SKRIPSI Disusun sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Strata 1 (S-1)
“Identifikasi Gaya Komunikasi Pemimpin Dalam Meningkatkan Kinerja Pegawai di Bidang Afiliasi PPPTMGB LEMIGAS Jakarta”
Nobriyanti Purnama Sari 04202-065 Humas / 2002
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2007
1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 .
Latar Belakang Menghadapi tantangan dan persaingan dunia saat ini, perusahaan yang ingin
berkembang, membutuhkan kemampuan leadership ( kepemimpinan ) yang prima dan cara berkomunikasi yang tepat dari para atasannya atau pemimpinnya, di samping juga memiliki kemampuan teknis pada bidang pekerjannya. Dalam memimpin sebuah organisasi atau perusahaan, seorang pemimpin mempunyai cara dan gaya sendiri-sendiri, terutama gaya komunikasi dalam upaya pencapaian tujuan organisasi atau perusahaan. Selain itu, pemimpin pun harus mampu mengarahkan serta mempengaruhi perilaku seseorang untuk nencapai tujuan organisasi dalam situasi tertentu. Salah satu unsur penting dalam sebuah perusahaan, baik itu kecil maupun besar adalah sumber daya manusia ( SDM ), yang meliputi pegawai maupun atasan, yang terbagi dalam bagian-bagian menurut fungsi dan tugasnya. Kinerja sebuah perusahaan sangat dipengaruhi oleh produktifitas dan efektifitas dari para pegawai dan atasannya, dimana produktifitas dan efektifitas tersebut dipengaruhi juga oleh keefektifan komunikasi internal kalangan para pegawai yang akhirnya dapat tercipta motivasi kerja yang tinggi, sehingga dapat memenuhi target dan rencana bisnis perusahaan.1
1
R.Wayne Pace & Don F. Faules, Komunikasi Organisasi (Bandung,PT.Remaja Rosdakarya,2001) hal 27
2
Komunikasi internal, yang dalam hal ini disebut juga dengan komunikasi pegawai memiliki tiga wujud. Yang pertama adalah komunikasi ke bawah (downward communication), yakni komunikasi dari pihak manajemen atau atasan kepada para pegawai. Yang kedua adalah komunikasi ke atas (upward communication), yakni komunikasi dari karyawan ke atasan. Adapun yang ketiga adalah komunikasi sejajar (sideways communication), yakni komunikasi yang berlangsung antara sesama pegawai.2 Tingkat
keefektifitasan dari hubungan internal tersebut sangat dipengaruhi
oleh tiga hal pokok, yaitu Yang pertama adalah keterbukaan pihak manajemen akan arti pentingnya komunikasi timbal-balik, Yang kedua kemampuan dari atasan organisasi tersebut dalam menyampaikan pesan secara tepat kepada pegawainya. Dan Yang terakhir adalah struktur kerja yang dilakukan dengan sesuai. Hal-hal tersebut di atas sangat tergantung dari gaya komunikasi atasan yang diterapkan pada organisasinya.3 Pada penelitian ini, peneliti memilih tempat untuk meneliti yaitu Pusat Penelitian Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi “LEMIGAS” karena LEMIGAS dibentuk melalui surat keputusan menteri migas yang mempunyai tugas pokok, yaitu RISET, PENDIDIKAN dan PELATIHAN serta DOKUMENTASI dan PUBLIKASI. Selain itu dari sisi Public Relations juga melakukan tugas seperti diatas
yang
dapat
disimpulkan
bahwa
seorang
Public
Relations
dapat
mempublikasikan dan memberitahukan kepada khalayak mengenai aktivitas organisasi/lembaga.
2 3
R.Wayne Pace & Don F. Faules, Komunikasi Organisasi (Bandung,PT.Remaja Rosdakarya,2001) hal 35 S. Djuarsa Sendjaja, dkk, Teori Komunikasi ( Jakarta, Universitas Terbuka, 1999 ) hal 131
3
Adapun penelitian ini dilakukan periode bulan Oktober - Desember 2006 yang dilakukan di PPPTMGB “LEMIGAS”
yang terletak di Jl. Ciledug Raya
Kav.109 Cipulir-Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi atau PPPTMGB “LEMIGAS” yang merupakan lembaga BUMN yang memusatkan pada penelitian minyak bumi dan gas sebagai salah satu produk yang menjadi kebutuhan utama masyarakat (public) agar dapat di konsumsi dengan aman dan memenuhi standar kesehatan lingkungan. Untuk tetap menjaga produk dan kepercayaan public. Untuk memberikan pelayanan yang baik untuk masyarakat, pemimpin dituntut untuk mengembangkan sumber daya manusia yang professional dan memiliki integrasi yang tinggi, sebagai pimpinan harus dapat menciptakan gaya komunikasi yang cukup baik guna memperoleh tujuan organisasi, sesuai dengan visinya menjadi lembaga yang unggul dan professional dan bertaraf internasional dan mandiri serta memegang kuat misi yang selama ini dijadikan pegangan untuk tetap mempertahankan image positif di mata public.4 Tantangan LEMIGAS adalah menciptakan kemampuan di bidang teknologi bagaimana memanfaatkan, mengembangkan dan menguasai IPTEK migas untuk mendukung industri yang menghasilkan teknologi baru dan membina tenaga ahli. LEMIGAS yang merupakan industri vital dan strategi yang bercirikan pasar modal padat teknologi serta mempunyai resiko tinggi dan mampu bersaing. Alasan mengapa dinamakan Bidang Afiliasi karena sudah berdasarkan keputusan menteri yang telah diturunkan ke PPPTMGB LEMIGAS, yang dimana lembaga ini bernaung dibawah Departemen ESDM (Energi Sumber Daya Mineral).
4
John Adair, Menjadi Pemimpin Yang Efektif (Jakarta, Pustaka Binaman Pressibdo, 1994) hal 9
4
Adapun Bidang Afiliasi yang penulis pilih karena Bidang Afiliasi melaksanakan tugas kehumasan seperti kerjasama penelitian dan pengembangan, pengelolaan dokumentasi serta publikasi bidang teknologi minyak dan gas bumi, pengembangan kerja sama serta penyebarluasan informasi, hasil, aktivitas, kegiatan kepada khlayak dan pengembangan teknologi pusat. Kelebihan lembaga ini dibandingkan dengan lembaga yang lain adalah sebagai berikut : 1.
LEMIGAS mempunyai system manajemen yang sangat ketat, sehingga konsisten dalam mengimplementasikan visi dan misi LEMIGAS
memiliki
beberapa
SERTIFIKAT
yang
sudah
terakreditasi. Beberapa Sertifikat yang dimiliki sebagai berikut : a. Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001-2000, untuk seluruh sistem manajemen, 2 Desember 2003, b. Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001-2000, UNTUK KPRT Eksploitasi, 1 Januari 2002, c. Sertifikasi Akreditasi Laboratorium Proses, ISO 17025, 24 Juni 1998, d. Sertifikasi Akreditasi Laboratorium Aplikasi, ISO 17025, 7 Februari 2001, e. Sertifikasi Akreditasi Laboratorium Eksploitasi, ISO 17025, 28 Februari 2001, f.
Sertifikasi Akreditasi Laboratorium Eksplorasi, ISO 17025, 3 April 2002,
g. Sertifikasi Laboratorium Kalibrasi, ISO 17025, 28 Maret 2003.
5
2.
LEMIGAS
memiliki
beberapa
Laboratorium
yang
sudah
terakreditasi, diantaranya : Eksplorasi, Eksploitasi, Proses, Aplikasi Produk, Teknologi Gas dan Kalibrasi, 3.
LEMIGAS memiliki banyak Tenaga Ahli yang benar-benar berkompeten dan tersertifikasi di bidangnya,
4.
LEMIGAS memiliki beberapa HAK PATEN yang sudah dipateni oleh Departemen HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual),
5.
LEMIGAS melaksanakan kerja sama / kemitraan dengan dalam negeri, luar negeri maupun dalam proses (sedang berjalan),
6.
LEMIGAS
sangat
(pengembangan
memperhatikan
pegawai)
melalui
employee training
development (kursus)
dan
scholarship (beasiswa/pendidikan dalam negri maupun di luar negri).
5
Kemampuan berkomunikasi merupakan suatu hal yang seharusnya dimiliki oleh seorang pimpinan dari lembaga/organisasi. Dalam rangka melihat gaya komunikasi yang efektif di Bidang Afiliasi LEMIGAS, maka penelitian ini dilakukan yang mana untuk membuktikan gaya komunikasi apa yang telah diterapkan oleh seorang pemimpin. Adapun untuk melihat dan mengetahui gaya komunikasi seperti apa yang diterapkan oleh seorang pemimpin dalam meningkatkan kinerja pegawai, penulis melakukan identifikasi yang berfungsi mengenal sesuatu lebih dalam/rinci mengenai suatu data atau informasi yang akan diteliti khususnya dalam mengidentifikasi gaya komunikasi pemimpin yang bagaimana yang diterapkan atau dijalankan di sebuah organisasi atau perusahaan.
5
http:www.lemigas.esdm.go.id/node/648
6
Pimpinan atau atasan adalah orang yang mampu menggerakkan orang lain. Ia menghadirkan vitalitas dan energi bagi individu serta organisasi untuk menjadi yang terbaik. Di dalam penelitian ini diungkapkan bahwa identifikasi gaya komunikasi pemimpin yang efektif adalah komunikasi yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi dari orang-orang yang dipimpin. Kinerja pegawai atau bisa diartikan sebagai sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan atau kemampuan kerja yang dilakukan oleh pegawai. Dalam meningkatkan kinerja pegawai diperlukan adanya dorongan, semangat atau motivasi yang timbul dari dalam diri (individu), selain itu pula diperlukan kerjasama yang baik antara pemimpin/atasan dengan para pegawainya yang dimana merupakan hak yang paling mendasar dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Untuk mencapai suatu produktifitas yang tinggi juga dibutuhkan hubungan kerjasama yang baik antara pimpinan dengan pegawai yang dimana seorang pemimpin mempunyai sikap saling menghargai dan berkomunikasi yang baik. Tercapainya tujuan organisasi atau lembaga hanya karena upaya para pelaku yang terdapat pada organisai tersebut. Dalam hal ini sebenarnya terdapat hubungan yang erat antara kinerja perorangan dengan Kinerja perusahaan. Dengan kata lain apabila kinerja pegawai baik maka kemungkinan besar kinerja perusahaan/organisasi juga akan baik. Kinerja seorang pegawai akan baik apabila pegawai tersebut mempunyai keahlian yang tinggi, mempunyai harapan masa depan yang lebih baik. Hal inilah yang menarik penulis melakukan penelitian pada PPPTMGB “LEMIGAS” dengan tantangan pasar modal yang di hadapinya tidaklah mudah dan keberhasilan yang telah dicapai tak lepas dari penerapan gaya komunikasi
7
pemimpin dalam meningkatkan kinerja pegawai, maka penulis dalam menyusun skripsi ini mengambil judul “Identifikasi Gaya Komunikasi Pemimpin Dalam Meningkatkan Kinerja Pegawai di Bidang Afiliasi”.
1.2.
Perumusan Masalah Sesuai dengan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis
merumuskan dalam penelitian ini yaitu Bagaimana gaya komunikasi pemimpin dalam meningkatkan kinerja pegawai di Bidang Afiliasi PPPTMGB “LEMIGAS” Jakarta ?
1.3.
Tujuan Penelitian Tujuan utama dari pada penelitian ini adalah : Untuk memberi gambaran tentang gaya komunikasi yang diterapkan oleh seorang pemimpin dalam meningkatkan kinerja pegawai di Bidang Afiliasi PPPTMGB “LEMIGAS” Jakarta.
1.4.
Signifikansi/kegunaan/manfaat penelitian
1.4.1 Signifikansi Teoritis/Akademis Adapun manfaat dari penelitian ini adalah diharapkan penelitian ini dapat memberikan sumbangan dan kontribusi bagi pengembangan bidang studi public relations, terutama komunikasi dalam organisasi yang berkaitan dengan gaya komunikasi seorang pemimpin.
8
1.4.2 Signifikansi Praktis Hasil
penelitian
yang
dilakukan
dapat
digunakan/dimanfaatkan
untuk
kepentingan-kepentingan praktis yang berguna untuk perusahaan/organisasi/lembaga dimana penelitian dilakukan, yaitu sebagai bahan pertimbangan dan evaluasi di dalam mengetahui identifikasi gaya komunikasi pemimpin dalam memotivasi kerja pegawai khususnya di Bidang Afiliasi PPPTMGB “LEMIGAS” Jakarta, yang akan menjadi acuan dan pegangan bagi lembaga ( instansi ) untuk dapat terus berkembang.
9
BAB II KERANGKA TEORI
2.1.
Komunikasi
2.1.1 Pengertian Komunikasi Dalam mencari definisi komunikasi, tentunya terlebih dahulu harus memahami makna kata komunikasi. Komunikasi mengandung makna bersama-sama (common). Istilah komunikasi atau communication berasal dari bahasa latin yaitu, communicatio yang berarti pemberitahuan atau pertukaran. Dengan kata sifat communis yang berarti bersama-sama atau umum.6 Melalui definisi komunikasi diatas, maka diperoleh suatu definisi sederhana dari komunikasi yaitu proses penyampaian pesan antara dua orang atau lebih, yang digunakan untuk memperoleh umpan balik. Banyak Definisi Komunikasi yang dikemukakan oleh para ahli. Salah satu pengertian Komunikasi yang dikemukakan oleh Wilbur Schramm yang dikutip oleh A.W. Widjaja, bahwa : “Apabila kita mengadakan komunikasi maka kita harus mewujudkan persamaan antara kita dengan orang lain”.7 Di dalam komunikasi harus terjadi kesamaan arti dan makna dalam penyampaian pesan agar terjadi pertukaran pikiran antara komunikator dengan komunikan. Komunikasi sering dipandang sebagai cara dasar untuk mempengaruhi perubahan perilaku dan yang mempersatukan proses psikologi seperti persepsi, pemahaman dan motivasi.
6 7
Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta, PT.Grasindo, 2004) hal 5 A.W. Widjaja, Pengantar Studi Ilmu Komunikasi (Jakarta, Rineka Cipta, 2000) hal 26
10
Komunikasi tidak hanya sekedar menyampaikan kata-kata atau berbicara saja tetapi komunikasi dapat dilakukan dengan gesture atau symbol seperti yang dinyatakan oleh Rosady Roeslan dalam bukunya Kampanye Public Relations, “Komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, ketermpilan dan sebagainya dengan lambang atau kata, gambar, grafik, bilangan dan lain-lain”. 8 Komunikasi selalu mengandung unsur pengiriman dan unsur pesan yang bertujuan mengadakan persamaan dalam mengartikan pesan. Komunikasi yang berarti proses penyampaian atau pengoperan lambang-lambang yang memiliki arti adalah komunikasi yang ditujukan untuk komunikan dengan maksud mencapai kebersamaan dan diharapkan memperoleh umpan balik. Dari definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan secara lisan, tulisan maupun melalui pengoperan lambang-lambang dari komunikator kepada komunikan yang bertujuan untuk mencapai kebersamaan serta untuk mengubah perilaku seseorang. Komunikasi didalam organisasi memegang peranan yang sangat penting. Suatu organisasi tidak akan ada tanpa adanya komunikasi. Jika tidak ada komunikasi maka kerjasama pun tidak mungkin tercipta karena orang-orang tidak bisa mengkomunikasikan kebutuhan dan perasaannya. Kegiatan dan aktivitas manusia akan terlaksana dengan baik apabila melalui proses komunikasi antar manusia itu sendiri. Komunikan dalam kehidupan manusia merupakan suatu kegiatan untuk melakukan hubungan dengan sesamanya melalui penyampaian pesan dengan menggunakan bahasa lisan, tulisan atau bahasa isyarat. Akan sangat bernilai lagi komunikasi yang dilakukan apabila di dalam komunikasi tersebut terjadi respon atau feedback yang positif sesuai yang diharapkan oleh kedua belah pihak.
8
Rosady Roeslan, Kampanye Public Relations (Jakarta,PT.Raja Grafindo Persada, 2005) hal 17
11
2.1.2 Fungsi Komunikasi Fungsi adalah potensi yang dapat digunakan untuk memenuhi tujuan-tujuan tertentu. Komunikasi sebagai ilmu, seni dan lapangan kerja sudah tentu memiliki fungsi dan dapat dimanfaatkan oleh manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup.9 Fungsi komunikasi tersebut adalah : a. Menyampaikan Informasi ( To Inform ) Dengan adanya komunikasi, seseorang dapat mengetahui apa yang dia ketahui kepada orang lain, b. Mendidik ( To Educate ) Komunikasi dapat menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai segala hal, c. Menghibur ( To Entertain ) Dengan komunikasi, kita dapat memperoleh hiburan atau menghibur orang lain, d. Mempengaruhi ( To Influence )10 Komunikasi yang dilakukan setiap orang, dapat memberikan suatu bujukan atau pengaruh terhadap orang lain. Jadi dengan adanya seluruh fungsi komunikasi diatas, terlihat bahwa komunikasi memang memiliki banyak kegunaan atau peranan yang cukup penting dalam kehidupan manusia untuk melakukan berinteraksi atau berhubungan dengan sesama. Dengan melaksanakan fungsi komunikasi di atas, maka kita saling membutuhkan satu sama lain tidak bisa bekerja sendiri (independen) karena di dalam organisasi sangat memerlukan tingkat kerjasama yang tinggi.
9
Hafid Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta, PT.Raja Grafindo Persada, 2004) hal 55 Onong Uchayana Effendy, Ilmu Komunikasi;Teori dan Praktek (Bandung,PT.Remaja Rosdakarya,2005) hal 8
10
12
2.1.3 Tujuan Komunikasi Seperti yang telah diuraikan bahwa komunikasi merupakan suatu bentuk kegiatan interaksi diantara sesama manusia, maka di dalam melakukan setiap kegiatan tentunya kita memiliki tujuan yang ingin dicapai. Begitu pula dengan kegiatan komunikasi. Tujuan komunikasi tersebut adalah :
a. Perubahan Sikap ( attitude change ) b. Perubahan Pendapat ( opinion change ) c. Perubahan Perilaku ( behaviour change ) d. Perubahan Sosial ( social change )11
Dari tujuan komunikasi tersebut dapat menjelaskan bahwa dengan komunikasi seseorang melakukan komunikasi untuk dapat mempengaruhi orang lain dengan tujuan agar orang tersebut dapat melakukan perubahan, seperti perubahan sikap dari ttidak tahu menjadi tahu, perubahan pendapat dari tidak setujua menjadi setuju, perubahan perilaku dari suka menjadi tidak suka, serta perubahab social dimana dengan komunikasi kita dapat beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan siapa saja tanpa membedakan status sosial.
2.1.4 Komunikasi Organisasi Dalam
kehidupan
sehari-hari,
komunikasi
merupakan
tindakan
yang
memungkinkan kita mampu menerima dan memberikan informasi atau pesan sesuai dengan apa yang kita butuhkan. Secara teoritis, kita mengenal beragam tindak
11
Onong Uchayana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek (Bandung, PT.Remaja Rosdakarya,2005) hal 8
13
komunikasi tersebut dilakukan, yaitu konteks komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok, komunikasi massa dan konteks komunikasi organisasi. Organisasi adalah sebuah wadah yang menampung orang-orang dan objek-objek, orang-orang dalam organisasi yang berusaha mencapai tujuan bersama. Bila organisasi sehat, bagian-bagian yang interpenden bekerja dengan cara yang sistematik untuk memperoleh hasil yang diinginkan. 12 Menurut pendapat Schein mengatakan bahwa :
“Organisasi adalah suatu
koordinasi rasional kegiatan sejumlah orang untuk mencapai beberapa tujuan umum melalui pembagian pekerjaan dan fungsi melalui hierarki otoritas dan tanggung jawab. Organisasi juga mempunyai kharakteristik tertentu yaitu mempunyai struktur, tujuan, saling berhubungan satu bagian dengan bagian lain dan tergantung kepada komunikasi manusia untuk mengkoordinasikan aktivitas dalam organisasi tersebut. Saling tergantung antara satu bagian dengan bagian lain menandakan bahwa organisasi adalah merupakan suatu sistem”.13 Komunikasi organisasi berlangsung dalam konteks organisasi. Komunikasi organisasi secara sederhana dapat didefinisikan sebagai komunikasi antar manusia (human communication) yang terjadi dalam konteks organisasi. Atau dengan meminjam definisi dari “Goldhaber”, komunikasi organisasi diberi batasan olehnya yaitu :
“Komunikasi organisasi adalah sebagai arus pesan dalam suatu jaringan yang sifat hubungannya saling menguntungkan satu sama lain (the flow of messages within a network of interpendent relationship), yaitu bahwa arus komunikasi dalam organisasi meliputi komunikasi vertical dan horizontal”.
12
R.Wayne Pace & Don F. Faules, Komunikasi Organisasi (Bandung,PT.Remaja Rosdakarya,2001) hal 17
14
Masing-masing arus komunikasi tersebut mempunyai perbedaan fungsi yang sangat tegas. “Ronald Adler dan George Rodman” dalam buku Understanding Human Communication menguraikan masing-masing fungsi dari kedua arus komunikasi dalam organisasi yang terdiri dari : A).
Arus Komunikasi Vertikal 1. Downwoard Communication, komunikasi berlangsung ketika orangorang yang berada pada tatanan manajemen mengirimkan pesan kepada bawahannya. Fungsi arus komunikasi dari atas ke bawah ini adalah : a. Pemberian atau penyampaian instruksi kerja, b. Penjelasan dari pimpinan tentang mengapa suatu tugas perlu untuk dilaksanakan, c. Penyampaian
informasi
mengenai
peraturan-peraturan
yang
berlaku, d. Pemberian motivasi kepada karyawan untuk bekerja lebih baik. 2.
Upwoard Communication, terjadi ketika bawahan mengirim pesan kepada atasannya. Fungsi arus komunikasi dari bawah ke atas adalah : a. Penyampaian informasi tentang pekerjaan ataupun tugas yang sudah dilaksanakan, b. Penyampaian informasi tentang persoalan-persoalan pekerjaan ataupun tugas yang tidak dapat diselesaikan oleh bawaham, c. Penyampaian saran-saran perbaikan dari bawahan,
13
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi (Jakarta, PT.Bumi Aksara,2002) hal 23
15
d. Penyampaian keluhan dari bawahan tentang dirinya sendiri maupun pekerjaannya.
B).
Arus Komunikasi Horizontal Tindak komunikasi ini berlangsung diantara karyawan ataupun bagian lain yang memiliki kedudukan yang setara. Adapun fungsi arus komunikasi horizontal ini adalah : a. Memperbaiki koordinasi tugas, b. Upaya pemecahan masalah, c. Saling berbagi informasi, d. Upaya memecahkan konflik, e. Membina hubungan melalui kegiatan bersama.14
Dari uraian-uraian di atas, maka dapat dikatakan bahwa arus komunikasi dalam organisasi meliputi komunikasi vertikal dan komunikasi horizontal yang dimana masingmasing mempunyai tugas serta fungsi. Dan komunikasi organisasi merupakan serangkaian tindakan sekelompok orang yang terjadi secara berurutan serta berkaitan satu sama lainnya dalam kurun waktu tertentu, tidak statis tetapi dinamis, yang akan selalu mengalami perubahan dan berlangsung terus-menerus. Dalam organisasi melibatkan banyak faktor, antara lain dapat mencakup pelaku seperti atasan dan bawahan, pesan berupa instruksi meliputi bentuk, isi, dan cara penyampaiannya, saluran atau alat yang dipergunakan untuk menyampaikan pesan, waktu, tempat, hasil atau akibat yang terjadi, serta situasi/kondisi pada saat dalam sebuah organisasi harus terdapat sebuah proses komunikasi.
14
Djuarsa Sendjaja dkk, Teori Komunikasi (Jakarta,Universitas Terbuka,1978) hal 131
16
2.2.
Gaya Komunikasi Gaya komunikasi adalah perilaku komunikasi yang dilakukan seseorang dalam
suatu organisasi yang bertujuan untuk mendapatkan feedback dari orang lain terhadap pesan organisasional yang disampaikan. 15 Dari definisi di atas, dapat dijelaskan bahwa gaya komunikasi merupakan seperangkat perilaku antar pribadi yang terspesialisasi yang digunakan dalam suatu situasi tertentu. Masing-masing gaya komunikasi terdiri dari sekumpulan perilaku komunikasi yang dipakai untuk mendapatkan respons atau tanggapan tertentu dalam situasi tertentu pula. Kesesuaian dari satu gaya komunikasi yang digunakan bergantung pula pada maksud si pengirim dan harapan dari penerima. Sedangkan gaya komunikasi pemimpin adalah perilaku komunikasi yang dilakukan oleh pimpinan terhadap bawahannya, dengan kata lain cara atau bagaimana seorang pimpinan/atasan berkomunikasi dalam suatu kelompok atau organisasi tertentu. Gaya komunikasi pemimpin pada satu kelompok tertentu dapat diterapkan dan bisa juga tidak dapat diterapkan pada kelompok yang lain tergantung pada kharakteristik kelompok yang dipimpinnya. Pemimpin tidak dapat memilih gaya mereka sesuka hati. Mereka menghadapi kendala oleh kondisi budaya yang ternyata diterapkan oleh pengikut mereka.
2.2.1 Macam-Macam Gaya Komunikasi A.
Dalam Buku Teori Komunikasi yang disusun oleh S. Djuarsa Sendjaja, terdapat enam gaya komunikasi yaitu the controlling style, the equalitarian style, the
15
S.Djuarsa Sendjaja, dkk. Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta, Universitas Terbuka, 1996) hal 7
17
structuring style, the dynamic style, the relinquishing style dan the withdrawal style, dengan penjelasan sebagai berikut16 : 1.
The Controlling Style, Gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan ini, ditandai dengan adanya satu kehendak atau maksud untuk membatasi, memaksa dan mengatur perilaku, pikiran dan tanggapan orang lain. Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi ini dikenal dengan nama komunikator satu arah atau one way communicators. Para komunikator satu arah tersebut tidak khawatir dengan pandangan negatif orang lain, tetapi justru berusaha menggunakan kewenangan dan kekuasaan untuk memaksa orang lain mematuhi pandangan-pandangannya. Pesan-pesan yang berasal dari komunikator satu arah ini, tidak berusaha menjual gagasan agar dibicarakan bersama, namun lebih pada usaha menjelaskan kepada orang lain apa yang dilakukannya. The controlling style of communications ini sering dipakai untuk mempersuasi orang lain supaya bekerja dan bertindak efektif dan pada umumnya dalam bentuk kritik. Namun demikian, gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan ini tidak jarang bernada negatif sehingga menyebabkan orang lain memberi respons atau tanggapan yang negatif pula.
2.
The Equalitarian Style, Aspek penting gaya komunikasi ini ialah adanya landasan kesamaan. The equalitarian style of communications ini ditandai dengan berlakunya arus penyebaran pesan-pesan verbal secara lisan maupun yang
16
S.Djuarsa Sendjaja, dkk. Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta, Universitas Terbuka, 1996) hal 143
18
bersifat dua arah (two way traffic of communications). Dalam gaya komunikasi ini, tindak komunikasi dilakukan secara terbuka. Artinya, setiap anggota organisasi dapat mengungkapkan gagasan ataupun pendapat dalam suasana yang rileks santai dan informal. Dalam suasana yang demikian, memungkinkan setiap anggota organisasi mencapai kesepakatan dan pengertian bersama. Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi yang bermakna kesamaan ini, adalah orang-orang yang memiliki sikap kepedulian yang tinggi serta kemampuan membina hubungan baik dengan orang lain, baik dalam konteks pribadi maupun dalam lingkup hubungan kerja. The equalitarian style ini akan lebih memudahkan tindak komunikasi dalam organisasi, sebab gaya ini efektif dalam memelihara empati dan kerja sama, khususnya dalam situasi untuk mengambil keputusan terhadap suatu permasalahan yang kompleks. Gaya komunikasi ini pula yang menjamin berlangsungnya tindak berbagi informasi di antara para anggota dalam suatu organisasi.
3.
The Structuring Style,17 Gaya komunikasi yang terstruktur ini, memanfaatkan pesan-pesan verbal secara tertulis maupun lisan guna memantapkan perintah yang harus dilaksanakan, penjadwalan tugas dan pekerjaan serta struktur organisasi. Pengirim pesan lebih memberi perhatian kepada keinginan untuk mempengaruhi orang lain dengan jalan berbagi informasi tentang tujuan
17
S.Djuarsa Sendjaja, dkk. Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta, Universitas Terbuka, 1996) hal 144
19
organisasi, jadwal kerja, aturan dan prosedur yang berlaku dalam organisasi tersebut. Stogdill dan Coons dari the Bureau of Business Research of Ohio State University, menemukan dimensi dari kepemimpinan yang efektif, yang mereka beri nama Struktur Inisiasi atau Iniating Structure. Stogdill dan Coons menjelaskan bahwa pemrakarsa (initiator) struktur yang efisien adalah orang-orang yang mampu merencanakan pesan-pesan verbal guna lebih
memantapkan
tujuan
organisasi,
kerangka
penugasan
dan
memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul.
4.
The Dynamic Style, Gaya komunikasi yang dinamis ini memiliki kecenderungan agresif, karena pengirim pesan atau sender memahami bahwa lingkungan pekerjaannya berorientasi pada tindakan (action-oriented). The dynamic style of communications ini sering dipakai oleh para juru kampanye ataupun supervisior yang membawahi para wiraniaga (salesmen atau saleswomes). Tujuan utama gaya komunikasi yang agresif ini adalah menstimulasi atau merangsang pekerja.pegawai untuk bekerja dengan lebih cepat dan lebih baik. Gaya komunikasi ini cukup efektif digunakan dalam mengatasi persoalan-persoalan yang bersifat kritis, namun dengan persyaratan bahwa pegawai atau bawahan mempunyai kemampuan yang cukup untuk mengatasi masalah yang kritis tersebut.
20
5.
The Relinquishing Style, Gaya komunikasi ini lebih mencerminkan kesediaan untuk menerima saran, pendapat ataupun gagasan orang lain, daripada keinginan untuk memberi perintah meskipun pengirim pesan mempunyai hak untuk memberi perintah dan mengontrol orang lain. Pesan-pesan dalam gaya komunikasi ini akan efektif ketika pengirim pesan atau sender sedang bekerjasama dengan orang-orang yang berpengetahuan atas semua tugas atau pekerjaan yang dibebankannya.
6.
The Withdrawal Style. Akibat yang muncul jika gaya ini digunakan adalah melemahnya tindak komunikasi, artinya tidak ada keinginan dari orang-orang yang memakai gaya ini untuk berkomunikasi dengan orang lain, karena ada beberapa persoalan ataupun kesulitan antar pribadi yang dihadapi oleh orang-orang tersebut.18
21
18
S.Djuarsa Sendjaja, Teori Komunikasi (Jakarta, Universitas Terbuka, 1998) hal 145
22
Tabel Gaya Komunikasi (Sasa Djuarsa Sendjaja)
MACAM-MACAM GAYA KOMUNIKASI VARIABEL
The Controlling Style
One Way Comm (komunikasi satu arah) Two Way Comm (komunikasi dua arah) Menghindari komunikasi
9
Menggunakan kekuasaan dan wewenang Memantapkan struktur organisasi Menerapkan peraturan atau proedur yang berlaku Mengendalikan perilaku seseorang Terbuka, bersedia menerima pendapat,gagasan orang lain. Independent,berdi ri sendiri (tdk perlu bantuan orang lain) Menekankan pengertian bersama
9
The Equalitarian Style
9
The Structuring Style
The Dynamic Style
The Relinquishing Style
The Withdrawal Style
9 9
9 9
9
9 9
9
9
9
9
23
Memiliki sikap kepedulian yang tinggi Kemampuan membina hubungan baik dengan orang lain Mengalihkan persoalan yang sedang terjadi Lebih berkeinginan dalam memberikan perintah daripada diberikan perintah Melibatkan anggota dalam pengambilan keputusan organisisi
9 9
9 9
9
Berdasarkan uraian di atas adalah bahwa the equalitarian style of communication merupakan gaya komunikasi yang ideal. Sementara tiga gaya komunikasi lainnya : structuring, dynamic dan reliquinshing dapat digunakan secara strategis untuk menghasilkan efek yang bermanfaat bagi organisasi. Dan dua gaya komunikasi terakhir : controlling dan withdrawal mempunyai kecenderungan menghalangi berlangsungnya interaksi yang bermanfaat serta produktif.
24
Di samping itu, keenam gaya komunikasi di atas merupakan gaya komunikasi yang masing-masing punya makna dan pengaruh yang berbeda dalam setiap organisasi atau perusahaan.
B.
Adapun empat dasar gaya komunikasi lengkap menurut buku “Communicating For Results A Guide For Business And The Professions Third Edition” ,dengan kekurangan dan kelebihannya dan menjelaskan kapan kita menggunakan dan tidak menggunakan gaya komunikasi. Berikut ini adalah bagian yang menerangkan sebuah keberhasilan dan kurang berhasilan dari tiap-tiap gaya komunikasi, sebagai berikut:19 1.
Gaya Tertutup (closed style), berhasil ketika : a. Kurangnya interaksi pribadi yang dibutuhkan untuk suatu pekerjaan, b. Perusahaan memilih terlalu kaku pada peraturan, c. Merupakan
kumpulan
orang-orang
professional
yang
membutuhkan atau menginkan sedikit pengawasan, d. Sebagian orang dalam bagian tertentu lebih tertutup/ menutup diri dari orang lain. Kurang berhasil ketika : a. Pekerjaan tersebut membutuhkan tingkat interaksi pribadi yang tinggi, b. Perusahaan merupakan kumpulan orang-orang berprofesi dengan kemampuan kreativitas dan pekerja keras, c. Orang-orang yang membutuhkan atau menginginkan panduan,
25
d. Profesi atau bisnis mempunyai pola piker produksi. e. Bersifat satu arah (one way communication), tidak adanya umpan balik
2.
Gaya Tertutup (blind style), berhasil ketika: a. Kemampuan menyelesaikan suatu masalah dari orang-orang yang bertipe tertutup ini menonjol dalam organisasi, b. Bawahan sangat membutuhkan keahlian/kemampuan dari seorang manager tertutup, c. Ketika semua bawahan merupakan orang-orang yang bertipe tertutup/tersembunyi,
seorang
manajer
membuat
semua
keputusan dan mengambil semua tanggung jawab, d. Sebuah keputusan yang cepat dan tepat sangat dibutuhkan. Kurang berhasil ketika: a. Organisasi banyak memiliki permasalahan internal, b. Bawahan
merupakan
orang-orang
yang
terdidik
dan
mengharapkan untuk dapat membuat keputusan sendiri, c. Biasanya bawahan yang kurang terdidik belajar untuk berharap bahwa manager tersebut akan membuat suatu keputusan untuk mereka dan menarik mereka dari masalah, d. Ketidakmampuan menerima suatu masalah atau kelalaian dapat menghilangkan/mengurangi
pemikiran
yang
kreatif
kemampuan mengambil resiko.
19
Cheryl Hamilton with Cordell Parker, Communicating For Results A Guide For Business And The Professions
dan
26
3.
Gaya Tertutup (hidden style), berhasil ketika: a. Lingkungan sosial mengharapkan sesuatu, b. Iklim kerja perusahaan membutuhkan suatu kehati-hatian, c. Kerjasama tim merupakan alasan sosial yang jarang digunakan untuk menyelesaikan suatu permasalahan, d. Kinerja yang biasa-biasa dari bawahan merupakan hal yang sangat diharapkan, e. Para anggota memiliki suatu emosi dan pandangan politik yang sama bahwa pergeseran dibutuhkan untuk mempertahankan organisasi tetap utuh, f. Politik sering digunakan sebagai alat organisasi (wakil pekerja harus meminta agar keinginan mereka dapat terpenuhi. Kurang berhasil ketika: a. Iklim kerja yang ada berorientasi pada “kerja lebih” daripada hubungan sosial, b. Tugas yang ada membutuhkan tingkat kerpercayaan yang tinggi antara pekerja, c. Tugas yang rumit/kompleks membutuhkan penyelesaian tim, d. Kinerja yang sangat baik amat diharapkan daripada kinerja yang biasa-biasa saja.
4.
Gaya Terbuka (open style), berhasil ketika: 20
Third Edition, (Belmont California, Wadsworth Publising Company Third Edition,1990) hal 83 20 Cheryl Hamilton with Cordell Parker, Communicating For Results A Guide For Business And The Professions Third Edition, (Belmont California, Wadsworth Publising Company Third Edition,1990) hal 85
27
a.
Keterlibatan karyawan dalam pengambilan keputusan sangat dibutuhkan (permasalahan bukan merupakan hak milik dari pimpinan saja),
b.
Perubahan dibutuhkan dan pandangan karyawan tentang perubahan merupakan suatu kesempatan yang baru,
c.
Tugas-tugas semakin kompleks,
d.
Kerjasama tim sangat dibutuhkan atau diharapkan,
e.
Bersifat dua arah (two way communication) terjadinya umpan balik diantara pimpinan dengan bawahan,
f.
Tugas-tugas membutuhkan kualitas kerja.
Kurang berhasil ketika: a.
Manajer yang lebih tinggi bertindak dalam cara yang berbeda dan tidak melihat tipe terbuka dalam pandangan positif,
b.
Pekerja tidak melihat orang terbuka sebagai pengawas yang baik,
c.
Tugas tidak membutuhkan interaksi individu,
d.
Keputusan yang cepat sangat dibutuhkan,
e.
Amat sangat kecil tingkat kepercayaan dalam iklim kerja.
Berdasarkan uraian gaya komunikasi diatas, dapat kita lihat tingkat keberhasilan dan tingkat ketidak berhasilan dari masing-masing gaya komunikasi dan mengetahui manfaat atau guna dari masing-masing gaya komunikasi itu sendiri. Adapun perbedaan antara gaya komunikasi tertutup (closed style, blind style dan hidden style) adalah sebagai berikut : a.
Pada hidden style, orang-orang yang ada di dalamnya dalam melakukan pekerjaan diharapkan sangat biasa-biasa saja, dan
28
dalam
melakukan
tugas
membutuhkan
sedikit
sekali
kepercayaan dan tingkat kehati-hatian yang sangat rendah pula dalam artian orang-orang yang ada di dalam gaya ini bekerja dengan sangat santai. b.
Pada closed style, orang-orang yang ada di dalamnya dalam melakukan suatu pekerjaan tidak perlu lagi dilakukan pengawasan yang terlalu ketat dalam artian mereka sudah terbiasa berdisiplin sendiri. Merekapun merupakan kumpulan orang-orang yang professional serta sangat tertutup dari orang lain. Dan perusahaan itu sendiri pun sangat kaku sekali pada peraturan (tidak fleksibel) .
c.
Pada blind style, manajer sangat berperan dalam mengambil keputusan serta semua tanggung jawab yang sangat cepat, daripada
bawahan
tapi
kemampuan
dari
orang-orang
(bawahan) dengan gaya ini dalam mnyelesaikan suatu masalah sangat menonjol dalam suatu organisasi. Lebih lanjut dalam menempatkan informasi sesuai dengan tipenya agar lebih memudahkan berkomunikasi dengan pimpinan, yaitu sebagai berikut : 1.
Gaya komunikasi tertutup (closed comm style)21 Bagaimana gaya komunikasi dengan pimpinan tipe tertutup: -
Hati-hati,
jangan
ketidaknyamannya,
21
Ibid, hal 241
memancing/mengancam
29
-
Jangan menanyakan pertanyaan kepada mereka, tanyakan pada karyawan lainnya atau apabila kamu mampu, ambil keputusan sendiri dengan cepat,
-
Jangan membuat keragu-raguan,
-
Jangan mengharapkan pujian, panduan, kritik, atau bantuan dari pimpinan, harus dapat mampu untuk menetapkan/mengembangkannya sendiri,
-
2.
Kembangkan cara bekerja yang baru.
Gaya komunikasi tertutup (blind comm. style) Bagaimana berkomunikasi dengan pemimpin tertutup: -
Ambil kritikan pimpinan tersebut dengan baik, berharap
akan
belajar
seringkali
memiliki
keterampilan dan pengetahuan yang luas, -
Temukan apa yang diharapkan oleh pimpinan : a. Beri rasa hormat/sopan santun yang cukup, b. Datang dengan tepat waktu setiap hari, c. Selesaikan proyek/tugas-tugas tepat waktu, d. Buat tugas-tugas dengan rapih, didukung dengan baik dan tepat, e. Ikuti aturan main yang berlaku meskipun pimpinan tidak mengikuti, pahami dan berikan kesetiaan.
-
Terima bahwa proposal anda akan diubah pimpinan,
30
-
Rencanakan untuk mengulang setiap langkah dari tugas
yang
diberikan
secara
pribadi
dengan
pimpinan, -
Karena pimpinan dengan tipe tertutup seringkali mengharapkan anda tahu lebih banyak dari yang anda tahu, ajukan pertanyaan apabila ada informasi yang kurang dan untuk mengetahui apakah pimpinan sudah memiliki solusi yang tepat dalam pikirannya,
-
Hormati kepercayaan dari pimpinan,
-
Biarkan pimpinan tersebut merasa memiliki kendali dan kekuasaan (pimpinan tersebut jarang peduli tentang “lingkaran kualitas” dan karyawan ikut bertanggung jawab).
3.
Gaya komunikasi tertutup/tersembunyi (hidden comm. style)22 Bagaimana berkomunikasi dengan pimpinan tipe tersembunyi antara lain: -
Pimpinan adalah orang yang cukup dihargai, pendengar yang baik dan bersimpatik,
-
Pimpinan kemungkinan bermain politik,
-
Pimpinan tidak selalu loyal,
-
Jangan
mengharapkan
pimpinan
sepenuhnya
terbuka, perhatikan gerak-gerik atau tingkah laku
22
Cheryl Hamilton with Cordell Parker, Communicating For Results A Guide For Business And The Professions Third Edition, (Belmont California, Wadsworth Publising Company Third Edition,1990) hal 243
31
untuk mengetahui lebih dari apa yang ingin pimpinan katakan, -
Pimpin sendiri topik pembicaraan,
-
Tunjukkan bagaimana pekerjaan/ide yang akan membawa penghargaan terhadap perusahaan dan pada pimpinan yang menginginkan pengakuan sosial,
-
Jika memungkinkan berikan sambutan public pada pimpinan
untuk
pencapaian
sesuatu
yang
special/acara tertentu (seperti perayaan Ulang Tahun, Kenaikan Jabatan, dll),
4.
Gaya komunikasi terbuka (open style)23 Bagaimana berkomunikasi dengan pimpinan terbuka: -
Jujur dan terbuka tapi gunakan taktik,
-
Lihat semua sisi dari satu masalah,
-
Jangan malu untuk berbagi perasaan dalam bekerja, keragu-raguan dan perhatian,
-
Akrab tapi tahu batasannya,
-
Saling memberikan masukan, pendapat maupun kritik yang sifatnya dapat membangun motivasi kerja dan kualitas dalam bekerja,
-
23
Tidak tertutup dalam menyikapi persoalan yang ada,
Cheryl Hamilton with Cordell Parker, Communicating For Results A Guide For Business And The Professions Third Edition, (Belmont California, Wadsworth Publising Company Third Edition,1990) hal 245
32
-
Menerima
pembagian
tanggung
jawab
serta
kekuasaan. Berdasarkan uraian diatas mengenai cara berkomunikasi dengan beberapa tipe pemimpin, bisa kita lihat dan mengetahui bagaimana cara pegawai/bawahan bersikap, berkomunikasi dengan pimpinan yang mempunyai sikap terbuka maupun tertutup. Dengan mengetahui sikap pemimpin atau atasannya didalam sebuah perusahaan, maka masing-masing pegawai dapat mengatasi bagaimana cara berkomunikasi dengan baik maka terjalin sebuah kerjasama dan situasi kerja yang baik sehingga dapat meningkatkan produktivitas yang tinggi dalam sebuah organisasi atau sebuah perusahaan.
2.3
Pemimpin
2.3.1 Pengertian Pemimpin Keberhasilan pengelolaan suatu organisasi sangat ditentukan oleh keberhasilan pendayagunaan SDM / Sumber Daya Manusia, keberhasilan tersebut sangat dipengaruhi oleh adanya seorang pemimpin yang dapat mengelola sumber daya manusia yang ada di dalam organisasi, dimana pemimpin harus mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi, menggerakkan dan mengarahkan suatu tindakan pada diri seseorang atau individu untuk mencapai tujuan tertentu pada situasi tertentu karena pimpinan adalah posisi kunci dari sebuah organisasi atau perusahaan. Untuk lebih lanjut tentang gaya kepemimpinan, dibawah ini akan dikutip beberapa pendapat ahli mengenai kepemimpinan, yaitu : Calder, berpendapat bahwa kepemimpinan tidak dapat di ajarkan sebagai keahlian. Keahlian tentu dapat membantu manusia untuk bertindak efektif, tetapi
33
kepemimpinan bergantung pada bagaimana kinerja ini dan pengaruhnya dipahami orang lain.24 James A.F. Stoner menjelaskan bahwa kepemimpinan sebagai proses pengarahan dan mempengaruhi aktivitas yang berkaitan dengan tugas dari para kelompok.25 Sedangkan menurut Dale Timple, pemimpin merupakan orang yang menerapkan prinsip dan taknik yang memastikan motivasi, disiplin dan produktivitas jika bekerjasama dengan orang, tugas dan situasi agar dapat mencapai sasaran perusahaan.
2.3.2 Fungsi Pemimpin Seperti yang telah diuraikan diatas bahwa seorang pemimpin harus bisa mempengaruhi tingkah laku orang dan mengarah pada hasil yang diharapkan. Adapun fungsi dari kepemimpinan terdiri dari :26 a.
Fungsi pemecahan masalah atau fungsi yang berkaitan dengan tugas dan mencangkup fungsi-fungsi memberi saran pemecahan dan memberi informasi dan pendapat.
b.
Fungsi pembinaan kelompok atau fungsi sosial meliputi segala sesuatu yang membantu kelompok beroperasi secara lancar.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa jadi seorang pemimpin tidaklah mudah, pemimpin perlu dan harus berusaha agar menjadi panutan dan dalam melaksanakan tugasnya seorang pemimpin perlu kerjasama yang baik antara sesama kelompok atau bantuan berupa staff. Dan harus memiliki kesanggupan dan berkomunikasi dengan orang lain secara jelas.
24 25
R.Wayne Pace & Don F. Faules, Komunikasi Organisasi (Bandung,PT.Remaja Rosdakarya,2001) hal 305 Husein Umar, Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi ( Jakarta, PT.Gramedia, 2004) hal 31
34
2.3.3. Pendekatan Kepemimpinan Seorang pemimpin dengan kepemimpinannya harus mampu mempengaruhi, mengubah dan mengarahkan tingkah laku bawahan atau orang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Pendekatan dengan model sifat di dasari asumsi kondisi fisik, dan karakteristik tertentu adalah penting bagi kesuksesan pemimpin, hal tersebut akan menjadi penetu yang membedakan antara seorang pemimpin dengan bukan pemimpin : Sifat-sifat pokok itu biasanya meliputi :27 1. Kondisi fisik : Energik, tegap, kuat dan lain-lain 2. Latar belakang sosial, berpendidikan dan berwawasan dan lingkungan social yang dinamis 3. Kepribadian : Adaptasi, agresif, emosi stabi, popular dan kooperatif 4. Karakteristik yang menerima tanggung jawab, berinisiatif, berorientasi pada tugas dan cakap dalam komunikasi interpersonal. Sedangkan menurut teori Jhon D. Millet, mengelompokkan sifat yang harus harus dimiliki oleh setiap pemimpin yaitu meliputi :28 1. Kemampuan
untuk
melihat
organisasi
secara
keseluruhan 2. Kemampuan untuk mengambil keputusan 3. Kemampuan untuk mendelegasikan wewenang 4. Kemampuan menanamkan kesetiaan
26
John Adair, Menjadi Pemimpin Yang Efektif (Jakarta, Pusorang pemimpin dtaka Binaman Pressindo, 1994) hal 16 27 Abi Sujak, Kepemimpinan Manajer (Jakarta, PT.Rajawali Pers 1999) hal 3 28 Abi Sujak, Kepemimpinan Manajer (Jakarta, PT.Rajawali Pers, 1999) hal 3
35
Penelitian-penelitian lain mencoba untuk membandingkan sifat-sifat pemimpin, menurut Edwin Ghisellli, buku Handoko menunjukkan sifat-sifat tertentu yang nampaknya penting untuk kepemimpinannya sifat-sifat tersebut antara lain :29 1. Kemampuan dan sebagai pengawas ( Supervisior Ability ) atau
pelaksanaan
dasar-dasar
fungsi
kepemimpinan
terutama pengarahan dan pengawasan pekerja orang lain 2. Kebutuhan akan prestasi dalam pekerjaannya, mencakup pencarian tanggung jawab dan keinginan sukses 3. Ketegasan atau kemampuan untuk membuat keputusankeputusan dan memecahkan masalah-masalh dengan cepat dan tepat 4. Kecerdasan, mencakup kebijakan pemikiran kreatif dan daya pikir 5. Kepercayaan, atau pandangan terhadap dirinya sebagai kemampuan untuk menghadapi masalah 6. Inisiatif atau kemampuan untuk bertindak tidak tergantung, dan dapat mengembangkan serangkaian kegiatan dan menemukan cara-cara inovasi Dari dua teori diatas pada kesimpulannya adalah sama yaitu bahwa seorang pemimpin dalam melakukan pendekatan sifat harus bisa melihat organisasi secara keseluruhan dapat memberikan keputusan dengan jelas dan menyelesaikan masalah dengan cepat dan menemukan inovasi serta memiliki pemikiran yang kreatif.
29
T. Hani Handoko, Manajemen (Yogyakarta, PT.BPFE, 1999) hal 297
36
2.3.4 Indikator-indikator Pemimpin Kepemimpinan dengan kekuatan dalam posisinya untuk menciptakan pengaruh yang kuat pada pegawai atau staff lainnya dan terlalu menekankan pada wewenang formulanya dapat menanggung resiko kehilangan sebagian atau seluruh kemampuannya dalam memimpin, adapun indikator-indikator yang dapat membantu keberhasilan pemimpin antara lain :30
1.
Cara berkomunikasi, Komunikasi sangat penting demi berjalannya kelancaran suatu organisasi, komunikasi yang lancar antara pimpinan dengan bawahan akan memudahkan informasi yang di dapat di beritahukan kepada yang bersangkutan. Pemimpin harus bisa meluangkan waktunya untuk pegawai, hal ini guna agar hubungan pemimpin bisa mendengar keluhan, saran dan pendapat pegawai mengenai perkembangan dan hal yang terjadi di dalam organisasi.
2.
Pemberian motivasi, Adanya pemberian motivasi pimpinan kepada pegawainya untuk bekerja sehingga dengan adanya dorongan motivasi dapat meningkatkan produktivitas kerja seperti yang di inginkan.
37
3.
Kemampuan dalam menyelesaikan tugas, Pemimpin
harus
bisa
menunjukkan
kemampuannya
di
dalam
menyelesaikan tugas dan ia tak segan-segan untuk memberikan petunjuk kepada bawahannya mengenai cara menyelesaikan tugas dengan baik.
4.
Pengambilan keputusan, Pemimpin harus bisa mengambil keputusan yang berakibat bagi dirinya, pegawai bahkan organisasinya. Ia harus dapat bersikap bijak memberikan sesuatu yang terbaik untuk kepentingan bersama dan tujuan organisasi. Serta melibatkan pegawainya dalam pengambilan keputusan karena apapun keputusan yang di ambil akan mempengaruhi produktivitas pegawai.
5.
Pengawasan Pemimpin harus bisa memberikan pengawasan terhadap kerja pegawainya sehingga pegawai pun bekerja dengan baik tetapi bukan pengawasan yang
30
Kartini Kartono, Pemimpin & Kepemimpinan (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2002) hal 85
38
terlalu mengakibatkan pegawai sulit bergerak dalam melaksanakan kegiatannya serta menyelesaikan pekerjaannya karena merasa diawasi.
Uraian diatas mengenai indikator-indikator seorang pemimpin, merupakan pola pikir yang mendasar dari seorang pemimpin yang dimana akan berakibat baik bila pimpinan atau atasan dapat bersikap atau berkomunikasi dengan baik kepada seluruh pegawai, dapat bekerjasama, bijaksana dalam pengambilan keputusan serta pemberian dukungan/dorongan atau sebuah motivasi yang akan dapat meningkatkan tujuan dari organisasi atau perusahaan itu sendiri.
2.4.
Pegawai/Karyawan
2.4.1 Pengertian Pegawai/Karyawan Pegawai merupakan kekayaan utama perusahaan, karena tanpa keikutsertaan mereka, aktivitas perusahaan tidak akan berjalan. Pegawai berperan aktif dalam menetapkan rencana, system, proses dan tujuan yang ingin dicapai. Dalam hubungan dengan perusahaan, Malayu Hasibuan berpendapat pegawai adalah penjual jasa, baik pikiran maupun tenaga dan mendapat kompensasi dari perusahaan yang besarnya telah ditetapkan terlebih dahulu.31
2.5.
Definisi Konsep a. Gaya Komunikasi
31
Malayu Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta, PT.Gunung Agunng, 2000) hal 12
39
Adalah perilaku komunikasi yang dilakukan seseorang dalam suatu organisasi yang bertujuan untuk mendapatkan respons dari orang lain terhadap pesan operasional yang telah disampaikan.
b. Pemimpin Pemimpin adalah orang yang memperhatikan tujuan institusi dan mampu memberi tanggapan atas kebutuhan pegawainya dan mempertahankan hubungan tidak hanya antar pegawai dalam unit kerjanya melainkan juga antar unit kerja dalam institusinya dan juga melakukan pengawasan dan pengaturan tugasyang dilaksanakan bawahannya dalam usaha guna mencapai tujuan visi dan misi organisasi.
c. Pegawai Adalah pihak pekerja dalam hal ini adalah bawahan yang menjalankan kewajibankewajiban dan tugas-tugasnya sesuai keahlian/bidangnya, yang dimana perintah penugasan datangnya dari pihak pimpinan atau atasan.
40
BAB III METODOLOGI
3.1.
Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif
dengan pendekatan kualitatif. Dimana penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada objek yang alamiah, dimana peneliti berperan sebagai instrument kunci.32 Kriteria dalam penelitian kualitatif adalah data yang pasti. Data yang pasti adalah data yang sebenarnya terjadi sebagaimana adanya, bukan data yang sebenarnya terlihat, terucap, tetapi data yang mengandung makna dibalik yang terlihat dan terucap tersebut, diperlukan beberapa sumber data dan berbagai teknik pengumpulan data. Pendekatan penelitian ini memiliki beberapa sifat penelitian diantaranya : eksploratif, eksplanatif, evaluatif dan deskriptif. Dari berbagai sifat penelitian yang ada, peneliti memilih penelitian yang bersifat deskriptif.
Adapun pengertian dari
penelitian Deskriptif adalah penelitian yang hanya mengumpulkan informasi secara rinci dan hanya memaparkan suatu atau peristiwa saja tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Penelitian deskriptif digunakan untuk33
:
1. Mengumpulkan informasi yang aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada,
32 33
Prof. Dr. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung,Alfabeta,2005) hal 1 Jalalludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi (Bandung,PT.Remaja Rosdakarya,2005) hal 25
41
2. Mengidentifikasikan masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek yang berlaku, 3. Membuat perbandingan atau evaluasi, 4. Menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang.
3.2.
Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah metode penelitian yang
bersifat studi kasus yaitu salah satu metode penelitian ilmu sosial.
Untuk memilih
metode yang akan digunakan dalam penelitian, tergantung pada tiga hal yaitu : 34 a. Tipe pertanyaan penelitian, b. Kontrol yang dimiliki peneliti terhadap peristiwa perilaku yang akan diteliti, c. Fokos terhadap fenomena penelitian ( Kontemporer atau Historis ). Alasan peneliti memilih metode studi kasus berdasarkan tiga hal tersebut adalah karena studi kasus merupakan penelitian yang lebuh cocok untuk pertanyaan yang berbunyi how atau why, bagaimana dan kenapa. Setiap analisis kasus mengandung data berdasarkan wawancara, data pengamatan, data dokumenter, kesan dan pernyataan orang lain mengenai kasus tersebut. Sesuai dengan perumusan masalah yang ada yaitu mempertanyakan Bagaimana gaya komunikasi seorang pemimpin dalam meningkatkan kinerja pegawai di Bidang Afiliasi PPPTMGB “LEMIGAS” dan fokus terletak pada fenomena kontemporer, yaitu terjadi pada masa sekarang dalam kehidupan nyata.
42
Kesimpulan studi kasus yang diambil tidak berlaku secara umum, tetapi hanya terbatas pasa suatu kasus-kasus tertentu yang sedang ditekiti pada objek tertentu atau perusahaan yang bersangkutan. Metode ini membutuhkan peran langsung peneliti untuk terjun langsung ke lapangan (tempat penelitian) dalam mengumpulkan data melalui narasumber untuk mengevaluasinya.
3.3.
Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam studi kasus ini adalah
mengumpulkan data melalui wawancara dengan narasumber yang terkait dengan objek dan juga melakukan studi pustaka. Teknik pengumpulan data seperti ini di klasifikasi menjadi Data Primer dan Data Sekunder, yaitu :
3.3.1
Data Primer Data primer adalah penunpulan data melalui Wawancara. Wawancara merupakan sumber informasi studi kasus yang sangat penting karena peneliti dapat terjun langsung ke lapangan bertatap muka langsung dengan narasumber yang berkompeten dalam lingkup penelitian serta mencari data-data yang diperlukan. Peneliti disini melakukan wawancara menggunakan alat perekam atau tape recorder. Melalui data primer, isi sumber bahan lebih dapat dipercaya dan jelas.
34
Robert K. Yin, Studi Kasus Desain dan Metode (Jakarta,PT.Raja Grafindo Persada,2004) hal 1
43
3.3.2.
Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber sekunder dari data yang kita butuhkan. Pengumpulan data yang dilakukan dengan studi kepustakaan
yaitu
peneliti
melakukan
pengumpulan
data
dengan
Riset
Perpustakaan (Library Recearch), yakni dengan membaca atau mempelajari peneliti
sumber referensi seperti buku perpustakaan, diktat, majalah-majalah,
catatan perkuliahan, tulisan-tulisan atau literatur-literatur serta sumber-sumber data yang berhubungan dengan masalah penelitian.
3.4.
Key Informan / Narasumber Narasumber yang dipilih untuk membantu peneliti dalam mengumpulkan data serta
informasi adalah Bidang Afiliasi PPPTMGB “LEMIGAS”. Alasan memilih Bidang Afiliasi karena bidang ini mencakup bidang kehumasan di dalamnya dan terkait dengan topik penelitian yaitu mengidentifikasi gaya komunikasi seorang pemimpin dalam memotivasi kerja pegawai di Bidang Afiliasi PPPTMGB “LEMIGAS”. Berkaitan dengan penelitian ini, narasumber yang akan diwawancarai oleh peneliti adalah Kepala Bidang Afiliasi dan beberapa staff serta pegawai yang berkompeten untuk menjadi nara sumber, yaitu : 1. Bapak Agus Salim, SH, MH selaku Kepala Bidang Afiliasi, 2. Bapak Sangkam Tambunan, M.Sc selaku Sub Bidang Informasi & Publikasi, 3. Bapak Machsun, S.Sos selaku Pengelola Urusan Publikasi, 4. Bapak Karyadi selaku Sekretariat di Bidang Afiliasi, 5. Bapak Abdul Karim selaku Sekretariat di Bidang Afiliasi.
44
3.5.
Teknik Analisa Data Analisa data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah
dibaca dan diinterpretasikan.35 Dengan terkumpulnya data yang telah diperoleh dan wawancara mendalam dengan para narasumber, maka peneliti mendeskripsikan dan menjabarkan dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang sesuai dengan tujuan penelitian. Menurut Bogdan and Biklen, Proses analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.36 Kesimpulan yang di dapat dari pengertian diatas adalah dari data yang diperoleh peneliti, maka peneliti harus melakukan proses menganalisis data yaitu dengan melakukan tahap-tahapan sebagai berikut :37 1.
Menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara serta pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, gambar, foto dan sebagainya,
2.
Melakukan Reduksi Data dengan jalan melakukan abstraksi. Yaitu merupakan usaha membuat rangkuman inti,
3.
Menyusun rangkuman-rangkuman tersebut ke dalam suatu satuan dan kemudian dikategorisasikan ke dalam langkah berikutnya,
4.
Mengadakan keabsahan data,
5.
Melakukan penafsiran data dalam mengolah hasil sementara menjadi teori substansif dengan menggunakan beberapa metode tertentu.
35
Sofian Effendy dan Christ Manning dalam Masri Sngarimbun, Metode Survei (Jakarta, PT.LP3ES,1989) hal 263 36 Lexy Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung,PT.remaja Rosdakarya,2004) hal 248
45
3.6.
Fokus Penelitian Gaya komunikasi adalah perilaku komunikasi yang dilakukan seseorang dalam suatu
organisasi yang bertujuan untuk mendapatkan feedback ( umpan balik ) dari orang lain terhadap pesan organisasional yang disampaikan. Adapun gaya komunikasi pemimpin di Bidang Afiliasi PPPTMGB “LEMIGAS” adalah pola perilaku dan cara berkomunikasi atau berinteraksi kepada pegawai/bawahannya, sehingga terjadinya umpan balik yang dapat mempengaruhi aktivitas orang lain (bawahannya) serta meningkatkan motivasi kerja pegawai. Peneliti di sini ingin mengidentifikasi gaya komunikasi seorang pemimpin seperti apa yang diterapkan yang dapat memotivasi kerja pegawai. Terdapat dua pendapat mengenai gaya komunikasi, yaitu Dalam Buku Teori Komunikasi yang disusun S.Djuarsa Sendjaja dan menurut Cheryl Hamilton with Cordell Parker dalam buku “Communicating For Results A Guide For Business The Professions Third Edition”. Keduanya mempunyai persamaan dalam cara berkomunikasi. Dalam mengidentifikasi, peneliti ingin mengidentifikasi gaya komunikasi seorang pemimpin seperti apa yang diterapkan yang dapat memotivasi kerja pegawai. Peneliti disini memfokuskan gaya komunikasi dalam buku teori komunikasi yang disusun S. Djuarsa Sendjaja, diantaranya sebagai berikut : 1.
The Controlling Style, -
Komunikasi terjadi satu arah ( one communication )
-
Bersifat mengendalikan ditandai dengan adanya satu kehendak atau maksud untuk membatasi, memaksa dan mengatur perilaku seseorang
37
Lexy Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung,PT.remaja Rosdakarya,2004) hal 247
46
-
Menggunakan kekuasaan dan wewenang untuk memaksa orang lain mematuhi
pandangannya
-
Memberi perintah, butuh perhatian orang lain
-
Mempersuasi orang lain
2. The Equalitarian Style, -
Komunikasi terjadi secara dua arah (two communication), akrab, hangat, saling menghargai
-
Memberikan tugas khusus kepada orang yang ahli dibidangnya
-
Menekankan pengertian bersama sehingga mencapai kesepakatan bersama
-
Terbuka,
dapat
mengungkapkan
gagasan
ataupun
pendapat dalam suasana yang rileks dan informal -
Memiliki sikap kepedulian yang tinggi serta kemampuan dalam membina hubungan baik
-
Penyaluran informasi berjalan baik
-
Efektif
dalam
memelihara
empati
dan
kerjasama
khususnya dalam situasi untuk mengambil keputusan terhadap suatu permasalahan
47
3. The Structuring Style, -
Objektif, tidak memihak
-
Memantapkan struktur
-
Menegaskan ukuran, prosedur atau aturan yang dipakai
4. The Dynamic Style, -
Mengendalikan, agresif
-
Menumbuhkan sikap untuk bertindak
-
Cukup efektif bila digunakan dalam mengatasi persolan yang bersifat kritis
-
Ringkas dan singkat
5. The Reliquinshing Style, -
Bersedia menerima gagasan, pendapat maupun kritik dari orang lain daripada keinginan untuk memberi perintah
-
Mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain
-
Mendukung pandangan orang lain
-
Efektif , bila komunikator sedang bekerjasama dengan orang-orang berpengetahuan
6. The Withdrawal Style. -
Independen /berdiri sendiri
-
Menghindari komunikasi
-
Mengalihkan persoalan atau masalah yang sedang terjadi.
48
BAB IV Gambaran Umum Instansi dan Hasil Penelitian
4.1.
Gambaran Umum Objek Penelitian
4.1.1
Lokasi Penelitian Dalam penelitian skripsi ini, penelitian dilakukan di kantor PPPTMGB (Pusat Penelitian
dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi) “LEMIGAS” yang berlokasi di jalan Ciledug Raya Kav. 109 Cipulir – Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
4.1.2 Objek Penelitian Didalam melakukan pengumpulan data ini, peneliti berhadapan dengan objek yang diteliti secara langsung yang didapat pada kantor PPPTMGB “LEMIGAS” Jakarta.
4.1.3 Visi, Misi dan Sasaran PPPTMGB “LEMIGAS”
•
Visi Terwujudnya Lemigas sebagai lembaga litbang yang unggul, professional,
bertaraf internasional di bidang Migas.
49
•
Misi a.
Meningkatkan peran Lemigas dalam memberikan masukan kepada pemerintah guna meningkatkan iklim yang kondusif bagi pengembangan industri Migas,
b.
Meningkatkan kualitas jasa litbang untuk memberikan nilai tambah bagi pelanggan,
c.
Menciptakan produk unggulan dan mengembangkan produk andalan,
d.
Meningkatkan iklim kerja yang kondusif melalui sinergi, koordinasi serta penerapan sistem manajemen secara konsisten.
•
Sasaran Sasaran menjadi pusat keunggulan yang mandiri, mempunyai sumber daya manusia berkualitas tinggi, spektrum kemampuan institusi yang luas, serta produk penelitian dan pengembangan yang bermanfaat bagi pemerintah, industri dan masyarakat.
PPPTMGB “LEMIGAS” adalah suatu lembaga yang menitik beratkan pada penelitian dan pengembangan mempunyai visi dan misi. Berdasarkan visi dan misi organisasi yang telah ditetapkan dan untuk memberikan kepuasan terhadap pelanggan maupun stakeholder organisasi, maka kepala PPPTMGB “LEMIGAS” menetapkan kebijakan mutu sebagai berikut : PPPTMGB “LEMIGAS” menjamin bahwa dalam menghasilkan jasa litbang selalu berupaya memenuhi persyaratan standart dan kepuasan pelanggan, melaksanakan perbaikan berkelanjutan terhadap keefektifan sistem manajemen mutu, serta memastikan bahwa seluruh personel berperan aktif dan bertanggung jawab terhadap pencapaian sasaran mutu sesuai fungsinya.
50
4.1.4 Sejarah Terbentuknya PPPTMGB “LEMIGAS” Lembaga Minyak dan Gas Bumi (LEMIGAS) di bentuk dengan Surat Keputusan Menteri No. 17/M/ Migas / 65, sebagai suatu Lembaga untuk melakukan tiga tugas pokok, yaitu : Riset, Pendidikan dan Pelatihan serta Dokumentasi dan Publikasi dalam bidang perminyakan. Tugas ini meliputi pelaksanaan ketiga usaha-usaha serta tugas koordinasi dan segala usaha-usaha yang serupa di Indonesia. LEMIGAS didirikan sesuai dengan usul-usul suatu panitia yang terdiri dari ahliahli Minyak dan Gas Bumi, yang dikoordinir oleh Biro
Minyak dan Gas Bumi
(DEPERDATAM) pada tahun 1962. Selanjutnya didirikan laboratorium
sebagai
penunjang serta memperluas tugas dan fungsinya di area perkantoran di Kompleks Cipulir Kebayoran Lama, pada tahun 1963/1964. Kemudian pada tahun 1964 oleh Direktorat Minyak dan Gas Bumi, dibentuklah suatu proyek persiapan Lembaga Minyak dan Gas Bumi, yang lalu membuat persiapanpersiapan mengenai segala sesuatu keperluan Lembaga Minyak dan Gas Bumi, baik dalam penyediaan fasilitas gedung-gedung, perlengkapan yang diperlukan, tenaga yang dibutuhkan serta penentuan organisasi detail lainnya. Sedangkan garis besar organisasi telah ditentukan dalam saran-saran panitia. Proyek persiapan ini pada tahun 1965 telah ditingkatkan menjadi Lembaga Minyak dan Gas Bumi. Untuk pendidikan atau latihan, Lembaga Minyak dan Gas Bumi memusatkan kegiatannya di Cepu, yang telah disusun sebuah Akademi Minyak dan Gas Bumi (AKAMIGAS) dengan fasilitas yang secara operation integrated mempunyai daerah produksi dan kilang minyak. Selain daripada itu kegiatan pendidikan atau laihan yang berlangsung dalam tahun 1967 ialah kursus-kursus up-grading mental / pengetahuan umum yang diadakan
51
di Cepu, Jawa Tengah serta diunit-unit dengan koordinasi dari Lemigas dan kegiatan afiliasi di berbagai bidang antara lain : 1. Dalam Negeri, 2. Luar Negeri. Namun seluruh kegiatan tersebut diarahkan untuk dapat melayani kebutuhan perusahaan-perusahaan minyak negara, pemerintah (Melalui Dirjen Migas) dan dimana mungkin perusahaan-perusahaan minyak asing, badan-badan swasta maupun instansi-instansi pemerintah lainnya.
4.1.5 Tugas dan Fungsi PPPTMGB “LEMIGAS” Pembentukan PPPTMGB “LEMIGAS” didasari oleh dasar hukum yang jelas seperti Surat Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No. 1748 Tahun 1992, tanggal 31 Desember 1992 tentang organisasi dan tata kerja departemen pertambangan dan energi. Kedudukan PPPTMGB “LEMIGAS” adalah sebagai pelaksana tugas Direktorat Jendral Minyak dan Gas Bumi di bidang penelitian dan pengembangan, dokumentasi dan informasi ilmiah, serta pelayanan jasa teknologi di bidang pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan penguasahaan panas bumi betangggung jawab kepada Direktur Jendral Migas.
A.
Tugas Dalam menjalankan tugasnya PPPTMGB “LEMIGAS” mempunyai tugas pokok yang
selalu menjadi acuannya. Tugas pokok itu berupa : Melaksanakan penelitian dan pengembangan, dokumentasi dan informasi ilmiah, serta pelayanan jasa teknologi di bidang pertambangan minyak dan gas bumi (migas) dan pengusahaan panas bumi.
52
B.
Fungsi Fungsi dari tugas pokok tersebut adalah : 1. Penelitian dan pengembangan, 2. Pelayanan jasa laboratorium dan petunjuk teknologi, 3. Pelaksanaan
pengumpulan,
pengolahan,
evaluasi,
interpretasi,
dokumentasi dan penyebaran data / informasi ilmiah, serta penyusunan peristilahan teknis; di bidang teknologi eksplorasi, eksploitasi, proses, aplikasi, sistem dan informasi, serta urusan tata usaha dan rumah tangga pusat.
4.1.6 Kemitraan, Lingkup Kegiatan. 1. Kemitraan Dalam melaksanakan kegiatan PPPTMGB “LEMIGAS” menjalin kemitraan dengan berbagai instansi atau lembaga pemerintahan dan pihak swasta terkait baik di dalam maupun di luar negeri di bidang penelitian dan pendidikan. Kerjasama ini merupakan perwujudan dari peran serta kemampuan LEMIGAS sebagai wahana ahli teknologi, serta usaha untuk meningkatkan sarana penelitian dan kemampuan laboratorium melalui bantuan dan peralatan mutakhir dan teknologi yang dibutuhkan. Kerjasama diarahkan pada pembinaan dan sumber daya manusia baik di lingkungan LEMIGAS maupun nasional, pemanfaatan, pengembangan dan penguasaan teknologi, pengolahan data dan permasyarakatan informasi, pelayanan jasa, penerapan teknologi, pengembangan dan peningkatan sarana dan fasilitas penelitian. Berbagai kerjasama di dalam negeri dipersiapkan maupun dilaksanakan berdasarkan perjanjian kesepakatan ataupun kontrak kerjasama dengan instansi Lembaga Pemerintah
53
“BUMN”, Perguruan Tinggi, perusahaan swasta nasional maupun asing seperti Kontraktor Production Sharing (PSC).
2. Lingkup Kegiatan Kegiatan litbang yang dilaksanakan oleh “LEMIGAS” berpedoman pada tujuan Program Utama Penelitian, yaitu : a.
Penelitian cadangan Penelitian dan pengembangan peningkatan cadangan di tujukan untuk menemukan cadangan baru, di darat dan di lepas pantai dalam upaya mempertahankan atau meningkatkan cadangan migas dan panas bumi,
b.
Peningkatan pengurasan Penelitian dan pengembangan peningkatan pengurasan ditujukan untuk mengoptimalkan produksi, perolehan dan pengurasan migas dari reservoar dan panas bumi serta komersial,
c
Peningkatan nilai tambah Penelitian dan pengembangan nilai tambah migas ditujukan untuk meningkatkan nilai dari setiap satuan volume produksi hasil olahan yang akrab lingkungan dan bermutu tinggi,
d.
Konservasi Penelitian dan pengembangan yang ditujukan kearah konservasi sumber daya migas tak terbarukan, dikegiatan hulu hilir melalui pengoptimalan manfaat migas dan energi,
d.
Energi pengganti Penelitian dan pengembangan diajukan untuk mendapatkan energi pengganti guna mensubstitusi migas sebagai energi secara maksimal,
54
khususnya BBM, sehingga sumber daya migas dapat dimanfaatkan ke arah paling optimal bagi pembangunan, e.
Lingkungan Penelitian dan pengembangan lingkungan ditujukan untuk menciptakan industri migas dan panas bumi yang akrab di lingkungan serta pengolahan dampaknya, baik dampak fisik maupun dampak sosial, agar kelestarian lingkungan hidup dapat terpelihara,
f.
Teknologi materi Penelitian dan pengembangan teknologi material ditujukan untuk memaksimalkan penggunaan bahan dan material dalam negeri di industri migas dan panas bumi, khususnya material penunjang kegiatan pengeboran
dan
produksi
di
samping
mendukung
program
pembangunan.
4.1.7 Fasilitas dan Prasarana Keadaan sarana dan fasilitas yang ada sekarang sebagian sudah kurang memadai disebabkan oleh faktor usia, perkembangan teknologi, jaringan instalansi yang tumpang tindih dan lain-lain. Dewasa ini LEMIGAS memiliki gedung-gedung penunjang seluas 54.534 m2 diatas latihan seluas 12,4 hektar. Laboratorium yang dimiliki berjumlah 36 unit terdiri dari laboratorium-laboratorium Eksplorasi, Eksploitasi, Proses, aplikasi dan Gas.
4.1.8 Program Kerja Litbang PPPTMGB “LEMIGAS” Program utama Litbang adalah suatu program yang dibentuk sebagai bahan acuan bagi para peneliti dalam menjalankan tugasnya. Program kerja Litbang juga terdiri dari sub-sub koordinasi yang didasari dengan profesi dan keahlian mereka. Tidak hanya mengedepankan
55
pengembangan penelitian saja. Program kerja Litbang juga memiliki tujuan, yaitu menjadi Litbang yang unggul dan bertaraf Internasional. Oleh sebab itu program ini tidak hanya mengutamakan teknologi yang tinggi, tapi juga diikuti dengan mutu bagi para SDMnya. Sehingga selalu siap pakai dan sesuai dengan perkembangan teknologi yang ada. Untuk lebih jelasnya di sini akan dijabarkan program kerja utama Litbang yang ingin dicapai sesuai dengan sub-sub koordinasinya : Menemukan cadangan baru 1. Revaluasi cekungan-cekungan tersier yang sudah matang, 2. Kombinasi struktur geologi dan analisa sekuen stratigrafi, 3. Mencari “Play Baru” pada oligosen akhir / awal musim, 4. Analisis rekahan reservoir pada sebelum tersier / tersier bawah, 5. Cekungan Frontier, contoh : busur depan lepas pantai Mentawai, 6. East Indonesia, EEZ, DEEP Water.
Mempertahankan produksi MIGAS 1. Kompleksitas geologi, dengan tujuan untuk pemahaman arsitektur reservoir, 2. Kembangkan lapangan-lapangan marginal, 3. Improved oil Recovery IOR, 4. Strategi dan manajemen produksi yang optimal, 5. Kembangkan teknologi baru.
Pengolahan dan Petrokimia Proses : 1. Pemilihan dan optimalisasi proses, 2. Peningkatan Kinerja katalis pelarut,
56
3. Penghematan Energi, Pengembangan produk : 1. BBM dan pelumas, dengan tujuan untuk kemajuan mesin dan tuntutan lingkungan, 2. Kebutuhan produk baru, untuk mengetahui rekayasa molekul.
Konservasi 1. Kebijakan Energi dan Migas, 2. Perekonomian Migas dan energi, 3. Tata kerja dan manajemen Migas, 4. Sistem Informasi, 5. Pemodelan Ekonomi dan energi, 6. Metode dan prosedur operasi instalasi Migas. Setelah diadakan konservasi Litbang juga mencari Energi Pengganti agar kelangkaan Migas dapat dihindari. Energi Pengganti : 1. Gas Bumi, 2. Coal Bed Methane, 3. BBM dari Batubara, 4. Biodiesel pengganti solar (minyak sawit sisa), 5. Gangang laut dari Co2 Natuna.
Lingkungan Setiap teknologi yang terjadi dalam Proyek Migas ini, juga harus menitik beratkan pada lingkungan sekitarnya apakah penelitian yang kita lakukan dapat menggangu habitat atau mungkin merusak siklus dari makhluk hidup. Oleh sebab itu, litbang juga memfokuskan
57
program lingkungan dalam setiap langkah-langkahnya agar antara teknologi dan lingkungan dapat hidup berdampingan dan saling melengkapi. Karena itu Litbang memfokuskan penelitian Lingkungan terhadap hal-hal sebagai berikut : a. Produk dan Teknologi Bersih
:
Penciptaan Teknologi dengan memperhitungkan dampak produk dari awal sampai akhir siklus hidup. b. Dampak
:
1.
Kualitas dan manajemen udara, air, limbah dan tanah,
2.
Kesehatan,
3.
Asemen resiko,
4.
Pemodelan peluruhan dan penyebaran limbah,
5.
Teknik pengukuran / pemantauan.
Teknologi Material Teknologi material adalah suatu teknologi yang masih berupa bahan petrokimia yang pemanfaatannya dilakukan untuk penunjang operasi penelitian dam pengembangan MIGAS.
Bahan dan Produk dalam negeri untuk penunjang operasi Migas : 1.
Semen untuk pengeboran,
2.
Zeolit untuk katalis,
3.
Ketahanan Peralatan Industri.
58
4.1.9 Tata Usaha dan Sarana Laboratorium & Mutu A. Bagian Tata Usaha Bagian tata usaha mempunyai tugas melaksanakan urusan kepegawaian, keuangan, rumah tangga kantor, serta pemeliharaan sarana dan prasarana lingkungan pusat. Dalam melaksanakan tugasnya, bagian tata usaha mempunyai fungsi : 1. Pengelolaan urusan administrasi kepegawaian, kesejahteraan, organisasi dan ketatalaksanaan, 2. Pengelolaan urusan administrasi keuangan dan perbendaharaan, 3. Pengelolaan urusan rumah tangga, perlengkapan, sarana dan prasarana, tata persuratan serta kearsipan. Bagian Tata Usaha, terdiri dari : a. Subbagian Kepegawaian, yamg mempunyai tugas melaksanakan urusan administrasi kepegawaian, organisasi dan ketatalaksanaan, b. Subbagian
Keuangan,
yang
mempunyai
tugas
melaksanakan
penyusunan anggaran, perbendaharaan dan verisifikasi, c. Subbagian Rumah Tangga, yang mempunyai tugas melaksanakan pengadaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana serta urusan ketatalaksanaan administrasi kantor dari kearsipan.
B. Bidang Sarana Laboratorium dan Mutu Bidang sarana Laboratorium dan Mutu mempunyai tugas melakukan urusan pemgembangan dan pemeliharaan sarana dan prasarana teknologi, laboratorium serta perumusan dan evaluasi pelaksanaan system mutu. Dalam melaksanakan tugastugasnyanya, Bidang Sarana Laboratorium dan Mutu menyelenggarakan fungsi :
59
1). Pelaksanaan urusan penyediaan kebutuhan, laboratorium, instrumentasi, sarana dan prasarana teknologi informatika, 2). Pelaksanaan urusan pengelolaan, pengembangan dan pemeliharaan instrumentasi dan sarana teknologi informatika, 3). Penyiapan bahan koordinasi penyusunan, perencanaan dan pengembangan system mutu dan kalibrasi, 4). Pelayanan jasa dan penjadwalan penggunaan laboratorium, sarana dan prasarana teknologi informatika, instrumentasi serta kalibrasi, 5). Pelaksanaan urusan pemeliharaan laboratorium, sarana dan prasarana teknologi informatika, instrumentasi serta kalibrasi, 6). Pengelolaan dan pengembangan kerjasama laboratorium, sarana dan prasarana teknologi informatika, instrumentasi, kalibrasi serta penelitian dan pengembangan, 7). Evaluasi pelaksanaan penyediaan, pengelolaan, pemeliharaan dan pengembangan kerjasama, pengembangan jasa laboratorium, sarana dan prasarana teknologi informatika, instrumentasi, kalibrasi serta penelitian dan pengembangan serta sistem mutu. Bidang Sarana Laboratorium dan Mutu terdiri dari : a. Sub Bidang Sarana Laboratorium dan Instrumentasi. Sub Bidang Sarana Laboratorium dan Instrumentasi mempunyai tugas melaksanakan dan mengevaluasi urusan penyediaan, pengelolaan, penggunaan, pemeliharaan, pengembangan, pelayanan jasa, kerjasama laboratorium, sarana dan prasarana teknologi informatika, instrumentasi serta penelitian dan pengembangan,
60
b. Sub Bidang Mutu dan Kalibrasi. Sub bidang Mutu dan Kalibrasi mempunyai tugas melaksanakan, mengevaluasi dan menyiapkan bahan koordinasi penyusunan, perencanaan, pengembangan dan kerjasama sistem mutu dan kalibrasi serta pelayanan jasa kalibrasi.
4.1.10 Penjelasan Unit Kegiatan Bidang Afiliasi Dalam struktur organisasi Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi (PPPTMGB) “LEMIGAS” Bidang Afiliasi
berada di bawah Kepala Pusat
PPPTMGB “LEMIGAS”. Bidang Afiliasi merupakan suatu bidang yang melaksanakan kegiatan kehumasan di PPPTMGB “LEMIGAS”. Kedudukannya di sini sangat penting karena melihat tugas dan fungsinya dalam pelaksanaan
koordinasi program penelitian dan
pengembangan penyebaran informasi baik di lingkungan LEMIGAS sendiri ataupun ke masyarakat umum dengan melakukan komunikasi yang berhubungan dengan hal-hal yang berkaitan dengan strategi yakni mengamankan arah dan tujuan organisasi menuju sasarannya.
4.1.11 Bidang Afiliasi PPPTMGB “LEMIGAS” Fungsi, Tugas dan Tujuan dari Bidang Afiliasi
• Fungsi Bidang Program dan Afiliasi mempunyai tugas melaksanakan penyusunan rencana program, kerja sama penelitian dan pengembangan, pengolahan dokumentasi dan publikasi bidang teknologi minyak dan gas bumi.
61
Dalam
rangka
melaksanakan
tugas
tersebut
Bidang
Program
dan
Afiliasi
menyelenggarakan fungsi : a. Penyiapan bahan koordinasi penyusunan rencana dan program rutin dan pembangunan, kerja sama penelitian dan pengembangan, hukum dan hak atas kekayaan intelektual, b. Pengolahan dan pengembangan kerja sama teknologi penelitian dan pengembangan, c. Pengolahan dan analisis data, pengolahan dan pengembangan dokumentasi dan kepustakaan sistem informasi dan publikasi serta pelaporan, d. Penyebaran hasil penelitian dan pengembangan, e. Evaluasi pelaksanaan koordinasi penyusunan rencana dan program, kerja sama penelitian dan pengembangan, Hukum dan Hak atas Kekayaan Intelektual, dokumentasi dan kepustakaan dan pelaporan hasil penelitian dan pengembangan.
• Tugas Bidang Afiliasi terdiri dari Sub Bidang Informasi dan Publikasi serta Sub Bidang Afiliasi Jasa Teknologi. Di mana masing-masing mempunyai tugas, yaitu : a.
Sub Bidang Informasi dan Publikasi mempunyai tugas melaksanakan, mengevaluasi dan menyiapkan bahan koordinasi pengolahan dan analisa data,
penyusunan
rencana,
program
rutin
dan
pembangunan,
penyebarluasan hasil penelitian dan kepustakaan, sistem informasi dan publikasi serta pelaporan, b.
Sub
Bidang
Afiliasi
dan
Jasa
Teknologi
mempunyai
tugas
melaksanakan, mengevaluasi dan menyiapkan bahan pengolahan dan
62
pengembangan kerja sama teknologi penelitian dan pengembangan serta Hukum dan Hak atas Kekayaan Intelektual, c.
Unit mutu dan Perlindungan Kesehatan dan Kesehatan Kerja (LK3) mempunyai tugas mengawasi dan menjamin penerapan sistem manajemen mutu di bidang koordinasi dengan wakil manajemen dan mengelola keselamatan dan kesehatan lingkungan kerja di bidang koordinasi dengan komite LK3,
d.
Unit Administrasi mempunyai tugas melaksanakan pelayanan pelanggan dan administrasi teknik dan umum antara lain mengenai kepegawaian, barang dan jasa serta peralatan di bidang dan berkoordinasi dengan satuan kerja teknik.
• Tujuan Tujuan Bidang Afiliasi (Humas) pada PPPTMGB “LEMIGAS” : 1. Mengubah opini masyarakat sehubungan dengan adanya kegiatan-kegiatan baru yang dilakukan oleh perusahaan, 2. Menyelenggarakan kegiatan komunikasi dan koordinasi secara internal ataupun pihak eksternal yang bertujuan menjalin hubungan harmonis dengan berbagai pihak di dalam usaha mencapai kesepahaman, 3. Menyebarluaskan kesuksesan yang telah dicapai oleh perusahaan kepada masyarakat dalam rangka mendapat pengakuan, 4. Memperkenalkan kepada masyarakat, tentang kemampuan yang dimiliki masyarakat, 5. Mempersiapkan dan mengkondisikan masyarakat bursa saham atas rencana perusahaan untuk menerbitkan saham baru atau saham tambahan,
63
6. Memperbaiki hubungan antara perusahaan dengan khalayaknya, 7. Meningkatkan pelayanan dan perusahaan dalam menghadapi persaingan bebas, 8. Menyebarluaskan informasi mengenai aktivitas perusahaan, 9. Memastikan bahwasanya pembuat keputusan benar-benar memahami kegiatan-kegiatannya, agar perusahaan yang bersangkutan berjalan sesuai peraturan dan perundang-undangan serta kebijakan pemerintah yang berlaku, 10. Menyebarluaskan kegiatan riset yang telah dilakukan perusahaan, agar masyarakat mengetahui betapa perusahaan itu mengutamakan kualitas dalam berbagai hal.
4.1.12 Corporate Communication PPPTMGB “LEMIGAS” A. Kegiatan Humas Internal PPPTMGB “LEMIGAS” Kegiatan Humas internal yang dilakukan di LEMIGAS, antara lain : 1. Secara lisan mengadakan briefing, rapat, diskusi, ceramah yang berkaitan dengan masalah di masing-masing pihak, 2. Secara tertulis, dibuat dalam bentuk laporan penelitian yang dihasilkan oleh karyawan yang telah melakukan penelitian, 3. Secara rutin setiap hari Jumat, mengadakan acara senam pagi bersama, 4. Memberikan pelatihan/kursus kepada para pegawai yang berkompeten dalam rangka meningkatkan kualitas SDM,
64
5. Adanya media Berita Lemigas yang khusus diterbitkan untuk para pegawai/intern di LEMIGAS, yang berkenaan dengan aktivitas/kegiatan pegawai dan organisasi LEMIGAS, 6. Melakukan pengelolaan perpustakaan di LEMIGAS yang bersangkutan dengan buku-buku dan data-data yang ada dan melakukan kegiatan dokumentasi atas hasil penelitian ilmiah yang dilakukan pekerja fungsional PPPTMGB “LEMIGAS”,
7. Pemberian ucapan selamat kepada setiap karyawan/pegawai LEMIGAS yang merayakan peringatan hari kelahiran,
8. Mengadakan acara perpisahan bagi karyawan purna bhakti/pensiun, 9. Presentasi pertanggungjawaban program studi yang dilakukan oleh karyawan dalam rangka tugas studi di hadapan manajemen LEMIGAS,
10. Peringatan dan perayaan hari-hari besar keagamaan dan hari nasional, 11. Pada masing-masing bagian memiliki papan pengumuman, yang dipergunakan sebagai salah satu media informasi karyawan LEMIGAS,
12. Kegiatan dokumentasi Bidang Afiliasi PPPTMGB “LEMIGAS”, 13. Rangkaian ceramah ilmiah yang dilakukan secara rutin setiap bulannya, yang diikuti oleh intern LEMIGAS atau pihak luar, untuk mempresentasikan hasilhasil penelitian mereka.
65
B. Kegiatan Humas Eksternal PPPTMGB “LEMIGAS” Kegiatan Humas Eksternal yang dilakukan Humas PPPTMGB “LEMIGAS”, antara lain adalah: 1. Penerbitan LPL (Lembaran Publikasi LEMIGAS) dan LSC (LEMIGAS Scientific Contributions) dengan tujuan untuk mempromosikan kegiatan penelitian dan pengembangan yang dilakukan oleh PPPTMGB “LEMIGAS” dan sebagai sarana pemacu kreativitas dan presentasi para tenaga fungsional di PPPTMGB “LEMIGAS” dalam bidang penulisan karya ilmiah, yang kemudian disebarluaskan pihak luar, seperti kepada perusahaan minyak nasional/asing Kontraktor Productions Sharing (KPS) perpustakaan universitas, instansi terkait. Mengadakan kunjungan yang dilakukan oleh pihak luar ke PPPTMGB “LEMIGAS” dalam rangka studi perbandingan dan mengadakan kerja sama penelitian, 2. Mengadakan seminar dan pameran yang berkaitan dengan teknologi minyak dan gas bumi, 3. Pembuatan dan pencetakan brosur, booklet, agenda dan kalender, 4. Melakukan pengelolaan perpustakaan,
5. Rangkaian ceramah ilmiah hasil dari penelitian yang dilakukan oleh PPPTMGB “LEMIGAS” yang diikuti oleh lingkungan dalam dan luar LEMIGAS.
66
4.1.13 Struktur Organisasi PPPTMGB “LEMIGAS”
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI “ LEMIGAS”
Bagian Tata Usaha
BIDANG SARANA PENELITIAN & PENGEMBA NGAN
BIDANG PROGRAM
BIDANG AFILIASI
KELOMPOK Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
Sub.Bidang Pengembangan Sarana
Sub.Bagian Keuangan Rumah Tangga
Sub,Bidang Pengoperasian Sarana
Sub.Bidang Penyiapan Rencana
Sub Bidang Analisis dan Evaluasi
Sub.Bidang Afiliasi Teknologi
Sub.Bidang Informasi & Publikasi
JABATAN FUNGSIONAL
67
4.1.14
Struktur Organisasi di Bidang AfiliasI
BIDANG AFILIASI
AGUS SALIM, SH, MH
Sub Bidang Afiliasi Jasa Teknologi
Sub Bidang Informasi dan Publikasi
Ir. Daru Siswanto
Sangkam Tambunan, M.Sc
Pengelola Urusan Kerjasama Zainal Ariffin, Dipl.TEFL
Pengelola Urusan Publikasi M. Machsun, S.Sos
Pengelola Urusan Dokumentasi Pengelola Urusan Hukum
Drs. Hari Waskito
Suryani Rumondang Siregar, SH Pengelola Urusan Grafika Pengelola Urusan Haki
Ir. Dwi Purwanto
Nurkatikaningsih, SH Pengelola Urusan Telematika Agustinus Simatupang, SAP
68
4.2
Hasil Penelitian Isi yang ada pada bab IV merupakan hasil penelitian di Bidang Afiliasi PPPTMGB
“LEMIGAS” Jakarta, dan dari hasil wawancara dengan Kepala Bidang Afiliasi yaitu Bapak Agus Salim, SH, MH dan 2 orang staff serta 2 pegawai di Bidang Afiliasi sebagai bawahan yang dipimpin langsung oleh Bapak Agus Salim, SH, MH untuk mengetahui gaya komunikasi seperti apa yang diterapkan oleh beliau dalam meningkatkan kinerja pegawai di Bidang Afiliasi di PPPTMGB “LEMIGAS” Jakarta. Melakukan wawancara mendalam dengan Kepala Bidang Afiliasi ini sesuai dengan judul penelitian “Identifikasi Gaya Komunikasi Pemimpin Dalam Meningkatkan Kinerja Pegawai di Bidang Afiliasi PPPTMGB LEMIGAS Jakarta”. Adapun beberapa hasil penelitian yang dilakukan peneliti mengenai gaya komunikasi pemimpin yaitu Kepala Bidang Afiliasi Bapak Agus Salim SH, MH dapat dijabarkan sebagai berikut : 1.
Cara beliau dalam memotivasi kerja pegawai agar bekerja secara efektif untuk memperoleh hasil yang maksimal dengan melakukan cara komunikasi yang baik, dorongan atau dukungan serta semangat bahkan pemberian penghargaan
kepada
pegawai
yang
berprestasi
sehingga
dapat
meningkatkan produktifitas dan target organisasi yang akan dicapai, 2.
Tidak membeda-bedakan atau bersikap objektif dalam pengambilan keputusan. Beliau pun bersedia menerima masukan, pendapat maupun kritik yang sifatnya dapat berguna bagi institusi atau organisasi khusunya di Bidang Afiliasi,
3.
Beliau sangat menjaga keakraban dengan para staff dan pegawai, bisa dilihat dari cara beliau berkomunikasi atau berbicara langsung, memberikan perintah
atau
tugas
khusus,
dan
menyediakan
arahan
dengan
memberitahukan bilamana pegawai tidak bisa melakukan pekerjaannya
69
tetapi beliau akan memberikan pekerjaan kepada staff dan pegawainya yang benar-benar mengerti atau dibidang/keahliannya, itu dilakukan agar konsisten serta cepat dikerjakan, 4.
Beliau selalu mengadakan rapat rutin tiap bulan untuk membicarakan segala hal atau mengevaluasi semua kegiatan atau pekerjaan sehingga organisasi terkoordinir dengan baik, selain itu juga tidak menutup kemungkinan rapat dadakan dilakukan demi berjalannya struktur kerja yang konsisten,
5.
Beliau menduduki sebagai Kepala Bidang Afiliasi dari beliau belum menjadi apa-apa bisa disebut dari bawah, maka dari itu beliau sangat memiliki rasa sikap toleransi, saling menghargai satu sama lain serta mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi atas semua pekerjaannya.
6.
Beliau pun sangat memantapkan cara kerja yang sesuai dengan struktur kerja yang ada di dalam organisasi serta menetapkan prosedur atau aturan yang berlaku yang dimana semua pegawai harus mentaatinya namun tak terkecuali seorang pemimpin
Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa sebagai seorang pimpinan yaitu Bapak Agus Salim, SH, MH mempunyai sikap pemimpin yang memperhatikan pengendalian/pengawasan pelaksanaan tugas, dimana hasil tugas merupakan tanggung jawabnya dan sikap keterbukaan dalam menerima informasi, saran, pendapat maupun kritik meskipun nanti hasil akhirnya ditangan beliau tetapi beliau juga mempertimbangkan kembali serta membuat keputusan yang menekankan kesepakatan bersama, karena salah satu tujuan dari Bidang Afiliasi adalah menyelenggarakan kegiatan komunikasi dan koordinasi secara internal ataupun pihak eksternal yang bertujuan menjalin hubungan harmonis dengan berbagai pihak di dalam usaha mencapai kesepahaman.
70
Bapak Agus Salim, SH, MH merupakan seorang pimpinan yang bijaksana seperti telah diuraikan di atas yang berdasarkan hasil dari wawancara langsung dengan beliau dan para staff juga pegawai yang bekerja di Bidang Afiliasi.
Peneliti pun menulis beberapa pola gaya
komunikasi pemimpin dalam meningkatkan kinerja pegawai khususnya di Bidang Afiliasi PPPTMGB LEMIGAS “Jakarta”, bisa dilihat lebih lengkapnya dibawah ini :
4.2.1 Pola Gaya Komunikasi Pemimpin dalam Memotivasi Kerja Pegawai di Bidang Afiliasi PPPTMGB “LEMIGAS” Jakarta 1. Berkomunikasi “Sebagai pimpinan di bidang Afiliasi, saya selalu berkomunikasi secara langsung dengan para staff juga pegawai karena dengan kita saling berkomunikasi maka suasana kerja semakin baik, tidak kaku. Di dalam institusi seperti ini, kami saling membutuhkan satu sama lain guna meningkatkan produktivitas dan kinerja yang tinggi”38
Berkomunikasi secara langsung dengan para staff dan pegawai dilakukan oleh Kepala Bidang Afiliasi. Dengan berkomunikasi tatap muka dapat langsung mendapatkan umpan balik atau respons serta merupakan hal yang mendasar juga penting di dalam meningkatkan kualitas bekerja dan dapat terjalin sebuah kerjasama yang baik dalam sebuah organisasi.
2. Tugas Khusus “ Cara saya memberi perintah tugas khusus pada pegawai diterapkan dengan memadukan berbagai teknik komuniksi organisasi, dimana terdapat berbagai pola interaksi baik dalam hubungan hierarkis (atas-bawahan) ataupun antar
38
Wawancara nara sumber pihak PPPTMGB LEMIGAS
71
personal, keterbukaan menyampaikan dengan memahami cara-cara yang tepat pada sifat-sifat pribadi”
Cara Bapak Agus Salim di dalam memberikan perintah dan tugas khusus adalah dengan memadukan berbagai teknik komunikasi organisasi terdapat pola interaksi baik dalam hubungan hierarkis (atasan-bawahan) ataupun antar personal, keterbukaan menyampaikan dengan juga memahami cara yang tepat pada sifat-sifat pribadi. Selain memanfaatkan komunikasi hierarki dalam organisasi, Bapak Agus Salim juga memanfaatkan kesempatan informal untuk berbincang-bincang dengan pegawai. Setiap pendelegasian tugas khusus tersebut Bapak Agus Salim menggunakan pendekatan personal dengan objektivitas kemampuan spesifik masing-masing staffnya yang menonjol, dimana pegawai tersebut merasa dipercayai oleh beliau untuk menyelesaikan tugas tersebut, dan tugas khusus tersebut juga bisa dikatakan sebagai reward bagi pegawai atas keahlian yang dimilikinya
“Pemberian perintah tugas khusus kepada kami / pegawai
secara lisan
(langsung), tapi tidak menutup kemungkinan secara tertulis atau berbentuk surat yang berisikan mengenai perintah/apa yang seharusnya dikerjakan oleh pegawai”
Dari hasil wawancara dengan bawahan diperoleh hasil bahwa cara pimpinan di dalam memberikan perintah tugas khusus adalah secara tertulis dan lisan dengan memberikan konsep jadi kepada staffnya untuk mengerjakan tugas tersebut dan bila terjadi perubahan konsep maka harus dibicarakan atau didiskusikan bersama.
72
3. Pembagian Tugas Kerja “Pembagian tugas kerja pegawai mengacu pada struktur atau program kerja bidang Afiliasi dengan menekankan bahwa keberhasilan program kerja tersebut harus didukung sepenuhnya oleh setiap pegawai yang bernaung di Bidang Afiliasi”39
Pembagian tugas kerja yang ada di Bidang Afiliasi sudah mengacu pada program kerja bidang Afiliasi, artinya pembagian tugas kerja ditentukan oleh pimpinan melalui program kerja tersebut. Menekankan bahwa keberhasilan program kerja tersebut harus didukung sepenuhnya oleh setiap pegawai di Bidang Afiliasi. Dengan demikian pemahaman bahwa tugas setiap bidang adalah tanggung jawab semua bidang yang ada di PPPTMGB “LEMIGAS” Jakarta sudah dimiliki oleh semua pegawai.
“Cara atasan dalam pembagian tugas kerja kepada pegawai selama ini dengan membuat pola atau struktur job description sesuai dengan bidang dan keahlian masing-masing pegawai itu sendiri”
Bawahan mengatakan bahwa pembagian tugas sudah berjalan dengan baik dan jelas karena sudah tercantum di dalam program kerja Bidang Afiliasi, artinya masingmasing pegawai sudah memiliki job description. Pimpinan selalu mengarahkan bahwa kerja di Bidang Afiliasi adalah kerja tim dan seluruh staff harus dapat menguasai setiap pekerjaan, bilamana ada yang kurang jelas atau kurang mengerti akan tugas yang diberikan maka kami biasanya menanyakan hal tersebut kepada pimpinan.
39
Wawancara Nara sumber pihak PPPTMGB LEMIGAS
73
4. Penyaluran Informasi “Penyaluruan informasi kepada pegawai, saya lakukan dengan cara “dinamik”. Artinya selain menyampaikan informasi melalui jalur formal dalam komunikasi posisional juga dilakukan menggunakan jalur komunikasi
informal
untuk
membahas
pesan-pesan
informal
(selentingan)”.40
Cara Bapak Agus Salim di dalam menyalurkan informasi kepada staffnya adalah dengan cara “dinamik”. Selain itu menyalurkan informasi melalui jalur formal dalam komunikasi posisional juga dilakukan melalui jalur informal untuk membahas pesanpesan informal berupa selentingan. Gambaran proses penyaluran informasinya adalah melalui hubungan posisional, antara atasan dan bawahan yaitu berdasarkan otoritas, pekerjaan, kewibawaan dan status. Hubungan antar personal berdasarkan kepedulian, perhatian dan keramahan dan kemampuan merespon dan hubungan berkesinambungan berdasarkan kebutuhan sebagai pengulang informasi dalam sebuah institusi.
“Pimpinan menyalurkan informasi secara vertikal dan horizontal dari atas ke bawah dan juga antara sesama pegawai”.
Penyaluran informasi yang dilakukan oleh Bapak Agus Salim berjalan secara vertikal dan horizontal dari atas ke bawah dan juga antara sesema pegawai. Artinya pimpinan tidak harus menyampaikan pesan kepada semua bawahan, tetapi bawahan dapat menyampaikan informasi yang mereka terima dari atasan kepada bawahan lainnya. Contohnya adalah informasi mengenai rapat yang diadakan secara dadakan atau rapat
40
Wawancara Nara sumber pihak PPPTMGB LEMIGAS
74
yang dilakukan secara tiba-tiba yang harus dihadiri oleh Kepala Bidang Afiliasi dan para staff serta pegawai yang berkompeten untuk membahas masalah yang sedang terjadi.
5. Keterlibatan Dalam Aktivitas Partisipasi Kelompok “Keterlibatan saya dalam aktivitas partisipasi kelompok adalah hanya sebagai controller (pengawas) atau hanya mengawasi pekerjaan yang dikerjakan oleh staff juga pegawai”.
Keterlibatan Bapak Agus Salim dalam aktivitas partisipasi kelompok adalah hanya sebagai controller (pengawas), artinya sebagai pemimpin hanya mengawasi pekerjaan yang dilakukan oleh para staff dan pegawainya untuk mendapatkan hasil pekerjaan yang maksimal demi tercapainya tujuan yang diinginkan oleh institusi. Bapak Agus Salim hanya sesekali saja terlibat di dalam kegiatan informal staffnya, jika beliau memang punya waktu luang pasti akan ikut dalam kegiatan informal atau berdiskusi ringan dengan mereka (staff dan pegawai di Bidang Afiliasi).
“Di dalam aktivitas partisipasi kelompok atasan hanya memberikan masukan dan arahan seseuai dengan tugas dan fungsinya”.
Dapat disimpulkan dari pernyataan diatas bahwa keterlibatan Bapak Agus Salim dalam aktivitas kelompok adalah hanya sebagai controller (pengawas) saja terhadap pekerjaan yang dilaksanakan, dengan memberi masukan serta arahan dengan tugas dan fungsinya sebagai seorang pimpinan.
75
6. Pengambilan Keputusan “Dalam pengambilan setiap keputusan di Bidang Afiliasi, saya membahasnya secara transparan atau terbuka dengan seluruh staff juga pegawai”.41
Kepala Bidang Afiliasi Bapak Agus Salim membahas secara transparan atau terbuka dengan seluruh staff juga pegawai dalam mengambil keputusan mengenai masalah-masalah yang sedang terjadi. Caranya adalah dengan mendiskusikan keputusan yang akan diambil dalam pertemuan formal dan informal dan apabila keputusan terbaik sudah diperoleh, keputusan tersebut harus didukung sepenuhnya oleh seluruh staff meskipun tanggung jawab tetap pada pimpinan. Sejauh ini belum terjadi konflik internal antara pimpinan dengan staff juga pegawai, alasan Bapak Agus Salim melibatkan staffnya dalam proses pengambilan keputusan adalah karena pelaksanaan tugas di Bidang Afiliasi memerlukan kerjasama seluruh staff di dalam rangka mencapai tujuan institusi, maka sangat penting melibatkan mereka (staff Bidang Afiliasi)
“Pimpinan sering melibatkan staffnya di dalam proses pengambilan keputusan perihal hal-hal yang akan diterapkan” dan segala sesuatu, kebijakan dan keputusan yang memutuskan pimpinan. Kami dan rekanrekan memberikan masukan-masukan yang bermanfaat jadi pimpinan juga bermusyawarah dulu dengan para staf untuk memutuskan sesuatu, jadi tidak secara langsung untuk pengambilan keputusan.
41
Wawancara Nara sumber pihak PPPTMGB LEMIGAS
76
Hasil wawancara dengan staff Bidang Afiliasi mengatakan bahwa Bapak Agus Salim selalu melibatkan stafnya di dalam pengambilan keputusan mengenai kegiatan Bidang Afiliasi ataupun perihal hal-hal yang akan diterapkan, tetapi keputusan tetap ada di tangan pimpinan, contohnya : dalam hal penentuan isi penulisan majalah internal atau biasa disebut dengan majalah Lembaran Publikasi LEMIGAS dan Majalah LEMIGAS Scientific Contributions /LSC
“Saya sebagai pimpinan akan
semaksimal mungkin akan mencoba
bersikap adil/tidak memihak pihak mana pun. Bila memang ada yang tidak setuju akan hasil keputusan maka saya akan mencoba dan melihat serta mengoreksi kembali dan mengambil keputusan yang terbaik yang tidak merugikan pihak mana pun”.
Bersikap objektif atau tidak memihak atau membeda-bedakan staff atau pegawai yang satu dengan yang lain, pimpinan disini sangat bersikap objektif atau adil sehingga tidak menimbulkan kecemburuan sosial dan terjalin rasa kerjasama yang baik. Semua keputusan dibahas secara bersama-sama atau bermusyawarah sehingga mencapai kesepakatan.
7. Menerima Gagasan, Pendapat/ Saran maupun Kritik “Saya bersedia menerima semua pendapat / saran maupun kritik dari seluruh staff dan pegawai yang sifatnya dapat membangun visi serta misi organisasi.42
Saya sebagai pimpinan di Bidang Afiliasi tidak bekerja sendiri dan oleh sebab itu biasanya pun saya selalu meminta masukan-masukan atau memberikan kebebasan kepada staff dan pegawai mengeluarkan pendapatnya masing-masing, dengan adanya itu semua maka saya
42
Wawancara Nara sumber pihak PPPTMGB LEMIGAS
77
akan lebih tahu dan mengerti mengenai hal apa pun dan bila sifatnya dapat berguna serta membangun insitusi, saya pun akan mempertimbangkan kembali dan mendukung semua itu.
“Institusi ini mempunyai pola dasar organisasi yang baku namun tidak kaku dalam pelaksanaannya (secara internal maupun di lapangan). Biasanya ide-ide atau gagasan yang disampaikan sifatnya meminta masukan-masukan dari bawahannya, tetapi itu semua dibahas bersama dan dipertimbangkan oleh pimpinan”.
Semua masukan-masukan dari kami atau bawahan selalu diminta oleh pimpinan di saat rapat koordinasi yang diadakan secara rutin maupun rapat yang sifatnya mendadak, pimpinan disini memberikan kebebasan kepada seluruh staff untuk mengeluarkan pendapat maupun kritik yang nantinya akan dibahas secara bersama dan dipertimbangkan dan ditetapkan oleh pimpinan.
“Pimpinan disini sangat terbuka karena pimpinan kami bekerja dari posisi yang sangat bawah, jadi beliau sangat menghargai kritikan, ide/gagasan maupun masukan-masukan yang sifatnya membangun, berdasar juga relevan untuk kinerja kerja bersama”.
Diperoleh juga dari nara sumber lainnya, bahwa pimpinan disini sangat terbuka dalam menerima segala masukan-masukan juga menghargai segala kritikan, ide atau gagasan dari seluruh staff atau pegawai di Bidang Afiliasi karena telah dinyatakan di atas bahwa pimpinan menjabat kedudukan dari paling bawah sampai menduduki Kepala Bidang Afiliasi di PPPTMGB “LEMIGAS” Jakarta.
78
8. Meningkatkan Hubungan Kerja Baik dengan Pegawai “Cara saya di dalam meningkatkan hubungan kerja yang baik dengan pegawai bisa dengan melakukan komunikasi secara lisan, saling bertukar informasi dan melakukan kegiatan bersama-sama dengan pegawai”
Di dalam meningkatkan hubungan kerja yang baik dengan para staff maupun pegawai dengan cara saling berkomunikasi secara lisan / langsung seperti menyapa atau menegur bila bertemu atau melakukan interaksi di dalam rapat atau berdiskusi serta membahas masalah bersama-sama. Selain itu pula saling bertukar atau mengirimkan berbagai informasi mengenai masalah apa pun khususnya informasi megenai kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh PPPTMGB “LEMIGAS”, seperti : pemberitahuan rapat, acara RCI ( Rancangan Ceramah Ilmiah ), seminar atau pertemuan dengan pihak internal maupun eksternal.
“Masing-masing pemimpin mempunyai gaya memimpin masing-masing. Tapi pimpinan disini khususnya di bidang Afiliasi kita semua saling menghargai dan membutuhkan satu sama lain, itu semua dapat mencapai target kerja yang ditentukan (ISO 9001)”.
Atasan atau pimpinan yaitu Bapak Agus Salim sangat menjaga hubungan baik dengan para staff juga pegawai. Pegawai disini merasa dihargai oleh beliau, maka dari itu situasi dan kondisi di dalam sebuah organisasi khususnya di Bidang Afiliasi berjalan dengan sebaikbaiknya. Contoh : bila beliau ingin memberikan perintah kepada saya, beliau melihat saya sedang apa dahulu bila saya sedang makan siang atau beribadah maka beliau langsung menunda sampai saya selesai, beliau sangat bersikap menghargai dan tidak bersikap semaunya sendiri.
79
9. Menciptakan Kekompakan Kerja “Cara saya di dalam menciptakan kekompakan kerja dengan pegawai menerapkan gaya kerja yang komunikatif serta konsisten untuk bekerjasama dengan pegawai. Cara ini cukup efektif untuk menumbuhkan rasa kekompakan dalam bekerja yang bertujuan menjalin hubungan harmonis dengan berbagai pihak dalam usaha mencapai kesepahaman atau kesepakatan”.
Kekompakan kerja di dalam Bidang Afiliasi ini sudah berjalan dengan baik, dengan pimpinan menerapkan gaya kerja yang komunikatif serta konsisten artinya harus selalu konsisten antara apa yang disampaikan dengan tindakan yang dilakukan.
“Kekompakan di Bidang Afiliasi, terutama kami di Subbidang Afiliasi selama ini berjalan dengan baik dan saling membantu menyelesaikan pekerjaan sebaikbaiknya secara keseluruhan di Bidang Afiliasi dan karena kami sering rapat koordinasi dan rapat bulanan secara rutin dengan Kepala Bidang dan rekanrekan di Subbidang Afiliasi, maka kekompakan masih dapat dipelihara”.43
Di dalam Bidang Afiliasi selama ini kekompakan sudah terjadi, dengan pimpinan seperti Bapak Agus Salim kekompakan kerja akan terus berlangsung karena beliau seorang pemimpin yang menjaga dan memelihara hubungan kerja yang baik. Dengan adanya rapat koordinasi dan rapat bulanan juga rapat dadakan maka itu akan menjamin sebuah kekompakan dalam bekerja dan pimpinan tidak membeda-bedakan antar staff satu dengan staff yang lain, sehingga kedua belah pihak dapat bekerjasama dengan baik.
43
Wawancara Nara sumber pihak PPTMGB LEMIGAS
80
10.
Memberlakukan aturan/prosedur “Aturan atau prosedur yang ada di dalam organisasi khususnya di bidang Afiliasi terjadi sebagaimana mestinya dan berlaku kepada seluruh pegawai dan tak terkecuali saya sebagai pimpinan pun harus mentaati demi berlangsungnya visi misi organisasi ”
Dalam menjalani program kerja, saya sebagai pimpinan disini sangat menerapkan aturan atau prosedur yang dibuat oleh organisasi agar terjalin kediplinan pegawai, semua dapat menghargai waktu, mematuhi peraturan yang ada, menjalankan tugas/pekerjaannya dengan sebaik-baiknya sehingga organisasi dapat berjalan sesuai struktur kerja yang ada.
“Saya sebagai pegawai atau bawahan khususnya di Bidang Afiliasi melihat dan menerapkan aturan atau prosedur yang telah ditetapkan atau berlaku. Seperti peraturan menggunakan pakaian batik setiap hari jumat, menghadiri upacara setiap hari senin pagi, masuk kerja pulul 07.30 pagi dan pulang pukul 16.00 sore kecuali hari jumat pulang pukul 16.30 sore”
Peraturan yang saya sebutkan diatas adalah sebagian peraturan yang telah berlaku lama di dalam lembaga ini. Yang dimana setiap peraturan harus ditaati oleh semua pegawai tak terkecuali seorang pimpinan atau atasan, Bapak Agus Salim, SH, MH sebagai Kepala Bidang Afiliasi juga menerapkan dan menjalankan peraturan yang ada, itu merupakan salah satu contoh yang baik untuk dijadikan sebagai panutan semua bawahannya. Gaya komunikasi dalam meningkatkan kinerja pegawai yang menonjol dan diterapkan oleh Kepala Bidang Afiliasi PPPTMGB “LEMIGAS” Jakarta Bapak Agus Salim, SH, MH adalah gaya komunikasi “Equalitarian Style dan Sructuring style” . Kedua gaya komunikasi tersebut mempunyai faktor kesamaan. Ini dapat terlihat dalam hal mempimpin bawahannya Bapak Agus Salim selalu melibatkan partsipasi staff dan
81
pegawai untuk menjalankan kegiatan di Bidang Afiliasi, baik yang berkaitan mengenai suatu keputusan yang harus ditetapkan maupun dalam meminta masukan kepada staffnya perihal pekerjaan yang akan dilaksanakan atau bersedia menerima masukan, pendapat maupun kritik dari bawahannya yang sifatnya berguna serta membangun bagi organisasi meskipun nantinya dipertimbangkan dan semua ditetapkan oleh pimpinan sera memantapkan struktur organisasi yang ada dan memberlakukan hal yang sama bagi seluruh pegawai untuk taat pada aturan/prosedur yang berlaku. Bapak Agus Salim pun sangat memahami bahwa peran staff serta pegawai sangat penting untuk membantu mewujudkan tujuan yang diinginkan institusi sehingga beliau melihat pentingnya untuk selalu melakukan komunikasi dua arah antara atasan terhadap bawahannya dan juga antara bawahan terhadap atasannya. Selain itu juga terlihat dalam hal pendelegasian tugas, dimana setiap memberikan perintah terhadap bawahannya Bapak Agus Salim selalu memperhatikan kemampuan dari masing-masing staff serta pegawai, artinya melihat apakah pegawainya mampu dalammengerjakan suatu tugas dan dapat diberikan tanggung jawab lebih untuk melaksanakan tugas tersebut. Cara beliau di dalam memotivasi pegawai adalah dengan tidak dengan ketakutan tetapi memotivasi mereka dengan memberikan dukungan, semangat agar bekerja secara efektif dan memberikan mereka dorongan untuk mencari terobosan-terobosan baru dalam hal pekerjaan, seperti menyarankan untuk mengikuti pelatihan-pelatihan /tranning untuk meningkatkan kinerja tentunya sesuai dengan kebutuhan dari masing-masing pegawai.
4.3
Analisa Data Suatu proses menganalisis hasil penelitian yang didiskusikan untuk mencari
hubungan antara konsep/teori yang digunakan dengan hasil penelitian, sehingga diperoleh
82
suatu hubungan dari konsep/teori dengan hasil peneltian yang dilakukan, dengan adanya analisis ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai gaya komunikasi yang diterapkan oleh seorang pemimpin untuk memotivasi kerja pegawai di Bidang Afiliasi PPPTMGB “LEMIGAS” Jakarta. Gaya komunikasi menurut pimpinan atau Kepala Bidang Afiliasi yaitu Bapak Agus Salim bisa dilihat berdasarkan perilaku komunikasi. Dengan kata lain gaya komunikasi adalah perilaku komunikasi yang dilakukan seseorang dalam suatu organisasi yang bertujuan untuk mendapatkan feedback / umpan balik dari orang lain terhadap pesan organisasional yang disampaikan. Sedangkan gaya komunikasi pemimpin bisa diartikan “perilaku komunikasi yang dilakukan oleh pimpinan terhadap bawahannya atau bagaimana cara seorang pimpinan/atasan berkomunikasi dalam suatu kelompok atau organisasi tertentu”. Pemimpin adalah orang yang memperhatikan tujuan institusi dan mampu memberi tanggapan atas kebutuhan pegawainya dan mempertahankan hubungan tidak hanya antar pegawai dalam unit kerjanya melainkan juga antar unit kerja dalam institusinya dan juga melakukan pengawasan tugas yang dilaksanakan bawahannya. Pemimpin disini menunjukan kebutuhan saling mempercayai, menghargai sesama anggota dan menghargai pekerjaan, hal ini bisa dilihat dari hubungan kerja yaitu terciptanya hubungan kerja yang baik, saling bekerjasama, saling membantu serta saling menghargai satu sama lain, beliau berpendapat bahwa hubungan kerja yang baik maka akan memperoleh hasil kerja yang baik dan optimal untuk mencapai tujuan yang diinginkan bersama. Gaya komunikasi pemimpin yang terlihat di dalam Bidang Afiliasi atau bidang yang mencakup tugas kehumasan merupakan implementasi dari teori komunikasi yang diterapkan di dunia kerja. Dari cara pimpinan yaitu Bapak Agus Salim berkomunikasi
83
secara langsung (tatap muka) dengan para staff serta pegawai sampai pengambilan suatu keputusan yang dimana selalu melibatkan staff dan pegawai untuk dibahas atau didiskusikan bersama sehingga mencapai kesepakatan yang bertujuan meningkatkan visi misi organisasi dan agar tujuan yang diinginkan bersama dapat tercapai, semua tidak merasa tertekan. Ini juga merupakan implementasi dari teori kehumasan, dapat dilihat dari Pemberian perintah yang dilakukan Bapak Agus Salim kepada staffnya melalui pendekatan hierarki formal (atas-bawah) dan saling terbuka antar personal. Maka dari itu terdapat teori komunikasi organisasi yaitu dengan melakukan pendekatan hierarki (atasbawah) kepada staffnya dan saling terbuka antar personal. Cara menjalin kekompakkan kerja dan menjalin hubungan baik adalah dengan mewujudkan gaya kerja komunikatif serta konsisten untuk bekerjasama dengan pegawai, dimana harus konsisten apa yang dikatakan (bahasa) dengan tindakan, dan selalu terbuka untuk berkoordinasi. Ini juga merupakan implementasi dari teori kehumasan. Yaitu seseorang pemimpin humas dapat membina hubungan baik dengan publik internal, demi tercapainya tujuan yang diinginkan oleh organisasi. Kekompakan kerja akan terus berlangsung karena beliau seorang pemimpin yang menjaga dan memelihara hubungan kerja yang baik. Dengan adanya rapat koordinasi dan rapat bulanan juga rapat dadakan maka itu akan menjamin sebuah kekompakan dalam bekerja dan pimpinan tidak membeda-bedakan antar staff satu dengan staff yang lain, sehingga kedua belah pihak dapat bekerjasama dengan baik. Memberlakukan prosedur/peraturan sesuai dengan struktur kerja, jadwal kerja yang harus ditaati oleh semua pegawai tak kecuali pimpinan pun harus mentaatinya demi berlangsungnya program kerja yang baik dan mencapai visi misi organisasi.
84
Dari hasil wawancara penelti dengan Kepala Bidang Afiliasi PPPTMGB “LEMIGAS” Jakarta Bapak Agus Salim, SH, MH dan wawancara dari beberapa staff yang
bekerja
disana,
maka
diperoleh
hasil
bahwa
di
dalam
menjalankan
kepemimpinannya beliau mengacu kepada gaya komunikasi “Equalitarian Style dan Structuring style”, karena memiliki beberapa faktor yang mendukung seperti : -
Komunikasi terjadi secara dua arah (two communication), akrab, hangat, saling menghargai satu sama lain,
-
Memberikan tugas khusus kepada orang yang ahli dibidangnya,
-
Menekankan pengertian bersama sehingga mencapai kesepakatan bersama,
-
Terbuka,
dapat
mengungkapkan
gagasan
ataupun
pendapat dalam suasana yang rileks dan informal, -
Memiliki sikap kepedulian yang tinggi serta kemampuan dalam membina hubungan baik,
-
Penyaluran informasi berjalan baik sehingga terjadi umpan balik / feedback,
-
Efektif
dalam
memelihara
empati
dan
kerjasama
khususnya dalam situasi untuk mengambil keputusan terhadap suatu permasalahan, -
Memantapkan tujuan organisasi dengan pemberian tugas menurut struktur organisasi, jadwal kerja, aturan dan prosedur yang berlaku dalam organisasi.
85
Gaya komunikasi “Equalitarian Style dam Structuring Style” yang diterapkan oleh Kepala Bidang Afiliasi PPPTMGB “LEMIGAS” Jakarta Bapak Agus Salim, SH, MH merupakan implementasi dari teori kehumasan. Gaya komunikasi seperti ini sangat ideal dan strategis, karena pimpinan melakukan pekerjaan sesuai dengan tupoksi yang ada di Bidang Afiliasi, misalnya adalah dalam memberikan informasi atau penyaluran informasi kepada seluruh jajaran organisasi, melakukan pengambilan keputusan dengan melibatkan staff juga pegawai, menuntut kerjasama untuk saling bekerjasama dalam mewujudkan tupoksi tersebut dengan baik, menerima segala masukan dan pendapat yang sifatnya dapat membangun bagi organisasi, membina hubungan yang harmonis antara publik internal maupun eksternal, menciptakan kekompakan kerja dan memotivasi semua pegawai untuk meningkatkan kreativitas kerja juga meyakinkan pegawai bahwa mereka mampu melaksanakan tugas serta memberikan peluang yang dapat diambilnya dari kemampuan yang dimilikinya, memantapkan tujuan organisasi dengan cara memberikan tugas sesuai struktur kerja, jadwal kerja serta aturan dan prosedur yang berlaku harus ditaati oleh semua pegawai tak terkecuali pimpinan. Dalam menjalankan tujuan di Bidang Afiliasi yang dimana merupakan menjalankan fungsi kehumasan yang telah diuraikan dalam struktur organisasi merupakan
implementasi
atau
penerapan
dari
teori
kehumasan
antara
lain
menyebarluaskan informasi mengenai aktivitas perusahaan, memperbaiki hubungan antara perusahaan dengan khalayaknya, dan menyelenggarakan kegiatan komunikasi dan koordinasi secara internal ataupun pihak eksternal yang bertujuan menjalin hubungan harmonis dengan berbagai pihak di dalam usaha mencapai kesepahaman.
86
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan melalui wawancara mendalam
terhadap narasumber, maka kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian tentang gaya komunikasi pemimpin dalam meningkatkan kinerja pegawai di Bidang Afiliasi PPPTMGB “LEMIGAS” Jakarta adalah :
5.1. 1.
Kesimpulan Gaya komunikasi pemimpin dalam meningkatkan kinerja pegawai yang diteliti di PPPTMGB “LEMIGAS” Jakarta khususnya di Bidang Afiliasi mengarah kepada gaya komunikasi “Equalitarian Style dan Structuring style”. Kepala Bidang Afiliasi menekankan komunikasi terjadi secara dua arah (two way communication) yang menimbulkan feedback atau umpan balik, terbuka dalam menerima gagasan/pendapat serta masukan-masukan dari bawahan.
2.
“Equalitarian Style” merupakan gaya komunikasi yang sangat ideal di dalam sebuah institusi atau organisasi karena gaya komunikasi seperti ini menjamin berlangsungnya tindak berbagi informasi di antara para anggota dalam suatu organisasi.
3.
Di dalam hal memimpin bawahannya, Kepala Bidang Afiliasi Bapak Agus Salim, SH, MH selalu melibatkan partisipasi staffnya baik berkaitan mengenai pengambilan keputusan untuk yang harus ditetapkan maupun meminta masukan kepada staff dan pegawainya perihal pekerjaan yang akan dilaksanakan. Selain itu beliau melihat pentingnya selalu melakukan komunikasi dua arah antara atasan terhadap bawahan dan juga anatara bawahan terhadap atasannya maupun
87
di dalam memberikan kritik dan saran guna kemajuan organisasi khususnya bagi dirinya dan pegawai. 4.
Terlihat dalam hal pendelegasian tugas, dimana setiap memberikan perintah terhadap bawahannya pemimpin selalu memperhatikan kemampuan dari masing-masing individu (staff dan pegawai), artinya melihat apakah pegawainya mampu untuk mengerjakan suatu tugas dan dapat diberikan tanggung jawab lebih untuk melaksanakan tugas tersebut. Cara pimpinan di dalam memotivasi bawahannya adalah dengan tidak ketakutan tetapi memotivasi mereka dengan memberikan semangat agar bekerja secara efektif dan professional serta selalu memperhatikan kebutuhan dari pegawainya.
5.
Selain itu penyaluran informasi yang dilakukan oleh pimpinan sudah berjalan baik dengan melalui jalur formal dalam komunikasi posisional juga dilakukan melalui jalur informal untuk membahas pesan-pesan informal berupa selentingan. Gambaran proses penyaluran informasinya adalah melalui hubungan posisional, antara atasan dan bawahan yaitu berdasarkan otoritas, pekerjaan, kewibawaan dan status. Hubungan antar personal berdasarkan kepedulian, perhatian dan keramahan dan kemampuan merespon dan hubungan berkesinambungan berdasarkan kebutuhan sebagai pengulang informasi dalam sebuah institusi.
6.
“Structuring Style” merupakan gaya komunikasi yang strategis. Pimpinan disini selain melakukan dua arah komunikasi (two way communication) yang menimbulkan feedback atau umpan balik dan menerapkan atau memberlakukan aturan/prosedur yang harus ditaati sesuai dengan struktur kerja, jadwal kerja namun tak terkecuali bagi pimpinan, jadi semua berlaku bagi siapa pun.
88
5.2.
Saran
A. Saran Praktis 1.
Sebagai seorang pemimpin harus dapat terlibat secara aktif di dalam aktivitas bawahannya untuk memberikan masukan berkaitan tentang tugas yang tidak mereka mengerti atau juga pemimpin terbuka untuk diminta pendapatnya bagaimana cara melakukan pekerjaan seefektif dan seefisien mungkin, sehingga seorang pemimpin tidak hanya sebatas melakukan pengawasan atau sebagai controller saja.
2.
Untuk dapat menghasilkan kemajuan insititusi atau organisasi, salah satu yang perlu ditingkatkan kembali adalah kegiatan Human Relations. Dimana kegiatan tersebut dapat menghilangkan rintangan komunikasi dan mencegah kesalahpahaman antara atasan dengan bawahan, sehingga dapat terjalin hubungan kerja yang harmonis dan dapat melakukan kegiatan untuk mengembangkan hasil yang lebih produktif.
B.
Saran Akademis 1.
Peneliti menyarankan bagi siapapun untuk dapat meneruskan penelitian ini di masa-masa yang akan datang seperti meneliti hubungan antar pribadi antara karyawan dengan atasan dan karyawan dengan karyawan ataupun meneliti pengaruh hubungan antar pribadi dengan produktifitas dan lain sebagainya yang dapat memberikan pencerahan bagi sebuah penelitian dimasa akan datang dengan menggunakan metode yang berbeda dengan menggunakan pendekatan kuantitatif yang melakukan metode survei.
89
DAFTAR PUSTAKA
Adair John, Menjadi Pemimpin Yang Efektif, PT. Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta 1994. Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, Bumi Aksara, Jakarta 2001. Cangra Hafid, Pengantar Ilmu Komunikasi, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta 2004. Effendy Onong Uchayana, Ilmu Komunikasi ; Teori dan Praktek, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung 2005. Gauzali Saydam, Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi Revisi, PT. Gunung Agung, Jakarta 2000. Handoko T. Hani, Manajemen, PT. BPFE, Yogyakarta 1986. Hasibuan Malayu, Manajemen Sumber Daya Manusia, PT. Gunung Agung Persada, Jakarta 2000. Jefkins Frank, Public relations, Penerbit Erlangga, Jakarta 1992. Kartono Kartini, Pemimpin dan Kepemimpinan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta 2002.
90
Khasali Rhenald, Manajemen Public Relations ; Konsep & Aplikasinya, Pustaka Utama Grafiti., Jakarta 1998. K. Yin Robert, Studi Kasus Desain & Metode, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta 2002. Moleong Lexy, Metode Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung 2004. Nitisemito S. Alex, Manajemen Personalia, Penerbit Erlangga, Jakarta 1992. Pace R. Wayne & Fauces Don Face, Komunikasi Organisasi, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung 1993. Rakhmat Jallaludin, Metode Penelitian Komunikasi, PT. remaja Rosdakarya, Bandung 1995. Roeslan Rosady, Kampanye Public Relations, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta 2000. Roeslan Rosady, Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta 2004. Ruswanto Wawan, Penelitian Komunikasi, Universitas Terbuka, Jakarta 1995.
91
Sendjaja Sasa Djuarsa, Teori Komunikasi, Universitas Terbuka, Jakarta 1978. Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, PT. Alfabeta, Bandung 2005. Umar Husein, Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi, PT. Gramedia, Jakarta 2004. Wijaya A.W, Pengantar Studi Ilmu Komunikasi, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta 2000. Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, PT. Grasindo, Jakata 2004. Thoha Miftah, Perilaku Organisasi ; Konsep Dasar dan Aplikasinya, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta 1996. http : www. Lemigas. Esdm. Go. Id/node/648