KONTRIBUSI USAHA SAPI PERAH TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETERNAK: STUDI KASUS DI DESA KEMBANG, KABUPATEN BOYOLALI (Contribution of Dairy Cattle Farming to Farmers' Household Income : A Case Study in Kembang Village, Boyolali) SARJANA,
BuD!
UTOMO
dan MIRANTI MAN PERT!WI
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah ABSTRACT The objective of the study was to analyze the contribution of dairy cattle fanning to farmers' household income in Kembang village, district of Boyolali . The data was gathered using a structural questionnaires of 20 farmers as respondents in 2007. the results show that farmers' household income of dairy cattle farming have not met the appropiate demand yet . The average income of dairy cattle farming was Rp . 15 Million per year per household, while that of its demand in the 2007 was Rp . 658 Thousand equal to Rp . 31 Million per year per household. The dairy cattle farming had contribution around 15% of the total farmers' income, the third after other agricultural farming and labor of non agricultural . It is suggested to enhance to role of dairy cattle farming need to conduct : (a) facilitate in increasing income size of the dairy cattle from the average of 2 heads to 7-15 headsthousehold, (b) increase of milk production from the average of 5 1/head/day to 10 1/head/day by improvement on feed quality, quantity and its management, and (3) increase in the share of calves sold from around 14 .49% to 30% through improvement on reproduction management and the economic value added by the diversification of processing milk . Keywords : Dairy cattle farming, household income ABSTRAK Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menganalisis kontribusi usaha sapi perah terhadap pendapatan petani di Desa Kembang, Kabupaten Boyolali . Data yang dianalisis merupakan hasil wawancara terstruktur kepada 20 petemak pada tahun 2007 . Hasil analisis menunjukkan bahwa pendapatan rumah tangga peternak sapi perah belum dapat memenuhi kebutuhan hidup layak . Rata-rata pendapatan rumah tangga peternak sapi perah sebesar Rp. 15 juta per tahun, sedangkan kebutuhan hidup layak penduduk di Kabupaten Boyolali pada tahun 2007 sebesar Rp . 658 ribu per kapita per bulan atau sekitar Rp . 31 juta per rumah tangga per tahun . Usaha sapi perah memberikan kontribusi sekitar 15% terhadap total pendapatan rumah tangga atau terbesar ketiga setelah usaha dan buruh non pertanian. Untuk meningkatkan peran usaha sapi perah terhadap pendapatan rumah tangga peternak dapat ditempuh dengan berbagai upaya, antara lain adalah (a) fasilitasi peningkatan skala usaha dari rata-rata 2 ekor menjadi sekitar 7-15 ekor per unit usaha/rumah tangga, (b) peningkatan produksi susu dari sekitar 5 liter/ekor/hari menjadi minimal 10 liter/ekor/hari melalui peningkatan kualitas, kuantitas dan manajemen pakan, serta (c) peningkatan pangsa pendapatan produksi anak dari sekitar 14,49% menjadi sekitar 30% melalui perbaikan manajemen reproduksi dan peningkatan nilai tambah produk melalui pengembangan usaha pengolahan . Kata kunci : Usaha sapi perah, pendapatan rumah tangga
PENDAHULUAN
tingkat pendapatan usaha dan kontribusinya terhadap keseluruhan pendapatan rumah Salah satu program pembangunan pertanian tangga . Perubahan lingkungan strategis, antara lain kebijakan Uni Eropa dan beberapa negara sesuai dengan Rencana Pembangunan Nasional Jangka Menengah tahun 2004-2009, adalah penghasil susu yang mengurangi subsidi usaha program peningkatan kesejahteraan petani/ peternakan sapi perah, telah membuka peluang peternak, dengan salah satu indikator adalah peningkatan pendapatan usaha sapi perah di
563
Semiloka Nasional Prospek Industri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas - 2020
Indonesia. Kenaikkan harga susu dunia yang tinggi seharusnya dapat menguntungkan peternak sapi perah Indonesia karena adanya peluang peningkatan posisi tawar di pasar produk. Populasi sapi perah di Jawa Tengah pada tahun 2006 diperkirakan mencapai 115 ribu ekor, dengan produksi susu 71 juta liter dengan jumlah rumah tangga peternak sekitar 38 ribu rumah tangga. Pertumbuhan populasi ternak sapi perah periode 2002-2006 mencapai ratarata 0,82% per tahun, dimana sebagian besar (51,83%) populasi berada di Kabupaten Boyolali, dengan produksi susu mencapai 29 juta liter atau 41,28% dari total produksi susu Jawa Tengah (DINAs PETERNAKAN PROVINsI JAWA TENGAH, 2007). Harga susu di tingkat peternak sekitar Rp . 1 .600/1 - Rp . 1 .900,-/1, sedangkan di tingkat koperasi mencapai ratarata Rp . 2 .300,/1 . Harga susu segar di Provinsi Jawa Tengah lebih rendah jika dibandingkan dengan harga susu segar di Provinsi Jawa Timur dan Jawa Barat, dimana rata-rata harga susu dapat mencapai Rp . 2.500 - Rp. 3 .500/I . Kondisi ini antara lain disebabkan oleh mata rantai tataniaga susu di Jawa Tengah yang relatif lebih panjang mulai dari peternak ke loper (pengumpul), tempat penampungan sementara, Koperasi Unit Desa, GKSI dan terakhir ke IPS (di Jawa Barat dan Jawa Timur), sehingga biaya pemasaran tinggi dan matjin yang diterima peternak rendah. Variasi harga susu banyak dipengaruhi oleh kualitas susu, meliputi TS (Total Solid) dan TPC (Total Plate Count) . Pada saat ini TS tertinggi yang telah dicapai peternak kabupaten Semarang adalah 13,28 dan TPC antara 1,02 juta/ml sampai 5 juta /ml susu. Produktivitas ternak sapi perah relatif masih rendah, rata-rata 7 - 9 litedhari dengan calving interval yang cukup panjang, yaitu lebih dari 18 bulan (DINAS PETERNAKAN PROVINSI JAWA TENGAH, 2006) . SARJANA et al. (2003) menyatakan bahwa secara fmansial, akibat dari rendahnya produksi susu, peternak sapi perah di Boyolali banyak yang mengalami kerugian . Koefisien variasi biaya dan marjin usaha ternak sapi perah yang dihasilkan relatif tinggi yang menunjukkan bahwa tingkat teknologi yang diterapkan juga sangat bervariasi . Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat pendapatan usaha ternak sapi perah, pangsa
5 64
pendapatan usaha sapi perah terhadap total pendapatan rumah tangga peternak, dan peluang-peluang perbaikan yang dapat dilakukan melalui inovasi teknologi pertanian . MATERI DAN METODE Penelitian ini menggunakan data primer, meliputi : kinerja budidaya dan struktur serta tingkat pendapatan rumah tangga temak sapi perah di Desa Kembang, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali . Data ini diperoleh melalui metode wawancara terstruktur kepada 20 peternak sapi perah . Data sekunder tentang sumberdaya rumahtangga peternak diperoleh dari hasil sensus penduduk secara nasional tahun 2007 . Analisis deskriptif dilakukan menggunakan presentasi tabel dan grafik. HASIL DAN PEMBAHASAN Penguasaan sumber daya rumah tangga tani-ternak sapi perah Sumber daya yang dikuasai oleh rumah tangga tani-ternak sapi perah di Desa Kembang, meliputi lahan pertanian (tegalan dan pekarangan) dan ternak sapi perah . Tabel 1 menunjukkan bahwa rata-rata penguasaan lahan pertanian adalah sekitar 0,09-0,27 ha atau rata-rata 0,33 ha per rumah tangga. Jenis lahan sebagian besar berupa lahan tegalan yang dimanfaatkan untuk usahatani tanaman semusim (utamanya jagung, cabe dan aneka sayuran lainnya), tanaman buah-buahan (utamanya pisang dan alpukat) dan tanaman kayu-kayuan (utamanya suren, sengon dan mahoni) . Tabel 1 . Penguasaan sumberdaya lahan rumah tangga tani-temak di Desa Kembang tahun 2007 (ha) Uraian Jumlah Rata-rata Max Min
Tegalan 295 .32 0.27 2.00 0.02
Pekarangan 112.36 0 .09 1 .90 0.01
Somber : Sensus taboo 2007 dengan n = tangga
1 .278 rumah
Semiloka Nasional Prospek Industri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas - 2020
Sumber daya ternak yang dikuasai petanipeternak di Desa Kembang meliputi sapi, domba dan kambing . Penguasaan ternak sapi perah berkisar antara 1-15 ekor per rumah tangga (rata-rata 2 ekor per rumah tangga), sedangkan untuk ternak kambing sekitar 1-10 ekor per rumah tangga (rata-rata 3 ekor per rumah tangga) . Penguasaan ternak domba sekitar 1-21 ekor per rumah tangga (rata-rata 4 ekor per rumah tangga) (Tabel 2) .
Gambar 1 menunjukkan bahwa rata-rata penguasaan lahan pada umumnya termasuk petani gurem, karena sebagian besar (82,8%) petani menguasai lahan pertanian kurang dari 0,5 ha. Sedangkan penguasaan ternak sapi perah umumnya termasuk skala kecil . Sebagian besar (48%) peternak hanya menguasai I ekor sapi perah dan 33,2% menguasai sapi perah 2 ekor per rumah tangga .
Tabel 2 . Penguasaan ternak rumah tangga tani-ternak di Desa Kembang tahun 2007 (ekor) Uraian Jumlah Rata-rata Max Min
Sapi perah 1,365 2 15 1
Kambing 990 3 10 1
Domba 442 4 21 1
Sumber: Sensus tahun 2007 dengan n = 1 .278 rumah tangga
15.6%
34.0X
1 .5%
12.9%
w
• 0,0 -o,1oHa a 1
• 0.1-0,25Ha
or
• 2 e or O 0,25 - 0,S Ha
O 3 ekor o4 ekor
35 .9% 00.5-1 .00Ha
• 5 ekor • >1Ha
a > 5 ekor
Gam bar 1 . Rata-rata luas penguasaan lahan pertanian Gam bar 2 . Rata-rata skala usaha ternak sapi perah Tingkat dan sttruktur pendapatan rumah tangga
Tabel 3 menunjukkan bahwa sumber pendapatan rumah tangga tani-ternak di Desa Kembang meliputi usahatani tanaman, usaha ternak, buruh tani, buruh non pertanian dan usaha non pertanian . Rata-rata tingkat
pendapatan rumah tangga adalah termasuk sebesar Rp. 15 .173 .136 per rumah tangga, dimana hal ini belum layak memenuhi kebutuhan hidup rumah tangga petani karena kebutuhan hidup layak Kabupaten Boyolali tahun 2007 mencapai Rp . 31,5 juta per rumah tangga .
Tabel 3 . Tingkat pendapatan rumah tangga tani-ternak di Desa Kembang tahun 2007 Sumber Penghasilan Buruh tani Buruh non pertanian Usahatani tanaman semusim Usaha non pertanian Lainnya Usaha sapi perah Usaha ternak lain Usahatani tanaman tahunan Jumlah
Rata-rata 2 .937 .500 4 .342 .500 3.264 .250 5.224 .000 2.477 .222 4.215 .385 2.573 .000 3 .822 .227 15 .173 .136
Minimum 1 .000 .000 900.000 300.000 2 .000 .000 500 .000 1 .250.000 30 .000 100 .000 4.950.000
Maksimum 3 .650.000 13 .200 .000 13 .785 .000 7.120.000 10.800.000 7.500 .000 8 .650 .000 15 .900.000 35 .730.000
565
Semiloka Nasional Prospek lndusiri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas -2020
Gambar 3 menunjukkan bahwa usaha temak sapi perah memberikan konstribusi yang relatif besar terhadap total pendapatan rumah tangga tani-ternak di Desa Kembang, yaitu
14,6% (terbesar ketiga setelah usahatani tanaman dan usaha non pertanian) . Usahatani tanaman memberikan kontribusi sekitar 24,6% dan usaha non pertanian 18,1% .
8 .6%
18 .1%
14 .6%
® Usaha non pertanian o Usaha Ternak Lainnya
• Buuh Tani • Lainnya
∎ Usaha Temak sapi perah o Usahatani tanaman a Buruh non pertanian
Gambar 3 . Struktur pendapatan rumah tangga tani-ternak di Desa Kembang, 2007
Usaha sapi perah Rata-rata sapi perah yang diusahakan adalah sebanyak 2 ekor per peternak, dimana sebagian besar (48%) hanya menguasai 1 ekor dan 33,2% menguasai 2 ekor per rumah tangga . Rata-rata produksi susu sapi perah yang diusahakan petani responden sebanyak 1 .0691/petani/bulan atau rata-rata 5 1/ekor/hari . Produksi susu tersebut dapat dikategorikan relatif rendah, beberpa peneliti sebelumnya melaporkan bahwa produksi susu pada usaha sapi perah rakyat berkisar 10-13,5 liter/ekor/ hari (SUGIARTI, 1992 ; dan GUNAWAN et al., 2000) .
Produktivitas sapi perah terkait dengan berbagai faktor, antara lain kualitas pakan dan manajemen pemeliharaan . GUNAWAN et al. (2000) melaporkan bahwa peningkatan kualitas pakan mampu meningkatkan produksi susu hingga 30%. SINAGA dalam TARYOTO (1993) menekankan pentingnya memperhatikan manajemen pemeliharaan dalam rangka meningkatkan penampilan produksi susu . Manajemen usaha meliputi kegiatan pemberian pakan, kesehatan ternak, sanitasi kandang, pengaturan IB, dan kegiatan perawatan lainnya. Rendahnya produksi susu mengakibatkan kerugian yang dialami oleh banyak peternak.
Tabel 4 . Hasil analisis ekonomi usaha temak sapi perah di Kabupaten Boyolali
Parameter
Produksi susu (I /tahun)
Nilai susu . .Penjualan anak Total penerimaan Total biaya Biaya rata-rata Nilai tambah TR / (Rp'tahun) (Rp /tahun) = TR (Rp /tahun) = TC (Rp/tahun) (Rp Aiter) (Rp TC /liter) iter)
Rata-rata
11 .542
20 .774 .880
3 .000 .000
23 .774 .880
24.842.800
Max
38.880
69 .984 .000
4 .500 .000
74 .484.000
44.639.280
1 .148
652
1,67
Min
2.916
5 .248.800
1 .500 .000
5 .248 .800
10.997.299
3 .771
-1 .971
0,48
KV
77,79
77,79
79,43
75,31
33,14
58,10
Tabel 4 menunjukkan hasil analisis ekonomi usaha sapi perah di Kabupaten Boyolali, dimana rata-rata nilai tambah per I susu yang diperoleh peternak bervariasi antara Rp. -1 .971,- sampai Rp . 652,- atau merugi sebesar Rp. 352, /1 . Koefisien variasi (KV)
56 6
2 .152
-352
0,96
50,32
biaya rata-rata usaha ternak- sapi perah relatif tinggi, menunjukkan adanya variasi yang tinggi pula dalam tingkat teknologi yang diterapkan . Biaya rata-rata per satuan produk suatu usaha menunjukkan besarnya alokasi input produksi yang dibutuhkan untuk
Semiloka Nasional Prospek Industri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas - 2020
menghasilkan satu unit/satuan produk, sehingga biaya rata-rata dapat menggambarkan tingkat efisiensi suatu usaha. Semakin tinggi biaya rata-rata berarti semakin tidak efisien suatu usaha dan sebaliknya. Dengan demikian biaya rata-rata juga memberi petunjuk bagaimana fungsi produksi atau hubungan teknis antara faktor produksi dan hasil produksi suatu usaha . SUDARSONO (1982) menyatakan bahwa fungsi produksi menggambarkan teknologi yang dipakai oleh suatu perusahaan, sebagai implikasinya, untuk memperbaiki kinerja usaha sapi perah perlu adanya perbaikan tingkat penerapan teknologi . Anggota keluarga merupakan sumber utama tenaga kerja pada usaha sapi perah . Sebagian besar tenaga kerja dicurahkan untuk mencari hijauan pakan temak, selebihnya
untuk pekerjaan memerah, perawatan temak, dan membersihkan kandang . Penerimaan yang diterima petani dari usaha sapi perah bersumber dari penjualan produksi susu (85 .23%) dan anak sapi (14.49%). Petani menjual susu kepada KUD yang ada di tingkat kecamatan dengan harga sekitar Rp . 1 .800/liter . Harga susu tersebut lebih rendah dibandingkan dengan biaya produksi, sehingga apabila petani hanya mengandalkan penerimaan dari penjualan produksi susu maka akan menderita kerugian yang relatif besar. Pada tingkat produktivitas berjalan, untuk memproduksi setiap liter susu dibutuhkan biaya produksi rata-rata sebesar Rp . 2 .152 per liter, sehingga secara rata-rata petemak mengaadmi kerugian sebesar Rp . 352 per liter.
3.0
10.00 9.00
25 8.00
0 0
7.00 .
F a
6.00 .
wc 1 .5
5 .00 . M S
M
0
20
4 .003 .00 .
w 1 .0 .
2 .00-
•
0.51 .00-
CL
0.00
0 .0 0
5
10
15
20
Skala Uaaha (ekor)
Gambar 4 . Produktivitas susu usaha ternak sapi perah berdasarkan skala usaha Gambar 5 menunjukkan terdapat kecenderungan peningkatan skala usaha yang diikuti oleh peningkatan nilai TR/TC . Hal ini menunjukkan bahwa efisiensi usaha cenderung meningkat dengan adanya penambahan skala usaha. Kondisi ini dimungkinkan karena adanya alokasi sumber daya akan menjadi lebih efisien pada skala pemeliharaan yang lebih besar. Hal ini mengindikasikan bahwa dalam setiap skala usaha masih dimungkinkan adanya peningkatan efisiensi melalui perbaikan tehnologi . Rasio sapi laktasi dan non laktasi berpengaruh terhadap penghasilan yang diterima petani . Selama ini petani menghadapi berbagai kendala dalam aspek reproduksi, diantaranya adalah terbatasnya tenaga
0
5
10
15
20
25
Skala Uuha (•kor)
Gambar 5. Efisiensi usaha ternak sapi perah berdasarkan skala usaha inseminator IB yang disediakan KUD . Imbangan sapi laktasi dan non laktasi mengindikasikan proporsi penerimaan usaha dari output sapi laktasi terhadap seluruh beban usaha dari sapi laktasi dan non laktasi . FOLLEY dalam KuswARYAN (1992) menyatakkan bahwa sebaiknya imbangan sapi laktasi dan non laktasi adalah 70% : 30%, dimana dengan proporsi tersebut diharapkan peternak mampu menutup biaya operasional usaha dan memperoleh keuntungan . Kondisi temak sapi perah di lokasi penelitian termasuk tidak ideal karena 85,23% sumber pendapatan berasal dari produksi susu yang rendah (5 1/hari/ekor) . Dengan demikian baik produktivitas temak untuk menghasilkan susu maupun anak perlu ditingkatkan.
567
Semiloka Nasional Prospek Industri Sapi Perah Menufu Perdagangan Bebas - 2020
KESIMPULAN DAN SARAN
DAFFAR PUSTAKA
Rata-rata pendapatan rumah tangga peternak sapi perah belum dapat memenuhi kebutuhan hidup layak . Rata-rata pendapatan rumah tangga petemak sapi perah sebesar Rp . 15 juta per tahun, sedangkan kebutuhan hidup layak penduduk di Kabupaten Boyolali pada tahun 2007 sebesar Rp . 658 ribu per kapita per bulan atau sekitar Rp . 31 juta per rumah tangga per tahun. Usaha sapi perah memberikan kontribusi sekitar total 15% terhadap pendapatan rumah tangga atau terbesar ketiga setelah usaha dan buruh non pertanian. Produksi susu pada wilayah pengkajian relatif masih rendah sehingga terdapat peluang untuk peningkatan efisiensi dan pendapatan usaha sapi perah melalui peningkatan produktivitas dan skala usaha . Disarankan dalam upaya meningkatkan usaha sapi perah perlu dilakukan fasilitasi peningkatan skala usaha dari 2 ekor menjadi sekitar 7-15 ekor/rumah tangga, dan peningkatan produksi susu dari sekitar 5 1/ekor/hari menjadi minimal 101/ekor/hari. Hal ini dapat dilakukan melalui peningkatan kualitas, kuantitas dan manajemen pakan, serta peningkatan pangsa pendapatan produksi anak dari sekitar 14,49% menjadi sekitar 30% melalui perballkan manajemen reproduksi dan peningkatan nilai tambah produk melalui pengembangan usaha pengolahan .
DEBERTIN, D. L. 1986. Agricultural production management. McMillan Publishing Company, Third Avenue. New York. DINAs PETERNAKAN PROVINSI JAWA TENGAH . 2006 . Laporan tahunan dinas peternakan tahun 2006 . Dinas Petemakan Provinsi Jawa Tengah . Ungaran. DINAS PETERNAKAN Paovn si JAWA TENGAH . 2007 . Statistik petemakan tahun 2007. Dinas Peternakan Provinsi Jawa Tengah . Ungaran GUNAWAN, A., K. SuPRIYATI, BUDIMAN, dan H. HAtvim. 2000 . Pemanfaatan cassapro pada temak sapi perah laktasi. Proc. Seminar Nasional Petemakan dan Veteriner . Puslitbangnak. Bogor. KuswARYAN, S. 1992. Analisis ekonomi susu usaha temak sapi perah sebagai substitusi impor susu. Tesis FPK Unbraw . Malang. MANTRA, I. B . 2000. Demografi umum . Pustaka Pelajar. Yogyakarta. SARJANA, Dm M . Y., MURYANTO, AMRIH P., SENo B., dan KENDRIYANTO. 2003 . Laporan akhir kegiatan pemantauan indikator pembangunan pertanian Jawa Tengah . BPTP Jawa Tengah . SUDARSONO . 1982 . Pengantar ekonomi mikro . Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerapan Ekonomi dan Sosiai/LP3ES . Jakarta. Hlm. 99. SUGIARTI, T. 1992 . Potensi produksi sapi perah rakyat dalam pengembangan agroindustri di pedesaan. Proc. Agroindustri Petemakan di Pedesaan . Balitnak. Bogor. TARYOTO, A. 1993 . Analisis perbandingan kelembagaan pada usahatani sapi perah di Jawa Barat dan Jawa Timur. PSAE-Balitbang Pertanian. Bogor. VAN DEN BAN dan H.S. HAWKINs. 1999 . Penyuluhan pertanian . Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
568