PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN STAD (STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISIONS) DENGAN MEDIA BENDA KONKRIT TERHADAP KEMAMPUAN MENDISKRIPSIKAN SIFAT-SIFAT CAHAYA PADA SISWA KELAS V SDN KABUPATEN KEDIRI TAHUN 2014/2015
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan PGSD FKIP UN PGRI Kediri
OLEH: LINDAPUJI RAHAYU NPM: 11.1.01.10.0194
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI 2016
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN STAD (STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISIONS) DENGAN MEDIA BENDA KONKRIT TERHADAP KEMAMPUAN MENDISKRIPSIKAN SIFAT-SIFAT CAHAYA PADA SISWA KELAS V SDN KABUPATEN KEDIRI TAHUN 2014/2015 Linda Puji Rahayu 11.1.01.10.0194 Email :
[email protected] Agus Widodo dan Alfi Laila Universitas Nusantara PGRI Kediri ABSTRAK Penelitian ini dilatar belakangi hasil pengamatan penulis di SDN Kabupaten Kediri yang menunjukkan bahwa kemampuan mendiskripsikan sifat-sifat cahaya pada mata pelajaran IPA siswa kelas V pada semester 2 SDN Kabupaten Kediri cenderung masih rendah. Hal ini disebabkan pembelajaran IPA yang selama ini dilaksanakan cenderung berpusat pada guru. Guru mendominasi pembelajaran, pola interaksi dalam pembelajaran yang searah kurang memberi peluang kepada siswa untuk menggali sendiri pengetahuannya. Permasalahan peneliti ini adalah (1) Apakah penggunaan model pembelajaran STAD dengan media benda konkrit berpengaruh terhadap kemampuan mendiskripsikan sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V semester 2 SDN Kabupaten Kediri Tahun 2014/2015? (2) Apakah penggunaan model pembelajaran STAD tanpa media benda konkrit berpengaruh terhadap kemampuan mendiskripsikan sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V semester 2 SDN Kabupaten Kediri Tahun 2014/2015? (3) Adakah perbedaan pengaruh model pembelajaran STAD dengan media benda konkrit dibanding dengan model pembelajaran STAD tanpa media terhadap kemampuan mendiskripsikan sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V semester 2 SDN Kabupaten Kediri Tahun 2014/2015? Penelitian ini adalah penelitian eksperimental menggunakan desain penelitian Pretest-Postest Contol Group Desain dengan pendekatan kuantitatif. Adapun subyek penelitiannya siswa kelas V SDN Kabupaten Kediri. Penelitian ini dilakukan pada dua sekolah yaitu SDN Gambyok 1 dan 2. Kelas V SDN Gambyok 1 sebagai kelas eksperimen. Dan kelas V SDN Gambyok 2 sebagai kelas kontrol. Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah : (1) dengan menggunakan model pembelajaran STAD didukung media benda konkrit siswa kelas V SDN Gambyok 1 Kecamatan Grogol Kabupaten Kediri tahun ajaran 2014/2015 dinyatakan cenderung tinggi. Hal ini dibuktikan dengan ketuntasan mencapai 75% perolehan nilai rata-rata kelas adalah lebih dari 75 nilai KKM yaitu 87,4. (2) dengan model STAD saja tanpa menggunakan media siswa kelas V SDN Gambyok 2 Kecamatan Grogol Kabupaten Kediri tahun ajaran 2014/2015 dinyatakan cenderung rendah dibanding menggunakan media. Hal ini dibuktikan dengan ketuntasan 60,4% siswa diatas KKM 75 dan dengan nilai rata-rata 75,6. (3) berdasarkan perolehan data yang telah dianalisis dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan pada penggunaan model pembelajaran STAD didukung media benda konkrit dari pada yang menggunakan model pembelajaran STAD tanpa media terhadap kemampuan siswa pada materi mendiskripsikan sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SDN Gambyok 1 dan SDN Gambyok 2 Kecamatan Grogol Kabupaten Kediri tahun ajaran 2014/2015. Kata Kunci : Model STAD ,media benda konkrit, Kemampuan Mendiskripsikan sifat-sifat cahaya.
tepat,
LATAR BELAKANG
I.
Peningkatan kualitas sumber daya
sehingga
untuk
mencapai
meningkatkan
keaktifan siswa dalam pembelajaran IPA.
manusia ( SDM ) merupakan prasarat mutlak
dapat
Keberhasilan proses kegiatan
tujuan
belajar mengajar pada pembelajaran IPA
pembangunan. Salah satu wahana untuk
dapat diukur dari keberhasilan siswa yang
meningkatkan kualitas SDM
adalah
mengikuti kegiatan tersebut. Keberhasilan
pendidikan. Sehingga kualitas pendidikan
itu dapat dilihat dari minat dan sikap
harus senantiasa ditingkatkan.
siswa, tingkat pemahaman, penguasaan
Salah satu kegiatan pembelajaran yang
materi serta keterampilan siswa. Semakin
menekankan berbagai kegiatan tindakan
tinggi kemampuan kognitif, afektif, dan
adalah menggunakan pendekatan tertentu
psikomotor siswa maka semakin tinggi
dalam
pula tingkat keberhasilan pembelajaran.
pembelajaran,
pendekatan
dalam
karena
suatu pada
Namun prestasi belajar IPA di SDN
hakikatnya merupakan cara yang teratur
Gambyok 1 dan 2 Kecamatan Grogol
dan
untuk
Kabupaten Kediri sebagian besar kegiatan
mencapai suatu tujuan pengajaran dan
pembelajaran masih menggunakan model
untuk memperoleh kemampuan dalam
pembelajaran langsung yang hanya berupa
mengembangkan efektifitas belajar yang
ceramah sehingga proses pembelajaran
dilakukan oleh pendidik dan peserta didik.
berpusat pada guru. Selain itu, guru
terpikir
pembelajaran
secara
sempurna
Berdasarkan
studi
yang
cenderung
tidak
menggunakan
media
dilakukan oleh Trend in International
pembelajaran sehingga pembawaan guru
Mathematics and Scince Study (TIMSS)
dalam kegiataan pembelajaran cenderung
pada
mengukur
monoton dan membosankan. Sebagian
kemampuan siswa SD dan SMP pada mata
besar yang dilakukan guru pada proses
pelajaran
pembelajaran hanya menjelaskan materi
tahun
2011
untuk
Matematika
dan
IPA,
kemampuan siswa di Indonesia dalam
sedangkan
mata pelajaran matematika hanya mampu
dilanjutkan dengan mengerjakan soal-soal.
menduduki peringkat 38 dari 45 negara
Kegiatan pembelajaran yang demikian
yang diteliti. Dan kemampuan siswa dalam
akan berdampak kurang baik pada siswa.
mata
mampu
Hal tersebut dapat diketahui dari nilai
menduduki peringkat 40 dari 45 negara
Ujian Akhir Semester (UAS) siswa SDN
yang diteliti. Oleh karena itu maka perlu
Gambyok 1 dan 2 Kecamatan Grogol
dicarikan
Kabupaten Kediri KKM 75 dengan jumlah
pelajaran
formula
IPA
hanya
pembelajaran
yang
siswa
mencatat
kemudian
siswa masing-masing 25 rata-rata 40%
siswa mendapat nilai dibawah KKM
Student
sedangkan 60% siswa lainnya mendapat
(STAD), karena tipe STAD merupakan
nilai diatas KKM. Hal tersebut disebabkan
tipe pembelajaran kooperatif yang paling
karena
media
sederhana dan guru pengajar belum pernah
pembelajaran yang kurang sesuai di SDN
menerapkan pembelajaran kooperatif tipe
Gambyok 1 dan 2 Kota Kediri.
STAD ini. Dengan dasar inilah yang
pemilihan
model
dan
Team
Achievement
Division
Dari kenyataan di atas, perlu adanya
mendorong peneliti mengadakan penelitian
upaya untuk memperbaiki mutu dan
dengan judul ”Pengaruh pembelajaran
kualitas dalam suatu proses pembelajaran
model STAD (Student Teams Achievement
yang merupakan tanggung jawab seorang
Divisions) dengan media benda konkrit
guru. Pembelajaran model kooperatif tipe
terhadap
STAD
model
sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V
pembelajaran yang bisa digunakan oleh
semester 2 SDN Kabupaten Kediri Tahun
pendidik dalam mengajar. Menurut Slavin
2014/2015”.
merupakan
(2005:4-5),
salah
satu
pembelajaran
kemampuan
mendiskripsikan
kooperatif
menggalakkan siswa berinteraksi secar aktif dan positif dalam kelompok. Selain model, media pendukung juga diperlukan untuk
menyampaikan
pembelajaran.
Hal
METODE Model
merupakan
pembelajaran model
STAD
pembelajaran
sebagaimana
kooperatif yang memberikan kesempatan
diungkapakan oleh Daryanto (2012: 6)
kepada siswa untuk berkelompok dan
bahwa
adalah
berdiskusi mengenai suatu materi yang
sistem
dipilih secara acak oleh guru agar siswa
“Media
komponen
ini
materi
II.
pembelajaran
integral
dari
pembelajaran”. Berdasarkan pernyataan
aktif dan saling mengisi satu sama lain.
tersebut, pembelajaran yang baik tentunya
Menurut Ibrahim (2000) Ada 5
harus didukung pula dengan penggunaan
langkah utama di dalam pembelajaran
media karena media merupakan
yang menggunakan model pembelajaran
kesatuan
dalam
proses
satu
pembelajaran.
Selain itu penggunaan media bertujuan untuk
menstimulus
siswa
agar
aktif
atau
merangsang
a. Penyajian Kelas Tujuannya adalah menyajikan materi
kegiatan
berdasarkan pembelajaran yang telah
pembelajaran. Oleh itu lebih lanjut peneliti
disusun. Setiap pembelajaran dengan
ingin melihat pembelajaran kooperatif
model STAD, selalu dimulai dengan
melalui
penyajian kelas. Sebelum menyajikan
pendekatan
dalam
STAD, yaitu:
struktural
model
materi, guru dapat memulai dengan
memberikan
menjelaskan
pertanyaan.
tujuan
memberikan
pembelajaran,
motivasi
untuk
d) Memberi
berkooperatif dan sebagainya. Penyajian
tersebut
penjelasan
mencakup
atau salah. e) Beralih pada konsep yang lain jika
terbimbing dari keseluruhan pelajaran
siswa
dengan
masalahnya.
dalam
penyajian
materi pelajaran.
telah
memahami
pokok
3) Latihan Terbimbing
1) Pembukaan
a) Menugaskan
a) Menyampaikan pada siswa apa
hal
itu
penting.
semua
yang diberikan. b) Memanggil
siswa
Timbulkan rasa ingin tahu siswa
untuk
dengan
menyelesaikan
demonstrasi
siswa
mengerjakan soal atas pertanyaan
yang hendak mereka pelajari dan mengapa
mengapa
jawaban pertanyaan tersebut benar
pembukaan, pengembangan dan latihan
penekanan
pertanyaan-
yang
secara
acak
menjawab soal.
atau Hal
menimbulkan teka-teki, masalah
bertujuan supaya
kehidupan nyata, atau cara lain.
selalu mempersiapkan diri sebaik
b) Guru
dapat
menyuruh
siswa
Pemberian tugas
menemukan
konsep
atau
menyita
merangsang
keinginan
mereka
atau informasi yang merupakan
waktu
kelas tidak boleh yang
terlalu
lama.
Sebaiknya siswa mengerjakan satu atau dua
c) Ulangi secara singkat keterampilan
siswa
mungkin.
bekerja dalam kelompok untuk
pada pelajaran tersebut.
semua
ini
masalah
(soal)
dan
langsung
diberikan umpan balik. b. Tahapan Kegiatan Belajar Kelompok.
syarat mutlak.
Tim adalah fitur yang paling
2) Pengembangan
penting dalam STAD. Pada setiap tim ini
a) Kembangkan materi pembelajaran
terdiri dari empat atau enam siswa yang
sesuai dengan apa yang akan
mewakili seluruh bagian dari kelas dalam
dipelajari siswa dalam kelompok.
hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras
b) Pembelajaran
kooperatif
dan etnis. Fungsi utama dari tim ini
menekankan bahwa belajar adalah
adalah
memahami makna bukan hapalan.
anggota tim benar-benar belajar, dan
c) Mengontrol sesering
pemahaman mungkin
siswa dengan
lebih
memastikan
khususnya
lagi
bahwa
adalah
semua
untuk
mempersiapkan anggotanya untuk bisa
mengerjakan kuis dengan baik. Setelah
lembar
guru
menjawab pertanyaan itu.
meyampaikan
materinya,
tim
kegiatan
dan
berusaha
berkumpul untuk mempelajari lembar
5) Tekankan pada siswa bahwa mereka
kegiatan atau materi lainnya. Yang
belum selesai belajar sampai mereka
paling sering terjadi, pembelajaran itu
yakin teman-teman satu kelompok
melibatkan pembahasan permasalahan
dapat mencapai nilai sampai 100 pada
bersama, membandingkan jawaban dan
kuis. Pastikan siswa mengerti bahwa
mengoreksi tiap kesalahan pemahaman
lembar kegiatan tersebut untuk belajar
apabila anggota tim ada yang membuat
tidak
kesalahan.
diserahkan. Jadi penting bagi siswa
Selanjutnya
langkah-langkah
yang
dilakukan guru sebagai berikut: 1) Mintalah
anggota
hanya
untuk
diisi
dan
mempunyai lembar kegiatan untuk mengecek diri mereka dan teman-
kelompok
teman sekelompok mereka pada saat
memindahkan meja/ bangku mereka
mereka belajar. Ingatkan siswa jika
bersama-sama dan pindah ke meja
mereka
mempunyai
pertanyaan,
kelompok.
mereka
seharusnya
menanyakan
2) Berilah waktu lebih kurang 10 menit untuk memilih nama kelompok.
teman
sekelompoknya
sebelum
bertanya guru.
3) Bagikan lembar kegiatan siswa.
6) Sementara
4) Serahkan pada siswa untuk bekerja
siswa
bekerja
dalam
kelompok, guru berkeliling dalam
sama dalam pasangan, bertiga atau
kelas.
satu kelompok utuh, tergantung pada
kelompok yang semua anggotanya
tujuan yang sedang dipelajari. Jika
bekerja dengan baik, yang anggotanya
mereka mengerjakan soal, masing-
duduk dalam kelompoknya untuk
masing siswa harus mengerjakan soal
mendengarkan
sendiri dan kemudian dicocokkan
yang lain bekerja dan sebagainya.
dengan temannya. Jika salah satu tidak
dapat
mengerjakan
suatu
Guru
sebaiknya
bagaimana
memuji
anggota
c. Tahapan Menguji Kinerja Individu Untuk mengetahui sejauh mana
pertanyaan, teman satu kelompok
keberhasilan
bertanggung jawab menjelaskannya.
diadakan tes secara individual, setiap
Jika
siswa berusaha untuk bertanggung jawab
siswa
mengerjakan
dengan
belajar
individual,
telah
dicapai,
jawaban pendek, maka mereka lebih
secara
melakukan
yang
sering bertanya dan kemudian antara
terbaik sebagai kontribusinya kepada
teman saling bergantian memegang
kelompok mengenai materi yang telah
dibahas. Pada penelitian ini tes individual diadakan pada akhir pertemuan, masing-
perhitungan skor dikelompok dilakukan
masing selama 10 menit agar siswa dapat
dengan cara
menunjukkan apa yang telah dipelajari
masing perkembangan skor individu dan
secara
hasilnya dibagi sesuai jumlah anggota
individu
selama
bekerja
kelompok. Skor perolehan individu ini
kelompok.
didata
akan
diberikan berdasarkan perolehan skor
digunakan pada perhitngan perolehan
rata-rata yang dikategorikan menjadi
skor kelompok.
kelompok baik, kelompok hebat dan
d. Penskoran Peningkatan Individu
kelompok super.
dan
diarsipkan,
Perhitungan
yang
skor
dihitung
Pemberian
e. Tahapan
berdasarkan skor awal, dalam penelitian
Kelompok
ini didasarkan pada nilai evaluasi hasil
Setelah
penghargaan
Mengukur
Kinerja
kegiatan
penskoran
belajar materi sebelumnya. Berdasarkan
peningkatan individu selesai, langkah
skor
selanjutnya
adalah
pemberian
untuk
penghargaan
kepada
kelompok.
memberikan sumbangan skor maksimal
Penghargaan
kelompok
diberikan
bagi kelompoknya berdasarkan skor tes
berdasarkan skor peningkatan kelompok
yang
yang diperoleh.
awal
setiap
kesempatan
yang
siswa
memiliki
sama
diperolehnya.
perkembangan
Perhitungan
skor
individu
dimaksudkan agar siswa terpacu untuk memperoleh dengan
prestasi
terbaik
kemampuannya.
sesuai
III. a.
HASIL DAN KESIMPULAN Kelas Eksperimen
Adapun
Data
tentang
kemampuan
perhitungan skor pekembangan individu
mendiskripsikan sifat-sifat cahaya. Data
dikemukakan Slavin (2005:159) seperti
pada
terlihat pada tabel berikut:
menjadi 2 bagian yaitu : (1) pretest dan Skor
No
menjumlahkan masing-
Skor Test
Perkembangan Individu
1 Lebih dari 10 poin dibawah skor awal
5
2 10 hingga 1 poin dibawah skor awal
10
3 Skor awal sampai 10 poin diatasnya
20
4 Lebih dari 10 poin diatas skor awal
30
5 Nilai sempurna (tidak berdasarkan skor awal)
30
(2)
kelas
eksperimen
posttest.
ini
Data-data
terbagi
tersebut
sebagaimana terdapat pada tabel berikut: 1) Pretest
Data hasil nilai pretes pada
pada kelas ini terdapat 2 bagian: (1)
kelompok eksperimen yaitu sebagai
pre-test dan (2) post-test. Data-data
berikut :
tersebut sebagaimana yang terdapat pada tabel berikut.
NO
NILAI
FREKUENSI
FREKUENSI
ABSOLUT
RELATIF
1) Pre-test Data
(Y) 1
85 - 89
3
12%
2
80 - 84
4
16%
3
75- 79
4
16%
4
70 - 74
8
32%
5
65 - 69
3
12%
6
60 – 64
2
8%
7
55 - 59
1
4%
∑
25
100%
hasil
nilai
pada
kelompok kontrol sebagai berikut : NO
NILAI
FREKUENSI
FREKUENSI
ABSOLUT
RELATIF
(Y)
Tabel Data kemampuan mendiskripsikan sifat-sifat cahaya (Hasil pretes kelompok eksperimen)
1
80 - 84
1
4%
2
75 - 79
3
12%
3
70 - 74
3
12%
4
65 - 69
4
16%
5
60 – 64
5
20%
6
55 - 59
4
16%
7
50 - 54
5
20%
25
100%
∑
2) Post test Data hasil nilai post-test pada
pretes
Tabel Data kemampuan mendiskripsikan sifat-sifat cahaya
kelas eksperimen sebagai berikut:
(Hasil pre-test kelompok kontrol) NO
NILAI
FREKUENSI
FREKUENSI
ABSOLUT
RELATIF
(Y) 1
95 - 99
7
28%
2
90 - 94
6
24%
3
85 - 89
4
16%
4
80 - 84
2
5
75 - 79
6 7
2) Post-test Data hasil nilai post-tes pada kelompok kontrol sebagai berikut:
NO
NILAI
FREKUENSI
FREKUENSI
8%
ABSOLUT
RELATIF
3
12%
(Y)
70 - 74
2
8%
1
95 - 99
1
4%
65 - 69
1
4%
2
90 - 94
1
4%
∑
25
100%
3
85 - 89
2
8%
Tabel Data kemampuan mendiskripsikan
4
80 - 84
2
8%
sifat-sifat cahaya
5
75 - 79
8
32%
(Hasil post-test kelompok eksperimen)
6
70 - 74
2
8%
7
65 - 69
9
36%
25
100%
∑
b. Kelas kontrol Data
tentang
kemampuan
mendiskripsikan sifat-sifat cahaya. Data
Tabel Data kemampuan mendiskripsikan sifat-sifat cahaya (Hasil post-test kelompok kontrol)
Berdasarkan hasil analisis dapat
Berdasarkan
hasil
analisis
data
dari
dipahami bahwa uji t-tes pada hipotesis 1
pengujian hipotesis yang telah dibahas
didapatkan hasil t-hitung 20,9 menunjukan
pada
lebih besar dari harga t-tabel 1% = 2,797
disimpulkan sebagai berikut.
dan
1. Kemampuan
5%
=
2,064
dengan
demikian
bab
sebelumnya
siswa dalam
maka
dapat
pada
kelas
probabilitas kesalahan sangat kecil yakni
eksperimen
mendiskripsikan
kurang dari 1%. Selanjutnya nilai rata-rata
sifat-sifat cahaya dengan menggunakan
Kemampuan mendiskripsikan sifat-sifat
model pembelajaran STAD didukung
cahaya dengan menggunakan model STAD
media benda konkrit siswa kelas V
didukung benda konkrit sebesar 87,4
SDN Gambyok 1 Kecamatan Grogol
menunjukan lebih besar dibanding nilai
Kabupaten
Kediri
KKM 75. Dengan ketuntasan 50% diatas
2014/2015
dinyatakan
KKM 75 dan 10% dibawah KKM 75.
tinggi. Hal ini dibuktikan dengan
tahun
ajaran
cenderung
Untuk uji t-tes pada hipotesis 2
ketuntasan mencapai 75% perolehan
didapatkan hasil t-hitung 13,4 menunjukan
nilai rata-rata kelas adalah lebih dari 75
lebih besar dari harga t-tabel 1% = 2,797
nilai KKM yaitu 87,4.
dan
5%
=
2,064
dengan
demikian
2. Kemampuan siswa pada kelas kontrol
probabilitas kesalahan sangat kecil yakni
dalam
kurang dari 1%. Selanjutnya nilai rata-rata
cahaya dengan model STAD saja tanpa
mendiskripsikan sifat-sifat cahaya dengan
menggunakan media benda konkrit
menggunakan model STAD sebesar 75,6
siswa kelas V SDN Gambyok 2
menunjukaan lebih besar dibanding nilai
Kecamatan Grogol Kabupaten Kediri
KKM 75. Dengan ketuntasan 60% diatas
tahun ajaran 2014/2015 dinyatakan
KKM 75 dan 40% dibawah KKM 75.
cenderung
Sedangkan
hasil
mendiskripsikan
rendah
sifat-sifat
dibanding
perhitungan
menggunakan media. Hal ini dibuktikan
hipotesis 3 dapat dipahami bahwa uji t-tes
dengan ketuntasan 60,4% siswa diatas
pada hipotesis 3 didapatkan hasil t-hitung
KKM 75 dan dengan nilai rata-rata
menunjukan lebih besar dari harga t-tabel 1% = 2,704 dan 5% = 2,021
dengan
demikian
probabilitas
75,6. 3. Berdasarkan perolehan data yang telah dianalisis dapat disimpulkan bahwa ada
kesalahan sangat kecil yakni kurang dari
pengaruh
yang
signifikan
pada
1%.
penggunaan model pembelajaran STAD didukung media benda konkrit dari pada
yang
menggunakan
model
pembelajaran
STAD
saja
kemampuan
siswa
pada
terhadap materi
mendiskripsikan sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SDN Gambyok 1 dan SDN Gambyok 2 Kecamatan Grogol Kabupaten
Kediri
tahun
ajaran
2014/2015.
IV.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi.2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta. Daryanto. 2012. Media Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosda Karya, (online), tersedia : http://handbrainheart.blogspot.co.id /2012/10/resume-buku-mediapembelajaran-drs_1786.html, diunduh 26 Juni 2015. Djauhar M. Siddiq. 2008. Pengembangan Bahan Dan Media Bahan Ajar. Jakarta: PT Rineka Cipta. Djumhana. 2007. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Bandung: Remaja Rosda Karya. Endang, Mulyatiningsih.2013. Metode Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif. Bandung: alfabeta. Ibrahim, Muslimin. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press. Octalia, Riza. 2010.Penerapan Pembelajaran Model STAD Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SDN Jepang Pakis Kudus Tahun Ajaran 2009/2010. Kudus :Universitas Negeri Yogyakarta. (online), Tersedia:www.medukasi.web.id/2013/06/hasilbelajar-IPS. Diunduh 25 Juni 2015.
Mudjiono, dkk. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta. Muhadi,Yudhi. 2008. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Gaung Persada. Mulyani, Johar. 1998. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, (online), tersedia : http:// materiumum.blogspot.co.id/2012/1 0/Materi-MediaPembelajaran.html, diunduh 27 Juni 2015. Mustofa, Budi. 2010. Peningkatan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Siswa Kelas IV SDN 1 Jambeyan Palu Tahun 2010/2011. Palu: Universitas Hasanudin. (online) ,Tersedia: www.sarjanaku.com>home>pembe lajaran, diunduh 25 Juni 2015. Nurhadi. 2004.Cooperative Jakarta: PT Gramedia.
Learning.
Rahmadinarti. 2001. Model Pembelajaran STAD. Jakarta: PT Gramedia, (online), tersedia:http://lorensakurniati.word press.com/2013/02/06/ModelPembelajaran-STAD/, diunduh 26 Juni 2015. Rine, Erlis. 2012. Peningkatan Hasil Belajar siswa dalam pembelajaran IPA melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD di Kelas IV SDN 6 Bukit Bual, kecamatan Koto, Kabupaten Sijunjung. Padang: Universitas Andalas.(online),Tersedia: http://erlisrine87.blogspot.co.id/20
12/04/skripsi-pengaruhmodel.html, diunduh 25 Juni 2015. Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sadiman, Arief, dkk. 2006. Media Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo. Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Slavin,
Robert. 2005. Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktek.. Bandung: Nusa Media. Soekotjo. 2004. Pembelajaran IPA. Jakarta: PT Rineka Cipta, (online), tersedia : http://IPA.blogspot.co.id/2004/10/I PA-pembelajaran/175.html, diunduh 26 Juni 2015. Sudjana, Nana.2004. Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda Karya. Sudjana,Nana, dkk.2013. Media Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosda Karya. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2009. Metode Kuantitatif dan Bandung: Alfabeta.
Penelitian Kualitatif.
Suharman. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Penjumlahan Dan Pengurangan Bilangan Bulat Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Di Kelas IV SD Pasundan 2 Kota Bandung. Bandung: Universitas Pendidikan
Indonesia. (online) ,Tersedia: http://suharman.blogspot.co.id/201 4/04/skripsi-pengaruh-modelpembelajaran.html, diunduh 25 Juni 2015. Sumantri, dkk.2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: DEPDIKBUD. Tamba, Herda. 2011. Meningkatkan Hasil Belajar IPA Tentang Konsep Gaya Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division (STAD) Pada Siswa Kelas IV SDN Tanah Habang Kecamatan Mataraman Tahun Ajaran 2011/2012. Banjar: Universitas Lambung Mangkurat.(online),tersedia: http://herdatamba.blogspot.co.id/20 11/03/skripsi-penerapanpembelajaran.html, diunduh 25 Juni 2015.