INFLUENCE ANALYSIS OF JOB STRESS AND WORK-LIFE BALANCE ON THE ORGANIZATIONAL COMMITMENT AND ITS IMPACT ON THE EMPLOYEES PERFORMANCE OF PT.SINEMART INDONESIA
Ricky Indrawan Rantung Bina Nusantara University, JL Raya Kebon Jeruk, Jakarta, Indonesia,
[email protected]
MASRUROH (ADVISOR) Bina Nusantara University, JL Raya Kebon Jeruk, Jakarta, Indonesia,
[email protected]
Abstract The purpose of this research is to analyze and determine the effect of work stress variables and work-life balance to the organizational commitment and performance of employees at PT. Sinemart Indonesia. This research used a qualitative method to get an overview of the social phenomena that occur. Data collected by literature and field research. Analysis of the data in this study using hierarchical regression method (MRA) and assisted using SPSS 20.0 software. Hierarchical regression (MRA) is a method that can be used to determine the effect moderator of the relationship of independent variables with the dependent variable. Concluded, job stress can directly affect the performance of the employee, but the variable work-life balance can be related to employee performance through moderator variables, which is organizational commitment.
Keywords : Work Stress, Work-life Balance, Organizational Commitment, Employee Performance, PT. Sinemart Indonesia, Hierarchical regression(MRA)
Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis dan mengetahui pengaruh variabel stress kerja dan work-life balance terhadap komitmen organisasi dan kinerja karyawan pada PT. Sinemart Indonesia. Penelitian ini menggunakan
1
2 metode kualitatif untuk mendapatkan gambaran terhadap fenomena sosial yang terjadi. Pengumpulan data dilakukan dengan kepustakaan dan penelitian lapangan. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode Regresi Hirarkikal(MRA) dibantu menggunakan software SPSS 20.0. Regresi hirarkikal(MRA) merupakan metode yang dapat digunakan untuk mengetahui pengaruh moderator terhadap hubungan variabel independen dengan variabel dependen . Disimpulkan, stress kerja dapat berpengaruh langsung terhadap kinerja karyawan, namun variabel worklife balance dapat berhubungan dengan kinerja karyawan dengan melalui variabel moderator, yaitu komitmen organisasi.
Kata Kunci: Stres Kerja, Work-life balance, Kinerja Karyawan, PT. Sinemart Indonesia, Regresi Hirarkikal(MRA)
PENDAHULUAN
Latar Belakang Dalam menghadapi arus globalisasi saat ini, setiap perusahaan pasti bersaing untuk memenuhi kebutuhan para konsumen, memenangkan competitive advantage, dan memperoleh profit sebanyak mungkin. Begitu halnya dalam dunia pertelevisian di Indonesia saat ini, begitu banyak production house baru yang bermunculan dan siap bersaing dengan pendahulunya dengan suguhan produk yang fresh dan baru. Bukan saja fokus terhadap penciptaan sebuah produk yang baik untuk disuguhkan kepada para konsumen atau audience, melainkan bagaimana caranya bahwa acara atau produk yang dihasilkan production house tersebut memiliki ciri khas tersendiri yang secara tidak langsung menjadi identitas dari production house tersebut. Untuk mewujudkan hal tersebut maka diperlukan sumber daya manusia yang baik dan komitmen organisasi yang dapat membantu perkembangan perusahaan dalam mencapai tujuan dan keberhasilan organisasi. Mengapa sumber daya manusia dianggap penting dalam sebuah organisasi adalah jelas dikarenakan sebuah kenyataan bahwa individu-individu adalah elemen terpenting yang selalu ada dalam suatu perusahaan, tanpa mereka maka organisasi tidak mungkin dapat dijalankan secara optimal. Sedangkan Komitmen organisasi mengandung arti derajat dimana setiap karyawan terlibat dalam organisasi dan berkeinginan untuk menjadi anggotanya, dimana mengandung kesetiaan dan kesediaan untuk bekerja secara maksimal bagi organisasi tempat karyawan tersebut bekerja. PT.Sinemart Indonesia adalah sebuah production house yang telah berdiri selama kurang lebih 12 tahun terhitung sejak 17 Januari 2003, dan telah menghasilkan 150 judul program untuk televisi, dengan ribuan jam tayang untuk televisi. Ditambah lagi divisi Sinemart Pictures telah berhasil menghasilkan 20 film layar lebar. Dan sampai saat ini produksi PT.Sinemart Indonesia selalu menjanjikan rating tinggi dan tanggapan memuaskan dari publik nasional dan internasional (terutama Asia Tenggara). Sebuah rumah produksi biasanya menekankan inovasi kepada acara atau tayangan yang di produksi nya. Untuk itu diharapkan adanya karyawan-karyawan yang berkualitas agar dapat memunculkan ide, gagasan dan
3 koordinasi serta kerjasama yang baik agar dapat menjawab seluruh tantangan dalam pemenuhan kepuasan para audience. Dengan melihat pentingnya peran karyawan didalam organisasi ini membuktikan bahwa kinerja karyawan harus selalu optimal di setiap divisi. Pernyataan ini berimplikasi bahwa bagaimana suatu organisasi dapat bertahan hampir sebagian besar tergantung pada bagaimana kinerja karyawan tersebut. Kinerja karyawan adalah hasil kerja individu atau kelompok dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam organisasi sesuai dengan periode yang ditetapkan (Robbins dan Coulter 2005:226), sedangkan menurut Rivai dan Basri (2005), kinerja adalah kesediaan seseorang atau sekelompok orang untuk melakukan suatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawab dengan hasil seperti yang diharapkan. Yang berarti, berhasil atau tidaknya goal yang telah ditetapkan oleh sebuah organisasi dipengaruhi oleh tingkat kinerja dari karyawan secara individu maupun kelompok. Setiap Karyawan yang bekerja di PT.Sinemart Indonesia dituntut untuk menghasilkan ide-ide yang cemerlang untuk menjawab seluruh tantangan dalam proses penciptaan sebuat produk atau acara, waktu pelaksanaan yang terbatas dan kehadiran volume pekerjaan tidak bisa diatur waktunya, sehingga terkadang menyebabkan pekerjaan menjadi menumpuk dikarenakan tugas-tugas tersebut datang secara bersamaan. Hal ini dapat memunculkan stres kerja pada karyawan. Menurut Robbins (2007), Stres kerja merupakan fenomena psikologis, dimana terjadi ketidakseimbangan antara tuntutan pekerjaan dan ketidakmampuan individu dalam mengatasi tuntutan tersebut. Dan menurut hasil studi Highline Medical Services Organization (2007), Stres kerja berdampak kepada rendahnya produktivitas, tingginya tingkat absen, dan munculnya tekanan dalam tempat kerja itu sendiri. Oleh karena itu PT.Sinemart Indonesia harus dapat mengatasi stres kerja yang dialami oleh karyawan untuk memaksimalkan kinerja setiap karyawan. Selain itu seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, dengan waktu pelaksanaan yang terbatas dan kehadiran volume pekerjaan yang tidak bisa diatur waktunya, yang berujung pada menumpuknya tugas-tugas. Dengan menumpuknya tugas ini biasanya karyawan cenderung membawa pekerjaannya ini ke kehidupan pribadinya (diluar pekerjaan) atau ke rumah. Sehingga hal ini akan menyangkut Work-Life Balance dari karyawan tersebut dimana mereka akan sulit untuk mengendalikan kehidupan pekerjaan dan kehidupan pribadinya agar tetap seimbang. Dan fakta merujuk bahwa Work-Life Balance bukan hanya tentang keluarga, anak atau orang tua saja melainkan mengenai working less (Macinnes – British Journal of Industry relations), yaitu mengenai penggunaan waktu dari individu yang bersangkutan. Fasilitas seperti childcare atau eldercare tidak cukup bagi karyawan, karena yang sebenarnya mereka butuhkan bukan hanya sekedar fasilitas melainkan menghabiskan waktu yang sesungguhnya dan kesempatan untuk hadir di setiap harinya untuk keluarga mereka. Oleh karena itu biasanya para individu tersebut kini lebih memilih untuk bekerja part-time. Dimana jam kerja mereka tidak sama seperti jam kerja standar pada umumnya, melainkan hanya setengah dari jam kerja yang dipakai, dan selebihnya mereka akan lebih senang untuk menghabiskan waktu dengan keluarga. Namun hal ini menimbulkan munculnya isu baru, dengan banyaknya individu yang lebih memilih menjadi pekerja part-time, otomatis tingkat komitmen para karyawan tersebut dengan perusahaan atau organisasinya tidak akan sebesar para pekerja full-time. Dengan rendahnya tingkat komitmen karyawan maka rendah pula tingkat loyalitas karyawan terhadap perusahaan serta pekerjaannya itu, loyalitas tersebut merupakan bagian dari komitmen organisasi yang dimiliki oleh karyawan, seberapa besarkah para karyawan memiliki komitmen dengan pekerjaan, kelompok, serta
4 organisasinya, contohnya dalam hal menyenangi pekerjaannya, selalu siap menolong teman kerjanya, dan selalu berupaya untuk memaksimalkan kontribusi kerjanya sebagai bagian dari usaha organisasi keseluruhan. Dan jika masalah mengenai komitmen organisasi ini tidak ditanggapi serius oleh perusahaan atau organisasi dampaknya kan buruk terhadap kinerja serta tingkat produktivitas karyawan maupun keseluruhan organisasi. Berikut adalah data rating / share mingguan dari 2 sinetron unggulan Sinemart pada awal tahun 2015 , sebagai pengukur tingkat kinerja karyawan PT.Sinemart Indonesia : Tabel 1 : Data Rating/Shares Sinemart Periode Januari-Maret 2015 Rating / Judul
week
Share
Rating / week
maret 7 manusia harimau Tukang Bubur Naik
week
feb
4.2 / 16.9 1
Share
Rating /
jan
5.3 / 21.1 1
Share
5.3 / 23.3 1
Haji
3.7 / 16.5
4.8 / 17.9
4.3 / 17.9
7 manusia harimau
4.6 / 18.7
4.5 / 19.5
5.1 / 22.6
Tukang Bubur Naik
2
2
2
Haji
3.2 / 12.7
4.4 / 18.7
3.7 / 15.0
7 manusia harimau
4.8 / 20.9
4.4 / 20.5
4.3 / 19.4
Tukang Bubur Naik
3
3
3
Haji
4.7 / 17.5
4.2 / 16.6
4.2 / 18.6
7 manusia harimau
4.8 / 20.9
5.1 / 20.4
5.0 / 21.2
Tukang Bubur Naik
4
4
4
Haji
4.6 / 17.4
3.7 / 17.5
5.1 / 19.8
7 manusia harimau
5.1 / 21.5
-
-
Tukang Bubur Naik
5
Haji
4.4 / 18.0
-
-
Sumber:www.rptistar.wordpress.com Berdasarkan latar belakang penelitian diketahui bahwa rating setiap sinetron yang diproduksinya terutama kedua sinetron unggulannya ini “7 manusia harimau” dan “Tukang bubur naik haji” selalu berada di posisi yang sangat baik, bahkan ketika weekend. Namun pada bulan Maret rating dan share cenderung menurun disbanding bulan-bulan sebelumnya. Hal ini menjadi perhatian tersendiri oleh peneliti, karena bagaimana cara para karyawan Sinemart ini bekerja bisa dikatakan suatu hal yang sangat luar biasa. Karena diketahui bahwa sistem produksi sinetron ini adalah stripping atau harian, yaitu keadaan dimana para karyawan harus bisa memunculkan ide ide yang baru dan inovatif di setiap harinya, stress kerja karena tuntutan tugas yang diberikan production house tersebut pasti ada dan mungkin menjadi sebuah bentuk eustress atau stress yang positif.
5 Namun berdasarkan hasil wawancara kepada beberapa karyawan, mereka mengemukakan bahwa begitu beratnya tugas-tugas yang diberikan oleh perusahaan, misalnya saja, dalam mengerjakan satu episode saja membutuhkan waktu persiapan selama 3 hari, untuk mengurus breakdown, skenario, pemain, pemain tambahan (figuran), set, property, wardrobe, maupun perizinan. Dalam satu hari proses shooting itu berlangsung ditargetkan 3 episode selesai. Selain itu kini mereka tengah fokus mengerjakan 4 judul sinetron andalannya, yang mana diantaranya, Tukang Bubur Naik Haji, 7 Manusia Harimau, Sakinah Bersamamu, dan Aku Anak Indonesia. Lalu diikuti dengan kurang lebih 17 judul sinetron yang belum tayang. Belum lagi, kini mereka tengah fokus juga dalam menggarap sebuah judul sinetron yang diangkat dari film dan novel terlaris yaitu Assalamualaikum Beijing, yang bisa dikatakan sebagai proyek besar selanjutnya bagi Sinemart. Maka dari itu mereka beranggapan bahwa jadwal penyelesaian project mereka yang terlalu padat ini justru menyebabkan munculnya penumpukkan tugas. Sehingga mereka mengakui memang dampaknya sangat terlihat pada kualitas kinerja yang mereka tunjukkan untuk setiap sinetron yang dipegang. Oleh karena itulah rating serta share 2 sinetron andalannya ini menurun pada beberapa bulan terakhir ini. Jika hal ini hanya didiamkan saja maka ditakutkan kualitas dari produksi-produksi PT.Sinemart akan tidak sebanding dengan kuantitas yang selalu mereka jaga. Selain itu work-life balance menjadi faktor yang turut mempengaruhi hasil dari kinerja perusahaan, karena perusahaan harus mampu memberikan suatu bentuk keringanan bagi para karyawan untuk menyeimbangkan kehidupan kerja dan pribadinya, dan bagaimana caranya agar hal tersebut justru semakin meningkatkan kinerja dari para karyawannya, dengan rating harian atau mingguan sebagai acuannya. Dengan munculnya pressure yang menimbulkan stres kerja, dan work life balance yang mempengaruhi kehidupan karyawan, salah satu aspek yang diharapkan dapat menghubungkan antara ketiga variable tersebut terhadap kinerja karyawan yang positif adalah seberapa besar tingkat loyalitas karyawan kepada pekerjaan atau perusahaan tempat ia bekerja atau yang biasa disebut dengan komitmen organisasi. Maka peneliti bermaksud untuk mengetahui apakah kinerja karyawan pada PT.Sinemart Indonesia dipengaruhi oleh komitmen organisasi, stres kerja dan work-life balance karyawan. Dengan demikian peneliti mengambil judul “Analisis Pengaruh Stres Kerja dan Work-Life Balance Terhadap Komitmen Organisasi dan Dampaknya Terhadap Kinerja Karyawan PT.SINEMART Indonesia”
Kajian Pustaka Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini diantaranya adalah Dalam penelitian dengan judul “Job Stress and Job Performance Controversy Revisited: An empirical Examination in Two countries” oleh Muhammad Jamal (Concordia University) ,. dalam penelitian ini menunjukkan bahwa Stres kerja berpengaruh negative terhadap kinerja, Faktor organiasi memainkan peran penting dalam menghasilkan stress kerja dan individu dengan berbagai tingkat komitmen organisasi mungkin akan merasakan stress yang berbeda. Komitmen organisasi berpengaruh terhadap peningkatan kinerja karyawan, karyawan yang berkomitmen tinggi cenderung akan berusaha keras untuk mencapai goal organisasi, Penelitian oleh George E. Halkos dan Dimitros Bousinakis (University of Thessaly) dalam penelitiannya yang berjudul “The Influence of Stress and Satisfaction on Productivity” dalam penelitian ini menunjukan bahwa Produktivitas merupakan elemen yang dipengaruhi oleh dua faktor kualitatif, stres dan kepuasan. Peningkatan stres menyebabkan penurunan produktivitas dan peningkatan Kepuasan menyebabkan
6 peningkatan produktivitas. Penelitian oleh Syed Shahib ul Hasan dengan judul “Work-Life Balance, Stress, Working Hours and Productivity: A case Study of Fashion Retailers in UK” menunjukkan bahwa ada kebutuhan untuk organisasi mempertimbangkan secara serius dampak dari ketidakmampuan karyawan untuk mencapai work-life balance. Ketika pengusaha berkomitmen untuk membantu karyawan menyeimbangkan kehidupan mereka dengan pekerjaan, ada perbaikan yang pasti dalam kinerja, dan komitmen karyawan yang lebih besar untuk organisasi. organisasi yang mendukung inisiatif kerja work-life balance, memiliki kesempatan lebih besar untuk meningkatkan produktivitas, meningkatkan retensi, perekrutan, komitmen organisasi, dan loyalitas. Penelitian oleh Rini dalam penelitiannya yaitu “Pendekatan yang Digunakan Dalam Mengatasi Stres Kerja pada Suatu Organisasi” dalam penelitian ini menunjukan Stres yang tidak diatasi akan mempengaruhi kinerja karyawan. Penelitian yang berjudul “Analisis Work-life Balance, Keinginan untuk Meninggalkan Organisasi, Kepenatan (Burnout) dan Kepuasan Kerja pada Dosen Universitas Atma Jaya Yogyakarta” oleh Mega Rulita, dalam penelitian ini menunjukkan bahwa worklife balance dan kepenatan (burnout) memiliki hubungan positif dengan kepuasan kerja. Keinginan untuk meninggalkan organisasi memiliki hubungan negatif dengan kepuasan kerja Berdasarkan latar belakang dan penelitian sebelumnya, akan diteliti mengenai analisis pengaruh Stres Kerja dan Work-life balance terhadap Komitmen Organisasi dan dampaknya terhadap Kinerja Karyawan. Menurut Mondy (2010), stres adalah sebuah reaksi non-spesifik tubuh kepada setiap keadaan atau kebutuhan yang muncul, dan dapat memperngaruhi seseorang dengan cara yang berbeda-beda tergantung akan bagaimana kondisi individu tersebut Menurut Lockwood dalam Kreitner dan Cassidy (2006), work-life balance adalah suatu keadaan seimbang pada dua tuntutan dimana pekerjaan dan kehidupan seorang individu adalah sama. Dimana work-life balance dalam pandangan karyawan adalah pilihan mengelola kewajiban kerja dan pribadi atau tanggung jawab terhadap keluarga. Sedangkan dalam pandangan perusahaan work-life balance adalah tantangan untuk menciptakan budaya yang mendukung di perusahaan dimana karyawan dapat fokus pada pekerjaaan mereka sementara di tempat kerja. Menurut Mathis & Jackson (2006:122), Komitmen Organisasi didefinisikan sebagai sebuah tingkat sampai dimana karyawan yakin dan menerima tujuan organisasional, serta berkeinginan untuk tinggal bersama organisasi tersebut. Selain itu menurut Robbins (2007), Komitmen organisasi merupakan suatu keadaan dimana seorang karyawan memihak kepada suatu organisasi dan tujuan-tujuannya, serta berniat memelihara keanggotaannya didalam organisasi tersebut. Menurut Mangkunegara (2007: 67) Kinerja Karyawan adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Sedangkan menurut Dessler (2006) kinerja pegawai merupakan prestasi kerja, yakni perbandingan antara hasil kerja yang dapat dilihat secara nyata dengan standar kerja yang telah ditetapkan organisasi.
Identifikasi Masalah 1.
Bagaimana pengaruh stress kerja terhadap komitmen organisasi karyawan ?
2.
Bagaimana pengaruh stress kerja terhadap kinerja karyawan ?
7 3.
Bagaimana pengaruh work-life balance terhadap komitmen organisasi karyawan ?
4.
Bagaimana pengaruh work-life balance terhadap kinerja karyawan ?
5.
Bagaimana pengaruh Komitmen Organisasi terhadap kinerja karyawan ?
6.
Bagaimana pengaruh stres kerja dan work-life balance terhadap komitmen organisasi dan dampaknya terhadap kinerja karyawan ?
Tuiuan Penelitian 1.
Untuk mengetahui pengaruh dari Stres Kerja terhadap Komitmen Organisasi
2.
Untuk mengetahui pengaruh dari Stres Kerja terhadap Kinerja Karyawan
3.
Untuk mengetahui pengaruh dari Work-Life Balance terhadap Komitmen Organisasi
4.
Untuk mengetahui pengaruh dari Work-Life Balance terhadap Kinerja Karyawan
5.
Untuk mengetahui pengaruh dari Komitmen Organisasi terhadap kinerja karyawan
6.
Untuk mengetahui pengaruh dari Stres Kerja dan Work-Life Balance terhadap Komitmen Organisasi dan dampaknya terhadap Kinerja Karyawan
METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah asosiatif dan metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dengan skala likert (dengan pilihan jawaban sangat setuju sampai sangat tidak setuju). Time horizon yang digunakan adalah cross-sectional dimana pengumpulan data hanya dilakukan sebanyak satu kali pada waktu tertentu. Pengumpulan data dengan menyebarkan kuisioner kepada karyawan PT. Sinemart Indonesia yaitu sampel sebanyak 88 responden dan menggunakan Hierarchical Regression analysis dilakukan untuk menguji pengaruh variabel moderator terhadap hubungan antar variabel independen dengan variabel dependen pada penelitian ini.. Data ordinal yang diperoleh dari kuesioner kemudian dilakukan transformasi data menjadi interval dengan metode MSI menggunakan bantuan software Microsoft Excel 2007. Kemudian, menggunakan IBM SPSS 20.0 dilakukan berbagai pengujian yaitu uji validitas, uji reliabilitas, uji korelasi, uji normalitas, uji Heterokedatisitas, uji Multikolinieritas, uji regresi sederhana dan uji regresi hirarkikal (Hierarchical Regression).
8
HASIL DAN BAHASAN Setelah dilakukan pengujian validitas, reliabilitas, korelasi, maka sebelum melakukan uji regresi hirarkikal, akan diinterpretasikan terlebih dahulu hasil uji korelasi pada variabel Stres Kerja (X1), Work-life Balance (X2), Komitmen Organisasi (X3), dan Kinerja Karyawan (Y).
Tabel 2 Rangkuman Hasil Analisis Korelasi
Sumber: hasil Pengolahan data
keseluruhan pengaruh kausalitas variabel Stres Kerja (X1) dan Work-life Balance (X2) terhadap Komitmen Organisasi (X3) dan dampaknya terhadap Kinerja Karyawan (Y) dapat digambarkan dalam model struktur sebagai berikut:
9 Gambar 1 Diagram Jalur Keseluruhan Struktur Penelitian Sumber : hasil Pengolahan data
Dapat diketahui seluruh hasil regresi dari hubungan antar variabel. Hasilnya dirangkum dalam tabel di bawah ini:
Tabel 3 Rangkuman Hasil Pengaruh Berdasarkan Uji Regresi
Sumbe r : hasil Pengolahan data Hasil Analisis Individual Berdasarkan analisis regresi Hirarkikal yang dilakukan secara simultan diatas, telah diketahui Komitmen Organisasi (X3) terbukti dapat memoderasi hubungan tingkat Stres Kerja (X1) dan Work-life Balance (X2) Terhadap Kinerja Karyawan (Y) secara positif dan signifikan. Setelah dilakukan uji pengaruh secara simultan tersebut, kemudian dilakukan uji pengaruh secara individual dan diperoleh hasil sebagai berikut :
1. Stres Kerja (X1) berpengaruh secara signifikan dan negatif terhadap Komitmen Organisasi (X3). Berdasarkan temuan pada penelitian ini, Stres Kerja (X1) berpengaruh sebesar -0,308 dan signifikan terhadap Komitmen Organisasi (X3). Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan Stres Kerja (X1) yang dialami karyawan di PT. Sinemart Indonesia dapat mempengaruhi penurunan Komitmen Organisasi di lingkungan karyawan. Hasil analisis ini sesuai dengan Sager (1994), dalam Rismawan et al (2014, hal 433).
2. Stres Kerja (X1) berpengaruh secara signifikan dan negatif terhadap Kinerja Karyawan (Y). Berdasarkan temuan pada penelitian ini, Stres Kerja (X1) berpengaruh sebesar -0,437 dan signifikan terhadap Kinerja Karyawan (Y).. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan Stres Kerja (X1) yang dialami karyawan di PT.
10 Sinemart Indonesia dapat mempengaruhi penurunan kualitas Kinerja Karyawan secara signifikan. Hasil analisis ini sesuai dengan Sager (1994), dalam Rismawan et al (2014, hal 433).
3. Work-life Balance (X2) berpengaruh secara signifikan dan negatif terhadap Komitmen Organisasi (X3). Berdasarkan temuan pada penelitian ini, Work-life Balance (X2) berpengaruh sebesar -0,601 dan signifikan terhadap Komitmen Organisasi (X3). Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan Work-life Balance (X2) yang dialami karyawan di PT. Sinemart Indonesia dapat mempengaruhi Komitmen Organisasi (X3) secara signifikan. Jadi, apabila Work-life Balance meningkat, maka Komitmen Organisasi juga akan meningkat dengan signifikan. Hasil analisis ini sesuai dengan Malik et al (2010), dalam Rismawan et al (2014, hal 433).
4. Work-life Balance (X2) berpengaruh signifikan dan negatif terhadap Kinerja Karyawan (Y). Berdasarkan temuan pada penelitian ini, Work-life Balance (X2) berpengaruh sebesar -0,789 dan signifikan terhadap Kinerja Karyawan (Y). Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan Work-life Balance (X2) yang dialami karyawan di PT. Sinemart Indonesia dapat mempengaruhi kualitas Kinerja Karyawan secara signifikan. Jadi, apabila Work-life Balance meningkat, maka Komitmen Organisasi juga akan meningkat dengan signifikan. Hasil analisis ini sesuai dengan Elangovan (2001), dalam Rismawan et al (2014, hal 433).
5. Komitmen Organisasi (X3) berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap Kinerja Karyawan (Y). Berdasarkan temuan pada penelitian ini, Komitmen Organisasi (X3) berpengaruh sebesar 0,750 dan signifikan terhadap Kinerja Karyawan (Y). Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan Komitmen Organisasi yang dialami karyawan di PT. Sinemart Indonesia dapat mempengaruhi kualitas Kinerja Karyawan secara signifikan. Jadi, apabila Komitmen Organisasi meningkat, maka Kinerja Karyawan juga akan meningkat dengan signifikan. Hasil analisis
ini
sesuai
dengan
Mitchell
et
al
(2000),
dalam
Rismawan
et
al
(2014,
hal
433)
11
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah: a.
Variabel Stres Kerja memiliki hubungan yang tidak searah dan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap Komitmen Organisasi.
b.
Variabel Stres Kerja memiliki hubungan yang tidak searah dan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap Kinerja Karyawan.
c.
Variabel Work-life Balance memiliki hubungan searah dan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap Komitmen Organisasi.
d.
Variabel Work-life Balance memiliki hubungan searah dan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap Kinerja Karyawan.
e.
Variabel Komitmen Organisasi memiliki hubungan searah dan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap Kinerja Karyawan.
f.
Variabel Komitmen Organisasi terbukti memoderasi hubungan antara variabel Stres Kerja dan Work-life Balance terhadap Kinerja Karyawan pada PT. Sinemart Indonesia secara signifikan.
Saran-saran yang dapat diberikan berdasarkan penelitian ini kepada perusahaan adalah 1.
:
Berdasarkan variabel Stres Kerja. Berdasarkan data dari kuesioner yang telah disebar dengan berfokus kepada permasalahan yang ada di indikator ke-5. Indikator ini memiliki rata-rata penilaian yang paling tinggi dibanding dengan butir yang lain sebesar 3,13. dengan pernyataan “Tanggung jawab kerja yang anda emban terlalu besar”. Hal ini akan buruk dampaknya, karena nilai rata-rata tersebut berhubungan dengan tingkat stres kerja karyawan di perusahaan ini. Mereka merasakan tanggung jawab yang diberikan bagi mereka oleh perusahaan terlalu besar. Seharusnya dengan diberikan tanggung jawab ini oleh perusahaan justru akan berdampak kepada peningkatan kepercayaan diri dari karyawan, karena alasan perusahaan memberikan tanggung jawab tersebut pasti karena mereka telah menganalisa serta telah mengerti potensi dari karyawan-karyawannya. Oleh sebab itu jika karyawan justru merasa tidak nyaman dengan pemberian tanggung jawab itu berarti telah terjadi sebuah kesalahan persepsi dari pihak karyawan. Dari kesimpulan ini maka saran dari penelitian ini adalah seharusnya perusahaan harus bisa meyakinkan kembali para karyawannya akan potensinya tersebut. Misalnya saja, dengan membuat penghargaan kepada karyawan yang menunjukkan kinerja paling baik dibandingkan rekan-rekan kerjanya, sehingga mereka akan merasa bahwa kemampuan mereka lah yang membuat perusahaan percaya kepada dirinya. Dan dari itu diharapkan setiap karyawan akan mendapatkan kembali kepercayaan dirinya dan dapat terus memberikan kinerja terbaiknya bagi perusahaan.
12 2.
Berdasarkan variabel Work-life Balance Berdasarkan data dari kuesioner yang telah disebar dengan berfokus kepada permasalahan yang ada pada indikator ke-8. Indikator ini memiliki rata-rata penilaian yang paling kecil dibanding dengan butir yang lain sebesar 3,18 dengan pernyataan “Kondisi hubungan dengan rekan kerja menunjukkan sinyal yang positif”. Kurang adanya hubungan yang baik dan dekat antar sesama karyawan, berarti kurang adanya kesempatan mereka untuk menghabiskan waktu bersama rekan kerjanya diluar konteks pekerjaan. Hal ini terjadi biasanya karena kurangnya perusahaan dalam membuat kegiatan atau acara yang melibatkan seluruh karyawan untuk membangun interaksi hubungan diantara sesama karyawan.
Maka saran dari penelitian ini adalah perusahaan
harus lebih sering mengadakan kegiatan kebersamaan diantara karyawan, misalnya seperti outing, senam atau olahraga serta menggelar acara dihari-hari besar. Dengan ini diharapkan salah satu faktor yang menghambat keseimbangan kehidupan dan pekerjaan karyawan pada PT.Sinemart Indonesia dapat diminimalisir, sehingga dapat meningkatkan kualitas kinerja pada karyawan. 3.
Berdasarkan variabel Komitmen Organisasi Berdasarkan data dari kuesioner yang telah disebar dengan berfokus kepada permasalahan yang ada pada indikator ke-5. Indikator ini memiliki rata-rata penilaian yang paling kecil dibanding dengan butir yang lain sebesar 3,73 dengan pernyataan, “Berhubungan baik dengan rekan kerja di perusahaan tempat anda bekerja”. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa kembali terdapat permasalahan yang sama, yaitu kurang adanya hubungan yang baik dan dekat antar sesama karyawan. Maka salah satu alasan mengapa pernyataan ini bukan menjadi faktor penyumbang terbesar timbulnya komitmen organisasi karyawan kepada perusahaan adalah karena mereka masih belum merasa nyaman terhadap rekan kerjanya, sehingga hal tersebut berpengaruh terhadap pandangannya kepada keseluruhan perusahaan tempat ia bekerja. Dan saran dari penelitian ini adalah dengan memperbaiki hubungan antar karyawan seperti yang dijelaskan pada saran variabel Work-life balance. Oleh karena itulah ini bukti bahwa variabel komitmen organisasi berfungsi sebagai moderasi antar Work-life balance dengan Kinerja Karyawan. Jadi jika perusahaan ingin meningkatkan kinerja karyawannya maka perusahaan harus memperbaiki keseimbangan kehidupan dan kerja karyawan untuk membenahi Komitmen organisasi karyawan kepada perusahaan.
4.
Berdasarkan variabel Kinerja Karyawan Berdasarkan data dari kuesioner yang telah disebar dengan berfokus kepada permasalahan yang ada pada indikator ke-6. Indikator ini memiliki rata-rata penilaian yang paling kecil dibanding dengan butir yang lain sebesar 3,66 dengan pernyataan, “Anda mempunyai usaha untuk melakukan etika kerja bagi perusahaan”. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa kesadaran karyawan dalam melakukan etika kerjanya dengan baik masih kurang, sehingga perusahaan harus mencari cara untuk dapat meningkatkan etika kerja para karyawannya ini. Karena hal tersebut akan berdampak langsung terhadap kualitas kinerja yang ditampilkan oleh para karyawan
13 tersebut. Misalnya seperti lebih menegakkan peraturan di perusahaan, serta bukan hanya diucapkan, namun peraturan tersebut harus dibuat dalam bentuk tertulis dan ditempatkan di sudut-sudut strategis, agar karyawan selalu mengingat dan mematuhi peraturan tersebut.
REFERENSI A.A. Anwar Prabu Mangkunegara, 2007, Manajemen Sumber Daya Manusia, Cetakan Ke Tujuh PT. Remaja Rosdakarya, Bandung. Dessler, G. (2006) Human Resource Management. 11th edition. Pearson Prentice Hall. New jersey. Halkos, George E. Bousinakis, Dimitros. (2008). “The Influence of Stress and Satisfaction on Productivity”, University of Thessaly. Jamal, Muhammad. (2011). Job Stress and Job Performance Controversy Revisited: An empirical Examination in Two countries, Concordia University Kreitner, Robert, Cassidy, Charlene. (2006). Management, 12th Edition. Cengage Learning, SouthWestern, USA Mathis, R.L, Jackson, J.H. (2006). Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi sepuluh. Salemba Empat, Jakarta Mondy, R. Wayne. (2010). Human Resource Management. 11 th edition. Pearson Prentice Hall, New jersey. Rini (2010), “Pendekatan yang Digunakan Dalam Mengatasi Stres Kerja pada Suatu Organisasi.” ,Jakarta. Robbins, Stephen, Timothy A. Judge, 2007. Organizational Behavior, New Jersey; Prentice Hall Rulita, Mega. (2013). “Analisis Work-life Balance, Keinginan untuk Meninggalkan Organisasi, Kepenatan (Burnout) dan Kepuasan Kerja pada Dosen Universitas Atma Jaya Yogyakarta”, Yogyakarta. Ul Hasan, Syed Shahib “Work-Life Balance, Stress, Working Hours and Productivity: A case Study of Fashion Retailers in UK”
RIWAYAT PENULIS Ricky Indrawan Rantung lahir di Jakarta pada 15 April 1993. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara (Binus University), Jakarta dalam bidang Manajemen, program studi Bisnis dan Organisasi pada tahun 2015.