UPAYA GURU DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA BIDANG STUDI QUR’AN HADITS KELAS VIIIE MTS NEGERI PONOROGO MELALUI METODE PROBLEM SOLVING, RESITASI DAN METODE KERJA KELOMPOK
SKRIPSI Diajukan Kepada Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Ponorogo Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Progam Sarjana Pendidikan Agama Islam
Oleh : DWI ARIVAN NIKMAH NIM : 243042026
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) PONOROGO 2008
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dan dengan demikian
akan
menimbulkan
perubahan
dalam
dirinya
yang
memungkinkannya untuk berfungsi secara memadai dalam kehidupan masyarakat. Pengajaran bertugas mengarahkan proses ini agar sasaran dari perubahan itu dapat tercapai sebagaimana yang diinginkan.1 Dalam pola pendidikan modern bahwa siswa dipandang sebagai titik pusat terjadinya proses belajar. Siswa sebagai subyek yang berkembang melalui pengalaman belajar, guru lebih berperan sebagai fasilitator dan motifator belajarnya siswa, membantu dan memberikan kemudahan agar siswa mendapatkan pengalaman belajar yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya.2 Sehingga terjadilah interaksi aktif siswa belajar sedangkan guru mengelola sumber-sumber belajar guna memberikan pengalaman belajar kepada siswa, dalam proses belajar mengajar sehingga membuahkan hasil sebagaimana diharapkan. Maka kedua belah pihak baik siswa maupun guru perlu memiliki sikap, kemampuan dan ketrampilan yang mendukung proses belajar mengajar itu untuk mencapai tujuan tertentu.
1 2
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2006), 79. Imansyah Alipandie, Didaktik Metode Pendidikan Umum (Kediri: PT Usaha Nasional,
1984), 71.
2
Pemberian pengalaman, kecakapan dan pengetahuan kepada siswa yang merupakan proses pengajaran itu dilakukan oleh guru dengan menggunakan cara-cara atau metode-metode tertentu atau disebut sebagai metode pembelajaran.3 Kenyataannya telah menunjukkan bahwa pendidik (guru) selalu berusaha memilih metode pengajaran yang setepat-tepatnya yang dipandang lebih efektif daripada metode-metode lainnya, sehingga dianggap terbaik untuk mencapai tujuan tertentu. Terkait bahwa metode mengajar sebagai alat mencapai tujuan, memerlukan pengetahuan tentang tujuan itu sendiri. Karena itu perumusan tujuan dengan sejelas-jelasnya merupakan persyaratan terpenting sebelum seorang guru menentukan dan memilih metode mengajar yang tepat. Dalam ilmu pendidikan bahwa :
ا./0123هأ678ا.7ا9ة Artinya : “metode lebih penting daripada materi”.4 Ini berarti suatu materi tidak akan terserap dengan baik tanpa peserta didik oleh metode yang sesuai. Dengan kata lain guru harus memilih metode yang dianggap wajar dan tepat, dengan berpedoman pada tujuan khusus yang akan dicapai. Hakikat tujuan ialah yang dipakai guru sebagai petunjuk untuk memilih satu atau serangkaian metode yang efektif.5 Berdasarkan data bahwa metode yang diterapkan dalam proses pembelajaran kurang sesuai, sehingga siswa tidak memahami materi yang disampaikan guru. 3 Suryosubroto, Proses belajar Mengajar di Sekolah (Yogyakarta: Rineka Cipta, 1996),148. 4 Arief Armai, Pengantar ilmu dan metodelogi Islam (Jakarta: Ciputat Press, 2002),39. 5 Imansyah Alipandie, Didaktik Metode Pendidikan Umum, 72.
3
Di dalam kenyataannya cara atau metode mengajar yang digunakan untuk menyampaikan informasi berbeda dengan cara yang ditempuh untuk memantapkan siswa dalam menguasai pengetahuan, ketrampilan dan sikap (kognitif, psikomotor, efektif), khusus metode mengajar di dalam kelas, efektivitas suatu metode dipengaruhi oleh faktor tujuan, faktor siswa, faktor situasi dan faktor guru itu sendiri.6 Dengan memiliki pengetahuan umum mengenai sifat berbagai metode, seorang guru akan lebih mudah menetapkan metode yang paling sesuai dalam situasi dan kondisi pengajaran khusus. Demikian urgennya metode dalam proses pendidikan dan pengajaran. Suatu pembelajaran bisa dikatakan tidak berhasil bila dalam proses pembelajaran tersebut tidak menggunakan metode pembelajaran. Maka seorang pendidik atau guru dituntut agar cermat memilih dan menerapkan metode apa yang tepat digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik. Sesuai dengan penjajagan awal di lapangan ditemukan tentang metode pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran Qur’an Hadits kelas VIIIE MTs Negeri Ponorogo dengan metode ceramah untuk mulai masuk pada pelajaran metode resitasi (pemberian tugas) metode problem solving (memecahkan masalah) terkait dengan materi Qur’an Hadits dan dilanjutkan adanya metode kerja kelompok.7
6 Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar (Bandung: CV Pustaka Setia, 2005),52. 7 Hasil wawancara dengan Bpk. H. Muchtar, BA (guru mata pelajaran Qur’an Hadits MTs N Ponorogo) Sabtu 16 Februari 2008, pukul 09.30 WIB di ruang guru.
4
Berdasarkan penjajagan awal penulis ingin lebih lanjut meneliti tentang metode pembelajaran di MTs Negeri Ponorogo dengan judul penelitian “UPAYA GURU DALAM MENINGKATKAN PRESTASI
BELAJAR
SISWA BIDANG STUDI QUR’AN HADITS KELAS VIIIE MTS NEGERI PONOROGO MELALUI METODE PROBLEM SOLVING, RESITASI DAN METODE KERJA KELOMPOK”
B. Fokus Penelitian Mengingat banyaknya metode pembelajaran, terbatasnya waktu dan dana, maka dalam penelitian ini penulis memfokuskan hanya pada beberapa metode pembelajaran yaitu penerapan metode problem solving, resitasi dan metode kerja kelompok dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada bidang studi Qur’an Hadits kelas VIIIE di MTs Negeri Ponorogo.
C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan fokus penelitian di atas, maka dapat penulis rumuskan sebagai berikut : 1. Mengapa diterapkan metode problem solving, resitasi dan kerja kelompok dalam pembelajaran Qur’an Hadits kelas VIIIE MTs Negeri Ponorogo ? 2. Bagaimana langkah-langkah penerapan metode problem solving, resitasi dan metode kerja kelompok dalam pembelajaran Qur’an Hadits Kelas VIIIE MTs Negeri Ponorogo ?
5
3. Apakah faktor pendukung dan penghambat metode problem solving , resitasi dan Metode kerja kelompok dalam pembelajaran Qur’an Hadits Kelas VIIIE MTs Negeri Ponorogo ? 4. Bagaimana hasil prestasi belajar siswa bidang studi Qur’an Hadits kelas VIIIE MTs Negeri Ponorogo melalui metode problem solving, resitasi dan metode kerja kelompok?
D. Tujuan Penelitian Setiap usaha yang disengaja pasti mempunyai tujuan yang mana tujuan itu akan memberikan warna dan corak dari usaha tersebut. Dalam penulisan skripsi ini peneliti mengemukakan tujuan sebagai berikut : 1. Untuk mendeskripsikan dan menjelaskan penerapan metode problem solving, resitasi dan metode kerja kelompok dalam pembelajaran Qur’an Hadits kelas VIIIE di MTs Negeri Ponorogo. 2. Untuk mendeskripsikan dan menjelaskan langkah-langkah penerapan metode problem solving, resitasi dan metode kerja kelompok dalam pembelajaran Qur’an Hadits kelas VIIIE di MTs Negeri Ponorogo. 3. Untuk
mendeskripsikan
dan
menjelaskan
faktor
pendukung
dan
penghambat metode problem solving, resitasi dan metode kerja kelompok dalam pembelajaran Qur’an Hadits kelas VIIIE di MTs Negeri Ponorogo 4. Untuk mendeskripsikan dan menjelaskan hasil prestasi belajar Qur’an Hadits kelas VIIIE di MTs Negeri Ponorogo melalui metode problem solving, resitasi dan metode kerja kelompok .
6
E. Manfaat Penelitian a. Secara Teoritis Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran tentang peningkatan prestasi siswa melalui metode problem solving, resitasi dan metode kerja kelompok. b. Secara Praktis 1. Bagi guru, dengan adanya penelitian ini diharapkan memberikan masukan-masukan kepada guru di MTs Negeri Ponorogo dan lembaga pendidikan lain dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. 2. Bagi siswa, dengan adanya penelitian ini diharapkan siswa mengalami peningkatan prestasi belajar. 3. Bagi akademik, penelitian ini sebagai masukan awal untuk penelitian lebih lanjut dalam masalah yang berhubungan dengan metode pembelajaran dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. 4. Bagi peneliti, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman dan masukan untuk bekal mengajar sehingga lebih berhasil obyektif.
F. Telaah Pustaka Penelitian ini mengkaji tentang metode pembelajaran di MTs Negeri Ponorogo. Ada beberapa penelitian yang telah dilakukan berkaitan dengan metode pembelajaran antara lain :
7
1. Pengaruh penggunaan metode diskusi terhadap prestasi belajar siswa dibidang studi akhidah akhlak siswa kelas II di MAN 2 Ponorogo Dalam penelitian ini yang dilakukan oleh Muhammad Muhlis mahasiswa STAIN Ponorogo ini dijelaskan bahwasannya ada pengaruh antara penggunaan metode diskusi dengan prestasi belajar siswa bidang studi akhidah akhlak. Berdasarkan perhitungan dari analisis product moment dengan angka 0,549. Penggunaan metode diskusi mempunyai pengaruh yang cukup terhadap prestasi belajar siswa, sehingga semakin pandai guru menggunakan metode yang sesuai dengan materi yang diajarkan hasilnya akan semakin baik pula. 2. Pelaksanaan strategi belajar mengajar PAI dalam mengantisispasi dekadensi moral siswa kelas II di SMK PGRI 2 Ponorogo. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Nusrotun Nafiah mahasiswi STAIN Ponorogo ini dijelaskan bahwasannya faktor yang mendorong dan menghambat pelaksanaan strategi belajar mengajar PAI di SMK PGRI 2 Ponorogo meliputi : pengaruh lingkungan (agamis atau tidak) pengaruh orang tua (keluarga yang agamis atau non agamis), ektrakurikuler dan ancaman nilai serta adanya kesadaran pribadi siswa.
G.
Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Dalam penelitian ini digunakan metodologi dengan pendekatan kualitatif yang memiliki karakteristik alami sebagai sumber data
8
langsung, deskriptif. Proses lebih dipentingkan daripada hasil. Analisis dalam penelitian kualitatif cenderung dilakukan secara analisis induktif dan
hasil
penelitiannya
lebih
menekankan
“makna”
daripada
generalisasi.8 Ada 6 macam metodologi penelitian dengan pendekatan kualitatif, yaitu etnografi, studi kasus, teori grounded, penelitian interaktif, penelitian ekologikal dan penelitian masa depan.9 Dan dalam hal ini jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti yaitu jenis penelitian studi kasus yang mana jenis penelitian ini memiliki tujuan untuk mempertahankan keutuhan dari obyek, akhirnya data yang dikumpulkan dalam rangka studi kasus dipelajari sebagai suatu keseluruhan yang terintregasi (tersatukan).10 2. Kehadiran Peneliti Ciri khas penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari pengamatan berperan serta, sebab peranan penelitian yang menentukan keseluruhan skenarionya.11 Untuk itu, dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai instrument kunci, partisipan penuh sekaligus pengumpul data. Sedangkan instrument yang lain sebagai penunjang.
8
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitataif (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2000),20. 9 Mariam S. B. G Simpson, E.L, A Quaide to Research For Educator and Trainer on Edults (Malabar Florida : Robert E Krieger Publishing Company, 1984). 10 Imron Arifin, Penelitian Kualitatif Dalam Ilmu-ilmu Sosial dan Keagamaan (Malang: Kalima Sahada Press, 1996)57. 11 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 117
9
3. Lokasi Penelitian Peneliti melakukan penelitian di MTs Negeri Ponorogo yang terletak di Jl. Ki Ageng Mirah no 79 di desa Japan Kecamatan Babadan Kabupaten Ponorogo. Peneliti memilih penelitian di sini karena belum pernah ada orang meneliti tentang metode problem solving, resitasi, dan metode kerja kelompok dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. 4. Sumber Data Sumber utama penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah tambahan seperti dokumen dan lainnya. Dengan demikian sumber utama penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan sebagai sumber data utama, sedangkan sumber data tertulis nilai dan denah lokasi penelitian adalah sebagai data tambahan.12 5. Prosedur Pengumpulan Data Adapun tehnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Melalui Observasi / Pengamatan Observasi dapat diartikan sebagai pengamatan meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatau objek dengan menggunakan seluruh indra.13 Tujuan peneliti menggunakan metode observasi yaitu dengan metode observasi pengamat dapat mengoptimalkan
12
Ibid., 112. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta : Reneka Cipta, 1993), 146. 13
10
kemampuan peneliti dari segi motif, kepercayaan, perhatian, perilaku tidak sadar, kebiasaan dan sebagainya.
2. Melalui Wawancara Wawancara / kuesioner lisan adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara (interviewee)14.Dengan kata lain bahwa interview merupakan proses tanya jawab secara lisan yakni dua orang atau lebih berhadapan secara fisik yang satu dapat melihat dan yang satu dapat mendengarkannya untuk memperoleh informasi tertentu.15 Responden biasanya terdiri atas mereka yang terpilih saja karena sifat-sifatnya yang khas dan biasanya mereka memiliki pengetahuan dan mendalami situasi, dan mereka lebih mengetahui informasi yang diperlukan.16
3. Melalui Dokumentasi Dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis yang berupa arsip-arsip, buku tentang metode konsep, dan sebagainya yang ada kaitannya dengan penelitian.17 Metode ini digunakan untuk memperoleh data lapangan tentang sejarah berdirinya madrasah, struktur organisasi, kurikulum, jumlah guru, siswa/siswi, sarana prasarana dan hal-hal lain yang dibutuhkan.
14
Ibid., 145. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1997), 165. 16 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 139. 17 Ibid. , 161. 15
11
6. Analisis Data Teknis analisis data pada kasus ini menggunakan analisis data kualitatif, mengikuti konsep yang diberikan Miles, Huberman dan Spradley. Miles dan Huberman mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus pada setiap tahap penelitian sehingga sampai tuntas dan datanya sampai jenuh. Aktivitas dalam analisis data, meliputi data reduction, data display dan conclusion. Adapun langkah-langkah analisisnya sebagai berikut : 1.
Mereduksi data, dalam konteks penelitian yang dimaksud adalah merangkum memilih hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting dan membuat kategori. Dengan demikian data yang telah direduksi
memberikan
gambaran
yang
lebih
jelas
dan
mempermudah peneliti untuk mengumpulkan data selanjutnya. 2.
Setelah data direduksi maka langkah selanjutnya adalah mendisplay data/menyajikan data ke dalam pola yang dillakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan grafik, matrik, net work, dan chart. Bila polapola yang ditemukan telah didukung oleh data selama penelitian maka pola tersebut telah menjadi pola yang baku yang selanjutnya akan didisplaykan pada laporan akhir penelitian.
12
3.
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif dalam penelitian adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.18 Selanjutnya menurut Spradley teknis analisis data disesuaikan
dengan tahapan dan penelitian. Pada tahap menentukan focus analisis data dilakukan dengan analisis taksonami. Pada tahap selection analisis data dilakukan dengan analisis komponensial, selanjutnya untuk sampai menghasilkan judul dilakukan dengan analisis tema. 7. Pengecekan Keabsahan Temuan Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (reabilitas).19 Derajat kepercayaan keabsahan data (kredibilitas data) dapat diadakan pengecekan dengan teknik pengamatan yang tekun dan triangulasi. Ketekunan pengamatan yang dimaksud adalah menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang relevan dengan persoalan/isu yang sedang dicari. Ketentuan pengamatan ini dilaksanakan peneliti dengan cara : 1.
Mengadakan
pengamatan
dengan
teliti
dan
rinci
secara
berkesinambungan terhadap metode pembelajaran yang terkait dengan judul penelitian di MTs Negeri Ponorogo.
18
Mattew B. Milles dan A.Michael Huberman, Qualitative Data Analisis (Jakarta : Universitas Indonesia, 1992), 15. 19 Lexy. J. Meleong, Metode Penelitian Kualitatif, 171
13
2.
Menelaah secara rinci sampai pada suatu titik, sehingga ada pemeriksaan tahap awal tampak salah satu/seluruh faktor yang ditelaah sudah dipahami dengan cara yang biasa. Teknik triangulasi adalah tehnik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Ada empat macam triangulasi sebagai tehnik pemeriksaan yang memanfaatkan sumber metode penyidik dan teori. Dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi dengan sumber, berarti membandingkan dan mengecek balik derajad kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Hal itu dapat dicapai dengan jalan : (1) membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara, (2) membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi, (3) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu, (4) membandingkan keadaan dan prespektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain; (5) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan20.
20
Ibid. , 178.
14
8. Tahapan-tahapan Penelitian Tahapan-tahapan dalam penelitian ini ada tiga tahapan dan ditambah dengan tahapan terakhir dari penelitian yaitu tahap penulisan laporan hasil penelitian. Tahap-tahap penelitian tersebut adalah : 1. Tahap pra lapangan yang meliputi menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan, menjajaki dan menilai keadaan lapangan, memilih dan memanfaatkan informasi, menyiapkan
perlengkapan
penelitian
dan
yang
menyangkut
persoalan etika penelitian. 2. Tahap pekerjaan lapangan yang meliputi memahami, latar penelitian dan persiapan diri, memasuki lapangan dan berperan serta sambil mengumpulkan data. 3. Tahap analisis data yang meliputi analisis selama dan setelah pengumpulan data. 4. Tahap penulisan laporan penelitian.
H. Sistematika Pembahasan Adapun pembahasan dalam skripsi ini terdiri dari lima bab yang masingmasing tercantum di bawah ini : Bab I pendahuluan, berisi latar belakang masalah, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika pembahasan sebagai gambaran umum isi skripsi.
15
Bab II Prestasi Belajar Siswa Bidang Studi Qur’an Hadits Melalui Metode Problem Solving, Resitasi Dan Metode Kerja Kelompok yang meliputi : Makna prestasi belajar siswa meliputi pengertian prestasi belajar siswa, faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa. Metode problem solving, resitasi dan metode kerja kelompok meliputi : pengertian metode pembelajaran, kajian metode problem solving, resistasi dan metode kerja kelompok. Bab III Prestasi Belajar Siswa Bidang Studi Qur’an Hadits Kelas VIIIE MTs Negeri Ponorogo Melalui Metode Problem Solving, Resitasi dan Metode Kerja Kelompok yang meliputi : gambaran umum, deskripsi data meliputi penerapan, langkah-langkah penerapan, faktor pendukung dan penghambat serta prestasi belajar siswa bidang studi Qur’an hadits kelas VIIIE MTs Negeri Ponorogo melalui metode problem solving, resitasi, dan metode kerja kelompok . Bab IV Analisis Tentang Upaya Guru Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Bidang Studi Qur’an Hadits Kelas VIIIE MTs Negeri Ponorogo melalui penerapan metode problem solving, resitasi, dan metode kerja kelompok, meliputi : analisis tentang penerapan metode problem solving, resitasi, dan metode kerja kelompok, langkah-langkah penerapan, faktor pendukung dan penghambat serta analisis hasil prestasi belajar siswa melalui penerapan metode problem solving, resitasi, dan metode kerja kelompok. Bab V Penutup yang meliputi kesimpulan dan saran.
16
BAB II PRESTASI BELAJAR SISWA BIDANG STUDI QUR’AN HADITS MELALUI METODE PROBLEM SOLVING, RESITASI DAN METODE KERJA KELOMPOK
A. Makna Prestasi Belajar Siswa Bidang Studi Qur’an Hadits 1. Pengertian Prestasi Belajar Qur’an hadits merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di Madrasah Tsanawiyah. Qur’an hadits adalah bagian dari bidang studi PAI yang
memberikan
pendidikan
untuk
memahami,
meyakini
dan
mengamalkan Al-Qur’an sehingga mampu membaca dengan fasih, menerjemahkan,
menyimpulkan
isi
kandungan,
menyalin
dan
menghafalkan ayat-ayat terpilih serta memahami dan mengamalkan hadits-hadits pilihan. Sehingga pendalaman dan perluasan bahan kajian dari bidang studi Qur’an hadits dari Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan sebagai bekal untuk mengikuti jenjang pendidikan berikutnya pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi yaitu Madrasah Aliyah (MA). Bidang studi Qur’an hadits diharapkan dapat diwujudkan dalam kehiduan sehari-hari, yaitu berperilaku yang memancarkan iman dan taqwa. Bidang studi Qur’an hadits bertujuan agar siswa dapat memahami (mengartikan), menyalin (menulis), menyimpulkan, membaca Al-Qur’an
17
dan mengamalkan isi kandungan ajaran Al-Quran dan Hadits serta membacanya dengan benar, fasih beserta tajwidnya.21 Prestasi dapat diartikan sebagai hasil yang telah dicapai (dikerjakan, dilakukan)22. Menurut Abin Syamsudin Maknun menyatakan bahwa prestasi yaitu kecakapan nyata atau aktual yang menunjukkan kepada aspek kecakapan yang segera dapat didemonstrasikan dan diuji sekarang juga karena merupakan hasil atau belajar yang bersangkutan dengan cara, bahan dan dalam hal tertentu yang telah dijalani.23 Sedangkan pengertian belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang diperoleh dari intruksi.24. Jadi prestasi belajar siswa adalah hasil yang telah dicapai dari suatu kegiatan belajar yang menunjukkan berupa penguasaan, pengatahuan dan ketrampilan yang dikembangkan dalam bidang studi dengan cara, bahan dan dalam hal tertentu yang telah dijalani. Jadi prestasi belajar siswa bidang studi Qur’an Hadits adalah hasil yang telah dicapai dari suatu kegiatan belajar yang berupa penguasaan, pengetahuan dan ketrampilan siswa terhadap Al-Qur’an dan Hadits Nabi dan mampu membaca dengan fasih dan benar. Yang paling utama dari tujuan pembelajaran Qur’an Hadits adalah siswa yang menjalankan segala aktifitasnya sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadits Nabi.
21
Depag RI, Buku Pelajaran Qur’an Hadits untk Madrasah Tsanawiyah (MTs) Kelas II (Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam Depatrtemen Agama RI, 2002), V 22 Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai Pustaka, 2002), 895. 23 Abin Syamsiddin Maknun, Psikologi Pendidikan (Bandung : PT Remaja Rosda Karya, 2002), 54. 24 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1995), 13.
18
Berdasarkan tujuan dari bidang studi Qur’an Hadits di atas, maka hasil prestasi belajar siswa bidang studi Qur’an Hadits meliputi : pemahaman dan pengalaman siswa terhadap Al-Qur’an dan Hadits Nabi dan mampu membaca dengan fasih dan benar sesuai dengan tajwidnya. Yang paling utama dari tujuan pembelajaran Qur’an Hadits adalah siswa yang menjalankan segala aktifitasnya sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadits Nabi saw. Untuk mengetahui semua itu maka diadakan evaluasi yang menghasilkan suatu penilaian. Penilaian ini diperlukan untuk mengetahui hasil usaha pendidikan terhadap siswa. Hasil inilah yang kita sebut dengan prestasi siswa. Maka evaluasi hasil belajar dapat diartikan sebagai suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai keberhasilan belajar siswa setelah ia mengalami proses belajar selama satu periode tertentu25. Maka penting bagi guru mengetahui prestasi siswa baik secara individu maupun secara kelompok, sebab sebagai indikator keberhasilan dalam bidang studi tertentu dan sebagai indikator kualitas institusi pendidikan. Prestasi siswa juga berperan sebagai feedback bagi guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar sehingga dapat menentukan apakah perlu mengadakan diagnosis, bimbingan atau penempatan siswa.
25
Wayan Nurkancana dan P.P.N. Sunartana, Evaluasi Hasil Belajar (Surabaya : Usaha Nasional 1990), 11.
19
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Siswa Pada dasarnya keberhasilan atau dengan kata lain prestasi belajar siswa yang dicapai seseorang itu merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya. Berhasil baik atau tidaknya prestasi belajar siswa itu tergantung kepada bermacam-macam faktor. Adapun faktorfaktor itu dapat dibedakan menjadi 2 golongan : a. Faktor Individual (Intern) Faktor individual yaitu faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri seperti : kematangan atau pertumbuhan, kecerdasan atau intelegensi, motivasi, perhatian, minat, bakat dan faktor pribadi.26 Faktor tersebut diuraikan secara singkat sebagai berikut : (1) Kematangan atau Pertumbuhan Kematangan dicapai oleh individu dari proses pertumbuhan fisiologisnya. Kematangan terjadi akibat adanya perubahanperubahan kuantitatif di dalam struktur jasmani dibarengi dengan perubahan-perubahan
kualitatif
terhadap
struktur
tersebut.
Kematangan memberikan kondisi dimana fungsi-fungsi fisiologis termasuk sistem saraf dan fungsi otak menjadi berkembang. Dengan
berkembangnya
dan
sistem
saraf,
hal
ini
akan
menumbuhkan kapasitas mental seseorang dan mempengaruhi hal belajar siswa itu. 27
26 27
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, 108. Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Malang : PT. Rineka Cipta, 1983), 119.
20
(2) Kecerdasan atau Intelegensi Intelegensi ialah kemampuan yang dibawa sejak lahir yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara yang tertentu28. Menurut Wiliam Stern, Intelegensi ialah “kesanggupan untuk menyesuaikan diri kepada kebutuhan baru dengan menggunakan alat-alat berpikir yang sesuai dengan tujuannya”. Telah kita ketahui bersama pencapaian prestasi belajar siswa tidak hanya tergantung pada intelejensi akan tetapi faktor lain diluar anak pun ikut berpengaruh dalam pencapaian prestasi belajar tersebut. Dari sini dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi intelegensi dan semakin lingkungan anak mendukung anak untuk berkembang, maka prestasi belajar yang dicapai akan semakin tinggi, biasanya cara berpikirnya pun juga semakin baik29. Sebaliknya, semakin rendah tingkat intelegensi dan semakin lingkungan anak tidak mendukung untuk berkembang, maka prestasi belajar yang dicapai akan semakin rendah pula, dan jika prestasi belajar semakin rendah, biasanya cara berpikirnya juga semakin tidak baik. (3) Motivasi Motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Jadi motivasi untuk belajar adalah 28 29
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, 52. Ibid., 102.
21
kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk belajar. Penemuan-penemuan
penelitian
bahwa
hasil
belajar
pada
umumnya meningkat jika motivasi untuk belajar bertambah. Oleh karena itu meningkatkan motivasi belajar anak didik memegang peranan penting untuk mencapai hasil belajar yang optimal.30 Motivasi merupakan dorongan yang ada di dalam individu, tetapi munculnya motivasi yang kuat atau lemah dapat ditimbulkan oleh rangsangan dari luar. Pada umumnya motivasi yang tumbuh dari individu lebih efektif dalam mendorong seseorang untuk lebih giat belajar daripada motivasi yang timbul dari luar. (4) Perhatian Perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi. Jiwa itupun semata-mata tertuju kepada suatu obyek (benda/hal) atau sekumpulan obyek. Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka
siswa
mempunyai
perhatian
terhadap
bahan
yang
dipelajarinya. Jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbullah kebosanan. Sehingga ia tidak lagi suka belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik, usahakanlah bahan pelajaran selalu menarik perhatian dengan cara mengusahakan pelajaran itu sesuai dengan hobbi atau bakatnya.
30
Abu Ahmadi dan M. Umar, Psikologi Umum (Surabaya : PT. Bina Ilmu, 1983), 130.
22
(5) Minat Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa senang. Jadi berbeda denngan perhatian, karena perhatian sifatnya sementara (tidak dalam waktu yang lama) dan belum tentu diikuti dengan perasaan senang, sedangkan minat selalu diikuti dengan perasaan senang dari situ diperoleh kepuasan. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya karena tidak ada daya tarik baginya. (6) Bakat Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih. Orang yang berbakat mengetik misalnya akan lebih cepat mengetik dengan lancar dibandingkan dengan orang lain yang kurang atau tidak berbakat dibidang itu. Dari uraian di atas jelaslah bahwa bakat itu mempengaruhi belajar. Jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik karena ia senang belajar dan pastilah selanjutnya ia lebih giat lagi dalam belajarnya itu. Suatu
23
hal yang penting mengetahui bakat siswa dan menempatkan siswa belajar di sekolah yang sesuai dengan bakatnya.31 (7) Faktor Pribadi Faktor pribadi seseorang turut pula memegang peranan dalam belajar. Tiap-tiap orang mempunyai sifat-sifat kepribadian yang berbeda-beda antara seseorang dengan yang lain. Ada orang yang mempunyai sifat keras hati, berkemauan keras, tekun dalam segala usaha dan lain-lain. Sifat-sifat kepribadian yang ada pada seseorang itu turut pula mempengaruhi sampai dimanakah hasil belajarnya dapat dicapai32. Termasuk ke dalam sifat-sifat kepribadian ini ialah faktor kesehatan dan kondisi badan.
b. Faktor Sosial (Ekstern) Faktor sosial yaitu faktor yang ada diluar individu. Seperti : faktor keluarga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang dipergunakan dalam belajar mengajar, lingkungan dan kesehatan yang tersedia dan motivasi sosial.33 Faktor tersebut diuraikan secara singkat sebagai berikut :
31
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya, 56. Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar (Bandung : CV. Pustaka Setia, 2005), 109. 33 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, 104. 32
24
1) Keadaan Keluarga Ada keluarga yang diliputi suasana tentram dan damai, tetapi ada pula yang sebaliknya, ada keluarga yang terpelajar dan ada pula yang kurang pengetahuan. Ada keluarga yang mempunyai cita-cita tinggi bagi anak-anaknya, ada pula yang biasa-biasa saja. Suasana dan keadaan keluarga yang bermacam-macam itu turut menentukan sampai dimana belajar di alami dan dicapai oleh anak.
2) Guru dan Cara Mengajar Terutama dalam belajar di sekolah, faktor guru dan cara mengajarnya (metode mengajar) merupakan faktor yang penting pula. Bagaimana sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki guru, dan bagaimana cara guru itu mengajarkan pengetahuan itu kepada anak didiknya turut menentukan bagaimana hasil belajar yang dapat dicapai anak.34
3) Lingkungan dan Alat-alat Pelajaran Kondisi lingkungan juga mempengaruhi proses dan hasil belajar, lingkungan ini dapat berupa lingkungan fisik atau alam dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik yang alami termasuk di dalamnya adalah seperti keadaan suhu, kelembaban, kepengapan udara dan sebagainya.
34
Ibid., 104.
25
Belajar pada keadaan udara segar akan lebih baik hasilnya daripada belajar dalam keadaan panas. Lingkungan sosial, baik yang berwujud manusia maupun hal-hal yang lain, juga dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar. Lingkungan sosial seperti suara mesin pabrik, gemuruhnya pasar dan sebagainya juga berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar. Alat-alat pelajaran diharapkan berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya tujuan-tujuan belajar yang telah direncanakan.35 Alatalat pelajaran dan perlengkapan yang diperlukan untuk belajar ditambah dengan mengajar yang baik dari guru, kecakapan guru dalam menggunakan alat-alat itu, akan mempermudah dan mempercepat belajar siswa.
4) Motivasi Sosial Motivasi sosial dapat timbul pada anak dari orang-orang di sekitarnya seperti dari tetangga, sanak saudara, teman dan sebagainya. Pada umumnya motivasi semacam ini diterima anak tidak dengan sengaja, dan mungkin pula tidak sadar.36 Faktorfaktor yang menimbulkan suatu perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku dan kecakapan. Sampai dimanakah perubahan itu dapat tercapai dengan kata lain berhasil dengan baik atau tidaknya belajar itu tergantung kepada bermacam-macam faktor.
35 36
Abu Ahmadi, Strategi Belajar ...., 105. Ngalim, Psikologi ...., 105.
26
B. Metode Problem Solving, Resitasi dan Metode Kerja Kelompok 1. Pengertian Metode Pembelajaran Dalam
kehidupan
masyarakat
yang
bertaqwa
dan
dapat
mengamalkan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari akan dapat terwujud dengan baik jika dibina dan dituntun melalui proses pendidikan. Oleh karena itu agar pendidikan dapat diterima dan terserap dengan baik dan menghasilkan prestasi yang memuaskan bagi peserta didik diperlukan metode atau strategi dalam proses pembelajarannya. Maka setiap guru melaksanakan suatu metode pembelajaran tertentu dalam proses belajar mengajar. Pengertian metode ialah “cara yang sistematis yang digunakan untuk mencapai tujuan”. Di segala lapangan manusia senantiasa berusaha mencari efisiensi kerja dengan menetapkan metode terbaik untuk mencapai suatu tujuan37. Di dalam proses belajar mengajar metode merupakan interakasi yang dilakukan antara guru dan peserta didik dalam suatu pengajaran untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.38 Pembelajaran berartii“proses atau cara perbuatan menjadikan orang atau mahkluk hidup belajar”.39 Kegiatan pembelajaran terjadi melalui interaksi antara peserta didik disatu pihak dengan pendidik dipihak lainnya. Kegiatan belajar dilakukan oleh peserta didik dan kegiatan membelajarkan dilakukan oleh
37
Imansyah Alipandie, Didaktik Metodik Pendidikan Umum, (Kediri : PT Usaha Nasional, 1984), 71. 38 Abdul Mujib, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2007), 135. 39 Depdiknas, Kamus Belajar Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai Pustaka, 2002), 17.
27
pendidik. Maka pembelajaran merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar. Dengan demikian metode pembelajaran adalah teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas baik secara individual atau secara kelompok agar pelajaran itu diserap, dipahami dan dimanfaatkan oleh siswa dengan baik.40 Makin baik metode mengajar, makin efektif pencapaian tujuan. Disamping itu penting pula memperhatikan hakikat anak didik yang hendak dididik, dan bahan pelajaran yang hendak disampaikan. Agama Islam serta ajaran-ajarannya mampu diterima masyarakat luas dengan baik salah satunya juga disebabkan oleh metode yang diterapkan Nabi dalam pelaksanaan dakwahnya. Salah satu metode tersebut adalah melalui keteladanan. Dalam Al-Qur’an surat Al-Ahzab : 21 ditegaskan
Artinya : “sesungguhnya telah ada pada (diri) Rosululloh itu suri tauladan yang baik bagimu. (Q.S. Al-Ahzab : 21).41
Tanpa adanya metode yang tepat maka hal itu sulit tercapai. Dalam Al-Qur’an juga menegaskan metode dakwah Rosul yang juga merupakan dasar bagi pengambangan metode dan strategi pembelajaran pendidikan Islam antara lain : 40 41
Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar, 52. Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Surabaya : Surya Cipta Aksara, 1989), 670
28
Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.” (Q.S. An-Nahl : 125).42
Artinya : “Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah pada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.” (Q.S. Ali Imron : 159)43 2. Kajian Metode Problem Soving, Resitasi dan Metode Kerja Kelompok Metode pembelajaran merupakan alat atau bagian dari strategi pembelajaran yang mempengaruhi penggunaan strategi pembelajaran. Bahkan ada sebuah ungkapan yang cukup populer bahwa “metode jauh lebih penting daripada materi”. Disini akan dijelaskan beberapa metode pembelajaran terkait dengan judul penelitian dalam pembelajaran bidang studi Qur’an Hadits antara lain sebagai berikut : a. Metode Problem Solving Metode problem solving (metode pemecahan masalah) ialah cara mengajar yang dilakukan dengan jalan melatih siswa menghadapi
42 43
Ibid., 421. Ibid,. 103
29
berbagai masalah untuk dipecahkan sendiri atau secara bersamasama.44 Dengan menghadapkan para siswa kepada problema maka mereka berusaha mengerahkan segala kemampuan yang dimiliki terutama pikiran, kemampuan, perasaan serta semangat untuk mencari pemecahannya sampai pada suatu kesimpulan yang diharapkan. Metode problem solving bukan sekedar metode mengajar, tetapi juga merupakan metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya yang dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.45 Artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan akhir tentang jawaban dari masalah tadi. 1) Jenis-jenis Problem Solving 1) Problem solving bersifat komplek memerlukan kemampuan baik dalam mengidentifikasikan maupun dalam melihat hubungan kausal. 2) Adanya pengamatan baru, perkiraan (prediksi) baru dan kesimpulan baru.46
44 45
Imansyah Alipandie, Didaktik Metodik Pendidikan Umum, 105. Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar (Bandung : Sinar Baru, 1996),
85. 46
Burhanudin Salam, Cara Belajar Yang Sukses di Perguruan Tinggi (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2004), 42.
30
2) Penggunaan Problem Solving Metode problem solving tepat digunakan : a) Apabila dimaksudkan untuk melatih para murid agar terbiasa berfikir kritis dan analisis. b) Apabila dimaksudkan untuk melatih keberanian dan rasa tanggung jawab siswa dalam menghadapi masalah-masalah kehidupan kelak di masyarakat. c) Apabila metode ini dimaksudkan untuk mengetahui penguasaan para siswa terhadap sesuatu bahan pelajaran tertentu.47 3) Kelebihan dan Kekurangan Metode Problem Solving a) Kelebihan Metode Problem Solving (1) Metode ini dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan. (2) Proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat membiasakan para siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil, apabila menghadapi permasalahan di dalam kehidupan (3) Metode
ini
merangsang
pengembangan
kemampuan
berpikir siswa secara kreatif dan menyeluruh, karena dalam proses belajarnya, siswa banyak melakukan mental dan menyoroti permasalahan dari berbagai segi dalam rangka mencari pemecahannya. 47
Imansyah Alipandie, Didaktik Metodik Pendidikan Umum, 105.
31
(4) Siswa dapat belajar dari berbagai sumber, baik tertulis maupun tidak tertulis sehingga memperoleh pengalaman yang lebih kaya. (5) Interaksi sosial antar siswa lebih banyak dikembangkan sebab hampir setiap langkah dalam model mengajar ini ada dalam situasi kelompok. b) Kekurangan Metode Problem Solving (1) Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat berpikir siswa, tingkat sekolah dan kelasnya serta pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki siswa, sangat memerlukan kemampuan dan ketrampilan guru. (2) Proses belajar mengajar dengan menggunakan metode ini sering memerlukan waktu yang cukup banyak dan sering terpaksa mengambil waktu pelajaran lain. (3) Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berpikir memecahkan permasalahan sendiri atau kelompok, yang kadang-kadang memerlukan berbagai sumber belajar, merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa.48
48
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2002), 104.
32
(4) Jika kegiatan belajar tidak dikontrol dan dikendalikan oleh guru, kegiatan belajar siswa bisa membawa resiko yang merugikan. (5) Apabila masalah tidak berbobot, maka usaha para siswa asal-asalan saja sehingga cenderung untuk menerima jawaban atau dugaan sementara. 4) Cara Mempersiapkan Problem Solving yang Efektif a) Problema yang diajukan hendaknya benar-benar sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuan siswa. b) Para siswa hendaknya terlebih dahulu diberikan penjelasanpenjelasan tentang maksud dan tujuan serta cara memecahkan masalah dimaksud. c) Masalah-masalah yang harus dipecahkan hendaknya bersifat aktuil dan erat hubungannya dengan kehidupan masyarakat, sehingga menimbulkan motivasi dan minat belajar siswa. d) Disamping bimbingan guru secara kontinue, hendaknya tersedian sarana pengajaran yang memadai serta waktu yang cukup untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.49 5) Langkah-langkah Penerapan Metode Problem Solving a) Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh dari siswa sesuai dengan taraf kemampuannya.
49
Imansyah Alipandie, Didaktik Metodik Pendidikan Umum, 106.
33
b) Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. Misalnya : dengan jalan membaca buku-buku, meneliti, bertanya, berdiskusi dan lainlain. c) Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban ini tentu saja didasarkan kepada data yang telah diperoleh. d) Menguji kebenaran jawaban sementara. Dalam langkah ini siswa harus berusaha memecahkan masalah sehingga betulbetul yakin bahwa jawaban tersebut betul-betul cocok. e) Menarik kesimpulan artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan terakhir tentang jawaban dari masalah tadi.50 b. Metode Resitasi Metode resitasi (metode pemberian tugas) adalah bahan penyajian bahan pelajaran dengan memberikan tugas kepada siswa untuk dikerjakan diluar jadwal sekolah dalam rentangan waktu tertentu dan hasilnya harus dipertanggung jawabkan (dilaporkan) kepada guru.51 Metode ini merangsang anak untuk belajar baik secara individual maupun secara kelompok. Oleh karena itu metode ini dapat diberikan secara individual, atau dapat pula secara kelompok.
50 51
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, 10. Slameto, Proses Belajar Mengajar dalam Sistem SKS (Jakarta : Bumi Aksara, 1991),
115.
34
Sebenarnya metode ini lebih luas dari pekerjaan rumah, sebab pelaksanannya bisa juga dilakukan di perpustakaan, di kelas, di halaman sekolah dan sebagainya dan hasilnya dipertanggung jawabkan kepada guru. 1) Jenis-jenis Resitasi Resitasi sangat banyak macamnya, tergantung pada tujuan yang akan dicapai, seperti tugas meneliti, tugas menyusun laporan (lisan/tulisan), tugas motorik (pekerjaan motorik) tugas di laboratorium dan lain-lain.52 2) Penggunaan Metode Resitasi Metode resitasi dapat digunakan : a) Siswa perlu memperdalam penguasaan bahan pelajaran b) Siswa perlu memperkembangkan bahan yang telah dipelajari c) Siswa perlu meningkatkan kemampuan sampai menghasilkan sesuatu sebagai tindak lanjut atau sebagai aplikasi bahan pelajaran yang sudah diperoleh. d) Ingin memupuk minat dan rasa tanggung jawab siswa.53 3) Kelebihan dan Kekurangan Metode Resitasi a) Kelebihan Metode Resitasi (1) Merangsang siswa aktif belajar dan menyelesaikan pekerjaannya sendiri secara tekun dan rajin. (2) Merangsang siswa bertanggung jawab sendiri. 52 53
Nana Sujana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, 817. Slameto, Proses Belajar Mengajar Dalam SKS, 115.
35
(3) Menjadikan siswa mempunyai pengetahuan yang lebih lengkap. (4) Lebih merangsang siswa dalam melakukan aktifitas belajar individual maupun kelompok (5) Dapat mengembangkan kemandirian dan kreatifitas siswa di luar pengawasan guru. b) Kekurangan Metode Resitasi (1) Guru mengalami kesulitan untuk mengontrol apakah tugas yang diberikan itu betul-betul dikerjakan oleh siswa sendiri. Kalau dikerjakan orang lain berarti tujuan pemberian tugas tidak mencapai sasarannya. (2) Kadang-kadang guru kurang memperhatikan perbedaanperbedaan individual, sehiangga ada kecenderungan guru meyamaratakan pemberian tugas kepada semua murid. 54 (3) Apabila tugas sering diberikan, lebih-lebih lagi bila tugastugas itu sukar dilaksanakan, maka ketenangan mental siswa menjadi terpengaruh. (4) Sering memberikan tugas yang monoton (tidak bervariasi) dapat menimbulkan kebosanan siswa. 4) Cara Mempersiapkan Resitasi Belajar yang Efektif a) Merumuskan tujuan khusus yang hendak dicapai dengan memperhatikan beberapa hal antara lain :
54
Zainuddin Dja’far, Didaktik Metodik (Pasuruan : PT. Garoeda Buana Indah, 1995), 32.
36
(1) Untuk merangsang siswa belajar lebih baik, memupuk inisiatif, rasa tanggung jawab, dan harga diri serta kemampuan berdiri sendiri (2) Untuk menanamkan rasa cinta siswa terhadap bidang studi serta kebiasaan menghargai / mengisi waktu luang dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat. (3) Memperkuat hasil belajar kelembagaan / sekolah secara terpadu. b) Tugas yang diberikan terhadap para siswa harus jelas agar siswa tidak membingungkan sehingga siswa-siswa mengerti benar apa dan bagaimana cara mengerjakan. c) Waktu yang disediakan untuk menyelesaikan tugas harus cukup. d) Hendaknya dipersiapkan pula rencana kontrol atau pengawasan yang sistematis dan efektif, sehingga mendorong siswa bekerja dengan jujur dan sungguh-sungguh. e) Bentuk bahan-bahan yang ditugaskan kepada siswa-siswa hendaknya bersifat : (1) Menarik minat dan perhatian siswa, sesuai dengan tingkat perkembangan mereka. (2) Dapat merangsang siswa untuk berusaha sendiri mencari mendalami,
mengalami
menyampaikan sendiri.
37
dan
menyelesaikan
serta
(3) Bersifat praktis sesuai dengan kenyataan yang hidup dalam masyarakat dan bernilai ilmiah.55 5) Langkah-langkah Penerapan Metode Resitasi a) Fase Pemberian Tugas Tugas
yang
diberikan
kepada
siswa
hendaknya
mempertimbangkan : (1) Tujuan yang akan dicapai. (2) Jenis tugas yang jelas dan tepat sehingga anak mengerti apa yang ditugaskan tersebut. (3) Sesuai dengan kemampuan siswa. (4) Ada petunjuk atau sumber yang dapat membantu pekerjaan siswa. (5) Sediakan waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas tersebut. b) Fase Pelaksanaan Tugas (1) Diberikan bimbingan atau pengawasan oleh guru. (2) Diberikan dorongan sehingga anak mau bekerja. (3) Diusahakan atau dikerjakan oleh siswa sendiri jika tugas individual. (4) Dianjurkan agar siswa mencatat hasil-hasil yang ia peroleh dengan baik dan sistematik.
55
Ibid., 92.
38
c) Fase Mempertanggung jawabkan Tugas (1) Laporan siswa baik lisan atau tertulis dari apa yang telah dikerjakannya. (2) Ada Tanya jawab atau diskusi kelas. (3) Penilaian hasil pekerjaan siswa baik dengan tes maupun non tes atau cara lain.56 Fase mempertanggungjawabkan inilah yang disebut resitasi. c. Metode Kerja Kelompok. Metode kerja kelompok ialah cara mengajar yang dilakukan oleh guru dengan jalan membentuk kelompok kerja dari kumpulan beberapa orang murid untuk mencapai suatu tujuan pelajaran tertentu secara bergontong-royong.57 Atas dasar pengertian ini siswa dalam suatu kelas bisa juga disebut sebagai suatu kelompok tersendiri dari kesatuan kelompok atas setiap kelompok terdiri dari 5 atau 7 siswa, mereka bekerjasama dalam memecahkan masalah atau melaksanakan tugas tertentu, dan berusaha mencapai tujuan pengajaran yang telah ditentukan pula oleh guru. Robert L. Cilstrap dan William R. Martin “memberikan pengertian kerja kelompok sebagai kegiatan kelompok siswa yang biasanya berjumlah kecil, yang diorganisir untuk kepentingan belajar”.
56 57
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, 81. Imansyah Alipandie, Didaktik Metodik Pendidikan Umum, 93.
54
Penggunaan
metode
kerja
kelompok
untuk
mengajar
mempunyai tujuan agar siswa mampu bekerja sama dengan teman yang lain dalam mencapai tujuan bersama. 1) Jenis-jenis Metode Kerja Kelompok Kalau dilihat dari segi proses kerjanya, maka kerja kelompok ada 2 macam yaitu kelompok : a) Jangka pendek artinya jangka waktu untuk bekerja dalam kelompok tersebut hanya pada saat itu saja, jadi sifatnya insidental. b) Kelompok jangka panjang artinya proses kerja dalam kelompok itu bukan hanya pada saat itu saja, mungkin berlaku satu periode tertentu sesuai dengan tugas / masalah yang akan dipecahkan.58 2) Penggunaan Metode Kerja Kelompok Metode kerja kelompok tepat digunakan a) Apabila kelas memiliki alat atau sarana pendidikan yang terbatas, misalnya kelas hanya memiliki beberapa buku pelajaran yang diinginkan. b) Apabila terdapat perbedaan kemampuan individual siswa-siswa dalam belajar. Misalnya : siswa kurang pandai dapat bekerja sama dengan yang lebih pandai.
58
Ibid., 83.
55
c) Apabila terdapat perbedaan kemampuan individual siswa-siswa dalam minat belajar. Misalnya : dalam bidang kesenian, ada yang gemar seni suara, seni tari, seni lukis dan sebagainya. d) Apabila beberapa unit pelajaran perlu diselesaikan dalam waktu yang bersamaan atau bila suatu pekerjaan lebih tepat untuk diperinci sehingga kelas dapat dibagi menjadi beberapa kelompok menurut jenis kebutuhan masing-masing yang kemudian
masing-masing
kelompok
bertanggung
jawab
terhadap tugas khusus tersebut.59 3) Kelebihan dan Kekurangan Metode Kerja Kelompok a) Kelebihan Metode Kerja Kelompok. (1) Dapat memberikan kesempatan kepada para siswa untuk menggunakan ketrampilan bertanya dan membahas suatu masalah. (2) Dapat memberikan kesempatan kepada para siswa untuk lebih intensif mengadakan penyelidikan mengenai suatu kasus atau masalah. (3) Dapat
mengembangkan
bakat
kepemimpinan
dan
mengajarkan ketrampilan berdiskusi. (4) Dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan siswa sebagai individu serta kebutuhan belajar.
59
Imansyah Alipandie, Didaktik Metodik Pendidikan Umum, 94.
56
(5) Dapat memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengembangkan rasa menghargai dan menghormati pribadi temannya, menghargai
pendapat orang lain, yang mana
mereka telah saling membantu kelompok dalam mencapi tujuan bersama. b) Kekurangan Metode Kerja Kelompok (1) Kerja kelompok sering-sering hanya melibatkan kepada siswa yang mampu sebab mereka cakap memimpin dan mengarahkan mereka yang kurang. (2) Metode ini kadang-kadang menuntut pengaturan tempat duduk yang berbeda-beda dan gaya mengajar yang berbeda pula. (3) Keberhasilan metode kerja kelompok ini tergantung kepada kemampuan memimpin siswa atau bekerja sendiri.60 (4) Metode ini memerlukan persiapan-persiapan yang agak rumit dibandingkan dengan metode-metode yang lain (5) Jika terjadi persaingan yang negative baik antar individu dalam
kelompok
maupun
antar
kelompok
dengan
kelompok, maka hasilnya akan lebih buruk.61 4) Cara Mempersiapkan Kerja Kelompok Yang Efektif a) Rumuskan tujuan yang hendak dicapai dan diselidiki apakah metode ini tepat untuk dipakai.62 60 61
Roestiyah N.K, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2001), 17. Imansyah Alipandie, Didaktik Metodik Pendidikan Umum, 95.
57
Tujuan harus jelas bagi setiap anggota kelompok, agar diperoleh hasil kerja yang baik. Tiap anggota harus tahu perisi apa yang harus dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya. Itulah sebabnya dalam setiap kerja kelompok perlu didahului dengan kegiatan diskusi untuk menentukan kerja apa oleh siapa.63 b) Jelaskan tugas dan kewajiban para siswa dalam kelompoknya masing-masing. c) Siapkan bahan-bahan sesuai dengan minat dan kemampuan siswa serta waktu yang tersedia. d) Usahakan agar jumlah anggota masing-masing kelompok tidak terlalu besar, cukup antara 4 – 6 orang. e) Pembentukan kerja kelompok hendaknya dilakukan secara demokratis serta mempertimbangkan minat dan kemampuan siswa. f) Komposisi
anggota
setiap
kelompok
sedapat
mungkin
seimbang dan merata, antara lain perbandingan siswa yang pandai dan yang kurang pandai, perbandingan anggota pria dan wanita dan sebagainya.64 5) Langkah-langkah penerapan Metode Kerja Kelompok. a) Menjelaskan tugas kepada siswa
62
Ibid., 95. J.J. Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar (Bandung : Remaja Rosda Karya Offset, 1995), 24. 64 Imansyah Alipandie, Didaktik Metodik Pendidikan Umum, 95. 63
58
b) Menjelaskan apa tujuan kerja kelompok itu. c) Membagi kelas menjadi beberapa kelompok. d) Setiap kelompok menunjuk seorang pencatat yang akan membuat laporan tentang kemajuan dan hasil kerja kelompok. e) Guru berkeliling selama kerja kelompok itu berlangsung, bila perlu memberi saran atau pertanyaan. f) Guru membantu menyimpulkan kemajuan dan menerima kerja kelompok.65 Dengan demikian metode problem solving, resitasi dan metode kerja kelompok dapat dipakai guru dalam mengajar untuk mencapai bermacam-macam tujuan sesuai dengan materi yang disampaikan.
65
Roestiyah, Strategi Belajar ...., 19.
59
BAB III PRESTASI BELAJAR SISWA BIDANG STUDI QUR’AN HADIST KELAS VIIIE MTS NEGERI PONOROGO MELALUI METODE PROBLEM SOLVING, RESITASI DAN METODE KERJA KELOMPOK
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Singkat Berdirinya Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTs N) Ponorogo merupakan pendidikan formal yang setingkat dengan Sekolah Lanjutan Pertama (SLTP), yang biasa disebut dengan SLTP berciri khas Agama Islam yang didirikan atau diselenggarakan oleh DEPAG. Latar belakang berdirinya MTs Negeri Ponorogo diantaranya adalah karena pada saat itu di Kabupaten Ponorogo hanya terdapat MTs Negeri yang terletak di desa Karanggebang Jetis. Terletak di sebelah selatan kota Ponorogo ± 10 km dari arah kota Ponorogo. Selain itu ada latar belakang yang lain yaitu banyaknya MTs swasta pada saat itu. Dengan adanya latar belakang tersebut maka tahun 1979 Kepala Kantor DEPAG / Menteri Agama menerbitkan Surat Keputusan Kenegrian dari beberapa MTs swasta di Ponorogo pada tahun 1980 turunkah SK tersebut. Tetapi bukan kenegrian dari sekolah swasta, tetapi melainkan mendapat relokasi (perpindahan MTs) dari MTs Benteng Ngawi.
60
Pada saat itu MTs Negeri Ponorogo di tempatkan di kelurahan Setono Kecamatan Jenangan Ponorogo dan menempati gedung Ma’arif Setono menempati 2 lokasi dengan jumlah 80 siswa. Kemudian pada tahun 1981 / 1982 lokasi MTs Negeri Ponorogo dipindah ke Jl. Ki Ageng Mirah No.79 Japan Babadan Ponorogo sampai sekarang. Pada saat itu (1981 / 1982) jumlah siswa secara keseluruhan sebanyak 276 siswa66.
2. Letak Geografis Pada bagian ini penulis akan memberikan informasi secara umum tentang keadaan lingkungan MTs Negeri Ponorogo yang menjadi subyek penelitian. Identitas sekolah : 1. Nama Sekolah
: MTs Negeri Ponorogo
2. Alamat
: Jl. Ki Ageng Mirah No. 79 Telp. (0351) 461227 Japan – Babadan – Ponorogo
3. Kabupaten / Kota : Ponorogo 4. Propinsi
: Jawa Timur
Letak Madrasah Tsawiyah Negeri (MTs N) Ponorogo cukup strategis, berada tidak jauh dari jalan raya Ngebel, tepatnya di Jl. Ki Ageng Mirah No. 79 Japan Babadan Ponorogo di depan SMK Negeri Ponorogo yang sangat mudah dijangkau oleh kendaraan umum.
66
Lihat Transkip Dokumentasi : 01/D/F-1/17.III/2008 dalam lampiran skripsi ini.
61
Adapun batas-batas MTs Negeri Ponorogo yaitu : Utara: desa Kadipaten, Selatan: desa Singosaren, Timur: desa Plalangan, Barat: desa Setono. Untuk jarak MTs Negeri Ponorogo dengan kecamatan Babadan sekitar 6 km, sedangkan jarak MTs Negeri Ponorogo dengan kabupaten Ponorogo sekitar 3-4 km.67
3. Visi, Misi dan Tujuan a. Visi MTs Negeri Ponorogo “UNGGUL DALAM MUTU, BERPIJAK PADA IMAN DAN TAQWA” Madrasah memilih visi tersebut untuk tujuan jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek. Visi tersebut menjiwai warga sekolah untuk selalu mewujudkannya setiap saat dan berkelanjutan dalam mencapai tujuan sekolah. Visi tersebut mencerminkan profil dan cita-cita sekolah yang : 1) Berorientasi ke depan dengan memperhatikan potensi kekinian. 2) Sesuai dengan norma dan harapan masyarakat. 3) Ingin mencapai keunggulan 4) Mendorong semangat dan komitmen seluruh warga masdrasah. 5) Mengarahkan langkah-langkah strategis (misi) madrasah. Untuk mencapai visi tersebut perlu dilakukan suatu misi berupa kegiatan jangka panjang dengan arah yang jelas.
67
Lihat Transkip Dokumentasi : 02/D/F-1/17.III/2008 dalam lampiran skripsi ini.
62
b. Misi MTs Negeri Ponorogo “DISIPLIN DALAM KERJA, MEWUJUDKAN MANAGEMEN KEKELUARGAAN,
KERJASAMA
PELAYANAN
PRIMA
DENGAN MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN” Di setiap kerja komunitas pendidikan, selalu ditumbuhkan disiplin sesuai dengan aturan bidang kerja masing-masing, saling menghormati dan saling percaya dan tetap menjaga hubungan kerja yang harmonis dengan berdasarkan pelayanan prima, kerjasama dan silaturrahmi. Penjabaran misi diatas meliputi : 1) Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara kolektif sehingga setiap siswa berkembang secara optimal, sesuai dengan potensi yang dimiliki. 2) Menumbuhkan semangat keunggulan secara intensif kepada seluruh warga sekolah. 3) Mendorong dan membantu setiap siswa untuk mengenali potensi dirinya, sehingga dapat berkembang secara optimal. 4) Menumbuhkan dan mendorong keunggulan, dalam penerapan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. 5) Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran Islam dan budaya bangsa sehingga terbangun siswa yang kompeten dan berakhlaq mulia 6) Mendorong lulusan berkualitas, berprestasi, berakhlaq tinggi dan bertaqwa kepada Allah SWT.
63
Misi merupakan kegiatan jangka panjang yang masih perlu diuraikan menjadi beberapa kegiatan yang memiliki tujuan lebih detail dan lebih jelas. Berikut ini jabaran tujuan yang diuraikan dari visi dan misi yang tercantum di atas.
c. Tujuan MTs Negeri Ponorogo Berdasarkan visi dan misi di atas, tujuan MTs Negeri Ponorogo adalah sebagai berikut : 1) Membentuk sosial yang berkembang secara optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki 2) Mewujudkan terbentuknya madrasah mandiri. 3) Tersedianya sarana dan prasarana pendidikan yang memadai 4) Tercapainya program-program madrasah 5) Terlaksananya kehidupan sekolah yang Islami 6) Menghasilkan lulusan yang berkualitas, berprestasi, berakhlakul karimah dan bertaqwa kepada Allah SWT.68
4. Struktur Organisasi dan Personalia Madrasah 1. Kepala Sekolah
68
: Drs. H. Imam Asj’ari, SH., M.Pd.
Kepala Tata Usaha
: Alfalachu Indiantoro, SH
Bendahara Rutin
: Agus Isa Anshori
Bendahara BOS
: Sri Khayatin
Lihat Transkip Dokumentasi : 03/D/F-1/17.III/2008 dalam lampiran skripsi ini.
64
2. Wakil Kepala Madrasah Urusan Kesiswaan
: Agung Derajadmono, S.Pd
Urusan Kurikulum
: Imron Rosyidi, S.Pd
Urusan Sarpras
: Effendi Taslim, S.Pd.
Urusan Humas
: Drs. H. Sutarto Karim
3. Litbang Kurikulum
: 1. Drs. Syahroini 2. Drs. M. Hisyam Azzaini 3. Sukeni, S.Ag
4. Bimbingan dan Konseling Koordinator dan Petugas BK Kls. VIII
: St. Umami Herlina, S.Pd
Petugas BK Kelas VII
: Arwachi, BA
Petugas BK Kelas IX
: Endang Ratnawati, S.Pd.
5. Wali Kelas VIIA
: Hevin Dwi Rifia J, S.Pd.
VIIB
: Emi Widayanti, S.Pd
VIIC
: Sri Handayani, S.Pd
VIID
: Heni Andriani, S.Pd
VIIE
: Sri Herlik, S.Pd
VIIF
: Erlis Diana Putri, S.Pd.
VIIIA
: Moh. Bambang Z, S.Pd
VIIIB
: Suparmi, S.Pd
VIIIC
: Suhartini, S.Pd
VIIID
: Masni’ah, A.Md
65
VIIIE
: Bambang Eko W, S.Pd
IXA
: Supaidi, S.Pd
IXB
: Drs. Mahmud Yunus
IXC
: Ririen Muratri
IXD
: Hayati Mukarromah, S.Pd
6. Guru Piket Senin
: Erlis Diana Putri, S.Pd
Selasa
: Zainul Imron, S.Pd
Rabu
: Heni Andriani, S.Pd
Kamis
: Siti Umami Herlina, S.Pd
Jum’at
: Budi Santoso, S.Pd
Sabtu
: Fahruddin, A.Md
7. Pembina Ekstra Kurikuler Kelompok Ilmiah Remaja (KIR)
: 1. Suparmi, S.Pd 2. Emi Widayati, S.Pd
Pramuka
: Agus Yulianto
Koordinator Ketrampilan
: Budi santoso, S.pd
8. Pembina Olah Raga Koordinator
: Bambang Eko W., S.Pd
Seni Baca Al-Qur’an
:Hafidz Ahmadi
Seni Musik
: Alip Budiono
9. Penanggung Jawab Lintas Sektoral
69
: Kunti Harso.69
Lihat Transkip Dokumentasi : 04/D/F-1/24.IV/2008 dalam lampiran skripsi ini.
66
5. Kurikulum MTs Negeri Ponorogo Pada struktur kurikulum pendidikan dasar dan menengah berisi sejumlah mata pelajaran yang harus disampaikan kepada peserta didik. Mengingat perbedaan individu sudah barang tentu keluasan dan kedalamannya akan berpengaruh terhadap peserta didik [pada setiap satuan pendidikan. Program pendidikan terdiri dari pendidikan umum, pendidikan kejuruan dan pendidiikan khusus. Pendidikan umum meliputi tingkat satuan pendidikan Sekolah Dasar (SD / MI), Sekolah Menengah Pertama ( SMP / MTs ), dan Sekolah Menengah Atas ( SMA / MA ). Pendidikan kejuruan terdapat pada sekolah menengah kejuruan (SMK). Pendidikan khusus meliputi Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB), dan Sekolah Menegah Atas Luar Biasa (SMALB). Dan terdiri atas delapan jenis kelainan berdasarkan keturunan. Pada program pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan yang setara. Jumlah jam mata pelajaran sekurang-kurangnya 32 jam setiap minggu setiap jam pelajaran lamanya 40 menit. Jenis program pendidikan di SMP dan yang setara terdiri dari program umum meliputi jumlah mata pelajaran yang wajib diikuti seluruh peserta didik dan program pilihan mata pelajaran yang menjadi ciri khas keunggulan daerah berupa mata pelajaran muatan lokal. Mata pelajaran yang wajib diikuti pada program umum berjumlah 11. sementara keberadaan mata pelajaran muatan local ditentukan oleh kebijakan dinas setempat dan kebutuhan sekolah. Pengaturan beban belajar menyesuaikan dengan alokasi waktu yang telah
67
ditentukan
dalam
struktur
kurikulum.
Setiap
satuan
pendidikan
dimungkinkan menambah maksimum 4 jam pelajaran per minggu. Secara keseluruhan pemanfaatan jam pembelajaran tambahan mempertimbangkan kebutuhan peserta didik dalam mencapai kompetensi. Disamping memanfaatkan mata pelajaran lain yang dianggap penting tidak terdapat di dalam struktur kurikulum yang tercantum di dalam standart isi. Dengan adanya tambahan waktu satuan pendidikan diperkenankan mengadakan penyesuaian-penyesuaian. Misalnya mengadakan program remidiasi bagi peserta didik yang belum mencapai standart ketuntasan belajar minimal. Tabel 1 Berikut Disajikan Struktur Kurikulum MTs Negeri Ponorogo No. A. 1.
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. B. 1. 2.
Komponen Mata Pelajaran Pendidikan Agama a. Akidah Akhlak b. Al-Qur'an hadits c. Fiqih d. SKI Pendidikan Kewarganegaraan Bahasa Indonesia Bahasa Inggris Bahasa Arab Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Sosial Seni Budaya Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan Tekhnologi Informasi dan Komunikasi Muatan Lokal Bahasa Jawa Ketrampilan Elektro
68
Kelas dan Alokasi Waktu VII VIII IX
2 2 2 2 1 4 4 4 4 4 4 2 2
2 2 2 2 1 4 4 4 4 4 4 2 2
2 2 2 2 1 4 4 4 4 4 4 2 2
2
2
2
1 1
1 1
1 1
3. C. 1. 2.
PKK ( tata boga ) 1* Pengembangan Diri Bimbingan Karier 1 Ekstra Kurikuler 1* Jumlah 43 * ) merupakan mata pelajaran pilihan dan ekuivalen 2 dan dilaksanakan sore hari.
Madrasah
melaksanakan
pembelajaran
1*
-
1 1 * 1* 42 41 jam pembelajaran
per minggu
42
jam
pembelajaran untuk kelas VII, VIII dan 41 jam pelajaran untuk kelas IX sesuai dengan kebutuhan peserta didik dalam mencapai kompetensi sesuai dengan struktur kurikulum di atas, selanjutnya perlu juga ditegaskan bahwa : a. Alokasi waktu 1 jam pembelajaran adalah 40 menit b. Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran ( 2 semester ) adalah 34 – 38 minggu Di Madrasah terdapat program intra kurikuler seperti tabel di atas dan
juga
ekstra
kurikuler
yang
dikembangkan
dalam
program
pengembangan diri. Waktu belajar di Madrasah dimulai dari pukul 06.50 pagi hingga pukul 13.00 selama 6 hari dari hari Senin sampai hari Kamis. Khusus hari Jum’at pelajaran selesai pukul 11.20 dan dilanjutkan sholat Jum’at berjama’ah. Untuk hari Sabtu dilanjutkan pengembangan diri.70
6. Keadaan Siswa, Guru dan Pegawai a. Keadaan siswa pada tahun pelajaran 2007/2008 kelas VII, VIII dan IX.
70
Ibid.
69
Tabel 2 Jumlah Siswa Setiap Kelas No
Kelas
1 2 3 4 5 6
A B C D E F
L 13 22 24 19 19 24
Kelas VII P JML 17 30 18 40 16 40 20 39 20 39 13 37
Kelas VIII L P JML 7 23 30 21 13 34 20 15 35 19 13 32 21 13 34 -
L 8 24 24 18 -
Kelas IX P JML 27 35 13 37 13 37 17 35 -
b. Keadaan Guru dan Pegawai Sebuah lembaga pendidikan tentunya banyak melibatkan tenaga dan menjalankan
tugasnya
baik
untuk
tenaga
edukatif
maupun
administratif. Demikian juga halnya MTs Negeri Ponorogo sebagai lembaga pendidikan formal tidak lepas dari hal tersebut. Jumlah guru dan karyawan secara keseluruhan di MTs Negeri Ponorogo sebanyak 45 orang. Untuk jumlah guru 37 orang dan 8 orang karyawan atau pegawai.71
7. Sarana Prasarana Tabel 3 Fasilitas Sekolah atau Madrasah No.
Ruang
Jumlah
1 2.
Teori / Kelas Laboratorium IPA Perpustakaan
13 1
Luas ( m2 ) 814 28
1
56
3. 71
Keadaan
Keterangan
Baik Baik
Tidak layak
Darurat
Tidak layak
Lihat Transkip Dokumentasi : 06/D/F-1/24.IV/2008 dalam lampiran skripsi ini.
70
4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 11. 12. 13. 14. 15. 16.
Ketrampilan Kesenian Guru Kepala Kantor Komputer BP / BK Musholla Kantin Kamar Kecil Serba guna UKS Koperasi Madrasah
1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 1 1
16 16 56 25 56 56 28 64 8 54 40 28 12
Darurat Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Sedang Sedang Baik Darurat
Tidak layak Tidak layak Tidak layak.
B. Deskripsi Data 1. Penerapan Metode Problem Solving, Resitasi dan Metode Kerja Kelompok Bidang studi Qur’an hadits adalah suatu bidang studi yang bertujuan agar siswa dapat membaca Al-Qur’an dan hadits dengan baik dan benar sesuai dengan tajwidnya, selain siswa tersebut dapat menyalin, memahami dan menyimpulkan isi kandungan ayat Al-Qur’an dan hadits. Sebagaimana hasil wawancara dengan Bapak Imam Asj’ari sebagai berikut : Tujuan Qur’an hadits di MTs Negeri Ponorogo bahwa agar siswa dapat membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai dengan tajwid dan bagi siswa yang awal masuk MTs Negeri Ponorogo belum bisa membaca Al-Qur’an, maka diharapkan pada saat lulus dari MTs Negeri Ponorogo atau bahkan sebelum lulus bisa membaca AlQur’an dengan baik dan benar sesuai dengan tajwidnya. Upaya kami agar siswa dapat belajar Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai tajwid : 1. Setiap sebelum mulai pada jam pertama setiap kelas diwajibkan membaca Al-Qur’an secara bersama-sama. 2. Bagi siswa yang belum bisa membaca Al-Qur’an sama sekali diadakan kursus pada jam khusus dan hari yang telah ditentukan yang dibimbing oleh guru khusus.
71
3. Untuk mengetahui prestasi siswa dalam membaca Al-Qur’an diadakan tes praktek dan nilai dimasukkan pada bidang studi Qur’an hadits.72 Terkait dengan tajwid guru bidang studi Qur’an hadits berupaya keras agar siswa dapat memahami tajwid. Dalam bidang studi Qur'an hadits tajwid adalah bagian dari pokok bahasan. Jadi disamping memperbaiki siswa dalam membaca Al-Qur’an guru bidang studi Qur'an hadits juga berupaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa bidang studi Qur'an hadits. Peningkatan prestasi belajar siswa tidak hanya tergantung pada guru bidang studi akan tetapi banyak faktor yang mempengaruhinya. Sebagaimana hasil wawancara dengan Bapak Muchtar sebagai berikut : Peningkatan hasil belajar siswa itu tergantung dari dorongan (motivasi) dan proses baik, bimbingan, arahan guru serta kemauan siswa. Keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar di dalam dan di luar ruang kelas. Dalam proses ini dorongan dari pihak madrasah, guru, keluarga, lingkungan dan siswa itu sendiri saling terkait dan harus sejalan.73 Dalam
membangkitkan
dorongan
(motivasi)
siswa
maka
profesionalitas dan kompetensi guru sangat besar sekali pengaruhnya. Peran guru bukan saja sebagai pengajar yang hanya mentransfer ilmu kepada siswa, melainkan juga berperan sebagai fasilitator dalam rangka mendorong dan menentukan proses yang harus diterapkan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
72 73
Lihat Transkip Wawancara : 07/4-W/F-2/17-II/2008 dalam lampiran skripsi ini. Lihat Transkip Wawancara : 02/1-W/F-2/19-III/2008 dalam lampiran skripsi ini.
72
Untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut, maka diperlukan strategi pengajaran khusus yang dapat menunjang tercapainya tujuan. Sebagaimana hasil wawancara dengan Bapak Imron Rosyidi sebagai berikut : ”Tujuan pelaksanaan atau penerapan metode pembelajaran itu yang utama yaitu meningkatkan prestasi belajar siswa, disamping membuat
suasana
belajar
mengajar
menyenangkan
dan
lebih
memahamkan siswa pada materi yang disampaikan guru.”74 Diantara strategi pengajaran khusus yang dimaksud adalah dengan menggunakan metode pengajaran. Sebagaimana hasil wawancara dengan Bapak Muchtar sebagai berikut : ”Salah satu upaya guru bidang studi Qur'an hadits dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yaitu melalui perubahan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi. Itu bertujuan agar siswa mudah untuk memahami materi yang disampaikan.”75 Dengan memiliki pengetahuan secara umum mengenai sifat berbagai metode, seorang guru akan lebih mudah menetapkan metode yang paling sesuai dalam situasi dan kondisi pengajaran khusus. Sebagaimana hasil wawancara dengan Bapak Muchtar sebagai berikut : Pada masalah tajwid bidang studi Qur'an hadits dengan menggunakan metode problem solving, resitasi dan metode kerja kelompok siswa akan lebih mudah memahami dan langsung bisa mempraktekkan baik dalam membaca maupun mencari contoh hukum bacaan dari ayat atau surat dalam Al-Qur’an. 76 Dalam pembelajaran bidang studi Qur'an hadits tidak hanya menggunakan satu macam metode saja. Akan tetapi menggunakan 74
Lihat Transkip Wawancara : 06/3-W/F-2/17-II/2008 dalam lampiran skripsi ini. Ibid. 76 Ibid. 75
73
berbagai metode yaitu diantarnya : metode problem solving, resitasi dan kerja kelompok. Alasan diterapkannya metode tersebut diantaranya : agar siswa lebih mudah untuk memahami, menerapkan dan mempraktekkan selain itu juga dengan menggunakan metode tersebut diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Sebagaimana hasil wawancara dengan bapak Muchtar sebagai berikut : ”Metode problem solving, resitasi dan metode kerja kelompok pada bidang studi Qur'an hadits pada masalah tajwid, tetapi pada masalah-masalah yang lain juga bisa diterapkan.”77 Penerapan metode tersebut bisa diterapkan pada masalah-masalah lain. Sebagaimana hasil wawancara dengan Bapak Muchtar sebagai berikut : Metode problem solving, resitasi dan kerja kelompok bisa saja diterapkan pada masalah-masalah yang lain seperti diantaranya membedakan ayat Makiyyah dan Madaniyyah, tetapi metode ini yang paling cocok diterapkan pada masalah tajwid pada bidang studi Qur'an hadits. 78 Pada masalah tajwid tujuan bidang studi Qur’an hadits dapat tercapai seperti bacaan yang benar sesuai tajwid, pemahaman tentang tajwid penulisan Al-Qur’an melalui menulis contoh-contoh hukum bacaan, dan menyimpulkan pemahaman siswa tentang tajwid yang ada dalam ayat atau surat dalam Al-Qur’an.
77 78
Lihat Transkip Wawancara : 03/1-W/F-2/26-IV/2008 dalam lampiran skripsi ini. Lihat Transkip Wawancara : 02/1-W/F-2/19-III/2008 dalam lampiran skripsi ini.
74
2. Langkah-langkah Penerapan Metode Problem Solving, Resitasi dan Metode Kerja kelompok Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan selama di lapangan maka pelaksanaan pembelajaran bidang studi Qur'an hadits kelas VIIIE MTs Negeri Ponorogo dilaksanakan dalam satu kelas dengan kemampuan dan usia siswa yang rata-rata hampir sama untuk menerima pelajaran bidang studi Qur'an hadits dalam waktu yang ditentukan. Yaitu pada hari Selasa jam Pelajaran ke 6 ( enam ) dan 7 ( tujuh ) pukul 10.40 sampai 11.20 dan 11.20 sampai 12.00 WIB. Kegiatan belajar mengajar bidang studi Qur'an hadits kelas VIIIE MTs Negeri Ponorogo dilaksanakan dalam bentuk tatap muka dengan jumlah 33 siswa.79 Keberhasilan dalam pembelajaran sedikit banyaknya dipengaruhi oleh penerapan metode pembelajaran. Metode pembelajaran merupakan pola umum guru dan murid dalam proses pembelajaran. Dalam pembelajaran bidang studi Qur'an hadits tidak hanya menggunakan satu macam metode pembelajaran saja akan tetapi diterapkan berbagai metode pembelajaran. Ada beberapa metode pembelajaran Qur'an hadits yang dapat diterapkan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai berdasarkan, materi, serta kondisi peserta didik. Untuk pembelajaran bidang studi Qur'an hadits guru menerapkan metode pembelajaran. Sebagaimana hasil wawancara dengan Bapak
79
Lihat Transkip Observasi : 01/O/F-2/18-III/2008 dalam lampiran skripsi ini.
68
Muchtar sebagai berikut : ”Diterapkan metode problem solving, resitasi dan metode kerja kelompok pada bidang studi Qur'an hadits pada masalah tajwid tetapi pada masalah-masalah yang lain juga bisa diterapkan.”80 Penerapan metode tersebut pada masalah tajwid tidak lepas dari tujuan bidang studi Qur’an hadits agar siswa dapat membaca al-Qur’an dan hadits dengan benar sesuai tajwid, menyalin beberapa ayat atau surat dalam Al-Qur’an, memahami hukum bacaan yang terdapat pada ayat atau surat dalam Al-Qur’an dan menyimpulkan hukum bacaan yang terdapat dalam ayat atau surat dalam Al-Qur’an. Adapun langkah-langkah penerapan metode problem solving, resitasi dan metode kerja kelompok bidang studi Qur'an hadits kelas VIIIE MTs Negeri Ponorogo sebagai berikut : Sebelum guru masuk pada materi yang baru pada masalah tajwid dengan pokok pembahasan hukum bacaan mad, terlebih dahulu guru memberikan apersepsi (menghubungkan materi yang lalu dengan materi yang akan disampaikan). Selanjutnya guru mulai masuk pada materi yang baru dengan metode ceramah sebagai pembukaan dalam menyampaikan materi. Sekaligus menjelaskan pengertian dari materi dan memberikan contoh. Sebagaimana hasil wawancara dengan Bapak Muchtar sebagai berikut : ”Sebagai pembukaan masuk pada materi pelajaran dan penjelasan tentang materi pelajaran, saya menggunakan metode caramah terlebih
80
Lihat Transkip Wawancara : 03/1-W/F-2/26-IV/2008 dalam lampiran skripsi ini.
69
dahulu, sehingga nanti dalam menerapkan metode problem solving, resitasi dan metode kerja kelompok akan lebih mudah.”81 Selanjutnya sekitar 20 menit menggunakan metode caramah kemudian guru melanjutkan dengan menerapkan metode : a. Metode Problem Solving (memecahkan masalah) langkah-langkahnya : 1) Guru menyampaikan beberapa ayat atau surat dalam Al-Qur’an. 2) Beberapa ayat atau surat dalam Al-Qur’an tersebut siswa diperintahkan untuk menguraikan atau mencari hukum bacaan mad. 3) Sebelum siswa menguraikan atau mencari hukum bacaan mad pada beberapa ayat atau surat dalam Al-Qur’an, guru memberi contoh hukum bacaan mad. 4) Siswa dapat mencari hukum bacaan mad pada Al-Qur’annya pada masing-masing pada beberapa ayat atau surat yang ditentukan oleh guru. 5) Untuk meyakinkan kebenaran bacaan mad, siswa diperintahkan untuk menjalaskan. b. Metode Resitasi, langkah-langkahnya 1) Siswa mendapat tugas mencari hukum bacaan mad. 2) Siswa mengerjakan secara individual 3) Guru berkeliling mengawasi siswa 4) Guru memberikan pejelasan bagi siswa yang belum jelas. 5) Guru menegur siswa yang tidak mengerjakan tugas.
81
Lihat Transkip Wawancara : 03/1-W/F-2/26-IV/2008 dalam lampiran skripsi ini.
70
6) Guru memerintahkan untuk jawaban ditulis dalam buku tulis secara individual c. Metode kerja kelompok, langkah-langkahnya : 1) Guru membagi kelas menjadi 3 kelompok 2) Tugas secara individual dicocokkan dalam satu kelompok 3) Siswa dalam kelompok membenarkan jawaban, jika jawaban salah menurut kelompok masing-masing. 4) Guru berkeliling mengawasi siswa 5) Guru memberikan penjelasan bagi kelompok yang belum jelas. Setelah selesai penerapan metode problem solving, resitasi dan metode kerja kelompok selanjutnya guru memanggil beberapa siswa perwakilan dari kelompok untuk melaporkan hasil tugas yang dikerjakan secara individual dan kelompok untuk dibaca di depan kelas sekaligus dikoreksi bersama-sama. Guru juga meminta sedikit penjelasan dari jawaban
siswa
sebagaimana
siswa
memahami.
Guru
membantu
menyempurnakan jawaban siswa. Dan selanjutnya diteruskan oleh perwakilan kelompok-kelompok yang lain hingga akhirnya guru memberikan kesimpulan dari penjelasannya.82 Dengan menggunakan metode problem solving, resitasi dan kerja kelompok siswa aktif dan semangat dalam belajar dan suasana kelas lebih hidup.
82
Lihat Transkip Observasi : 02/O/F-2/18-III/2008 dalam lampiran skripsi ini.
71
3. Faktor Pendukung dan Penghambat Metode Problem Solving, Resitasi dan Metode Kerja Kelompok a. Faktor Pendukung Pada hakekatnya keberhasilan suatu usaha banyak tergantung kepada faktor pendukung. Adanya faktor pendukung yang dapat memungkinkan meningkatkan prestasi belajar siswa dalam proses belajar mengajar. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Muchtar guru bidang studi Qur'an hadits tentang faktor pendukung penerapan metode problem solving, resitasi dan metode kerja kelompok dalam pengajarannya adalah sebagai berikut : Faktor pendukung penerapan metode problem solving, resitasi dan metode kerja kelompok diantaranya : adanya semangat dan tanggung jawab saya (guru bidang studi) dalam memberikan poengertian dan pemahaman akan pentingnya membaca AlQur’an dengan fasih dan benar bacaan tajwidnya, saya (guru bidang studi berharap itu dapat membangkitkan motivasi dan merangsang siswa untuk lebih giat dalam belajar sehingga mencapai prestasi belajar siswa yang memuaskan.83
Dengan adanya semangat dan tangggung jawab yang tinggi tersebut ternyata membangkitkan motivasi dan merangsang siswa aktif belajar dan mengerjakan tugas dengan sebaik-baiknya.
b. Faktor Penghambat Dalam menyelenggarakan suatu kegiatan berwujud apapun, maka sudah pasti akan menemui hambatan-hambatan. Begitu juga
83
Lihat Transkip Wawancara : 03/1-W/F-2/26-IV/2008 dalam lampiran skripsi ini.
72
dalam penerapan metode problem solving, resitasi dan metode kerja kelompok dalam pembelajaran bidang studi Qur'an hadits kelas VIIIE. Apabila hal itu tidak segera dicarikan jalan keluarnya maka akan mengganggu jalannya proses belajar mengajar sehingga berakibat tidak baik bagi siswa maupun guru. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Muchtar guru bidang studi Qur'an hadits tentang faktor penghambat penerapan metode problem solving, resitasi dan metode kerja kelompok dalam pengajarannya adalah sebagai berikut : Faktor penghambat penerapan metode problem solving, resitasi dan metode kerja kelompok itu banyak sekali diantaranya : 1. Kondisi siswa sering terganggu : kurang semangat karena mungkin tidak makan pagi, mengantuk karena jam bidang studi Qur'an hadits agak siang dan siswa kadang-kadang tidurnya larut malam. 2. Tingkat kecerdasan siswa rendah. 3. Siswa tidak mengerjakan tugas : siswa suka ikut-ikutan siswa yang lain, tidak percaya diri. 4. Siswa tidak menguasai cara-cara belajar yang baik : banyak bercanda dalam mengerjakan tugas kelompok. 5. Terbatasnya alokasi waktu, sehingga guru tidak bisa mengetahui tiap-tiap siswa tetapi hanya beberapa siswa saja.84 Dari banyaknya faktor penghambat tersebut guru selalu berusaha mencari jalan keluar agar dalam proses belajar mengajar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan, diantaranya melalui : guru bidang studi memberikan nasehat-nasehat kepada siswa, sering memperingatkan, menegur, mengawasi siswa, dan
84
Lihat Transkip Wawancara : 03/1-W/F-2/26-IV/2008 dalam lampiran skripsi ini.
73
penerapan metode tersebut memerlukan waktu yang lama sehingga guru bidang studi hanya menerapkan pada pokok bahasan tertentu. Berdasarkan hsil wawancara dengan Bapak Muchtar sebagai berikut : Saya (guru bidang studi Qur’an hadits) menerapkan metode ini pada masalah-masalah tertentu saja, jadi tidak setiap pertemuan, karena mengingat alokasi waktunya juga. Pada masalah tajwid atau ayat Makiyyah dan Madaniyah diterapkan metode tersebut.85
Dalam hal ini guru menerapka metode pembelajaran sesuai materi yang disampaikan agar siswa mudah untuk memahami, menerapkan dan mempraktekkan.
4. Hasil Prestasi Belajar Siswa Melalui Metode Problem Solving, Resitasi Dan Metode Kerja Kelompok Prestasi belajar siswa kelas VIIIE pada bidang studi Qur'an hadits pada umumnya adalah biasa-biasa saja. Hal ini karena kurangnya motivasi mereka untuk belajar.86 Sehingga untuk tahap pembelajaran selanjutnya guna untuk meningkatkan prestasi belajar siswa guru menerapkan metode problem solving, resitasi dan metode kerja kelompok pada masalah tajwid sebagai alternative memotivasi siswa dan memberikan kemudahan dalam memahami dan menerapkan sekaligus mempraktekkan. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Muchtar sebagai berikut : ”Dengan menerapkan
85 86
Lihat Transkip Wawancara : 05/1-W/F-2/1-I/2008 dalam lampiran skripsi ini. Lihat Transkip Wawancara : 02/1-W/F-2/19-III/2008 dalam lampiran skripsi ini.
74
metode problem solving, resitasi dan metode kerja kelompok pada bidang studi Qur'an hadits pada masalah tajwid ini prestasi belajar siswa meningkat dari prestasi belajar sebelumnya.”87 Berdasarkan hasil wawancara tersebut hasil prestasi belajar siswa bidang studi Qur'an hadits diambil dari nilai tugas mengerjakan LKS yang diberikan kepada siswa setelah pokok bahasan telah selesai disampaikan dan juga nilai diambil dari praktek baca Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai tajwidnya. Berdasarkan hasil wawancara dengan Rizal Septian Adreas dan Alfatika Nasta Ardiyatma siswa kelas VIIIE MTs Negeri Ponorogo sebagai berikut : ”Nilai prestasi belajar saya meningkat dari prestasi belajar sebelumnya, sebelumnya 74 dan 80 meningkat menjadi 80 dan 85 saya semangat sekali bila mengerjakan tugas, dapat membaca AlQur’an sesuai dengan tajwid.”88 Dari hasil wawancara tersebut penerapan metode problem solving, resitasi dan metode kerja kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Berdasarkan data dokumentasi prestasi belajar siswa kelas VIIIE yang semula nilai prestasi rata-rata 7,5 meningkat menjadi 8,5 pada masalah yang sama, yaitu masalah tajwid. Dalam penerapan metode ini berdasarkan observasi suasana kelas menjadi hidup dan siswa bersemangat dalam mengerjakan tugas. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Muchtar sebagai berikut : ”Siswa-siswi lebih bersemangat dalam mengerjakan tugas, suasana kelas 87 88
Lihat Transkip Wawancara : 05/1-W/F-2/1-I/2008 dalam lampiran skripsi ini. Lihat Transkip Wawancara : 04/1-W/F-2/31-V/2008 dalam lampiran skripsi ini.
75
juga lebih hidup meskipun ada satu, dua siswa yang tidak mengerjakan tapi setelah siswa tersebut ditegur langsung mengerjakan tugas.”89 Selain meningkatkan prestasi belajar siswa penerapan metode problem solving, resitasi dan metode kerja kelompok dapat menumbuhkan semangat, motivasi pada siswa dan suasana kelas lebih hidup. Kesemangatan siswa dibuktikan dengan adanya peran aktif siswa dalam mengerjakan tugas.
89
Lihat Transkip Wawancara : 05/1-W/F-2/1-I/2008 dalam lampiran skripsi ini.
76
BAB IV ANALISA TENTANG UPAYA GURU DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA BIDANG STUDI QUR'AN HADITS KELAS VIIIE MTS NEGERI PONOROGO MELALUI METODE PROBLEM SOLVING, RESITASI DAN METODE KERJA KELOMPOK
1. Analisa Tentang Penerapan Metode Problem Solving, Resitasi
dan
Metode Kerja Kelompok Pribadi siswa yang berkemampuan rendah belum tentu dia tidak dapat berprestasi. Istilah pribadi ini menunjukkan adanya perubahan dalam kepribadian, sementara perkembangan pola kepribadian terletak pada pendorong (motivasi) dan proses belajar. Proses belajar merupakan penciptaan pengalaman-pengalaman oleh guru untuk siswa. Agar siswa dapat mencapai hasil yang sebaik-baiknya dan lebih meningkat dari hasil sebelumnya, sesuai dengan tujuan yang telah digariskan dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah, maka membutuhkan sekali adanya dorongan (motivasi) untuk mewujudkan potensi siswa untuk berkembang menjadi matang serta memiliki sikap, minat dan cita-cita tertentu. Oleh sebab itu tugas guru atau pendidik adalah menumbuhkan motivasi yang akan mendorong siswa berbuat untuk mencapai tujuan belajar. Dalam proses belajar mengajar di sekolah keterlibatan siswa sangat menentukan tercapainya tujuan pembelajaran. Pemberian kesempatan pada siswa dalam berbagai kegiatan belajar mengajar dimaksudkan agar siswa
77
bersibuk diri dan berperan aktif untuk mengembangkan potensi yang ada pada dirinya. Pelaksanaan proses pembelajaran bidang studi Qur'an Hadits di MTs Negeri Ponorogo bertujuan agar siswa dapat membaca Al-Qur’an dan Hadits dengan baik dan benar sesuai dengan tajwidnya, selain siswa tersebut memahami dan menyimpulkan isi kandungan ayat Al-Qur’an dan Hadits. Pelaksanaan pembelajaran perlu mengembangkan potensi siswa untuk menguasai kompetensi yang diharapkan dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Berdasarkan teori proses pemebalajaran tidak lepas dari metode pembelajaran yang diterapkan dalam menyampaikan materi. Metode pembalajaran adalah teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa dalam kelas baik secara individual atau secara kelompok agar pelajaran diserap, dipahami dan dimanfaatkan oleh siswa dengan baik.90 Makin baik metode mengajar, makin efektif pencapaian tujuan. Pelaksanaan
proses
pembelajaran
bidang
studi
Qur'an
Hadits
menerapkan berbagai metode pembelajaran yang efektif dan efisien yang sesuai dengan materi yang disampaikan. Jadi dalam pelaksanaan pembelajaran bidang studi Qur'an Hadits kelas VIIIE MTs Negeri Ponorogo seorang guru bisa menerapkan berbagai cara untuk mendapatkan hasil yang memuaskan. Salah satunya dengan menggunakan metode yang sesuai dengan materi yang
90
Abu Achmadi dan Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar, 52.
78
disampaikan yaitu : metode problem solving, resitasi dan metode kerja kelompok yang diterapkan pada masalah tajwid atau pada masalah-masalah yang lain yang sesuai. Guru menerapkan metode tersebut bertujuan agar siswa lebih mudah untuk memahami, menerapkan dan mempraktekkan dalam membaca Al-Qur’an. Selain itu juga dengan menggunakan metode tersebut diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
2. Analisa Tentang Langkah-langkah Penerapan Metode Problem Solving, Resitasi dan Metode Kerja Kelompok Penerapan metode problem solving, resitasi dan metode kerja kelompok pada pembelajaran bidang studi Qur'an Hadits kelas VIIIE MTs negeri Ponorogo disebabkan karena sebagian siswa dalam membaca Al-Qur’an belum benar tajwidnya, hanya sekedar membaca tanpa menggunakan tajwid secara benar. Guru berusaha keras bagaimana agar siswa mudah untuk memahami tajwid dan menerapkan dalam membaca Al-Qur’an. Salah satu usahanya dengan menerapkan metode tersebut. Berdasarkan bab II tentang langkah-langkah penerapan : (1) metode problem solving diantaranya dengan cara : adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan, mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah, menetapkan jawaban sementara dan menarik kesimpulan.91 (2) untuk metode resitasi langkah-langkah penerapannya
91
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, 104.
79
melalui tiga fase : fase pemberian tugas, fase pelaksanaan tugas dan fase mempertanggung jawabkan tugas.92 Fase-fase tersebut diterangkan pada bab II. (3) Adapun langkah-langkah metode kerja kelompok diantaranya dengan cara: menjelaskan tujuan tugas kerja kelompok, membagi kelas menjadi beberapa kelompok dengan menunjuk seorang pencatat dalam kelompok, guru berkeliling selama kerja kelompok dan membantu menyimpulkan dan menerima kerja kelompok.93 Adapun langkah-langkahnya metode problem solving, resitasi dan metode kerja kelompok bidang studi Qur'an Hadits kelas VIIIE MTs Negeri Ponorogo pada masalah tajwid dengan pokok bahasan hukum bacaan mad sebagai berikut : Sebagai pembukaan masuk pada materi guru tidak lepas dengan menggunakan metode ceramah sekaligus menarik perhatian siswa untuk memfokuskan materi yang disampaikan. Dalam metode ceramah ini guru menjelaskan pengertian dari materi yang disampaikan dan memberikan contoh agar siswa lebih mudah untuk memahami. Selain itu juga contoh-contoh ditunjukkan guru dalam Al-Qur’an selain contoh dalam buku paket atau LKS. Secara sekilas siswa sudah memahami materi tetapi untuk meyakinkan pemahaman siswa guru menerapkan metode : (1) Problem solving (memecahkan masalah) adapun langkah-langkahnya : Guru menyampaikan beberapa ayat atau surat dalam Al-Qur’an, siswa diperintahkan untuk mencari hukum bacaan mad, siswa mencari hukum bacaan mad sekaligus 92 Nana Sujana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, 81. 93 Roestiyah N.K, Strategi Belajar Mengajar, 19.
80
diperintahkan untuk menjelaskan sehingga siswa benar-benar memahami. (2) Metode Resitasi ( memberi tugas ) adapun langkah-langkahnya : Siswa mendapat tugas ditulis dalam buku tulis mecari hokum bacaan mad dikerjakan secara individual, guru mengawasi siswa memberikan penjelasan dan menegur siswa yang tidak mengerjakan tugas. (3) Metode kerja kelompok, adapun langkah-langkahnya : kelas dibagi menjadi 3 kelompok, tugas individual dicocokkan dalam kelompok, kelompok membenarkan jawaban yang salah, guru mengawasi siswa, dan memberikan penjelasan bagi kelompok yang belum jelas. Berdasarkan teori dan data yang diperoleh penulis, bahwa penerapan metode problem solving, resitasi dan metode kerja kelompok di lapangan sesuai dengan teori yang digunakan dalam penelitian penulis. Penerapan metode tersebut diterapkan guru bidang studi Qur’an Hadits hanya pada masalah-masalah tertentu saja, misalnya pada masalah tajwid, ayat Makiyyah dan Madaniyah. Jadi penerapan metode problem solving, resitasi dan metode kerja kelompok tidak diterapkan pada setiap pertemuan bidang studi Qur’an Hadits.
3. Analisa Tentang Faktor Pendukung dan Penghambat Metode Problem Solving, Resitasi dan Metode Kerja Kelompok a. Faktor Pendukung Berdasarkan data yang diperoleh penulis, ada faktor penunjang yang mendukung keberhasilan penerapan metode problem solving, resitasi dan
81
metode kerja kelompok dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa dan
mempermudah
siswa
dalam
memahami,
menerapkan
dan
mempraktekkan materi yang disampaikan guru. Faktor pendukung tersebut yaitu adanya semangat dan tanggung jawab yang tinggi dari guru bidang studi Qur'an Hadits dalam memberikan pengertian dan pemahaman akan pentingnya membaca Al-Qur’an dengan fasih dan benar bacaan tajwidnya. Semangat guru tersebut dapat membangkitkan motivasi dan merangsang semangat siswa untuk lebih giat dalam belajar sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Semangat siswa dapat dilihat dengan keaktifan mereka mengikuti penerapan metode problem solving, resitasi dan metode kerja kelompok. Adapun tingkat semangat siswa tersebut berbeda-beda satu dengan yang lainnya : ada yang senang menerangkan dalam kelompok, ada yang senang memberikan contoh-contoh, ada yang teliti dalam mengoreksi jawaban dan lain sebagainya. Dari perbedaan semangat siswa tersebut terkumpul dalam satu kelompok sehingga saling melengkapi dalam memberikan penjelasan, contoh-contoh, membenarkan dan memberikan kesimpulan sehingga memberikan semua siswa dalam satu kelompok faham pada materi yang dipelajari.
82
b. Faktor Penghambat Faktor penghambat keberhasilan penerapan metode problem solving, resitasi dan metode kerja kelompok berdasarkan data yang dipeoleh penulis sebagai berikut : 1. Kondisi Siswa yang Sering Terganggu Kondisi siswa yang sering terganggu sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran seperti kurang semangat, mengantuk karena mungkin tidak makan pagi, kurang gizi, sering sakit-sakitan, tidur larut malam dan lain-lain. Apabila siswa kurang semangat maka besar kemungkinan siswa yang bersangkutan tidak dapat mencapai hasil belajar seperti yang diharapkan. 2. Tingkat Kecerdasan Siswa Rendah Tidak diragukan lagi taraf kecerdasan atau kemampuan dasar merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan belajar. Kemampuan dasar yang tinggi pada siswa akan memungkinkannya dapat menggunakan pikirannya untuk belajar memecahkan masalah-masalah yang dihadapi secara tepat, cepat dan berhasil. Sebaliknya tingkat kemampuan dasar yang rendah dapat mengakibatkan murid mengalami kesulitan dalam belajar.94 3. Siswa Tidak Mengerjakan Tugas Siswa tidak mengerjakan tugas itu juga sangat berpengaruh sekali dalam proses pembelajaran, seperti : hanya suka ikut-ikutan 94 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, 232.
siswa yang lain, suka menyontek temannya siswa tersebut tidak mempunyai kepercayaan pada dirinya. Sikap itu mungkin bisa terbawa pada saat ujian dan itu sangat tidak baik.salah satu prestasi belajar siswa diambil dari nilai tugas, jadi apabila siswa tidak mengerjakan tugas maka nilai siswa untuk tugasnya kosong.
4. Siswa Tidak Menguasai Cara-Cara Belajar Yang Baik Kegagalan belajar selain faktor-faktor di atas, tetapi juga dapat disebabkan karena tidak menguasai cara-cara belajar yang baik. Ternyata terdapat hubungan yang berarti antara cara-cara belajar yang diterapkan dengan hasil belajar yang dicapai. Seperti : siswa banyak bercanda dalam megerjakan tugas kelompok sehingga waktu sudah habis, tugas belum selesai dikerjakan. Ini berarti bahwa siswa yang cara belajarnya lebih baik cenderung memperoleh hasil yang lebih baik pula, dan demikian pula sebaliknya.
5. Terbatasnya Alokasi Waktu Dengan terbatasnya alokasi waktu yang tersedia untuk penerapan metode problem solving, resitasi dan metode kerja kelompok dalam bidang studi Qur'an Hadits dirasa memang kurang efektif mengingat yang dihadapi adalah siswa dengan menggunakan beberapa metode yang diterapkan yang memerlukan waktu agak panjang dalam proses pembelajaran.
84
4. Analisa Hasil Prestasi Belajar Siswa melalui Metode Problem Solving, Resitasi dan Metode Kerja Kelompok Penerapan metode yang sesuai dan tepat dalam proses belajar mengajar dapat membantu mempermudah pencapaian tujuan pembelajaran yang telah diprogramkan. Berdasarkan hasil observasi, dokumentasi dan wawancara membuktikan bahwa penerapan metode problem solving, resitasi dan metode kerja kelompok pada bidang studi Qur'an Hadits masalah tajwid pada pokok bahasan hukum bacaan mad dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan memberikan kemudahan siswa dalam memahami dan menerapkan sekaligus mempraktekkan dalam membaca Al-Qur’an. Untuk mengetahui prestasi belajar siswa maka berdasarkan teori diadakan evaluasi yang menghasilkan suatu penilaian. Penilaian ini diperlukan untuk mengetahui hasil usaha pendidikan terhadap siswa. Hasil inilah yang kita sebut dengan prestasi belajar siswa. Maka hasil evaluasi belajar dapat diartikan sebagai suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai keberhasilan belajar siswa setelah ia mengalami proses belajar selama satu periode tertentu.95 Adapun prestasi belajar siswa bidang studi Qur'an Hadits diambil dari nilai tugas mengerjakan LKS yang diberikan guru kepada siswa setelah pokok bahasan telah selesai disampaikan. Selain itu juga nilai dari praktek baca Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai tajwid yang dilaksanakan siswa secara individual di depan guru bidang studi Qur'an Hadits. Adapun praktek 95
Wayan Nurkancana dan P.P.N Sunartana, Evaluasi Hasil Belajar, 11.
85
baca Al-Qur’an ini dilaksanakan siswa pada akhir tiap pokok bahasan materi pelajaran. Akan tetapi hanya beberapa siswa yang praktek baca Al-Qur’an. Ini dikarenakan alokasi waktu yang telah ditetapkan. Peningkatan hasil prestasi belajar siswa bidang studi Qur'an Hadits terhadap siswa kelas VIIIE MTs Negeri Ponorogo dapat dibuktikan bahwa, sebelum diadakan penelitian ini guru bidang studi Qur'an Hadits belum pernah menerapkan sistem pembelajaran dengan metode problem solving, resitasi dan metode kerja kelompok dalam satu pertemuan. Akan tetapi, guru bidang studi Qur'an Hadits hanya menerapkan beberapa metode saja seperti : pertemuan pertama metode problem solving dan resitasi, pertemuan kedua metode kerja kelompok dan sebagainya. Setelah diadakan penelitian diterapkan metode problem solving, resitasi dan kerja kelompok dalam satu pertemuan pada masalah tajwid pokok bahasan hukum bacaan mad yang dilaksanakan pada tanggal 18 Maret 2008 dan pada tanggal 25 Maret 2008 dan pada tanggal 1 April 2008 diberikan tugas mengerjakan tugas LKS setelah pokok bahasan selesai disampaikan. Dari hasil penelitian tersebut bahwa penerapan metode problem solving, resitasi dan metode kerja kelompok yang diterapkan dalam satu pertemuan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dari prestasi sebelumnya yang hanya menggunakan beberapa metode saja. Nilai sebelum diterapkan ketiga metode tersebut rata-rata 7,5 meningkat menjadi 8,5, pada masalah yang sama yaitu masalah tajwid.
86
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 1. Diterapkan metode problem solving, resitasi dan metode kerja kelompok dalam pembelajaran bidang studi Qur'an hadits kelas VIIIE MTs Negeri Ponorogo pada masalah tajwid atau pada masalah-masalah yang lain yang sesuai diterapkan metode tersebut, bertujuan agar siswa lebih mudah untuk memahami, menerapkan dan mempraktekkan dalam membaca Al-Qur’an. Selain itu juga dengan menggunakan atau menerapkan metode tersebut diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. 2. Langkah-langkah penerapan metode problem solving, resitasi dan metode kerja kelompok dalam pembelajarn bidang studi Qur'an Hadits kelas VIIIE MTs Negeri Ponorogo pada masalah tajwid yaitu : (1) Problem solving (memecahkan masalah) adapun langkah-langkahnya : Guru menyampaikan beberapa ayat atau surat dalam Al-Qur’an, siswa diperintahkan untuk mencari hukum bacaan mad, siswa mencari hukum bacaan mad sekaligus diperintahkan untuk menjelaskan sehingga siswa benar-benar memahami. (2) Metode Resitasi ( memberi tugas ) adapun langkah-langkahnya : Siswa mendapat tugas ditulis dalam buku tulis mecari hokum bacaan mad dikerjakan secara individual, guru mengawasi siswa memberikan penjelasan dan menegur siswa yang tidak mengerjakan tugas. (3) Metode kerja kelompok, adapun langkah-langkahnya : kelas dibagi menjadi 3
87
kelompok, tugas individual dicocokkan dalam kelompok, kelompok membenarkan jawaban yang salah,
guru mengawasi siswa, dan
memberikan penjelasan bagi kelompok yang belum jelas. 3. Faktor pendukung metode problem solving, resitasi dan metode kerja kelompok yaitu adanya semangat dan tanggung jawab yang tinggi dari guru bidang studi Qur'an hadits dalam memberikan pengertian dan pemahaman akan pentingnya membaca Al-Qur’an dengan fasih dan benar bacaan tajwidnya. Faktor penghambat metode problem solving, resitasi dan metode kerja kelompok yaitu kondisi siswa yang seing terganggu, tingkat kecerdasan siswa rendah, siswa tidak mengerjakan tugas, siswa tidak menguasai cara-cara belajar yang baik dan terbatasnya alokasi waktu. 4. Hasil prestasi belajar siswa melalui metode problem solving, resitasi dan metode kerja kelompok, berdasarkan hasil penelitian penulis, berupa observasi, dokumentasi dan wawancara membuktikan bahwa pada bidang studi Qur'an Hadits pada bab tajwid prestasi belajar siswa meningkat dari prestasi belajar siswa sebelumnya. Nilai sebelum diterapkan ketiga metode tersebut rata-rata 7,5 meningkat menjadi 8,5, pada masalah yang sama yaitu masalah tajwid.
B. Saran Dalam dunia pendidikan agama Islam (khususnya bidang studi Qur'an Hadits) peranan metode pembelajaran sangat penting karena keberhasilan suatu proses pendidikan tergantung metode yang diterapkan. Dengan
88
menerapkan metode yang tepat akan dapat mempermudah siswa dalam memahami, menerapkan dan mempraktekkan materi pelajaran. Oleh karena itu guru harus mengetahui kondisi siswa baik minat belajar, perhatian, maupu kemampuan siswa pada waktu penyampaian suatu materi. Dengan adanya penerapan metode tersebut diharapkan siswa dapat menyerap, mempraktekkan dan menerapkan materi pelajaran yang disampaikan.
89
DAFTAR RUJUKAN Alipandie, Imansyah. Didaktik Metodik Pendidikan Umum. Kediri: PT Usaha Nasional, 1984. Alwi, Hasan. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta : Balai Pustaka, 2002. Arifin, Imron. Penelitian Kualitatif dalam Ilmu-ilmu Sosial Keagamaan. Malang: Kalimasahada Press, 1996. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Reneka Cipta, 1993. Armai, Arief. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta : Ciputat Press, 2002. Darajad, Zakiyyah. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Jakarta : Bumi Aksara, 1996. Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya. Surabaya : Surya Cipta Aksara, 1993. Depag RI, Buku Belajar Qur’an Hadits Untuk Madrasah Tsanawiyah (MTs) Kelas II. Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama RI, 2002. Dja’far, Zainuddin. Didaktik Metodik. Pasuruan : PT Garoeda Buana Indah, 1995. Hamalik, Oemar. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : PT Bumu Aksara, 2006. Huberman, Michael A. & Miles B. Matthew. Qualitative Data Analisis. Jakarta : Universitas Indonesia, 1992. Imron, Arifin. Penelitian Kualitatif dalam Ilmu-ilmu Sosial Keagamaan. Malang : Kalimasahada Press, 1996. Maknun, Syamsuddin, Abin. Psikologi Kependidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2002. Margono. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : PT Rineka Cipta, 1997. Moedjiono & Hasibuan J.J. Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rosdakarya, 2000. Moleong, Lexy. Metodologi penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000.
90
Mujib, Abdul. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007. N.K, Roestiyah. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Rineka Cipta, 2001. Prasetya, Tri, Joko & Ahmadi, Abu. Strategi Belajar Mengajar Bandung: CV Pustaka Setia, 2005. Purwanto, Ngalim. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2002. Salam, Burhanuddin. Cara Belajar yang Sukses di Perguruan Tinggi. Jakarta : PT Rineka Cipta, 2004. Simpson, S.B.G, Mariam. Aquide to Research for Eductors and Trainer on Adult. Malabar florida: Robert E. Krieger publishing Company, 1984. Slameto. Proses Belajar Mengajar dengan Sistem SKS. Jakarta: Bumi Aksara, 1991. ---------. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : PT Rineka Cipta, 1995. Sudjana, Nana. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru, 1995. Suryosubroto. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Yogyakarta: Reneka Cipta, 1996. Sunartana, P.P.N & Nurkancana, Wayan. Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya : Usaha Nasional, 1990. Umar, M & Ahmadi, Abu. Psikologi Umum. Surabaya : PT Bina Ilmu, 1983. Zain, Asuran & Djamarah, Bahri, Syaiful. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Asah Mahasatya, 2002.
91