-\d
f
v./
il,
c'i-t't/" "'/ '+r
r^i
*
C
trr
i!r
rs$r Jl, Letjen Jamin Ginting No. 285 - 287 Pd, Bulan Medan Telp, 061 - 8218605, 8218589 Fax,061 - 8218605 Email :
[email protected],id Homepage : http://www.prestasi.ac.id
t*e
Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi ISSN:2301-797X
DAFTARISI PENGAMAN DATA STEGAIYOGRAFI DENGAh{ KOMBINASI LEAST SIGNIFICANT BIT DAN ALGORITMA RC4 Nirwan Sinuhaji, S.T., M.T Halaman 1 s.d.9 (Buku 1)
ANALISA JI]MLATI BATU BATA TERBUAI\IG PADA PEMBANGUNA}{ RUMAH Partahi IL Lumbangaol Halaman 10 s.d. 19 (Buku 1)
PERANCAI\IGAN SMART TELEVISION MEMAI\FAATKAN SENSOR PASSIVE INFRA RED BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51 Saut Matedius Situmorang Halaman 20 s.d.28 (Buku 1)
PENGARUH JENIS SEBARAI\I SERAT PADA KOMPOSIT SERAT TEBU DAN RESIN POLIESTER TERIIADAP SIFAT MEKA}IIS Charles Manurung, ST.,
MT.') Dr. Richard Napitupulu, t)
ST., MT.2)
Halaman 29 s.d.37 @uku
KONTRIBUSI TENAGA KERJA DALAM KELUARGA TERIIADAP PENDAPATAI\I USAHATANI WORTEL DI DESA RAYA, KECAMATAN BERASTAGI, KABUPATEN KARO Donny Ivan Samuel Simatupan& SPn M.Agb. Halaman 38 s.d.4l (Buku l)
LARUTAN HASIL FERMENTASI LIMBAII KUBIS SEBAGAI PENGAWET ALAMI IKAN SEGAR
Ir. Lestina Tiarma lda
Siagian, M.Si.
Halaman 42s.d.48 (Buku 1)
ANALISIS TINGKAT ADOPSI PETANI TERIIADAP PENERAPAN PEMANGKASA}I PADA TANAMAI\ KAKAO DI KECAMATAI\ STBOLANGIT KABUPATEN DELI SERDAI{G Helena Tatcher Pakpahan, SP, M.Si Halaman 49 s.d. 57 (Buku
l)
Volume: 4 No.l
- Mei 2015
ISSN:2301-797I( Volume: 4No.l - Mei2015
ANALISA JUMLAI{ BATU BATA TERBUAI\TG PADA PEMBAIIGT]NAI{ RUMAH Partahi II. Lumbangaol Dosen Fakultas Teknik Universitas HKBP Nommensen
(
[email protected])
ABSTRACT Research on waste level of brick material used for wall construction was conducted through field observations on one housing construction project in the city of Medan. Waste level in this report is defined as the difference between material bought / delivered to the point of application and the theoretical amount of material needed for 1 square meter of brick wall constructed. Data collection is carried out by observing a worker who lay brick material on certain part of wall area. 8 (eight) observations have been conducted during the research period. Percentage of wasted brick material found during this investigation varies from 9 to 24 % .
Keywords
:
building wosle, construction waste
PEIIDAHULUAN Industri konstruksi beserta industri bahan bangunan yang mendukungnya merupakan pengguna dominan sumbersumber alam. Produksi bahan bangunan membutuhkan sangat banyak energt dan karenanya juga meng-hasilkan banyak gas
rumah gas kaca. Adanya
kesadaran
lingkungan dan gerakan "green construction" (Kibert 1994) merupakan salah satu reaksi
terhadap besarnya pengaruh industri ini terhadap tercapainya "pembangunan yang berkelanjutan" (Sustainable Development) (Spence & Mulligan 1995, Ofori 1998 ). Material bahan bangunan merupakan komponen yang pentng dalam menentukan ksarnya biaya suatu proyek. Lebih dari separuh biaya proyek diserap oleh material lang digunaka. Pada t hap pelaksanaan konstmksi di lapangan sering terjadi sisa m.aterial yang cukup besar.
Besarnya persentase
limbah
rnenentukan berapa efisien penggunaan bahan bangunan dalam proyek konshuksi. Dapat dikatakan semakin kecil persentase limbah ini :raka akan semakin sustainable kegiatanyang
-engha-silkannya.
Di Indonesia keberadaan limbah i"''nstruksi ini baru diakui setelah UU No. 18 rhun 2008 tentang '?engelolaan Sampah" ::enggolongkannya sebagai'sampah spesifik' herupa'puing bongkaran bangunan'. Sebelumnya limbah konstruksi ini .i-:nggap merupakan limbah lain-lain bersifat Ithjelah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi
minor. Walaupun telah diakui sebagai 'sampah spesifik', penanganan limbah
konstruksi ini secara khusus belum diatur dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup sebagaimana disebutkan dalam Pasal 5 UU No. 18 tahun 2008. Dari segi biaya konstruksi, semakin besar persentase material yang berakhir menjadi limbah akan memperbesar biaya konstruksi. Dalam pelaksanaan konstruksi, perkiraan biaya konstruksi akan memasukkan level persentase tertentu biaya untuk menutupi
kehilangan material ini. Biasanya setelah semua biaya konstruksi dihitung, akan ditambahkan persentase tertentudari biaya untuk menutupi biaya-biaya yang mungkin keluar namun diluar perhitungan. Mengingat material batu bata memiliki harga yang relatif kecil disbanding material lain seperti kayu, ataupun besi, maka sering terjadi persentase batu bata yang berakhir menjadi limbah luput
dari
perhatian kontraktor
/
pelaksana
konstruksi.
PERUMUSAIT MASALAH Banyaknya material yang dibutuhkan untuk membangun dinding bata secara teoritis dapat dihitung dengan membagi luas dinding batayang direncanakan dengan luas satu unit batu-bata ditambah luasan spesi (mortar) yang dibutuhkan untuk merekatkan pasangan bata tersebut.
10
ISSN:2301-797X - Mei2015
Volume: 4No.1 Penelitian ini akan membandingkan jumlah batu bata teoritis tersebut dengan jumlah bata yang dibeli / didatangkan oleh
konstruksi tidak digunakan sesuai tujuan semula. Hal ini disebut sebagai limbah. Bagi
kontraktor untuk pekerjaan pasangan dinding
keuntungan.
bata tersebut.
Limbah konstruksi dapat timbul akibat berbagai macam kegiatan yang berlangsung pada suatu proyek. Material dapat hilang
Rasio antara material yang tidak terpasang dengan material yang dibutuhkan secara teoritis dianggap sebagai persentase material batu bata yang berakhir menjadi limbah.
Faktor-faktor penyebab timbulnya limbah ini akan diamati dan dibandingkan dengan studi literatur yang telah ada sebelumnya (Nagapan et al20l2, Skoyles dan Skoyles 1987, Wulandari 2001).
Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada pekerjaan dinding bata proyek
konstruksi bangunan perumahan
(bukan
gedung).
Penelitian bertujuan mengetahui persentase material batu bata yang menjadi limbah pada pekerjaan pemasangan dinding proyek bangunan rumah bukan gedung. STUDI PUSTAKA Latar belakang penelitian
ini adalah
penelitian sebelumnya terkait limbah konstruksi oleh Lumbangaol (2013) yang membahas kontribusi industri konstruksi dalam aliran sampah perkotaan. Selain itu perhatian pada bidang limbah konstruksi di lndonesia masih sangat terbatas. Material yang dibeli dan didatangkan ke lokasi proyek konstruksi tidak semua terpakai menjadi bagian dari bangunan.
Material yang digunakan
dalam
konstruksi dapat digolongkan dalam dua bagian besar yaitu:
a. Consumable materiol,
merupakan
material yang pada akhimya akan menjadi
bagian dan struktur
b.
fisik
bangunan, misalnya: semen, pasir, kerikil, batu bata, besi tulangan, baja, dan lain-lain. Non-consumable material, merupakan
material penunjang dalam
proses
konstruksi dan bukan merupakan bagian fisik dad bangunan setelah bangunan
tersebut selesai, misalnya:
bekisting,
dan dinding
perancah, penahan
sementara.
kontraktor,
hal ini akan mengurangi
akibat diletakkan begitu saja
di
tanah atau
dapat rusak karena cara penyimpanannya yang kurang baik, sehingga material tersebut tidak dapat digunakan lagi.
Proye konstruksi juga
menimbulkan dampak
dapat
tidak baik
bagi
ini berkaitan dengan penggun&rn material yang tidak ramah lingkungan. Ofori (1992) mengkategorikan lingkungan. Hal
dampak-dampak tersebut sebagai
:
(a) Kemunduran sumber daya alam seperti kehabisan sumber daya hutan yang diakibatkan oleh penggunaan kayu ; kerusakan tanah karenan pengambilan pasir, lempung dan kandungan lainnya seperti batu kapur ; penggun:um energi untuk produksi dan mengangkut bahanbahan serta untuk melancarkan kegiatan di suatu proyek konstmrksi.
fisik
seperti Dam yang menyebabkan pengalihan aliran air alami, hilangnya beberapa jenis tumbuhan disekitar lokasi, rusaknya keseimbangan ekologi yang membahayakan kesehatan ; pembangunan gedung di area perumahan
(b) Gangguan
menyebabkan kebisingan ; konstruksi jalan raya mengurangi kestabilan daerah berbukit-bukit yang rapuh ; secara umum, pembangunan mengarah ke rusaknya daerah pertanian, hilangnya kemungkinan
penghutanan kembali, erosi tanah, berkurangnya daerah resapan ak, gangguan ekosistem dan perubahan iklim.
(c) Polusi bahan kimia disebabkan
oleh
partikel-partikel yang dilepaskan ke udara
akibat produksi dan
pengangkutan
material-material seperti semen ; polutan yang terbentuk selama proses konstruksi
;
serat-serat yang terlepas yang menggunakan asbes ; tumpahan bahan kimia dan pembuangan bahan sisa yang
bangunan
selama proses pengerjaan sembarangan.
Besarnya kuantitas sisa material yang
terjadi sangat berkaitan erat
dengan
manajemen material. Kehilangan banyak terjadi karena bahan yang dikirim ke lokasi
Majalah llmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi
IEMS JEMS LIMBAH KONSTRUKSI
dan
Skoyles Skoyles (1987) menggolongkan limbah konstruksi dalam 4 t1
ISSN:2301-797X Volume: 4No.1 - Mei2015 kategori, yaitu Limbah Alami (natural waste), Limbah Langsung (direct waste), Limbah Tidak Langsung (indirect woste), dan Limbah Konsekuensi (cons equential
w
-
Penyimpanan
di gudang dan penyimpanan
sementara di sekitar bangunan ; Diakibatkan
oleh penyimpanan yang burulq termasuk perpindahan dan proses penurunan material
aste).
Limbah Alami (natural waste) terkait dengan pembentukan limbah yang kadangkala tidak dapat dihindarkan, seperti pemotongan kayu untuk penyambungan ataupun cat yang menempel pada kalengnya. Ada suatu tingkatan dimana suatu limbatr tidak dapat dikurangi jika biaya pencegahannya lebih besar dari harga material yang dihemat. Oleh karena itu ada suatu level dimana suatu limbah harus terjadi dalam batas toleransi.
Batasan yang disebutkan inilah yang dinamakan limbah alami. Permasalahannya adalah tingkat alami dari limbah yang timbul tergantung pada keefektifan biaya yang
di
sekitar lokasi dan peletakannya pada
tempat tujuan.
- Limbah akibat
proses perubahan bentuk
material ; Yang termasuk dalam kategori ini adalah akibat pemotongan menjadi bentuk
yang tidak ekonomis, seperti proses pemotongan
kuyo, penyerutan dan
sebagainya.
- Limbah selama proses perbaikan ; Diakibatkan tercecernya bahan yang digunakan, tumpah ataupun dibuang selama proses perbaikan berlangsung.
- Limbah akibat proses pemotongan ;
dapat kita ambil contoh kasus kantong semen yang diletakkan di tempat tertutup. Jumlah semen yang terbuang masih dapat ditoleransi
Diakibatkan pemotongan material menjadi ukuran standar, sambungan maupun bentukbentuk yang tidak beraturan. Limbah sisa ; Bahan-bahan dalam kaleng seperti mortar untuk pekerjaan pasangan batu bata, bahan plester dan cat yang tumpah, serta bahan-bahan dalam kaleng
dibandingkan dengan meletakkannya di
setelah
digunakan dalam pendekatan
untuk
mengontrolnya.
Untuk menggambarkan limbah alami
jika
tempat terbuka dengan resiko kerusakan
semen yang tersedia
dan
selanjutnya
-
yang tidak ditutup kembali
-
berhubungan dengan harga yang paling efektif
yang masih dapat terkontrol. Contoh ini menggambarkan maksud dari tingkat limbah yang masih dapat ditoleransi jika ada control material di lokasi proyek. Sehin$g4 biaya untuk menghindari kemungkinan timbulnya limbah lebih sedikitjika dibandingkan dengan biaya untuk memperbaiki akibat yang terjadi karena timbulnya limbah. Limbah Langsung (direct waste) dapat terjadi pada setiap tahap proses pembangunan.
digunakan. Penggunaan bahan yang
tidak ekonomis ; Meliputi bahan yang ditinggalkan begitu saja saat tidak digunakan, ataupun bahan yang tidak digunakan seoptimum mungkin.
-
Manajemen yang kurang baik
; Kerugian
dapat terjadi akibat keputusan yang kurang
-
tepat dan tidak berhubungan dengan yang lainnya akibat pengorganisasian yang buruk. Limbah akibat pengguruum yang salah ; Hal ini timbul akibat digunakannya tipe atau kualitas material yang salah.
saat
- Limbah akibat spesifikasi material yang salah ; Hal ini berkaitan dengan adanya
penyimpanan, pemindahan material, maupun
kesalahan, khususnya pada rencana kerja
Biasanya limbah
ini
terjadi pada
pada saat pengerjaan. Hal ini dapat juga te{adi sebelum material mencapai lokasi kerja atau sesudah sesuatu pekerjaan selesai. Jika pengecekan pada lokasi tidak berjalan dengan baik, kerusakan ataupun penurunan standar material dapat terjadi. Hal ini mengakibatkan tambahan biaya untuk
membeli material pengganti. Beberapa kategori limbah langsung adalah akibat kegiatan-kegiatan sebagai berikut: - Limbah akibat adanya kegiatan pengiriman ;
dan spesifikasi.
- Timbulnya limbah akibat
kurangnya pelatihan ; Biasanya dilakukan oleh orang baru, buiuh yang tidak terlatih, serta buruh pada proses operasi yang baru.
Limbah tidak langsung (indirect woste)
unfuk seorang kontraktor berkaitan dengan masalah pembelian bahan. Material tidak hilang secara fisik. Uang yang digunakan untuk membeli material akan terbuang jika digunakan untuk satu kepentingan dimana ada
Semua kehilangan pada saat terjadinya
material yang ternyata lebih murah. Kerugian
pengiriman ke lokasi, penurunan barang dan
diakibatkan oleh adanya perbedaan harga antara material yang digunakan dengan
pada saat penempatan ke gudang.
Majalah tlmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi
t2
Volume:
material yang mungkin dapat digunakan. Penyebab timbulnya limbah tidak langsung
-
:
Adanya penggantian material (substitution
waste\; Terkadang penggantian suatu material merupakan hal yang disengaja. Biasanya hal ini akibat menghindari limbah langsung terkait kerusakan material ataupun
untuk menghindarkan keterlambatan waktu pengerjaan karena umur material murah yang pendek. Oleh sebab itu, biaya akan lebih efektif jika menggunakan material yang tersedia di pasaran daripada mencari material lain yang lebih murah tetapi
mengakibatkan
tingginya
ongkos pengangkutan, keterlambatan pekerjaan dan
-
kesulitan lain dengan biaya lebih besar daripada selisih harga material itu sendiri. Limbah produksi Qtroduction waste); Ada beberapa material yang digunakan oleh kontraktor yang tidak diperhitungkan dalam pembayaran. Hal ini dikarenakan pada saat pengukuran tidak diperhitungkan biaya untuk ukuran lahan yang digali, tidak ratanya permukaan yang perlu diplester dan
sebagainya. Metode pengukuran yan9
ISSN:2301-797)( Mei2015
4No.l -
Limbah Konsekuensi (consequential waste) ; Dalam limbah langsung (direct waste) telah disebutkan bahwa salah satu penyebabnya adalah karena adanya kerusakan
yang disebabkan oleh
kesalahan
penyimpanan. Kerusakan ini harus diperbaiki atau perlu diadakan penempatan kembali
dengan yang lebih baik dan tentu saja membutuhkan biaya. Oleh sebab itu, limbah jenis ini disebut juga limbah konsekuensi (consequential waste). Salah satu contoh dari penyebab timbulnya limbah ini adalah karena adanya keterlambatan kerja yang disebabkan oleh tidak cukupnya material tersedia sehingga produktivitas kerja menjadi rendah. Akibatnya terjadi braya ekstra karena keterlambatan tersebut.
Limbah tidak hanya dilihat
sebagai
kehilangan material s4ia atau sebagai jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk
mengangkut material, tetapi juga sebagai kehilangan sumber daya yang digunakan dalam berproduksi, biaya pengiriman material baru ke lokasi dan keuangan. Limbah
langsung yarrg ditimbulkan
oleh
sub-
digunakan kurang peka terhadap prakteknya
kontraktor dapat
antara ukuran bucket dan penggalian yang dibutuhkan akan menuju kearah kelebihan material.
'consequential waste' bagi kontraktor utama. Hal ini timbul karena adanya keterlambatan pengiriman ataupun akibat adanya material yang ditinggalkan begitu saja di sekitar lokasi pekerjaan yang membuat lokasi menjadi
di lapangan, dalam hal ketidak sesuaian - Limbah yang terbentuk selama
proses
konstruksi (operational woste) ; Hal ini lebih mengacu kepada material yang digunakan untuk operasi pelaksanaan tetapi tidak disebutkan berapa jumlah yang dibutuhkan di dalam dokumen kontrak. Material-material ini biasanya merupakan bagian dari pekerjaan sementara serta material yang tidak disebutkan seperti bedeng tempat tinggal sementara pekerja.
- Akibat
adanya kelalaian (negligence waste) ; Disebabkan karena adanya kesalahan pada
lokasi (site errors), contohnya
adalah
penggunaan material yang tidak diperlukan. Bahkan kadang-kadang terjadi penggunaan material yang melebihi spesifikasinya
seperti kelebihan dalam memperhitungkan tinggi pondasi yang diperlukan. Hal ini akan
menyebabkan terjadinya penyesuaian dengan ukuran yang diperlukan sehingga
mengakibatkan
semakin berbahaya.
FAKTOR PE}IYEBAB
TIMBULNYA
LIMBAH
Faktor penyebab terjadinya limbah ataupun sisa material dapat dilihat dalam Tabel 1 dibawah. Diantara beberapa faktor tersebut yang merupakan penyebab utama terjadinya limbah terkait dengan faktor desain dimana 'perubahan desain' dan 'kesalahan
dalam dokumen kontrak'
merupakan penyebab yang dapat mengakibatkan besamya persentase material yang menjadi limbah.
Tabel 1. Faktor Penyebab Timbulan Limbah Konstruksi Io. iumber I Desain
Penvebab
perlu pembongkaran pada pekerjaan yang sudah jadi, oleh karenanya material akan
- Kesalahan dalam dokumen kontrak. - Ketidak lengkapan dokumen kontrak. - Perubahan desain. - Memilih spesifikasi produk. - Memilih produk yang berkualitas rendah.
terbuang.
-
Kurang memperhatikan ukuran
dar
produk yang digunakan. -
Majalah llmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi
Desainer tidak meneenal densan bail
t3
ISSN:2301-797){
Volume: 4No.1 - Mei2015 jenis-jenis produk lain. Pendatailan gambar yang rumit. Informasi gambar yang kurang. Kurang berkoordinasi dengan kontrakto
& kurang
berpengalaman tentanl
konstruksi. 2
Penga daan
-
Kesalahan pemesanarl kelebihau kekurangan, dsb.
tidak dapat dilakukan dalam jumlah kecil. - Pembelian material yang tidak sezuai - Pesanan
dengan spesifikasi - Pemasok mengirim barang
tidak sesuai dengan spesifikasi, Kemasan kurang
baik, menyebabkan terjadi
kerusakan
dalam perialanan. J
Material yang tidak dikemas
Penanganan
dengan
Kerusakan material akibat transportasi ke/di lokasi orovek -
Kesalahan yang diakibatkan tenagl
keda- Peralatan tidak berfungsi dengan baik. - Cuaca yang buruk. - Kecelakaan pekeda di lapangan. - Penggunaan material salah sehingga perlu diganti. - Metode untuk menempatkan pondasi. - Jumlah material yang dibutuhkan tidak diketahui karena perencanaan yang tidak sempuma-
yang
- Informasi tipe dan ukuran material yang akan digunakan terlambat disampaikan kepada kontraktor. - Kecerobohan mencampur, mengolah
dan
kesalahan dalam
penggunaan
material sehingga perlu diganti. - Pengukuran lapangan tidak akurat sehinssa teriadi kelebihan volume.
di
5
Residual
Sisa pemotongan material tidak dapat dipakai lagi.
Kesalahan
pada saat
memotong
material.
a
Kesalahan pesanao barang, karena tidak menguasai spesiflkasi. Kemasan. Sisa material katena nroses oemakaian. L-ain-
lain
- Kehilangan akibat pencurian - Buruknya pengontrolan material di proyek dan perencanarm manajemen terhadap sisa material
-i,i-Jer : Bossinkdan Brorwer PE
\-E
Dari penelitian tersebut dapat dilihat banyaknya material bata yang terbuang berkisar antara 5% hngga lebih dari 55%o dan bervariasi sesuai dengan jenis bangunan yang diteliti. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa penyebab utarna adanya limbah, antara lain : kesalahan dalam dokumen kontralq perubahan desain, kesalahan pemesanan, kecelakaan, lrurangnya kontrol lokasi proyek, kurangnya
manajemen limbah, kerusakan
selama
Material yang terkirim dalam keadaan
menyebabkan kerusakan.
Pelaksana an
Tam (2010), Wulandari (2001).
pengangkutan dan pemotongan bahan.
baik. tidak padat / kurang. Membuang atau melempar material. Penanganan material yang tidak hati-hati pada saat pembongkaran untuk dimasukkan ke dalam gudang. Penyimpanan material yang tidak benar
4
al Q0l0), Gavilan dan Bernold (1994), Nagapan et al (2012a),Nagapan et al (2012b), Poon e, al (2001), Shen el al (2002),
Dovia et
LITIAN SEBELUMI{YA
Penelitian sebelumnya berkaitan dengan sumber dan banyaknya material yang rerhrang menjadi limbah dapat dilihat dalam
Hrjaleh trmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi
METODOLOGI PU\MLITIAN Pengamatan pemakaian bata untuk keseluruhan proyek pembangunan rumah tinggal memerlukan waktu yang panjang. Dari sejak proyek pertama kali dikerjakan hingga selesainya seluruh pekerjaan. Hal ini tidak mungkin dilakukan karena batasan waktu penelitian yang hanya sekitar 12 minggu. Oleh karenany4 maka penelitian ini dibatasi pada proses pembuatan dinding dan banyaknya limbah yang timbul terkait proses pembuatan dinding bata.
Penelitian dilakukan dengan mengamati langsung kegiatan proses pembuatan dinding yang menggunakan batu bata konvensional berukuran standar. Berapa jumlah bata yang dibawa ke titik lokasi pemasangan batadicatat dan selanjutnya dibagi dengan luas dinding yang dikerjakan (didapat dengan mengukur
langsung
di
lapangan). Kegiatan ini
menghasilkan jumlah bata yang dihabiskan
untuk 1 m2 dinding yang diamati. Nilai ini dibandingkan dengan jumlah teoritis bata yang dibutuhkan oleh dinding seluas yang dikerjakan selama pengamatan langsung.
Jumlah teoritis batu bata yang mZ dinding dihitung
dibutuhkan setiap sebagai berikut
:
Ukuran batu bata yang digunakan : p =
18cm,l=9cm,t=5cm
Jarak spesi antar bata sebesar 2 cm.
Maka luas pennukaan dinding yang dihasilkan pasangan 1 batu bata meqiadi (0, 1 8+0,02) x (0,05+0,02) m2
:
0,014 m2
Dengan demikian setiap meter persegi
dinding bata membutuhkan sebanyak I : 0,014 = 71,43 keping batu bata. Jika
dibulatkan menjadi
72 keping bata. t4
ISSN:2301-797)( - Mei2015
Volume: 4No.1 Perhitungan teoritis ini mengasumsikan tidak ada batu bata yang terbuang menjadi limbah.
bersama dengan semen). Pasir yang datang ke
Dengan kata
lahan kosong tanpa alas.
lain efisiensi
pemakaian
mendekati 100%.
Penulis mengambil lokasi pengamatan lapangan pada proyek pembangunan rumah tinggal yang berlokasi di daerah Helvetia Medan, yakni Jalan Beringin I no. 30. Pada saat pengamatan pembangunan rumah sudah mencapai konstuksi bangunan lantai dua dimana sebahagian dinding pada lantai satu sudah terpasang. Pengamatan hanya sempat dilakukan untuk pekerjaan dinding lantai2.
PENGAMATAI\I Proses pembangunan yang akan diuraikan hanya dipusatkan pada proses pembuatan dinding. Secara garis besar, proses pembuatan dinding dapat digambarkan dalam diagram alir berikut ini :
lokasi biasanya diletakkan secara terbuka di
Air yang dipakai berasal dari air tanah (sumur dangkal) yang dilengkapi pompa
listrik. Sumur dibuat khusus
Proses akhir dari pembuatan dinding adalah pengecatan. Cat yang digunakan tergantung letak dinding yang akan dicat. Cat untuk dinding yang terlindung (dinding dalam) berbeda dari cat untuk dinding luar y ang terpapar cahay a
dinding Bahan-bahan
yang digunakan pada
proses pembuatan dan penyelesaian dinding terdiri dari: bata merah, semen, pasir, air, cat. Berdasarkan wawancara dengan pihak
kontraktor, kebutuhan bata merah yang digunakan dalam pembuatan dinding untuk satu meter persegi pekerjaan bata adalah 85 buah. Bata tersebut diangkut dari toko material ke lokasi dengan menggunakan truk. Setelah sampai di lokasi, bata dipindahkan
secara manual
dan ditempatkan secara
terbuka. Semen yang digunakan pada umumnya menggunakan semen type I. Semen yang tiba di lokasi langsung dimasukkan ke dalam tempat penyimpanan tersendiri (semacam
gudang) yang sudah diberi alas. Hal ini dilakukan agar semen tidak mudah mengeras dan tidak merubah mutu.
Pasir digunakan sebagai agregat halus dalam campuran semen untuk merekatkan bata, sebagai campuran plester serta sebagai bahan untuk pembentuk kolom (digunakan
Majalah trmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi
matahai dan afu hujan.
PENGADUKAN SPESI Untuk merekatkan bafir bata dibutuhkan suatu campuran yang terdiri dari semen pasir dan air. Komposisi campuran dapat bervariasi sesuai dengan peruntukan ruangan, misalnya saja untuk kamar mandi dan WC dibutuhkan campuran yang rapat air agar air tidak merembes ke ruangan sebelahnya. Variasi campuran semen berbanding pasir biasanya berkisar antara
Gambar 2. Bagan alir proses pembuatan
untuk
kepentingan proyek pembangunan ini.
l:2 ,l:3 ,l:4 ,l:5
.
PEMASANGAN BATA Pemasangan dinding yang diamati dan diambil datarrya menggunakan pasangan 1/z batu yang diperkuat kolom praktis sejarak 3 meter bila panjang dinding melebihi 3 meter. Bata yang digunakan adalah bata yang tersedia di pasaran dengan ukuran panjang 18 - 19 cm dan lebar 9 cm serta ketebalan berkisar antara 4 sampai 5 cm. Sebelum dipasang, batu bata disiram air terlebih dahulu. Hal ini bertujuan untuk mengurangi penyerapan air campuran semen yang digunakan sebagai perekat. Dinding dipasang sesuai ketebalan dan
ketinggian rancangan. Setiap pemasangan dinding baru, maka tingginya tidak boleh lebih dari I meter dan baru boleh dilanjutkan setelah bata dan spesi telah betul-betul terekat
dengan keras. Jarak antara satu bata dengan bata lainnya berkisar antara 2 -3 cm. PLESTER KASAR Setelah dinding selesai dipasang maka pekerjaan selanjutnya adalah melapisi dinding tersebut dengan campuran semen, pasir dan
air. Komposisi ini sama halnya dengan komposisi spesi yaitu tergantung peruntukkan nrangannya. Ketebalan plesteran biasanya 1,5
t5
ISSN:2301-797X
Volume:4No.1- Mei2015 cm dengan demikian ketebalan dinding yang akan terbentuk menjadi 12 cm.
Plesteran dilaksanakan
dengan
menggunakan alat hampar dari kayu dan disebar ke pinggir-pinggir dengan memakai alat perata adukan sampai permukaan rata dan
lurus. Ketika udara kering dan
panas,
plesteran harus drjaga agar tidak terjadi penguapan terlalu banyak dan tidak rata. PLESTER HALUS
Untuk
memperhalus
permukaan
dinding, maka dinding perlu dilapisi dengan campuran semen dan air (aci). Sebelum
dinding diaci, plesteran harus
dibasahi secukupnya. Plester halus dapat dilaksanakan
setelah dinding dan plester kasar berumur kurang lebih 7 hari. Permukaan dinding yang dihasilkan pada pekerjaan plesteran dan acian harus rata permukaannya, tidak melengkung
dipergunakan cat yang lebih tahan terhadap panas matahari dan hujan (lebih memperhatikan faktor cuaca).
air
PENANGANAN BA}IAN BUANGAN Limbah yang mungkin timbul selama proses pengerjaan dinding adalah akibat proses penyimpanan bahan, pengadukan, pemasangan bata serta pengecatan.
LIMBAH BAI{AN
PROSES
PENTNMPANAN
Limbah dari proses penyimpanan bahan terkait dengan penyimpanan yang kurang baik antara lain sebagai berikut : - Peyimpanan pasir ; biasanya disimpan di
lahan terbuka tanpa diberi alas. Penyimpanan seperti ini dapat
menyebabkan kehilangan jika pada saat pembangunan sering turun hujan, sehingga
butir-butir pasir akan turut terbawa air
atau bergelombang.
hujan.
- Penyimpanan semen
PLAMUR
Setelah plester halus,
pekerjaan
selanjut-nya adalah plamur. Pekerjaan ini bertujuan memperhalus permukaan dinding agar pada saat pengecatan diperoleh hasil yang merata. Sebelum pengecatan dilakukan, mula-mula dilakukan pembersihan perrnukaan
tembok terhadap pengkristalan atau pengapurm yang biasanya ditemukan pada tembok baru. Pembersihan dilakukan dengan amplas, kemudian dengan lap hingga benarbenar bersih. Setelah itu, dinding diberi lapisan plamur. Setelah kering, dinding diampelas ulang dengan ampelas halus.
PENGECATAN Proses terakhir dari pembuatan dinding
adalah pengecatan. Pengecatan
dapat
dilakukan dengan menggunakan alat bantu seperti kuas dan roll. Setelah proses plamur selesai, dapat dilakukan pengecatan untuk lapisan pertama. Selanjutnya, jika ada bagian-bagian yang masih kurang bail maka bagian tersebut diplamur lagi dan diampelas halus setelah kering. Kemudian dilakukan pengecatan akhir hingga 2 atau 3 kali untuk mencapai warna dinding yang dikehendaki. Cat yang digunakan untuk dinding
bagian dalam biasanya berbeda
dengan
dinding bagian luar, dimana untuk bagian luar
Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi
-
;
pendistribusian
semen dari penyimpanannya yang tidak menggunakan cara first in first out bisa menyebabkan semen yang lebih dulu diterima tetapi tidak segera digunakan mengeras dan tidak dapat digunakan kembali. Penyimpanan batu bata ; Batu bata yang diletakkan sembarangan (tumpukan tidak rapi) akan meningkatkan jumlah material yang rusak menjadi limbah.
LIMBAH PROSES PLESTER Pada saat melapisi dinding dengan plester, akan ada sebagian adukan yang tumpah. Adukan ini akan dikumpulkan dan akan digunakan kembali sebagai bahan urugan.
LIMBAH PROSES PEMASANGAN BATA Selama masa pemasangan bata, material
ini dipindahkan dari tempat penyimpanannya dengan menggunakan kereta dorong untuk menuju lokasi pemasangan. Pada saat proses pengangkutan bata ke dalam kereta dan pada saat penurunan di lokasi, ada kemungkinan terjadi kerusakan bata akibat perilaku pekerja yang memindahkan secara sembarangan. Selain pada saat pemindahan tersebut, pemasangan juga menghasilkan limbah berupa sisa-sisa pemotongan material yang dilakukan pada pertemuan dua dinding (sudut). Sisa limbah yang timbul dalam proses
l6
ISSN:2301:797X Volume: 4No.1 - Mei2015
biasanya dapat digunakan untuk membentuk dinding pada bagian sudut yang memerlukan potongan % bata.
ini
Pemakaian per 80 m2 (dihituns) Selisih dengan kebutuhan teoritir 8
LIMBAH PROSES PENGECATAN Limbah proses pengecatan tergantung pada keahlian tukang dan penggunaan alat pada proses tersebut. Selain itu kandungan bahan pembentuk cat juga turut mempengaruhi apakah cat yaog digunakan termasuk ke dalam kategori bahan berbahaya
T2keolrlrelrn2
arau tidak.
DATA DAI\i NALISA Batu bata yang digunakan untuk seluruh dinding adatah batu bata lokal yang umum di pasaran, terbuat dari tanah liat dengan ukuran: p: 18-19 cm; l: 9 cm; t:4-5 cm Dinding dipasang didirikan dengan
/
ketebalan dan ketinggian sesuai gambar rencana serta diperkuat dengan kolom praktis
Persentase
limbah (%)
l0
83
79
83
81
95
86
80
1I
7
11
9
23
t4
8
l3
9
l3
ll
24
l6
l0
Selama pengamatan terlihat sumber terjadinya limbah terkait hal-hal berikut: - Penangananbatubata
-
Pelaksanaan pemasangan batu bata
Residual
Penanganan batu bata merupakan kategori penghasil terbanyak. Faktor penyebab adalah pemindahan batu bata dari lokasi penumpukan penyimpanan ke titik lokasi kerja pada ketinggian dimana pekerja
/
harus bekerja diatas scaffolding (perancah).
Batu bata harus dipindahkan sedikit sedikit ke atas perancah. Lokasi kerja
demi yang
sempit mengakibatkan batu bata tedatuh dan
apabila diperlukan. Masing-masing batu bata dipasang dengan jarak sekitar 2 3 cm yang
pecah.
Ciberi adukan pengikat (campuran semen, pasir dan air). Pemasangan dinding dibagi menjadi beberapa tahap, dimana ketinggian
merupakan kategori berikutnya dalam menghasilkan volume limbah. Faktor
-
naksimal pada setiap tahap adalah 1 meter. Contoh perhitungan kebutuhan batu bata tiap 1 m2 : Ukuran batu bata p: 18 cm; l= 9 cm; 5 cm. Jarak spesi antar bata sebesar 2 cm. \{aka luas permukaan dinding yang dihasilkan pasangan bata menjadi r0.18+0,02) x (0,05+0,02) n2 = 0,014 m2 Dengan demikian setiap meter persegi
r
1
dinding bata membutuhkan sebanyak 1 : 0.014 = 71,43 keping batu bata. Jika dibulatkan menjadi 72 keping bata. Jumlah kebutuhan teoritis diatas didapat
tidak ada limbah yang lihasilkan. Efisiensi pemakaian bahan
dengan asumsi
mendekati 100 o/o. Pengamatan pekerjaan pemasangan bata
lang dilakukan pada proyek
pembangunan
rumah ini menghasilkan data sebagai berikut:
Tabel2. Hasil Pengamatqn Pemakaian Batu
Bota: Luas dinding
lang dikerjakan Jrrmlah batu bata
lang dibawa ke dnt lokasi kerja
Pelaksanaan pemasangan
bata
penyebab adalah ku.ang terlatihnya pekerja memasang dan memperlakukan material selama pekerjaan. Akibatnya, batu bata sering
terjatuh dan rusak. Selain
itu,
beberapa
pekerja tidak terlihat berusaha memungut batu
bata yang tedatuh untuk digunakan kembali. Batu bata yang terjatuh lama kelamaan rusak dengan sendirinya walau sebenarnya batu bata tersebut tidak pecah ketika baru saja terjatuh. Residual adalah kategori terakhir yang dapat diamati. Residual terkait dengan sisa potongan material yang mau tidak mau harus terjadi pada lokasi pertemuan dua bidang dinding. Meskipun sisa potongan ini masih dapat dipergunakan, usaha untuk
menggunakan potongan ini terkadang membutuhkan biaya yang lebih mahal ketimbang membiarkannya menjadi limbah sisa material. Hal ini terkait dengan waktu
yang diperlukan untuk menyimpannya dengan baik hingga tiba saatnya digunakan kembali pada tempat yang sesuai.
Faktor-faktor lain sebagaimana disebut dalam Tabel I diatas luput dari pengamatan karena metode pengamatan yang dilakukan hanya pada segmen-segmen pekerjaan dinding dan bukannya keseluruhan pekerjaan dinding
bangunan. Setiap segmen menghabiskan waktu sekitar
Itajalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi
batu
hanya
I hingga 4 jam. \7
ISSN:2301-797X - Mei2015
Volume: 4No.1 Pekerjaan bongkar akibat perubahan mBupun kesalahan pemasangan tidak dapat teramati dengan metode ini. Selain itu, terjadinya limbah akibat kesalahan penyimpanan juga luput dari pengamatan. Secara umum, metode pengamatan yang
dilakukan tidak memungkinkan unhrk mengamati sumber-sumber limbah
KESIMPULAN Banyaknya limbah konstruksi yang
timbul dalam
pekerjaan
konstruksi
berpengaruh pada keuntungan proyek. Selain
itu, Iimbah konstruksi juga menjadi isu lingkungan yang terkait dengan
sebagaimana dalam Tabel I diatas - terkait dengan kategori pertama (Desain), kedua (Pengadaan), dan terakhir keenam (Lain-lain).
'sustainabilitas' industri konstruksi. Semakin rendah persentase limbah yang dihasilkan maka industi konstnrksi menjadi semakin 'sustainable'. Hal ini dikarenakan produksi material bahan bangunan seperti batu bata
ANALISA Berdasarkan data dalam Tabel 2 diatas dapat dilaporkan bahwa persentase
menghasilkan gas rumah kaca. Semakin efisien penggunaan batu bata maka akan semakin sedikit produksi gas rumah kacayang
limbah teoritis berkisar antara 9Yo hingga
terbentuk sia-sia. Persentase limbah bata yang terjadi
. Hal ini
24o/o
sesuai dengan pengamatanpengamatan sebelumnya sebagaimana dilaporkan dalam Devie et al Q010), Gavilan dan Bernold (1994), Nagapan et al (2012a), Nagapan et al (2012b), Poon et al (2001), Shen er al (2002), Tam (2010), Wulandari (2001) yang mengindikasikan limbah bara berkisar antara
5o/o
hingga
5
5Yo.
Selisih perhitungan antara teoritis dan pelaksanaan disebabkan karena
-
:
Tidak mungkin menggunakan jumlah batu bata yang tepat seperti kebutuhan, karena pada sudut bangunan hanya dibutuhkan % batu bata saja, sehingga ada sebahagian batu
bata yang terbuang meskipun ada
membutuhkan proses pembakaran yang akan
dalam proyek
yang merupakan faktor dominan
tidak
dikurangi maka biaya yang timbul akan lebih besar dari nilai batu bata yang terselematkan.
- Membandingkan dengan
penelitian sebelumnya dimana limbah yang timbul dapat mencapai level 55Yo, maka persentase limbah pada proyek ini relative terkendali,
hal ini terjadi sedikit banyak karena pengamatan yang dilakukan terbatas pada segmen-segmen pekerjaan dinding yang tidak mencerminkan keseluruhan pemakaian
bata dalam proyek dan tidak meliputi adanya kemungkinan perubahan ftmcangan
adalah
(design error).
Penelitian ini menemukan persentase material batu bata yang mer{adi limbah berkisar antara 9% hngga 24o/o. Hal ini relatif rendah dibandingkan temuan dalam studi pustaka yang dapat mencapai lebih dari 55%. Faktor penyebab timbulnya limbah dalam penelitian ini hanya bersumber dari : - Penaganan : pemindahan batu bata ke titik
lokasi perancah pemasangan dinding
:
-
Pelaksanaan
-
kurang terlatih Residual : sisa potongan
semuanya dalam keadaan baik.
- Dalam pencegahan limbah, terdapat level persentase limbah yang apabila ingin
rumah
'perubahan rancangan' (design changes) dan 'kesalahan rancangan/dokumen kontrak'
sebahagian lagi yang bisa terpakai.
- Batu bata yang dibawa ke lokasi
pembangunan
dipengaruhi oleh banyak faktor. Diantaranya
kesalahan pekerja yang
Faktor-faktor lain sebagaimana dapat tidak memungkinkan untuk diamati karena metode pengamatan hanya dilakukan pada segmensegmen pekerjaan dinding yang tidak
dilihat dalam Tabel I diatas
menyeluruh. Penelitian selanjutnya disarankan untuk meliput semua tahap pembangunan dari awal
hingga akhir pekerjaan. Selain itu juga disarankan untuk melakukan survey tentang
faktor penyebab timbulnya limbah
sesuai
dengan pengalaman para pekerja konshuksi di daerah ini. Informasi yang dihasilkan akan sangant bermanfaat unfuk meningkatkan
(design changes) pembangunan ataupun
efisiensi penggunaan material pada indushi
kesalahan rancangan pembangunan (design error) yang menurut studi pustaka merupakan sumber dominan limbah batu bata dalam proyek konstruksi.
konstruksi.
Itajalah Imieh Politeknik Mandiri Bine prestasi
l8
ISSN:23A1-797)( - Mei2015
Volume: 4No.1 DAFTAR PASTAKA Bossink, B.A.G., dan Brouwers,H.J.H. (1996) 'Construction waste: quantification
and source evaluation', Jottrnal of
Construction Engineering ond Management, vol.l22, no. 1, pp.55-60 Devia,Y.P., Unas,S.E., Safrianto,R.W., dan
Nariswari,W. (2010)'Identifikasi Sisa Material Konstruksi Dalam Upaya Memenuhi Bangunan Berkelaqiutan', Jurnal Rekayasa Sipil, vol.4, no.3, pp.t95-203 Gavilan,R.M. dan Bernold,L.E. (1994) 'Source Evaluation of Solid Waste in
Building Construction', Journal of
Construction Engineering ond Monogemenr,vol. I 20,pp .536-5 52 (1994) Sustainable Kibert
C.J. (ed)
Construction - Proceedings of the First International Conference of CIB TG 16, Gainesville : Center for Construction and Environment. Lumbangaol,P. (2013)'Pengelolaan Limbah Konskuksi di Jakarta', Jurnal P olipropes i,vol.VII,no.2,pp.5 6-67 Nagapan,S., Rahman,A.L, dan Asmi,A. (2012a) 'Factors Contributing to Physical and Non Physical Waste Generation in Construction Industry' International Journol oJ Advances in
Applied Sciences
(UAAS),
vol.1,no.1,pp1-10
Nagapan,S., Rahman,A.I.,
Asmi,A.,
Memon,A.H., dan Zin,R.M. (2012b) ' Identifring Causes of Construction Waste Case of Central Region of Peninsula Malaysia' International
Developing Countries. South Africa. I l-13 November 2002.Pp.125-132 Skoyles,E.R., dan Skoyles,J.R. (1987) Woste Prevention on Site, London: Mitchell Spence,R., dan Mulligan,H. (1995) 'Sustainable Development and the Construction Industry, Hobitat Internat ional, vol. I 9,no.3, pp.27 9 -292 Tam,W.Y.V. (2010) 'Rate of Reusable and Recyclable Waste in Construction', Second International Conference on Sustainable Construction Materials and Technologies. 28-30 hme 2010. Universita Politecnica delle Marche, Ancona, Italy. Special Technical Proceedings, ed.: P.Claise, E.Ganjian, F.Canpolat, dan T.Naik. Tchobanoglous,G., Theisen,H., dan Vigil,S.A.
(1993) Integrated Solid It[anagement,
Waste
McGraw-Hill
International Editions, Singapore
UU no. 18 tahun 2008 tentang
Pengelolaan
Sampah
Wilson,E.J., McDougall, F.R., dan Willmore,J. (2001) 'Euro-trash: searching Europe for a more
sustainable approach to waste management' Resources Conservation & Recycling. vol.3l, pp.327-346
Wulandari,R. (2001)'Minimisasi Limbah
'
Konstruksi pada Proyek Rumah Tinggal', unplubished final project report, Civil Engineering Department, Faculty of Engineering, University of Indonesia.
-
Journal
of
Integrated Engineering,
vol.4,no.2,pp.22-28 Ofori,G. (1998) 'Sustainable Construction
principles and attainment
a
:
framework for
- comment', Construction and Econontics,
Management
vol.16,pp.141-145 Poon,C.S., Yu,T.W., dan Ng,L.H. (200L) A Guide for Monaging and Minimizing
Building and Demolition Waste. T}lre
Hong Kong Polytechnic University. Shen,L.Y., Tam,W.Y.V., Tam,C.M., dan Sam
Ho (2002) 'Material wastage in construction activities - a Hong Kong survey', CIB W107
:
Creoting a
Sustainoble Construction Industry in
Majalah llmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi
L9
LEMBAGA PENELITIAN DAN PET{GABDIAN MASYARAKAT JURI{AL ILMIAH POLITEKNIK MBP
W
Jl. Le{iend. D-jarnin Ginting 285 -287, Telp. (061) 8218605-8218589 Medan 20I55 Fax. (061) 8218605 * 8218589" E-mail :
[email protected]
SUR,A.T
Ncmor
.
KETERANGAN
129 /LPPM/.IiP/SK.T,A/I/20 15
Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat cq. Penanggung Jawab Ma.jalah Ilmiah Politeknik MBP, dengan
ini menerangkan bahwa artikel ilmiah:
: Analisa Jumlah Batu Bata Terbuang : Partahi II. Lumtlangaol
Judul Penulis
pada Pernbangunan Rumah
benar telah diterbitkan pada:
Nama
Jurnal : Majalah Ilmiah Politeknik N{BP
: 2307-797X Vo.,Nornor : 4 / 1 Mei 2015
{SSN
Demikian surat keterangan ini diperbuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya
Medan, 12 Juni 2015 Ketua LPPM Penanggung Jawatr Majalah Ilmiah
Politeknik MBP
rdaus Purba, ST, SE, M.Si MDN: A1 08127301
'Iembusan:
-
Yang bersangliutan
Arsip