ABSTRAK ”Hubungan Motivasi Dan Stimulasi Toilet Training Oleh Ibu Dengan Keberhasilan Toilet Training Pada Anak Pra Sekolah Tk Putra I Kelurahan Mariso Kota Makassar” 1
Atira Rustiyana1 , A.Arniyanti 2 , H.A.M.Anwar1 Sekolah Tinggi Ilmu kesehatan (STIK) Makassar, Indonesia 2 Akademi Keperawatan Makassar, Indonesia
Data yang diperoleh America Psyhiatric Association, bahwa 10-20 anak usia 5 tahun, 5% anak usia 10 tahun, hampir 2% anak usia 12-14 tahun, dan 1% anak usia 18 tahun masih mengompol (nocturnal enuresis). Tujuan penelitian mengetahui hubungan motivasi dan stimulasi toilet training oleh ibu dengan keberhasilan toilet training pada anak pra sekolah TK Putra I Keluruhan Mariso Kota Makassar. Jenis penelitian adalah metode penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Lokasi penelitian di TK Putra I Makassar.Jumlah sampel 30 ibu siswa.Pengambilan sampel dilakukan teknik accidental sampling, pengumpulan data primer menggunakan kuesioner dan data diolahmenggunakan spss. Hasil penelitian menunjukkan30 ibu, melakukan motivasi toilet training dan berhasil 22 orang (88,0%), tidak berhasil 3 orang (12,0%). Sedangkan ibu melakukan stimulasi toilet training dan berhasil 23 orang (92,0%), tidak berhasil 2 orang (8,0%).Analisis datauji Fisher ExactHasil penelitian menunjukkan bahwa nilai P (0,041) <α (0,05) dan nilai P (0,003) <α (0,05) Ada hubungan motivasi dan stimulasi toilet training oleh ibu dengan keberhasilan toilet training, Diharapkanpenelitian selanjutnya mengobservasi langsung cara ibu memotivasi dan stimulasi toilet training pada anaknya. Kata Kunci
: Motivasi, Stimulasi, Toilet Training, Pra Sekolah,
Pendahuluan Anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan sejak ia lahir sampai mencapai masa usia dewasa. Pada masa balita pertumbuhan adan perkembangan anak terjadi sangat cepat. Masa seperti ini merupakan dasar dan tidak akan terulang lagi pada kehidupan selanjutnya,perhatian yang di berikan pada masa balita akan sangat menentukan kualitas kehidupan manusia pada masa depan. Manusia berkembang pada satu tiap periode perkembangan ke periode yg lain, mereka mengalami perubahan tingkah laku yang berbeda-beda di akibatkan karena masalahmasalah atau tugas-tugas yg menuntut dan
muncul pada setiap periode perkembangan itu pula. Salah satu tugas perkembangan adalah membentuk kemandirian, kedisiplinan, dan kepekaan emosi pada anak. Untuk mencapai tugas perkembangan tersebut salah satunya dapat di lakukan melalui toilet training sejak dini (Hidayat, 2005). Menurut hasil penelitian America Psyhiatric Association, dilaporkan bahwa 10-20 anak usia 5 tahun, 5% anak usia 10 tahun, hampir 2% anak usia 12-14 tahun, dan 1% anak usia 18 tahun masih mengompol (nocturnal enuresis),dan jumlah anak laki-laki yang mengompol lebih banyak di banding anak perempuan.
Menurut Child Development Institute Toilet Training (Ani sulasih, 2010). Menurut hasil penilitian yang di lakukan oleh Subagyo dkk (2010), menunjukkan bahwa motivasi stimulasi toilet training oleh ibu dengan katagori baik (84,4). Dapat di simpulkan bahwa motivasi toilet training di tunjang oleh usia anak, sehingga ibu anak mudah menerima dan mendorong anak untuk melakukan toilet training, dengan dorongan atau motivasi yang baik oleh ibu maka keberhasilan toilet training akan mudah terwujud. Keberhasilan toilet training pada anak pra sekolah usia 56 tahun katagori baik 75%, katagori cukup 18,8%, katagori kurang 6,2%. Hal ini menunjukkan bahwa keberhasilan toilet training terkait dengan perkembangan aspek fisik, psikologi, dan mental pada anak serta kesiapan dari orang tua. Terbukti bahwa dengan motivasi stimulasi toilet training baik 84,4% memiliki keberhasilan toilet training baik 75%, hal ini dapat di asumsikan bahwa motivasi stimulasi ibu yang baik dapat memberi kontribusi yang baik terhadap keberhasilan toilet training. Berdasarkan penelitian Eka Trisnawati (2008), di Tk. A’Aisyiyah Buatanul Athfal Palur 02 Kabupaten Sukoharjo dari 60 anak di dapatkan hasil sebanyak 28 anak (46,7%) mampu secara mandiri untuk melakukan kebiasaan toilet training atas peran orang tua. Kebiasaan anak secara mandiri untuk Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang merupakan rancangan penelitian yang bertujuan menerangkan atau menggambarkan masalah penelitiannya yang berdasarkan karakteristik tempat, waktu, umur, jenis kelamin, social ekonomi, pekerjaan, status perkawinan, cara hidup (pola hidup), dan lain-lain. Sedangkan desain penelitian yang digunakan adalah Desain Penelitian Cross Sectional yang merupakan rancangan penelitian dengan
melakukan toilet training tanpa peran orang tua dengan kategori baik dan cukup sebanyak 25 responden (41,7%). Dari hasil penelitian yang di lakukan oleh Wieke Effendi (2010), Pengetahuan ibu dan pola asuh ibu terhadap kemampuan toilet training pada anak usia 2-3 tahun di Paud Asa Bunda Semarang di dapatkan dari 74 ibu sebanyak 52 responden (70,3%) masuk dalam katagori tahu tentang toilet training. Pola asuh ibu dalam toilet training sebanyak 45 responden (60,8%). Kemampuan ibu dalam pelatihan toilet training (86,4%). Berdasarkan hasil penelitian Vina Amalia (2010), tentang gambaran kesiapan toilet training pada anak usia toddler di Tamantirto Bantul Jogyakarta, menunjukkan bahwa dari 76 responden, 67 orang (88,2%) mempunyai kesiapan toilet training pada kategori baik dan 9 orang (11,8%) mempunyai kesiapan toilet training pada kategori cukup. Sedangkan dengan membagi ke dalam 4 aspek yaitu dari 76 responden, sebanyak 59 orang (77.6%) memiliki kesiapan fisik pada kategori baik, sebanyak 76 orang (100.0%) memiliki kesiapan mental pada kategori baik, sebanyak 60 orang (78.9%) memiliki kesiapan psikologis pada kategori baik dan 76 orang (100.0%) memiliki kesiapan orang tua pada kategori baik. melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan (sekali waktu) antara faktor risiko/paparan dengan penyakit (Hidayat, 2011). Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah teknik accidental sampling dimana cara pengambilan sampel dilakukan secara kebetulan bertemu ibu yang mengantar atau menjemput anaknya di TK Putra I Kelurahan Mariso Kota Makassar. Besar sampel dalam penelitian ini adalah 30 ibu karena dalam penelitian yang di lakukan selama beberapa hari ibu yang tidak
berulang mengantar jemput anaknya hanya sekunder yang dikumpulkan adalah data 30 orang. Data yang dikumpulkan pada karakteristik responden, dan tindakan penelitian ini adalah data sekunder yang terhadap motivasi dan stimulasi toilet dikumpulkan melalui ibu dari subjek training pada anak usia pra sekolah di TK penelitian dengan metode pengumpulan data Putra I Kelurahan Mariso Kota Makassar. menggunakan kuesioner dan observasi, Data Hasil Penelitian 1. Data Karakteristik Responden a. Umur Ibu Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 30 ibu yang menjadi responden umur yang terbanyak adalah umur 31-35 tahun yaitu sebanyak 15 orang (38,7%) sedangkan umur yang paling sedikit 34-40 tahun yaitu sebanyak 5 orang (16,1%). Tabel 1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Ibu Siswa TK Putra I Makassar Umur Ibu(Tahun) 25-30 31-35 36-40 41-45 Jumlah Sumber: Data Primer, 2014
n 7 11 5 7 30
% 23,3 36,7 16,7 23,3 100,0
b. Umur Siswa Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 30 siswa yang menjadi responden, umur yang terbanyak adalah 6 tahun yaitu sebanyak 20 orang (66,7%) sedangkan umur yang paling sedikit itu adalah umur 4 tahu yaitu sebanyak 1 orang (3,3%). Tabel 2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Siswa TK Putra I Makassar Umur (Tahun) 4 5 6 Jumlah Sumber: Data Primer, 2014
n 1 9 20 30
% 3,3 30,0 66,7 100,0
c. Jenis Kelamin Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 30 siswa yang menjadi responden, jenis kelamin laki sebanyak 19 orang (63,3%) sedangkan perempuan sebanyak 11 orang (36,7%).
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Siswa TK Putra I Makassar Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah Sumber: Data Primer, 2014
n 19 11 30
% 63,3 36,7 100,0
d. Status Dalam Keluarga Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 30 siswa yang menjadi responden, status dalam keluarga yang terbanyak adalah anak ke2 yaitu sebanyak 11 orang (36,7%) sedangkan yang paling sedikit itu adalah sebagai anak ke 4 yaitu sebanyak 1 orang (3,3%). Tabel 4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Urutan Anak Dalam Keluarga Siswa TK Putra I Makassar Status Dalam Keluarga 1 2 3 4 Jumlah Sumber: Data Primer, 2014
n 10 11 8 1 30
% 33,3 36,7 26,7 3,3 100,0
2. Hasil Univariat a. Motivasi Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 30 ibu siswa yang menjadi responden, ibu yang tidak melakukan motivasi adalah 5 orang (16,7%). Dan ibu yang melakukan motivasi adalah sebanyak 25 orang (83,3%) Seperti yang terlihat pada tabel 5 di bawah ini : Tabel 5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Motivasi Ibu Siswa TK Putra I Makassar Motivasi Ibu Tidak dilakukan Dilakukan Jumlah Sumber : Data Primer, 2014
n 5 25 30
% 16,7 83,3 100,0
b. Stimulasi Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 30 responden, ibu yang tidak melakukan stimulasi adalah sebanyak 2 ibu (6,7%) dan ibu siswa yang melakukan stimulasi sebanyak 28 ibu (93,3%). Seperti yang terlihat pada tabel 6 di bawah ini : Tabel 6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Stimulasi Ibu Siswa TK Putra I Makassar Stimulasi Ibu n % Tidak dilakukan 2 6,7 Dilakukan 28 93,3 Jumlah 30 100,0 Sumber : Data primer 2014 c. Keberhasilan Toilet Traning Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 30 anak yang menjadi responden, ada 6 anak (20,0%) tidak berhasil dalam melakukan toilet training. Dan sebanyak 24 anak (80,0%) berhasil melakukan toilet training. Tabel 7 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Keberhasilan Toilet Training Siswa TK Putra I Makassar Keberhasilan Toilet Training n % Tidak dilakukan 6 20,0 Dilakukan 24 80,0 Jumlah 30 100,0 Sumber : Data primer 2014 3. Hasil Bivariat Analisis bivariat berfungsi untuk melihat hubungan variabel dependen terhadap variabel independen dengan menggunakan program komputer SPSS dimana hubungan antar variabel dapat dilihat pada tabel 8: dari 30 ibu siswa yang tidak melakukan motivasi dan tidak berhasil pada toilet training adalah sebanyak 3 anak (60,0%) sedangkan ibu yang tidak melakukan motivasi terhadap anaknya dan berhasil melakukan toilet training adalah sebanyak 2 anak (40,0%). Selanjutnya ibu yang melakukan motivasi terhadap anaknya dan tidak berhasil melakukan toilet training yaitu sebanyak 3 anak (12,0%) dan ibu yang melakukan motivasi terhadap anaknya dan anaknya berhasil melakukan toilet training adalah sebanyak 22 anak (88,0%).
Tabel 8 Hubungan Motivasi Ibu dengan Keberhasilan Toilet Training Pada Anak Usia Pra Sekolah di TK Putra I Makassar Keberhasilan Toilet Training
Ρ Value
Jumlah
Motivasi
Tidak dilakukan
Tidak Berhasil n % 3 12,0
Berhasil n 2
% 40,0
n 5
% 100,0
Dilakukan
3
60,0
22
88,0
25
100,0
Jumlah
6
20,0
24
80,0
30
100,0
0,014
Sumber : Data Primer, 2014 Dari hasil analisis dengan menggunakan uji Fixher Exact diperoleh nilai P(0,014) < α (0,05). Dimana jika P < α menandakan bahwa hipotesis penelitian diterima. Hal ini berarti ada hubungan antara motivasi ibu dengan keberhasilan toilet training pada anak usia pra sekolah di TK Putra I Makassar. Pada tabel 9, dari 30 ibu siswa ibu yang tidak melakukan stimulasi toilet training dan tidak berhasil pada toilet training adalah sebanyak 4 anak (80,0%) sedangkan ibu yang tidak tidak melakukan stimulasi toilet training terhadap anaknya dan berhasil melakukan toilet training adalah 1 anak (20,0%). Selanjutnya ibu yang melakukan stimulasi toilet training terhadap anaknya dan tidak berhasil melakukan toilet training yaitu sebanyak 2 anak (8,0%) dan ibu yang melakukan stimulasi terhadap anaknya dan anaknya berhasil melakukan toilet training adalah sebanyak 23 anak (92,0%). Tabel 9 Hubungan Stimulasi Ibu dengan Keberhasilan Toilet Training Pada Anak Usia Pra Sekolah di TK Putra I Makassar Keberhasilan Toilet Training Jumlah
Stimulasi Berhasil
Tidak dilakukan
Tidak Berhasil n % 4 80,0
n 1
% 20,0
n 2
% 100,0
Dilakukan
2
8,0
23
92,0
28
100,0
Jumlah
6
20,0
24
80,0
30
100,0
Sumber : Data Primer, 2014
P Value
0,000
Dari hasil analisis dengan menggunakan uji Fixher Exact diperoleh nilai ρ(0,000) < α (0,05). Dimana jika ρ < α menandakan bahwa hipotesis penelitian diterima. Hal ini berarti ada hubungan antara stimulasi ibu dengan keberhasilan toilet training pada anak usia pra sekolah di TK Putra I Makassar. orang (16,7%). Hal ini terjadi karena Pembahasan 1. Motivasi Oleh Ibu Dengan Keberhasilan motivasi ditunjang oleh pemahaman Toilet Training sebagian besar ibu sehingga ibu akan Keberhasilan seorang anak dimasa mudah menerima dan mendorong depan sangat ditentukan oleh seseorang untuk melakukan sesuatu bimbingan, didikan dan peran orang tua yang disebabkan oleh adanya keinginan dalam pembentukan karakter anak sejak untuk memenuhi kebutuhan tertentu, dini, tidak terkecuali peran orang tua sehingga ibu akan mempunyai motivasi dalam keberhasilan toilet training. yang baik. Dengan motivasi yang baik Kemampuan anak dalam toilet untuk melakukan stimulasi toilet training atau mengontrol rasa ingin training, maka keberhasilan toilet buang air kecil dan buang air besar training akan terwujud. antara anak satu dengan anak lain Motivasi adalah satu penggerak dari berbeda. Pencapaian tersebut tergantung dalam hati seseorang untuk melakukan dari beberapa faktor baik fisik maupun atau meraih suatu hal tujuan. Semangat psikologi. Sensasi untuk buang air besar juga dapat disebutkan sebagai gagasan lebih dirasakan oleh anak, dan atau hasrat untuk menuju keberhasilan kemampuan untuk mengkomunikasikan serta hindari suatu kegagalan. lebih dahulu dicapai anak sedangkan Sama halnya pada pemahaman ibu kemampuan untuk mengontrol buang mengenai pentingnya memberikan kataair kecil biasanya baru akan tercapai kata positif disetiap perkembangan anak sampai usia anak empat sampai lima pada penelitian ini dari 30 ibu siswa tahun (Supartini, 2004) yang menjadi responden sebanyak 30 Dalam penelitian ini yang dimaksud ibu (100,0%) selalu memberikan katadengan motivasi ibu siswa mencakup kata positif kepada anaknya dengan beberapa hal, seperti : a) pemberian memujinya. dukungan terhadap anak; b) Hasil ini didukung oleh penelitian menjelaskan manfaat dari toilet yang dilakukan oleh Subagyo dkk, training; c) memberikan penghargaan (2010) di TK Pertiwi Ibu yang disetiap perkembangana anak; d) mempunyai motivasi toilet training memberikan hukuman terhadap kategori baik sebanyak 27 (84,4%). Ini kesalahan anak. menunjukkan bahwa sebagian besar Berdasarkan data yang diperoleh dari juga ibu yang memotivasi anaknya 30 ibu siswa yang menjadi responden, dengan baik mengenai toilet training. ditemukan bahwa tidak semua ibu Hal ini juga mendukung penelitian melakukan motivasi terhadap anaknya. yang dilakukan oleh Risfan Batuatas Dari 30 ibu siswa hanya 25 ibu (83,3%) dan Tripeni bahwa dari 14 responden menyadari akan pentingnya motivasi yang menunjukkan peran mendukung tentang toilet training dan mau didapatkan hampir seluruh anaknya melakukannya sedangkan ibu yang berhasil dalam toilet training yaitu tidak melakukan motivasi tentang toilet sebanyak 13 responden (92,9%). training kepada anaknya sebanyak 5 Sedangkan dari 11 responden yang
menunjukkan peran tidak mendukung didapatkan sebagian besar anaknya tidak berhasil dalam toilet Training yaitu sebanyak 7 responden (63,6%). Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden menunjukkan peran mendukung pada toilet training, peran orang tua dapat diidentifikasi berdasarkan hasil kuesioner. 2. Stimulasi Oleh Ibu Dengan Keberhasilan Toilet Training Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan stimulasi oleh ibu mengenai keberhasilan toilet training mencakup hal-hal seperti : a. Menajarkan anak untuk mandiri ketoilet b. Mengajari anak untuk dapat berdiri atau berjongkok dalam waktu yang lama c. Mengajarkan anak untuk dapat membersihkan sisa/bekas kotorannya setelah BAB/BAK d. Ibu mencontohkan cara membersihkan diri setelah BAB/BAK e. Anak diajarkan untuk melepaskan celananya sendiri f. Anak juga diajarkan untuk dapat mengenakan kembali celananya. Pada variabel stimulasi oleh ibu terhadap keberhasilan toilet training pada anak usia pra sekolah dalam penelitian ini dari 30 ibu yang menjadi responden terdapat 28 ibu (93,3%) yang melakukan stimulasi toilet training kepada anaknya, sedangkan 2 ibu (6,7%) tidak melakukan stimulasi kepada anaknya mengenai toilet training. Hal ini terjadi karena ada beberapa faktor yang mempengaruhi sehingga terdapat 2 ibu yang tidak melakukan stimulasi kepada anaknya misalnya ibu belum mengenal tingkat kesiapan anak
untuk berkemih dan defekasi serta tidak ada keinginan untuk meluangkan waktu untuk melakukan latihan berkemih. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Eka Windian Wulandari pada tahun 2011 di Jember. Dari hasil penelitiannya menjelaskan bahwa dari 125 sampel sebagian besar anak berhasil melakukan toileting karena adanya stimulasi yang sangat besar dari ibu. 3. Hubungan Motivasi Dan Stimulasi Toilet Training Oleh Ibu Dengan Keberhasilan Toilet Training Dalam penelitian ini dari 30 ibu yang tidak melakukan motivasi toilet training dan anaknya tidak berhasil dalam toilet training sebanyak 3 orang (60,0%) sedangkan sebanyak 2 orang ibu (40,0%) juga tidak melakukan motivasi terkait toilet training namun anaknya berhasil dalam toilet training. Hal Ini dipengaruhi oleh motivasi orang tua dari dalam dirinya sendiri pun masih kurang. Motivasi yang kurang itu seperti ibu kurang dalam berkomunikasi langsung dengana anaknya sehingga ibu kurang mengetahui setiap perkembangan-perkembangan yang seharusnya anak telah capai diumur pra sekolah, tetapi ada juga ibu yang masih takut atau khawatir dalam melepaskan anaknya sendiri untuk mandiri ke toilet karena ibu takut anaknya jatuh atau hanya main air dikamar mandi. Dalam penelitian ini juga didapatkan dari 30 ibu, sebanyak 3 orang ibu (12,0%) melakukan motivasi terkait toilet training namun anaknya tidak berhasil dalam pelaksanaan toilet training sedangkan 22 orang ibu (88,0%)
melakukan motivasi terkait toilet training dan anaknya berhasil dalam toilet training. Hal ini terjadi karena ibu mempunyai pengetahuan cukup mengenai pentingnya toilet training untuk anak. Adapun anak yang belum berhasil dalam toilet training walaupun telah dimotivasi oleh ibu itu erjadi karena anak sendiri yang belum siap dan belum mengerti akan pentingnya toilet training. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di TK Putra I Makassar tahun 2014, menunjukkan bahwa adanya hubungan antara motivasi oleh ibu dengan keberhasilan toilet training pada anak usia pra sekolah dengan nilai ρ (0,041) < α (0,05). Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan dari 30 ibu sebanyak 4 orang ibu (80,0%) tidak melakukan stimulasi tentang toilet training dan anaknya tidak berhasil dalam toilet training. Sedangkan sebanyak 1 orang ibu (20,0%) juga tidak melakukan stimulasi toilet training namun toilet training pada anaknya berhasil. Selanjutnya dari 30 ibu sebanyak 2 ibu (8,0%) melakukan stimulasi terkait toilet training kepada anaknya namun anaknya tidak berhasil dalam pelaksanaan toilet training sedangkan sebanyak 23 ibu (92,0%) melakukan stimulasi toilet training dan anaknya berhasil dalam pelaksanaan toilet training. Menurut hasil penilitian yang di lakukan oleh Subagyo dkk (2010), menunjukkan bahwa motivasi stimulasi toilet training oleh ibu dengan katagori baik (84,4). Dapat di simpulkan bahwa motivasi toilet training di tunjang oleh usia anak,
sehingga ibu anak mudah menerima dan mendorong anak untuk melakukan toilet training, dengan dorongan atau motivasi yang baik oleh ibu maka keberhasilan toilet training akan mudah terwujud. Keberhasilan toilet training pada anak pra sekolah usia 5-6 tahun katagori baik 75%, katagori cukup 18,8%, katagori kurang 6,2%. Hal ini menunjukkan bahwa keberhasilan toilet training terkait dengan perkembangan aspek fisik, psikologi, dan mental pada anak serta kesiapan dari orang tua. Terbukti bahwa dengan motivasi stimulasi toilet training baik 84,4% memiliki keberhasilan toilet training baik 75%, hal ini dapat di asumsikan bahwa motivasi stimulasi ibu yang baik dapat memberi kontribusi yang baik terhadap keberhasilan toilet training. Hal ini disebabkan oleh Kemampuan toileting dalam hal BAK/BAB anak dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah stimulasi toilet training yang dilakukan oleh orang tua khususnya ibu. Stimulasi toilet training pada anak merupakan cara untuk melatih anak agar mampu mengontrol BAK/BAB. Stimulasi ini dapat dilakukan oleh orang luar, anggota keluarga, atau orang dewasa lain di sekitar anak. Stimulasi adalah perangsangan dan latihan-latihan terhadap kepandaian anak yang datangnya dari lingkungan di luar anak; orang tua hendaknya menyadari pentingnya memberikan stimulasi bagi perkembangan anak (Nursalam, 2005). Mendorong manusia untuk berbuat, hal ini
sebagai penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan, sehingga adanya keinginan dari dalam diri seorang ibu dalam hal melakukan stimulasi kepada anak; akan memberikan stimulasi yang teratur dan terus menerus tentang tugas perkembangan anak. Pelaksanaan stimulasi yang demikian akan menciptakan anak yang tumbuh dan berkembang dengan optimal, mandiri. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di TK Putra I Makassar tahun 2014, menunjukkan bahwa adanya hubungan antara stimulasi oleh ibu dengan keberhasilan toilet training pada anak usia pra sekolah dengan nilai ρ (0,003) < α (0,05). Simpulan 1. Dari 30 ibu yang menjadi responden, sebanyak 25 orang ibu yang melakukan motivasi toilet training pada anaknya yaitu (83,3%). 2. Dari 30 ibu yang menjadi responden, sebanyak 28 orang ibu yang melakukan stimulasi toilet training pada anaknya yaitu ( 93,3%) 3. Dari 30 anak yang menjadi responden, sebanyak 24 anak berhasil melakukan toilet training yaitu (80,0%). 4. Ada hubungan antara motivasi toilet training oleh ibu dengan keberhasilan toilet training pada anak pra sekolah dengan nilai ρ (0,014) < α (0,05). 5. Ada hubungan antara stimulasi toilet training oleh ibu dengan keberhasilan toilet training pada anak pra sekolah dengan nilai ρ (0,000) < α (0,05). Saran
1. Untuk pihak institusi STIK Makassar di harapkan mahasiswa yang melakukan penelitian lebih lanjut dapat mengobservasi secara langsung cara ibu memotivasi dan stimulasi toilet training pada anaknya. 2. Pihak institusi dalam hal ini Kepala Sekolah TK Putra I Makassar hendaknya langkahlangkah tentang toilet training yang biasanya dilakukan oleh guru disekolah disosialisasikan melalui buku penghubung kepada orang tua sehingga orang tua dapat meneruskannya dirumah terlebih kepada anakanak yang baru masuk TK. 3. Motivasi dan stimulasi terhadap toilet training untuk anak usia pra sekolah sebaiknya lebih dikembangkan lagi oleh orang tua dirumah. serta orang tua juga dapat lebih kreatif dalam memperhatikan tiap tahap perkembangan anaknya. Daftar Pustaka Ani Sulasih. 2010. Skripsi. Hubungan Antara Motivasi Stimulasi Toilet Training Pada Anak Prasekolah.(diakses tanggal 13 februari 2014) Dewi
Yuarnita. 2013. Pentingnya Memberikan Stimulasi Pada Anak. http://wordpress.com/3013/03/ pentingnya-memberikan-stimulasikepada.html (diakses tanggal 22 februari 2014).
Devi,
D. 2013. Teori Motivasi. http://Motivasi. wordpress.com/2013/ teorimotivasi. html.(diakses 18 februari 2014).
Dian, 2013. Stimulasi Gerak Bagi Anak Usia 0-6 Tahun. http://www.sehatnews.com/ mobile/baby-toddler/22603-stimulasigerak-bagi-anak-usia-0-6-tahun-html. (diakses tanggal 22 februari 2014). Donna L. Wong.dkk, 2009 Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Vol 1 edisi 6.. EGC. Jakarta. Eka
Ratna Trisnawati, 2013. Skripsi. Hubungan Peran Orang Tua Dengan Kebiasaan Toilet Training Secara Mandiri Pada Anak Prasekolah Di Tk. A’aisyiyah Busnatul A Thfal Palur 02 Kabupaten Sukoharjo.(diakses 13 februari 2013)
Engel Joyce, 1998. Pengakajian Pediatrik. Edisi 2. Alih Bahasa: Teresa. EGC. Jakarta. Fitri, 2006. Seri Parent’s Guide. Diary Tumbuh Kembang Anak. Read Publishing House. Jakarta.
,2007. Siapa Bilang Anak Sehat Pasti Cerdas. Alex Media Komputindo. Jakarta. ,2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak A. Salemba Medika. Jakarta. ,2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Salemba Medika. Jakarta. Ijs,
Nurendra M S, dkk, 2002. Buku Ajar 1 Tumbuh Kembang Anak dan Remaja Edisi Pertama. Sagung Seto. Jakarta. Puji E, dkk, 2013. Pedoman Penulisan Skripsi Edisi 10. Makassar. Rini, Azis, 2006. Kebiasaan Buruk. Tiga Serangkai. Jakarta. Soetjiningsih, 2012. Anak. EGC. Jakarta.
Meiseke Prasetya Ningrum, Stimulasih Tumbuh Kembang Balita dan Anak Prasekolah. http://wordpress.com/2013/04/ (diakes tanggal 18 februari 2014). Moersintowati, 2002. Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Sagung Seto. Jakarta. Hackett, R, dkk. 2001. Eurisi and Encopresis in a South Indian Population of Children, Child Care, Health and Development. Hidayat Aziz Alimul, 2011. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Salemba Medika. Jakarta.
2010. Toilet Training. http//www.indosiar.com/ragam/7908 0/toilet-training-untuk-balita. (diakses tanggala 23 februari 2013).
Tumbuh
Kembang
,2012. Perkembangan Sejak Pertumbuhan Sampai Dengan Anakanak Akhir. Jakarta. Prenada Media Grub. ,2000. Tumbuh Kembang Anak. EGC. Jakarta. Surherman, 2000. Buku Saku Perkembangan Anak. EGC. Jakarta. Suririnah, 2010. Buku Pintar Mengasuh Balita. PT Media Pustaka Utama. Jakarta. Supartini, 2002. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. EGC. Jakarta Suryanah, 1996. Keperawatan Anak Untuk Siswa Spk. EGC. Jakarta. Vina
Amalia, 2010. KTI. Gambaran Kesiapan Toilet Training Pada Anak
Usia Toddler Ditaman Tirto Bantul Jogyakarta. (diakses tanggal 13 februari 2014). Wieke Efendi, 2010. Skripsi. Hubungan Antara Pengetahuan dan Pola Asuh Ibu Terhadap Kemampuan Toilet Training Pada Anak Usia 2-3 Tahun
di Paud Asa Bunda Semarang. (diakses tanggal 13 februari 2014). Yulia,
2010. Toilet Training. http//wordpress.com/2010/05/toilettraining.