ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN PENDIDIKAN DALAM PENYELARASAN SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN DUNIA INDUSTRI (STUDI KASUS: SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 5 (SMKN 5) DAN INDUSTRI MANUFAKTUR) Paramita Anggraini, Sri Gunani Partiwi dan Budisantoso Wirjodirdjo Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111 Email:
[email protected] ;
[email protected] ;
[email protected]
Abstrak Pendidikan merupakan hal yang amat penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Kualitas SDM yang baik diharapkan dapat mengisi lapangan pekerjaan (demand) sesuai dengan keahliannya dan selanjutnya dapat memajukan negara. Namun kesempatan kerja yang terbatas telah membuat kompetisi semakin ketat antar pencari kerja sehingga seringkali mereka melamar dan menerima pekerjaan apa saja meskipun tidak sesuai dengan kualifikasi pendidikannya. Adanya mismatch dari segi kualitas antara yang dihasilkan oleh lembaga pendidikan (supply) dengan kebutuhan pasar tenaga kerja (demand) menjadi perhatian serius pemerintah saat ini. Permodelan mengunakan sistem dinamik digunakan untuk menyelesaikan permasalahan ini. Fungsi dari pendekatan sistem dinamik ini adalah menggambarkan model secara keseluruhan dan melakukan simulasi skenario kebijakan pemerintah dalam upaya penyelarasan sistem pendidikan nasional dengan dunia industri. Dalam penelitian ini terdapat beberapa skenario yang digunakan yaitu melakukan peningkatan kondisi tenaga pendidik, sarana prasarana dan penyesuaian struktur kurikulum. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa skenario yang memberikan dampak paling signifikan terhadap indeks keselarasan kompetensi lulusan SMK dengan industri manufaktur adalah penggabungan ketiga skenario tersebut. Bila pemerintah ingin memprioritaskan salah satu kebijakan terlebih dahulu, maka peningkatan kondisi sarana prasarana merupakan kebijakan yang memberikan pengaruh besar terhadap indeks keselarasan kompetensi. Kata kunci : Keselarasan, Sistem Dinamik, Kebijakan ABSTRACT Education is a crucial factor in improving the quality of human resources (HR). Good quality human resources are expected to fill the jobs (demand) in accordance with their own expertise and hope it can further to promote the country. However, limited employment opportunities have created a tight competition among job seekers, because of that they often apply and get some job which it isn’t in accordance with their educational background. The mismatch between quality that made by educational institutions (supply) with labor market needs (demand) , need more attention from the government. Modeling using dynamical systems is used to solve this problem. The function of this dynamic system approach is to describe the overall model and to simulate government’s scenario policy in the efforts of national education system alignment with the industry. In this research, there are several scenarios that are used for enhancing the conditions of teaching staff, infrastructure and structural adjustment of the curriculum. Based on research conducted, shows that the scenario gives the most significant impact on the index of vocational competency alignment with the manufacturing industry, is the merger scenario of improving the lecturer skill, facilities and curriculum structure. If the government wants to prioritize one of the policy, the improvement condition of infrastructure is the most crucial policy . . Keywords: Alignment, Dynamic, Policy
1. Pendahuluan Pada abad 21, perekonomian ditandai dengan globalisasi ekonomi dimana negara-negara di dunia menjadi satu kekuatan pasar. Indonesia
sebagai negara yang menempati urutan ke 42 dalam persaingan global dari 57 negara yang diteliti berdasarkan The World Competitiveness Scoreboard (2009), dituntut untuk memiliki daya saing dalam dunia usaha internasional. Sedangkan
1
pada cakupan yang lebih sempit, saat ini Indonesia merupakan anggota dari ASEAN Free Trade Area (AFTA) dan ASEAN Free Labor Area (AFLA), dimana persaingan terjadi antar negaranegara ASEAN. Pada era AFTA dan AFLA tersebut salah satu titik perhatian adalah mengenai kesiapan sumber daya manusia (SDM), tak terkecuali di antaranya masalah ketenagakerjaan, baik yang bekerja sebagai buruh kasar maupun menjadi pegawai kantoran. Sejumlah pakar, ilmuan dan cendekiawan mengingatkan untuk mengimbangai kemajuan era AFTA yang dimulai sejak awal Januari 2003 tersebut diperlukan SDM yang betul-betul berkualitas, handal dan siap menghadapi persaingan bebas (Syamsuddin, 2002). Salah satu cara untuk dapat mengikuti persaingan internasional adalah dengan SDM berpendidikan. Kualitas SDM yang baik diharapkan dapat mengisi lapangan pekerjaan (demand) sesuai dengan keahliannya dan selanjutnya dapat memajukan negara. Namun kesempatan kerja yang terbatas telah membuat kompetisi semakin ketat antar pencari kerja sehingga seringkali mereka melamar dan menerima pekerjaan apa saja meskipun tidak sesuai dengan kualifikasi pendidikannya. Bila ditinjau dari segi penghasil lulusan, ingkat pengangguran terbuka berdasarkan jenjang pendidikan dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar 1.1 Persentase Pengangguran TerbukaBerdasarkan Pendidikan Tertinggi (Sumber : Badan Pusat Statistik, 2009)
Dari grafik di atas juga ditunjukkan bahwa pengangguran yang paling tinggi terjadi pada penduduk dengan jenjang pendidikan tertinggi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Padahal sebenarnya konsep SMK sangat baik, dimana pelajar dididik untuk siap bekerja dan dibekali pula dengan kemandirian. Setneg (2010) menyatakan bahwa di satu pihak SMK diklaim
menjadi salah satu solusi dalam mengurangi pengangguran yang berpendidikan. Namun, pihak lain menilai bahwa pola pembentukan SMK di Indonesia lebih berbasis pada kuantitas dan kurang memperhatikan mutu atau kualitasnya. Oleh karena itu, penting untuk dilakukan suatu analisis terhadap kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah untuk mengetahui dampaknya terhadap penyelarasan sistem pendidikan nasional dalam hal ini SMK sebagai supply side terhadap dunia industri manufaktur sebagai demand side. Analisis terhadap kebijakan pendidikan akan dilakukan dengan pendekatan sistem dinamik. Metode ini digunakan karena dapat menganalisis suatu masalah dimana waktu merupakan faktor yang sangat penting, serta meliputi pembelajaran bagaimana variabelvariabel dalam sistem dapat saling mempengaruhi (Coyle, 1996). Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi variabel-variabel yang berpengaruh terhadappenyelarasan kualitas lulusan SMK, lalu melakukan pemodelan sistemnya sehingga diharapkan dapat memberikan alternatif kebijakan pemerintah pada pendidikan SMK yang akan berdampak pada peningkatan kualitas lulusan. Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini yaitu dapat mengetahui variabel-variabel yang berpengaruh terhadap keselarasan kualitas lulusan dengan kebutuhan industri. Kajian dilakukan pada kebijakan pemerintah dalam hal pendidikan nasional berdasarkan Renstra Pembangunan Pendidikan Nasional 20102014. Analisis dilakukan pada kebijakan yang ditujukan pada upaya peningkatan kualitas pendidikan dan diukur tingkat efektivitasnya dalam perwujudan penyelarasan lulusan SMK dengan dunia industri manufaktur. Pengamatan terhadap hasil implementasi kebijakan dilakukan pada SMKN5. Pada penelitian ini, dinamika sistem hanya dilihat pada aspek dinamika jumlah siswa dan pembobotan kontribusi-kontribusi yang ada tidak berubah terhadap fungsi waktu. 2. Metodologi Penelitian Bab ini akan menjelaskan langkah-langkah terstruktur yang dilakukan dalam melakukan penelitian ini. Langkah-langkah ini digunakan sebagai acuan sehingga penelitian dapat berjalan secara sistematis sesuai dengan tujuan dan waktu penelitian. Pada tahap identifikasi masalah akan
2
dijelaskan permasalahan di lapangan yang akan dibahas dan diteliti sehingga dapat ditemukan solusi dalam menyelesaikan permasalahan. Tahap identifikasi masalah meliputi identifikasi dan perumusan masalah, penetapan tujuan dan manfaat penelitian, dan studi pustaka. Permasalahan dalam penelitian ini yaitu pengkajian lebih lanjut mengenai kebijakan yang dikeluarkan pemerintah pada dunia pendidikan sebagai supply side lulusan dalam penyelarasan sistem pendidikan dengan dunia industri sebagai demand side. Setelah mengidentifikasi dan merumuskan masalah, selanjutnya adalah menentukan tujuan dan manfaat penelitian seperti yang telah dijelaskan pada bab pendahuluan. Sebagai dasar penelitian, digunakan studi literatur sebagai pedoman dalam menyelesaikan masalah dan mencapai tujuan penelitian. Sebelum membuat model keselarasan kualitas pendidikan dengan industri, maka diperlukan pemahaman mengenai semua variabel yang berpengaruh. Variabel diperoleh melalui kebijakan pendidikan dan brainstorming dengan pihak sekolah. Setelah mengetahui variabel-variabel yang akan berpengaruh dalam model, maka dilakukan pembuatan model awal dan diagram sebab akibat peningkatan keselarasan kualitas lulusan SMK dengan kebutuhan industri. Tahapan dalam pembuatan model ini terdiri dari pengumpulan data dan pembuatan model sistem peningkatan indeks keselarasan. Pengumpulan data disini adalah data-data yang digunakan sebagai variabel input. Pembuatan model didahului dengan penentuan batasan model, pengidentifikasian diagram sebab akibat, kemudian menyusun diagram sebab akibat. Pembuatan model ini dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak yaitu Ventana Simulation (Vensim). Setelah model dibuat, maka dilakukan percobaan dan melihat apakah model telah sesuai dengan logika dikenyataan atau tidak. Tahapan selanjutnya adalah mensimulasi dan mengevaluasi kebijakan yang juga terdiri atas tahapan formulasi model, input data dan menjalankan simulasi, dan evaluasi skenario kebijakan. Formulasi model adalah proses membuat persamaan matematis dari variabelvariabel yang terdapat di dalam model. Kemudian memeriksa model apakah sudah tidak terjadi kesalahan sehingga model dapat disimulasikan
(verifikasi). Sedangkan proses validasi yaitu menguji apakah model sudah mampu mewakili atau menggambarkan sistem nyata. Langkah selanjutnya setelah model dapat dinyatakan benar dan valid adalah melakukan skenario kebijakan dengan mengubah nilai parameter variabel pada model sistem. Dari perubahan kondisi yang dilakukan, akan dihasilkan output simulasi yang berbeda. Berdasarkan output simulasi dapat dilihat pengaruh kebijakan pemerintah seperti apa yang dapat mempengaruhi tingkat keselarasan kualitas pendidikan dengan industri secara signifikan. Setelah itu adalah menganalisis keseluruhan hasil penelitian dan membuat kesimpulan dan saran. 3. Pengumpulan dan Pengolahan Data Pada bab ini akan dijelaskan mengenai tahapan dalam mengumpulkan dan mengolah data yang diperoleh. Secara umum, data yang akan dikumpulkan dan digunakan dalam pengembangan penelitian adalah data-data yang diperoleh dari pengumpulan data sekunder, brainstorming, wawancara dan dengan beberapa pihak yang terkait dengan objek penelitian ini. 3.1 Identifikasi Sistem Pendidikan Identifikasi sistem bertujuan untuk mengetahui elemen elemen yang terlibat didalam sistem dan hubungan nyata antar elemen tersebut. Pengidentifikasian elemen-elemen diharapkan dapat digunakan dalam pemodelan sistem, sehingga dapat mencerminkan kondisi real system. Pada tahap ini dilakukan pemilahan kebijakan dari kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh Kementrian Pendidikan Nasional kemudian diambil kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dalam hal mendukung proses transfer pengetahuan di sekolah sehingga dihasilkan kompetensi lulusan yang diharapkan dapat selaras kebutuhan dunia industri, diantaranya adalah Reformasi Tenaga pendidik, Pembangunan dan Rehabilitasi Prasarana Pendidikan, Penyediaan Sarana Pendidikan, Otonomisasi Satuan Pendidikan dan Reformasi Pendanaan Pendidikan. Selanjutnya dilihat implementasinya pada SMKN 5 Surabaya.
3
3.2 Identifikasi Variabel Penelitian Dari hasil indentifikasi kebijakan pada Renstra Penididikan, refrensi mengenai program pembangunan pendidikan nasional tahun 20102014 tentang kegiatan pokok dalam mendukung perluasan dan pemerataan akses SMK bermutu dan dihubungkan dengan kondisi lapangan melalui brainstorming, dapat diketahui bahwa peningkatan kompetensi lulusan sangat berkaitan erat dengan kondisi tenaga pendidik, struktur kurikulum yang dijalankan di sekolah, dan sarana prasarana yang dikaitkan dengan jumlah siswa SMK yang tiap tahunnya mengalami peningkatan, selain itu juga dipengaruhi oleh pendanaan sekolah untuk kegiatan operasional sekolah. 3.3 Konseptualisasi Model Konseptualisasi model bertujuan untuk menunjukkan gambaran sistem secara umum mengenai simulasi sistem dinamis yang akan dilakukan. Konseptualisasi model terdiri atas pembatasan model, penyusunan diagram inputoutput, penyusunan causal loop diagram, dan penyusunan stock and flow diagram. 3.3.1 Model Boundary Chart Model Boundary Chart merupakan pembatasan variabel yang akan termasuk di dalam model. Pembatasan model bertujuan agar model memiliki cakupan analisis yang lebih detail dan komprehensif, sehingga model tidak melebar dari batasan sistem yang diteliti. Dibawah ini merupakan pembatasan model secara umum : Tabel 3.1 Tabel Boundary Chart Endogenus kontribusi tenaga pendidik terhadap hardskill & softskill lulusan kontribusi sarana prasarana terhadap hardskill dan softskill lulusan kontribusi sistem pembelajaran terhadap hardskill dan softskill siswa jumlah penerimaan siswa baru Dana Bantuan Pemerintah Lamanya masa pakerin siswa
Exogenus
Excluded Kebijakan industri
Bobot Penilaian Industri
Kondisi Lingkungan siswa
Kompetensi dasar siswa
3.3.2 Input-Output Diagram Input output diagram merupakan interpretasi dari identifikasi variabel yang telah dilakukan sebelumnya secara lebih tersistematis. Input output diagram dapat digunakan sebagai investigasi variabel-variabel yang akan digunakan dalam skenario kebijakan serta variabel yang akan menjadi indikator keselarasan kompetensi lulusan dengan kebutuhan dunia industri. Diagram input-output sistem klaster nelayan pesisir ditunjukkan pada gambar 3.1. Input Tak Terkendali
Bobot penilaian industri
Lingkungan
Kebijakan Pendidikan Pemerintah
Output Dikehendaki
Peningkatan kondisi tenaga pendidik terhadap kompetensi lulusan Peningkatan kondisi sarana prasarana terhadap kompetensi lulusan Peningkatan kondisi sistem pembelajaran terhadap kompetensi lulusan Peningkatan keselarasan kompetensi lulusan dengan kebutuhan industri
Penyelarasan kompetensi lulusan SMK dengan industri Input Terkendali Output Tak Dikehendaki Pengadaan Pelatihan untuk tenaga pendidik kondisi sarana prasarana yang ada di sekolah Penyesuaian sistem pembelajaran agar menghasilkan lulusan dengan kompetensi yang sesuai dengan industri Dana Pemerintah Jumlah Penerimaan Siswa
Rendahnya kondisi tenaga pendidik Rendahnya kondisi sarana prasarana yang ada Kurang sesuainya sistem pembelajaran yang digunakan Rendahnya keselarasan kompetensi lulusan terhadap kebutuhan industri
Pengelolaan
Gambar 3.1 Input Output Diagram
3.3.3 Causal loop Diagram Penyusunan causal loop diagram digunakan untuk mendefinisikan interaksi atar elemen sistem penyelarasan pendidikan dengan dunia industri dalam beberapa variabel yang menggantikannnya. Dari masing-masing variabel tersebut dapat terjadi hubungan atau keterkaitan dengan variabel lain. Hubungan tersebut bisa bersifat positif jika penambahan pada satu variabel akan menyebabkan penambahan pada variabel lain, namun begitupula sebaliknya bila penambahan pada satu variabel menyebabkan pengurangan pada variabel lain, maka dapat dikatakan bahwa hubungan antar kedua vairabel tersebut adalah negatif. Diagaram causal loop yang dimaksud adalah pada gambar 3.3. 3.3.4 Stock and Flow Maps penyusunan Stock and Flow Maps dilakukan dengan menyusun model utama dan pembagian sub modelnya. Penyusunan sub model dimaksudkan agar model semakin detail. Model
4
utama dalam penelitian ini adalah keselarasan kompetensi lulusan SMK dengan kebutuhan industri, sehingga sub model yang menyusunnya adalah kondisi-kondisi yang dapat meningkatkan kompetensi siswa secara langsung, sebagai berikut : 1. sub model kondisi tenaga pendidik 2. sub model kondisi sarana prasarana 3. sub model kondisi struktur kurikulum 4. sub model aliran dana pendidikan 5. sub model jumlah siswa SMK Setelah membangun model melalui stock and flow diagram maka selanjutnya dapat dilakukan formulasi matematis terhadap model sehingga dapat dilakukan simulasi. Pada gambar 3.4 dibawah ini adalah salah satu contoh sub model yang mempengaruhi keselarasan kompetensi yaitu sub model jumlah siswa SMK. Peningkatan indeks keselarasan merupakan model utama yang dipengaruhi oleh oleh kondisi tenaga pendidik, sarana prasarana, struktur kurikulum dan praktek kerja industri yang diselenggarakan oleh sekolah setiap tahunnya. Variabel-variabel tersebut memberikan pengaruh yang positif terhadap terciptanya peningkatan kompetensi siswa yang nantinya akan meningkatkan keselarasan kompetensi Selain variabel-variabel tersebut, kondisi keselarasan juga dipengaruhi oleh tingkat hardskill dan softskill yang dibutuhkan industri dari seorang lulusan SMK. Bobot penilaian hardskill dan softskill diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan oleh Dit. PSMK dengan judul Peranan SMK Kelompok Teknologi Terhadap Pertumbuhan Industri Manufaktur, dimana dalam penelitian tersebut didapatkan hasil dari angket terbuka yang diberikan kepada industri mengenai kompetensi yang lebih diutamakan dalam seleksi penerimaan karyawan baru yaitu 53% komponen hardskill dan 47% komponen softskill. Variabelvariabel bobot industri memberikan pengaruh yang negatif terhadap keselarasan kompetensi lulusan. Karena semakin tinggi kompetensi yang dibutuhkan maka indeks keselarasan akan semakin menurun dan dibutuhkan upaya dari pihak pendidikan untuk mengimbangi hal peningkatan tersebut.
Tahap selanjutnya setelah membuat model konseptual adalah penyusunan formulasi model. Formulasi dilakukan untuk mendapatkan hasil estimasi parameter, hubungan timbal balik, dan initial conditions. Penyusunan formulasi dilakukan untuk semua variabel. Berikut ini merupakan salah satu contoh pengoprasian matematis yang ada pada variabel keselarasan hardskill.
Gambar 3.2 Pengoprasian Matematis
3.5 Verifikasi dan Validasi Verifikasi model adalah tahapan untuk memastikan apakah model yang dibuat sudah berjalan sesuai dengan persepsi pembuat model dengan melakukan check model pada software Vensim. Selain check model, proses verifikasi juga dilakukan dengan pengecekan unit atau satuan variabel yang terdapat di model dengan melakukan unit check pada software Vensim. Dari hasil pengecekan terhadap model, didapatkan bahwa model dan unit satuan keseluruhan variabel telah ok, sehingga dapat dinyatakan bahwa model ini dapat diterima. Sedangkan proses validasi dilakukan dengan metode white box yaitu proses klarifikasi model yang telah dibuat dengan para expert dalam hal ini Kepala Sekolah, dan Wakil Kepala Sekolah. 3.6 Disain Skenario Kebijakan Penyusunan skenario upaya peningkatan keselarasan kompetensi lulusan dengan kebutuhan industri dapat dilakukan dengan cara mengubah nilai pada variabel yang berpengaruh terhadap system dan memberikan perbaikan seperti tujuan dari penelitian ini. Dalam penelitian ini ada beberapa bentuk skenario kebijakan, yaitu :
3.4 Pengoprasian Matematis
5
penilaian industri siswa lulus keselarasan kompetensi lulusan
+ +siswa keluar
+ penerimaan siswa +
-
jumlah siswa
+ +
+
+
prakerin
kondisi tingkatan tenaga pendidik
kecukupan tenaga pendidik
+ kompetensi lulusan
kondisi tingkatan sarana prasarana
+ peningkatan SDM
kesesuaian jam pembelajaran
+
+
+
jumlah tenaga pendidik
dana pemerintah
jumlah sarana prasarana + +
investasi sarana prasarana
+
<jumlah siswa>
Gambar 3.3 Causal Loop Diagram l ookup peneri ma a n s i s wa ki mi a a na l i s i s
l ookup peneri ma a n s i s wa ki mi a i ndus tri
l ookup peneri ma a n s i s wa l i s tri k
l ookup peneri ma a n s i s wa el ektroni ka
l ooukup pers entas e s i s wa putus s ekol a h
ki mi a a na l i s i s l ookup peneri ma a n s i s wa otomotif
l ookup peneri ma a n s i s wa permes i na n
l i s tri k
pers entas e putus s ekol a h
ki mi a i ndus tri el ektroni ka
otomotif
<mul tipl e wa ktu> s i s wa putus s ekol a h
pa gu untuk SMK
permes i na n
l a ju s i s wa s mk
l ookup peneri ma a n s i s wa ga mba r ba nguna n peneri ma a n s i s wa ga mba r ba nguna n
pers entas e s i s wa mengi kuti uji a n
l ookup pers entas e s i s wa mengi kuti uji a n
juml a h s i s wa SMK
l a ju s i s wa kel ua r
s i s wa mengi kuti uji a n
<mul tipl e wa ktu> s i s wa tida k l ul us
s i s wa l ul us
pers entas e kel ul us a n
l ookup s i s wa l ul us uji a n
penunda a n s i s wa tida k l ul us
Gambar 3.4 Stock and Flow Diagram “Jumlah Siswa SMK” 1. Pengaturan Struktur Kurikulum Skenario struktur kurikulum dilakukan dengan, merubah komposisi jumlah jam pembelajaran, dimana jumlah jam praktek siswa (jam produktif) ditingkatkan hingga 30% yang tadinya hanya 22% dari keseluruhan jam belajar, dan jam teori (jam adaptif dan normatif) menjadi 70% yang tadinya 78%. Skenario ini dilakukan dengan menjadikan mata pelajaran muatan lokal dan
pengembangan diri menjadi kegiatan di luar jam belajar aktif, sehingga porsi jam belajar tersebut dialihkan ke mata pelajaran produktif. 2. Upaya Peningkatan Kondisi Tenaga Pendidik. Upaya peningkatan kondisi tenaga pendidik dapat dilakukan dengan meningkatkan kondisi tenaga pendidik untuk dapat mengikuti pelatihan, dilakukan dengan
6
peningkatan dana bantuan BKMM/BOPDA sebesar Rp 325.000/ siswa/ bulan yang sebelumnya berjumlah Rp 275.000/siswa/bulan dan peningkatan persentase dana untuk peningkatan SDM sebesar 0.2% yang sebelumnya hanya 0.153% 3. Peningkatan Kondisi Sarana Prasarana dengan investasi kelas dan peralatan praktek. Skenario dilakukan dengan meningkatkan kondisi kecukupan ruang kelas, alat lab bahasa dan komputer serta alat praktek bengkel hingga ratio mencapai 1. Hal tersebut dilakukan dengan melakukan pembangunan kelas sebanyak 12 kelas, investasi alat lab bahasa dan komputer sebanyak 16 alat, dan investasi alat bengkel seperti alat bengkel kerja bangku listrik : 18 unit, alat bengkel pengukuran: 12 unit, alat bengkel mesin listrik: 8 unit, alat bengkel repair kelistrikan:32 unit, alat gambar: 11 unit, alat bengkel pengukuran mesin: 22 unit, mesin pengukuran audio: 15 unit, mesin tek audio: 3 unit, mesin digital: 32 unit. 4. Peningkatan Tenaga Pendidik, Sarana Prasarana dan Penyesuaian Jam Pembelajaran. Skenario ini merupakan simulasi gabungan dari skenario 1,2 dan 3, dimana diharapkan terjadi peningkatan yang signifikan atas indeks keselarasan kompetensi lulusan dengan industri. 5. Analisa dan Pembahasan Setelah dilakukan pengumpulan dan pengolahan data, maka dalam bab ini dilakukan analisis mengenai hasil yang diperoleh. Tahap analisis yang dilakukan mencakup analisis mengenai kondisi klaster, causal loop, dan analisa hasil skenario kebijakan. a. Kondisi Existing Kebijakan Pendidikan Dalam Peningkatan Keselarasan Kompetensi Siswa terhadap Kebutuhan Industri Dari kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah diantaranya terdapat kebijakan yang berkaitan dengan peningkatan kompetensi siswa. Kebijakan tersebut diantaranya Reformasi Tenaga pendidik, Pembangunan dan Rehabilitasi Prasarana Pendidikan, Penyediaan Sarana
Pendidikan, Otonomisasi Satuan Pendidikan dan Reformasi Pendanaan Pendidikan.
b. Analisis Model Konseptual Dalam Model Boundary Chart yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat terlihat beberapa variabel yang tidak dimasukkan dalam model diantaranya yaitu:
a. Kebijakan industri Pada penelitian ini, hal yang menjadi pokok perhatian adalah tercapainya keselarasan kompetensi lulusan dengan kebutuhan industri, dimana hal tersebut dapat dilihat melalui bobot penilaian yang diperhatikan oleh industri. Namun, dalam penelitian ini penilaian bobot tersebut tidak dibahas lebih jauh dan lebih difokuskan pada upaya bagain pendidikan dalam mewujudkan hal tersebut dengan memperhatikan kondisi eksisting di lapangan. b. Kondisi lingkungan siswa Kondisi lingkungan siswa merupakan suatu kondisi dimana siswa tumbuh dan mendapatkan nilai-nilai tertentu dari lingkungan sekitarnya. Kondisi lingkungan siswa tidak dapat disamakan dengan keseluruhan siswa, serta bagaimana pengaruh lingkungannya, oleh karena itu hal tersebut tidak dimasukkan dalam model penelitian ini. c. Kompetensi dasar siswa. Kompetensi dasar siswa merupakan kondisi dan kemampuan dasar yang dimiliki oleh siswa, baik hardskill maupun softskill siswa masing-masing yang memang telah terbentuk dalam diri. Hal ini tidak dimasukkan dalam model dikarenakan hal tersebut merupakan faktor luar dari proses upaya peningkatan kompetensi siswa agar selaras dengan kebutuhan industri.
c.
Analisis Input Output Diagram
Dalam input output diagram, input tak terkendali memperlihatkan faktor-faktor yang mempengaruhi keselarasan kompetensi lulusan SMK dengan kebutuhan industri, namun sistem sendiri tidak memiliki kemampuan untuk mengontrol nilai Yang menjadi input tak terkendali umumnya adalah variabel eksternal sistem yang diamati seperti nilai bobot industri. Nilai bobot industri dalam hal ini diperoleh dar hasil penelitian oleh Direktorat SMK. Input terkendali merupakan variabel yang dapat
7
dikontrol oleh sistem agar dapat menghasilkan output sesuai dengan yang diharapkan. Input terkendali pada umumnya adalah variabelvariabel yang internal sistem, sehingga dapat mudah dikontrol. Beberapa variabel yang termasuk dalam input terkendali diantaranya adalah kontribusi tenaga pendidik, kontribusi sarana prasarana, kontibusi jam pembelajaran, kontribusi prakerin, jumlah penerimaan siswa baru, dan dana pemerintah. Lingkungan merupakan faktor disekitar sistem yang dapat memberikan pengaruh terhadap sistem, dalam hal ini adalah kebijakan pendidikan. Input tak terkendali, input terkendali, dan lingkungan akan menghasilkan output dikehendaki dan output tak dikehendaki. Output dikehendaki dapat berupa tujuan yang ingin dicapai dengan adanya sejumlah input yang mempengaruhi, misalnya peningkatan kondisi tenaga pendidik, peningkatan kondisi sarana prasarana, peningkatan kesesuaian jam belajar siswa, peningkatan keselarasan kompetensi lulusan. Sedangkan outuput tak dikehendaki merupakan efek samping yang tidak dapat dihindari, namun dapat menjadi informasi atau masukan untuk mengontrol nilai input terkendali seperti penurunan kondisi tenaga pendidik, penurunan kondisi sarana prasarana, ketidaksesuaian jam pembelajaran siswa dan rendahnya tingkat keselarasan kompetensi siswa dengan kebutuhan industri. 4.4 Analisis Causal Loop Diagram Causal loop diagram merupakan gambar yang digunakan untuk menunjukkan hubungan keterkaitan antar variabel.
Gambar 4.1 Causal Tree Diagram Keselarasan Kompetensi Lulusan
Dari causal tree diagram diatas (Gambar 4.1) dapat diketahui bahwa keselarasan kompetensi siswa dipengaruhi oleh penilaian industri dan kompetensi yang dimiliki lulusan itu sendiri. Dimana kompetensi lulusan didapatkan dari kesesuaian jam belajar (struktur kurikulum), kondisi tingkatan sarana prasarana, kondisi
tingaktan tenaga pendidik dan praktek kerja siswa (Prakerin). Variabel-variabel tersebut merupakan hasil dari identifikasi kebijakan pendidikan dan brainstorming dengan pihak sekolah mengenai hal-hal kritis dalam pelaksanaan proses belajar mengajar. Pada analisis lebih lanjut, diketahui bahwa kondisi tingkatan sarana prasarana dipengaruhi oleh jumlah sarana prasarana yang ada dibanding dengan jumlah siswa SMK yang terus berubaha setiap tahun, sehingga diketahui kondisi kecukupannya. Jumlah sarana prasarana sendiri dipengaruhi oleh dana pemerintah untuk pemeliharaan dan investasi sarana prasarana dari pemerintah untuk menjamin kecukupan dan ketersediaan sarana agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan optimal. Penjelasan dapat dilihat pada gambar 4.2 dan gambar 4.3.
Gambar 4.2 Causal Tree Diagram Kompetensi Lulusan
Gambar 4.3 Causal Tree Diagram Kondisi Tingkatan Sarana Prasarana
Dari Gambar 4.2 ditunjukkan, kondisi tingkatan tenaga pendidik dipengaruhi oleh kecukupan tenaga pendidik di SMK yang berarti tidak terjadi kekurangan guru di sekolah dengan jumlah murid yang semakin bertambah, selain itu juga dipengaruhi oleh peningkatan SDM yang dilakukan untuk meningkatkan kompetensi tenaga pendidik. Semakin banyak tenaga pendidik yang ada pada sekolah tersebut, maka akan semakin banyak dana yang dibutuhkan untuk memberikan pelatihan dan peningkatan SDM untuk kesuluruhan guru, agar seluruh guru dapat memiliki bekal kompetensi keahlian sesuai dengan mata ajarnya, serta mampu memahami dan mendampingi siswa ketika dalam praktek maupun kegiatan pemberian teori (gambar 5.4).
8
Gambar 5.4 Causal Tree Diagram Kondisi Tingkatan Tenaga Pendidik
4.5 Analisis Hasil Simulasi Setelah dilakukan pembangunan dan simulasi model, maka didapatkan hasil simulasi model tersebut. Seperti yang terlihat pada gambar 5.5 dan 5.6. Dalam running simulasi yang dilakukan selama 10 tahun kedepan, indeks keselarasan kompetensi hardskill dan softskill siswa terhadap kebutuhan industri bernilai sebagai berikut. indeks keselarasan hardskill 2 1.5 1 0.5 0 0
1
2
3
4
5 6 Time (year)
7
8
9
indeks keselarasan hardskill : model awal indeks keselarasan hardskill : model skenario gabungan indeks keselarasan hardskill : model skenario sarpras indeks keselarasan hardskill : model skenario tenaga pendidik indeks keselarasan hardskill : model skenario struktur kurikulum
10 Dmnl Dmnl Dmnl Dmnl Dmnl
Gambar 5.5 Grafik Hasil Simulasi Indeks Keselarasan Hardskill indeks keselarasan softskill 2 1.5 1 0.5 0 0 indeks indeks indeks indeks indeks
1
2
3
4
5 6 Time (year)
keselarasan softskill : model awal keselarasan softskill : model skenario gabungan keselarasan softskill : model skenario sarpras keselarasan softskill : model skenario tenaga pendidik keselarasan softskill : model skenario struktur kurikulum
7
8
9
masih terdapat kesenjangan antara kualitas lulusan SMK dengan kualitas ideal tenaga kerja yang dibutuhkan industri. Pada model ini, perubahan dinamis yang nampak dari grafik terjadi seiring dengan peningkatan jumlah siswa yang ada di sekolah dimana mereka membutuhkan fasilitas yang ada di sekolah untuk menunjang kompetensi yang dimilikinya. Jumlah siswa tersebut juga akan mempengaruhi jumlah dana yang akan diberikan pemerintah sehingga akan mempengaruhi besarnya upaya peningkatan SDM yang akan dilakukan terhadap tenaga pendidik. Selain itu perubahan dinamis tersebut juga dikarenakan waktu lamanya siswa mengikuti prakerin yaitu antara 6 bulan hingga 1 tahun bergantung pada kesepakatan sekolah dengan pihak perusahaan. Apabila indeks keselarasan naik, maka hal tersebut disebabkan oleh kecukupan sarana prasarana yang naik, jumlah pendidik yang dapat mengikuti SDM meningkat jumlahnya dan kondisi pelaksanaan prakerin yang dijalankan siswa umumnya mendapat persetujuan untuk dapat prakerin lebih dari 6 bulan.
10 Dmnl Dmnl Dmnl Dmnl Dmnl
Gambar 5.6 Grafik Hasil Simulasi Indeks Keselarasan Softskill
Hasil dari simulasi menunjukkan nilai indeks keselarasan hardskill dan softskill bila dirata-rata selama 10 tahun berada pada kisaran 0.78 dan 0.8 yang menunjukkan bahwa kompetensi hardskill siswa telah dapat dikatakan 78% selaras dengan kebutuhan hardskill industri dan sekitar 80% selaras dengan kebutuhan softskill industri besar. Indeks keselarasan tersebut menunjukkan bahwa
4.6 Analisis Skenario
Hasil dari upaya yang dilakukan dalam meningkatkan indeks keselarasan hardskill softskill lulusan dapat dilihat pada tabel 5.1 dan 5.2 berikut. Dalam meningkatkan indeks keselarasan kompetensi hardskill siswa, dapat dilihat bahwa upaya peyempurnaan kondisi sarana prasarana, tenaga pendidik dan penyesuaian jam belajar secara bersama sama akan memberikan nilai indeks keselarasan hardskill tertinggi dengan ratarata bernilai 0.97 selama 10 tahun dan rata-rata indeks keselarasan softskill 0.1 terhadap dunia industri manufaktur. Hal ini memperlihatkan bahwa jika upaya perbaikan atau penyempurnaan yang dilakukan pada seluruh bidang, dapat memberikan efek indeks keselarasan yang tinggi. Bila pemerintah ingin memperbaiki salah satu variabel terlebih dahulu, maka hal tersebut diprioritaskan dalam meningkatkan sarana prasarana di sekolah, dimana hal tersebut sangat mempengaruhi keadaan capaian indeks keselarasan dimana keselarasan dapat meningkat hingga rata-rata 0.89 untuk hardskill lulusan dan 0.95 untuk keselarasan softskill lulusan selama 10 tahun.
9
Tabel 5.2 Hasil Skenario Untuk Peningkatan Indeks Keselarasan Hardskill Lulusan model awal
Tahun 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Model Gabungan
0 0.77 0.78 0.81 0.79 0.81 0.78 0.81 0.75 0.75 0.73
model sarana prasarana
0 0.95 0.97 1.00 0.97 1.00 0.97 1.00 0.94 0.93 0.92
model skenario Struktur Kurikulum
model tenaga pendidik
0 0.88 0.90 0.93 0.90 0.93 0.90 0.93 0.87 0.86 0.85
0 0.83 0.85 0.88 0.86 0.88 0.85 0.88 0.82 0.82 0.80
0 0.77 0.79 0.82 0.79 0.82 0.78 0.81 0.75 0.75 0.74
Tabel 5.3 Hasil Skenario Untuk Peningkatan Indeks Keselarasan Softskill Lulusan Time (year)
model awal
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Model Gabungan
0 0.80 0.82 0.85 0.82 0.85 0.80 0.83 0.76 0.76 0.74
model model tenaga sarana pendidik prasarana
0 1.06 1.08 1.12 1.08 1.11 1.06 1.10 1.02 1.02 1.01
0 0.95 0.97 1.00 0.97 0.99 0.95 0.98 0.90 0.90 0.88
0 0.91 0.93 0.97 0.94 0.96 0.91 0.94 0.87 0.88 0.86
model skenario Struktur Kurikulum 0 0.80 0.82 0.86 0.82 0.85 0.80 0.83 0.76 0.76 0.75
Urutan prioritas alternatif kebijakan yang sebaiknya diambil juga dapat dilihat pada gambar 5.7 berikut. model awal model skenario gabungan model skenario sarpras model skenario tenaga pendidik model skenario struktur kurikulum indeks keselarasan hardskill @ 10
model awal model skenario gabungan model skenario sarpras model skenario tenaga pendidik model skenario struktur kurikulum indeks keselarasan softskill @ 10
1
2
0.9
1.65
0.8
1.3
0.7
0.95
0.6
0.6 indeks keselarasan hardskill
berhubungan langsung dengan berjalannya proses belajar mengajar. Kebijakan tersebut diantaranya Reformasi Tenaga pendidik, Pembangunan dan Rehabilitasi Prasarana Pendidikan, Penyediaan Sarana Pendidikan, Otonomisasi Satuan Pendidikan dan Reformasi Pendanaan Pendidikan. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyelarasan diantaranya kondisi tenaga pendidik di sekolah, sarana prasarana, struktur kurikulum dan prakerin. 3. Model utama dari sistem dinamis pada penelitian ini adalah indeks keselarasan kompetensi lulusan dengan kompetensi yang dibutuhkan industri. Hal ini dapat dicapai melalui beberapa submodel yaitu kondisi tenaga pendidik, kondisi sarana prasarana, kondisi struktur kurikulum, aliran dana pendidikan dan submodel jumlah siswa. 4. Dari hasil brainstorming dan simulasi diketahui bahwa masih belum terjadi keselarasan kompetensi antara lulusan SMK dengan dunia industri, dimana didapatkan angka 0.78 pada keselarasan hardskill dan 0.8 pada keselarasan softskill. Hal ini dikarenakan tenaga pendidik yang tiap tahunnya belum dioptimalkan untuk dapat mengikuti pelatihan untuk menambah kompetensi, kemudian sarana prasarana yang masih kurang mencukupi dibandingkan dengan jumlah siswa yang terus bertambah. 5. Dari berbagai skenario yang disimulasikan, maka diketahui skenario yang memberikan dampak kenaikan indeks keselarasan tertinggi terletak pada skenario gabungan, dimana pemerintah mengusahakan perbaikan pada kondisi tenaga pendidik dengan peningkatan dana bantuan, sarana prasarana dan struktur kurikulum pembelajaran secara bersamaan dalam satu waktu. 6. Daftar Pustaka
indeks keselarasan softskill
\ Gambar 5.7 Bar Chart Skenario Peningkatan Indeks Keselarasan Kompetensi Lulusan Dengan Industri Manufaktur
5. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Dari Rencana Stratregis 2010, terdapat beberapa kebijakan yang bertujuan meningkatkan kompetensi siswa dan
Badan Pusat Statistik. Berita Resmi Statistik No.12/02/Th. XIII, 10 Februari 2010. Bank Indonesia. 2006. Laporan Pemetaan Ekonomi Sektor Industri Nonmigas. http://www.bi.go.id/web/id/DIBI/Inf o_Publik/Kajian_dan_Publikasi_Sekto r_Riel/Kajian/default.htm?Page=1&Y ear=2007 10
Baroroh, Indah. 2008. Analisis Sistem Klaster Industri Alas Kaki Mojokerto Untuk Merumuskan Kebijakan Pengembangan Yang Berkelanjutan Dengan Pendekatan Metodologi Sistem Dinamik. Laporan Tugas Akhir Jurusan Teknik Industri ITS. Berita Pendidikan Indonesia. 2008. SMK Jembatan Sekolah dan Dunia Kerja. diakses pada 4 Jan 2010 Borshchev, A. Filippov, A. 2004. From System Dynamics and Discrete Event to Practical Agent Based Modeling: Reasons, Techniques, Tools. XJ Technologies and St.Petersburg Technical University. Center for Economics and Development Studies, Faculty of Economic, Padjajaran University. 2008. Labor Market Study of The Food and Baverages Manufacturing Sector in Indonesia. The ILO Jakarta Office.
Coyle, R. 1999. Qualitative Modelling in System Dynamics. Wellington, New Zealand. Coyle, R. 1996. System dynamics modelling: a practical approach.
Kemitraan Bisnis Manufaktur Berbasis SMK. Jakarta Direktorat Pembinaan Sekolah Menegah Kejuruan Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Peranan SMK Kelompok Teknologi Terhadap Pertumbuhan Industri Manufaktur. Jakarta. Direktorat Pembinaan Sekolah Menegah Kejuruan Departemen Pendidikan Nasional. 2009. Studi Kompetensi Industri di SMK. Jakarta Kamar Dagang dan Industri Indonesia. 2009. Sumbangsih Pemikiran Dunia Usaha di Indonesia Masa Bakti 2009-2014. Jakarta. Lestari, Indah. 2009. Analisis Kesejahteraan Pelaku Industri Pengolahan Ikan Pada Komunitas Klaster Masyarakat Nelayan Pesisir : Sebuah Pendekatan Dinamika Sistem. Laporan Tugas Akhir Jurusan Teknik Industri ITS
Departemen Perindustrian. 2009. Kebijakan Departemen Perindustrian
Departemen Pendidikan Nasional. 2009. Strategi Dan Arah Kebijakan Pembangunan Pendidikan Nasional Tahun 2010-2014 Direktorat Pembinaan SMK. 2009. Garis-Garis Besar Program Pembinaan SMK.
Direktorat Pembinaan Sekolah Menegah Kejuruan Departemen Pendidikan Nasional. 2009. Kajian Membangun 11