ANALISIS PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP PERMASALAHAN KEUANGAN YANG DIALAMI OLEH PERUSAHAAN (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR TAHUN 2011-2013) Christine Stefanus Ariyanto Universitas Bina Nusantara Jl. Kebon Jeruk Raya No. 27, Jakarta 11530 (021) 53696969
[email protected]
ABSTRAK Tujuan penelitian, ialah untuk menganalisa pengaruh penerapan Good Corporate Governance terhadap kemungkinan perusahaan mengalami kesulitan keuangan. Metode yang digunakan dalam penelitian untuk menyatakan suatu perusahaan mengalami kesulitan keuangan atau tidak dengan Altman Z-score. Objek dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar secara konsisten dalam Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011-2013. Sebanyak 72 sampel terpilih dengan menggunakan metode purposive sampling. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah ukuran dewan komisaris, komisaris independen, struktur kepemilikan perusahaan, komite audit sebagai variabel independen, dan variabel dependen yang berskala nominal yang menyatakan (1) untuk perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan dan (0) untuk perusahaan yang tidak mengalami kesulitan keuangan. Model dalam penelitian ini diuji menggunakan regresi logistik. Hasil dalam penelitian ini yaitu hanya komite audit yang berpengaruh signifikan terhadap kemungkinan perusahaan mengalami kesulitan keuangan Kata kunci : corporate governance, financial distress,z-score,GCG
ABSTRACT The purpose of this study is to analyze the influence of the implementation of Good Corporate Governance to the possibility of companies which experiencing in financial difficulties. The method used in this study to declare a company experiencing in financial difficulties or not is Altman Z-Score model. The object in this study are manufacturing company that consistently registered in Indonesia Stock Exchange in period of 2011 – 2013. Total samples are 72 companies selected by purposive sampling method. Variables used in this study are the size of board commisioners, independent commisioners, ownership structure of the company, audit committee as an independent variable and the dependent variable that has nominal scale, (1) for the company which experiencing financial difficulties and (0) for the company which didn’t experience financial difficulties. The model in this study were tested using logistic regression. The results in this study is only the audit committee which significantly influence to the possibility of companies experiencing financial difficulties. Keywords: corporate governance, financial distress,z-score,GCG
1
PENDAHULUAN Latar belakang Corporate Governance (CG) adalah salah satu hal yang selalu dibicarakan oleh para investor, terutama di Asia dalam Raharja (2014). Karena hal ini, para investor rela membayar lebih pada perusahaan yang telah menerapkan Good Corporate Governance (GCG). Penerapan GCG mulai ditekuni serius oleh banyak perusahaan. Pada tahun 2014 prestasi membanggakan kembali diraih oleh perusahaan dalam negeri. PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGN) yang mendapatkan penghargaan yang diakui secara internasional dalam ajang LACP 2013 Vision Award , dimana PT PGN mendapat peringkat ke-4 dalam kategori Top 100 Annual Report Worldwide Winner. Penghargaan ini pun menjadi bukti bahwa sebuah perusahaan yang ingin maju dan berkembang di dunia internasional harus memperhatikan pentingnya penerapan GCG dalam perusahaan mereka. Keasey (1993) dalam Sunarto (2003) di Almilia (2006) menyatakan bahwa corporate governance merupakan sebuah struktur, proses, budaya dan system untuk menciptakan kondisi operasional yang sukses bagi suatu organisasi. Sebenarnya istilah corporate governance sendiri mulai populer ketika Cadburry Commitee pada tahun 1992 membuat laporan yang dinamakan Cadburry Report (Tjager dkk. 2003) pada Setyaningrum (2005). Laporan ini dianggap sebagai hal yang menentukan praktek corporate governance di dunia. Sejak terjadinya peristiwa Worldcom dan Enron di Amerika Serikat pun telah meyakinkan bahwa pentingnya penerapan GCG. Asian Development Bank pun telah mengkaji apa saja faktor yang memberi kontribusi pada krisis di Indonesia. Dimana faktor – faktor tersebut adalah konsentrasi kepemilikan yang terlalu tinggi, tidak efektifnya fungsi pengawasan dewan komisaris, inefisiensi dan rendahnya transparansi mengenai prosedur pengendalian merger dan akuisisi perusahaan, terlalu tingginya ketergantungan pada pendanaan eksternal dan ketidak memadainya pengawasan oleh kreditor dalam Kaihatu (2006). Krisis berkepanjangan di Indonesia sejak tahun 1998 pun menjadi salah satu bukti bahwa lemahnya corporate governance yang diterapkan di perusahaan Indonesia. Herwidiyatmo (2000) dalam Setyaningrum (2005) mengatakan bahwa tata kelola korporasi yang buruk merupakan salah satu penyebab munculnya krisis moneter di Asia Tenggara, dan Indonesia yang terkena dampak paling parah akibat krisis tersebut. Dan sejak saat itulah corporate governance menjadi salah satu perhatian bagi para investor yang ingin berinvestasi di perusahaan. Naja (2004) menyatakan bahwa banyak negara sadar akan arti pentingnya corporate governance bagi sebuah perusahaan maupun negara yang telah menjadi kebutuhan penting untuk bertahan hidup dari derasnya persaingan global , dan menghindarkan diri dari kebangkrutan. Bahkan secara prinsip masalah corporate governance ini juga sudah menjadi kebutuhan, dimana semuanya menuju pada tujuan yang sama yaitu agar usaha yang dijalankan menjadi lebih baik, dapat memenangkan persaingan, dan bertahan dari gempuran luar yang semakin hebat. Ketiadaaan faktor – faktor yang berkaitan dengan transparansi, akuntabilitas, kewajaran, responsibilitas dan independensi dari para anggota perusahaan (direksi, komisaris dan pemegang saham) yang menyebabkan terpuruknya sebagian besar dunia usaha Indonesia. Dalam prinsip akuntabilitas, dimana hal tersebut berarti kejelasan fungsi, struktur, sistem dan pertanggungjawaban organ perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana dengan efektif. Struktur GCG dalam perusahaan merupakan hal yang penting, karena dalam struktur tersebut terdapat siapa saja yang terlibat dan tanggung jawab apa yang melekat sesuai dengan fungsinya masing – masing. Berdasarkan Undang – Undang Republik Indonesia No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UU Perseroan Terbatas) maka organ perusahaan haruslah terdiri dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Dewan Komisaris dan Direksi. Berdasarkan latar belakang di atas, maka ditemukan indikasi mengenai adanya hubungan struktur corporate governance sebuah perusahaan yang mempunyai pengaruh terhadap kemungkinan perusahaan mengalami kesulitan keuangan. Struktur yang terkait di dalam tata kelola perusahaan seperti dewan direksi, dewan komisaris, komite audit, komisaris independen dan kepemilikan institusional akan diukur apakah struktur tersebut mempunyai pengaruh terhadap kondisi keuangan suatu perusahaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ukuran dewan komisaris, proporsi komisaris independen, kepemilikan institusional yang rendah, kepemilikan dewan direksi dan komisaris yang tinggi, dan ukuran komite audit berhubungan dengan kemungkinan perusahaan mengalami kesulitan keuangan. Berdasarkan hasil kajian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh penerapan good corporate governance terhadap kemungkinan perusahaan mengalami kesulitan keuangan dengan judul penelitian “ANALISIS PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP PERMASALAHAN KEUANGAN YANG 2
DIALAMI PERUSAHAAN (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR TAHUN 2011-2013)” Penelitian terdahulu terkait pengaruh tata kelola perusahaan terhadap kemungkinan perusahaan mengalami kesulitan keuangan ditulis oleh Wardhani (2007) dimana variabel independennya terdiri dari tiga, yaitu ukuran dewan komisaris, independensi dewan komisaris dan struktur kepemilikan. Sedangkan variabel dependennya adalah variabel binary, yaitu perusahaan yang memiliki masalah keuangan atau perusahaan yang sehat secara keuangannya. Dalam penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa penambahan jumlah komisaris akan menurunkan kemungkinan perusahaan mengalami kondisi kesulitan keuangan melalui fungsi monitoring yang lebih baik, serta komisaris independen seharusnya tidak hanya ditempatkan untuk memenuhi persyaratan regulasi saja, namun juga harus menjalankan fungsinya dengan baik sehingga kondisi keuangan perusahaan dapat lebih baik. Penelitian selanjutnya ditulis oleh Utama (2004) dimana menghasilkan kesimpulan komite audit dibentuk untuk membantu dewan komisaris dalam fungsi pengawasan terutama yang berhubungan dengan kebijakan akuntansi dan pelaporan keuangan. CG adalah seperangkat peraturan yang mengatur hubungan yang terkait di dalamnya. Regulasi GCG mempunyai pengaruh terhadap mekanisme pengungkapan informasi perusahaan. Namun dalam skripsi ini penulis meneliti mengenai struktur dalam corporate governance yaitu ukuran dewan komisaris, proporsi komisaris independen, struktur kepemilikan perusahaan, dan komite audit yang berhubungan terhadap kemungkinan perusahaan mengalami kesulitan keuangan, dimana untuk menentukan sebuah perusahaan mengalami kesulitan keuangan atau tidak digunakan metode Altman Z-Score.
Landasan Teori Pengertian corporate governance, memiliki arti yang luas, dimana dalam penelitian ini, penulis mengambil pengertian corporate governance menurut Cadburry Committe. Definisi corporate governance menurut Cadburry Committe dalam Forum Corporate Governance Indonesia :“Seperangkat aturan yang mendefinisikan hubungan antara pemegang saham, manajer, kreditor, pemerintah, karyawan dan stakeholder internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan tanggung jawab mereka, atau sistem dimana perusahaan diarahkan dan dikendalikan.” Menurut Mintara (2008), corporate governance mensyaratkan sebuah perusahaan memiliki struktur perangkat untuk pencapaian tujuan dan pengawasan atas kinerja perusahaan. Dengan adanya good corporate governance adapun manfaat yang diperoleh perusahaan menurut FCGI, yaitu meningkatknya efisiensi operasional dan kinerja perusahaan lewat terciptanya pengambilan keputusan yang lebih baik dan peningkatan pelayanan pada stakeholder, perusahaan mendapatkan dana yang lebih murah dan tidak rigig sehingga meningkatkan nilai perusahaan, mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia dan meningkatkan shareholder’s value dan dividen karena pemegang saham puas akan kinerja perusahaan. Ukuran Dewan Komisaris Dewan Komisaris adalah salah satu mekanisme dalam tata kelola perusahaan dimana ia bertugas untuk mengawasi dan tugasnya terpisah dari dewan direksi yang menjalankan operasional perusahaan dalam UU no.40 tentang Perseroan Terbatas. Wardhani (2007) pun menyatakan bahwa dengan semakin banyaknya dewan komisaris yang dimiliki perusahaan, maka akan menguntungkan perusahaan dari segi pengelolaan sumber daya yang lebih baik, dengan semakin besarnya kebutuhan akan hubungan eksternal, maka kebutuhan akan dewan komisaris pun semakin tinggi. Selain itu dengan semakin besarnya jumlah komisaris berarti semakin besar juga fungsi pengawasan yang dilakukan terhadap pengambilan keputusan yang dilakukan oleh direksi dalam Triwahyuningtias dan Muharam (2012). Oleh karena itu muncul pertanyaan apakah dengan semakin banyaknya jumlah dewan komisaris yang dimiliki perusahaan dapat membantu mengatasi masalah perusahaan? Dari penjelasan tersebut diperoleh hipotesis sebagai berikut: Ukuran dewan komisaris dalam suatu perusahaan berhubungan dengan kemungkinan Ha1 perusahaan mengalami kondisi kesulitan keuangan. Proporsi Komisaris Independen Menurut Raharja (2014) dengan adanya komisaris independen diharapkan dapat meningkatkan peran dewan komisaris sehingga tercipta tata kelola perusahaan yang baik dalam perusahaan. Komisaris 3
independen diharapkan dapat memberikan pengawasan secara objektif, bersih dan sehat sehingga dapat membantu kinerja perusahaan dalam Ulya (2014). Masalah dalam CG menurut Wardhan (2007) adalah CEO yang lebih dominan dibandingkan dewan komisaris, dimana untuk menyeimbangkannya dipengaruhi oleh independensi dari dewan komisaris tersebut. Komisaris independen menjadi pihak eksternal yang independen agar keputusan yang diambil tepat dan menjauhkan perusahaan dari kesulitan keuangan dalam Triwahyunigtias dan Muharam (2012). Dari penjelasan tersebut diperoleh hipotesis sebagai berikut: Proporsi komisaris independen berhubungan dengan kemungkinan perusahaan mengalami Ha2 kondisi kesulitan keuangan. Kepemilikan Investor Institusional Bagi perusahaan yang sudah go public di bursa efek, maka wajar apabila terdapat kepemilikan selain perusahaan itu sendiri dimana yang akan saya bahas disini yaitu kepemilikan oleh investor institusional. Dimana mereka diyakini memperkuat fungsi pengawasan pada setiap pengambilan keputusan perusahaan sehingga dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap kinerja perusahaan dalam Kim, Nofsinger dan Mohr (2009). Dengan semakin besar kepemilikan oleh investor institusional akan mendorong semakin besar pengawasan terhadap perusahaan sehingga potensi perusahaan mengalami kesulitan keuangan berkurang dalam Emrinaldi (2007) dalam Triwahyuningtias dan Muharam (2012). Dari penjelasan tersebut diperoleh hipotesis sebagai berikut: Ha3 Semakin kecil presentase kepemilikan oleh institusional, semakin tinggi kemungkinan perusahaan mengalami kondisi kesulitan keuangan. Kepemilikan Dewan Direksi dan Komisaris Selain investor institusional, kepemilikan dalam perusahaan juga dapat dimiliki oleh dewan komisaris dan direksi. Dengan adanya kepemilikan oleh komisaris dianggap dapat menurunkan kemungkinan perusahaan mengalami kesulitan keuangan dikarenakan komisaris akan cenderung termotivasi untuk meningkatkan pengawasannya terhadap direksi dalam Ariesta dan Chariri (2013). Kepemilikan oleh dewan direksi sendiri dapat menurunkan masalah keagenan dikarenakan pemilik dan yang menjalankan sama menurut Jensen dan Meckling (1976). Tetapi dengan semakin banyaknya kepemilikan oleh direksi dan komisaris cenderun menimbulkan masalah asimetri informasi dimana direksi dan komisaris mempunyai informasi lebih banyak dibandingkan dengan pemilik perusahaan sehingga cenderung melakukan tindakan yang menguntungkan diri sendiri. Dari penjelasan tersebut diperoleh hipotesis sebagai berikut: Ha4 Semakin besar presentase kepemilikan oleh dewan direksi dan dewan komisaris berhubungan dengan kemungkinan perusahaan mengalami kondisi kesulitan keuangan. Ukuran Komite Audit Komite audit bertugas untuk membantu tugas dan fungsi dari dewan komisaris, dimana menurut FCGI seorang komite audit dapat memberi pandangan mengenai permasalahan akuntansi, pelaporan keuangan dan independensi dari auditor dan masalah pengendalian internal. Menurut Pembayun dan Januarti (2012) efektivitas komite audit akan meningkat jika ukuran komite audit meningkat, dikarenakan komite memiliki sumber daya yang lebih banyak untuk menangani masalah-masalah yang dihadapi oleh perusahaan, dan diharapkan keberadaan komite audit tersebut dapat menghindarkan perusahaan mengalami permasalahan keuangan. Selain itu KNKG juga menjelaskan bahwa setidaknya jumlah komite audit terdiri dari 3 orang, dimana diketuai oleh seorang komisaris independen dari dalam perusahaan dan dua orang eksternal yang independen yang mempunyai latar belakang akuntansi dan keuangan. Sehingga dengan semakin banyaknya komite audit yang dimiliki perusahaan, maka fungsi pengawasan mereka dalam membantu dewan komisaris pun semakin tinggi sehingga kemungkinan perusahaan mengalami kesulitan keuangan pun menurun. Dari penjelasan tersebut diperoleh hipotesis sebagai berikut: Ha5 Ukuran komite audit dalam suatu perusahaan berhubungan dengan kemungkinan perusahaan mengalami kondisi kesulitan keuangan
METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif. Data yang digunakan adalah data sekunder. Objek dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2011-2013. Dimana datanya berupa laporan keuangan dan laporan tahunan yang diambil dari www.idx.co.id. Jumlah perusahaan manufaktur tahun 2011-2013 berjumlah 4
138 perusahaan. Dari jumlah tersebut hanya 72 perusahaan saja yang diambil sebagai sampel dalam penelitian. Metode yang digunakan untuk mengolah data dalam penelitian ini adalah regresi logistik. Menurut Hosmer dan Lemeshow (1989) regresi logistik digunakan apabila variebel responnya bersifat kualitatif. Dimana dalam penelitian ini variabel dependennya bersifat dikotomi, yaitu perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan diberi kode satu (1) dan perusahaan yang tidak mengalami kesulitan keuangan diberi kode nol (0). Untuk menentukan apakah perusahaan mengalami kesulitan keuangan atau tidak, digunakan metode Altman Z-Score. Dimana metode ini dikemukakan oleh Edward I. Altman yang terdiri dari lima rasio keuangan. Perusahaan dianggap mengalami kesulitan keuangan apabila nilai Z-score nya < 2,675. Adapun model yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu : Ln (p/l-p) = DISTRESSEDf = 0 + 4BOARD_OWNt + 5SIZE t+ 6LEVt +
+
1COMSIZEt
7AUDIT_SIZEt +
2 INDEP_COMt
+
3INS_OWNt
+
i
Dimana: DISTRESSED : Nilai satu untuk perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan dan nilai 0 untuk lainnya. Perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan adalah perusahaan yang memiliki nilai z score kurang dari 2,675. COM SIZE : Ukuran (jumlah) dewan komisaris pada sebuah perusahaan di periode t, termasuk komisaris independen. INDEP COM : Proporsi komisaris independen dibandingkan dengan total jumlah komisaris pada sebuah perusahaan di periode t. Jumlah komisaris independen didasarkan pada laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan dan/ atau laporan BEI mengenai jumlah komisaris independen dalam tiap perusahaan .Laporan BEI yang digunakan adalah laporan pada akhir tahun. Apabila dalam laporan keuangan maupun laporan BEI tersebut tidak tercantum komisaris independen, maka jumlah komisaris independennya dianggap sama dengan nol. INS_OWN : Jumlah lembar saham yang dimiliki oleh investor institusional dibagi dengan total jumlah lembar saham yang beredar. Investor institusional mencakup bank, dana pensiun, perusahaan asuransi, dan lembaga keuangan lainnya. BOARD_OWN : Jumlah lembar saham yang dimiliki oleh komisaris terafiliasi (di luar komisaris independen) dan direksi dibagi dengan total jumlah lembar saham yang beredar. SIZE : Logaritma natural dari rata-rata Total Aset. Rata-rata Total Aset adalah jumlah total aset periode t dan t+1 dibagi 2. LEV : Total hutang dibagi dengan total ekuitas. AUDIT_SIZE : Jumlah komite audit pada sebuah perusahaan pada periode t, termasuk komisaris independen.
HASIL DAN BAHASAN Penelitian ini menggunakan aplikasi statistik SPSS 16 menggunakan analisa regresi logistik. Data yang sudah dimasukkan dalam SPSS 16 dianalisis dengan cara Analyze -> Regression -> Binary Logistic. Adapun hasil dari analisa tersebut : Tabel 1 Pseudo R Square Model Summary
Step 1
Cox & Snell R
Nagelkerke R
Square
Square
-2 Log likelihood 286.427a
.052
.069
a. Estimation terminated at iteration number 11 because parameter estimates changed by less than ,001.
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa nilai Nagelkerke R Square sebesar 0,069 dan Cox & Snell R Square 0,052. Hal ini berarti kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen adalah sebesar 6.9% dan terdapat 93,1% faktor lain diluar model yang menjelaskan variabel dependen
5
Tabel 2 Hosmer and Lemeshow Test Hosmer and Lemeshow Test Step
Chi-square
1
df
Sig.
8.710
8
.367
Berdasarkan tabel 2 Hosmer and Lemeshow Test (Goodness of Fit Test) digunakan untuk menentukan apakah model yang dibentuk sudah tepat atau tidak. Dimana hipotesisnya sebagai berikut : H0 = Model telah cukup mampu menjelaskan data (sesuai) Ha = Model tidak cukup mampu menjelaskan data Jika p value > α (0,05),maka H0 diterima. Sebaliknya jika p value < α (0,05), maka H0 ditolak. Dimana p-value =0,367, lebih besar dari α (0,05) maka H0 diterima. Dapat disimpulkan apabila model regresi logistik yang digunakan telah mampu menjelaskan data (sesuai). Tabel 3 Variables in the equation Variables in the Equation B a
Step 1
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
COM_SIZE
-.087
.097
.791
1
.374
.917
INDEP_COM
1.063
1.378
.595
1
.440
2.895
INS_OWN
-.203
.703
.083
1
.773
.817
BOARD_OWN
.001
.124
.000
1
.991
1.001
SIZE
.089
.110
.665
1
.415
1.093
LEV
.021
.026
.614
1
.433
1.021
-.852
.390
4.766
1
.029
.427
.011
2.784
.000
1
.997
1.011
AUDIT_SIZE Constant
a. Variable(s) entered on step 1: COM_SIZE, INDEP_COM, INS_OWN, BOARD_OWN, SIZE, LEV, AUDIT_SIZE.
Berdasarkan tabel 3 dapat dibuat persamaan regresi sebagai berikut : Ln (p/1-p) = DISTRESSED = 0,011 - 0,087COM_SIZE + 1,063INDEP_COM - 0,203INS_OWN + 0,001BOARD_OWN + 0,089SIZE + 0,021LEV - 0,852AUDIT_SIZE Uji Hipotesis a.
Ukuran dewan komisaris dalam suatu perusahaan berhubungan dengan kemungkinan perusahaan mengalami kondisi kesulitan keuangan H0 = variabel COM_SIZE tidak signifikan mempengaruhi y Ha = variabel COM_SIZE signifikan mempengaruhi y Jika p value > dari α (0,05) maka H0 diterima. Sebaliknya jika p value < dari α (0,05) maka H0 ditolak. Berdasarkan tabel 4.12 maka didapat p value untuk β1 adalah 0,374, dimana p value > α (0,05) maka H0 diterima. Dapat disimpulkan bahwa variabel independen dewan komisaris tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap kemungkinan perusahaan mengalami permasalahan keuangan. Hasil penelitian ini pun sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Triwahyuningtias dan Muharam (2012) dimana ukuran dewan komisaris mempunyai pengaruh yang negatif dan tidak signifikan terhadap financial distress. b. Proporsi komisaris independen berhubungan dengan kemungkinan perusahaan mengalami kondisi kesulitan keuangan. Hipotesis : H0 = variabel INDEP_COM tidak signifikan mempengaruhi y 6
Ha = variabel INDEP_COM signifikan mempengaruhi y Jika p value > dari α (0,05) maka H0 diterima. Sebaliknya jika p value < dari α (0,05) maka H0 ditolak. Berdasarkan tabel 4.12 maka didapat p value untuk β2 adalah 0,440, dimana p value > α (0,05) maka H0 diterima. Dapat disimpulkan bahwa variabel independen komisaris independen tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kemungkinan perusahaan mengalami permasalahan keuangan. Penelitian ini sejalan dengan Gideon (2005) dalam Triwahyuningtias dan Muharam (2012) dalam penelitiannya menyatakan bahwa komisaris independen tidak signifikan terhadap financial distress. c. Semakin kecil presentase kepemilikan oleh institusional, semakin tinggi kemungkinan perusahaan mengalami kondisi kesulitan keuangan. Hipotesis : H0 = variabel INS_OWN tidak signifikan mempengaruhi y Ha = variabel INS_OWN signifikan mempengaruhi y Jika p value > dari α (0,05) maka H0 diterima. Sebaliknya jika p value < dari α (0,05) maka H0 ditolak. Berdasarkan tabel 4.12 maka didapat p value untuk β3 adalah 0,773, dimana p value > α (0,05) maka H0 diterima. Dapat disimpulkan bahwa variabel independen kepemilikan institusional tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kemungkinan perusahaan mengalami permasalahan keuangan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Triwahyuningtias dan Muharam (2012) dimana kepemilikan institusional mempunyai pengaruh yang negatif terhadap kemungkinan perusahaan mengalami kondisi kesulitan keuangan. d. Semakin besar presentase kepemilikan oleh dewan direksi dan dewan komisaris berhubungan dengan kemungkinan perusahaan mengalami kondisi kesulitan keuangan. Hipotesis : H0 = variabel BOARD_OWN tidak signifikan mempengaruhi y Ha = variabel BOARD_OWN signifikan mempengaruhi y Jika p value > dari α (0,05) maka H0 diterima. Sebaliknya jika p value < dari α (0,05) maka H0 ditolak. Berdasarkan tabel 4.12 maka didapat p value untuk β4 adalah 0,991, dimana p value > α (0,05) maka H0 diterima. Dapat disimpulkan bahwa variabel independen kepemilikan oleh dewan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kemungkinan perusahaan mengalami permasalahan keuangan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Wardhani (2007), yang menyatakan dalam penelitiannya bahwa kepemilikan dewan komisaris tidak signifikan dalam kemungkinan suatu perusahaan akan mengalami tekanan keuangan. e. Komite audit dalam suatu perusahaan berhubungan dengan kemungkinan perusahaan mengalami kondisi kesulitan keuangan. Hipotesis : H0 = variabel AUDIT_SIZE tidak siginifikan mempengaruhi y Ha = variabel AUDIT_SIZE siginifikan mempengaruhi y Jika p value > dari α (0,05) maka H0 diterima. Sebaliknya jika p value < dari α (0,05) maka H0 ditolak. Berdasarkan tabel 4.12 maka didapat p value untuk β5 adalah 0,029, dimana p value < α (0,05) maka H0 ditolak. Dapat disimpulkan bahwa variabel independen komite audit mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kemungkinan perusahaan mengalami permasalahan keuangan. Penelitian ini pun sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pembayun dan Januarti (2012) dimana komite audit mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap financial distress
SIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan analisa data dan diskusi yang disajikan pada bab-bab sebelumnya berikut ini dijelaskan simpulan sebagai berikut: 1. Ukuran dewan komisaris memiliki pengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap kemungkinan perusahaan mengalami kondisi kesulitan keuangan. Yang dapat diartikan apabila jumlah dewan komisaris yang dimiliki oleh suatu perusahaan semakin besar, maka kemungkinan perusahaan tersebut mengalami kondisi kesulitan keuangan akan menurun. Karena dalam hasil pengujian statistik variabel ini dinyatakan tidak signifikan, dapat disimpulkan bahwa ukuran dewan komisaris tidak memiliki pengaruh yang signifikan 7
2.
3.
4.
5.
6.
terhadap kemungkinan perusahaan mengalami kondisi kesulitan keuangan. Atau dengan kata lain terdapat faktor lain diluar ukuran dewan komisaris yang dapat menjelaskan dan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kemungkinan suatu perusahaan mengalami kondisi kesulitan keuangan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaaan ukuran dewan komisaris pada perusahaaan yang tidak mengalami kondisi kesulitan keuangan dan perusahaan yang mengalami kondisi kesulitan keuangan. Proporsi komisaris independen memiliki pengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap kemungkinan perusahaan mengalami kondisi kesulitan keuangan. Yang berarti semakin besar proporsi komisaris independen, maka kemungkinan perusahaan mengalami kondisi kesulitan keuangan akan semakin besar. Apabila dilihat dalam uji statistik, variabel tersebut tidak signifikan, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel proporsi komisaris independen tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kemungkinan perusahaan mengalami kondisi kesulitan keuangan. Sehingga tidak ada ada perbedaaan proporsi komisaris independen pada perusahaan yang mengalami kondisi kesulitan keuangan dan yang tidak mengalami kondisi kesulitan keuangan. Kepemilikan oleh institusional memiliki pengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap kemungkinan perusahaan mengalami kondisi kesulitan keuangan. Yang dapat diartikan apabila kepemilikan oleh institusional yang dimiliki oleh suatu perusahaan semakin besar, maka kemungkinan perusahaan tersebut mengalami kondisi kesulitan keuangan akan menurun. Karena dalam hasil pengujian statistik variabel ini dinyatakan tidak signifikan, dapat disimpulkan bahwa kepemilikan oleh institusional tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kemungkinan perusahaan mengalami kondisi kesulitan keuangan. Atau dengan kata lain terdapat faktor lain diluar kepemilikan oleh institusional yang dapat menjelaskan dan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kemungkinan suatu perusahaan mengalami kondisi kesulitan keuangan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaaan kepemilikan oleh institusional pada perusahaaan yang tidak mengalami kondisi kesulitan keuangan dan perusahaan yang mengalami kondisi kesulitan keuangan Kepemilikan dewan direksi dan komisaris memiliki pengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap kemungkinan perusahaan mengalami kondisi kesulitan keuangan. Yang berarti semakin besar kepemilikan dewan direksi dan komisaris, maka kemungkinan perusahaan mengalami kondisi kesulitan keuangan akan semakin besar. Apabila dilihat dalam uji statistik, variabel tersebut tidak signifikan, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel kepemilikan dewan direksi dan komisaris tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kemungkinan perusahaan mengalami kondisi kesulitan keuangan. Sehingga tidak ada ada perbedaaan kepemilikan dewan direksi dan komisaris pada perusahaan yang mengalami kondisi kesulitan keuangan dan yang tidak mengalami kondisi kesulitan keuangan. Ukuran komite audit memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap kemungkinan perusahaan mengalami kondisi kesulitan keuangan. Yang dapat diartikan bahwa bila jumlah komite audit yang dimiliki perusahaan semakin besar maka kemungkinan perusahaan mengalami kondisi kesulitan keuangan akan semakin turun. Karena dalam hasil pengujian statistik variabel komite audit dinyatakan signifikan mempengaruhi kemungkinan perusahaan mengalami kondisi kesulitan keuangan. Hal ini dikarenakan fungsi komite audit yaitu mengawasi manajemen dan memastikan independensi dan objektivitas auditor eksternal. Dapat disimpulkan bahwa komite audit dalam perusahaan yang diteliti telah menjalankan perannya dengan baik sehingga tata kelola perusahaan yang mengharuskan adanya komite audit sangat berguna untuk mengurangi kemungkinan perusahaan mengalami kondisi kesulitan keuangan. Jumlah komite audit minimal berjumlah tiga dalam perusahaan pun mempunyai maksud agar tiap anggota komite audit yang mempunyai pengetahuan dan kelebihan masing-masing dapat bertukar pikiran. Variabel pengendali dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan dan leverage. Dimana ukuran perusahaan menunjukkan logaritma dari total aset perusahaan di tahun berjalan dan tahun selanjutnya. Karena setiap perusahaan mempunyai total aset yang berbeda, dengan memasukkan dalam variabel kontrol diharapkan dapat membuat model semakin fit. Tetapi apabila dilihat dari hasil uji statistik variabel ukuran perusahaan tidak signifikan atau dengan kata lain berapapun nilai logaritma dari total aset perusahaan, kemungkinan perusahaan mengalami kondisi kesulitan keuangan tetap sama. Sedangkan untuk leverage menunjukkan kemampuan perusahaan dalam melunasi hutang-hutangnya dan kewajibannya terhadap investor. Variabel leverage dimasukkan agar dapat memberikan pengaruh terhadap kondisi kesulitan keuangan adalah positif.
8
Saran Dari hasil penelitian ini, penulis ingin memberikan saran untuk penelitian selanjutnya: 1.
2.
3.
4.
5.
Untuk mengembangkan penelitian ini, penelitian selanjutnya mungkin dapat menggabungkan penelitian kuantitatif dengan penelitian kualitatif, sehingga didapatkan hasil yang lebih mendalam, dikarenakan penelitian ini hanya menggunakan penelitian kuantitatif dari laporan keuangan perusahaan. Memperbanyak sampel menjadi seluruh industri dalam perusahaan BEI, sehingga dapat dilihat apakah penerapan tata kelola perusahaan di Indonesia benar-benar mempengaruhi kondisi perusahaan. Berhubungan dengan model dalam penelitian ini masih kecil dalam menjelaskan pengaruh corporate governance terhadap kemungkinan perusahaan mengalami kesulitan keuangan, maka untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah variabel lain yang masih berhubungan dengan corporate governance , seperti dewan direksi, sekretaris perusahaan, RUPS, dll. Berhubung dengan informasi mengenai corporate governance, diharapkan FCGI lebih mengupdate informasi dalam websitenya, sehingga para pencari informasi yang ingin tahu lebih dalam mengenai corporate governance dapat mencarinya di website mereka. Bagi para investor yang akan menanamkan investasinya, melalui penelitian ini dapat dijadikan salah satu faktor pertimbangan dikarenakan kinerja dari salah satu unsur dalam corporate governance yaitu komite audit mempunyai pengaruh yang signifikan untuk membantu perusahaan terhindar dari kondisi kesulitan keuangan.
REFERENSI Almilia,Luciana Spica. (2006) Reaksi Pasar Publikasi Corporate Governance Perception Index Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang. Ariesta, Dwiki Ryno dan Chariri, Anis. (2013). Analisis Pengaruh Struktur Dewan Komisaris, Struktur Kepemilikan Saham dan Komite Audit Terhadap Financial Distress. Diponegoro Journal of Accounting .1 (1) :1-9 Asian Development Bank. (2012). Global Crisis, Remittances, and Poverty in Asia. Philippines:ADB Avenue . Diakses tanggal 3 Maret 2015 dari http://adb.org/sites/default/files/pub/2012/global-crisis-in-asia.pdf Jensen, Michael, and William Meckling. (1976) “Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency Cost, and ownership Structure.” Journal of Financial Economics 3: 305-360 Kaihatu, Thomas S. (2006) Good Corporate Governance dan Penerapannya di Indonesia. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan. 8(1) : 1-9 Kim, Kenneth A.; Nofsinger, John R. dan Mohr, Derek J. (2009). Corporate Governance (Third Edition). New Jersey:Pearson Prantice Hall Mintara, Y.H. (2008). Pengaruh Implementasi Corporate Governance Terhadap Pengungkapan Informasi . Jakarta : Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia Naja, Hasanuddin Rahman Daeng. (2004). Manajemen Fit and Proper Test. Yogyakarta : Pustaka Widyatama Pembayun, Agatha Galuh dan Januarti, Indra. (2012). Pengaruh Karakteristik Komite Audit Terhadap Financial Distress. Diponegoro Journal of Accounting 1 (1):1-15 Raharja, Ramadhan Sukma Perdana. (2014) Analisis Pengaruh Corporate Governance Terhadap Nilai Perusahaan. Diponegoro Journal of Accounting. 3(3):1-13 Setyaningrum, Diah. (2005). Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap Peringkat Surat Utang Perusahaan di Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia. 2(2):73-102 Triwahyuningtias, Meilinda dan Muharam, Harjum. (2012). Analisis Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Dewan, Komisaris Independen, Likuiditas, dan Leverage Terhadap Terjadinya
9
Kondisi Financial Distress (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2010). Diponegoro Journal of Management 1 (1) :1-14 Ulya, Maulida Athiatul. (2014). Pengaruh Corporate Governance Terhadap Kinerja Ekonomi Perusahaan Dengan Kinerja Lingkungan Sebagai Variabel Intervening. Skripsi tidak diterbitkan. Semarang : Program Sarjana Universitas Diponegoro. Utama, Marta. (2004). Komite Audit, Good Corporate Governance dan Pengungkapan Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia 1:61-79
Informasi.
Wardhani, Ratna. (2007) Mekanisme Corporate Governance Dalam Perusahaan Yang Mengalami Permasalahan Keuangan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia. 4(1) : 95-114 http://bisnis.liputan6.com http://www.fcgi.or.id/ http://knkg-indonesia.com/home Undang – Undang Republik Indonesia No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UU Perseroan Terbatas)
RIWAYAT PENULIS Christine lahir di Tangerang, pada tanggal 5 Juni 1993. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang ilmu Akuntansi dan Keuangan pada tahun 2015.
10