Seminar Nasional Hasil Penerapan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat III 2016 P-ISSN: 2356-3176 E-ISSN: 2527-5658
Maksimisasi Nilai Perusahaan Melalui Kepemilikan Manajerial, Hutang dan Corporate Social Responsibility (Perusahaan Perbankan dan Tambang) Umi Murtini1
ABSTRACT: Agency Conflict can be minimized by increasing managerial ownership and corporate debt. The greater managerial ownership encourages managers perform better. The market will respond the performance of a good manager and reflected on increasing the company's value. In addition to scrutiny towards manager’s, work performance business owners can involve creditors, through debt. The higher the debt of the company, usually the creditor will oversee more tightly towards the work of management. The production process is carried out of mining companies can generate waste and damage to the environment. Environmental pollution by the company could lead to conflict with the community and be a negative promotion for the company. Through CSR activities, the company is hoping target the support of the community and be able to work to maximize the value of the company. The purpose of this study was to test the influence of managerial ownership and debt to maximize the value of the company's CSR as a moderating variable. The hypothesis test is used moderated regression analysis (MRA). Test results and analysis concluded that for the mining company, CSR is proven as the moderating variable in the managerial ownership and debt affects the value of the company. As for the banking company, proved that CSR is not as moderating variable in managerial ownership and debt affects the value of the company. Keywords: Managerial Ownership, Debts, Company Values, CSR, Moderating ABSTRAK: Konfilk keagenan dapat diminimalisir dengan meningkatkan kepemilikan manajerial dan hutang perusahaan. Kepemilikan manajerial semakin besar mendorong manajer berkinerja semakin baik. Kinerja manajer yang baik akan direspon pasar dan terefleksi pada peningkatan nilai perusahaan. Pengawasan terhadap kerja manajer dilakukan pemilik dengan melibatkan kreditor, melalui hutang. Semakin tinggi hutang perusahaan, biasanya kreditor akan mengawasi kerja manajemen semakin ketat. Proses produksi perusahaan pertambangan dapat menghasilkan limbah dan mencemari lingkungan. Pencemaran tersebut dapat menyebabkan konflik dan menjadi promosi negatif bagi perusahaan. Melalui kegiatan CSR, perusahaan berharap mendapat dukungan dari masyarakat dan dapat bekerja untuk memaksimumkan nilai perusahaan. Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh kepemilikan managerial dan hutang pada nilai perusahaan dengan CSR sebagai variable pemoderasi. Alat uji hipotesis digunakan moderated regression analysis (MRA). Hasil pengujian dan analisis menyimpulkan bahwa untuk perusahaan tambang, CSR terbukti dapat memperkuat pengaruh kepemilikan manajerial dan hutang terhadap nilai perusahaan. Sedangkan untuk perusahaan perbankan, CSR yang dilakukan tidak dapat memperkuat pengaruh kepemilikan manajerial dan hutang terhadap nilai perusahaan. Kata Kunci: Kepemilikan Manajerial, Hutang, CSR, Nilai Perusahaan
Pendahuluan Tujuan perusahaan adalah memaksimumkan nilai perusahaan. Maksimisasi nilai perusahaan untuk perusahaan yang telah go public dapat dilihat dari meningkatnya harga saham (Brigham dan Houston, 2014). Semakin tinggi harga saham, maka nilai perusahaan semakin tinggi. Meningkatnya harga saham juga berarti meningkatkan kesejahteraan pemilik usaha. 1
Fakultas Bisnis, Universitas Kristen Duta Wacana (
[email protected])
C-713
Seminar Nasional Hasil Penerapan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat III 2016 P-ISSN: 2356-3176 E-ISSN: 2527-5658
Investor mempekerjakan manajemen untuk mencapai tujuan perusahaan. Investor sebagai principal memberikan mandat kepada manajemen (sebagai agent) untuk memaksimumkan nilai perusahaan, yang berarti juga memaksimumkan kesejahteraan investor. Dalam prakteknya seringkali manajer kurang berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan investor, tetapi meningkatkan kesejahteraan sendiri dengan meningkatkan perquisite manajemen. Perbedaan kepentingan antara manajer dan investor tersebut dikenal dengan teori konflik keagenan (Abdullah et al., 2011). Apabila kepemilikan saham oleh manajer (dalam perusahaan tersebut) sangat kecil dibanding total saham perusahaan, maka manajer perlu diawasi supaya bekerja untuk memaksimumkan nilai perusahaan. Pengawasan manajer dapat dilakukan oleh dewan direksi dan kreditor. Kreditor mengawasi kinerja manajer sedemikian rupa, supaya kinerja manajer baik. Manajer yang berkinerja baik diharapkan dapat menghasilkan cashflow dan keuntungan yang tinggi sehingga maksimisasi nilai perusahaan tercapai. Peningkatan Cash flow perusahaan dapat meningkatkan kemampuan perusahaan untuk mengembalikan hutang beserta bunganya tepat waktu. Dengan demikian tujuan kreditor melakukan pengawasan kepada manajer tercapai. Oleh karena itu, investor atau pemilik perusahaan cenderung menggunakan modal yang bersumber dari hutang dengan alasan ada pihak di luar perusahaan yang ikut mengawasi kinerja manajer. Semakin besar hutangnya, biasanya bank mengawasi kinerja manajer semakin ketat. Dengan demikian penggunaan hutang diharapkan dapat mengurangi konflik keagenan, dan memaksimalkan nilai perusahaan. Shan, Yuan dan McIver (2011), meneliti pengaruh penggunaan hutang untuk perusahaan non financial di Cina, memberi hasil bahwa proporsi hutang berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Manajemen yang memiliki proporsi saham perusahaan cukup besar dapat memiliki daya kontrol perusahaan yang cukup kuat, sehingga berusaha memaksimumkan nilai perusahaan (Jeelinek dan Stuerke, 2009; Benson dan Davidson, 2010). Manajemen yang juga sebagai pemilik perusahaan diharapkan berkinerja lebih baik, karena saat manajemen tersebut memaksimalkan nilai perusahaan melalui memaksimalkan harga saham otomatis juga memaksimalkan kesejahteraan sendiri. Kepemilikan saham oleh manajemen dapat mendorong manajemen berusaha memaksimumkan nilai perusahaan. Mandaci dan Gumus (2010), meneliti pengaruh kepemilikan manajerial terhadap nilai perusahaan untuk perusahaan di Turki memberi hasil bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Dalam menjalankan usaha, perusahaan perlu memperhatikan lingkungan sekitar, atau masyarakat di sekitar perusahaan berada. Apabila operasi perusahaan mencemari lingkungan, maka masyarakat dirugikan. Hal ini menjadi promosi negatif bagi perusahaan. Untuk menanggulangi permasalahan yang dapat memunculkan konflik antara perusahaan dengan masyarakat, maka perusahaan perlu menyediakan dana khusus. Dana tersebut tercatat dalam laporan keuangan sebagai dana corporate responsibility (CSR). Dana CSR dapat digunakan untuk memberdayakan masyarakat di sekitar perusahaan yang ada maupun untuk kegiatan sosial lainnya yang dapat mendukung kelancaran operasi perusahaan. Melalui kegiatan CSR yang dilakukan, perusahaan berharap mendapat dukungan dari masyarakat. Apabila perusahaan mendapat dukungan dari masyarakat dan melakukan operasi secara lancar, maka perusahaan dapat meningkatkan harga saham. Dengan demikian nilai perusahaan dapat dimaksimalkan.
C-714
Seminar Nasional Hasil Penerapan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat III 2016 P-ISSN: 2356-3176 E-ISSN: 2527-5658
Perusahaan yang masuk dalam industri pertambangan lebih besar kemungkinan mencemari dan merusak lingkungan dikarenakan proses produksi berhubungan langsung dengan alam. Oleh karena itu walaupun perusahaan dalam industri pertambangan sudah memiliki proses pengelolaan dan pengolahan limbah, tetap memiliki CSR untuk mendukung keberadaan perusahaan. Pada kenyataannya di Indonesia untuk perusahaan yang dalam proses produksi dan operasinya tidak berhubungan dengan alam, seperti perusahaan industri perbankan juga memiliki CSR. Oleh karena itu perlu diuji dukungan CSR dalam memperkuat maksimisasi nilai perusahaan untuk kedua sektor tersebut sama atau berbeda. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah membuktikan teori konflik keagenan (Agency Conflict) seperti yang dikemukakan oleh Brigham dan Houston (2014). Apabila kepemilikan saham oleh manajer dan proporsi penggunaan modal dalam struktur modal berpengaruh terhadap harga saham, maka teori tentang Agency Conflick terbukti di Indonesia. Disamping itu penelitian ini juga bertujuan menguji, kemampuan CSR dalam memperkuat pengaruh kepemilikan manajerial dan hutang terhadap nilai perusahaan. Hipotesis Tujuan perusahaan memaksimumkan nilai perusahaan. Maksimisasi nilai perusahaan akan tercapai apabila manajemen bekerja sesuai dengan kontrak kerjanya, yaitu manajemen bekerja dengan tujuan memaksimumkan nilai perusahaan. Untuk menjamin manajemen bekerja sesuai dengan tujuan perusahaan, maka manajemen perlu diawasi. Salah satu pihak eksternal yang dapat membantu pengawasan kerja manajer adalah kreditor. Selain diawasi, maka manajer perlu pula mendapat insentif untuk mendorong supaya bekerja dengan baik. Insentif bagi manajer dapat berupa kesempatan bagi manajer memiliki saham perusahaan. Lingkungan sekitar perusahaan juga perlu member iklim yang kondusif dan mendukung operasi perusahaan. Untuk menjalin hubungan baik dengan masyarakat di lingkungan perusahaan, maka perusahaan perlu memiliki program CSR. CSR dapat memberikan kontribusi terhadap kinerja keuangan. Hal ini dikarenakan dalam pengambilan keputusan, perusahaan harus mempertimbangkan berbagai masalah sosial dan lingkungan jika perusahaan ingin memaksimalkan hasil keuangan jangka panjang yang nantinya dapat meningkatkan nilai dan kinerja perusahaan (Mattew Brine, 2008). Penelitian Murwaningsari (2009) menyimpulkan bahwa pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Semakin tinggi tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial (CSR) mengakibatkan peningkatan kinerja perusahaan. Berdasar argumentasi di atas, maka disusun hipotesis penelitian ini: H1 : Kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap nilai perusahaan dengan CSR sebagai variable pemoderasi. H2 : Hutang berpengaruh terhadap nilai perusahaan dengan CSR sebagai variable pemoderasi Landasan Teori Tujuan Perusahaan Tujuan perusahaan bukan memaksimumkan laba, tetapi memaksimumkan nilai perusahaan. Memaksimumkan laba merupakan tujuan jangka pendek, sedangkan
C-715
Seminar Nasional Hasil Penerapan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat III 2016 P-ISSN: 2356-3176 E-ISSN: 2527-5658
perusahaan berharap dapat berdiri jangka panjang, maka tujuannya adalah memaksimumkan nilai perusahaan. Maksimisasi nilai perusahaan dapat dilihat dari maksimisasi harga saham. Saat harga saham perusahaan meningkat, maka pemilik perusahaan akan meningkat kesejahteraanya. Karena tujuan perusahaan memaksimumkan kesejahteraan pemilik usaha melalui memaksimumkan harga saham, maka seharusnya kinerja manajer dikaitkan dengan peningkatan harga saham, bukan dengan peningkatnan keuntungan yang merupakan tujuan perusahaan jangka pendek (Weston dan Copeland, 2013). Kompensasi yang lainnya adalah dengan memberikan kesempatan bagi manajer untuk memiliki saham perusahaan baik dengan cara membeli maupun dengan program manajemen stock ownership plan (MSOP). Dengan demikian manajer yang juga sebagai pemilik perusahaan akan berusaha memaksimumkan nilai perusahaan melalui memaksimumkan harga saham. Saat harga saham maksimum maka kesejahteraan manajer akan meningkat juga karena manajer juga sebagai pemilik perusahaan. Memaksimumkan nilai perusahaan memberi makna lebih luas dibandingkan memaksimumkan laba. Hal tersebut dilandasi argumentasi: (1) Memaksimumkan nilai perusahaan selain untuk jangka panjang juga memperhatikan nilai waktu uang. (2) memaksimumkan nilai perusahaan juga mempertimbangkan berbagai risiko atas arus kas perusahaan. (3) Mutu arus kas yang diterima di masa yang akan datang mungkin beragam. Agency Theory Teori keagenan (agency theory) atau sering juga disebut dengan konflik keagenan menjelaskan bahwa hubungan agensi muncul karena satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agen) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agen tersebut (Jensen dan Meckling, 1976). Brigham dan Houston (2014) menyatakan bahwa dalam Teori keagenan (agency theory) terdapat suatu karakteristik hubungan keagenan yang dapat didefinisikan sebagai suatu kontrak dimana satu pihak (prinsipal) mempekerjakan pihak lain (agen) untuk melakukan beberapa pekerjaan atas nama prinsipal. Manajemen merupakan pihak yang dikontrak oleh pemegang saham untuk bekerja demi kepentingan pemegang saham. Untuk itu manajemen diberikan sebagian kekuasaan untuk membuat keputusan bagi kepentingan terbaik pemegang saham atau investor. Kepentingan investor atas perusahaan adalah memaksimumkan kesejahteraan pemegang saham. Maksimisasi nilai kesejahteraan pemilik usaha melalui maksimisasi nilai perusahaan. Maksimisasi nilai perusahaan dapat dilihat dari meningkatnya harga saham (Brigham dan Houston (2014). Oleh karena itu, manajemen wajib mempertanggungjawabkan semua upayanya kepada pemegang saham. Karena unit analisis dalam teori keagenan adalah kontrak yang melandasi hubungan antara prinsipal dan agen, maka fokus dari teori ini adalah pada penentuan kontrak yang paling efisien yang mendasari hubungan antara principal dan agen. Untuk memotivasi agen maka prinsipal merancang suatu kontrak agar dapat mengakomodasi kepentingan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak keagenan. kontrak yang efisien adalah kontrak yang memenuhi dua faktor, yaitu: 1. Agen dan pinsipal memiliki informasi yang simetris artinya baik agen maupun prinsipal memiliki kualitas dan jumlah informasi yang sama sehingga tidak terdapat informasi tersembunyi yang dapat digunakan untuk keuntungan dirinya sendiri.
C-716
Seminar Nasional Hasil Penerapan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat III 2016 P-ISSN: 2356-3176 E-ISSN: 2527-5658
2.
Risiko yang dipikul agen berkaitan dengan imbal jasanya adalah yang berarti agen mempunyai kepastian tinggi mengenai imbalan yang diterimanya.
Pengelolaan perusahaan yang dipisahkan dari kepemilikan perusahaan merupakan salah satu ciri perekonomian modern, hal ini sesuai dengan agency theory yang menginginkan pemilik perusahaan menyerahkan pengelolaan perusahaan kepada tenaga profesional (agent) yang lebih mengerti dalam menjalankan bisnis. Tujuan dipisahkannya pengelolaan dan kepemilikan perusahaan yaitu agar pemilik memperoleh keuntungan maksimal dengan biaya yang efisien. Teori keagenan mengemukakan jika antara pihak principal (pemilik) dan agent (manajer) memiliki kepentingan yang berbeda muncul konflik yang dinamakan masalah keagenan. Pemisahan fungsi antara pemilik dan manajemen ini memiliki dampak negatif yang lain yaitu keleluasaan manajemen perusahaan untuk tidak mengoptimalkan laba, hal ini akan mengarah pada proses mengutamakan kepentingan manajer sendiri dengan biaya yang harus ditanggung oleh pemilik perusahaan. Manajer seringkali tidak berusaha memaksimumkan kesejahteraan pemilik perusahaan, tetapi lebih mengejar maksimisasi total asset (besaran perusahaan) atau penjualan yang tinggi. Hal ini dilakukan manajer karena kompensasi mereka didasarkan pada maksimisasi total asset atau penjualan bukan maksimisasi nilai perusahaan. Untuk mengatasi perbedaan kepentingan antara manajer dan pemilik perusahaan perlu ada pihak lain yang ikut memantau kerja manajer. Pemantauan ini akan menyebabkan tambahan pengeluaran biaya yang sering disebut dengan biaya keagenan. Biaya keagenan mencakup: 1. Sistem audit untuk membatasi perilaku manajemen yang mengutamakan kepentingan manajemer 2. Berbagai perjanjian yang menyatakan manajer tidak menyalahgunakan wewenangnya. 3. Perubahan pada sistem organisasi untuk membatasi manajer menjalankan praktik yang tidak dikehendaki. Cara lain untuk mengatasi kinerja manajer adalah dengan melibatkan kreditur. Kreditur berkepentingan memantau kinerja manajemen untuk dapat memastikan bahwa perusahaan mampu pengembalian hutang beserta bunga tepat waktu. Keterlibatan kreditor mengawasi, menimbulkan biaya yaitu biaya hutang yang berupa bunga. Apabila pemilik tidak melibatkan kreditor maka perusahaan berusaha membiayai semua opersi perusahaan menggunakan modal sendiri. Konsekuensi dari melibatkan kreditor adalah perusahaan menggunakan hutang dalam struktur modal. Semakin besar proporsi hutang dibanding modal sendiri, maka risiko tidak mampu mengembalikan hutang semakin besar. Karena resiko semakin besar maka kreditor akan mengawasi kerja manajer semakin ketat. Dewan komisaris dalam perusahaan bertugas memantau kinerja manajemen atas nama pemilik perusahaan. Hal ini biasanya kurang berjalan dengan baik karena ada penyebaran kepemilikan saham secara meluas. Pemegang saham secara perorangan tidak dapat menghabiskan biaya dan waktu untuk memantau kinerja dewan direksi dan manajemen, oleh karena itu pelibatan pihak kreditor merupakan keputusan tepat yang diambil investor.
C-717
Seminar Nasional Hasil Penerapan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat III 2016 P-ISSN: 2356-3176 E-ISSN: 2527-5658
Corporate Social Responsibility (CSR) Aspek penting selain maksimisasi nilai perusahaan dan masalah keagenan, adalah pertimbangan tanggung jawab social perusahaan terhadap lingkungan dan masyarakat yang juga menjadi stake holder perusahaan. Maksimisasi harga saham/nilai perusahaan memerlukan pengoperasian yang baik. Pengoperasian perusahaan menjadi baik dan lancar apabila ada dukungan dari stake holder. Oleh karena itu perusahaan perlu menjalin hubungan baik dengan stake holder. Untuk menjaga hubungan baik ini diperlukan pengeluaran biaya sebagai tanggung jawab sosial perusahaan (CSR). CSR dapat dilakukan dengan melindungi pelanggan, membayar gaji yang wajar pada pegawai, mempertahankan praktik perekrutan pegawai yang adil dan kondisi kerja yang aman, membantu pendidikan serta terlibat dalam berbagai isu lingkungan (Van Horne dan Wachowicz, 2013). Manajemen perlu memperhatikan kepentingan stake holder juga selain kepentingan pemilik perusahaan. Stake holder tersebut terdiri dari dari: kreditur, pegawai, pelanggan, pemasok dan maasyarakat di sekitar perusahaan berada. Seiring perkembangan jaman, maka kemajuan dan sustainability perusahaan serta maksimisasi nilai perusahaan tergantung pada tindakan perusahaan yang bertanggung jawab secara social. Konsep corporate social responsibility adalah suatu bentuk pertanggungjawaban yang seharusnya dilakukan perusahaan, atas dampak positif maupun dampak negatif yang ditimbulkan dari aktivitas operasionalnya, dan mungkin sedikit-banyak berpengaruh terhadap masyarakat internal maupun eksternal dalam lingkungan perusahaan. Selain melakukan aktivitas yang berorientasi pada laba, perusahaan perlu melakukan aktivitas lain, misalnya aktivitas untuk menyediakan lingkungan kerja yang aman bagi karyawannya, menjamin bahwa proses produksinya tidak mencemarkan lingkungan sekitar perusahaan, melakukan penempatan tenaga kerja secara jujur,menghasilkan produk yang aman bagi para konsumen, dan menjaga lingkungan eksternal untuk mewujudkan kepedulian sosial perusahaan dan melibatkan tanggung jawab kemitraan antara pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, serta komunitas setempat (lokal). Kemitraan ini tidaklah bersifat pasif dan statis. Kemitraan merupakan tanggung jawab bersama secara sosial antara stakeholders (Nurlela dan Islahudin, 2008). Corporate social responsibility atau tanggung jawab sosial perusahaan adalah bentuk pertanggungjawaban yang berupa informasi yang disampaikan dalam laporan tahunan perusahaan mengenai tanggung jawab perusahaan atas kegiatan operasi perusahaan tersebut kepada masyarakat. Tanggung jawab Sosial Perusahaan merupakan komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dengan menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomi, sosial dan lingkungan (Priyanto, 2008). Penelitian terdahulu Zuhroh dan Putu (2003) yang menyatakan bahwa pengungkapan sosial dalam laporan tahunan perusahaan yang go public berpengaruh terhadap volume perdagangan saham. Artinya investor sudah mulai merespon dengan baik informasi-informasi sosial yang disampaikan perusahaan dalam laporan tahunan sehingga dengan semakin luasnya Murwaningsari (2009) yang menemukan bahwa pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Semakin tinggi tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial (CSR) mengakibatkan peningkatan kinerja perusahaan. Pengungkapan sosial dalam laporan tahunan perusahaan memberikan pengaruh terhadap meningkatnya nilai dan kinerja perusahaan.
C-718
Seminar Nasional Hasil Penerapan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat III 2016 P-ISSN: 2356-3176 E-ISSN: 2527-5658
Tanoyo (2011), meneliti pengaruh kepemilikan manajerial, institusional, struktur komisaris independen, dan komite audit terhadap kinerja perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Shan, Yuan dan McIver (2011), meneliti pengaruh penggunaan hutang untuk perusahaan non financial di Cina, memberi hasil bahwa proporsi hutang berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Aprina (2012) hasil penelitiannya menyatakan bahwa kepemilikan institusional dan manajerial tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan, tetapi ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Indriani dan Wahyudi (2013), penelitiannya menemukan bahwa CSR dapat memediasi hubungan struktur dan mekanisme corporate governance pada perusahaan yang kepemilikan sahamnya terkonsentrasi. Mekanisme corporate governance lebih efektif untuk mencapai tujuan perusahaan (maksimisasi nilai perusahaan) dibandingkan struktur corporate governance. Metode Penelitian Populasi dan Penentuan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan yang terdaftar di BEI (Bursa Efek Indonesia). Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling dengan kriteria : 1. Perusahaan sector tambang dan sector perbankan 2. Menerbitkan laporan keuangan tahunan lengkap tahun 2009-2014 3. Ada kepemilikan saham oleh manajer 4. Dalam struktur modalnya memiliki hutang 5. Melaporkan kegiatan CSR yang dilakukan perusahaan. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data laporan tahunan perusahaan. Data diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory dan annual report yang didapat melalui pojok Bursa Efek Indonesia (BEI) dan dari website resmi Bank Indonesia: www.idx.co.id Definisi Operasional Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Perubahan Nilai Perusahaan. Perubahan nilai perusahaan dihitung dengan rumus: Dimana nilai perusahaan dihitung dengan rumus: jumlah saham beredar X harga pasar saham Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Kepemilikan Manajerial dan proporsi hutang yang digunakan perusahaan dalam struktur modal. Variabel bebas dihitung dengan rumus: 1. Kepemilikan manajerial merupakan saham perusahaan yang dimiliki oleh manager. Kepemilikan manajerial dihitung dari prosentase saham dari keseluruhan saham yang dimiliki oleh manajer.
C-719
Seminar Nasional Hasil Penerapan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat III 2016 P-ISSN: 2356-3176 E-ISSN: 2527-5658
2.
Proporsi hutang dalam struktur modal dihitung dengan menggunakan rasio debt to equity (DER), dengan rumus:
Dimana ekuitas merupakan penjumlahan dari laba yang ditahan dan modal saham. Vareiabel Pemoderasi
Variabel pemoderasi merupakan variable yang memperkuat/memperlemah pengaruh variable independen terhadap variable dependen. Variabel pemoderasi yang digunakan dalam persamaan ini adalah Corporate Social Responsibility (CSR). Daftar pengungkapan sosial yang digunakan adalah daftar item yang mengacu pada penelitian Rika dan Ishlahuddin (2008). Komponen corporate social responsibility diantaranya sebagai berikut : Lingkungan Energi Kesehatan dan Keselamatan Tenaga Kerja Lain-lain Tentang Tenaga Kerja Produk Keterlibatan Masyarakat Umum Pengukuran variabel ini dilakukan dengan indeks pengungkapan sosial, selanjutnya ditulis CSRD (Corporate Social Responsibility Disclosur) dengan membandingkan jumlah pengungkapan yang diharapkan. Pengungkapan sosial merupakan data yang diungkap oleh perusahaan berkaitan dengan aktivitas sosialnya meliputi 14 item lingkungan, 7 item energi, 8 item kesehatan dan keselamatan kerja, 29 item lain-lain tentang tenaga kerja, 10 item produk, 9 item keterlibatan masyarakat, dan 2 item umum. CSRD dihitung dengan rumus: CSRD = Keterangan : CSRD : Indeks pengunkapan perusahaan V : Jumlah item yang sesungguhnya diungkapkan oleh perusahaan M : Jumlah item yang diharapkan diungkapkan oleh perusahaan Metode Analisis
Hipotesis penelitian diuji menggunakan regresi linier berganda dengan variable pemoderasi. Persamaan regresi: NPt = αt + β1 KMt + et ……………………. (1) NPt = αt + β1 DERt + et …………………... (2) NPt = αt + β1 KMt + β2 CSRt + et ………….(3) NPt = αt + β1 DERt + β2 CSRt + et …………(4) NPt = αt + β1 KMt + β2 CSRt + β3 KMt*CSRt + et …………. (5) NPt = αt + β1 DERt + β2 CSRt + β3 DERt*CSR t+ et …………… (6) Keterangan: NP = Nilai Perusahaan KM = Kepemilikan Manajerial
C-720
Seminar Nasional Hasil Penerapan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat III 2016 P-ISSN: 2356-3176 E-ISSN: 2527-5658
DER CSR e
= Debt Equity Ratio = Corporate Social Responbility = Error term
Masing-masing data untuk kelompok industri perbankan dan kelompok industri tambang dimasukkan dalam persamaan di atas. Uji pengaruh parsial (persamaan 1 sampai dengan 6) dilakukan menggunakan alfa 5%. CSR disimpulkan sebagai variable pemoderasi kepemilikan manajerial, apabila persamaan 1 dan 3 tidak berbeda, tetapi harus berbeda dengan persamaan 5 atau nilai β2 = 0 dan nilai β3 ≠ 0. Bila hasil persamaan terjadi demikian maka hipotesis yang menyatakan bahwa CSR sebagai variable pemoderasi dalam kepemilikan manajerial mempengaruhi nilai perusahaan terdukung. Untuk menguji CSR sebagai variable pemoderasi proporsi hutang dalam struktur modal perusahaan, apabila persamaan 2 dan 4 tidak berbeda, tetapi harus berbeda dengan persamaan 6 atau nilai β2 = 0 dan nilai β3 ≠ 0. Bila hasil persamaan terjadi demikian maka hipotesis yang menyatakan bahwa CSR sebagai variable pemoderasi dalam proporsi hutang di struktur modal perusahaan mempengaruhi nilai perusahaan terdukung. Uji Residual
Pengujian dengan MRA cenderung terjadi multikolinearitas yang tinggi antar variable independen. Hal ini menyalahi uji asumsi klasik dalam regresi OLS. Untuk mengatasi multikolinearitas ini maka dilakukan uji residual dengan persamaan: CSR = a + b1 KM + e ……………. (7) │e│= a + b1 NP …………………. (8) CSR = a + b1 DER + e …….……. (9) │e│= a + b1 NP ..………………. (10) Apabila persamaan regresi 8 dan 10, nilai koefisien b1 NP signifikan, maka terbukti bahwa CSR sebagai variable pemoderasi. Hasil Dan Pembahasan Data yang diolah dalam penelitian ini adalah data perusahaan pertambangan dan perusahaan perbankan yang listing terus menerus di BEI mulai tahun 2009 sampai dengan tahun 2014. Jumlah perusahaan perbankan ada 28 dan perusahaan pertambangan ada 27 perusahaan. Ada beberapa perusahaan yang tidak dapat dijadikan sampel dikarenakan ada data yang tidak lengkap. Sebagian besar data tidak lengkap karena tidak ada data kepemilikan manajerial. Jumlah data sebagai sampel dalam penelitian ini seperti tertera dalam tabel 1 di bawah ini: Tabel 1:
Jumlah Sampel Keterangan Perbankan Jumlah Perusahaan 28 Tidak Memiliki Data Lengkap 10 Total Perusahaan Menjadi Sampel 18
Pertambangan 27 3 24
C-721
Seminar Nasional Hasil Penerapan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat III 2016 P-ISSN: 2356-3176 E-ISSN: 2527-5658
Dari sampel yang digunakan diperoleh gambaran data yang diolah seperti yang terlihat dalam tabel 2 di bawah ini:
Variabel DER KM NP CSR
Minimum -4.53000 .00010 .22785 .34242
Tabel 2: Gambaran Data PERBANKAN PERTAMBANGAN Maximum Mean Minimum Maximum Mean 5.62000 2.4541111 .01000 1.97000 .6499500 .25400 .0019989 .00010 .70880 .3048764 .97468 .6548523 -.95994 3.87069 .0451113 .75671 .2764427 .22785 .97468 .6690928
Dari tabel 2 terlihat bahwa Perusahaan perbankan ada perusahaan yang memiliki nilai ekuitas negative dan jumlah hutangnya sampai 4.53 kali jumlah ekuitasnya (nilai minum -4.53000). Nilai maksimum hutang sebesar 5.62 kali nilai ekuitasnya dan ratarata sampel perusahaan perbankan memiliki hutang 2.454 kali nilai ekuitas. Nilai hutang lebih besar dari nilai ekuitas bagi perbankan dianggap normal karena hal ini sesuai dengan tugas perbankan sebagai intermediary antara deposan dan debitor. Sebagian modal perbankan diperoleh dari pihak ke tiga yaitu para deposannya. Perusahaan pertambangan paling rendah memiliki hutang 1% dari nilai ekuitasnya dan maksimum memiliki hutang 1.97 kali nilai ekuitas serta rata-rata memiliki hutang sedesar 64,99% atau 65% dari nilai ekuitas yang dimiliki. Perusahaan pertambangan melakukan proses produksi dengan memerlukan banyak modal dan sebagian besar didanai dengan modal sendiri. Saham perusahaan perbankan yang dimiliki oleh manajer maksimum 25,4% dan rata-rata 0.00199% atau 0.2%. Kepemilikan saham oleh manajerial semakin tahun semakin sedikit diduga hal ini diperlukan untuk memperbaiki pengelolaan bisnis perbankan (good corporate governance). Perusahaan pertambangan maksimum kepemilikan manajerial 70.88% dan rata-rata kepemilikan manajerial 30.48%. Kepemilikan manajerial di perusahaan pertambangan lebih besar dibanding perusahaan perbankan dimungkinkan karena pada umumnya perusahaan pertambangan tumbuh berawal dari perusahaan perseorangan. Nilai perusahaan perbankan nilai minimum, maksimum maupun rata-rata semuanya positif. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan perbankan dapat mensejahterakan pemilik usaha karena dapat memaksimumkan nilai perusahaan (nilai positif). Perusahaan pertambangan nilai perusahaan minimum -95.99% hal ini menunjukkan bahwa ada perusahaan pertambangan yang kurang dapat meningkatkan kesejahteraan pemilik perusahaan, bahkan nilai kekayaan pemilik perusahaan turun 95.99%. Maksimal perusahaan perbankan dapat meningkatkan kesejahteraan pemiliknya sebesar 387.069% atau meningkatkan kesejahteraan pemilik 387.069 kali dari kekayaan semula. Rata-rata perusahaan pertambangan dapat meningkatkan kesejahteraan pemilik sebesar 4.51%. Perusahaan perbankan melakukan CSR (CSR yang diungkapkan) lebih sedikit dibandingkan perusahaan pertambangan. Maksimum perusahaan perbankan mengungkapkan 75% sedang perusahaan pertambangan mengungkapkan sampai dengan 97% dari kegiatan CSR yang diharapkan. Rata-rata perusahaan perbankan mengungkapkan 27.64% sedangkan perusahaan pertambangan rata-rata mengungkapkan 66.909%.
C-722
Seminar Nasional Hasil Penerapan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat III 2016 P-ISSN: 2356-3176 E-ISSN: 2527-5658
Hasil uji hipotesis dapat dilihat dalam tabel 3 di bawah ini:
VARIABEL KM DER CSR KM*CSR DER*CSR
Tabel 3: Hasil Uji Hipotesis PERBANKAN PERTAMBANGAN Koefisien t hitung Koefisien t hitung -0.203 -1.846 0.762 1.257 -0.032 -2.766** -0.088 -1.628 -0.099 -1.316 0.254 0.326 -0.333 -1.622 0.958 2.691** -0.065 -1.826 0.351 3.943***
Keterangan: Variabel dependen Nilai Perusahaan *) signifikan pada alfa 5% **) signifikan pada alfa 1%
Dari tabel 3 di atas terlihat bahwa variable kepemilikan manajerial dan corporate social responsibility untuk perusahaan perbankan tidak berpengaruh terhadap perubahan nilai perusahaan. Kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap perubahan nilai perusahaan, diduga karena proporsi kepemilikan manajerial sangat kecil, sehingga manajer yang memiliki saham perusahaan tetap harus bekerja profesional. Keputusan manajer yang memiliki saham tidak akan menjadi keputusan final, tetap tergantung dewan direksi. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Aprina (2012), yang mengatakan bahwa kepemilikan manajerial tidak mempengaruhi nilai perusahaan. Variabel debt equity ratio berpengaruh negative terhadap perubahan nilai perusahaan. Hal ini berarti bahwa apabila perusahaan menambah hutang semakin banyak investor menilai risiko perusahaan tersebut meningkat. Investor yang risk averse cenderung tidak menyukai resiko yang meningkat, sehingga investor akan menjual sahamnya. Pada umumnya investor di Indonesia termasuk yang risk averse, sehingga semakin banyak investor yang akan menjual sahamnya sehingga harga saham akan menurun. Penurunan harga saham berarti penurunan kesejahteraan pemilik usaha. Dengan demikian penambahan hutang yang berlebihan dapat menurunkan kesejahteraan pemilik usaha. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Shan, Yuan dan McIver (2011), yang meneliti pengaruh penggunaan hutang untuk perusahaan non financial di Cina, memberi hasil bahwa proporsi hutang berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Perusahan pertambangan variable kepemilikan manajerial, debt equity ratio dan CSR tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Besarnya saham yang dimiliki perusahaan tidak mempengaruhi harga saham. Hal ini menunjukkan bahwa investor pertambangan kurang memperhatikan pemilik serta pengelola perusahaan. Begitu pula dengan besarnya hutang perusahaan, investor juga tidak begitu memperhatikan. Hal ini dimungkinkan karena rata-rata perusahaan pertambangan menggunakan hutang relative lebih rendah dibanding ekuitasnya. Variabel CSR sebagai pemoderasi Kepemilikan Manajerial dan pemoderasi debt equity ratio tidak terbukti untuk perusahaan perbankan (tidak signifikan). Hal ini diduga karena perusahaan perbankan melakukan CSR karena kewajiban aturan pemerintah yang harus ditaati dan tidak ada unsure promotif yang dapat meningkatkan nasabah produktif untuk perbankan. Perbankan melakukan CSR untuk pengusaha kecil, dengan membina pengusaha-pengusaha kecil yang apabila memerlukan kredit juga bukan dalam jumlah yang cukup besar. Nasabah kredit yang dapat memberikan penghasilan besar bagi perbankan adalah perusahaan-perusahaan besar yang biasanya juga tidak C-723
Seminar Nasional Hasil Penerapan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat III 2016 P-ISSN: 2356-3176 E-ISSN: 2527-5658
menjadi target CSR perbankan. Apabila dilihat dari tabel 2, pengungkapan CSR untuk perusahaan perbankan juga lebih sedikit dibanding perusahaan pertambangan. Hal ini juga disuga menjadi salah satu sebab CSR yang dilakukan oleh perusahaan perbankan tidak dapat memperkuat debt equity ratio dan kepemilikan manajerial dalam memaksimalkan nilai perusahaan (kesejahteraan pemilik usaha). CSR yang dilakukan oleh perusahaan pertambangan perbukti dapat memperkuat kepemilikan manajerial dan debt equity ratio dalam meningkatkan nilai perusahaan. Hal ini dapat terlihat pada nilai koefisien positif dan signifikan untuk KM*CSR dan DER*CSR. CSR yang dilakukan oleh perusahaan pertambangan lebih banyak menyasar penduduk sekitar pabrik dan perusahaan-perusahaan di sekitar pabrik atau lokasi pertambangan. Jenis CSR yang dilakukan oleh perusahaan pertambangan juga lebih banyak dibandingkan perusahaan perbankan (lihat tabel 2). Hal ini menyebabkan CSR dapat dinikmati oleh pihak-pihak yang dapat berdampak dengan adanya usaha pertambangan. Karena lingkungan juga dapat merasakan manfaat dengan adanya pertambangan (melalui program CSR perusahaan), maka masyarakat sekitar akan menderung memberikan dukungan terhadap proses produksi dan keberadaan perusahaan. Dengan demikian, pihak perusahaan dapat melakukan pekerjaan dengan baik karena adanya dukungan dari masyarakat. Oleh karena itu perusahaan dapat memaksimumkan nilai perusahaan dan kesejahteraan pemilik perusahaan. Maksimisasi nilai perusahaan dapat dilihat dari tabel 2, dimana perusahaan pertambangan dapat meningkatkan kesejahteraan pemilik perusahaan hingga 387%. Hasil pengujian ini mendukung pendapat Priyanto (2008), yang menyatakan bahwa tanggung jawab Sosial Perusahaan merupakan komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dengan menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomi, sosial dan lingkungan. Sehingga perusahaan pertambangan melakukan CSR membuat perusahaan dapat lebih bertanggug jawab terhadap stakeholder, sehingga dapat memaksimumkan nilai perusahaan. Simpulan Penelitian ini menyimpulkan bahwa untuk perusahaan tambang, CSR terbukti dapat memperkuat pengaruh kepemilikan manajerial dan hutang terhadap nilai perusahaan. Sedangkan untuk perusahaan perbankan, CSR yang dilakukan tidak dapat memperkuat pengaruh kepemilikan manajerial dan hutang terhadap nilai perusahaan. Untuk perusahaan perbankan besarnya hutang berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Saran yang dapat diberikan untuk perusahaan pertambangan perlu memperkuat dan menganekaragamkan jenis CSR yang dilakukan perusahaan, karena CSR dapat memperkuat hutang dan kepemilikan manajerial meningkatkan nilai perusahaan. Sedang untuk perusahaan perbankan, untuk meningkatkan nilai perusahaan lebih baik berkonsentrasi untuk memperbaiki struktur modalnya dan lebih berhati-hati saat akan meningkatkan jumlah hutang. Bagi investor, perlu memperhatihatikan jumlah pengungkapan CSR yang dilakukan oleh perusahaan pertambangan bila akan berinvestasi pada perusahaan tambang. Apabila akan berinvestasi pada perusahaan perbankan tidak perlu melakukan analisis CSR yang dilakukan perusahaan, tetapi lebih memperhatikan struktur modal terutama komposisi hutang dengan ekuitasnya.
C-724
Seminar Nasional Hasil Penerapan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat III 2016 P-ISSN: 2356-3176 E-ISSN: 2527-5658
Daftar Pustaka Achmad Ferry Kusuma Wardani. (2013). Kewenangan Pemerintahan Daerah Dalam Menyalurkan Dana Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Kepada Masyarakat, Jurnal Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang. Aprina, Desi. (2012). Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kinerja Perusahaan yang Diukur Melalui Economic Value Added. Jakarta: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi: Universitas Gunadarma. Benson, Bradley W. and Davidson, Wallace N. (2010). The Relation between Stakeholder Management Firm Value, and CEO Compensation: A Test of Enlightened Value Maximization. Financial Management. Vol. 39, No. 3 (autum 2010), pp. 929-963 Brigham dan Houston. (2014). Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Jakarta: Erlangga. Jelinek dan Stuerke. (2009). The Nonlinear Relation Between Agency Costs and Managerial Equity Ownership, Evidence of Decreasing Benefits Of Increasing Ownership. International Journal of Managerial Finance. Vol. 5 No. 2, hal 156178. Hung, Humphry. (2011). Director’s Roles in Corporate Social Responsibility: A Stakeholder Perspective. Journal of Business Ethics. Vol. 103, hal 385 - 402 Matteww Brine. (2008). Corporate Social Responsibility and Financial Performance in The Australian Context. Corporation and Financial Services Devition. Murwaningsari. (2009). Hubungan Corporate Governance, Corporate Social Responsibilites dan Corporate Financial Performance dalam satu Continuum. Jurnal Akuntansi & Keuangan. Vol 11. No.1. pp.30-41. Mandaci,P.E., & Gumus, G.K. (2010). Ownership Concentration, Managerial Ownership and Firm Performance: Evidence from Turkey. South East European Journal of Economics & Business 1840118X p.57-66 Nurlela, Rika dan Islahuddin. (2008). Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Nilai Perusahaan dengan Prosentase Kepemilikan Manajemen sebagai Variabel Moderating. Simposium Nasional Akuntansi XI, Pontianak: 23-24 Ntim, Collins G., & Osei. Kofi A. (2011). The Impact of Corporate Board Meetings on Corporate Performance in South Africa. African Review of Economics and Finance, 2 (2), 83-103 Nwidobie Barine Michael. (2013). Agency Conflict and Corporate Devidend Policy Decision in Nigeria. Asian Economic and Financial Review. Vol: 3(8). Pp. 1110-1121 Priyanto, Susilo Adi. (2008). Implementasi Corporate Social Responsibility Untuk Mendukung Pembangunan Berkelanjutan. ISSN. 1907-0489 Volume 4, No.2. Salami, King A. (2011). Analisis of Relationship between Share Ownership Structure, Corporate Governance Structure and Corporate Investment Efficiency, using GSE Market Data (2005-2009). Journal of Accounting and Finance. Vol 11 (4). Pp. 11-118 Shan, Yuan G., & McIver, Ron P. (2011). Corporate Governance Mechanisme and Financial Performance in China: Panel Data Evidence on Listed Non Financialcompanies. Asia Pacific Business Review, 17(3),301-324
C-725
Seminar Nasional Hasil Penerapan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat III 2016 P-ISSN: 2356-3176 E-ISSN: 2527-5658
Van Horne dan Wachowicz. (2013). Financial Manajement: Theory and Practice. South Western: Thompson. Weston dan Copeland. (2013). Financial Management. New York: The Driden Press. Zuhron, Diana dan Heri, I Putu Pande Sukmawati. (2003). Analisis Pengaruh Luas Pengungkapan Sosial dalam Laporan Tahunan Perusahaan Terhadap Reaksi Investor. Simposium Nasional Akuntansi VI. Surabaya, 16-17Agustus 1996.
C-726