1 GIZIDO Volume 5 No. 1 Mei 2013
Pemberian Asam Lemak
Rudolf Boyke Purba, dkk
PEMBERIAN ASAM LEMAK TIDAK JENUH OMEGA 3 TERHADAP PENURUNAN KADAR ASAM URAT PADA PENDERITA ASAM URAT (GOUT) PASIEN RAWAT JALAN RSUP Prof. dr. R.D. KANDOU MANADO Rudolf Boyke Purba, Olga Paruntu dan Olfie Sahelangi Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Manado ABSTRACT. Uric acid (gout) is characterized by uric acid levels were persistently elevated in the blood (hyperuricemia) having a concentration greater than 7 mg/dl in men and 6 mg/dl in women. Provision of unsaturated fatty acids Omega 3 can reduce inflammation and pain in the new joint study on rheumatoid arthritis and osteoarthritis patients.The purpose of this study was to determine the effect of food supplementation of unsaturated fatty acids Omega 3 to decrease uric acid levels in patients with uric acid (gout) in the outpatient department of Prof.dr. R.D. Kandou Manado. This research is a Clinical Trial with Non- randomized study designs quasi experimental Concurrent Control Trial (Non- Equivalent Control Group Design With Pre Test and Post Test). The treatment group was given food supplements unsaturated fatty acids Omega 3 at a dose of 600 mg / day , and the control group was not given Omega 3, but given Vitamin E 100 g per day as a placebo. Samples were people with gout/hyperuricemia (gout). The data collected by interview (characteristics of the sample) and uric acid levels (lab results) after 8 weeks of consuming omega 3. Data analysis using the t test and paired . The result there is a decrease in blood levels of uric acid in the treatment group (from 8.30 mg/dl to 7,28 mg/dl) when compared with the levels of uric acid in the blood in the control group ( from 8.22 mg / dl to 8 , 64 mg/dl) . Changes in uric acid levels in the treatment group was statistically (Paired) had a difference (difference decreases) were highly significant with a value of t = 5.832 (p = 0.000). Results of statistical tests (t test) of the differences in levels of uric acid in the two groups (treatment and control) showed a significant difference with p = 0.004 (p < 0,05). Conclusions are the effect of Omega 3 fatty acids to decrease uric acid levels . Keywords : omega-3 fatty acids , uric acid ( gout )
PENDAHULUAN Asam urat adalah asam yang berbentuk kristal-kristal yang merupakan hasil akhir dari metabolisme purin (bentuk turunan nukleoprotein), yaitu salah satu komponen asam nukleat yang terdapat pada inti sel-sel tubuh (Wibowo, S, 2006). Penyakit asam urat (gout artritis) adalah salah satu dari 110 jenis penyakit rematik yang ditandai oleh kadar asam urat yang terus menerus tinggi di dalam darah (hiperurisemia) yang konsentrasinya lebih besar dari 7 mg/dl pada laki-laki dan 6 mg/dl pada perempuan (Cohen, 1995). Asam urat yang berlebih akan menumpuk dalam aliran darah, mengendap dalam bentuk kristal di sendi-sendi kecil atau jaringan lunak sehingga menimbulkan nyeri dan peradangan akut (arthritis). Penelitian Rotty dkk (1999) di Minahasa dari 309 orang usia dewasa muda terdapat hiperurisemia sebanyak 106 orang (34,30%). Di Minahasa (2003), proporsi kejadian arthritis gout sebesar 29,2%,
(Buraerah dkk, 2010). Laporan hasil Riskesdas 2007, prevalensi penyakit sendi di Indonesia secara nasional sebesar 30,3%. Menurut daerah provinsi, prevalensi penyakit sendi tertinggi di jumpai di Papua Barat (28,8%), dan di Sulawesi Utara sebesar 25,5%. Faktor risiko akibat timbulnya penyakit asam urat adalah pola makan, kegemukan dan suku bangsa. Prevalensi orang Maori di Australia terserang penyakit asam urat tinggi sekali, sedangkan di Indonesia prevalensi tertinggi pada penduduk pantai dan yang paling tinggi di daerah Manado-Minahasa karena kebiasaan atau pola makan ikan dan mengkonsumsi alkohol. Karena alkohol dapat menyebabkan pembuangan asam urat lewat urine berkurang sehingga asam uratnya tetap bertahan di dalam darah. (Isbagio, dkk 2003). Suku Minahasa dan Tapanuli berpeluang menderita penyakit gout lebih tinggi
1
2 GIZIDO Volume 5 No. 1 Mei 2013
Pemberian Asam Lemak
dibandingkan dengan suku-suku lainnya (Khomsan, 2004). Arthritis gout sering dianggap penyakit pria karena pada pria kadar asam urat cenderung meningkat sesuai dengan peningkatan usia. Kelompok pria berisiko menderita arthritis gout 4,04 kali lebih besar daripada wanita. Sebaliknya, pada wanita, peningkatan kadar asam urat dimulai sejak masa menopause karena hormon estrogen berperan membantu sekresi asam urat melalui urine. Asam urat yang meningkat melampaui ambang batas yang dapat ditolerir berakibat pada gangguan ginjal, sendi, dan saluran kemih. Pada pasien berumur di atas 65 tahun, rasio penderita arthritis gout wanita dan pria adalah satu banding tiga, akibat kehilangan efek uricosurik dari estrogen pada saat menopause (Kodim, 2010). Penelitian Buraerah dkk (2010), mendeteksi beberapa faktor risiko yang dapat dikendalikan yang dapat digunakan untuk upaya promosi dan pencegahan penyakit. Faktor risiko tersebut meliputi obesitas (OR=2,60); hipertensi (OR=2,30); dan kebiasaan makan daging (OR=5,25). Kebiasaan makan daging merupakan faktor risiko yang paling kuat. Selain itu, ditemukan faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan yang berguna untuk menentukan prioritas sasaran program pencegahan, meliputi jenis kelamin laki-laki (OR = 4,04) dan riwayat gout dalam keluarga (OR = 3,7). Penyebab utama penyakit asam urat adalah pola makan yang tidak sehat, sehingga jumlah penderitanya cenderung meningkat sejalan dengan gaya hidup modern yang cenderung tidak sehat. Pada umumnya penderita akan menderita seumur hidup, sebagian tidak kambuh dan sebagian kecil beberapa kali mengalami kambuh. Periode tanpa serangan dapat berlangsung selama 10-15 tahun. Mayoritas penderita yang sering kambuh disebut gout menahun. Kambuhnya gout akut dapat berlangsung dari beberapa hari sampai dua minggu. Frekuensi serangan makin lama makin sering, sehingga timbul penderitaan tiada hari tanpa nyeri sendi gout. (Darmawan, 2008) Kadar asam urat yang tinggi juga bisa berubah menjadi penyakit hipertensi menyerang jantung dan menyebabkan stroke dan dapat merembet ke organ tubuh lainnya. Asam lemak omega 3 dalam imu gizi adalah alfa asam linolenat (C 18:3 ω-3) serta
Rudolf Boyke Purba, dkk
turunannya asam eikosapentaenoat/EPA (C 20:5 ω-3) dan asam dokosaheksaenoat/DHA (C 22:6 ω-3). Asam linolenat terdapat dalam daun-daunan, beberapa minyak biji-bijian termasuk minyak kacang kedele, minyak biji rami dan minyak biji rape. Minyak ikan terutama yang hidup dalam air dalam-dingin kaya akan DHA dan EPA. Plankton laut mengandung asam lemak omega 3. Ikan dapat mengubah asam linolenat menjadi EPA dan DHA (Almatsier, 2002). Asam lemak omega 3 dihubungkan dengan pencegahan penyakit jantung koroner dan arthritis. Asam lemak omega 3 ternyata berpengaruh baik terhadap kesehatan. Penduduk asli Alaska yang walaupun makanannya mengandung banyak energy, lemak dan kolesterol, ternyata bebas dari penyakit jantung koroner atau aterosklerosis. Makanan mereka terutama adalah ikan laut dalam yang kaya akan lemak omega 3, terutama EPA dan DHA (Almatsier, 2002). Asam lemak omega 3 yang terdapat pada ASI, ikan dan produk olahannya (termasuk minyak ikan) mempunyai peranan penting dalam peningkatan kecerdasan otak (Khomsan, 2003). Konsumsi asam lemak omega 3 dalam dosis yang lebih tinggi diperlukan untuk mengurangi kadar trigliserida (2 sampai 4 g per hari) dan untuk mengurangi kekakuan pagi dan jumlah sendi lembut pada pasien dengan rheumatoid arthritis (setidaknya 3 g per hari) (Covington, 2004). Terapi pengobatan asam urat umumnya jenis obat anti inflamasi non steroid, dan diit rendah purin. Namun pada gout menahun tanpa adanya pengendalian kadar asam urat akan terjadi komplikasi. Pemberian Asam lemak tidak jenuh Omega 3 dapat menghambat sitokin dan dapat menurunkan proses radang dan nyeri pada sendi baru diteliti pada penderita rheumatoid arthritis dan osteoarthritis. Omega 3 adalah sebutan untuk asam lemak tidak jenuh yang mengandung dua asam lemak yaitu Eicosapentaenoic Acid (EPA) dan Docosahexaenoic Acid (DHA). Pemberian food suplementasi Omega 3 dengan dosis 0,6-2,4 gr/hari selama 12 minggu diketahui dapat mengurangi reaksi radang dan nyeri pada penderita rheumatoid arthritis (Broto, Rawan dkk, 2000). Namun belum pernah ada penelitian untuk penderita asam urat (gout) yang diberikan asam lemak tidak jenuh omega 3. Berdasarkan hal-hal diatas, peneliti tertarik untuk melakukan
2
3 GIZIDO Volume 5 No. 1 Mei 2013
Pemberian Asam Lemak
penelitian dengan memberikan food suplemen asam lemak tidak jenuh Omega 3 pada penderita asam urat (gout) pasien rawat jalan RSUP Prof. dr R.D. Kandou Manado. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh pemberian food suplemen asam lemak tidak jenuh Omega 3 terhadap penurunan kadar asam urat pada penderita asam urat (gout) pada pasien rawat jalan RSUP Prof. dr. R.D. Kandou Manado. Hipotesis Penelitian : Terdapat pengaruh pemberian suplementasi asam lemak tidak jenuh Omega 3 terhadap penurunan kadar asam urat. BAHAN DAN CARA Jenis penelitian ini adalah Uji Klinik dengan desain penelitian Non Randomized Concurrent Control Trial (Budiarto, 2003). Kelompok perlakuan diberikan food suplemen asam lemak tidak jenuh Omega 3 dengan dosis 600 mg/hari, dan kelompok kontrol tidak diberikan Omega 3, namun diberikan Vitamin E 100 g per hari sebagai placebo. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni – Oktober 2012, bertempat di Poliklinik Rawat Jalan (Interna) RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado. Populasi adalah penderita penyakit asam urat (gout). Sampel penelitian adalah para penderita asam urat/hiperurisemia (gout) yang dirawat jalan di RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado pada saat penelitian berlangsung, tercatat pada rekam medis RSUP Prof. R.D. Kandou sejak Januari 2010 sampai bulan Mei 2012, dan yang memenuhi kriteria inklusi. Kriteria inklusi ; pasien yang didiagnosa hiperurisemia (kadar asam urat tinggi), tinggal di Manado, berumur 30 tahun – 70 tahun, tidak mendapat obat-obatan yang dapat menaikkan asam urat darah, tidak menderita penyakit gastritis, gangguan ginjal dan hati, membuat informed consent. Kriteria eksklusi adalah hipersensitif dengan Omega 3, yang mempunyai riwayat penyakit gastritis, ulkus peptikum, kelainan ginjal dan hati dan tidak patuh pada protokol penelitian. Besar sampel (rata-rata dua populasi) sebanyak 17 orang kelompok perlakuan dan 17 orang kelompok kontrol (Lemeshow et al, 1990). Cara
Rudolf Boyke Purba, dkk
pengambilan sampel secara pusposif. Pembagian kelompok subjek berdasarkan waktu kunjungan ke poliklinik.
Z n
1
2 P(1 P) Z1 P1 (1 P1 ) P2 (1 P2 )
2
( P1 P2 ) 2
2 * ( Z Z ) 2 * P * (1 P) n ( P1 P2 ) 2 2 * (1,65 1,28) 2 * 0,45 * (1 0,45) n (0,20 0,70) 2
n 16,99 17
Hasil perhitungan menunjukkan minimal sampel untuk setiap kelompok 17 orang, selanjutnya untuk mempertimbangkan faktor untuk non respons atau dropout (Respons Rate) sebesar 15% yaitu 3 orang sehingga diperlukan 20 orang per kelompok. Selama pelaksanaan penelitian sampel yang diperoleh dan yang dapat menyelesaikan penelitian sejumlah 15 orang pada kelompok perlakuan dan juga 15 orang pada kelompok kontrol. Cara Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan adalah data karakteristik responden (umur, sex, pendidikan, pekerjaan, riwayat asam urat, suku bangsa) dengan cara wawancara. Data asam urat darah diperoleh melalui rekam medis penderita (hasil pemeriksaan laboratorium sebelum penelitian) dan hasil pemeriksaan laboratorium sesudah batas waktu yang ditentukan yaitu 8 minggu kemudian. Pemeriksaan asam urat darah dilakukan oleh analis kesehatan di laboratorium RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado dan di laboratorium Prokita. Pemberian food suplemen Omega 3 dilakukan setiap 4 minggu dengan maksud agar peneliti bertemu muka dengan subjek untuk memonitor dan mencatat ada tidaknya keluhan atau efek samping, kemudian peneliti memberikan food suplemen Omega 3 untuk pemakaian bulan berikutnya. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah soft kapsul omega 3 alami produksi Nutrimax yang mengandung Eicosapentaenoic Acid (EPA) 400 g dan Docosahexaenoic Acid (DHA) 300 g dan
3
4 GIZIDO Volume 5 No. 1 Mei 2013
Pemberian Asam Lemak
Rudolf Boyke Purba, dkk
vitamin E natural 100 mg/soft kapsulnya serta soft kapsul vitamin E natural 100 mg yang diberikan kepada sampel control (sebagai placebo). Instrument pengumpulan data berupa daftar pertanyaan untuk mengetahui karakteristik responden.
Paired t-test, sedangkan antara kelompok perlakuan dan kontrol dianalisis dengan menggunakan uji independent t-test, dan dianggap bermakna bila nilai p < 0,05 pada derajat kepercayaan 95%. Analisis data menggunakan program komputer SPSS.
Analisis Data Karakteristik subjek penelitian seperti variabel umur, sex, tingkat pendidikan, pekerjaan, suku bangsa dianalisis dengan menggunakan Chi-Square, sedangkan variabel kadar asam urat darah menggunakan uji t-test. Perbedaan kadar asam urat darah sebelum dan sesudah perlakuan pada masing-masing kelompok menggunakan uji
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sampel Sampel yang memperoleh Omega 3 (dalam bentuk kapsul lunak) dan yang tidak memperoleh Omega 3 (diberikan kapsul lunak vitamin E sebagai placebo) di Poliklinik Rawat Jalan (Poli Interna) RSUP Prof. dr. R.D. Kandou mempunyai karakteristik sebagai berikut (Tabel 1).
Tabel 1. Karakteristik Sampel Variabel
Kelompok Sampel Perlakuan Kontrol (n= 15) (n = 15)
1. Umur (tahun)
Nilai Uji dan Nilai p
59,80 ± 7,07
60,53 ± 8,02
t = -0,265 p = 0,792
2. Tingkat Pendidikan - ≤ SMA - ≥ PT
7 (46,7%) 8 (53,3%)
8 (53,3%) 7 (46,7%)
Χ2 = 0,133 p = 0,715
3. Jenis Pekerjaan - Bekerja - Tidak Bekerja
5 (33,3%) 10 (66,7%)
3 (20,0%) 12 (80,0%)
Χ2 = 0,682 p = 0,409
3,6 ± 1,18
3,2 ± 1,01
t = -0,994 p = 0,329
15
15
4. Lama urat
menderita
5. Suku bangsa : Minahasa
asam
Rerata umur sampel pada kelompok perlakuan adalah 59,80 tahun (7,07 SD), sedangkan pada kelompok kontrol adalah 60,53 tahun (8,02 SD). Sampel yang berumur ≥ 25 tahun sebanyak 16 orang (53,3%) pada kelompok perlakuan, sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 9 orang (56,3%). Sampel yang berumur kurang dari 25 tahun pada kelompok perlakuan sebanyak 14 orang (46,7%). Pada kelompok kontrol sebanyak 7 orang (43,7%). Tingkat pendidikan sampel hampir sama besar besar yaitu yang berpendidikan perguruan tinggi sebanyak 8 orang (53,3%) dan yang berpendidikan SMA kebawah
sebanyak 7 orang (46,7%) pada kelompok perlakuan. Sedangkan pada kelompok kontrol yaitu sebaliknya yakni yang berpendidikan SMA kebawah sebanyak 8 orang (53,3%) dan yang berpendidikan perguruan tinggi sebanyak 7 orang (46,7%). Tingkat pendidikan sampel menggambarkan keadaan sosial penderita asam urat/hiperurisemia merata pada level masyarakat yang berpendidikan menengah maupun yang berpendidikan tinggi. Pekerjaan sampel pada umumnya sudah tidak bekerja (pensiunan) baik pada kelompok perlakuan (66,7%) maupun pada kelompok kontrol (80,0%). Pada kelompok
4
5 GIZIDO Volume 5 No. 1 Mei 2013
Pemberian Asam Lemak
perlakuan, sampel yang bekerja sebanyak 5 orang (33,3%), sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 3 orang (20,0%). Hal ini dapat menunjukkan bahwa sampel pada umumnya sudah tua dan tidak aktif lagi bekerja (pensiunan pegawai negeri). Riwayat lamanya menderita asam urat pada kedua kelompok sampel, rerata sudah lebih dari 3 tahun. Semuanya penderita asam urat/hiperurisemia adalah suku Minahasa. Hal ini menunjukkan bahwa orang Minahasa memang rawan menderita asam urat sebagaimana yang dinyatakan Khomsan (2004). Dari seluruh karakteristik sampel pada kedua kelompok menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna secara statistik (p> 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa karakteristik kedua kelompok sampel tidak
Rudolf Boyke Purba, dkk
berbeda atau sama (homogen), sehingga dapat dijadikan subjek penelitian kuasi eksperimen sesuai dengan pendapat Pratiknya (2000). Kadar Asam Urat Sampel Kadar asam urat sampel yang diperoleh melalui hasil pengukuran darah kelompok perlakuan sebelum penelitian (pretest) adalah rerata 8,30 gr/dl (1,231 SD), sedangkan pada kelompok kontrol sebesar 8,22 gr/dl (1,187 SD). Secara statistik (uji t) tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada kedua kelompok sampel (p = 0,858). Sehingga sangat tepat dijadikan subjek penelitian kuasi eksperimen. Pengaruh pemberian Omega 3 terhadap kadar asam urat dan placebo pada kedua kelompok dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Rerata Kadar Asam Urat Sampel pada Kelompok Perlakuan dan Kontrol Kelompok Sampel Pretest
Kadar Asam Urat Postest
Perlakuan (n = 15)
8,30 (1,231)
7,28 (0,942)
Kontrol (n = 15)
8,22 (1,187)
8,64 (1,389)
Setelah pemberian asam lemak omega 3 kepada kelompok perlakuan, rerata asam urat menjadi sebesar 7,28 mg/dl (0,942 SD). Sedangkan pada kelompok kontrol yang diberikan placebo (hanya mengandung vitamin E) rerata kadar asam urat menjadi 8,64 mg/dl (1,389 SD). Hasil ini menunjukkan bahwa telah terjadi penurunan kadar asam urat pada kelompok perlakuan. Sedangkan
pada kelompok kontrol tidak mengalami penurunan bahkan mengalami kenaikan kadar asam urat. Perbedaan kadar asam urat pada kedua kelompok (perlakuan dan kontrol) setelah diuji secara statistik (uji t) menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna dengan nilai p = 0,004 (p < 0,05) (lihat tabel 3).
Tabel 3. Perbedaan Kadar Asam Urat Sampel pada Kelompok Perlakuan dan Kontrol Kelompok Sampel Pretest
Kadar Asam Urat Postest
Perlakuan (n = 15)
8,30 (1,231)
7,28 (0,942)
Kontrol (n = 15)
8,22 (1,187)
8,64 (1,389)
Uji t Nilai p
t = 0,181 p = 0,858
t = -3,121 p = 0,004
5
6 GIZIDO Volume 5 No. 1 Mei 2013
Pemberian Asam Lemak
Penurunan kadar asam urat pada kelompok perlakuan bukan semata-mata hanya karena pemberian asam lemak omega 3, tetapi juga karena semua pasien masih tetap mengkonsumsi alupurinol sebagai obat penurun kadar asam urat. Namun peneliti dapat menyatakan bahwa masih ada pengaruh pemberian asam lemak omega 3 (yang mengandung Eicosapentaenoic Acid (EPA) 400 g, Docosahexaenoic Acid (DHA) 300 g dan vitamin E natural 100 mg) terhadap penurunan kadar asam urat, karena pada kelompok kontrol yang juga mengkonsumsi
9 8.5
Rudolf Boyke Purba, dkk
alupurinol tidak mengalami penurunan kadar asam urat (hanya diberikan vitamin E 100 mg sebagai placebo). Hasil penelitian ini juga menunjukkan adanya pengurangan rasa nyeri pada sendi (berdasarkan monitoring peneliti terhadap efek samping dan keluhan setelah mengkonsumsi omega 3 yang diberikan). Hal ini menunjukkan bahwa mengkonsumsi omega 3 dapat mengurangi rasa nyeri pada penderita hiperurisemi atau gout seperti juga hasil penelitian Broto, Rawan dkk (2000) pada penderita rhematoid arthritis.
8.64 8.3
8.22
8 Pretest
7.5
Postest
7.28
7 *p= 0,000
**p= 0,035
6.5 Perlakuan * Kontrol **
Gambar 1. Perubahan Kadar Asam Urat pada Kelompok Perlakuan dan Kontrol Perubahan kadar asam urat dalam darah pada kelompok perlakuan mengalami penurunan (dari 8,30 mg/dl menjadi 7, 28 mg/dl) jika dibandingkan dengan kadar asam urat dalam darah pada kelompok kontrol. Pada kelompok kontrol perubahan yang terjadi adalah peningkatan kadar asam urat (dari 8,22 mg/dl menjadi 8,64 mg/dl). Perubahan kadar asam urat pada kelompok perlakuan secara statistik (uji Paired) mengalami perbedaan (perbedaan yang menurun) yang sangat bermakna dengan nilai t = 5,832 (p = 0,000). Demikian juga pada kelompok kontrol terdapat perbedaan (perbedaan yang meningkat) yang bermakna dengan nilai t = -2,328 (p = 0,035). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh pemberian asam lemak omega 3 terhadap penurunan kadar asam urat pada penderita asam urat (gout) pasien rawat jalan di RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou. Namun demikian penderita asam urat tetap harus mengkonsumsi alupurinol sebagai obat
asam urat. Peranan asam lemak omega 3 adalah turut membantu penurunan kadar asam urat pada penderita asam urat yang tetap mengkonsumsi alupurinol. Peneliti berkesimpulan bahwa pemberian asam lemak omega 3 pada pasien yang menderita hiperurisemia (gout) yang tetap mengkonsumsi obat alupurinol dapat membantu penurunan kadar asam urat dalam darah, jika dibandingkan dengan pasien yang hanya mengkonsumsi obat alupurinol. SIMPULAN 1.
Kadar asam urat pada kelompok perlakuan yang mengkonsumsi asam lemak tidak jenuh Omega 3 mengalami penurunan (dari 8,30 mg/dl menjadi 7,28 mg/dl) daripada kelompok kontrol yang mengalami kenaikan (dari 8,22 mg/dl menjadi 8,64 mg/dl).
6
7 GIZIDO Volume 5 No. 1 Mei 2013
2.
Pemberian Asam Lemak
Terdapat pengaruh pemberian suplementasi asam lemak tidak jenuh Omega 3 terhadap penurunan kadar asam urat (p < 0,05).
SARAN 1.
2.
Food suplemen asam lemak tidak jenuh Omega 3 dapat diberikan kepada penderita asam urat yang tetap mengkonsumsi allupurinol. Perlu penelitian lebih lanjut dengan melakukan kontrol lebih ketat terhadap komplikasi penyakit asam urat (diabetes mellitus, PJK, hipertensi) jenis obat (obat selain allupurinol) dan diit pasien, agar pengaruh pemberian asam lemak tidak jenuh Omega 3 tampak lebih jelas.
DAFTAR PUSTAKA Almatsier, Sunita, 2002, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Broto, Rawan, dan Poerwono Rahardjo, 2000, Manfaat Suplementasi Asam lemak Tidak jenuh Omega 3 pada Penderita Osteoartritis, Berkala Ilmu Kedokteran, Vol 32. No.2 Juni 2000. Budiarto, Eko. 2003. Metodologi Penelitian kedokteran, Sebuah pengantar, EGC. Jakarta. Buraerah, Hakim, Abdullah dan Maupe, Medika No 7 tahun XXXVI, Juli 2010, Faktor Resiko Kejadian Arthritis Gout pada Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Cohen MG, Emmerson BT. Gout In Klippel JH. ieppe PA, editors. 1995.
Rudolf Boyke Purba, dkk
Rheumatology. Vol 2. Mosby: St Louis Baltmore; 1995. p. 12.1-12.16 Covington, MB, 2004. Omega 3 Fatty Acids. Am Fam Physician 2004, 70(1):133-140. Darmawan, Jhon, 2008. Komplikasi dan kematian dini akibat asam urat. http//www. Elitha-eri.net diunduh 28 Januari 2012 Departemen Kesehatan RI, 2008. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, Jakarta. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Isbagio Harry, Marcellus, dkk, editors. 2003. Pengelolaan Serangan akut Gout. Makalah dalam Penyakit Kronik dan Degeneratif Penatalaksanaan dalam Praktek Sehari-hari. Jakarta: Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK.UI; Khomsan, Ali, 2003. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan; Hari Pangan dan peningkatan Konsumsi Ikan. RajaGrafindo Persada, Jakarta. Khomsan, Ali. Makanan Pencetus Gout [serial online]. 2004. Available from: https://www.kompas.com/kompascetak/ 0302/27/ekora/ 127674.htm. (Diunduh 16 April 2006 Kodim, N, 2010. Medika, Jurnal Kedokteran Indonesia, Ed no 7, No. XXXVI, 2010 Rotty LWA. Karema Kaparang AMC. 1999. Gambaran Asam Urat pada Suku Minahasa Usia Dewasa Muda. Makalah Konker IRA VI. Malang makalah Wibowo, S, 2006. 100 Question & Answers Asam Urat, Elex Media Komputindo, Jakarta.
7