PERBEDAAN PEMAHAMAN GURU BK TENTANG KONSELING KELOMPOK ANTARA ALUMNI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES) DAN ALUMNI NON-UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES) DI SMP NEGERI SE-KOTA SEMARANG TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI disusun sebagai salah satu syarat penyelesaian Studi Strata 1 untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
oleh Desta Rizky Budiarti 1301409047
JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2014 i
PENGESAHAN Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Bimbingan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang pada tanggal 23 Januari 2014 Panitia
Ketua
Sekretaris
Prof. Dr. Haryono M.Psi. NIP. 196202221986011001
Drs. Eko Nusantoro, M.Pd NIP. 196002051998021001
Penguji Utama
Dra. M. Th. Sri Hartati, M.Pd, Kons NIP. 196012281986012001
Penguji/Pembimbing I
Penguji/Pembimbing II
Dr. Awalya, M.Pd., Kons NIP.19601101 1987102001
Drs. Suharso, M. Pd., Kons NIP. 196202261987101001
ii
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi dengan judul ”Perbedaan Pemahaman Guru BK tentang Konseling Kelompok antara Alumni Universitas Negeri Semarang (UNNES) dan Alumni Non-Universitas Negeri Semarang (UNNES) di SMP Negeri se-Kota Semarang Tahun Ajaran 2013/2014” benar-benar hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, 20 Januari 2014
Desta Rizky Budiarti NIM. 1301409047
iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto: 1.
2.
“Kepala yang baik dan hati yang baik merupakan kombinasi yang hebat. Namun saat kamu menambahkan lidah atau pena yang terpelajar, maka kamu memiliki sesuatu yang sangat istimewa” (Nelson Mandela) “Hanya mereka yang berani gagal dapat meraih keberhasilan” (Robert F Kennedy)
Persembahan, Skripsi ini saya persembahkan kepada: 1. ALLAH SWT 2. Malaikat dan Pahlawanku, Bapak Budiman dan Ibu Sri Hartati kedua orangtuaku yang selalu mendoakan dan memberikan semuanya demi kelulusanku. 3. Teman-teman mahasiswa Bimbingan Konseling Angkatan 2009. 4. Alamamaterku
iv
ABSTRAK Budiarti, Desta Rizky. 2014. Survey Perbedaan Pemahaman Guru BK Alumni Universitas Negeri Semarang (UNNES) dengan Alumni Non-Universitas Negeri Semarang (UNNES) tentang Konseling Kelompok di SMP Negeri seKota Semarang Tahun Ajaran 2013/2014. Skripsi, Jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I : Dr. Awalya, M.Pd., Kons dan Pembimbing II: Drs. Suharso, M.Pd., Kons Kata Kunci : Perbedaan Pemahaman Konseling Kelompok, Lulusan Unnes dan Non Unnes Layanan konseling kelompok merupakan proses interpersonal yang dinamis yang menitikberatkan pada kesadaran berpikir dan tingkah laku. Pemahaman merupakan kemampuan seseorang untuk mengerti sesuatu dan melihatnya dari berbagai segi. Seorang pendidik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang suatu hal dengan menggunakan kata-kata sendiri sehingga peserta didik mengerti apa yang disampaikannya. Latar belakang pendidikan guru BK yang berbeda-beda merupakan salah satu faktor adanya perbedaan tingkat pemahaman guru BK terhadap layanan konseling kelompok. Jenis penelitian ini adalah survey komparatif, yaitu survey yang membahas perbedaan dari kedua sampel penelitian yang berbeda. Populasi dalam penelitian ini seluruh guru BK di SMP Negeri Kota Semarang. Sampel diambil dengan menggunakan teknik cluster proportional random sampling. Populasi dalam penelitian berjumlah 144 orang yang terbagi dalam 3 kelompok berdasarkan pembagian wilayah letak sekolah. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan mengambil 25% dari keseluruhan jumlah populasi yang terbagi dalam 3 kelompok wilayah, sehingga jumlah sampel keseluruhan adalah 39 guru BK. Metode pengumpulan data menggunakan tes pemahaman konseling kelompok. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis kuantitatif dan uji t-test. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata pemahaman konseling kelompok lulusan Unnes berada pada kategori sangat tinggi dengan persentase 84,26% sedangkan untuk lulusan non-Unnes berada pada kategori sedang dengan persentase 63,9%. Dari hasil uji t-test diperoleh thitung = 18,92 dan ttabel= 2,04 jadi nilai thitung > ttabel . Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan guru BK lulusan Unnes dan non-Unnes tentang konseling kelompok. Merujuk pada hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa guru BK di SMP Negeri kota Semarang yang berasal dari lulusan Unnes mempunyai pemahaman konseling kelompok lebih tinggi daripada guru BK lulusan nonUnnes. Hendaknya guru BK semakin meningkatkan pemahaman konseling kelompok di lapangan, dan perguruan tinggi juga selalu meningkatkan kualitas pembelajarannya agar dapat mencetak tenaga ahli yang professional v
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusun skripsi dengan judul “Perbedaan Pemahaman Guru BK tentang Konseling Kelompok antara Alumni Universitas Negeri Semarang (UNNES) dan Alumni Non-Universitas Negeri Semarang (UNNES) di SMP Negeri se-Kota Semarang Tahun Ajaran 2013/2014”. Penyusunan skripsi berdasarkan atas penelitian survey yang dilakukan dalam suatu prosedur terstruktur dan terencana. Dalam proses penulisan skripsi ini peneliti memang menemui kendala di lapangan, seperti perijinan, lokasi antar sekolah dan respon responden, namun peneliti tetap berusaha menyelesaikan penelitian ini sampai selesai. Berkat rahmat Allah SWT dan ketekunan, dapat terselesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1) Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh studi di Fakultas Ilmu Pendidikan. 2) Drs. Hardjono, M.Pd. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang yang memberikan ijin penelitian, untuk penyelesaian skripsi ini. 3) Drs. Eko Nusantoro,M.Pd. Ketua jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan bimbingan untuk kesempurnaan skripsi ini.
vi
4) Dra. M.Th. Sri Hartati, M.Pd. Dosen penguji utama yang telah memberikan bimbingan untuk kesempurnaan skripsi ini. 5) Dr. Awalya,M.Pd.,Kons. Dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan untuk kesempurnaan skripsi ini. 6) Drs. Suharso,M.Pd.,Kons. Dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan untuk kesempurnaan skripsi ini. 7) Bapak dan Ibu dosen jurusan Bimbingan dan Konseling yang telah memberikan bekal ilmu yang bermanfaat bagi penulis. 8) Kepala Sekolah dan Bapak/Ibu Guru BK di SMP Negeri Kota Semarang yang telah memberikan ijinnya dan bersedia menjadi responden untuk penelitian ini. 9) Teman-teman seperjuangan bimbingan dan konseling angkatan 2009 yang memberikan semangat sampai akhir. 10) Serta pihak-pihak yang telah mendukung dan membantu dalam penelitian ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu diharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan skripsi ini.
Penulis juga berharap, semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca yang budiman.
Semarang, 20 Januari 2014 Penulis
vii
DAFTAR ISI Halaman JUDUL PENGESAHAN ...............................................................................................
ii
PERNYATAAN ...............................................................................................
iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...................................................................
iv
ABSTRAK .......................................................................................................
v
KATA PENGANTAR ......................................................................................
vi
DAFTAR ISI ....................................................................................................
viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
xii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................
xiii
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 1.3 TujuanPenelitian ......................................................................................... 1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................................... 1.5 Sistematika Skripsi .....................................................................................
1 5 5 6 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu ................................................................................ 2.2 Pemahaman Guru BK Tentang Konseling Kelompok .............................. 2.2.1 Pemahaman ............................................................................................. 2.2.2 Konseling Kelompok .............................................................................. 2.2.2.1 Pengertian Konseling Kelompok ........................................................ 2.2.2.2 Tujuan Pemberian Layanan Konseling Kelompok .............................. 2.2.2.3 Tahap-tahap Konseling Kelompok ………….… ................................. 2.2.2.4 Dinamika Kelompok ............................................................................ 2.2.2.5 Anggota Kelompok …………..………………….. .............................. 2.2.2.6 Peran Anggota Kelompok …………………………............................. 2.2.2.7 Usaha Mempersiapkan Anggota Kelompok ………............................. 2.2.2.8 Pemimpin Kelompok ………………………………........................... 2.2.2.9 Evaluasi Kegiatan Konseling Kelompok ……….................................. 2.2.3 Guru BK .................................................................................................. 2.3 Latar Belakang Pendidikan Guru BK SMP Negeri Kota Semarang .......... 2.3.1 Pendidikan Bimbingan dan Konseling di Unnes ................................. .. 2.3.2 Pendidikan Bimbingan dan Konseling di Universitas Non-Unnes ....... .. viii
8 10 10 11 11 12 13 15 16 17 18 19 20 21 22 23 25
2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perbedaan Tingkat Pemahaman KKp 2.5 Hipotesis .....................................................................................................
26 28
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ........................................................................................... 3.2 Variabel Penelitian ..................................................................................... 3.2.1 Identifikasi Variabel ................................................................................ 3.2.2 Definisi Operasional ............................................................................ ... 3.3 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling ..................................................... 3.3.1 Populasi ................................................................................................... 3.3.2 Sampel dan Teknik Sampling ................................................................. 3.4 Metode Pengumpulan Data ....................................................................... 3.4.1 Alat Pengumpulan Data........................................................................... 3.4.2 Penyusunan Instrumen ............................................................................ 3.5 Validitas dan Reliabilitas Instrumen ......................................................... 3.5.1 Validitas................................................................................................... 3.5.2 Reliabilitas ............................................................................................... 3.6 Hasil Uji Coba Instrumen ........................................................................... 3.6.1 Hasil Uji Validitas................................................................................... 3.6.2 Hasil Uji Reliabilitas ............................................................................... 3.7 Metode Analisis Data ................................................................................
29 30 30 30 31 31 32 34 34 35 38 38 39 40 40 41 41
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ........................................................................................... 4.1.1 Pemahaman Konseling Kelompok pada Guru BK SMP Negeri Kota Semarang Lulusan Unnes ........................................................................ 4.1.2 Pemahaman Konseling Kelompok pada Guru BK SMP Negeri Kota Semarang Lulusan Non-Unnes ................................................................ 4.1.3 Perbedaan Pemahaman antara Guru BK SMP Negeri Kota Semarang Lulusan Unnes dan Non-Unnes tentang Konseling Kelompok............... 4.1.4 Analisis Uji Beda ……………………………………………………… 4.2 Pembahasan ............................................................................................... 4.2.1 Pemahaman Guru BK Lulusan Unnes tentang Konseling Kelompok .... 4.2.1 Pemahaman Guru BK Lulusan Non-Unnes tentang Konseling Kelompok……......................................................................................... 4.2.2 Perbedaan Pemahaman antara Guru BK SMP Negeri Kota Semarang Lulusan Unnes dan Non-Unnes tentang Konseling Kelompok............... 4.3 KeterbatasanPenelitian ..............................................................................
ix
45 46 49 53 57 58 58 61 63 65
BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan ............................................................................................... 5.2 Saran .....................................................................................................
66 66
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
68
LAMPIRAN .............. .....................................................................................
70
x
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
3.1 Populasi Berdasarkan Lokasi Sekolah ………………………………… .. 3.2 Daftar Sampel Penelitian ……………….................................................... 3.3 Kisi-kisi Instrumen Pemahaman Konseling Kelompok ............................. 3.4 Kategori Tingkatan Pemahaman Konseling Kelompok ............................. 3.5 Hasil Uji Normalitas Data .......................................................................... 4.1 Tingkat Pemahaman Lulusan Unnes tentang Konseling Kelompok .......... 4.2 Analisis Indikator Pemahaman Guru BK Lulusan Unnes tentang KKp .... 4.3 Tingkat Pemahaman Lulusan Non-Unnes tentang Konseling Kelompok.. 4.4 Analisis Indikator Pemahaman Guru BK Lulusan Non-Unnes tentang KKp ............................................................................................... 4.5 Perbedaan Pemahaman antara Guru BK Lulusan Unnes dan Non-Unnes tentang Konseling Kelompok ..................................................................... 4.6 Perbedaan Tingkat Pemahaman antara Guru BK Lulusan Unnes dan Non-Unnes tentang Konseling Kelompok ................................................. 4.7 Perbedaan Tiap Indikator Pemahaman antara Guru BK Lulusan Unnes dan Non-Unnes tentang Konseling Kelompok ........................................... 4.8 Uji t-test ......................................................................................................
xi
31 33 36 42 43 46 47 49 51 53 53 54 57
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
3.1 Langkah Dasar Penyusunan Instrumen ………………………… ........... 4.1 Tingkat Pemahaman Lulusan Unnes tentang Konseling Kelompok ........ 4.2 Analisis Indikator Pemahaman Guru BK Lulusan Unnes tentang KKp .. 4.3 Tingkat Pemahaman Lulusan Non-Unnes tentang Konseling Kelompok ................................................................................ 4.4 Analisis Indikator Pemahaman Guru BK Lulusan Non-Unnes tentang KKp ............................................................................................. 4.5 Perbedaan Tingkat Pemahaman antara Guru BK Lulusan Unnes dan NonUnnes tentang Konseling Kelompok ........................................................ 4.6 Perbedaan Tiap Indikator Pemahaman antara Guru BK Lulusan Unnes dan Non-Unnes tentang Konseling Kelompok ...........................................
xii
35 46 48 50 52 54 55
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1. Populasi Penelitian....................................................................................... 2. Sampel ........................................................................................................ 3. Kisi-Kisi Instrumen Sebelum Try Out ....................................................... 4. Angket Try Out Instrumen Pemahaman Konseling …................................ 5. Hasil Validitas dan Reliabilitas Pemahaman Konseling Kelompok .......... 6. Kisi-Kisi Instrumen Sesudah Try Out ........................................................ 7. Angket Penelitian Pemahaman Konseling ….............................................. 8. Data Pemahaman Konseling Kelompok Lulusan Unnes....................... .... 9. Data Pemahaman Konseling Kelompok Lulusan Non-Unnes.................... 10. Uji Hipotesis (t-test) Pemahaman Konseling Kelompok ........................... 11. Dokumentasi Penelitian .............................................................................. 12. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari Sekolah ................. ....
xiii
71 78 80 97 107 118 121 129 136 143 145 147
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Layanan konseling kelompok adalah layanan bimbingan dan konseling yang dipimpin oleh konselor/guru BK yang diberikan kepada sejumlah orang untuk membahas masalah pribadi masing-masing anggota kelompok dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Melalui dinamika kelompok tersebut kepribadian klien dikembangkan dan berbagai masalah diselesaikan. Konseling kelompok berfokus pada pembahasan masalah pribadi individu peserta kegiatan layanan. Hal ini selaras dengan pendapat Wibowo (2005: 33) bahwa: Konseling kelompok lebih menekankan pada pengembangan pribadi, yaitu membantu individu-individu dengan cara mendorong pencapaian tujuan perkembangan dan memfokuskan pada kebutuhan dan kegiatan belajarnya. Perasaan dan hubungan antar anggota sangat ditekankan di dalam kelompok ini Menurut Prayitno (1995: 27) ada beberapa alasan mendasar konseling kelompok perlu dilakukan oleh guru BK sekolah di antaranya karena konseling kelompok dapat: (1) membantu seseorang atau sejumlah orang yang tidak siap dan terbuka secara perorangan menemui guru BK, (2) melayani sejumlah orang dalam waktu yang bersamaan, (3) memfasilitasi individu atau sekelompok individu yang lebih berani berbicara dan terbuka saat bersama-sama temannya, (4) menemukan alternatif pemecahan masalah yang lebih banyak dan bervariasi, karena mengemukakan berbagai pemikiran dari anggota, (5) menimbulkan keakraban, membangun suasana saling percaya, saling membantu, dan empati diantara
1
2
sesama anggota kelompok dan guru BK, (6) praktis, dapat dilakukan dimana saja, di dalam ataupun di luar ruangan, di sekolah atau di luar sekolah, atau di ruang praktik pribadi guru BK. Layanan konseling kelompok merupakan layanan konseling yang diberikan kepada sejumlah klien sekaligus dalam sebuah kelompok dan dipimpin oleh guru BK. Konsekuensi logis dari kondisi tersebut menuntut adanya pelayanan konseling kelompok yang profesional. Untuk memenuhi tuntutan tersebut diperlukan adanya guru BK profesional. Landasan dasar seorang guru BK mampu profesional dalam melaksanakan layanan konseling kelompok adalah harus memahami dahulu apa, bagaimana, dan pentingnya pelaksanaan konseling kelompok di sekolah mereka. Namun harapan tersebut tidak selalu dapat tercapai karena di lapangan masih banyak ditemui guru BK yang belum mampu dan bahkan tidak pernah memberikan layanan konseling kelompok kepada siswanya di sekolah. Contoh nyata yang diperoleh peneliti setelah melakukan wawancara di lapangan dengan 15 guru BK di beberapa sekolah di kota Semarang antara lain: (1) ada 5 guru BK dari responden awal yang belum mampu melakukan rapport dengan baik, (2) ada 6 guru BK yang belum menguasai setiap tahapan yang harus dilakukan dalam konseling kelompok, (3) ada 4 guru BK yang kurang memahami posisi dan tugasnya sebagai pemimpin kelompok, (4) pelaksanaan konseling kelompok belum dilakukan di tempat yang kondusif. (lampiran 12) Beberapa hal yang menjadi penyebab tidak terlaksananya konseling kelompok di sekolah secara maksimal, seperti: (1) tidak adanya waktu untuk
3
melaksanakan layanan tersebut, (2) kurangnya pemahaman guru BK akan pentingnya konseling kelompok bagi siswa di sekolah, (3) kurang adanya kerjasama antara guru BK, siswa dan pihak sekolah untuk melaksanakan konseling kelompok, (4) guru BK belum memahami tahapan demi tahapan dalam konseling kelompok itu sendiri. Jika hal ini dibiarkan maka akan berdampak negatif pada guru BK, siswa dan sekolah. Guru BK akan pasif dalam memberikan layanan konseling kelompok pada siswa yang sebenarnya juga penting untuk diberikan. Siswa tidak akan mengetahui pentingnya layanan konseling kelompok yang seharusnya mereka terima untuk membantu permasalahan yang sedang dihadapinya. Sekolah akan dipandang kurang efektif dalam pelayanan bimbingan konseling di sekolahnya. Peristiwa di atas tidak akan terjadi, jika guru BK memiliki kemampuan baik dalam pelaksanaannya yang diperoleh dari perguruan tinggi dimana ia belajar. Setiap guru BK berasal dari perguruan tinggi yang berbeda-beda, dimana pada setiap perguruan tinggi memiliki dasar kurikulum pendidikan yang sama. Kenyataannya di lapangan masih ada perbedaan kemampuan dari guru BK dalam melakukan layanan bimbingan dan konseling di sekolah. Kurikulum merupakan salah satu komponen esensial dari keseluruhan kelembagaan jurusan/program studi. Kurikulum menjadi isi jurusan/program studi dalam mengemban misinya mendidik mahasiswa menjadi sarjana, yaitu tenaga professional yang benar-benar mampu menyelenggarakan kegiatan pelayanan berdasarkan kaidah profesi. Jika kurikulum yang tersusun dengan baik tidak diimbangi dengan minat dari calon
4
konselor di sekolah, maka calon konselor tersebut belum mampu mengembangkan kemampuan professional calon konselor yang handal. Pada dasarnya pendidikan tinggi tidak hanya mencetak tenaga ahli dalam bidangnya tetapi juga tenaga ahli yang mampu menggunakan keahlian atau kecerdasannya untuk memberikan manfaat pada masyarakat luas. Setiap perguruan tinggi memiliki kurikulum yang sama untuk mahasiswanya, namun yang berbeda antara lain adalah latar belakang pengajaran di perguruan tinggi tersebut. Seperti contohnya perguruan tinggi A di kota Semarang ini memiliki 3 kelas jurusan bimbingan dan konseling dengan jumlah tenaga dosen sekitar 20 orang, dibandingkan dengan perguruan tinggi B yang memiliki 10 kelas jurusan bimbingan dan konseling dengan jumlah tenaga dosen hanya sekitar 15 orang. Tentunya hal tersebut dapat membuat perbedaan dari kedua lulusan perguruan tinggi tersebut dikarenakan intensitas dan kualitas pengajaran yang berbeda. Selain itu latar belakang pelatihan yang diikuti oleh guru BK, misalnya guru BK yang lebih sering mengikuti pelatihan-pelatihan seperti PLPG ataupun seminar, dan workshop akan lebih memiliki kemampuan atau bekal dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling di sekolah. Dari latar belakang inilah, maka peneliti berkeinginan menyusun penelitian yang berjudul “Perbedaan Pemahaman Guru BK tentang Konseling Kelompok antara Alumni Universitas Negeri Semarang (UNNES) dan Alumni Non-Universitas Negeri Semarang (UNNES) di SMP Negeri se-Kota Semarang Tahun Ajaran 2013/2014.”
5
1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan permasalahan, sebagai berikut : 1.2.1 Bagaimana pemahaman guru BK lulusan Unnes tentang konseling kelompok di SMP Negeri kota Semarang ? 1.2.2 Bagaimana pemahaman guru BK lulusan Non-Unnes tentang konseling kelompok di SMP Negeri kota Semarang ? 1.2.3 Adakah perbedaan pemahaman antara guru BK tentang konseling kelompok yang lulusan Unnes dengan Non-Unnes di SMP Negeri kota Semarang?
1.3 Tujuan Dari rumusan masalah di atas maka proposal ini bertujuan : 1.3.1
Untuk mengetahui pemahaman guru BK SMP Negeri kota Semarang lulusan Unnes tentang konseling kelompok.
1.3.2
Untuk mengetahui pemahaman guru BK SMP Negeri kota Semarang lulusan Non-Unnes tentang konseling kelompok.
1.3.3
Untuk mengetahui adakah perbedaan pemahaman antara guru BK SMP Negeri kota Semarang yang lulusan Unnes dengan lulusan Non-Unnes tentang konseling kelompok.
6
1.4 Manfaat 1.4.1
Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan memberikan sumbangan
konseptual
bagi
penelitian
sejenis
dalam
rangka
mengembangkan ilmu pengetahuan dan kemajuan dunia pendidikan khususnya bimbingan dan konseling. 1.4.2
Manfaat Praktis
1.4.2.1 Penelitian ini diharapkan memberikan masukan bagi sekolah untuk meningkatkan dan memajukan kualitas sekolah pada umumnya dan bimbingan konseling pada khususnya. 1.4.2.2 Penelitian ini diharapkan memberikan masukan bagi perguruan tinggi yang memiliki jurusan bimbingan dan konseling untuk meningkatkan kualitas dan sistem pembelajarannya. 1.4.2.3 Penelitian ini diharapkan memberikan masukan bagi para guru BK sekolah dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling khususnya layanan konseling kelompok.
1.4 Garis Besar Sistematika Skripsi Sistematika penulisan skripsi ini dimaksudkan sebagai gambaran umum yang akan menjadi pembahasan dalam skripsi. Penulis membagi dalam lima bab, yang masing-masing bab terdiri dari sub bab agar pembahasannya lebih teratur dan sistematis. Adapun penulisannya sebagai berikut :
7
Bab 1 yaitu pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan garis besar sistematika skripsi. Bab 2 yaitu landasan teori yang berisi penelitian terdahulu, pemahaman guru BK tentang konseling kelompok, pengertian konseling kelompok, tujuan, tahapan-tahapan konseling kelompok, dinamika kelompok, peranan dan usaha mempersiapkan anggota kelompok, evaluasi kegiatan konseling kelompok, pengertian, karakteristik dan kompetensi guru BK, latar belakang pendidikan guru BK, serta hipotesis. Bab 3 yaitu metodologi penelitian yang berisi jenis penelitian, variabel penelitian, populasi dan sampel penelitian, metode pengumpulan data, validitas dan reliabilitas instrumen, serta teknik analisis data. Bab 4 yaitu hasil penelitian dan pembahasan yang berisi hasil-hasil penelitian dan pembahasan dari penelitian. Bab 5 yaitu simpulan dan saran yang berisi kesimpulan-kesimpulan dari hasil penelitian dan saran-sarannya. Daftar Pustaka dan Lampiran-Lampiran.
BAB 2 LANDASAN TEORI
Dalam bab ini akan menguraikan tentang pokok bahasan sebagai berikut: (1) pemahaman guru BK tentang konseling kelompok yang dimulai dari pengertian konseling kelompok, tujuan pemberian layanan konseling kelompok, tahap-tahap konseling kelompok, dinamika kelompok, anggota kelompok, peran anggota kelompok, usaha mempersiapkan anggota kelompok, pemimpin kelompok, asasasas konseling kelompok, evaluasi kegiatan konseling kelompok, (2) pendidikan guru BK yang membandingkan antara lulusan Unnes dan non-Unnes dilihat dari segi pendidikannya, (3) perbedaan pemahaman konseling kelompok
2.1 Penelitian Terdahulu Untuk memperkuat penelitian ini, peneliti akan mengemukakan hasil-hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang akan peneliti laksanakan. Adapun pokok bahasan yang akan diuraikan dalam penelian terdahulu adalah sebagai berikut: (1) Hasil penelitian Sulistiawan (2011: 106) menunjukkan bahwa masih ada konselor yang dikategorikan rendah dalam pelaksanaan konseling kelompok. Pelaksanaan konseling kelompok oleh konselor belum bisa menerapkan semua tahap dalam konseling kelompok, hal ini disebabkan oleh keterbatasan waktu yang diperoleh oleh guru BK di sekolah. Konselor yang dimaksud dalam
8
9
penelitian ini adalah konselor lulusan BK Unnes di SMA Negeri se-Kota Semarang. (2) Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wijayanti (2011: 116) tentang perbandingan pemahaman tugas konselor, yang salah satu indikatornya adalah konseling kelompok, menunjukkan bahwa layanan konseling kelompok dapat dilakukan dengan baik oleh konselor di sekolah terutama bagi konselor lulusan perguruan tinggi negeri dikarenakan perbedaan latar belakang pendidikan dengan konselor lulusan perguruan tinggi swasta. (3) Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sayekti (1994: 35) menunjukkan bahwa konseling kelompok merupakan salah satu layanan yang harus dapat dilakukan oleh konselor di sekolah maupun perguruan tinggi. Pendidikan konselor hendaknya membelajarkan calon konselor tentang konseling kelompok yang dapat dikembangkan baik di tingkat sekolah menengah, maupun di perguruan tinggi. (4) Hasil penelitian Prayitno (1994: 15) menjelaskan bahwa materi kurikulum dalam pendidi kan konselor termasuk juga didalamnya konseling kelompok menunjang tercapainya tujuan pendidikan yang menyeluruh, yang bahanbahannya mampu membentuk pada diri konselor. Jurnal yang diterbitkan oleh Guru Besar IKIP Padang ini menunjukkan perlu adanya hubungan dan interaksi positif dan dinamis antara kegiatan penyiapan calon konselor di kampus dan praktek pelayanan bimbingan dan konseling di lapangan. Dari keempat penelitian terdahulu tersebut menunjukkan bahwa pemahaman guru BK di sekolah terkait tugasnya terutama tentang konseling kelompok juga
10
penting untuk diperhatikan dengan melihat latar belakang pendidikan dari tiap guru BK di sekolah sehingga hasil-hasil penelitian tersebut dapat mendukung penelitian yang akan peneliti laksanakan.
2.2 Pemahaman Guru BK Tentang Konseling Kelompok Seiring dengan perkembangan jaman, sekarang ini guru BK memegang peranan penting dalam membantu siswa mengatasi rumitnya permasalahan yang sedang mereka hadapi. Guru BK perlu menguasai ilmu bimbingan dan konseling sebagai dasar dari keseluruhan kinerja profesionalnya dalam pelayanan konseling. Guru BK sebagai penanggungjawab penuh penyelenggara bimbingan dan konseling di sekolah harus memahami setiap layanan atau tugasnya di lapangan. 2.2.1 Pemahaman Pengertian pemahaman yang dikemukakan oleh para ahli seperti Benjamin S. Bloom (Anas Sudijono, 2009: 50) mengemukakan bahwa : Pemahaman (Comprehension) adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengerti tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Seorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-kata sendiri.
Menurut Taksonomi Bloom (Daryanto, 2008: 106) mengemukakan : Pemahaman (comprehension) kemampuan ini umumnya mendapat penekanan dalam proses belajar mengajar. Siswa dituntut untuk memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya tanpa keharusan menghubungkannya dengan hal-hal lain. Bentuk soal yang sering digunakan untuk mengukur kemampuan ini adalah pilihan ganda dan uraian.
11
Menurut Daryanto (2008: 106) kemampuan pemahaman dapat dijabarkan menjadi tiga, yaitu: a) Menerjemahkan (translation) Pengertian menerjemahkan di sini bukan saja pengalihan (translation) arti dari bahasa yang satu ke dalam bahasa yang lain. Dapat juga dari konsepsi abstrak menjadi suatu model, yaitu model simbolik untuk mempermudah orang mempelajarinya. b) Menginterpretasi (interpretation) Kemampuan ini lebih luas daripada menerjemahkan, ini adalah kemampuan untuk mengenal dan memahami. Ide utama suatu komunikasi. c) Mengekstrapolasi (extrapolation) Agak lain dari menerjemahkan dan menafsirkan, tetapi lebih tinggi sifatnya. Ia menuntut kemampuan intelektual yang lebih tinggi. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk mengerti tentang sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat, memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya tanpa keharusan menghubungkannya dengan hal-hal lain. Dengan kata lain, memahami adalah mengerti tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Seorang pendidik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang suatu hal dengan menggunakan katakata sendiri sehingga peserta didik mengerti apa yang disampaikannya.
2.2.2 Konseling Kelompok 2.2.2.1 Pengertian konseling kelompok Ada beberapa pengertian konseling kelompok menurut beberapa ahli seperti berikut :
12
(1) Konseling kelompok adalah suatu proses antar pribadi yang dinamis yang terpusat pada pemikiran dan perilaku yang disadari (Gazda, 1984 dan Shertzer Stone, 1980) dalam Wibowo (2005: 32) (2) Hansen,Warner&Smith (dalam Wibowo, 2005: 32) menyatakan bahwa konseling kelompok merupakan cara yang amat baik untuk menangani konflik-konflik antar pribadi dan membantu individu-individu dalam pengembangan kemampuan pribadi mereka. (3) Natawidjaja (1987: 33-34) mengemukakan bahwa konseling kelompok merupakan upaya bantuan kepada individu dalam suasana kelompok yang bersifat pencegahan dan penyembuhan, dan diarahkan kepada pemberian kemudahan dalam rangka perkembangan dan pertumbuhannya Jadi, dapat disimpulkan dari beberapa pengertian diatas bahwa konseling kelompok merupakan suatu proses dimana guru BK terlibat dalam hubungan dengan sejumlah klien pada waktu yang sama, jumlahnya dapat bervariasi. Konseling
kelompok
adalah
proses
interpersonal
yang
dinamis
yang
menitikberatkan pada kesadaran berpikir dan tingkah laku, melibatkan fungsi terapeutis, berorientasi pada kenyataan, ada rasa saling percaya mempercayai, ada pengertian, penerimaan dan bantuan.
2.2.2.2 Tujuan pemberian layanan konseling kelompok Layanan konseling kelompok dimaksudkan untuk membahas dan menyelesaikan masalah yang menyangkut masalah pribadi yang dialami oleh anggota kelompok. Melalui layanan ini, siswa diajak untuk bersama-sama
13
mengemukakan pendapat tentang suatu permasalahan dan membicarakan topiktopik yang penting, mengembangkan nilai-nilai kehidupan serta mengembangkan langkah-langkah bersama untuk menangani permasalahan yang dibahas dalam kelompok. Tujuan konseling kelompok menurut Sukardi (2000: 49), meliputi: a. Melatih anggota kelompok agar berani berbicara dengan orang banyak b. Melatih anggota kelompok dapat bertenggang rasa terhadap teman sebayanya c. Dapat mengembangkan bakat dan minat masing-masing anggota kelompok d. Mengentaskan permasalahan-permasalahan kelompok
2.2.2.3 Tahap-tahap konseling kelompok Terdapat keanekaragaman dalam mengklasifikasikan dan menamai tahapan-tahapan konseling kelompok, Corey (1995: 64-65) dalam Wibowo (2005: 85) menyebutkan tahapan konseling kelompok menjadi 4 tahap, yaitu tahap orientasi (orientation phase), tahap transisi (transition stage), tahap kerja (working stage), dan tahap konsolidasi (consolidation stage). Gibson & Mitchell (1995: 198-204) dalam Wibowo (2005: 85) mengklasifikasikan proses konseling kelompok menjadi 5 tahap, yakni tahap pembentukan kelompok, tahap identifikasi, tahap produktivitas, tahap realisasi, tahap terminasi. Berdasarkan pengklasifikasian proses konseling kelompok yang dikemukakan oleh berbagai ahli tersebut diatas, berikut ini disajikan tahap-tahap konseling kelompok yang digunakan sebagai pengembangan model menurut Wibowo (2005: 86) seperti berikut ini :
14
(1) Tahap Permulaan Pada tahap permulaan ini guru BK perlu mempersiapkan terbentuknya kelompok. Pada tahap ini dilakukan upaya untuk menumbuhkan minat bagi terbentuknya kelompok yang meliputi pemberian penjelasan tentang adanya layanan konseling kelompok bagi para siswa, penjelasan pengertian, tujuan dan kegunaan konseling kelompok, ajakan untuk memasuki dan mengikuti kegiatan, serta kemungkinan adanya kesempatan dan kemudahan bagi penyelenggara konseling kelompok. (2) Tahap Transisi Tahap transisi merupakan masa setelah proses pembentukan dan sebelum masa bekerja (kegiatan). Dalam tahap ini merupakan proses 2 bagian yang ditandai dengan ekspresi sejumlah emosi dan interaksi anggota. (3)Tahap Kegiatan Tahap kegiatan sering disebut juga sebagai tahap bekerja, tahap penampilan, tahap tindakan dan tahap pertengahan yang merupakan inti kegiatan konseling kelompok sehingga memerlukan waktu yang besar dalam keseluruhan kegiatan konseling kelompok. Tahap ini merupakan tahap kehidupan yang sebenarnya dalam konseling kelompok, yaitu para anggota memusatkan perhatian terhadap tujuan yang akan dicapai, mempelajari materi-materi baru, mendiskusikan berbagai topik, menyelesaikan tugas, dan mempraktekkan perilaku baru. Selama tahap kegiatan, guru BK dan anggota kelompok merasa lebih bebas dan nyaman dalam mencoba tingkah laku baru dan strategi baru, karena sudah terjadi saling mempercayai satu sama lain.
15
(4) Tahap Pengakhiran Menurut Corey (1990) dalam Wibowo (2005: 97) tahap penghentian atau pengakhiran sama pentingnya seperti tahap permulaan pada sebuah kelompok. Selama masa penghentian, para anggota kelompok memahami diri mereka sendiri pada tingkat yang lebih mendalam. Jika dapat dipahami dengan baik, penghentian dapat menjadi sebuah dukungan penting dalam menawarkan
perubahan
dalam
diri
individu.
Penghentian
memberi
kesempatan pada anggota kelompok untuk memperjelas pengalaman mereka, mengkonsilidasi hasil yang mereka buat dan untuk membuat keputusan mengenai tingkah laku mereka yang ingin dilakukan di luar kelompok dan dilakukan dalam kehidupan sehari-hari mereka
2.2.2.4 Dinamika kelompok Dalam proses konseling kelompok sangat diperlukan munculnya dinamika kelompok agar suasana kelompok lebih akrab dan luwes antar anggota kelompok dan pemimpin kelompok. Dinamika kelompok merupakan seperangkat konsep yang dapat menggambarkan proses kelompok. Dinamika kelompok mencoba menerangkan perubahan-perubahan yang terjadi dalam kelompok dan mencoba menemukan serta mempelajari keadaan dan gaya yang dapat mempengaruhi kehidupan kelompok. Dalam bukunya, Wibowo (2005: 62) menjelaskan dinamika kelompok adalah “studi yang menggambarkan berbagai kekuatan yang menentukan perilaku anggota dan perilaku kelompok yang menyebabkan terjadinya gerak perubahan dalam kelompok untuk mencapai tujuan bersama yang
16
telah ditetapkan.” Dinamika kelompok mengarahkan anggota kelompok untuk melakukan hubungan interpersonal satu sama lain. Hubungan interpersonal ini merupakan sarana bagi anggota kelompok untuk saling berbagi pengetahuan, pengalaman, dan bahkan perasaan satu sama lain sehingga memungkinkan terjadinya proses belajar di dalam kelompok secara bersama-sama. Dinamika kelompok merupakan sinergi dari semua faktor yang ada dalam suatu kelompok, artinya merupakan pengerahan secara serentak semua faktor yang dapat digerakkan dalam kelompok itu. Jadi, dinamika kelompok merupakan jiwa yang menghidupkan dan menghidupi suatu kelompok. Kelompok yang baik ditumbuhkan melalui dinamika kelompoknya, oleh anggota-anggotanya tetapi juga sebaliknya, kelompok yang baik dapat membentuk anggotanya menjadi anggota kelompok yang baik. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kualitas kelompok antara lain sebagai berikut: (Prayitno, 1995: 22) a. b. c. d. e.
Tujuan dan kegiatan kelompok Jumlah anggota Kualitas pribadi masing-masing anggota kelompok Kedudukan kelompok Kemampuan kelompok dalam memenuhi kebutuhan anggota untuk saling berhubungan sebagai kawan, kebutuhan untuk diterima, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan bantuan moral, dan sebagainya.
2.2.2.5 Anggota kelompok Tidak semua kumpulan orang atau individu bisa dijadikan sebagai anggota konseling kelompok. Dalam konseling kelompok, keanggotaan merupakan hal yang penting. Tanpa adanya anggota tidak mungkin akan ada kelompok. Untuk itu, seorang konselor harus membentuk kelompok sebelum
17
menyelenggarakan konseling kelompok. Prayitno (1995: 30) menyebutkan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi untuk menciptakan sebuah kelompok yang aktif dan memahami setiap peranannya, sebagai berikut : a. Jenis kelompok Untuk tujuan tertentu mungkin memang diperlukan pembentukan kelompok yang seimbang antara laki-laki dan perempuan. Pertimbangan tentang keragaman atau keseragaman jenis kelamin anggota kelompok ini pada umumnya didasarkan tujuan tertentu yang akan dicapai dalam kegiatan kelompok. b. Umur Pada umumnya dinamika kelompok lebih baik dikembangkan dalam kelompok-kelompok dengan angota seumur. c. Kepribadian Keragaman atau keseragaman dalam kepribadian anggota kelompok dapat membawa keuntungan ataupun kerugian. Jika perbedaan di antara para anggota itu besar, maka komunikasi antaranggota akan mengalami masalah, dan begitu pula sebaliknya, jika kesamaan di antara anggota itu sangat besar hasilnya juga dapat merugikan. d. Hubungan awal Keakraban dapat mewarnai hubungan antar anggota kelompok yang sudah saling mengenal sebelumnya, dan sebaliknya suasana keasingan akan dirasakan anggota yang belum saling mengenal. Jenis kelompok mana yang akan dipilih dalam hubungan awal ini tergantung pada tujuan dari kegiatan kelompok itu.
2.2.2.6 Peran anggota kelompok Dalam kegiatan konseling kelompok diperlukan terciptanya dinamika kelompok yang benar-benar hidup, mengarah pada tujuan yang ingin dicapai, dan membuahkan manfaat bagi masing-masing anggota kelompok. Maka dari itu, peranan anggota kelompok sangat menentukan. Peranan yang hendaknya dimainkan oleh anggota kelompok agar dinamika kelompok itu benar-benar seperti yang diharapkan ialah: (Prayitno, 1995: 32)
18
a. Membantu terbinanya suasana keakraban dalam hubungan antar anggota kelompok b. Mencurahkan segenap perasaan dalam melibatkan diri dalam kegiatan kelompok c. Berusaha agar yang dilakukannya itu membantu tercapainya tujuan bersama d. Membantu tersusunnya aturan kelompok dan berusaha mematuhi dengan baik e. Benar-benar berusaha untuk secara aktif ikut serta dalam seluruh kegiatan kelompok f. Mempu berkomunikasi secara terbuka g. Berusaha membantu anggota lain h. Memberi kesempatan kepada anggota lain untuk juga menjalankan peranannya i. Menyadari pentingnya kegiatan kelompok itu
2.2.2.7 Usaha mempersiapkan anggota kelompok Suatu kelompok yang mempersiapkan anggotanya dengan baik akan bisa benar-benar mencapai tujuan yang diharapkan, dan pemimpin kelompok boleh menetapkan ketidakikutsertaan seseorang jika dianggap akan mengganggu proses konseling kelompok. Maka di sinilah pentingnya peranan pemimpin kelompok dalam mempersiapkan anggota kelompok. Berikut ini beberapa cara merekrut anggota menurut Wibowo (2005: 343): a. Pengumuman seharusnya meliputi pernyataan eksplisit tujuan kelompok, panjang dan jangka waktu program serta jumlah partisipan/peserta b. Pengumuman seharusnya meliputi pernyataan eksplisit tentang kualifikasi pimpinan untuk memimpin kelompok-kelompok yang dimaksud c. Pengumuman seharusnya meliputi pernyataan eksplisit tentang honor pimpinan yang merinci jumlah untuk jasa kerja, makan, penginapan, materi dan sejenisnya dan juga jumlah untuk jasa lanjutan d. Anggota kelompok seharusnya dipaksa untuk masuk dalam suatu kelompok oleh para senior atau pimpinan kelompok e. Penyataan tidak puas yang tidak bisa ditunjukkan dengan bukti ilmiah seharusnya tidak dibuat
19
Sedangkan menurut Prayitno (1995: 33) menjelaskan hal-hal yang perlu dipersiapkan pemimpin kelompok dalam merekrut anggota kelompok adalah sebagai berikut : (1) Apa saja yang diharapkan dari para anggota, suasana khusus yang dapat terjadi dalam kelompok itu, dan peranan serta cara-cara yang akan dilakukan oleh pemimpin kelompok (2) Keikutsertaan dalam kelompok itu adalah serba sukarela (3) Anggota kelompok bebas menanggapi hal-hal yang disampaikan ataupun menolak saran-saran yang diberikan anggota lain (4) Hasil kegiatan kelompok itu tidak mengikat para anggota kelompok itu dalam kehidupan mereka di luar kelompok (5) Segala yang terjadi dan menjadi isi dari kegiatan kelompok itu sifatnya rahasia. (6) Penghargaan pemimpin kelompok tentang kesukarelaan dan keberanian para anggota mengikuti kegiatan kelompok itu
2.2.2.8 Pemimpin kelompok Pemimpin kelompok adalah guru BK atau konselor yang terlatih dan berwenang menyelenggarakan praktik konseling profesional. Dalam konseling kelompok tugas pemimpin kelompok adalah memimpin kelompok yang bernuansa layanan konseling melalui “bahasa” konseling untuk mencapai tujuan-tujuan konseling. Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh seorang pemimpin kelompok menurut Prayitno dan Erman (2004: 5) adalah :
20
a. Mampu membentuk kelompok dan mengarahkannya sehingga terjadi dinamika kelompok dalam suasana interaksi antara anggota kelompok yang bebas, terbuka dan demokratik, konstruktif, saling mendukung dan meringankan beban, menjelaskan, memberikan pencerahan, memberikan rasa nyaman, serta mencapai tujuan bersama kelompok. b. Berwawasan luas dan tajam sehingga mampu mengisi, menjembatani, meningkatkan, memperluas dan mensinergikan konten bahasan yang tumbuh dalam aktifitas kelompok. c. Memiliki kemampuan hubungan antar-personal yang hangat dan nyaman, sabar dan memberi kesempatan demokratik dan kompromistik dalam mengambil keputusan dan kesimpulan, tanpa memaksakan dalam ketegasan dan kelembutan, jujur dan tidak berpura-pura, disiplin dan kerja keras. Berhubungan dengan sikap yang harus dimiliki pemimpin kelompok, maka peranan pemimpin kelompok menurut Prayitno (1995: 35) dijabarkan sebagai berikut : a. Pemimpin kelompok dapat memberikan bantuan, pengarahan ataupun campur tangan langsung terhadap kegiatan kelompok b. Pemimpin kelompok memusatkan perhatian pada suasana perasaan yang berkembang dalam kelompok itu, baik perasaan anggota-anggota tertentu maupun keseluruhan kelompok. c. Jika kelompok itu tampaknya kurang menjurus ke arah yang dimaksudkan maka pemimpin kelompok perlu memberikan arah yang dimaksudkan itu. d. Pemimpin kelompok juga perlu memberikan tanggapan atau umpan balik tentang berbagai hal yang terjadi dalam kelompok, baik yang bersifat isi maupun proses kegiatan kelompok e. Pemimpin kelompok juga diharapkan mampu mengatur “lalu lintas” kegiatan kelompok, dan pemegang aturan permainan, pendamai dan pendorong kerjasama serta suasana kebersamaan. f. Sifat kerahasiaan dari kegiatan kelompok itu dengan segenap isi dan kejadian-kejadian yang timbul di dalamnya, juga menjadi tanggung jawab pemimpin kelompok.
2.2.2.9 Evaluasi kegiatan konseling kelompok Pada kegiatan konseling kelompok, penilaian hasil kegiatan dapat diarahkan secara khusus kepada peserta yang masalahnya dibahas. Peserta itu
21
diminta mengungkapkan sampai sejauh mana kegiatan kelompok telah membantunya memecahan masalah yang dialaminya. Penilaian terhadap hasil kegiatan kelompok dapat dilakukan secara tertulis melalui lembar layanan segera (laiseg). Secara tertulis anggota kelompok diminta mengungkapkan perasaannya, pendapatnya, harapannya, minat dan sikapnya terhadap berbagai hal. Anggota kelompok juga dapat mengemukakan hal-hal yang paling disenangi atau kurang disenangi selama kegiatan berlangsung. Penilaian kegiatan layanan konseling kelompok dan hasilnya berorientasi pada perkembangan, yaitu mengenali kemajuan atau perkembangan positif yang terjadi pada diri anggota kelompok. Lebih mendalam lagi, Prayitno (1995: 81) akan membahas penilaian terhadap layanan tersebut dapat dilakukan melalui : a. Mengamati partisipasi dan aktivitas peserta selama kegiatan berlangsung b. Mengungkapkan pemahaman peserta atas materi yang dibahas c. Mengungkapkan kegunaan layanan bagi mereka, dan perolehan mereka sebagai hasil keikutsertaan mereka. d. Mengungkapkan minat dan sikap mereka tentang kemungkinan kegiatan lanjutan e. Mengungkapkan kelancaran proses dan suasana penyelenggaraan layanan
2.2.4 Guru BK Ada beberapa pengertian guru BK menurut para ahli, sebagai berikut : (1) Guru BK sekolah adalah seorang tenaga profesional yang memperoleh pendidikan khusus di perguruan tinggi dan mencurahkan seluruh waktunya pada pelayanan bimbingan. Tenaga ini memberikan layanan-layanan bimbingan kepada peserta didik dan menjadi konsultan bagi staf sekolah dan orang tua (Winkel, 2004:171).
22
(2) Dalam Permendiknas No. 27 Tahun 2008 disebutkan bahwa guru BK adalah tenaga pendidik profesional yang telah menyelesaikan pendidikan akademik strata satu (S-1) program studi Bimbingan dan Konseling dan program Pendidikan Profesi Guru BK dari perguruan tinggi penyelenggara program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi. (3) Guru BK pendidikan adalah guru BK yang bertugas dan bertanggung jawab dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada peserta didik di satuan pendidikan. (Fenti Hikmawati, 2011: 43) Jadi, dapat disimpulkan bahwa guru BK adalah tenaga pendidik profesional yang telah menempuh pendidikan khusus di perguruan tinggi sehingga siap dan mampu melakukan seluruh layanan bimbingan dan konseling kepada peserta didik di sekolah dengan penuh tanggung jawab
2.3 Latar Belakang Pendidikan Guru BK di SMP Negeri Kota Semarang Seorang guru BK atau calon konselor pastinya harus sudah menempuh pendidikan konselor di jurusan atau prodi Bimbingan dan Konseling minimal dengan gelar Sarjana (S1). Ada banyak pilihan yang dapat diambil oleh seorang calon guru BK untuk memperoleh gelar sebagai sarjana, antara lain dengan menempuh pendidikan di universitas-universitas, institut keguruan dan ilmu pendidikan (IKIP), sekolah tinggi, akademi-akademi dan juga Lembaga Pendidikan Tenaga Keguruan (LPTK). Perguruan tinggi adalah lembaga pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi. Menurut jenisnya, perguruan tinggi dibagi menjadi dua yaitu perguruan tinggi negeri dan swasta.
23
Perguruan tinggi negeri adalah perguruan tinggi yang diselenggarakan oleh pemerintah, sedangkan perguruan tinggi swasta adalah perguruan tinggi yang diselenggarakan oleh pihak swasta. Dalam Undang-undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 disebutkan bahwa “pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi dengan sistem terbuka.” Terdapat sekitar 26 universitas negeri yang memiliki jurusan bimbingan dan konseling, serta ada 57 universitas swasta, sekolah tinggi, IKIP dan LPTK lainnya penyelenggara jurusan bimbingan dan konseling. Salah satu contoh universitas negeri penyelenggara bimbingan dan konseling di Indonesia adalah Universitas Negeri Semarang (Unnes). Berikut adalah beberapa gambaran perbedaan jurusan bimbingan dan konseling yang ada di Unnes dengan universitas lainnya: 2.3.1
Pendidikan Bimbingan dan Konseling di Unnes Calon guru BK lulusan UNNES sudah dibekali dengan berbagai mata
kuliah yang sangat bermanfaat bagi calon guru BK saat menghadapi dunia kerja nantinya. Sejak tahun 2011 jurusan BK UNNES mulai membuka 3 kelas karena peminat jurusan BK semakin banyak sehingga kelas yang dibuka juga selalu bertambah. Selaras dengan visi jurusan BK Unnes yang sudah terakreditasi A yaitu “Program Studi Bimbingan dan Konseling menjadi pusat unggulan dan rujukan dalam bidang Bimbingan dan Konseling tingkat nasional serta menyiapkan calon guru Bimbingan dan Konseling/konselor profesional yang
24
berwawasan konservasi pada tahun 2016” sehingga mahasiswa lulusannya sudah mendapat bekal yang sangat banyak. Mahasiswa jurusan bimbingan konseling Unnes wajib menempuh semua jenis mata kuliah yang ada seperti: (1) kelompok mata kuliah pengembangan kepribadian (BKP) sebanyak 14 sks, (2) kelompok mata kuliah keahlian dan keterampilan (BKT) sebanyak 26 sks, (3) kelompok mata kuliah aktif (BKA) sebanyak 49 sks, (4) kelompok mata kuliah perilaku berkarya (BKK) sebanyak 27 sks, (5) kelompok mata kuliah kehidupan bermasyarakat (BKM) sebanyak 14 sks, (6) kelompok mata kuliah bimbingan dan konseling di sekolah dasar sebanyak 16 sks, dan (7) kelompok mata kuliah rehabilitasi sosial sebanyak 16 sks. Kurikulum yang ada di jurusan bimbingan dan konseling Unnes mendorong penguasaan teori maupun praktik . Hal ini terlihat dari sejumlah mata kuliah praktik dan internship seperti praktikum pemahaman individu (teknik tes dan non-test), praktikum bimbingan dan konseling belajar, praktikum bimbingan dan konseling karir, praktikum bimbingan dan konseling kelompok, praktikum model konseling, serta mata kuliah internship seperti praktik BK di SD, praktik konseling komunitas, PPL 1 dan 2. Mahasiswa Unnes juga wajib menempuh 4 sks untuk Kuliah Kerja Nyata (KKN) sebagai bekal lulusannya agar bisa bersosialisasi dengan masyarakat umum. Dengan berbagai bekal yang ditempuh oleh mahasiswa selama kuliah 4 tahun diharapkan tercipta lulusan atau alumni yang memiliki kemampuan ahli atau profesional dalam bidangnya sehingga bisa bekerja juga dengan profesional saat terjun ke dunia kerja atau menjadi guru BK yang sebenarnya.
25
2.3.2
Pendidikan Bimbingan dan Konseling di Universitas Non-Unnes Terdapat berbagai universitas lain yang juga membuka jurusan/prodi
bimbingan konseling tetapi tidak semuanya memiliki kurikulum yang lengkap juga untuk bekal lulusanya. Contohnya saja salah satu IKIP A di kota Semarang ini membuka 5 kelas tetapi masih berakreditasi B. Jumlah sks yang harus ditempuh oleh mahasiswanya juga tidak sebanyak yang diberikan oleh BK Unnes, waktu Praktik Pengalaman Lapangan juga 3 bulan, tetapi tidak ada praktik lapangan tambahan khusus. Selain itu juga terdapat universitas swasta B di kota Salatiga yang memberikan 144 sks bagi mahasiswanya dengan pembagian konsentrasi pendidikan menengah dan industri. Perkuliahan progdi BK di universitas tersebut berbasis multimedia, dan melakukan pelayanan konseling bagi para warga kampus maupun luar kampus. Progdi BK bekerjasama dengan ABKIN dan APECA (The Association of Psychological and Educational Counsellors of Asia-Pacific) yaitu organisasi yang beranggotakan para psikolog, pendidik, konselor/pembimbing dan pekerja sosial. Salah satu IKIP B di kota Semarang ini juga membuka jurusan bimbingan dan konseling dengan jumlah total 142 sks yang harus ditempuh oleh mahasiswanya untuk memperoleh gelar sarjana. Adapun pembagian kelompok mata kuliahnya sebagai berikut: (1) mata kuliah pengembangan kepribadian (MPK), (2) mata kuliah keilmuan dan keterampilan (MKK), (3) mata kuliah keahlian berkarya (MKB), (4) mata kuliah perilaku berkarya (MPB), (5) mata kuliah kehidupan bersama (MKB), dan (6) mata kuliah pilihan diluar sekolah (MPDS).
26
2.4 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perbedaan Tingkat Pemahaman Konseling Kelompok Dilihat dari lulusannya terdapat perbedaan tingkat pemahaman konseling kelompok padahal materi yang diberikan pada mahasiswa di perguruan tinggi juga sama saja. Proses perubahan pada diri seseorang merupakan hasil pengalaman dan pelatihan, dimana penyaluran dan pelatihan itu terjadi melalui interaksi antara individu dan lingkungannya (Hamalik, 1991: 16). Menurut Slameto (1995: 54) faktor penyebab tingkat pemahaman seseorang berasal dari faktor intern (faktor jasmani, psikologi dan kelelahan) dan ekstern (lingkungan dan sekolah). Faktor penyebab perbedaan tingkat pemahaman seorang guru BK, antara lain: (1) Latar belakang tenaga pengajar dari setiap perguruan tinggi yang berbedabeda. Tidak semua perguruan tinggi memiliki tenaga pengajar yang handal dan berpendidikan cukup tinggi. Seperti misalnya di salah satu perguruan tinggi non-unnes bahkan memiliki tenaga pengajar/dosen yang sebenarnya seorang guru SMP di kota Semarang, sedangkan jika dibandingkan dengan jurusan bimbingan dan konseling di Unnes memiliki beberapa guru besar sebagai tenaga pengajar/dosen. (2) Latar belakang sistem pengajaran di perguruan tinggi yang berbeda. Ada beberapa perguruan tinggi yang membuka banyak kelas untuk jurusan bimbingan dan konseling tetapi tidak diimbangi dengan jumlah tenaga pengajar yang memadai, sehingga kualitas pengajarannya masih kurang. Lebih baik membuka kelas yang memang sesuai dengan jumlah tenaga pengajar, sehingga kualitas dari mahasiswa tersebut dapat diperhatikan dengan baik.
27
(3) Latar belakang akreditasi jurusan di perguruan tinggi. Setiap perguruan tinggi akan dinilai oleh tim akreditasi terkait kualitas dan kuantitas pengajaran, kurikulum serta sarana dan prasarananya. Jadi tingkat akreditasi jurusan juga mempengaruhi terhadap hasil lulusan dari perguruan tinggi tersebut. (4) Latar belakang praktek atau latihan yang diberikan oleh perguruan tinggi. Setiap perguruan tinggi pasti memiliki kurikulum yang berbeda untuk diterapkan pada mahasiswanya. Bagi perguruan tinggi yang memberikan latihan atau mata kuliah praktek pada mahasiswanya akan sangat membantu mahasiswanya untuk bekal nantinya saat menjadi guru di sekolah. Jadi selain teori yang juga penting, mata kuliah praktek juga berperan dalam mencetak lulusan yang handal. (5) Latar belakang jumlah mahasiswa di perguruan tinggi. Terkadang ada asumsi bahwa jika banyak mahasiswa pada salah satu jurusan di perguruan tinggi itu menunjukkan bahwa jurusan tersebut baik. Tetapi jika tidak diimbangi dengan tenaga pengajar yang sesuai maka hasilnya tidak akan maksimal. Jika terlalu banyak mahasiswa dalam tiap kelas justru membuat kualitas pengajaran menjadi kurang karena fokus dari tenaga pengajar yang terbagi terlalu banyak mahasiswa dan suasana kelas menjadi kurang kondusif untuk proses pengajaran. (6) Sarana dan prasarana di perguruan tinggi. Pentingnya sarana dan prasarana guna menunjang pembelajaran di perguruan tinggi juga berperan dalam meningkatkan pemahaman seseorang. Jika sarana dan prasarana yang dimiliki oleh perguruan tinggi memenuhi kebutuhan pembelajaran bagi mahasiswa
28
tentunya akan sangat mendukung mahasiswa dalam mengikuti proses perkuliahan dengan baik. (7) Minat dari dalam diri calon konselor. Dorongan dan motivasi dari dalam diri calon konselor tidak kalah pentingnya untuk membantu dalam proses pembelajaran. Jika calon konselor memiliki minat yang tinggi terhadap bidang yang ditekuni, terutama bimbingan dan konseling nantinya akan meningkatkan semangat belajar yang ada dari dalam diri sendiri.
2.5 Hipotesis Berdasarkan atas kajian teori yang telah dibahas dan hasil studi awal penelitian ini maka diperoleh jawaban sementara yang disebut sebagai hipotesis yaitu “ada perbedaan pemahaman antara guru BK SMP Negeri kota Semarang lulusan UNNES dan lulusan Non-Unnes tentang konseling kelompok.”
BAB 3 METODE PENELITIAN
1.1 Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan termasuk dalam penelitian survei yang berupa deskriptif komparatif jadi penelitian ini adalah penelitian survei deskriptif komparatif karena ingin mencari perbandingan pemahaman konseling kelompok antara guru BK yang lulusan Unnes dengan Non-Unnes. Singarimbun (1989: 3) menyatakan bahwa “penelitian survei diartikan sebagai penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok”. Jadi penelitian survei yang berupa deskriptif yaitu memaparkan atau menggambarkan suatu variable atau fenomena tanpa melakukan pengujian hipotesis. Mempelajari masalah dalam masyarakat, tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi, sikap, pandangan, proses yang sedang berlangsung, pengaruh dari suatu fenomena, pengukuran yang cermat tentang fenomena
dalam
masyarakat.
Peneliti
mengembangkan
konsep,
menghimpun fakta tapi tidak menguji hipotesis. Menurut Sukmadinata (2008: 35) survei digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang populasi yang besar dengan menggunakan sampel yang relative kecil. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data tentang pemahaman guru BK terhadap pelaksanaan layanan konseling kelompok.
29
30
1.2 Variabel Penelitian 1.2.1
Identifikasi Variabel Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk
apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut kemudian ditarik kesimpulan. Dalam penelitian ini ada 2 variabel yaitu variabel terikat adalah pemahaman guru BK tentang konseling kelompok, dan variabel bebas adalah status perguruan tinggi.
1.2.2
Definisi Operasional Variabel Pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk mengerti suatu materi
atau gagasan, mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan
dan
dapat
memanfaatkan
isinya
tanpa
keharusan
menghubungkannya dengan hal-hal lain. Konseling kelompok merupakan proses interpersonal yang dinamis yang menitikberatkan pada kesadaran berpikir dan tingkah laku. Pemahaman terhadap konseling kelompok merupakan kemampuan mengerti suatu materi atau gagasan yang dilakukan guru BK dalam hubungan dengan sejumlah klien pada waktu yang sama sebagai upaya bantuan kepada individu dalam suasana kelompok yang bersifat pencegahan dan penyembuhan, yang menitikberatkan pada kesadaran berpikir dan tingkah laku.
31
1.3 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling 1.3.1 Populasi “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya” (Sugiyono,2007: 80). Sedangkan menurut Singarimbun (1989: 76) “populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya akan diduga”. Populasi yang digunakan dalam survei ini adalah seluruh guru BK yang ada di SMP Negeri se-Kota Semarang. Tabel 3.1 Daftar persebaran SMP Negeri Kota Semarang beserta jumlah guru BK berdasarkan pembagian letak wilayah pinggiran, transisi dan kota Wilayah Nama Sekolah Jumlah Guru BK SMP Negeri 2 3 guru SMP Negeri 3 3 guru SMP Negeri 4 4 guru SMP Negeri 5 3 guru SMP Negeri 6 2 guru SMP Negeri 7 2 guru Pusat kota SMP Negeri 8 4 guru SMP Negeri 9 3 guru SMP Negeri 15 5 guru SMP Negeri 32 3 guru SMP Negeri 37 3 guru SMP Negeri 39 5 guru Jumlah total 12 sekolah 40 guru SMP Negeri 1 4 guru SMP Negeri 10 3 guru SMP Negeri 11 2 guru SMP Negeri 12 4 guru SMP Negeri 13 5 guru SMP Negeri 14 4 guru Transisi/perbatasan SMP Negeri 16 4 guru SMP Negeri 17 4 guru SMP Negeri 18 4 guru SMP Negeri 19 2 guru SMP Negeri 21 3 guru SMP Negeri 25 3 guru
32
Jumlah total
Desa
Jumlah total
SMP Negeri 26 SMP Negeri 27 SMP Negeri 29 SMP Negeri 30 SMP Negeri 33 SMP Negeri 34 SMP Negeri 36 SMP Negeri 38 SMP Negeri 40 21 sekolah SMP Negeri 20 SMP Negeri 22 SMP Negeri 23 SMP Negeri 24 SMP Negeri 28 SMP Negeri 31 SMP Negeri 41 7 sekolah
5 guru 4 guru 4 guru 4 guru 4 guru 4 guru 4 guru 4 guru 4 guru 79 guru 4 guru 4 guru 3 guru 4 guru 3 guru 4 guru 3 guru 25 guru
1.3.2 Sampel dan Teknik Sampling Menurut Sugiyono, (2007: 62), “sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi”. Menurut Arikunto (2006: 109) sampel adalah “sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti”. Jadi sampel adalah wakil dari populasi yang bersifat sama dengan populasi. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan Cluster Proportional Random Sampling. Alasan peneliti mengambil teknik ini adalah dengan melihat wilayah unit kerja konselor sekolah di kota Semarang yang sangat luas, maka tiap wilayah akan diambil secara proportional dengan cara random atau acak. Sugiyono (2007: 65) menjelaskan cluster sampling digunakan untuk menentukan sampel bila obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas. Teknik ini dilakukan dengan mengambil sampel berdasarkan daerah populasi yang telah ditetapkan. Proportional sampling digunakan untuk menentukan sampel dari
33
masing-masing daerah populasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Sedangkan untuk teknik random sampling, Sugiyono (2007: 64) mengungkapkan bahwa teknik ini dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada, cara yang demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen atau sama sehingga setiap obyek mendapat kesempatan dipilih menjadi sampel. Teknik ini dipilih karena diasumsikan homogen dari segi profesinya yaitu guru BK di SMP. Menurut Arikunto (2006: 134), untuk sekedar ancer-ancer, maka apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya berupa penelitian populasi. Namun, jika jumlah subyeknya lebih dari 100 dapat diambil 10-15% atau 20-25% atau lebih. Berdasarkan keterangan tersebut, peneliti memilih jumlah sampel penelitian sebesar 25% dari jumlah populasi yang sudah terbagi kedalam 3 kelompok wilayah sebagai berikut : daerah pusat kota sebanyak 9 guru BK, daerah perbatasan/transisi sebanyak 20 guru BK, dan daerah pinggiran kota sebanyak 8 guru BK. Setiap wilayah akan dipilih secara random, sehingga terpilih sampel sebagai berikut :
Wilayah Pusat Kota
Tabel 3.2 Daftar Sampel Penelitian Jumlah Nama Sekolah Guru BK SMP Negeri 2 2 guru 1 guru SMP Negeri 3 1 guru 2 guru SMP Negeri 32 1 guru 1 guru
Jumlah
3 sekolah
1 guru 9 guru
Asal Perguruan Tinggi IKIP Negeri Surabaya IKIP Negeri Semarang IKIP Veteran Semarang IKIP Negeri Semarang Universitas Sebelas Maret (UNS) Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) IKIP PGRI Semarang
34
Transisi
SMP Negeri 1
SMP Negeri 10
SMP Negeri 33 SMP Negeri 17
SMP Negeri 27
SMP Negeri 14
Jumlah Pinggiran Jumlah
6 sekolah SMP Negeri 24 SMP Negeri 22 2 sekolah
1 guru 1 guru
2 guru 1 guru 1 guru 1 guru 1 guru 2 guru 1 guru 2 guru 1 guru 1 guru 3 guru 2 guru 1 guru 1 guru 22 guru 4 guru 4 guru 8 guru
IKIP Veteran Semarang Universitas Kristen Katholik Soegijapranata (Unika) IKIP Negeri Semarang IKIP Negeri Bandung IKIP Negeri Yogyakarta IKIP Negeri Semarang IKIP Negeri Semarang IKIP PGRI Semarang IKIP Veteran Semarang IKIP PGRI Semarang IKIP Negeri Semarang Universitas Sebelas Maret (UNS) IKIP Negeri Semarang IKIP PGRI Semarang IKIP Veteran Semarang IKIP Negeri Semarang IKIP Negeri Semarang IKIP Negeri Semarang
1.4 Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam penelitian. Data merupakan faktor yang sangat penting dalam suatu penelitian karena dengan adanya data akan dapat ditarik suatu kesimpulan, untuk menyimpulkan suatu data digunakan satu cara atau alat yang tepat. Dalam penelitian ini variabel yang akan diteliti adalah pemahaman konseling kelompok guru BK di sekolah, responden yang akan menjadi sumber data berjumlah banyak, dan penelitian yang dilakukan merupakan penelitian untuk mengetahui dari segi kognitifnya saja maka dari pertimbangan tersebut dipilihlah tes sebagai metode pengumpulan data.
35
1.4.1 Alat Pengumpulan Data Penentuan alat pengumpul data yang akan digunakan dalam penelitian ditentukan berdasarkan variabel yang akan diamati yaitu pemahaman konseling kelompok guru BK di sekolah. Alat pengumpulan data yang dipilih pada penelitian ini yaitu jenis tes. “Yang dimaksud tes adalah alat yang digunakan untuk mengukur ada atau tidaknya serta besarnya kemampuan objek yang diteliti” (Arikunto, 2006: 223). Instrumen berupa tes dapat digunakan untuk mengukur kemampuan dasar dan pencapaian atau prestasi. Tes pada penelitian ini digunakan untuk memperoleh data pemahaman guru BK tentang konseling kelompok di sekolah. Peneliti menggunakan jenis pertanyaan “benar salah” untuk mengetahui sejauh mana pemahaman guru BK di sekolah terhadap layanan konseling kelompok. 1.4.2 Penyusunan Instrumen Langkah-langkah yang ditempuh dalam penyusunan instrumen dilakukan dengan beberapa tahap, baik dalam pembuatan maupun uji coba seperti bagan berikut :
Kisi-kisi pengembangan Instrumen penelitian
Instrumen
Uji Coba
(2) Instrumen Jadi
Revisi (4)
(5)
Gbr 3.1 Langkah Dasar Penyusunan Instrumen
36
Dalam penelitian ini digunakan tes. Tes ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman guru BK terhadap layanan konseling kelompok di sekolah. Jawaban yang disediakan hanya ada 2 pilihan yaitu benar atau salah, sehingga guru BK akan diberikan sejumlah pernyataan tentang konseling kelompok dan hanya tinggal memilih apakah pernyataan tersebut benar atau salah. Untuk penskoran bagi jawaban yang benar adalah skor 1, dan yang jawaban salah atau tidak sesuai yang seharusnya adalah skor 0. Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan pada pengembangan kisi-kisi instrumen tentang pemahaman konseling kelompok pada guru BK sebagai berikut:
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Pemahaman Guru BK terhadap Konseling Kelompok Variabel
Komponen
Indikator
Deskriptor
Item +
Pemahaman konseling kelompok
1.
Memahami konsep dasar konseling kelompok
1.1 Mengerti pengertian konseling kelompok
1.1.1
1.2 Mengerti tujuan konseling kelompok 1.3 Mengerti asasasas konseling kelompok
1.2.1
1.4 Mengerti komponen konseling kelompok
1.1.2
1.2.2 1.3.1 1.3.2 1.3.3 1.3.4 1.3.5 1.3.6 1.4.1 1.4.2
Konsep dasar konseling kelompok Proses interaksi yang ada dalam konseling kelompok Tujuan umum konseling kelompok Tujuan khusus konseling kelompok Asas kerahasiaan Asas kekinian Asas kesukarelaan Asas keterbukaan Asas kegiatan Asas kenormatifan Karakteristik dan peran pemimpin kelompok Karakteristik dan peran anggota kelompok
1.4.3 Besarnya jumlah anggota kelompok yang efektif
1.5 Mengerti persamaan dan perbedaan konseling kelompok
1.
2.
Persamaan konseling kelompok dengan bimbingan kelompok Perbedaan bimbingan kelompok dan konseling
-
1,2,3,5
4,6,8
11
9,10,12
14,18
17,16
13,20
15,19
23,31 34,40 22,26 32,43 25,42 33,41 45,47, 53 56,58
21,27 24,37 29,35 36,39 30,44 28,38 46,48
49,50, 55
51,52
60,61
62,65
63,66
59,64
54,57
37
1.6
2 Memahami prosedur pelaksanaan konseling kelompok
dengan bimbingan kelompok Mengerti hambatanhambatan konseling kelompok
2.1 Mengerti cara perekrutan anggota konseling kelompok 2.2 Mengerti tahap permulaan konseling kelompok
2.2 Mengerti tahap peralihan dalam konseling kelompok
2.4 Mengerti tahap kegiatan konseling kelompok
2.5 Mengerti tahap pengakhiran konseling kelompok
kelompok
1.
Kepercayaan dan keterbukaan anggota kelompok terhadap pemimpin kelompok Proses dinamika kelompok
68,70, 71
67,73
74,76
72,75
Sosialisasi konseling kelompok kepada siswa di sekolah Teknik-teknik perekrutan anggota kelompok Menerima anggota kelompok lalu memimpin doa (rapport) Menjelaskan pengertian,tujuan, cara, dan asas pelaksanaan konseling kelompok
77,78
79,83
81,82
80,84
85,87
86,88
89,90, 91
92,93, 96
2.2.3
Kesepakatan waktu, perkenalan dan permainan
94,95
97,98, 99
2.3.1
Menjelaskan kembali kegiatan konseling kelompok Melihat kesiapan anggota kelompok dan menjelaskan batasan masalah Memberikan contoh masalah pribadi Mempersilahkan anggota kelompok mengemukakan topik masalah pribadi kemudian membahas masalah terpilih
102, 105
100, 106
101, 104
103, 107
108, 111 110, 113, 114
112, 116 109, 119
2.4.3
Kegiatan selingan dan penyimpulan kegiatan
118, 120
115, 117
2.5.1
Menjelaskan kegiatan akan diakhiri dan penilaian segera (UCA) Pembahasan kegiatan lanjutan
121, 123
122, 127
126, 129 125, 128
124, 131 130, 132
2.
2.1.1
2.1.2 2.2.1
2.2.2
2.3.2
2.4.1 2.4.2
2.5.2
2.5.3
Mengemukakan pesan dan harapan
38
2.5 Mengerti proses 2.6.1 evaluasi dan tindak lanjut konseling kelompok
2.7 Mengerti proses penyusunan laporan
2.6.2 2.6.3
Evaluasi isi, dampak, dan proses Menetapkan jenis dan arah tindak lanjut Mengkomunikasikan rencana tindak lanjut kepada pihak terkait
2.7.1 Menyusun laporan
2.7.2
konseling kelompok dan menyampaikan pada pihak terkait Mendokumentasikan laporan layanan
133, 136 139, 144 140, 142
134, 135 137, 141 143, 138
147, 151
146, 148
149, 145
150, 152
1.5 Validitas dan Reliabilitas Instrumen 3.5.1 Validitas Menurut Azwar (2006: 5) “validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukur (tes) dalam melakukan fungsi ukurnya”. Dalam penelitian ini juga menggunakan validitas yang dilihat dari validitas itemnya melalui pengecekan kesejajaran antara item satu dengan item lainnya. Validitas ini untuk mengetahui butir angket yang mana yang tidak mendukung validitas angket secara keseluruhan. Uji validitas menggunakan validitas internal. Validitas internal akan dicapai jika terdapat kesesuaian antara bagian-bagian instrumen dengan instrumen secara keseluruhan. Instrumen dikatakan valid apabila setiap bagian instrumen mengandung tujuan instrumen secara keseluruhan, yaitu mengungkap data variabel yang dimaksud. Rumus yang digunakan untuk menguji validitas menurut Arikunto (2006: 17) adalah “rumus yang digunakan oleh Pearson yang dikenal dengan rumus krelasi Product Moment.
39
N XY X Y
rxy
N X
2
X N Y 2 Y 2
2
Keterangan : rxy
: Koefisien X dan Y
X
: Jumlah Skor X
X
2
: Jumlah kuadrat skor X
Y
Y
: Jumlah Skor Y 2
: Jumlah kuadrat skor Y
XY
: Jumlah hasil perkalian antara skor X dan Y
N
: Jumlah responden
a. 1.5.2
Reliabilitas Sebuah tes dikatakan reliabel apabila hasil tes tersebut menunjukkan hasil
yang relatif sama. Kemudian hasil analisis dapat digunakan untuk memprediksi reliabilitas instrumen. Jika datanya memang sudah sesuai dengan faktanya, maka berapa kalipun diambil datanya akan tetap sama. Menurut Arikunto (2006: 178) “reliabilitas menunjukkan pada tingkat keterandalan sesuatu”. Untuk mengetahui reliabel atau tidaknya digunakan rumus Alpha. Rumus ini dipilih karena skornya menggunakan rentangan antara beberapa nilai (skala). Menurut Arikunto (2006: 196) “rumus Alpha digunakan untuk mencari reliabilitas
40
instrumen yang skornya bukan 1 dan 0 misalnya, antara 1 sampai dengan 5 misalnya:. Adapun rumus Alpha sebagai berikut :
Keterangan: = Reliable instrument = Jumlah varians butir = Varians total K
= Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
1.6 Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian 1.6.1
Hasil Uji Validitas Angket Pemahaman Konseling Kelompok Berdasarkan hasil pengujian validitas item dengan menggunakan rumus
product moment, dapat diketahui bahwa dari bahwa dari 141 item yang diajukan kepada 20 responden diperoleh 31 item yang tidak valid, adapun 31 nomer tersebut adalah 1, 4, 12, 17, 19, 20, 23, 24, 27, 35, 38, 42, 48, 52. 53, 55, 70, 75, 76, 83, 85, 96, 105, 106, 116, 122, 124, 130, 132, 140, dan 141. Item yang tidak valid tersebut kemudian dibuang dan tidak digunakan dalam penelitian, karena telah terwakili oleh item yang lain sesuai dengan indikator dalam instrument. Sehingga instrument angket pemahaman konseling kelompok yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah 110 item.
41
1.6.2
Hasil Uji Reliabilitas Angket Pemahaman Konseling Kelompok Berdasarkan hasil uji reliabilitas dengan menggunakan rumus Alpha
terdapat 20 responden, angket pemahaman konseling kelompok dinyatakan reliable, karena r11 > rtabel dengan nilai r11 = 0,970 dan rtabel = 0,444.
1.7 Metode Analisis Data Penelitian Metode analisis data adalah cara yang ditempuh untuk mengurai data menurut unsur-unsur yang ada di dalamnya sehingga mudah dibaca dan dipresentasikan. Data yang terkumpul perlu diolah untuk mengetahui kebenaran sehingga diperoleh hasil yang meyakinkan. Data ini berhubungan dengan angka, maka analisis yang digunakan adalah analisis statistik. Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu ingin mengetahui (1) tingkat pemahaman guru BK SMP Negeri kota Semarang yang lulusan Unnes tentang konseling kelompok, (2) tingkat pemahaman guru BK SMP Negeri kota Semarang yang lulusan Non-Unnes tentang konseling kelompok, dan (3) perbedaan pemahaman antara guru BK SMP Negeri kota Semarang lulusan Unnes dan Non-Unnes tentang konseling kelompok, maka harus ditentukan tingkat persentase pemahaman konseling kelompoknya terlebih dahulu. Berhubung skor dalam nilai pemahaman konseling kelompok dalam penelitian ini hanya ada 1 dan 0, sehingga tidak dikelompokkan dalam bentuk persentase melainkan interval angka biasa saja. Untuk menentukan interval kriteria nilai pemahaman konseling kelompok dengan skor 1 dan 0, dilakukan dengan cara sebagai berikut:
42
(1) Menentukan nilai maksimum
= (nilai tertinggi x jumlah item) = 1 x 110 = 110
(2) Menentukan nilai minimum
= (nilai terendah x jumlah item) = 0 x 110 = 0
(3) Menentukan interval kelas
= (nilai max – nilai min) : banyaknya criteria = (110 – 0) : 5 = 110 : 5 = 22
Berdasarkan panjang kelas interval tersebut, maka kategori dapat disusun sebagai berikut : Tabel 3.4 Kategori Tingkatan Pemahaman Konseling Kelompok Interval Kategori ≥ 92 Sangat Tinggi 69 – 91 Tinggi 46 – 68 Sedang 23 – 45 Rendah 0 – 22 Sangat Rendah
Untuk tujuan penelitian yang terakhir yaitu mengetahui perbedaan pemahaman antara guru BK lulusan Unnes dan lulusan Non-Unnes tentang konseling kelompok perlu dilakukan uji beda. Uji beda yang akan dilakukan menggunakan rumus t-test dua sampel independen (t-test polled varian). Penggunaan uji t-test ini untuk mengetahui perbedaan signifikan pemahaman antara guru BK lulusan Unnes dan lulusan Non-Unnes tentang konseling kelompok. Namun sebelum uji t-test dilakukan, maka akan dilakukan uji analisis prasyarat yaitu uji normalitas data. Uji normalitas data bertujuan untuk mengetahui apakah skor-skor terhadap sampel normal atau tidak. Jika signifikansi lebih besar dari 0,05 maka data tersebut berdistribusi normal. Uji
43
normalitas data disini menggunakan rumus Kolmogorov – Smirnov dan diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 3.5 Hasil Uji Normalitas Data menggunakan Kolmogorov – Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Nilai KKp N
39
Normal Parametersa
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
79.46 12.311
Absolute
.159
Positive
.159
Negative
-.140
Kolmogorov-Smirnov Z
.990
Asymp. Sig. (2-tailed)
.281
a. Test distribution is Normal. Dari hasil penghitungan menggunakan SPSS di atas, sudah terlihat hasilnya bahwa data sampel pemahaman konseling kelompok terdistribusi secara normal. Dikarenakan jenis sampel yang digunakan adalah sampel homogen yaitu guru BK SMP Negeri kota Semarang, maka dalam penghitungan normalitas data digunakan rumus one sampel kolmogorov-smirnov test. Dari hasil penghitungan tersebut menunjukkan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) pada sampel pemahaman konseling kelompok guru BK SMP Negeri kota Semarang lulusan Unnes dan Non-Unnes sebesar 0,281 > 0,05. Jadi hasil hitung lebih besar dari tabel sehingga Ho tersebut diterima dan data variabel pemahaman konseling kelompok terdistribusi secara normal.
44
Dalam penelitian ini terdapat dua kelompok sampel yang berbeda, sehingga digunakan rumus t-test sebagai berikut :
Mx - M y t=
Keterangan : t
= koefisien perbedaan
Mx dan My
= masing-masing adalah perbedaan mean
Σx2 dan Σy2 = jumlah deviasi dari mean perbedaan N
= jumlah sampel (Arikunto, 2002: 280)
Dari hasil hitung tersebut dicocokkan dengan indeks tabel. Jika hasil analisis lebih besar dari indeks tabel maka hipotesis terbukti. Hipotesis yang diajukan adalah : 1. Ho ditolak & Ha diterima apabila thitung lebih besar atau sama dengan ttabel 2. Ho diterima & Ha ditolak apabila thitung lebih kecil dari ttabel
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan dijelaskan secara lebih mendalam tentang hasil penelitian dan pembahasan pemahaman guru BK lulusan Unnes tentang konseling kelompok, pemahaman guru BK lulusan Non-Unnes tentang konseling kelompok, dan perbedaan pemahaman konseling kelompok diantara keduanya.
1.1 Hasil Penelitian Berdasarkan tujuan dari penelitian, maka dibawah ini akan dijelaskan hasil penelitian tentang pemahaman konseling kelompok pada guru BK lulusan Unnes, pemahaman konseling kelompok pada guru BK lulusan non-Unnes dan perbedaan pemahaman konseling kelompok diantara keduanya. Hasil penelitian akan disajikan secara kuantitatif dan deskriptif. 1.1.1
Pemahaman Guru BK SMP Negeri Kota Semarang Lulusan Unnes tentang Konseling Kelompok Sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu mengetahui bagaimana pemahaman
guru BK lulusan Unnes tentang konseling kelompok maka akan disajikan hasil penelitian dari lapangan. Hasil analisis penelitian tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
45
46
Tabel 4.1 Tingkat Pemahaman Konseling Kelompok pada Guru BK SMP Negeri Kota Semarang Lulusan Unnes Interval Frekuensi % Kriteria ≥ 92 10 62,5% Sangat Tinggi 69 – 91 6 37,5% Tinggi 46 – 68 0 0% Sedang 23 – 45 0 0% Rendah 0 - 22 0 0% Sangat Rendah 16 100% TOTAL
Gambar 4.1 Grafik Tingkat Pemahaman Guru BK SMP Negeri Kota Semarang Lulusan Unnes tentang Konseling Kelompok
Dari tabel 4.1 dan gambar 4.1 diperoleh gambaran tingkat pemahaman konseling kelompok lulusan Unnes yang secara rata-rata berada pada kriteria sangat tinggi. Dari jumlah keseluruhan responden sebanyak 16 guru BK, diperoleh 10 guru BK yang mempunyai tingkat pemahaman konseling kelompok dengan kriteria sangat tinggi dengan hasil persentase sebesar 62,5% dan 6 guru BK yang mempunyai tingkat pemahaman konseling kelompok dengan kriteria tinggi dengan hasil persentase sebesar 37,5%.
47
Dari gambaran tersebut, berikut akan disajikan analisis tiap indikator pemahaman guru BK lulusan Unnes tentang konseling kelompok : Tabel 4.2 Analisis Indikator Pemahaman Guru BK SMP Negeri Kota Semarang Lulusan Unnes Tentang Konseling Kelompok TOTAL Sudah Belum No Indikator PLPG PLPG Persentase Kriteria 1 Memahami pengertian konseling 52,3% 34,5% 86,8% Tinggi kelompok 2 Memahami tujuan konseling kelompok 46,4% 36,6% 83% Tinggi 3 Memahami asas-asas konseling 45% 41,1% 86,1% Tinggi kelompok 4 Memahami komponen konseling 61,1% 23,3% 84,4% Tinggi kelompok 5 Memahami persamaan dan perbedaan 65,7% 23,4% 89,1% Tinggi KKp dengan BKp 6 Memahami cara perekrutan anggota KKp 32,4% 41,7% 75,9% Tinggi 7 Memahami tahap pembukaan konseling 57% 34% 91% Tinggi kelompok 8 Memahami tahap peralihan konseling 48% 39,5% 87,5% Tinggi kelompok 9 Memahami tahap kegiatan konseling 47,8% 35,7% 83,5% Tinggi kelompok 10 Memahami tahap pengakhiran konseling 42,5% 34,2% 76,7% Tinggi kelompok 11 Memahami proses evaluasi dan tindak 37% 42,7% 79,7% Tinggi lanjut konseling kelompok 12 Memahami proses penyusunan laporan 52,3% 33,1% 85,4% Tinggi konseling kelompok Rata-rata 84,05% Tinggi
48
Gambar 4.2 Grafik Analisis Keseluruhan Tiap Indikator Pemahaman Guru BK SMP Negeri Kota Semarang Lulusan Unnes Tentang Konseling Kelompok
Dari perhitungan Tabel 4.2 dan Gambar 4.2 diatas dapat diketahui bahwa dari keseluruhan indikator pemahaman konseling kelompok pada 16 guru BK SMP Negeri kota Semarang lulusan Unnes dalam kategori tinggi dengan persentase 84,05%. Hasil pemahaman dari guru BK yang sudah pernah mengikuti PLPG dalam beberapa indikator lebih tinggi dibandingkan dengan yang belum mengikuti PLPG. Hasil pemahaman konseling kelompok yang paling tinggi adalah pemahaman pada tahap pembukaan konseling kelompok dengan hasil persentase sebesar 91%. Pemahaman tersebut mencakup tentang cara menerima anggota kelompok (rapport), cara menjelaskan pengertian, tujuan, cara dan asas pelaksanaan konseling kelompok, serta penjelasan kesepakatan waktu, perkenalan dan permainan. Sedangkan hasil yang masih kurang baik dengan persentase 75,9% adalah pemahaman pada saat cara perekrutan anggota konseling kelompok
49
yang mencakup sosialisasi konseling kelompok pada siswa, dan teknik perekrutan anggota kelompok.
1.1.2
Pemahaman Guru BK SMP Negeri Kota Semarang Lulusan NonUnnes Tentang Konseling Kelompok Tujuan kedua dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat
pemahaman guru BK lulusan Non-Unnes tentang konseling kelompok. Untuk menjelaskan hasil dari tujuan tersebut maka akan digambarkan hasil analisis persentase dari data yang diperoleh di lapangan. Hasil analisis tersebut sebagai berikut : Tabel 4.3 Tingkat Pemahaman Guru BK SMP Negeri Kota Semarang Lulusan NonUnnes Tentang Konseling Kelompok Interval Frekuensi % Kriteria ≥ 92 0 0% Sangat Tinggi 69 – 91 13 56,5% Tinggi 46 – 68 10 43,4% Sedang 23 – 45 0 0% Rendah 0 - 22 0 0% Sangat Rendah 23 100% TOTAL
50
Gambar 4.3 Grafik Tingkat Pemahaman Guru BK SMP Negeri Kota Semarang Lulusan Non-Unnes Tentang Konseling Kelompok
Dari tabel 4.3 dan gambar 4.3 diperoleh gambaran tingkat pemahaman konseling kelompok lulusan non-unnes. Dari jumlah keseluruhan responden sebanyak 23 guru BK, diperoleh 13 guru BK yang mempunyai tingkat pemahaman konseling kelompok dengan kriteria tinggi dengan hasil persentase sebesar 56,5% dan 10 guru BK yang mempunyai tingkat pemahaman konseling kelompok dengan kriteria sedang dengan hasil persentase sebesar 43,3%. Dari gambaran tersebut, berikut akan disajikan analisis tiap indikator pemahaman konseling kelompok pada guru BK SMP Negeri kota Semarang lulusan non-unnes :
51
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Tabel 4.4 Analisis Indikator Pemahaman Guru BK SMP Negeri Kota Semarang Lulusan Non-Unnes Tentang Konseling Kelompok Sudah Belum TOTAL Indikator PLPG PLPG Persentase Kriteria Memahami pengertian konseling 42% 28% 70% Tinggi kelompok Memahami tujuan konseling 37,4% 32,17% 69,57% Tinggi kelompok Memahami asas-asas konseling 26,7% 40,2% 66,9% Sedang kelompok Memahami komponen konseling 33% 17,4% 50,4% Sedang kelompok Memahami persamaan dan perbedaan 34,7% 23,5% 58,2% Sedang KKp dengan BKp Memahami cara perekrutan anggota 29,36% 28,4% 57,76% Sedang KKp Memahami tahap pembukaan 41,5% 22,41% 63,91% Sedang konseling kelompok Memahami tahap peralihan konseling 34,21% 32,25% 66,46% Sedang kelompok Memahami tahap kegiatan konseling 28,4% 36,82% 65,22% Sedang kelompok Memahami tahap pengakhiran 37,2% 30,8% 68% Sedang konseling kelompok Memahami proses evaluasi dan 42,4% 25% 67,4% Sedang tindak lanjut konseling kelompok Memahami proses penyusunan 34% 26% 60% Sedang laporan konseling kelompok Rata-rata 63,65% Sedang
52
Gambar 4.4 Grafik Analisis Tiap Indikator Pemahaman Guru BK SMP Negeri Kota Semarang Lulusan Non-Unnes Tentang Konseling Kelompok
Dari perhitungan Tabel 4.4 dan Gambar 4.4 diatas dapat diketahui bahwa hasil pemahaman guru BK lulusan non-unnes tentang konseling kelompok berada pada kategori sedang dengan persentase 63,65% dalam pemahaman seluruh indikator konseling kelompok. Hasil pemahaman dari guru BK yang sudah PLPG maupun yang belum tidak berbeda terlalu signifikan pada beberapa indikator. Hasil tertinggi dari keseluruhan indikator pada responden kelompok ini adalah pemahaman tentang pengertian konseling kelompok dengan persentase 70% yang mencakup tentang pemahaman konsep konseling kelompok, dan proses interaksi yang ada dalam konseling kelompok. Sedangkan hasil terkecil dengan persentase 50,4% ada pada indikator pemahaman komponen konseling kelompok antara lain pemahaman karakteristik dan peran pemimpin kelompok, karakteristik dan peran anggota kelompok, besarnya jumlah anggota kelompok yang efektif.
53
1.1.3
Perbedaan Pemahaman Guru BK tentang Konseling Kelompok antara Lulusan Unnes dan Non-Unnes di SMP Negeri Kota Semarang Untuk mengetahui perbedaan pemahaman antara guru BK SMP Negeri
kota Semarang yang lulusan Unnes dan lulusan non-Unnes tentang konseling kelompok, akan dijelaskan hasil analisis deskriptif persentase secara umum sebagai berikut : Tabel 4.5 Perbedaan Pemahaman Guru BK tentang Konseling Kelompok antara Lulusan Unnes dan Non-Unnes di SMP Negeri Kota Semarang Variabel Lulusan Unnes Lulusan Non-Unnes Hasil 84,05% 63,65% Unnes > Non Unnes Pemahaman (Sedang) Konseling Kelompok (Sangat Tinggi)
Dari tabel 4.5 diatas dapat dilihat bahwa pemahaman guru BK SMP Negeri kota Semarang yang lulusan Unnes tentang konseling kelompok (84,05%) lebih tinggi dibandingkan dengan pemahaman guru BK SMP Negeri kota Semarang yang lulusan non-unnes tentang konseling kelompok (63,65%). Dari beberapa hasil perbedaan tersebut dapat dilihat pada tabel dan grafik perbedaan pemahaman antara guru BK SMP Negeri kota Semarang lulusan Unnes dengan lulusan non-Unnes tentang konseling kelompok sebagai berikut : Tabel 4.6 Perbedaan Tingkat Pemahaman Guru BK tentang Konseling Kelompok antara Lulusan Unnes dan Non-Unnes di SMP Negeri Kota Semarang UNNES NON-UNNES Kriteria Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase 10 62,5% 0 0% Sangat Tinggi 6 37,5% 13 56,5% Tinggi 0 0% 10 43,4% Sedang 0 0% 0 0% Rendah 0 0% 0 0% Sangat Rendah
54
Gambar 4.5 Grafik Perbedaan Tingkat Pemahaman Guru BK tentang Konseling Kelompok antara Lulusan Unnes dan Non-Unnes di SMP Negeri Kota Semarang
Untuk lebih memahami perbedaan pemahaman antara guru BK SMP Negeri kota Semarang yang lulusan Unnes dengan lulusan non-Unnes tentang konseling kelompok secara lebih detail dan lebih jelas pada tiap indikator, berikut ini gambaran perbedaan pada tiap indikatornya : Tabel 4.7 Perbedaan Tiap Indikator Pemahaman Guru BK tentang Konseling Kelompok antara Lulusan Unnes dan Non-Unnes di SMP Negeri Kota Semarang UNNES NON UNNES Indikator Persentase Kriteria Persentase Kriteria Memahami komponen 84,4% Tinggi 50,4% Sedang konseling kelompok Memahami persamaan dan 89,1% Tinggi 58,2% Sedang perbedaan KKp dengan BKp Memahami tahap pembukaan 91% Tinggi 63,91% Sedang konseling kelompok Memahami proses penyusunan 85,4% Tinggi 60% Sedang laporan konseling kelompok Memahami tahap peralihan 87,5% Tinggi 66,46% Sedang konseling kelompok
55
Memahami asas-asas konseling kelompok Memahami tahap kegiatan konseling kelompok Memahami cara perekrutan anggota KKp Memahami pengertian konseling kelompok Memahami tujuan konseling kelompok Memahami proses evaluasi dan tindak lanjut konseling kelompok Memahami tahap pengakhiran konseling kelompok
86,1%
Tinggi
66,9%
Sedang
83,5%
Tinggi
65,22%
Sedang
75,9%
Tinggi
57,76%
Sedang
86,8%
Tinggi
70%
Tinggi
83%
Tinggi
69,57%
Tinggi
79,7%
Tinggi
67,4%
Sedang
76,7%
Tinggi
68%
Sedang
100% 90% 80% 70% 60% UNNES NON UNNES
50% 40% 30% 20% 10%
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Gambar 4.6 Grafik Perbedaan Tiap Indikator Pemahaman Guru BK tentang Konseling Kelompok antara Lulusan Unnes dan Non-Unnes di SMP Negeri Kota Semarang
56
Keterangan : 1. Memahami pengertian konseling kelompok 2. Memahami tujuan konseling kelompok 3. Memahami asas-asas konseling kelompok 4. Memahami komponen konseling kelompok 5. Memahami persamaan dan perbedaan KKp dengan BKp 6. Memahami cara perekrutan anggota KKp 7. Memahami tahap pembukaan konseling kelompok 8. Memahami tahap peralihan konseling kelompok 9. Memahami tahap kegiatan konseling kelompok 10. Memahami tahap pengakhiran konseling kelompok 11. Memahami proses evaluasi dan tindak lanjut konseling kelompok 12. Memahami proses penyusunan laporan konseling kelompok
Dari hasil Tabel 4.7 dan Gambar 4.8 dapat disimpulkan bahwa hasil yang memiliki perbedaan signifikan dalam pemahaman konseling kelompok antara guru BK lulusan Unnes dengan lulusan non-Unnes ada pada pemahaman tentang tahap pembukaan konseling kelompok dengan persentase 91% untuk guru BK lulusan Unnes dan 63,9% untuk guru BK lulusan non-Unnes yang mencakup tentang cara menerima anggota kelompok (rapport), cara menjelaskan pengertian, tujuan, cara dan asas pelaksanaan konseling kelompok, serta penjelasan kesepakatan waktu, perkenalan dan permainan. Sedangkan hasil terendah dari keseluruhan indikator dengan persentase sebesar 75,9% untuk guru BK lulusan Unnes dan 57,7% untuk guru BK lulusan non-Unnes adalah pada pemahaman cara perekrutan anggota konseling kelompok antara lain cara sosialisasi konseling kelompok pada siswa, dan teknik perekrutan anggota kelompok.
57
1.1.4
Analisis Uji Beda (t-test) Untuk memperjelas perbedaan pemahaman guru BK tentang konseling
kelompok antara lulusan Unnes dengan guru BK lulusan non-Unnes tentang konseling kelompok maka dilakukan uji
t-test pada data yang diperoleh dari
lapangan. Berikut ini hasil pengujian t-test: Tabel 4.8 Uji t-test Perbedaan Pemahaman Guru BK tentang Konseling Kelompok antara Lulusan Unnes dan Non-Unnes di SMP Negeri Kota Semarang Variabel t hitung t tabel hasil Guru BK lulusan unnes t hitung > t tabel 18,92 2,04 18,92 > 2,04 Guru BK lulusan non-unnes Signifikan Dalam penelitian ini hipotesis yang diajukan adalah “adanya perbedaan pemahaman antara guru BK SMP Negeri kota Semarang lulusan Unnes dengan lulusan non-unnes tentang konseling kelompok.” Berdasarkan hasil uji beda pemahaman konseling kelompok tersebut diperoleh hasil bahwa thitung = 18,92 dan ttabel= 2,04 jadi nilai thitung > ttabel. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran. Dari tabel hasil uji t-test diatas dapat dijelaskan bahwa terlihat “adanya perbedaan yang signifikan pada pemahaman antara guru BK SMP Negeri kota Semarang lulusan Unnes dengan lulusan non-unnes tentang konseling kelompok” karena hasil dari t hitung yang lebih besar daripada t tabel atau dengan kata lain hipotesis yang diajukan diterima. Dengan demikian, terbukti bahwa ada perbedaan pemahaman antara guru BK SMP Negeri kota Semarang lulusan Unnes dengan lulusan non-unnes tentang konseling kelompok.
58
1.2 Pembahasan Peranan dan keberadaan guru BK di sekolah belakangan ini semakin diakui oleh pemerintah, dan masyarakat. Oleh karena itu, tuntutan bagi seorang guru BK untuk memberikan layanan secara optimal juga sangat diperhitungkan. Di lapangan sendiri terlihat jelas bahwa tantangan kerja seorang guru BK semakin kompleks, tidak hanya terkait dengan permasalahan siswa di sekolah saja. Sebagai seorang tenaga ahli yang professional, seorang guru BK harus memahami segala tuntutan tugasnya dalam berbagai layanan yang harus diberikannya secara professional. Pemahaman layanan konseling kelompok dari setiap guru BK juga dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan dan pelatihan yang pernah diikutinya. Dalam penelitian ini digunakan angket instrument pemahaman konseling kelompok. Di dalam angket tersebut terdapat 2 subvariabel dan 12 indikator yang semuanya berkaitan dengan konseling kelompok mulai dari teori sampai pada prakteknya. Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka peneliti akan membahas tentang pemahaman konseling kelompok berdasarkan analisis hasil kuantitatif yang telah dijelaskan sebelumnya.
1.2.1
Pemahaman Guru BK SMP Negeri Kota Semarang Lulusan Unnes tentang Konseling Kelompok Dari hasil yang sudah dijelaskan sebelumnya, terlihat bahwa pemahaman
guru BK SMP Negeri Kota Semarang lulusan Unnes tentang konseling kelompok berada pada kriteria sangat tinggi dengan persentase 84,05% dalam keseluruhan indikator konseling kelompok mulai dari pemahaman pengertian konseling
59
kelompok sampai pemahaman proses penyusunan laporan. Hal ini menunjukkan bahwa guru BK lulusan Unnes mempunyai tingkat pemahaman konseling kelompok yang sangat tinggi seperti pada pemahaman tahap pembukaan konseling kelompok, pemahaman perbedaan dan persamaan konseling kelompok dengan bimbingan kelompok, namun masih ada beberapa yang harus ditingkatkan seperti dalam hal pemahaman cara perekrutan anggota konseling kelompok, dan pemahaman proses evaluasi dan tindak lanjut konseling kelompok. Hasil pemahaman guru BK lulusan Unnes tentang konseling kelompok termasuk dalam kategori tinggi terutama bagi guru-guru yang sudah mengikuti pelatihan pendidikan guru (PLPG). Hal ini selaras dengan latar belakang pendidikan guru BK itu sendiri yang memperoleh bekal cukup banyak dari Unnes ditambah lagi dengan mengikuti PLPG, seminar dan workshop selama bertugas menjadi guru BK di sekolah. Ada juga beberapa guru BK lulusan Unnes yang sudah menempuh pendidikan konselor selama 1 tahun. Dari hasil pengalaman yang cukup banyak itulah dapat membuat guru BK memiliki pemahaman yang tinggi terutama dalam hal layanan konseling kelompok. Latar belakang pendidikan guru BK lulusan Unnes merupakan salah satu faktor penunjang tingkat pemahaman guru BK yang baik, mengingat kurikulum yang diterapkan dalam jurusan bimbingan dan konseling di Unnes sudah baik dan tenaga pengajar yang dimiliki juga memadai dari segi kualitas dan kuantitas. Kurikulum yang ada di jurusan bimbingan dan konseling Unnes mendorong penguasaan teori maupun praktik. Hal ini terlihat dari sejumlah mata kuliah praktikum termasuk praktikum bimbingan dan konseling kelompok. Dengan
60
berbagai bekal yang ditempuh oleh mahasiswa selama kuliah, diharapkan tercipta lulusan yang memiliki kemampuan ahli atau profesional dalam bidangnya sehingga dapat bekerja dengan professional dan membawa nama baik almamaternya. Faktor lain yang menunjang tingkat pemahaman guru BK lulusan Unnes memiliki pemahaman konseling kelompok yang baik diantaranya minat dari dalam diri guru BK untuk professional dalam bidangnya. Proses perkuliahan di jurusan BK Unnes yang baik juga berpengaruh dalam pemahaman guru BK, dengan memiliki 144 sks yang harus ditempuh oleh mahasiswa dalam 4 tahun memberikan bekal yang banyak bagi lulusannya. Tenaga pengajar yang dimiliki mencukupi untuk mengajar 3 kelas yang dibuka oleh jurusan BK Unnes, selain itu latar belakang pendidikan dari dosen-dosennya juga sangat baik sehingga mampu memberikan pengetahuan tentang bimbingan dan konseling yang baik, berkualitas dan professional. Sarana dan prasarana penunjang perkuliahan juga mendukung untuk menciptakan calon konselor yang handal, seperti adanya laboratorium, perpustakaan dan tempat praktek latihan dalam perkuliahan. Apabila dalam pemahaman konseling kelompok ini para guru BK lulusan Unnes memiliki hasil yang sangat tinggi, diharapkan pula saat memberikan layanan konseling kelompok di sekolah juga hasilnya maksimal sesuai dengan pemahaman yang telah dimilikinya. Bagi guru BK lulusan Unnes yang belum mengikuti PLPG meskipun sudah memiliki pemahaman yang cukup tinggi, tetap diharapkan selalu meningkatkan kualitas layanannya di sekolah dan menambah pengalaman serta pengetahuan-pengetahuan tentang BK.
61
1.2.2
Pemahaman Guru BK SMP Negeri Kota Semarang Lulusan NonUnnes tentang Konseling Kelompok Pembahasan yang kedua adalah pembahasan hasil pemahaman guru BK
SMP Negeri Kota Semarang lulusan non-Unnes tentang konseling kelompok yang berada pada kriteria sedang dengan persentase 63,65% dalam keseluruhan indikator konseling kelompok mulai dari pemahaman pengertian konseling kelompok sampai pemahaman proses penyusunan laporan. Hal ini menunjukkan bahwa guru BK lulusan non-unnes memiliki pemahaman konseling kelompok yang masih kurang seperti dalam hal pemahaman komponen konseling kelompok yang mencakup tentang karakteristik dan peran pemimpin kelompok dan anggota kelompok, serta besarnya jumlah anggota kelompok yang efektif dalam konseling kelompok, dari beberapa hal tersebut perlu adanya peningkatan kemampuan pemahaman konseling kelompok. Bagi guru BK lulusan non-unnes yang sudah mengikuti PLPG memiliki tingkat pemahaman konseling kelompok yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan yang belum mengikuti PLPG. Dari hal tersebut dapat terlihat bahwa jika guru
BK
tersebut
mau
berusaha
untuk
menambah
pengetahuan
dan
pengalamannya di luar sekolah akan dapat meningkatkan kualitas layanannya. Hasil dari penelitian untuk guru BK lulusan non-unnes berasal dari berbagai perguruan tinggi swasta terutama yang ada di Jawa Tengah. Dari berbagai perguruan tinggi swasta tersebut tentunya juga memiliki kurikulum pendidikan yang berbeda bagi bekal lulusannya. Misalnya seperti pada salah satu IKIP A di Kota Semarang ini membuka 5 kelas tetapi jumlah sks yang harus ditempuh mahasiswanya tidak sebanyak yang diberikan oleh BK Unnes. Ada
62
universitas swasta lain di Kota Salatiga yang juga membuka jurusan bimbingan dan konseling, sebenarnya sudah memiliki jumlah sks cukup memadai dan berbasis multimedia hanya saja universitas tersebut kurang memberikan bekal pendidikan praktek bagi lulusannya sehingga kurang seimbang. Ada pula salah satu IKIP Swasta di Kota Semarang yang membuka banyak kelas jurusan bimbingan dan konseling tetapi tidak diimbangi dengan jumlah tenaga pengajar dan kualitas kemampuan tenaga pengajar yang memadai. Latar belakang pendidikan dari tenaga pengajar di perguruan tinggi nonUnnes juga memiliki kualitas yang masih belum dapat diakui secara professional, seperti pada salah satu IKIP swasta yang memiliki jumlah tenaga pengajar tidak seimbang dengan jumlah mahasiswa yang harus diajar. Beberapa dosen dari IKIP tersebut ternyata merangkap sebagai guru BK di sekolah, sehingga waktu untuk memberikan materi juga terbatas di kampus. Selain itu faktor sarana dan prasarana penunjang juga perlu dipertimbangkan, di salah satu universitas negeri di Kota Surakarta yang juga membuka jurusan BK kurang memiliki tempat perkuliahan yang cukup layak untuk proses perkuliahan sehingga membuat mahasiswanya kurang nyaman dalam perkuliahan. Apabila pemahaman guru BK lulusan non-unnes tentang konseling kelompok dirasa masih kurang dari bekal perguruan tinggi, diharapkan guru BK tersebut berusaha menambah pengetahuan dan pengalamannya selama menjadi guru BK dengan mengikuti PLPG, seminar maupun workshop tentang BK. Begitu pula dengan guru BK di sekolah yang belum memiliki latar belakang pendidikan bimbingan dan konseling. Sehingga diharapkan kedepannya para guru BK dapat
63
memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada siswa di sekolah secara lebih optimal dan berkualitas.
1.2.3 Perbedaan Pemahaman Guru BK tentang Konseling Kelompok antara Lulusan Unnes dan Guru BK Lulusan Non-Unnes di SMP Negeri Kota Semarang Pada dasarnya baik guru BK lulusan unnes maupun non-unnes seharusnya memiliki pemahaman konseling kelompok yang sama karena guru BK tersebut sama-sama berasal dari pendidikan sarjana bimbingan konseling, meskipun ada beberapa guru BK yang bukan lulusan bimbingan dan konseling namun mereka pernah dan seharusnya mengikuti pelatihan-pelatihan tentang bimbingan dan konseling. Dari hasil analisis deskriptif diketahui bahwa pemahaman konseling kelompok lulusan unnes berada pada kriteria sangat tinggi dalam pemahaman keseluruhan indikator konseling kelompok mulai dari pemahaman pengertian konseling kelompok sampai pemahaman proses penyusunan laporan dengan persentase 84,05%. Sedangkan untuk pemahaman konseling kelompok lulusan non-unnes berada pada tingkat sedang dengan persentase 63,65%. Dari hasil tersebut terlihat perbedaan diantara keduanya yang mudah dijelaskan yaitu pemahaman konseling kelompok lulusan unnes lebih baik daripada pemahaman konseling kelompok lulusan non-unnes, dengan selisih persentase 20,36%. Dengan selisih tertinggi ada pada indikator pemahaman komponen konseling kelompok.
64
Ada banyak faktor penyebab perbedaan pemahaman konseling kelompok guru BK di SMP Negeri kota Semarang ini salah satunya dikarenakan oleh latar belakang pendidikan para guru BK tersebut dan juga banyaknya pelatihan yang pernah diikuti selama menjadi guru BK di sekolah. Guru BK yang dari Unnes adalah guru BK yang memang berasal dari pendidikan sarjana bimbingan konseling, namun untuk guru BK lulusan non-unnes sebagian adalah guru BK yang tidak memiliki latar belakang pendidikan bimbingan konseling dan ada pula yang sedang menempuh pendidikan bimbingan dan konseling di perguruan tinggi selain Unnes yang memiliki jadwal kuliah tidak terlalu padat sehingga bisa dijadikan sampingan saja. Selain itu latar belakang program studi dan cara pembelajaran di setiap perguruan tinggi yang berbeda-beda juga menyebabkan adanya perbedaan pemahaman tersebut. Ada beberapa perguruan tinggi selain Unnes yang membuka kelas banyak untuk prodi bimbingan dan konseling tetapi kurang memperhatikan kualitas pembelajarannya sehingga juga akan berpengaruh pada hasil lulusan yang dicetaknya. Pemberian tugas mandiri untuk mahasiswa juga berpengaruh terhadap kualitas guru BK yang sudah terjun ke dunia kerja di sekolah-sekolah. Faktor tahun kelulusan dan lama masa kerja juga mempengaruhi tingkat pemahaman guru BK tentang konseling kelompok, bagi guru BK yang sudah pernah mengikuti PLPG memiliki tingkat pemahaman yang lebih tinggi dibandingkan yang belum. Hal itu dikarenakan selama proses PLPG para guru benar-benar diberikan bekal tentang bimbingan dan konseling baik secara teori maupun prakteknya langsung sehingga kemampuan para guru BK diasah secara keseluruhan.
65
Dari hasil adanya perbedaan tingkat pemahaman konseling kelompok ini, diharapkan untuk para guru BK baik lulusan Unnes maupun non-Unnes dan yang sudah menempuh PLPG maupun yang belum agar senantiasa meningkatkan kemampuan dan pengetahuannya tentang bimbingan dan konseling dengan mengikuti berbagai seminar maupun workshop atau membaca buku dan mengikuti perkembangan dunia bimbingan dan konseling. Dengan begitu diharapkan kedepannya tidak ada lagi perbedaan kualitas layanan antara guru BK lulusan Unnes dan non-Unnes dalam pemberian layanan BK di sekolah. Siswa di sekolah dapat menerima layanan BK dengan optimal dan berkualitas.
1.3 Keterbatasan Peneliti Peneliti telah berusaha melakukan penelitian sebaik mungkin, akan tetapi penelitian ini masih memiliki beberapa keterbatasan diantaranya seperti : (1) Penggunaan instrument test yang hanya berfokus pada segi kognitifnya saja, sehingga kurang mengungkap pemahaman lebih mendalam lagi. (2) Kemungkinan jawaban tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dari responden karena alasan – alasan tertentu, meskipun peneliti sudah berupaya menjelaskan kepada responden untuk jujur dalam menjawab pertanyaan yang sesuai dengan pemahaman yang dimiliki. (3) Meskipun seharusnya penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, tetapi peneliti menggunakan kuantitatif sehingga penelitian ini hanya berfokus pada segi kognitif saja. Penelitian ini tidak bisa menjadi penelitian kualitatif karena jumlah sampel yang terlalu banyak.
BAB 5 PENUTUP
5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian perbandingan pemahaman antara guru BK lulusan unnes dengan guru BK lulusan non-unnes tentang konseling kelompok, dapat disimpulkan bahwa : 5.1.1
Pemahaman guru BK lulusan Unnes tentang konseling kelompok di SMP Negeri Kota Semarang berada pada tingkat kriteria sangat tinggi. Indikator yang tertinggi yaitu memahami tahap pembukaan konseling kelompok.
5.1.2
Pemahaman guru BK lulusan non-Unnes tentang konseling kelompok di SMP Negeri Kota Semarang berada pada tingkat kriteria sedang. Indikator yang tertinggi yaitu tentang memahami pengertian konseling kelompok.
5.1.3
Terdapat perbedaan pemahaman guru BK tentang konseling kelompok antara lulusan Unnes dan guru BK lulusan non-Unnes di SMP Negeri Kota Semarang. Hal ini didukung pula oleh hasil test uji beda yang dilakukan dengan menggunakan t-test polled varian yang menunjukkan adanya hasil beda yang signifikan.
5.2
Saran Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diajukan beberapa saran
untuk beberapa pihak sebagai berikut :
66
67
5.2.1
Untuk guru BK yang masih kurang memahami konseling kelompok terutama bagi yang lulusan non-unnes maupun lulusan di luar jurusan bimbingan dan konseling, hendaknya berperan aktif untuk meningkatkan pemahaman konseling kelompoknya sesuai dengan prosedur yang berlaku, misalnya dengan mengikuti workshop, seminar, atau bahkan menempuh pendidikan lanjutan bimbingan dan konseling
5.2.2
Untuk sekolah yang memiliki guru BK cukup baik tetapi kurang efektif dalam memberikan layanan, hendaknya memfasilitasi guru BK sekolahnya untuk bisa mengembangkan kemampuan yang dimilikinya
5.2.3
Untuk perguruan tinggi yang membuka jurusan bimbingan dan konseling baik Unnes maupun non-Unnes, hendaknya meningkatkan kualitas pendidikannya agar dapat mencetak konselor-konselor yang ahli dan professional di bidangnya
5.2.4
Untuk peneliti lanjutan, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pedoman awal bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan penelitian ini, dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dan instrumen yang lebih bervariatif agar mendapatkan hasil penelitian yang lebih mendalam lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan (Edisi Revisi VI). Jakarta: PT Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta : Bumi Aksara Azwar, Saifudin. 2006. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Daryanto. 2008. Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT Rineka Cipta Corey, Gerald.1995.Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi.Bandung: PT. Eresco Hamalik. 1991. Manajemen Belajar di Perguruan Tinggi Bandung. ----: Sinar Baru Hikmawati, Fenti. 2011. Bimbingan Konseling-Edisi Revisi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada Moloeng, Lexy J. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Rosda. Munandir, Utami. 2004. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta : Rineka Cipta Nana, Syaodih Sukmadinata. 2008. Metode Penelitian Tindakan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Nasution. 2003. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung : Tarsito. Prayitno. 2004. Layanan Bimbingan Kelompok Konseling Kelompok (L6 L7). Padang. Permendiknas No. 27 tahun 208 tentang Guru BK Prayitno. 1994. Pokok-Pokok Pendidikan Konselor Prajabatan. Surabaya : Ikatan Pendidik Konselor Indonesia (jurnal ilmiah) Prayitno dan Erman Amti. 2004. Dasar – Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Rineka Cipta Prayitno. 1995. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok (Dasar dan Profil). Jakarta : Ghalia Indonesia
68
69
Prayitno,dkk. 1997. Buku II Layanan Bimbingan dan Konseling SLTP. Padang Rochman Natawidjaja. 1987. Pendekatan-pendekatan dalam Penyuluhan Kelompok 1. Bandung : CV Diponegoro Sayekti. 1994. Pengembangan Konseling Kelompok Di Perguruan Tinggi (Implikasinya bagi Pendidikan Calon Konselor). Surabaya : Ikatan Pendidik Konselor Indonesia (jurnal ilmiah) Singarimbun, Masri. 1989. Metode Penelitian Survey. LP3ES: Jakarta Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara Sukardi, Dewa Ketut. 2000. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di sekolah. Rineka Cipta : Jakarta Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta Sugiyono. 2007. Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta Sulistiawan, Neni. 2011. Studi Deskriptif Kinerja Konselor Lulusan Bimbingan dan Konseling Unnes di SMA Negeri se-Kota Semarang Tahun 2010/101. Skripsi Universitas Negeri Semarang. Sutrisno, Hadi. 2004. Bimbingan Menulis Skripsi&Thesis (Jilid 1). Yogyakarta : Andi Undang-undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003 tentang Perguruan Tinggi Wibowo, Mungin Eddy. 2005. Konseling Kelompok Perkembangan. Semarang ; UPT UNNES Press Wijayanti, Galuh Sekar. 2011. Perbandingan Pemahaman Tugas Konselor antara Konselor Lulusan Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan Lulusan Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di SMP Negeri dan SMA Negeri seKabupaten Blora. Skripsi Universitas Negeri Semarang. Winkel & Sri Hastuti. 2004. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi
LAMPIRAN
71
Lampiran 1
DATA GURU BK SMP NEGERI KOTA SEMARANG TAHUN AJARAN 2013/2014 (sumber : Dinas Pendidikan, 2013) NAMA
NIP
H. Nusantara , Drs.MM
19601010 198803 1 015
Safaatun, S.Pd
19661216 199003 2 009
Soeharti, S.Pd
19530717 197803 2 006
Sri Wresni, S.Pd
19641223 200801 2 003
Susetyaningsih, Dra.
19600702 198703 2 003
Ani Prihati Joediati, Dra, M.Pd.
19661214 200604 2 006
Enny Setyawati, S.Pd.
19590314 198403 2 003
Sukati, S.Pd, S.Kons.
19660910 199203 2 009
Sri Winarni, S.Pd
196610281995122004
Suryo Atmojo, Drs
195703041978021006
Sutarno, Drs
196609071998021003
Binti Sulastri, S.Pd
196008141981032004
Helena Lilis Vonawati, S.Pd
196310071984032008
Binti Sulastri, S.Pd
196008141981032004
Helena Lilis Vonawati, S.Pd
196310071984032008
Sri Hariningsih, S.Pd
195704101981032008
Supriyono. Drs
196011291987031004
HARINI, S.Pd
19550810 198603 2 002
TEMPAT_TUGAS SMP NEGERI 1 SEMARANG SMP NEGERI 1 SEMARANG SMP NEGERI 1 SEMARANG SMP NEGERI 1 SEMARANG SMP NEGERI 1 SEMARANG SMP NEGERI 2 SEMARANG SMP NEGERI 2 SEMARANG SMP NEGERI 2 SEMARANG SMP NEGERI 3 SEMARANG SMP NEGERI 3 SEMARANG SMP NEGERI 3 SEMARANG SMP NEGERI 4 SEMARANG SMP NEGERI 4 SEMARANG SMP NEGERI 4 SEMARANG SMP NEGERI 4 SEMARANG SMP NEGERI 4 SEMARANG SMP NEGERI 4 SEMARANG SMP NEGERI 5 SEMARANG
72
JIRAHAYU, S.Pd
19650108 198703 2 004
SRI ANDAYANI, S.Pd
19581125 198111 2 001
Renny Imelda, S.Psi, S.Pd.
19710603 200801 2 005
Sri Wahyu Puji Astuti, S.Pd
19720620 200801 2 004
Niken Prabandari,Dra
196403151987032013
Sri Ardiati,Dra
195610121982032009
Ahmad Saekhan, S.Pd
19631112 198405 1 007
Dewi Cahya Haksini,Dra
19620327 198803 2 006
Djoko Suprayitno, Drs.S.Pd, MM
19590717 198109 1 004
Katmiati, S.Pd
19630407 200604 2 001
Agus Purjono, Drs
19610820 198703 1 007
Tina Atik Prihatini, Dra.
19640107 200604 2 003
Wiwik Diah Murniaty, S.Pd
19611027 198401 2 001
Dra. Siti Marfu'ah
19671212 199802 2 001
Dra.Muztahidah
19680727 200501 2 010
Hartati Agustiyani
19671023 198903 2 008
SRI HASTUTI, DRA
196612051990032007
TRISNANINGSIH, DRA
196302081987032010
Nunuk Malika Nurul Hidayah, Dra.
195905221986032005
Sri Budi Dadiningsih, Dra.
195910021986032010
Suryo Muryanto, S.Pd.
196301231989031009
SMP NEGERI 5 SEMARANG SMP NEGERI 5 SEMARANG SMP NEGERI 6 SEMARANG SMP NEGERI 6 SEMARANG SMP NEGERI 7 SEMARANG SMP NEGERI 7 SEMARANG SMP NEGERI 8 SEMARANG SMP NEGERI 8 SEMARANG SMP NEGERI 8 SEMARANG SMP NEGERI 8 SEMARANG SMP NEGERI 9 SEMARANG SMP NEGERI 9 SEMARANG SMP NEGERI 9 SEMARANG SMP NEGERI 10 SEMARANG SMP NEGERI 10 SEMARANG SMP NEGERI 10 SEMARANG SMP NEGERI 11 SEMARANG SMP NEGERI 11 SEMARANG SMP NEGERI 12 SEMARANG SMP NEGERI 12 SEMARANG SMP NEGERI 12 SEMARANG
73
Suyati, S.Pd
195907161984032007
Agnes Hermin, S.Pd
196801211994032006
Henny Ernawati, S.Pd
196806152005012012
Muarifah, S.Pd
195706241982022002
Nunik Budisetyani, Kons., Dra
195710111986032005
Th. Sulistyowati, S.Pd
195804021981032007
Edy Budoyo, S.Pd
196505231989031010
RM Nentin Yulsasih, Dra.
196607192006042004
Sri Hartati, Dra.
195901181979032001
Iriani, S.Pd
19630319 198303 2 005
Umi Hanik, Dra.
19640101 199003 2 013
Bedjo Eko Prajitno, S.Pd
19591020 198601 1 003
Iswanti, S.Pd
19600704 198703 2 003
Musiamah, Dra
19671203 199802 2 002
Supiyarto, BA
19590404 198503 1 014
Dra. Sartini
196404211988032005
Hendiyartininhsih, S.Pd
196505131993032007
Maryatun, Dra
196802212005012009
Dra.Siti Aisyah,Kons
196704111995122001
Hartinigtyas,S.Pd
195902191987032003
Maryati, S.Pd.
196304181983032011
SMP NEGERI 12 SEMARANG SMP NEGERI 13 SEMARANG SMP NEGERI 13 SEMARANG SMP NEGERI 13 SEMARANG SMP NEGERI 13 SEMARANG SMP NEGERI 13 SEMARANG SMP NEGERI 14 SEMARANG SMP NEGERI 14 SEMARANG SMP NEGERI 14 SEMARANG SMP NEGERI 15 SEMARANG SMP NEGERI 15 SEMARANG SMP NEGERI 16 SEMARANG SMP NEGERI 16 SEMARANG SMP NEGERI 16 SEMARANG SMP NEGERI 16 SEMARANG SMP NEGERI 17 SEMARANG SMP NEGERI 17 SEMARANG SMP NEGERI 17 SEMARANG SMP NEGERI 18 SEMARANG SMP NEGERI 18 SEMARANG SMP NEGERI 19 SEMARANG
74
Dra. NANIK SETYOWATI
19631123 199512 2 001
Drs. YOHANES ROBIN
19540109 197701 1 001
FIRSTY MAHNANI Y., S.Pd
19601231 198111 2 011
Asri Mutuwanti, S.Pd
19561020 197701 2 004
Fuaidiyati, Dra.
19600729 198603 2 014
Lilis Tri Saktini, M.Pd
19650209 198903 2 006
Anita Rakhmi Shintasari, S.Pd.
19770519 200903 2 001
Rofiin, S.Pd.
19700908 200212 1 006
Tunggul Widyastuti, S.Pd.
19810202 201001 2 025
Upiek Susilohadi, S.Pd.
195411251980122001
Dra. Yuniarti
19670401 199512 2 003
Susi Eriyani,S.Pd.
19620523 198304 2 006
DWI 19540105 198703 2 001 LASWIJATI,Dra.MM.Kons. THERESIA INDAH 19660624 199003 2 006 ABRIANISASI,Dra. YULIATININGSIH,S.Pd.
19560705 198203 2 004
Fendi Ermawan, S.Pd
19760226 200801 1 008
Rini Andayani S.Pd
19681001 200801 2 014
Sukasti, S.Pd
19600919 198703 2 012
Tri Setyaningsih, S.Pd
19730306 200801 2 011
Yani Husniati, S.Pd
19630129 198803 2 005
Mudjiono, S.Pd
19550319 198503 1 007
SMP NEGERI 20 SEMARANG SMP NEGERI 20 SEMARANG SMP NEGERI 20 SEMARANG SMP NEGERI 21 SEMARANG SMP NEGERI 21 SEMARANG SMP NEGERI 21 SEMARANG SMP NEGERI 22 SEMARANG SMP NEGERI 22 SEMARANG SMP NEGERI 22 SEMARANG SMP NEGERI 23 SEMARANG SMP NEGERI 24 SEMARANG SMP NEGERI 24 SEMARANG SMP NEGERI 25 SEMARANG SMP NEGERI 25 SEMARANG SMP NEGERI 25 SEMARANG SMP NEGERI 26 SEMARANG SMP NEGERI 26 SEMARANG SMP NEGERI 26 SEMARANG SMP NEGERI 26 SEMARANG SMP NEGERI 26 SEMARANG SMP NEGERI 27 SEMARANG
75
Surati, S.Pd
19570902 198203 2 005
Wiwik Soyichati, S.Pd
19541205 198103 2 004
Dra.Dateng Rejeki, Dewi Cahyani, MM
19620117 198602 2 002
Widayati, S.Pd
19670908 200501 2 007
Retno Ambarwati, Dra.
196209121987032010
Sulistyaningsih, S.Pd.
197112052007012006
CH. SRI SUHARNI, S.Pd.
195304141980032008
Diyah Soeprobowati, S.Pd.
196902172008012005
Dra. WIDYANINGSIH
196209111986092001
Kun Indah Hartati, B.A.
196202031989032007
MUNADI, S.Pd.
196502161988031009
SUKAEMI, S.Pd.
196010101984032019
Sunarno, Drs.
195807071986031021
NURWAKHIDAH P., DRA
19650305 199003 2 006
SULISTYORINI,DRA
19600228 198803 2 004
RIS SUMARYANI, S.PD
19731227 199403 2 005
Diyah Soeprobowati, S.Pd.
196902172008012005
Kun Indah Hartati, B.A.
196202031989032007
Sunarno, Drs.
195807071986031021
Ch. Retnaningsih, M.Pd.
19590916 198603 2 004
Dra. Etty Zuraida
19620401 198703 2 006
SMP NEGERI 27 SEMARANG SMP NEGERI 27 SEMARANG SMP NEGERI 28 SEMARANG SMP NEGERI 28 SEMARANG SMP NEGERI 29 SEMARANG SMP NEGERI 29 SEMARANG SMP NEGERI 30 SEMARANG SMP NEGERI 30 SEMARANG SMP NEGERI 30 SEMARANG SMP NEGERI 30 SEMARANG SMP NEGERI 30 SEMARANG SMP NEGERI 30 SEMARANG SMP NEGERI 30 SEMARANG SMP NEGERI 31 SEMARANG SMP NEGERI 31 SEMARANG SMP NEGERI 31 SEMARANG SMP NEGERI 32 SEMARANG SMP NEGERI 32 SEMARANG SMP NEGERI 32 SEMARANG SMP NEGERI 33 SEMARANG SMP NEGERI 33 SEMARANG
76
Susilowati, S.Pd.
19581209 198503 2 006
Tuty Rahayu, S. Pd.
19630811 200801 2 001
Prihatin, S.Pd
196003241987032002
Sri Kusyati, S.Pd
195802031987032002
Sri Sunarti, Dra
196311041992032006
Sri Untari, S.Pd
196504211989022005
EKWANTO HS,BA
1957062219860310007
LULUS PUJIATI, S. Pd.
19650630 198902 2 002
Mariyoto, SPd.
19641018 199802 1 002
Marta Suliastiningsih, SPd, M.Si Nanik Dwihastuti, S.Pd. M.Si
19750313 200701 2 017 19750930 199403 2 002
Endang Pudji Astuti, S.Pd.
196007301979112004
Kristina Yuliati, Dra.
196607152005012003
Endriana Ambarwati, S.Pd.
19640115 199802 2 001
Wigati Yanti,S.Pd.
19621214 198803 2 006
Antonius Sri Gunadi, SH
19560612 197703 1 003
Budi Suryanti, S Pd
19620814 199302 2 001
Dra. Sri Setyaningsih
19630808 199412 2 001
Kusriningsih, S.Pd
19670908 200212 2 001
Sri Rejeki, S.Pd
19640402 198703 2 011
Biif Nur Wahyu Eny, Dra
19640830 198903 2 002
SMP NEGERI 33 SEMARANG SMP NEGERI 33 SEMARANG SMP NEGERI 34 SEMARANG SMP NEGERI 34 SEMARANG SMP NEGERI 34 SEMARANG SMP NEGERI 34 SEMARANG SMP NEGERI 35 SEMARANG SMP NEGERI 36 SEMARANG SMP NEGERI 36 SEMARANG SMP NEGERI 36 SEMARANG SMP NEGERI 36 SEMARANG SMP NEGERI 37 SEMARANG SMP NEGERI 37 SEMARANG SMP NEGERI 38 SEMARANG SMP NEGERI 38 SEMARANG SMP NEGERI 39 SEMARANG SMP NEGERI 39 SEMARANG SMP NEGERI 39 SEMARANG SMP NEGERI 39 SEMARANG SMP NEGERI 39 SEMARANG SMP NEGERI 40 SEMARANG
77
Dra. Siwinarti
19590507 198703 2 003
Eka Parasita, Dra
19660914 199512 2 003
Enggi Suwahuni, S.Pd.
19740412 200701 2 020
Nunik Prihatini, S.Pd.
19770625 200801 2 009
SMP NEGERI 40 SEMARANG SMP NEGERI 40 SEMARANG SMP NEGERI 41 SEMARANG SMP NEGERI 41 SEMARANG
Lampiran 2
DAFTAR SAMPEL PENELITIAN
78
GURU BK SMP NEGERI KOTA SEMARANG TAHUN AJARAN 2013/2014
Wilayah Pusat Kota
Nama Sekolah SMP Negeri 2
SMP Negeri 3
SMP Negeri 32
Jumlah Transisi/perbatasan
3 sekolah SMP Negeri 1
SMP Negeri 10
SMP Negeri 33
SMP Negeri 17
SMP Negeri 27
SMP Negeri 14
Jumlah Pinggiran
6 sekolah SMP Negeri 24
SMP Negeri 22
Nama Guru BK Ani Prihati Joediati, Dra, M.Pd. Enny Setyawati, S.Pd. Sukati, S.Pd, S.Kons. Sri Winarni, S.Pd Suryo Atmojo, Drs Sutarno, Drs Diyah Soeprobowati, S.Pd. Kun Indah Hartati, B.A. Sunarno, Drs. 9 guru H. Nusantara , Drs.MM Safaatun, S.Pd Soeharti, S.Pd Sri Wresni, S.Pd Dra. Siti Marfu'ah Dra.Muztahidah Hartati Agustiyani Dra. Etty Zuraida Susilowati, S.Pd. Tuty Rahayu, S. Pd. Dra. Sartini Hendiyartininhsih, S.Pd Maryatun, Dra Mudjiono, S.Pd Surati, S.Pd Wiwik Soyichati, S.Pd Nurisdina, S.Pd Edy Budoyo, S.Pd Dra. RM Nentin Yulsasih Dra. Sri Hartati Pribadi, S.Pd 22 guru Dra. Yuniarti Susi Eriyani,S.Pd. Dyan Umi R, S.Pd Candra Aprilia, S.Pd Anita Rakhmi Shintasari, S.Pd.
79
Jumlah
2 sekolah
Rofiin, S.Pd. Tunggul Widyastuti, S.Pd. Agus Prabowo S.B, M.Pd 8 guru
Lampiran 3
KISI-KISI INSTRUMEN UJI COBA PEMAHAMAN KONSELING KELOMPOK GURU BK
80
Variabel
Komponen
Indikator
Pemahaman 2. Memaha 1.3 Mengerti konseling mi konsep pengertian kelompok dasar konseling konseling kelompok kelompok 1.4 Mengerti tujuan konseling kelompok 2.3 Mengerti asas-asas konseling kelompok
2.4 Mengerti komponen konseling kelompok
1.6 Mengerti persamaan dan perbedaan konseling kelompok dengan bimbingan kelompok 3 Memaham 2.3 Mengerti i prosedur cara pelaksana perekrutan an anggota konseling konseling kelompok kelompok 2.4 Mengerti
Deskriptor 1.3.1 Konsep dasar konseling kelompok 1.3.2 Proses interaksi yang ada dalam konseling kelompok 1.4.1 Tujuan umum konseling kelompok 1.4.2 Tujuan khusus konseling kelompok 2.3.1 Asas kerahasiaan 2.3.2 Asas kekinian 2.3.3 Asas kesukarelaan 2.3.4 Asas keterbukaan 2.3.5 Asas kegiatan 2.3.6 Asas kenormatifan 2.4.1 Karakteristik dan peran pemimpin kelompok 2.4.2 Karakteristik dan peran anggota kelompok 1.5.3 Besarnya jumlah anggota kelompok yang efektif 1. Persamaan konseling kelompok dengan bimbingan kelompok 2. Perbedaan bimbingan kelompok dan konseling kelompok
Item + 1,2,3,4, 5 7,11
6,8 9,10,12
14,18
17,16
13,20
15,19
23,31 34,40 22,26 32,43 25,42 33,28 45,47, 53 56,58
21,27 24,37 29,35 36,39 30,44 41,38 46,48
49,50, 55
51,52
60,61
62,65
63,66
59,64
2.3.1 Sosialisasi konseling kelompok kepada siswa di sekolah
67,68
69,73
2.3.2 Teknik perekrutan anggota kelompok 2.4.1 Menerima anggota
71,72
70,74
75,77
76,78
54,57
81
tahap pembukaan konseling kelompok
kelompok lalu memimpin doa (rapport) 2.4.2 Menjelaskan pengertian,tujuan, cara, dan asas pelaksanaan konseling kelompok 2.2.4 Kesepakatan waktu, perkenalan dan permainan
2.3 Mengerti tahap peralihan dalam konseling kelompok
2.5.1
2.6 Mengerti tahap kegiatan konseling kelompok
2.6.1
2.5.2
2.6.2
2.6.3
Menjelaskan kembali kegiatan konseling kelompok Melihat kesiapan anggota kelompok dan menjelaskan batasan masalah Memberikan contoh masalah pribadi Mempersilahkan anggota kelompok mengemukakan topik masalah pribadi kemudian membahas masalah terpilih Kegiatan selingan dan penyimpulan kegiatan
79,80,
81,82, 85
83,84, 87
86, 88
91, 94
89, 95
90, 93
92, 96
97, 100 99, 102, 103
101, 105 98, 108
107, 109
104, 106
2.6 Mengerti tahap pengakhiran konseling kelompok
2.6.1
Menjelaskan kegiatan akan diakhiri dan penilaian segera (UCA) 2.6.2 Pembahasan kegiatan lanjutan 2.5.4 Mengemukakan pesan dan harapan
110, 112
111, 116
115, 118 114, 117
113, 120 119, 121
2.8 Mengerti proses evaluasi dan tindak lanjut
2.8.1
122, 125 128, 133
123, 124 126, 130
Evaluasi isi, dampak, dan proses 2.8.2 Menetapkan jenis dan arah tindak lanjut
82
konseling kelompok 2.9 Mengerti proses penyusunan laporan
2.8.3 Mengkomunikasikan rencana tindak lanjut kepada pihak terkait 2.9.1 Menyusun laporan konseling kelompok dan menyampaikan pada pihak terkait 2.9.2 Mendokumentasikan laporan layanan
129, 131
132, 127
136, 140
135, 137
138, 134
139, 141
97
Lampiran 4
ANGKET UJI COBA “PEMAHAMAN GURU BK TENTANG LAYANAN KONSELING KELOMPOK” Identitas Peneliti Nama
: Desta Rizky Budiarti
NIM
: 1301409047
Jurusan
: Bimbingan dan Konseling
Semester
: 9 (sembilan)
Informasi Dalam rangka penyelesaian studi dan penulisan skripsi dengan judul “Survey Pemahaman Konseling Kelompok pada Guru BK Lulusan UNNES dengan Lulusan Non-Unnes di SMP Negeri se-Kota Semarang”. Saya mengharapkan kesediaan Bapak/ Ibu untuk memberikan jawaban yang jujur sesuai dengan pemahaman Bapak/Ibu tentang konseling kelompok. Melalui keterangan Bapak/Ibu dalam penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk membantu meningkatkan mutu bimbingan dan konseling di sekolah. Atas partisipasi, bantuan dan kerjasamanya, saya sampaikan terimakasih.
Petunjuk Di bawah ini ada sejumlah pernyataan yang berkaitan dengan konseling kelompok. Bapak/Ibu diharapkan mengisi sesuai pemahamannya terhadap masing-masing pernyataan tersebut dengan memberi tanda centang (V) di bawah kolom yang sesuai. Jawaban ditulis pada lembar jawaban yang telah disediakan. B
: bila pernyataan tersebut dianggap benar oleh responden
S
: bila pernyataan tersebut dianggap salah oleh responden
Contoh Pengisian 1. Konseling kelompok dipimpin oleh pemimpin kelompok yaitu guru BK No 1
B V
S
98
- Selamat Mengerjakan No
Pernyataan
1
Konseling kelompok merupakan salah satu cara untuk menangani konflik antar pribadi dan membantu pengembangan kemampuan pribadi
2
Konseling kelompok bersifat pencegahan dan penyembuhan
3
Konseling kelompok terfokus pada kesadaran berpikir dan tingkah laku
4
Konseling kelompok merupakan upaya bantuan kepada individu yang bersifat pencegahan dan penyembuhan
5
Konseling kelompok secara langsung terfokus pada masalah pribadi yang dialami masing-masing anggota kelompok
6
Orientasi konseling kelompok pada pengembangan wawasan, penghayatan, aspirasi dan sikap terhadap topik yang dibahas
7
Konseling kelompok dapat dilakukan di ruangan terbuka, seperti taman, lapangan sekolah, perpustakaan, dll
8
Konseling kelompok sama seperti kegiatan diskusi antara guru BK dengan siswa di sekolah
9
Permainan kelompok kurang sesuai jika diterapkan dalam konseling kelompok
10
Konseling kelompok hanya boleh dilakukan di ruangan tertutup untuk menjaga kerahasiaannya
11
Teknik-teknik yang digunakan oleh pemimpin kelompok dalam melakukan konseling kelompok mengacu pada berkembangnya dinamika kelompok
12
Sikap anggota kelompok yang kurang terbuka selama konseling kelompok berlangsung merupakan hal yang wajar
13
Konseling kelompok bertujuan mengentaskan masalah klien dengan memanfaatkan dinamika kelompok
14
Tujuan umum konseling kelompok sama dengan tujuan bimbingan kelompok yaitu mengembangkan kemampuan komunikasi siswa
15
Pengembangan perasaan, pikiran, persepsi dan kemampuan bersosialisasi/komunikasi bukan tujuan dari konseling kelompok
99
16
Konseling kelompok bukan bertujuan untuk mengembangkan bakat dan minat masing-masing anggota kelompok
17
Tujuan umum konseling kelompok adalah pembahasan masalah pribadi individu
18
Konseling kelompok dapat membantu meringankan pikiran yang suntuk, buntu ataupun beku melalui berbagai masukan dari anggota kelompok
19
Adanya imbas atau dampak dari pemecahan masalah individu bukan termasuk tujuan konseling kelompok melainkan sebagai tindak lanjut saja.
20
Konseling kelompok dapat membantu mengentaskan masalah klien tanpa melalui dinamika kelompok
21
Konseling kelompok hanya membutuhkan asas kerahasiaan tanpa menerapkan asasasas yang lainnya karena masalah yang dibahas bersifat pribadi
22
Pendapat,usulan maupun tanggapan dari anggota kelompok harus bersifat sukarela
23
Janji rahasia harus diucapkan oleh seluruh anggota kelompok dan pemimpin kelompok sebelum memulai konseling kelompok
24
Masalah yang dibahas dalam konseling kelompok boleh masalah yang sudah pernah dialami oleh anggota kelompok
25
Hasil dari konseling kelompok tidak akan berarti jika klien tidak melakukan kegiatan apapun untuk mencapai tujuannya
26
Kehadiran anggota kelompok secara sukarela termasuk salah satu aspek yang harus dipenuhi dalam konseling kelompok
27
Janji rahasia tidak harus diucapkan oleh anggota kelompok karena seluruh anggota kelompok pasti sudah bisa menjaga rahasia dari teman-temannya sendiri
28
Setiap anggota kelompok harus dapat menghargai pendapat anggota lainnya dalam konseling kelompok
29
Siswa yang hadir dalam konseling kelompok boleh dipanggil atau dipilih oleh konselor untuk mengikuti konseling kelompok
30
Asas kegiatan tidak perlu dilakukan oleh pemimpin kelompok, cukup anggotanya saja
31
Asas kerahasiaan memegang peranan penting dalam konseling kelompok
32
Anggota kelompok harus bisa terbuka dalam menyampaikan pendapat atau
100
masalahnya demi kelancaran proses konseling kelompok 33
Cara menyampaikan pendapat ataupun usulan dalam konseling kelompok secara bergantian dan mengangkat tangan terlebih dahulu sebelum diperkenankan oleh pemimpin kelompok untuk berbicara
34
Masalah yang dibahas dalam konseling kelompok adalah masalah yang saat itu juga sedang dihadapi oleh anggota kelompok
35
Anggota kelompok yang mengikuti konseling kelompok boleh hasil ajakan dari teman di kelasnya untuk ikut menemani
36
Anggota kelompok boleh bersikap tertutup pada pemimpin kelompok karena masalahnya terlalu pribadi untuk dikemukakan
37
Anggota kelompok boleh membahas masalah teman dekatnya yang tidak hadir dalam konseling kelompok
38
Pemimpin kelompok boleh bersikap bebas sesuai kehendaknya dalam kelompok
39
Anggota kelompok boleh menangis sampai puas dan lega, karena itu salah satu bentuk keterbukaannya dalam mengemukakan masalahnya
40
Pemilihan masalah dilihat dari mendesak atau tidaknya suatu masalah untuk diselesaikan bersama pada saat itu juga
41
Anggota kelompok boleh saling menyalahkan dan memojokkan anggota yang lain
42
Pemimpin kelompok berperan penting dalam proses kegiatan konseling kelompok
43
Keterbukaan tidak hanya diperlukan dari anggota kelompok, tetapi pemimpin kelompok juga perlu terbuka
44
Konseling kelompok tetap bisa berjalan normal dan lancar meskipun anggota kelompok tidak sepenuhnya terbuka mengemukakan pendapatnya
45
Pemimpin kelompok adalah guru BK atau konselor yang sudah terlatih dalam menyelenggarakan praktik konseling professional
46
Salah satu anggota kelompok boleh menjadi pemimpin kelompok yang ditunjuk oleh konselor dengan beberapa pertimbangan
47
Seorang pemimpin kelompok harus memiliki wawasan yang luas dan tajam sehingga mampu mengikuti pembahasan dalam kelompok
101
48
Seorang pemimpin boleh tidak jujur dan tidak terbuka sepenuhnya dalam kelompok untuk menunjukkan kesan yang baik bagi anggota kelompok
49
Jumlah anggota konseling kelompok yang efektif terdiri atas 6-8 orang
50
Pemimpin kelompok perlu melakukan penstrukturan konseling kelompok
51
Homogenitas/heterogenitas anggota kelompok tidak berpengaruh terhadap proses konseling kelompok
52
Kelompok yang homogen lebih efektif dalam konseling kelompok
53
Pemimpin kelompok perlu menguasai teknik-teknik konseling dalam pelaksanaan konseling kelompok
54
Peranan anggota kelompok tidak terlalu penting dalam konseling kelompok, karena sudah ada pemimpin kelompok yang mengatur jalannya konseling kelompok
55
Kelompok yang heterogen lebih efektif dalam konseling kelompok
56
Mendengar, memahami dan merespon (3-M) merupakan salah satu aktifitas mandiri anggota kelompok
57
Aktifitas mandiri anggota kelompok berarti bahwa setiap siswa diharapkan bersikap individual meskipun sedang dalam format kelompok
58
Peran anggota kelompok bersifat dari, oleh, dan untuk anggota kelompok sendiri
59
Perbedaan
yang paling pokok antara konseling kelompok dengan bimbingan
kelompok terletak pada jumlah anggota kelompok 60
Konseling kelompok boleh menggunakan kelompok yang sama dengan kelompok yang digunakan untuk bimbingan kelompok
61
Layanan konseling kelompok dan bimbingan kelompok dapat diselenggarakan oleh pemimpin kelompok yang sama
62
Konseling kelompok membahas masalah umum yang ada kaitannya dengan anggota kelompok
63
Perbedaan pokok bimbingan kelompok dan konseling kelompok terletak pada materi pembahasannya
64
Konseling kelompok membahas masalah umum yang menjadi perhatian anggota kelompok
102
65
Penggunaan kelompok yang sama dari konseling kelompok dan bimbingan kelompok akan menimbulkan kebingungan bagi anggota kelompok
66
Perbedaan bimbingan dan konseling kelompok terletak pada perbedaan orientasinya atau tujuannya
67
Konselor boleh membuat pengumuman di mading sekolah untuk mengajak siswa mengikuti konseling kelompok
68
Guru BK harus mengenalkan konseling kelompok pada siswa di sekolah
69
Konseling kelompok tidak terlalu penting untuk diketahui oleh siswa di sekolah, dengan layanan klasikal saja sudah cukup bagi siswa
70
Konselor boleh memanggil siswa-siswa terpilih untuk mengikuti konseling kelompok
71
Konselor bisa membagi siswa menjadi beberapa kelompok dalam satu kelas untuk mengikuti konseling kelompok
72
Guru BK bisa membagi siswa dalam satu kelas berdasarkan nomer urutnya untuk membentuk kelompok dalam mengikuti konseling kelompok
73
Konseling kelompok di sekolah tidak perlu rutin dilakukan, cukup dengan konseling individual saja
74
Guru BK boleh memberikan sangsi pada siswa yang tidak mau mengikuti konseling kelompok di sekolah
75
Pemimpin kelompok harus memimpin doa sebelum melaksanakan konseling kelompok
76
Doa sebelum memulai konseling kelompok boleh dipimpin oleh salah satu anggota kelompok
77
Penerimaan dari pemimpin kelompok yang baik akan membuat anggota kelompok merasa senang dan dihargai
78
Setelah menerima anggota kelompok, pemimpin kelompok langsung memulai konseling kelompok
79
Sebelum memulai konseling kelompok, pemimpin kelompok menjelaskan pengertian dan tujuan diadakannya konseling kelompok
80
Cara pelaksanaan konseling kelompok harus dijelaskan secara sangat detail dan
103
lengkap agar proses konseling kelompok berjalan lancer 81
Pemimpin kelompok tidak perlu menjelaskan pengertian dan tujuan konseling kelompok karena anggota kelompok sudah bisa paham sendiri setelah nanti mengikuti kegiatan kelompok
82
Pemimpin kelompok hanya perlu menjelaskan asas kerahasiaan karena kegiatan ini bersifat lebih pribadi dan rahasia
83
Pemimpin kelompok dan anggota kelompok perlu membuat kesepakatan waktu dalam konseling kelompok
84
Kesepakatan waktu yang ideal dalam konseling kelompok sekitar 45-60 menit
85
Dalam satu pertemuan konseling kelompok bisa membahas lebih dari 1 masalah siswa
86
Permainan tidak perlu dilakukan karena sesama anggota kelompok sudah saling mengenal dan untuk mempersingkat waktu
87
Dinamika kelompok mampu ditumbuhkan melalui permainan dan perkenalan kelompok
88
Tidak perlu melakukan perkenalan antar anggota kelompok dan pemimpin kelompok karena sudah saling mengenal dalam satu sekolah
89
Untuk mempersingkat waktu agar lebih efisien, setelah pembukaan langsung pada tahap kegitan
90
Pemimpin kelompok perlu memperhatikan kesiapan anggota kelompok sebelum memulai kegiatan konseling kelompok
91
Penjelasan ulang tentang konseling kelompok perlu diberikan setelah permainan
92
Pemimpin kelompok tidak perlu menjelaskan batasan masalah dalam konseling kelompok
93
Pemimpin kelompok boleh menanyakan pada anggota kelompok terkait kesiapannya melanjutkan konseling kelompok
94
Penjelasan kegiatan konseling kelompok berperan penting demi kelancaran konseling kelompok sampai akhir
95
Penjelasan ulang tentang konseling kelompok hanya membuang-buang waktu
96
Setelah permainan selesai, pemimpin kelompok langsung masuk pada tahap kegiatan
104
meskipun kondisi anggota kelompok belum kondusif kembali 97
Pemimpin kelompok harus memberikan contoh masalah yang dapat dibahas dalam konseling kelompok
98
Pemimpin kelompok langsung memilih salah satu siswa untuk mengemukakan masalah pribadinya di dalam kelompok
99
Pemimpin kelompok membahas masalah bersama-sama dengan anggota kelompok dengan komunikasi dua arah
100
Pemimpin kelompok boleh memberikan contoh masalah pribadi yang sedang dialaminya
101
Anggota kelompok sudah mengerti apa yang akan dibahas dalam konseling kelompok, sehingga tidak perlu diberikan contoh lagi
102
Pemimpin kelompok mempersilahkan anggota kelompok untuk mengemukakan topik masalahnya secara bergantian
103
Masalah yang akan dibahas dalam kelompok merupakan hasil pilihan bersama dalam kelompok
104
Kegiatan selingan tidak penting untuk dilakukan dalam konseling kelompok karena akan memecah konsentrasi anggota kelompok
105
Salah satu anggota kelompok dapat memberikan contoh masalah pribadinya
106
Penyimpulan kegiatan dilakukan pada akhir kegiatan konseling kelompok
107
Sebelum kegiatan diakhiri, pemimpin kelompok melakukan penyimpulan kegiatan
108
Anggota kelompok meminta pada pemimpin kelompok untuk masalahnya saja yang dibahas tanpa melihat masalah anggota kelompok yang lainnya
109
Salah satu bentuk kegiatan selingan dapat berupa permainan sederhana atau merenggangkan otot-otot yang kaku untuk mencairkan suasana
110
Pemimpin kelompok harus menjelaskan pada anggota kelompok bahwa kegiatan akan segera berakhir sesuai kesepakatan waktu bersama
111
Pemimpin kelompok langsung melakukan penilaian segera untuk mempersingkat waktu
112
Penilaian segera mencakup tentang pemahaman, kenyamanan selama kegiatan, dan
105
tindakan yang akan dilakukan selanjutnya 113
Setelah masalah yang dibahas selesai, maka kegiatan konseling kelompok juga berakhir jadi tidak perlu melakukan kegiatan lanjutan
114
Anggota kelompok boleh menyampaikan pesan, kesan dan harapannya pada pemimpin kelompok dan kegiatan konseling kelompok
115
Perlu dilakukan pembahasan kegiatan lanjutan untuk membahas masalah-masalah lain yang belum sempat dibahas
116
Pemimpin kelompok tidak memberikan arahan kepada anggota kelompok saat mengisi UCA tertulis
117
Pesan, kesan dan harapan dapat disampaikan melalui laiseg tertulis
118
Pemimpin kelompok harus menawarkan pertemuan lanjutan
119
Anggota kelompok tidak perlu menyampaikan pesan, kesan dan harapan secara lisan, cukup mengisi laiseg tertulis saja
120
Setelah konseling kelompok selesai, maka pemimpin kelompok tidak perlu membahas masalah dari anggota lain yang belum sempat dibahas dalam kesempatan tersebut
121
Pesan, kesan dan harapan hanya perlu disampaikan oleh klien yang masalahnya dibahas
122
Evaluasi yang perlu dilakukan dalam konseling kelompok adalah evaluasi isi, dampak dan proses
123
Evaluasi yang perlu dilakukan dalam konseling kelompok adalah evaluasi pemimpin kelompok, anggota kelompok, dan masalah yang dibahas
124
Evaluasi tidak mempertanyakan pemahaman anggota kelompok terkait alternatif pemecahan masalah yang telah dibahas bersama-sama
125
Laiseg secara tertulis merupakan salah satu bentuk evaluasi
126
Setelah kegiatan konseling kelompok selesai maka masalah siswa juga sudah selesai sepenuhnya, dan tidak membutuhkan tindakan yang lainnya
127
Rencana tindak lanjut cukup diketahui oleh guru-guru BK saja
128
Pemimpin kelompok menetapkan jenis dan arah tindak lanjut melalui proses diskusi
106
dengan pihak-pihak terkait 129
Rencana tindak lanjut perlu disampaikan pada kepala sekolah dan guru kelas
130
Semua bentuk tindak lanjut konseling kelompok dilakukan dengan konseling individu
131
Guru BK boleh mengundang orang tua siswa yang dibahas masalahnya untuk berdiskusi
132
Pemimpin kelompok langsung melaksanakan tindak lanjut sendiri tanpa bantuan pihak lain
133
Anggota kelompok yang dibahas masalahnya diajak berdiskusi untuk menetapkan tindak lanjut
134
Laporan konseling kelompok boleh diarsipkan dalam bentuk softfile saja
135
Pemimpin kelompok tidak perlu menyusun laporan hasil konseling kelompok karena dalam lingkup sekolah sendiri
136
Hasil laporan konseling kelompok perlu disampaikan pada kepala sekolah
137
Siswa terkait yang dibahas masalahnya juga perlu diberi laporan dari konseling kelompok
138
Laporan konseling kelompok perlu didokumentasikan dalam bentuk hardfile oleh pihak sekolah dan arsip guru BK
139
Guru BK tidak perlu membuat laporan konseling kelompok karena masih berada dalam lingkup sekolahnya sendiri
140
Penyusunan laporan konseling kelompok harus sesuai prosedur secara sistematis dan dilaporkan pada pihak-pihak terkait
141
Mendokumentasikan laporan layanan berarti memfoto proses konseling kelompok
LAMPIRAN 5
HASIL VALIDITAS DAN RELIABILITAS PEMAHAMAN KONSELING KELOMPOK
No
Validitas Reliabilitas
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1
2
3
4
5
BUTIR SOAL 6 7
8
9
10
11
12
R-1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
R-2
0
1
0
1
0
1
1
1
1
1
0
1
R-3
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
0
0
R-4
1
0
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
R-5
0
0
0
1
0
1
0
0
0
0
0
0
R-6
1
0
0
1
1
1
0
0
0
1
0
1
R-7
1
0
0
1
0
0
1
0
0
0
0
1
R-8
0
0
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
R-9
1
0
1
1
0
1
1
1
0
1
0
1
R-10
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
R-11
1
0
1
0
1
0
0
0
0
1
1
0
R-12
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
R-13
1
1
1
1
0
0
1
0
1
1
0
0
R-14
0
0
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
R-15
0
0
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
R-16
0
1
1
0
1
1
1
0
1
1
0
0
R-17
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
R-18
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
R-19
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
R-20
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
11 11
9 9
16 16
14 14
15 15
16 16
15 15
13 13
13 13
16 16
12 12
13 9
Kode
SX S X2 SXY
rxy rtabel Kriteria sb2
957
-0.029 0.444 Tidak Valid 0.2605
970
1530
0.638 0.444
0.554 0.444
Valid
Valid
0.2605
0.1684
1135
-0.359 0.444 Tidak Valid 0.2211
1445
1508
1438
1330
1295
1510
1201
0.523 0.444
0.458 0.444
0.495 0.444
0.698 0.444
0.569 0.444
0.466 0.444
0.532 0.444
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
0.1974
0.1684
0.1974
0.2395
0.2395
0.1684
0.2526
1213
0.267 0.444 Tidak Valid 0.2395
107
BUTIR SOAL 19 20
13
14
15
16
17
18
21
22
23
24
25
26
1
1
1
1
0
1
0
0
1
1
1
0
0
1
1
1
1
0
0
1
1
0
1
1
0
0
1
0
1
0
1
0
0
1
0
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
1
1
1
1
0
0
1
0
1
1
1
1
1
0
0
1
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
1
0
0
1
0
1
0
1
1
1
0
1
0
0
0
0
1
0
1
1
0
0
0
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
0
0
0
0
1
0
0
0
1
1
1
0
1
0
0
0
0
1
0
1
0
1
0
0
1
0
1
0
0
1
0
0
1
1
0
1
1
0
1
0
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
0
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
0
1
1
1
16 16
15 15
12 11
12 13
8 6
14 11
14 10
9 9
15 16
15 15
10 11
13 13
9 6
11 11
1530
1460
1181
1190
0.554 0.444
0.584 0.444
0.460 0.444
0.492 0.444
Valid
Valid
Valid
Valid
0.1684
0.1974
0.2526
0.2526
693
-0.032 0.444 Tidak Valid 0.2526
1347
0.455 0.444 Valid 0.2211
1181
-0.182 0.444 Tidak Valid 0.2211
839
0.174 0.444 Tidak Valid 0.2605
1470
1426
0.625 0.444
0.446 0.444
Valid
Valid
0.1974
0.1974
876
-0.005 0.444 Tidak Valid 0.2632
1134
-0.025 0.444 Tidak Valid 0.2395
925
1105
0.478 0.444
0.494 0.444
Valid
Valid
0.2605
0.2605
108
BUTIR SOAL 33 34
27
28
29
30
31
32
35
36
37
38
39
40
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
0
1
1
0
1
1
1
0
0
1
0
1
1
0
1
1
1
0
1
0
1
0
0
0
1
1
0
1
0
1
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
1
0
0
1
0
0
1
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
1
1
1
0
0
0
0
1
0
1
1
1
1
1
0
1
0
0
1
0
0
1
0
1
1
0
1
0
0
1
0
1
0
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
0
0
1
1
0
1
1
1
1
0
0
0
0
1
0
1
1
1
0
1
0
1
1
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
1
1
0
1
0
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
11 10
10 9
13 13
12 11
11 10
10 10
10 11
14 14
18 18
6 8
18 17
14 15
16 15
12 9
992
0.095 0.444 Tidak Valid 0.2605
1028
1268
1179
1129
1063
1015
1371
0.530 0.444
0.470 0.444
0.453 0.444
0.579 0.444
0.653 0.444
0.484 0.444
0.547 0.444
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
0.2632
0.2395
0.2526
0.2605
0.2632
0.2632
0.2211
1604
0.144 0.444 Tidak Valid 0.0947
671
1659
0.555 0.444
0.466 0.444
Valid
Valid
0.2211
0.0947
1294
0.252 0.444 Tidak Valid 0.2211
1530
1184
0.554 0.444
0.471 0.444
Valid
Valid
0.1684
0.2526
109
BUTIR SOAL
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
0
0
1
1
0
1
1
1
1
0
0
0
1
0
1
1
0
1
1
0
0
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
1
1
0
1
0
0
1
0
0
1
0
0
1
0
0
1
1
0
0
0
0
1
1
0
0
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
0
0
1
0
0
0
1
1
0
1
1
0
0
0
0
1
1
1
0
0
0
1
0
1
1
1
0
0
0
0
1
0
0
1
0
1
0
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
0
0
1
1
1
0
0
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
15 15
15 15
13 14
12 13
14 15
10 10
13 12
14 15
12 13
13 13
12 12
7 8
12 13
13 13
1497
0.735 0.444 Valid 0.1974
1382
0.267 0.444 Tidak Valid 0.1974
1287
1198
1361
1031
1309
0.540 0.444
0.521 0.444
0.509 0.444
0.540 0.444
0.621 0.444
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
0.2395
0.2526
0.2211
0.2632
0.2395
1234
0.021 0.444 Tidak Valid 0.2211
1187
1302
1212
0.481 0.444
0.595 0.444
0.571 0.444
Valid
Valid
Valid
0.2526
0.2395
0.2526
633
0.069 0.444 Tidak Valid 0.2395
1089
0.129 0.444 Tidak Valid 0.2526
1299
0.584 0.444 Valid 0.2395
110
BUTIR SOAL
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
0
0
1
1
1
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
1
0
0
0
0
1
0
0
0
0
1
1
1
1
0
0
1
0
0
1
0
0
0
0
1
1
0
1
1
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
1
0
0
0
1
1
0
0
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
0
0
0
0
0
1
0
0
1
1
0
0
1
1
0
1
1
0
1
0
1
0
1
0
0
0
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
0
0
0
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
16 19
14 11
16 13
14 13
14 12
9 11
15 16
13 14
16 15
9 9
14 14
11 12
7 10
14 4
1296
-0.475 0.444 Tidak Valid 0.1684
1350
1525
1363
1406
917
1436
1332
1523
918
1370
1126
787
1361
0.467 0.444
0.532 0.444
0.517 0.444
0.682 0.444
0.450 0.444
0.487 0.444
0.706 0.444
0.524 0.444
0.454 0.444
0.543 0.444
0.569 0.444
0.637 0.444
0.509 0.444
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
0.2211
0.1684
0.2211
0.2211
0.2605
0.1974
0.2395
0.1684
0.2605
0.2211
0.2605
0.2395
0.2211
111
BUTIR SOAL
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
1
0
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
0
0
1
1
1
1
1
0
1
0
1
0
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
0
0
1
0
0
0
0
1
1
0
0
1
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1
0
1
1
0
1
0
0
1
0
0
0
1
0
1
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
1
1
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
1
0
0
1
0
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
1
1
0
1
0
1
1
0
1
0
1
1
1
1
0
1
1
0
0
0
1
1
1
0
1
0
1
0
1
1
0
1
0
1
1
1
1
0
1
0
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
0
0
1
1
0
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
16 13
8 8
14 13
8 18
7 15
14 12
11 14
10 13
13 10
9 16
18 11
17 9
13 16
8 14
1521
0.515 0.444 Valid 0.1684
646
-0.201 0.444 Tidak Valid 0.2526
1371
841
770
1400
0.547 0.444
0.499 0.444
0.575 0.444
0.659 0.444
Valid
Valid
Valid
Valid
0.2211
0.2526
0.2395
0.2211
969
0.013 0.444 Tidak Valid 0.2605
914
0.128 0.444 Tidak Valid 0.2632
1273
975
1688
1586
1359
856
0.488 0.444
0.655 0.444
0.636 0.444
0.465 0.444
0.805 0.444
0.553 0.444
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
0.2395
0.2605
0.0947
0.1342
0.2395
0.2526
112
BUTIR SOAL
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
0
1
0
1
0
1
1
1
0
0
1
1
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
1
0
1
1
1
1
0
1
1
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
0
0
0
0
1
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
0
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
0
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
11 13
10 13
4 9
10 10
14 11
13 10
13 9
17 10
12 12
13 11
15 13
13 12
13 11
7 11
1052
0.307 0.444 Tidak Valid 0.2605
1036
0.558 0.444 Valid 0.2632
398
0.207 0.444 Tidak Valid 0.1684
1018
1350
1342
1319
1620
1231
1300
1442
1295
1267
0.495 0.444
0.467 0.444
0.743 0.444
0.658 0.444
0.632 0.444
0.639 0.444
0.588 0.444
0.511 0.444
0.569 0.444
0.466 0.444
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
0.2632
0.2211
0.2395
0.2395
0.1342
0.2526
0.2395
0.1974
0.2395
0.2395
709
0.350 0.444 Tidak Valid 0.2395
113
BUTIR SOAL
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
0
0
1
1
1
1
1
0
0
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
0
1
0
0
1
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
1
0
1
0
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
1
1
0
0
1
1
0
1
1
1
0
1
1
0
1
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
1
1
1
1
0
1
1
0
1
0
0
0
1
0
1
0
0
1
0
0
0
1
1
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
0
0
1
1
0
1
0
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
0
0
1
1
1
1
1
0
0
1
1
0
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
17 11
9 13
10 18
10 5
14 18
11 12
11 14
14 11
11 15
6 14
13 13
16 13
18 13
14 6
1598
933
1027
1018
1391
1098
1124
1377
0.524 0.444
0.507 0.444
0.526 0.444
0.495 0.444
0.624 0.444
0.470 0.444
0.562 0.444
0.570 0.444
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
0.1342
0.2605
0.2632
0.2632
0.2211
0.2605
0.2605
0.2211
1048
0.293 0.444 Tidak Valid 0.2605
469
-0.221 0.444 Tidak Valid 0.2211
1275
1565
1688
1349
0.495 0.444
0.708 0.444
0.636 0.444
0.463 0.444
Valid
Valid
Valid
Valid
0.2395
0.1684
0.0947
0.2211
114
BUTIR SOAL
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
0
0
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
0
1
1
0
1
0
1
1
0
0
1
0
1
0
1
0
1
0
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
1
1
0
1
0
1
0
0
1
0
1
0
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
1
1
1
0
0
0
0
1
1
0
0
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
0
1
0
0
1
1
1
0
0
0
1
0
0
0
1
0
1
1
0
1
1
1
1
0
1
0
1
1
0
1
1
0
0
0
0
1
0
0
0
1
1
1
0
0
0
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
0
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
0
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
7 13
13 16
13 14
16 14
16 9
10 10
10 14
10 14
15 19
11 11
14 15
14 12
14 15
12 10
749
1280
1286
1523
1530
0.497 0.444
0.514 0.444
0.536 0.444
0.524 0.444
0.554 0.444
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
0.2395
0.2395
0.2395
0.1684
0.1684
918
0.143 0.444 Tidak Valid 0.2632
1006
1014
1441
1094
1429
0.452 0.444
0.480 0.444
0.507 0.444
0.455 0.444
0.770 0.444
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
0.2632
0.2632
0.1974
0.2605
0.2211
1208
-0.079 0.444 Tidak Valid 0.2211
1402
0.666 0.444 Valid 0.2211
1111
0.208 0.444 Tidak Valid 0.2526
126
127
128
129
130
131
132
133
134
135
136
137
138
1
1
0
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
0
0
0
0
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
0
1
0
0
0
1
1
1
0
0
1
0
0
0
0
0
1
0
0
1
0
0
0
1
0
1
1
0
0
1
0
0
0
1
0
0
1
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
1
1
1
0
0
0
1
0
1
1
1
1
0
0
0
1
1
0
1
0
0
0
0
0
1
1
1
0
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
0
0
0
0
1
0
1
0
0
1
1
0
1
0
0
0
1
0
0
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
0
0
1
1
1
0
1
1
1
0
1
0
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
0
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
0
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
13 16
10 12
9 15
9 9
17 14
11 12
9 10
7 4
16 14
13 7
15 15
11 14
17 15
18 16
1271
1021
932
947
1620
0.481 0.444
0.505 0.444
0.503 0.444
0.556 0.444
0.632 0.444
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
0.2395
0.2632
0.2605
0.2605
0.1342
1014
0.172 0.444 Tidak Valid 0.2605
922
0.468 0.444 Valid 0.2605
733
0.438 0.444 Tidak Valid 0.2395
1516
1276
1491
1114
1582
1661
0.493 0.444
0.499 0.444
0.710 0.444
0.526 0.444
0.445 0.444
0.478 0.444
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
0.1684
0.2395
0.1974
0.2605
0.1342
0.0947
115
BUTIR SOAL
125
140
141
1
1
1
1
0
0
1
1
0
1
0
0
0
1
1
1
0
0
1
0
1
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
1
0
1
1
1
0
1
0
1
0
1
1
0
1
1
0
0
1
1
0
1
0
1
1
0
0
1
1
1
15 15
8 13
9 13
1447
0.531 0.444 Valid 0.1974
702
0.000 0.444 Tidak Valid 0.2526
Y
Y2
123 99 94 68 30 59 37 70 68 103 64 68 76 108 110 91 120 119 121 127 1755
15129 9801 8836 4624 900 3481 1369 4900 4624 10609 4096 4624 5776 11664 12100 8281 14400 14161 14641 16129 170145
790
0.001 0.444 Tidak Valid 0.2605
k =
141
Ssb2
=
31.64
st 2
=
849.67
=
0.970
r11
116
139
117
118
LAMPIRAN 6
KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN PEMAHAMAN KONSELING KELOMPOK
Variabel
Sub Variabel Mengerti 1. Memahami Pemahaman konsep konseling dasar kelompok konseling kelompok
Indikator 1.1 Mengerti pengertian konseling kelompok 1.2 Mengerti tujuan konseling kelompok 1.3 Mengerti asas-asas konseling kelompok
1.4 Mengerti komponen konseling kelompok
1.5 Mengerti persamaan dan perbedaan konseling kelompok dengan bimbingan kelompok 2. Memahami 2.1 Mengerti prosedur cara pelaksanaa perekrutan n konseling anggota kelompok konseling kelompok
Deskriptor 1.1.1 Paham konsep dari konseling kelompok 1.1.2 Proses interaksi yang ada dalam konseling kelompok 1.2.1 Tujuan umum konseling kelompok 1.2.2 Tujuan khusus konseling kelompok 1.3.1 Asas kerahasiaan 1.3.2 Asas kekinian 1.3.3 Asas kesukarelaan 1.3.4 Asas keterbukaan 1.3.5 Asas kegiatan 1.3.6 Asas kenormatifan 1.4.1 Karakteristik dan peran pemimpin kelompok 1.4.2 Karakteristik dan peran anggota kelompok 1.4.3 Besarnya jumlah anggota kelompok yang efektif 1.5.1 Persamaan konseling kelompok dengan bimbingan kelompok 1.5.2 Perbedaan bimbingan kelompok dan konseling kelompok
2.1.1 Sosialisasi konseling kelompok kepada siswa di sekolah 2.1.2 Teknik perekrutan anggota kelompok
Item + 1,2,
4,6
5,9
7,8
11,14
13
10
12
22 25,29 16,18 23,31 17 24,19 33,35
15 27 20 26,28 21,32 30 34
40,42
38,41
36,37
38
44,45
46,49
47,50
43,48
51,52
53,56
54,55
57
119
2.2 Mengerti tahap pembukaan konseling kelompok
2.3 Mengerti tahap peralihan dalam konseling kelompok 2.4 Mengerti tahap kegiatan konseling kelompok
2.5 Mengerti tahap pengakhiran konseling kelompok
2.6 Mengerti proses evaluasi dan tindak lanjut konseling kelompok
2.2.1 Menerima anggota kelompok lalu memimpin doa (rapport) 2.2.2 Menjelaskan pengertian,tujuan, cara, dan asas pelaksanaan konseling kelompok 2.2.3 Kesepakatan waktu, perkenalan dan permainan
58
59
60,61
62,63
64, 66
65, 67
2.3.1
Menjelaskan kembali kegiatan konseling kelompok 2.3.2 Melihat kesiapan anggota kelompok dan menjelaskan batasan masalah 2.4.1 Memberikan contoh masalah pribadi 2.4.2 Mempersilahkan anggota kelompok mengemukakan topik masalah pribadi kemudian membahas masalah terpilih 2.4.3 Kegiatan selingan dan penyimpulan kegiatan
70, 73
68, 74
69, 72
71
75, 78
79
77, 80, 81
76, 84
83, 85
82
2.5.1
86, 88
87
91, 93
89, 95
90, 92
94, 96
98
97
101, 104 102, 103
99
Menjelaskan kegiatan akan diakhiri dan penilaian segera (UCA) 2.5.2 Pembahasan kegiatan lanjutan 2.5.5 Mengemukakan pesan dan harapan 2.6.1 Evaluasi isi, dampak, dan proses 2.6.2 Menetapkan jenis dan arah tindak lanjut 2.6.3 Mengkomunikasikan rencana tindak lanjut kepada pihak terkait
100
120
2.7 Mengerti proses penyusunan laporan
2.7.1 Menyusun laporan konseling kelompok dan menyampaikan pada pihak terkait 2.7.2 Mendokumentasikan laporan layanan
107
106, 108
109, 105
110
122 Lampiran 7 ANGKET “PEMAHAMAN GURU BK DALAM PELAKSANAAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK” Identitas Peneliti Nama
: Desta Rizky Budiarti
NIM
: 1301409047
Jurusan
: Bimbingan dan Konseling
Semester
: 9 (sembilan)
Informasi Dalam rangka penyelesaian studi dan penulisan skripsi dengan judul “Survey Pemahaman Konseling Kelompok pada Guru BK Lulusan UNNES dengan Lulusan Non-Unnes di SMP Negeri se-Kota Semarang”. Saya mengharapkan kesediaan Bapak/ Ibu untuk memberikan jawaban yang jujur sesuai dengan pemahaman Bapak/Ibu tentang konseling kelompok. Melalui keterangan Bapak/Ibu dalam penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk membantu meningkatkan mutu bimbingan dan konseling di sekolah. Atas partisipasi, bantuan dan kerjasamanya, saya sampaikan terimakasih. Petunjuk Di bawah ini ada sejumlah pernyataan yang berkaitan dengan konseling kelompok. Bapak/Ibu diharapkan mengisi sesuai pemahamannya terhadap masing-masing pernyataan tersebut dengan memberi tanda centang (V) di bawah kolom yang sesuai. Jawaban ditulis pada lembar jawaban yang telah disediakan. B
: bila pernyataan tersebut dianggap benar oleh responden
S
: bila pernyataan tersebut dianggap salah oleh responden
Contoh Pengisian 1. Konseling kelompok dipimpin oleh pemimpin kelompok yaitu guru BK No 1
B V
S
- Selamat Mengerjakan -
122
No
Pernyataan
1
Konseling kelompok bersifat pencegahan dan penyembuhan
2
Konseling kelompok terfokus pada kesadaran berpikir dan tingkah laku
3
Konseling kelompok secara langsung terfokus pada masalah pribadi yang dialami masing-masing anggota kelompok
4
Orientasi konseling kelompok pada pengembangan wawasan, penghayatan, aspirasi dan sikap terhadap topik yang dibahas
5
Konseling kelompok dapat dilakukan di ruangan terbuka, seperti taman, lapangan sekolah, perpustakaan, dll
6
Konseling kelompok sama seperti kegiatan diskusi antara guru BK dengan siswa di sekolah
7
Permainan kelompok kurang sesuai jika diterapkan dalam konseling kelompok
8
Konseling kelompok hanya boleh dilakukan di ruangan tertutup untuk menjaga kerahasiaannya
9
Teknik-teknik yang digunakan oleh pemimpin kelompok dalam melakukan konseling kelompok mengacu pada berkembangnya dinamika kelompok
10
Konseling kelompok bertujuan mengentaskan masalah klien dengan memanfaatkan dinamika kelompok
11
Tujuan umum konseling kelompok sama dengan tujuan bimbingan kelompok yaitu mengembangkan kemampuan komunikasi siswa
12
Pengembangan perasaan, pikiran, persepsi dan kemampuan bersosialisasi/komunikasi bukan tujuan dari konseling kelompok
13
Konseling kelompok bukan bertujuan untuk mengembangkan bakat dan minat masing-masing anggota kelompok
14
Konseling kelompok dapat membantu meringankan pikiran yang suntuk, buntu ataupun beku melalui berbagai masukan dari anggota kelompok
15
Konseling kelompok hanya membutuhkan asas kerahasiaan tanpa menerapkan asasasas yang lainnya karena masalah yang dibahas bersifat pribadi
16
Pendapat,usulan maupun tanggapan dari anggota kelompok harus bersifat sukarela
17
Hasil dari konseling kelompok tidak akan berarti jika klien tidak melakukan kegiatan
123
apapun untuk mencapai tujuannya 18
Kehadiran anggota kelompok secara sukarela termasuk salah satu aspek yang harus dipenuhi dalam konseling kelompok
19
Setiap anggota kelompok harus dapat menghargai pendapat anggota lainnya dalam konseling kelompok
20
Siswa yang hadir dalam konseling kelompok boleh dipanggil atau dipilih oleh konselor untuk mengikuti konseling kelompok
21
Asas kegiatan tidak perlu dilakukan oleh pemimpin kelompok, cukup anggotanya saja
22
Asas kerahasiaan memegang peranan penting dalam konseling kelompok
23
Anggota kelompok harus bisa terbuka dalam menyampaikan pendapat atau masalahnya demi kelancaran proses konseling kelompok
24
Cara menyampaikan pendapat ataupun usulan dalam konseling kelompok secara bergantian dan mengangkat tangan terlebih dahulu sebelum diperkenankan oleh pemimpin kelompok untuk berbicara
25
Masalah yang dibahas dalam konseling kelompok adalah masalah yang saat itu juga sedang dihadapi oleh anggota kelompok
26
Anggota kelompok boleh bersikap tertutup pada pemimpin kelompok karena masalahnya terlalu pribadi untuk dikemukakan
27
Anggota kelompok boleh membahas masalah teman dekatnya yang tidak hadir dalam konseling kelompok
28
Anggota kelompok boleh menangis sampai puas dan lega, karena itu salah satu bentuk keterbukaannya dalam mengemukakan masalahnya
29
Pemilihan masalah dilihat dari mendesak atau tidaknya suatu masalah untuk diselesaikan bersama pada saat itu juga
30
Anggota kelompok boleh saling menyalahkan dan memojokkan anggota yang lain
31
Keterbukaan tidak hanya diperlukan dari anggota kelompok, tetapi pemimpin kelompok juga perlu terbuka
32
Konseling kelompok tetap bisa berjalan normal dan lancar meskipun anggota kelompok tidak sepenuhnya terbuka mengemukakan pendapatnya
124
33
Pemimpin kelompok adalah guru BK atau konselor yang sudah terlatih dalam menyelenggarakan praktik konseling profesional
34
Salah satu anggota kelompok boleh menjadi pemimpin kelompok yang ditunjuk oleh konselor dengan beberapa pertimbangan
35
Seorang pemimpin kelompok harus memiliki wawasan yang luas dan tajam sehingga mampu mengikuti pembahasan dalam kelompok
36
Jumlah anggota konseling kelompok yang efektif terdiri atas 6-8 orang
37
Pemimpin kelompok perlu melakukan penstrukturan konseling kelompok
38
Homogenitas/heterogenitas anggota kelompok tidak berpengaruh terhadap proses konseling kelompok
39
Peranan anggota kelompok tidak terlalu penting dalam konseling kelompok, karena sudah ada pemimpin kelompok yang mengatur jalannya konseling kelompok
40
Mendengar, memahami dan merespon (3-M) merupakan salah satu aktifitas mandiri anggota kelompok
41
Aktifitas mandiri anggota kelompok berarti bahwa setiap siswa diharapkan bersikap individual meskipun sedang dalam format kelompok
42
Peran anggota kelompok bersifat dari, oleh, dan untuk anggota kelompok sendiri
43
Perbedaan
yang paling pokok antara konseling kelompok dengan bimbingan
kelompok terletak pada jumlah anggota kelompok 44
Konseling kelompok boleh menggunakan kelompok yang sama dengan kelompok yang digunakan untuk bimbingan kelompok
45
Layanan konseling kelompok dan bimbingan kelompok dapat diselenggarakan oleh pemimpin kelompok yang sama
46
Konseling kelompok membahas masalah umum yang ada kaitannya dengan anggota kelompok
47
Perbedaan pokok bimbingan kelompok dan konseling kelompok terletak pada materi pembahasannya
48
Konseling kelompok membahas masalah umum yang menjadi perhatian anggota kelompok
49
Penggunaan kelompok yang sama dari konseling kelompok dan bimbingan kelompok akan menimbulkan kebingungan bagi anggota kelompok
50
Perbedaan bimbingan dan konseling kelompok terletak pada perbedaan orientasinya atau tujuannya
51
Konselor boleh membuat pengumuman di mading sekolah untuk mengajak siswa mengikuti konseling kelompok
52
Guru BK harus mengenalkan konseling kelompok pada siswa di sekolah
53
Konseling kelompok tidak terlalu penting untuk diketahui oleh siswa di sekolah, dengan layanan klasikal saja sudah cukup bagi siswa
54
Konselor bisa membagi siswa menjadi beberapa kelompok dalam satu kelas untuk mengikuti konseling kelompok
55
Guru BK bisa membagi siswa dalam satu kelas berdasarkan nomer urutnya untuk membentuk kelompok dalam mengikuti konseling kelompok
56
Konseling kelompok di sekolah tidak perlu rutin dilakukan, cukup dengan konseling individual saja
57
Guru BK boleh memberikan sangsi pada siswa yang tidak mau mengikuti konseling kelompok di sekolah
58
Penerimaan dari pemimpin kelompok yang baik akan membuat anggota kelompok merasa senang dan dihargai
59
Setelah menerima anggota kelompok, pemimpin kelompok langsung memulai konseling kelompok
60
Sebelum memulai konseling kelompok, pemimpin kelompok menjelaskan pengertian dan tujuan diadakannya konseling kelompok
61
Cara pelaksanaan konseling kelompok harus dijelaskan secara sangat detail dan lengkap agar proses konseling kelompok berjalan lancar
62
Pemimpin kelompok tidak perlu menjelaskan pengertian dan tujuan konseling kelompok karena anggota kelompok sudah bisa paham sendiri setelah nanti mengikuti kegiatan kelompok
63
Pemimpin kelompok hanya perlu menjelaskan asas kerahasiaan karena kegiatan ini
125
bersifat lebih pribadi dan rahasia 64
Kesepakatan waktu yang ideal dalam konseling kelompok sekitar 45-60 menit
65
Permainan tidak perlu dilakukan karena sesama anggota kelompok sudah saling mengenal dan untuk mempersingkat waktu
66
Dinamika kelompok mampu ditumbuhkan melalui permainan dan perkenalan kelompok
67
Tidak perlu melakukan perkenalan antar anggota kelompok dan pemimpin kelompok karena sudah saling mengenal dalam satu sekolah
68
Untuk mempersingkat waktu agar lebih efisien, setelah pembukaan langsung pada tahap kegitan
69
Pemimpin kelompok perlu memperhatikan kesiapan anggota kelompok sebelum memulai kegiatan konseling kelompok
70
Penjelasan ulang tentang konseling kelompok perlu diberikan setelah permainan
71
Pemimpin kelompok tidak perlu menjelaskan batasan masalah dalam konseling kelompok
72
Pemimpin kelompok boleh menanyakan pada anggota kelompok terkait kesiapannya melanjutkan konseling kelompok
73
Penjelasan kegiatan konseling kelompok berperan penting demi kelancaran konseling kelompok sampai akhir
74
Penjelasan ulang tentang konseling kelompok hanya membuang-buang waktu
75
Pemimpin kelompok harus memberikan contoh masalah yang dapat dibahas dalam konseling kelompok
76
Pemimpin kelompok langsung memilih salah satu siswa untuk mengemukakan masalah pribadinya di dalam kelompok
77
Pemimpin kelompok membahas masalah bersama-sama dengan anggota kelompok dengan komunikasi dua arah
78
Pemimpin kelompok boleh memberikan contoh masalah pribadi yang sedang dialaminya
79
Anggota kelompok sudah mengerti apa yang akan dibahas dalam konseling kelompok,
126
sehingga tidak perlu diberikan contoh lagi 80
Pemimpin kelompok mempersilahkan anggota kelompok untuk mengemukakan topik masalahnya secara bergantian
81
Masalah yang akan dibahas dalam kelompok merupakan hasil pilihan bersama dalam kelompok
82
Kegiatan selingan tidak penting untuk dilakukan dalam konseling kelompok karena akan memecah konsentrasi anggota kelompok
83
Sebelum kegiatan diakhiri, pemimpin kelompok melakukan penyimpulan kegiatan
84
Anggota kelompok meminta pada pemimpin kelompok untuk masalahnya saja yang dibahas tanpa melihat masalah anggota kelompok yang lainnya
85
Salah satu bentuk kegiatan selingan dapat berupa permainan sederhana atau merenggangkan otot-otot yang kaku untuk mencairkan suasana
86
Pemimpin kelompok harus menjelaskan pada anggota kelompok bahwa kegiatan akan segera berakhir sesuai kesepakatan waktu bersama
87
Pemimpin kelompok langsung melakukan penilaian segera untuk mempersingkat waktu
88
Penilaian segera mencakup tentang pemahaman, kenyamanan selama kegiatan, dan tindakan yang akan dilakukan selanjutnya
89
Setelah masalah yang dibahas selesai, maka kegiatan konseling kelompok juga berakhir jadi tidak perlu melakukan kegiatan lanjutan
90
Anggota kelompok boleh menyampaikan pesan, kesan dan harapannya pada pemimpin kelompok dan kegiatan konseling kelompok
91
Perlu dilakukan pembahasan kegiatan lanjutan untuk membahas masalah-masalah lain yang belum sempat dibahas
92
Pesan, kesan dan harapan dapat disampaikan melalui laiseg tertulis
93
Pemimpin kelompok harus menawarkan pertemuan lanjutan
94
Anggota kelompok tidak perlu menyampaikan pesan, kesan dan harapan secara lisan, cukup mengisi laiseg tertulis saja
127
95
Setelah konseling kelompok selesai, maka pemimpin kelompok tidak perlu membahas masalah dari anggota lain yang belum sempat dibahas dalam kesempatan tersebut
96
Pesan, kesan dan harapan hanya perlu disampaikan oleh klien yang masalahnya dibahas
97
Evaluasi yang perlu dilakukan dalam konseling kelompok adalah evaluasi pemimpin kelompok, anggota kelompok, dan masalah yang dibahas
98
Laiseg secara tertulis merupakan salah satu bentuk evaluasi
99
Setelah kegiatan konseling kelompok selesai maka masalah siswa juga sudah selesai sepenuhnya, dan tidak membutuhkan tindakan yang lainnya
100
Rencana tindak lanjut cukup diketahui oleh guru-guru BK saja
101
Pemimpin kelompok menetapkan jenis dan arah tindak lanjut melalui proses diskusi dengan pihak-pihak terkait
102
Rencana tindak lanjut perlu disampaikan pada kepala sekolah dan guru kelas
103
Guru BK boleh mengundang orang tua siswa yang dibahas masalahnya untuk berdiskusi
104
Anggota kelompok yang dibahas masalahnya diajak berdiskusi untuk menetapkan tindak lanjut
105
Laporan konseling kelompok boleh diarsipkan dalam bentuk softfile saja
106
Pemimpin kelompok tidak perlu menyusun laporan hasil konseling kelompok karena dalam lingkup sekolah sendiri
107
Hasil laporan konseling kelompok perlu disampaikan pada kepala sekolah
108
Siswa terkait yang dibahas masalahnya juga perlu diberi laporan dari konseling kelompok
109
Laporan konseling kelompok perlu didokumentasikan dalam bentuk hardfile oleh pihak sekolah dan arsip guru BK
110
Guru BK tidak perlu membuat laporan konseling kelompok karena masih berada dalam lingkup sekolahnya sendiri
128
LAMPIRAN 8
DATA HASIL ANGKET PEMAHAMAN KONSELING KELOMPOK LULUSAN UNNES No
Kode
1 R-1 2 R-2 3 R-3 4 R-4 5 R-5 6 R-6 7 R-7 8 R-8 9 R-9 10 R-10 11 R-11 12 R-12 13 R-13 14 R-14 15 R-15 16 R-16 Jumlah
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16
Memahami pengertian konseling kelompok 2 3 4 5 6 7 8 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 16 14 6 14 16 14 14
9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 15
y 8 7 8 8 7 6 8 9 8 8 8 9 6 9 9 7 125
% 88.9% 77.8% 88.9% 88.9% 77.8% 66.7% 88.9% 100% 88.9% 88.9% 88.9% 100.0% 66.7% 100.0% 100.0% 77.8% 86.8%
Memahami tujuan KKp 11 12 13 14 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 15 12 15 8 16
10
y 4 4 5 5 4 4 4 4 5 4 4 5 2 5 3 4 66
% 80% 80% 100% 100% 80% 80% 80% 80% 100% 80% 80% 100% 40% 100% 60% 80% 83%
129
15 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14
16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16
17 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 14
18 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16
19 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16
20 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 9
Memahami asas-asas konseling kelompok 21 22 23 24 25 26 27 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 16 16 15 11 16 15
28
29 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 9
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 14
30 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16
31 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 14
32 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 10
y 15 16 15 15 16 15 15 18 15 15 14 16 16 15 16 16 248
% 83.3% 88.9% 83.3% 83.3% 88.9% 83.3% 83.3% 100.0% 83.3% 83.3% 77.8% 88.9% 88.9% 83.3% 88.9% 88.9% 86.1%
130
33 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 15
34
35 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 9
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 14
Memahami komponen KKp 36 37 38 39 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 16 16 8 16
40 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16
41
42 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 9
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16
y 8 10 10 10 7 8 9 8 8 9 8 9 7 7 8 9 135
% 80% 100% 100% 100% 70% 80% 90% 80% 80% 90% 80% 90% 70% 70% 80% 90% 84.4%
Memahami persamaan & perbedaan KKp dengan BKp 43 44 45 46 47 48 49 50 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 16 15 16 15 12 15 10 15
y 7 7 6 8 7 7 7 8 7 7 7 8 6 8 7 7 114
% 87.5% 87.5% 75% 100% 87.5% 87.5% 87.5% 100% 87.5% 87.5% 87.5% 100.0% 75.0% 100.0% 87.5% 87.5% 89.1%
131
Memahami cara perekrutan anggota KKp 51 52 53 54 55 56 57 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 14 15 7 10 13 14
y
% 5 5 5 7 5 4 4 4 6 5 6 5 7 6 4 7 85
71.4% 71.4% 71.4% 100.0% 71.4% 57.1% 57.1% 57.1% 85.7% 71.4% 85.7% 71.4% 100.0% 85.7% 57.1% 100.0% 75.9%
58 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16
Memahami tahap pembukaan konseling kelompok 59 60 61 62 63 64 65 66 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 12 15 16 16 12 15 14 16
67 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 14
y
%
10 9 9 10 10 8 8 10 8 10 9 9 8 9 10 9 146
100% 90% 90% 100% 100% 80% 80% 100% 80% 100% 90% 90% 80% 90% 100% 90% 91%
132
Memahami tahap peralihan konseling kelompok 68 69 70 71 72 73 74 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 14 11 13 15 13 16 16
y
% 7 7 5 7 7 6 7 7 5 5 5 5 7 7 6 5 98
100% 100% 71% 100% 100% 86% 100% 100% 71.4% 71.4% 71.4% 71.4% 100% 100% 85.7% 71.4% 87.5%
75 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 12
Memahami tahap kegiatan konseling kelompok 77 78 79 80 81 82 83 84 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 14 12 10 12 14 14 13 14 16
76
85 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16
y 10 11 9 8 11 10 10 10 7 8 8 6 9 10 11 9 147
% 90.9% 100.0% 81.8% 72.7% 100% 90.9% 90.9% 90.9% 63.6% 72.7% 72.7% 54.5% 81.8% 90.9% 100% 81.8% 83.5%
133
86 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 12
Memahami tahap pengakhiran konseling kelompok 88 89 90 91 92 93 94 95 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 14 10 15 13 13 14 12 9
87
96 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 13
y
%
9 9 10 8 7 9 9 5 9 8 5 10 9 9 9 10 135
81.8% 81.8% 90.9% 72.7% 63.6% 81.8% 81.8% 45.5% 81.8% 72.7% 45.5% 90.9% 81.8% 81.8% 81.8% 90.9% 76.7%
Memahami proses evaluasi dan tindak lanjut KKp 98 99 100 101 102 103 104 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 10 16 14 10 11 11 15 15
97
y 7 5 6 5 7 8 4 6 7 7 7 7 5 6 8 7 102
% 87.5% 62.5% 75.0% 62.5% 87.5% 100.0% 50.0% 75.0% 87.5% 87.5% 87.5% 87.5% 62.5% 75.0% 100.0% 87.5% 79.7%
134
Memahami proses penyusunan laporan 105 106 107 108 109 110 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 14 14 13 13 16
y 6 6 5 4 5 6 4 6 5 3 4 6 5 5 6 6 82
% 100% 100% 83.3% 66.7% 83% 100% 66.7% 100.0% 83.3% 50.0% 66.7% 100% 83.3% 83.3% 100.0% 100% 85.4%
JUMLAH 96 96 93 95 93 91 89 95 90 89 85 95 87 96 97 96 1483
X2 9216 9216 8649 9025 8649 8281 7921 9025 8100 7921 7225 9025 7569 9216 9409 9216 137663
% 87.27% 87.27% 84.55% 86.36% 84.55% 82.73% 80.91% 86.36% 81.82% 80.91% 77.27% 86.36% 79.09% 87.27% 88.18% 87.27% 84.26%
Kriteria Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Tinggi Tinggi Sangat Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Sangat Tinggi Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi
135
LAMPIRAN 9
DATA HASIL ANGKET PEMAHAMAN KONSELING KELOMPOK LULUSAN NON-UNNES No
Kode
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
R-1 R-2 R-3 R-4 R-5 R-6 R-7 R-8 R-9 R-10 R-11 R-12 R-13 R-14 R-15 R-16 R-17 R-18 R-19 R-20 R-21 R-22 R-23 Jumlah
1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 15
Memahami pengertian konseling kelompok 2 3 4 5 6 7 8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 16 19 7 17 15 20 16
y
9 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 20
9 7 6 5 7 7 4 5 8 7 7 5 5 7 6 5 8 5 7 6 7 7 5 145
% 100% 77.8% 66.7% 55.6% 77.8% 77.8% 44.4% 55.6% 89% 78% 78% 55.6% 55.6% 77.8% 66.7% 55.6% 88.9% 55.6% 77.8% 66.7% 77.8% 77.8% 55.6% 70.0%
Memahami tujuan KKp 10 11 12 13 14 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 14 17 18 8 23
y
%
4 80% 4 80% 3 60% 5 100% 3 60% 3 60% 4 80% 3 60% 4 80% 3 60% 3 60% 3 60% 4 80% 3 60% 3 60% 3 60% 4 80% 3 60% 4 80% 3 60% 4 80% 3 60% 4 80% 80 69.57%
136
15 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 18
16 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 15
17 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 15
18 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 17
19 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 18
20 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 11
Memahami asas-asas konseling kelompok 21 22 23 24 25 26 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 13 12 17 12 16 17
27 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 17
28 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 10
29 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 19
30 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 17
31 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 16
32 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 17
y 15 12 13 12 12 15 11 10 13 10 14 11 12 15 11 14 10 9 12 12 13 10 11 277
% 83.3% 66.7% 72.2% 66.7% 66.7% 83.3% 61.1% 55.6% 72.2% 55.6% 77.8% 61.1% 66.7% 83.3% 61.1% 77.8% 55.6% 50.0% 66.7% 66.7% 72.2% 55.6% 61.1% 66.9%
137
33 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 14
34 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 8
35 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 11
Memahami komponen KKp 36 37 38 39 40 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 12 15 5 16 13
41 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 8
y % 42 1 8 80% 1 3 30% 1 8 80% 0 3 30% 0 5 50% 0 7 70% 1 4 40% 1 6 60% 0 4 40% 1 7 70% 0 4 40% 1 3 30% 1 5 50% 0 3 30% 1 4 40% 1 6 60% 0 5 50% 1 6 60% 1 5 50% 0 5 50% 1 6 60% 0 3 30% 1 6 60% 14 116 50.4%
Memahami persamaan & perbedaan KKp dengan BKp 43 44 45 46 47 48 49 50 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 14 12 13 11 13 16 15 13
y 5 4 6 5 6 2 5 4 4 6 5 3 6 5 2 6 6 7 4 3 6 3 4 107
% 63% 50% 75% 63% 75.0% 25.0% 62.5% 50% 50% 75% 63% 38% 75% 62.5% 25% 75.0% 75.0% 88% 50% 38% 75.0% 38% 50.0% 58.2%
138
Memahami cara perekrutan anggota KKp 51 52 53 54 55 56 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 15 15 14 12 7 14
y
57 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 16
7 2 6 6 5 6 6 1 3 4 3 2 4 4 5 2 6 5 2 4 2 2 6 93
% 100% 28.6% 86% 86% 71.4% 86% 85.7% 14.3% 42.9% 57.1% 42.9% 28.6% 57.1% 57.1% 71.4% 28.6% 86% 71% 28.6% 57.1% 28.6% 28.6% 85.7% 57.76%
Memahami tahap pembukaan konseling kelompok 58 59 60 61 62 63 64 65 66 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 15 15 15 16 13 13 13 17 14
y 67 1 6 1 8 0 6 1 6 1 7 1 7 1 5 1 8 1 7 0 4 1 5 0 7 1 8 1 9 1 3 0 9 1 4 0 5 1 10 1 4 0 7 1 8 0 4 16 147
% 60% 80% 60% 60% 70% 70% 50% 80% 70% 40% 50% 70% 80% 90% 30% 90% 40% 50% 100% 40% 70% 80% 40% 63.91%
139
Memahami tahap peralihan KKp 68 69 70 71 72 73 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 15 16 15 13 15 18
y
74 1 5 1 5 0 3 0 3 1 7 1 6 0 3 1 7 0 4 1 5 1 5 1 4 0 5 1 4 0 5 1 6 1 4 0 4 1 5 0 4 1 5 1 3 1 5 15 107
% 71% 71% 42.9% 42.9% 100% 86% 43% 100% 57% 71% 71% 57.1% 71% 57.1% 71% 86% 57% 57% 71.4% 57% 71.4% 42.9% 71% 66.46%
75 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 12
Memahami tahap kegiatan konseling kelompok 76 77 78 79 80 81 82 83 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 17 12 17 14 16 14 16
84 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 15
y 85 1 10 1 9 1 4 0 5 0 10 1 6 1 8 1 7 1 9 1 8 1 6 1 5 0 6 1 11 1 6 1 6 0 7 0 4 1 7 1 9 0 5 1 7 1 10 17 165
% 90.9% 81.8% 36.4% 45.5% 91% 54.5% 72.7% 63.6% 82% 73% 55% 45.5% 55% 100% 54.5% 54.5% 63.6% 36.4% 63.6% 81.8% 45.5% 63.6% 90.9% 65.22%
140
86 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 17
Memahami tahap pengakhiran konseling kelompok 87 88 89 90 91 92 93 94 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 15 16 17 15 16 16 18 13
y
95 96 0 1 8 0 0 9 1 0 6 1 0 6 1 1 9 1 0 9 1 1 7 0 1 8 0 1 7 0 1 7 0 1 6 0 1 8 1 1 7 1 1 8 1 1 8 1 1 7 0 1 7 0 1 7 0 1 8 1 0 8 0 1 5 0 1 8 1 1 9 11 18 172
% 72.7% 81.8% 54.5% 54.5% 81.8% 81.8% 63.6% 72.7% 63.6% 63.6% 54.5% 72.7% 64% 72.7% 72.7% 63.6% 63.6% 63.6% 72.7% 72.7% 45.5% 72.7% 81.8% 68.0%
Memahami proses evaluasi dan tindak lanjut KKp 97 98 99 100 101 102 103 104 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 11 18 16 16 20 11 15 17
y 2 7 5 6 5 5 6 5 6 6 6 6 4 6 4 5 6 6 6 4 5 7 6 124
% 25% 87.5% 62.5% 75% 63% 63% 75.0% 62.5% 75.0% 75.0% 75.0% 75.0% 50.0% 75.0% 50.0% 62.5% 75.0% 75% 75.0% 50.0% 62.5% 87.5% 75.0% 67.4%
141
Memahami proses penyusunan laporan 105 106 107 108 109 110 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 9 19 15 11 14 15
y 5 1 5 2 5 2 4 4 4 4 3 4 2 4 2 5 4 4 3 4 4 4 4 83
%
JUMLAH
X2
%
83.3% 16.7% 83.3% 33% 83% 33% 66.7% 67% 66.7% 66.7% 50.0% 66.7% 33% 66.7% 33.3% 83.3% 67% 66.7% 50.0% 67% 66.7% 66.7% 66.7% 60%
84 71 71 64 81 75 67 68 73 71 67 61 68 79 59 74 71 65 73 66 69 65 74 1616
7056 5041 5041 4096 6561 5625 4489 4624 5329 5041 4489 3721 4624 6241 3481 5476 5041 4225 5329 4356 4761 4225 5476 114348
76.4% 64.5% 64.5% 58.2% 73.6% 68.2% 60.9% 61.8% 66.4% 64.5% 60.9% 55.5% 61.8% 71.8% 53.6% 67.3% 64.5% 59.1% 66.4% 60.0% 62.7% 59.1% 67.3% 63.9%
KRITERIA Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Tinggi Tinggi Sedang Sedang Tinggi Tinggi Sedang Sedang Sedang Tinggi Sedang Tinggi Tinggi Sedang Tinggi Sedang Tinggi Sedang Tinggi Sedang
142
Lampiran 10
143
UJI PERBEDAAN RATA-RATA DATA HASIL PEMAHAMAN KONSELING KELOMPOK LULUSAN UNNES DAN NON-UNNES
Hipotesis Ho
: <
Ha
: >
Uji Hipotesis Untuk menguji hipotesis digunakan rumus :
Mx - M y t=
Dimana, Mx
=
= 92,69
=
=
-
=
=
=
= 70,26
-
= 137663 -
= 114348 -
= 137663 – 137455,5
= 114348 – 113541,5
= 207,5
= 806,5
92,69 - 70,26 t =
My
144
=
=
=
= 18,928
Pada α = 5% dengan dk = 16 + 23 – 2 = 37 diperoleh t(tabel) = 2,042
Daerah Penerimaan Ho -2,04
2,04
18,92
Karena t berada pada daerah penolakan Ho, maka dapat disimpulkan bahwa pemahaman konseling kelompok pada guru BK lulusan Unnes lebih baik daripada guru BK lulusan nonUnnes.
145 Lampiran 11
DOKUMENTASI PENELITIAN
146
Lampiran 12 147 SURAT IJIN PENELITIAN
148
149
150
151
152
153
154
155
156
157
158
159
200
201
202