RUANG KAJIAN
KEKUATAN EKONOMI ASIA DI PETA DUNIA ABAD 21
Oleh : Riyadi Santoso
Abstract The map of world economic power in 21st century has shifted to Asia, shown by the fact and data in various economy indicators. Asia potential to lead the economic growth cannot seem to be denied, remembering that Asia has the great market strength requirements, overflow raw material and natural sources, huge domestic and international investment, the ability to transfer technology, and the existence of human resources or the creation of vacancy. In the Asia fast economic growth, it is proven that China and India has shown as Asia economic giant country leading economic world growth. Besides these countries, Japan and South Korea has strengthened Asia ability, and ASEAN will also strengthen the position of Economic power in Asia. To strengthen this prospect in the future, it is hoped to happen that synergy between the economical and political progress (leadership). By combining these two progresses, it is expected that the glorious economy of Asia in 21st century will be established in the exact meaning, sturdy, and continuity. Keywords : Economic power in Asia, Synergy between the economical and political progress (leadership)
Telah menjadi pengetahuan umum bahwa selama kurun waktu sepuluh tahun terakhir, kekuatan ekonomi dunia telah bergeser ke benua Asia. Tanda-tanda besar perseseran peta kekuatan ekonomi dunia telah beralih ke Asia tersebut tidak tersanggahkan, paling tidak dengan tampilnya raksasa-raksasa ekonomi Asia yaitu : Republik Rakyat
China (RRC) dan Republik India, sebagai dua Negara besar di Asia yang perkembangan ekonominya sangat dinamis dan melesat memimpin pertumbuhan ekonomi Negara-negara Asia lainnya dalam kurun waktu dekade terakhir. Padahal telah kita ketahui bahwa Jepang dan Korea Selatan telah meraihnya pada era sebelumnya sebagai Negara
mengalami defisit neraca perdagangan dengan Jepang dan China. Dari itu semua tanda-tanda bangkit dan tampillah Benua Asia sebagai kekuatan Ekonomi Dunia, yang akan memimpin dan mengendalikan pusaran ekonomi dunia semakin tidak terbantahkan. Patut dipertanyakan, mengapa ekonomi Asia mampu tampil sebagai kekuatan ekonomi dunia?, dan syarat-syarat apa saja yang telah dimiliki oleh negara-negara Asia sehingga mampu tampil sebagai kekuatan ekonomi dunia?. Untuk menjaga keberlanjutan pertumbuhan dan kekuatan ekonomi tersebut, bagaimana potensi dan faktor stabilitas ekonomi Asia?. Dan bagaimana pula dengan keterkaitan antara faktor stabilitas ekonomi dengan stabilitas politik?. Untuk menjawab dan menganalisis hal-hal tersebut, berikut akan penulis sampaikan secara padat gambarannya, dengan menghubung-kan antar fenomena ekonomi dengan data yang sempat diperoleh dalam waktu yang pendek ini.
industri dan sangat pesat pertumbuhan ekonomi-perdagangannya. Belum lagi Negara-negara yang tergabung dalam ASEAN, seperti : Indonesia, Thailand, Malaysia, Vietnam, Singapura, Brunei, Laos dan Kambodia. Negara-negara tersebut telah terbukti menjadi pusat pertumbuhan baru ekonomi Asia, bahkan pusat pusaran pertumbuhan ekonomi dunia saat ini berada di benua Asia, sehingga dunia barat tidak akan mampu membendungnya. Para analis ekonomi melihat adanya pergeseran kekuatan ekonomi global yang dulu dikendalikan Negara-negara Barat, kini telah menuju ke Asia, (Harian Seputar Indonesia, 27/1/2011). Sebagaimana kita ketahui juga, dunia beberapa kali didera krisis ekonomi yang sangat mengocangkan, seperti di Tahun 1997 yang sempat mengoncang belahan Asia waktu itu dan di Indonesia mampu menjatuhkan Rezim Soeharto, dan selanjutnya juga krisis keuangan dan ekonomi Tahun 2007 yang mengoncang salah satu pusat ekonomi dunia, yaitu Amerika Serikat, dan jatuhkan pemerintahan Partai Republik, George W. Bush, dan tampilnya Presiden Baru USA, Barrack Obama. Bersamaan dengan itu telah terjadi pula konsolidasi-konsolidasi baru dalam dunia ekonomi dan pertarungan perdagangan serta kurs mata uang di berbagai belahan dunia. Seperti antara Yen Jepang versus Dollar Amerika, dan antara Yuan China versus Dollar US. Dollar US nampak keteteran menghadapi menguatnya Yen dan Yuan, dan bahkan AS
Tampilnya Ekonomi Asia Dalam Pertemuan Forum Ekonomi Dunia atau World Economic Forum (WEF) Tahun 2011 yang berlangsung pada 26 – 30 Januari 2011 di Davos, Swiss, yang dihadiri Elite Poltik dan Pembisnis Dunia, termasuk Presiden RI, Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY), Para analis ekonomi dunia menilai telah terjadi adanya pergeseran kekuatan ekonomi global yang dulu dikendalikan Negara-negara Barat, kini telah menuju ke Asia, (Harian Seputar
52 Jurnal Madani Edisi I/ Mei 2011
Indonesia, 27/1/2011). Penilaian para pelaku dan pengamat ekonomi tersebut diatas tentu saja tidak mainmain, namun didasarkan atas fakta dan data yang selama ini dilihatnya. Betapa tidak, selama dekade terakhir kecenderungan bangkit dan makin pesatnya pertumbuhan ekonomi di kawasan benua Asia semakin nyata adanya. Pemulihan perekonomian yang semakin membaik seakan menjadi sinyal bahwa Asia akan terus memantapkan posisinya kedepan sebagai kekuatan ekonomi dunia. Salah seorang Pejabat Tertinggi China di IMF (Internasional Monetary Fund) atau Dana Moneter Internasional, Zhu Min mengatakan, pemulihan ekonomi global sebagian besar masih didorong raksasa Asia, yakni China (RRC) dan India. Pertumbuhan China dan India sangat kuat, yaitu 9 % untuk China dan sekitar 8 % untuk India. Demikian pula sebagaimana disampaikan oleh Azim Premji, Chairman Wipro, Perusahaan Piranti Lunak ternama di India, menyebutkan bahwa yang terjadi dewasa ini adalah kemunduran ekonomi dunia barat disatu sisi dan perrtumbuhan pasar Negara berkembang, pada sisi yang lainnya. Dalam sepuluh tahun perekonomian dunia dewasa ini, akan muncul sama atau sedikit lebih besar dari ekonomi Amerika Serikat. Selain itu, Martin Sorrel, Kepala Eksekutif WPP, Kelompok Perusahaan Periklanan yang terbesar kedua di dunia, juga menuturkan bahwa pada saat ini yang terjadi bukan hanya pergeseran ekonomi dari Barat Ke Timur, tetapi juga dari Dunia Barat ke Selatan. Ini
juga dekade Amerika Latin dengan Brasil yang memegang Piala Dunia dan Olimpiade, dan Asia bukan hanya India dan China, tetapi tempat lain seperti Pakistan, Thailand dan Bangladesh serta Indonesia yang ekonominya tumbuh positif. Tampilnya ekonomi Asia, semakin diyakinkan dengan data pertumbuhan PDB (Produk Domestik Brutto) Tahun 2010 untuk 20 Negara Kelompok G-20, yang perekonomiannya mengalami pertumbuhan, dimana China (RRC) telah memimpin nomor satu pertumbuhan PDB 2010 sebesar 10,3 %, diikuti nomor dua adalah India sebesar 9,7%. Sedangkan urutan ketiga, keempat dan kelima adalah Turki (7,8 %), Brasil (7,5 %), dan Argentina (7,5%). Masih di kawasan Benua Asia, Korea Selatan (6,1 %) dan Indonesia (6,0 %) menempati rangking keenam dan ketujuh. Apabila kita cermati dalam Pertumbuhan PDB 2010, dibandingkan dengan Negaranegara Eropa Barat dan AS, jelaslah Negara-negara Asia, yang dimotori oleh China dan India tampak lebih melesat pertumbuhannya. Sebagaimana kita ketahui PDB Tahun 2010, Inggris hanya tumbuh 1,7%, Perancis 1,6%, Italia 1,0%, Jerman 3,3%. Sedangkan Amerika Serikat (AS) sebesar 2,6 %, dan Kanada 3,1%. AS pertumbuhan PDBnya diurutan ke 16, masih di bawah Jepang sebesar 2,8% diurutan ke 15.
53 Jurnal Madani Edisi I/ Mei 2011
Tabel 1 : Data Pertumbuhan Produk Domestik Bruto Tahun 2010 Kelompok G-20 NO
1
NEGARA
PERTUMBUHA N PDB TAHUN 2010 (%) 10,3
Syarat Ekonomi Asia Telah disinggung diatas, mengapa ekonomi Asia dapat tumbuh pesat dan bahkan mampu memimpin pertumbuhan ekonomi dunia dalam sepuluh tahun terakhir ini, yang ditunjukkan dengan tampilnya raksasa ekonomi Asia yaitu China dan India. Yang juga masih diperkuat eksistensi ekonomi Korea Selatan dan Jepang, yang telah melesat lebih dahulu. Fenomena ekonomi Asia tersebut tentu saja, mengandung persyaratanpersyaratan yang telah dan dapat dipenuhi Negara-negara Asia. Sebagaimana ditegaskan, bahwa salah satu syarat utama dan mendasar yang dimiliki oleh Asia adalah kekuatan pasarnya yang luar biasa besar. Skala pasarnya yang sangat besar dan terus berkembang tersebut sebagai syarat nomor satu yang dipunyai Asia. Betapa tidak telah kita akui semua, RRC (China) dengan jumlah penduduk yang paling besar di dunia (diatas 1,7 milyar), mampu mengolah dan menjaga pasar domestiknya menjadi kekuatan pasar raksasa ekonomi di dunia. Selain juga mampu memproduk barang-barang kebutuhan yang diekspor ke berbagai Negara Asia, bahkan Amerika Serikat, Eropa dan Afrika. Begitu pula dengan India, dengan jumlah penduduk nomor 2 terbesar di dunia (1,2 milyar), telah mampu menggarap potensi pasar dalam negerinya menjadi kekuatan ekonomi domestiknya yang handal dengan semangat kemandirian (swadhesi), investasi dalam negeri dan mengembangkan produk-produk yang dibutuhkan rakyatnya. Jumlah penduduk nomor keempat di dunia,
TINGKAT PER KAPITA US DOLLAR
RRC 4.283 (China) 2 India 9,7 1.176 3 Turki 7,8 10.207 4 Brasil 7,5 10.471 5 Argentina 7,5 8.663 6 Korea 6,1 20.165 Selatan 7 Indonesia 6,0 2.963 8 Meksiko 5,0 9.243 9 Rusia 4,0 10.522 10 Arab Saudi 3,4 16.641 11 Jerman 3,3 40.512 12 Kanada 3,1 45.888 13 Australia 3,0 54.869 14 Afrika 3,0 7.101 Selatan 15 Jepang 2,8 42.325 16 Amerika 2,6 47.132 Serikat 17 Inggris 1,7 36.298 18 Perancis 1,6 40.591 19 Italia 1,0 33.829 20 Uni Eropa 1,0 32.284 27 Sumber : Diolah dari IMF, Reuters dan Eourostat, Tahun 2011, sebagaimana dalam Seputar Indonesia, 27 Januari 2011.
Berdasarkan angka-angka pertumbuhan PDB tahun 2010 negara kelompok G-20 tersebut diatas tampak telah ditunjukkan semakin dominannya kekuatan ekonomi dunia di Benua Asia, dan diikuti dari Negara-negara Amerika Latin, yaitu Brasil, Argentina dan Meksiko. Tampak pula bahwa kekuatan ekonomi Asia, masih diperkuat lagi Negara-negara Asia Tenggara yang tergabung dalam ASEAN (Asia South East Association), yang ekonominya stabil dan terus berkembang yaitu Malaysia, Singapure, Thailand, Vietnam dan Brunei, serta Kambodia, Laos dan Myanmar yang sedang dan terus menata diri mengikuti kemajuan para tetangganya di ASEAN.
54 Jurnal Madani Edisi I/ Mei 2011
yakni Indonesia (280 juta), kemudian Pakistan, Bangladesh, Thailand, Vietnam, Malaysia, dan seterusnya di Asia juga menjadi daftar panjang besarnya potensi dan kekuatan pasar Asia yang mengiurkan dan berarti setengah dari penduduk dunia. Selain mengoptimalkan pasar domestik, India juga mampu mengekspor dan memenuhi kebutuhan pasar regional Asia Selatan (Bangladesh, Srilanka, Maladewa, dll.), bahkan menembus pasar Asia Tenggara, Afrika hingga Eropa dan AS. Produk-produk tekstil dan Information Technology (IT), hingga Film serta Pariwisatanya mampu menembus pasar dunia. Disamping kekuatan pasar yang sangat besar yang berada di Asia, beberapa Negara Asia yang memimpin pesat pertumbuhan ekonominya, adalah kemampuannya untuk menarik investasi baik investasi domestic (dalam negeri) maupun investasi dari luar negeri (regional dan internasional), untuk menompang kegiatan ekonomi dan industrinya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa persyaratan kedua bangkitnya ekonomi Asia adalah Investasi. Investasi tersebut dalam skala yang sangat besar, diberbagai Negara Asia. Selain di China dan India, tentu saja Jepang dan Korea Selatan juga banyak menanamkan investasinya di Negara-negara Asia lainnya, seperti Indonesia, Thailand, Malaysia, Vietnam, Kambodia. Kekuatan Investasi di benua Asia telah melahirkan produk-produk yang juga diekspor ke seluruh dunia sehingga membangkitkan ekspor dan import, baik barang modal maupun barang
hasil olahan, serta menggairahkan arus barang dan jasa ke berbagai Negara baik antar Negara di Asia, maupun antar benua, benua Asia dengan semua benua lainnya. Kekuatan investasi inilah yang menjadi penggerak yang melahirkan nilai tambah (value added) bagi pertumbuhan ekonomi Asia. Investasi ini juga ingin terus dikelola secara berkelanjutan, dengan menjaga iklim investasi di berbagai Negara Asia. Negara-negara Asia seakan berlomba menciptakan Iklim investasi yang menarik dan menjanjikan, baik dari Negara-negara maju eropa, australia dan amerika, maupun investasi sesama Negara Asia sendiri, seperti yang menonjol adalah dari Jepang dan Korea, juga dari Timur tengah ke Asia Tenggara dan Asia Selatan. Iklim Investasi yang diwujudkan diantaranya adalah, stabilitas politik dan keamanan, kepastian hukum, birokrasi yang effektif dan efisien, serta tersedianya infrastruktur yang memadai. Selain itu faktor tersedianya dan murahnya tenaga kerja juga turut dipertimbangkan, walaupun belakangan ini telah bergeser ke tenaga kerja yang berkualitas dengan syarat ketrampilan yang dibutuhkan. Persyaratan ketiga, yang tidak kalah penting dan mendasar adalah Asia memiliki Sumber Daya Alam (SDA) dan bahan baku atau bahan mentah dari alam yang melimpah. SDA dimaksud telah berabad-abad dimiliki Asia, walaupun pada era-era yang lalu dari masa kolonialisme hingga kini masih terus di eksploitasi dan didayagunakan. Namun yang patut digarisbawahi,
55 Jurnal Madani Edisi I/ Mei 2011
menembus pasar Amerika dan Eropa, bahkan mengalahkan pasarnya, disamping tentu saja automotif Jepang berhasil mempertahankan pasarnya di Asia. Selain Jepang juga menyusul Korea Selatan, yang berhasil menjadi Negara industri mengikuti Sukses Jepang, yang juga mampu menembus pasar Asia dan benua lainnya. Selain automotif, produk-produk electronik dari Jepang dan Korea Selatan, juga telah melejit ke seluruh belahan dunia. Selanjutnya, Setelah Jepang dan Korsel, maka tiba gilirannya China dan India, juga gencar melakukan percepatan alih tehnologi dan menembangkan industrinya dalam kapasitas yang besar, baik untuk memenuhi kebutuhan domestiknya maupun untuk diekspor ke berbagai Negara di dunia. Dapat dikatakan bahwa salah satu rahasia sukses China dan India, belakangan ini adalah kemampuannya melakukan alih tehnologi, seperti di bidang computer dan teknologi informasi (TI) atau perangkat telekomunikasi, permesinan, automotif, tekstil, pencetakan dan sebagainya. Dalam beberapa catatan penting, bahkan industri dan perusahaan-perusahaan di Asia, termasuk di Indonesia kini telah mengalami pula perkembangan menjadi agen perubahan (corporate crackers), (Baca : Rhenald Kasali, 2011). Salah satu cirinya, adalah perusahaan menjadi dinamis dan kompetitif, adalah dengan melihat dan bertindak (see and do), dan bukan kultur bisnis lama, yaitu asas professional-konvensional, yang cenderung menunggu dan melihat perkembangan (wait and see).
bahwa potensi SDA dan bahan mentah tersebut perlu dipelihara, dikembangkan dan dijaga kelangsungannya, terutama SDA yang tidak dapat diperbaharui. Sedangkan bahan mentah bagi industri dan jasa yang dapat diperbaharui, mesti ditumbuhkembangkan atau dibudidayakan bagi kegiatan ekonomi dan industri. Seperti : industri pertanian (agro industry), perikanan dan kelautan. Dan kini menjadi daya tarik, adalah industri pariwisata, baik alam maupun budaya. Melimpahnya sumber-sumber alam, baik pertambangan, energy, hayati maupun nabati telah menjadi modal kuat bagi Asia untuk terus meningkatkan aktivitas dan pertumbuhan ekonominya di kancah peta dunia. Namun patut diingatkan bahwa kekayaan lama yang melimpah, mesti disertai dengan ketersediaan dan peningkatan SDM (Sumber Daya Manusia) yang memadai serta berkualitas, termasuk dalam mengelola (memanage) ketersediaan SDA tersebut. Sedangkan persyaratan keempat yang dinilai memiliki andil besar dalam pertumbuhan ekonomi Asia adalah kemampuan alih tehnologi (transfer of technology). Kemampuan tehnologi ini telah ditunjukkan oleh Jepang dan menyusul Korea Selatan, sebagai Negara-negara Asia yang telah lebih dahulu mampu mentranfer tehnologi dari Eropa dan Amerika. Industri Jepang telah menyaingi bahkan melampaui industri Eropa dan Amerika. Sebut saja, Industri automotifnya, mobil-mobil jepang dengan industri turunannya mampu
56 Jurnal Madani Edisi I/ Mei 2011
jumlah (kuantitas), namun juga mutu (kualitas) SDM untuk menompang kebutuhan lapangan kerja tersebut. Nampak selama dasawarsa terakhir di Negara-negara Asia, tentu saya dimotori India dan China, kebutuhan lapangan kerja yang meluas itu secara simultan telah diikuti dengan peningkatan ataupun pengembangan kualitas SDM pekerja untuk menjadi pekerja yang trampil dan ahli di bidangnya. Kualitas pendidikan SDM di Negara-negara Asia belakangan ini menjadi projeck besar pemerintahnya untuk meng-upgrade SDMnya menjadi lebih berkualitas. Hal itu juga sejalan dan sinergis dengan upaya transfer of technology yang tengah digalakkan. Dengan demikian upaya transfer of technology sangat selaras (berjalan bersama) dengan transfer of knowledge, sehingga lapangan pekerjaan yang terbuka semakin menarik dapat diisi oleh orang dari Negara-negara Asia sendiri.
Perubahan pengelolaan perusahaan dimaksud, menyangkut pula dalam menyerang pasar (pemasaran). Berikutnya sebagai syarat keempat yang dapat dipenuhi Asia dalam pergeseran ekonomi dunia adalah penciptaan lapangan kerja dan sumber daya manusia (SDM). Persyaratan ini tentu saja melengkapi persyaratan pertama hingga ketiga, yang telah diupayakan maksimal di Asia. Mengenai cerita kunci sukses China di Amerika Serikat, digambarkan bahwa keberhasilan perusahaan China selain menyediakan produk dengan harga murah juga mampu menyerap atau menyediakan lapangan kerja yang banyak. Memang selama ini orang Amerika memandang sebelah mata atau miring terhadap China, dianggap China tidak cukup terbuka terhadap produk AS. Sejak Tahun 2009 Investasi China di AS meningkat 150 % menjadi sekitar 12 milyar dollar US, dibanding Tahun 2008 sebesar 5 milyar dollar US. Ternyata peningkatan investasi China tersebut telah mampu mempekerjakan 10 ribu orang AS. Gambaran tersebut untuk menggambarkan bahwa investasi yang galakkan sangat berkaitan dengan penciptaan lapangan kerja dan sumber daya manusia. Dapat dikatakan bahwa Investasi di Negaranegara Asia, yang juga di China dan India telah mampu menarik dan membuka lapangan kerja yang luas dan massif, sehingga menggerakan industri dan perekonomiannya. Lapangan kerja yang terbuka tentu berkaitan dengan ketersediaan SDM, yang tidak hanya dalam arti
Stabilitas Ekonomi Asia Apabila kita berbicara pertumbuhan ekonomi yang pesat di kawasan benua Asia, tentu tidak terlepas dari pandangan perlunya stabilitas ekonomi. Selama dekade terakhir, Negara-negara di Asia relative dapat mencapai stabilitas ekonomi yang cukup membanggakan. Persyaratan pertumbuhan ekonomi adalah stabilitas ekonomi, dan hal itu telah ditunjukkan oleh Jepang, Korea Selatan, dan menyusul China dan India, disamping tentu saja Negara Negara Asia Tenggara. Pembangunan dan perkembangan ekonomi Asia yang membawa implikasi bagi
57 Jurnal Madani Edisi I/ Mei 2011
tumbuhnya perekonomian. Walaupun kita tahu beberapa kali ekonomi dunia dilanda badai resesi ekonomi, dan paling tidak dua kali resesi ekonomi selama dekade terakhir, yaitu di Tahun 1997 yang dimulai dengan krisis kurs mata uang di Negara-negara Asia, dan di Tahun 2007 sebagai krisis keuangan dari Amerika Serikat, yang diprediksi akan menular ke Negaranegara lain, termasuk kawasan Asia. Namun kedua krisis tersebut telah berhasil dilalui oleh Negara-negara Asia, bahkan India dan China tidak bergeming, alias ekonominya tetap stabil dan tumbuh. Demikian pula dengan Jepang dan Korea sebagai macan ekonomi Asia tetap hebat stabil dan terus melaju industrinya. Dalam memperhatikan stabilitas ekonomi di Asia, dengan mempertimbangkan pilihan ekonomi global dan internasional, apa yang diusulkan Khor (2002) kiranya telah mengingatkan kita, bahwa perlu ada penyeimbangan kembali peran pasar dengan peran Negara agar pasar tetap dalam kendali yang tidak merugikan secara jangka panjang. Hal itu juga untuk menjaga agar tidak terjadi kegagalan salah satu, atau keduanya, baik kegagalan pemerintah maupun kegagalan pasar. Untuk menjaga energi pertumbuhan ekonomi Asia, dirarankan hendaknya kebijakankebijakan Negara tetap dalam koridor menjaga dan menyelamatkan kesehatan pasar baik di domestik maupun regional. Opsi-opsi kebijakan yang tepat adalah yang mampu terus mendorong semangat agar pasar tetap dinamis dan dibarengi dengan penciptaan iklim ekonomi yang
kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat, tentu sangat memerlukan adanya stabilitas sosial dan politik serta ketahanan budaya. Negaranegara di kawasan Asia, yang melejit China dan India, relative berhasil menjaga stabilitas dimaksud. Walaupun pernah terjadi pembunuhan dan kerusuhan di India, namun dapat diatasi oleh Negara, demikian pula dengan RR China, walaupun pernah terjadi gerakan pro demokrasi dan peristiwa Tiannamen, namun Negara dapat mengontrol kembali dan menstabilkan social-politiknya. Di tengah sorotan dan kritik masyarakat internasional China dan India terus berbenah diri dengan memperbaiki kekurangan-kekurangan dan mulai menyesuaikan diri dengan tatanan ekonomi internasional, seperti membuka pasar domestiknya secara seksama. Demikian pula dengan Negara-negara yang tergabung dalam Asean, yang juga relative dapat menstabilkan kembali sosial dan politiknya, setelah mengalami perubahan-perubahan politik, rezim atau pemerintahannya, seperti di : Malaysia, Singapura, Indonesia, Philipina dan lainnya. Pertumbuhan ekonomi yang membanggakan di Asia tersebut apabila kita runut akarnya dan background settingnya tentu adalah terwujudnya dan terpeliharanya situasi - kondisi yang stabil di Negara-negara Kawasan Asia, dengan indikatorindikator ekonomi makro maupun mikro yang dimilikinya. Faktor-faktor ekonomi domestik dan regional di Negara-negara Asia masih relative terkendali dan kondusif bagi
58 Jurnal Madani Edisi I/ Mei 2011
menjadi Negara yang membuka ruang partisipasi politik bagi rakyatnya. Partisipasi politik yang juga diikuti partisipati dibidang ekonomi, yang dilengkapi manajemen desentralisasi pemerintahan dan pengelolaan ekonomi untuk mengembangkan pasarnya. Keberhasilan China yang mampu melipatgandakan pendapatan per kapita dan angka pertumbuhan ekonomi hinga mencapai 9 – 10 %, telah mencengangkan dunia, khususnya Amerika dan Eropa. Sebagaimana dicatat sejarah bahwa China telah berhasil lolos dari kesulitan-kesulitan politik, dengan revolusi kebudayaan oleh Mao dan serangkaian reformasi moderat yang dipimpin Deng Xiaoping antara tahun 1978 hingga tahun 1984, yang mampu memperluas kesempatan-kesempatan untuk hak milik pribadi dan kolektif di bidang pertanian dan pelayanan, menawarkan otonomi dan insentifinsentif yang lebih besar kepada para pengelola, mendesentralisasikan manajemen perdagangan luar negeri dan menyelenggarakan zona-zona ekonomi khusus untuk menarik investasi luar negeri, seperti di Shanghai dan Guanzu. Setelah tahun 1984 China meneruskan reformasi dengan jangkauan yang lebih luas untuk perluasan pasar, (lihat : Joseph S.Nye, Jr., 1992: 134). Demikian halnya yang dilakukan India, yang juga berhasil mengelola sistem politiknya, yang relative stabil dan handal dalam suksesi kepemimpinan, walaupun Indhira Gandhi terbunuh, Radjiv Ghandi terbunuh, namun India segera
kondusif bagi pertumbuhan. Dan apabila pasar mengalami pergeseran ataupun penyimpangan, serta hambatan maka perlu ada langkah untuk menjaga agar pasar dalam koridor serta rel yang diinginkan, yakni pasar yang sehat dan kompetitif. Prospek Ekonomi dan Politik Masa Depan Untuk melengkapi fenomena pesatnya pertumbuhan ekonomi Asia, kita dapat memperhitungkan dan melihat ke depan tentang kondisi ekonomi yang terus berjalan di Asia. Variabel ekonomi tentu tidak terlepas, atau terputus berhenti di variabel ekonomi semata. Hubungan yang erat dengan variabel politik tidak terelakkan, dan dari masa ke masa di dunia ini, hubungan keduanya begitu saling mempengaruhi dan menjaga satu dengan lainnya. Begitu pula yang terjadi di Negara-negara Asia, sukses penataan di bidang ekonomi tentu tidak lepas dari dinamika politiknya. Tentu dengan berbagai model sistem politik yang diterapkan di masingmasing negaranya, namun yang menjadi cacatan penting disini adalah kemampuan Negara-negara di Asia dalam mengelola perubahan (reformasi) dan dinamika kehidupan politiknya. Pengalaman Jepang, Korea Selatan, RR China dan Republik India, yang telah melenggang terdahulu, selanjutnya Thailand dan Indonesia yang telah memasuki era demokrasi dan desentralisasi, turut menjadi acuan penting, betapa Negara-negara tersebut mempunyai keinginan kuat untuk terus maju dan sejahtera dibidang perekonomian dan tetap
59 Jurnal Madani Edisi I/ Mei 2011
Uzbekistan, Azerbaijan, Iran, Turki, Saudi Arabia, Yordania, Suriah dan Negara-negara teluk lainnya, kita berharap prospek kemajuan ekonomi tetap ada di depan mata yang akan menyongsong kemajuan dan kesejahteraan Asia. Negara-negara Asia tersebut tentu sedang menata diri dan diharapkan akan mampu mengikuti perkembangan dan kemajuan ekonomi Asia yang tengah dipimpin China dan India. Sebagai contoh, Indonesia sangat berpotensi dan memiliki peluang yang sangat bagus untuk menyusul kemajuan ekonomi India dan China. Berbagai Indikator ekonomi, dan syarat-syarat bagi kemajuan ekonomi telah dimiliki Indonesia, dan data menunjukkan bahwa rata-rata pertumbuhan beberapa tahun terakhir mampu tumbuh hingga 6 %, atau di Tahun 2010 pada urutan ketujuh, satu tingkat dibawah Korea Selatan yang tumbuh 6,1 %. Dalam kehidupan politik, Indonesia telah menjadi Negara demokrasi dan manajemen pemerintahan telah menganut model desentralisasi, tinggal bagaimana mendorong daerah-daerah untuk mampu menumbuhkan potensi ekonominya, untuk menompang ekonomi nasional. Diharapkan reformasi politik dan manajemen pemerintahan, yang tentu harus dilengkapi dengan reformasi birokrasi dalam arti luas dan sesungguhnya (baca: bukan reformasi setengah hati), penciptaan iklim investasi, penyiapan berbagai infrastruktur di seluruh negeri, maka diharapkan Indonesia akan mampu siap menjadi kompetitor Asia mengikuti kemajuan ekonomi
menemukan kepemimpinan. Kehidupan politik pemerintahan dan ekonominya yang terdesentralisasi di masingmasing Negara bagian, walaupun dalam kendali kebijakan pemerintah pusat. Ekonomi kerakyatan dengan semangat kemandirian (Swadhesi) yang diwarisi dari semangat Mahatma Ghandi memang luar biasa sangat mengakar kuat dan tahan banting. Negara sebagai state secara nasional tetap mengupayakan kebijakankebijakan dan program-program nasional untuk mendorong kemajuan investasi, industri dan perdagangan. Keberhasilan China dan India dalam mengelola kehidupan ekonomi dan kehidupan politik secara nasional, memberikan harapan dan prospek yang baik bagi masa depan kemajuan ekonomi Asia khususnya, dan dunia pada umumnya. Di sisi lain pengalaman Jepang dan Korea Selatan, yang tampil sebagai raksasa industri modern di Asia telah memberikan warna dan kemajuan nyata bahwa bangsa-bangsa Asia tidak kalah dalam penguasaan teknologi maju dibandingkan dengan bangsa Eropa dan Amerika (Sebut Negara Barat). Sejarah membuktikan produk-produk Jepang dan Korea Selatan mampu mendunia. Kemudian apabila kita perhatikan negara-negara Asia lainnya, seperti Indonesia, Thailand, Malaysia, Vietnam, dan sebagainya yang tergabung dalam Perhimpunan Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN), dan di Asia Selatan seperti : Srilanka, Pakistan, Bangladesh. Di Asia tengah dan Barat seperti : Mongolia, Tajikistan, Turmekistan,
60 Jurnal Madani Edisi I/ Mei 2011
didukung fakta dan data berbagai laporan dan indikator ekonomi, karena memang Negara-negara yang dimaksud cukup kuat telah memiliki persyaratan dan segala potensi ekonomi bagi menompang pertumbuhannya. Untuk memandu dan menjaga energi pertumbuhan serta kemajuan (kepemimpinan) ekonomi, maka kemajuan (kepemimpinan) politik tidak dapat diabaikan sebagai penompangnya. Apabila keduanya mampu bersinergis memajukan, maka harapan kejayaan ekonomi Asia di Abad 21 pasti akan terwujud dengan kokoh dan berkelanjutan. Semoga menjadi realita Asia.
sebagaimana telah diraih oleh India dan China serta Jepang dan Korea Selatan. Kemajuan (kepemimpinan) ekonomi di Asia yang diimbangi dengan kemajuan (kepemimpinan) politik di Asia, mesti berjalan bersama, beriringan dan saling memperkokoh keduanya. Apabila hal itu terwujud maka kemajuan ekonomi di Asia tersebut akan berjalan tangguh, kokoh dan berkelanjutan (sustainable). Penutup Di akhir analisis ini, coba kita renungkan bahwa Tuhan nampaknya sedang mempergilirkan kekuasaan ke belahan dunia lainnya, yaitu Asia yang sedang tumbuh dan mulai memimpin ekonomi dunia. Fakta dan data ini, mudah-mudahan tidak berhenti di dekade ini, namun menjadikan Abad 21 menjadi Abad Ekonomi Asia untuk memimpin ekonomi dunia. Kecenderungan ini telah didepan mata dan mesti menjadi focus perhatian para pemimpin Asia untuk mengelola pertumbuhan ekonomi agar tetap stabil dan dinamis, dengan tidak bertindak yang kontraproduktif dalam kebijakan ekonomi nasionalnya. Para pemimpin politik dan pemimpin ekonomi dunia, yang tergabung dalam World Economic Forum (WEF) telah mengakui bahwa Asia telah memimpin pertumbuhan ekonomi dunia, dan bergeseran kekuatan ekonomi berada di Asia, yang dimotori China dan India, serta Negara-negara Asia lainnya yang berpotensi tumbuh pesat. Pengakuan kemajuan atau kepemimpinan ekonomi di Asia sangat
Bahan Pustaka : Jan-Erik Lane & Svante Ersson, “Ekonomi Politik Komparatif : Demokratisasi dan Pertumbuhan, Benarkah Kontradiktif”, (PT. Raja Grafindo Persada : Jakarta, 2002). Joseph S. Nye, Jr., Memimpin Dunia : Sifat Kekuatan Amerika Yang Berubah, (Yayasan Obor Indonesia : Jakarta, 1992). Winardi, J. Prof. Dr. SE., Manajemen Perubahan (The Management 0f Change), (Kencana Prenada Media Group: Jakarta, 2005). Perkembangan Ekonomi Makro : Pertumbuhan Yang Mantap dan Menjanjikan, Tim Analisis Ekonomi CSIS, Dalam Jurnal Analisis CSIS, Volume : 33, Nomor 4, Desember 2004.
61 Jurnal Madani Edisi I/ Mei 2011
Martin Khor, Globalisasi : Perangkap Negara-Negara Selatan, (Yogyakarta : Cindelaras Pustaka Rakyat Cerdas (CPRC), 2002). Harian Seputar Indonesia, 27 dan 30 Januari 2011 Harian Media Indonesia, 8 Desember 2010 Harian Media Indonesia, 30 Januari dan 1 Februari 2011 Harian Kompas, 2 Februari 2011.
62 Jurnal Madani Edisi I/ Mei 2011