REVITALISASI AGRIBISNIS SAPI PERAH YANG BERDAYA SAING DAN RAMAH LINGKUNGAN (Revitalization on Competitive and Friendly Environment of Dairy Cattle Agribusiness) TATI SETIAWATI
Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian
ABSTRACT The dairy cattle agribusiness in Indonesia has a significant role in supply milk and meat . This will include increasing human nutritional food, providing labor force and conserving the environment through processing manure to become organic fertilizer and biogas . The dairy cattle farmers may yield high quality milk by crop livestock system application and good farming practices . The economic value added has been attained from selling the organic fertilizer and supplying the biogas in order to solve problem on fuel shortages . The government has some programs to support and to develop dairy cattle agribusiness . The objective of this program is to accelerate farmer's skill in increasing milk production, dairy cattle productivity as well as the milk quality. Appropriate technology that environmental friendly is needed to apply by the farmers in order to increase the milk products competitiveness . The potential of its opportunity development include genetic quality, raising management, farmers human capital with the group of farmers and small scale milk processing industry. Keywords : Agribusiness, dairy cattle, friendly environment ABSTRAK Agribisnis sapi perah di Indonesia mempunyai andil yang sangat besar dalam penyediaan susu dan daging dalam rangka peningkatan status gizi masyarakat, penyediaan kesempatan kerja, serta pelestarian lingkungan melalui pengolahan kotoran menjadi pupuk organik dan gas bio . Peternak sapi perah dapat menghasilkan susu berkualitas tinggi melalui penerapan sistem integrasi (Crop Livestock System) dan good farming practices. Saat ini, para peternak dapat memperoleh nilai tambah dari pengumpulan kotoran ternak dan mengolahnya menjadi pupuk organik dan gas bio dalam upaya mengatasi masalah keterbatasan bahan bakar minyak. Pemerintah memiliki beberapa program untuk mendukung dan mengembangkan usaha budidaya sapi perah . Tujuan dari program tersebut adalah untuk mendorong para peternak meningkatkan produksi susu, produktivitas ternak, dan kualitas susu . Teknologi tepat guna yang ramah lingkungan perlu diterapkan peternak sapi perah sehingga dapat meningkatkan daya saing produknya . Potensi yang perlu dikembangkan antara lain mutu genetik ternak, manajemen pemeliharaan, SDM peternak dan kelompoknya, serta industri pengolahan susu skala kecil . Kata kunci : Agribisnis, sapi perah, ramah lingkungan PENDAHULUAN Program Revitalisasi Pertanian yang dicanangkan oleh Presiden Republik Indonesia pada tanggal 11 Jun 2005, termasuk diantaranya program pengembangan industri ternak penghasil susu dan daging berbasis sumber daya lokal, merupakan suatu langkah strategis yang sangat mendesak untuk dilaksanakan. Sapi perah merupakan ternak yang sangat tepat untuk dikembangkan
mengingat ternak tersebut dapat menghasilkan sekaligus dua produk utama yaitu susu dan daging Sapi perah adalah paling efisien dalam mengonversi pakan menjadi produk pangan . Hal ini juga sangat sesuai dengan kondisi sekarang dimana banyak terjadi kasus gizi buruk yang untuk pemulihan status gizi tersebut, pemberian susu nampaknya paling tepat. Usaha budidaya sapi perah merupakan salah satu industri berbasis pedesaan dan padat
13
Semiloka Nasional Prospek Industri Sap! Perah Menuju Perdagangan Bebas - 2020
karya, sehingga dapat membangkitkan perekonomian masyarakat di pedesaan yang merupakan jumlah terbesar dari penduduk Indonesia. Potensi sumberdaya petani peternak sapi perah saat ini cukup besar yaitu 127.211 KK, dimana sebagian besar menjadi anggota dari 90 Koperasi Susu/KUD . Sementara populasi temak sapi perah saat ini 378 ribu ekor (Data sementara Statistik Peternakan 2007), yang hanya mengalami peningkatan 2,4% dari tahun sebelumnya. Grafik-1 Ekor
menggambarkan perkembangan populasi dan produksi susu di Indonesia selama 5 tahun terakhir. Selama 5 tahun terakhir, produksi susu menunjukkan peningkatan, namun baru dapat memenuhi 26-30% dari permintaan dalam negeri, sehingga kita masih impor bahan baku susu dan produk susu dari negara tetangga, Australia dan New Zealand. Grafik-2 menunjukkan produksi dan konsumsi susu tahun 2003 - 2007 .
380 .000 375 .000 370 .000 365 .000 360 .000 355 .000 350 .000
-4- Populasi (ekor)
2003
2004
2005
2006
2007
373 .753
364 .062
361 .351
369.008
377 .772
Tahun Grafik 1 . Populasi sapi perch di Indonesia tahun 2003 s/d 2007
Grafik 2 . Produksi dan konsumsi susu (2003 - 2007) Beberapa bulan terakhir, susu menjadi bahan pemberitaan karena naiknya harga susu dunia mengakibatkan kenaikan harp produk susu dalam negeri, termasuk harga susu di
14
tingkat peternak . Para peternak bergembira karena sudah dapat menikmati harp susu yang lebih layak, sehingga memberikan motivasi
Semiloka Nasional Prospeklndustri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas - 2020
untuk meningkatkan produksi dan kualitas susu, serta produktivitas ternak . Sudah selayaknyalah susu dijadikan salah satu komoditas strategis oleh Pemerintah. Susu adalah salah satu sumber protein hewani yang dibutuhkan generasi muda terutama pada usia sekolah.Usaha sapi perah merupakan industri peternakan berbasis perdesaan yang dapat menciptakan lapangan pekerjaan dengan resiko rendah . Hal ini dapat dibuktikan ketika terjadi krisis ekonomi yang melanda seluruh Negara di dunia pada tahun 1996-1997, usaha budidaya sapi perah masih dapat bertahan . PELUANG PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SAN PERAH Susu sebagai komoditas strategis Laju pertumbuhan penduduk yang pesat (rata-rata 1,49%/tahun) dan meningkatnya kesadaran gizi masyarakat mengakibatkan meningkatnya konsumsi susu. Hal ini merupakan indikasi bahwa peluang untuk mengembangkan industri persusuan di masa depan cukup besar . Diharapkan kebutuhan domestik terhadap susu dapat terpenuhi dengan produksi susu domestik . Kondisi tersebut diikuti dengan upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia agar dapat bersaing di era globalisasi . Meningkatnya konsumsi susu, membutuhkan penyediaan susu dalam jumlah besar. Pada tahun 2010, konsumsi susu diperkirakan akan mencapai 2 kali lipat . Apabila demikian populasi sapi perah harus meningkat 100% disertai peningkatan produktivitas sapi perah dari produksi susu rata-rata 10 liter/ekor/tahun menjadi 15 liter/ekor/hari . Sebagai sumber protein hewani yang memiliki nilai nutrisi yang spesifik, susu sangat diperlukan terutama oleh generasi muda usia sekolah . Jumlah penduduk Indonesia yang berumur dibawah 19 tahun (usia wajib sekolah) cukup besar, yaitu 38% . Dengan pertumbuhan sebesar 1,49%/tahun, maka diperkirakan pada tahun 2010 populasi bangsa Indonesia akan mencapai 240 juta, dimana 91,2 juta diantaranya adalah generasi muda usia wajib sekolah, yang memerlukan susu idealnya sebanyak 4,6 juta ton/tahun (konsumsi 1 gelas/ hari) . Sementara saat ini penyediaan susu baru
mencapai 2,1 juta ton, sehingga layaklah kiranya apabila Departemen Pertanian memasukkan susu dalam daftar komoditas strategis yang perlu mendapat dukungan. Potensi genetik ternak Bangsa sapi perah yang digunakan di Indonesia ada 2 yaitu Friesian Holstein (FH) dan persilangannya dengan populasi sekitar 374 ribu ekor . Sementara itu sapi Hissar dan Sahiwal serta persilangannya dengan FH sekitar 3 ribu ekor . Melalui intensifikasi Inseminasi Buatan yang berlangsung lebih dari 5 generasi, maka persentasi darah FH sudah lebih dari 97%, sehingga sapi-sapi persilangan FH yang ada sekarang lebih tepat disebut sapi FH . Walaupun jumlah bibit sapi perah untuk replacement sangat terbatas, namun pernyataan diatas menunjukkan bahwa sapi perah FH Indonesia memiliki potensi genetic yang cukup tinggi untuk produksi susu . Bila saat ini produksi susu rata-rata 10 liter/ekor/hari, sebenarnya dapat ditingkatkan menjadi 15 - 25 liter/ekor/hari, dengan berbagai upaya perbaikan (pakan, kesesuaian agroklimat, dsb) . Bibit sapi perah di Indonesia dapat diklasifikasikan dalam 3 kelompok, yaitu : (1) bibit dasar A yang berasal dari keturunan induk dan bapak yang mempunyai produksi susu diatas 6 .000 kg/tahun ; (2) bibit induk B yang berasal dari keturunan induk dan bapak yang mempunyai produksi susu antara 5 .000 sampai dengan 6 .000 kg; dan (3) bibit sebar C, yang berasal dari induk yang mempunyai produksi susu antara 4 .000 sampai dengan 5 .000 kg . Bibit Sapi perah yang termasuk dalam kelompok A diperkirakan kurang dari 1 % dari total populasi sapi perah di Indonesia . Kemungkinan besar kelompok bibit dasar dan induk tersebut hanya dimiliki perusahaan peternakan sapi perah skala besar di Indonesia, yang menggunakan bibit sapi perah FH impor, seperti Green Field, Fajar Taurus, dan dalam jumlah sedikit dihasilkan oleh Balai Besar Pewbibitan Ternak Unggul Sapi Perah Baturraden milik pemerintah. Sedangkan kelompok bibit sebar hanya sedikit terdapat pada peternak skala 50 sampai 100 ekor.
15
Semiloka Nasional Prospek Industri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas - 2020
Kondisi lingkungan Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas sapi perah antara lain musim, dan kelembaban, serta indeks suhu ketersediaan pakan dan air . Indonesia memiliki semua persyaratan yang diperlukan untuk berkembangnya usaha budidaya sapi perah. Kapasitas produksi dan produktivitas per ekor sapi perah di berbagai daerah bervariasi, sehingga terbuka peluang untuk meningkatkan produktivitasnya. Rata-rata sentra produksi susu di dataran tinggi Pulau Jawa memiliki agroklimat yang mendukung perkembangan sapi perah, yaitu suhu yang sejuk, supply konsentrat yang cukup (kualitas dan jumlahnya), serta air yang berlimpah . Hanya saja penyediaan pakan hijauan sudah perlu diperhatikan, mengingat luas lahan yang semakin sempit dengan meningkatnya pertumbuhan fisik (perumahan, industri, dsb) . Dataran rendah tidak menjadi penghalang bagi berkembangnya usaha budidaya, karena sapi perah FH di dataran rendah masih mampu menghasilkan susu 8-10 kg/ekor/hari, demikian pula sapi-sapi Bos indicus dan persilangannya dengan sapi FH dapat menghasilkan susu 4- 8 kg/ekor/hari . Peranan peternak dan kelembagaan Industri persusuan di Indonesia memiliki Mulai dari struktur yang sangat lengkap. dan kelompoknya, koperasi peternak susu/KUD, Gabungan Koperasi Susu Indonesia, Asosiasi Peternak (APSPI dan PPSKI), dan Dewan Persusuan Nasional . Belum lagi perguruan tinggi dan lembaga penelitian yang menghasilkan teknologi dan sarjana. Peternak yang bersatu dalam kelompok yang dinamis mempunyai peranan yang sangat besar bagi berkembangnya suatu sistem agribisnis sapi perah yang efisien . Dengan membaiknya harga jual susu di tingkat peternak, telah memotivasi mereka untuk meningkatkan skala usaha dan produksi susu . Koperasi sangat membantu peternak dalam penyediaan sarana dan prasarana produksi, pakan konsentrat, peralatan khususnya produksi, pelayanan kesehatan ternak, serta
16
mengumpulkan susu dari anggota dan menjualnya kepada IPS. Disamping itu, koperasi melalui Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) mempunyai peran dalam hal memperjuangkan kepentingan anggotanya, baik dalam memperoleh dukungan pemerintah untuk mengembangkan agribisnis, maupun dalam hal negosiasi dengan Industri Pengolahan Susu untuk memperoleh harga susu yang layak. Peranan industri pengolahan susu dan UKM Tingkat ketergantungan peternak kepada IPS sangat tinggi . Sekitar 80% dari produksi susu dalam negeri digunakan oleh Industri Pengolahan Susu sebagai bahan baku. Sedangkan 10% lagi digunakan koperasi yang memiliki usaha pengolahan susu menjadi susu pasteurisasi dan yoghurt yang dijual langsung kepada konsumen . Sementara itu 5% lagi digunakan untuk pedet, dan 5% lagi digunakan sendiri oleh peternak dan keluarganya (dikonsumsi atau dijual kepada konsumen sekitarnya). Tabel 1 . Sentra barn sapi perch di luar Pulau Jawa No. I. 2.
Provinsi Sumatera Utara Sumatera Barat
3. 4.
Riau Bengkulu
5.
Lampung
6. 7.
Kalimantan Selatan Sulawesi Selatan
8. 9.
Bali Gorontalo
Kabupaten Karo Padang Panjang Tanah Datar Kampar Rejang Lebong Kepahyang Metro Tanggamus Banjarbaru Enrekang Sinjai Karang Asem Bone Bolango
Sentra baru produksi susu Tumbuhnya sentra-sentra baru produksi susu di luar Pulau Jawa (terutama Sumatera dan Sulawesi) seperti dapat dilihat pada Tabel 1, juga memberikan peluang bagi para investor industri pengolahan susu untuk melakukan
Semiloka Nasional Prospek Industri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas - 2020
investasi disana . Investasi dapat menyediakan lapangan pekerjaan, peningkatan perekonomian di pedesaan dan mengatasi keterbatasan penyediaan lahan khusus usaha budidaya sapi perch, penyediaan pakan hijauan, serta bahan baku pakan konsentrat, yang pada saat ini merupakan salah satu kendala pengembangan sapi perah di Pulau Jawa. PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SAPI PERM YANG BERDAYA SAING DAN RAMAH LINGKUNGAN Indonesia mempunyai keunggulan komparatif sumber daya alam dan manusia, namun belum berhasil menegakkan daya saing produksi susu sehingga Indonesia sampai saat ini berada pada posisi sebagai negara pengimpor susu . Impor susu paling tidak mempunyai dua konsekuensi. Pertama, peternak sapi perah dapat kehilangan pasar konsumsi dalam negeri, setidak-tidaknya pendapatannya berkurang ; Kedua, harga susu dunia merupakan ancaman bagi peternak sapi perah karena harga susu dunia yang lebih rendah dari harga domestik, menyebabkan peternak tidak dapat memasarkan hasil susu dan peternak dapat kehilangan mata pencaharian. Sejak pemerintah mencanangkan susu sebagai komoditas strategis, maka kebijakan pemerintah untuk mengembangkan agribisnis persusuan di Indonesia adalah melalui Restrukturisasi Persusuan, dengan program dan kegiatan strategis sebagai berikut . Program peningkatan populasi Penyediaan bibit (replacement stock) sapi perah FM lokal Industri perbibitan di Indonesia belum berkembang dengan baik . Rendahnya ketersediaan bibit sapi perah lokal merupakan salah satu faktor penyebab rendahnya perkembangan agribisnis sapi perah di Indonesia. Pengadaan bibit sapi perah impor oleh pemerintah saat ini belum dapat dilaksanakan, mengingat harga bibit di negara asal sangat tinggi, sementara dana pemerintah sangat terbatas, sehingga tidak ada jalan lain kecuali melakukan upaya
pembibitan di dalam negeri dengan memanfaatkan potensi yang ada. Program perbaikan mutu genetik sapi perah dapat dilakukan melalui penyediaan bibit (replacement stock) sapi FH berkualitas unggul dengan cara memperbanyak sapi perah betina FH elit lokal . Upaya ini dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap laju kenaikan kapasitas produksi susu nasional . Sapi perah elit lokal berperan dalam perbaikan produktivitas sapi perah domestik, terutama sebagai bibit dasar. Keunggulan bibit dasar dapat memperbaiki mutu genetik, mampu mengkonversi satuan input produksi menjadi output (susu dan daging) secara efisien, dan menekan pengaruh negatif cekaman tropis, antara lain kegagalan reproduksi, penurunan produksi susu dan kematian . Percepatan peningkatan populasi bibit dapat dilakukan dengan seleksi sapi betina unggul (bibit dasar A dan bibit induk B untuk dataran tinggi, bibit sebar C untuk dataran rendah) ; mengembangkan hasil persilangan FH (produksi dibawah 4 .000 kg(laktasi) dengan sapi potong (Limousin, Simental, Brahman, dsb); dan perbanyakan populasi sapi bibit induk kualitas A, B, dan C . Salah satu sarana untuk memperoleh sapi betina maupun calon pejantan yang baik adalah melalui kontes/pameran ternak yang dilakukan oleh Asosiasi peternak . Pemilihan bibit bisa dilakukan oleh pusat pewbibitan dengan cara menyeleksi individu ternak terbaik berdasarkan pengukuran dan catatan parameter tubuh dan produksi yang tersedia. Sistem recording pada sapi perah di peternak belum berjalan dengan baik, sehingga data individu sapi yang memiliki kemampuan produksi yang tinggi dan mampu mewariskan sifat superiornya sulit diketahui, sehingga program pemuliaan sulit untuk dijalankan . Akibatnya dalam industri sapi perah di Indonesia belum ada upaya secara nasional atau regional tertentu dalam membentuk populasi sapi unggul sebagai sumber bibit. Masih sering terjadi perpindahan sapi betina produktif dari satu peternak ke peternak lain tanpa disertai dengan dokumen yang resmi dan rapih . Perlu penyuluhan khusus tentang pentingnya pencatatan data yang menyangkut: bobot lahir, pertumbuhan periode menyusui, bobot sapih, pertumbuhan pedet lepas sapih, bobot dewasa kelamin, dan produksi susu .
17
Semiloka Nasional Prospek Industri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas - 2020
Percontohan pembibitan sapi (pembesaran pedet) dalam jumlah kecil telah dilakukan di beberapa peternak skala menengah dengan dukungan dana sebagian oleh pemerintah . Penyediaan bibit yang terkoordinasi dengan baik, dengan melibatkan pihak swasta, dapat mempercepat peningkatan populasi sapi perah lokal . Terbatasnya dana pemerintah, tidak memungkinkan untuk melakukan import bibit sapi perah dalam jumlah banyak . Saat ini import bibit sapi perah membutuhkan biaya yang cukup tinggi karena harga bibit di Australia sangat mahal, ditambah dengan biaya transportasi dan tenaga ahli untuk seleksi ternak, sehingga ternak yang dibeli cenderung bukan kualitas terbaik dan tidak memenuhi target peningkatan kualitas ternak lokal. Mau tidak mau, kita harus melakukan upaya sumberdaya lokal. Untuk pemanfaatan mendukung program tersebut diatas, langkahlangkah strategis yang perlu dilakukan adalah : Revitalisasl pusat pembibitan
Satu-satunya Pusat Pembibitan milik pemerintah khusus untuk sapi perah adalah Balai Besar Pembibitan Temak Unggul Sapi Perah di Baturraden, Jawa Tengah . Pada saat ini, instansi ini baru dapat menghasilkan bibit dalam jumlah yang sangat terbatas. Menurut pengamatan IPB, diperkirakan tersedia anak sapi betina sebanyak 62 ribu ekor/tahun sebagai replacement stock . Ternak tersebut dipelihara para peternak dengan sistem pemeliharaan yang sangat bervariasi dan tidak dilakukan seleksi dengan baik, sehingga pada saat ternak mencapai masa produktif menghasilkan susu, tidak memberikan hasil yang baik . • Revitalisasi Balai Besar Perbibitan Ternak Unggul (BBPTU) dapat dilakukan melalui pengembangan peran dan fungsinya untuk membina usaha pembibitan swasta, serta meningkatkan jumlah sapi yang dipelihara melalui penjaringan temak rakyat dan pembesaran pedet. Potensi lahan BBPTU Sapi Perah Baturraden yang cukup luas, dapat menampung pedet betina dalam jumlah banyak dengan pemberian pakan hijauan dan konsentrat yang cukup baik, kualitas maupun jumlahnya. BBPTU perlu dukungan yang lebih besar untuk dapat menjaring dan membesarkan pedet
18
serta betina serta melakukan seleksi mengembangkan sistem informasi sehingga bibit yang dihasilkan dapat dijamin, karena memiliki sertifikat bibit kualitas A, B, dan C . BBPTU juga berfungsi sebagai percontohan model pembesaran pedet yang terbuka bagi para peternak yang berminat untuk magang . Replikasl BBPTU
Sebagaimana telah disampaikan diatas, maka BBPTU dapat direplikasi di beberapa daerah sentra produksi sapi perah, terutama di luar Pulau Jawa, yang memiliki potensi lahan cukup luas, seperti di Bengkulu dan Sulawesi Selatan, sehingga untuk Wilayah Sumatera dan Sulawesi, peternak tidak perlu membeli sapi perah dari Pulau Jawa . Yang dimaksud Replikasi BBPTU disini, tidak hanya instansi pemerintah pusat, tetapi juga milik pemerintah daerah, investor dan atau koperasi bersama kelompok peternak sapi pemerintah/ perah, bekerjasama dengan BBPTU yang ada. Karena sertifikasi bibit tetap dilakukan oleh pemerintah untuk menjamin mutu bibit, dan mengawasi agar tidak terjadi inbreeding.
Dukungan dana dari pemerintah terhadap usaha pembibitan yang dilakukan oleh perorangan petemak, kelompok dan atau koperasi, saat ini sudah dilakukan dalam jumlah yang sangat terbatas oleh pemerintah . Sistim pembibitan kemitraan swasta
Perusahaan swasta sapi perah skala besar, seperti Green Field dan Fajar Taurus, dapat bekerja sama dengan pemerintah dalam penyediaan bibit sapi perah . Seperti yang sudah disampaikan terdahulu, pemerintah dapat membeli bibit ternak yang berasal dari keturunan sapi import milik perusahaan. Alokasi bibit ternak dari perusahaan tidak dilakukan kepada peternak langsung, namun dikelola oleh koperasi dan atau petemak skala menengah yang memiliki kemampuan teknis maupun finansial sehingga produktivitas temak tersebut dapat dipertahankan . Untuk menghasilkan bibit dalam jumlah besar, perlu dilakukan perencanaan terutama dalam hal penyerentakan birahi dan pelayanan IB dengan menggunakan semen beku hasil sexing. Kerjasama dapat dilakukan antara lain
Semiloka Nasional Prospek Industri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas - 2020
dengan dukungan pengadaan hormon dan semen beku dari pemerintah . Progeny tesip Disamping seleksi ternak sapi betina, dilakukan juga seleksi terhadap sapi jantan melalui progeny test, dimana pejantan terseleksi akan dikirim ke Balai Besar dan Balai Inseminasi Buatan . Kerjasama Progeny test yang baik selama ini dengan perusahaan peternakan maupun koperasi sapi perah dilanjutkan dan ditingkatkan . Saat ini sapi jantan yang terjaring hasil progeny test baru mencapai 9 ekor . Penyediaan semen/embryo dan diseminasi teknologi sexing Pengembangan bibit dapat dilakukan melalui program terpadu antara Balai Besar dan Balai Inseminasi Buatan (BBIBBIB), BBPTU Baturraden, dan Balai Embryo Transfer (BET) . Dalam pengembangan dan penyebaran ternak, Balai Besar dan Balai Inseminasi Buatan atau Balai Embryo Transfer sebagai Pusat Sarana Bibit selama ini dirasakan petemak bergerak pasif, artinya BIB/BET hanya mempersiapkan dan memproduksi semen/Embryo . Paradigma ini harus diubah, yaitu melakukan bekerja sama dengan Koperasi dan asosiasi (PPSKUAsosiasi Petemak Sapi Perah Indonesia dan IDHIA) sebagai pemantau terhadap penyebaran dan pengembangan bibit ternak . Khususnya berkaitan dengan peningkatan kualitas dan individu ternak. Distribusi dan penggunaan semen beku hendaknya memperhatikan catatan distribusi dan program pembibitan yang ditetapkan oleh dinas terkait di daerah yang bersangkutan, sehingga tidak terjadi perkawinan sedarah (antar keluarga) atau inbreeding. Teknologi sexing terhadap semen beku yang dilakukan oleh BBIB Singosari sangat besar pengaruhnya terhadap peningkatan populasi sapi betina . Oleh karena itu, perlu dimanfaatkan oleh para peternak di sentrasentra produksi sapi perah, dengan dukungan dana Pemerintah Daerah .
Penyediaan dan perbaikan mutu pakan Pakan merupakan biaya terbesar dalam usaha budidaya sapi perah, yaitu sebesar 6080% . Pakan dapat mempengaruhi performans produksi dan kualitas susu yang dihasilkan, seraa tingkat reproduksi ternak . Berdasarkan rekomendasi hasil review agribisnis persusuan tahun 2007, dan upaya peningkatan populasi, maka pada tahun 2010, untuk memenuhi kebutuhan pakan, dibutuhkan lahan khusus hijauan pakan sebesar 35 .700 ha. Masih banyak sumberdaya lokal hasil ikutan agro-industri yang belum dimanfaatkan secara optimal sebagai bahan baku pakan konsentrat . Optimalisasi pemanfaatan basil ikutan agro-industri dapat meningkatkan daya dukung wilayah terhadap peningkatan populasi sapi perah dalam satu wilayah . Lebih spesifik lagi, pemanfaatan sumberdaya lokal tersebut dapat menekan biaya pakan karena harga relatif murah dan tidak bersaing dengan manusia . Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mendukung penyediaan pakan adalah sebagai berikut : a. Penyediaan informasi tentang lokasi ketersediaan pakan hasil ikutan agroindustri, dan kandungan nutrisi dari bahan baku pakan tersebut . Selain itu, juga informasi tentang jenis, jumlah, kualitas, tingkat pemakaian, dan harga bahan baku pakan sapi perah perlu disediakan dan terdokumentasi dengan baik, sehingga dapat diakses dengan mudah oleh pelaku bisnis . b . Teknologi pengolahan dan penyimpanan bahan baku pakan tersebut, mengingat hasil ikutan agro-industri mempunyai sifat kandungan air yang tinggi, kualitasnya bervariasi, kadar serat kasar yang tinggi dan daya cerna yang rendah, volumenya besar serta (bulky), penyediaannya tidak terkonsentrasi sehingga membutuhkan transportasi . c . Pemanfaatan lahan untuk produksi pakan hijauan melalui model integrasi tanaman - ternak, yang dapat dilakukan oleh peternak bersama perusahaan perkebunan (PTPN) dan atau kehutanan (PERHUTANI) . d . Pengembangan sentra-sentra lumbung pakan diupayakan setara dengan upaya
19
Semiloka Nasional Prospek Industri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas - 2020
pengembangan tanaman pangan, dengan memperhatikan kebutuhan pakan hijauan dan pakan konsentrat di daerah yang bersangkutan . . e Pembangunan pabrik-pabrik pakan mini di koperasi dan atau di kelompok peternak, terutama pada sentra produksi pakan, dengan dukungan fasilitas mesin dan gudang .
penyakit dan harus terkena dimusnahkan. Dalam hal pengendalian dan pencegahan penyakit yang disebabkan peningkatan produktivitas ternak (Mastitis, Brucellosis dll .) sapi perah, Indonesia juga mengadakan kerjasama teknis dengan negara lain, khususnya Pemerintah Jepang melalui JICA, yang dimulai pada bulan April tahun 2008, untuk periode 3 tahun .
Manajemen kesehatan hewan Program pemberdayaan peternak Dalam usaha agribisnis sapi perah, selain faktor bibit dan pakan, faktor yang sangat mempengaruhi produktivitas ternak adalah kesehatan ternak . Status kesehatan ternak yang masih rendah menyebabkan rendahnya tingkat produksi, tingginya kematian, dan rendahnya angka kelahiran. Kesehatan lingkungan ternak yang masih rendah menyebabkan temak rentan terhadap penyakit menular strategis . Sampai saat ini masalah penyakit yang masih sering dihadapi adalah Mastitis dan Brucellosis . Menurut hasil review agribisnis persusuan kerugian ekonomi yang tahun 2007, diakibatkan Mastitis dapat mencapai 569,3 milyar rupiah per tahun, sedangkan kelalaian Brucellosis menyebabkan pengendalian kerugian ekonomi sekitar 138,5 milyar rupiah per tahun. Dalam proses pemeliharaan sapi perah, sistim pengawasan kesehatan dan pengendalian penyakit hewan mutlak diperlukan, dan sangat mendukung usaha pencapaian target produksi dan kualitas susu yang lebih baik. Program kesehatan sapi perah yang perlu didukung pemerintah adalah : melalui a. Pemberantasan Brucellosis penerapan uji cepat Brucellosis pada seluruh ternak, yang didukung dengan fasilitas test kit. b. Pengurangan pengaruh negatif Mastitis dengan dukungan fasilitas pengujian secara massal dan reguler pada sentrasentra produksi . c . Penerapan sistem peringatan dini adanya penyakit untuk menghindari terjadinya penyebaran penyakit . pelayanan d. Pengembangan pusat kesehatan terpadu pada sentra produksi temak. penjamin atau e . Penyediaan dana pengganti untuk sapi yang dinyatakan
20
Pembinaan kawasan agribisnis agribisnis bertujuan Pengembangan meningkatkan nilai manfaat, nilai tambah dan daya saing produk peternakan dan mencapai Pengembangan agribisnis kemandirian . mencakup pengembangan usaha budidaya skala kecil, skala menengah dan skala besar . Usaha budidaya skala kecil sebagian besar dimiliki petani peternak yang merupakan fondasi peternakan di Indonesia untuk semua jenis ternak, karena mempunyai peran besar dalam ketahanan pangan dan kesejahteraan peternak. Sesuai dengan bentuk, sistem produksi dan kelemahan-kelemahannya maka strategi pengembangan agribisnis dilakukan dengan pendekatan wilayah . agribisnis adalah Pengembangan membangun secara simultan empat subsistem agribisnis dengan basis pengembangan ternak dan petemak merupakan fokus . Agribisnis adalah dengan pendekatan wilayah suatu wilayah geografis memperlakukan tertentu sebagai kawasan usaha peternak kecil . Fungsi pemerintah dalam wilayah itu adalah mengelola semua agribisnis yang ada dalam wilayah itu dengan terpadu . Sub sektor Peternakan merupakan salah satu agribisnis dalam wilayah itu yang akan terkait dengan agribisnis tanaman pangan, perkebunan dan hortikultura. Dengan demikian pendekatan wilayah adalah mengintegrasikan berbagai agribisnis dalam wilayah dan masing-masing agribisnis akan mengembangkan pula keempat subsistem agribisnis baik horizontal maupun vertikal . Pendekatan ini diterapkan dalam usaha mengelola input dan output agribisnis keseluruhan, sehingga tercapai peningkatan efisiensi, manfaat dan nilai tambah .
Semiloka Nasional Prospek Industri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas - 2020
Pengembangan model kluster Dalam satu kawasan usaha dapat dikembangkan model kluster/spesialisasi . Beberapa kelompok peternak (Gabungan Kelompok Tani/GAPOKTAN), masing-masing melaksanakan usaha budidaya yang saling terkait satu sama lain dalam suatu sistem agribisnis . Keterpaduan usaha budidaya tersebut akan meningkatkan efisiensi usaha, meningkatkan daya saing, melepaskan ketergantungan dari perusahaan besar, dan mempercepat tumbuhnya kemandirian kelompok. Usaha budidaya yang dapat dikembangkan dalam model ini antara lain : a. Pembesaran pedet sapi betina untuk menghasilkan sapi dara bunting b . Penggemukan pedet sapi jantan untuk menghasilkan sapi potong c . Pemeliharaan sapi pasca laktasi untuk pemulihan kesehatan ternak d . Pabrik pakan konsentrat yang menghasilkan pakan konsentrat untuk berbagai tingkatan umur dan produksi . e . Pemeliharaan sapi laktasi untuk menghasilkan susu segar f. Budidaya tanaman jagung dan atau rumput gajah/raja untuk produksi pakan hijauan kotoran untuk g . Pengolahan menghasilkan pupuk organik . h . Pengolahan susu sederhana (pasteurisasi, yoghurt, dsb) dengan mempertimbangkan selera konsumen . Model ini mulai dikembangkan di beberapa daerah, khususnya di Sukabumi, Jawa Barat, yang memperoleh dukungan penuh dari Pemerintah Daerahnya, terutama pada aspek pemasaran susu, melalui Program Gerimis Bagus nya . Model ini dapat dikembangkan pada kawasan yang didominasi peternakan sapi perah, dengan agroklimat yang mendukung . Pembinaan kelembagaan peternak Salah satu upaya untuk meningkatkan pendapatan peternak adalah meningkatkan produktivitas ternak dan menekan biaya serendah mungkin, atau melakukan usaha efisiensi baik secara teknis maupun biaya . Perbaikan industri sapi perah mencakup
seluruh simpul agribisnis yakni peternak, koperasi, dan pemasaran . Perbaikan ditingkat peternak adalah teknologi dan manajemen . Peran Koperasi adalah membantu Peternak meningkatkan skala usaha dari 1-5 menjadi 7 10 ekor, meningkatkan efisiensi usaha, diversifikasi usaha dan produk . Usaha diversifikasi yang dilakukan koperasi seharusnya berkaitan langsung dengan kebutuhan pengembangan usaha peternakan sapi perah rakyat. Jika koperasi melaksanakan pembenahan pembukuan dan manajemen serta meluruskan penggunaan dana SHU sematamata untuk meningkatkan pelayanan kepada peternak khususnya memecahkan masalah yang tidak bisa diselesaikan peternak maka diharapkan para peternak akan meningkat pendapatannya 30 persen dari yang ada sekarang . Koperasi harus merubah paradigma pemerataan menjadi pendorong peternak untuk berkembang . Peran GKSI di tingkat pusat sebaiknya membangun unit-unit pembibitan sapi perah dan atau pembesaran pedet, dengan bantuan dana pemerintah dan bank serta saham-saham koperasi sapi perah di Indonesia. Dengan paradigma semacam itu maka koperasi harus mengurangi karyawan sebanyak 80 persen, menghentikan kegiatan-kegiatan yang tidak ada kaitannya dengan usaha sapi perah anggota, menghentikan akumulasi modal dan memberikannya kepada peternak sehingga peternak meningkat pendapatannya . Perbaikan mutu susu akan meningkatkan pendapatan peternak sekitar 30 persen dari yang ada sekarang . Namun demikian, perbaikan mutu susu selain tergantung kepada peternak, juga kepada koperasi, karena mutu susu ditentukan pakan yang diberikan (yang sebagian besar disediakan oleh koperasi), cara pemerahan dan cara penampungan oleh koperasi, dan cara pengiriman susu ke IPS . Oleh karena itu perbaikan mutu susu harus dilihat dari keseluruhan sistem penanganan susu. Pemerintah membantu koperasi dalam hal penyediaan peralatan yang dibutuhkan mulai dari pengumpulan susu, pendinginan, dan transportasi susu ditingkat koperasi dan atau di tingkat kelompok . Jika memungkinkan, koperasi yang sudah lebih maju, dapat difasilitasi untuk dapat mengolah susu menjadi berbagai produk dengan kualitas yang baik .
21
Semiloka Nasional Prospek Industri Sap! Perah Menuju Perdagangan Bebas - 2020
Salah satu upaya untuk mendorong peternak meningkatkan kualitas susu adalah sistem penghargaan (reward system) yang diterapkan pada saat susu dibeli IPS, dan peningkatan daya serap susu melalui gerakan minum susu segar. Selain itu, diperlukan kebijakan penetapan harga dasar (farm-gate price) dan rasio harga susu lokal impor . Kebijakan bersama antara Departemen Pertanian dan Departemen Perdagangan diperlukan dalam upaya pencapaian harga susu segar dalam negeri minimal sebesar 80% dari harga susu internasional, agar petemak memperoleh insentif untuk meningkatkan populasi dan produktivitas sapi perah . Fasilitasi akses terhadap pembiayaan Pemerintah mempunyai dana untuk membantu para peternak dan koperasi meningkatkan usaha. Dana pemerintah yang bisa dimanfaatkan dan dikembangkan oleh lain untuk kelompok petemak antara meningkatkan populasi sapi induk, membeli peralatan, membangun unit biogas, serta menanam rumput unggul . Untuk memperoleh dana sosial, harus jelas penggunaan dana tersebut untuk perguliran ternak, baik dalam lingkup kelompok petemak, maupun peternak disekitar kelompok yang bersangkutan . Pemerintah juga menyediakan dana pinjaman lunak melalui Bank, dengan bunga dibawah 10%, dan atau 3-5% dibawah bunga komersil . Untuk memperoleh dana pinjaman tersebut tidak mudah, karena harus memenuhi persyaratan perbankan, antara lain adanya penjamin. Harus ada upaya dari pemerintah, koperasi/GKSI untuk melakukan pendekatan kepada perusahaan besar peternakan sapi perah atau IPS untuk menjadi pihak penjamin (avalis) . Perlu sosialisasi agar perusahaan berminat melakukan kerjasama dengan kelompok petemak yang berpotensi untuk mengembangkan agribisnis persusuan. membantu penyusunan Pemerintah proposal untuk memperoleh bantuan kerjasama dengan Negara lain (Belanda dan Jepang), beberapa diantaranya sudah dapat kerjasama teknis direalisasikan, yaitu penerapan teknologi budidaya, penanganan penyakit reproduksi dan metabolisme, serta dana untuk pengembangan kawasan agribisnis
22
persusuan (Second Kennedy Round/SKR dari Jepang) di Bengkulu. KESIMPULAN DAN PENUTUP Segala upaya perlu dilakukan untuk mengembangkan usaha agribisnis persusuan di Indonesia mengingat susu merupakan pangan hewani yang sangat diperlukan bagi generasi muda untuk membangun tubuh yang sehat dan berkualitas . Selain itu usaha agribisnis persusuan dapat meningkatkan daya saing sekaligus pendapatan peternak, menyediakan membangun usaha lapangan pekerjaan, budidaya yang ramah lingkungan sekaligus mengatasi masalah keterbatasan BBM . Dengan niat yang baik dari seluruh pemangku kepentingan, bukan suatu hal yang mustahil apabila pada tahun 2020, kita dapat membalikkan rasio impor dan produksi susu dalam negeri dari 70% :30% menjadi 30%:70% .