DAMPAK PENERAPAN STANDAR KUALITAS SUSU TERHADAP KINERJA USAHA KOPERASI SUSU DI KABUPATEN BANDUNG (The Effect of Milk Quality Standard Implementation to the Milk Cooperative Capability in Bandung District) DEDI SUGANDh, BUDIMAN', dan RoCHADI TAwAF2 'Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat 2Fakultas Peternakan Universilas Pad]adjaran
ABSTRACT Development of dairy cattle business were stagnant after regulation of milk quality standard issued by milk processing industry (IPS) to milk cooperative. Cooperative business were intrupted, ever through some still survived. Therefore, one assessment were conducted to find out the impact of IPS regulation to cooperative business performances in Bandung Regency, West Java, from the end of 2007 to beginning of 2008 . The methods were survey to three categories of milk cooperatives : big, medium, and small . The analysis showed that the quality standard implementation by IPS could trigger technical capability of dairy cattle farmer and business performances . The cooperatives were able to implement the milk quality standard : dry weight material value, and fatty concentrate, while the amount of bacteric still below standard . Negative effect of IPS quality standard implementation, were overcome through internal management improvement and better services to members. It is recommended that the implementation of IPS quality standard to cooperative should be conducted gradually (step by steps) to minimize the losses of dairy cattle farmers . Keywords : Quality, performances, cooperative, and dairy milk ABSTRAK Perkembangan sektor usaha sapi perah di Indonesia mengalami stagnasi, terutama setelah adanya aturan pemberlakuan persyaratan kualitas susu oleh industri pengolah susu (IPS) kepada koperasi . Stabilitas usaha koperasi mengalami gangguan, namun masih ada beberapa koperasi yang mampu bertahan . Untuk itu dilakukan suatu kajian untuk mengetahui tentang dampak penerapan persyaratan IPS terhadap kinerja usaha koperasi dilakukan di wilayah Kabupaten Bandung, Jawa Barat, pada akhir tahun 2007 hingga awal tahun 2008. Penelitian ini dilakukan dengan metode survey terhadap beberapa koperasi susu yang dikelompokkan dalam tiga kriteria yaitu besar, sedang dan kecil . Hasil analisis menunjukan bahwa penerapan standar kualitas susu oleh IPS dapat menjadi pemicu bagi peningkatan kcmarnpuan teknis peternak dan kinerja usaha koperasi. Koperasi telah mampu menerapkan persyaratan kualitas susu yang terdiri dari nilai kadar bahan kering, bahan kering tanpa lemak, dan kandungan lemak, sedangkan untuk jumlah kuman dalam susu masih di bawah standar. Dampak negatif yang timbul akibat penerapan standar kualitas susu oleh IPS terhadap koperasi dapat diatasi melalui pembenahan mananjemen internal dan peningkatan layanan pada anggota . Disarankan, penerapan standar kualitas susu oleh IPS terhadap koperasi dilakukan secara bertahap dalam upaya meminimalkan kerugian peternak sapi perah rakyat . Kata kunci : Kualitas, kinerja, koperasi, dan susu
PENDAHULUAN Pembangunan industri sapi perah di Indonesia tidak dapat terlepas dari peran koperasi sebagai wadah pembinaan dan pelayanan bagi anggota dalam hal penyedia sarana, penanganan dan penyaluran hasil,
456
sehingga keberadaan koperasi betul-betul merupakan tulang punggung dalam pembangunan peternakan sapi perah rakyat. Hal ini dapat dilihat dari keberhasilan dalam meningkatkan produksi susu lokal pada periode 1989-1994 hingga menyamai volume bahan baku susu impor oleh kalangan industri
Semiloka Nasional Prospek lndustri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas - 2020
pengolah susu (IPS) pada rasio 50 : 50 (DINAS PETERNAKAN, 2007). Namun selama periode sepuluh tahun sejak dicapainya rasio tersebut, perkembangan usaha ini mengalami stagnasi, sehingga untuk memenuhi permintaan produk susu yang terus meningkat terpaksa harus dipenuhi oleh bahan baku asal impor . Pada tahun 2001, dilaporkan bahwa kontribusi produksi susu lokal hanya mampu memenhi 30% dari kebutuhan nasional (DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN, 2001 dalam DINAS PETERNAKAN, 2007). Kondisi ini lebih diperparah oleh pemberlakuan persyaratan kualitas susu oleh IPS kepada koperasi pada tahun yang menetapkan syarat minimal harus sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh GKSI (GABUNGAN KOPERASI Susu INDONESIA, 1995). Persyaratan tersebut adalah nilai berat jenis 1,028, kadar total nilai bahan kering atau Total Solid (TS) berkisar antara 1118%, bahan kering tanpa lemak atau Solid Non Fat (SNF) minimal 7,8%, kandungan lemak (Fat) antara 3,2-3,5% dan jumlah kandungan kuman dalam susu (TPC) dibawah 10 juta/mililiter susu (HERMAWAN, 2003) . Berdasarkan nilai-nilai persyaratan tersebut, dapat ditentukan harga susu yang akan diterima oleh koperasi . Apa bila temyata kualitas susu berada diatas ketentuan yang disyaratkan, maka akan mendapat harga diatas harga standar, namun apa bila kualitas susu berada dibawah standar yang ditentukan, maka akan mendapat harga di bawah harga standar, atau ditolak sama sekali oleh pihak IPS . Ketentuan tersebut sebetulnya masih dibawah Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-3141-1998 yang mensyaratkan nilai SNF minimal 8%, dan jumlah kuman terkandung maksimal I juta/ml susu (h ttp ://www.win2pdf com, 2008) . Sejak saat itu stabilitas usaha koperasi sebagai tulang punggung pembangunan industri petemakan sapi perah rakyat mengalami gangguan, bahkan terdapat sebelas koperasi di Jawa Barat yang mengalami stagnasi hingga tidak dapat melakukan kegiatan usahanya (GKSI, 2003) . Meningkatnya harga susu akhir-akhir ini mengakibatkan sebagian petemak anggota koperasi ada yang menjual basil produksinya melalui jalur non koperasi dengan alasan harga jual lebih tinggi dibanding dengan harga yang ditetapkan oleh koperasi . DINAS PETERNAKAN PROPINSI JAWA BARAT (2003) menyatakan bahwa produksi susu di Jawa Barat pada tahun
2003 sebanyak 207 .854 ton, sedangkan GKSI menyampaikan hal tersebut sebesar 152 .805 ton . Perbedaan jumlah produksi sebesar 55 .049 ton (26% dari total produksi) diduga merupakan jumlah susu yang dijual melalui jalur non koperasi. Namun demikian ternyata masih ada koperasi yang mampu bertahan, bahkan seolah-olah tidak terpengaruh oleh kejadian yang sedang berkembang . Hal ini mendeskripsikan adanya fenomena menarik untuk dikaji, khususnya tentang knerja koperasi susu yang hingga saat ini masih mampu bertahan dan tetap melakukan usaha dalam bidang usaha peternakan sapi perah rakyat . METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan di wilayah Kabupaten Bandung pada akhir tahun 2007 hingga awal tahun 2008, menggunakan metode survey terhadap koperasi susu dengan kriteria besar, sedang, dan kecil . Kriteria tersebut didasari pada ketentuan sebagai berikut: (1) Koperasi besar adalah koperasi yang dalam jangka waktu dua tahun terakhir menunjukan jumlah anggota aktif lebih dari 5 .000 orang peternak, (2) Koperasi sedang adalah koperasi yang dalam waktu dua tahun terakhir memiliki jumlah anggota aktif antara 1 .000 - 5 .000 orang peternak, dan (3) Koperasi kecil adalah koperasi yang dalam dua tahun terakhir memiliki anggota aktif kurang dari 1 .000 orang peternak. Berdasarkan data yang diperoleh dari Kantor GKSI Jawa Barat (2003), terpilih Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Lembang mewakili koperasi dengan kriteria besar, KUD Sarwa Mukti Cisarua mewakili koperasi dengan kriteria sedang, dan KUD Pasir Jambu mewakili koperasi dengan kriteria kecil . Pengamatan dilakukan terhadap karakteristik dan kinerja koperasi yang dicerminkan dari perkembangan jumlah anggota, dan jumlah populasi temak, kapasitas produksi, serta kualitas susu yang dihasilkan . Kinerja usaha koperasi dilihat dari data perkembangan neraca keuangan tahunan dan hasil analisis rugi laba usaha . Data yang diperoleh ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif.
457
Semiloka Nasional Prospek Industri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas - 2020
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik koperasi terpilih Karakteristik koperasi susu dalam penelitian ini dilihat dari kinerja anggota maupun manajemen koperasi yang
dicerminkan dari perkembangan jumlah anggota dan jumlah ternak sapi perah, produksi serta kualitas susu yang dihasilkan oleh anggotanya . Secara rinci karakteristik koperasi susu terpilih dengan kriteria besar, sedang, dan kecil di sajiken pada Tabel 1 .
Tabel 1 . Karakteristik koperasi terpilih berdasarkan perkembangan jumlah anggota, populasi temak, produksi, dan kualitas susu, tahun 2003-2007 No. A. 1. 2. 3. 4. 5.
B. 1. 2. 3. 4. 5.
B.
1. 2. 3. 4. 5.
Keragaan pada tahun
Tolok ukur Koperasi dengan kriteria besar Jumlah anggota/petemak (orang) Jumlah populasi sapi perah (ekor) Jumlah sapi Iaktasi (ekor) Produksi susu (ribu It/thn) Kualitas susu (%) : - TS - SNF - Fat - TPC (jt/ml) Koperasi dengan kriteria sedang Jumlah anggota/petemak (orang) Jumlah populasi sapi perah (ekor) Jumlah sapi laktasi (ekor) Produksi susu (ribu It/tahun) Kualitas susu (%) : - TS - SNF - Fat - TPC (it/ml) Koperasi dengan kriteria kecil Jumlah anggota/peternak (orang) Jumlah populasi sapi perah (ekor) Jumlah sapi laktasi (ekor) Produksi susu (ribu It/tahun) Kualitas susu (%) : - TS - SNF - Fat - TPC at/ml)
2003
2004
2006
2007
5 .305 16.980 9 .920 31 .858 .
5.797 7.466 31 .662
6.163 16 .533 8 .632 35 .148
6.226 16 .741 9.419 37 .425
11,82 7,92 3,90 5,94
11,88 7,92 3,95 5,39
12,34 8,13 4,21 0,64
12,17 8,19 3,98 0,70
1 .624 8.290 2.659 11 .464 .
1 .247 3 .857 2 .600 12.304 .
1 .234 n .a. n .a 8 .598,6
1 .367 n .a. n .a. 6 .983,2
10,82 7,45 3,36
11,42 7,67 3,50 8,19
11,03 7,47 3,56 n .a
11,2 7,66 3,36 n .a.
2.920 3 .606 1 .700 7 .132.1
600 3 .998 1 .718 6.274 .5
420 2 .217 802 2 .777
621 2 .292 877 3 .072
10,76 7,20 3,56 41,8
11,60 8,02 3,58 37,46
11,24 7,59 3,65 10,00
11,16 7,60 3,52 2,23
Keterangan : 1) n.a. : data tidak tersedia 2) Data diolah dari Laporan tahunan KPSBU Lembang, KUD Sarwa Mukti, dan KUD Pasir Jambu, tahun 2003-2007 Tabel 1 menunjukan bahwa karakteristik koperasi dengan kriteria besar yang diwakili oleh KPSBU Lembang, memberikan gambaran adanya peningkatan jumlah anggota, populasi
458
dan produksi susu. Kualitas susu yang dihasilkan oleh anggotanya sejak diberlakukan persyaratan dari IPS, cenderung mengalami peningkatan dan telah memenuhi persyaratan
Semitoka Nasional Prospek Industri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas - 2020
yang ditentukan oleh GKSI . Bahkan, sejak tahun 2006 mampu melampaui standar SNI 01-3141-1998 . Karakteristik koperasi dengan kriteria sedang yang diwakili KUD Sarwa Mukti, menunjukan gambaran perkembangan jumlah anggota dan populasi sapi perah serta produksi susu yang menurun . Kualitas susu yang dihasilkan meliputi TS, dan kadar lemak (Fat), relatif meningkat dan umumnya telah memenuhi persyaratan, kecuali untuk kandungan SNF masih sedikit dibawah ketentuan yang disyaratkan GKSI sebesar 7,8% . Jumlah TPC tidak tersedia data secara reguler . Karakteristik koperasi dengan kriteria kecil yang diwakili KUD Pasir Jambu, menunjukan gambaran adanya penurunan jumlah anggota aktif, populasi sapi perah, dan produksi susu . Penurunan anggota mencapai sekitar 80% pada periode 2003-2006, dan mulai meningkat kembali pada tahun 2007 . Kualitas susu, meliputi kandungan TS dan Fat sudah memenuhi standar yang disyaratkan, sedangkan kandungan SNF baru tercapai pada tahun 2004 dan kembali menurun sampai akhir tahun 2007 . Kandungan TPC baru dapat dipenuhi pada tahun 2006 hingga akhir tahun 2007 masing-masing sebesar 10 juta/ml susu dan 2,23 juta/ml susu . Gambaran tersebut menunjukan bahwa dampak penerapan standar kualitas susu terhadap koperasi nengakibatkan turunnya produksi susu bagi koperasi kriteria kecil . Hat ini disebabkan karena turunnya jumlah peternak yang menjadi anggota sekaligus sebagai produsen dan pemasok susu bagi koperasi. Hal ini terlihat dari kejadian turunnya jumlah anggota yang berdampak pada penurunan produksi susu pada koperasi . Hal yang serupa juga terjadi pada KUD Sarwa Mukti yang mewakili koperasi dengan kriteria sedang . Sebaliknya koperasi dengan kriteria besar seperti KPSBU Lembang, dengan kelengkapan sistem organisasi dan sarana pendukung memadai, penerapan aturan tersebut tidak menjadi kendala yang berdampak pada penurunan kinerja. Hal ini mengindikasikan bahwa penerapan aturan ini harus dilakukan, dalam upaya menyediakan produk pangan berkualitas dan hygienis, terlebih dalam menghadapi tantangan pasar global . Namun demikian implementasi peraturan ini perlu dilakukan secara bertahap
dan harus disosialisasikan secara terus menerus dan konsisten kepada seluruh pelaku industri persusuan, utamnya peternak sapi perah rakyat. Kinerja usaha koperasi Keragaan kinerja usaha koperasi digambarkan melalui perkembangan neraca keuangan tahunan dan hasil analisis rugi-laba pelaksanaan usaha . Tabel 2 menyajikan gambaran kinerja usaha koperasi berdasarkan perkembangan neraca keuangan tahunan dalam empat tahun terakhir . Data ini menunjukan bahwa koperasi dengan kriteria besar mengalami perkembangan usaha yang meningkat . Koperasi dengan kriteria sedang, juga menunjukan kinerja yang posotif walaupun pada awalnya mengalami sedikit penurunan . Kinerja koperasi dengan kriteria kecil menunjukan perkembangan menurun selama periode tersebut . Kinerja keungan diukur berdasarkan rasio likuiditas dan solvabilitas . Menurut DoWNEY dan ERiCKSON, (1992), rasio likuiditas adalah kemampuan koperasi dalam melunasi hutang jangka pendek, sedangkan rasio solvabilitas meliputi kemampuan koperasi dalam membayar klaim/hutang jangka panjang . LEE et al. (1988) meyatakan bahwa suatu peruyahaan disebut likuid apabila asset yang dimiliki saat ini (aktiva lancar) dapat menutupi kewajiban hutang saat ini (kewajiban lancar) . Dalam hal ini dapat ditunjukan oleh rasio lancar (current ratio) . Nilai rasio lancar diperoleh dari hasil bagi antara nilai aktiva lancar (total current assets) dengan nilai kewajiban lancar (total current liabilities). Sedangkan Solvabilitas adalah komponen modal pinjaman dan dana-dana (kewajiban jangka pendek ditambah kewajiban jangka panjang) untuk mengoperasionalkan/ membelanjakan kegiatan-kegiatan usahanya. Rasio ini dapat dilihat dari net capital ratio yang diperoleh dari hasil bagi total assets dengan total liabilities . Koperasi dengan kriteria besar pada akhir 2007 menghasilkan ratio liquiditas sebesar 1,11 dan solvabilitas 0,56 . Keadaan ini menggambarkan bahwa pihak koperasi memiliki rasio kemampuan membayar hutang jangka pendek oleh aktiva lancar sebesar 1,11,
459
Semiloka Nasional Prospek Industri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas - 2020
sedangkan rasio kemapuan koperasi untuk membayar semua kewajibannya oleh semua harta yang dimilikinya adalah sebesar 0,56 . Ini
mengandung arti bahwa setiap Rp . 1 ; aktiva dapat digunakan untuk menjamin Rp . 0,56 kewajibannya .
Tabel 2 . Keragaan neraca keuangan koperasi susu dengan kriteria besar, sedang, dan kecil, tahun anggaran 2003-2007 No A
B
C
Nilai anggaran (Rp) pada tahun
Tolok ukur Koperasi besar Aktiva (Rp) : 1 . Aktiva lancar 2. Aktiva jangka panjang 3 . Aktiva tetap 4. Aktiva lain-lain Jumlah aktiva Passiva : 1 . Kewajiban lancar 2. Kewajiban jangka panjang 3 . Kekayaan bersih Jumlah passiva Koperasi sedang Aktiva (Rp): 1 . Aktiva lancar 2 . Aktiva jangka panjang 3 . Aktiva tetap 4. Aktiva lain-lain Jumlah aktiva Passiva: 1 . Kewajiban lancar 2. Kewajiban jangka panjang 3 . Kekayaan bersih Jumlah passiva Koperasai kecil Aktiva (Rp): 1 . Aktiva lancar 2 . Aktiva jangka panjang 3 . Aktiva tetap 4. Aktiva lain-lain Jumlah aktiva Passiva : 1 . Kewajiban lancar 2. Kewajiban jangka panjang 3 . Kekayaan bersih Jumlah passiva
2003
2004
2006
2007
13 .409 .644 .289
13 .748 .326 .418
15 .829 .887.034
18 .125 .528 .754
1 .174.780 .844 11 .058 .358 .556 797 .230.135 21 .427 .683 .624
1 .263 .683 .454 13 .355 .818 .466 n.a . 22 .517.915 .969
1 .383 .762.732 8 .508 .271 .272 10 .316 .200 25 .732 .237.239
1 .446 .351 .332 11 .161 .316.178 18 .730 .723 30.751 .926.987
5 .144 .841 .246 4 .060.746.797 12 .222 .095 .580 21 .427 .683 .624
7 .416 .303 .384 2.596.853 .450 12 .504 .759 .135 22 .517 .915 .909
10 .800 .764 .665 16.276 .318 .914 1 .984.150 .925 1 .096 .968 .202 12.983 .321 .648 13 .378 .639 .871 25 .732 .237.239 30 .751 .926 .987
12 .721 .631 .831 12 .932 .919 .867 1 .270 .494.773 1 .185 .235 .940 1 .362 .468.782 1 .579 .884.424 105 .829.700 105 .829 .700 15 .677.840 .730 15 .586 .454 .289
12.605 .524 .019 803 .005 .571 1 .041 .318 .675 102 .329.700 14 .552 .117 .966
14 .820 .844 .434 808 .210.208 1 .155 .219 .176 102 .329.700 16 .86 .603 .619
6.839 .720.025 3.689 .193 .736 5 .148 .926.968 15 .677.840 .930
5 .766 .353 .590 2 .658 .285.919 6 .127 .538.455 14 .552 .177 .966
6 .538.148 .488 2 .814.832.542 7 .533 .622 .590 16 .86.603.619
6.713 .525.756 3 .454.189.818 5 .418 .738 .714 15.586 .454 .289
2.637 .046 .361 453 .143 .080 1 .139 .036.384 1 .418 .508.028 6.120 .022 .253
2 .637 .046.361 453 .143 .080 1 .139.036.384 1 .418 .508.028 5 .647.833 .255
1 .762 .859.015 278.004 .630 1 .639 .718.086 1 .038 .280.573 4 .718 .862 .305
1 .508.076 .843 238 .098 .933 1 .734.488 .086 459.116 .482 3 .936 .780 .345
2.976 .147.911 760.255 .063 2 .383 .619 .279 6.120 .022.253
2 .528 .894.181 656 .546 .154 2 .462 .388 .529 5 .647.833 .255
1 .406.341 .185 2 .754 .257.212 558 .263 .908 4 .718 .862.305
1 .233.496 .757 2 .692 .988005 10 .295 .582 3 .936.780 .345
Sumber : Laporan RAT KPSBU Lembang, KUD Sarwa Mukti Cisarua, dan KUD Pasir Jambu, tahun 2003-2007
Dari Tabel 2 dapat pula dilihat gambaran rasio liquiditas maupun solvabilitas koperasi
460
dengan kriteria sedang maupun kecil, masingmasing 1,92 dan 1,88 pada koperasi kriteria
Semiloka Nasional Prospek /ndustri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas - 2020
sedang 1,22 dan 1,00 untu koperasi kriteria untuk memperbaiki kinerja ekonominya hingga kecil . Keadaan ini menggambarkan bahwa diatas rasio yang ditunjukan oleh koperasi pada akhir tahun 2007, koperasi dengan dengan kriteria maju . kriteria sedang maupun kecil telah berhasil Tabel 3 . Analisa rugi-laba usaha peternakan sapi perah pada koperasi terpilih, tahun anggaran 2007 Data keuangan (Rp) pada koperasi dengan kriteria No . 1.
2.
3. 4. 5. 6. 7
Tolok ukur Besar
Sedang
Kecil
Pendapatan usaha Penjualan susu Penjualan konsentrat Kredit temak Pembibitan temak Waserda Sewa bangunan Simpan pinjam Lain-lain Harga pokok penjualan
153 .309 .117 .416,3 110 .943 .931 .706,4
21 .791 .351 .348.
246 .471 .666 220 .150 .250
Susu
95 .165 .535.767,5 25 .131 .394.013,0
Konsentrat Kredit temak Pembibitan Waserda Lain-lain Margin kotor Biaya usaha Biaya umum Penyusustan barang inventaris Sisa hasil usaha/laba
27.616.222 .900,0 25 .035 .767,7 407.006.000,0 14 .316.921 .042,1
1 .095 .367.474,7 133 .730 .849 .977,7
19 .437 .235 .228 1 .712.800 .875 -
-
378 .761 .400
36.750 13 .350.000 -
29 .627.135 232.926 .709 18 .672 .818.568 2.716 .090.037 1 .603 .110 .125
12 .934 .666 8.088 .100 8 .088.100
334 .275 .000,0 348 .583 .252 13 .099.645 .197,1 20.673 .634.913,4 19 .463 .300 .279,9
1 .210 .334 .633,5
3 .118 .532 .780 276.716 .998 1 .068 .321 .091 1 .724 .915.944 48 .578.745
238.383 .566 6 .674 .800 162 .754 .120 68 .954 .646
Sumber : Laporan RAT KPSBU Lembang, KUD Sarwa Mukti Cisarua, dan KUD Pasir Jambu, tahun 2007
Gambaran tersebut menunjukan bahwa dampak penerapan kebijakan kualitas susu oleh IPS terhadap koperasi, tidak saja berpengaruh terhadap kinerja produksi, juga berpenganih terhadap kinetja usahanya . Hal ini terlihat dari adanya perubahan alokasi penggunaan anggaran oleh masing-masing koperasi sebagai dampak dari kejadian teknis yang pernah dialaminya. Seperti kejadian perubahan anggaran yang dilakukan koperasi dengan katagori kecil pada tahun 2006 dan 2007, sebagai langkah untuk menanggulangi kerugian akibat penurunan produksi pada tahun 2003 . Demikian pula yang dialami KUD Sarwa Mukti dari kelompok koperasi dengan kriteria sedang, mengalami kerugian akibat penurunan produksi yang terjadi pada tahun 2006 . Cara lain untuk melihat kinerja koperasi adalah melalui pendekatan perhitungan rugi
laba dengan penghitungan analisis ratio profitabilitas (DoWNEY dan ERiCKSON, 1992) . Ratio profitabilitas adalah rasio yang biasa digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan maupun fihak manajemen dalam melakukan tidakan efisiensi . Tabel 3 menunjukan hasil analisis rugi laba dari ketiga koperasi pada tahun anggaran 2007 . Data tersebut, menunjukan bahwa masing-masing koperasi dapat menghasilkan nilai laba (sisa hasil usaha/SHU) sebagai berikut : Koperasi dengan kriteria besar sebesar Rp. 1 .210 .334 .633,50 . Kopersi dengan kriteria sedang sebesar Rp . 48 .578 .745,80 dan koperasi dengan kriteria kecil senilai Rp . 68.954 .646,- . SHU diperoleh dari selisih hasil penjualan komponen utama berupa susu, ditambah konsentrat, dan yang lainnya, lalu dikurangi dengan beban/biaya dan harga pokok
46 1
Semiloka Nasional Prospek Industri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas - 2020
penjualan . Nilai SHU koperasi dengan kriteria sedang menunjukan nilai yang paling kecil
(SNF), dan kandungan lemak (Fat), namun untuk persyaratan jumlah
dibandingkan dengan koperasi kriteria besar maupun kecil . Apabila ditarik benang merah
kuman yang terkandung dalam susu (TPC) masih berada dibawah standar .
kasus kejadian mulai dari penurunan jumlah peternak anggota, penurunan produksi, dugaan
3 . Disarankan, penerapan standar kualitas susu oleh IPS terhadap koperasi dilakukan secara bertahap dan dilakukan sosialisasi yang terus menerus dan
pemberlakukan harga terkait dengan capaian kualitas produk, serta alokasi penggunaan anggaran tahunan, diduga bahwa kasus kerugian usaha yang menimpa koperasi tersebut
ada kaitannya dengan penerapan aturan kualitas yang dilakukan oleh IPS terhadap koperasi dalam kaitannya dengan penentuan harga. Melalui upaya perbaikan manajemen internal yang dilakukan oleh kedua koperasi, saat ini menunjukan kemampuan untuk kembali bangkit dan berhasil memperoleh keuntungan . Selanjutnya berdasarkan hasil analisis rasio profitabitas yang diperoleh dari perhitungan dengan cara membandingkan antara laba dengan total penjualan, bahwa rasio prifitabilitas koperasi dengan kriteria besar, sedang, dan kecil adalah berturut-turut 0,79, 0,22, dan 27,6 . Gambaran ini menunjukan bahwa tingkat efisiensi usaha pada tahun anggaran 2007, yang dilakukan koperasi maju dan sedang tidak dalam keadaan baik karena memiliki ratio profitabilatas kurang dari 1, sedangkan koperasi dengan katagori kurang maju menunjukan tingkat efisiensi usaha yang sangat baik. Hal ini menunjukan pula bahwa upaya perbaikan manajemen yang sunggusungguh oleh koperasi dengan kriteria kecil dapat memberi arti bagi peningkatan kinerja usahanya .
KESIMPULAN DAN SARAN Dari uraian hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa 1 . Penerapan standar kualitas susu oleh IPS dapat peningkatan
menjadi pemicu bagi kemampuan teknis
peternak dan kinerja usaha koperasi . Hal ini harus dibarengi dengan upaya pembenahan mananjemen internal dan peningkatan layanan pada anggota. 2 . Secara umum koperasi telah mampu menerapkan persyaratan kualitas susu yang terdiri dari nilai kadar bahan kering (TS), bahan kering tanpa lemak
462
konsisten persusuan,
bagi pelaku industri khususnya peternak sapi
perah rakyat.
DAFTAR PUSTAKA CRAMER G .L ., C .W . JENSEN ., and D .D . SOUTHGATE . 2000. Agricultural economic and agribusiness . John Wiley & Sons. Inc . New York. DINAS PETERNAKAN PROVINSI JAWA BARAT . 2003 . Laporan Tahunan. Bandung. DINAS PETERNAKAN PROVINSI JAWA BARAT . 2007. Road map pengembangan peternakan Provinsi Jawa Barat, Kerja sama Fakultas Petemakan UNPAD dengan Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat . DOWNEY, W .D ., S .P . ERICKSON . 1992 . Agribusiness management. McGraw-Hill, Inc GABUNGAN KOPERASI Susu INDONESIA (GKSI) . 2003 . Perkembangan koperasi persusuan dan KUD unit susu per 5 tahun . BPPU-GKSI Jakarta . (http :/hvww .win2pdf.com, 2008 . Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-3141-1998 . HERMAWAN ., HERI SUPRTAMAN., ROCHADI TAWAF., dan BRAM KUSBIANTORO. 2003 . Perbaikan metode pemerapan dan mutu konsentrat dalam upaya peningkatan kualitas dan kuantitas produksi susu sapi perah . Laporan Hasil Pengkajian Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat . LEE, F.W., M .D. BOEHLJE., A .G . NELSON ., and W .G . MURRAY . 1988. Agricultural finance, eighth edition, Iowa State University Press/AMES .