) Guru hendaknya lebih mengawasi siswa saat pembelajaran, terutama saat melakukan koreksi, misalnya dengan cara berkeliling untuk memantau dan menanyakan kesulitan-kesulitan yang dialami masing-masing siswa. Dengan demikian, siswa akan lebih aktif, bersungguh-sungguh, dan termotivasi dalam melakukan koreksi karena merasa diperhatikan oleh guru. Selain itu, guru juga perlu menegaskan pentingnya pemanfaatan panduan mengoreksi agar hasil koreksi siswa lebih maksimal. 5) Untuk lebih memaksimalkan kemampuan siswa dalam menulis karya ilmiah, guru hendaknya lebih menegaskan kembali pokok-pokok penilaian dalam sebuah tulisan. Dengan demikian, nilai karya ilmiah siswa akan lebih baik atau setidaknya mencapai batas ketuntasan minimal sebesar 70. Berdasarkan hasil analisis dan refleksi di atas, dapat disimpulkan bahwa tindakan pada siklus I belum mencapai hasil yang memuaskan. Peningkatan memang terjadi pada beberapa indikator yang telah ditentukan dibandingkan pada saat survei awal. Akan tetapi, dalam siklus ini hanya 18 siswa yang telah tuntas, sedangkan sisanya belum mencapai batas ketuntasan minimal yang ditetapkan (70). Oleh karenanya, diperlukan adanya perbaikan pembelajaran berupa tindakan pada siklus II. Perbaikan ini dilakukan untuk mengatasi kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus I. Selanjutya, siklus II direncanakan akan dilaksanakan pada hari Kamis, 24 Mei 2012 dan Sabtu, 26 Mei 2012.
commit to user
98 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Deskripsi Siklus II a. Perencanaan Tindakan Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, peneliti dan guru menyepakati perlunya dilaksanakan pembelajaran pada siklus II. Persiapan dan perencanaan siklus II ini dilakukan pada hari Senin, 21 Mei 2012 di ruang perpustakaan SMA N 2 Sukoharjo. Pada kesempatan ini, peneliti menyampaikan hasil observasi berikut refleksi terhadap pembelajaran menulis karya ilmiah pada siklus I. Pada guru yang bersangkutan, peneliti menyampaikan segala kekurangan dan kelebihan proses pembelajaran yang telah dilakukan. Untuk mengatasi beberapa kekurangan pada siklus I, guru dan peneliti menyepakati beberapa hal yang sebaiknya dilakukan guru dalam pembelajaran menulis karya ilmiah pada siklus selanjutnya, antara lain: (1) guru memberikan motivasi kepada siswa agar lebih aktif dalam pembelajaran dan menegaskan bahwa penilaian pembelajaran tidak hanya dari hasil, tetapi juga dari keaktifan siswa saat
berlangsungnya
pembelajaran;
(2)
guru
lebih
meratakan
perhatiannya kepada seluruh siswa dan berusaha memancing keaktifan para siswa yang masih pasif selama pembelajaran; (3) kegiatan mencari buku di perpustakaan diganti dengan memperbanyak latihan mengoreksi agar siswa tidak hanya mampu menyalahkan, tetapi juga mampu memperbaiki kesalahan bahasa yang ditemukan; (4) guru hendaknya lebih memantau aktivitas siswa terutama saat siswa melakukan koreksi serta guru mengingatkan siswa agar memanfaatkan panduan mengoreksi secara maksimal; (5) guru perlu menegaskan kembali pokok-pokok penilaian dalam sebuah tulisan agar hasil tulisan siswa menjadi lebih baik. Adapun skenario yang direncanakan dalam siklus II adalah sebagai berikut: (1) guru mengucapkan salam dan mengondisikan kelas; (2) guru melakukan apersepsi dengan mengemukakan hasil refleksinya atas karya ilmiah siswa pada siklus I; (3) guru dan siswa bertanya jawab tentang kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam menulis karya ilmiah pada siklus I; (4) guru memberikan motivasi kepada siswa dengan memaparkan manfaat commit to user penulisan karya ilmiah dan menceritakan prestasi yang berhasil dicapai para
99 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pemenang lomba karya ilmiah; (5) guru menyampaikan materi menulis karya ilmiah berdasarkan kajian buku dan langkah pembelajaran yang akan ditempuh siswa; (6) guru memberikan latihan kepada siswa untuk mengoreksi contoh karya ilmiah yang telah dipersiapkan; (7) guru menegaskan pokok-pokok penilaian dalam sebuah tulisan (karya ilmiah); (8) guru mengemukakan tugas rumah kepada siswa untuk mencari buku nonfiksi, mengkajinya, dan membuat karya ilmiah
berdasarkan
kajian
terhadap
buku
tersebut;
(9)
guru
menyimpulkan pembelajaran, melakukan refleksi bersama siswa, dan menutup pembelajaran dengan salam. Skenario pembelajaran pada pertemuan kedua adalah sebagai berikut: (1) guru memberikan apersepsi berkaitan dengan pentingnya pengeditan bahasa dalam penulisan karya ilmiah; (2) guru mengemukakan review-nya atas hasil tulisan siswa yang sudah dikumpulkan; (3) guru dan siswa bertanya jawab tentang kesulitan-kesulitan yang dialami siswa saat melakukan peer-correction pada siklus I; (4) guru membagikan hasil tulisan siswa (karya ilmiah) yang sudah dikumpulkan dan diberi feedback kemudian meminta siswa menukarkan hasil tulisannya dengan temannya; (5) sebelum mengoreksi, guru menegaskan kembali cara melakukan peer-correction dan hal-hal yang harus dikoreksi oleh siswa, terutama yang berkaitan dengan penerapan kaidah kebahasaan, yaitu aspek kosakata, pengembangan bahasa, dan mekanik dalam tulisan; (6) guru membagikan
panduan
mengoreksi
dan
mengingatkan
siswa
untuk
memanfaatkan panduan tersebut secara maksimal pada saat mengoreksi; (7) di bawah bimbingan guru, masing-masing siswa melakukan koreksi terhadap hasil tulisan temannya berdasarkan aspek-aspek yang telah ditentukan dan pedoman
pengoreksian
yang
diberikan;
(8)
guru
meminta
siswa
mengembalikan hasil tulisan yang telah dikoreksinya pada siswa yang bersangkutan; (9) guru memberikan penegasan tentang penulisan karya ilmiah yang baik dan benar dari segi isi, organisasi, kosakata, pengembangan bahasa, maupun mekaniknya; (10) guru meminta siswa memperbaiki karya ilmiahnya dari segi isi maupun bahasanya dan menyalinnya kembali untuk dikumpulkan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
100 digilib.uns.ac.id
b. Pelaksanaan Tindakan Sebagaimana yang direncanakan, tindakan siklus II dilaksanakan dalam dua kali pertemuan, yaitu pada hari Kamis, 24 Mei 2012 dan Sabtu, 26 Mei 2012 di ruang kelas XI Bahasa SMA N 2 Sukoharjo. Masing-masing pertemuan berlangsung 2 x 45 menit. Pada pertemuan pertama, tindakan dilaksanakan pada pukul 08.30-10.00 WIB (jam ke-3 dan 4). Langkah-langkah yang dilakukan guru dalam pembelajaran menulis karya ilmiah pada tindakan siklus II pertemuan pertama ini adalah sebagai berikut: 1) guru mengucapkan salam dan mengondisikan kelas; 2) guru melakukan apersepsi dengan mengemukakan hasil refleksinya atas karya ilmiah siswa pada siklus I; 3) guru dan siswa bertanya jawab tentang kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam menulis karya ilmiah pada siklus I; 4) guru memberikan motivasi kepada siswa dengan memaparkan manfaat penulisan karya ilmiah dan menceritakan prestasi yang berhasil dicapai para pemenang lomba karya ilmiah; 5) guru menyampaikan materi menulis karya ilmiah berdasarkan kajian buku dan langkah pembelajaran yang akan ditempuh siswa; 6) guru memberikan latihan kepada siswa untuk mengoreksi contoh karya ilmiah yang telah dipersiapkan; 7) guru menegaskan pokok-pokok penilaian dalam sebuah tulisan (karya ilmiah); 8) guru mengemukakan tugas rumah kepada siswa untuk mencari buku nonfiksi, mengkajinya, dan membuat karya ilmiah berdasarkan kajian terhadap buku tersebut; 9) guru menyimpulkan pembelajaran dan melakukan refleksi bersama siswa kemudian menutup pembelajaran dengan salam. Pertemuan selanjutnya dilaksanakan pada hari Sabtu, 26 Mei 2012 pukul 07.00-08.30 WIB (jam ke-1 dan 2). Adapun langkah-langkah pembelajaran yang dilaksanakan guru adalah sebagai berikut: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
101 digilib.uns.ac.id
1) guru memberikan apersepsi berkaitan dengan pentingnya pengeditan bahasa dalam penulisan karya ilmiah; 2) guru mengemukakan review-nya atas hasil tulisan siswa yang sudah dikumpulkan; 3) guru dan siswa bertanya jawab tentang kesulitan-kesulitan yang dialami siswa saat melakukan peer-correction pada siklus I; 4) guru membagikan hasil tulisan siswa (karya ilmiah) yang sudah dikumpulkan dan diberi feedback kemudian meminta siswa menukarkan hasil tulisan tersebut dengan temannya; 5) sebelum mengoreksi, guru menegaskan kembali cara melakukan peercorrection dan hal-hal yang harus dikoreksi oleh siswa, terutama yang berkaitan dengan penerapan kaidah kebahasaan, yaitu aspek kosakata, pengembangan bahasa, dan mekanik dalam tulisan; 6) guru membagikan panduan mengoreksi dan mengingatkan siswa untuk memanfaatkan panduan tersebut secara maksimal pada saat mengoreksi; 7) di bawah bimbingan guru, masing-masing siswa melakukan koreksi terhadap hasil tulisan temannya berdasarkan aspek-aspek yang telah ditentukan dan pedoman pengoreksian yang diberikan; 8) guru meminta siswa mengembalikan hasil tulisan yang telah dikoreksinya pada siswa yang bersangkutan; 9) guru memberikan penegasan tentang penulisan karya ilmiah yang baik dan benar dari segi isi, organisasi, kosakata, pengembangan bahasa, maupun mekaniknya; 10) guru meminta siswa memperbaiki karya ilmiahnya dari segi isi maupun bahasanya dan menyalinnya kembali untuk dikumpulkan; 11) guru dan siswa melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran yang telah ditempuh dan menutup pembelajaran dengan salam. Pada tahap pelaksanaan kegiatan ini, seperti pada siklus I, guru bertindak sebagai pemimpin jalannya kegiatan pembelajaran, sedangkan peneliti hanya bertindak sebagai partisipan pasif yang memantau dan commit to user mendokumentasikan kegiatan pembelajaran.
102 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Observasi Observasi dilaksanakan selama berlangsungnya pembelajaran menulis karya ilmiah dengan teknik peer-correction pada hari Kamis, 24 Mei 2012 pukul 08.30-10.00 WIB dan Sabtu, 26 Mei 2012 pukul 07.00-08.30 WIB. Observasi difokuskan pada situasi pelaksanaan pembelajaran, kegiatan yang dilaksanakan guru, serta aktivitas siswa dalam pembelajaran. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan pedoman observasi sebagaimana terlampir untuk menilai proses pembelajaran serta membuat catatan lapangan. Peneliti duduk di bangku paling belakang sambil sesekali berjalan ke samping kelas untuk mengambil dokumentasi. Pada pelaksanaan pembelajaran menulis karya ilmiah siklus II ini, guru mengaplikasikan solusi yang telah disepakati bersama dengan peneliti untuk mengatasi berbagai kekurangan yang ditemukan dalam proses pembelajaran pada siklus I. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, diperoleh gambaran jalannya kegiatan pembelajaran menulis karya ilmiah dengan teknik peercorrection di kelas XI Bahasa sebagai berikut. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, kemudian mengondisikan kelas dengan meminta siswa agar lebih tenang dan mempersiapkan perlengkapan belajar bahasa Indonesia. Selanjutnya, guru mengabsen kehadiran siswa dengan menanyakan adakah siswa yang tidak masuk. Para siswa menjawab nihil. Guru kemudian mengisi buku harian kelas. Langkah berikutnya, sebagai apersepsi, guru membagikan hasil karya ilmiah siswa pada siklus I yang sudah dinilai dan mengemukakan refleksinya dengan menunjukkan kesalahan-kesalahan dan kekurangan yang masih terdapat dalam beberapa hasil tulisan siswa. Kegiatan ini bertujuan agar siswa memperoleh gambaran tentang karya ilmiah yang baik dan mengetahui kesalahan yang masih sering mereka lakukan saat menulis karya ilmiah. Para siswa tampak menyimak dengan baik refleksi dari guru. Beberapa siswa juga ada yang mengajukan pertanyaan atas hasil refleksi yang dinyatakan. commit to user
103 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Refleksi dilanjutkan dengan tanya jawab guru dan siswa tentang kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam menulis karya ilmiah. Para siswa mengemukakan berbagai kesulitan yang dialaminya tanpa rasa sungkan. Kebanyakan siswa mengungkapkan bahwa kesulitan mereka adalah menulis dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar, termasuk di dalamnya adalah memilih kata dan kosakata yang tepat, menyusun kalimat dengan struktur yang benar dan mudah dipahami, serta menggunakan ejaan dan tanda baca yang tepat. Adapun mengenai ide dan organisasi yang berkaitan dengan aspek isi tulisan, para siswa menyatakan mereka tidak terlalu kesulitan karena dapat menemukan ide tulisan dan menyusun isinya dari buku yang telah mereka kaji sebagai sumber penulisan karya ilmiah. Dari keluhan dan kesulitan-kesulitan yang disampaikan siswa, guru memberikan solusi dengan menjelaskan kembali hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat tulisan, misalnya pemilihan kata, penyusunan kalimat, serta penlisan ejaan dan pemakaian tanda baca. Agar siswa lebih termotivasi dalam mengikuti pembelajaran, guru memaparkan berbagai manfaat yang dapat diperoleh siswa dari kegiatan menulis karya ilmiah. Guru juga menceritakan pengalaman dan prestasi yang berhasil diraih para pemenang lomba karya ilmiah untuk menginspirasi siswa. Para siswa tampak antusias mendengarkan cerita dari guru dan terlihat lebih bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Perhatian siswa juga tampak saat guru mengulas kembali materi penulisan karya ilmiah dari kajian buku dan menyampaikan langkah pembelajaran yang akan ditempuh, salah satunya adalah melakukan latihan mengoreksi hasil tulisan temannya dengan teknik peer-correction seperti yang pernah dilakukan dalam pembelajaran sebelumnya. Bahkan, para siswa sudah lebih aktif saat guru memberikan kesempatan untuk bertanya, menjawab, maupun mengajukan pendapat di sela-sela penyampaian materi dari guru.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
104 digilib.uns.ac.id
Kegiatan yang dilakukan guru setelah menyampaikan materi adalah memberikan latihan kepada siswa untuk mengoreksi contoh karya ilmiah yang telah dipersiapkan. Latihan ini dimaksudkan agar siswa lebih mampu dalam mengenali dan memperbaiki kesalahan-kesalahan bahasa yang sering dijumpai dalam tulisan. Guru meminta para siswa mengemukakan kesalahan-kesalahan bahasa yang ditemukannya, lalu membahas bersama siswa tentang penyebab dan cara memperbaiki kesalahan-kesalahan tersebut. Guru juga membantu siswa dalam menemukan jenis kesalahan bahasa yang jarang ditemukan karena tidak disadari oleh siswa, misalnya penyusunan kalimat (aspek pengembangan bahasa) dan pemilihan kata yang kurang tepat (aspek kosakata). Di akhir latihan mengoreksi, guru menegaskan kembali pokok-pokok penilaian dalam sebuah tulisan (karya ilmiah) yang harus selalu menjadi perhatian siswa pada saat menulis. Menjelang batas waktu berakhirnya pembelajaran pada pertemuan pertama ini, guru mengemukakan tugas rumah kepada siswa untuk mencari buku nonfiksi, mengkajinya, dan membuat karya ilmiah berdasarkan kajian terhadap buku tersebut. Guru juga menegaskan batas waktu pengumpulan tugas dan memberitahukan bahwa hasil tulisan siswa akan diberi feedback berupa simbol penanda kesalahan bahasa seperti pada siklus I. Berbeda dengan saat pratindakan dan siklus I, pada siklus II ini siswa tampak lebih antusias dengan penugasan yang diberikan guru. Mereka tidak lagi mengeluh karena merasa sudah lebih paham. Guru kemudian menyimpulkan pembelajaran dan melakukan refleksi bersama siswa, lalu menutup pembelajaran dengan salam. Pembelajaran dilanjutkan pada pertemuan berikutnya, yaitu pada hari Sabtu, 26 Mei 2012 pukul 07.00-08.30 (jam ke-1 dan 2). Adapun hasil pengamatan peneliti pada pertemuan kedua ini dapat digambarkan sebagai berikut. Guru mengucapkan salam dan mengondisikan kelas. Selanjutnya, guru mengecek kehadiran siswa dan mengisi buku harian kelas. Guru kemudian memberikan apersepsi dengan menegaskan manfaat dan pentingnya pengeditan commitselain to user bahasa dalam penulisan karya ilmiah revisi terhadap isi tulisan. Guru lalu
105 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mengemukakan reviewnya terhadap hasil karya ilmiah siswa yang sudah dikumpulkan dan diberi feedback berupa simbol penanda kesalahan bahasa. Guru menyebutkan jenis-jenis kesalahan bahasa yang masih banyak dijumpainya dalam hasil tulisan siswa dan memberikan nasihat agar nantinya siswa lebih cermat pada saat mengoreksi. Setelah mengemukakan review-nya atas hasil tulisan siswa, kegiatan yang dilakukan guru selanjutnya adalah bertanya jawab dengan siswa seputar kesulitan-kesulitan yang dialami siswa pada saat mengoreksi hasil tulisan temannya seperti yang dilakukan pada siklus I. Sesuai dengan hasil analisis dan refleksi pada siklus I, banyak siswa menyatakan bahwa mereka terkadang masih ragu untuk memberikan pembetulan karena tidak yakin pembetulan yang diberikannya benar. Sebagai solusinya, guru memberikan motivasi kepada siswa agar lebih percaya diri pada saat mengoreksi. Guru menegaskan bahwa latihan mengoreksi yang dilakukan adalah sarana belajar agar siswa lebih memahami penerapan kaidah bahasa dalam tulisan. Oleh karenanya, siswa tidak perlu ragu dan takut salah ketika mengoreksi maupun saat memberikan pembetulan. Guru juga tidak lupa mengingatkan siswa agar memanfaatkan panduan mengoreksi supaya hasil koreksi siswa lebih maksimal. Kegiatan selanjutnya, guru membagikan hasil tulisan siswa (karya ilmiah) yang sudah dikumpulkan dan diberi feedback, kemudian siswa diminta menukarkan hasil tulisannya dengan temannya. Sebelum siswa melakukan koreksi, guru menegaskan kembali cara melakukan peer-correction dan hal-hal yang harus dikoreksi oleh siswa, terutama yang berkaitan dengan penerapan kaidah kebahasaan, yaitu aspek kosakata, pengembangan bahasa, dan mekanik dalam tulisan. Para siswa tampak sangat paham karena kegiatan peer-corretion sudah pernah dilakukan pada siklus I. Guru kemudian membagikan panduan mengoreksi dan kembali mengingatkan siswa untuk memanfaatkan panduan tersebut secara maksimal pada saat mengoreksi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
106 digilib.uns.ac.id
Di bawah bimbingan dan pantauan guru, siswa melakukan koreksi terhadap hasil tulisan temannya berdasarkan aspek-aspek yang telah ditentukan dan pedoman pengoreksian yang diberikan. Pada kegiatan ini, siswa terlihat antusias dan sudah lebih percaya diri pada saat mengoreksi. Jumlah siswa yang menunjukkan keaktifan dan kesungguhan pada saat mengoreksi juga lebih banyak dibandingkan saat pelaksanaan peer-correction pada siklus I. Tampak para siswa memanfaatkan panduan mengoreksi secara maksimal sebagaimana yang dianjurkan guru. Setelah siswa selesai mengoreksi, guru meminta siswa mengembalikan hasil tulisan yang dikoreksinya kepada siswa yang bersangkutan. Setelah semua siswa memperoleh kembali hasil tulisannya, guru memberikan penegasan tentang penulisan karya ilmiah yang baik dan benar, baik dari segi isi, organisasi, kosakata, pengembangan bahasa, maupun mekaniknya. Guru kemudian meminta siswa memperbaiki karya ilmiahnya, baik dari segi isi maupun bahasa dan menyalinnya kembali untuk dikumpulkan. Di akhir pembelajaran, guru dan siswa melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Terakhir, guru menutup pembelajaran dengan salam.
d. Analisis dan Refleksi Proses pembelajaran menulis karya ilmiah dengan teknik peercorrection di kelas XI Bahasa SMA N 2 Sukoharjo pada siklus II yang dilaksanakan dalam dua kali pertemuan, yakni hari Kamis, 24 Mei 2012 dan Sabtu, 26 Mei 2012 secara keseluruhan dapat dinyatakan berjalan baik dan lancar. Kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus I dapat diatasi dengan baik oleh guru. Kualitas proses pembelajaran menulis karya ilmiah mengalami peningkatan. Hal ini ditandai dengan tercapainya indikator-indikator yang ditetapkan. Indikator tersebut meliputi keaktifan dan perghatian siswa selama apersepsi, keaktifan siswa saat guru menyampaikan materi, keaktifan dan kesungguhan siswa saat melakukan peer-correction, dan minat serta motivasi to user Selain itu, pada siklus II ini, siswa saat mengikuti kegiatancommit pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id
107 digilib.uns.ac.id
berbagai kekurangan yang terdapat dalam pelaksanaan siklus I dapat diatasi dengan baik oleh guru. Pada siklus II, siswa lebih aktif baik pada saat apersepsi, penyampaian materi, maupun pelaksanaan koreksi. Tidak hanya itu, minat dan motivasi siswa terhadap pembelajaran menulis karya ilmiah juga semakin tampak. Segala bentuk peningkatan itu tidak terlepas dari peran guru yang berupaya mengaktifkan siswa dalam pembelajaran dengan memberikan kegiatan yang banyak melibatkan siswa secara langsung dalam pembelajaran. Di samping itu, dukungan, nasihat, dan apresiasi positif yang diberikan guru kepada siswa juga mampu meningkatan minat dan motivasi siswa dalam pembelajaran. Hal itu terjadi karena siswa merasa lebih diperhatikan oleh guru sehingga tidak lagi merasa canggung untuk bertanya, menjawab, maupun mengutarakan pendapatnya saat proses pembelajaran. Secara rinci, hasil analisis dan refleksi terhadap pelaksanaan siklus II dapat dikemukakan sebagai berikut. 1) Keaktifan siswa selama guru mengemukakan apersepsi mengalami peningkatan. Hal tersebut terlihat dari meningkatnya jumlah siswa yang aktif menanggapi apersepsi dari guru dengan bertanya maupun mengemukakan pendapatnya. Tanya jawab yang dilakukan guru saat apersepsi pun sudah lebih efektif dibandingkan pada saat pratindakan dan siklus I. 2) Keaktifan dan perhatian siswa saat guru menyampaikan materi meningkat dibandingkan saat pratindakan dan siklus I. Jumlah siswa yang aktif dan memperhatikan penyampaian materi dari guru sudah lebih banyak dan merata. Hal ini karena guru sudah membagi perhatiannya secara menyeluruh pada semua siswa. Guru juga berusaha menegur dan memancing keaktifan siswa-siswa yang pasif dengan memberi mereka pertanyaan sehingga lebih mengena. 3) Jumlah siswa yang menunjukkan minat dan motivasi mereka dalam mengikuti pembelajaran meningkat. Hal ini terindikasi dari sikap siswa yang tidak lagi sibuk dengan aktivitasnya sendiri, tampak lebih bersemangat, bersungguh-sungguh, dan lebih aktif dalam pembelajaran. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
108 digilib.uns.ac.id
4) Guru sudah membimbing dan memberi kesempatan kepada siswa untuk lebih banyak berlatih mengoreksi berbagai bentuk kesalahan bahasa dalam tulisan. Guru juga memberikan solusi atas kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam menulis karya ilmiah maupun saat melakukan koreksi. 5) Guru sudah memantau dan memonitor siswa dengan lebih baik pada saat apersepsi, penyampaian materi, pelaksanaan koreksi, maupun penutupan pembelajaran sehingga setiap kegiatan belajar yang dilakukan dapat berlangsung dengan baik dan lancar karena situasi pembelajaran lebih kondusif. 6) Siswa sudah mampu dan lebih percaya diri dalam mengidentifikasi dan memperbaiki kesalahan bahasa yang terdapat dalam tulisan temannya. Hal ini terlihat dari semakin banyaknya coretan kesalahan yang sudah dilengkapi dengan tulisan pembetulan. 7) Kualitas hasil tulisan (karya ilmiah) siswa meningkat secara signifikan. Hal ini mengindikasikan kemampuan siswa dalam menulis karya ilmiah juga mengalami peningkatan. Hasil tulisan siswa lebih baik dibandingkan pada saat pratindakan maupun siklus I. Hal tersebut ditandai dengan meningkatnya nilai siswa pada setiap aspek tulisan. Peningkatan nilai tersebut terjadi merata pada semua siswa sehingga nilai rata-rata menulis karya ilmiah di kelas XI Bahasa ikut meningkat. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa kemampuan menulis karya ilmiah pada siswa mengalami peningkatan. 8) Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses dan hasil pembelajaran menulis karya ilmiah dengan teknik peer-correction di kelas XI Bahasa, diperoleh gambaran ketercapaian indikator dalam pelaksanaan siklus II sebagai berikut. a) Siswa yang menunjukkan keaktifan pada saat apersepsi yang diindikatori oleh antusiasme dan keaktifan mereka dalam merespon apersepsi dari guru adalah sebanyak 21 siswa (77,78%), sedangkan 6 siswa lainnya (22,22%) tampak berbicara dengan temannya. commit to user
109 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b) Siswa yang menunjukkan keaktifan dan perhatian pada saat mengikuti pelajaran yang diindikatori oleh kemauan siswa untuk memperhatikan dan memberikan respon pada guru sebanyak 22 siswa (81,48%), sedangkan 5 siswa lainnya (18,52%) kurang memperhatikan penjelasan dari guru dan kurang aktif memberikan respon. c) Siswa yang menunjukkan keaktifan dan kesungguhan dalam melakukan peer-correction sebanyak 24 siswa (88,89%), sedangkan 3 siswa lainnya (11,11%) kurang aktif dan bersungguh-sungguh saat melaksanakan peercorrection. d) Siswa yang memiliki minat dan motivasi saat mengikuti pembelajaran yang diindikatori oleh adanya kesungguhan, keantusiasan dan semangat dalam mengerjakan setiap tugas maupun saat kegiatan pembelajaran sebanyak 23 siswa (85,19%), sedangkan sebanyak 4 siswa (14,81%) tetap tampak kurang antusias mengikuti pembelajaran. e) Siswa yang sudah dapat mencapai ketuntasan belajar (70) sebanyak 27 siswa (100%) dengan nilai rata-ratanya 72,85. Agar lebih jelas, pada tebel 9 dan 10 disajikan hasil penilaian proses dan hasil pembelajaran menulis karya ilmiah pada siklus II.
commit to user
110 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 9. Nilai Proses Pembelajaran Menulis Karya Ilmiah Siswa Kelas XI Bahasa pada Siklus II No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27.
Nama Siswa
Adika Devi K. Ahsana Prayoga Alfina Aunin S. Amirul Nisa Atika H.P. Bety Palupi Desi Sari Nastiti Dommy Ryan N. Ermawati H. Erna Ambarwati Esti Kurniawati Eva Fembiana Fahmi Ghifari Faizal Riski W. Fajriyah Eka P. Fitri Tiara Kasih Ghaniz Rasaq Indriani Ulfa Kinayung D.K.A. Lisa Puspita Sari Novi Widyastuti Riyan Pangestu Rudi Kurniawan Sakti Affandi Solikhah W. Wisnu P.U Yudi Setyo N. Prosentase: siswa yang sangat baik/baik
Nilai A* 3 2 4 4 3 3 3 2 4 3 3 4 3 2 4 4 3 4 4 3 2 3 2 3 3 2 3 77,78% (21 siswa)
B* 3 2 3 5 4 3 4 2 4 4 4 3 3 2 3 5 4 4 4 3 3 4 2 4 3 2 4 81,48% (22 siswa)
C* D* 4 3 2 2 4 4 5 4 4 4 2 3 4 3 2 2 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 4 4 5 4 3 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 3 3 2 4 4 4 4 3 2 4 3 88,89% 85,19% (24 (23 siswa) siswa)
Skor Nilai 13 8 15 18 15 11 14 8 16 15 15 13 13 10 15 18 14 16 16 12 12 14 9 15 14 9 14
65 40 75 90 75 55 70 40 80 75 75 65 65 50 75 90 70 80 80 60 60 70 45 75 70 45 70
Ket. Baik Kurang Baik Sangat Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik Baik Baik Cukup Cukup Cukup Baik Sangat Baik Baik Baik Baik Cukup Cukup Baik Kurang Baik Baik Kurang Baik
Keterangan: A* : Keaktifan siswa selama apersepsi B* : Keaktifan dan perhatian siswa saat guru menerangkan materi C* : Keaktifan dan kesungguhan siswa dalam melaksanakan peer-correction D* : Minat dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran commit to user
111 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 10. Nilai Hasil Pembelajaran Menulis Karya Ilmiah Siswa Kelas XI Bahasa pada Siklus II No.
Nama Siswa
Aspek Penilaian II III IV 16 16 15 16 15 15 17 16 17 17 17 21 17 16 18 15 14 17 17 16 17 14 14 16 17 17 19 17 16 19 16 16 19 16 17 16 16 16 17 15 15 16 18 18 17 17 18 21 17 16 18 17 16 20 18 17 17 16 16 16 16 14 15 17 16 15 16 15 15 17 17 18 16 16 16 15 14 16 16 15 16
I 1. Adika Devi K. 23 2. Ahsana Prayoga 20 3. Alfina Aunin S. 23 4. Amirul Nisa 26 5. Atika H.P. 25 6. Bety Palupi 24 7. Desi Sari Nastiti 24 8. Dommy Ryan N. 22 9. Ermawati H. 24 10. Erna Ambarwati 23 11. Esti Kurniawati 26 12. Eva Fembiana 23 13. Fahmi Ghifari 24 14. Faizal Riski W. 23 15. Fajriyah Eka P. 23 16. Fitri Tiara Kasih 23 17. Ghaniz Rasaq 22 18. Indriani Ulfa 24 19. Kinayung D.K.A. 26 20. Lisa Puspita Sari 23 21. Novi Widyastuti 24 22. Riyan Pangestu 24 23. Rudi Kurniawan 23 24. Sakti Affandi 26 25. Solikhah W. 24 26. Wisnu P.U 22 27. Yudi Setyo N. 24 Jumlah Rata-rata Keterangan: I
: Isi
II
: Organisasi isi
III
: Kosakata
IV
: Pengembangan Bahasa
V
: Mekanik commit to user
V 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
Nilai
Ket.
74 70 77 85 80 74 78 70 81 79 81 76 77 73 80 83 77 81 82 75 73 76 73 82 76 71 75 2079 77
Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas
112 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus Data penilaian proses pembelajaran menulis karya ilmiah di kelas XI Bahasa SMA N 2 Sukoharjo dapat dilihat pada tabel 11 di bawah ini.
Tabel 11. Nilai Proses Pembelajaran Menulis Karya Ilmiah Siswa Kelas XI Bahasa Antarsiklus No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27.
Nama Siswa Adika Devi K. Ahsana Prayoga Alfina Aunin S. Amirul Nisa Atika H.P. Bety Palupi Desi Sari Nastiti Dommy Ryan N. Ermawati H. Erna Ambarwati Esti Kurniawati Eva Fembiana Fahmi Ghifari Faizal Riski W. Fajriyah Eka P. Fitri Tiara Kasih Ghaniz Rasaq Indriani Ulfa Kinayung D.K.A. Lisa Puspita Sari Novi Widyastuti Riyan Pangestu Rudi Kurniawan Sakti Affandi Solikhah W. Wisnu P.U Yudi Setyo N. Rata-rata Kelas
Prasiklus 40 27 47 73 47 33 47 20 60 47 53 40 27 33 47 73 33 73 67 40 27 33 27 33 47 33 47 43,48
Nilai Siklus I Siklus II 55 65 35 45 65 75 75 90 70 75 45 60 60 70 30 40 70 80 55 75 65 75 55 65 50 65 40 65 65 75 75 90 60 70 70 80 70 80 50 60 45 65 45 70 40 60 40 75 65 70 40 45 65 70 58,50 68,70
commit to user
Keterangan Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat
113 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan data pada tabel 11 di atas, dapat digambarkan grafik pada gambar 2 sebagai berikut.
Nilai
Grafik Nilai Rata-rata Proses Pembelajaran Antarsiklus 80 70 60 50 40 30 20 10 0
67.04 55.56 43.48 Nilai Proses
Prasiklus
Siklus I
Siklus II
Gambar 2. Grafik Nilai Rata-rata Proses Pembelajaran Antarsiklus
Berdasarkan grafik pada gambar 2 di atas, tergambar dengan jelas bahwa nilai proses pembelajaran dari prasiklus hingga siklus II mengalami kenaikan. Pada prasiklus, nilai rata-ratanya 43,48, kemudian pada siklus I nilai rata-ratanya naik menjadi 55,56, kemudian pada siklus II meningkat menjadi 67,04 pada siklus II. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan kualitas proses pembelajaran menulis karya ilmiah dari siklus I hingga siklus II. Peningkatan kualitas proses pembelajaran menulis karya ilmiah dari siklus I hingga siklus II dapat dilihat dengan semakin meningkatnya nilai rata-rata keseluruhan siswa seperti yang termuat pada tabel 11 dan gambar 2. Akan tetapi, peningkatan nilai tersebut juga dipengaruhi oleh kenaikan nilai rata-rata dari tiap aspek penilaian proses. Aspek-aspek tersebut meliputi: (1) keaktifan siswa pada saat apersepsi; (2) keaktifan dan perhatian siswa pada saat guru menyampaikan materi, (3) keaktifan dan kesungguhan siswa dalam melakukan peer-correction; commit to user serta (4) minat dan motivasi siswa saat mengikuti kegiatan pembelajaran.
114 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Nilai
Grafik Nilai Rata-rata Aspek Keaktifan Siswa selama Apersepsi Pembelajaran 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0
3.07 2.48 1.93
Keaktifan selama Apersepsi
Prasiklus Siklus I Siklus II Gambar 3. Grafik Nilai Rata-rata Aspek Keaktifan Siswa selama Apersepsi Pembelajaran
Grafik pada gambar 3 di atas menggambarkan hasil nilai rata-rata aspek keaktifan siswa pada saat apersepsi pembelajaran. Pada prasiklus, nilai rataratanya mencapai skor 1,93. Nilai tersebut meningkat pada siklus I, yaitu mencapai skor 2,48, kemudian naik menjadi 3,07 pada siklus II. Perolehan nilai tersebut apabila digambarkan dengan grafik garis akan menunjuk pada garis naik seperti pada gambar di atas. Gambaran tersebut memperjelas adanya kenaikan nilai rata-rata aspek keaktifan siswa saat apersepsi pembelajaran dari siklus I hingga siklus II. Selanjutnya, di bawah ini merupakan grafik nilai rata-rata aspek keaktifan dan perhatian siswa pada saat guru menyampaikan materi.
commit to user
115 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Grafik Nilai Rata-rata Aspek Keaktifan dan Perhatian Siswa saat Guru Menyampaikan Materi 4 3.37
Nilai
3 2
2.81 2.33
Keaktifan dan perhatian saat Guru Menyampaikan Materi
1 0 Prasiklus Siklus I Siklus II
Gambar 4. Grafik Nilai Rata-Rata Aspek Keaktifan dan Perhatian Siswa saat Guru Menyampaikan Materi
Grafik pada gambar 4 di atas menggambarkan hasil nilai rata-rata aspek keaktifan dan perhatian siswa saat guru menyampaikan materi. Pada prasiklus, nilai rata-ratanya mencapai skor 2,33, kemudian pada siklus I nilai rata-ratanya naik mencapai skor 2,81 dan pada siklus II meningkat menjadi 3,37. Perolehan nilai tersebut apabila digambarkan dengan grafik garis akan menunjuk pada garis naik seperti pada gambar di atas. Hal tersebut menjadi gambaran yang memperjelas adanya kenaikan nilai rata-rata aspek keaktifan dan perhatian siswa saat guru menyampaikan materi dalam pembelajaran menulis karya ilmiah dari siklus I hingga siklus II. Di samping peningkatan keaktifan siswa pada saat apersepsi dan penyampaian materi, keaktifan dan kesungguhan siswa dalam melaksanakan peercorrection juga mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut disajikan dalam grafik pada gambar 5 di bawah ini.
commit to user
116 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Grafik Nilai Rata-rata Aspek Keaktifan dan Kesungguhan Siswa dalam Melakukan Peer-correction 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0
3.63 2.85 Keaktifan dan Kesungguhan Siswa dalam Melakukan Peer-correction
Siklus I
Siklus II
Gambar 5. Grafik Nilai Rata-rata Aspek Keaktifan dan Kesungguhan Siswa dalam Melakukan Peer-correction
Grafik pada gambar 5 di atas menggambarkan hasil nilai rata-rata aspek keaktifan dan kesungguhan dalam melakukan peer-correction. Pada siklus I nilai rata-ratanya mencapai skor 2,85, kemudian naik menjadi 3,63 pada siklus II. Perolehan nilai tersebut apabila digambarkan dengan grafik garis akan menunjuk pada garis naik seperti pada gambar di atas. Gambaran tersebut memperjelas adanya kenaikan nilai rata-rata aspek keaktifan dan kesungguhan siswa saat melaksanakan peer-correction. dari siklus I hingga siklus II. Selanjutnya, di bawah ini juga disajikan grafik pada gambar 6 yang menggambarkan nilai ratarata aspek minat dan motivasi siswa saat mengikuti pembelajaran.
commit to user
117 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Grafik Nilai Rata-rata Aspek Minat dan Motivasi Siswa dalam Pembelajaran 3.5
3.33
3
Nilai
2.5 2
3 2.26 Minat dan Motivasi dalam Pembelajaran
1.5 1 0.5 0 Prasiklus Siklus I Siklus II
Gambar 6. Grafik Nilai Rata-Rata Aspek Minat dan Motivasi Siswa dalam Mengikuti Pembelajaran
Grafik pada gambar 6 di atas menggambarkan hasil nilai rata-rata aspek minat dan motivasi siswa saat mengikuti pembelajaran. Pada prasiklus skor yang dicapai hanya 2,26, pada siklus I skor rata-ratanya mencapai 3, kemudian naik menjadi 3,33 pada siklus II. Perolehan nilai tersebut apabila digambarkan dengan grafik garis akan menunjuk pada garis naik seperti pada gambar di atas. Gambaran tersebut memperjelas adanya kenaikan nilai rata-rata aspek minat dan motivasi siswa saat mengikuti pembelajaran dari prasiklus, siklus I, dan siklus II. Selain data mengenai kualitas proses pembelajaran, berikut ini dijabarkan pula tentang penilaian kualitas hasil pembelajaran menulis karya ilmiah. Sebelumnya, kualitas hasil pembelajaran tersebut yang berupa karya ilmiah juga dinilai dari berbagai aspek, yaitu meliputi : (1) isi; (2) organisasi isi; (3) kosakata; (4) struktur kalimat; dan (5) mekanik/ejaan. Adapun datanya dapat dilihat pada grafik pada gambar 7 berikut.
commit to user
118 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Grafik Nilai Rata-rata Aspek Isi pada Hasil Tulisan Ilmiah Siswa 24 23.63
23.5
23.3
23 22.5
Isi
22.33
22 21.5 Prasiklus
Siklus I
Siklus II
Gambar 7. Grafik Nilai Rata-rata Aspek Isi pada Hasil Tulisan Ilmiah Siswa
Berdasarkan grafik pada gambar 7 dapat diketahui bahwa pada prasiklus, rata-rata skor pada aspek isi adalah 22,33, kemudian menjadi 23,3 pada siklus I, dan menjadi 23,63 pada siklus II. Dari rata-rata skor tiap siklus tersebut sesuai dengan model penilaian Burhan Nurgiyantoro dapat dijabarkan bahwasejak saat prasiklus hingga siklus II, rata-rata skor yang dicapai siswa masuk dalam kriteria cukup-baik (22-26) dan terus mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Dengan
demikian,
dapat
dikatakan
bahwa
kemampuan
siswa
dalam
pengungkapan gagasan yang tercakup dalam isi tulisannya mengalami peningkatan
setelah
dilakukan
tindakan
dengan
teknik
peer-correction.
Selanjutnya, pada gambar 8 di bawah ini disajikan grafik nilai aspek organisasi isi dalam hasil tulisan siswa.
commit to user
119 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Grafik Nilai Rata-rata Aspek Organisasi Isi pada Hasil Tulisan Ilmiah Siswa 17 16.5
16.37
16 15.5
15.41
15 14.5
Organisasi Isi 14.52
14 13.5 Prasiklus
Siklus I
Siklus II
Gambar 8. Grafik Nilai Rata-rata Aspek Organisasi Isi pada Hasil Tulisan Ilmiah Siswa
Grafik pada gambar 8 di atas menunjukkan bahwa pada prasiklus skor rata-rata aspek organisasi isi adalah 14,52 kemudian menjadi 15,41 pada siklus I, dan 16,37 pada siklus II. Dari capaian skor tersebut dapat diketahui bahwa kemampuan siswa dalam mengorganisasi isi tulisan semakin meningkat setelah dilakukan tindakan. Gambar 9 di bawah ini menyajikan grafik nilai aspek kosakata pada hasil tulisan (karya ilmiah) siswa.
commit to user
120 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Grafik Nilai Rata-rata Aspek Kosakata pada Hasil Tulisan Ilmiah Siswa 17 16
15.89
15
14.85
14
Kosakata
13.48
13 12
Prasiklus Gambar 9.
Siklus I
Siklus II
Grafik Nilai Rata-Rata Aspek Kosakata pada Hasil Tulisan Ilmiah Siswa
Berdasarkan grafik pada gabar 9 di atas dapat dinyatakan bahwa pada prasiklus skor rata-rata aspek kosakata yang dicapai siswa adalah 13,48 kemudian menjadi 14,85 pada siklus I, dan menjadi 15,89 pada siklus II. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa kemampuan siswa dalam pemanfaatan potensi kata (kosakata) semakin meningkat setelah dilakukan tindakan. Selanjutnya, di bawah ini merupakan gambar 10 yang menyaikan grafik nilai aspek pengembangan bahasa/struktur kalimat pada hasil tulisan (karya ilmiah) siswa.
commit to user
121 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Grafik Nilai Rata-rata Aspek Pengembangan Bahasa pada Hasil Tulisan Ilmiah Siswa 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0
17.11 14.07
15.44
Pengembangan Bahasa
Prasiklus
Siklus I
Siklus II
Gambar 10. Grafik Nilai Rata-rata Aspek Pengembangan Bahasa pada Hasil Tulisan Ilmiah Siswa
Berdasarkan grafik pada gambar 10 di atas, terlihat bahwa capaian skor rata-rata aspek pengembangan bahasa dari prasiklus mencapai skor 14,07, kemudian menjadi 15,44 pada siklus I dan naik menjadi 17,11 pada siklus II. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa terjadi peningkatan penguasaan siswa dalam aspek pengembangan bahasa atau struktur kalimat setelah dilakukannya tindakan. Selanjutnya, pada gambar 11 berikut ini disajikan grafik nilai aspek mekanik/ejaan pada hasil tulisan (karya ilmiah) siswa.
commit to user
122 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Grafik Nilai Rata-rata Aspek Mekanik pada Tulisan Siswa 5 4
3.85
4
3.07
3 2
Mekanik
1 0 Prasiklus Gambar 11.
Siklus I
Siklus II
Grafik Nilai Rata-rata Aspek Mekanik pada Hasil Tulisan Ilmiah Siswa
Berdasarkan grafik pada gambar 11, diperoleh informasi bahwa skor ratarata aspek mekanik yang dicapai yaitu 3,07 pada prasiklus, 3,85 pada siklus I, dan 4 pada siklus II. Data tersebut menunjukkan bahwa terjadi peningkatan nilai pada aspek mekanik dalam hasil tulisan (karya ilmiah) siswa.. Selanjutnya, berikut ini adalah gambar 12 yang menyajikan grafik nilai rata-rata keseluruhan hasil penilaian menulis karya ilmiah siswa yang merupakan indikator dari kemampuan menulis karya ilmiah siswa.
commit to user
123 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Grafik Nilai Rata-rata Hasil Pembelajaran Menulis Karya Ilmiah Antarsiklus 80 78 76 74 72 70 68 66 64 62
77.33 72.89 Nilai Hasil 67.48
Prasiklus
Siklus I
Siklus II
Gambar 12. Grafik Nilai Rata-rata Hasil Pembelajaran Menulis Karya Ilmiah Antarsiklus
Adapun hasil nilai rata-rata karya ilmiah siswa secara menyeluruh pada tiap siklus dapat ditampilkan dalam tabel 12 berikut ini.
commit to user
124 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 12. Nilai Hasil Pembelajaran Menulis Karya Ilmiah Siswa Kelas XI Bahasa Antarsiklus No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27.
Nama Siswa Adika Devi K. Ahsana Prayoga Alfina Aunin Sholichah Amirul Nisa Atika Hatmaning P. Bety Palupi Desi Sari Nastiti Dommy Ryan Nugroho Ermawati Handayani Erna Ambarwati Esti Kurniawati Eva Fembiana Fahmi Ghifari Faizal Riski Wijaya Fajriyah Eka P. Fitri Tiara Kasih Ghaniz Rasaq Indriani Ulfa Kinayung Dyah K.A. Lisa Puspita Sari Novi Widyastuti Riyan Pangestu Rudi Kurniawan Sakti Affandi Solikhah Widyastuti Wisnu Pambudi Utomo Yudi Setyo Nugroho Nilai rata-rata
Prasiklus Siklus I 66 57 67 76 75 61 73 59 75 74 75 64 66 61 75 77 66 76 72 68 61 62 63 60 67 61 65 67,48
70 65 72 80 79 68 77 65 79 78 79 74 73 64 79 82 76 80 76 73 67 69 68 67 73 65 70 72,89
Siklus II Keterangan 74 73 77 85 80 74 78 73 81 79 81 76 77 73 80 83 77 81 82 75 73 76 73 82 76 74 75 77,33
Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat
Berdasarkan data pada gambar 12 dan tabel 12 di atas, diperoleh informasi bahwa pada saat prasiklus nilai rata-rata yang dicapai adalah 67,48. Nilai ini belum mencapai KKM yang ditentukan oleh guru dan peneliti, yaitu sebesar 70. Pada siklus I terdapat peningkatan nilai menulis karya ilmiah. Nilai rata-rata yang dicapai adalah 72,89. Meskipun pada siklus I ini nilai rata-rata sudah mencapai KKM, tetapi masih ada 9 orang siswa yang belum tuntas atau belum mencapai commit to user KKM sehingga perlu dilaksanakan siklus II. Setelah pelaksanaan siklus II, nilai
125 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
rata-rata yang dicapai adalah 77,33. Nilai pada siklus II ini sudah cukup baik, secara rata-rata sudah memenuhi KKM dan seluruh siswa juga sudah tuntas atau mencapai KKM. Apabila nilai rata-rata proses dan hasil pembelajaran tersebut digambarkan dalam bentuk grafik, maka hasilnya tampak dalam gambar 13 sebagai berikut.
Nilai
Grafik Nilai Rata-rata Proses dan Hasil Pembelajaran Menulis Karya Ilmiah Antarsiklus 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
67.48
72.89
77.33 67.04
55.56 Nilai Hasil
43.48
Nilai Proses
Prasiklus
Siklus II
Siklus II
Gambar 13. Grafik Nilai Rata-rata Proses dan Hasil Pembelajaran Menulis Karya Ilmiah Siswa Kelas XI Bahasa Antarsiklus
Berdasarkan grafik pada gambar 13, dapat dinyatakan bahwa terjadi peningkatan kualitas proses dan kemampuan menulis karya ilmiah pada siswa kelas XI Bahasa SMA N 2 Sukoharjo yang tampak dari meningkatnya nilai ratarata hasil pembelajaran dari prasiklus, siklus I, dan siklus II.
commit to user
126 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D. Pembahasan Berdasarkan analisis dan refleksi terhadap pelaksanaan siklus I dan II serta perbandingan hasil tindakan antarsiklus, dapat dinyatakan bahwa guru telah berhasil melaksanakan pembelajaran menulis karya ilmiah dengan teknik peercorrection. Keberhasilan tersebut dapat dilihat dari meningkatnya keaktifan, perhatian, kesungguhan, dan minat serta motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran sehingga keterampilan siswa dalam pembelajaran berkembang dengan baik. Hal ini juga mengindikasikan meningkatnya kualitas proses pembelajaran dan kemampuan menulis karya ilmiah pada siswa. Selain berhasil meningkatkan keaktifan siswa di kelas, penelitian ini juga berhasil meningkatkan kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran menulis karya ilmiah secara efektif dan menarik di kelas XI Bahasa SMA N 2 Sukoharjo. Teknik peer-correction terbukti mampu menjadi salah satu teknik atau metode alternatif yang digunakan guru untuk menarik perhatian siswa agar terlibat aktif dalam pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pernyataan Corder mengenai manfaat yang dapat diperoleh guru dan siswa dari kegiatan mengoreksi, yaitu: (a) bagi guru, koreksi kesalahan akan memberikan petunjuk tentang kemajuan belajar yang dicapai siswa, apa yang telah dikuasainya, dan apa yang belum dan masih harus dipelajarinya lagi; dan (b) bagi pengoreksi, ia dapat memanfaatkan kesalahan itu sebagai sesuatu yang harus dipelajari (Corder dalam Purwanto, 2008:17). Keberhasilan teknik peer-correction dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan kemampuan menulis karya ilmiah pada siswa kelas XI Bahasa SMA N 2 Sukoharjo ini dapat dilihat dari tercapainya indikator-indikator yang telah ditetapkan. Berikut ini adalah uraian tentang pencapaian indikator keberhasilan penelitian. 1. Kualitas Proses Pembelajaran Menulis Karya Ilmiah a. Keaktifan siswa selama apersepsi Keaktifan siswa selama apersepsi mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari antusiasme dan keberanian siswa untuk merespon apersepsi dari to user guru. Setelah dilakukannyacommit tindakan, tampak bahwa siswa sudah lebih
127 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berani dan percaya diri dalam menjawab pertanyaan apersepsi dari guru, bertanya, maupun mengajukan pendapat pada saat apersepsi. Keaktifan siswa tersebut tentunya berbeda dengan keadaan saat prasiklus. Pada saat prasiklus, siswa cenderung pasif, mereka duduk, mendengarkan, dan tidak mau menjawab pertanyaan dari guru dengan alasan malu. Mereka juga tidak aktif bertanya ataupun mengemukakan pendapatnya atas apersepsi yang diberikan guru. Dari pantauan peneliti, keaktifan siswa pada saat apersepsi pembelajaran pada prasiklus mencapai 6 siswa (22,22%), pada siklus I diindikasi mencapai 48,15% (13 siswa), dan pada siklus II, keaktifan siswa mencapai 77,78% (21 siswa). Artinya, terjadi peningkatan keaktifan siswa pada saat apersepsi masing-masing sebanyak 25,93% dari prasiklus hingga siklus I dan 29,63% dari siklus I hingga siklus II. Jumlah siswa yang aktif saat apersepsi bertambah masing-masing sebanyak 7 orang pada siklus I dan orang pada siklus II. b. Keaktifan dan perhatian siswa saat guru menyampaikan materi Keaktifan dan perhatian siswa saat guru menyampaikan materi juga meningkat. Setelah dilaksanakannya tindakan, tampak bahwa siswa sudah banyak yang memperhatikan saat guru memberikan penjelasan. Mereka tidak lagi sibuk dengan aktivitasnya sendiri maupun mengobrol dengan teman sebagaimana pada saat prasiklus. Secara garis besar, keadaan yang terjadi di kelas dapat dideskripsikan bahwa pada saat siklus I siswa lebih memperhatikan penjelasan guru daripada saat prasiklus. Hal ini terjadi karena dengan diterapkannya teknik peer-correction, siswa dituntut untuk memahami hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengoreksi. Dengan demikian, siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru tentunya tidak akan dapat mengoreksi dengan baik. Hal tersebut selalu ditekankan guru dalam penjelasan yang diberikannya sehingga siswa terdorong untuk memperhatikan guru dengan baik. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
128 digilib.uns.ac.id
Demikian pula yang terjadi pada siklus II. Dibandingkan pada saat siklus I, pada siklus II ini siswa lebih memperhatikan lagi penjelasan yang disampaikan oleh guru. Mereka menunjukkan sikap yang sudah jauh berbeda dengan saat prasiklus. Tidak hanya menyimak dengan baik penjelasan dari guru, para siswa juga sudah lebih aktif menanyakan hal-hal yang belum mereka pahami. Mereka juga tidak lagi segan untuk mengemukakan pendapat maupun menjawab pertanyaan dari guru. Berdasarkan hasil pantauan peneliti, keaktifan dan perhatian siswa pada saat guru menyampaikan materi pada pembelajaran prasiklus diindikasi hanya mencapai 37,04% (10 siswa), pada siklus I diindikasi mencapai 59,26% (16 siswa). Pada siklus II, keaktifan dan perhatian siswa mencapai 81,48% (22 siswa). Artinya, terjadi peningkatan keaktifan dan perhatian siswa pada saat guru menyampaikan materi masing-masing sebanyak 22,22% dari prasiklus hingga siklus I dan dari siklus I hingga siklus II. Jumlah siswa yang memperhatikan dan aktif saat guru menyampaikan materi bertambah sebanyak 6 orang pada setiap siklusnya. c. Keaktifan dan kesungguhan siswa dalam melaksanakan peer-correction Seperti halnya aspek keaktifan siswa pada saat apersepsi dan penyampaian materi dari guru, keaktifan siswa pada saat melaksanakan peer-correction juga menunjukkan adanya peningkatan. Pada pelaksanaan peer-correction dalam pembelajaran menulis karya ilmiah siklus I, masih tampak beberapa siswa yang belum menunjukkan kesungguhan dan keaktifannya dalam melakukan peer-correction. Mereka mengoreksi sambil bercanda dengan temannya dan tidak memanfaatkan secara maksimal panduan mengoreksi yang diberikan oleh guru sehingga koreksi yang dilakukan dapat dikatakan masih asal-asalan. Ada pula beberapa siswa yang terlihat masih ragu dan takut dalam memberikan pembetulan. Akan tetapi, pada pelaksanaan siklus II, semua kekurangan di atas dapat diatasi dengan baik. Hal ini karena guru berhasil menerapkan dengan baik refleksi dan solusi-solusi yang disepakati bersama peneliti atas commit to user kekurangan-kekurangan dalam siklus I. Solusi yang disepakati misalnya
perpustakaan.uns.ac.id
129 digilib.uns.ac.id
guru memberikan lebih banyak kesempatan kepada siswa untuk berlatih mengoreksi, memotivasi siswa agar lebih percaya diri dalam mengoreksi, serta menegaskan kepada siswa agar memanfaatkan pedoman pengoreksian secara maksimal saat mengoreksi. Hasilnya, pada siklus II siswa sudah terlihat lebih aktif, antusias, serta bersungguh-sungguh dalam mengoreksi hasil tulisan (karya ilmiah) temannya. Dari hasil pengamatan peneliti, tercatat bahwa keaktifan dan kesungguhan siswa pada saat melakukan peer-correction pada pembelajaran siklus I diindikasi mencapai 70,37% (19 siswa). Pada siklus II, keaktifan dan kesungguhan siswa dalam melakukan peer-correction mencapai 88,89% (24 siswa). Artinya, terjadi peningkatan keaktifan dan kesungguhan siswa dalam melakukan peer-correction sebanyak 18.52% dari siklus I hingga siklus II. Jumlah siswa yang aktif dan bersungguh-sungguh saat melakukan peercorrection bertambah sebanyak 5 orang, yaitu dari sebelumnya 19 siswa menjadi 24 siswa d. Minat dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran Tindakan dengan penerapan teknik peer-correction menjadikan siswa semakin berminat dan termotivasi dalam pembelajaran. Peningkatan minat dan motivasi tersebut misalnya tampak dari semangat siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan, yaitu menulis karya ilmiah. Berbeda dengan pada saat pratindakan di mana siswa banyak mengemukakan keluhan atas tugas yang diberikan, pada siklus I dan II, siswa tidak hanya menunjukkan semangat dalam mengerjakan tugas, tetapi juga bersungguhsungguh dalam mengerjakan tugas tersebut. Dalam hal ini, termasuk tugas melakukan peer-correction atas hasil tulisan temannya. Para siswa sudah tidak tampak bermalas-malasan di kelas, bertopang dagu, menidurkan kepalanya di meja, dan melakukan hal-hal lain yang mencerminkan rendahnya minat dan motivasi mereka dalam mengikuti pembelajaran. Peningkatan minat dan motivasi siswa yang signifikan dalam mengikuti pembelajaran menulis karya ilmiah setelah diterapkannya teknik commitdari to user peer-correction dapat diketahui hasil pengamatan peneliti selama
130 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berlangsungnya pembelajaran. Pada pembelajaran prasiklus, minat dan motivasi belajar siswa diindikasi baru mencapai 29,63% (8 siswa). Setelah diterapkannya peer-correction, pada siklus I minat dan motivasi belajar siswa diindikasi mencapai 74,07% (20 siswa), dan pada siklus II meningkat menjadi 85,19% (23 siswa). Artinya, terjadi peningkatan minat dan motivasi siswa sebanyak 44,44% dari prasiklus hingga siklus I dan 11,12% dari siklus I ke siklus II. Jumlah siswa yang menunjukkan minat dan motivasinya selama mengikuti pembelajaran bertambah sebanyak 12 orang dari prasiklus hingga siklus I dan 3 orang dari siklus I hingga siklus II. e. Perolehan nilai proses pembelajaran meningkat Peningkatan nilai tiap aspek dalam penilaian proses secara langsung akan berpengaruh pada meningkatnya nilai rata-rata proses pembelajaran secara keseluruhan. Meskipun penilaian proses ini tidak dijadikan sebagai penilaian yang nantinya dimasukkan dalam rapor siswa, penilaian ini tetap penting sebagai sarana untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran. Hal ini karena kualitas proses pembelajaran yang baik sangat berpengaruh terhadap kualitas hasil pembelajarannya. Apabila diketahui bahwa kualitas proses pembelajarannya masih kurang baik, hal tersebut dapat dijadikan sebagai acuan untuk memperbaiki proses pembelajaran selanjutnya agar hasil pembelajarannya lebih baik. Peningkatan nilai proses pembelajaran
yang terjadi setelah
dilakukannya penelitian ini semakin menegaskan bahwa teknik peercorrection terbukti memiliki kelebihan sebagaimana yang diungkapkan Barnas sebagai berikut: (a) teknik ini berpusat kepada kegiatan siswa sebagai peserta didik; (b) dapat memotivasi siswa untuk aktif berpikir; (c) siswa terlibat langsung dalam menilai hasil karangan; (d) dapat menghilangkan rasa kaku selama proses pembelajaran karena siswa bertukar pikiran dengan temannya sendiri; (e) memberikan pengalaman langsung kepada siswa dalam memperbaiki karangan; (f) menghilangkan kejemuan saat proses pembelajaran di kelas ; (g) guru lebih mudah memantau commit to user
131 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
perkembangan kemampuan menulis siswa karena setiap kegiatan tahapan menulis terlihat nyata (Barnas dalam Purwanto, 2008:20-21). Gambar 2 halaman 113
yaitu grafik nilai rata-rata proses
pembelajaran antarsiklus dengan jelas menunjukkan adanya peningkatan kualitas proses pembelajaran secara keseluruhan. Dari grafik tersebut, diperoleh keterangan bahwa pada prasiklus, nilai rata-rata proses pembelajaran adalah 43,48 dan pada siklus I nilai rata-ratanya naik menjadi 55,56. Nilai tersebut kemudian meningkat menjadi 6,04 pada siklus II. Secara speifik, dapat dinyatakan bahwa penerapan teknik peercorrection dalam penelitian ini berpengaruh paling besar terhadap peningkatan minat dan motivasi belajar siswa. Hal ini karena penerapan teknik peer-correction dapat membuat siswa terdorong untuk mampu mengoreksi hasil tulisan temannya dengan baik. Para siswa mengakui bahwa mereka merasakan kepuasan dan kebanggaan tersendiri manakala mampu mengoreksi kesalahan bahasa temannya dan membetulkannya. Secara tidak langsung, hal tersebut membuat siswa memiliki minat yang tinggi dan lebih termotivasi untuk mengikuti pembelajaran selanjutnya, bahkan menanti kesempatan untuk bisa kembali berlatih mengoreksi. Keadaan sebagaimana yang dijelaskan di atas sesuai dengan pernyataan Allwright (dalam Sumarwati, dkk., 2008:59) bahwa feedback yang dalam hal ini adalah kegiatan koreksi memiliki tiga fungsi, yakni sebagai pemberi reinforcement ‘penguatan’, information ‘informasi’, dan motivation
‘motivasi’.
Sebagai
pemberi
motivasi,
koreksi
dapat
mempengaruhi pembelajar untuk memperbaiki kesalahan pada hasil kerjanya. Dengan demikian, siswa menjadi lebih bersemangat dalam menyelesaikan setiap tugas, tidak bermalas-malasan di kelas, serta tidak mengeluh ketika harus menyelesaikan tugas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
132 digilib.uns.ac.id
2. Kemampuan Menulis Karya Ilmiah pada Siswa Peningkatan kualitas proses pembelajaran juga berimplikasi pada kemampuan siswa dalam menulis karya ilmiah. Kemampuan siswa dalam menulis karya ilmiah mengalami peningkatan yang cukup baik. Hal ini terlihat dari hasil tulisan ilmiah siswa setelah dilakukannya tindakan, yaitu lebih baik dari segi isi maupun bahasanya dibandingkan saat sebelum dilakukannya tindakan. Peningkatan tersebut diindikatori oleh: a. Pengungkapan gagasan (aspek isi tulisan) Siswa sudah lebih mampu menuangkan ide dan mengembangkannya dengan baik sesuai dengan isi buku yang dijadikan sumber penulisan karya ilmiah. Berbeda dengan kondisi prasiklus yang mana karangan siswa pada aspek isinya masih kurang baik karena gagasan atau ide yang dikemukakan terlalu sempit dan cenderung diulang-ulang. Gambaran lebih jelas dari hasil penilaian pengungkapan gagasan atau isi tulisan siswa dapat dilihat pada gambar 7 halaman 118. Dari grafik tersebut diketahi bahwa pada prasiklus, rata-rata skor pada aspek isi adalah 22,33 kemudian menjadi 23,3 pada siklus I, dan menjadi 23,63 pada siklus II. Dari rata-rata skor tiap siklus tersebut, sesuai dengan model penilaian menulis dari Burhan Nurgiyantoro dapat dijabarkan bahwa pada saat prasiklus hingga siklus II skor rata-rata yang dicapai siswa masuk dalam kriteria cukup-baik dan terjadi peningkatan nilai rata-rata antarsiklus. Dengan demikian, kemampuan siswa dalam pengungkapan gagasan yang tercakup dalam isi tulisan juga mengalami peningkatan setelah dilakukan tindakan pembelajaran menulis karya ilmiah dengan teknik peer-correction. b. Pengorganisasian paragraf (aspek organisasi isi tulisan) Berdasarkan hasil tulisan siswa dalam setiap siklusnya, diketahui bahwa siswa sudah dapat mengorganisasi paragraf dengan baik sehingga isi tulisannya mudah dipahami oleh pembaca. Peningkatan kemampuan mengorganisasi paragraf tersebut tampak dari grafik nilai rata-rata capaian skor siswa dari aspek organisasi yang dapat dilihat pada gambar 8 halaman commit to user pada prasiklus, skor rata-ratanya 119. Grafik tersebut menunjukkan bahwa
perpustakaan.uns.ac.id
133 digilib.uns.ac.id
14,52, kemudian menjadi 15,41 pada siklus I dan 16,37 pada siklus II. Dari capaian skor tersebut dapat diketahui bahwa kemampuan siswa dalam mengorganisasi paragraf semakin meningkat setelah dilakukan tindakan. c. Pemanfaatan potensi kata (aspek kosakata) Melalui tulisan yang dihasilkan, dapat dikatakan bahwa siswa sudah mampu memanfaatkan potensi kata dengan baik. Hal ini terlihat dari siklus I dan II, bahwa kosakata yang dipilih siswa untuk mengungkapkan ide serta gagasannya sudah semakin variatif sehingga hasil tulisannya tidak membosankan untuk dibaca. Gambaran lebih jelas dari hasil penilaian aspek pemanfaatan potensi kata atau kosakata dapat dilihat pada grafik gambar 9 halaman 120. Dari grafik tersebut, dapat dinyatakan bahwa pada prasiklus, skor rata-rata yang dicapai siswa 13,48 kemudian menjadi 14,85 pada siklus I, dan menjadi 15,89 pada siklus II. Skor 15,89 pada siklus II ini masuk dalam kriteria cukup-baik sesuai dengan model penilaian Burhan Nurgiyantoro. Dengan demikian, kemampuan siswa dalam pemanfaatan potensi kata atau kosakata semakin meningkat setelah dilakukannya tindakan. d. Pengembangan Bahasa (struktur kalimat) Siswa sudah mampu mengembangkan bahasa dengan baik. Hal ini terlihat dari tatanan atau struktur kalimat yang dihasilkan siswa dalam tulisannya. Pada prasiklus, siswa belum mampu mengembangkan bahasa dengan baik. Hal ini terlihat dari masih banyaknya kalimat yang kurang efektif, kemubaziran kata, dan kalimat yang ambigu dan sulit dipahami. Akan tetapi, setelah dilakukan siklus, siswa sudah mampu mengembangkan kalimatnya dengan baik. Gambaran lebih jelas dari hasil penilaian aspek pengembangan bahasa atau struktur kalimat ini dapat dilihat pada gambar 10 halaman 121. Berdasarkan grafik tersebut, tampak bahwa capaian skor rata-rata dari prasiklus mencapai 14,07 (sedang-cukup), kemudian menjadi 15,44 (sedangcukup) pada siklus I, lalu meningkat menjadi 17,11 (cukup-baik) pada siklus commitdinyatakan to user II. Dengan demikian, dapat bahwa terjadi peningkatan
perpustakaan.uns.ac.id
134 digilib.uns.ac.id
penguasaan siswa dalam aspek struktur kalimat atau pengembangan bahasa setelah dilakukannya tindakan. e. Mekanik (aspek ejaan dan tanda baca) Kesalahan mekanik yang dalam hal ini berupa kesalahan ejaan dan tanda baca pada awalnya sering dijumpai dalam tulisan siswa. Setelah dilakukannya tindakan, kesalahan tersebut menjadi berkurang. Karangan siswa menjadi lebih baik dalam hal ejaan dan tanda bacanya serta lebih rapi dalam hal penulisannya. Kesalahan ejaan yang banyak dilakukan siswa dalam tulisannya saat prasiklus misalnya penulisan huruf kapital, pemakaian tanda baca, penulisan kata-kata baku, serta penyingkatan kata yang tidak dibenarkan dalam penulisan sudah mulai berkurang saat dilakukannya tindakan siklus I dan semakin sedikit jumlahnya pada siklus II. Dengan demikian, terbukti bahwa penerapan teknik peer-correction sangat berperan dalam membantu siswa belajar menggunakan ejaan dan tanda baca yang benar. Pengalaman siswa dalam mengoreksi hasil tulisan temannya membuat siswa dapat mengerti dan memahami dengan cepat penggunaan ejaan dan tanda baca yang benar dan sesuai kaidah. Skor menulis siswa dari aspek mekanik pun meningkat. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Bambang Kaswanti Purwo (dalam Purwanto, 2008:20) bahwa apa yang disampaikan oleh teman sebayanya lebih mudah dipahami daripada apa yang disampaikan oleh guru. Pendapat ini senada dengan apa yang disampaikan oleh Stevick (dalam Purwanto, 2008:20) yang mengungkapkan bahwa pemberian koreksi atau umpan balik yang dilakukan oleh teman sebaya merupakan cara koreksi kesalahan yang lebih informatif karena diberikan oleh orang yang memiliki kemampuan yang sebanding. Gambaran lebih jelas dari hasil penilaian terhadap aspek mekanik atau ejaan dalam tulisan siswa dapat dilihat pada gambar 11 halaman 122. Berdasarkan grafik tersebut, diperoleh informasi bahwa skor rata-rata yang dicapai siswa yaitu 3,07 (sedang-cukup) pada prasiklus, 3,85 (sedang-cukup) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
135 digilib.uns.ac.id
pada siklus I dan 4 (cukup-baik) pada siklus II. Data tersebut memperjelas bahwa terjadi peningkatan nilai pada aspek mekanik dalam tulisan siswa. f. Kemampuan menulis karya ilmiah siswa meningkat Berdasarkan hasil nilai menulis karya ilmiah pada saat prasiklus, diketahui bahwa kemampuan menulis karya ilmiah siswa masih tergolong rendah. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata yang dicapai oleh siswa. Gambaran lebih jelas dari hasil nilai rata-rata menulis karya ilmiah dapat dilihat pada grafik gambar 12 halaman 123. Pada saat prasiklus, nilai rata-rata yang dicapai adalah 67,48. Nilai ini belum mencapai KKM yang ditentukan oleh guru dan peneliti sebesar 70. Pada siklus I terdapat peningkatan nilai tulisan siswa, yaitu nilai rata-ratanya mencapai 72,89. Meskipun pada siklus I ini nilai rata-rata sudah mencapai KKM, tetapi masih ada 9 orang siswa yang belum mencapai KKM sehingga perlu dilakukan siklus II. Pada siklus II ini nilai rata-rata yang dicapai adalah 77,33. Nilai pada siklus II ini sudah cukup baik, secara rata-rata telah mencapai KKM dan seluruh siswa sudah tuntas atau mencapai KKM. Adanya peningkatan nilai yang dicapai siswa menunjukkan bahwa penerapan teknik peer-correction dapat meningkatkan kemampuan menulis karya ilmiah pada siswa. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan Wood (dalam Sumarwati, dkk., 2008:18) dalam hasil penelitiannya bahwa penerapan penerapan peer-correction dalam pembelajaran menulis memiliki nilai plus, yaitu: (1) dapat mengembangkan penguasaan dan ketepatan berbahasa pada siswa; (2) memungkinkan siswa untuk tidak selalu bergantung pada guru dalam mengoreksi kesalahan bahasanya; serta (3) memungkinkan siswa dapat membimbing siswa lain. Hasil penelitian tersebut semakin memperkuat bahwa penerapan teknik
peer-correction
dapat meningkatkan kemampuan menulis pada siswa. Agar lebih jelas, peningkatan kualitas proses pembelajaran dan kemampuan menulis karya ilmiah pada siswa dapat dilihat pada gambar 13 halaman 125. Grafik tersebut secara jelas menunjukkan adanya peningkatan commit to user nilai rata-rata proses dan hasil pembelajaran menulis karya ilmiah secara
perpustakaan.uns.ac.id
136 digilib.uns.ac.id
keseluruhan setelah dilakukannya tindakan. Hal tersebut ditunjukkan oleh garis lurus yang terus naik dari titik prasiklus, siklus I, dan siklus II. Secara spesifik, dapat dinyatakan bahwa penerapan teknik peercorrection dalam penelitian ini paling berdampak terhadap peningkatan kemampuan siswa dalam mengembangkan bahasa. Hal ini dapat diketahui dari hasil penghitungan peneliti terhadap peningkatan nilai rata-rata setiap aspek tulisan pada setiap siklusnya sebagai berikut: (a) nilai rata-rata aspek isi meningkat sebanyak 1,3 poin, yakni dari 22,33 pada prasiklus menjadi 23,63 pada siklus II; (b) nilai rata-rata aspek organisasi isi meningkat sebanyak 1,85 poin, yakni dari 14,52 pada prasiklus menjadi 15,41 pada siklus II; (c) nilai rata-rata aspek kosakata meningkat sebanyak 2,41 poin, yakni dari 13,48 pada prasiklus menjadi 15,89 pada siklus II; (d) nilai ratarata pengembangan bahasa meningkat sebanyak 3,04 poin, yakni dari 14,07 pada prasiklus menjadi 17,11 pada siklus II; dan (e) nilai rata-rata aspek mekanik meningkat sebanyak 0,93 poin, yakni dari 3,07 pada prasiklus menjadi 4 pada siklus II. Dalam pedoman penilaian hasil tulisan yang dikemukakan Burhan Nugiyantoro, aspek pengembangan bahasa merupakan aspek tulisan yang memiliki rentang nilai terbesar (5-25) dibandingkan keempat aspek tulisan yang lain, yakni aspek isi (13-30), organisasi isi (7-20), kosakata (7-20), dan mekanik (2-5). Artinya, aspek pengembangan bahasa merupakan aspek tulisan yang paling sulit dikuasai dan menjadi titik kelemahan sebagian penulis, dalam hal ini termasuk siswa dalam menulis karya ilmiah. Akan tetapi, selama ini guru kurang menyadari hal tersebut. Oleh karena itu, dalam pembelajarannya selama ini guru hanya memberikan bentuk-bentuk tes yang berupa pengenalan kesalahan struktur kalimat, melengkapi kalimat, atau membetulkan kalimat untuk melatih kemampuan siswa dalam mengembangkan bahasa. Sehubungan dengan itu, Nurgiyantoro (2010:425) menyatakan bahwa bentuk-bentuk tes tersebut kurang dapat mengungkap kemampuan menulis peserta didik yang sebenarnya. Selain tidak menuntut commitunsur to user peserta didik untuk memikirkan “isi, juga hanya mengukur aspek-
137 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
aspek tertentu secara terpisah. Oleh karena itu, tugas itu tidak alamiah seperti halnya kegiatan menulis pada umumnya. Dengan menggunakan
diterapkannya tahap
peer-correction,
pengeditan
untuk
guru
melatih
dan
berkesempatan mengevaluasi
kemampuan siswa dalam mengembangkan bahasa. Untuk itu, guru memberikan penjelasan singkat berikut contoh kesalahan struktur kalimat dalam
sebuah
tulisan.
Selanjutnya,
para
siswa
mempraktikkan
pemahamannya dengan mengoreksi tulisan temannya berdasarkan penanda yang diberikan. Sehubungan dengan hal itu, Calkins (dalam Sumarwati, dkk., 2010:57) menyatakan bahwa cara tersebut lebih efektif untuk mengajarkan masalah kebahasaan daripada pengajaran yang bersifat hafalan. Dengan melakukan peer-correction, para siswa dapat belajar menemukan dan memperbaiki kesalahan struktur kalimat dalam hasil tulisan temannya yang membuat pengungkapan gagasan menjadi tidak lancar. Tidak hanya itu, setelah melakukan peer-correction, para siswa semakin menyadari bahwa kelancaran komunikasi dalam tulisan sangat ditentukan oleh bahasa yang digunakan, terutama struktur kalimatnya. Oleh karena itu, pada tugas menulis selanjutnya, mereka berusaha membuat tulisan dengan bahasa yang lebih tepat, teratur, dan lengkap. Dengan demikian, kemampuan para siswa dalam mengembangkan bahasa terus meningkat. Berdasarkan pembahasan hasil penelitian ini, dapat dinyatakan bahwa penerapan teknik peer-correction dapat meningkatkan kualitas proses dan kemampuan menulis karya ilmiah pada siswa kelas XI Bahasa SMA N 2 Sukoharjo. Kualitas proses pembelajaran meningkat terutama pada minat dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran, sedangkan kemampuan menulis karya ilmiah pada siswa meningkat terutama pada aspek pengembangan bahasa.
commit to user
138 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan Simpulan yang dihasilkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Penerapan teknik peer-correction dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis karya ilmiah pada siswa kelas XI Bahasa SMA N 2 Sukoharjo, terutama pada aspek minat dan motivasi siwa dalam mengikuti pembelajaran.
Hal
ini
terbukti
dengan
adanya
peningkatan
proses
pembelajaran, yang meliputi hal-hal sebagai berikut: (a) meningkatnya keaktifan siswa saat mengikuti apersepsi. Hal tersebut dapat dilihat dari peningkatan keaktifan siswa saat mengikuti apersepsi pada setiap siklusnya. Pada prasiklus, keaktifan siswa saat mengikuti apersepsi hanya sebesar 14,81%, pada siklus I meningkat secara signifikan menjadi 48,15% dan pada siklus II naik lagi menjadi 77,7%; (b) meningkatnya keaktifan dan perhatian siswa pada saat guru menyampaikan materi. Hal ini terbukti dengan meningkatnya keaktifan siswa dalam merespon stimulus yang diberikan guru (bertanya,
menjawab,
menanggapi,)
dan
perhatian
siswa
pada
saat
pembelajaran di setiap siklusnya. Pada prasiklus, siswa yang aktif mengikuti kegiatan pembelajaran sebesar 37,04%. Pada siklus I jumlah siswa yang aktif mengikuti kegiatan pembelajaran bertambah menjadi sebesar 59,26%. Pada siklus II, keaktifan siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran mengalami peningkatan menjadi sebesar 81,48%; (c) meningkatnya keaktifan dan kesungguhan siswa dalam melakukan peer-correcction. Hal ini terbukti dengan meningkatnya keaktifan dan kesungguhan siswa dalam mengoreksi hasil tulisan ilmiah temannya pada setiap siklusnya. Pada siklus I siswa yang aktif dan bersungguh-sungguh melakukan peer-correction sebesar 70,37%. Pada siklus berikutnya keaktifan dan kesungguhan siswa dalam melakukan peercorrection mengalami peningkatan yang signifikan. Peningkatan tersebut sebesar 88,89% pada siklus II; (d) meningkatnya minat dan motivasi siswa commit to user dalam mengikuti pembelajaran menulis karya ilmiah. Hal ini tampak pada
139 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kesungguhan siswa saat mengerjakan tugas serta keantusiasan dan semangat siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Pada prasiklus, siswa yang tampak berminat dan termotivasi hanya sebanyak 29,63%. Pada siklus I, prosentase siswa yang berminat dan memiliki motivasi dalam mengikuti pembelajaran bertambah menjadi sebesar 74,07% dan pada siklus II meningkat menjadi 85,19%. 2. Penerapan teknik peer-correction dapat meningkatkan kemampuan menulis karya ilmiah pada siswa kelas XI Bahasa SMA N 2 Sukoharjo, terutama pada aspek pengembangan bahasa. Adanya peningkatan kemampuan siswa dalam menulis karya ilmiah dapat dilihat dari meningkatnya nilai siswa pada aspek isi, organisasian isi, kosakata, pengembangan bahasa, dan mekanik tulisan. Peningkatan kemampuan siswa terjadi pada siklus I hingga III yang ditunjukkan dengan semakin banyaknya siswa yang telah mencapai batas ketuntasan (KKM ≥ 70). Pada prasiklus, siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar hanya sebesar 37,02% atau sebanyak 10 siswa, pada siklus I meningkat menjadi 66,67% (18 siswa) dan pada siklus II juga meningkat menjadi 100% (27 siswa).
B. Implikasi Penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan teknik peer-correction dapat meningkatkan kualitas proses dan kemampuan menulis karya ilmiah pada siswa. Hal ini dikarenakan teknik peer-correction merupakan teknik yang mampu melibatkan siswa secara aktif, baik secara fisik maupun emosional karena siswa dilibatkan untuk mengoreksi hasil tulisan temannya secara cermat dan teliti. Selain itu, teknik ini juga mampu menumbuhkan rasa saling percaya antar teman dan kepercayaan diri siswa untuk memperbaiki kesalahan bahasa dalam tulisan temannya,
serta
memberikan
kesadaran
kepada
siswa
untuk
belajar
mengintrospeksi diri dan hasil tulisannya lewat saran perbaikan yang diberikan oleh temannya. commit to user
140 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Penerapan teknik peer-correction ini dapat membantu siswa dalam mengaplikasikan kemampuannya yang berkaitan dengan pengetahuan dan penguasaannya akan kaidah bahasa tulis serta menjadikan pengetahuan yang dimilikinya bertahan lebih lama dibandingkan jika mereka harus menghafal teoriteori yang berkaitan dengan materi menulis karya ilmiah. Mengingat penerapan teknik peer-correction ini dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan kemampuan menulis karya ilmiah pada siswa, diharapkan teknik ini dapat diterapkan oleh guru dalam pembelajaran, khususnya dalam pembelajaran menulis yang sesuai dengan karakteristik teknik peercorrection. Adapun hal-hal yang dapat diterapkan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan menulis karya ilmiah pada siswa sebagai implikasi penelitian ini adalah: 1. Memotivasi dan melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran. Kegiatan menulis karya ilmiah merupakan suatu proses. Oleh karena itu, guru perlu memberikan motivasi kepada siswa agar rajin berlatih. Selain itu, guru juga perlu mengupayakan keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran agar mereka mendapatkan pengetahuan yang mendalam serta mampu mengaplikasikannya secara nyata, misalnya melalui kegiatan saling mengoreksi tulisan temannya. 2. Meningkatkan pengetahuan siswa. Selain siswa dilibatkan secara aktif dan terus dimotivasi untuk menulis, siswa juga harus dimotivasi untuk terus menambah wawasan dan pengetahuannya. Hal tersebut dapat dilakukan misalnya dengan menyarankan siswa agar banyak membaca buku dan referensi-referensi yang berkaitan dengan pembelajaran. Selain menambah wawasan, sembari membaca siswa juga dapat mencermati dan mempelajari penggunaan bahasa yang baik dan benar dalam sebuah tulisan. Dengan demikian, penguasaan kaidah bahasa tulis pada siswa diharapkan semakin meningkat sehingga mereka tidak merasa kesulitan pada saat mengerjakan tugas menulis. commit to user
141 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Saran Berkaitan dengan simpulan dan implikasi di atas, maka peneliti mengajukan saran-saran sebagai berikut. 1. Bagi Siswa a. Dalam mengikuti pembelajaran menulis karya ilmiah, siswa disarankan lebih aktif dan mengikuti setiap kegiatan pembelajaran dengan perasaan senang. Hal ini dikarenakan adanya rasa senang terhadap pembelajaran dapat menumbuhkan keingintahuan terhadap materi yang dipelajari dan memudahkan siswa untuk mendalami materi tersebut. b. Siswa hendaknya memberdayakan keberanian untuk mengungkapkan kesulitan-kesulitannya dalam pembelajaran kepada guru dengan cara yang sopan, serta mengemukakan dengan santun saran dan masukan-masukan penting lainnya sebagai sarana perbaikan bagi guru dalam mengajar. c. Siswa hendaknya lebih rajin dalam berlatih menulis karya ilmiah agar dapat menghasilkan
tulisan
yang
baik.
Selain
itu,
ada
baiknya
siswa
memperbanyak kegiatan membaca. Hal ini karena selain dapat memperluas wawasan, sembari membaca siswa dapat mencermati penggunaan bahasa yang baik dalam tulisan sehingga dapat meningkatkan penguasaan kaidah bahasa tulis dan mendukung kemampuannya dalam menulis karya ilmiah. d. Siswa
hendaknya
lebih
aktif
dan
bersungguh-sungguh
dalam
mempraktikkan teknik peer-correction dalam pembelajaran menulis karya ilmiah, yaitu dengan menukarkan hasil karangannya untuk saling dikoreksi kemudian diperbaiki berdasarkan feedback yang diberikan oleh guru sehingga kualitas hasil tulisannya semakin baik dan kemampuan menulis karya ilmiahnya terus meningkat.
commit to user
142 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Bagi Guru a. Para guru, khususnya bidang studi bahasa Indonesia hendaknya dapat menerapkan
teknik
peer-correction
dalam
mengajarkan
materi
pembelajaran menulis lain yang sesuai dengan karakteristik teknik peercorrection. b. Guru hendaknya membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sesuai format yang terbaru (ada apersepsi, eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi) setiap hendak mengajar sebagaimana yang dibuat bersama peneliti selama berlangsungnya penelitian. c. Guru hendaknya memberikan lebih banyak kesempatan kepada siswa untuk berlatih menulis agar kemampuan menulis siswa meningkat. 3. Bagi Sekolah a. Pihak sekolah hendaknya menambah sarana dan fasilitas belajar-mengajar yang berkaitan erat dengan pembelajaran menulis karya ilmiah, misalnya dengan memperbaharui dan mencukupi persediaan buku-buku di perpustakaan yang dapat digunakan oleh siswa sebagai sumber penulisan karya ilmiah agar kegiatan pembelajaran lebih optimal. b. Pihak sekolah hendaknya dapat memotivasi dan memfasilitasi guru dalam meningkatkan kemampuan mengajar. Baik dengan mengikut-sertakan guru dalam
kegiatan
seminar,
workshop,
penataran,
maupun
dengan
mendukung guru untuk melakukan berbagai penelitian dalam pendidikan dan pengajaran. 4. Bagi Peneliti Lain Peneliti lain diharapkan dapat berkolaborasi secara aktif dengan guru dan dapat menerapkan metode pembelajaran baru yang inovatif dan banyak melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, bakat, potensi, dan kreativitas siswa dapat berkembang dengan baik sehingga kualitas pendidikan di Indonesia semakin meningkat.
commit to user