[novels. Book] ? Larung PDF by Ayu Utami ✓ eBook or Kindle ePUB free 1. Buku ini adalah kisah lanjutan novel Saman. Di penghujung masa Orde Baru. Saman telah tinggal di New York sebagai pelarian politik. Ia bertemu lagi dengan empat sahabat yang dulu membantu ia kabur dari Indonesia—Shakuntala si pemberontak, Cok si binal, serta Yasmin dan Laila yang diam-diam mengagumi dia.
2. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.
17.
Kini mereka memiliki misi baru: membantu tiga aktivis mahasiswa kiri melarikan diri dari kejaran rezim militer. Misi ini dibantu oleh seorang pemuda misterius dengan karakter gelap: Larung. Akankah misi itu berhasil? Ataukah Larung justru menyeret mereka ke dalam kegelapan? Ayu Utami Sebuah Pertanyaan untuk Cinta Ca Bau Kan: Hanya Sebuah Dosa Olenka Supernova: Petir Arok Dedes Orang-orang Proyek Entrok Burung-Burung Manyar Kau Memanggilku Malaikat Namaku Hiroko Saman Maya *eKa* Seperti segala binatang dan kita hidup dengan memakan yang lain, manusia selamat dengan mengorbankan yang lain Mengapa engkau merasa aneh Larung merupakan lanjutan novel Saman, dengan fokus baru pada tokoh pria bertubuh kecil yang acuh tak acuh dan misterius bernama Larung Lanang Seperti halnya Saman, dia dekat dengan kehidupan yang berbau magis Dan dia ingin mencabut nyawa neneknya.Dalam buku ini, kehidupan empat sahabat Laila, Cok, Yasmin, Shakuntala dan juga Saman masih menjadi bagia Seperti segala binatang dan kita hidup dengan memakan yang lain, manusia selamat dengan mengorbankan yang lain Mengapa engkau merasa aneh Larung merupakan lanjutan novel Saman, dengan fokus baru pada tokoh pria bertubuh kecil yang acuh tak acuh dan misterius bernama Larung Lanang Seperti halnya Saman, dia dekat dengan kehidupan yang berbau magis Dan dia ingin mencabut nyawa neneknya.Dalam buku ini, kehidupan empat sahabat Laila, Cok, Yasmin, Shakuntala dan juga Saman masih menjadi bagian penting Kali ini mereka terlibat dalam misi melarikan tiga aktivis mahasiswa kiri ke luar negeri Kisah penutup dari buku ini seketika mengingatkanku pada sebuah tragedi yang menjadi noda hitam pada sejarah Indonesia Sepertinya penulis mencoba memberikan pandangannya akan fakta tersebut Seperti halnya novel Saman, topik politik, feminisme, lingkungan, seks, dan supernatural masih menjadi bumbu cerita Aku suka kisah supernatural Larung yang memiliki nenek dengan kekuatan ilmu hitam Digambarkan neneknya adalah sosok Calon Arang, seorang wanita dengan kekuatan ilmu hitam tingkat tinggi Sayang sih ceritanya terbilang singkat Nggak seperti kisah supernatural Saman dengan ibunya Ya, aku memang suka sama kisah supernatural apalagi yang khas Indonesia Aku merasa beruntung baca buku ini karena ada kisah tentang penyerbuan markas PDI di jalan Diponegoro Karena aku sempat nggak mengikuti beritanya Bisa sih baca di Internet, tapi ketemu kisah tersebut secara kebetulan di buku ini berasa spesial aja haha Oh, dan di buku ini juga terselip soal kisah kelam G30S Apakah benar Komunis sekejam itu Faktakah kesadisan yang terjadi pada para Jenderal yang dibunuh di Lubang Buaya Konon katanya hasil visum mereka tidak demikian adanya Semua hanyalah pemalsuan sejarah G30S hanyalah rekayasa demi menyudutkan paham komunis sosialis Aku jadi teringat guru sejarahku waktu kelas 3 SMA Beliau memberikan empat versi mengenai penyebab timbulnya G30S Padahal buku sejarah yang resmi dikeluarkan Weni Halaman 152 Shakuntala bercerita ttg percakapannya dg Laila Aku bikinkan kamu susu Dengan kopi atau coklat Kamu tertawa Kenapa kamu selalu memaksa orang minum susu Karena perempuan akan kehilangan massa tulang setelah ia menopause Kamu nyengir Masih 20 tahun lagi Masih 20 tahun waktumu untuk menabung tulang Dan waktu itu lebih pendek jika kita tak punya lelaki sebagai sumber feromon yang bisa senantiasa kita endus Sebab hirupan atas keringat lelaki merutinkan haid kita dan memper Halaman 152 Shakuntala bercerita ttg
18.
19.
20.
21.
percakapannya dg Laila Aku bikinkan kamu susu Dengan kopi atau coklat Kamu tertawa Kenapa kamu selalu memaksa orang minum susu Karena perempuan akan kehilangan massa tulang setelah ia menopause Kamu nyengir Masih 20 tahun lagi Masih 20 tahun waktumu untuk menabung tulang Dan waktu itu lebih pendek jika kita tak punya lelaki sebagai sumber feromon yang bisa senantiasa kita endus Sebab hirupan atas keringat lelaki merutinkan haid kita dan memperpanjang usia subur Tapi aku tidak mengatakannya Sebab minum susu lebih realistis ketimbang mendapatkan lelaki Kita bisa membeli susu. Googling, mencari feromon Feromon adalah zat kimia yang berasal dari kelenjar endokrin dan digunakan oleh makhluk hidup untuk mengenali sesama jenis, individu lain, kelompok, dan untuk membantu proses reproduksi Feromon, berasal dari bahasa Yunani phero yang artinya pembawa dan mone sensasi.Katanya feromon adalah senyawa pembangkit cinta.Hmmm jadi kewajiban minum susu bisa diganti dengan mengendus suami eh sumber feromon hahaha Hestia Istiviani Agak susah memang sekarang untuk mendapatkan lanjutan dari buku Saman ini Setelah membaca Saman, rasanya aku langsung ingin melanjutkannya untuk mengetahui apa yang terjadi setelah pelarian tersebut Meskipun memang, pembaca sudah tahu bahwa Saman berhasil berpindah negara dengan bantuan 4 sahabat tersebut.Resensi LengkapnyaKalau mau membaca Larung, pastikan kamu sudah membaca Saman Kalau mau mengenal konsep feminisme dari sisi Ayu Utami, sila baca Larung. Darnia Jujur, seharusnya part 2, tentang Yasmin, Cok, Laila dan Shakuntala pas di New York gak perlu sepanjang itu Gw pribadi juga bukan penggemar kisah kisah affair, seromantis apapun itu Jadiyah, gw sama sekali gak bisa bersimpatik pada keempat sahabat ini walaupun karakter Shakuntala yg notabene penari yg androgini terasa cukup menarik Mungkin perlu dibikinkan episode sendirimungkiiin.Gw suka pada kisah Larung Baik kisah Larung saat menempuh jalur antah berantah demi usaha meng euthanasi Jujur, seharusnya part 2, tentang Yasmin, Cok, Laila dan Shakuntala pas di New York gak perlu sepanjang itu Gw pribadi juga bukan penggemar kisah kisah affair, seromantis apapun itu Jadiyah, gw sama sekali gak bisa bersimpatik pada keempat sahabat ini walaupun karakter Shakuntala yg notabene penari yg androgini terasa cukup menarik Mungkin perlu dibikinkan episode sendirimungkiiin.Gw suka pada kisah Larung Baik kisah Larung saat menempuh jalur antah berantah demi usaha meng euthanasia sang nenek yg jiwanya enggan meninggalkan raga yg rusak Sedikit mengingatkan gw pas baca Bilangan Fu Maupun kemisteriusan Larung saat membantu Wayan Togog, Bilung dan Koba melarikan diri dari militer Gw kaget sama endingnya Seingat gw di novel Maya Larung cuma disebut sebut namanya aja Padahal gw masih pingin baca tentang kisah Larung D maunya Fahrul Amama Dalam novel ini Ayu Utami menyatakan perang terhadap eufimisme bahasa Walau pada novel Saman sebelumnya telah terlihat kelugasannya dalam penggunaan kata kata yang membuat sebagian orang mengeryitkan dahi Ayu Utami menegaskan kembali dalam buku ini bahwa kata benda maupun kata kerja seharusnya terlahir dalam kondisi netral dan terbebas dari konotasi apapun Terserah jika Taufik Ismail menganggapnya sebagai Fiksi Alat Kelamin Yang pasti konyol juga kalo bahasa Indonesia kita harus meminjam i Dalam novel ini Ayu Utami menyatakan perang terhadap eufimisme bahasa Walau pada novel Saman sebelumnya telah terlihat kelugasannya dalam penggunaan kata kata yang membuat sebagian orang mengeryitkan dahi Ayu Utami menegaskan kembali dalam buku ini bahwa kata benda maupun kata kerja seharusnya terlahir dalam kondisi netral dan terbebas dari konotasi apapun Terserah jika Taufik Ismail menganggapnya sebagai Fiksi Alat Kelamin Yang pasti konyol juga kalo bahasa Indonesia kita harus meminjam istilah istilah kedokteran dari bahasa latin hanya untuk menjelaskan benda benda maupun kata kerja yang telah ada namanya, sekadar untuk menghaluskan bahasa Kata kata seperti penis, vagina, coitus, feses, tidaklah lebih mulia daripada padanan katanya dalam bahasa Indonesia.Di samping itu, penuturan kisah dan peristiwa seputar reformasi Mei 1998 sebagai background setting perlu diapresiasi Karena sejarah yang terjadi pada saat itu, pahit getirnya, layak dicatat dalam ingatan rakyat Indonesia, dalam bentuk background cerita novel sekalipun Achmad Muchtar Judul LarungPengarang Ayu UtamiPenerbit Kepustakaan Populer GramediaISBN 9799023637 ISBN13 9789799023636 Larung adalah novel lanjutan Saman yang memenangkan Sayembara Roman DKJ Larung juga merupakan karya kedua dari Ayu Utami Cerita diawali dengan pergumulan batin seorang lelaki muda berdarah Bali bernama Larung yang merasa terkungkung dalam bayang bayang neneknya yang pesakitan Niat membunuh seorang wanita tua yang telah berumur begitu panjang, serasa menjadi wajar karena kehidupan nen Judul LarungPengarang Ayu UtamiPenerbit Kepustakaan Populer GramediaISBN 9799023637 ISBN13 9789799023636 Larung adalah novel lanjutan Saman yang memenangkan Sayembara Roman DKJ Larung juga merupakan karya kedua dari Ayu Utami Cerita diawali dengan pergumulan batin seorang lelaki muda berdarah Bali bernama Larung yang merasa terkungkung dalam bayang bayang neneknya yang pesakitan Niat membunuh seorang wanita tua yang telah berumur begitu panjang, serasa menjadi wajar karena kehidupan nenek tersebut yang
terlalu langgeng untuk ukuran manusia normal.Novel Larung, dengan khas Ayu Utami menggunakan metafora membuat cerita ini tidak jauh berbeda dengan cara Saman bertutur Di novel ini, pembaca masih menemui empat sahabat wanita yang eksentrik, Shakuntala si pemberontak, Cok si binal, serta Yasmin dan Laila yang diam diam mengagumi Saman dengan caranya masing masing Tetapi setting cerita kemudian beralih dari tanah air ke New York, tempat pelarian Saman dari kejaran politik.Sebagai lanjutan, Novel Larung menurut saya belum mampu menandingi kehebatan Novel Saman Beberapa kelemahan yang ada pada Larung diantaranya kekenduran plot, kata serapan bahasa Jawa yang terlalu banyak hingga sudut pandang yang membingungkan Kekenduran plot itu karena di awal, plot sudah kuat, namun giliran cerita empat sahabat, plot menjadi kendur, lalu agak menguat pada endingnya Seperti huruf U jika digambar grafiknya Gaya tutur Ayu Utami amat feminis meskipun menceritakan tokoh maskulin Kata kata yang dipilih semakin kaya dan unik Wawasan Ayu Utami tergambar luas lewat novel ini Dunia para aktivis yang dominan hingga kisah perselingkuhan dan cinta rahasia Konten seks dalam novel ini mendapat porsi sedikit, tidak seperti Saman Yang menjadi problematika adalah jati diri Larung Di novel ini kurang dijelaskan secara gamblang, padahal dia adalah tokoh utama Karakternya pun kurang menonjol dibandingkan Saman Namun, sebagai novel lanjutan, novel ini bagus Ritme dan gaya tuturnya masih seimbang dengan Saman, hingga sebuah ending yang menyelesaikan novel ini bersama Saman sebagai sebuah roman yang utuh Achmad Muchtar 22. Dedul Faithful Sengaja membedakan satu bintang dari buku sebelumnya yang memang tidak terlalu bertele tele seperti isi di buku ini.Secara garis besar memang Larung begitu padat dengann aroma gerakan bawah tanah para aktivis yang by the way saya juga gak terlalu paham maksud dan tujuan mereka apa, semuanya abstrak dan dijelaskan sangat implisit oleh Ayu Utami.Saya bosan saja pada delapan puluh empat halaman yang menjelma solilokui tentang perjuangan Larung untuk meng euthanasia neneknya, jujur saja kalau hal it Sengaja membedakan satu bintang dari buku sebelumnya yang memang tidak terlalu bertele tele seperti isi di buku ini.Secara garis besar memang Larung begitu padat dengann aroma gerakan bawah tanah para aktivis yang by the way saya juga gak terlalu paham maksud dan tujuan mereka apa, semuanya abstrak dan dijelaskan sangat implisit oleh Ayu Utami.Saya bosan saja pada delapan puluh empat halaman yang menjelma solilokui tentang perjuangan Larung untuk meng euthanasia neneknya, jujur saja kalau hal itu tidak berdampak apa apa di perjuangan Larung bersama Saman di bab bab selanjutnya, buat apa diceritakan dengan sangat panjang layaknya novella Huh, jadi gemas sendiri Meskipun begitu, bagusnya buku ini adalah akhirnya karakter karakter perempuan di buku Saman akhirnya di dijelaskan latar belakangnya di buku yang tebalnya hampir tiga ratus halaman ini Tetapi, tetap saja rasanya saya kecewa berat pada akhir buku ini, seperti semuanya sia sia begitu saja perjuangan Saman dari buku pertama, pun gerilya Larung yang mati matian bersama teman temannya, semuanya menjelma layaknya abu, sia sia Apa kabar karakter karakter lainnya jika mereka tahu para tokoh yang memegang benang merah jalan cerita harus terabstarksi begitu saja Akh, sudahlah intinya saya menikmati kok buku ini Good job 23. Novi Muzzy Novel lanjutan dari Saman ini masih menekankan pergerakan aktivis di masa orde baru Judulnya diambil dari seorang tokoh yang mulai bersinggungan dengan tokoh utama Larung, begitu namanya Seorang pemberani, bukan orator tapi berjuang di balik layar dan secara bergerilya saat era pemerintahan Soeharto Penulisnya pintar meramu Dibiarkan pembaca mabuk dengan kisah asmara antara Saman dengan Yasmin atau perjuangan Laila mendapatkan pria dambaan hatinya.Klimaks justru berada di bagian akhir Bera Novel lanjutan dari Saman ini masih menekankan pergerakan aktivis di masa orde baru Judulnya diambil dari seorang tokoh yang mulai bersinggungan dengan tokoh utama Larung, begitu namanya Seorang pemberani, bukan orator tapi berjuang di balik layar dan secara bergerilya saat era pemerintahan Soeharto Penulisnya pintar meramu Dibiarkan pembaca mabuk dengan kisah asmara antara Saman dengan Yasmin atau perjuangan Laila mendapatkan pria dambaan hatinya.Klimaks justru berada di bagian akhir Berawal dari permintaan Yasmin, seorang pengacara cantik yang ingin menyelamatkan 3 orang aktivis yang kadung diincar untuk ditangkap saat orde baru Yasmin menghubungi Saman Dengan dibantu Larung, pelarian mereka dimulai Perjalanan tidak selalu mulus karena akhirnya tertangkap juga Yang menarik, Larung tak pernah gentar Esensi kemenangan ada dalam diri dan kepalanya Bukan karena tertangkap dan lolos, tapi bagaimana ia berani jujur dan menantang lawan bicaranya, seorang aparatur negara yang pongah 24. dunianyawira setelah membaca 2 bukunya ayu utami, saman dan larunghmm..menurutku memang ayu punya gaya bahasa yang khassaman dan larung sama2 khas dan menarik tapi saya bisa lebih menikmati larung daripada saman mungkin karena waktu membaca saman masih dalam proses penyesuaian tapi kalo mambaca larung tanpa saman jg rasanya pasti kurang mantapbanyak saya liat,pembaca yang menilai cara ayu membahasakan seks sebagai nilai minus dalam buku2nya padahal menurutku justru itu kekuatan ayu dimana ia tidak pern setelah membaca 2
25.
26.
27.
28. 29.
30.
bukunya ayu utami, saman dan larunghmm..menurutku memang ayu punya gaya bahasa yang khassaman dan larung sama2 khas dan menarik tapi saya bisa lebih menikmati larung daripada saman mungkin karena waktu membaca saman masih dalam proses penyesuaian tapi kalo mambaca larung tanpa saman jg rasanya pasti kurang mantapbanyak saya liat,pembaca yang menilai cara ayu membahasakan seks sebagai nilai minus dalam buku2nya padahal menurutku justru itu kekuatan ayu dimana ia tidak pernah memandang seks sebagai sesuatu yang tabu atau tidak etis, coba saja baca lagi bukunya aku kira kita bisa melihat estetika dan filosofi seks disini. hal tabu itu hanya karena kita dari kecil sudah didoktrin untuk berpikir seperti itudan jangan salah,kehebatan buku ini bukan pada caranya memcampurkan seks, mistis dan drama kehidupan tapi bagi saya justru ayu bisa sangat luas mencapai pelajaran spirituil kehidupan dalam bahasa yang lugas dan tegaskesimpulannya termasuk buku yang layak disantap mata kepala dan mata hati kita masing masing Imas Indra Diantara banyak hal yang patut dipuji dari buku ini, saya pilih kepiawaian penulisnya dalam mengekploitasi detil suasana Ada kengerian yang membuat saya hampir tak bisa membedakan antara nyata dan khayal Tapi mulutnya seperti ubur ubur, mengembang dan mengatup dalam gelombang pelan, menyimpan racun Lalu aku melihat, kata kata kotor muntah dari perutnya, dari hatinya yang telah mati dijalari sirosis, seperti cairan jorok yang penuh gumpalan bekas makanan dan gelembung gas bau, menyemburi sera Diantara banyak hal yang patut dipuji dari buku ini, saya pilih kepiawaian penulisnya dalam mengekploitasi detil suasana Ada kengerian yang membuat saya hampir tak bisa membedakan antara nyata dan khayal Tapi mulutnya seperti ubur ubur, mengembang dan mengatup dalam gelombang pelan, menyimpan racun Lalu aku melihat, kata kata kotor muntah dari perutnya, dari hatinya yang telah mati dijalari sirosis, seperti cairan jorok yang penuh gumpalan bekas makanan dan gelembung gas bau, menyemburi seragam bersih perawat itu sehingga ia terjengat satu ubin ke belakang, hampir terjerembab ..Lihatlah kaki kaki kurus gadis itu gemetar, seperti menahan kencing, seperti merasakan hawa neraka dari suhu badan perempuan tuaku yang luka dan perkasa Lalu, ketika amarahnya dari rasa sakit yang panjang itu telah selesai, di lantai tersisa air liur yang asam dan lekat seperti ampas persetubuhan halaman 11 Darth Pika Contrary with public opinion, even with the author it self, I d prefer Larung as the best narration compared with Saman The title it self caught my eye, the unended coffin Larung using, what I called Darkness Literary about the darkside of Indonesia 1965 s killing field The narration about the dead of Larung s grandmother is really really throw me into the bitter experienced of Indonesian in that decade. N. R Jelyta buku ke dua samanini berisi sedikit berbeda dengan novel sebelumnyatapi dari segi bahasa tidak menunjukkan perbedaan karena tentunya pengarangnya samatapi sayang ending keduanyatidak mengenakansaman berending tanpa titik dan pembaca diharuskan membaca novel lanjutannya yaitu Larung.Tak bedanya dengan saman Larung ber ending tanpa kejelasan tertentu hanya kematian yang mengakhiri ceritanya ratna I was quite disappointed after reading this For me, Saman is much enjoyable than Larung. Asri M Dj This review has been hidden because it contains spoilers To view it, click here Terlalu banyak cerita latar yg diceritakan dengan sangat bertele tele dan hampir tidak ada hubungan dengan cerita utama Awalnya saya kira cerita masa kecil larung yang begitu detil ada hubungannya dengan karakter dan kehidupannya di saat dewasa.Mungkin sama seperti Saman, penulis hanya ingin menceritakan kejadian di belakang layar pada saat peristiwa PKI Tapi karena porsi nya yg terlalu banyak, membuat cerita dewasa Larung yg saya nantikan sebagai kelanjutan dari saman terasa sangat singkat Terlalu banyak cerita latar yg diceritakan dengan sangat bertele tele dan hampir tidak ada hubungan dengan cerita utama Awalnya saya kira cerita masa kecil larung yang begitu detil ada hubungannya dengan karakter dan kehidupannya di saat dewasa.Mungkin sama seperti Saman, penulis hanya ingin menceritakan kejadian di belakang layar pada saat peristiwa PKI Tapi karena porsi nya yg terlalu banyak, membuat cerita dewasa Larung yg saya nantikan sebagai kelanjutan dari saman terasa sangat singkat Apalagi saya harus melewatkan bagian penganiayaan karena terlalu sadis untuk saya.Namun jika anda sudah membaca Saman, maka mau tidak mau tetap harus membaca Larung supaya mendapatkan akhir dari petualangan mereka Abi Ghifari Dwilogi Saman Larung barangkali merupakan salah satu sumbangan terpenting di ranah sastra Indonesia pada masa detik detik menjelang Reformasi, yang ditandai dengan mundurnya Presiden Jenderal Soeharto dan runtuhnya pemerintahan Orde Baru selama 32 tahun berkuasa di bumi pertiwi Latar belakang sepasang novel ini pun tak jauh seputar itu, kegiatan para aktivis yang melakukan pergerakan di berbagai bidang untuk membela masyarakat kalangan bawah dalam menentang ketidakadilan Pergerakan baw Dwilogi Saman Larung barangkali merupakan salah satu sumbangan terpenting di ranah sastra Indonesia pada masa detik detik menjelang Reformasi, yang ditandai dengan mundurnya Presiden Jenderal Soeharto dan runtuhnya pemerintahan Orde Baru selama 32 tahun berkuasa di bumi pertiwi Latar belakang sepasang novel ini pun tak jauh seputar itu,
31.
32. 33. 34.
kegiatan para aktivis yang melakukan pergerakan di berbagai bidang untuk membela masyarakat kalangan bawah dalam menentang ketidakadilan Pergerakan bawah tanah yang tidak resmi ini tentu saja dilarang pemerintah dengan alasan mengganggu stabilitas nasional , jargon yang saat itu giat giatnya didengungkan Orde Baru.Penulis dwilogi ini adalah Ayu Utami, seorang jurnalis yang merasakan betul represi pemerintahan Orde Baru akan kemerdekaan informasi, kebebasan berpendapat, dan keterbukaan jurnalistik Pengalamannya saat merasakan pengekangan jurnalistik salah satunya adalah pembredelan majalah Tempo hingga akhirnya ia turut mendirikan Aliansi Jurnalis Independen AJI yang giat menyuarakan kebebasan pers dan keterbukaan informasi Idealismenya itu menyebabkannya tak dapat lagi bekerja di media massa manapun di Indonesia akibat pengaruh kekuasaan Orde Baru Namun hal itu tak menyurutkan langkahnya untuk menyuarakan kebenaran lewat sastra, yang sangat sesuai dengan spirit para jurnalis independen saat itu saat pers dibungkam, sastra harus bicara Hingga akhirnya novel Saman terbit tahun 1998, hanya sepuluh hari sebelum Presiden Soeharto mengundurkan diri dan lanjutannya, Larung terbit tahun 2001 lahir demi menyuarakan gagasan tersebut Novel Saman bahkan menjadi pemenang Sayembara Roman yang diselenggarakan oleh Dewan Kesenian Jakarta pada tahun 1998 dan telah diterjemahkan ke delapan bahasa asing, yang juga membuktikan kualitas sastranya yang mumpuni Saman Menguak Kebobrokan Orde BaruNovel yang diterbitkan di penghujung akhir pemerintahan Orde Baru ini memang seakan menentang segala represi dan pembungkaman aksi jurnalistik oleh pemerintah saat itu Saman mengisahkan sepak terjang seorang pastor muda Katholik yang kemudian beralih menjadi aktivis sosial di suatu lembaga swadaya masyarakat yang menentang segala bentuk ketidakadilan terhadap rakyat Titik balik tajam yang dialami pemuda yang kemudian mengganti namanya menjadi Saman sebuah nama yang tidak konvensional sehingga terasa sebagai lambang perlawanan itu diakibatkan keprihatinannya akan seorang perempuan gila yang dipasung keluarganya dan juga kekejian oknum aparat militer yang menyiksanya karena ia dituduh sebagai pemberontak subversif beraliran kiri, tuduhan yang bisa berujung kematian pada masa itu Begitu terasa kritik sang penulis terhadap keadaan masyarakat dan nega Ayu Mintorogo awalnya cerita berlangsung seru dan misterius ketika larung ingin membunuh neneknya. dan terungkang sedikit demi sedikit latar belakangan alasannya, seandainya novel ini konsisten menceritakan larung dan neneknya dengan sedikit bumbu 4cewek itu pasti novel ini akan memuaskan sampai akhir, yaaa sayangnya cerita kembali kepada saman dan perjuangan bawah tanah di rezim kala itu, kembali tidak menjawab pertanyaan di awal novel.. Sholikhah Thankyou Ayu for giving us Larung, even he is rather psychotic Norma Yustisia Buku ini menarik sekali, terutama tokoh larung dari namanya yang sangat berkesan latar belakang keluarganya membuatnya memiliki karakter ayng cukup kuat dan tidak mudah dilupakan. Aliftya Amarilisyariningtyas Kata kata Larung berhenti bersama suara letupan yang redam Saman mendengar tubuh itu jatuh ke dekat sisinya Kepalanya menoleh ke arah itu seperti mencari kepastian Tapi ia mendengar kedap letupan sekali lagi Dalam sepertiga detik itu yang ia inginkan hanyalah pamit pada Yasmin Setelah itu ia diam Diam yang tak lagi menunda halaman 295 Arrrrrgggh Teriak saya seusai membaca habis novel ini Sebelumnya, izinkan saya terlebih dahulu untuk mengungkapkan kesan sebelum membahas hal lainny Kata kata Larung berhenti bersama suara letupan yang redam Saman mendengar tubuh itu jatuh ke dekat sisinya Kepalanya menoleh ke arah itu seperti mencari kepastian Tapi ia mendengar kedap letupan sekali lagi Dalam sepertiga detik itu yang ia inginkan hanyalah pamit pada Yasmin Setelah itu ia diam Diam yang tak lagi menunda halaman 295 Arrrrrgggh Teriak saya seusai membaca habis novel ini Sebelumnya, izinkan saya terlebih dahulu untuk mengungkapkan kesan sebelum membahas hal lainnya Jujur saya kecewa bercampur frustasi saat semua halaman di dalamnya habis saya baca Perlu diketahui bahwa kecewa dan frustasi di sini bukanlah dalam konotasi negatif, melainkan sebaliknya Ya, saya kecewa karena mendapati bahwa saat sedang mencapai klimaks, jalan cerita justru sudah selesai.Kutipan diatas merupakan salah satu adegan yang sangat genting gentingnya Parahnya, kutipan tersebut merupakan pragraf terakhir yang ada pada novel ini Ya, ceritanya berhenti seenaknya begitu saja Why Ini tidak adil Bagaimana tidak Ditengah tengah saya sedang asyik menikmatinya, ditengah tengah konflik sedang memuncak, keadaan sedang genting gentingnya, semuanya selesai begitu saja Mbak Utami jahat Lagi lagi akhir cerita diserahkan kepada interpretasi masing masing pembaca Uh Secara keseluruhan, cerita Larung ini ditulis dengan lebih matang daripada kisah Saman Namun, sebelumnya saya sempat mengalami kebingungan Kisah ini diawali dengan penceritaan latar belakang Larung lebih tepatnya dimulai dengan keinginannya untuk membunuh sang nenek Nah, saya pikir pun pada lembar lembar selanjutnya akan langsung difokuskan pada penceritaan mengenai proses pelarian tiga aktivis kiri Akan tetapi, yang saya dapati justru kembali pada lanjutan kisah tentang Cok yang ditulis dengan gaya buku harian , lalu Laila masih dengan harapannya dapat bertemu dan bersatu bersama si lelaki beristri, kemudian
kembali ke tahun 1993, berlanjut maju ke tahun 1996, dan kamudian masuk pada cerita dengan kacamata Yasmin dengan kisah percintaannya dengan Saman, hingga akhirnya berlanjut kepada inti cerita yang telah tertera pada blurb.Ya, lagi lagi kisah di dalamnya dibungkus dengan fragmen fragmen kisah dari kacamata masing masing tokohnya Dan hingga separuh halaman lebih, belum juga saya temui bagian yang bercerita mengenai aktivis mahasiswa kiri yang dibantu Larung untuk melarikan diri Bagian tersebut baru mulai saya temui ketika memasuki halaman ke 190 Awalnya, mengetahui hal ini saya cukup takut Takut kalau kalau inti cerita tidak sempat mencapai klimaks Namun, pada akhirnya harus saya akui bahwa cerita ini tetap memiliki klimaks Hanya saja, bersamaan dengan klimaks tersebut berakhir pulalah kisah di dalamnya Dan seperti yang sudah saya tuliskan diawal, hal tersebut membuat saya merasa frustasi.Lepas dari hal tersebut, ada tiga tokoh baru dalam novel ini, yakni para aktivis kiri itu sendiri yang terdiri dari Koba, Wayan Togog, dan Bilung Nama yang dipakai ketiganya merupakan nama samaran Tujuannya kurang lebih sama dengan nama samaran yang juga dipakai oleh Saman maupun Larung Menutup identitas asli.Koba digambarkan dengan sifat yang tenang, kalem Sedangkan, Wayan Togog lebih cenderung emosional dan mudah tersinggung Kemudian, Bilung sendiri digambarkan bertubuh gempal, bukan seseorang yang rakus pemikiran, tidak pernah berlagak filsafati, dan menyukai lelucon Dan ah, iya Sepertinya saya lupa menggambarkan perwatakan Larung diawal tadi Ya, Larung di mata Cok, adalah anak yang aneh, tatapannya tajam, tidak tinggi untuk ukuran laki laki, dan cerdas serta misterius.Anyway, lagi lagi saya suka dengan gambar sampul halaman depan edisi baru yang digunakan pada novel ini Buat saya, sedikit banyak itu cukup representatif Namun, lepas dari itu, yang paling saya suka adalah tone nya Pewarnaannya manis sekali Lebih manis dari pada sampul edisi yang baru milik Saman.Terakhir, sebelum saya akhiri Pada bagian blurb terdapat 2 buah pertanyaan, dan di sini sekiranya saya mau menjawab pertanyaan tersebut Pertama, tentang apakah Larung justru menyeret para aktivis tersebut dalam kegelapan Jawabannya mungkin tidak Kedua, apakah misi itu berhasil Jawabannya saya tidak tahu.Tidak puas dengan jawaban saya Maka, selamat membaca 35. Fertina N M Saya akui buku Ayu Utami ini Saman dan Larung sangat lah rumit setidaknya menurut saya Saya cukup suka sebenarnya baca buku buku misteri atau detektif, tapi buku Ayu Utami ini lebih mencampuri misteri, filsafat, agama, politik Indonesia dan psikologi Karna saya tidak suka dengan politik, saya sedikit banyak masih awam bagi saya istilah dan analisis yang ada di dua buku ini Tapi saya akui sekali lagi, buku ini jadi membuka sedikit banyak pengetahuan tentang keadaan yang ada di Indone Saya akui buku Ayu Utami ini Saman dan Larung sangat lah rumit setidaknya menurut saya Saya cukup suka sebenarnya baca buku buku misteri atau detektif, tapi buku Ayu Utami ini lebih mencampuri misteri, filsafat, agama, politik Indonesia dan psikologi Karna saya tidak suka dengan politik, saya sedikit banyak masih awam bagi saya istilah dan analisis yang ada di dua buku ini Tapi saya akui sekali lagi, buku ini jadi membuka sedikit banyak pengetahuan tentang keadaan yang ada di Indonesia, yang menurut saya belum pernah benar benar merdeka sampai sekarang Menurut saya, dalam Larung yang menarik justru dibagian bagian terakhir buku ini Ketika tiga aktivis yang dibawa oleh Larug kepada Saman untuk dibawa keluar negeri dalam pelarian Saat i 36. Adisti Gw tahu buku ini udah lama Banyak orang yang membicarakan buku ini Gw juga melihat buku ini ada di rak buku abang gw Tapi saat itu gw belum punya ketertarikan untuk membacanya.Sampailah pada sebuah sesi pelatihan bahasa Indonesia di kantor lama gw Sang pemberi pelatihan, Bu Amel, bilang kalau mau tahu buku dengan kosa kata bahasa Indonesia yang kaya namun baku cobalah baca buku buku karya Ayu Utami Di situ timbullah ketertarikan gw.Namun karena waktu itu gw ngekos dan jarang pulang, lalu gw Gw tahu buku ini udah lama Banyak orang yang membicarakan buku ini Gw juga melihat buku ini ada di rak buku abang gw Tapi saat itu gw belum punya ketertarikan untuk membacanya.Sampailah pada sebuah sesi pelatihan bahasa Indonesia di kantor lama gw Sang pemberi pelatihan, Bu Amel, bilang kalau mau tahu buku dengan kosa kata bahasa Indonesia yang kaya namun baku cobalah baca buku buku karya Ayu Utami Di situ timbullah ketertarikan gw.Namun karena waktu itu gw ngekos dan jarang pulang, lalu gw asyik pacaran, tahu tahu dilamar, kemudian ngurus nikahan, terus gw punya anak, buku ini terlupakan begitu saja di rak lemari abang gw Sampailah pada suatu masa gw nginep lumayan lama di rumah bokap gw di Bekasi Terus gw ingat akan buku ini Gw pun memutuskan untuk mulai membacanya.Buku ini diawali dengan cerita sang tokoh bernama Larung yang ingin membunuh atau meng euthanasia neneknya Neneknya yang konon punya ilmu membuat sang maut agak susah menghampirinya Larung pun melakukan perjalanan untuk mencari tahu cara mencabut nyawa neneknya.Dari satu kisah tersebut, bergulir ke kisah selanjutnya tentang empat sekawan wanita yang mempunyai kepribadian yang sangat berbeda Masing masing mempunyai kisah seksual yang berbeda Ada Cok yang sangat mengeksplor seks dengan lelaki mana pun Sampai dia dipanggil Perek alian perempuan eksperimen Ada Yasmin si cantik, pintar, mempunyai suami yang sempurna, namun menyimpan keinginan seksual yang tidak disangka sangka Lalu ada Laila si perawan Kemudian ada
Shakuntala yang biseksual Mereka berempat melakukan perjalanan ke New York, Amerika Serikat untuk bertemu Saman Dimana nanti Saman akan berhubungan dengan Larung untuk melakukan pergerakan politik bawah tanah demi Indonesia yang terbebas dari otoriterisme.Setelah membaca buku ini, gw setuju dengan Bu Amel bahwa memang buku ini cukup banyak menggunakan kosa kata bahasa Indonesia baku yang gw kita jarang dengar tapi ada di KBBI Hal itu membuat buku ini terasa begitu kaya Tidak dipungkiri gw agak iri dengan kepintaran Ayu Utami yang bisa menyimpan kata kata tersebut dalam memorinya, sampai ia bisa menuangkan ke dalam bukunya.Bahasa Indonesia itu bagus lho, sodara sodara.Meskipun banyak kata kata baku, namun Ayu Utami juga pintar menggambarkan keseharian orang Indonesia yang menggunakan bahasa slang dalam percakapan sehari hari mereka Sampai percakapan saling ejek pun.Dari segi ceritanya sendiri, gw setuju dengan selentingan yang selama ini sering gw dengar bahwa tokoh tokoh dalam buku ini adalah penggambaran diri Ayu Utami itu sendiri, namun dipecah menjadi empat kepribadian perempuan yang berbeda Dan tokoh Saman adalah penggambaran dari lelaki yangkononjadicemcemannyapenulisyangtaklainadalahpetinggimediadansudahmenikah itu Namanya Sebut saja dia Mawar laaaah Kenapa laki pakai nama perempuan Daripada laki tapi pakai baju perempuan, hayo Oke, monolog gw mulai absurd, sodara sodara Kembali ke buku ini Gw juga suka dengan cara Ayu Utami mendeskripsikan gerak gerik dan nada percakapan yang terhalus sekali pun dengan baik dan pas Sehingga kita gw yang baca buku ini bisa seolah olah melihat kehalusan gerak dan nada dalam buku ini seperti menonton film Karena ekspresi ekspresi sehalus itu memang biasanya hanya dirasakan orang lain melalui visual, bukan tulisan.Gw juga mengagumi keberanian Ayu Utami dalam mengkritisi gereja Katolik Berhubung gw muslim dan gw nggak tahu banyak soal Katolik, maka gw manggut manggut aja mengenai kritik kritiknya dalam hal tersebut Tapi gw jadi tahu bahwa kegelisahan manusia terhadap ajaran agama itu selalu ada Tinggal gimana cara kita menyikapi dan menyalurkan ritik tersebut Dan Ayu Utami menyalurkannya dengan baik 37. Aya Lagi lagi rekor seharian baca selesai Setelah sukses merobek hati di buku Saman, saya langsung perkosa buku ini yang masih perawan alias masih berplastik dan bersih Saya masih dalam minggu UAS tapi yaaa males banget deh belajar wong dosennya juga males ngajar dan lagi lagi males banget sama bacaan barat Young Adult, Contemporary apalah itu Overall, saya suka buku ini lah Ayu masih mempertahankan cerita masalah tahun 98 dan menjadi cambuk untuk para pembacanya yang baru menginjak dewasa ha Lagi lagi rekor seharian baca selesai Setelah sukses merobek hati di buku Saman, saya langsung perkosa buku ini yang masih perawan alias masih berplastik dan bersih Saya masih dalam minggu UAS tapi yaaa males banget deh belajar wong dosennya juga males ngajar dan lagi lagi males banget sama bacaan barat Young Adult, Contemporary apalah itu Overall, saya suka buku ini lah Ayu masih mempertahankan cerita masalah tahun 98 dan menjadi cambuk untuk para pembacanya yang baru menginjak dewasa harapannya begitu Move on lah sekali sekali dari bacaan dangkal p tentang jaman rezim militer maupun reformasi Ingatlah kalau dulu para aktivis yang turun di jalan malah dicari cari dan bakalan ditahan dan disiksa Jangan pandang mereka biang macet doang, lah Seperti Saman, Ayu membawa lagi masalah tabu untuk adat kita, dan menyinggung wajah maskulin negara Lagi Tulisan Ayu iniii kayak merefleksikan postmodernis, kadang kadang mix genre antara fantasi, ini yang saya suka.Tapi, tentu saja dong buku ini nggak se flawless kayak lagu Beyonce 1 Bahasa As usual, terlalu tinggi sampai sampai bicara sama orang seumuran pakai saya , kau Tapi saya sih masih bisa terima tulisannya yang nggak beretika kayak menyebut kata kata vulgar secara langsung Ngapain juga kata kata vulgar pakai dihaluskan segala2 Agak membosankan Jalan ceritanya terlalu lama. Memang sih dari pertama kita udah merasakan thrillernya, tapi lama kelamaan rasanya kisah Shakuntala, Cok, Yasmin, dan Lala jadi pointless banget Kayak ini ngapaiiin coba ada di buku ini 3 Endingnya Hahahahhahahahahahahahhahahahahahahahahah It s too soon,mate Hahhahahahahahaha.Ya sudah,itu saja cukup lah Lagi lagi seka 38. Sulin Semakin tidak mengerti arah buku ini ke mana Terlalu hmmmm merekah.Di buku yang pertama saya sudah sedikit kecewa karena gak ngerti masalah utama dan topiknya apa.Dibilang tentang eksil prareformasi enggak, dibilang roman juga enggak Gak jelas deh pokoknya.Di buku yang kedua ini saya merasa nyaman membaca, tapi bukunya makin aneh.Shakun menjadi androgini dan akhirnya tidur bersama Laila.Yasmin sayang Saman.Cok suka Larung.Larung dan Saman mati di tangan ABRI.Tetot Buku apaan nih Jangan k Semakin tidak mengerti arah buku ini ke mana Terlalu hmmmm merekah.Di buku yang pertama saya sudah sedikit kecewa karena gak ngerti masalah utama dan topiknya apa.Dibilang tentang eksil prareformasi enggak, dibilang roman juga enggak Gak jelas deh pokoknya.Di buku yang kedua ini saya merasa nyaman membaca, tapi bukunya makin aneh.Shakun menjadi androgini dan akhirnya tidur bersama Laila.Yasmin sayang Saman.Cok suka Larung.Larung dan Saman mati di tangan ABRI.Tetot Buku apaan nih Jangan khawatir, saya selamatkan karena detil dan kisah yag menawan Sudut pandang yang asik, sayang sekali nggak bisa kasih nilai sempurna Seperti biasa, kutipan asik merubah hidup Anda
Ketika orang menjadi tua maka ia haya menjadi mata Dan hanya mata Tak ada lagi saya Hanya mereka Simbah Adnjani, hlm 19 Kelak akan kukalahkan tubuhku sebelum uzur mengambil harga diriku Kelak akan kukalahkan segala rasa sakit sebelum ia mencampakkanku pada sia sia Hidup buka menunda kematian melainkan memutuskannya Akan kuputuskan kematianku bila sampai pada waktunya Larung, hlm 55 Jika sebuah rezim memalsukan sejarah kecil, maka ia memalsukan sejarah secara besar pula Jika sebuah rezim menyelewengkan sejarah secara besar, tentu parahlah kesalahan yang hendak ia menangkan Maka, rezim ini menumpas dan mendengki komunisme, niscaya benarlah komunisme itu Ketut Alit Nyoman Togog, hlm 237 Ia biasa bilang aku tidak suka merenung ketika mengunyah, tapi suka mengunyah ketika merenung Ia bukan orang yang rakus pemikiran, dan tak pernah berlagak filsafati Baginya keadilan adalah perkara nurani dan kerja Ia percaya rasa keadilan sesungguhnya nyata pada hati setiap orang sebagaimana pada hatinya dan kita tak membutuhkan buku untuk itu Persoalannya sederhana ada makhluk makhluk yang tamak dan gila kekuasaan Bilung, hlm 256 Sekiaaaaaaan, bagus tapi tidak bisa buat rekomendasi ke teman teman.N.b Makasih Sari untuk pinjaman novelnya 39. Henry Wijaya Larung by Ayu Utami is the sequel of her previous amazing book, Saman This book is as superb as its prequel, I can say Still written with Ayu Utami s straightforwardly brilliant style, this book fascinated me so much The story was still thrilling in unusual way The plot still moves from one character to other characters in a nice way making me wonder So, what happen with this character Why do we move to this character Aaaargh, hehehehe The language is still as brave as before You kn Larung by Ayu Utami is the sequel of her previous amazing book, Saman This book is as superb as its prequel, I can say Still written with Ayu Utami s straightforwardly brilliant style, this book fascinated me so much The story was still thrilling in unusual way The plot still moves from one character to other characters in a nice way making me wonder So, what happen with this character Why do we move to this character Aaaargh, hehehehe The language is still as brave as before You know I also mean vulgar here D Then, what is waiting after the next page never fails to make the reader s heart beating fast worried.The story doesn t start directly as the continuation of Saman Instead it tells about a new interesting and suspicious character named Larung the title of the book The writer described Larung in a very strange way, I may say that is a grandchild who is trying to find a way to kill his grandmother who loves him so much I think it is a symbol related to government and its people, but I might be wrong.This book at the end gives a closing for the story of Saman The bad guys won that s all I want to say about the end of the story Here, I think this is how Ayu Utami sees the struggle of those fighting for justice and democracy in this country.Just as a thinking, we live in a country striving to uphold democracy It is not yet perfect, but never give up the hope As long as each of us try to make it better, hope will be there waiting to come true Never losing our own principles but bever fail to listen to others as well Never be afraid to make a mistake, but never be afraid as well to admit that, to fix that, and to learn from that 40. Amanda Sheila Well, bukan buku favorit saya, yang pasti Ayu Utami terkenal dengan karya sastranya dan saya bukan penggemar sastra Buku ini bagus, tapi berulang kali ada saat di mana saya berpikir, what s that suppose to mean Lalu aku mendengar, orang orang menyebut ibumu gerwani Ibumu memakai beha hitam dengan lambang bintang merah di satu pucuknya, palu arit di pucuk yang lain, kata mereka Ia mengumpulkan perempuan perempuan dan mengajar tari telanjang, dan mengirim wanita wanita untuk merayu para pra Well, bukan buku favorit saya, yang pasti Ayu Utami terkenal dengan karya sastranya dan saya bukan penggemar sastra Buku ini bagus, tapi berulang kali ada saat di mana saya berpikir, what s that suppose to mean Lalu aku mendengar, orang orang menyebut ibumu gerwani Ibumu memakai beha hitam dengan lambang bintang merah di satu pucuknya, palu arit di pucuk yang lain, kata mereka Ia mengumpulkan perempuan perempuan dan mengajar tari telanjang, dan mengirim wanita wanita untuk merayu para prajurit dengan pinggul mereka agar percaya pada komunisme, bukan pada segala tuhan Sembari bernyanyi genjer genjer Tetapi aku tahu ibumu dan i 41. Awal Hidayat Ketika orang menjadi tua maka keindahan pergi ke luar dirinya Pada saat itulah kita tahu rasanya memiliki mata untuk melihat kecantikan hidup dari luarnya sebab kita telah berjarak dari hidup Tapi menjadi tua adalah seperti bayangan yang pelan pelan terlepas dari layar dan meninggalkan film yang terus berputar sementara ia terhirup ke kursi penonton dan menyaksikan cerita yang berjalan tanpa dirinya disana lagi sebuah gedung bioskop, nak, adalah layar lebar yang bercahaya dan ruang Ketika orang menjadi tua maka keindahan pergi ke luar dirinya Pada saat itulah kita tahu rasanya memiliki mata untuk melihat kecantikan hidup dari luarnya sebab kita telah berjarak dari hidup Tapi menjadi tua adalah seperti bayangan yang pelan pelan terlepas dari layar dan meninggalkan film yang terus berputar sementara ia terhirup ke kursi penonton dan menyaksikan cerita yang berjalan tanpa dirinya disana lagi sebuah gedung bioskop, nak, adalah layar lebar yang bercahaya dan ruang pemirsa yang gelap daan luas kita tahu banyak kursi meski kita tak melihat warnanya Ketika orang
menjadi tua maka ia menjadi mata Dan hanya mata Tak ada lagi saya Hanya mereka Kalau kamu berseru pada dirimu, Berani Berani Berani Berani kamu akan berani Masih lanjutan dari novel sebelumnya, Saman Saya masih lebih suka dengan Saman, barangkali karena dulu merupakan eksperimen mencari bacaan yang beda Untuk sekarang rasanya membaca semacam Larung seperti kurang wah lagi Namun saya tetap suka dengan Ayu Utami, Larung tetap salah satu tulisannya yang keren Dengan gaya bahasa yang khas dan lugas, saya menikmati dalam membacanya Fakta fakta Orde Baru yang ikut disampirkan pun memberikan kesan lebih menarik, juga ending yang khas, menggantung Sayang, tak ada kelanjutan dwilogi 42. Glenn Ardi Lanjutan dari buku Saman, buku Ayu Utami yang kedua ini bercerita ttg kelanjutan kisah Saman, Laila, Shakuntala, Cok, dan Yasmin Dengan tambahan satu tambahan karakter utama bernama Larung, Larung Lanang.Pada awal buku ini, cerita berjalan dengan gamang menceritakan kisah Larung dan neneknya, dengan gaya penulisan Ayu yang kental akan puisi konseptual dibumbui dengan monolog dari sudut pandang orang pertama.Entah mengapa, bagian ini saya merasa alur cerita berjalan sangat lambat, penulisannya Lanjutan dari buku Saman, buku Ayu Utami yang kedua ini bercerita ttg kelanjutan kisah Saman, Laila, Shakuntala, Cok, dan Yasmin Dengan tambahan satu tambahan karakter utama bernama Larung, Larung Lanang.Pada awal buku ini, cerita berjalan dengan gamang menceritakan kisah Larung dan neneknya, dengan gaya penulisan Ayu yang kental akan puisi konseptual dibumbui dengan monolog dari sudut pandang orang pertama.Entah mengapa, bagian ini saya merasa alur cerita berjalan sangat lambat, penulisannya seringkali berupa analogi yang menggambarkan situasi, mengalir terlalu jauh dan luas sehingga fokus emosi yang ingin disampaikan tidak jelas.Baru kemudian kisah berfokus pada empat wanita, saya mulai menikmati buku ini karena cara penulisannya lebih wajar, dan terus bisa nikmati hingga bagian akhir yang cukup menegangkan akhir cerita yang menggantung sebenarnya saya tidak keberatan Karena saya pikir Ayu memang tidak berfokus pada konsep cerita, namun pada emosi yang ada pada cerita itu Justru dalam endingnya, Ayu seperti ingin mengatakan wajah politik di Indonesia dengan adegan terakhir itu dan selesailah semuanya, karena tidak ada lagi yang perlu untuk diceritakan.Terlepas dari semua itu, cerita ini sangat menarik, diceritakan pula secara cerdas dan puitis 43. Sally Siawidjaja Akhirnya selesai juga baca buku ini Phewww Sebagai pemula dalam bacaan sastra, baca buku ini seperti makan sushi pake wasabi yang banyak Pedes banget Mungkin ada orang yang suka tapi gue pribadi ga suka sama sekali Yang gue ga suka 1 Cara penulisannya yang terlalu berlebihan, seperti tentang tai, daki, bau bau an pokoknya jorok deh, jadi mual. Kalau ttg alat kelamin dan sex masih bisa gue terima, walau menurut gue kadang berlebihan 2 Semua karakter di buku ini kok melankolis yah. yan Akhirnya selesai juga baca buku ini Phewww Sebagai pemula dalam bacaan sastra, baca buku ini seperti makan sushi pake wasabi yang banyak Pedes banget Mungkin ada orang yang suka tapi gue pribadi ga suka sama sekali Yang gue ga suka 1 Cara penulisannya yang terlalu berlebihan, seperti tentang tai, daki, bau bau an pokoknya jorok deh, jadi mual. Kalau ttg alat kelamin dan sex masih bisa gue terima, walau menurut gue kadang berlebihan 2 Semua karakter di buku ini kok melankolis yah. yang gue suka cuma si Cok yang bitchy Karakter Larung juga ga jelas deh kenapa die jadi misterius Die itu sebenarnya psikopat yah 3 Gue ga ngerti maksud dan tujuan buku ini, apa mau cerita ttg pemerintahan Suharto yang sadis atau ttg unsur sex yang masih tabu di Indonesia atau tentang mistik2 Ada laila, yasmin yang bicarain tentang sex dan selingkuhan, ada saman dan larung yang backgroundnya mistik, dan ada Saman, yasmin dan larung yang aktivis Pusing deh gue Yang lumayan dari buku ini cuma ending nya yang ga ketebak Tapi kalau udah baca Saman sih emang kudu baca Larung Walau Saman mirip dengan Larung, tapi gue jauh lebih suka Saman daripada Larung.Walau gue ga suka sama Larung tapi gue ga kapok sih baca bukunya Ayu Utami 44. Roswitha Muntiyarso Saya membaca Saman ketika saya masih duduk di bangku MTs 10 tahun kemudian baru saya membaca lanjutannya Ayu Utami begitu mantap membeberkan ceritanya Karakter karakter yang kuat masih membayang meskipun saya membaca Sama sepuluh tahun lalu Ketika Saman atau Fater Wis menceritakan kembali akan cintanya pada Upi, saya masih mengingatnya tanpa melihat kembali ke halaman halaman buku Saman Memang ceritanya sangat terbuka masalah seksualitas dan feminisme Wajar buku ini sangat memicu kontrover Saya membaca Saman ketika saya masih duduk di bangku MTs 10 tahun kemudian baru saya membaca lanjutannya Ayu Utami begitu mantap membeberkan ceritanya Karakter karakter yang kuat masih membayang meskipun saya membaca Sama sepuluh tahun lalu Ketika Saman atau Fater Wis menceritakan kembali akan cintanya pada Upi, saya masih mengingatnya tanpa melihat kembali ke halaman halaman buku Saman Memang ceritanya sangat terbuka masalah seksualitas dan feminisme Wajar buku ini sangat memicu kontroversi sepuluh tahun lalu Saya yang terbentuk membaca banyak buku dengan paparan seksualitas gamblang sekarang menyukai cara pemaparan Ayu Utami.Buku ini sangat baik menggambarkan perasaan orang terbuang dengan latar jaman revolusi meruntuhkan Orde Baru Meskipun cerita mengenai Orde Barunya tidak terlalu kuat, saya menyenangi
penggalian karakternya Terutama Larung Sungguh membaca buku ini tidak terasa tiba tiba saja sampai akhir Saya masih ingin mendengar cerita Saman dan Yasmin Namun sayang sekali sudah berakhir.Buku yang saya rekomendasikan untuk orang orang dari kalangan non konservatif dan me 45. Lukas Yohan Lanjutan buku Saman ini jalan ceritanya memang terkesan membosankan karena banyak bagian di tengah yang terlalu panjang diceritakan Konteks konteks tertentu yang terasa lebih baik diceritakan pada buku Saman malah masuk ke buku Larung Makanya bagian kedua yang mestinya mengisahkan banyak bagian mengenai Larung akhirnya hanya terkesan sebagai pelengkap Tokoh Larung hadir di bagian awal dan menjelang akhir buku saja.Namun meski begitu isi buku ini tetap sangat sangat berkualitas sehingga merang Lanjutan buku Saman ini jalan ceritanya memang terkesan membosankan karena banyak bagian di tengah yang terlalu panjang diceritakan Konteks konteks tertentu yang terasa lebih baik diceritakan pada buku Saman malah masuk ke buku Larung Makanya bagian kedua yang mestinya mengisahkan banyak bagian mengenai Larung akhirnya hanya terkesan sebagai pelengkap Tokoh Larung hadir di bagian awal dan menjelang akhir buku saja.Namun meski begitu isi buku ini tetap sangat sangat berkualitas sehingga merangsang saya sebagai pembaca untuk berpikir dan meluaskan pemikiran saya ke dalam sisi sisi lain Indonesia yang tadinya luput saya ketahui Bukankah buku yang baik, apalagi penulisnya, merupakan mereka yang