PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONSTEKTUAL (CTL) PADA KOMPETENSI DASAR MENJELASKAN KONSEP PENAWARAN DAN PERMINTAAN UANG UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN KETUNTASAN BELAJAR SISWA KELAS X-2 SMA NEGERI 1 MANTUP, LAMONGAN Riska Ayuningtyas dan Dr. H. Yoyok Soesatyo, SH, MM Fakultas Ekonomi, Unesa, Kampus Ketintang, Surabaya This study aims to increase student motivation and exhaustiveness learning on the basis of competency describes the concept of supply and demand for money in the class X-2 SMA Negeri 1 Mantup Lamongan using contextual learning approach. This study was conducted in two cycles. Based on the analysis conducted can be seen that on the cycle 1 teachers activity earned an average of 2.78 and at cycle 2 increased to 3.60. The same with students activity in cycle 1 gained an average of 2.37 and at the cycle 2 increased to 3.63. Students' motivation also increased, before implementation of contextual learning approach, students' motivation was only 67.84%, but after the application of contextual learning approach students' motivation increased to 81.11%. At the same time the percentage of classical exhaustiveness learning at cycle 1 is 78.13%, in cycle 2 increased to 90.62%. This shows that the application of contextual learning approach on the basis of competency describes the concept of supply and demand for money can increase student motivation and exhaustiveness learning class X-2 student on SMA Negeri 1 Mantup Lamongan. Keyword: Contextual Learning Approach (CTL), Learning Motivation, Mastery Learning Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan ketuntasan belajar siswa pada kompetensi dasar menjelaskan konsep penawaran dan permintaan uang di kelas X-2 SMA Negeri 1 Mantup Lamongan dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Berdasarkan analisis yang dilakukan dapat diketahui bahwa pada siklus 1 aktivitas guru memperoleh rata-rata sebesar 2,78 dan pada siklus 2 meningkat menjadi 3,60. Begitu juga dengan aktivitas siswa pada siklus 1 memperoleh rata-rata sebesar 2,37 dan pada siklus 2 meningkat menjadi 3,63. Motivasi belajar siswa juga mengalami peningkatan, sebelum diterapkan pendekatan pembelajaran kontekstual, motivasi belajar awal siswa hanya sebesar 67,84%, namun setelah diterapkan pendekatan pembelajaran kontekstual motivasi belajar siswa meningkat menjadi 81,11%. Sedangkan persentase ketuntasan belajar klasikal siswa pada siklus 1 adalah sebesar 78,13%, pada siklus 2 mengalami peningkatan menjadi 90,62%. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan pendekatan pembelajaran kontekstual pada kompetensi dasar menjelaskan konsep penawaran dan permintaan uang dapat meningkatkan motivasi dan ketuntasan belajar siswa kelas X-2 SMA Negeri 1 Mantup, Lamongan. Kata kunci: Pendekatan Pembelajaran Kontekstual, Motivasi Belajar, Ketuntasan Belajar
Pendidikan merupakan salah satu
dan Negara, seperti dijelaskan pada pasal
prasyarat utama dalam meningkatkan
3 Undang-Undang No. 20 tahun 2003
martabat dan kualitas bangsa, dalam
tentang
Sistem Pendidikan
Nasional
perubahan
bahwa:
Fungsi
nasional
apapun
pendidikan
tetap
pendidikan
merupakan faktor utama dalam setiap
adalah mengembangkan kemampuan dan
pertumbuhan dan perkembangan Bangsa
membantu watak serta peradaban bangsa
1 1
yang
bermartabat
mencerdaskan
dalam
kehidupan
rangka
Peningkatan kualitas siswa dapat dilihat
bangsa,
dari aktivitas saat pembelajaran, minat
bertujuan untuk berkembangnya potensi
saat pembelajaraan maupun dari hasil
peserta didik agar menjadi manusia yang
belajar yang dicapai siswa.
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Guru
dalam
KBM
diharapkan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
mampu menciptakan suasana belajar
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan
mengajar yang kondusif agar siswa dapat
menjadi warga negara yang demokratis
belajar dengan baik dan bersemangat.
dan bertanggung jawab.
Siswa akan dihadapkan pada suasana
Perubahan
paradigma
kurikulum
untuk berkompetisi secara sehat serta
dari KTSP (Kurikulum Tingkat Satun
menimbulkan motivasi dalam belajar.
Pendidikan) ke kurikulum Pendidikan
Hal ini akan berdampak positif dalam
Berkarakter secara otomatis merubah
pencapaian hasil belajar yang optimal.
gaya guru dalam mengajar. Guru dituntut
Untuk mendapatkan respon dari siswa,
untuk berperan ganda yakni sebagai
guru sebaiknya menggunakan pendekatan
pengajar dan pembimbing di sekolah.
atau strategi pembelajaran dan media
Orientasi pembelajaran yang semula
yang tepat. Pemilihan dan penggunaan
berpusat pada guru beralih pusat pada
pendekatan pembelajaran merupakan hal
murid.
pendekatan
penting
pembelajaran yang melibatkan siswa
kualitas
aktif adalah pembelajaran yang bersifat
pendekatan pembelajaran yang tepat
kontruktivisme.
memungkinkan
terjadinya
pembelajaran
yang
Salah
satu
Siswa sebagai subyek belajar harus berperan Keaktifan
aktif
dalam
siswa
ini
dan
berpengaruh
pembelajran.
pembelajaran.
kesempatan
kepada
dimulai
membangun
sendiri
dari
terhadap
Penggunaan
kegiatan
memberikan siswa
untuk
pengetahuannya,
peranannya dalam pembelajaran yang
mendorong siswa untuk bertanya dan
dapat menimbulkan kemampuan berfikir
berdiskusi, serta dapat menghubungkan
kritis dan lebih aktif. Siswa harus
materi
mempunyai kemampuan merancang dan
hari.
mengimplementasikan atau menerapkan
dengan kehidupan sehari-
Berdasarkan
hasil
wawancara
berbagai penerapan pembelajaran yang
dengan guru bidang studi ekonomi SMA
dianggap cocok dengan minat serta tepat
Negeri
dan
tanggal 24 November 2012. Peneliti
sesuai
meningkatkan
dengan
usaha
kualitas
untuk dirinya.
1 Mantup, Lamongan
menemukan
kendala
yang
pada
dihadapi
2
dalam proses belajar mengajar di kelas
Pada
silabus
mata
pelajaran
yang menunjukkan kurangnya keaktifan
ekonomi kelas X semester II dijelaskan
siswa. Meskipun setiap kali pertemuan
pada pokok bahasan uang yang meliputi:
diadakan diskusi namun tidak semua
sejarah uang, pengertian uang, syarat
aktif dalam diskusi tersebut. Faktor yang
uang, fungsi uang, penawaran uang, dan
menyebabkan
aktif
permintaan uang, materi ini banyak
diantaranya: siswa kurang memahami
membutuhkan pemahaman bacaan. Siswa
materi yang diajarkan, siswa kurang
dituntut untuk membaca, memahami dan
termotivasi
belajar
menerapkan materi yang diterima. Pada
mengajar yang mereka ikuti, siswa malas
proses pembelajaran yang peneliti amati
untuk mengajukan pertanyaan, siswa
sebelumnya,
lebih banyak mendengarkan informasi
kurang memahami apa yang mereka
dari
siswa
baca, siswa cenderung menghafal materi,
cenderung pasif, serta siswa cenderung
tetapi tidak bisa menerapkan dalam
menghafal materi, tetapi tidak dapat
kehidupan nyata, untuk itu perlu adanya
menerapkan dalam kehidupan nyata.
suatu
guru
siswa
dengan
dengan
kurang
kegiatan
kata
lain
Hasil pengamatan dari data nilai yang
diperoleh
pada
tanggal
24
November 2012 menunjukkan rata-rata nilai UTS (Ujian Tengah Semester) mata
terdapat
masalah
pendekatan
siswa
atau
strategi
pembelajaran yang dapat menyelesaikan masalah tersebut dan sesuai dengan materi. Masalah
tersebut
dapat
diatasi
pelajaran ekonomi kelas X-2 dari 34
dengan cara meningkatkan ketertiban
siswa, terdapat 22 siswa yang tuntas
siswa dalam pembelajaran. Untuk itu
dengan
peneliti
mencoba
menerapkan
Sedangkan sisanya 12 siswa atau sekitar
pendekatan
pembelajaran
kontekstual
35,30% siswa yang mendapat nilai di
(CTL). Pembelajaran
bawah
konsep belajar yang membantu guru
presentase
KKM
sebesar
(Kriteria
64,70%.
Ketuntasan
ini
merupakan
Minimal) dengan ketentuan nilai ≥ 75.
mempermudah
Sedangkan persentase nilai ketuntasan
dengan mengaitkan antara materi yang
klasikalnya
diajarkannya
adalah
dianggap
tuntas
pemahaman
dengan
siswa
situasi
dunia
apabila dikelas tersebut 80% siswa telah
nyata dan mendorong siswa membuat
mencapai daya serap ≥ 75%, dengan
hubungan
demikian masih banyak siswa kelas X-2
dimilikinya dengan penerapannya dalam
yang belum tuntas belajarnya.
kehidupan
mereka
keluarga
dan
antara
pengetahuan
sebagai
yang
anggota
masyarakat dalam
3
kehidupan
sehari-hari.
Pembelajaran
dalam kehidupan mereka sebagai anggota
kontekstual (CTL) ini melibatkan tujuh
keluarga, warga Negara, dan
komponen
kerja.
efektif,
utama pembelajaran yaitu:
menemukan,
yang
konstruktivisme,
Nurhadi dkk. (2003:13) sendiri
masyarakat
dalam bukunya menyatakan bahwa
bertanya,
belajar, pemodelan, refleksi, penilaian yang
sebenarnya.
Dengan
demikian
materi yang diterima siswa lebih mudah dipahami,
dan
meningkatkan pelajaran
nantinya
dapat
pemahaman
mata
ekonomi
khususnya
pada
kompetensi dasar menjelaskan konsep
pembelajaran
kontekstual
untuk menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat
hubungan
mencapai ketuntasan belajar.
mereka sehari-hari.
peneliti
tertarik
untuk
melakukan
antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
uraian di atas, maka
adalah
konsep belajar yang mengajak guru
penawaran dan permintaan uang dan
Berdasarkan
tenaga
dalam
kehidupan
Jadi pendekatan kontekstual dapat diartikan sebagai pembelajaran yang
penelitian yang berjudul “Penerapan
membantu
Pendekatan Pembelajaran Konteks-
dengan situasi di dunia nyata, sehingga
tual (CTL) Pada Kompetensi Dasar
materi tidak hanya dihafal oleh siswa
Menjelaskan Konsep Penawaran dan
tetapi dapat dimengerti dan dipahami,
Permintaan
serta dapat diterapkan dalam kehidupan
Uang
katkan Motivasi
Untuk
Mening-
dan Ketuntasan
siswa
mengaitkan
materi
sehari-hari.
Belajar Siswa Kelas X-2 SMA Negeri 1 Mantup, Lamongan”.
Komponen Pendekatan Pembelajaran Kontekstual. Menurut Hanafiah, dkk (2010 : 73),
Pendekatan Pembelajaran
pada pendekatan pembelajaran konteks-
Kontekstual (CTL) Trianto,
(2009:104)
tual (CTL), ada 7 komponen, antara lain:
pembelajaran
kontekstual
kontruktivisme
Menurut pendekatan
(contructivism)
yaitu
(CTL) merupakan suatu konsepsi yang
guru memberikan motivasi kepada siswa
membantu guru mengaitkan konten mata
dengan
pelajaran dengan situasi dunia nyata dan
kehidupan nyata, menemukan (inquiry)
memotivasi siswa, membuat hubungan
yaitu guru meminta siswa memberikan
antara pengetahuan dan penerapannya
suatu pendapat atau analisis tentang
mengkaitkan
materi
dengan
4
materi
yang
diberikan,
bertanya
membosankan, belajar dengan bergairah,
(questioning) yaitu guru membangkitkan
pembelajaran
rasa ingin tahu siswa dengan memberikan
kontekstual,
pernyataan sesuai dengan topik yang
sumber belajar, cara belajar siswa aktif,
diberikan, masyarakat belajar (learning
berbagi (sharing) dengan teman, siswa
community)
kritis dan guru kreatif, dinding kelas dan
kepada
yaitu
siswa
guru
menjelaskan
bagaimana
caranya
terintegrasi
secara
menggunakan
berbagai
lorong kelas penuh dengan hasil
membentuk kelompok-kelompok belajar dengan membantu setiap kelompok agar
Aktivitas
melakukan
transisi
Belajar Mengajar
permodelan
(modelling)
secara
efisien,
yaitu
guru
Guru
Aktivitas
Dalam
guru
Kegiatan
dalam
kegiatan
menghadirkan model atau peraga sebagai
belajar mengajar adalah kegiatan atau
contoh siswa, refleksi (reflection) yaitu
kemampuan yang dilakukan oleh guru
guru membantu siswa melakukan refleksi
selama
atau
berlangsung. Kemampuan guru dalam
evaluasi
terhadap
penyelidikan
proses
mereka dan proses-proses yang mereka
mengelola
gunakan, penilaian
berpengaruh
yang sebenarnya
belajar
mengajar
pembelajaran dalam
dapat
menentukan
(authentic Assesment) yaitu guru mencari
keberhasilan belajar siswa, guru tidak
cara-cara untuk menghargai upaya atau
hanya sebagai penyaji informasi tetapi
hasil belajar individu dan kelompok.
juga sebagai fasilitator, memotivasi dan membimbing
yang
lebih
banyak
Karakteristik Pembelajaran Konteks-
memberikan kesempatan pada siswa
tual (CTL)
untuk mencari dan mengelola sendiri
Karakteristik
pembelajaran
informasi.
kontekstual bisa dipraktikkan di dalam
Kemampuan guru dalam mengelola
kelas, karena karakteristik pembelajaran
pembelajaran yang akan diamati pada
kontekstual
bagi
penelitian ini adalah dari segi persiapan,
peserta didik sebab bisa meningkatkan
pelaksanaan (pendahuluan, kegiatan inti
etos
Karakteristik
dan penutup), pengelolaan waktu dan
pembelajaran kontekstual ini menurut
suasana kelas sedangkan aktivitas guru
Hanafiah,
yang diamati menurut Trianto, dkk.
sangat
belajar
dkk
bermanfaat
siswa.
(2010:69)
meliputi:
kerjasama antar peserta didik dan guru,
(2009:111)
saling membantu antar peserta didik dan
pemikiran siswa, pelaksanaan inquiry,
guru,
pelaksanaan
menyenangkan,
tidak
adalah
pengembangan
questioning,
5
mengorganisasikan siswa dalam bentuk
dengan ikut menjelaskan kepada siswa
kelompok
lainnya. Sebaliknya, siswa yang lamban
(learning
menghadirkan
community),
model
(modeling),
dalam
belajar
dapat
menganalisis dan mengevaluasi proses
kemajuannya
pemecahan
(reflection),
perhatian lebih, sedangkan guru dapat
(authentic
mengetahui kelemahan dan kelebihan
masalah
penilaian
sesungguhnya
assessment).
dan
diketahui
dapat
diberikan
proses pengajaran, berdasarkan saran dari pengamat yang dapat digunakan untuk
Aktivitas
Siswa
Dalam
Kegiatan
perbaikan.
Belajar Mengajar Aktivitas
siswa
dalam
kegiatan
Motivasi Belajar
belajar mengajar adalah segala tindakan
Menurut
Sardiman
(2001:73),
atau tingkah laku yang dilakukan oleh
motivasi belajar adalah keseluruhan daya
siswa selama proses belajar mengajar
penggerak di dalam diri siswa yang
berlangsung.
dkk.
menimbulkan kegiatan belajar, yang
(2009:111) siswa dikatakan memiliki
menjamin kelangsungan dari kegiatan
keaktifan apabila ditemukan ciri-ciri
belajar dan yang memberikan arah pada
perilaku sebagai seperti: mendengarkan
kegiatan belajar, sehingga tujuan yang
penjelasan guru/teman, berperan aktif,
dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat
mengaitkan materi dengan kehidupan
tercapai.
Menurut
Trianto,
sehari-hari (contructivism), menemukan,
Menurut UNO (dalam Suprijono,
mengamati, dan memecahkan masalah
2011:63)
(inquiry),
pertanyaan/
beberapa indikator dapat diklasifikasikan
pendapat terkait materi (questioning),
sebagai berikut: adanya hasrat dan
berdiskusi
dan
keinginan berhasil, adanya dorongan dan
mempresentasikan hasil diskusi (learning
kebutuhan dalam belajar, adanya harapan
community) , membuat simpulan sendiri
dan
tentang pembelajaran yang diterimanya
penghargaan
(reflection), menilai dan memperbaiki
kegiatan yang menarik dalam belajar,
pekerjaannya (authentic assessment).
adanya lingkungan belajar yang kondusif
mengajukan
dengan
kelompok
Dalam kegiatan belajar-mengajar siswa juga dapat belajar mendengarkan atau menyatakan ide atau pendapat siswa yang pandai dapat memperkuat belajar
motivasi
cita-cita
belajar
memiliki
masa
depan,
adanya
dalam
belajar,
adanya
sehingga memungkinkan peserta didik dapat belajar dengan baik. Berdasarkan motivasi
belajar
beberapa di
atas
indikator dapat
6
disimpulkan bahawa motivasi sangat
Motivasi
Ekstrinsik
adalah
berpengaruh terhadap keberhasilan siswa
kebalikan dari motivasi intrinsic.
dalam belajar, baik dorongan dari dalam
Motivasi ekstrinsik adalah motif-
diri siswa berupa hasrat dan keinginan
motif yang aktif dan berfungsi karena
untuk belajar maupun dorongan dari luar yang berupa lingkungan yang kondusif dan menyenangkan, sehingga siswa dapat belajar dengan baik untuk mencapai
adanya perangsang dari luar. Oleh karena itu motivasi ekstrinsik dapat juga
dikatakan
sebagai
bentuk
motivasi yang di dalamnya aktivitas
keinginan yang dicita-citakan.
belajar
dimulai
dan
diteruskan
berdasarkan dorongan dari luar yang
Tipe-tipe Motivasi
(2001:87),
tidak secara mutlak berkaitan dengan
dalam membicarakan soal tipe-tipe
aktivitas belajar. Perlu ditegaskan,
motivasi, hanya akan dibahas dari dua
bukan
sudut
motivasi
ekstrinsik ini tidak baik dan tidak
ekstrinsik.
penting. Sebab kemungkinan besar
Motivasi intrinsik adalah motif-
keadaan siswa itu dinamis, berubah-
Menurut
Sardiman
pandang,
intrinsik
yakni
dan motivasi
berarti
bahwa
motivasi
atau
ubah, dan juga mungkin komponen-
berfungsinya tidak perlu dirangsang
komponen lain dalam proses belajar
dari
mengajar ada yang kurang menarik
motif
yang
luar,
menjadi
karena
aktif
dalam
setiap
individu sudah ada dorongan untuk
bagi
melakukan
motivasi ekstrinsik.
sesuatu.
Maka
yang
siswa,
sehingga
diperlukan
dimaksud dengan motivasi intrinsic ini adalah ingin mencapai tujuan yang terkandung
di
dalam
perbuatan
belajar itu sendiri. Perlu diketahui bahwa siswa yang memiliki motivasi intrinsic
akan
memiliki
tujuan
menjadi orang yang terdidik, yang berpengetahuan,
yang
bidang study tertentu.
ahli
pada
Fungsi Motivasi Belajar Menurut
Sardiman
(2002:83)
mengemukakan bahwa fungsi motivasi dalam belajar terdiri atas: Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang
7
hendak
dicapai.
Dengan
demikian
mendiagnosa kemajuan, peserta didik
motivasi dapat memberikan arah dan
baru
kegiatan yang harus dikerjakan sesuai
pelajaran berikutnya setelah ia benar-
dengan rumusan tujuannya. Menyeleksi
benar menguasai bahan pelajaran yang
perbuatan, yakni menentukan perbuatan-
sebelumnya sesuai patokan yang telah
perbuatan apa yang harus dikerjakan
ditetapkan, pelajaran penyuluhan dan
yang serasi guna
tujuan,
bimbingan terhadap anak didik yang
dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan
gagal mencapai taraf penguasaan melalui
yang
pengajaran korektif atau remidi. Pada
tidak
mencapai
bermanfaat
bagi
tujuan
tersebut.
akan
dapat
melangkah
pada
pokoknya strategi itu adalah jika kepada siswa diberikan waktu yang cukup dan
Ketuntasan Belajar
mereka diperlakukan secara tepat, maka
Menurut Muslich (2008:36), ketuntasan
mereka akan mampu dan dapat belajar
belajar
sesuai dengan tuntutan dan sasaran yang
berisi
mekanisme
tentang
kriteria
penetapan
dan
ketuntasan
diharapkan.
minimal per mata pelajaran oleh sekolah.
Indikator ketuntasan belajar siswa
Jadi, berdasarkan sumber-sumber di atas,
pada penelitian ini diamati berdasarkan
dapat disimpulkan bahwa ketuntasan
hasil evaluasi yang dilakukan melalui
belajar yaitu siswa harus mencapai suatu
pre-test dan post-test dengan perhitungan
tingkat penguasaan tertentu terhadap
seperti rumus di atas. Standar ketuntasan
satuan per unit pelajaran tertentu sebelum
belajar siswa yang digunakan sesuai
pindah ke satuan per unit berikutnya.
dengan standar ketuntasan di SMA
Prosentase tingkat penguasaan tertentu
Negeri 1 Mantup, yaitu siswa dikatakan
tergantung pada jenis mata pelajaran dan
tuntas
tingkat pelajaran.
mendapatkan nilai ≥ 75%, dan kelas
secara
individu
apabila
dikatakan tuntas apabila dikelas tersebut ≥ 80% siswanya telah mencapai daya
Strategi Belajar Tuntas Untuk
tercapainya
ketuntasan
serap ≥ 75%.
belajar oleh siswa maka diperlukan strategi atau cara. Menurut Mulyasa
METODE PENELITIAN
(2002:55) terdapat strategi belajar tuntas,
Penelitian ini berjudul “Penerapan
yaitu: pelaksanaan tes secara teratur
Pendekatan Pembelajaran Konstektual
untuk
(CTL)
memperoleh
balikan
terhadap
bahan yang diajarkan sebagai alat untuk
pada
Kompetensi
Dasar
Menjelaskan Konsep Penawaran dan
8
Permintaan Uang Untuk Meningkatkan
lainnya. Data yang diperoleh adalah
Motivasi dan Ketuntasan Belajar Siswa
tentang
Kelas X-2 SMA Negeri 1 Mantup,
menggunakan pendekatan pembelajaran
Lamongan”. Jenis penelitian ini adalah
kontekstual dan motivasi belajar siswa
Penelitian Tindakan Kelas (Classroom
setelah
Action Research). Penelitian tindakan
pembelajaran
kelas
angket motivasi belajar siswa. Obyek
merupakan
terhadap
suatu pencermatan
kegiatan
yang
sengaja
nilai
hasil
siswa
diterapkannya
dengan
pendekatan
kontekstual
berdsarkan
dalam penelitian ini adalah penerapan
dimunculkan dan terjadi di dalam sebuah
Proses
kelas. Analisis yang digunakan dalam
Penerapan
penelitian ini adalah analisis deskriptif
Konstektual (CTL) Pada Kompetensi
dengan pendekatan kualitatif.
Dasar Menjelaskan Konsep Penawaran
Lokasi Penelitian, penelitian ini di
Belajar
dan
Mengajar
Pendekatan
Permintaan
dengan
Pembelajaran
Uang
Untuk
laksanakan di SMA Negeri 1 Mantup,
Meningkatkan Motivasi dan Ketuntasan
Lamongan yang terletak di Jl. Raya
Belajar Siswa Kelas X-2 SMA Negeri 1
Balongpanggang, Kec. Mantup, Kab.
Mantup,
Lamongan. Waktu Penelitian, penelitian
dirancang
ini dilaksanakan pada bulan April - Mei
Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dalam
2013. Subyek, adapun subyek dalam
penelitia ini peneliti berperan sebagai
penelitian ini adalah siswa kelas X-2
guru pengajar di kelas yang akan diteliti.
SMA Negeri 1 Mantup, Lamongan. Guru
Arikunto
mata pelajaran ekonomi di sini sebagai
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) terdiri
pengamat. Data yang diperoleh dari hasil
dari
pengamatan
(planning),
terhadap
pengelolaan
4
Lamongan. sesuai
dengan
(2007:16)
tahap, pada
Penelitian
ini
rancangan
mengemukakan
yaitu:
Perencanaan
tahap
ini
peneliti
pembeljaran yang dilakukan oleh peneliti
menjelaskan tentang apa, bagaimana,
dengan
lembar
mengapa, kapan, di mana, oleh siapa
pengamatan aktivitas guru dan aktivitas
tindakan tersebut dilakukan. Tindakan
siswa selama kegiatan belajar mengajar
(acting),
berlangsung
melakukan pelaksanaan yang merupakan
lembar
menggunakan
dengan
pengamatan
menggunakan aktivitas
siswa.
pada
implementasi
tahap
atau
ini
peneliti
penerapan
isi
Siswa kelas X-2 SMA Negeri 1 Mantup.
rancangan yaitu mengenai tindakan kelas
Siswa SMA Negeri 1 Mantup berjumlah
yang
34 siswa.Hasil belajar di kelas X-2 paling
(observasi), pada tahap ini peneliti
minimum disbandingkan dengan kelas X
melakukan pengamatan terhadap apa
akan
dilakukan.
Pengamatan
9
yang
akan
tetrjadi
ketika
tindakan
terlebih dahulu. Setelah soal tes valid,
berlangsung.
Refleksi
soal tersebut diberikan kepada responden
(reflecting), pada tahap ini peneliti
sesungguhnya yaitu siswa kelas X-2
melakukan kegiatan untuk mengemu-
SMA Negeri 1 Mantup. Lembar angket
kakan kembali apa yang sudah dilakukan.
motivasi
Keempat langkah tersebut membentuk
mengetahui dan memperoleh data tentang
suatu siklus dan dalam satu siklus selalu
pendapat dan sikap siswa terhadap
berulang. Setelah satu siklus selesai
penerapan
barangkali guru mengalami masalah baru
kontekstual. Lembar angket diberikan
atau masalah lama yang belum tuntas
kepada siswa sebelum pembelajaran
dipecahkan, dilanjutkan ke siklus kedua
dimulai
dengan langkah yang sama seperti siklus
berakhir.
pembelajaran
pertama.
digunakan
pendekatan
dan
pembelajaran
setelah
berikut:
Perangkat
teknik pengumpulan data sebagai berikut:
pembelajaran yang terdiri dari Rencana
Wawancara, pengumpulan data yang
Pelaksanaan
(RPP).
bersumber dari guru bidang ekonomi
Silabus, penjabaran Standar Kompetensi
untuk mengetahui kondisi awal dalam
(SK) dan Kompetensi Dasar (KD).
proses belajar mengajar. Pengamatan,
Lembar
metode
Pembelajaran
pengamatan
aktivitas
guru,
penelitian
pembelajaran
digunakan
sebagai
Dalam
untuk
yang
adalah
Instrumen
siswa,
ini
ini
dilakukan
dilaksanakan
untuk
lembar pengamatan ini digunakan untuk
mengumpulkan data penelitian mengenai
mengetahui kemampuan guru dalam
kemampuan
mengelola
pembelajaran.
pembelajaran dan aktivitas siswa selama
pengamatan
aktivitas
pengamatan
ini
mengamati
segala
Lembar
siswa,
lembar
digunakan
untuk
kegiatan
dan
proses
guru
belajar
dalam
mengajar
mengelola
pada
saat
penelitian tindakan kelas berlangsung. Tes,
untuk
mengetahui
kemampuan
keterlibatan siswa di dalam kelas selama
siswa baik sebelum maupun sesudah
kegiatan belajar mengajar berlangsung.
dilaksanakan pendekatan pembelajaran
Soal
mengetahui
kontekstual dengan menggunakan pre-
siswa
sebelum
test dan post-test. Dokumentasi, metode
Post-test,
untuk
ini digunakan untuk mengetahui secara
mengetahui pemahaman siswa setelah
pasti data tentang nama guru, nama
pembelajaran.
siswa, dan foto kegiatan pembelajaran
pre-test,
pengetahuan pembelajaran.
untuk
awal
Sebelum
dilakukan
penelitian, instrument penelitian (soal
dengan
penerapan
pendekatan
tes) diuji validitas dan reliabilitas soal
kontekstual. Angket, digunakan untuk
10
mengetahui
motivasi
belajar
siswa
terhadap kegiatan belajar mengajar siswa yang
menggunakan
pendekatan
pembelajaran kontekstual.
penerapan
pendekatan
pembelajaran
kontekstual. Pembagian pendekatan
kelompok
pembelajaran
dalam
kontekstual
dibentuk oleh guru, dan akan ada perubahan
HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum
dilaksanakannnya
pembelajaran
dengan
kelompok
pada
putaran
berikutnya sesuai dengan pembentukan
menerapkan
dari guru serta dilakukan menurut posisi
pendekatan pembelajaran kontekstual,
tempat duduk dan jenis kelamin yang
siswa terlebih dahulu diberikan pre-test
berbeda.
yang merupakan tahap awal dari proses
menurut
pembelajaran dan diikuti oleh semua
dilakukan pada siklus 1, bertujuan untuk
siswa kelas X-2 dengan jumlah 32 siswa
meminimalisasi keributan siswa dalam
pada siklus 1, dan 32 siswa pada siklus 2.
pembagian
Jumlah siswa yang mengikuti test tidak
melatih
anak
sama dengan jumlah siswa sebenarnya
waktu
yang
dikarenakan pada siklus pertama ada 1
pembagian kelompok berdasarkan jenis
siswa yang tidak masuk dikarenakan
kelamin yang berbeda dilakukan pada
sakit, dan 1 siswa mendapat dispensasi
siklus 2, dimaksudkan agar siswa dapat
tidak
untuk
lebih berbaur dengan semua teman satu
mengikuti latihan paduan suara. Pada
kelas meskipun berbeda jenis kelamin.
siklus ke dua ada 2 siswa yang tidak
Hasil dari pre-test siklus I sebesar 6,25%,
masuk dikarenakan sakit.
hal ini berarti bahwa sebagian besar
mengikuti
pelajaran
Pre-test dan post-test dikerjakan
Pembentukan posisi
tempat
kelompok untuk
kelompok duduk
belajar,
ini
serta
mengefisienkan
diberikan.
Sedangkan
siswa mendapatkan nilai 75 ke bawah,
dalam 20 menit putaran pertama dan 15
sehingga
menit putaran kedua. Pretes bertujuan
ketuntasan belajar belum tercapai. Tes ini
untuk mengetahui pengetahuan awal
diadakan untuk mengetahui kemampuan
siswa
awal siswa dalam materi yang akan
terhadap
diberikan.
materi
Hasil
pre-test
yang
akan
digunakan
dapat
dikatakan
bahwa
disampaikan.
sebagai bahan perbandingan dengan hasil post-test. megetahui
Hal
ini
bertujuan
peningkatan
untuk
pengetahuan
Pembahasan Berdasarkan analisis data terhadap
yang diperoleh siswa setelah mendapat
pengelolaan
pembelajaran
dengan
penjelasan materi dari guru dengan
pendekatan kontekstual yang diperoleh,
11
maka dapat diuraikan sebagai berikut:
pembelajaran
Aktivitas guru dalam mengelola KBM
peningkatan.
dengan
menggunakan
kontekstual
pendekatan
Aktivitas
pembelajaran kontekstual secara umum
pembelajaran
semakin baik. Terjadi peningkatan pada
pendekatan
setiap siklus dengan perolehan kriteria
semakin
rata-rata pada siklus I sebesar 2,78
mendapatkan nilai rata-rata sebesar 2,37
dengan kriteria baik. Setelah dilakukan
dengan kriteria baik. Setelah dilakukan
refleksi, ternyata ada beberapa aktivitas
refleksi, ternyata ada beberapa aktivitas
yang masih mendapat nilai rata-rata
yang masih mendapat nilai rata-rata
dengan kriteria cukup baik, sehingga
dengan kriteria cukup baik, sehingga
perlu diadakan perbaikan pada siklus
perlu diadakan perbaikan pada siklus
selanjutnya. Aktivitas guru yang masih
selanjutnya. Beberapa aktivitas yang
mendapat nilai cukup tersebut yaitu: guru
masih mendapat nilai cukup antara lain:
dalam menjelaskan alur pelaksanaan
menemukan,
pembelajaran
memecahkan
dengan
pendekatan
pembelajaran kontekstual, guru
dalam
siswa
mengalami
selama
dengan
menggunakan
pembelajaran
meningkat.
proses
kontekstual
Pada
siklus
mengamati, masalah,
pertanyaan/pendapat
I
dan
mengajukan terkait
materi,
membangkitkan rasa ingin tahu siswa,
membuat simpulan sendiri tentang materi
mengorganisasikan siswa dalam bentuk
yang diterimanya, berdiskusi dengan
kelompok,
penghargaan
kelompok dan memperesentasikan hasil
terhadap hasil belajar siswa, dan alokasi
diskusi, masih banyak siswa yang pasif
waktu. Pada siklus II nilai rata-rata
dalam kelompoknya dan belum ada
aktivitas guru meningkat menjadi 3,60
pembagian tugas yang merata dalam
dengan kriteria sangat baik. Adanya
kelompok. Pada siklus II nilai rata-rata
peningkatan
dalam
aktivitas siswa meningkat menjadi 3,63
mengelola KBM tersebut menunjukkan
dengan kriteria sangat baik. Adanya
bahwa hasil refleksi yang diberikan
peningkatan aktivitas siswa dalam KBM
pengamat dapat mempengaruhi pola
tersebut
mengajar yang dilakukan guru dalam
refleksi yang diberikan pengamat dapat
KBM.
mempengaruhi
memberi
aktivitas
Dengan
guru
demikian
dapat
menunjukkan
pola
bahwa
mengajar
hasil
yang
disimpulkan bahwa secara keseluruhan
dilakukan guru dalam KBM. Sehingga
aktivitas guru dalam mengelola KBM
siswa semakin antusias untuk mengikuti
dengan
KBM dengan pendekatan pembelajaran
menggunakan
pendekatan
tersebut.
Dengan
demikian
dapat
12
disimpulkan bahwa secara keseluruhan
mengalami peningkatan setiap siklusnya.
aktivitas
dengan
Pada siklus I ketuntasan belajar siswa
diterapkannya pendekatan pembelajaran
yaitu pada pre-test 2 siswa yang tuntas
kontekstual.
dan 30 siswa yang tidak tuntas, sehingga
siswa
meningkat
Motivasi belajar siswa sebelum diterapkan
pendekatan
kontekstual
mendapat
pembelajaran nilai
rata-rata
diperoleh ketuntasan klasikal 6,25%, sedangkan pada post-test siswa yang tuntas sebanyak 25 dan 7 siswa yang
sebesar 67,84, dengan kriteria baik dan
tidak
setelah
pendekatan
ketuntasan klasikalnya 78,13%. Tetapi
pembelajaran kontekstual nilai rata-rata
pada siklus I ini ketuntasan klasikal
siswa meningkat menjadi 81,11 dengan
masih belum tercapai karena ketuntasan
kriteria sangat baik.
klasikal
diterapkan
motivasi
belajar
Meningkatnya siswa
ini
selain
dipengaruhi oleh penerapan pendekatan yang
sesuai
dapat
dicapai
diperoleh
jika
dikelas
tersebut ≥ 80% siswanya telah mencapai daya serap ≥ 75%. Pada siklus 2 ketuntasan belajar
oleh
siswa pada saat pre-test 3 siswa yang
antusias guru dan siswa pada saat KBM
tuntas dan 29 siswa yang tidak tuntas,
berlangsung. Model kerja kelompok dan
sehingga
penyajian hasil kerja kelompok juga
klasikalnya sebesar 9,38%, sedangkan
membuat peserta didik merasa senang.
pada
Masalah yang mereka peroleh juga telah
sebanyak 29 siswa dan 3 siswa yang
memotivasi peserta didik untuk terus
tidak
belajar. Pendekatan pembelajaran ini
ketuntasan klasikalnya sebesar 90,62%.
membuat peserta didik menjadi lebih
Pada post-test siklus II ini kelas sudah
berani mengemukakan pendapat dan
mencapai ketuntasan secara klasikal.
meningkatkan rasa percaya diri bagi
Peningkatan
peserta didik untuk tampil di depan kelas.
beberapa faktor, antara lain: karena guru
Dengan demikian dapat disimpulkan
selalu
bahwa
dengan
memperbaiki kekurangan-kekurangan di
diterapkannya pendekatan pembelajaran
setiap siklusnya, semua yang dibutuhkan
kontekstual,
dalam
juga
secara
materi
sehingga
yang
disampaikan
dengan
tuntas,
dipengaruhi
keseluruhan
motivasi
belajar
siswa
mengalami peningkatan. Sedangkan untuk ketuntasan belajar siswa, sama dengan yang lainnya yaitu
diperoleh
post-test
siswa
tuntas,
yang
sehingga
ini
melakukan
proses
ketuntasan
tuntas
diperoleh
disebabkan
oleh
refleksi
pembelajaran
atau
dengan
pendekatan kontekstual sudah disiapkan sebelumnya,
mulai
dari
soal
dan
perangkat pembelajaran lainnya, selain
13
itu semua sudah diskenariokan, jadi
kontekstual
kegiatan apa saja yang dilakukan oleh
dengan
guru sudah diatur semenarik mungkin,
diterapkan
sesuai
kontekstual
dengan
sintaks
pembelajaran
mendapat
kriteria
nilai
baik
dan
pendekatan nilai
rata-rata setelah
pembelajaran
rata-rata
siswa
kontekstual dan sesuai dengan silabus,
meningkat, dengan kriteria sangat baik.
dan
Dengan demikian dapat disimpulkan
RPP.
Dengan
demikian
dapat
disimpulkan bahwa secara keseluruhan
bahwa
dengan
diterapkannya pendekatan pembelajaran
diterapkannya
pembelajaran
pendekatan
kontekstual,
dapat
meningkatkan ketuntasan belajar siswa.
secara
kontekstual,
keseluruhan
motivasi
dengan
belajar
siswa
mengalami peningkatan. Ketuntasan
Kesimpulan
ketuntasan klasikal. Pada siklus II ini pada
siklus
I
belum
pada
siklus
guru
masih
siswa,
KESIMPULAN DAN SARAN
Aktivitas
I
belajar
mencapai
ketuntasannya meningkat, dan mencapai
mendapat nilai rata-rata dengan kriteria
ketuntasan
baik. Pada siklus II aktivitas guru
demikian
mendapat nilai rata- dengan kriteria
pembelajaran
sangat baik. Dengan demikian dapat
kompetensi dasar menjelaskan konsep
disimpulkan bahwa secara keseluruhan
penawaran dan permintaan uang dapat
aktivitas guru dalam mengelola KBM
meningkatkan ketuntasan belajar siswa
dengan
pendekatan
dalam proses belajar mengajar di kelas
mengalami
X-2 SMA Negeri 1 Mantup, Lamongan.
menggunakan
pembelajaran
kontekstual
secara
klasikal.
penerapan
Dengan
pendekatan
kontekstual
pada
peningkatan. Aktivitas
siswa
pada
siklus
I
Saran
mendapat nilai rata-ratadengan kriteria
Setelah dilakukan penelitian dengan
baik. Pada siklus II aktivitas siswa
hasil
mendapat nilai rata-rata dengan kriteria
sebelumya agar proses belajar lebih
sangat baik. Dengan demikian dapat
efektif maka peneliti memberikan saran:
disimpulkan bahwa secara keseluruhan
Penerapan
pendekatan
aktivitas siswa dengan diterapkannya
kontekstual
membutuhkan
pendekatan
kelas dan waktu yang baik, sehingga
pembelajaran
kontekstual
mengalami peningkatan.
diperlukan
Motivasi belajar siswa sebelum diterapkan
pendekatan
yang
pembelajaran
agar
diperoleh
uraian
pembelajaran
perencanaan
penggunaan
dari
pengelolan
pembelajaran
waktu
dalam
pembelajaran lebih efektif dan efisien.
14
Pendekatan
pembelajaran
kontekstual
hendaknya dilakukan dengan persiapan dan
perencanaan
yang
matang
sebelumnya, agar dalam pelaksanaan pembelajaran tersebut, baik aktivitas yang dilakukan guru dan aktivitas yang dilakukan siswa hasilnya bisa lebih maksimal.
DAFTAR PUSTAKA Amri,
Sofyan dkk. 2010. Proses Pembelajaran Kreatif dan Inofatif Dalam Kelas. Jakarta: Prestasi Pustakaraya. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta. Arikunto, dkk. 2007. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Bumi Aksara. Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara. Arikunto, dkk, 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara. Agung, Arif Yulianto. Peningkatan Hasil Belajar Siswa dalam Mata Pelajaran Ekonomi melalui Pendekatan Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) di Kelas XI SMA Negeri 11 Semarang. Jurnal Pendidikan, (Online), (http://journal.unnes.ac.id, diakses 18 Mei 2013). Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Pedoman Khusus Belajar Tuntas (Mastery Learning). Jakarta: Depdiknas. Dimyati & Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta. Elpri, Putra Darta, dkk. 2012. Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Motivasi Belajar IPS di Kelas IV B SDN 111 Pekanbaru. Jurnal Pendidikan, (Online), (http://repository.unri.ac.id, diakses 29 Mei 2013). Guza, Afnil. 2008. Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Asa Mandiri. Hanafiah, dkk. 2010. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Refika Aditama. I, Gita Nyoman. 2009. Implementasi Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatakan Prestasi Belajar Matematika Siswa di Sekolah Dasar di Kelas V SD 3 Sumbangan. Jurnal Pendidikan, (Online), vol. 1, No. 1, (http://www.freewebs.com, diakses 18 Mei 2013). Kusnandar. 2008. Langkah Mudah PTK Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Mulyasa, E. 2005. Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mulyasa, E. 2006. Menjadi Guru Profesional: Menciptakan pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Muslich, Masnur. 2007. KTSP Dasar Pemahaman dan Pengembangan. Jakarta: PT Bumi Aksara. Nurhadi, dkk. 2003. Pembelajaran Kontekstual (Cooperatif Learning di Ruang-Ruang Kelas). Jakarta: Gramedia Widiasarana. Oemar, Hamalik. 2007. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.
15
Rantenai, Tasrif. Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Pada Pelajaran Sejarah Dengan Menggunakan Model Pembelajaran CTL Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi di Kelas XI IPS SMA Negeri 5 Palu. Jurnal Pendidikan, (Online), (http://www.freewebs.com, diakses 18 Mei 2013). Rasiman, Wahyu. Penerapan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Pada Materi Lingkaran di Kelas VIII C SMP N 1 Karangawen, Demak. 2009. Jurnal Pendidikan, (Online), (http://e-jurnal.ikippgrismg.ac.id, diakses 29 Mei 2013). Riduwan. 2010. Skala Variabel-Variabel Bandung: Alfabeta.
Pengukuran Penelitian.
Suprijono, Agus. 2011. Cooperatif Learning dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Suryosubroto, B. 2002. Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta. Tim Penyusun. 2006. Panduan Penulisan dan Penilaian Skripsi. Surabaya: UNESA University Press. Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka. Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana. Uno, B. Hamzah. 2007. Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis di Bidang Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Sardiman, AM. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Sardiman, AM. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Persada. Sri
Wulandari, Yuniati. Upaya Peningkatan Hasil Belajar Akuntansi Materi Jurnal Umum Siswa kelas XI IPS 2 SMA N 3 Semarang Melalui Metode Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL). Jurnal Pendidikan, (Online), (http://jurnal.upi.edu/penelitian, diakses 18 Mei 2013).
Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sugiyono. 2011. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
16
17