`
EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN BABAKAN PASAR SEBAGAI UPAYA PENDUKUNG REVITALISASI KAWASAN CBD (CENTRAL BUSINESS DISTRICT) KECAMATAN BOGOR TENGAH KOTA BOGOR
SHAIBATUL ISLAMIAH
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
`
`
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Evaluasi Lanskap Permukiman Padat Kelurahan Babakan Pasar Sebagai Upaya Pendukung Revitalisasi Kawasan CBD (Central Business District) Kecamatan Bogor Tengah Kota Bogor adalah benar karya saya dan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber data dan informasi baik yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain, telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan pada Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Maret 2015 Shaibatul Islamiah NIM A44100040
`
ABSTRAK SHAIBATUL ISLAMIAH. Evaluasi Lanskap Permukiman Padat Kel. Babakan Pasar Sebagai Upaya Pendukung Revitalisasi Kawasan CBD (Central Business District) Kecamatan Bogor Tengah Kota Bogor. Dibimbing oleh ARIS MUNANDAR. Peningkatan jumlah permukiman yang tidak diikuti oleh peningkatan luas kawasan yang dapat menyebabkan menurunnya pemenuhan kebutuhan dasar penduduk di permukiman tersebut. Oleh sebab itu, tujuan dari penelitian ini untuk menginventarisasi dan menganalisis kriteria revitalisasi lanskap permukiman padat berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.18/PRT/M/2010 tentang pedoman revitalisasi kawasan dan mengevaluasi lanskap permukiman padat berdasarkan Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001 tentang standar pelayanan minimal untuk permukiman. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor pada Bulan Maret sampai Juli 2014. Tahapan pengumpulan data melalui survei, wawancara, dan kuisioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lanskap permukiman padat penduduk ini termasuk dalam kategori cukup potensial untuk dilakukan kegiatan revitalisasi dan potensi vitality ekonomi di lanskap permukiman padat Kel. Babakan Pasar yang paling signifikan. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa kualitas permukiman, jaringan jalan, drainase, persampahan belum sesuai dengan standard. Sedangkan sarana dan utilitas umum berupa air bersih di permukiman sudah sesuai standar. Kata kunci : evaluasi lanskap, revitalisasi, lanskap permukiman padat, kawasan CBD ABSTRACT SHAIBATUL ISLAMIAH. (Slum Settlement Landscape Evaluation to Support CBD (Central Bussines District) Area Revitalization in Central Bogor District Bogor City. Supervised by ARIS MUNANDAR. Generally, growth level of people in CBD area enhance amount of slum settlement in Indonesia. In slum settlement, enhancement of settlement was not followed by amount of area, so it could decrease fulfilling of basic needs of residential. Therefore, the objectives of this research were to inventory and and to analyze revitalization criteria of slum settlememt based on Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.18/PRT/M/2010 about guideline for area revitalization and to evaluate landscape slum settlement based on Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001 about standard of minimum requirement in settlement. This research was held in Babakan Pasar district, in Central Bogor, Bogor City at March till July 2014. Process of data collecting by survey, interview, and questionnaire. The result showed that slum settlement was quite potential as revitalization area and vitality of economy was the most significant potency. The result of evaluation showed that quality of settlement, path, drainage and waste management were not fulfill the standard. Beside that infrastructure and utility were fulfill the standard. Keywords: landscape evaluation, revitalization, landscape settlement, CBD area
`
EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN BABAKAN PASAR SEBAGAI UPAYA PENDUKUNG REVITALISASI KAWASAN CBD (CENTRAL BUSINESS DISTRICT) KECAMATAN BOGOR TENGAH KOTA BOGOR
SHAIBATUL ISLAMIAH
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2015
`
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau peninjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
`
PRAKATA Puji dan syukur kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2014 sampai Juli 2014 ini adalah evaluasi lanskap permukiman padat, dengan judul Evaluasi Lanskap Permukiman Padat Kelurahan Babakan Pasar Sebagai Upaya Pendukung Revitalisasi Kawasan CBD (Central Business District) Kecamatan Bogor Tengah Kota Bogor. Terimakasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Aris Munandar, MS selaku pembimbing yang telah banyak memberi arahan dan masukan dalam penyusunan dan penyelesaian penelitian ini. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Dr Ir Indung Sitti Fatimah, MSi selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan banyak pengarahan selama mengikuti perkuliahan. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada seluruh staf di Kelurahan Babakan Pasar Kota Bogor, penduduk permukiman padat Kelurahan Babakan Pasar, dinas-dinas dan instansi di Kota Bogor yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terimakasih juga disampaikan kepada keluarga terutama Mamak, Ayah, Pesal, Zara dan seluruh keluarga atas doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Maret 2015 Shaibatul Islamiah
`
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Keraangka Pikir Tinjauan Pustaka METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Alat dan Bahan Batasan Penelitian Metode dan Tahapan Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Lokasi Penelitian Topografi Sirkulasi dan Aksesibilitas Demografi Tata Guna Lahan dan Vegetasi Iklim Aspek Legalitas Aktivitas Pengguna Tapak Aspek Ekonomi Aspek Sosial Aspek Budaya Inventarisasi Jaringan Jalan Drainase Persampahan Sarana lingkungan Utilitas Analisis dan Sintesis Analisis Penilaian Kriteria Revitalisasi Kawasan Analisis Vitality Lanskap Permukiman Padat Analisis Elemen Mental Map Analisis Persepsi dan Preferensi Pengguna Tapak Evaluasi Lanskap Permukiman Padat Kelurahan Babakan Pasar Rekomendasi SIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
ix x xi 1 1 2 2 3 4 8 8 9 9 9 16 16 16 16 16 18 19 21 23 24 25 26 26 28 29 29 30 31 31 32 32 38 46 50 52 62 63 64 66
`
DAFTAR TABEL 1
Jenis data yang diperlukan
10
2
Identifikasi Vitality Lanskap Permukiman Padat Kel. Babakan Pasar
12
3
Skor penilaian komponen perilaku masyarakat terhadap 5 jenis aspek perilaku keteritorialan Skor ideal untuk penilaian komponen perilaku masyarakat terhadap struktur dan perilaku keteritorialan Rating scale untuk penilaian komponen perilaku masyarakat terhadap struktur dan perilaku keteritorialan Derajat kepentingan penilaian komponen perilaku masyarakat terhadap struktur dan perliku keteritorialan di Kelurahan Babakan Pasar
13
7
Deskripsi penilaian derajat kepentingan perilaku keteritorialan terhadap revitalisasi di lokasi penelitian
14
8
Kepadatan penduduk Kecamatan Bogor Tengah
18
9
Jumlah Penduduk Kelurahan Babakan Pasar Akhir November 2013
18
4 5 6
13 14 14
10 Jenis fasilitas umum pada lokasi penelitian
19
11 Vegetasi eksisting di permukiman padat penduduk
21
12 Data curah hujan rata-rata (mm/bulan)
22
13 Data temperatur rata-rata (oC)
22
14 Data kelembaban udara rata-rata (%)
22
15 Kelas usia penduduk Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Tengah 16 Jenis pekerjaan penduduk Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Tengah 17 Nilai lokasi penelitian berdasarkan penurunan produktivitas ekonomi
24
18 Nilai lokasi penelitian berdasarkan degradasi lingkungan
33
19 Nilai lokasi penelitian berdasarkan fungsi strategis terhadap variabel fungsi ekonomi 20 Nilai lokasi penelitian berdasarkan komitmen Pemda
34
21 Nilai lokasi penelitian masuk di kawasan strategis menurut UU No. 26 Tahun 2007
36
22 Nilai lokasi penelitian berdasarkan kepemilikan Tanah (land tenure) di kawasan
36
23 Kriteria revitalisasi kawasan
37
24 Identifikasi Vitality Lanskap Permukiman Padat Kel. Babakan Pasar
38
25 Intensitas dan aksesibilitas pemenuhan kebutuhan dasar penduduk di lokasi penelitian 26 Perbandingan kondisi vitality jalan Roda dahulu dan eksisting
39
27 Derajat kepentingan penilaian komponen perilaku masyarakat terhadap struktur dan perilaku keteritorialan di Kel. Babakan Pasar
45
24 32
35
43
`
28 Analisis elemen mental map Kelurahan Babakan Pasar
46
29 Hasil evaluasi lanskap permukiman padat
52
30 Evaluasi sarana pendidikan di lokasi penelitian
55
31 Evaluasi sarana kesehatan di lokasi penelitian
55
32 Evaluasi sarana ibadah di lokasi penelitian
56
DAFTAR GAMBAR 1
Kerangka Pikir Penelitian
3
2
8
3
Peta lokasi penelitian di Kel. Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor Tahap analisis kriteria revitalisasi di lokasi penelitian
11
4
Pola sirkulasi di lokasi penelitian
17
5
Peta tata guna lahan lanskap permukiman padat penduduk
20
8
Mekanisme fungsi tanaman dalam mereduksi polutan
23
9
Warung sederhana yang berada di depan rumah penduduk
25
10 Kios kuliner khas makanan etnis Tionghoa
27
11 Kegiatan ritual perayaan Hari Raya Imlek 2013 di Jalan Suryakencana 12 (a)Klenteng Dhanagun di kawasan pecinan Suryakencana Bogor, Jawa Barat, sekitar 1920-1930 (b) Klenteng Dhanagun di kawasan pecinan Suryakencana 13 Jalan lingkungan di lokasi penelitian
27
14 Tipe drainase tertutup di lokasi penelitian: (a) Drainase di Pasar Bogor (b)Drainase di permukiman 15 Lapangan olahraga di lokasi penelitian
30
16 Intensitas aktivitas di dalam lokasi penelitian
40
17 (a) Intensitas aktivitas ekonomi pada ruko (b) intensitas aktivitas ekonomi PKL di Jalan Roda 18 (a) Intensitas aktivitas ekonomi pada ruko (b) intensitas aktivitas ekonomi PKL di Jalan Suryakencana 19 (a)Tingkat vitality aktivitas PKL selama ± 24 jam (b)Tingkat vitality aktivitas ekonomi pada ruko selama ± 24 jam 20 Jenis aktivitas ekonomi didalam kawasan penelitian
41
21 Mental map kelurahan Babakan Pasar
48
22 Kriteria lebar sempadan bertanggul
53
23 Peta evaluasi permukiman berdasarkan peraturan sempadan sungai
57
24 Gambar 24 Peta evaluasi lanskap permukiman berdasarkan KDB
58
28
29
31
42 42 44
`
25 Peta evaluasi sarana pendidikan
59
26 Peta evaluasi sarana kesehatan
60
27 Peta evaluasi sarana ibadah
61
28 (a)Gambar potongan zona konservasi dan (b) ilustrasi zona konservasi
62
29 (a)Sistem drainase vertikal di permukiman dan (b) detail gambar sumur vertikal
62
DAFTAR LAMPIRAN 1 2
Lembar kuesioner Lembar kuesioner
66 69
PENDAHULUAN Latar belakang Tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi di daerah pusat kota secara umum meningkatkan jumlah permukiman padat di kota-kota Indonesia. Data pada tahun 2008 menunjukkan jumlah penduduk Indonesia yang bermukim di perkotaan telah mencapai 112 juta jiwa, dan hampir seperempat dari penduduk perkotaan tersebut (23,1%), atau sekitar 25 juta jiwa, hidup dikawasan permukiman kumuh (Kemen PU 2010). Bahkan dengan tingkat urbanisasi sebesar 1%-1.5% per tahun, maka dalam kurun waktu 20 hingga 25 tahun lagi jumlah penduduk perkotaan di Indonesia akan dapat mencapai 65% (Kemen PU 2010). Tingginya jumlah penduduk di pusat kota mengharuskan terpenuhinya kebutuhan permukiman yang layak huni, khususnya masyarakat yang bekerja pada sektor perdagangan dan jasa di kawasan komersial di pusat kota. Masyarakat lebih tertarik untuk bertempat tinggal di sekitar kawasan pusat kota karena lebih memudahkan jangkauan tempat kerja yang bekerja di pusat kota, serta memenuhi kebutuhan tempat tinggal masyarakat yang banyak bekerja di kawasan CBD kota (Eny 2006). Selain itu ketersediaan prasarana dan sarana yang lengkap menjadi daya tarik masyarakat untuk tinggal di kawasan tersebut. Fenomena ini dapat mempengaruhi kualitas fisik suatu lingkungan permukiman di pusat kota tersebut. Kota Bogor memiliki tingkat pertumbuhan penduduk cukup tinggi dalam kurun waktu 1990-2000. Berdasarkan data BPS kota Bogor jumlah penduduk tahun 1990 sebanyak 271.17 ribu jiwa, tahun 2000 sebanyak 949.1 jiwa dan data terakhir tercatat pada tahun 2010 sebanyak 949.066 orang dengan laju pertumbuhan 2,39 % per tahun. Kecamatan Bogor Tengah berada di urutan keempat dengan jumlah penduduk 102.203 orang dengan laju pertumbuhan penduduk sekitar 1,15 %. Namun dari sisi kepadatan, Kecamatan Bogor Tengah berada di urutan tertinggi pada kepadatan penduduk sekitar > 12000 km2 (BPS Bogor 2010). Berdasarkan Perda Bogor No. 8 tahun 2011, Kecamatan Bogor Tengah merupakan wilayah pusat kota dan diarahkan menjadi kawasan perdagangan. Salah satu permukiman padat yang berada di Kecamatan Bogor Tengah adalah permukiman penduduk di Kelurahan Babakan Pasar. Kawasan Kelurahan Babakan Pasar terdiri dari kawasan perdagangan dan permukiman padat penduduk. Pengaruh area permukiman yang terletak berdampingan dengan area perdagangan memiliki peluang mempengaruhi kualitas fisik lingkungan permukiman padat di kelurahan Babakan Pasar. Tempat manusia tinggal, bekerja dan pergi dalam kehidupan sehari-hari memiliki pengaruh besar dalam kualitas manusia, terutama tempat tinggal yang ditempati seumur hidup. Menurut Kevin Lynch (1981) dalam Good City Form, salah satu alat ukur atau dimensi untuk mengukur kualitas suatu permukiman yaitu vitality. Vitality adalah kemampuan permukiman untuk mendukung kebutuhan biologis dan kapabilitas manusia (Lynch 1981). Kebutuhan dasar manusia tersebut yaitu kebutuhan makan (ekonomi), keamanan, afiliasi, ekonomi, identitas, aktualisasi diri, dan lainnya. Suatu lanskap permukiman diharapkan dapat memenuhi kriteria pemenuhan kebutuan dasar manusia ini agar dapat disebut sebagai kawasan permukiman yang memiliki vitality tinggi. Evaluasi kualitas lanskap permukiman padat di Kelurahan
2
Babakan Pasar diharapkan dapat menghasilkan zonasi dan rekomendasi sehingga dapat mendukung kebutuhan dasar manusia yang bermukim di lanskap permukiman tersebut. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan, 1. menginventarisasi karakteristik lanskap permukiman padat berdasarkan potensi dan kendala di Kel. Babakan Pasar; 2. menganalisis kriteria revitalisasi lanskap permukiman padat berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.18/PRT/M/2010 tentang pedoman revitalisasi kawasan; 3. mengevaluasi lanskap permukiman padat berdasarkan Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001 tentang standar pelayanan minimal untuk permukiman. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini ialah, 1. hasil evaluasi dapat menjadi bahan masukan bagi Pemerintah Kota Bogor dan pihak-pihak yang terkait dalam usaha revitalisasi area lanskap permukiman padat; 2. rekomendasi dapat meningkatkan aktivitas ekonomi, kenyamanan, keamanan, dan kualitas vitality lanskap di lanskap permukiman padat.
3
KERANGKA PIKIR Evaluasi lanskap permukiman padat dilakukan sebagai upaya pendukung revitalisasi kawasan CBD yang saat ini kondisi kualitas lanskapnya kurang dapat mengakomodasi kebutuhan pengguna tapak. Kerangka pikir penelitian ini dapat dilihat pada diagram alir di bawah ini (Gambar 1). Lanskap Permukiman Padat Kelurahan Babakan Pasar Kecamatan Bogor Tengah Kota Bogor
Aspek Analisis
Aspek Fisik dan Biofisik
Aspek Ekonomi dan Sosial
1.Letak geografis dan administratif 2.Topografi dan sirkulasi 3.Demografi 4.Tataguna lahan 5. Vegetasi 6. Iklim
1.Aktivitas ekonomi 2.Perspektif dan Preferensi pengguna 3.Aktivitas sosial dan budaya masyarakat (perilaku keteritorialan)
Aspek Legal dan Vitality Lanskap 1.RTRW Kota Bogor 2.Perda Bogor 3.UU dan PP 4.Kebutuhan dasar/fisiologis manusia
Analisis Potensi
Kendala Evaluasi Zona berdasarkan evaluasi lanskap
Rekomendasi Evaluasi Lanskap Permukiman Padat Kelurahan Babakan Pasar Kecamatan Bogor Tengah Kota Bogor
Gambar 1 Kerangka Pikir Penelitian
4
TINJAUAN PUSTAKA Evaluasi Evaluasi adalah kegiatan menilai, menaksir dan mengkaji (Echols dan Shadily 1996). Evaluasi bertujuan untuk menyeleksi dan menampilkan informasi yang diperlukan dalam mendukung pengambilan kesimpulan dan keputusan tentang suatu program serta menampilkan nilainya (Vitasari 2004). Evaluasi bertujuan untuk melihat apakah sesuatu yang telah dilakukan dapat dilanjutkan (memberikan hasil positif) atau dihentikan dan bagaimana cara pengembangannya. Lanskap Permukiman Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 4 tahun 1992, permukiman diartikan sebagai bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. Sedangkan kawasan permukiman padat adalah kawasan yang terdiri atas perpetakan yang sangat kecil dan menyebabkan penyediaan daerah hijau alami tidak mungkin diselenggarakan secara individual (Joga dan Ismaun 2002). Berdasarkan Standar Pelayanan Minimal untuk Permukiman Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001 bahwa permukiman perkotaan minimal harus memiliki, a. Prasarana lingkungan Prasarana lingkungan adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang memungkinkan lingkungan permukiman dapat berfungsi sebagaimana semestinya (BSN 2003). Prasarana lingkungan lanskap permukiman terdiri dari, 1. Jaringan jalan Jalan adalah jalur yang direncanakan atau digunakan untuk lalu lintas kendaraan dan orang (BSN 2003). Jaringan jalan di permukiman terdiri dari jalan lingkungan dan setapak. Ketentuan cakupan jalan lingkungan dengan panjang 40-60m/ha dengan lebar 2-5m. Selain itu, jalan setapak dengan panjang 50-11-m/ha dengan lebar 0,8-2m. Jalan dengan tingkat pelayanan kecepatan rata-rata 5-10 km/jam. Kualitas jalan dengan aksesibilitas kesemua lingkungan permukiman dan dapat diakses mobil pemadam kebakaran. 2. Pengolahan air limbah Sebagian besar limbah permukiman merupakan limbah rumah tangga, yang pengelolaannya cukup dengan menyediakan tangki septik dan sumur resapan. Standar pelayanan minimum air limbah setempat dengan presentase 80-90% penduduk terlayani untuk daerah dengan kepadatan 300 jiwa/ha. Tingkat pelayanan air limbah dengan tangki septik dan MCK yang disesuaikan oleh masyarakat. 3. Drainase Drainase adalah serangkaian bangunan air yang berfungsi mengurangi dan membuang kelebihan air dari suatu lahan sehingga lahan tersebut dapat difungsikan secara optimal (Suripin 2003). Batas minimum cakupan daerah genangan drainase yang dapat diatasi sebanyak 50-80%. Kualitas drainase
5
4.
b.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
c.
dengan tinggi < 30cm, lama genangan <2 jam dan frekuensi genangan maksimal 2 kali setahun. Persampahan Sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk maksud biasa atau utama dalam pembuatan atau pemakaian barang rusak atau cacat dalam pembuatan manufaktur atau materi berlebihan atau ditolak atau buangan (Kamus Istilah Lingkungan 1994) Sarana lingkungan Sarana lingkungan adalah fasilitas penunjang yang berfungsi untuk menyelenggarakan dan mengembangkan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya (BSN 2003). Sarana lingkungan di lanskap permukiman terdiri dari, Sarana niaga Sarana niaga yang memberikan pelayanan perdagangan kepada masyarakat meliputi toko/warung, pertokoan, pusat pertokoan, pasar lingkungan, dan pusat perbelanjaan/niaga (BSN 2003). Sarana pendidikan Sarana pendidikan yang menyangkut bidang pendidikan yang bersifat formal atau umum, yaitu meliputi tingkat prabelajar (Taman Kanak-kanak), tingkat dasar (SD/MI), tingkat menengah (SLTP/MTs dan SMU) (BSN 2003). Sarana pelayanan kesehatan Sarana kesehatan adalah sarana yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk (BSN 2003) Sarana pelayanan umum Sarana pelayanan umum di permukiman adalah kantor pelayanan/administrasi pemeritahan dan kependudukan, kantor pelayanan utilitas umum, dan pos pelayanan keamanan dan keselamatan (BSN 2003). Sarana ruang terbuka hijau (Taman dan Pemakaman Umum) Sarana untuk menyediakan RTH yang populasinya didominasi oleh penghijauan baik secara alamiah atau budidaya tanaman, dalam pemanfataan dan fungsinya adalah sebagai areal berlangsungnya fungsi ekologis dan penyangga kehidupan wilayah perkotaan. Penggolongan sarana ruang terbuka hijau di lingkungan perumahan berdasarkan kapasitas pelayanannya terhadap sejumlah penduduk (BSN 2003) Sarana sosial budaya Sarana yang mewadahi kegiataan kebudayaan dan rekreasi seperti gedung pertemuan, serbaguna, bioskop dan gedung kesenian dan lain-lain. Bangunan juga dapat sekaligus berfungsi sebagai bangunan sarana pemerintahan dan pelayanan umum (BSN 2003). Utilitas Utilitas adalah pelayanan seperti air bersih, air limbah, gas, listrik dan telepon, yang pada umumnya diperlukan untuk beroperasinya suatu bangunan dan lingkungan permukiman (BSN 2003). Teori Perilaku
Hal yang melatarbelakangi bentukan fisik suatu lingkungan adalah karakteristik sosial budaya masyarakat (Rapoport 1969). Penataan lanskap
6
permukiman dilakukan dengan tetap memperhatikan kualitas lingkungan permukiman dan pelayanan permukiman pada penduduk permukiman setempat. Teori hirarki kebutuhan dasar manusia yang dikemukakan oleh Abraham Maslow dalam Potter dan Perry (2005) dapat dikembangkan untuk menjelaskan kebutuhan dasar manusia sebagai berikut : 1. Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan paling dasar, contohnya lapar dan haus, kesehatan, minuman, makanan, tempat tinggal, istirahat, dan tidur, diekspresikan sebagai kegiatan ekonomi, 2. Kebutuhan rasa aman dan perlindungan: selain perlindungan dari kekerasan fisik, peluang untuk mengurangi ancaman perilaku fisik dari orang lain, untuk menunjukkan privasi seseorang, dan self orientation pada lingkungan perkotaan, 3. Kebutuhan afiliasi: kebutuhan untuk bersosialisasi dengan orang lain, rasa memiliki dan dimiliki, antara lain memberi dan menerima kasih sayang, mendapatkan kehangatan keluarga, memiliki sahabat, diterima oleh kelompok sosial dan sebagainya, 4. Kebutuhan akan harga diri maupun perasaan dihargai oleh orang lain. Kebutuhan ini terkait dengan keinginan untuk mendapatkan kekuatan, meraih prestasi, rasa percaya diri, kemerdekaan diri dan memerlukan pengakuan dari orang lain. Kebutuhan ini diekspresikan dalam permukiman sebagai identitas sebuah tempat, 5. Kebutuhan aktualisasi diri: kebutuhan tertinggi dalam hirarki Maslow, berupa kebutuhan untuk diakui oleh lingkungan, berkontribusi pada orang lain atau lingkungan serta mencapai potensi diri sepenuhnya misalnya penyaluran minat dan aktivitas selain ekonomi kebutuhan. 6. Kebutuhan kognitif/estetika: terkait konsep keindahan bagi perorangan dan kebutuhan manusia untuk belajar. Revitalisasi Revitalisasi adalah upaya untuk meningkatkan nilai kawasan melalui pembangunan yang dapat meningkatkan fungsi kawasan sebelumnya (Permen PU 2010). Menurut Kementerian PU (2008), revitalisasi merupakan rangkaian upaya menghidupkan kembali kawasan yang cenderung mati, meningkatkan nilai-nilai vitality yang strategis dan signifikan dari kawasan yang masih mempunyai potensi dan atau mengendalikan kawasan yang cenderung kacau atau semrawut. Pendekatan revitalisasi diharapkan mampu mengenali dan memanfaatkan potensi lingkungan (sejarah, makna, keunikan lokasi dan citra tempat) (Danisworo 2000). Dalam lingkup kawasan, vitality dapat diartikan kemampuan, kekuatan kawasan untuk tetap bertahan hidup. Hidupnya suatu kawasan dapat tercermin dari kegiatan yang berlangsung di dalam kawasan sepanjang waktu di mana orang datang, menikmati, dan melakukan aktivitas-nya di sini. Namun dalam konteks perkotaan sebuah vitality atau revitalisasi tidak hanya menekankan pada aspek ekonomi saja, tetapi perbaikan fisik dalam kawasannya yang akan dijadikan objek juga harus mendapat perhatian khusus. Vitality terlihat dari kualitas kehidupan di sepanjang jalan. Kualitas kehidupan ini dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat, baik pengunjung maupun pekerja, yang ditandai dengan peningkatan penjualan dan menjadi daya tarik pengunjung (Wiedenhoeft 1981).
7
Mengidentifikasi vitality adalah salah satu alat ukur desain perkotaan dan dapat menjelaskannya sebagai tingkat bentuk-bentuk tempat yang mendukung fungsi, kebutuhan biologis dan kapabilitis manusia (Lynch 1981). Adaptasi revitalisasi merupakan upaya untuk mengubah suatu lingkungan binaan agar dapat digunakan untuk fungsi baru yang sesuai, tanpa menuntut perubahan drastis atau hanya memberikan dampak yang minimal. Elemen Mental Map Citra atau imageability adalah kualitas obyek fisik, baik bentuk, warna, atau penuh identifikasi dan memiliki kekuatan struktur ruang dan memiliki manfaat tinggi. Imageability membentuk persepsi masyarakat tentang citra terhadap keruangan kota melalui pengalaman dan pergerakan aktivitas di suatu kawasan (Lynch 1960). Lynch mengklasifikasikan isi dari citra kota dikaji dari bentuk fisik yang menghasilkan suatu kualitas tertentu, yang dapat memberikan kesan khas tentang suatu lingkungan kota dan diklasifikasikan menjadi lima tipe elemen. Elemen – elemen tersebut antara lain, a) landmark : titik referensi dimana pengamat meninjau secara eksternal. Landmark dapat berupa bangunan, tanda tertentu, gunung, dll. Skala landmark dapat berskala kota ataupun lingkungan. Landmark juga merupakan suatu petunjuk terhadap kawasan tertentu. b) node : suatu titik pemusatan kegiatan fungsional suatu kota. Node merupakan titik atau lokasi yang strategis dimana pengamat dapat memasuki kegiatan tersebut. Lokasi ini umumnya mempunyai intensitas kegiatan yang tinggi, ataupun dapat juga merupakan konsentrasi kegiatan dalam skala tertentu, misalnya sudut jalan. Node pada dasarnya mempunyai dua sifat dasar, yaitu pemusatan dan persimpangan. c) District (kawasan): merupakan suatu bagian yang berukuran sedang hingga besar pada suatu kota, disusun atau dipahami pada tingkat dua dimensi. District dalam kota dapat dilihat sebagai referensi interior maupun eksterior. District mempunyai identitas yang lebih baik jika batasnya dibentuk dengan jelas tampilannya dan bersifat homogen, serta memiliki fungsi dan posisi yang jelas. d) Pathway (Jalur Sirkulasi): merupakan penghubung dimana seseorang biasanya melalui jalur tersebut. Pathway ini dapat berupa jalan, tempat pejalan kaki, kanal, jalan kereta api, dll. Kesan ini umumnya diperoleh ketika seseorang melakukan suatu perjalanan e) Edges (perbatasan wilayah): merupakan suatu pembatas antar kegiatan atau jenis penggunaan. Merupakan batas antara dua fase, linier putus-putus yang menerus, dapat berupa pantai, antar bangunan dengan ruang terbuka, atau antar kegiatan yang sangat terlihat perbedaan jenisnya. Edges ini dapat berupa pembatas, atau kegiatan yang dapat terpenetrasi.
8
METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Babakan Pasar Kecamatan Bogor Tengah Kota Bogor, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian terletak pada titik koordinat 6°36'32.5"S 106°48'16.1"E. Peta lokasi tapak disajikan pada Gambar 2. Penelitian ini dilaksanakan selama enam bulan mulai Maret hingga Juli 2014. a
b
c
Sumber : (a) navperencanaan.com, (b) rajapindahbogor.wordpress.com, (c) Kelurahan Babakan Pasar Gambar 1 Peta lokasi penelitian di Kel. Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor
9
Alat dan Bahan Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari alat tulis, alat gambar, kuesioner, kamera digital, laptop, mesin pencetak (printer) dan mesin pemindai (scanner), perangkat lunak (software) rancang bangun AutoCAD 2010 dan, serta perangkat lunak (software) perancangan grafis Adobe Photoshop CS5, Google Sketch Up Pro 8. Selain itu, penelitian ini membutuhkan bahan berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil survei lapang dan wawancara dengan staf BAPPEDA Kota Bogor, staf dinas Kependudukan Kota Bogor, staf Kelurahan Babakan Pasar dan staf di Kantor Kecamatan Bogor Tengah. Data primer juga diperoleh dari pengguna area penelitian yaitu penduduk, pedagang dan pembeli melalui kuesioner. Data sekunder diperoleh dari BAPPEDA Kota Bogor, dinas Kelurahan dan Kecamatan Bogor Tengah dan BMKG Pusat. Batasan Penelitian Penelitian ini merupakan studi evaluasi vitality untuk kualitas lanskap permukiman padat di kawasan CBD Bogor Tengah sebagai pendukung upaya revitalisasi agar berlangsungnya kegiatan ekonomi yang menjaga vitality kawasan permukiman aman dan nyaman di Kota Bogor. Produk penelitian ini merupakan bentuk rekomendasi hasil evaluasi dimensi vitality lanskap permukiman padat di kawasan CBD untuk mendukung upaya revitalisasi lanskap CBD yang mendukung pemenuhan kebutuhan dasar penduduknya. Produk penelitian ini merupakan rekomendasi evaluasi lanskap permukiman padat dalam bentuk deskriptif. Metode dan Tahapan Penelitian Metode yang digunakan pada evaluasi lanskap permukiman padat adalah metode survei langsung dan wawancara kepada responden di lanskap permukiman padat. Tahapan penelitian terdiri atas tahap pengumpulan data atau inventarisasi, analisis, evaluasi dan rekomendasi. Berikut penjelasan dari tahapan penelitian yang dilakukan. Inventarisasi Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data dan semua informasi yang berhubungan dengan kondisi tapak dan faktor-faktor di luar tapak yang mempengaruhi evaluasi lanskap tersebut. Data yang diperoleh dari tahap ini berasal dari data primer, data sekunder, dan informasi pendukung lainnya. Jenis data tersebut meliputi data umum, aspek legal, aspek ekonomi, aspek sosial dan aspek vitality lanskap. Metode pengambilan data yang dilakukan adalah metode survei lapang dan studi pustaka. Survei lapang dilakukan dengan pengamatan langsung, dokumentasi, wawancara, dan penyebaran kuesioner. Wawancara dilakukan kepada pihak BAPPEDA Kota Bogor, dinas Kelurahan dan Kecamatan Bogor Tengah dan BMKG Pusat. Penyebaran kuesioner ditujukan kepada penduduk permukiman padat sebanyak 30 orang responden yang disesuaikan dengan tujuan penelitian (purposive sampling). Studi pustaka diperoleh dari buku acuan serta data informasi dan peta dari berbagai instansi terkait. Data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini di tampilkan dalam tabel berikut (Tabel 1),
10
Tabel 1 Jenis data yang diperlukan No 1
Jenis data Data umum Letak geografis dan administratif
5
Sumber Data
Deskriptif dan spasial
BAPPEDA Kota Bogor
Studi pustaka
Deskriptif
Demografi
Kepadatan penduduk
Studi pustaka
Deskriptif
Kelurahan Babakan Pasar Kelurahan Babakan Pasar
Tata guna lahan
Jenis pemanfaatan lahan permukiman
Studi pustaka dan pengamatan langsung
Deskriptif dan spasial
Kelurahan Babakan Pasar dan pengamatan langsung
Iklim
Arah dan kecepatan angin, suhu dan kelembaban udara Jenis tanah
Studi pustaka
Deskriptif
BMKG Bogor
Studi pustaka
Deskriptif
BAPPEDA Bogor
Jenis dan fungsi tanaman
Pengamatan
Deskriptif
Lapang
Pengamatan langsung
Deskriptif dan dokumentasi
Pengamatan langsung
Vegetasi
4
Bentuk Data
Studi pustaka
Geologi dan tanah
3
Cara pengambilan
Letak, luas, dan batas area aksesibilitas sirkulasi Ketinggian lahan
Topografi
2
Parameter
Aspek Ekonomi Aktivitas ekonomi Aspek Sosial Perspektif dan preferensi pengguna Aktivitas Budaya Aspek Legal Aspek legal kawasan pengelolaan kota Aspek Vitality Kebutuhan dasar/fisiologis manusia
Kuisioner wawancara
dan
Deskriptif
Lapang
Kuisioner wawancara
dan
Deskriptif
Lapang
Deskriptif
BAPPEDA Bogor
Deskriptif
Lapang
RTRW, Perda dan PP Kota Bogor
Studi pustaka
Fisiologis, keamanan, stimulasi, afiliasi, identitas
Kuisioner wawancara
dan
11
Analisis Data yang diperoleh kemudian diolah dengan beberapa analisis untuk mengetahui potensi dan kendala yang ada di area permukiman padat penduduk. Analisis yang dilakukan meliputi analisis spasial dan analisis deskriptif (kualitatif dan kuantitatif). a. Analisis Deskriptif Analisis kriteria revitalisasi kawasan dilakukan untuk menilai kawasan permukiman padat yang berada di CBD ini termasuk kawasan yang memiliki nilai tinggi untuk direvitalisasi. Melihat dari tujuan studi ini untuk menghasilkan evaluasi sebagai salah satu upaya untuk mendukung kegiatan revitalisasi CBD. Teknik yang digunakan sesuai dengan panduan revitalisasi kawasan berdasarkan UU Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.18/PRT/M/2010 tentang Pedoman Revitalisasi Kawasan. Data diperoleh dari hasil wawancara dengan staf di BAPPEDA Kota Bogor dan Staf di Kantor Kelurahan Babakan Pasar. Langkahlangkah revitalisasi kawasan meliputi: 1) Menentukan kriteria pemilihan lokasi Kriteria pemilihan lokasi dikelompokkan dalam dua kelompok tahap penilaian yang dirumuskan seperti berikut.
Pemenuhan kebutuhan Pangan, keamanan, afiliasi, stimulasi dan identitas
Gambar 3 Tahap analisis kriteria revitalisasi di lokasi penelitian a. Tahap I Penilaian tahap 1 berisi variabel-variabel utama yang harus dipenuhi dalam pemilihan lokasi. Penilaian terhadap variabel-variabel utama ditujukan untuk mengetahui kondisi: (1) vitality kawasan dan degradasi lingkungan, (2) nilai lokasi dan (3) komitmen pemda. b. Tahap II Penilaian tahap II berisi variabel tambahan dalam pemilihan lokasi. Penilaian terhadap variabel-variabel tambahan yang ditujukan untuk mengetahui
12
(4) keberadaan kawasan apakah masuk dalam kawasan strategis menurut UU Tata Ruang, (5) kondisi kepemilikan tanah dan (6) kepadatan fisik. 2) Memberikan Penilaian Pemilihan Lokasi Penilaian untuk memilih lokasi revitalisasi kawasan dilakukan dalam dua tahap penilaian yang harus dipenuhi agar diperoleh lokasi terpilih, yaitu meliputi: Tahap I dan Tahap II. 3) Menentukan kelulusan (passing grade) dan potensi keberhasilan pemilihan lokasi kawasan a. Kelulusan (Passing Grade) Ketentuan dalam penilaian passing grade pemilihan lokasi kawasan: i. Kawasan revitalisasi dapat lolos masuk ke passing grade apabila total jumlah nilai pada tahap I ≥ 60%. ii. Bila lolos passing grade, penilaian tahap II akan dilanjutkan untuk mendapatkan nilai akhir. b. Potensi Keberhasilan Lokasi Terpilih Potensi keberhasilan revitalisasi kawasan dalam pemilihan lokasi kawasan didasarkan pada jumlah penilaian Tahap I dan Tahap II, yang dikategorikan dalam: i. Nilai ≥ 65% – ≤ 80% = cukup potensial (keberhasilan revitalisasi rendah) ii. Nilai > 80% – ≤ 85% = potensial (keberhasilan revitalisasi sedang) iii. Nilai > 85% – 100% = sangat potensial (keberhasilan revitalisasi tinggi) b. Analisis Komparatif Analisis komparatif adalah sejenis analisis deskriptif untuk mencari jawaban secara mendasar tentang sebab-akibat, dengan menganalisis faktor-faktor penyebabnya atau munculnya fenomena tertentu, dan membandingkan dua atau lebih variabel tertentu (Arifin 2011). Analisis ini membandingkan variabel dengan data hasil inventarisasi di lokasi penelitian dengan teori yang ada. Analisis unsur pendukung vitality lanskap permukiman berdasarkan teori good city form (Lynch 1981) yang dilakukan dengan pengamatan langsung, kuisioner dan wawancara dengan penduduk di pernukiman padat. Penelitian diawali dengan identifikasi kebutuhan dasar manusiayang disusun ke dalam tabel berikut (Tabel 2). Tabel 2 Identifikasi Kebutuhan Dasar Manusia di Lanskap Permukiman Padat Kel. Babakan Pasar No.
1. 2. 3. 4. 5.
Perilaku Keteritorialan
Bentuk Fisik/Non Fisik Keteritorialan
Keterangan (Ada/Tidak Ada), Jenis
Form (Bentuk)
Fisiologis Keamanan Afiliasi Stimulasi Identitas
Melalui hasil identifikasi kebutuhan dasar manusia di lanskap permukiman tersebut, dilanjutkan dengan penilaian derajat kepentingan terhadap perilaku keteritorialan yang diberikan kepada para responden melalui kuisioner di kawasan penelitian. Pertanyaan yang diajukan sebanyak 5 buah yang menjadi variabel
13
paling penting untuk menilai persepsi masyarakat mengenai perilaku keteritorialan pada lokasi penelitian. Pada penelitian ini, kuisioner yang diberikan kepada responden menggunakan skala likert. Skala likert yang digunakan adalah dengan lima skala dan memberikan nilai pada masing-masing jawaban pertanyaan. Skor pada skala tertinggi ialah 5 (lima) hingga skor terendah ialah 1 (satu). Skor pada masingmasing jawaban dapat dilihat pada tabel berikut (Tabel 3). Tabel 3 Skor penilaian komponen perilaku masyarakat terhadap 5 jenis aspek perilaku keteritorialan Skala Jawaban Sangat Setuju/Bagus/Penting Setuju/Bagus/Penting Cukup Setuju/Bagus/Penting Kurang Setuju/Bagus/Penting Sangat Tidak Setuju/Bagus/Penting Sumber: Sugiyono (2013)
Skor 5 4 3 2 1
Pada penghitungan untuk memperoleh skor kriteria diperlukan skor ideal. Skor ideal merupakan skor yang digunakan untuk menghitung skor yang dipakai untuk menentukan rating scale dan jumlah seluruh jawaban. Untuk menghitung jumlah skor ideal dari seluruh variabel penilaian, digunakan rumus berikut, yaitu: Skor Kriteria = Nilai Skala x Jumlah Responden
Pada penelitian ini, skor tertinggi adalah 5, dan jumlah responden sebanyak 30, maka dapat ditentukan nilai skor ideal seperti tabel 2 di bawah, Tabel 4 Skor ideal untuk penilaian komponen perilaku masyarakat terhadap struktur dan perilaku keteritorialan Rumus Skala 5 X 30 = 150 SP 4 X 30 = 120 P 3 X 30 = 90 CP 2 X 30 = 60 KP 1 X 30 = 30 SKP Keterangan: SP=Sangat Penting; P=Penting; CP=Cukup Penting; KP=Kurang Penting; SKP=Sangat Kurang Penting Sumber: Sugiyono (2013)
Nilai yang didapatkan dimasukkan ke dalam rating scale untuk mengetahui hasil data kuesioner. Indeks penilaian digunakan untuk menentukan skala kepentingan tiap variabel penilaian di dalam rating scale (Tabel 6). Hasil perhitungan menunjukkan derajat kepentingan penilaian komponen perilaku masyarakat terhadap struktur dan perilaku keteritorialan di Kelurahan Babakan Pasar (Tabel6). Salah satu contoh perhitungan indeks penilaian sebagai berikut,
14
Indeks Penilaian =
( Nilai Skala x Jumlah Responden) Jumlah responden x Skor terbesar = 5 x 30 (30 x 5) =1
Tabel 5 Rating scale untuk penilaian komponen perilaku masyarakat terhadap struktur dan perilaku keteritorialan Nilai Jawaban Skala 0,81 – 1 SP 0,61 – 0,8 P 0,41 – 0,6 CP 0,21 – 0,4 KP 0 – 0,2 SKP Sumber: Sugiyono (2013) *dengan modifikasi pada sistem indeks penilaian Keterangan: SP=Sangat Penting, P=Penting, CP=Cukup Penting, KP=Kurang Penting, SKP=Sangat Kurang Penting
Tabel 6 Derajat kepentingan penilaian komponen perilaku masyarakat terhadap struktur dan perilaku keteritorialan di Kelurahan Babakan Pasar No
Sturktur/Perilaku 1 2 3 4 5 Total DK* Keteritorialan 1 Menjaga keindahan lanskap/arsitektur 2 Merupakan Landmark 3 Memiliki nilai historis 4 Untuk kegiatan upacara adat 5 Memiliki nilai ekonomi Sumber: Azhari dan Mohamed (2012) Keterangan: 1=Sangat Kurang Penting; 2=Kurang Penting; 3=Cukup Penting; 4=Penting;5=Sangat Penting; *DK= Derajat Kepentingan
Kemudian membandingkan hasil yang diperoleh pada lokasi penelitian dengan teori dari literatur. Pembahasan selanjutanya akan dilakukan ketika terdapat perbedaan dan persamaan dari hasil identifikasi dengan teori dan literatur yang ada. Namun apabila sudah sesuai dengan teori dan literatur, diharapkan dapat meningkatkan potensi vitality tapak yang telah ada. Tabel 7 Deskripsi penilaian derajat kepentingan perilaku keteritorialan terhadap revitalisasi di lokasi penelitian Kategori Penilaian Responden Persepsi responden Sangat Kurang Penting
Kurang Penting
Cukup Penting
Persepsi masyarakat bahwa perilaku keteritorialan dikategorikan sangat rendah mempengaruhi revitalisasi lokasi penelitian Persepsi masyarakat bahwa perilaku keteritorialan dikategorikan rendah mempengaruhi revitalisasi lokasi penelitian Persepsi masyarakat bahwa perilaku keteritorialan dikategorikan sedang mempengaruhi revitalisasi lokasi penelitian
15
Tabel 7 Deskripsi penilaian derajat kepentingan perilaku keteritorialan terhadap revitalisasi di lokasi penelitian (lanjutan) Kategori Penilaian Responden Penting
Sangat Penting
Persepsi Responden Persepsi masyarakat bahwa perilaku keteritorialan dikategorikan tinggi mempengaruhi revitalisasi lokasi penelitian Persepsi masyarakat bahwa perilaku keteritorialan dikategorikan sangat tinggi mempengaruhi revitalisasi lokasi penelitian
Sumber: Azhari dan Mohamed (2012)
3. Evaluasi Memberikan penilaian terhadap kondisi eksisting dan potensi lanskap dari hasil analisis untuk dievaluasi sesuai standar dan panduan. Kemudian menghasilkan zonasi penataan ruang untuk evaluasi lanskap permukiman padat. 4. Rekomendasi Memberikan rekomendasi evaluasi peningkatan kualitas permukiman untuk mendukung kebutuhan dasar penduduk. Penelitian ini juga memberikan zonasi wilayah dan konsep evaluasi yang dapat mendukung kegiatan revitalisasi dan peningkatan kualitas lanskap permukiman padat penduduk.
16
HASIL DAN PEMBAHASAN KONDISI UMUM Lokasi Penelitian Wilayah penelitian adalah permukiman padat di Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor. Berdasarkan geografis dan administratif, kawasan permukiman terletak pada 6°36'32.5"S 106°48'16.1"E dan berbatasan langsung dengan Sungai Ciliwung. Berdasarkan wilayah administrasi Kelurahan Babakan Pasar memiliki 10 RW dan 39 RT dengan luas wilayah administratif ± 42 Ha. Sebelah utara adalah Kelurahan Paledang, sebelah selatan adalah Kelurahan Sukasari, sebelah barat adalah Kelurahan Gudang, dan sebelah timur adalah Kelurahan Baranangsiang. Peruntukan permukiman dan perumahan 29 ha, jalan beraspal yaitu 3 Ha, dan untuk kawasan lain sekitar 2 ha. Mayoritas kawasan diperuntukkan untuk kawasan pertokoan dan perdagangan sekitar 5 ha, pasar 2 ha dan perkantoran 1 ha. Topografi Berdasarkan data monografi Pemerintahan Kelurahan Babakan Pasar tahun 2013, topografi kawasan permukiman berada pada dataran rendah dengan kondisi tapak yang bergelombang (Gambar 4). Pada kawasan timur dan timur laut lokasi memiliki ketinggian lebih rendah dibanding bagian barat. Bagian tapak yang menurun agak curam membatasi dua bagian tapak lainnya yang relatif landai. Dengan kondisi topografi tersebut, permukiman penduduk yang ada tetap dibangun dengan mengikuti kondisi topografi lanskap permukiman. Kemiringan lahan pada tapak tidak menjadi hambatan bagi para pengguna tapak dan menjadi potensi sebagai recharge area untuk meningkatkan infiltrasi aliran permukaan di lokasi penelitian. Sirkulasi dan Aksesibilitas Jarak lokasi penelitian dari pusat pemerintahan kecamatan adalah 3 km, dari Pemerintahan Kota adalah 2 km, dari Ibukota Propinsi 120 km, dari Ibukota Negara 60 km. Untuk menuju kawasan permukiman Kelurahan Babakan Pasar dapat dengan angkutan kota jurusan sukasari. Bagi pengendara roda dua dan roda empat juga dapat menuju kawasan permukiman. Didalam kawasan permukiman hanya dapat dilalui oleh pengendara roda dua dan pejalan kaki. Secara umum lebar jalan sangat kecil yaitu sekitar ± 1,2m karena ruang yang tersedia telah digunakan untuk area permukiman penduduk. Jalan lingkungan adalah jalan yang langsung menghubungkan antar unit rumah dalam satu lingkungan permukiman. Pola sirkulasi pada jalan lingkungan dalam permukiman ini membentuk cul-de-sac yang hanya memiliki satu arus masuk dan keluar pada setiap lingkungan rumah tangganya. Sedangkan pada sekitar Jalan Suryakencana memiliki pola linier (Gambar 4).
17
Gambar 4 Pola sirkulasi di lokasi penelitian Sumber: Survei lapang (2014)
18
Demografi Lokasi permukiman yang strategis dengan Pasar Bogor dan kawasan perniagaan di Jalan Suryakencana menjadikan lanskap permukiman ini memiliki daya tarik yang cukup besar sebagai lokasi permukiman. Lokasi permukiman ini banyak dipilih oleh golongan masyarakat dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah. Oleh sebab itu, kondisi tapak saat ini menjadi daerah permukiman padat penduduk dengan tingkat kepadatan tinggi. Berdasarkan data statistik dari Kantor Kecamatan Bogor Tengah tahun 2014, Kelurahan Babakan Pasar berada pada urutan kedua tertinggi dengan jumlah penduduk yaitu 11.467 jiwa (Tabel 8). Sedangkan pada jumlah luas wilayah, Kelurahan Babakan Pasar berada pada urutan ketiga terendah yaitu 42 Ha. Luas wilayah yang sedikit dan jumlah penduduk yang tinggi mengakibatkan penggunaaan lahan untuk permukiman meningkat sehingga kawasan ini menjadi permukiman padat penduduk. Terkait dengan permasalahan kawasan maka kepadatan penduduk yang tinggi, berdampak pada minimnya RTH dan sarana-prasarana lingkungan karena minimnya lahan yang tersedia. Tabel 8 Kepadatan penduduk Kecamatan Bogor Tengah No
Kelurahan
Luas Wilayah (Ha)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Babakan Babakan Pasar Cibogor Ciwaringin Gudang Kebon kalapa Pabaton Paledang Panaragan Sempur Tegallega Jumlah
112 42 44 74 32 57 63 178 27 63 160 851
Jumlah Penduduk (Januari 2014) 7.073 11.467 7.401 7.163 7.435 10.693 2.756 10.144 6.769 7.810 15.846 94.557
Sumber: Kecamatan Bogor Tengah (2014)
Berdasarakan data Kantor Kelurahan Babakan Pasar 2014, pada Bulan November 2013 jumlah penduduk mencapai 10347 jiwa. Kelurahan Babakan Pasar terdiri dari 10 RW (Tabel 9). Tabel 9 Jumlah Penduduk Kelurahan Babakan Pasar Akhir November 2013 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Kelurahan Babakan Pasar RW 01 RW 02 RW 03 RW 04 RW 05 RW 06 RW 07
Luas Wilayah
Jumlah Penduduk
2,5 Ha 4,5 Ha 4,5 Ha 5 Ha 4,5 Ha 4,5 Ha 4,5 Ha
908 689 930 2032 988 396 343
Kepadatan Penduduk (Jiwa/Ha) 363,2 153,11 206,66 406,64 219,55 88 76,2
19
Tabel 9 Jumlah Penduduk Kelurahan Babakan Pasar Akhir November 2013 (lanjutan) No.
Kelurahan Babakan Pasar
8. RW 08 9. RW 09 10. RW 10 Jumlah
Luas Wilayah
Jumlah Penduduk
4,5 Ha 5 Ha 2,5 Ha 42 Ha
1164 1520 1377 10347
Kepadatan Penduduk (Jiwa/Ha) 258,66 304 550,8 246,36
Sumber: Kelurahan Babakan Pasar (2014)
Berdasarkan pengamatan di lapangan, sebanyak 90% dari luas kawasan Kelurahan Babakan Pasar telah memiliki perkerasan. Hal ini karena peningkatan jumlah penduduk menyebabkan hampir seluruh kawasan di bangun permukiman penduduk. Pada kawasan terdapat sarana olahraga yang dimanfaatkan untuk bersosialisasi dan kebutuhan berafiliasi berupa 1 unit lapangan bulutangkis dan 1 unit lapangan voli. Tata Guna Lahan dan Vegetasi Jenis tata guna lahan pada lokasi penelitian terbagi menjadi ruang terbangun dan ruang tidak terbangun (Gambar 5). Ruang terbangun yang terdapat pada lokasi penelitian yaitu rumah penduduk, kios/warung, fasilitas umum (masjid/mushola, gereja, sekolah dasar) dan ruang tidak terbangun berupa jalan raya dan lapangan olahraga. Proporsi tertinggi penggunaan lahan sebagai tempat tinggal yang disebabkan jumlah penduduk yang tinggi pada luas lahan yang terbatas. Jarak antar rumah 0-2m dan umumnya rumah penduduk tidak memiliki halaman depan. Luas lahan setiap rumah penduduk di permukiman ini juga sangat beragam. Kondisi jalan dengan ukuran 1-1,2m dan drainase dengan lebar ± 30-45 cm di tapak sangat buruk. Kondisi ini memiliki potensi terjadinya banjir karena run off yang rendah dan daya tampung lahan tidak mencukupi. Fasilitas-fasilitas yang ada dapat berupa fasilitas yang diberikan dan dikelola oleh negara seperti bangunan pelayanan pemerintahan, sekolah dasar, puskesmas maupun yang secara swadaya dibangun oleh masyarakat seperti fasilitas peribadatan, warung, toko dan taman kanak-kanak. Jenis dan keterangan mengenai fasilitas umum yang terdapat pada tapak dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Jenis fasilitas umum pada lokasi penelitian No 1 2 3 4 5
Jenis Fasilitas Umum Fasilitas Peribadatan Fasilitas Pelayanan Pemerintah Fasilitas Pendidikan Fasilitas Kesehatan Fasilitas Perekonomian
Sumber: Survei Lapang (2014)
Keterangan Masjid (1), gereja (1), vihara (1) Kantor Kelurahan (1)
Jumlah 5 buah 1 buah
TK (1), TPA (1), SD (1) 3 buah Puskesmas (1), posyandu (3), apotik (2) 6 buah Pasar (1), Toko (9), Warung (7), Rumah 18 buah makan (2)
20
Gambar 5 Peta tata guna lahan lanskap permukiman padat penduduk Sumber: Survei lapang (2014)
21
Luas RTH eksisting pada tapak sangat kurang dibandingkan jumlah permukiman. Vegetasi yang dapat ditemukan pada tapak berada dalam beberapa pekarangan penduduk. Vegetasi berupa pohon yang ditemukan dalam jumlah yang sangat sedikit dan tumbuh secara individu bukan mengelompok sehingga fungsinya sebgai peneduh dan memperbaiki iklim mikro kurang optimal di dalam kawasan permukiman. Vegetasi yang terdapat di dalam kawasan penelitian dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Vegetasi eksisting di permukiman padat penduduk No Nama Lokal 1 Teh-tehan 2 Alpinia zerumbet 3 Pohon Kenari 4 Pohon Kelapa 5 Puring 6 Hanjuang 7 Drasena 8 Euphorbia 9 Pohon Tanjung 10 Tanaman Pisang 11 Pinus 12 Pohon jambu biji 13 Adam hawa 14 Dwarf ruellia 15 Lidah mertua 16 Palem ekor tupai Sumber: Survei lapang (2014)
Nama Latin Acalypha macrophylla Alpinia zerumbet Canarium commune Cocos nucifera Codiaeum sp. Cordyline sp. Dracaena sp. Euphorbia milii Mimuspoh elengi Musa paradiciaca Pinus merkusii Psidium guajava Rhoeo discolor Ruellia malacosperma Sanseviera sp. Wodyetia bifurcata
Fungsi pada Tapak Border Display Peneduh Pengarah Display Display Display Display Peneduh Pembatas Peneduh Pembatas Display Display Display Display
Keberadaan tanaman eksisting tersebut sangat kurang karena kawasan padat penduduk sangat membutuhkan tingkat kenyamanan tinggi terutama dalam hal kenyaman iklim mikro. Hal ini terjadi karena sebagian besar penggunaan lahan adalah untuk permukiman. Iklim Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir (2008–2012), Kota Bogor memiliki curah hujan rata-rata sebesar 300.28 mm setiap bulannya (BMKG 2013). Waktu curah hujan minimum terjadi pada bulan Juli, yaitu sekitar 178.8 mm dan curah hujan maksimum terjadi pada bulan November, yaitu sebesar 441.4 mm (Tabel 12). Tabel 12 Data curah hujan rata-rata (mm/bulan) Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 Rataan
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agt
Sept
Okt
Nov
Des
261 361 252 203 272 269.8
385 305 461 77 549 355. 4
672 261 415 140 136 324. 8
527 260 43 278 390 299. 6
267 571 331 362 195 345. 2
172 338 303 275 94 236. 4
172 131 270 202 119 178. 8
196 33 478 142 79 185. 6
344 157 601 106 271 295. 8
311 416 436 256 540 391. 8
509 407 284 458 549 441. 4
255 258 177 345 359 278. 8
Min 33 Maks 672 Sumber: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (2013)
22
Sementara itu, temperatur rata-rata di lanskap permukiman Kecamatan Bogor Tengah terus-menerus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada siang hari, temperatur rata-rata berkisar antara 24.5–27.1 ºC (Tabel 13). Temperatur tertinggi rata-rata terjadi pada bulan Mei, yaitu sebesar 26.16 ºC, sementara temperatur terendah rata-rata terjadi pada bulan Januari, yaitu sebesar 25.3 ºC. Tingginya suhu disebabkan oleh tingginya volume kendaraan yang beroperasi sehingga menimbulkan panas yang berasal dari mesin kendaraan. Tabel 13 Data temperatur rata-rata (oC) Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 Rataan
Jan 25.7 25 25.3 25.4 25.1 25.3
Feb Mar Apr Mei Jun Jul 24.5 25.1 25.5 25.8 25.6 25.2 25.1 25.8 26.2 26.1 26.1 25.8 25.9 26 27.1 26.7 25.9 25.8 25.6 25.7 25.8 26.1 26.1 25.8 25.6 26 26 26.1 26.2 25.6 25.3 25.7 26.1 26.1 25.9 25.6 4 2 2 6 8 4 Min 24.5 Maks 27.1 Sumber: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (2013)
Agt 25.6 26.3 25.8 25.6 25.8 25.8 2
Sept 25.9 26.6 25.3 26 26 25.9 6
Okt 25.8 26 25.4 26.3 26.3 25.9 6
Nov 25.8 26.3 25.9 24.6 25.8 25.6 8
Des 25.5 26.1 25.5 26.1 26 25.8 4
Nov 86 84 85 83 85 84.6
Des 88 85 83 84 85 85
Curah hujan yang tinggi di lokasi peneletian berpotensi menyebabkan runoff di permukaan tanah. Salah satu alternatif solusi dengan membuat sumur resapan di unit lingkungan ketetanggaan di lokasi penelitian. Sumur resapan air hujan adalah sarana untuk menampung air hujan dan meresapkannya ke dalam tanah. Prinsip dasar sumur resapan dengan mengendalikan kelebihan air permukaan sehingga air limpasan dapat mengalir secara terkendali dan lebih banyak meresap kedalam tanah. Kelembaban udara di lanskap permukiman padat Kecamatan Bogor Tengah sebesar 82.88%. Kelembaban tertinggi rata-rata terjadi pada bulan Januari, yaitu sebesar 87.00%, sementara kelembaban terendah ratarata terjadi pada bulan Agustus, yaitu sebesar 77.8% (Tabel 14). Tabel 14 Data kelembaban udara rata-rata (%) Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul 2008 84 90 87 86 82 83 77 2009 88 88 82 85 85 83 77 2010 88 88 86 80 84 86 84 2011 83 82 82 84 84 80 80 2012 86 87 80 86 86 82 79 Rataan 85.8 87 83.4 84.2 84.2 82.8 79.4 Min 74 Maks 90 Sumber: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (2013)
Agt 81 75 84 75 74 77.8
Sept 80 75 87 76 76 78.8
Okt 84 82 86 75 81 81.6
Untuk meningkatkan kenyamanan pengguna, diperlukan ameliorasi iklim di area lanskap permukiman padat. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memodifikasi penurunan suhu dengan peletakkan dan pemilihan jenis vegetasi. Vegetasi dapat menghalangi datangnya sinar matahari sehingga area di bawah kanopi pohon lebih dingin sebesar 25ºF (14ºC) daripada di area terbuka (Grey dan Deneke 1978). Terkait dengan masalah polusi udara, Nasrullah et al.
23
(2001) menyebutkan bahwa untuk mengurangi jumlah polutan yang telah terlepas pada lingkungan dapat dikurangi dengan adanya vegetasi. Berikut merupakan mekanisme tanaman dalam mereduksi polutan (Gambar 8), yaitu:
Gambar 8 Mekanisme fungsi tanaman dalam mereduksi polutan Sumber: Nasrullah et al. (2011) menurut Dirjen Bina Marga (1996), tanaman penyerap polusi udara dan kebisingan adalah jenis tanaman berbentuk pohon atau perdu yang mempunyai massa daun yang padat dan dapat menyerap polusi udara akibat asap kendaraan bermotor dan dapat mengurangi kebisingan. Selain itu, untuk menurunkan kelembaban udara terminal dapat dilakukan dengan cara mengarahkan angin untuk membawa partikel-partikel air ke luar tapak. Berdasarkan analisis unsur-unsur iklim, masalah iklim mikro pada kawasan permukiman padat adalah tingginya suhu pada siang hari akibat tingginya radiasi matahari. Potensi berupa penyinaran matahari yang berlimpah tersebut seharusnya mampu dimanfaatkan sebagai sumber pencahayaaan pada siang hari, sehingga mampu mengurangi penggunaan listrik sebagai energi penerangan. Suhu yang tinggi tersebut dapat dikurangi dengan penyerapan suhu dengan peningkatan ruang terbuka hijau dengan memanfaatkan ruang terbuka di sekitar permukiman. Aspek Legalitas Kawasan pengelolaan merupakan kawasan yang direncanakan oleh Pemerintah Kota Bogor melalui Rancangan Tata Ruang Wilayah tahun 2011-2031 sebagai kawasan perdagangan dan pusat pelayanan publik. Kawasan ini juga termasuk dalam kawasan wilayah pengembangan A, yaitu wilayah yang diarahkan untuk pengendalian perkembangan kegiatan perdagangan dan jasa serta peremajaan kawasan permukiman (Bappeda Bogor 2013). Oleh sebab itu, evaluasi lanskap permukiman Kelurahan Babakan Pasar diarahkan kepada aspek revitalisasi kawasan permukiman untuk mendukung kegiatan perdagangan masyarakat permukiman tersebut.
24
Aktivitas Pengguna Tapak Lokasi tapak yang didominasi oleh usia produktif dan kelompok kerja menunjukkan keadaan masyarakat yang sebagian besar waktunya banyak digunakan untuk bekerja. Kelas usia penduduk di lokasi penelitian ditampilkan pada Tabel 15. Tabel 15 Kelas usia penduduk Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Tengah Kelas Usia Jumlah (Jiwa) 0-5 tahun 652 6-18 tahun 3.051 19-25 tahun 2.842 26-50 tahun 4.266 >50 tahun 719 Sumber: Kelurahan Babakan Pasar (2013)
Persentase (%) 6 26 25 37 6
Pada lokasi penelitian pola penyebaran permukiman tidak teratur. Permukiman yang didominasi oleh bangunan tinggi berada di kawasan pecinan, sedangkan permukiman dengan bangunan permanen dan non permanen ukuran berbeda berada di kawasan sempadan sungai. Fasad bangunan setiap bangunan tidak beraturan dan menghadap ke jalan lingkungan yang ada di tapak. Kehidupan masyarakat pada tapak berpotensi menimbulkan konflik. Hal ini disebabkan lahan terbatas yang ditempati oleh jumlah penduduk sangat tinggi nenciptakan peluang munculnya masalah akibat frekuensi interaksi sosial antara penduduk di lanskap permukiman. Jenis pekerjaan penduduk permukiman yang tertinggi yaitu pelajar dan mahasiswa. Jenis pekerjaan kedua tertinggi yaitu pegawai negeri dan ketiga yaitu karyawan swasta. Kelompok kerja dibagi dalam sektor formal dan informal dan jumlah kelompok kerja yang bekerja di sektor formal lebih tinggi dibandingkan sektor informal (Tabel 16). Tabel 16 Jenis pekerjaan penduduk Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Tengah Jenis Pekerjaan Pegawai negeri Karyawan Swasta Pelajar dan Mahasiswa Wiraswasta: berdagang, warung, bengkel dll Tidak bekerja pada usia produktif Tidak bekerja dan tidak usia produktif Sumber: Kelurahan Babakan Pasar (2013)
Jumlah (Jiwa) 2.215 jiwa 1.906 jiwa 4.526 jiwa 624 jiwa 942 jiwa 1.347 jiwa
Persentase (%) 19 16 39 5 8 12
Aktivitas kelompok kerja yang berprofesi sebagai wiraswaswasta, yaitu pedagang dan pemilik warung dapat dilihat pada lokasi penelitian. Pada lokasi penelitian terdapat warung sederhana, gerobak dagang dan aktivitas ekonomi lainnya. Pemilik gerobak dagang melakukan persiapan sebelum berdagang di rumah masing-masing yaitu di teras rumah, gang, dan di jalan lingkungan. Pemilik warung sederhana memanfaatkan bagian rumah yang menghadap ke jalan lingkungan menjadi lokasi warung (Gambar 9). Jalan lingkungan yang sempit dan aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh penduduk dapat mengganggu sirkulasi
25
pejalan kaki di jalan lingkungan ini. Hal ini disebabkan kebutuhan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari sangat penting. Namun, keterbatasan lahan membuat penduduk mengoptimalkan lahan yang tersisa walaupun dapat mengganggu kualitas fisik dan sirkulasi kawasan.
Gambar 9 Warung sederhana yang berada di depan rumah penduduk Sumber: Survei lapang (2014) Kelompok yang belum dan tidak bekerja didominasi oleh perempuan dan anak-anak. Kelompok perempuan yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga beraktivitas pada siang hari. Aktivitas yang dilakukan adalah duduk-duduk, mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan berinteraksi sosial dengan penduduk lainnya di teras rumah masing-masing. Selain penduduk permukiman Kelurahan Babakan pasar, pengguna tapak non permukim sering melakukan kunjungan ke lokasi penelitian. Berdasarkan hasil wawancara, pengguna tapak non permukim berasal dari dalam Kota Bogor. Aktivitas pengguna tapak non permukim lebih banyak dalam kegiatan perdagangan, baik sebagai pedagang maupun pembeli atau konsumen. Aktivitas mereka bukan bersifat pemenuhan kebutuhan sosial tapi lebih kepada pemenuhan kebutuhan jasmani maupun rohani. Pemenuhan kebutuhan jasmani untuk mencari nafkah sebagai pedagang dan menjadi pembeli untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dan pemenuhan kebutuhan rohani dengan beribadah di masjid, gereja dan klenteng yang terdapat di dalam tapak. Aspek Ekonomi Kelurahan Babakan Pasar termasuk dalam kawasan yang memiliki aktivitas ekonomi yang tinggi. Hal ini dapat dilihat dari penggunaan rumah tinggal yang juga digunakan sebagai tempat usaha bagi masyarakatnya. Selain itu pemanfaatan koridor pejalan kaki yang berada tepat didepan bangunan pada lokasi strategis menjadi sumber ekonomi etnis Cina di Kelurahan Babakan Pasar. Kehadiran Pasar Bogor yang beroperasi di siang hari menambah intensitas aktivitas ekonomi di dalam kawasan. Namun karena minimnya dukungan fasilitas sarana dan infrastruktur secara kesulurah, membuat kawasan ini terlihat kontras antara siang dan malam hari. Kegiatan ekonomi etnis Cina juga terlihat di Pecinan Makassar, yang merupakan awal kawasan perekonomian kota. Beberapa tempat di Kelurahan Babakan Pasar merupakan daerah perdagangan yang sangat beragam, antara lain: a. Jalan Surya Kencana, pusat perdagangan campuran, terdapat Puast Grosir, toko obat, elektronik, dan material bahan bangunan.
26
b. Jalan Roda pasar tradisional dan kawasan permukiman padat Dengan potensi yang ada diperlukan kegiatan berciri khas karakter Pecinan yang berpotensi meningkatkan kegiatan ekonomi. Kegiatan peningkatan vitality dari sektor ekonomi ini juga diharapkan menjadi suatu daya tarik pengunjung ke kawasan Pecinan di Kelurahan Babakan Pasar. Aspek Sosial Kondisi sosial penduduk diidentifikasi melalui wawancara terhadap divisi sosial di kelurahan Babakan Pasar dan Ketua RT di dalam kawasan permukiman padat. Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa masyarakat Tionghoa melakukan interaksi dalam dua konteks, yaitu hubungan sosial dikalangan etnis Tionghoa (intern) dan hubungan sosial etnis Tionghoa dengan komunitas luar yang majemuk (extern). Perilaku keteritorialan Perilaku keteritorialan penduduk yaitu penandaan wilayah dan pertahanan terhadap gangguan termasuk dalam aspek sosial. Penandaan wilayah ditunjukkan dengan pagar, batas halaman, dan gapura kelurahan. Perilaku keteritorialan ini menjadi bentuk identitas masyarakat di dalam kawasan penelitian. Dalam suatu komunitas memiliki suatu sistem pertahanan untuk menghadapi gangguan dari luar. Sistem pertahanan masyarakat yaitu kegiatan sistem keamanan lingkungan dengan petugas hansip dan pos siskamling di dalam kawasan. Pada lokasi penelitian ditemukan bentuk pertahanan lainnya dalam unit lingkungan ketetanggan berupa pagar dan halaman rumah. Bentuk pertahanan lainnya diidentifikasi di dalam gedung Vihara, yaitu pengunjung dilarang masuk selain untuk beribadah. Namun, khusus untuk kegiatan perayaan Imlek, pengunjung dengan bebas keluar masuk walaupun tidak untuk beribadah. Aspek Budaya Pada aspek kebudayaan, diketahui bahwa terdapat akulturasi Budaya Cina dan Budaya lain di lokasi penelitian. Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan langsung di lapangan, akulturasi budaya Cina dan kaum pribumi di Kota Bogor dapat dilihat dari indikasi tersebut: -Bahasa Akulturasi budaya Cina dan pribumi kota Bogor dalam bidang bahasa terjadi dalam bentuk peminjaman istilah pada bahasa lisan atau tulisan. Penggunaan bahasa pada unsur nama orang, makanan Cina dan istilah lain. Untuk hal makanan sangatlah familiar pada kios- kios di lokasi penelitian, seperti : bakso, mie, 9 bakmi, capjay, lunpia, dan lainnya. Jika dikaitkan dengan Pecinan Bogor, terdapat pusat kuliner franchise Ngohiang, dan kuliner lain dengan penggunaan kata serapan Cina yang berada di sepanjang Jalan Surya Kencana (Gambar 10). Kios kuliner yang menggunakan istilah bahasa dan aksara Cina dengan Penempatan dapur produksi berada di depan atau daerah depan kios, khas tipikal budaya Cina
27
Gambar 10 Kios kuliner khas masakan etnis Tionghoa Sumber : Survei lapang (2014) -Kesenian Jika dibandingkan dengan etnis Cina di Jawa, dalam bentuk kesenian di Pecinan Makassar tidak terlalu terlihat terjadinya perpaduan dua budaya. Kegiatan kesenian di kawasan Pecinan Bogor menjadi suatu hal yang mendapat perhatian berupa kegiatan ritual keagamaan dan hiburan bagi masyarakat. Salah satu bentuk kesenian yang biasanya ditampilkan di Klenteng pada Kelurahan Babakan Pasar yaitu atraksi barongsai, leong-leong yang sering dilakukan oleh masyarakat Cina pada rangkaian kegiatan etnis Cina pada hari-hari perayaan tertentu (Gambar 11). Ritual mengelilingi setiap Vihara di pusat Kota Bogor dimulai dari Vihara Dhanagun yang berada di lokasi penelitian. Jalan Suryakencana menjadi salah satu rute kegiatan ritual keagamaan ini yang berlangsung pada pukul 08.00 WIB dan berakhir di Vihara Dhanagun pada pukul 19.00-24.00 WIB.
Gambar 11 Kegiatan ritual perayaan hari raya imlek 2013 di Jalan Surya Kencana Sumber: Survei Lapang (2014) -Sistem Kepercayaan (Religi) Rangkaian sejarah Indonesia diwarnai berbagai pergolakan yang melibatkan etnis Cina yang kontradiktif terhadap pribumi. Pada masa ini terjadi pula peralihan status dan identitas, termasuk dalam sistem kepercayaan. Indikasi ini terlihat pula di Etnis Cina di Bogor, ada yang semula beragama Kong Hu Chu atau Budha berpindah memeluk agama Islam, Katolik dan Kristen Protestan.
28
(a)
(b)
Gambar 12 (a) Klenteng Dhanagun di kawasan pecinan Suryakencana Bogor, Jawa Barat, sekitar 1920-1930 (b) Klenteng Dhanagun di kawasan pecinan Suryakencana Sumber : (a)Wikimedia Commons/Tropenmuseum (2014) dan (b)Survei lapang (2014)
- Sistem Pengetahuan Kebudayaan Sungai Kuning (Cina) termasuk salah satu kebudayaan yang mempunyai peradaban tertinggi di dunia. Buktinya bahwa hasil kebudayaannya tetap berkelanjutan bahkan diwarisi hingga sekarang. Cina telah membawa pengetahuan dan teknologi seperti teknologi metalurgi (pengolahan logam dan besi), bahkan, bangsa Cina membawa bibit-bibit tanaman seperti teh, tembakau, dan kacang hijau atau tauge. Implikasi lanjutannya, pengetahuan dan pengolahan makanan berkembang sehingga kita semakin mengenal variasi kuliner yang kaya sampai kini. Perwujudan di Pecinan Bogor yang relatif sama di tempat lain pada umumnya dapat dilihat dengan adanya praktek tabib beserta toko dan ramuan khas Cina di Jalan Surya Kencana. Berdasarkan kondisi eksisting, dapat disimpulkan bahwa terdapat keberagaman budaya yang tetap eksis di Pecinan namun belum diimbangi ketersediaan wadah untuk menampung kegiatan baik yang bersifat rutin dan insidentil. Berdasarkan hasil wawancara dan survei langsung, setiap tahunnya pelaksanaan perayaan Hari Raya Imlek bagi etnis tionghoa dilakukan di Klenteng Jalan Suryakencana ini. Aktivitasnya berupa rute ritual mengelilingi setiap klenteng di kota Bogor salah yang satunya berada di Jalan Suryakencana. Aktivitas yang dilakukan sejak pagi hingga malam hari ini sangat menarik pengunjung terutama masyarakat sekitar dan beberapa turis. Kegiatan ini tidak memiliki restriksi karena hanya diikuti oleh etnis tionghoa tetapi juga dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat kota Bogor. Inventarisasi Prasarana Lingkungan Jaringan Jalan Pada lokasi penelitian terdapat jalan kolektor dan jalan lingkungan. Lokasi penelitian dibatasi oleh jalan kolektor yaitu Jalan Otto Iskandar Dinata disebelah utara. Sedangkan disebelah barat dibatasi oleh jalan yaitu Jalan Suryakencana. Jalan Otto Iskandardinata termasuk ke dalam wilayah administrasi Kecamatan Bogor Tengah. Panjang Jalan yang Otto Iskandardinata membatasi lokasi studi adalah 730 m. Berdasarkan data inventarisasi jalan kota Bogor tahun 2005, jalan ini memiliki 3 lajur jalan dengan 1 arah, lebar Daerah Milik Jalan (DAMIJA) 15 m dan jalur lalu lintas 9 m. Kondisi perkerasan rusak, jenis
29
perkerasan berupa aspal dengan tipe konstruksi hotmix. Perkerasan berlubang, dapat dilalui kendaraan dengan kecepatan 10-20 km/jam. Angkutan berat sering melintas di jalan ini. Trotoar di sebelah kiri dan kanan jalan selebar 1,5 m, jenis trotoar berupa ubin/keramik dan kondisinya baik. Saluran di kiri dan kanan jalan selebar 1 m, jenis nya berupa batu kali dan kondisinya sedang. Jalan Roda termasuk ke dalam wilayah administrasi Kecamatan Bogor Tengah. Panjang Jalan Roda yang membatasi lokasi studi adalah 879 m. Berdasarkan Data Inventarisasi Jalan Kota Bogor tahun 2005, jalan ini memiliki 2 lajur jalan dengan 1 arah, lebar Daerah Milik Jalan (DAMIJA) 9 m dan jalur lalu lintas 8 m. Kondisi perkerasan baik, jenis perkerasan berupa aspal dengan tipe konstruksi hotmix. Perkerasan tidak berlubang, dapat dilalui kendaraan dengan kecepatan 40-60 km/jam. Jalan ini tidak dilewati angkutan berat, tidak terdapat trotoar dan saluran drainase di sebelah kiri dan kanan jalan kondisi buruk. Jalan Suryakencana termasuk kedalam wilayah administrasi Kecamatan Bogor Tengah. Panjang Jalan Suryakencana yang membatasi lokasi studi adalah 900 m. Berdasarkan Data Inventarisasi Jalan Kota Bogor tahun 2005, jalan ini memiliki 3 lajur dengan 1 arah, lebar Daerah Milik Jalan (DAMIJA) 9 m dan jalur lalu lintas 8 m. Kondisi perkerasan baik, jenis perkerasan berupa aspal dengan tipe konstruksi hotmix. Perkerasan tidak berlubang, dapat dilalui kendaraan dengan kecepatan 40-60 km/jam. Jalan ini tidak dilewati angkutan berat, tidak terdapat trotoar dan saluran drainase di sebelah kiri dan kanan jalan kondisi buruk. Jalan lingkungan dalam permukiman hanya dapat dilalui oleh pengendara roda dua dan pejalan kaki. Secara umum lebar jalan lingkungan sangat sempit yaitu sekitar ± 1,2m karena ruang yang tersedia telah digunakan untuk area permukiman penduduk. Pola sirkulasi pada jalan lingkungan dalam permukiman ini membentuk cul-de-sac yang hanya memiliki satu arus masuk dan keluar pada setiap lingkungan rumah tangganya. Sedangkan pada sekitar Jalan Suryakencana memiliki pola linier (Gambar 13).
Gambar 13 Jalan lingkungan di lokasi penelitian Sumber: Survei lapang (2014) Drainase Lokasi penelitian memiliki tipe saluran drainase tertutup (Gambar 14). Drainase terbuka terletak di sisi-sisi jalan dan berfungsi sebagai pengalir aliran air hujan. Secara umum, drainase tertutup sudah berjalan dengan baik. Namun di lokasi tertentu, drainase tertutup penuh dengan sampah yang berasal dari kios dan
30
warung makan. Drainase tertutup dominan terletak di seluruh sisi permukiman. Drainase ini sebagian besar digunakan sebagai saluran pembuangan limbah dari permukiman, toilet, dan mushola.
(a)
(b)
Gambar 14 Tipe drainase tertutup di lokasi penelitian: (a) Drainase di Pasar Bogor (b)Drainase di permukiman Sumber: Survei lapang (2014) Persampahan Pembuangan sampah di lokasi studi dilakukan melalui tiga cara yaitu: pengangkutan langsung oleh angkutan DLHK (Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan), pengangkutan ke TPS (Tempat Pembuangan Sementara) dan dibuang langsung ke sungai (Gambar 21). Berdasarkan data hasil wawancara, 27% sampah rumah tangga diangkut langsung oleh kendaraan DLHK, 57 % diangkut ke TPS terdekat dan 13 % dibuang ke sungai. Sampah yang diangkut secara koordinasi sebesar 74 % dan dibuang langsung ke sungai atau non koordinasi sebesar 26%. Sistem pembuangan sampah di permukiman sepanjang Jalan Suryakencana dilakukan melalui pengangkutan langsung oleh kendaraan DLHK. Biaya pembuangan sampah dimasukkan ke dalam pembayaran tagihan PDAM setiap bulannya. Sampah rumah tangga ditampung di bak sampah berukuran 1,5 m x 1,5 m. Dalam kurun waktu 1 kali dalam satu minggu, truk sampah dari DLHK mengangkut sampah yang ditampung sementara di bak sampah tiap-tiap rumah atau gerobak sampah untuk diangkut ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir) Galuga. Pada lokasi penelitian terdapat 4 TPS yaitu 2 TPS di Pasar Bogor dan 2 TPS di Jalan Roda . Sistem pembuangan sampah dapat melalui koordinasi dan non koordinasi. Berdasarkan data hasil wawancara, 38% sampah diangkut ke TPS Jalan Roda, dan 62% diangkut ke TPS Pasar Bogor. Pengangkutan dilakukan secara kolektif setiap hari. Sampah di daerah ini tidak hanya sampah rumah tangga tetapi termasuk sampah pasar. Sampah dapat diangkut secara kolektif melalui koordinasi yang dikelola oleh Ketua Pemuda, Remaja Mesjid dan Sukarelawan. Pengangkutan dilakukan tiap RT (Rukun Tetangga), juga dapat dilakukan 2 RT sekaligus. Pada umumnya sampah diangkut dari setiap rumah pada waktu malam hari oleh kelompok pemuda dan pagi hari oleh sukarelawan. Sampah dari rumah-rumah diangkut dalam karung untuk dipanggul atau dipikul. Dalam satu malam dapat menghasilkan 4-6 karung sampah untuk 2 RT. Pengangkutan sampah menjadi sumber pendapatan bagi pemuda setempat. Akan tetapi masih terdapat kendala yaitu proses pengangkutan menjadi terhambat karena keterbatasan. Adanya keterbatasan yang bersifat teknis dan non teknis dalam pengangkutan sampah mengakibatkan sebagian warga membuang sampah langsung ke sungai.
31
Sarana Lingkungan Lokasi penelitian adalah salah satu pusat perdagangan di Kota Bogor. Pasar Bogor dan sepanjang Jalan Suryakencana merupakan tempat dengan intensitas perdagangan yang tinggi. Hampir keseluruhan bangunan merupakan sarana perniagaan seperti warung, toko, dan Ruko (Rumah Toko). Sarana pendidikan merupakan fasilitas penunjang dalam suatu permukiman. Pada lokasi penelitian terdapat 1 Sekolah Dasar, 1 Taman Kanak-Kanak dan 1 TPA (Gambar 4). Sekolah Dasar yaitu SD Roda yang berada di pinggir jalan Roda. TK Al-Mukhlisin berada di bantaran sungai Ciliwung. TPA Al-Kharyah berada di tengah-tengah permukiman padat. Sarana pelayanan umum pada lokasi penelitian yaitu 1 unit administrasi pemerintahan berupa Kantor Kelurahan Babakan Pasar dan 1 unit Kantor Bank Cabang Pembantu. Sarana RTH pada lokasi penelitian sangat rendah, tetapi terdapat ruang terbuka yang berpotensi menjadi RTH (Gambar 15). Bentuk ruang terbuka di lokasi penelitian berupa lapangan sebanyak 2 lapangan olahraga masing-masing dengan luas sekitar 167 m2 dan 240 m2. Penduduk biasanya menggunakan lapangan ini untuk olahraga seperti badminton dan voli. Mayoritas pengguna adalah anak-anak dan remaja. Lapangan digunakan sebagai tempat berkumpul penduduk terutama usia remaja pada sore dan malam hari. Pada siang hari, lapangan digunakan sebagai tempat untuk menjemur. Intensitas penggunaan lapangan olahraga lebih tinggi pada pagi dan sore hari terutama hari libur. Sarana peribadatan di lokasi penelitian yaitu mesjid, gereja dan vihara. Di lokasi studi terdapat 1 unit mesjid, 1 unit gereja dan 1 unit vihara.
Gambar 15 Lapangan olahraga di lokasi penelitian Sumber: Survei lapang (2014) Utilitas Air Bersih Mayoritas penduduk di lokasi studi menggunakan pelayanan PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) untuk memenuhi kebutuhan air bersih. Menurut data PDAM “Tirta Pakuan” Kota Bogor, sebanyak 84,75% rumah tangga di Kelurahan Babakan Pasar mendapat air bersih dengan berlangganan PDAM. Pelayanan PDAM sudah menjangkau dan memenuhi kebutuhan air bersih di permukiman. Berdasarkan data hasil wawancara, sebanyak 28 responden menggunakan PDAM dan 2 responden menggunakan sumur gali. Pada permukiman juga terdapat sumur gali yang digunakan sebagai sumur umum. Sumber air bersih lain di lokasi studi adalah pompa manual. Jumlah pompa manual masih terbatas dan sedikit jumlahnya. Air tanah merupakan sumber air untuk pompa. Kondisi air tanah yang sudah tercemar di lokasi studi menyebabkan
32
air dari pompa tidak digunakan untuk air minum, Air dari pompa digunakan untuk mandi, cuci dan lain-lain. Penduduk memanfaatkan air dari sumur gali untuk mandi, cuci dan wudhu. Selama pengamatan di lapang, masih terdapat masyarakat yang menggunakan air sungai untuk mandi dan cuci. Analisis dan Sintesis Analisis Penilaian Kriteria Revitalisasi Kawasan Analisis penilaian kriteria revitalisasi dilakukan berdasarkan Pedoman Teknis Revitalisasi Kawasan yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 18/PRT/M/2010 dengan beberapa modifikasi untuk menyesuaikan dengan kondisi lokasi penelitian. Penilaian terdiri dari dua tahap, yaitu (1) menentukan kriteria pemilihan lokasi dan (2) penilaian pemilihan lokasi. Tahap pertama terdiri dari dua kelompok tahap penilaian, yaitu (1) penilaian variabel utama yang harus dipenuhi suatu lokasi revitalisasi dan (2) penilaian variabel tambahan. Variabel utama yang tercantum dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 18/PRT/M/2010, yaitu (a) vitality ekonomi dan degradasi lingkungan dan (b) nilai lokasi, dan (c) komitmen Pemda. Sementara itu, variabel tambahan yang terdiri dari (a) kawasan masuk di Kawasan Strategis Menurut UU Tata Ruang, (b) kepemilikan tanah (land tenure) di kawasan, dan (3) kepadatan fisik dipilih seluruhnya. Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 18/PRT/M/2010, kondisi vitality kawasan dan degradasi lingkungan dapat diukur dari segi penurunan produktivitas ekonomi (Tabel 17) dan degradasi lingkungan (Tabel 18) di bawah ini, Tabel 17 Nilai lokasi penelitian berdasarkan penurunan produktivitas ekonomi No 1. 2.
3.
Variabel Lapangan Kerja Unit Ruang Usaha Densitas Penduduk
Parameter (P) dan Skor (S) P Tinggi
S1 1
P Sedang
S2 2
Sangat
1
Beragam
2
<60 jiwa/ha
1
60-150 jiwa/ha
2
P Rendah
Nilai Kumulatif
S3 3
2
3
2
>150 3 jiwa/ha Nilai Total 1A Indeksa Nilai total x Indeks
3
Kurang beragam
7 2.22% 15.54%
Keterangan: aIndeks 2.22%
Berdasarkan hasil wawancara terhadap jumlah lapangan kerja di lokasi penelitian, ditemukan bahwa jumlah lapangan kerja termasuk dalam kategori sedang. Berdasarkan hasil wawancara dan survei lapang, jumlah unit ruang usaha di lokasi penilitian termasuk dalam kategori beragam dengan jumlah 30-40 unit ruang usaha. Berdasarkan data statistik dari Kantor Kecamatan Bogor Tengah tahun 2014, Kelurahan Babakan Pasar memiliki luas 42 Ha dengan jumlah penduduk 11.467 jiwa. Densitas penduduk dihitung dengan membandingkan jumlah penduduk dengan luas keseluruhan lokasi penelitian, sehingga kelurahan
33
ini memperoleh densitas penduduk sebesar 252 jiwa/ha. Selanjutnya, potensi dan permasalahan penurunan produktivitas ekonomi dihitung dari nilai total 1A dikalikan indeks 2.22% dan dikategorikan menjadi: 1) Nilai < 8.9% = Rendah 2) Nilai > 8.9 s.d < 15.6% = Sedang 3) Nilai > 15.6% = Tinggi Sementara itu, untuk penilaian degradasi lingkungan berdasarkan kondisi tingkat pelayanan prasarana dan sarana ekonomi, sosial, dan budaya yang meliputi: Tabel 18 Nilai lokasi penelitian berdasarkan degradasi lingkungan No
Variabel
Parameter (P) dan Skor (S) S1 P S2 P
S3
Nilai Kumulatif
Sangat memadai
1
Memadai
2
Kurang memadai
3
2
Sangat memadai
1
Memadai
2
Kurang memadai
3
3
Sangat memadai
1
Memadai
2
Kurang memadai
3
2
Sangat memadai
1
Memadai
2
Kurang memadai
3
2
Sangat memadai
1
Memadai
2
Kurang memadai
3
3
Sangat memadai
1
Memadai
2
Kurang memadai
3
2
Sangat memadai Sangat memadai
1
Memadai
2
3
2
1
Memadai
2
Kurang memadai Kurang memadai
3
3
P Prasarana Dasar 1 Layanan prasarana air bersih dalam kawasan 2 Layanan jalan (dan jembatan) dalam kawasan 3 Layanan prasarana drainase dalam kawasan 4 Layanan prasarana sanitasi dalam kawasan 5 Layanan prasarana persampahan dalam kawasan Sarana Dasar 6 Layanan sarana ekonomi dalam kawasan 7 Layanan sarana sosial budaya 8 Layanan sarana rumah dalam kawasan
Nilai total 1B Indeksa Nilai total x Indeks a
25 0.83% 20,75%
Indeks 0.83%
Berdasarkan standar pelayanan minimal untuk permukiman menurut keputusan menteri permukiman dan prasarana wilayah No. 534/KPTS/M/2001, sebanyak 60-220 liter/ orang/hari untuk permukiman di kawasan perkotaan dan 55-75% penduduk terlayani. Pada lokasi penelitian, sumber air bersih berasal dari PDAM, air tanah, sumur gali atau mata air. Penduduk yang menggunakan air bersih dari PDAM sekitar 80%, air sungai sekitar 14% dan sumur gali 6%. Dari beberapa persyaratan minimun tersebut permukiman ini belum dapat melayani sistem air bersih permukiman ini. Menurut keputusan menteri permukiman dan prasarana wilayah No. 534/KPTS/M/2001, standar pelayanan untuk kondisi jalan yaitu panjang 40-60m/ha dengan lebar 2-5m, dan akses ke semua lingkungan
34
permukiman dapat diakses mobil pemadam kebakaran. Berdasarkan pengamatan di permukiman ini, jalan yang digunakan berukuran 1-2 m dan dengan lebar ini jalan di permukiman ini tidak dapat mengakomodasi aksesibilitas mobil pemadam kebakaran. Menurut keputusan menteri permukiman dan prasarana wilayah No. 534/KPTS/M/2001, standar pelayanan minimal untuk sanitasi di lingkungan permukiman yaitu 80-90% penduduk untuk daerah dengan kepadatan > 300 jiwa/ha dengan tingkat pelayanan maksimal 120.000 jiwa, IPLT sistem kolam dengan debit 50 m3/hari. Pada lokasi permukiman, pelayanan ini belum terpenuhi. Menurut keputusan menteri permukiman dan prasarana wilayah No. 534/KPTS/M/2001, penanganan sampah pada lokasi dilakukan secara individual untuk diambil pemulung, tempat kapasitas perwadahan tersedia, pengumpulan dan pengangkutan sampah dilakukan secara reguler. Oleh sebab itu, Potensi dan permasalahan degradasi lingkungan dihitung dari nilai total 1B dikalikan indeks 0.83% dan dikategorikan menjadi: 1) Nilai < 8.3% = Rendah 2) Nilai > 8.3 s.d < 14.9% = Sedang 3) Nilai > 14.9% = Tinggi 2. Nilai Lokasi Penilaian terhadap nilai lokasi kawasan berdasarkan fungsi strategis kawasan terhadap variabel fungsi ekonomi, nilai jual lahan (terhadap sekitarnya/radius 1 km), dan pencapaian kawasan dari pusat kota (Tabel 19). Tabel 19 Nilai lokasi penelitian berdasarkan fungsi strategis terhadap variabel fungsi ekonomi No
Variabel
1
Fungsi strategis
2
Nilai jual lahan (radius 1 km) Pencapaian dari pusat kota
3
2%
Parameter (P) dan Skori (S) S1 P S2 P 1 Cukup 2 Potensi potensi untuk fungsi fungsi ekonomi ekonomi 1 3% 2 4%
Susah diakses
1
P Tidak potensi untuk fungsi ekonomi
Memiliki akses
2
Mudah diakses
Nilai total 1A Indeksa Nilai total x Indeks a
S3 3
Nilai Kumulatif 3
3
3
3
3
9 2.22% 19.98%
Indeks 2.22 %
Potensi dan permasalahan penurunan produktivitas ekonomi dihitung dari nilai total dikalikan indeks 2,22% dan dikategorikan menjadi: 1. Nilai < 8.9% = Rendah 2. Nilai > 8.9 s.d < 15.6% = Sedang 3. Nilai > 15.6% = Tinggi 3. Komitmen Pemerintah Daerah (Pemda) Penilaian terhadap komitmen Pemda berdasarkan pengelolaan yang berkelanjutan dari Pemda, sharing investasi/kerjasama pendanaan dan pengaturan
35
(regulasi) dari Pemda. Namun dalam penelitian ini, hanya digunakan dua aspek, yaitu sharing investasi/kerjasama pendanaan dan pengaturan (regulasi) dari Pemda (Tabel 20). Tabel 20 Nilai lokasi penelitian berdasarkan komitmen Pemda No 1
2
Aspek Sharing investasi (financing) a. Tidak terpaku APBN, berinisiatif menggalang dana dari Tk I dan Tk II b. Menggalang investor Nilai total Indeks Nilai total x indeks Regulasi/deregulasi a. Regulasi dokumen perencanaan Penyusunan Rencana Kerja (PRK) diperkuat dengan SK Kepala Daerah/Perda b. Regulasi pengelolaan kawasan 1) Traffic system management 2) Insentif (pajak, KLB, KDB) & disinsentif 3) IMB 4) Retribusi 5) PBB,dll 6) Pembebasan lahan 7) Kemudahan perizinan
Yaa
Tidakb
1
Nilai 1
0
0 1 5% 5%
1
1
1 1
1 1
1 1 1
1 1 1 0 1 7 0.63% 4.41% 9.41%
0 1 Nilai total Indeksc
Nilai total x indeks Nilai total 1+2 a Jawaban Ya Nilai = 1; bJawaban Tidak Nilai = 0; cIndeks 0.063%
Penjumlahan nilai total 1+2 dikali indeks masing-masing dikategorikan menjadi : 1. Nilai < 5% = Rendah 2. Nilai > 5 s.d < 12.5% = Sedang 3. Nilai > 12.5% = Tinggi b. Tahap II Penilaian tahap II berisi variabel tambahan dalam pemilihan lokasi. Penilaian terhadap variabel-variabel tambahan ditujukan untuk mengetahui (4) keberadaan kawasan apakah masuk dalam kawasan strategis menurut UU Tata Ruang, (5) kondisi kepemilikan tanah dan (6) kepadatan fisik, seperti yang diterangkan dalam penjelasan berikut. 1. Kawasan Masuk di Kawasan Strategis menurut UU Penataan Ruang Penilaian kawasan kedalam kawasan strategis berdasarkan UU No.26/2008 tentang Penataan Ruang berdasarkan variabel kawasan strategis nasional, kawasan strategis provinsi, dan kawasan strategis kabupaten/kota (Tabel 21). Tabel 21 Nilai lokasi penelitian masuk di kawasan strategis menurut UU No. 26 Tahun 2008 Kawasan masuk di salah satu kawasan strategis di bawah ini: Kawasan strategis Nasional (UU No.26/2008) A Kawasan Strategis Pusat Kegiatan Nasional (PKN) B Kawasan Strategis Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)
Yaa
Tidakb
Nilai
Tidak Tidak
0 0
36
Tabel 21 Nilai lokasi penelitian masuk di kawasan strategis menurut UU No. 26 Tahun 2008 (lanjutan) Kawasan masuk di salah satu kawasan strategis di bawah ini: Kawasan strategis Nasional (UU No.26/2008) C Kawasan Strategis Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) Nilai total
Yaa
Tidakb
Nilai
Tidak
0 0 1,67% 0
Indeksc Nilai total x Indeks a Jawaban Ya Nilai = 1; bJawaban Tidak Nilai = 0; cIndeks 1,67%
Menurut UU No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, PKN adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala internasional, nasional, atau beberapa provinsi. PKW adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten/kota. PKSN adalah kawasan perkotaan yang ditetapkan untuk mendorong pengembangan kawasan perbatasan negara. Lokasi penelitian berada di Kota Bogor dan Kota Bogor tidak termasuk dalam kawasan PKN, PKW dan PKSN. Sehingga, potensi lokasi penelitian masuk di kawasan strategis menurut UU No. 26 Tahun 2008 dihitung dari nilai total dikalikan indeks 1.67% dan dikategorikan menjadi: 1) Nilai 1.7% = Rendah 2) Nilai 3.4% = Sedang 3) Nilai 5.0% = Tinggi 2. Kepemilikan Tanah (Land Tenure) di Kawasan Penilaian kepemilikan tanah berdasarkan variabel status kepemilikan lahan tidak dalam sengketa dan status kepemilikan yang jelas (Tabel 22), Tabel 22 Nilai lokasi penelitian berdasarkan kepemilikan Tanah (land tenure) di kawasan No Variabel Parameter (P) dan (S) Nilai P S1 P S2 P S3 Kumulatif 1 Status Bersengketa 1 Penyelesai 2 Tidak 3 2 sengketa an 2 Kepemilikan Tidak 1 Milik 2 Milik 3 2 jelas jelas/liar privat Negar a Nilai total 1A 4 Indeksa 0.83% Nilai total x Indeks 3.32% a Indeks 0.83%
Potensi dan permasalahan kepemilikan tanah (land tenure) dihitung dari nilai total dikalikan indeks 0.83% dan dikategorikan menjadi: 1) Nilai < 2.5% = Rendah 2) Nilai > 2.5 s.d < 4.2% = Sedang 3) Nilai > 4.2% = Tinggi 3. Kepadatan Fisik Penilaian kepadatan fisik berdasarkan variabel KDB (Koefisien Dasar Bangunan) dan KLB (Koefisien Lantai Bangunan) (Tabel 22).
37
Tabel 22 Nilai lokaasi berdasarkan kepadatan fisik No 1
Variabel
KDB (Koefisien Dasar Bangunan) 2 KLB (Koefisien Lantai Bangunan) Nilai total 1A Indeksa Nilai total x Indeks a Indeks 0.83%
Parameter (P) dan Skor (S) P S1 P Rendah 1 Sedang (<40%) (40%-80%) Rendah 1 Sedang (1-2) (<1)
S2 2 2
P Tinggi (>60%) Tinggi (>2)
S3 3 3
Nilai Kumulatif 3 1 4 0.83% 3.32 %
Pada lokasi penelitian terdapat permukiman dengan dominasi rumah toko dan rumah sederhana. Permukiman dengan dominasi rumah toko memiliki KDB 64% dan kepadatan bangunan sangat tinggi. Jumlah bangunan 30 per hektar dengan pola bangunan linier dan teratur. Permukiman dengan dominasi rumah sederhana memiliki KDB sekitar 91% dengan kepadatan sangat tinggi. Dominasi bangunan berupa rumah tinggal dengan luas 70 m2. Jumlah bangunan sekitar 85 rumah dengan pola bangunan tidak teratur dan lebar jalan lingkungan sekitar 1,2m. Oleh sebab itu, KDB di lanskap permukiman ini termasuk dalam kategori tinggi. Potensi dan permasalahan kepadatan fisik berdasarkan variabel KDB dan KLB dihitung dari nilai total dikalikan indeks 0.83% dan dikategorikan menjadi: 1) Nilai < 2.5% = Rendah 2) Nilai > 2.5 s.d < 4.2% = Sedang 3) Nilai > 4.2% = Tinggi Setelah dilakukan penentuan kriteria dan penilaian terhadap variabel utama dan variabel tambahan, selanjutnya adalah tahap penentuan kelulusan (passing grade) dan potensi keberhasilan pemilihan lokasi/ kawasan revitalisasi. Ketentuan dalam penilaian passing grade pemilihan lokasi kawasan, yaitu: i. Kawasan revitalisasi dapat lolos ke passing grade apabila total jumlah nilai pada tahap I ≥ 60%. ii. Bila lolos passing grade, penilaian tahap II akan dilanjutkan untuk mendapatkan nilai akhir. Potensi keberhasilan revitalisasi kawasan dalam pemilihan lokasi kawasan didasarkan pada jumlah penilaian Tahap I dan Tahap II, yang dikategorikan sebagai berikut: i. nilai ≥ 65% – ≤ 80% = cukup potensial ii. nilai > 80% – ≤ 85% = potensial iii. nilai > 85% – 100% = sangat potensial hasilnya, potensi keberhasilan revitalisasi kawasan dalam pemilihan lokasi kawasan berdasarkan jumlah penilaian Tahap I (penilaian variabel utama) sebesar 65.68% dan Tahap II (penilaian variabel tambahan) sebesar 11.65%. Dengan demikian, total nilai adalah sebesar 77.33%. Nilai ini termasuk ke dalam rentang kriteria cukup potensial untuk dilakukan upaya revitalisasi kawasan (Tabel 23).
38
Tabel 23 Kriteria revitalisasi di lokasi penelitian Kriteria revitalisasi Nilai Indeks (%) Nilai total (%) 1. Penilaian pemilihan lokasi i. Variabel utama a. Vitality ekonomi 7.00 2.22 36.29 b. Degradasi lingkungan 25.00 0.83 c. Nilai lokasi 9.00 2.22 19.98 d. Komitmen Pemda e. Sharing investasi 1.00 5.00 5.00 f. Regulasi/deregulasi 7.00 0.63 4.41 ii. Variabel tambahan a. Kawasan masuk di Kawasan 0.00 1.67 0.00 Strategis menurut UU Tata Ruang b. Kepemilikan tanah (land tenure) 4.00 0.83 3.32 c. Kepadatan fisik 4.00 0.83 3.32 2. Penentuan kelulusan (passing 1. nilai ≥65%-≤80% = cukup potensial grade) dan potensi keberhasilan 2. nilai >80% - ≤85% = potensial pemilihan lokasi kawasan 3. nilai >85%-100% = sangat potensial Nilai total kriteria revitalisai I+II 72.72 Kriteria revitalisasi Cukup potensial Berdasarkan hasil analisis kriteria revitalisasi, lanskap permukiman padat penduduk ini termasuk dalam kategori cukup potensial untuk dilakukan kegiatan revitalisasi. Analisis Vitality Lanskap permukiman Padat Analisis ini dilakukan dengan membandingkan kebutuhan dasar manusia menurut Maslow dalam Porteus tahun 1977, dengan kondisi eksisting di lanskap permukiman kelurahan Bababakan Pasar yang di tampilkan dalam tabel berikut (Tabel 24). Tabel 24 Identifikasi Kebutuhan Dasar Manusia di Lanskap Permukiman Padat Kel. BabakanPasar No. 1.
Kebutuhan Dasar Pangan
2.
Keamanan
Bentuk Fisik/Non Fisik ●Aktivitas ●Produksi
●Layout permukiman ●Gerbang permukiman ●Pos keamanan
Keterangan (Ada/Tidak Ada), Jenis ●Ada (berjualan) ●Ada (produksi adonan lumpia dan kuliner khas Cina) ●Ada (pola linier dan cul de sac) ●Ada (Gapura Kel. Babakan Pasar) ●Ada (Poskamling)
Form (Bentuk) ●Node yang mengokupasi path dalam distrik permukiman
39
Tabel 24 Identifikasi Kebutuhan Dasar Manusia di Lanskap Permukiman Padat Kel. BabakanPasar (lanjutan) No. 3.
4.
Kebutuhan Dasar Afiliasi
Stimulasi
Bentuk Fisik/Non Fisik
Keterangan (Ada/Tidak Ada), Jenis
Form (Bentuk)
●Ruang berkumpul (outdoor dan indoor)
●Ada (Pedestrian, teras kios dan bangunan, jarak antar bangunan, dan lapangan) ●Ada (Klenteng Gunadharma)
●Node yang mengokupasi path dalam distrik permukiman ●Landmark
●Koperasi/Bank
●Ada (Bank Mandiri)
●Node
●Ragam display/toko
●Ada (Keunikan bangunan)
fasad
●Festival budaya Cina ●Aktivitas ekonomi ●Tidak Ada ●Tidak Ada
etnis
●Ruang terbuka
●Budaya tradisional Cina ●Aktivitas ●Monumen ●Tugu Sumber: Survei Lapang (2014) 5.
Identitas
●Distrik
Berdasarkan hasil pengamatan, bentuk fisik kebutuhan dasar manusia di lanskap permukiman dapat teridentifikasi dengan baik. Bentuk fisik kebutuhan pangan yaitu aktivitas ekonomi seperti berjualan dan produksi kuliner khas Cina. Bentuk fisik keamanan berupa layout permukiman, gerbang permukiman dan pos keamanan. Bentuk fisik kebutuhan afiliasi berupa ruang terbuka dan ruang berkumpul baik diluar ruangan maupun didalam ruangan. Bentuk fisik stimulasi di dalam lokasi penelitian yaitu ragam display/toko yang memiliki keunikan fasad bangunan. Bentuk non-fisik identitas kawasan yaitu festival kebudayaan tradisional Cina yang diadakan setiap tahun. Sedangkan bentuk fisik identitas yaitu aktivitas ekonomi karena kawasan yang telah dikenal sebagai kawasan perdagangan sejak zaman dahulu. Kebutuhan pangan dan afiliasi terdapat kesamaan yaitu dalam bentuk node dan mengokupasi path di dalam permukiman yang seharusnya hanya untuk jalur sirkulasi. Kondisi ini ditemukan di sepanjang Jalan Suryakencana dan Jalan Roda. Oleh sebab itu, kebutuhan dasar manusia yang paling signifikan didalam lokasi penelitian yaitu pangan dan afiliasi. Identifikasi pemenuhan kebutuhan dasar penduduk di lokasi penelitian dapat digunakan untuk memperjelas studi perilaku masyarakat. Hal ini diperlukan untuk mengetahui lokasi kegiatan, intensitas dan aksesibilitas masyarakat untuk mencapai setiap titik lokasi kegiatan pada Tabel 25 dan Gambar 16.
40
Tabel 25 Intensitas dan aksesibilitas pemenuhan kebutuhan dasar penduduk di lokasi penelitian Kebutuhan Dasar Kebutuhan Biologis ●Berjualan
Lokasi
Intensitas
Aksesibilitas
●Pagi-Sore
●Linier, mudah, publik1
●Pagi-Sore
●Linier, mudah, publik1
●Pasar pagi
●Warung di Pedestrian Jalan Suryakencana ●Kios di Jalan Suryakencana ●Pasar Bogor ●Jalan raya
●Pagi-Sore ●03.00-06.00
●Linier, mudah, publik1 ●Linier, mudah, publik1
●Home industry
●Rumah penduduk
●Pagi-Sore
●Cul de sac, cukup sulit2, khusus untuk pekerja
●Lapangan olahraga ●Teras rumah dan kios
●Siang-sore hari ●Sepanjang hari
●Tempat ibadah
●Pagi-Malam
●Cul de sac, cukup sulit2, akses publik1 ●Cul de sac, cukup sulit2 khusus hanya untuk pemilik rumah dan tetangga ●mudah, akses khusus hanya untuk aktivitas agama
Kebutuhan Afiliasi ●Berkumpul
Kebutuhan Rohani dan Estetika ●Sembahyang ●Vihara
●Pagi-Malam
●Mesjid
●Pagi-Malam
●Akses mudah, hari biasa hanya khusus untuk kegiatan sembahyang, (saat hari raya imlek terbuka untuk publik1)
●Akses mudah, hanya khusus untuk umat Kristen ●Gereja ●Pagi-Sore ●Akses mudah, hari hanya khusus untuk umat islam ●Perayaan Keagamaan ●Jalan ●Pagi-Malam ●Linier, Akses mudah, etnis Cina Suryakencana terbuka untuk publik1 1 2 Keterangan: tidak ada pembatasan jenis pengguna dan pengunjung, ruang sempit Sumber: Survei Lapang (2014)
Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa intensitas aktivitas ekonomi adalah aktivitas yang paling banyak di lokasi penelitian. Sementara itu, aktivitas keagamaan berada di peringkat kedua dan aktivitas sosial berada di peringkat ketiga. Oleh sebab itu, di lanskap permukiman padat ini memiliki potensi ekonomi yang tinggi bagi masyarakat sekitarnya. Selanjutnya, jika dilihat pada aksesibilitas di lokasi penelitian, pada aktivitas ekonomi secara umum aksesibilitas linier, menuju lokasi mudah dan penggunaannya terbuka untuk umum. Namun, untuk home industry aksesibilitas cul-de-sac dengan akses menuju lokasi cukup sulit karena berada di dalam kawasan permukiman padat dan penggunaannya dikhususkan untuk pekerja. Oleh sebab itu, untuk aksesibilitas aktivitas ekonomi semakin tidak adanya pembatasan penggunaan dan pengunjung
41
menuju suatu lokasi di lanskap permukiman ini maka semakin tinggi aksesibilitasnya.
Gambar 16 Intensitas aktivitas di dalam lokasi penelitian Sumber: Survei lapang (2014)
Pemenuhan kebutuhan biologis diekspresikan penduduk sebagai aktivitas ekonomi. Bangunan ruko ditemukan di dalam lokasi penelitian dalam jumlah banyak dan mengokupasi jalur (path) di sepanjang Jalan Roda dan Jalan Suryakencana di lokasi penelitian. Ruko adalah bangunan yang digunakan penduduk untuk berjualan dan sekaligus menjadi tempat tinggal. Berdasarkan hasil pengamatan langsung di lokasi penelitian terdapat perbedaan jumlah PKL dan ruko di Jalan Roda (Gambar 17) dan Jalan Suryakencana (Gambar 18).
(a)
42
(b) Gambar 17 (a) Intensitas aktivitas ekonomi pada ruko (b) intensitas aktivitas ekonomi PKL di Jalan Roda Sumber : Survei lapang 2014
Berdasarkan hasil pengamatan, di Jalan Roda jumlah fasilitas ekonomi yang aktif yaitu ruko 20 unit dan PKL 5 unit. Pada siang hari aktivitas ekonomi termasuk tinggi dengan jumlah ruko yang aktif sebanyak 18 unit dan jumlah PKL aktif sebanyak 5 unit. Sedangkan, pada malam hari aktivitas ekonomi tergolong rendah dengan tidak adanya ruko yang aktif dan PKL yang aktif sebanyak 1 unit. Oleh sebab itu, intensitas dan jumlah aktivitas ekonomi Jalan Roda pada pagi dan siang hari lebih tinggi dibandingkan malam hari.
(a)
(b) Gambar 18 (a) Intensitas aktivitas ekonomi pada ruko (b) intensitas aktivitas ekonomi PKL di Jalan Suryakencana Sumber: Survei lapang 2014
43
Berdasarkan hasil pengamatan, di Jalan Suryakencana jumlah aktivitas yaitu ruko 40 unit dan PKL 30 unit. Pada siang hari aktivitas ekonomi termasuk tinggi dengan jumlah ruko yang aktif sebanyak 30 unit dan jumlah PKL aktif sebanyak 30 unit. Sedangkan, pada malam hari aktivitas ekonomi tergolong rendah dengan tidak adanya jumlah ruko yang aktif dan PKL yang aktif sebanyak 10 unit. Oleh sebab itu, intensitas dan jumlah aktivitas ekonomi Jalan Suryakencana pada pagi dan siang hari lebih tinggi dibandingkan malam hari. Perbandingan jumlah dan intensitas aktifitas di jalan Suryakencana pada siang hari lebih tinggi dibandingkan Jalan Roda. Kondisi jalan Suryakencana yang ramai dan akses utama membuat sektor informal seperti PKL lebih banyak dibandingkan Jalan Roda. Hal ini juga terjadi di lokasi penelitian, PKL yang tidak dapat berjualan di pagi hari, membuka lahan usahanya di sepanjang Jalan Suryakencana pada malam hari. Hasil survei lapang menunjukkan sebesar 10% PKL buka dibandingkan yang tutup pada malam hari, sedangkan seluruh ruko tutup pada malam hari. Hal ini menunjukkan bahwa PKL masih tetap beraktivitas dalam jumlah besar pada malam hari, dibandingkan ruko.
(a)
(b)
Gambar 19 (a)Tingkat vitality aktivitas PKL selama ± 24 jam (b)Tingkat vitality aktivitas ekonomi pada ruko selama ± 24 jam Sumber: Survei lapang (2014)
Sektor informal dapat menghidupkan suasana di malam hari (Sholihah 2005). Oleh sebab itu, aktivitas PKL berperan sebagai salah satu penggerak ekonomi di lokasi penelitian pada malam hari. Aktivitas ekonomi ini juga berperan sebagai salah satu potensi untuk meningkatkan vitality kawasan ini. Aktivitas ekonomi di Jalan Roda lebih rendah dibandingkan aktivitas di sepanjang Jalan Suryakencana, padahal jarak antara kedua lokasi cukup dekat dan berada dalam lokasi yang sama. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara diperoleh beberapa informasi mengenai potensi vitality di jalan Roda (Tabel 26), Tabel 26 Perbandingan kondisi vitality jalan Roda dahulu dan eksisting No 1 2
Dahulu Digunakan sebagai jalur aktivitas budaya untuk perayaan imlek sebagai jalur perdagangan
3
Jumlah permukiman sedikit
Sumber: Survei lapang dan wawancara langsung (2014)
Saat ini Tidak ada aktivitas budaya Masih digunakan sebagai jalur perdagangan Jumlah permukiman meningkat
44
Berdasarkan hasil analisis, potensi ekonomi di dalam lokasi penelitian lebih dominan dibandingkan potensi lainnya. Oleh sebab itu, evaluasi dilakukan untuk meningkatkan vitality ekonomi kawasan penelitian.
Gambar 17 Jenis aktivitas ekonomi didalam kawasan penelitian Sumber: Survei lapang 2014
45
Analisis Persepsi Masyarakat Terhadap Struktur/Perilaku Keteritorialan Analisis ini dilakukan dengan memberikan kuisioner kepada responden sebanyak 30 orang. Responden diberikan pertanyaan sebanyak 5 buah untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap perilaku keteritorialan di lokasi penelitian. Hasil kuisioner diolah menggunakan skala likert dan hasilnya ditampilkan pada (Tabel 27), Tabel 27 Derajat kepentingan penilaian komponen perilaku masyarakat terhadap struktur dan perilaku keteritorialan di Kelurahan Babakan Pasar Sturktur/Perilaku Keteritorialan
1
2
3
4
5
Total
Indeks Penilai an
DK*
2
2
15
8
100
127
0,85
SP
1
2
6
16
100
125
0,83
SP
Memiliki nilai historis
1
2
18
16
90
127
0,85
SP
Untuk kegiatan upacara adat Memiliki nilai ekonomi Jalan Roda Menjaga keindahan lanskap/arsitektur Merupakan Landmark
1
12
12
4
110
139
0,93
SP
1
2
3
4
130
140
0,93
SP
1
26
30
20
5
82
0,55
CP
12
24
12
4
5
57
0,38
KP
Memiliki nilai historis
12
6
39
4
5
66
0,44
CP
Untuk kegiatan upacara adat Memiliki nilai ekonomi Vihara Menjaga keindahan lanskap/arsitektur Merupakan Landmark
20
14
3
4
5
46
0,31
KP
19
2
3
32
5
61
0,41
CP
1
2
6
20
105
134
0,89
SP
1
2
3
20
110
136
0,91
SP
Memiliki nilai historis
1
2
21
8
100
132
0,88
SP
Untuk kegiatan upacara adat Memiliki nilai ekonomi
1
2
3
4
130
140
0,93
SP
10
14
21
16
5
56
0,37
P
Jalan Suryakencana Menjaga keindahan lanskap/arsitektur Merupakan Landmark
Sugiyono (2013) *dengan modifikasi pada sistem indeks penilaian Keterangan: 1=Sangat Kurang Penting; 2=Kurang Penting; 3=Cukup Penting; 4=Penting;5=Sangat Penting; DK= Derajat Kepentingan
Berdasarkan hasil pengolahan data kuisioner, diketahui bahwa responden menganggap penting keberadaan/peran setiap variabel di lanskap permukiman untuk mendukung struktur dan perilaku keteritorialan. Hal ini diketahui dari
46
jumlah jawaban terbanyak „sangat penting‟, „penting‟ dan „cukup penting‟ dibandingkan dengan jawaban „kurang penting‟ terhadap peran variabel kepada keberlangsungan struktur dan perilaku keteritorialan. Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa responden menganggap Jalan Suryakencana sangat penting untuk mengakomodasi struktur perilaku keteritorialan di lokasi penelitian. Struktur/perilaku keteritorialan yang paling tinggi di Jalan Suryakencana adalah nilai ekonomi dengan skor sebanyak 140. Sedangkan, secara keseluruhan derajat kepentingan Jalan roda untuk mengakomodasi perilaku keteritorialan penduduk dianggap lebih rendah dibandingkan Jalan Suryakencana dan Vihara. Berbeda dengan Vihara yang dianggap sangat penting mengakomodasi semua perilaku keteritorialan kecuali nilai ekonomi. Skor penilaian tertinggi Vihara dalam mengakomodasi struktur/perilaku keteritorialan yaitu kegiatan upacara keagamaan sebanyak 140. Dengan demikian hasil penelitian menunjukkan bahwa Jalan Suryakenaca dan Vihara merupakan elemen lanskap yang sangat penting mengakomodasi perilaku keteritorialan penduduk yaitu memiliki nilai ekonomi, mengakomodasi kegiatan upacara adat dan memiliki nilai historis sehingga sangat penting untuk dipertahankan kualitas lanskapnya. Sementara itu, Jalan Roda memiliki peluang untuk mengakomodasi perilaku ekonomi karena lokasinya berdekatan dengan Jalan Suryakencana. Analisis Elemen Mental Map Jalur sirkulasi dan aksesibilitas dapat menunjukkan hubungan ruang pada tapak. Menurut Kevin Lynch dalam Image of The City tahun 1960, legibility adalah kualitas setiap ruang yang terhubungkan dengan mudah, sehingga pengguna merasakan navigasi dan memudahkan akses pada suatu lanskap. Faktor legibility ini dapat di tunjukkan melalui elemen mental map. Elemen mental map pada lokasi penelitian di tampikan sebagai berikut (Tabel 28) dan (Gambar 21), Tabel 28 Analisis elemen mental map Kelurahan Babakan Pasar Elemen mental map Teori Image of The City Lokasi Penelitian Node Pusat kegiatan dimana Node dapat diidentifikasi sebagai pengguna merasakan „masuk‟ Vihara, Pasar Bogor dan dan „keluar‟ pada tempat yang persimpangan Jala Suryakencanasama Jalan Juanda dan Jalan Roda-Jalan Suryakencana. Vihara sebagai tempat berkumpul pusat aktivitas keagamaan bagi etnis Tionghoa dan jalan menjadi titik dua pertemuan jalur berbeda. Selain itu, Pasar Bogor menjadi salah satu pusat aktivitas ekonomi yang sangat tinggi di Kota Bogor. Node sering terjadi kemacetan karena menjadi titik pertemuan dua jalur berbeda dan berbagai aktivitas ekonomi yang sangat tinggi. Walau begitu legibility-nyatinggi karena masih dapat menavigasi pengguna di lokasi tersebut.
47
Tabel 28 Analisis elemen mental map Kelurahan Babakan Pasar (lanjutan) Elemen mental map Landmark
Teori Image of The City Point of reference biasanya disimbolkan sebagai bangunan, tanda, toko dan bangunan yang biasanya terlihat dari beberapa sudut pandang dan lebih menonjol dibandigkan elemen lainnya
Lokasi Penelitian Bangunan Pasar Bogor diidentifikasi sebagai landmark kawasan karena menjadi bangunan terbesar di kawasan dan sebagai tujuan utama dari kebanyakan pengunjung. Vihara juga dapat disebut sebagai landmark karena bentuk bangunan yang unik sehingga sangat kontras dengan bangunan lain di lokasi penelitian
Path
Jaringan jalan yang potensial memunjukkan arah pergerakan bagi penggunanya di suatu tapak
Jaringan jalan di permukiman ini terdiri dari jalan kota jalan lingkungan dan gang. Jalan kota memiliki jalur lebih jelas dibanding jalan lingkungan sehingga lebih dapat mengarahkan pergerakan yang jelas pada pengguna. Oleh sebab itu legibility jalan kota lebih tinggi dibandingkan jalan lingkungan. Hal ini dapat disebabkan karena jalan lingkungan terbentuk antara jarak antar bangunan dan jarak halaman setiap permukiman sehingga tidak memiliki jalur yang jelas dan teratur
District
Bagian kota dengan ukuran skala sedang hingga sangat besar yang memiliki banyak kesamaan
Distrik terbagi menjadi kawasan permukiman dan perdagangan. Namun pada sepanjang jalan Suryakencana kawasan permukiman dan perdagangan berada dalam satu distrik.
Edge
Garis linier pada batas kawasan yang tidak dimanfaatkan sama sekali didalam suatu kawasan
Sempadan Sungai Ciliwung masih dimanfaatkan oleh penduduk sebagai permukiman dan aktivitas rumah tangga.
Sumber: Survei lapang (2014)
48
Gambar 21 Mental map kelurahan Babakan Pasar Sumber: Survei lapang (2014)
49
Pada lokasi penelitian, node diidentifikasi sebagai Vihara, Pasar Bogor dan persimpangan jalan utama. Selain itu node berada di setiap pertemuan jalur jalan utama yaitu di persimpangan Jalan Suryakencana dengan Jalan Juanda dan pada pertemuan Jalan Roda dan Jalan Suryakencana. Pada node jalan sering terjadi kemacetan karena selain karena pertemuan dua jalur berbeda juga karena pertemuan berbagai aktivitas ekonomi sehingga mengganggu sirkulasi. Landmark adalah point of reference biasanya disimbolkan sebagai bangunan, tanda, toko dan bangunan yang biasanya terlihat dari beberapa sudut pandang dan lebih menonjol dibandigkan elemen lainnya (Lynch 1960). Landmark pada tapak yaitu Pasar Bogor dan Vihara. Pasar Bogor yang merupakan salah satu bangunan terbesar dan menjadi salah satu pusat aktivitas ekonomi terbesar dikawasan ini. Vihara dengan arsitekur dan warnanaya menjadikannya sebagai point of interest dan pusat aktivitas keagamaan. Path adalah jalur yang secara potensial memunjukkan arah pergerakan bagi penggunanya di suatu tapak (Lynch 1960). Jaringan jalan di permukiman ini terbagi menjadi dua yaitu, jalan kota dan jalan lingkungan. Jalan kota adalah jaringan jalan yang sangat jelas terlihat pada tapak dan memberikan arahan pergerakan jelas pada pengguna. Sementara itu, jalan lingkungan adalah jalan di dalam permukiman yang terbentuk antara jarak antar bangunan dan jarak halaman setiap permukiman. Jalan lingkungan tidak dapat memberikan arahan bagi pengguna jalan apalagi pengguna yang pertama kali berada pada tapak sehingga dapat tersesat. Oleh sebab itu, eligibility jalan lingkungan lebih rendah dibandingkan eligibility jalan kota. Edge adalah garis linier yang tidak dimanfaatkan sama sekali didalam suatu kawasan (Lynch 1960). Pada lokasi penelitian edge berupa sempadan Sungai Ciliwung yang menjadi batas area lanskap permukiman padat. Namun, tidak sesuai dengan teori yang ada, pada lokasi penelitian terdapat beberapa bagian batas sempadan sungai masih dimanfaatkan penduduk sebagai permukiman. District adalah bagian kota dengan ukuran skala sedang hingga sangat besar yang memiliki banyak kesamaan (Lynch 1960). Pada lokasi penelitian, permukiman ini memiliki dua distrik yaitu distrik permukiman dan distrik perdagangan. Namun, terjadi penggabungan distrik di sepanjang Jalan Suryakencana karena penduduk menggunakan bangunan permukimannya sebagai tempat berjualan. Berdasarkan hasil analisis, ditemukan bahwa Vihara dan Pasar Bogor menjadi node sekaligus landmark kawasan. Hal ini disebabkan keduanya merupakan suatu ciri kota yang menonjol yang dapat berperan dan fungsi sebagai orientasi, pergerakan lingkungan bagi penduduk dan pendatang ke lokasi penelitian. Namun, perbedaannya terletak pada kegiatan fungsional yang ada disekitarnya atau didalamnya. Sehingga node dapat sekaligus merupakan landmark, tetapi suatu landmark tidak selalu sekaligus menjadi node. Selain itu, elemen mental map di lokasi penelitian dapat ditemukan dengan jelas sehingga faktor legibility lanskap tersebut dapat dikategorikan tinggi. Faktor legibility tinggi menjadi potensi lokasi penelitian untuk mengakomodasi aktivitas navigasi dan kebutuhan masyarakat didalamnya.
50
Analisis Persepsi dan Preferensi Pengguna Tapak Berdasarakan hasil survei melalui kuesioner dan wawancara terhadap 30 responden dengan teknik purposive sampling, diketahui bahwa pengguna lanskap permukiman Kelurahan Babakan Pasar Kecamatan Bogor Tengah sebagian besar adalah wanita sebanyak 73% dan sisanya pria 27% (Gambar 19a) serta dominan berusia 25-50 tahun. Tingkat variasi tujuan kedatangan dan jenis aktivitas adalah bisnis/ekonomi 78%, aktivitas rohani 11%, dan sosial budaya 11 % (Gambar19b). a.
b.
Gambar 19 Karakteristik pengguna: (a) jenis kelamin dan (b) tujuan kedatangan Persepsi masyarakat pengguna terhadap kondisi umum lanskap permukiman di antaranya sangat buruk 27%, buruk sebanyak 20%, sedang 23%, dan baik 30% (Gambar 20a). Persepsi pengguna terhadap kondisi sarana dan fasilitas lanskap permukiman Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Tengah paling tinggi menyatakan sangat buruk sebanyak 66%, buruk 10%, sedang 21%, dan baik 3% (Gambar 20). a.
b.
Gambar 20 Persepsi pengguna: (a) kondisi umum dan (b) kondisi pelayanan fasilitas dan sarana lanskap permukiman
51
Gambar 21 Preferensi responden untuk evaluasi lanskap permukiman
Responden berharap melaui evaluasi ini dapat terciptanya suatu kawasan lanskap permukiman yang lebih berkualitas dari segi fisik kawasan. Responden mengharapkan adanya ruang terbuka yang dapat mengakomodasi aktivitas sosial dan rekreasi permukim. Responden juga mengharapkan tersedia fasilitas penunjang untuk pemenuhan kebutuhan jasmani, sosial, rohani, dan ekonomi pengguna tapak. Dalam hal ini pemenuhan kebutuhan akan ruang terbuka sangat diharapkan terutama untuk menunjang aktivitas sosialisasi penduduk. Kebutuhan akan ruang terbuka ini dapat berupa taman maupun lapangan olahraga yang dapat digunakan oleh masyarakat dari setiap golongan usia. Lapangan olahraga diharapkan mampu digunakan untuk beragam jenis olahraga seperti bulu tangkis, voli, basket dan futsal dengan jumlah yang memadai. Pada jalur sirkulasi, responden berharap agar fungsi jalan utama di dalam kawasan permukiman hanya menjadi jalur sirkulasi dan bebas dari aktivitas lainnya misalnya aktivitas ekonomi. Perbaikan kualitas jalan dari segi pemilihan material jalan juga diharapkan agar kualitas jalan tahan lama dan kuat. Pemenuhan kebutuhan sosialisasi pengguna tapak dapat dilakukan dengan peningkatan ruang terbuka. Ruang terbuka yang berfungsi dengan baik akan menciptakan suatu hubungan langsung diantara ruang dan orang-orang yang berada disekelilingnya. Beberapa hal yang menyebabkan terjadinya perbedaan aktivitas dalam kehidupan masyarakat sehari-hari adalah perbedaan kelas sosial, usia, etnik dan budaya serta perbedaan lokasi dan wilayah. Pada jaringan air lanskap permukiman, responden berharap agar kebutuhan akan air bersih dapat tersedia secara lancar. Potensi Vitality Ekonomi Lanskap Permukiman Padat Berdasarkan hasil analisis, ditemukan bahwa potensi vitality ekonomi di lanskap permukiman padat ini yang paling signifikan diantara potensi lainnya yaitu potensi budaya dan sejarah. Salah satu potensi vitality budaya yaitu kegiatan perayaan Hari Raya Imlek di lokasi penelitian. Dan potensi kesejarahan sebagai salah satu kawasan pusat perdagangan pada zaman Pemerintahan Kolonial
52
yang terlihat dari bangunan-bangunan bersejarah bergaya arsitektur kolonial di dalam kawasan. Selan itu, Elemen mental map yang menunjukkan legibility tinggi di dalam lokasi penelitian diharapkan dapat mendukung peningkatan vitality ekonomi. Pendekatan revitalisasi diharapkan mampu mengenali dan memanfaatkan potensi lingkungan (sejarah, makna, keunikan lokasi dan citra tempat) (Danisworo 2000). Oleh sebab itu, evaluasi lanskap ini diarahkan untuk meningkatkan nilai vitality ekonomi di lanskap permukiman padat dengan tetap memanfaatkan potensi budaya dan sejarah di lokasi penelitian. Evaluasi Lanskap Permukiman Padat Pada tahap evaluasi, dilakukan penilaian terhadap kondisi eksisting lanskap permukiman padat dengan perbandingan standar pelayanan minimal untuk permukiman berdasarkan Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001. Penilaian lanskap permukiman padat dikategorikan menjadi baik dan buruk. Kategori baik apabila kondisi lanskap permukiman sesuai dengan kriteria dan standard yang telah ditetapkan. Kategori buruk apabila tidak sesuai dengan kriteria dan standard yang telah ditetapkan. Kategori hasil penilaian dapat dilihat pada tabel berikut (Tabel 29), Tabel 29 Hasil evaluasi lanskap permukiman padat Kategori Penilaian Permukiman Jaringan jalan
Drainase
Persampahan
Indikator Penilaian KDB
Standard Pelayanan Minimal KDB maksimal 75-80%
Akses kesemua lingkungan permukiman Akses ke semua lingkungan permukiman dapat di akses mobil pemadam kebakaran Presentase daerah 50%-80% daerah genangan genangan tertangani Tinggi genangan Tinggi genangan <30cm Lama genangan Lama genangan <2jam Frekuensi Frekuensi genangan maks. 2 genangan kali setahun Presentase Pemindahan dengan transfer penduduk terlayani depo 100-150m2 per 30.000 penduduk terlayani dengan radius 400-600 m Pengangkutan dengan truk sampah 6m3 per 10.000 penduduk TPA menggunakan sistem controlled landfill pada lokasi yang tidak produktif bagi pertanian, muka air tanah cukup dalam, dan jenis tanah kedap air
Kategori Baik Sesuai Standard
Kategori Buruk Tidak Sesuai Standard √
Kondisi jalan, aksesibilitas
√ √
√
53
Tabel 29 Kriteria evaluasi lanskap permukiman padat (lanjutan) Kategori Penilaian Sarana
Indikator Penilaian Sarana niaga, pendidikan, kesehatan, pelayanan umum, ruang terbuka, sosial budaya
Standard Pelayanan Minimal
Kategori Baik Sesuai Standard
Pada satuan lingkungan dengan jumlah penduduk <30.000 jiwa tersedia 1 sarana niaga yaitu pasar, 1 unit TK, 9 unit SD, 3 unit SMP dan 1unit SMU dengan kondisi bersih, mudah diakses, jauh dari sumber pencemaran, nyaman, dan tidak bising.
60-220 liter/ orang/hari untuk permukiman di kawasan perkotaan Memenuhi standar air bersih Sumber: Kepmen Permukiman dan Prasarana Wilayah (2001) Utilitas umum
Air bersih
Kategori Buruk Tidak Sesuai Standard
√
√
Permukiman Dari segi keamanan, sempadan sungai tidak layak untuk menjadi area permukiman. Menurut UU, sempadan bertanggul memiliki ketentuan lebar sempadan lebih kecil. Lebar sempadan adalah >3 meter untuk kawasan perkotaan dan >5 meter untuk kawasan luar perkotaan (Gambar 22). Area yang tidak sesuai kriteria standar di tandai dengan warna merah menunjukkan kondisinya termasuk buruk. Area diluar sempadan sungai termasuk aman untuk permukiman ditandai dengan warna biru (Gambar 23).
Gambar 22 Kriteria lebar sempadan bertanggul Sumber: Ditjen SDA Kementerian PU (2014)
Berdasarkan Standard Nasional Indonesia tahun 1983, permukiman teratur memiliki kapasitas 50 rumah/ha sedangkan permukiman padat memiliki kapasitas 50-100 rumah/ha. Lokasi studi terdiri dari permukiman teratur dan permukiman padat. Warna biru pada peta menunjukkan kategori “baik” dan warna merah pada peta menunjukkan kategori ”buruk”(Gambar 24). Area dengan kategori “baik” didasarkan pada kepadatannya dengan kapasitas 30 rumah/ha. Hal ini berarti tidak
54
melebihi kapasitas rencana dan sesuai dengan kriteria standard. Area dengan kategori ”buruk” didasarkan pada kepadatannya dengan kapasitas 85 rumah/ha. Area ini termasuk dalam permukiman padat dan melebihi kapasitas. Penilaian kategori baik dan buruk juga didasarkan pada parameter Koefisien Dasar Bangunan (KDB). Berdasarkan Keputusan Mentri PU No.640/Kpts/1997 dan Penmendagri No.59 tahun 1988 tentang pengklasifikasian kepadatan bangunan, KDB maksimal sebesar 75-80%. Area dengan kategori baik memiliki KDB 64% sesuai dengan kriteria standard (Gambar 24). Area dengan kategori buruk memiliki KDB 91% atau tidak sesuai dengan kriteria standard. Jaringan Jalan Berdasarkan Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001, jaringan jalan di lanskap permukman dapat memberikan akses ke semua lingkungan permukiman. Pada lokasi penelitian, jalan lingkungan belum dapat memberikan akses yang mudah karena ukuran jalan yang sangat sempit. Dengan kondisi jalan lingkungan di pemukiman saat ini, juga belum dapat menyediakan akses mobil pemadam kebakaran ke seluruh permukiman. Drainase Berdasarkan Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001, standar pelayanan minimal drainase untuk permukiman yaitu 50%-80% daerah genangan tertangani, tinggi genangan <30cm, lama genangan <2jam dan frekuensi genangan maks. 2 kali setahun. Pada lokasi penelitian, sekitar 80% daerah genangan dapat tertangani. Namun tinggi genangan >30cm, lama genangan air >2jam dan frekuensi genangan >2 kali dalam setahun. Oleh sebab itu, drainase di lanskap permukiman padat ini dapat dikategorikan menjadi buruk. Persampahan Berdasarkan Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001, standar pelayanan minimal persampahan untuk permukiman yaitu pemindahan dengan transfer depo 100-150m2 per 30.000 penduduk terlayani dengan radius 400-600 m, pengangkutan dengan truk sampah 6m3 per 10.000 penduduk danTPA menggunakan sistem controlled landfill pada lokasi yang tidak produktif bagi pertanian, muka air tanah cukup dalam, dan jenis tanah kedap air. Namun, Pada lokasi penelitian pengelolaan sampah tidak dilakukan sesuai standar dan terdapat masyarakat yang masih membuang sampah di Sungai Ciliwung. Olehsebab itu, salah satu solusi dalam mengelola sampah adalah menerapkan konsep 3R (Reduce, Reuse, Recycle) dengan melakukan sosialisasi terlebih dulu pada seluruh lapisan masyarakat. Hal ini dapat membentuk perilaku masyarakat yang lebih ramah lingkungan dan meningkatkan kesadaran masyarakat dalam melakukan pengelolaan sampah. Reduce dapat dilakukan dengan memilih barang yang diperlukan bukan diinginkan, membeli barang berkualitas tinggi, meminimalkan penggunaan kemasan sekali pakai, dan membeli barang-barang lokal.
55
Sarana Sarana Pendidikan Sarana pendidikan di lokasi studi terdiri dari Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Atas (Tabel 30). Lokasi nya tidak merata dan beberapa sekolah perlu dilakukan upaya pengendalian atau perbaikan. Sekolah yang termasuk kategori ”baik” kondisinya sudah sesuai dengan kriteria standard dari segi lokasi dan luasan. Sedangkan sekolah yang termasuk kategori ”buruk” kondisinya tidak sesuai dengan kriteria standard sehingga perlu dilakukan upaya perbaikan kualitas secara fisik. Sekolah yang termasuk kategori “buruk” yaitu TK Al Mukhlisin (Gambar 25). Sekolah ini memiliki luasan yang relatif sempit dan lokasinya dekat dengan bantaran sungai. Tabel 30 Evaluasi sarana pendidikan di lokasi penelitian No 1 2 3
Nama Sekolah TK Al Mukhlisin TPA Al Kharyah SD Roda
Kategori Buruk Baik Baik
Sumber: Survei Lapang (2014)
Sarana Kesehatan Sarana kesehatan di lokasi studi meliputi apotik, posyandu dan puskesmas (Tabel 31). Secara umum keberadaannya sudah memenuhi standard minimum pendukung akan tetapi distribusi letaknya tidak merata. Hal ini menyebabkan kesulitan dalam menjangkau lokasi sehingga diperlukan adanya penambahan sarana atau pemindahan lokasi. Sarana kesehatan yang terdapat di lokasi studi termasuk ke dalam kategori “baik” (Gambar 26). Tabel 31 Evaluasi sarana kesehatan di lokasi penelitian No 1 2 3 4 5 6
Nama Sarana Kesehatan Puskesmas Belong Apotik Garuda Apotik Berbhakti Posyandu Kenari Posyandu Kenanga Posyandu Melati
Kategori Baik Baik Baik Baik Baik Baik
Sumber: Survei Lapang (2014)
Sarana Ibadah Sarana ibadah di lokasi studi terdiri dari mesjid, gereja dan vihara. Secara umum keberadaan sarana ibadah sudah memenuhi standard minimum penduduk pendukung. Sarana yang sudah memenuhi kriteria standard minimum dan aspek lokasi termasuk dalam kategori “baik”. Sedangkan sarana ibadah yang tidak layak dari aspek lokasi termasuk dalam kategori “buruk”. Sarana ibadah yang termasuk dalam kategori ”buruk” lokasinya relatif dekat dengan sempadan sungai (Gambar 27). Lokasi ini berpengaruh terhadap sarana lingkungan atau utilitas. Hal ini dikarenakan di beberapa sarana ibadah seperti mesjid juga terdapat MCK umum.
56
Tabel 32 Evaluasi sarana ibadah di lokasi penelitian No Nama Sarana Ibadah 1 Mesjid 2 Gereja 3 Vihara
Kategori Baik Baik Baik
Sumber : Survei lapang (2014)
Utilitas Umum Air Bersih Menurut Dirjen SDA PU, kualitas fisik ditentukan oleh bahan padat keseluruhan, sumber sedimen, kekeruhan, warna, bau dan rasa, temperatur. Air minum yang dikonsumsi tidak berbau, tidak berwarna dan jernih. Oleh sebab iut, Air sungai Ciliwung tidak dapat dikonsumsi sebagai air minum karena selain nilai COD melebihi standar juga konsentrasi Fe atau besi menyebabkan noda karat pada pakaian dan porselen, menyebabkan air berwarna keruh dan rasa air yang tidak enak. Pada lokasi penelitian, sumber air bersih berasal dari PDAM, air tanah, sumur gali atau mata air. Penduduk yang menggunakan air bersih dari PDAM sekitar 80%, air sungai sekitar 14% dan sumur gali 6%. Sumber air bersih yang berasal dari air tanah telah tercemar dan menyebabkan air tanah tidak digunakan sebagai air minum. Air tanah hanya digunakan sebagai air untuk mandi dan cuci. Oleh sebab itu, air bersih di lanskap permukiman padat ini dapat dikategorikan sesuai standar karena mayoritas penduduk terlayani kebutuhan air bersih oleh PDAM.
57
Gambar 23 Peta evaluasi permukiman berdasarkan peraturan sempadan sungai
58
Gambar 24 Peta evaluasi lanskap permukiman berdasarkan KDB
59
Gambar 25 Peta evaluasi sarana pendidikan
60
Gambar 26 Peta evaluasi sarana kesehatan
61
Gambar 27 Peta evaluasi sarana ibadah
62
Rekomendasi Penambahan zona konservasi pada lokasi penelitan sebagai salah satu rekomendasi peningkatan ruang terbuka hijau. Fasilitas yang didirikan di zona konservasi akan dihilangkan sedangkan sarana lain yang secara lokasi sudah sesuai, dipertahankan dan dilakukan perbaikan jika terdapat kerusakan. Beberapa sarana ibadah dan permukiman yang semula didirikan di daerah yang akan direlokasi akan dipindahkan ke lokasi baru.
Gambar 28 (a)Gambar potongan zona konservasi dan (b) ilustrasi zona konservasi Berdasarkan hasil evaluasi, ditemukan bahwa drainase termasuk dalam kategori paling buruk di lokasi penelitian. Pada lokasi penelitian dengan jumlah penutupan lahan perkerasan sangat tinggi meningkatkan potensi runoff. Oleh sebab itu, salah satu rekomendasi yang dapat dilakukan yaitu dengan pengadaan jumlah sumur resapan vertikal (Gambar 28). Sumur resapan adalah rekayasa teknik konservasi air berupa dibuat sumur gali dengan kedalaman tertentu yang berfungsi sebagai tempat menampung air hujan yang jatuh di atas atap rumah atau daerah kedap air dan meresapkannya ke dalam tanah. Sumur resapan juga dapat mengurangi aliran permukaan sehingga dapat mencegah / mengurangi terjadinya banjir dan genangan air, mencegah penurunan tanah (land subsidance) dan mengurangi konsentrasi pencemaran air tanah.
(a)
(b)
Gambar 29 (a)Sistem drainase vertikal di permukiman dan (b) detail gambar sumur vertikal Sumber: google.com
63
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Evaluasi lanskap permukiman padat Kel. Babakan Pasar merupakan salah satu bentuk studi pendukung upaya revitalisasi CBD Kecamatan Bogor Tengah Kota Bogor. Kawasan permukiman dengan luas ±42 Ha memiliki kepadatan dan jumlah penduduk yang sangat tinggi karena terletak pada kawasan perdagangan dan terdapat akses masuk yang mudah ke dalam tapak. Kondisi ini menjadi kendala bagi penduduk melakukan aktivitas sosial dan rekreasi. Kurangnya kepemilikan pekarangan dan ruang terbuka umum bagi pengguna tapak menyebabkan aktivitas tersebut dilakukan di jalan-jalan umum. Penilaian persepsi masyarakat menunjukkan bahwa masyarakat masih mempertahankan perilaku keteritorialan yang mendukung vitality lanskap permukiman. Potensi vitality ekonomi di lanskap permukiman padat Kel. Babakan Pasar yang paling signifikan diantara potensi lainnya yaitu potensi budaya dan sejarah. Penilaian evaluasi lanskap permukiman berdasarkan standar pelayanan minimal untuk permukiman menunjukkan bahwa permukiman, jaringan jalan, drainase, persampahan belum sesuai dengan standard. Sedangkan sarana dan utilitas umum berupa air bersih di permukiman sudah sesuai standar namun perlu adanya peningkatan kualitas fisik. Rekomendasi dilakukan pada aspek fisik dengan menciptakan ruang terbuka hijau konservasi dan peningkatan jumlah sumur resapan untuk pengoptimalan sistem drainase di lanskap permukiman padat. Saran Evaluasi lanskap permukiman padat di kawasan CBD ini sangat diharapkan oleh masyarakat, terutama para penduduk permukiman dan pengguna lanskap permukiman tersebut. Proses evaluasi tersebut memerlukan keterlibatan antara pemerintah kota, perencana, pelaksana, dan masyarakat, sendiri. Hal ini penting dilakukan agar hasil yang didapat sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat pengguna tapak dan rencana alternatif dari pihak evaluator. Selain itu, perbaikan fasilitas dan kualitas pelayanan kawasan perlu ditingkatkan agar dapat mengakomodasi kebutuhan pengguna dengan efektif.
64
DAFTAR PUSTAKA [BAPPEDA] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bogor. 2011. Peraturan Daerah Kota Bogor No. 8 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bogor 2011–2031. Bogor [BMKG] Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (ID). 2013. Klimatologi Darmaga Bogor. Jakarta. [BPS] Biro Pusat Statistik Kota Bogor. 2010. Kota Bogor dalam Angka Tahun 2010 [BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2003. Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan. Bandung Arifin Z. 2011. Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru. Bandung (ID): P.T. Remaja Rosdakarya. Azhari NF, Mohamed. 2012. Public Perception: Heritage Building Conservation in Kuala Lumpur. doi: 10.1016/j.sbspro.2012.08.033. Danisworo M, Martokusumo W. 2000. Revitalisasi kawasan kota: sebuah catatan dalam pengembangan dan pemanfaatan kawasan kota [Internet]. [diunduh 2013 Feb 26]. 13 (Info URDI): 1-6. Tersedia pada: http://referensiplano.50webs.com/revitalisasi%20kawasan%20perkotaan.pdf. Dewi EP, Arifin NHS, Munandar A. 2009. Application of Urban Greenery in Historical Open Space of Jakarta Old City. Bogor: The International Symposium of Green City Echols, J.M. dan Shadily, H (ID). 2000. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta : PT. Gramedia Grey GW, Deneke FJ. 1978. Urban Forestry. New York (US): John Wiley & Sons Inc. Pemkot Bogor. 2014. Joga N, Ismaun I (ID). 2011. RTH 30% ! (Resolusi Kota) Hijau. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Lynch, K. 1961. The Image of The City. Massachusetts Institute of Technology Press Lynch, K. 1981. Good City Form. Massachusetts (US): Massachusetts Institute of Technology Press [Kemenkes] Kementerian Kesehatan RI (ID). 1999. Keputusan Menteri Kesehatan No. 829 Tahun 1999 Tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan. [Kemenpu] Kementerian Pekerjaan Umum RI (ID). 2010. Pedoman Teknis Revitalisasi Kawasan yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.18/PRT/M/2010. [RI] Pemerintah Republik Indonesia. 1992. Republik Indonesia. UU No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman [RI] Pemerintah Republik Indonesia. 2008. Republik Indonesia. UU No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional Nasrullah N, Gandanegara S, Suharsono H, Wungkar M, Gunawan A. 2001.Seleksi tanaman lanskap yang berpotensi tinggi menyerap polutan gas NO2 dengan menggunakan gas NO2 bertanda 15N. Buletin Perencanaan, Perancangan, dan Pengelolaan Taman dan Lanskap Indonesia 4(1).
65
Potter PA, Perry AG. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan Praktik. Edisi 4. Volume 2. Alih Bahasa: Renata Komalasari,dkk Jakarta (ID): EGC Porteus JD. 1977. Environment and Behaviour: Planning and Everyday Urban Life, Reading. Massachusetts (US): Addison-Wesley. Rapoport A. 1969. House Form and Culture. USA :Englewood Cliffs, NJ, Prentice Hall Inc. ISBN: 978-0133956733 Samadi Z, Yunus RM. 2012.Physical and Spiritual Attributes of Urban Heritage Street’s Revitalization. doi: 10.1016/j.sbspro.2012.03.038. Malaysia:Elsevier B.V Siregar H, Salleh AG, Talarosha B, Bangun FTA. 2010. Analisis kinerja jalan akibat peningkatan intensitas bangunan perumahan pada kawasan permukiman studi kasus: Jalan Jenderal Besar AH Nasution (jalan lingkar luar Medan). Jurnal Arsitektur ATRIUM. 2(2):48–55. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&B. Bandung (ID): Alfabeta. Suripin. 2003. Sistem Drainase Perkotaan Yang Berkelanjutan. Yogyakarta: Penerbit Andi Vitasari, Diana. 2004. Evaluasi Tata Hijau Jalan pada Tiga Jalan Kawasan Pemukiman Besar di Kabupaten Bogor, Jawa Barat [Skripsi]. Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan. Wiedenhoeft, R. (1981). Cities for the People: Practical Measures for improving Urban Environment. New York :Van Nostrand Reinhold Company
66
Lampiran 1 Lembar kuesioner KUISIONER PENELITIAN EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KECAMATAN BOGOR TENGAH SEBAGAI UPAYA PENDUKUNG REVITALISASI KAWASAN CBD KOTA BOGOR Penelitian ini bertujuan untuk membuat evaluasi lanskap permukiman padat yang dapat mengakomodasi kebutuhan pengguna lanskap permukiman padat Kecamatan Bogor Tengah di Kota Bogor Oleh : SHAIBATUL ISLAMIAH (A44100040) Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, IPB Kuisioner ini mohon diisi dan atas perhatian Bapak/Ibu, saya ucapkan terima kasih. DAFTAR PERTANYAAN UNTUK RESPONDEN Data Responden Jenis Kelamin : a. Pria b. Wanita Usia : a. 7-12 thn b.13-19 thn c. 20-24 thn d. 25-55 thn e. >55 thn Pekerjaan : a. Pelajar/Mahasiswa b. Pegawai negeri/swasta c. Wiraswasta d. Pedagang e. Ibu rumah tangga f. Tidak bekerja g. Lainnya…............... Pendidikan Terakhir : a. Tidak sekolah b. SD c. SMP d. SMA e. Akademi f. Peguruan Tinggi Alamat: .................................................................................................................................... Persepsi/Keadaan Lanskap Permukiman Kecamatan Bogor Tengah Menurut Pengguna Lanskap Permukiman Kecamatan Bogor Tengah 1. Kondisi lanskap permukiman menurut Anda saat ini: a. Sangat buruk
b. Buruk
c.Sedang
d. Baik
2. Luas lanskap permukiman menurut Anda saat ini: a. Sangat sempit
b.Sempit
c.Sedang
d. Luas
e. Sangat luas
3. Kondisi jalur kendaraan di lanskap permukiman menurut Anda saat ini: a. Sangat sempit
b.Sempit
c.Sedang
d. Luas
e. Sangat luas
4. Kondisi pedestrian (jalur pejalan kaki) di lanskap permukiman menurut Anda saat ini: a. Tidak nyaman b.Cukup nyaman c.Sedang
d. Nyaman
e.Sangat nyaman
5. Kondisi tempat parkir motor/mobil di lanskap permukiman menurut Anda saat ini: a. Sangat kurang
b.Kurang c.Sedang
d. Memadai e. Sangat memadai
6.Bagaimana menurut Anda keamanan di lanskap permukiman menurut Anda saat ini: a. Sangat bahaya b.Bahaya
c.Sedang
d. Aman
e. Sangat aman
67
7. Bagaimana menurut Anda keselamatan di lanskap permukiman menurut Anda saat ini: a. Sangat bahaya b.Bahaya
c.Sedang
d. Aman
e. Sangat aman
8. Pemandangan di lanskap permukiman menurut Anda saat ini: a. Sangat Buruk
b.Buruk
c.Sedang
d. Indah
e. Sangat indah
9. Kebersihan di lanskap permukiman menurut Anda saat ini: a. Sangat kotor
b.Kotor
c.Sedang
d. Bersih
e. Sangat bersih
10. Penataan lampu/penerangan ini menurut Anda: a. Sangat kurang b.Kurang
c.Sedang
d. Layak
e. Sangat layak
11.Penataan tanaman di lanskap permukiman menurut Anda saat ini: a. Terlalu alami/rimbun b.Kurang alami/banyak elemen keras c.Gersang d. Kurang penataan e. Lainnya.... 12. Menurut Anda keberadaan pedagang kaki lima di lanskap permukiman saat ini: a. Sangat menggangu b.Mengganggu c.Sedang d. Bermanfaat e.Sangat bermanfaat 13. Menurut Anda apakah posisi pusat aktivitas ekonomi di lanskap permukiman sudah tepat/strategis? a. Sangat tidak tepat b.Tidak tepat tepat
c.Cukup tepat
d. Tepat
e.
Sangat
14. Menurut Anda apakah posisi pusat aktivitas ekonomi di lanskap permukiman mempengaruhi kemacetan di sekitarnya: a.Ya b.Tidak Keinginan dari Pengguna Kawasan Lanskap Permukiman 1. Jenis tanaman yang ada di sekitar lanskap permukiman ini : a.Tanaman besar rindang (peneduh) b. Tanaman berbunga indah c.Tanaman penghasil buah d. Tanaman berwarna-warni 2.Saluran drainase apa yang Anda inginkan? a.Saluran terbuka b.Saluran tertutup c.kombinasi 3. Menurut keinginan Anda, keberadaan pedagang kaki lima di jalan ini sebaiknya bersifat: a. Permanen/tetap b. temporer/sementara 4. Peletakan pedagang kios kaki lima sebaiknya: a. Dipusatkan di tempat tertentu b. tersebar di tempat tertentu
68
c. tersebar dan tidak 5. Tempat parkir motor/ mobil di lanskap permukiman yang Anda harapkan: a. Tersebar dan teratur b. di satu tempat c. di mana saja 6. Penerangan/lampu di lanskap permukiman yang Anda harapkan: a. Sangat terang b. terang c. remang-remang d. gelap 7. Penempatan tempat sampah yang Anda harapkan: a. Pada tempat yang ramai b. tersebar merata, mudah terjangkau c. tersebar berjauhan
8.Saran Anda untuk evaluasi lanskap CBD Kecamatan Bogor Tengah saat ini: .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .............. Terima kasih atas partisipasi Anda
69
Lampiran 2 Lembar kuesioner KUISIONER PENELITIAN EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KECAMATAN BOGOR TENGAH SEBAGAI UPAYA PENDUKUNG REVITALISASI KAWASAN CBD KOTA BOGOR Penelitian ini bertujuan untuk membuat evaluasi lanskap permukiman padat yang dapat mengakomodasi kebutuhan pengguna lanskap permukiman padat Kecamatan Bogor Tengah di Kota Bogor Oleh : SHAIBATUL ISLAMIAH (A44100040) Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, IPB Kuisioner ini mohon diisi dan atas perhatian Bapak/Ibu, saya ucapkanterimakasih. DAFTAR PERTANYAAN UNTUK RESPONDEN Data Responden Jenis Kelamin : a. Pria b. Wanita Usia : a. 7-12 thn b.13-19 thn c. 20-24 thn d. 25-55 thn e. >55 thn Pekerjaan : a. Pelajar/Mahasiswa b. Pegawai negeri/swasta c. Wiraswasta d. Pedagang e. Ibu rumah tangga f. Tidak bekerja g. Lainnya…............... Pendidikan Terakhir : a. Tidak sekolah b. SD c. SMP d. SMA e. Akademi f. Peguruan Tinggi Alamat: .................................................................................................................................... Persepsi Penduduk terhadap Derajat Kepentingan Urban Heritage Street di Kelurahan Babakan Pasar Kecamatan Bogor tengah Kota Bogor Jalan Roda 1. Menurut Anda, Apakah penting untuk menjaga keindahan lanskap dan arsitektur bangunan disepanjang Jalan Roda didalam permukiman padat di kawasan penelitian ini? a.Sangat Kurang penting b.Kurang Penting c.Cukup Penting d.Penting e.Sangat Penting 2. Apakah Jalan Roda merupakan landmark yang penting untuk kawasan ini? a.Sangat Kurang penting b.Kurang Penting c.Cukup Penting d.Penting e.Sangat Penting 3. Apakah Jalan Roda memiliki nilai historis yang penting dikawasan permukiman ini? a.Sangat Kurang penting b.Kurang Penting c.Cukup Penting
70
d.Penting e.Sangat Penting 4. Apakah Jalan Roda berperan penting dalam kegiatan upacara adat? a.Sangat Kurang penting b.Kurang Penting c.Cukup Penting d.Penting e.Sangat Penting 5.Apakah Jalan Roda memiliki nilai ekonomi yang cukup penting bagi masyarakat? a.Sangat Kurang penting b.Kurang Penting c.Cukup Penting d.Penting e.Sangat Penting Jalan Surya Kencana 6. Menurut Anda, Apakah penting untuk menjaga keindahan lanskap dan arsitektur bangunan disepanjang Jalan Suryakencana didalam kawasan permukiman padat ini? a.Sangat Kurang penting b.Kurang Penting c.Cukup Penting d.Penting e.Sangat Penting 7. Apakah Jalan Suryakencana merupakan landmark yang penting untuk kawasan ini? a.Sangat Kurang penting b.Kurang Penting c.Cukup Penting d.Penting e.Sangat Penting 8. Apakah Jalan Suryakencana memiliki nilai historis yang penting dikawasan permukiman ini? a.Sangat Kurang penting b.Kurang Penting c.Cukup Penting d.Penting e.Sangat Penting 9. Apakah Jalan Suryakencana berperan penting dalam kegiatan upacara adat? a.Sangat Kurang penting b.Kurang Penting c.Cukup Penting d.Penting
71
e.Sangat Penting 10. Apakah Jalan Suryakencana memiliki nilai ekonomi yang cukup penting bagi masyarakat? a.Sangat Kurang penting b.Kurang Penting c.Cukup Penting d.Penting e.Sangat Penting Vihara 11. Menurut Anda, Apakah penting untuk menjaga arsitektur bangunan Vihara dan keindahan lanskap sekitarnya di dalam kawasan permukiman padat ini? a.Sangat Kurang penting b.Kurang Penting c.Cukup Penting d.Penting e.Sangat Penting 12. Apakah Vihara merupakan landmark yang penting untuk kawasan ini? a.Sangat Kurang penting b.Kurang Penting c.Cukup Penting d.Penting e.Sangat Penting 13. Apakah Vihara memiliki nilai historis yang penting dikawasan permukiman ini? a.Sangat Kurang penting b.Kurang Penting c.Cukup Penting d.Penting e.Sangat Penting 14. Apakah Vihara berperan penting dalam kegiatan upacara adat? a.Sangat Kurang penting b.Kurang Penting c.Cukup Penting d.Penting e.Sangat Penting 15.Apakah Vihara memiliki nilai ekonomi yang cukup penting bagi masyarakat? a.Sangat Kurang penting b.Kurang Penting c.Cukup Penting d.Penting e.Sangat Penting
72
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kota Tanjungbalai, Provinsi Sumatera Utara, pada tanggal 29 November 1992 dari Ayah Sofyan Lubis dan Ibu Ernawaty. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Kota Tanjungbalai dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam organisasi dan kepanitiaan mahasiswa. Di lingkungan Departemen Arsitektur Lanskap, penulis aktif sebagai anggota dan pengurus Himpunan Arsitektur Lanskap IPB (HIMASKAP) pada 2011-2012, tergabung dalam anggota Perhimpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap Indonesia (PERHIMALI) pada 2013, panitia Fieldtrip 2012, panitia HPS angkatan 44 tahun 2013 dan pernah menjadi asisten untuk mata kuliah Lanskap Kota dan Wilayah (ARL 303) di Departemen Arsitektur Lanskap pada tahun 2014. Penulis juga aktif mengikuti kompetisi, prestasi yang pernah diraih oleh penulis adalah Juara I Sayembara desain AFFAIR UI di Jakarta tahun 2012.