SeminarNasional Peternakan don Veteriner 1998
PEMBANGUNAN INDUSTRI SAPI PERAH DALAM MENGHADAPI KRISIS EKONOMI DAN ERA PERDAGANGAN BEBAS ENDANG SUHARYA
Gabungan Koperasi Susu Indonesia Jalan Prof. Dr. Soeponio, SH., No . 178, Jakaria 12870
PENDAHULUAN Pembangunan industri sapi perah berbasis peternakan rakyat dalain wadah koperasi telah diawali pada talitin 1979, sampai saat ini telah niencapai usia 20 talutn . Penibangunan usalia sapi perah tersebut dilaksanakan dengan pola kredit koperasi yang dijamin oleh Pentm Pengembangan Kredit Koperasi, Departemen Koperasi . Kenuidian clikenibangkan dengan Pola Kredit KKPA (Kredit Koperasi Pada Anggota) yang dijamin oleh aset/milik para peternak sendiri, sedangkan koperasi berperan sebagai fasilitator saja . Pemerintah dalani pembangunan persusuan di Indonesia memberikan dorongan yang besar dengan ditetapkannya kebijaksanaan pengaturan impor bahan baku susu yang dikaitkan dengan kewajiban nienyerap Susu Segar Dalam Negeri (SSDN) melalui mekanisme Bukti Serap (BUSER) yang dinyatakan dengan Surat Keputusan Bersama Tiga Menteri (SKB Tiga Menteri/tahun 1982). Kebijaksanaan tersebut yang kemudian dikenal dengan kebijaksanaan rasio susu, selanjutnya dikukulikan dengan INPRES No. 2 talitin 1985 . Adanya kebijaksanaan pengaturan tataniaga susu dengan mekanisme BUSER atau rasio susu seiring dengan berlakunya persetujuan GATT Uruguay Round lianis disesuaikan . Sebagai upaya agar Indonesia siap memasuki perdagangan bebas komoditi susu, inaka pada bulan Januari 1994 antara Pemerintah Indonesia clan Selandia Barn (NZ) dilaksanakan diskusi bilateral mengenai tataniaga susu dalam konteks GATT Uruguay Round . Disepakati untuk mengganti kebijaksanaan BUSER/rasio susu yang nientpakan kebijaksanaan Non Tarif dengan kebijaksanaan Tarif sepuluh talitin sejak talitin 1995 . Dengan kesepakatan itu maka perdagangan bebas komoditi susu dinuilai pada talitin 2005. Nannin, pada inedio talitin 1997 krisis nioneter (Krismon) nielanda kawasan Asia terniasuk Indonesia . Dalam upaya mengatasi Krismon telah disetujui kesepakatan Pemerintah RI dan IMF yang dituangkan dalant Letter ofIntenl. Selanjlunya mengenai persusuan ditetapkan INPRES No 4/talutn 1998 yang intinya niengliapus pengaturan tataniaga susu (Inpres No. 2/talum 1985) dan dengan demikian maka tataniaga susu dibebaskan . SITUASI PERSUSUAN NASIONAL DAN DUNIA Persusuan nasional Sampai dengan akhir semester II talitin 1997, rasio susu adalah 1 :l,6, dengan rincian seperti tercantum pada Tabel 1 . Kesepakatan alokasi serap SSDN semester I 1997 adalah : (1) Indomilk 155 ton/hari, (2) FVI clan FI 240 ton/hari, (3) Ultra Jaya 60 ton/hari, (4) Sari Husada 55 ton/hari, (5) Neestle Indonesia 385 ton/hari, dengan rasio susu 1 :1,7
27
SeminarNasionalPeternakan dan Veteriner 1998
Untuk Semester II 1997 dalam segi produksi ada penuntnan, sehingga rasio susu menjadi
1 :1,6 . Prodnksi susu pada tallun 1998 lnengalatni penuntnan, tenitatna di Jabar dari 380 ton/hari
pada tahun 1997 menjadi 330 ton/hari (s/d bulan Juli 1998). Harga SSDN yang diterinla IPS mulai
Juli 1998 mengalami kenaikan dari Rp 850,- menjadi Rp 1 .100,- per kg dengan kualitas TS = 11%. Alokasi penyerapan SSDN olelt IPS semester I dan II talntn 1997 (ton/liari)
Tabel 1.
Kapasitas Serap
Nama IPS
SSDN
Alokasipenyerapan usulan alokasi GKSI DKl/ Jabar
Jateng/ DIY
Jatim
GKSI 150 245
Indomilk
150
125
10
15
FV 1 clan F1
250
210
35
Ultra Jaya
60
55
-
_
-
40 45
360
Sari Husada
40 500 FSI/Neestle Indonesia .. . . . . . . . . ..... . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . .1 .......... . :000
.
Alokasi serap semester 11997
-
Tim
Realisasi serap semester II 1996
IPS
157
152
55
280 58
238 60
40 405
42 425
152 257 55
53 42 365 422 . . . . . . . .... . .3~. . . . . .. ... . . . . ... . . . . . ... . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . ... .. . . . . . . ' .375' R95 " .962 . .68 .28' .380
Persusuan dunia Persusuan dunia menurut seperti terlillat pada Tabel 2 . Tabel 2.
International Dairy Federation
(IDF) pada talntn
1997 adalah
Produksi susu dunia 1991
1996
Susu Sapi (Mt.)
472,8
466,3
466,6
1 . Atnerika Utara
82,2
86,0
87,1
2. Amerika Selatan
24,3
33,4
34,1
3 . Asia
41,3
48,3
49,9
129,0
126,6
126,5
4 . Eropa Barat
(Centrale and East European Community)
1997
Vbrecase)"
Asal susu
34,9
28,5
28,9
6. CIS
81,2
56,9
53,3
7. Oseania
15,1
19,5
19,9
Susu Kerbau
44,1
51,9
53,6
1 . Asia
41,5
49,0
50,7
Susu Kambing
9,8
10,3
10,1
Susu Doinba
8,0
7,7
8,0
5 . CEEC
Lain-lain Total
1,2
1,4
1,2
536,0
537,6
540,0
PEMBANGUNAN PERSUSUAN NASIONAL Agribisnis persusuan nasional sejak Inpres No . 2 talntn
1985 telah berjalan . Inpres No . 2
talntn 1985 yang nienipakan Nvadall koordinasi pembinaan dan pengcnlbangan -persusuan nasional,
28
Seminar Nasional Peternakan don Veteriner 1998
lingkup tugasnya adalah meningkatkan : (1) procluksi clan higienis susu, (2) pengolahan, (3) pemasaran, (4) konsuntsi . Dalam kenyataannya pelaksanaannya hanya berfokus pada pemasaran, dengan mekanisme rasio yang menjacli inti kegiatan. Dengan lahirnya Inpres No. 4 talutn 1998 dimana rasio susu/BUSER diliapus clan kita meniasuki perdagangan bebas, maka komoditas susu SSDN harus mampu bersaing dengan susu impor baik dari segi harga, jumlah clan kualitasnya . Untuk mentenangkan persaingan global, seclikitnya ada 3 (tiga) faktor yang hanis mendapatkan perhatian, yakni : (1) Peningkctan efisiensi dalam bidang budidaya, pasaa panen, pengolahan dan juga pemasaran clan distribusi, (2) Peningkctan mutu clan pengembangan citra produk susu segar, (3) Pengembcngan informasi teknis pasar. Faktor pertama dan kedua akan berpengaruli langsung terhadap keunggtilan kompetitif clan daya saing produk SSDN di pasar domestik tapi mungkin juga pasar internasional . Faktor ketiga menipakan upaya mituk membuka peluang pasar di dalam negeri atau di tingkat internasional. Untuk mewttjudkan efisiensi di bidang budidaya kita hams meningkatkan produktivitas per ekor sapi perch . Peternakan sapi perah yang mempakan peternakan rakyat hams juga menipakan usaha peternakan yang clapat diandalkan yang dapat memberi manfaat kepada peternak clan juga terjaminnya bahan baku susu bagi IPS . Dengan faktor input yang malial maka sapi perah kita hams mampu menjawab pendekatan : High input -> High Output . Jadi dalam pelaksanaan pembangunan persusuan nasional 1.
Yang pertama hanis diwtijudkan adalah kegiatan pembibitan dengan teknologi IB clan semen dari sapi elite. Kegiatan pembibitan yang akan dilaksanakan clapat digambarkan dalam bagan Lampiran 1 s/d 5 . Untuk keperluan kegiatan pembibitan, GKSI bckerjasama dengan LIM clan CCA pada talutn 1999 akan menerima bantuan semen sebanyak 10.000 dosis dari LIM clan 30.000 dosis dari CCA . Yang jadi masalah adalah pedet sapi perah yang lahir dari semen impor ini sebagian besar tidak dipelihara para peternak, baik untuk meningkatkan skala usahanya maupun mituk menggami sapi perah yang relatif suclah tua. Untuk mengatasi masalah tersebut perlu adanya kegiatan menampung peclet-peclet yang merupakan usaha bersama antara GKSI clan koperasi primer/KUD anggota GKSI maupun dengan swasta (IPS).
2.
Peningkctan skala usaha dari para peternak clan kopcrasi/KUD-nya agar biaya clapat ditekan . Peningkatan skala usaha di lingkungan para peternak untuk mencapai skala yang ekonomis dan clapat memberi pendekatan yang layak perlu cliwujudkan . Demikian pula mengenai spesialisasi usahanya, apakah sebagai produsen susu atau sebagai pcmbibiUpcnangkar bibit. Untuk perbandingan disajikan peningkatan skala usaha sapi perah di Jepang sepcrti Lampiran . Apabila hal ini perlu diNwjudkan maka skenarionya disajikan dalam Lampiran . Dalam hal ini cliperlukan pendekatan teknologi peternakan clan veteriner untuk menunjang bcrhasilnya sclunih kegiatan yang berkaitan dengan pembibitan clan peningkatan skala usalia clan spesialisasi usaha .
3.
Peningkatan SDM. Untuk kegiatan budidaya, para peternak, pettigas, pengimis KUD perlu menclapat pelatilian. Bagi para peternak melalui proyck JICA telah clibangun tempat latilian para peternak dalam rangka Dah-v Technok~gv Impt,ovement at Farmer Leve/. Juga dengan bantuan CCA termasuk petugas koperasi clan pengunis koperasi .
Kegiatan yang juga sangat penting dalam peningkatan produktivitas clan meningkatkan kemampuan bersaing, adalah dalant bidang pakan. Sapi perah adalah liewan mminansia, jadi pakan utamanya adalah pakan hijauan . Saat ini pakan hijaun yang diberikan kepada sapi perah
29
Seminar NasionalPeternakan dan Yeteriner 1998
laktasi maupun tidak adalah rumput, baik nunput budidaya maupun lapangan . Leguminosa sangat langka disediakan . Ransum konsentrat menipakan substitusi leguminosa, tetapi saat ini harga bahan bakunya sangat mahal. Hal ini merupakan masalah, yang mungkin dapat diatasi dengan pendekatan bioteknologi, seperti mikroba rumen, dll . Apabila ini dapat digunakan maka pendekatannya adalah spesialisasi usaha . Jadi dapat dibangun semacam pabrik pakan yang mengolah dan mengepak pakan hijauan dengan penggunaan bioteknologi untuk jadi balian baku pakan bagi konsentrat koperasi/KUD . Seminar ini diharapkan akan dapat memberi rekomendasi untuk hal ini . Tabel 3.
Penibahan skala usaha sapi perah di Jepang
Tahun 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994
Pemilikan sapi perah (ekor) 14 23.400 19 .500 16.700 14 .700 12.600 11 .100 9 .780 8 .820 7.270 7 .920 -
5-9 21.00 18.500 17.000 15.500 14.100 12.900 12.100 11 .100 10.10 8.810 13 .600 11 .200 11 .170 9.760
Keterangan : ( ) = jumlah petemak
10-19 22.930 22.740 21 .540 20.280 19 .130 18.230 17.030 16.220 15.300 12.670 12.120, 10 .950 9.840 8 .560
20-29 13.500 13.500 13.500 12.800 12.600 12 .100 12.3W 12.0(H1 11 .600 10.160 10.100 9.460 8.800 8.260
30-49 12 .(K)0 12.6(H) 13.100 13.900 14.100 14.100 13.900 13.800 13.900 13'.290 13.79R 13.150 13 .200 12.790
>50 3 .140 (95 .970) 3.310 (90. 130) 3.360 (85.200) 3.690 (80.870) 3.970 (76.400) 4.130 (72 .560) 4.250 (69.360) 4.220 (66.160) 4.410 (62 .580) 5.330 (58 .190) 6.320 (55 .930) 6.900 (51 .660) 7.510 (50.520) 7.990 (47.250)
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1998
Lampiran 1.
Diagram pembangtinan persusuan nasional menglladapi krisis moneter dan era perdagangan bebas
Persusuan Nasional
Era Perdagongan Sebas
i
Daya Saing . -Produktn vi tas i >KmlotaMEf , swn
Lampiran 2.
Diagram usalia bersama perbibitan PEMBE5A RAN 12-IB bt
Wk PEIIABESA RAN bbln 12bln
KOP/ r KU D
MOMEM XMMI
K .KOPERASI
31
SeminarNosional Peternakan don Vetertner 1998
Lampiran 3.
Diagram komposisi usaha peternakan sapi peralt rakyat
Lampiran 4.
Skala usalia peternakan sapi perch di Jepang
1-4 = 7 .920 . 5- 9 =9.760 . JMI =17.680 1'olerlulk 1-4 14 5-9 I :ko 17 -680- . 10-19 20-21) 30-41) > 50
32
= 8.560 = 8.260 =12.71x) = 7AB()
SeminarNasionalPeternakan dan Veteriner 1998
Lampiran 5.
Skencrio peningkatan skala usaha sapi perah peternakan rakyat dalam wadah koperasi PN%mak
+4(3~~
i
Bosom BONNE: 1698
1M
2000
2001
2002
2008
I
F
i 2004 2006
2006
TANYA JAWAB Anneke Anggraeni : Mutasi pada usaha sapi perah cepat sekali terjadi karena peternak memiliki sapi 3-5 ekor. Bagaimanakah tindakan GKSI terhadap sapi-sapi yang teridentifikasi berproduksi baik. Rekayasa perlu disesuaikan dengan potensi yang ada, dimana sapi superior dipelihara dengan input yang tinggi sedangkan sapi menengah jika diberi input tinggi mungkin menjadi kurang ekonomis. Endang Suharya : Sapi superior yang memerlukan input yang tinggi juga liarus disesuaikan dengan kondisi pemeliharaan, misalnya dipelihara di daerah dengan ketinggian tertentu. Rekayasa sosial dapat dilakukan dengan membentuk kelompok-kelompok ternak untuk membuat usaha bersama dan dibuat saham . Ashari : Bangsa sapi perah yang dimiliki adalah FH dcn Grati, ada jenis sapi di Sumbawa dari kelompok Zebu yang mempunyai dwi guna, dimana mempunyai potensi sebagai ternak kerja dcn air susunya diperah dcn ditampung di pabrik permen, sapi ini beradaptasi baik dengan lingkungan. Sapi potong di jawa untuk rnasa yang akan datang lebili berbasis sapi perah . Pengembangan daerah baru untuk sapi perah perlu dipikirkan di daerah mana. Endang Suharya : Mengenai bangsa sapi di Indonesia ada 2 pemikiran, yakni sapi FH yang murni ditingkatkan kemurniannya dengan IB sapi FH murni (dari Jepang dan Kanada), sedangkan sapi Grati dan Zebu yang berpotensi tetap dilestarikan. Untuk masa depan mungkin bisa dicoba persilangan antara sapi Bali dan FH, dimana sapi Bali terkenal dengan adaptasi lingkungannya yang tinggi . Daerah baru pengembangan sapi perah diarahkan ke daerah transmigrasi, talum depan direncanakan dikembangkan di Muara Enim. 33