Seattle Public Library Ebooks í Canting PDF by ? Arswendo Atmowiloto eBook or Kindle ePUB free 1. Cerita tentang batik canting yang mewakili budaya yang terkalahkan. Canting, simbol budaya yang kalah, tersisih, dan melelahkan. Adalah Ni---sarjana farmasi, calon pengantin, putri Ngabean---yang mencoba menekuni, walau harus berhadapan dengan Pak Bei, bangsawan berhidung mancung yang perkasa; Bu Bei, bekas buruh batik yang menjadi ibunya; serta kakak-kakaknya yang sukses.
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.
17.
Canting, yang menjadi cap batik Ngabean, tak bisa bertahan lagi. "Menyadari budaya yang sakit adalah tidak dengan menjerit, tidak dengan mengibarkan bendera." Ni menjadi tidak Jawa, menjadi aeng---aneh, untuk bisa bertahan. Ni yang lahir ketika Ki Ageng Suryamentaram meninggal dunia, adalah generasi kedua, setelah ayahnya, yang berani tidak Jawa. Arswendo Atmowiloto Manusia hidup menunggu untuk mati Kehidupan justru terasakan dalam menunggu Makin bisa menikmati cara menunggu, makin tenang dalam hati. Burung-Burung Manyar Para Priyayi: Sebuah Novel Orang-orang Proyek Entrok Anak Bajang Menggiring Angin Arok Dedes Ca Bau Kan: Hanya Sebuah Dosa Penembak Misterius: Kumpulan Cerita Pendek Gadis Kretek Tarian Bumi Manjali dan Cakrabirawa Semerbak Bunga di Bandung Raya e.c.h.a Canting, simbol budaya yang kalah, tersisih dan melelahkan.Kisah kehidupan satu keluarga dan usaha Batik Tradisionalnya di masa sebelum dan sesudah Kemerdekaan Bagaimana seorang Pak Bei menjalani kehidupannya di masa muda, saat menjadi suami, saat menjadi Bapak serta saat menjadi seorang Kakek.Kisah yang dituturkan dari sudut pandang seorang Priyayi yang merasa tidak Jawa bernama Pak Bei Dari mata dan sikapnya, kita melihat bagaimana seorang Ibu Bei yang bukan Priyayi tetapi menunjukan kalau I Canting, simbol budaya yang kalah, tersisih dan melelahkan.Kisah kehidupan satu keluarga dan usaha Batik Tradisionalnya di masa sebelum dan sesudah Kemerdekaan Bagaimana seorang Pak Bei menjalani kehidupannya di masa muda, saat menjadi suami, saat menjadi Bapak serta saat menjadi seorang Kakek.Kisah yang dituturkan dari sudut pandang seorang Priyayi yang merasa tidak Jawa bernama Pak Bei Dari mata dan sikapnya, kita melihat bagaimana seorang Ibu Bei yang bukan Priyayi tetapi menunjukan kalau Ibu Bei mempunyai kuasa penuh terhadap Pak Bei.Sang Penulis secara perlahan memunculkan konflik dan rahasia yang terjadi dalam Keluarga Sestrokesuman melalui cara yang berbeda, tidak langsung melainkan tersirat melalui tokoh bernama Ni Ni, anak bungsu Pak Bei yang notabene merupakan cerminan dari Pak Bei dan Ibu Bei sendiri Dan dengan keyakinannya meneruskan usaha Batik keluarganya.Ternyata Pak Bei tidak seperti dugaan saya saat saya mengenalnya di awal cerita Perlahan kekaguman saya terhadap Pak Bei mulai tumbuh, apalagi saat Pak Bei menyadari kalau Ia hanyalah manusia biasa seperti lainnya Saya ini ndak ada fungsinya Saya ini seperti Canting, seperti cecek dalam batikan Ada dan dihargai karena dianggap semestinya dihargai Tapi tetap tak ada artinya kalau tak ada yang menggunakanp 378Dan..saat baca buku ini, saya dibawa kembali ke sebuah Kota yang memang bukan kota kelahiran saya tapi membawa banyak kenangan didalamnya Saya selalu merasa bahagia saat berada di kota tersebut nanto Novel ini usai saya membacanya tak ubahnya sebuah karya ethnografi Saya langsung tertarik dengan penggambaran suasana dan tokohnya Dunia priyayi di awal kemerdekaan dan dunia usaha perbatikan menjadi tema sentral dari buku ini Canting yang dijadikan judul novel ini dan sekaligus simbol perubahan Dialog awal yang bersetting nJurug memotret perwajahan dari kaum yang sedang geger itu Ada seorang yang memilih merakyat sehingga mengikuti gerakan dipo kromo dipo Di sisi lain Pak Bei Sestrokesu Novel ini usai saya membacanya tak
ubahnya sebuah karya ethnografi Saya langsung tertarik dengan penggambaran suasana dan tokohnya Dunia priyayi di awal kemerdekaan dan dunia usaha perbatikan menjadi tema sentral dari buku ini Canting yang dijadikan judul novel ini dan sekaligus simbol perubahan Dialog awal yang bersetting nJurug memotret perwajahan dari kaum yang sedang geger itu Ada seorang yang memilih merakyat sehingga mengikuti gerakan dipo kromo dipo Di sisi lain Pak Bei Sestrokesuman yang jadi salah satu tokoh utama dalam novel ini adalah pengikut dari Ki Ageng Selo Metaram Menanggapi lawan bicaranya yang memilih me ngoko pada semua orang, Pak Bei berujar, mereka mengritik jawa sebelum menjadi jawa Selanjutnya, kisah utama buku ini berkisar pada dua orang Pak Bei dan anaknya, Ni, dalam menghadapi 18. Endah Canting adalah sebuah wadah tembaga untuk membatik Ketika membatik, canting ditiup agar cairan lilin di dalamnya tetap meleleh Canting memantulkan suara nafas peniupnya Sebagai alat membatik tradisional, canting memiliki fungsi penting sebelum muncul batik jenis printing batik cetak Dengan nama alat itulah, roman Arswendo Atmowiloto ini dijuduli.Canting berisi cerita tentang perjalanan hidup keluarga Ngabehi Sestrokusuma yang memiliki usaha pembatikan cap canting Kepala keluarga adalah Ra Canting adalah sebuah wadah tembaga untuk membatik Ketika membatik, canting ditiup agar cairan lilin di dalamnya tetap meleleh Canting memantulkan suara nafas peniupnya Sebagai alat membatik tradisional, canting memiliki fungsi penting sebelum muncul batik jenis printing batik cetak Dengan nama alat itulah, roman Arswendo Atmowiloto ini dijuduli.Canting berisi cerita tentang perjalanan hidup keluarga Ngabehi Sestrokusuma yang memiliki usaha pembatikan cap canting Kepala keluarga adalah Raden Mas Daryono Sestrokusuma atau yang akrab dipanggil Pak Bei Dengan Bu Bei, di nDalem Ngabean Sestrokusuman mereka berdua membesarkan enam orang anak Wahyu Dewabrata, Lintang Dewanti, Bayu Dewasunu, Ismaya Dewakusuma, Wening Dewamurti, dan Subandini Dewaputri Sestrokusuma.Dalam usaha pembatikan itu, yang memegang peran penting adalah Bu Bei Bersama seratus dua puluh buruh batik dengan aneka tugas masing masing, Bu Bei menjalankan usaha Perjalanan usahanya berlangsung bertahun tahun, sampai Bu Bei bisa membesarkan dan menyekolahkan anak anaknya ke jenjang perguruan tinggi Dan sampai buruh buruh batik itu dapat menghidupi keluarga masing masing seraya mengabdikan diri untuk keluarga Sestrokusuma Bertahun tahun.Tidak seperti priyayi lainnya, Pak Bei adalah priyayi yang aneh Aneh karena ia berani mengambil sikap lain dari yang lain sampai dicap oleh priyayi priyayi lainnya sebagai priyayi yang tidak nJawa Namun, dalam keanehan itu terdapat sikap pasrah yang dijunjung tinggi olehnya Hidup baginya adalah pasrah Apa yang terjadi dihadapinya tanpa ragu Ia menggelinding Mengalir saja hal 359.Pasrah bukan berarti kalah, bukan pula mengalah hal 150 , dan pasrah bukan mencari hal 233 Tapi pasrah adalah menyerah secara ikhlas, menerima Pun pasrah bukan berarti memaksa diri untuk pasrah hal 238 Dalam sikap pasrah, tak ada penyalahan kepada lingkungan, orang lain, juga pada diri sendiri Dan dalam pasrah, ternyata, bisa pula menjelma sikap yang aneh tak lazim, tak lumrah Bukan semata dibuat buat, tapi aneh yang disadari kalau memang harus aneh, tidak mengapa Ini, bagi Pak Bei, untuk menguji peraturan yang dianggap telah sempurna hal 356 357 , untuk mengembalikan kemungkinan tidak selaras.Jalan cerita Canting maju mundur, melompat lompat untuk merangkai kesatuan makna Apabila bagian kesatu tampak seperti panggung di mana drama akan dan sedang dipertunjukkan, maka bagian ketiga menceritakan banyak kejutan yang terjadi dalam perjalanan kehidupan keluarga Sestrokusuman Kejutan karena kesadaran pembaca dihantam bertubi tubi lewat peristiwa peristiwa lampau yang dialami oleh anak anak Pak Bei Ada konflik yang berdiam, bersembunyi, dan akhirnya meledak Dan itu seringkali lewat penceritaan si bungsu Subandini Dewaputri pribadi aneh dalam keluarga setelah Pak Bei.Sering terasa bahwa penulis melalui pribadi pribadi yang dipinjamnya bercerita tentang segala peristiwa yang lewat, seperti orang yang meriwayatkan Namun tiba tiba, tanpa terasa, begitu saja alur cerita menjadi peristiwa yang terjadi saat itu Yang seperti ini banyak terdapat pada bagian kesatu, ketika cerita masih berkisar tentang riwayat Pak Bei dan Bu Bei beserta anak anaknya.Bagian yang paling singkat tapi menghentak hentak adalah bagian kedua Lewat kacamata seorang buruh batik, apa yang terjadi di kediaman Pak Bei dilukiskan Karenanya, yang muncul adalah sebuah penafsiran dari seorang rakyat biasa terhadap peristiwa peristiwa penting semacam hasil pengamatan wong cilik Lugu dan tentu saja lain, seolah ingin memberantaki apa yang selama ini kita anggap.Puncak dari kejutan yang muncul adalah ketika si bungsu mengutarakan keinginannya untuk meneruskan usaha pembatikan yang hampir bangkrut Kejutan sekali lagi, karena di sinilah konflik yang diam itu muncul dan menghantam kesadaran pembaca setelah sekian lama dianggap seperti tak ada lagi Dan inilah yang menghantar dan tepatnya merangkai pembaca pada apa yang ditemakan dalam cerita pasrah, sikap pasrah dalam pribadi Pak Bei.Sayangnya, konflik yang dapat membuat pembaca asyik menerka lagi meraba raba itu akhirnya diselesaikan penulis dengan mematikan Bu Bei Seakan akan hanya itu jalan keluar Bagi pembaca aktif a reader yang mengeksplorasi permasalahan di dalamnya, memang satu satunya jalan keluar adalah dengan mematikan Bu Bei Padanyalah kunci permasalahan itu, sebagaimana yang dijelaskan panjang lebar oleh
Pak Bei pada si bungsu ketika menanggapi keinginannya untuk meneruskan usaha pembatikan lihat hal 233 235 238.Tentang ending cerita, apa yang telah disajikan dan dirangkai dalam Canting, terkesan kuat diakhiri dengan tergesa gesa Entah apa maksud penulis, yang jelas, mulai halaman 362 sampai halaman 377 cerita mengalir cepat dan cepat seolah olah ingin buru buru cari jalan keluar Bukan mengada ada, tapi begitulah yang terkesan Emosi yang sudah teraduk aduk dengan baik pada halaman halaman sebelumnya dipaksa reda begitu saja Padahal, pada halaman halaman sebelumnya itu, lelucon yang disajikan penulis lewat ucapan ucapan para pelaku terasa mengena Efek lucu dapat dipahami bila terasa mengena, karena tampil dalam komentar komentar menyimpang pada kondisi kondisi tertentu yang kita tahu bagaimana seharusnya Seperti percakapan antara si bungsu dengan salah seorang buruh batik tentang kapan rencana pernikahan hal 204 Atau percakapan si bungsu dengan seorang tukang becak tentang tawar menawar ongkos la Solo ketika pulang dalam rangka merayakan ulang tahun Pak Bei hal 154 Atau juga ini yang ekstrem komentar komentar Pak Bei tentang kematian Bu Bei, yang bertebar pada halaman 254, 255, dan 257.Meski demikian, apa yang diungkapkan sampai di sini adalah sebuah hasil pembacaan atas teks Bagaimana pun hasilnya, semua berangkat dari keinginan untuk semata mata membaca lalu menuliskan kembali apa yang didapat dari karya Arswendo ini Sebab di dalamnya ada sesuatu yang dapat ditafsiri Ada sesuatu yang mesti dilukiskan kembali oleh pembaca, tentu saja walaupun Canting sudah lama tak beredar di pasaran.Terlepas dari kekurangan dan kelebihannya, Canting tampaknya bukan sembarang karya Tidak kurang dari Andries de Teeuw, pengamat sastra Indonesia dari Leiden itu, pernah memberikan tanggapannya tentang Canting ini dalam kumpulan tulisannya Keberlisanan dan Keberaksaraan Pustaka Jaya Adapun Um 19. Dharwiyanti Buat saya, seorang Jawa yang tinggal di negeri tetangga , membaca Canting seperti belajar budaya leluhur Banyak hal saya dapatkan dari buku ini, tentang bagaimana orang Jawa itu, setidaknya pada generasi di atas saya, dan ke atas2nya lagi.Canting berkisah tentang dua generasi Pak Bei alias Ngabehi Sestrokusuma, pemilik usaha batik merk Canting, dan putri bungsunya Ni alias Subandini Dewiputri Sestrokusuma Keduanya punya semangat pemberontak, tapi implementasinya tentu berbeda2 sesuai jamanny Buat saya, seorang Jawa yang tinggal di negeri tetangga , membaca Canting seperti belajar budaya leluhur Banyak hal saya dapatkan dari buku ini, tentang bagaimana orang Jawa itu, setidaknya pada generasi di atas saya, dan ke atas2nya lagi.Canting berkisah tentang dua generasi Pak Bei alias Ngabehi Sestrokusuma, pemilik usaha batik merk Canting, dan putri bungsunya Ni alias Subandini Dewiputri Sestrokusuma Keduanya punya semangat pemberontak, tapi implementasinya tentu berbeda2 sesuai jamannya masing2.Di awal buku dikisahkan tentang Pak Bei yang sangat feodal Apa2 selalu dilayani oleh istri dan pegawai2nya Bu Bei yang ternyata bekas buruh batik itu benar2 menyiapkan segala sesuatunya untuk Pak Bei, mulai dari air hangat untuk mandi, sampai menjual batik di Pasar Klewer Sudah begitu, Pak Bei tinggal menikmati hidup, pergi bersosialisasi dengan teman2nya sesama priyayi,dan tirakatan Jumat Kliwon yang kadang diwarnai dengan judi dan perempuan Belum lagi kesenjangan strata sosial antara priyayi dan buruh yang nggak terbayangkan pada jaman sekarang.Bu Bei lah sesungguhnya yang motor penggerak keluarga sekaligus motor penggerak usaha Menjadi manajer produksi merangkap manajer pemasaran, juga manajer keuangan dan manajer sumber daya manusia Saya jadi ingat gurauan Pakde saya saat peluncuran bukunya awal tahun lalu Kata Pakde saya, selaku priyayi Solo, beliau memang kerjanya menekuni hobi, yaitu membongkar pasang otak maklum, dokter bedah saraf P Cari duit itu urusan duniawi, urusan istri Sungguhpun kesan pertama saya tentang Pak Bei kurang begitu baik, ternyata seiring berjalannya kisah, banyak hal2 baru yang saya ketahui darinya Ternyata dibalik kegiatannya yang agak nggak jelas itu, Pak Bei sangat mengikuti berita terkini mulai dari politik seputar Bung Karno dan nekolim, sampai urusan seni drama Pemikiran2 Pak Bei pun banyak yang nggak lazim, bahkan progresif untuk jaman tahun 60 an itu Walaupun tentunya, semua baru sebatas wacana, pandangan, belum sampai kepada sebuah pergerakan yang nyata Modernitas Pak Bei masih berpadu kental dengan filosofi2 Jawanya.Bagian berikutnya adalah giliran Ni menjadi lakon Ni adalah satu2nya anak Pak Bei yang namanya menggunakan Sestrokusuma, karena konon Pak Bei sempat meragukan apakah Ni benar2 anaknya Ni adalah satu2nya anak Pak Bei yang hidupnya nggak mengikuti pakem anak priyayi Jawa manut2 orang tua, dan pasti akan hidup enak Ni adalah satu2nya anak Pak Bei yang mau mengurusi usaha batik Canting yang sudah tergusur batik printing.Plot kisahnya mungkin cenderung standar Tapi muatan dialog2nya, terutama antara Pak Bei dan Ni, benar2 kaya akan perenungan Bagaimana Pak Bei menjelaskan bahwa orang Jawa itu memang hakikatnya pasrah, tapi sekaligus menyemangati Ni untuk menjadi pembuka pintu perubahan Pada bagian akhir cerita, banyak hal dari masa lalu yang kemudian terungkap Kelam, diselesaikan dengan tak adil menurut kacamata orang luar, namun dengan penuh pertimbangan oleh Pak Bei Pak Bei pun menunjukkan bagaimana seorang priyayi di masa tuanya nggak hanya sekedar menjadi menara gading yang tak tersentuh, tapi juga menjadi mercu suar yang menerangi sekitarnya Akhir cerita memang terasa agak terburu2 Seperti ada yang tiba2 memencet tombol Fast Forward pada
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
tape recorder Tapi mungkin 20 halaman terakhir buku ini bisa dianggap sebagai sebuah epilog Sekedar untuk menggambarkan kepada pembaca, bagaimana kira2 kelanjutan nasib keluarga Sestrokusuma Karena kekuatan cerita ini memang bukan pada alurnya Ending nya bagaimana,itu bukan suatu hal yang penting lagi Karena Canting sudah memperkaya pembacanya sejak awal Indri Juwono 2011 27 Kalau kalian akan mati kelaparan, saya akan membawa basi dan menjejalkan ke mulut kalian Kalau kalian telanjang, saya akan bawa kain membalut tubuh kalian Kalau kalian mati, saya akan membelikan peti mati Tapi tidak untuk tetek bengek membeli sepeda, mengecat rumah, atau membayar hutang Ini semua saya lakukan karena saya ingin melakukan Bukan karena kalian adik adikku Pada orang lain yang saya kenal pun akan saya lakukan hal yang sama.Saya tak ingin dipuji Kalau memuji, jangan s 2011 27 Kalau kalian akan mati kelaparan, saya akan membawa basi dan menjejalkan ke mulut kalian Kalau kalian telanjang, saya akan bawa kain membalut tubuh kalian Kalau kalian mati, saya akan membelikan peti mati Tapi tidak untuk tetek bengek membeli sepeda, mengecat rumah, atau membayar hutang Ini semua saya lakukan karena saya ingin melakukan Bukan karena kalian adik adikku Pada orang lain yang saya kenal pun akan saya lakukan hal yang sama.Saya tak ingin dipuji Kalau memuji, jangan sampai saya mendengar.Saya tak takut dicaci Kalau mencaci, jangan sampai saya mendengar Saya dilahirkan dengan telinga yang kecil dan tipis kulitnya, tak bisa mendengar hal hal seperti itu Pak Bei hal 132 Imas Kisah kehidupan keluarga Pak Bei dan usaha menghidupkan usaha batik tradisional milik keluarga mereka Pak Bei seorang priyayi sedangkan istrinya Bu Bei bukan seorang priyayi namun sebenarnya lebih banyak berperan dalam mengatur keluarga.Cerita tentang konflik dan rahasia yang terjadi dalam keluarga ini dimulai dari niat anak bungsu mereka Ni meneruskan usaha Batik keluarganya.Meski bukan orang Jawa dan tidak mengerti budaya Jawa, buku ini cukup menarik. Ardita Buset Jawa banget ini buku. Despite all the goodness in it, seperti pilihan setting, penokohan dan lain lain. kayaknya ada yang kurang.Pada sepertiga akhir buku, Wendo nampaknya terburu2 Opera Jakarta masih lebih mending. Atau hal ini berarti Wendo memang berusaha jujur, menjadi orang Jawa Go figure.. Feti Habsari Saya memang orang jawa meski dibesarkan dan larut dalam hiruk pikuk gemerlap kota Saya keturunan jawa yang jauh dari lingkup kekeratonan dan tidak memahami budayanya Melalui Canting, saya turut larut perihal budaya jawa, keraton, priyayi, bahkan buruh yang penuh dengan kepasrahan Jawa yang sebenar benarnya jawa. Afina Emas Usai menamatkan buku ini saya langsung teringat dengan cerita Para Priyayi oleh Umar Kayam, serupa tapi tak sama Keerupaan tersebut terletak pada latar belakang kehidupan priyayi Jawa dan dinamikanya.Untuk saya sendiri, membaca mengenai kehidupan masyarakat Jawa pada zaman dahulu selalu menarik, sayangnya klimaks cerita pada Canting kurang dapat menggugah saya untuk membacanya ulang, tidak seperti Para Priyayi.Tentu saja membandingkan kedua buku tersebut, hanya karena latarnya yang sama, adalah Usai menamatkan buku ini saya langsung teringat dengan cerita Para Priyayi oleh Umar Kayam, serupa tapi tak sama Keerupaan tersebut terletak pada latar belakang kehidupan priyayi Jawa dan dinamikanya.Untuk saya sendiri, membaca mengenai kehidupan masyarakat Jawa pada zaman dahulu selalu menarik, sayangnya klimaks cerita pada Canting kurang dapat menggugah saya untuk membacanya ulang, tidak seperti Para Priyayi.Tentu saja membandingkan kedua buku tersebut, hanya karena latarnya yang sama, adalah hal yang kurang tepat Saya merekomendasikan buku ini untuk siapapun yang ingin mengetahui sisi lain kehidupan priyayi Jawa yang bergelut dengan keadaan Kimi Canting, simbol budaya yang kalah, tersisih, dan melelahkan Canting berkisah tentang keluarga Pak Bei, lengkapnya Raden Mas Daryono Sestrokusuma atau Ngabehi Sestrokusuma, pemilik usaha batik tulis merk Canting Secara garis besar, Canting dibagi menjadi dua bagian Bagian pertama berkisah seputar Pak Bei di tahun 1960 an, sebelum dan sesaat setelah Ni, putri bungsu Pak Bei, lahir Bagian kedua berkisah ketika Ni sudah jadi sarjana farmasi dan ingin melanjutkan usaha batik keluarganya, meski dit Canting, simbol budaya yang kalah, tersisih, dan melelahkan Canting berkisah tentang keluarga Pak Bei, lengkapnya Raden Mas Daryono Sestrokusuma atau Ngabehi Sestrokusuma, pemilik usaha batik tulis merk Canting Secara garis besar, Canting dibagi menjadi dua bagian Bagian pertama berkisah seputar Pak Bei di tahun 1960 an, sebelum dan sesaat setelah Ni, putri bungsu Pak Bei, lahir Bagian kedua berkisah ketika Ni sudah jadi sarjana farmasi dan ingin melanjutkan usaha batik keluarganya, meski ditentang habis kakak kakaknya.Sebuah buku dengan tema budaya lokal ini adalah buku yang bagus Mengangkat canting menjadi tema sentral buku ini Batik tulis yang dulu berkuasa, sekarang harus terpaksa mengalah dengan batik cap Dan karena alasan ingin membalas budi kepada buruh Hobby Judul Asli CANTINGPenulis Arswendo Atmowiloto Penerbit Gramedia Pustaka Utama Desain Ilustrasi
sampul WedhaCetakan I Oktober 2007 408 hlm Kisah dibuka dengan kehidupan di Ndalem Ngabean Sestrokusuman kediaman Raden Ngabehi Sestrokusuma, atau yang dikenal sebagai Pak Bei, pengayom penduduk setempat, juragan batik yang memiliki 112 buruh batik beserta angggota keluarganya Namun suasana pada pagi hari itu sedikit berbeda dengan hari hari biasa Para buruh batik diliburkan, dan Bu Judul Asli CANTINGPenulis Arswendo Atmowiloto Penerbit Gramedia Pustaka Utama Desain Ilustrasi sampul WedhaCetakan I Oktober 2007 408 hlm Kisah dibuka dengan kehidupan di Ndalem Ngabean Sestrokusuman kediaman Raden Ngabehi Sestrokusuma, atau yang dikenal sebagai Pak Bei, pengayom penduduk setempat, juragan batik yang memiliki 112 buruh batik beserta angggota keluarganya Namun suasana pada pagi hari itu sedikit berbeda dengan hari hari biasa Para buruh batik diliburkan, dan Bu Bei tidak berangkat kulakan batik di Pasar Klewer, alasannya Pak Bei sedang sakit Alasan sebenarnya Bu Bei ternyata sedang mengandung Masalahnya ia sudah terlalu tua untuk hamil kembali Bu Bei sudah berusia 32 tahun saat itu Anak anak mereka sudah besar besar Apa omongan orang orang jika tahu tentang hal ini Dan bagaimana tanggapan Pak Bei atas kehamilan yang tak disangka sangka ini Bu Bei sudah menikah saat berusia 14 tahun Nama aslinya Tuginem, seorang putri rakyat biasa, yang tak bermimpi dipersunting oleh Den Bei Daryono putra sulung Ngabean, keluarga priyayi Pernikahan antara keduanya, menimbulkan berbagai masalah Keluarga mempelai wanita diangkat derajat serta martabatnya, bahkan desa asalnya mendapat kehormatan karena salah satu penghuninya menjadi anggota keluarga Ngabean Namun bagi keluarga mempelai pria, hal ini merupakan aib yang menjadi pembicaraan serta kasak kusuk kerabat dalam Tuginem harus banyak belajar untuk menjadi sosok panutan dan pasangan yang pantas bagi Den Bei Daryono, apalagi semenjak ia menyandang panggilan Bu Bei Sejauh ini, Bu Bei selalu berusaha tidak mengecewakan Pak Bei Dalam setahun setelah menikah, ia telah melahirkan putra pertama, Wahyu Dewabrata sang pewaris penerus keturunan Sestrokusuma Setengah tahun kemudian menyusul lahirnya Lintang Dewanti, di tengah berkecamuknya perang yang mengakibatkan ludesnya semua harta keluarga Ngabean Tahun berikutnya Bayu Dewasunu lahir saat pasukan Belanda menangkap banyak orang dan mereka tidak ada yang kembali ke rumah masing masing Dan setahun kemudian tepatnya pada tahun 1949, saat kondisi sudah agak membaik, lahirlah Ismaya Dewakusuma, namun itu adalah waktu yang membuat susah kehidupan Bu Bei, karena Pak Bei memiliki selir di desa lain Kelahiran Wening Dewamurti dua tahun kemudian merupakan titik tolak perubahan pada diri Pak Bei Beliau tidak lagi suka keluyuran , bahkan meninggalkan selirnya, lebih kerasan tinggal di rumah dan bermain dengan putri bungsu yang menjadi kesayangannya Dan kini Wening sang bintang keluarga, sudah besar, berusia 11 tahun Bu Bei tidak terlalu suka membayangkan perubahan apa yang akan terjadi akibat kehamilan barunya ini Bu Bei merasa dirinya dicurigai telah hamil anak orang lain Apalagi dengan sikap dingin Pak Bei yang bertingkah seakan akan Bu Bei tidak sedang mengandung Tiada tanggapan khusus dari beliau, membuat Bu Bei menjalani kehamilannya dengan sikap pasrah bahkan cenderung sedikit acuh Hingga tiba waktunya sang bayi lahir, seorang bayi perempuan yang berkulit gelap, wajah tidak terlalu rupawan, sungguh berbeda dengan paras sang ayah maupun saudara saudaranya Ia diberi nama Subandini Dewaputri Sestrokusuma, atau lebih sering dipanggil Ni putri bungsu keluarga Sestrokusuma yang nantinya memilih jalan hidup yang berbeda dari keluarganya, berbeda dengan saudara saudaranya about this book, please check on my review at here 27. Margiant Sadian berat hati menyelesaikan novel ini ketika memasuki halaman 300 ratus ke atas tapi merasa berdosa, meyakini diri sendiri bahwa hutang sebentar lagi lunas, yang dengan demikian bisa beranjak ke fiksi fiksi yang lain akhirnya, karena insomnia yang tiba tiba melanda, saya babat habis sisa halaman dalam sekali baca, tuntas, lunas tidur pun nyenyak bagian awal saya sangat menikmati cerita ini, tepatnya ketika anak beranak pak dan bu bei tak mendominasi cerita tokohnya bisa dibedakan pak bei yang berat hati menyelesaikan novel ini ketika memasuki halaman 300 ratus ke atas tapi merasa berdosa, meyakini diri sendiri bahwa hutang sebentar lagi lunas, yang dengan demikian bisa beranjak ke fiksi fiksi yang lain akhirnya, karena insomnia yang tiba tiba melanda, saya babat habis sisa halaman dalam sekali baca, tuntas, lunas tidur pun nyenyak bagian awal saya sangat menikmati cerita ini, tepatnya ketika anak beranak pak dan bu bei tak mendominasi cerita tokohnya bisa dibedakan pak bei yang keras, diplomatik, tegas luar biasa, dan idealis, lalu bu bei yang tenang, nrimo, ulet, dan tegar kemudian buruh buruh batik dan kehidupan sekitar ngabean yang imajinya lekat di kepala meski semua itu dibungkus dalam kisah keluarga keraton yang berputar putar di sekitar peran istri pak bei yang berjiwa niaga, kehidupan keraton yang kaya tradisi dan aturan ketat, dan permasalahan keluarga antara anak dan buruh buruh batik di kebon semua intrik itu ada, muncul ke permukaan, tapi tidaklah seruncing yang saya harapkan tapi sejauh itu, saya tenggelam dalam ceritanya yang khas arswendo ketika anak beranak pak dan bu bei ambil alih cerita, mulai agak goyah selera baca saya pusat pengisahan menyebar, tapi tak sedalam pada bagian bagian awal cerita khusus bagian kehidupan tokoh ni, dengan kepribadian yang notabene gabungan pak dan bu bei, saya ingin melihat konflik yang benar benar
membikin greget, tapi nyatanya kebanyakan tell , ketimbang show dia diceritakan mengalami masalah dalam bisnis batiknya, tapi, bukankah itu yang semestinya menjadi daya tarik jika dieksplor lebih jauh dan dalam lagi ketimbang menonjolkan panjang lebar adegan yang kebayakakan pidato tak ada habis habisnya dari pak bei yang udah tua ini dalam proses budaya ini dan itu, kelurga berkumpul, masalah keluarga pun dipaparkan lewat sudut pandang pak bei kadang saya terkesima dengan konten dan bobot pidato ini sampai sampai saya lupa yang saya baca ini novel dengan elemen elemen fiksi yang kompleks buku ini bagus, hanya saja saya melihat ada ketidakseimbangan yang saya sendiri bingung mau menyebutnya sebagai apa baiklah, anggap saya sok pintar, sok kritis arswendo hm buku ini sangat sangat arswendo kocak dari segi penuturan dan humornya nah, di sini juga saya menemukan ketidakseimbangan yang lain semua tokoh dalam novel ini seolah memiliki persamaan yang ganjil gaya bicara dan selera humor khas arswendo sehingga saya kadang saru membedakan ini yang ngomong pak bei ni himawan, atau arswendo sendiri bukankah penulis juga punya batasan di mana ia harus menghidupkan tokohnya sebagai tokoh yang bukan alter ego si penulis itu sendiri okelah pak bei bisa dikatakan alter ego si pengarang, tapi ni dan himawan hm.yang jelas, saya bisa beranjak ke buku buku lainnya dulu 28. Biondy Judul CantingPenulis Arswendo AtmowilotoPenerbit Gramedia Pustaka UtamaHalaman 408 halamanTerbitan 2007 terbit pertama 1986 Canting, simbol budaya yang kalah, tersisih, dan melelahkan Adalah Ni sarjana farmasi, calon pengantin, putri Ngabean yang mencoba menekuni, walau harus berhadapan dengan Pak Bei, bangsawan berhidung mancung yang perkasa Bu Bei, bekas buruh batik yang menjadi ibunya serta kakak kakaknya yang sukses.Canting, yang menjadi cap batik Ngabean, tak bisa bertahan lagi Judul CantingPenulis Arswendo AtmowilotoPenerbit Gramedia Pustaka UtamaHalaman 408 halamanTerbitan 2007 terbit pertama 1986 Canting, simbol budaya yang kalah, tersisih, dan melelahkan Adalah Ni sarjana farmasi, calon pengantin, putri Ngabean yang mencoba menekuni, walau harus berhadapan dengan Pak Bei, bangsawan berhidung mancung yang perkasa Bu Bei, bekas buruh batik yang menjadi ibunya serta kakak kakaknya yang sukses.Canting, yang menjadi cap batik Ngabean, tak bisa bertahan lagi Menyadari budaya yang sakit adalah tidak dengan menjerit, tidak dengan mengibarkan bendera Ni menjadi tidak Jawa, menjadi aeng aneh, untuk bisa bertahan Ni yang lahir ketika Ki Ageng Suryamentaram meninggal dunia, adalah generasi kedua, setelah ayahnya, yang berani tidak Jawa.ReviewSebuah novel yang sangat menguras tenaga dan konsentrasi Bayangkan, 408 halaman dan hanya terdiri dari 2 bab Yup, 2 Untuk orang seperti saya yang suka berhenti di awal bab, hal ini sangat menyulitkan Saya suka bingung di mana sebaiknya meletakkan pembatas buku dan saat dibuka kembali, suka bingung juga terakhir bacanya sampai sebelah mana Bab 1 buku ini mengisahkan tentang Pak Bei, Bu Bei, usaha batik Ngabean, dan juga kebudayaan Jawa Bagian ini agak membosankan jujur saja Pak Bei kadang kalau bicara suka panjang banget dan kadang agak berbelit belit Walau begitu, pemaparan kebudayaan Jawa dan tantangannya yang disampaikan lewat Pak Bei sangat menarik Arswendo Atmowiloto juga tampaknya cukup sadar bahwa tidak semua orang Indonesia bisa berbahasa Jawa dan memasukkan penjelasan setiap kali ada pemakaian bahasa Jawa Tidak seperti novel lain, yang juga kuat unsur Jawanya, yang saya baca belum lama ini Bab 2 bercerita tentang anak anak Pak Bei dan Bu Bei yang sudah dewasa Mereka semua, kecuali Ni, sudah menikah, memiliki anak, dan mempunyai masalah masing masing.Bagian ini lebih menarik, karena ada banyak kejutan yang muncul Selain itu perjuangan Ni untuk membangkitkan kembali usaha batik keluarganya, pergulatan kehidupan pribadinya, serta keputusan akhir yang dia ambil, terasa pas buat saya.Secara keseluruhan, saya rasa ini novel yang menarik Cocok untuk orang yang suka membaca tentang kebudayaan Jawa Disarankan untuk memiliki kesabaran lebih dalam membacanya Kalau lebih suka novel dengan alur dan tempo bahasa yang cepat, mungkin buku ini kurang pas untuk kamu.Buku ini untuk tantangan baca Membaca Sastra Indonesia 2013 2013 Indonesian Romance Reading Challenge 29. Meta Morfillah Judul CantingPenulis Arswendo atmowilotoPenerbit Gramedia pustaka utamaDimensi 376 hlm, 20 cm, cetakan keempat juli 2013ISBN 978 979 22 9623 5Canting, alat untuk membatik yang ditiup dengan nafas dan perasaan Proses pembatikan melalui canting memerlukan waktu berbulan bulan, membutuhkan kesabaran dan keuletan Sayang, semua terbanting oleh batik jenis printing cetak Dalam beberapa kejap, batik printing dihasilkan dengan cepat, banyak dan tak perlu buruh banyak.Adalah Ni, anak keenam, bun Judul CantingPenulis Arswendo atmowilotoPenerbit Gramedia pustaka utamaDimensi 376 hlm, 20 cm, cetakan keempat juli 2013ISBN 978 979 22 9623 5Canting, alat untuk membatik yang ditiup dengan nafas dan perasaan Proses pembatikan melalui canting memerlukan waktu berbulan bulan, membutuhkan kesabaran dan keuletan Sayang, semua terbanting oleh batik jenis printing cetak Dalam beberapa kejap, batik printing dihasilkan dengan cepat, banyak dan tak perlu buruh banyak.Adalah Ni, anak keenam, bungsu dari Pak Bei dan Bu Bei, sarjana farmasi, calon pe 30. Kevin Haikal Canting, secara harfiah memang adalah sebuah laat yang biasa digunakan untuk membatik Alat yang diisikan lilin malam, lalu disulap menjadi kestaun garis garis dan motif motif yang kelak akan membentuk kain
mori yang polos menjadi sebuah bentuk yang indah.canting ini menjadi tempat penggantungan hidup, ya dari canting canting ini selain terlahir gambar motif batik juga terlahir dokter,arsitek,penguasaha bahkan ahli obat obatan apoteker pun lahir asbab canting ini.namun canting yang ini berbeda Canting, secara harfiah memang adalah sebuah laat yang biasa digunakan untuk membatik Alat yang diisikan lilin malam, lalu disulap menjadi kestaun garis garis dan motif motif yang kelak akan membentuk kain mori yang polos menjadi sebuah bentuk yang indah.canting ini menjadi tempat penggantungan hidup, ya dari canting canting ini selain terlahir gambar motif batik juga terlahir dokter,arsitek,penguasaha bahkan ahli obat obatan apoteker pun lahir asbab canting ini.namun canting yang ini berbeda, bukan sekedar masalah pembuatan batik tetapi canting ini menuangkan harapan dan juga mimpi serta menjadi wadah dimana didalamnya tertuang berjuta kisah dari suka maupun duka.canting yang satu ini berbeda, bukan sekedar budaya dan identitas suatu daerah dan bangsa, tetapi ini juga tentang cara bertahan hidup cara beradaptasi cara melanjutkan hidup di kenyataan.canting, mewadahi kehidupan dalam satu kesatuan didalamnya dimulai bangsa sudra hingga kasta brahmana, baik priyayi ataupun buruh mereka menggantungkan diri di canting ini.Hanya cukup batik maka semua kerumitan dan segala kelumit dalam bahan dan prosesnya mampu digambarkan, ya, canting,malam,mori,gawangan, dan lain lainnya mengajarkan juga tentang kerelaan ya, kerelaan, bagaimana mereka adalah materi utama pembuat keindahan gambar itu namun tak pernah disebut dan disinggung.canting, walau temuan lama masih tetap bertahan ya, setidaknya ia hidup di zaman zaman modern, bukan tentang ia menonjol lagi dan seterkenal apa, tetapi lebih kepada dia masih tetap berkarya dan menjadi wadah gantung hidup pengharapan pekerja 31. Astri Widarianti Canting bercerita mengenai keluarga Pak Bei dan Bu bei yang masih keturunan priyayi tapi berani mendobrak tradisi keluarganya sendiri, berani aneh untuk menjadi dirinya sendiri Dilanjutkan dengan Ni, anak Pak Bei yang berani menjadi aneh, menjadi dirinya sendiri dia berani untuk melawan keluarganya untuk mengambil dan mengelola usaha batik cap canting sekalipun dia tahu tidak mudah membangkitkan usaha keluarganya yang menggunakan cara tradisional dan bersaing dengan batik cetak Membaca buku Canting bercerita mengenai keluarga Pak Bei dan Bu bei yang masih keturunan priyayi tapi berani mendobrak tradisi keluarganya sendiri, berani aneh untuk menjadi dirinya sendiri Dilanjutkan dengan Ni, anak Pak Bei yang berani menjadi aneh, menjadi dirinya sendiri dia berani untuk melawan keluarganya untuk mengambil dan mengelola usaha batik cap canting sekalipun dia tahu tidak mudah membangkitkan usaha keluarganya yang menggunakan cara tradisional dan bersaing dengan batik cetak Membaca buku ini saya merasa kembali ke zaman orde lama dan berada dalam lingkup priyayi serta lingkungan solo yang dipenuhi dengan tata aturan kerajaan dari buku ini saya banyak belajar, bahwa pasrah yang selama ini kita definisikan sebagai menyerah dan menurut memiliki definisi lainnya yang lebih luas,dan berkebalikan dari yang orang orang ketahui bahwa pasrah tidak hanya sekedar menurut buku ini menurut saya mengkritik secara halus mengenai budaya kita, jawa lebih utamanya mengkritik secara halus mengenai peran dan posisi masyarakatnya, peran dan posisi laki laki serta perempuan, juga mengkritik peran dan posisi suami,istri dan anak dalam rumah tangga buku ini membuat saya berpikir dan merefleksikan diri.buku ini membuat saya menangis tanpa sebab karena alur dan konflik yang dibuatnya menurut saya halus tapi ngena saya jadi menyadari, apakah benar kita sudah lama hidup dengan budaya yang seperti ini yang dianggap melanggar bila berkelakuan aneh dalam artian positif canting memang budaya jawa yang erat dengan batik yang kini terkalahkan oleh printing, tapi canting juga masih hidup di kalangannya, di hati pecintanya yang membuat dia bernilai.rocemended banget buat buku ini 32. Menik Pratiwi Sesuai dengan espektasi saya saat menemukan buku ini nyempil di rak sebuah toko buku, pasti berbobot Apalagi kalau bukan karena nama penulisnya yang memang sudah terkenal malang melintang di dunia sastra dengan karya yang tidak ecek ecek.Canting, mengisahkan perjalanan keluarga Raden Ngabehi Sestrokusuma dengan segala konflik baik dalam keluarga maupun dalan usaha keluarga mereka, yaitu pabrik batik tradisional.Banyak hal tidak terduga dan jauh dari bayangan saya ketika membaca cerita ini Ibar Sesuai dengan espektasi saya saat menemukan buku ini nyempil di rak sebuah toko buku, pasti berbobot Apalagi kalau bukan karena nama penulisnya yang memang sudah terkenal malang melintang di dunia sastra dengan karya yang tidak ecek ecek.Canting, mengisahkan perjalanan keluarga Raden Ngabehi Sestrokusuma dengan segala konflik baik dalam keluarga maupun dalan usaha keluarga mereka, yaitu pabrik batik tradisional.Banyak hal tidak terduga dan jauh dari bayangan saya ketika membaca cerita ini Ibarat mengupas bawang selapis demi selapis Bu Bei yang berasal dari keluarga buruh batik, ketika sudah menjadi istri seorang Raden Ngabehi bisa menempatkan diri dengan baiknya untuk menjunjung nama suaminya Banyak hal tersembunyi yang dilakukannya, yang baru diketahui oleh Ni setelah ibunya wafat.Pak Bei, seorang priyayi yang dianggap nyeleneh di jamannya Siapa sangka ternyata sifatnya juga menurun pada anak bungsu yang lahirnya tidak terduga Ni, yang kemudian menjadi tokoh sentral di
cerita ini, juga dianggap aneh ketika hendak mengambil alih usaha keluarga yang sedang dalam keterpurukan.Setiap tokoh dalam cerita ini diceritakan dengan porsi yang pas Begitu pula dengan setting waktu dan tempat, bisa membawa imajinasi kita ke jaman awal kemerdekaan.Yang saya suka, menurut penafsiran saya, perempuan itu tidak selemah yang nampak, sebagaimana yang digambarkan dalam sosok Bu Bei, juga para perempuan lain dalam cerita ini.Satu tokoh yang bikin saya gregetan disini yaitu istri Wahyu hahahaSaya sangat puas bisa membaca dan menemukan buku ini D 33. Salsabila Andri Canting merupakan sebuah kisah mengenai sebuah keluarga, sebuah usaha pembatikan, dan mengenai Jawa.Canting dikisahkan lewat sudut pandang seorang priayi bernama Pak Bei, seorang ngabean, suami, bapak, juragan batik, serta orang terhormat Lewat kacamatanya, pembaca dipertunjukkan Ndalem Ngabean Sestrokusuman, di mana sebuah keluarga tinggal, hidup, tumbuh, dari jerih payah 112 buruh batik yang tanpa mengenal siang dan malam terbalut keringat mengangkat rak demi rak kain mori, dan meniupkan mala Canting merupakan sebuah kisah mengenai sebuah keluarga, sebuah usaha pembatikan, dan mengenai Jawa.Canting dikisahkan lewat sudut pandang seorang priayi bernama Pak Bei, seorang ngabean, suami, bapak, juragan batik, serta orang terhormat Lewat kacamatanya, pembaca dipertunjukkan Ndalem Ngabean Sestrokusuman, di mana sebuah keluarga tinggal, hidup, tumbuh, dari jerih payah 112 buruh batik yang tanpa mengenal siang dan malam terbalut keringat mengangkat rak demi rak kain mori, dan meniupkan malam pada canting sebagai pengabdian mereka kepada keluarga Ngabean Diwarnai dengan adat istiadat, tradisi, dan budaya Jawa yang terasa kental, novel ini dapat membawa pembacanya ke Jawa, tepatnya Solo, di saat zaman mulai berubah dan orang mulai berani tidak Jawa , seperti Pak Bei Banyak konflik yang terjadi di dalam cerita yang membuat novel ini lebih menarik, terutama konflik kehamilan Bu Bei pada usianya yang dianggap telah lanjut, menyebabkan kehamilan ini kurang diterima oleh Pak Bei dan Bu Bei sendiri Terdapat pula konflik lainnya tentang strata sosial, kericuhan pada akhir masa jabatan Soekarno, banjir di keraton, dan lainnya Sang Penulis menghabiskan banyak waktu mempersiapkan latar belakang, perlahan membangun sebuah cerita sehingga pada akhirnya ketika konflik sebenarnya datang, pembaca dapat mengerti sepenuhnya apa yang sedang terjadi, dan apa sebenarnya inti dari cerita ini Dan pada akhirnya, yang menjadi inti dari novel ini adalah kisah tentang usaha penyelamatan sebuah budaya, jati diri, yang mulai hilang terlupakan 34. Darnia I adore this book Kisah juragan batik yg Priyayi, Pak Bei Sestrokusuman Dan keluarga besarnya Dan buruh buruhnya Pak Bei, yang beristrikan Bu Bei yang selalu nrima ing pandum Pak Bei, yang dicap kapitalis karena mempekerjakan manusia untuk memperkaya dirinya Pak Bei, yang dianggap pihak keraton sebagai priyayi yang kurang ajar karena suka ngomong seenaknya Pak Bei, yang selalu tidak bisa memilih antara Bung Karno atau Ki Ageng Suryamentaman.Kisah Pak Bei ini benar benar menuturkan tentang I adore this book Kisah juragan batik yg Priyayi, Pak Bei Sestrokusuman Dan keluarga besarnya Dan buruh buruhnya Pak Bei, yang beristrikan Bu Bei yang selalu nrima ing pandum Pak Bei, yang dicap kapitalis karena mempekerjakan manusia untuk memperkaya dirinya Pak Bei, yang dianggap pihak keraton sebagai priyayi yang kurang ajar karena suka ngomong seenaknya Pak Bei, yang selalu tidak bisa memilih antara Bung Karno atau Ki Ageng Suryamentaman.Kisah Pak Bei ini benar benar menuturkan tentang orang Jawa jaman dulu yang banyak pasrahnya Pasrah yang bukan berarti kalah,tapi lebih sebagai penerimaan atas apa yg didapatkan hingga saat ini Pun akhirnya dengan usaha batik Cap Canting yang harus bergulat dengan pergeseran budaya Gw suka gaya Arswendo dalam menghubungkan satu tokoh dengan tokoh yang lain Telaten memberikan latar untuk setiap tokohnya, serta menceritakannya tanpa membuat bosan Di buku ini Arswendo seperti memberikan sisi humanis dengan menjabarkan jalan pikiran masing masing tokoh yg sedang jadi inti ceritanya Bagaimana level kepasrahan yg dilakoni Bu Bei yang berbeda dengan yg dijalani anak2 dan mantu2 perempuan Sestrokusuman Yang mungkin juga sebagai gambaran, betapa perempuan Jawa jaman dulu jauh lebih nrimo daripada perempuan Jawa jaman sekarang.Salahkah Menurut Pak Bei, nggak salah Asalkan dilakukan dengan kesadaran penuh dan tidak harus berpura pura pasrah Daripada nggondok mburi, nyumpel tenggorokan 35. Arshya Faradita this books dedicated to ancient Javanese culture of patrilinear especially in solo surakarta , central java the writer give us one problems but affected entire aspect of the family lives.the story about Pak Bei Mr Bei Ngabehi Sestrokusumo family, nuclear family and servants Pak Bei has a batik factory named Canting Pak Bei has wife named Bu Bei Mrs Bei who runs the factory and sells the products in Pasar Klewer Bu Bei is a business woman but in the other side Pak Bei just do some unpro this books dedicated to ancient Javanese culture of patrilinear especially in solo surakarta , central java the writer give us one problems but affected entire aspect of the family lives.the story about Pak Bei Mr Bei Ngabehi Sestrokusumo family, nuclear family and servants Pak Bei has a batik factory named Canting Pak Bei has wife named Bu Bei Mrs Bei who runs the factory and sells the products
in Pasar Klewer Bu Bei is a business woman but in the other side Pak Bei just do some unproductive activities with his friend such as gambling, chit chat, and tirakatan javanesse traditional ceremony although become business woman, bu bei still serve Pak Bei properly in his daily activities.Pak Bei images never seems good, but and he story goes to reveal anything and explain the reason of some behavior such as when Pak Bei had activities with his friend, they talk about economics, neoliberalness, and art.in fact, pak bei has progressive idea about government policy but still affected with Javanese philosophy.the next chapter is about Ni, Pak Bei and Bu Bei last daughter she rebels to continue their family factory although the business is going to bankruptcy everyone in Pak Bei family disagree with Ni s decision but Ni is a stubborn woman.in the end of story, every secrets and point of views finally revealed Pak Bei solve his family problem gently as a Javanese patriarchy and show that father has to be a lighthouse for his family 36. Afid Nurkholis Canting simbol budaya yang KALAH, TERSISIH, dan MELELAHKAN Orang Jawa yang dilahirkan saat era globalisasi kebanyakan pasti sudah lupa atau mungkin tidak kenal dengan Jawanya sendiri termasuk saya Saat membaca buku ini saya diingatkan dan ditambahi akan value dari budaya jawa itu Secara garis besar buku ini berkisah tentang kehidupan keluarga priyayi keluarga kraton yang hidup dengan usaha batiknya yang disokong oleh 112 buruh.Kisah awal menggambarkan bagaimana Pak Bei sebagai seora Canting simbol budaya yang KALAH, TERSISIH, dan MELELAHKAN Orang Jawa yang dilahirkan saat era globalisasi kebanyakan pasti sudah lupa atau mungkin tidak kenal dengan Jawanya sendiri termasuk saya Saat membaca buku ini saya diingatkan dan ditambahi akan value dari budaya jawa itu Secara garis besar buku ini berkisah tentang kehidupan keluarga priyayi keluarga kraton yang hidup dengan usaha batiknya yang disokong oleh 112 buruh.Kisah awal menggambarkan bagaimana Pak Bei sebagai seorang yang menangan di keluarga apa2 dilayani, pekerjaannya hanya melihat2 ikan,tanaman,ayam sementara Bu Bei sebagai seorang yg sangat penurut terhadap Pak Bei melayani keperluan Pak Bei ditambah pemimpin utama usaha batik Pasar merupakan tempat kehidupan yang jauh berbeda bagi Bu Bei , dimana disana ia menjadi pengatur segala aktifitas berbanding terbalik dengan apa yang dilakukan dirumah.Alur cerita seakan memang dibuat cepat , dimana tiba2 anak terakhir mereka Ni sudah dewasa dan mempunyai jiwa pemberontak yang aneh daripda saudara2 nya Saat konflik inilah terlihat sosok Pak 37. Erna Yuli Siapa sangka, siapa sangka karya Arswendo mampu memikatku seperti ku terpikat oleh Umar Kayam Ya ya ya, aku tau, di balik belakang buku juga sudah terbaca kalo ini ttg kehidupan berbau Priyayi..Kisah ttg Priyayi slalu membuatku pengen tahu..Tapi mmg harus ttg kisah Priyayi yg tidak biasa, ato harus disampaikan dgn cara tdk biasa..Canting sukses memikatku dgn hal tersebut..Kisah hidup keluarga Pak Bei, tokoh sentral di buku ini, porsi paling besar yg akhirnya menyita perhatianku..Awalnya ku pikir Siapa sangka, siapa sangka karya Arswendo mampu memikatku seperti ku terpikat oleh Umar Kayam Ya ya ya, aku tau, di balik belakang buku juga sudah terbaca kalo ini ttg kehidupan berbau Priyayi..Kisah ttg Priyayi slalu membuatku pengen tahu..Tapi mmg harus ttg kisah Priyayi yg tidak biasa, ato harus disampaikan dgn cara tdk biasa..Canting sukses memikatku dgn hal tersebut..Kisah hidup keluarga Pak Bei, tokoh sentral di buku ini, porsi paling besar yg akhirnya menyita perhatianku..Awalnya ku pikir ini ttg si Ni, seperti yg ada di balik buku bgian belakang..Ku pikir pula ini ttg Ibu Bei yg luar biasa ngabdi dan pasrahnya..Kisah keluarga ini, ttg Pak Bei Ibu Bei, anak anak mereka, saudara mereka, para abdi ato pekerja mereka itu ,mmg seikit bnyk mengingatkanku akan kisah Para Priyayi..Jika berkaitan dgn hal yg berbau Priyayi Jawa, siap2 saja merasa gk terima di awal, kemudian akan tau alasan dan hikmsh di belakangnya..Sulit mmg utk dimengerti dan terlihat bgt tantangan utk hidup dgn dipengaruhi hal tsb di jaman skrg..Tapi sekali lagi, aku suka akan nilai2 yg ternyata tersembunyi di balik itu semua..Sastra yg macam Para Priyayi dan Canting ini sudah menunjukkan bagaimana adat Jawa, hawa Priyayi mulai terpengaruh oleh modernitas dan bagaimana mereka bereaksi..Apik, apik. 38. Ina Mboten wonten, tak ada apa apa Betapa seringnya kita mengucapkan kata itu, dan juga menerimanya sebagai yang tak diganggu gugat Kalian kecewa dengan pilihan Ni Kecewa karena Ni nombok rumah, karena belum menikah, tapi akan menjawab tak ada apa apa Karena enggan menimbulkan masalah Karena mencegah timbulnya hal yang aneh, yang sudah mapan Dan sesungguhnya, tidak ada apa apa ini menjadi kenyataannya sebenarnya Kemudian kalian menganggap memang benar benar tidak ada apa apa page 350 Sa Mboten wonten, tak ada apa apa Betapa seringnya kita mengucapkan kata itu, dan juga menerimanya sebagai yang tak diganggu gugat Kalian kecewa dengan pilihan Ni Kecewa karena Ni nombok rumah, karena belum menikah, tapi akan menjawab tak ada apa apa Karena enggan menimbulkan masalah Karena mencegah timbulnya hal yang aneh, yang sudah mapan Dan sesungguhnya, tidak ada apa apa ini menjadi kenyataannya sebenarnya Kemudian kalian menganggap memang benar benar tidak ada apa apa page 350 Sampai di halaman ini saya tersenyum sekaligus termangu Memang banyak sikap seperti ini yang saya jumpai secara tidak langsung maupun langsung Banyak dari mereka, terutama yang
39.
40.
41.
42.
sudah mapan, cenderung menghindari konflik terbuka, berdebat secara langsung jika memiliki pandangan yang berbeda Takut menjadi beda aeng aneh Maka pada akhirnya sikap maupun perkataannya pun serasa pura pura Lebihnya hanya akan berani bicara di belakang seperti anak mantu Pak Bei dari putra sulungnya Bicara kesana kemari ke saudara saudari ipar yang lain Tak jarang ditambah tambahi sampai sampai jauh dari nyatanya Tak hanya di dalam keluarga, di dalam pertemanan, dan lingkungan kerja pun sikap sikap ini sering terjadi Sampai sampai jika ada yang mengatakan tidak ada apa apa , saya langsung menyimpulkan, orang ini pasti ada apa apa Tika We Canting, warisan kesenian Jawa yg tergerus jaman Novel Canting, cerita bersambung yang sekarang jadi novel dan tetep nggak ketinggalan jaman Awalnya aku pikir ini novel anyar Setelah sharing dengan Ibu, ternyata Ibu baca cerita bersambungnya jaman beliau SMP Tapi tak apa, toh Pak Bei masih miyayeni , Bu Bei tetap jumawa di pasar namun manut di ndalem Ngabehi.Arswendo menggambarkan kehidupan Wong Jowo secara total dalam Canting Ia tidak hanya mahir mendeskripsikan bagaimana kehidupan oran Canting, warisan kesenian Jawa yg tergerus jaman Novel Canting, cerita bersambung yang sekarang jadi novel dan tetep nggak ketinggalan jaman Awalnya aku pikir ini novel anyar Setelah sharing dengan Ibu, ternyata Ibu baca cerita bersambungnya jaman beliau SMP Tapi tak apa, toh Pak Bei masih miyayeni , Bu Bei tetap jumawa di pasar namun manut di ndalem Ngabehi.Arswendo menggambarkan kehidupan Wong Jowo secara total dalam Canting Ia tidak hanya mahir mendeskripsikan bagaimana kehidupan orang Jawa njero benteng, namun juga mampu menyelami alam pikiran mereka Aku mengagumi caranya menarik pembaca ke setting Jawa klasik Dia bukan hanya bercerita, tapi menumpahkan tetek bengek Jowo yang plintat plintut makan ati, sluman slumun slamet ke kepala kita Pokoke jos Yang nggak jos adalah mungkin karena novel ini cerbung yg disatukan, jadi terlalu bertele tele di awalnya Plus, terlalu banyak nama tokoh bermunculan Atau mungkin karena aku ini pembaca generasi anak nya Ni, yang pengennya serba segera, nggak telaten dan nggak sabaran Entahlah Yang pasti nama yg saya ingat cuma Pak Bei, Bu Bei, Ni, dan Wahyu D Dhani Akhirnya selesai juga membaca buku ini Sebuah buku setebal 373 halaman yang berkisah tentang keluarga Pak Bei, seorang bangsawan sekaligus pemilik usaha batik dengan lebih dari 100 pekerja Sebuah buku yang sarat ilmu, tentang kebudayaan Jawa, tentang lika liku industri batik tradisional yang perlahan tergerus ancaman industri batik cap.Tentang kedudukan perempuan, baik sebagai istri dan anak dalam sebuah keluarga bangsawan, juga tentang betapa powerfullnya kedudukan seorang suami dan ayah.Buku Akhirnya selesai juga membaca buku ini Sebuah buku setebal 373 halaman yang berkisah tentang keluarga Pak Bei, seorang bangsawan sekaligus pemilik usaha batik dengan lebih dari 100 pekerja Sebuah buku yang sarat ilmu, tentang kebudayaan Jawa, tentang lika liku industri batik tradisional yang perlahan tergerus ancaman industri batik cap.Tentang kedudukan perempuan, baik sebagai istri dan anak dalam sebuah keluarga bangsawan, juga tentang betapa powerfullnya kedudukan seorang suami dan ayah.Buku ini juga sarat falsafah leluhur dan sukses memotret, apa yang tidak banyak kita ketahui tentang kehidupan di balik keluarga yang dekat dengan kraton.Tapi buku, bagaimana pun, memiliki jodohnya sendiri Saya rasa, tidak mudah bagi pembaca non Jawa memahami isi buku ini secara gamblang, kecuali memang mereka memiliki ketertarikan terhadap masalah ini Buat saya pribadi, buku ini, walau dalam banyak bagiannya menyajikan dialog dialog panjang yang membosankan, memberikan saya banyak pemahaman baru Tentang manusia, tentang budaya, tentang filosofi hidup, yang ditulis Arswendo mengalir, apa adanya. Priska ini buku kenapa masih di shelf currently reading aja, padahal udah kelar dibaca dari kapan tau selftoyor ini sastra indonesia paling bagus yang kubaca sepanjang 2012 bangga karena sampai akhir buku ini bertahan lima bintang alasan sukanya mungkin sebagian subjektif karena di sini aku baru belajar beberapa hal baru soal budaya Jawa, yang adalah budaya nenekmoyangku tapi cuma sedikit yang kukenal, mentang2 lahir dan gedenya udah di jakarta plak.suka juga karena serasa m ini buku kenapa masih di shelf currently reading aja, padahal udah kelar dibaca dari kapan tau selftoyor ini sastra indonesia paling bagus yang kubaca sepanjang 2012 bangga karena sampai akhir buku ini bertahan lima bintang alasan sukanya mungkin sebagian subjektif karena di sini aku baru belajar beberapa hal baru soal budaya Jawa, yang adalah budaya nenekmoyangku tapi cuma sedikit yang kukenal, mentang2 lahir dan gedenya udah di jakarta plak.suka juga karena serasa menemukan oase baru dalam buku ini di tengah maraknya buku2 yang lebih suka mengangkat lifestyle kaum urban modern, buku ini mengangkat tema budaya tradisional, tapi nggak kuno nggak banyak intrik2an, buku ini justru mengajarkan sifat kesederhanaan, kepasrahan, yang. ugh, entah kenapa rasanya malah lebih dalam dan menohok w kalau kita belajar mengaplikasikan sifat2 para tokoh dalam buku ini ke dalam kehidupan modern, bisa jadi malah makin memperkaya wawasan, bisa melihat hidup dari perspektif baru .tokoh paling juara sampai akhir tetap Pak Bei m , dan bukan karena dia tokoh yang sempurna, tapi karena kekurangan sama kelebihannya dia begitu berimb Ramaditya canting bercerita tentang sebuah keluarga priyayi ngabehi sestrokusuma yang memiliki usaha batik
bermerk canting.diawal awal diceritakan tentang kehidupan pak bei yang begitu feodal dimana semuanya dilayani oleh istrinya dan para pembantunya sedangkan bu bei harus bekerja keras menggerakkan usaha batik canting dan juga melayani kebutuhan pak bei serta anak anaknya.sebagai seorang priyayi pak bei disebut temanya sebagai priyayi yang tidak jawa, priyayi yang aneh dengan menikahi buruh batiknya d canting bercerita tentang sebuah keluarga priyayi ngabehi sestrokusuma yang memiliki usaha batik bermerk canting.diawal awal diceritakan tentang kehidupan pak bei yang begitu feodal dimana semuanya dilayani oleh istrinya dan para pembantunya sedangkan bu bei harus bekerja keras menggerakkan usaha batik canting dan juga melayani kebutuhan pak bei serta anak anaknya.sebagai seorang priyayi pak bei disebut temanya sebagai priyayi yang tidak jawa, priyayi yang aneh dengan menikahi buruh batiknya dulu yaitu bu bei serta sikapnya dalam menjalani hidup yang pasrah dan mengalir saja.sikap pak bei ini menurun ke putri terakhirnya yang bernama Ni yang juga tidak jawa dengan berusaha membangkitkan usaha batik keluarganya yang mulai meredup meski akhirnya gagal dukungan dan semangat yang diberikan, petuah serta nasihat pak bei mulai dari awal Ni mengutarakan niatnya sampai Ni memutuskan menyerah menggambarkan betapa sesungguhnya pak bei adalah seorang yang bijaksana, dia mempunyai cara sendiri untuk menunjukkan kebijaksanaanya dan kepriyayiannya 43. Nur Jayadi Mau bilang apa ya tentang buku ini,hebatkah,menyentuh,menghangatkan hati,entahlah saya bingung Ini buku pertama karya Romo Atmo yang pernah saya baca,dulu tidak begitu tahu siapa beliau,tapi waktu melihat judul Keluarga Cemara saya mengangguk paham karena pernah menonton waktu masih kecil Membaca Canting rasanya seperti bertemu dengan lingkungan saya sendiri,dengan segala hal hal Jawanya,meski tak sekental di Jawa Tengah karena saya dari Jawa Timur,saya mengagumi tokoh pak Bei,meski cerewet t Mau bilang apa ya tentang buku ini,hebatkah,menyentuh,menghangatkan hati,entahlah saya bingung Ini buku pertama karya Romo Atmo yang pernah saya baca,dulu tidak begitu tahu siapa beliau,tapi waktu melihat judul Keluarga Cemara saya mengangguk paham karena pernah menonton waktu masih kecil Membaca Canting rasanya seperti bertemu dengan lingkungan saya sendiri,dengan segala hal hal Jawanya,meski tak sekental di Jawa Tengah karena saya dari Jawa Timur,saya mengagumi tokoh pak Bei,meski cerewet tapi kesannya baik,malahan kadang mengena di hati juga bicaranya,dan saya juga mengagumi tokoh Bu Bei yang meskipun awalnya anaknya tukang batik tapi ia pandai juga dalam berdagang maupun mengatur keuangan dan segala hal tentang remeh temeh yang diperlukan untuk acara acara yang akan dilakukan di Ngabean,seperti saya kagum pada ibu saya sendiri sewaktu masih jualan di pasar meskipun itu dagangan orang Sudah mungkin itu saja,tidak bisa menyalurkan hal lain lewat kata tentan 44. Tantri Setyorini Tadinya sih mengharapkan buku ini semacam Gadis Pantai nya Pram Tapi harapan terlalu muluk rupanya Canting ini bener bener family drama Semua anggota keluarga jadi tokoh sentral Yang cukup menarik untuk diperhatikan mungkin pandangan Pak Bei dan teman teman ningratnya yang merasa nasionalis dan benci kapitalisme tapi dengan munafiknya menjalani hidup ala kaum borjuis Juga fanatisme buta mereka terhadap Soekarno tipikal orang orang Jawa jaman dulu Narasi tentang para wanita yang jadi peda Tadinya sih mengharapkan buku ini semacam Gadis Pantai nya Pram Tapi harapan terlalu muluk rupanya Canting ini bener bener family drama Semua anggota keluarga jadi tokoh sentral Yang cukup menarik untuk diperhatikan mungkin pandangan Pak Bei dan teman teman ningratnya yang merasa nasionalis dan benci kapitalisme tapi dengan munafiknya menjalani hidup ala kaum borjuis Juga fanatisme buta mereka terhadap Soekarno tipikal orang orang Jawa jaman dulu Narasi tentang para wanita yang jadi pedagang batik di pasar juga bagus Di rumah mereka adalah pelayan suami, tapi di pasar merekalah rajanya Yap, bagian paling bagus memang tentang kehidupan di pasar itu, bukan family dramanya Kayaknya aku memang salah fokus D 45. Yohanna Sejujurnya judul novel ini selalu membekas di kepala sejak masih sekolah dulu Ketika masih duduk di bangku sekolah menengah di Jawa Tengah Membaca sepotong sepotong lewat cerita bersambung di harian Kompas entah berapa tahun lalu Sejujurnya nggak biasanya saya beli buku lokal Hahaha Nggak tahu kenapa Tapi akhirnya saya beli Canting, sebagian demi mengenang masa lalu plus pingin tahu juga cerita utuhnya seperti apa, karena dulu tidak membaca tuntas.Dan sejujurnya, saya jadi pingin pulan Sejujurnya judul novel ini selalu membekas di kepala sejak masih sekolah dulu Ketika masih duduk di bangku sekolah menengah di Jawa Tengah Membaca sepotong sepotong lewat cerita bersambung di harian Kompas entah berapa tahun lalu Sejujurnya nggak biasanya saya beli buku lokal Hahaha Nggak tahu kenapa Tapi akhirnya saya beli Canting, sebagian demi mengenang masa lalu plus pingin tahu juga cerita utuhnya seperti apa, karena dulu tidak membaca tuntas.Dan sejujurnya, saya jadi pingin pulang kampung selama membaca buku ini Penuturan yang cantik sekali Sangat kental budaya dan falsafah Jawa Sangat total Sangat bagus.Senang rasanya bisa keliling lagi sebagian kota Solo lewat Canting