108 GIZIDO Volume 5 No. 2 November 2013
Penyuluhan Makanan Seimbang
Daniel Robert, dkk
PENYULUHAN MAKANAN SEIMBANG TERHADAP ASUPAN ZAT GIZI, STATUS GIZI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI SANGKUB KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW UTARA Daniel Robert, dan Inggit Posangi Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Manado
ABSTRACT Good nutritional status is one determinant of the quality of human resources (HR) . Qualified human resources are characterized by strong physical , mental strength, good health and a master of science and technology . Some of the indicators that measure the quality of human resources is the high and low levels of economic , health and education. This study aims to determine the effect of a balanced diet counseling on nutrient intake, nutritional status and student achievement SMK Sangkub Bolaang North Mongondow. This research is a quasi experimental ( quasi experiment ) with the design of the Pre and Post -test one group design . The timing of the June to July 2013 . Number of samples 50 were determined by purposive sampling . Data processing with SPSS version 18.0.Teknik data analysis using univariate analysis to determine differences between variables using t-test and bivariate analyzes to determine the effect of the study variables using paired sample t - test . The results of the analysis sample paired t - test counseling effect on energy intake of a balanced diet significant difference p = 0.009 is smaller than t p = 0.005. Whereas protein intake is known p = 0.482 ,which means there is no effect on the intake of a balanced diet counseling protein ( p > 0.05 ). For IMT (Nutritional status ) are not known to influence where p > 0.05 ( p = 0.174 ). Student achievement before and after studies found a significant difference p = 0.000 is smaller than t p = 0.05 . No conclusions on the effect of counseling balanced food energy intake , but had no effect on protein intake, there was no effect on the nutritional status and no influence on student learning prestasil SMK Sangkub Bolaang North Mongondow . Keywords : Extension balanced diet , nutrient intake , nutritional status, academic achievement.
PENDAHULUAN Status gizi yang baik merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia (SDM). SDM yang berkualitas dicirikan dengan fisik yang tangguh, mental yang kuat, kesehatan yang prima dan menguasai ilmu pengetahuan serta teknologi. Beberapa indikator yang mengukur tinggi rendahnya kualitas SDM adalah tingkat ekonomi, kesehatan dan pendidikan (Azwar, 2004). Anak yang kekurangan gizi akan mengalami gangguan pertumbuhan fisik, mental dan intelektual. Gangguan tersebut menyebabkan tingginya angka kematian dan kesakitan, serta berkurangnya potensi belajar, daya tahan tubuh dan produktivitas kerja (Soekirman, 2000). Almatsier (2004), status gizi seseorang dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi. Status gizi baik atau optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang
digunakan secara efisien. Menurut The World Health Organization (WHO) 2010, remaja adalah anak berumur 10-19 tahun. Diumur 1015 tahun,terjadi pertumbuhan cepat (growth spurt), yang merupakan tahap pertama dari serangkaian perubahan menuju kematangan fisik dan seksual. Ciri-ciri seks sekunder semakin tampak, seperti tercapinya kematangan fertilitas, perubahan signifikan dalam kematangan psikologis dan kognitif. Secara alamiah, anak perempuan lebih cepat mengalami pubertas daripada anak lelaki. Perubahan cepat ini juga ditandai dengan pertambahan pesat berat badan (BB) dan tinggi badan (TB). Puncak pertambahan pesat TB terjadi umur 11 tahun pada remaja perempuan dan sekitar 14 tahun pada remaja laki-laki. Diatas 15 tahun, derajat pertumbuhan badan mulai berkurang, lalu berhenti di umur 18 tahun, memasuki masa
109 GIZIDO Volume 5 No. 2 November 2013
Penyuluhan Makanan Seimbang
transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa. Pada masa remaja terjadi pula peningkatan berat badan, otot, serta perubahan biokimia dan hormonal. Pertumbuhan ini terjadi pada laki-laki maupun perempuan. Dengan pertumbuhan seperti ini maka harus diimbangi dengan pola makan yang baik agar tidak terjadi masalah gizi. Masalah gizi yang sedang terjadi pada masa remaja ialah anemia dan obesitas sehingga diperoleh perhatian khusus. Anak sekolah merupakan sasaran strategis dalam perbaikan gizi masyarakat. Hal ini menjadi penting karena : pertama, anak sekolah merupakan generasi penerus tumpuan bangsa sehingga perlu dipersiapkan dengan baik kualitasnya. Kedua, anak sekolah sedang mengalami pertumbuhan secara fisik dan mental yang sangat diperlukan guna menunjang kehidupannya dimasa datang. Ketiga, guna mendukung keadaan tersebut di atas anak sekolah memerlukan kondisi tubuh yang optimal dan bugar sehingga memerlukan status gizi yang baik (Depkes RI. 2004). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010, menunjukskan bahwa prevalensi anak pendek untuk usia 6 – 12 tahun, 13 – 15 tahun, dan 16 – 18 tahun yaitu diatas 30%. Prevalensi anak kurus pada usia 6 – 12 tahun, 13 – 15 tahun sekitar 12%. Status gizi pada remaja akan berdampak negatif pada tingkat kesehatan masyarakat, misalnya penurunan prestasi belajar dan penurunan kesehatan jasmani, Hasibuan (2006), dengan demikian status gizi yang baik akan dapat menunjang peningkatan prestasi belajar, di mana prestasi belajar erat hubungannya dengan tingkat kecerdasan, hal ini sangat dipengaruhi oleh jumlah atau banyaknya sel otak seseorang. Prestasi belajar merupakan cerminan motivasi anak. Proses belajar sekolah akan memacu anak untuk mencapai hasil yang sesuai dengan keinginannya. Tetapi banyak faktor yang mempengaruhi terhadap kemampuan belajar anak salah satunya adalah faktor gizi. Pengeluaran rumah tangga sebagai proyeksi dari pendapatan mempengaruhi tingkat konsumsi rumah tangga. Semakin besar pengeluaran total mengakibatkan konsumsi energi dan protein rumah tangga juga bertambah, dengan demikian apabila pengeluaran total rumah tangga bertambah
Daniel Robert, dkk
maka pertambahan tersebut dipakai untuk memenuhi kekurangan energi dan protein, asupan energi dan protein akan berpengaruh terhadap status gizi serta prestasi akademik siswa (Hawadi,2004). Penelitian ini menganalisis pengaruh penyuluhan makanan seimbang terhadap asupan zat gizi, status gizi dan prestasi belajar siswa Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Sangkub Kabupaten Bolaang Mongondow Utara. BAHAN DAN CARA Pengambilan data meliputi karakteristik responden (nama, jenis kelamin, umur, kelas, dan alamat) diperoleh melalui wawancara lansung terhadap responden dengan menggunakan alat bantu kuesioner. Data asupan zat gizi (energi, protein) diperoleh dengan menggunakan metode recall 24 jam dengan cara menanyakan langsung jenis dan jumlah makanan apa yang dikonsumsi selama 24 jam (1 hari) sebelumnya baik di dalam rumah maupun di luar rumah termasuk jajanan dengan alat bantu form recall 24 jam. Dilakukan selama 2 kali sebelum dan sesudah penyuluhan. Data lainnya meliputi data Profil SMK Negeri Sangkub, data prestasi belajar, diperoleh dengan mengambil langsung di wali kelas atau guru bidang studi tentang nilai yang diperoleh responden hasil ujian akhir semester dibandingkan terhadap nilai ratarata kelasnya. Data di ambil setelah ujian akhir semester berlangsung. Jenis penelitian ini adalah studi eksperimen semu (quasi eksperiment) dengan rancangan Pre and post-test one group design. Rancangan penelitian digambarkan sebagai berikut : O1 ----------------------- x -------------------------- O2 Keterangan : O1 = Asupan zat gizi, status gizi, dan prestasi belajar siswa SMK sebelum diberikan penyuluhan makanan seimbang O2 = Asupan zat gizi, status gizi, dan prestasi belajar siswa SMK sesudah diberikan penyuluhan makanan seimbang X = Penyuluhan makanan seimbang
110 GIZIDO Volume 5 No. 2 November 2013
Penyuluhan Makanan Seimbang
Pengolahan data asupan zat gizi (energi, protein) konsumsi zat gizi tiap sampel dihitung melalui dua tahap. Tahap pertama, dilakukan penjumlahan berat tiap bahan makanan atau makanan selama 2 kali, masing-masing sebelum dan sesudah penyuluhan dengan melakukan Recall 24 jam.
Daniel Robert, dkk
uji t-test. Selanjutnya analisis yang digunakan adalah analisis bivariat untuk menguji pengaruh penyuluhan makanan seimbang terhadap asupan zat gizi, status gizi dan prestasi belajar dengan menggunakan uji Paired Sample t-test. Seluruh data diolah dengan menggunakan software komputer program SPSS Version 18.0.
Tabel 1. Keadaan siswa SMK Negeri Sangkub Keadaan Siswa Jumlah Siswa
Tahun Pelajaran
Kelas X
Kelas XI
Jumlah
2012/ 2013
97
103
200
Tahap kedua, menghitung kandungan zat gizi yang diteliti dengan menggunakan software komputer program Nutri Survey for Windows. Nilai rata-rata masing-masing mata pelajaran yang diteliti yang diperoleh responden saat UAS dibandingkan terhadap nilai rata-rata kelas. Penelitian dilaksanakan di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMK) Sangkub Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, pada bulan Juni sampai Juli 2013. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMK Negeri Sangkub, dan yang menjadi sampel adalah siswa kelas X, serta XI yang dipilih secara acak dengan memenuhi kriteria yang ditetapkan. Kriteria inklusi ; terdaftar sebagai siswa SMK pada saat penelitian berlangsung, usia siswa antara 15-17 tahun, dan bersedia menjadi subyek penelitian selama penelitian berlangsung. Kriteria eksklusi meliputi siswa dalam kondisi sakit saat pengumpulan data. Tabel 2. Distribusi responden menurut kelas belajar Kelas
n
%
Kelas X
23
46.0
Kelas XI
27
54.0
Total
50
100.0
Besar sampel penelitian yang ditetapkan sebanyak 50 orang. Analisa yang digunakan yaitu : data karakteristik responden (distribusi umur, jenis kelamin, status gizi, prestasi belajar) menggunakan tabel frekuensi, kemudian analisis data univariat untuk melihat perbedaan berat badan, tinggi badan, IMT (status gizi), asupan energi, asupan protein, prestasi belajar menggunakan
HASIL DAN PEMBAHASAN A.
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
SMK Negeri Sangkub berlokasi di Jalan Trans Sulawesi Desa Sangkub I yang berada di kecamatan Sangkub, dengan NSS/NPSN : 69759069 serta dipimpin oleh Sutap Kusnan, SPd sebagai kepala sekolah. Keadaan siswa pada SMK Negeri Sangkub tahun ajaran 2012/2013 berjumlah 200 siswa, dapat dilihat sebagai berikut : Pada penelitian ini besar sampel dihitung berdasarkan rumus diperoleh sebanyak 50 sampel serta cara pengambilan yakni purposive. B. Karakteristik sampel penelitian Hasil penelitian dikekatahui jumlah sampel berdasarkan kelas yaitu 23 orang dari kelas sepuluh (46,0%) dan 27 orang (54,0%) dari siswa kelas sebelas. Tabel 3. Distribusi responden menurut umur Umur 15 Tahun 16 Tahun
n 6 20
% 12.0 40.0
17 Tahun
24
48.0
Total
50
100.0
Hasil penelitian dikekatahui distribusi umur sampel yakni 6 orang (12,0%) berumur 15 tahun, 20 orang (40,0%) berumur 16 tahun dan 24 orang (48,0%) berumur 17 tahun.
111 GIZIDO Volume 5 No. 2 November 2013
Penyuluhan Makanan Seimbang
Tabel 4. Distribusi Responden menurut jenis kelamin Jenis Kelamin
n
%
Laki-laki
17
34.0
Perempuan
33
66.0
Total
50
100.0
Hasil penelitian dikekatahui bahwa jenis kelamin responden yaitu 17 orang (34,0%) dan laki-laki dan 33 orang (66,0%) adalah perempuan. Tabel 5. Distribusi Responden menurut status gizi sebelum intervensi
Daniel Robert, dkk
Dalam penelitian ini dilaksanakan pemberian penyuluhan makanan seimbang terhadap sampel penelitian dan diketahui bahwa berat badan sebelum pemberian penyuluhan yaitu rata-rata 46,9 kg dengan standar deviasi (SD=6,64), selanjutnya sesudah diberikan penyuluhan diketahui berat badan rata-rata 47,53 kg (SD=7,00). Hasil di ketahui juga terdapat delta perubahan berat badan (0,632 kg) yang berarti terdapat perubahan berat badan sebelum dan sesudah pemberian penyuluhan makanan seimbang. Hasil analisa statistik menunjukkan p=0,00I terdapat perbedaan rata-rata berat badan sebelum dan sesudah pemberian penyuluhan makanan seimbang.
Status gizi
n
%
Gemuk
2
4,0
Tabel 8. Rata-rata perbedaan tinggi badan sebelum dan sesudah intervensi
Kurus Normal
10 39
20,0 76,0
Variabel
Total
50
100.0
Tinggi Badan sebelum 153.8800 5.65195 1.00 Tinggi Badan sesudah 153.8800 5.65195
Hasil penelitian dikekatahui bahwa status gizi sebelum intervensi yaitu 2 orang (4,0%) status gizi gemuk, 10 orang (20,0%) status gizi kurus dan 39 orang (76,0%) mempunyai status gizi normal. Tabel 6. Distribusi Responden menurut status gizi sesudah intervensi Status gizi
N
%
Gemuk
3
6,0
Kurus Normal
7 40
14,0 80,0
Total
50
100.0
Hasil penelitian dikekatahui bahwa status gizi sesudah intervensi yaitu 3 orang (6,0%) status gizi gemuk, 7 orang (14,0%) status gizi kurus dan 40 orang (80,0%) mempunyai status gizi normal.
Mean
Δ Perubahan
SD
0,0
P
0,0
Hasil penelitian terhadap tinggi badan sebelum dan sesudah pemberian penyuluhan makanan seimbang ternyata tidak ada perbedaan tinggi badan dimana rata-rata tinggi badan adalah 153,88 cm. Hasil analisa statistik menunjukkan p=1,00 artinya tidak terdapat perbedaan rata-rata tinggi badan sebelum dan sesudah pemberian penyuluhan makanan seimbang. Tabel 9. Rata-rata perbedaan IMT sebelum dan sesudah intervensi Variabel
Mean
SD
P
IMT Sebelum IMT Sesudah
19.7740 20.0240
2.34040 0,002 2.38075
Δ Perubahan
0.25
0.04035
Tabel 7. Rata-rata perbedaan berat badan sebelum dan sesudah intervensi Mean
SD
P
Berat Badan sebelum Berat Badan sesudah
46.9000 47.5320
6.64631 7.00441
0,001
Δ Perubahan
0.632
0.3581
Variabel
112 GIZIDO Volume 5 No. 2 November 2013
Penyuluhan Makanan Seimbang
Hasil pemberian penyuluhan makanan seimbang terhadap sampel penelitian diketahui Indeks Massa Tubuh (IMT) sebelum pemberian penyuluhan yaitu rata-rata 19,774 (status gizi baik) dengan standar deviasi (SD=2,340), kemudian sesudah diberikan penyuluhan diketahui IMT rata-rata 20,024 (status gizi baik, (SD=2,380). Hasil di ketahui juga terdapat delta perubahan pada IMT (0,25) yang berarti terdapat perubahan status gizi sebelum dan sesudah pemberian penyuluhan makanan seimbang. Hasil analisa statistik menunjukkan p=0,002 terdapat perbedaan rata-rata IMT sebelum dan sesudah pemberian penyuluhan makanan seimbang. Tabel 10. Rata-rata perbedaan asupan energy sebelum dan sesudah intervensi P
Variabel
Mean
SD
Asupan Energi Sebelum Asupan Energi Sesudah
1771.2780 217.66937 0,027
Δ Perubahan
-127.226
1644.0520 256.98872
Daniel Robert, dkk
Hasil pemberian penyuluhan makanan seimbang terhadap sampel penelitian diketahui bahwa asupan protein sebelum pemberian penyuluhan yaitu rata-rata 48,77 gr dengan standar deviasi (SD=6,59), selanjutnya sesudah diberikan penyuluhan diketahui asupan protein rata-rata 49,99 gr (SD=7,16). Hasil di ketahui terdapat delta perubahan peningkatan asupan protein sebanyak 0,882 gr, walaupun demikian hasil analisa statistik menunjukkan p=0,675 tidak terdapat perbedaan rata-rata asupan protein sebelum dan sesudah pemberian penyuluhan makanan seimbang. Tabel 12. Rata-rata perbedaan prestasi belajar sebelum dan sesudah intervensi Variabel Prestasi belajar Sebelum Prestasi belajar Sesudah Δ Perubahan
Mean
SD
74.2240
5.65608
76.8720
2.95815
2.648
2.69793
P 0,000
39.31935
Hasil intervensi pemberian penyuluhan makanan seimbang terhadap sampel penelitian diketahui bahwa asupan energy sebelum pemberian penyuluhan yaitu ratarata 1771,27 kkal dengan standar deviasi (SD=217,66), selanjutnya sesudah diberikan penyuluhan diketahui asupan energy rata-rata 1644,05 kkal (SD=256,98). Hasil di ketahui juga terdapat delta perubahan penurunan asupan energy sebanyak -127,226 kkal. Hasil analisa statistik menunjukkan p=0,027 terdapat perbedaan rata-rata asupan energy sebelum dan sesudah pemberian penyuluhan makanan seimbang.
Hasil penelitian juga di ketahui bahwa pemberian penyuluhan makanan seimbang terhadap sampel penelitian diketahui prestasi belajar siswa dari 5 mata pelajaran sebelum pemberian penyuluhan yaitu rata-rata 74,22 dengan standar deviasi (SD=5,65), selanjutnya sesudah diberikan penyuluhan diketahui prestasi belajar rata-rata 76,87 (SD=2,95). Hasil di ketahui terdapat delta perubahan peningkatan rata-rata prestasi belajar responden sebanyak 2,87 poin.
Tabel 11. Rata-rata perbedaan asupan protein sebelum dan sesudah intervensi Variabel
Mean
SD
P
Asupan protein sebelum Asupan protein sesudah
48.7780 49.6600
6.59967 7.16813
0,675
Δ Perubahan
0.882
0.56846
113 GIZIDO Volume 5 No. 2 November 2013
Penyuluhan Makanan Seimbang
C. Analisis Bivariat a.
Daniel Robert, dkk
Tabel 15. Pengaruh penyuluhan terhadap prestasi belajar
Pengaruh penyuluhan makanan seimbang terhadap asupan zat gizi (energy, dan protein)
Hasil analisis menggunakan sample paired t-tes untuk mengetahui pengaruh penyuluhan makanan seimbang terhadap asupan energy diketahui terdapat pengaruh yang signifikan p= 0,009 lebih kecil dari t hitung p= 0,005, dengan rata-rata konsumsi energy meningkat 127,22 gr (SD= 329,51).
Variabel Prestasi belajar sebelum Prestasi belajar Sesuda h
Mean±SD
2.64800 ±3.8931 8
95% CI
P
t
3.75443 -4.809 .1.54157
.000
Hasil analisis menggunakan sample paired t-tes untuk mengetahui pengaruh
Tabel 13. Pengaruh penyuluhan terhadap asupan energy dan protein sebelum dan sesudah intervensi Variabel Asupan Energi sebelum Asupan Energi Sesudah Asupan Protein sebelum Asupan Protein Sesudah
95% CI
.127.22600 ±329.51436
33.57906-220.87294
2.730
0.009
-.88200±8.80600
-3.38464-1.62064
-.708
.482
Hasil analisis menggunakan sample paired t-tes untuk mengetahui pengaruh penyuluhan makanan seimbang terhadap asupan protein diketahui p=0,482 yang berarti tidak terdapat pengaruh penyuluhan makanan seimbang terhadap asupan protein (p>0,005).
b.
Pengaruh penyuluhan seimbang terhadap IMT
t
P
Mean±SD
penyuluhan makanan seimbang terhadap prestasi belajar siswa sebelum dan sesudah penelitian diketahui terdapat pengaruh yang signifikan p= 0,000 lebih kecil dari t hitung p= 0,05, dengan rata-rata peningkatan 2,64 poin (SD= 3,89).
makanan
Tabel 14. Pengaruh penyuluhan terhadap IMT Variabel IMT sebelum IMT Sesudah
Mean±SD
95% CI
-.25000 ±1.28289
-.61459-11459
Hasil analisis menggunakan sample paired t-tes untuk mengetahui pengaruh penyuluhan makanan seimbang terhadap IMT diketahui tidak terdapat pengaruh dimana p>0,05 (p= 0,174).
c.
Pengaruh penyuluhan makanan seimbang terhadap prestasi belajar
t 1.378
P .174
1. Karakteristik Responden Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri Sangkub Kecamatan Sangkub Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, Subyek dalam penelitian ini berjumlah 50 siswa, yang terdiri atas siswa yang duduk di kelas satu sebanyak 46,0% dan kelas dua 54,0%, dengan umur 12,0% umur 15 tahun, siswa 40,0% berumur 16 tahun, serta 48,0%
114 GIZIDO Volume 5 No. 2 November 2013
Penyuluhan Makanan Seimbang
lainya berumur 17 tahun. Adapun jenis kelamin 34,0% siswa laki-laki dan 66,0% siswa perempuan. 2.
Berat badan, tinggi badan dan IMT
Hasilnya menunjukkan rata-rata berat badan siswa sebelum penyuluhan makanan seimbang lebih berat 0,632 kg dari sebelum penyuluhan makanan seimbang, namun pada tinggi badan tidak ada perubahan sebelum maupun sesudah penyuluhan makanan seimbang masing-masing rata-rata 153,88 cm. Rata-rata IMT (status gizi) sebelum dan sesudah penyuluhan makanan sehat yaitu 0,25. Hasil ini sesuai dengan pendapat Soekirman (2000) yang mengatakan pengukuran status gizi dengan menggunakan antropometri merupakan cara penentuan status gizi yang paling mudah dan murah, dimana pengunaan Indeks Massa Tubuh (IMT) direkomendasikan sebagai indikator yang baik untuk menentukan status gizi remaja. Pendapat yang sama oleh Soetjiningsih (2004), mengatakan masalah gizi kurang pada remaja akan berdampak negatif pada tingkat kesehatan masyarakat, misalnya penurunan prestasi belajar dan penurunan kesegaran jasmani. Almatsier (2003) mengemukakan bahwa gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia., dimana kurang gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan, menurunkan produktivitas, menurunkan daya tahan, meningkatkan kesakitan dan kematian. Soetjiningsih (2004), menuliskan bahwa masa remaja merupakan periode dari pertumbuhan dan proses kematangan manusia, pada masa ini terjadi perubahan yang sangat unik dan berkelanjutan, perubahan fisik karena pertumbuhan yang terjadi akan mempengaruhi status kesehatan dan gizinya.
3.
Asupan energy dan protein
Hasil penelitian menunjukkan asupan energi sebelum lebih besar dibanding dengan sesudah penyuluhan makanan seimbang dimana hasilnya -127,226 kkal, selanjutnya pada asupan protein terjadi peningkatan
Daniel Robert, dkk
0,882 gr setelah penyuluhan makanan seimbang. Pendapat serupa dikemukakan oleh Hadi (2004), bahwa ketidakseimbangan antara asupan kebutuhan atau kecukupan akan menimbulkan masalah gizi, baik itu berupa masalah gizi lebih maupun gizi kurang. Azwar (2004) menilai bahwa siswa pada masa remaja merupakan periode dari pertumbuhan dan proses kematangan manusia, pada masa ini terjadi perubahan yang sangat unik dan berkelanjutan. Perubahan fisik karena pertumbuhan yang terjadi akan mempengaruhi status kesehatan dan gizinya. Ketidakseimbangan antara asupan kebutuhan atau kecukupan akan menimbulkan masalah gizi, baik itu berupa masalah gizi lebih maupun gizi kurang. Banyak penelitian telah dilakukan menunjukkan kelompok remaja menderita/mengalami banyak masalah gizi. Masalah gizi tersebut antara lain IMT kurang dari batas normal atau kurus dimana prevalensi remaja dengan IMT kurus berkisar antara 30% -40%. 4.
Prestasi belajar
Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan prestasi belajar sebelum dan sesudah penyuluhan makanan seimbang, ini terlihat dari nilai rata-rata rapor 5 mata pelajaran (IPA, Matematika, IPS, bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris) semester ganjil dan semester gasal, dimana prestasi belajar siswa mengalami peningkatan 2,648 poin. Prestasi belajar merupakan predisposisi tingkat pengetahuan seseorang, WHO (1988) yang menyatakan bahwa pengetahuan berhubungan sikap dan praktek, sehingga pengetahuan akan mempengaruhi sikap seseorang untuk bertindak. Sunaryo (2002), juga menyebutkan bahwa perilaku kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor perilaku dan faktor diluar perilaku. Perilaku sendiri ditentukan oleh tiga faktor yaitu faktor predisposisi yang berupa pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, norma sosial, faktor sosio demografi, seperti umur, pendidikan, status ekonomi, pekerjaan dan jenis kelamin.
115 GIZIDO Volume 5 No. 2 November 2013
Penyuluhan Makanan Seimbang
Salah satu akibat kekurangan gizi yang sulit untuk dipulihkan adalah penurunan kecerdasan. Santoso dan Ranti (1999), pemberian makanan bergizi yang cukup akan menentukan tingkat intelegensi, anak yang kurang gizi mempunyai intelegensi yang rendah dibanding anak yang tidak kurang gizi. Rendahnya status gizi anak-anak sekolah akan berdampak negatif pada peningkatan kualitas SDM. Meski belum sepenuhnya konklusif, namun diyakini bahwa kurang gizi kronis berhubungan erat dengan pencapaian akademik murid sekolah yang semakin rendah. Anak-anak yang pendek karena kurang gizi ternyata lebih banyak yang terlambat masuk sekolah, lebih sering absen, dan sering pula tidak naik kelas (Hawadi, 2004). Soekirman (2001) mengatakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dalam pendidikan adalah keadaan kesehatan dan gizi anak sekolah. Pengembangan kemampuan teknologi memerlukan kekuatan otak yang prima. Gizi pada usia dini yang terus dipertahankan secara optimal sampai anak usia sekolah, akan berpengaruh besar pada perkembangan kekuatan otak. Akses pendidikan yang semakin baik perlu ditunjang oleh kinerja kesehatan dan gizi yang cukup, sehingga anak-anak usia sekolah dapat memaksimalkan potensi dirinya untuk menjadi pribadi-pribadi berkualitas, dan cerdas. Hawadi (2004) mengatakan keadaan sosial keluarga berhubungan dengan pengembangan kecerdasan anak, dimana anak dari keluarga tidak miskin memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dari pada anak yang berada dari keluarga yang miskin, namun Kartika dan Latinulu (2002), tidak menyimpulkan bahwa anak dari keluarga yang tidak miskin di lahirkan untuk lebih cerdas. Selanjutnya menurut Santoso dan Ranti (1999) status gizi yang baik akan mengatasi gejala kekurangan gairah belajar di kalangan siswa disebabkan kemampuan tubuh untuk mengikuti proses pendidikan yang di jalani, meskipun demikian pendidikan tidak luput dari berbagai masalah seperti keterbatasan pemahaman keluarga akan arti pentingnya gizi bagi pendidikan anaknya, karena gizi dapat berpengaruh terhadap prestasi akademik siswa. 5.
Pengaruh penyuluhan terhadap asupan energy dan protein
Daniel Robert, dkk
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyuluhan makanan seimbang terhadap asupan energy diketahui terdapat pengaruh yang signifikan p= 0,009. Asupan energi mempengaruhi pertumbuhan tubuh dan bila asupan tidak adequat, menyebabkan seluruh unit fungsional remaja ikut menderita. Antara lain: derajat metabolisme, tingkat aktivitas, tampilan fisik dan maturasi seksual. Derajat pertumbuhan remaja mencapai puncaknya pada masa pacu tumbuh; rata-rata percepatan pertumbuhan mencapai 16 g/hari untuk remaja perempuan. Tubuh membutuhkan energi untuk menaikkan berat badan (BB) sekitar 8 kkal/g peningkatan BB atau 5%-6% dari energi pertumbuhan maintenen, sedangkan energi untuk pertumbuhan maintenen diperlukan sekitar 130-150 kkal/ hari (Soekirman, 2001). 6.
Pengaruh penyuluhan (status gizi)
terhadap
IMT
Hasil analisis diketahui pengaruh penyuluhan makanan seimbang terhadap prestasi belajar siswa sebelum dan sesudah penelitian diketahui terdapat pengaruh yang signifikan p= 0,000. Hasil ini sama dengan tulisan Soekirman (2001), bahwa Status berarti tanda atau penampilan yang diakibatkan oleh keadaan fisik . Sedangkan gizi adalah hasil proses dari organisme dalam menggunakan bahan makanan melalui proses pencernaan, penyerapan, transformasi, penyimpanan, metabolisme, dan pembuangan untuk pemeliharaan hidup, pertumbuhan dan fungsi organ tubuh serta produksi energi. Jadi status gizi adalah tanda-tanda atau penampilan fisiologis yang diakibatkan oleh keseimbangan intake gizi dan penggunaannya oleh organisme. Status gizi adalah keadaan tubuh yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan dan penggunaan makanan. Susunan makanan yang dapat memenuhi kebutuhan tubuh, pada umumnya dapat menciptakan status gizi baik (Suharjo, 1985). Sementara menurut (Almatsier, 2001), status gizi seseorang dipengaruhi oleh makanan, konsumsi makanan yang tidak seimbang dan berlangsung lama dapat menimbulkan permasalahan gizi. Gizi yang baik memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan dan kesehatan secara umum. Status gizi adalah
116 GIZIDO Volume 5 No. 2 November 2013
Penyuluhan Makanan Seimbang
suatu kondisi dan keadaan kesehatan individu atau kelompok yang telah ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik akan energi dan zat gizi yang lain yang dapat diperoleh dari makanan dan dampak fisiknya dapat diukur secara antropometri (Minarto, 2000). Sedangkan menurut (Gibson, 1990), status gizi adalah suatu keadaan tubuh diakibatkan oleh keseimbangan antara intake zat gizi dengan kebutuhan. Hal ini dapat dilihat dari variabel-variabel pertumbuhan, seperti berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, lingkar lengan, panjang tungkai. 7.
Pengaruh penyuluhan terhadap prestasi belajar
Hasil penelitian diketahui pengaruh penyuluhan makanan seimbang terhadap prestasi belajar siswa sebelum dan sesudah penelitian terdapat pengaruh yang signifikan p= 0,000. Penyuluhan gizi pada dasarnya adalah suatu usaha mengubah perilaku seseorang yang dilakukan dengan pendekatan edukatif, yang bertujuan untuk menumbuhkan sikap positif masyarakat terhadap gizi dan selanjutnya akan mempengaruhi kebiasaan makan sehari-hari. Tumbuhnya kebiasaan makan yang baik dari para anggota masyarakat merupakan salah satu faktor penentu tercapainya perbaikan gizi masyarakat. Dalam hubungannya dengan perubahan kebiasaan makan, penyuluhan gizi sangat diperlukan karena dengan penyuluhan dapat meningkatkan pengetahuan, menumbuhkan sikap positif dan meningkatkan keterampilan gizi. Dengan bekal pengetahuan, sikap dan keterampilan gizi yang positif lebih menjamin terbentuknya perilaku gizi (Pranadji, 1991). SIMPULAN Hasil penelitian dapat kesimpulan sebagai berikut :
diambil
1. Ada pengaruh penyuluhan makanan seimbang terhadap asupan energy, tetapi tidak ada pengaruhnya pada asupan protein 2. Tidak ada pengaruh penyuluhan makanan seimbang terhadap IMT (status gizi) 3. Ada pengaruh penyuluhan makanan seimbang terhadap prestasil belajar siswa SMK Negeri 1 Sangkup
Daniel Robert, dkk
DAFTAR PUSTAKA Almatsier. S. (2004). Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Azwar. A. (2004). Aspek Kesehatan dan Gizi Dalam Ketahanan Pangan. Cit. Prosiding WNPG VIII, 17-19 Mei,(hal 129-161), Jakarta. Depkes RI. (2002). Penelitian Gizi dan Makanan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi. Bogor. ……... (2004). Kongres Nasional Persagi dan Temu Ilmiah XII, Jakarta 10-8 Juli. Persagi. Gibson. R.S. (2005). Principles of Nutritional Assessment, Oxford University Press. New York. Hadi., (2005).Beban Ganda Masalah Gizi dan Implikasinya terhadap Kebijakan Pembangunan Kesehatan Nasional.Gramedia, Jakarta Hasibuan. F. (2006). Psikologi Pendidikan. Pedoman Ilmu Jaya, Jakarta. Hawadi. R.A. (2004). A-Z Program Percepatan Belajar dan Anak Berbakat Intelektual. Garmadia Widiasarana Indonesia, Jakarta. Kartika.S Latinilu, (2002). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan Motorik Anak. Jakarta. Minarto, (2000). Survei Indeks Masa Tubuh. Jakarta PERSAGI (2010). Penyuluhan dan konsultasi gizi, Jakarta Soekirman.(2002). Ilmu Gizi dan Aplikasinya. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta. Soetjiningsih. (2004). Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Sagung Seto, Jakarta. Sunaryo, (2004). Psikologi Untuk Keperawatan.PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta. Santoso dan Ranti, (2004). Kesehatan dan Gizi. Jakarta. WHO. (2003). Measuring Change In Nutritional Status. WHO. Geneva.