Pengaruh Inflasi Terhadap Tingkat Pekerja Sektor Informal di Provinsi Jawa Timur
PENGARUH INFLASI TERHADAP TINGKAT PEKERJA SEKTOR INFORMAL DI PROVINSI JAWA TIMUR Faridatul M Fakultas Ekonomi, Unesa, Kampus Ketintang Surabaya ABSTRACT Jawa Timur has experienced inflation as a economic problem. On the other hand the unemployment rate at Jawa Timur is not too high because the majority of the population work in informal sector. The purpose of this study was determining how the effect of inflation on the level of informal sector workers and knowing forecasting inflation and the level of informal sector workers over the next 10 years. This study is associative research with quantitative approach because using figures in analyzing the data. The sample in this study was inflation data and level of informal sector workers from 1998 to 2013. Techniques of collecting data was using the documentation techniques. The analyze data used VAR analysis techniques. From the VAR analysis, it can be seen that inflation has a negative effect on the level of informal sector workers. In the forecasting models analysis, it can be seen that the rate of inflation from 2014 to 2023 are ranging in the 7,3% , while the rate of informal workers from 2014 to 2023 are ranging in the 68,5%. Keywords: Inflation , Informal Sector
ABSTRAK Provinsi Jawa Timur mengalami inflasi sebagai masalah ekonomi. Di sisi lain tingkat pengangguran di Provinsi Jawa Timur tidak terlalu tinggi karena sebagian besar penduduk bekerja di sektor informal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh inflasi terhadap tingkat pekerja sektor informal. Selain itu juga untuk mengetahui peramalan inflasi dan tingkat pekerja sektor informal selama 10 tahun kedepan. Jenis penelitian ini adalah penelitian asosiatif dengan pendekatan kuantitatif karena menggunakan angka dalam menganalisis data. Sampel dalam penelitian ini adalah data inflasi dan tingkat pekerja sektor informal dari tahun 1998 sempai dengan 2013. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik dokumentasi. Untuk menganalisis data digunakan teknik analisis VAR. Dari hasil analisis menggunakan VAR dapat diketahui bahwa inflasi mempunyai pengaruh negatif terhadap tingkat pekerja sektor informal. Dalam analisis dengan menggunakan model forecasting, dapat diketahui bahwa tingkat inflasi dari tahun 2014 sampai tahun 2023 berkisar pada angka 7,3%, sedangkan tingkat pekerja informal pada tahun 2014 hingga tahun 2023 berkisar pada angka 68,5%. Kata kunci : Inflasi, Sektor Informal
Tingkat inflasi yang terjadi
dihadapi
suatu
negara
dalam suatu negara merupakan salah
pemerintah
satu ukuran untuk mengukur baik
kebijakan yang tepat guna menjaga
buruknya masalah ekonomi yang
dan mengawasi laju inflasi.
1
harus
sehingga
menjalankan
Jurnal Pendidikan Ekonomi
Di Provinsi Jawa Timur
pasokan tenaga kerja bahkan juga
inflasi juga menjadi problem dalam
berpeluang besar dalam mengurangi
perekonomian. Tingkat inflasi di
tenaga kerjanya, sehingga sektor
Provinsi Jawa Timur mengalami
informallah yang menjadi harapan
fluktuasi. Pada tahun 2008 inflasi di
dari
Provinsi Jawa Timur mencapai angka
(Mulyadi: 2003).
9,66%. Menurut sudut pandang teori
para
penganggur
tersebut
Fenomena
kegiatan
tekanan biaya atau (Cost Push
ekonomi informal di Indonesia lebih
Teory), inflasi yang tinggi pada tahun
terlihat
2008 merupakan dampak dari adanya
terutama di Pulau Jawa. Dapat kita
kebijakan
pemerintah
dalam
lihat kondisi di Propinsi Jawa Timur
menaikkan
harga
yang
dengan lapangan kerja yang terbatas
biaya
serta
menyebabkan
BBM
kenaikan
di
proses
beberapa
kota besar
industrialisasi
yang
sehingga berpengaruh juga terhadap
terpusat di beberapa kota besar yang
upah dan harga.
padat modal membawa konsekuensi
Fenomena di mana pada
bahwa hanya tenaga kerja yang
suatu periode pertumbuhan berjalan
benar-benar berkualitas saja yang
dengan pesat sehingga mengurangi
dapat
masalah pengangguran tetapi harus
sementara sektor informal pada saat
menghadapi masalah inflasi, dan
yang
pada periode lain kegiatan ekonomi
peningkatan dalam kapasitas dan
mengalami
intensitas kegiatannya.
perkembangan
yang
lambat dan memperburuk masalah
memasuki
sektor
bersamaan
Berdasarkan
formal,
mengalami
data
yang
pengangguran, merupakan keadaan
diakses oleh Berita Resmi Statistik,
yang selalu berlaku di setiap negara
di Provinsi Jawa Timur jumlah
(Sukirno: 2000).
pengangguran tidak terlalu banyak
Pengangguran inilah yang
dibandingkan
dengan
provinsi
melandasi munculnya masalah sektor
lainnya di Pulau Jawa dan cenderung
informal.
Indonesia
terus berkurang setiap tahunnya.
dilanda krisis, permintaan tenaga
Namun sebagian besar penduduk
kerja di sektor informal ini semakin
yang bekerja tersebut masuk ke
besar
dikarenakan
dalam sektor informal.
sektor
formal
Semenjak
dalam
keterbatasan menerima 2
Pengaruh Inflasi Terhadap Tingkat Pekerja Sektor Informal di Provinsi Jawa Timur
Banyak
orang
yang
kenaikan sebagian besar dari harga-
beranggapan bahwa berkurangnya
harga barang lain.
jumlah penganggur karena banyak
Sedangkan Sukirno (2000)
pekerja yang terserap di sektor
mengatakan inflasi adalah keadaan di
informal
mana uang yang beredar berlebih-
ini
belum
tentu
menunjukkan pembangunan ekonomi
lebihan
yang baik. Hal ini karena sektor
kenaikan
informal yang kurang menjamin
menyeluruh.
dibandingakan dengan sektor formal.
pengertian
Selain itu Mulyadi (2003) bahkan
dijelaskan di atas, pada intinya inflasi
menjelaskan bahwa sebagian besar,
adalah kenaikan harga-harga secara
para pekerja di sektor informal di
umum yang terjadi secara terus
Indonesia adalah para pekerja yang
menerus.
tidak ekonomi,
mendapat
perlindungan
tidak
mempunyai
sehingga
menimbulkan
harga-harga Dari inflasi
yang beberapa
yang
telah
Macam-Macam Inflasi
perjanjian jangka panjang.
Waluyo (2007) menjelaskan
Berdasarkan latar belakang
macam-macam inflasi ditinjau dari
yang telah dijelaskan di atas, maka
sumber atau sebab musabab awal
peneliti melakukan penelitian dengan
inflasi
judul “Pengaruh Inflasi terhadap
macam.
Tingkat Pekerja Sektor Informal di
demand pull inflation yakni inflasi
Provinsi Jawa Timur”.
yang
dibedakan Yang
timbul
menjadi pertama
karena
tiga adalah
permintaan
dalam negeri akan berbagai barang Inflasi
sangat kuat dan besar serta melebihi Menurut Boediono (1990)
output yang ada dalam perekonomian
definisi singkat dari inflasi adalah
tersebut. Kedua adalah cost push
kecenderungan
harga-harga
inflation. Pada inflasi ini kenaikan
untuk menaik secara umum dan terus
harga terjadi karena adanya kenaikan
menerus.
menegaskan
biaya produksi (Cost Push Inflation),
bahwa kenaikan harga dari satu atau
atau dapat pula terjadi karena buruh
dua barang saja tidak dapat dikatakan
menuntut kenaikan upah (Wage push
sebagai inflasi, kecuali bila kenaikan
inflation). Inflasi jenis ketiga adalah
tersebut membawa dampak pada
inflasi
dari
Boediono
3
kombinasi
(combination
Jurnal Pendidikan Ekonomi
inflation) yakni inflasi yang timbul
kelembagaan
karena
yang
pengaruh
pergesaran
mempengaruhi
dan
penawaran
Adanya suatu kesenjangan di atas
permintaan masyarakat.
upah
dapat dan
harga.
akan menaikkan harga-harga dan laju inflasi. Teori yang ketiga adalah
Teori Inflasi Teori yang pertama adalah
teori strukturalis yang menjelaskan
teori kuantitas yang dikembangkan
bahwa dengan tingginya ongkos
oleh
tentu akan mengakibatkan
harga
barang-barang
impor
kemompok
Kelompok
monetaris.
tersebut
berpendapat
subtitusi
bahwa inflasi hanya dapat terjadi bila
menjadi lebih mahal. Maka dengan
ada kenaikan jumlah uang beredar.
sendirinya proses ini akan saling kait
Harga-harga
mengkait dengan sektor lain yang
adanya
akan
kelebihan
naik uang
karena yang
menggunakan
barang-barang
diciptakan atau diproduksi oleh bank
subtitusi impor tersebut, sehingga
sentral.
harga terpengaruh untuk naik. Teori yang kedua adalah teori
Keynes dan teori desakan biaya
Permintaan
(Cost Push Teory) yang mengatakan
Tenaga Kerja
dan
Penawaran
bahwa proses inflasi merupakan
Berdasarkan gambar kurva
proses tarik menarik antar golongan
permintaan dan penawaran tenaga
masyarakat
memperoleh
kerja pada tingkat upah tertentu,
bagian masyarakat yang lebih besar
jumlah orang yang menawarkan
daripada yang mampu disediakan
tenaganya untuk bekerja adalah sama
oleh masyarakat itu sendiri. Jika hal
dengan jumlah tenaga kerja yang
ini terus terjadi, maka akan timbul
diminta,
suatu
sebesar
untuk
kesenjangan
inflasi
yaitu Tk0
masing-masing
pada
tingkat
(Inflationary Gap). Tekanan dari
keseimbangan
golongan ini akan mengakibatkan
keseimbangan (equilibrium) adalah
kenaikan biaya (Cost Push). Menurut
titik
Cost Push Theoritics ini, untuk
keseimbangan U0 maka semua orang
mengetahui
yang
proses
inflasi
perkiraannya diamati dari fakror
E.
Pada
ingin
U0 .
upah
tingkat
bekerja
Titik
upah
telah
mendapatkan pekerjaan, yang berarti 4
Pengaruh Inflasi Terhadap Tingkat Pekerja Sektor Informal di Provinsi Jawa Timur
tidak
ada
lagi
pengangguran.
Teori upah besi ini cenderung
Keadaan seperti ini desebut keadaan
merugikan kepentingan pengusaha
full employment pada tingkat upah
dan penganggur. Kenaikan upah
U0.
akan menurunkan permintaan tenaga kerja sehingga para penganggur akan semakin sulit mendapatkan pekerjaan dan para pengusaha akan disulitkan dengan kenaikan biaya produksi.
Hubungan Upah Minimum dengan
Gambar: Kurva permintaan dan penawaran tenaga kerja pada tingkat upah tertentu
Tenaga Kerja Hubungan
Teori Upah Besi
mengenai
teori
pada perluasan dari model kompetitif
upah
yang dikembangkan oleh Welch
subsitensi (hukum besi) oleh David
menjadi model dual sektor. Model ini
Ricardo yaitu upah ditentukan oleh
memiliki asumsi bahwa terdapat dua
interaksi penyediaan dan permintaan
sektor di dalam ekonomi (segmentasi
akan buruh. Asumsi selanjutnya
ekonomi) yaitu sektor formal yakni
mengatakan bahwa bila pendapatan
sektor yang terkaver oleh kebijakan
penduduk bertambah di atas tingkat subsisten,
maka
penduduk
upah minimum dan sektor informal
akan
yang merupakan sektor yang tidak
bertambah lebih cepat dari laju pertambahan
makanan
terkover
dan
bertambah. angkatan
kerja
tersebut
bertambah
pula
maka
kebijakan
upah
Jika kemudian ada kebijakan
Dengan
bertambahnya
oleh
minimum.
kebutuhan lain, sehingga angkatan kerja
minimum
dengan tenaga kerja dapat dilihat
Mankiw (2009) memberikan penjelasan
upah
upah minimum pada sektor formal yang
lebih
tinggi
dibandingkan
tingkat keseimbangan upah W0, hal
angkatan kerja yang memasuki pasar
ini akan menyebabkan sektor formal
kerja dan mencari kerja sehingga
menjadi lebih dipilih oleh pekerja
penawaran kerja menjadi lebih besar
dibandingkan
dari permintaan.
sektor
informal.
Dengan kata lain kebijakan upah minimum 5
ini
menyebabkan
Jurnal Pendidikan Ekonomi
kelebihan penawaran tenaga kerja
Mulyadi (2003) menerangkan
(excess supply of labour) pada sektor
faktor
internal
adalah
formal. Berdasarkan pada model dual
produktivitas yang tidak seimbang
sektor ini kelebihan penawaran pada
yang ditunjukkan oleh marginal
sektor formal akan menyebabkan
productivity of labour (MPL) yang
pergeseran tenaga kerja dari sektor
sangat tinggi. Semua terjadi akibat
formal ke sektor informal. Kondisi
ketimpangan
ini digambarkan oleh pergeseran
akses modal, kredit, sumber daya
tenaga kerja dari sektor formal ke
pekerjaan,
sektor informal dari S0 ke S1.
pengolahan informasi.
dalam
penguasaan
teknologi
Sedangkan
tingkat
dan
yang
proses
termasuk
faktor eksternal yang pertama adalah pranata-pranata kegiatan
yang
ekonomi
mendukung formal
yang
modern. Yang kedua adalah karena kesenjangan tingkat upah. Ketiga, terkait dengan masalah teknis-politis
Gambar: Upah minimum di sektor informal
di
Tinjauan Teoritis Sektor Informal dan Formal Saparini dan Basri dalam Lestyasari
menggunakan
status
pekerjaan
utama
untuk
pengelompokan
sektor
mana
kalangan
birokrasi
di
Indonesia kurang mencermati dan memahami
perkembangan
modernisasi yang begitu cepat.
formal
Konsep Sektor Informal
sebagai berikut: a) mereka yang
Hidayat
dalam
Mulyadi
bekerja sebagai buruh/karyawan, b)
(2003)
berusaha dengan dibantu buruh tetap.
laporan ILO dan dari berbagai
Sedangkan yang termasuk dalam
penelitian tentang sektor informal di
sektor informal diantara lain: a)
Indonesia
mereka yang berusaha sendiri, b)
sepuluh ciri pokok sebagai berikut:
berusaha dengan dibantu buruh tidak
1)
tetap, c) pekerja bebas di pertanian,
terorganisasikan secara baik, karena
d) pekerja bebas di non pertanian e)
timbulnya
buruh tidak dibayar.
mempergunakan 6
menjelaskan
telah
kegiatan
unit
mengenai
menghasilkan
usaha
usaha
tidak
tidak
Pengaruh Inflasi Terhadap Tingkat Pekerja Sektor Informal di Provinsi Jawa Timur
fasilitas/kelembagaan yang tersedia
Yang
di sektor formal, 2) pada umumnya
persyaratan masuk, angkatan kerja
unit usaha tidak mempunyai izin
mudah terserap pada sektor informal
usaha, 3) pola kegiatan usaha tidak
karena sektor informal memberikan
teratur baik lokasi maupun jam
kebebasan kepada angkatan kerja
kerjanya,
untuk masuk maupun keluar dari
4)
kebijaksanaan
pada
umumnya
pemerintah
untuk
pertama
pekerjaan
adalah
tanpa
mengenai
persyaratan-
membantu golongan ekonomi lemah
persayatan yang cukup rumit seperti
tidak sampai pada sektor informal, 5)
yang ada pada sektor formal. Yang
unit usaha mudah keluar masuk dari
kedua dari segi waktu kerja sektor
satu subsektor ke subsektor lain, 6)
informal yang lebih memberikan
teknologi yang dipergunakan bersifat
kebebasan, dengan adanya kebebasan
primitif, 7) modal dan perputaran
waktu kerja, angkatan kerja menjadi
usaha relatif kecil, sehingga skala
lebih fleksibel dalam menjalankan
operasi juga relatif kecil, 8) pada
pekerjaannya. Yang ketiga adalah
umumnya
termasuk
dari faktor usia, secara relatif bekerja
golongan one-men-enter prises dan
pada sektor informal tidak memiliki
kalau mengerjakan buruh berasal dari
batas usia seperti yang diberlakukan
keluarga, 9) sumber dana modal
pada sektor formal, artinya bekerja di
usaha pada umumnya berasal dari
sektor informal tidak ada istilah usia
tabungan
produktif
unit
usaha
sendiri
atau
lembaga
atau
non
produktif,
keuangan yang tidak resmi, 10) hasil
berdasarkan
produksi
terutama
angkatan kerja yang sudah tidak lagi
golongan
diperkerjakan di sektor formal dan
atau
dikonsumsikan masyarakat
jasa oleh kota/desa
yang
masih
berpenghasilan menengah.
gambaran
mempunyai
keinginan
untuk
ini
minat bekerja
bagi
dan dapat
terserap pada sektor informal. Dan Sektor Informal dan Penyerapan
yang terakhir adalah keterkaitan
Tenaga Kerja
penyerapan tenaga kerja dengan
Deputi
Evaluasi
Kinerja
sektor informal ditinjau dari jenjang
Pembangunan menjelaskan beberapa
pendidikan, bagi angkatan kerja yang
keterkaitan antara sektor informal
menempuh pendidikan formal yang
dengan penyerapan tenaga kerja.
terbatas 7
(rendah)
yang
sulit
Jurnal Pendidikan Ekonomi
memasuki
sektor
formal
dapat
Penelitian oleh Ida Ayu
diterima pada sektor informal. Dengan
Nyoman Saskara dan David Kaluge dengan judul “Analisis Faktor-
tertampungnya
angkatan kerja pada sektor informal,
Faktor
maka dapat dikatakan bahwa tenaga
Pengangguran
Perempuan”
kerja tersebut telah terserap dalam
menyatakan
peningkatan
sektor informal.
partisipasi perempuan di pasar kerja
mempunyai
Sektor informal
kemampuan
untuk
yang
Mempengaruhi
bahwa
dapat menurunkan pengangguran
menyerap angkatan kerja yeng tidak
perempuan. Sedangkan
tertampung dalam sektor formal
laki-laki
mengingat
sektor
pengangguran perempuan bisa juga
formal dalam menyerap angkatan
meningkat. Sementara inflasi dan
kerja, sektor informal juga mampu
investasi
menciptakan lapangan kerja baru.
signifikan terhadap pengangguran
keterbatasan
bekerja
tidak
walaupun meningkat
berpngaruh
perempuan. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan
Penelitian yang dilakukan
oleh
Devi
Lestyasari
dalam
oleh Daru Wahyuni, pada Jurnal
jurnalnya
yang
berjudul
Economia dengan judul ”Peran
“Hubungan
Upah
Minimum
Sektor
dalam
Provinsi dengan Jumlah Tenaga
Masalah
Kerja Formal di Jawa Timur”
Informal
Menanggulangi
Pengangguran di Indonesia” yang
memberikan
menganalisis
deskriptif
terdapat hubungan yang sangat kuat
peran sektor informal terhadap
antara Upah Minimum Provinsi
pengangguran.
dari
(UMP) dengan jumlah tenaga kerja
hasil penelitian ini adalah sektor
formal, ketika Upah Minimum
informal di Indonesia telah menjadi
Provinsi naik, maka jumlah tenaga
tumpuan harapan bagi para pekerja
kerja formal di jawa Timur juga
dan terbukti mampu menjadi safety
akan naik. Tenaga kerja di sektor
belt bagi ancaman ekonomi makro
formal pada umumnya mempunyai
berupa tingkat pengangguran yang
pendidikan dan ketrampilan yang
tinggi.
tinggi dengan produktivitas yang
secara
Kesimpulan
tinggi pula. 8
kesimpulan
bahwa
Pengaruh Inflasi Terhadap Tingkat Pekerja Sektor Informal di Provinsi Jawa Timur
Dalam
penelitian
dilakukan
oleh
Berentsen,
Sampel yang diteliti dalam
Aleksander
penelitian ini adalah tingkat inflasi
dan
di Provinsi Jawa Timur pada tahun
berjudul
1998 - 2013 dan tingkat pekerja
Inflation And UnemploymentIn The
sektor informal di Provinsi Jawa
Long
Timur pada tahun 1998 - 2013.
Randall
faktor
Guido
yang
Wright
Run,
Menzio yang
menyatakan
moneter
salah
bahwa satunya
Model
analisis
yang
inflasi, penting untuk hasil paar
digunakan dalam penelitian ini
tenaga kerja, tidak hanya secara
menggunakan statistik deskriptif.
teoritis
Analisis deskriptif yang dipakai
tetapi
juga
secara
kuantitatif.
menjelaskan
mengenai
tingkat
inflasi dan tingkat pekerja sektor Metode Penelitian Berdasarkan penelitian
ini
penelitian
deskriptif
informal di Provinsi Jawa Timur sifatnya,
merupakan
pada tahun 2003 - 2013. Analisis
jenis
statistik yang digunakan dalam
kuantitatif.
penelitian ini menggunakan analisis
Sedangkan jika ditinjau dari tingkat
vector autoregresive (VAR). Model
penjelasannya,
VAR yang digunakan adalah:
penelitian
ini
termasuk jenis penelitian asosiatif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara dua variabel atau lebih.
Dari hasil estimasi VAR
Dengan analisis VAR, dapat
kita membandingkan nilai t-statistik
diketahui seberapa besar inflasi
hasil
sebagai variabel X mempengaruhi
tabelnya untuk mengetahui apakah
tingkat pekerja sektor informal
variabel X (inflasi) mempengaruhi
variabel Y.
variabel Y (tingkat pekerja sektor
Variabel X
estimasi
informal),
Variabel Y
dengan
nilai
demikian
t-
pula
sebaliknya. Jika nilai t-statistik Keterangan:
lebih
Variabel X : inflasi di Jawa Timur
besar
daripada
nilai
t-
tabelnya, maka dapat disimpulkan
Variabel Y : tingkat pekerja sektor
variabel
informal di Jawa Timur 9
inflasi
mempengaruhi
Jurnal Pendidikan Ekonomi
variabel
tingkat
pekerja
sektor
2005, di tahun 2006 pemerintah
informal, namun jika nilai t-statistik
mulai
melakukan
kebijakan-
lebih kecil atau sama dengan nilai t-
kebijakan untuk menekan angka
tabelnya maka dapat dikatakan
inflasi yaitu dengan mengendalikan
bahwa inflasi tidak mempengaruhi
harga-harga pasar. Inflasi berhasil
tingkat pekerja sektor informal.
diturunkan sebesar 9,27%, menjadi 6,76% di tahun 2006. Angka tersebut masih dapat ditekan lagi di
Hasil Penelitian Berdasarkan
data
tahun
yang
Jawa
Timur,
pada tahun 2008 menjadi sebesar 9,66%. Kepala Bidang Statistik
bersifat fluktuatif. Pada tahun 2003
Distribusi BPS Jatim saat itu, Ir.
Jawa Timur mengalami inflasi yang
Adi Nugraha mengatakan bahwa
tidak terlalu tinggi, yakni sebesar Namun
angka
khusus di Jawa Timur, inflasi
tersebut
meningkat hingga mencapai 5,92% di tahun 2004.
Angka
kelompok
namun
pada
tahun
sehingga di tahun 2010 inflasi Jawa Timur mencapai 6,96%. Komoditas yang
akhir tahun 2005 bersamaan dengan harga
pada
dihadapkan dengan kenaikan inflasi
yang
harga bahan bakar minyak pada
tajamnya
indeks
berikutnya Jawa Timur kembali
diambil presiden yakni menaikkan
naik
harga
3,62%,
tinggi pada tahun ini terjadi karena berat
kenaikan
penurunan hingga menjadi sebesar
10 tahun terakhir. Inflasi yang
kebijakan
adanya
inflasi di Jawa Timur mengalami
ini
merupakan yang tertinggi selama
adanya
akibat
Pada tahun 2009 tingkat
Timur meningkat drastis, menjadi 15,19%.
terjadi
makanan barang dan jasa.
Tahun 2005 inflasi di Jawa
sebesar
mencapai
Inflasi kembali melambung
tingkat
inflasi Provinsi Jawa Timur yang
4,23%.
hingga
6,48%.
diperoleh dari BPS (Badan Pusat Statistik)
2007
memberikan
sumbangan
terbesar terhadap terjadinya inflasi
minyak
sepanjang 2010 adalah beras, cabe
mentah dunia.
rawit,
Pasca melambungnya harga
emas
perhiasan,
jasa
perpanjangan STNK, tarif listrik,
bahan bakar minyak pada tahun
bawang merah, rokok kretek filter, 10
Pengaruh Inflasi Terhadap Tingkat Pekerja Sektor Informal di Provinsi Jawa Timur
bawang putih, minyak goreng dan
menanamkan
biaya di SLTA.
emas daripada surat berharga.
Tahun 2011, Jawa Timur
investasi
kepada
Pada tahun 2013, statistik
mencapai inflasi sebesar 4,09%,
(BPS)
angka ini berada di atas rerata
mencatat laju inflasi tahun kalender
inflasi secara nasional yang hanya
di Jawa Timur tahun 2013 sebesar
3,79%. Beberapa komoditas yang
7,59%. Selama periode 2013, tiga
menjadi
terbesar komoditas yang memberi
pemicu
utama
dalam
Provinsi
Jawa
pergerakan inflasi selama tahun
sumbangan
2011 adalah kenaikan harga beras,
inflasi
rokok kretek dan emas perhiasan.
bensin, tarif listrik, dan bawang
Di tahun 2012, inflasi di Jawa
Timur
mencapai
di
terhadap
Timur
Jawa
terjadinya
Timur
adalah
merah.
angka
Terkait dengan tingginya
4,50%. Pada tahun 2012 tercatat
inflasi di Jawa Timur ini tentu
beberapa
pemerintah
membawa dampak bagi kondisi
yang memicu tingginya inflasi.
ketenagakerjaan di Jawa Timur,
Pemerintah
mengurangi
karena
impor
dan
kebijakan
sapi
daging
kuota
inflasi
tersebut
sapi,
mempengaruhi biaya produksi bagi
sehingga menimbulkan spekulasi
para produsen serta mempengaruhi
dan boikot para importir sapi, yang
besarnya investasi yang membawa
menyebabkan stagnasi ketersediaan
dampak bagi ketenagakerjaan di
daging di pasar berkurang bahkan
Jawa Timur. Jumlah penduduk
sempat kosong daging sapi di pasar
yang
dan pengusaha menaikkan harga
cenderung mengalami peningkatan,
daging sapi di pasar. Inflasi juga
sejalan dengan peningkatan jumlah
didorong dengan adanya pengaruh
pekerja
krisis perekonomian Negara Eropa
pengangguran
dan Amerika yang masih belum
penurunan karena sebagian besar
recoveri, ditandai dengan gejolak
tenaga kerja terserap ke dalam
harga emas dunia yang tinggi
sektor informal.
bekerja
di
tersebut,
Jawa
maka
Timur
jumlah
mengalami
selama tahun 2012. Sehingga para
Setiap tahunnya dari tahun
investor cenderung lebih menyukai
2003 hingga 2013 lebih dari 50% penduduk 11
bekerja
pada
sektor
Jurnal Pendidikan Ekonomi
informal. Tahun 2003 prosentase
dengan
tingkat pekerja di sektor informal
penciptaan lapangan kerja melalui
sebesar 68,33%. Prosentase tingkat
investasi
tenaga
informal
swasta. Tahun 2012 prosentase
tersebut terus menurun dari sebesar
pekerja sektor informal sebesar
68,19% di tahun 2004 hingga pada
66,20% turun sebesar 1,57% dari
tahun
tingkat
tahun sebelumnya, namun sedikit
tenaga kerja pada sektor informal
mengalami peningkatan di tahun
tersebut mencapai angka 65,60%.
2013 hingga sebesar 66,22%.
kerja
2006
sektor
prosentase
Setelah penurunan tingkat
keberhasilan
dan
program
ekspansi
usaha
Berdasarkan hasil analisis
tenaga kerja pada sektor informal
data
selama 3 tahun berturut-turut, di
menggunakan model analisis vector
tahun 2007 jumlah tenaga kerja
autoregresive,
pada sektor informal mengalami
bahwa inflasi di Provinsi Jawa
peningkatan hingga prosentasenya
Timur
mencapai
terhadap
angka 73,02%. Pada
yang
dilakukan
dapat
berpengaruh tingkat
dengan
diketahui
signifikan
pekerja
pada
tahun 2008 prosentase tenaga kerja
sektor informal di Provinsi Jawa
pada sektor informal mengalami
Timur. Pengaruh inflasi terhadap
sedikit penurunan menjadi sebesar
tingkat pekerja di sektor informal
72,90% di tahun 2008.
dapat
diketahui
melalui
uji
Tingkat pekerja pada sektor
kausalitas granger dan estimasi
informal meningkat sebesar 0,22%
model VAR. Nilai F probabilitas
di tahun 2009 sehingga mencapai
statistik inflasi terhadap tingkat
73,12%. Angka ini terus menurun
pekerja sektor informal pada uji
hingga tahun 2012. Pada tahun
kausalitas Granger adalah sebesar
2010 prosentase tingkat pekerja
0,0656
sektor informal sebesar 70,93%,
probabilitas statistik tingkat pekerja
turun
hingga
sektor informal terhadap inflasi
mencapai 67,77% di tahun 2011.
pada uji kausalitas Granger adalah
Dengan
sebesar
sebesar
3,16%
berkurangnya
jumlah
sedangkan
0,2954.
nilai
Kedua
F
nilai
tenaga kerja pada sektor informal
tersebut adalah lebih besar dari nilai
ini
semakin
α = 5%, maka dari itu Ho dari
ekonomi
kedua hasil uji kausalitas tersebut
menggambarkan
membaiknya
struktur
12
Pengaruh Inflasi Terhadap Tingkat Pekerja Sektor Informal di Provinsi Jawa Timur
diterima. Artinya berdasarkan uji
estimasi VAR diketahui bahwa
kausalitas
Granger
ketika
disimpulkan
bahwa
dapat hubungan
variabel
D_INFLASI(-1)
bertambah 1% sedangkan variabel
inflasi dan tingkat pekerja pada
D_INFORMAL(-1)
tetap,
maka
sektor informal adalah tidak saling
D_INFORMAL akan mengalami
mempengaruhi. Hasil uji kausalitas
penurunan
ini tidak sesuai dengan pendapat
0.0906320988552 persen.
yang disampaikan oleh Berentsen
Berdasarkan
sebesar
hasil
dan kawan-kawan (2008) yang
representasi estimasi VAR tersebut
mengatakan bahwa faktor moneter
dapat diketahui bahwa hubungan
salah satunya inflasi adalah penting
antara
untuk hasil tenaga kerja bahkan
tingkat pekerja di sektor informal
tidak hanya teoritis, tetapi juga
adalah tidak searah. Seperti yang
secara kuantitatif.
terjadi pada tahun 2005, ketika
Pendapat tersebut terbukti
tingkat
variabel
inflasi
inflasi
dengan
Jawa
Timur
pada hasil estimasi VAR yang
meningkat drastis hingga mencapai
menyatakan bahwa D_INFLASI(-
angka
1)
yang
sektor informal justru mengalami
signifikan terhadap tingkat pekerja
penurunan dari sebesar 68,19%
sektor informal, karena pada nilai t
pada tahun 2004 menjadi sebesar
statistik
yaitu
65,74% di tahun 2005. Hubungan
2,00244 lebih besar daripada nilai t
tidak searah antara inflasi dan
tabel sebesar 1,771, sehingga dapat
tingkat perkerja informal juga dapat
dinyatakan
bahwa
inflasi
kita lihat pada tahun 2009 ketika
berpengaruh
terhadap
tingkat
angka inflasi Jawa Timur adalah
pekerja sektor informal. Sedangkan
yang paling rendah selama sepuluh
D_INFORMAL(-1)
tidak
tahun terakhir yakni sebesar 3,62%,
mempunyai
yang
hal ini berbanding terbalik dengan
signifikan terhadap variabel inflasi
tingkat pekerja informal pada tahun
karena
2009
mempunyai
pengaruh
D_INFLASI(-1)
pada
pengaruh
nilai
t
statistik
15,19%,
yang
tingkat
pekerja
mencapai
angka
D_INFORMAL(-1) adalah sebesar
tertinggi selama sepuluh tahun
1,505959 lebih kecil daripada nilai t
terakhir yaitu sebesar 73,12%
tabel.
Dari
hasil
representasi 13
Jurnal Pendidikan Ekonomi
Hasil penelitian ini bertolak
labour)
pada
sektor
formal.
belakang dengan Cost Push Teory
Berdasarkan model dual sektor,
yang
kelebihan penawaran pada sektor
dijelaskan
oleh
Waluyo
(2007) bahwa untuk mengetahui
formal
akan
menyebabkan
proses inflasi perkiraannya diamati
pergeseran tenaga kerja dari sektor
dari faktor kelembagaan yang dapat
formal ke sektor informal.
mempengaruhi upah dan harga
Ayu dan Kaluge (2009)
sehingga akan menaikkan biaya
menyampaikan pendapatnya bahwa
produksi, inflasi ini disebut cost
pengangguran
push inflation. Naiknya biaya (cost)
tahun ke tahun adalah selalu lebih
dalam penggunaan input produksi
tinggi dibandingkan dengan laki-
menyebabkan naiknya harga jual
laki.
produksi, sehingga menyebabkan
perempuan
kenaikan pada harga jual produksi,
melakukan kegiatan ekonomi agar
hal ini dikarenakan kebanyakan
dapat
pengusaha tidak mau menanggung
hidupnya. Hal itulah yang memicu
biaya input.
timbulnya dominasi peningkatan
Kecenderungan
kenaikan
perempuan
Sehingga
tenaga
berusaha
memenuhi
dari
kerja untuk
kebutuhan
penduduk perempuan yang bekerja,
harga tersebut yang menuntut buruh
sehingga
menuntut kenaikan upah agar dapat
meningkatkan tingkat partisipasi
memenuhi kebutuhan hidupnya dan
angkatan kerja di Jawa Timur.
dapat bertahan di tengah kondisi
Namun
inflasi. Menurut teori iron wage
penduduk perempuan yang bekerja
atau teori upah besi, kenaikan upah
umumnya hanya sebagai pekerja
akan
keluarga.
tenaga
menurunkan kerja
permintaan
sehingga
hal
dominasi
Oleh
ini
dapat
peningkatan
karena
itu
para
peningkatan jumlah tenaga kerja
penganggur akan semakin sulit
tidak selalu memberikan implikasi
mendapatkan pekerjaan dan para
yang positif terhadap peningkatan
pengusaha
pendapatan
disulitkan
dengan
pekerja,
karena
kenaikan biaya produksi. Dengan
penambahan jumlah tenaga kerja
adanya kebijakan upah minimum
hanya terserap sebagai pekerja
menyebabkan kelebihan penawaran
keluarga atau membantu kepala
tenaga kerja (excess supply of
rumah 14
tangga/suami
dalam
Pengaruh Inflasi Terhadap Tingkat Pekerja Sektor Informal di Provinsi Jawa Timur
melakukan kegiatan ekonomi yang
bilamana di pasar formal tercipta
sifatnya informal. Dari penjelasan
kesempatan kerja kembali sehingga
tersebut
mengundang
secara
tidak
langsung
pekerja
di
pasar
inflasi berpengaruh positif terhadap
informal untuk mendapatkan upah
tingkat tenaga kerja pada sektor
yang lebih baik.
informal.
Meskipun mengalami inflasi
Namun ternyata pada saat
serta tingkat tenaga kerja informal
terjadi inflasi, kenaikan tingkat
di Jawa Timur terbilang cukup
upah tidak secepat kenaikan harga
tinggi,
barang. Maka dari itu Lestyasari
terakhir ini jumlah tenaga kerja
(2013)
dalam
pada
tengah
seringkali mengalami penurunan
mengatakan
penelitiannya
bahwa
menghadapi
di
inflasi,
Upah
namun
sektor
karena
beberapa
informal
adanya
tahun
tersebut
kebijakan
upah
Minimum Provinsi (UMP) Jawa
minimun yang dapat mengkaver
Timur adalah yang paling rendah di
pekerja pada sektor formal di
Indonesia, sehingga pengeluaran
Provinsi Jawa Timur, terlebih lagi
biaya
tenaga kerja pada sektor formal di
produksi
perusahaan
di
tidak
setinggi
provinsi
lain.
Jawa Timur memperoleh upah di
Perusahaan akan lebih memilih
atas
bertahan, bahkan perusahaan dari
sehingga
daerah
memiliki daya tarik daripada sektor
lain
dimungkinkan
berpindah ke Jawa Timur karena
Upah
Minimum sektor
Provinsi,
formal
lebih
informal.
Upah Minimum Provinsi (UMP)
Keberhasilan pembangunan
adalah paling rendah dibandingkan
ekonomi yang dicapai diharapkan
dengan provinsi lain. Hal tersebut
dapat
yang menyebabkan menurunnya
terhadap peningkatan kesejahteraan
jumlah pekerja sektor informal 5
penduduk.
Suryana
tahun
memaparkan
bahwa
terakhir
ini
dikarenakan
berimbas
secara
positif
(2000) salah
satu
adanya peningkatan tenaga kerja
model pembangunan berorientasi
yang terserap pada sektor formal.
pada penciptaan tenaga kerja. Salah
Pergeseran
satu
tenaga
kerja
juga
yang
akan
dicapai
dari
dimungkinkan dari pasar informal
pembangunan ekonomi model ini
menuju pasar formal. Hal ini terjadi
adalah mengurangi pengangguran 15
Jurnal Pendidikan Ekonomi
yang
ditekankan
pada
sektor
pekerja
sektor
informal
yang
inflasi
mulai
informal di perkotaan dan sektor
diakibatkan
tradisional di pedesaan. Hal ini
mendekati garis keseimbangan atau
bertolak belakang dengan pendapat
garis equilibriumnya. Respon yang
Lestyasari (2013) yang mengatakan
ditunjukkan oleh tingkat pekerja
bahwa
sektor informal selama sepuluh
kemajuan
perekonomian
suatu negara dapat dilihat dari
oleh
periode selalu negatif.
tingginya pekerja di sektor formal
Karena inflasi memberikan
dibandingkan pekerja di sektor
guncangan terhadap tingkat pekerja
informal. Hal ini karena sektor
sektor
informal belum dapat menjamin
menyebabkan
kesejahteraan penduduk. Selain itu
hanya dapat memiliki kontribusi
Tim
Percepatan
atas variabelnya sendiri sekitar 95%
Kemiskinan
- 97% sedangkan sisanya adalah
Nasional
Penanggulangan
informal,
hal
itu
D_INFORMAL
(TNP2K) berpendapat bahwa para
kontribusi
pekerja di sektor-sektor informal
D_INFLASI. Kontribusi variabel
relatif rentan dikarenakan di sektor
D_INFLASI ini termasuk rendah
informal menyediakan lebih sedikit
karena masih di bawah 10%.
perlindungan terhadap resiko-resiko dan
guncangan,
Peramalan
variabel
untuk
tingkat
pekerja
inflasi selama beberapa tahun ke
informal juga tidak memiliki akses
depan hingga tahun 2023. Hasil
kepada
perlindungan
forecast menunjukkan bahwa angka
sosial. Para pekerja ini sangat
inflasi dari tahun 2014 sampai
rentan untuk jatuh ke bawah garis
dengan
kemiskinan.
mengalami peningkatan melainkan
program
para
dari
tahun
2023
tidak
Berdasarkan analisis IRF
terus mengalami penurunan, namun
(Impulse & Responses Function),
selisih tingkat inflasi dari tahun ke
inflasi
memberikan
tahun yang akan datang tidak
guncangan terhadap tingkat pekerja
terlalu besar. Peramalan inflasi dari
sektor informal dengan peningkatan
tahun 2014 hingga tahun 2023
sebesar 0,95863 standart deviasi
berkisar pada angka 7,3% dengan
pada periode pertama. Namun sejak
rentang basis angka antara 7,3431%
periode ke empat, respon tingkat
-7,3424%. Sedangkan Peramalan
sudah
16
Pengaruh Inflasi Terhadap Tingkat Pekerja Sektor Informal di Provinsi Jawa Timur
tingkat
pekerja
pada
sektor
tahun
sebelumnya
bertambah
informal pada tahun 2014 hingga
1% sedangkan variabel tingkat
tahun 2023 berkisar pada angka
pekerja sektor informal pada
68,5%, dengan rentang basis angka
tahun sebelumnya diasumsikan
antara 68,5344% - 68,5366%.
tetap, maka tingkat pekerja pada sektor informal pada tahun yang
Kesimpulan dan Saran
diteliti
Simpulan
penururnan
Berdasarkan hasil penelitian
akan
mengalami
sebesar
0.0906
persen.
dan pembahasan dapat disimpulkan
4. Peramalan inflasi dari tahun
bahwa:
2014 hingga tahun 2023 berkisar
1. Dari tahun 2003 hingga 2013
pada
angka
7,3%
dengan
lebih dari 50% penduduk bekerja
perbedaan basis angka antara
pada sektor informal, bahkan
7,3431% - 7,3424%, sedangkan
jumlah tenaga kerja pada sektor
peramalan tingkat pekerja pada
informal pada tahun 2007 sangat
sektor informal pada tahun 2014
tinggi, meningkat tajam dari
hingga tahun 2023 berkisar pada
tahun
angka 68,5% dengan perbedaan
sebelumnya.
Namun
jumlah tersebut cenderung terus
basis
berkurang dari tahun 2009.
68,5366%.
2. Inflasi
Jawa
Timur
selama
-
Berdasarkan hasil penelitian,
tingkat
maka saran yang dapat dikemukakan
tahun
beberapa saran dari penulis sebagai
dikarenakan adanya kebijakan
upaya dalam membantu mengatasi
pemerintah
masalah ketenagakerjaan di Provinsi
inflasi
bahan
Tingginya
68,5344%
Saran
sepuluh tahun terakhir bersifat fluktuatif.
angka
di
beberapa
menaikkan
bakar
minyak
harga serta
Jawa Timur adalah sebagai berikut:
adanya kenaikan harga indeks
1. Meningkatkan
pada beberapa komoditas. 3. Inflasi
mempunyai
lapangan
kerja
formal terutama untuk adanya
pengaruh
status dan jaminan sosial yang
negatif yang signifikan terhadap
lebih
tingkat pekerja sektor informal.
peningkatan kesjahteraan tenaga
Ketika variabel
kerja.
inflasi
pada 17
mampu
menopang
Jurnal Pendidikan Ekonomi
2. Meminimalkan
(jiae.ub.ac.id, diakses September 2013)
bertambahnya
pekerja pada sektor informal. Hal ini
dapat
dilakukan
Berentsen, Aleksander. dkk. 18 Maret 2008. Inflation and Unemployment in the Long Run, PIER Working Paper, (Online), (
[email protected], diakses 21 November 2013).
dengan
mendorong pertumbuhan sektor produksi sehingga bisa menyerap lebih banyak tenaga kerja serta pembatasan
atau
28
penghapusan
Badan Pusat Statistik. Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional Provinsi Jawa Timur 19982006. BPS Provinsi Jawa Timur.
sistem alih daya (outsourcing) agar tidak mudah terjadi PHK yang kemudian mendorong orang bekerja di sektor informal.
lebih mengendalikan tingkat upah
_________________. Data Makro Sosial dan Ekonomi Jawa Timur 1998-2006. BPS Provinsi Jawa Timur.
minimum di Provinsi Jawa Timur.
Berita
3. Pemerintah Provinsi Jawa Timur
Dengan upah minimum
yang
tidak terlalu tinggi, maka akan mengurangi Sehingga
biaya perusahaan
produksi.
Resmi Statistik. Keadaan Ketenagakerjaan Jawa Timur Agustus 2009-2011. BPS Provinsi Jawa Timur.
__________________. 2012. Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi Jawa Timur Bulan Desember 2011. BPS Provinsi Jawa Timur.
akan
memilih menyerap tenaga kerja di Provinsi Jawa Timur.
__________________. 2013. Keadaan Ketenagakerjaan Jawa Timur Agustus 2013. BPS Provinsi Jawa Timur.
Daftar Pustaka Ajija, Shochrul R. dkk. 2011. Cara Cerdas Menguasai Eviews. Jakarta: Salemba Empat.
__________________. 2013. Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi Jawa Timur Bulan Desember 2012. BPS Provinsi Jawa Timur.
Afrida BR. 2003. Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia.
Boediono. 1990. Ekonomi Moneter.Edisi 3. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Kedeputian Evaluasi Kinerja Pembangunan. 2009. Peran Sektor Informal Sebagai Katup Pengaman Masalah Ketenagakerjaan. Jakarta:
Ayu, Ida dan Kaluge, David. 2009. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengangguran Perempuan, (Online),
18
Pengaruh Inflasi Terhadap Tingkat Pekerja Sektor Informal di Provinsi Jawa Timur
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.
Yogyakarta: Yogyakarta.
Lestyasari, Devi. Tanpa Tahun. Hubungan Upah Minimum Provinsi dengan Jumlah Tenaga Kerja Formal di Jawa Timur, (Online), (ejournal.unesa.ac.id/article/59 , diakses 23 Desember 2013).
Surya, M. Iqbal. 2013. Pengaruh Tingkat Pengangguran Terhadap Inflasi di Kota Surabaya. Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya: PE FE Unesa. Suryana. 2000. Ekonomi Pembangunan Problematika Dan Pendekatan. Jakarta: Salemba empat.
Mankiw, N. Gregory. 2009. Teori Makro Ekonomi. Terjemahan oleh Imam Nurmawan. Jakarta: Erlangga.
Wahyuni, Daru. 2005. Peran Sektor Informal dalam Menanggulangi Masalah Pengangguran di Indonesia. Jurnal Economia, (Online), Vol. 1, No. 1, (http://staff.uny.ac.id/sites/defa ult/files/penelitian/Daru%20Wa hyuni,%20S.E.,M.Si./Daru%20 Wahyuni,%20PERAN%20SEK TORINFORMAL%20DAlAM %20MENANGGUlANGI%20 MASALAH%20PENGANGG URAN%20DI%20INDONESI A.pdf, diakses 24 Desember 2013).
Mulyadi. S. 2003. Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Murni,
BPFE-
Asfia. 2006. Ekonomika Makro. Bandung: PT Refika Aditama.
Nopirin. 2000. Ekonomi Moneter Buku II. Yogyakarta: BPFEYogyakarta. Poverty Breif. 2014. Kemiskinan dan Perekonomian. Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.
Waluyo, Dwi Eko. 2007. Ekonomika Makro. Malang: UMM PRESS.
Sanusi, Anwar: 2011. Metodologi Penelitian Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.
Zakaria, Junaiddin. 2009. Pengantar Teori Ekonomi Makro. Jakarta: Gaung Persada (GP Press) Jakarta.
Saskara, Ida A. N. dan Kaluge, David. 2009. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengangguran Perempuan. Journal of Indonesian Applied Economics, (Online), Vol. 3, No. 2, (http://jiae.ub.ac.id, diakses 28 September 2013). Sukirno, Sadono. 2000. Makroekonomi Modern. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Suparmoko. M. dan Irawan. 1999. Ekonomika Pembangunan.
19