Seminar Nasional Hasil Penerapan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat III 2016 P-ISSN: 2356-3176 E-ISSN: 2527-5658
Analisis Dampak Kawasan Industri Terhadap Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat di Kawasan Jababeka Cikarang Filda Rahmiati1, Purwanto2, dan Grace Amin3
ABSTRACT: The establishment of industrial zones in a region can have a positive impact for the environment in particular and the country in general. With the industrial area, Jababeka creates a wide range of jobs. For people with less educated and have no special skills, creating business opportunities for supporting to the industrial area. This study focused to analyze other types of businesses or informal sector which could have an impact on improving people's welfare. Data collected through observation and interviews the street sellers located around the industrial areas, especially in the Jababeka industrial area 2 focusing around Pasar Bersih, Cikarang to give a complete picture of the profile and the type of work done. This study has the objective to analyze the business environment in the informal sector by analyzing the internal and external factors using SWOT (strengths, weaknesses, opportunities and threats). In this study, the data retrieval method to be used is descriptive statistics. The results of this study found that based on SWOT analysis we can create a strategy for enhancing the informal sector in Pasar Bersih Jababeka Cikarang to enhance the technology usage which make easier for buyer to buy without going to the market just texting message or online message then use delivery system. Another solution is having a link with outsider which can enhance the infrastructure better. Keywords: industrial area, the informal sector, Street seller, SWOT ABSTRAK: Berdirinya kawasan industri disuatu daerah dapat memberikan dampak positif bagi lingkungan sekitar khususnya dan negara pada umumnya. Dengan adanya kawasan industri, Jababeka menjadi lahan untuk terciptanya berbagai lapangan pekerjaan. Bagi masyarakat yang berpendidikan rendah dan tidak mempunyai keterampilan khusus, terciptalah peluang usaha lain yang mendukung kepada adanya kawasan industri. Penelitian ini difokuskan ada menganalisa jenis usaha-usaha lain atau sektor informal yang dapat memberikan dampak terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan dan wawancara (interview) para pegadang kaki lima berada disekitar kawasan industri terutama di kawasan industri Jababeka 2 tepatnya dilokasi Pasar Bersih, Cikarang untuk memberikan gambaran lengkap tentang profil dan jenis usaha yang dilakukan. Penelitian ini mempunyai tujuan menganalisa lingkungan bisnis pada sektor informal dengan menganalisa faktor internal dan eksternal menggunakan analisa SWOT (strengths, weaknesses, opportunities and threats). Dalam penelitian ini, metode mengambilan data yang akan digunakan adalah statistik deskriptif. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa Berdasarkan analisis SWOT maka disusun strategi pengembangan sektor informal di Pasar Bersih Jababeka Cikarang yaitu: Ketersediaan teknologi dapat mempermudah pembeli untuk berbelanja tanpa harus datang ke pasar (pesan antar), selain itu juga menjalin kemitraan dengan pihak lain dapat mempermudah untuk mengembangakan sarana dan prasarana yang saat ini masih perlu dikembangkan. Kata Kunci: Kawasan industri, sektor informal, Pedagang kaki lima, SWOT
Pendahuluan Berdirinya kawasan industri disuatu daerah dapat memberikan dampak positif bagi lingkungan sekitar khususnya dan negara pada umumnya. Salah satu dampak positif adalah tumbuhnya berbagai peluang usaha baru. Seiring tumbuhnya kawasan industri maka akan terbuka beberapa peluang usaha lainnya baik yang terkait langsung 1
Universitas President (
[email protected]) Universitas President (
[email protected]) 3 Universitas President (
[email protected]) 2
C-727
Seminar Nasional Hasil Penerapan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat III 2016 P-ISSN: 2356-3176 E-ISSN: 2527-5658
maupun yang tidak terkait langsung dengan industri tersebut. Beberapa peluang usaha yang akan tumbuh diantaranya, yaitu jasa perbankan, jasa perdagangan, perumahan, makanan dan lain-lain. Jababeka adalah salah satu kawasan industri yang berlokasi di Provinsi Jawa Barat. Kota Jababeka memiliki kawasan industri yang menjadi lokasi industri lebih dari 1,650 perusahaan lokal dan multinasional dari lebih dari 30 negara. Dengan adanya kawasan industri, Jababeka menjadi lahan untuk terciptanya lapangan pekerjaan. Bagi masyarakat yang memilki latar belakang pendidikan dan keterampilan yang diperlukan oleh perusahaan-perusahaan, maka mereka dapat bekerja sebagai karyawan diperusahaan, tetapi bagi masyarakat yang berpendidikan rendah dan tidak mempunyai keterampilan khusus, mereka akan kesulitan mendapatkan pekerjaan. Maka dari itu, terciptalah peluang usaha lain yang mendukung kepada adanya kawasan industri. Penelitian ini difokuskan ada menganalisis jenis usaha-usaha lain atau dapat dikatakan dalam sektor informal yang dapat memberikan dampak positif terhadap industri juga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar. Hariningsih dan Simatupang (2008) menyatakan bahwa salah satu sektor informal yang banyak diminati para pengangguran (selain yang memang sudah lama bekerja di sektor ini) yaitu pedagang kaki lima. Kelompok pedagang kaki lima sebagai bagian dari kelompok usaha kecil adalah kelompok usaha yang tak terpisahkan dari aset pembangunan nasional yang berbasis kerakyatan, jelas merupakan bagian integral dunia usaha nasional yang mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat strategis dalam turut mewujudkan tujuan pembangunan nasional pada umumnya dan tujuan pembangunan ekonomi pada khususnya. Berdasarkan barang dan jasa yang diperdagangkan, menurut Karafi (1990), pegadang kaki lima dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1. Pedagang minuman 2. pedagang makanan 3. pedagang buah-buahan 4. Pedagang sayur-sayuran 5. pedagang daging dan ikan 6. pedagang rokok dan obat-obatan 7. pedagang buku, majalah dan surat kabar 8. pedagang tekstil dan pakaian 9. pedagang kelontong 10. pedagang loak 11. pedagang onderdil kendaraan, bensin eceran dan minyak tanya 12. pedagang ayam, kambing, burung 13. pedagang beras 14. penjual jasa. Dengan adanya kawasan industri, mengakibatkan banyaknya penduduk pendatang yang datang dari berbagai daerah. Dengan adanya arus mobilisasi penduduk, makan terciptalah lapangan perkerjaan baru terutama dari segi perdagangan dan jasa. Seperti banyaknya penjual makanan dan tersedianya pemukiman bagi para karyawan perusahaan. Disupport juga oleh penelitian yang dilakukan oleh Nur (1999) bahwa di Kabupaten Bekasi dalam jangka waktu 10 tahun dari tahun 1990 ke 1999 penduduk yang bekerja pada sektor perdagangan meningkat. Data dapat dilihat di Tabel 1 berikut.
C-728
Seminar Nasional Hasil Penerapan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat III 2016 P-ISSN: 2356-3176 E-ISSN: 2527-5658
Tabel 1:
Komposisi Sektor Usaha
Dari data diatas dapat diliat adanya peningkatan sektor usaha dari bidang perdagangan dan jasa. Maka dari itu penelitian ini memfokuskan pada dua sektor tersebut dan dapat dirumuskan masalah untuk penelitian adalah “Analisis Dampak Kawasan Industri Terhadap Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Di Kawasan Jababeka Cikarang”. Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian adalah memberikan solusi terhadap masalah yang telah dirumuskan sebelumnya: 1. Untuk mengetahui faktor internal yang memberikan dampak positif bagi kesejahteraan masyarakat di kawasan industri Jababeka Cikarang.. 2. Untuk mengetahui faktor eksternal yang memberikan dampak positif bagi kesejahteraan masyarakat di kawasan industri Jababeka Cikarang. 3. Memberikan informasi mengenai apa saja yang diperlukan oleh para pedagang untuk meningkatkan kesejahteraan para pedagang dan jasa di kawasan industri Jababeka Cikarang. Metode Penelitian Metode pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan dan wawancara (interview) para pegadang kaki lima yang berada disekitar kawasan industri terutama di kawasan industri Jababeka 2, Cikarang tepatnya di Pasar Bersih. Data untuk interview juga didukung oleh survei yang bertujuan untuk mencari data tentang profil dari para pedagang kaki lima yang berguna agar memberikan gambaran lengkap tentang profil, jenis usaha yang dilakukan dan pertanyaan yang berkaitan dengan teknik analisis SWOT yang telah dipersiapkan penulis sebelumnya. Data tersebut nantinya akan dijadikan sumber untuk mendapatkan Memberikan informasi mengenai apa saja yang diperlukan oleh para pedagang yang sesuai untuk meningkatkan kesejahteraan para pedagang dan jasa di kawasan industri Jababeka Cikarang. Penelitian ini dilaksanakan selama 8 bulan. Adapun tempat penelitian dipilih secara purposive yaitu para pegadang kaki lima yang berlokasi di Pasar Bersih, Kawasan industri Jababeka 2, Cikarang. Pemilihan lokasi ini dengan pertimbangan karena di Kawasan industri Jababeka banyak terdapat pabrik-pabrik sehingga
C-729
Seminar Nasional Hasil Penerapan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat III 2016 P-ISSN: 2356-3176 E-ISSN: 2527-5658
menimbulkan banyaknya usaha sektor informal sebagai pendukung industri yaitu pedagang kaki lima untuk keperluan para buruh. Analisis Faktor Internal Sektor Informal
Strategi Pengembangan
Analisis Faktor Eksternal Gambar 1:
Kerangka Konseptual (Sumber: Adaptasi dari Siregar dan Hidayat (2014)
Untuk teknik analisis data penelitian ini menggunakan strategi SWOT. Menurut Rangkuti (2004) analisis SWOT dapat menjawab rumusan masalah yang sebelumnya dalam lingkungan yang dihadapi daerah. Selain itu, Rangkuti menambahkan bahwa SWOT berasumsi strategi yang efektif adalah dengan memaksimalkan kekuatan dan peluang dengan meminimalkan kelemahan dan ancaman. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Siregar dan Hidayat (2014), sebelum melakukan analisis SWOT terlebih dahulu dilakukan identifikasi faktor-faktor internal dan eksternal wilayah. Dalam penelitian ini faktor-faktor tersebut mengikut pada penelitian sebelumnya yang sudah ada. Beberapa faktor internal yang menjadi penentu dan penunjang kekuatan pengembangan sektor informal di Pasar Bersih, Jababeka 2, Cikarang yaitu: 1. Keahlian (SDM), 2. Modal Kerja, 3. Tenaga Kerja, 4. Teknologi, 5. Ketersediaan Bahan Baku, 6. Harga Bahan Baku, 7. Sarana dan Prasarana, 8. Pengalaman Kerja, Beberapa faktor eksternal yang menjadi penentu dan penunjang kekuatan pengembangan sektor informal di Pasar Bersih, Jababeka 2, Cikarang yaitu: 1. Biaya Sewa, 2. Pelatihan, 3. Peluang, 4. Pemberian Kredit lunak, 5. Kemitraan, 6. Kondisi Perekonomian yang tidak stabil Faktor-faktor tersebut dianalisis melalui pembobotan nilai skor untuk kekuatan dan kelemahan, yaitu: 1 = kelemahan utama/mayor 2 = kelemahan kecil/minor
C-730
Seminar Nasional Hasil Penerapan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat III 2016 P-ISSN: 2356-3176 E-ISSN: 2527-5658
3 = kekuatan kecil/minor 4 = kekuatan utama/mayor Pengidentifikasian SWOT menghasilkan empat alternatif strategi antara lain SO (menggunakan strength (kekuatan) untuk memanfaatkan opportunities (kesempatan) atau disebut juga strategi agresif), ST (Menggunakan strength (kekuatan) untuk mengatasi threats (ancaman) atau disebut juga strategi diversifikasi), WO (mengatasi weaknesses (kelemahan) untuk memanfaatkan opportunities (kesempatan) atau disebut juga strategi putar balik) dan WT (mengatasi weaknesses (kelemahan) untuk meminimalkan threats (ancaman) atau disebut juga strategi defensif). Salah satu strategi akan muncul sebagai salah satu strategi yang akan dikembangkan berdasarkan perhitungan nilai bobot dan urgensi penanganan dari setiap faktor melalui kuesioner yang telah diisi oleh responden, sehingga melalui perhitungan kuesioner, akan didapatkan rata-rata jawaban responden dalam faktor internal untuk strategi jangka pendek dan jangka panjang maupun rata rata jawaban responden dalam faktor eksternal untuk strategi jangka pendek dan jangka panjang. Hasil dari analisis SWOT dapat dimanfaatkan oleh pelaku usaha sektor informal, antara lain: a. Analisa terhadap kekuatan yang ada, perlu diadakan pembinaan terus menerus terhadap usahanya. b. Analisa terhadap kelemahan yang ada, perlu melakukan segala daya upaya untuk dapat mengatasi/menyelesaikan masalah yang terjadi dalam usahanya. c. Analisa terhadap peluang yang ada, perlu memanfaatkan sebaik-baiknya dan seluas-luasnya guna mendukung keberhasilan usahanya. d. Analisa terhadap ancaman yang ada, perlu mewaspadai dan berjaga-jaga, serta melakukan pengawasan terhadap hal-hal yang dapat menghambat keberhasilan usahanya. Data SWOT kualitatif dapat dikembangkan secara kuantitaif melalui perhitungan Analisis SWOT yang dikembangkan oleh Pearce dan Robinson (1998) agar diketahui secara pasti posisi organisasi yang sesungguhnya. Perhitungan yang dilakukan melalui tiga tahap, yaitu: Melakukan perhitungan bobot (a) dan skor (b) point faktor setta jumlah total perkalian skor dan bobot (c = a x b) pada setiap faktor S-W-O-T; Menghitung skor (a) masing-masing point faktor dilakukan secara saling bebas (penilaian terhadap sebuah point faktor tidak boleh dipengaruhi atau mempengeruhi penilaian terhadap point faktor lainnya. Pilihan rentang besaran skor sangat menentukan akurasi penilaian namun yang lazim digunakan adalah dari 0.0 sampai 1.0, dengan asumsi nilai 0.0 berarti skor yang paling rendah dan 1.0 berarti skor yang peling tinggi. Perhitungan bobot (b) masingmasing point faktor dilaksanakan secara saling ketergantungan. Artinya, penilaian terhadap satu point faktor adalah dengan membandingkan tingkat kepentingannya dengan point faktor lainnya. Sehingga formulasi perhitungannya adalah nilai yang telah didapat (rentang nilainya sama dengan banyaknya point faktor) dibagi dengan banyaknya jumlah point faktor). Hasil Dan Pembahasan Tabel 2 dibawah menjelaskan tentang profil responden dimana pada penelitian ini responden adalah para pedagang yang menjajakan dagangannya di Pasar Bersih,
C-731
Seminar Nasional Hasil Penerapan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat III 2016 P-ISSN: 2356-3176 E-ISSN: 2527-5658
Jababeka 2 Cikarang dan sekitarnya. Total responden pada penelitian ini adalah 84 pedagang di Pasar Bersih, Jababeka 2 Cikarang.
Profil Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Usia 15-25 Thn 26-35 Thn 36-45 Thn >45 Thn Pendidikan SD SMP SMA Diploma Etnis Jawa Sunda Sumatra Lainnya Lamanya Usaha <6 Bulan 6-12 Bulan 1-2 Thn >2Thn Komoditas Usaha Sembako Makanan Pakaian Aksesoris Lainnya Jumlah Karyawan 0 1-3 4-6 >6 Waktu Usaha per hari 2-4 jam 5-7 jam >7jam <100.000 100.000-250.000 251.000-500.000 >500.000
C-732
Tabel 2: Profil Pedagang Frekuensi Persentasi 42 42
50.0 50.0
10 25 24 25
11.9 29.8 28.6 29.8
8 27 48 1
9.5 32.1 57.1 1.2
46 22 12 4
54.8 26.2 14.3 4.8
9 5 19 51
10.7 6.0 22.6 60.7
16 39 10 9 10
19.0 46.4 11.9 10.7 11.9
70 12 1 1
83.0 14.0 1.0 1.0
5 31 48 18 36 25 5
6.0 36.9 57.1 21.4 42.9 29.8 6.0
Seminar Nasional Hasil Penerapan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat III 2016 P-ISSN: 2356-3176 E-ISSN: 2527-5658
Keuntungan per hari < Rp. 100.000 Rp.100.001 - 250.000 Rp.251.000 - 500.000 >Rp.500.000
10 35 31 8
12% 42% 37% 10%
Dalam Kualitas pasar yang dianalisa adalah kondisi pasar/infrastruktur dan alasan memilih lokasi. Pada bagian kondisi pasar/infrastruktur bagian yang diidentifikasi adalah: 1. Kondisi lapak bersih 2. Tersedia lahan parkir 3. Ketersediaan listrik 4. Ketersediaan air bersih 5. Luas lapak memadai 6. Pengelolaan sampah baik 7. Keamanan terjamin Pada bagian alasan memilih lokasi, yang diidentifikasi adalah: 8. Sarana transportasi memadai 9. Harga sewa lapak murah 10. Jumlah pembeli banyak 11. Mendapatkan support (pinjaman lunak) dari JABABEKA Dengan kriteria penilaian berupa skala Likert 1 sampai 5 dengan asumsi nomor 1 adalah sangat tidak setuju dan 5 adalah sangat setuju. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini. Tabel 3: Kualitas Pasar Kualitas Pasar 1 2 3 4 5 Total 1 0 2 2 54 26 84 2 0 4 5 57 18 84 3 0 0 1 54 29 84 4 2 0 5 57 20 84 5 0 7 32 26 19 84 6 1 0 2 33 48 84 7 0 1 2 37 44 84 8 1 4 18 56 5 84 9 2 4 2 26 50 84 10 1 8 21 47 7 84 11 24 53 3 4 0 84 Dari tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa mayoritas pedagang setuju akan kualitas pasar yang dinilai kecuali pada kriteria no 5 mayoritas menjawab netral untuk pernyataan luas lapak memadai. Dimata para pedagang terutama yang menjual bahan sembako, mereka mengatakan lapak yang disediakan tidak memadai. Sehingga mereka memanfaatkan lapak kosong yang berdekatan untuk menyimpan barang dagangan mereka. Untuk pernyataan pada no 11 tentang mendapatkan support (pinjaman lunak)
C-733
Seminar Nasional Hasil Penerapan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat III 2016 P-ISSN: 2356-3176 E-ISSN: 2527-5658
dari JABABEKA mayoritas pedagang menjawab tidak setuju dikarenakan selama ini blum ada support apapun dari pihak Jababeka yang membantu usaha mereka. Berdasarkan tabel 4 di bawah ini dapat diketahui bahwa bobot untuk setiap elemen faktor internal, yaitu strengths (kekuatan) dan weaknesses (kelemahan). Nilai bobot untuk elemen kekuatan sebesar 3.29 dan nilai bobot kelemahan sebesar 0.14. Dengan demikian bobot faktor kekuatan lebih besar daripada bobot faktor kelemahan. Sehingga kekuatan mampu mengatasi kelemahan dalam peningkatan kesejahteraan pada pedagang di kawasan pasar bersih, Jababeka 2 Cikarang. Tabel 4: Analisis Faktor Internal Faktor Internal Bobot Skor Total Strengths (Kekuatan) Saya memiliki keahlian yang dibutuhkan untuk menjual 4 0.20 0.80 dagangan saya Saya memiliki modal kerja untuk berdagang 4 0.20 0.80 Saya memiliki pengalaman berdagang sebelumnya 4 0.10 0.40 Tenaga kerja memadai 3 0.10 0.30 Menggunakan teknologi yang membantu 3 0.15 0.45 Mudah mendapatkan bahan baku 3 0.10 0.30 Harga bahan baku terjangkau 3 0.08 0.24 Total 3.29 Weaknesses (Kelemahan) Sarana dan prasarana tersedia 2 0.07 0.14 Total 0.14 Berdasarkan tabel 5 di bawah ini dapat diketahui bahwa bobot untuk setiap elemen faktor eksternal, yaitu Opportunities (peluang) dan Threats (Ancaman). Nilai bobot untuk elemen peluang sebesar 1.75 dan nilai bobot kelemahan sebesar 0.50. Dengan demikian bobot faktor peluang lebih besar daripada bobot faktor ancaman. Sehingga peluang mampu mengatasi ancaman dalam peningkatan kesejahteraan pada pedagang di kawasan pasar bersih, Jababeka Cikarang. Tabel 5: Analisis Faktor Eksternal Faktor Eksternal Opportunities (Kesempatan) Biaya sewa terjangkau Peluang untuk mengembangkan usaha Total Threats (Ancaman) Jababeka mengadakan pelatihan bagi pedagang untuk lebih berkembang Jababeka memberikan pinjaman/kredit lunak Mendapat link kemitraan Kestabilan kondisi perekonomian Total
C-734
Bobot Skor Total 4 3
0.25 0.25
1.00 0.75 1.75
1
0.15
0.15
1 1 1
0.15 0.10 0.10
0.15 0.10 0.10 0.50
Seminar Nasional Hasil Penerapan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat III 2016 P-ISSN: 2356-3176 E-ISSN: 2527-5658
Analisis Matriks SWOT Setelah dilakukan analisis faktor internal dan eksternal maka dilakukan pemaduan antara kekuatan dan kelemahan peluang dan ancaman melalui analisis SWOT. Hal ini untuk mengetahui strategi yang akan dipilih untuk kesejahteraan pada pedagang di kawasan pasar bersih Jababeka Cikarang. Faktor Internal Strengths Daftar Kekuatan a) Keahlian b) Modal c) Pengalaman Kerja d) Tenaga Kerja e) Teknologi f) Ketersediaan Bahan Baku g) Harga Bahan Baku Faktor Eksternal Strategi S-O Opportunities Daftar Peluang a) Dapat menambah a) Biaya Sewa asset dagang dan b) Peluang menjual barang yang pengembangan lebih beragam usaha sehingga menarik perhatian pembeli. b) Ketersediaan teknologi dapat mempermudah pembeli untuk berbelanja tanpa harus datang ke pasar (pesan antar) c) Kekuatan-kekuatan yang dimiliki pedagang dapat mempermudah untuk mengembangkan usahanya lebih luas lagi. Teknologi dapat membantu Threats Daftar Ancaman para pedagang untuk a) Pelatihan mengembangkan usahanya b) Pemberian kredit dengan cara mencari sendiri lunak Strategi W-T c) Kemitraan Kondisi ekonomi Strategi S-T d) yang tidak stabil a) informasi untuk promosi juga distribusi barang juga
Weaknesses Daftar Kelemahan a) Sarana dan Prasarana
Strategi S-W a) Sulitnya pasar bersih ini dijangkau karena tidak adanya sarana transportasi umum dapat di antisipasi dengan pesan antar dimana pasar bersih bisa dijadikan sebagai gudang barang dagangan dengan biaya sewa yang cukup rendah.
Dengan menjalin kemitraan dengan pihak lain diharapkan sulitnya sarana dan prasarana di pasar bersih dapat teratasi.
a) Pihak Jababeka diharapkan dapat membantu para
C-735
Seminar Nasional Hasil Penerapan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat III 2016 P-ISSN: 2356-3176 E-ISSN: 2527-5658
kepada pembeli b) Teknologi juga dapat menjaring kemitraan untuk para pegadang sehingga lebih mudah memasarkan barang dagangannya c) Sejauh ini para pedagang dapat bertahan dengan modal pribadi tanpa memerlukan bantuan kredit lunak d) Pengalaman kerja dan keahlian dapat dijadikan sebagai modal untuk menghadapi kondisi perekonomian yang tidak stabil.
pedagang untuk mengembangkan sarana dan prasaran yang memadai b) Pihak Jababeka diharapkan dapat memaksimalkan program CSR yang selama ini dilakukan dengan memberikan pelatihan dan juga pemberian kredit lunak kepada para pedagang. c) Adanya kejelasan dari pihak pengembang pasar bersih untuk memajukan kondisi pasar sehingga kondisi ekonomi yang tidak stabil dapat teratasi.
Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya maka ditemukan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Faktor-faktor internal pada sektor informal yang mempengaruhi kesejahteraan masyarakat di Pasar Bersih Jababeka, Cikarang adalah: Keahlian, Modal, Pengalaman Kerja, Tenaga Kerja, Teknologi, Ketersediaan Bahan Baku, dan Harga Bahan Baku. 2. Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi pengembangan sektor informal di Pasar Bersih Jababeka, Cikarang adalah: Biaya sewa, Peluang pengembangan usaha. 3. Berdasarkan analisis SWOT maka disusun strategi pengembangan sektor informal di Pasar Bersih Jababeka Cikarang yaitu: Ketersediaan teknologi dapat mempermudah pembeli untuk berbelanja tanpa harus datang ke pasar (pesan antar) 4. Dengan menjalin kemitraan dengan pihak lain diharapkan sulitnya sarana dan prasarana di pasar bersih dapat teratasi. 5. Pihak Jababeka diharapkan dapat membantu para pedagang untuk mengembangkan sarana dan prasaran yang memadai selain itu juga dapat memaksimalkan program CSR yang selama ini dilakukan dengan memberikan pelatihan dan juga pemberian kredit lunak kepada para pedagang.
C-736
Seminar Nasional Hasil Penerapan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat III 2016 P-ISSN: 2356-3176 E-ISSN: 2527-5658
Daftar Pustaka Basri, Faisal H. (2002). Perekonomian Indonesia: Tantangan dan Harapan Bagi Kebangkitan Ekonomi Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga. Hariningsih, Simatupang (2008). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Usaha Pedagang Eceran Studi Kasus: Pedagang Kaki Lima Di Kota Yogyakarta. Jurnal Bisnis & Manajemen, Vol. 4 No. 2 Pages: 25-40. Hidayat. (1978). Peranan Sektor Informal dalam Perekonomian Indonesia, Ekonomi Keuangan Indonesia, Vol. XXVI, No. 4, Desember 1978, hal. 415-443. Korompis. (2005). Pemberdayaan Sektor Informal: Studi Tentang Pengelolaan Pedagang Kaki Lima dan Kontribusinya Terhadap Penerimaan PAD di Kota Manado. Nur, Djakaria. (1999). Dampak Pembangunan Kawasan Industri di Kabupaten Bekasi Terhadap Alih Fungsi Lahan dan Mata Pencaharian Penduduk. Prayitno, Hadi. (1987). Pembangunan Ekonomi Pedesaan. Yogyakarta. Raha. (2014). Pengaruh Industri Terhadap Perubahan Sosial Pada Masyarakat Pinggirian Kota dan Pedesaan. Rangkuti, F. (2004). Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: PT. Gramedia. Riyadi. (2000). Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Usaha Pedagang Eceran (Studi Kasus: Pedagang Pakaian Kaki Lima Di Daerah Tk. II Kotamadia Malang). Schneider, F. dan D. Enste. (2002). Shadow Economies Around the World: Sizes, Cause and Consequences. 2000. IMF Working Paper.00/26 Soemadi, M. Djelni. (1993). Usaha Kaki Lima Tetap Merupakan 'Gantungan Hidup' bagi Mereka, Kedaulatan Rakyat, 14 Mei 1993 Siregar, T. N., Hidayat. P. (2014). Analisis Strategi Pengembangan Sektor Informal di Kota Medan, Departemen Ekonomi Pembangunan USU, Ekonomi dan Keuangan Vol.2, No. 6. Surji, Ahmad (2012). Dampak Industri Terhadap Masyarakat Pedesaan.
C-737