ARTIKEL FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KANKER SERVIKS DI RUMAH SAKIT UMUM PERJAN DR.WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR TAHUN 2008 SRI SYATRIANI Dosen STIK Makassar
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIK) MAKASSAR 2011
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KANKER SERVIKS DI RUMAH SAKIT UMUM PERJAN DR.WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR TAHUN 2008
SRI SYATRIANI Dosen STIK Makassar
ABSTRAK Kanker serviks merupakan salah satu dari dua jenis kanker yang banyak membunuh kaum perempuan di Indonesia. Data terakhir Departemen Kesehatan (Depkes) kanker serviks tercatat sebagai pembunuh nomor satu di Indonesia dengan rasio 90 - 100 kasus kanker serviks tiap 100.000 penduduk atau setiap tahunnya ditemukan sebanyak 200.000 kasus kanker serviks. Jumlah kasus kanker serviks di Sulawesi Selatan tahun 2008 sebanyak 140 kasus (Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan, 2008). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan kejadian kanker serviks. Penelitian ini menggunakan sumber data sekunder Rumah Sakit Umum Perjan Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar 2008 dengan desain Cross Sectionsl Study. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian pasien yang pernah dirawat inap di perawatan kebidanan dan kandungan yang tercatat di Rekam Medik RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar periode Januari - Desember 2008 sebesar 240 orang. Analisis data dilakukan dengan analitis chi-square. Faktor dominan yang berhubungan dengan dengan kejadian kanker serviks adalah tingginya jumlah paritas ≥ 3. Usia pertama kali menikah < 20 tahun, jumlah perkawinan ≥ 2 dan Paritas ≥ 3 berhubungan dengan kejadian kanker serviks. Melalui penelitian ini disarankan sebaiknya wanita menikah pada umur 20-30 tahun, dan untuk wanita yang menikah ≥ 2 kali sebaiknya memeriksakan diri secara berkala untuk deteksi dini kanker serviks, dan program 2 anak lebih baik untuk mencegah kanker serviks.
Daftar Pustaka : 20 (1989-2009) Kata Kunci : Kanker Serviks, Usia pertama kali menikah jumlah perkawinan, paritas
PENDAHULUAN Kanker serviks merupakan salah satu dari dua jenis kanker yang banyak membunuh kaum perempuan di Indonesia. Menurut WHO selama 2005 lebih dari 250.000 perempuan meninggal akibat kanker serviks rahim dan umumnya berasal dari negara berkembang. WHO memperkirakan kematian akibat kanker serviks akan meningkat hingga 25 persen 10 tahun kedepan. Pada tahun 2005 terdapat lebih dari 500.000 kasus baru kanker serviks dan lebih dari 90% terdapat di negara berkembang. Berdasarkan data terakhir Departemen Kesehatan (Depkes) kanker serviks tercatat sebagai pembunuh nomor satu di Indonesia dengan rasio 90 - 100 kasus kanker serviks tiap 100.000 penduduk atau setiap tahunnya ditemukan sebanyak 200.000 kasus kanker serviks. Jumlah kasus kanker serviks di Sulawesi Selatan tahun 2008 sebanyak 140 kasus (Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan, 2008). Data kunjungan RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo menunjukkan bahwa jumlah penderita kanker serviks cenderung meningkat dari tahun ke tahun dimana pada tahun 2006 sebanyak 114 kasus dan menurun pada tahun 2007 yaitu sebanyak 104 kasus dan meningkat pada tahun 2008 sebanyak 124 kasus.
METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan desain Cross Sectional Study. yaitu untuk mengetahui hubungan antara usia pertama kali menikah, jumlah perkawinan, paritas) dengan kejadian kanker serviks. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang pernah dirawat inap di perawatan kebidanan dan kandungan RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar periode Januari - Desember 2008 sebesar 643 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian pasien yang pernah dirawat inap di perawatan kebidanan dan kandungan yang tercatat di Rekam Medik
RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar periode Januari - Desember 2008 sebesar 240 orang Sampel diambil dengan menggunakan teknik systematic random sampling . Data yang dikumpulkan adalah data sekunder yaitu usia pertama kali menikah, jumlah perkawinan, paritas yang tercatat di rekam medik. Pengolahan data dilakukan dengan program SPSS. Analisis data dilakukan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan uji Chi-Square. Hasil dan Pembahasan Hasil Penelitian Hasil penelitian dapat disajikan dalam tabel berikut: 1. Karakteristik Variabel Tabel 1 Karakteristik Variabel Penelitian di Rumah Sakit Umum Perjan Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Tahun 2008 Karakteristik Variabel Kejadian Kanker Serviks a. Menderita b. Tidak Menderita Kelompok Umur (tahun) a. ≤50 b. >50 Tingkat Pendidikan Ibu a. SD b. SMP c. SMU d. DIPLOMA e. SI Jenis Pekerjaan a. IRT b. PNS c. Petani Usia Pertama Kali Menikah (Tahun) a. <20 b. ≥20 Jumlah Perkawinan a.≥ 2 b.<2
n
%
124 116
51,7 48,3
196 44
81,6 18,3
33 67 101 25 14 205 29 6
13,8 27,9 42,1 10,4 5,8 85,4 12,1 2,5
106 134
44,2 55,8
32 208
13,3 86,7
Paritas a. ≥ 3 b. ≤ 2 Sumber : data primer
156 84
65,0 35,0
Tabel 1 menunjukkan bahwa kejadian kanker serviks lebih banyak pada sebesar 51,7%, karakteristik berdasarkan umur sebagian besar sampel berumur ≤ 50 tahun sebesar 81,6%. Tingkat pendidikan ibu sebagian besar SMU sebesar 42,1%. Jenis pekerjaan tertinggi yaitu IRT sebesar 205 (85,4%), usia pertama kali menikah lebih banyak pada usia < 20 sebanyak 44,2%, jumlah perkawinan terbanyak < 2 yaiutu sebanyak 86,7%, paritas ibu lebih banyak tiga keatas sebesar 65,0%. 2. Analisis Hubungan Antar Variabel a.
Hubungan antara Usia Pertama Kali Menikah dengan Kejadian Kanker Cerviks Hubungan antara usia pertama kali menikah dengan kejadian kanker cerviks dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 2 Hubungan antara Usia Pertama Kali Menikah dengan Kejadian Kanker Serviks di RS.Umum Perjan Dr.Wahidin Sudirohusodo Makasar Tahun 2008 Kejadian Kanker Serviks
Usia Pertama Kali Menikah
Menderita
Total
Tidak Menderita
𝝆
n
%
n
%
n
%
< 20
70
66,0
36
34,0
106
100,0
≥ 20
54
40,3
80
59,7
134
100,0
Jumlah 124 51,7 116 48,3 240 100.0 Sumber : RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo
15,701
0,000
Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 240 pasien 70 (66,0%) pasien usia pertama kali menikah < 20 dan menderita kanker serviks , 54 (40,3) pasien usia pertama kali menikah ≥ 20 dan menderita kanker. serviks, sedangkan yang umur pertama kali menikah < 20 dan tidak menderita kanker serviks sebanyak 36 (34,0%) pasien , 80 (59,7s%) orang usia pertama kali menikah ≥ 20 dan tidak menderita kanker serviks. Hasil analisis statistik diperoleh nilai X2 hitung (15,701) > X2 tabel (3,84) dan nilai ρ (0,000) < α 0,05 hal ini berarti ada hubungan antara usia pertama kali menikah < 20 tahun dengan kejadian kanker serviks. b. Hubungan antara Jumlah Perkawinan dengan Kejadian Kanker serviks Hubungan antara jumlah perkawinan dengan kejadian kanker serviks dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 3 Hubungan antara Jumlah Perkawinan dengan Kejadian Kanker Serviks di Rumah Sakit Umum Perjan Dr.Wahidin SudirohusodoMakassar Tahun 2008 Kejadian Kanker Serviks Jumlah Perkawinan Menderita
Total
Tidak Menderita
𝝆
n
%
n
%
n
%
≥2
29
90,6
3
9,4
32
100,0
<2
95
47,5 113 54,3
208 100,0
0,000
Jumlah 124 51,7 116 48,3 240 100,0 Sumber : RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Tabel 3 menunjukkan bahwa dari 240 pasien 29 (90,6%) jumlah perkawinan ≥ 2 dan menderita kanker serviks , 95 (47,5%) pasien jumlah perkawinan < 2 dan
menderita kanker serviks, sedangkan yang jumlah perkawinan ≥ 2 dan tidak menderita kanker serviks sebanyak 3 orang (9,4%) pasien , 113 (54,3%) pasien usia pertama kali menikah < 2 dan tidak menderita kanker serviks. Hasil analisis dengan menggunakan Fisher exact diperoleh nilai ρ (0,000) < α 0,05 hal ini berarti ada hubungan antara jumlah perkawinan ≥ 2 dengan kejadian kanker serviks. c. Hubungan antara Paritas dengan Kejadian Kanker Serviks Hubungan antara paritas dengan kejadian kanker serviks dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4 Hubungan Antara Paritas dengan Kejadian Kanker Serviks di Rumah Sakit Umum Perjan Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar Tahun 2008
Kejadian Kanker Serviks Total Menderita Paritas
𝝆
Tidak Menderita
n
%
n
%
n
%
≥3
96
61,5
60
38,5
156 100,0
≤2
28
33,3
56
66,7
84
100,0
17,394
0,000
Jumlah 124 51,7 116 48,3 240 100,0 Sumber : RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Tabel 4 menunjukkan bahwa dari 240 pasien 96 (61,5%) paritas ≥ 3 dan menderita kanker serviks, 28 (33,3%) pasien paritas ≤ 2 dan menderita kanker serviks, sedangkan yang paritas ≥ 3 dan tidak menderita kanker serviks sebanyak 60 (38,5%) pasien, 56 (66,7%) orang paritas ≤ 3 dan tidak menderita kanker serviks.
Hasil analisis statistik diperoleh nilai X2 hitung (17,394) > X2 tabel (3,841) dan nilai ρ (0,000) < α 0,05 hal ini berarti ada hubungan antara paritas ≥ 3 dengan kejadian kanker serviks. Pembahasan Kanker serviks adalah adalah kanker yang terjadi pada servik uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina). Kanker dapat menyebar ke bagian lain dan menyebabkan kematian bila tidak segera dicegah. 1. Usia pertama kali menikah Perempuan yang menikah di bawah umur 20 tahun berisiko terkena kanker serviks. Pada usia remaja sel-sel rahim belum matang Kalau terpapar Human Papiloma Virus atau HPV pertumbuhan sel akan menyimpang menjadi kanker. Leher rahim ada dua lapis epitel skuamosa dan epitel kolumner. Pada sambungan ke dua epitel terjadi pertumbuhan yang aktif, terutama pada usia muda. Epitel kolumner akan berubah menjadi epitel skuamosa. Perubahannya di sebut metaplasia. kalau ada HPV menempel perubahan menyimpang menjadi menjadi diplasia yang merupakan awal dari kanker. Pada usia lebih tua. Diatas 20 tahun. Sel-sel sudah matang, sehingga resiko makin kecil (Kompas, 2007). Hasil analisis statistik diperoleh nilai X2 hitung (15,701) > X2 tabel (3,84) dan nilai ρ (0,000) < α 0,05 hal ini berarti ada hubungan antara usia pertama kali menikah < 20 tahun dengan kejadian kanker serviks. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ana Adriyana dan Imran Safei di rumah sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo pada tahun 2006 didapatkan bahwa risiko yang diberikan oleh umur pertama kali menikah ≤ 19 tahun pada penderita kanker
serviks adalah 2,452 kali lebih besar dibandingkan dengan yang tidak menderita kanker serviks. Menurut Shirley (2005) aktifitas seksual yang berhubungan dengan peningkatan risiko terjadinya kanker serviks termasuk usia dimulainya aktivitas seksual di bawah umur 20 tahun. Hal ini disebabkan karena umur dibawah 20 tahun sel-sel rahim belum matang. Umur reproduksi yang sehat bagi seorang wanita untuk hamil dan melahirkan adalah 20-30 tahun. Umur ibu yang terlalu muda (kurang dari 20 tahun) atau terlalu tua (lebih dari 35 tahun adalah umur yang penuh dengan risiko jika terjadi kehamilan (Hetty 2003) Menikah sebelum usia 20 tahun memiliki risiko relative 1:4 (Rabe 2003) 2. Jumlah perkawinan Jumlah perkawinan dua atau lebih dapat menunjukkan aktifitas seksual multipartner. Sperma dapat merupakan zat mutagen bagi sel-sel epitel serviks dengan frekuensi perkawinan dua kali atau lebih memungkinkan zat mutagen (sperma) dari pasangan seksualnya yang lain merangsang sel epitel serviks untuk mengalami dysplasia, Selain itu perilaku ganti-ganti pasangan beresiko terjadi kanker serviks. Hal ini berkaitan dengan infeksi Human Papiloma Virus (HPV). Virus ini melakukan ganguan pada gen yang mengatur pembelahan virus dan mengakibatkan pembelahan sel menjadi tidak terkontrol ke arah keganasan. Pengubahan sel yang terjadi dapat dalam bentuk jinak kondiloma (NIS 1= Neoplasma Intraepitel Serviks) atau bentuk pra kanker (NIS 2 dan 3) bahkan menjadi karsinoma invasif (Bustan,1997). Hasil analisis dengan menggunakan Fisher exact diperoleh nilai ρ (0,000) < α 0,05 hal ini berarti ada hubungan antara jumlah perkawinan ≥ 2 dengan kejadian kanker serviks. Hasil penelitian yang diperoleh sesuai dengan hasil penelitian Mansyah H. Muse yang dilakukan di beberapa rumah sakit di Makassar pada tahun 2004 bahwa wanita yang menikah
lebih dari satu kali mempunyai risiko terserang kanker serviks 4,018 kali lebih besar dibandingkan dengan wanita yang menikah hanya satu kali. Menurut Imam (2007) dari studi epidemiologi, kanker serviks berhubungan kuat dengan perilaku seksual, seperti berganti -ganti mitara seks dan usia saat melakukan hubungan seks yang pertama. Risiko meningkat lebih dari sepuluh kali bila mitra seks enam atau lebih. Menurut Thomas Rabe risiko relative memiliki dua pasangan atau lebih 1:7. Hal ini disebabkan karena sperma dapat merupakan zat mutagen (sperma) dari pasangan seksual yang lain merangsang sel epitel serviks. Dengan jumlah perkawinan 2 kali atau lebih memungkinkan zat mutagen (sperma) dari pasangan seksual yang lain merangsang sel epitel serviks untuk mengalami displasia. 3. Paritas Sering melahirkan ternyata merupakan faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya kanker serviks. Risiko masuknya virus pun besar dan virus tersebut biasanya akan hidup dengan baik di daerah yang terluka. Hasil analisis statistik diperoleh nilai X2 hitung (17,394) > X2 tabel (3,841) dan nilai ρ (0,000) < α 0,05 hal ini berarti ada hubungan antara paritas ≥ 3 dengan kejadian kanker serviks. Hasil penelitian yang diperoleh sesuai dengan hasil penelitian Ana Adriyana dan Imran Safei tahun 2006 di rumah sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo bahwa besar risiko paritas ≥ 3 pada penderita kanker serviks adalah 2,194 kali lebih besar dibandingkan dengan yang tidak menderita kanker serviks. Menurut Hanifa (1999) insidensi kanker serviks meningkat dengan tingginya paritas, apa lagi bila jarak persalinan terlampau dekat. Hal ini disebabkan karena dengan bertambahnya
paritas artinya semakin sering sel-sel serviks mengalami rangsangan akibat persalinan yang dapat mempengaruhi proses metaplasia, sel- sel tersebut dapat menjadi displasia. Kesimpulan 1.
Usia pertama kali menikah < 20 dan tahun berhubungan dengan kejadian kanker serviks
2.
Jumlah perkawinan ≥ 2 berhubungan dengan kejadian kanker serviks
3.
Paritas ≥ 3 berhubungan dengan kejadian kanker serviks
Saran 1.
Wanita sebaiknya menikah pada umur 20 tahun untuk mencegah kanker serviks.
2.
Untuk wanita yang menikah ≥ 2 kali maka harus waspada dan sebaiknya memeriksakan diri secara berkala untuk deteksi dini kejadian kanker serviks
3.
Program 2 anak lebih baik untuk mencegah kanker serviks
DAFTAR PUSTAKA A. August Burns, dkk, 2005. Bila Perempuan Tidak Ada Dokter Panduan Kesehatan dan Pengobatan Bagi Perempuan, Yogyakarta : INSIST Press. A. Malara Asis 1989. Penyakit Kanker, Penyakit Infeksi Usus, Penyakit Cacing, Jakarta: Intermedia Jakarta. Danielle Gale, dan Jane Charette. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Luknis Sabri dkk, 2006. Statistik Kesehatan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. M.N. Bustan, 1997. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular, Ujung Pandang: FKM Unhas Otto Shirley E.2005. Buku Saku Keperawatan Onkologi, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Rusli dan Tama. R. 1984. Perkawinan Antar Agama dan Masalahnya, Bandung: Penerbit Shantika Dharma Bandung. Rasjidi Imam, 2007. Panduan Penatalaksanaan Kanker Ginekologi Berdasarkan Efidance Base, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Rabe Thomas, 2003. Buku Saku Ilmu Kandungan, Jakarta : Hipokrates. Tambunan Gani W, 1991. Diagnosis dan Tata Laksana Sepuluh Jenis Kanker Terbanyak di Indonesia,Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Ummu Affan Abdillah 2009, Wanita Harus Tahu Kenal Lebih Dekat dengan Ca Serviks, http: //sobat muda.com.diakses 2009. Yohanes Rionoi, Kanker Leher Rahim, http://Dokter.Indo.net.id diakses 2009. Yatim Faisal, 2008. Penyakit Kandungan, Myoma, Kanker Rahim/Leher Rahim dan Indung Telur, Kista Serta Gangguan Lainnya, Jakarta : Pustaka Populer Obor. Anonim, Kanker Leher Rahim Momok Semua Wanita. http:// www.media Indonesia. com. diakses 8 Februari 2009. Anonim, Ditemukan Vaksin Baru Untuk Kanker Leher Rahim. http: // portal. Cbn.net.id. diakses 8 Februari 2009. Anonim, Kanker Leher Rahim http: // yukinaru.wordpress.com. diakses 2009.
Anonim, Kanker Leher Rahim Pengaruhi Aktifitas Seksual, http:// persi.or.id. diakses 8 Februari 2009. Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan Tahun 2008.