'l .z'
M RENCANA TATA RUANG WT TAYAH KABUPATEN CIREBON TAHUN 2(,()5 - 2()15
BADAN PERENCANAAN DAE]3AH KABUPATEN CIREBON
TAHUN 2OO5 *t.
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN CIREBON TAHUN 2015
LAPORAN AKHIR
WH
DOKUMENTASI
&
ARSIP
BAPPENIAS Acc.No. , q#..k/.....: cf
as.s | ........//.(f..?8.
checkecr,'f;1;.'.':.'.'.L'i.b
PEMERINTAH KABUPATEN CIREBON BADAN PERENCANAAN DAERAH
rAHUN
2OO5
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat lllahi robbi, bahwa laporan akhir Rencana Tata Ruang Kabupaten Cirebon telah dapat diselesaikan, yang merupakan revisi terhadap Rencana Umum Tata Ruang Kabupaten Cirebon tahun 1993.
Laporan akhir irri merupakan hasil kajian team tata ruang Kabupaten Cirebon terhadap draft rencana yang telah disusun oleh Konsultan yang dibandingkan dengan hasil Dialog, hasil apresiasi tata ruang, dan hasil studi tentang kajian pendukung rata nung. Diharapkan laporan ini dapat menjadi bahan acuan bagi pelaksarunn pembangunan rata
ru ng dikabupaten Cirebon di masa yang
akan datang.
Besar harapan dan keyakinan kami bahwa buku taporan ini akan bermanfaat; dan
tidak lupa kami menghaturkan banmk terima kasih atas panisipasi akhif dari semua pihak yang terlibat dalam penyusunan laporan ini.
Akhirnya kepada Allah jua karni memohon taufiq dan hidayahNya. Amin
Cirebon, Desembcr
2005
KEPALA BAPEDA KABUPATEN CIREBON
II. DADANG PRIIIADI
DAIIIN II ISI
Ilalarnan
KA't'A t)tiN(]n N'l'n tt I)AI;'t'nt{ tst. Dn l;'l'n R'l'n lll:1.. DNI{'NIT GAMI]AI{ I]N
I]
I
IV
l'l:NI)n I ItJl,Un N..
l-l
I I I.atar llclakarrg... 1.2 Asas,'l'ujuan, Fungsi dan Kcdudukan.. 1.3 l{uang Lingkup Wilayah. 1.4 Mctodc l)cndckatan 1.5 Sistcnratika l)cmbahasan I}NB II
t-l t-5
t-t t1 I-8
KI]I]IJN KAN PDNNTNAN I{UNNG..... Kcbijakan'l'ara lluang Wilayah. 2.1. I Struktur dan I)ola l)crnanliratan I{uang. l)cngcrnbangan Sistcrn Kota_kota. -2.2 2.1.2 Kcbijakan l)crnbangunan l)r
2.1
I]N
I} III
I'O'l'l:NSl I)n N I,t:ttMn Sn Ln Itn N wil.nYnil..........
3.I
-).!
J.
I}N
II IV
-)
S'l'Rn
'l'l:(;l l,liNCl;M tln N(;AN
.I
N
Kn Iltil'n 'l l:N. 4. I lsu Stratcgis 4.2'l'ujuarr l,cngcmbangan \\/ila1,ah.
II-
I
n-2 I-3 I I-3 I
II.4 II-
13
II_
l3
II- l 4 Ir-
r (r
l'l:NGI:MIln NGn N ttt- |
Kabupatcn Circbon Dalartr Lingkup l{cgional.. 3.1.1 Lctak (icografis dan Adrninistra.si Wilavah... 3.1 .2 Kcpcndudukan.. 3. I .3 Struktur l)crckononrian Kallunutcn. 3.1.4 Kclcrkairan Antar Wila1,ah. l)otcrrsi dan I)cnnasalalran l)cngclnbarrg:rn \\/ilayah. i.2. I ljisik l)asar.. 3.2.2 l)cnggunaan'l'anlh. 3.2.3 Kcadaan Sarana dan l)rasarana. Kcndala dan l)aya l)ukung. i.l.l Kcndala. 3.3.2 l)a1,a I)ukung..... .
II.I It-l
ilt-
I
llt-t ilt- l ril-2 ilf -3 il t-4 ll I-4 il t-9
ilt- I3
lll-l(r ilt- I6 Iil- I9
'I'N I{IJANG WIt.AYAII IV.I tv-
I
rv-l
4,3 Stratcgi 4.3.1 4.3.2 4.3.3 4.3.4 4.3.5 BNI]V
l)cngc 'rbangan Wilayah. Stratcgi l)ola l)crnanlhatan l{uang. Stratcgi l)cngcrnbangan Sistcrn Kota.. Stratcgi l)cngcrnbangan Sarana dan Prasarana... . , . .... Stratcgi l)engcrnbangan'l'ataGuna l-ahan...... Strctcgi l)cnycdian Air llaku.
IUiNCANn S't'tttJK't'[JIl
't'n
.
't'A
Itun
Kn IItJI'n 'l'l:N. . 5.1 ltcncana l)ola l)crnanlhatan lluang. 5.1 . I Karvasan Non lludidaya. ..
5.1.2
wil.n yn tl V-
lludidaya.
5.3.4 l)cngcrnbangan Prasarana Pcrunrahan
5.4 Iln Il
VI
l)cnnukiman......
l{cncana l)cngcmbangan 'l'ata Guna
V -23 V -27
Lahan......
I'l:MnNlinn'l'n N I)nN i,l:NGDNDn I-lnN I{UnNG
.l .2 (r. | .3
l)cngcrnbangan Karvasan l)crkotaan...... l)cngcrnbangarr Scktoral..... l)crnanlhatan Karvasan Non Uudidaya... l'cngcndalian l)crnanlhatan l(uang
(r. |
6.1
6.2.1 l)cdornan l)crrgcndalian l)cnggunaan
lludidaya.
6.2.? l)cdornan l)crrgcndalian l)cnggunaan 6.1
6.4
Lindung. I)riuritas I)crranltanan Karvasarr. l'clakslrnaan.
ilt
V- I V-4 V -7 V- I 0 V- I 8 V- I 8 V-20 V-21
dan
6,1 l)cnranl'aatanl{uang.
6.2
I
V-l
Arahan l)ola l)cmanfaarun Ruang. llcncana Sistcnr l)usat l)clayaltan.. l{cncana l)cngcrnbangan Sarana dan Prasarana. . 5.3.1 l)cngcrnbangan 'l'rarrsportasi. 5.3.2 l)cngcmbangan Prasarana Air dan lrigasi 5.3.3 l)cngcmbangarr l:ncrgi I-isrrik dan'l'clckorrunikasi... 5.1
5.2 5.3
.3
Karvasan
Nc
IV-4 IV-4 IV-5 IV-5 IV-6 IV-7
VI.I VI-l VI- I Vl-5
Vl-9 V I- l0
Karvas:lrr
VlKarvasan
12
./l- 14 VI.I6 VI-I7
DAFTAR TABEL
'l'abr"l l[I Gambar V -
I
Gambar V -
2
Gambar V -
3
Gambar V -
4
Gambar V -
5
Gambar V -
6
v-
'l
(iambar
(ianrhar
(iambar
III -
12
[,UAS WILAYAT{ DAN JUMLAI{ PENDUDUK'NAP SWP KAI}IJPA I]N CIRE,BON
v-
3l
AI.OKASI ITUNGSI LAI{AN NON BUDIDAYN KAI]UPATI]N CIREBON
v-
32
ALOKASI I-UAS LAHAN NON I}I.DIDNYN KAI}UPATI]N CIREBON
v-
33
ALOKASI FUNGSI LATTAN PERTANIAN KAI]IJI'NTEN CIREBON
v-
35
ALOKASI I-UAS LAI{AN PERTANIAN KNRUPN'TEN CIRE,BON
v-
36
AI-OKASI LUAS LAThN I]ASAII KNI}T,rPA]'EN CIREI]ON
v-
26
NI,OKASI ITUNGSI LAI{NN NON PF,I.TANIAN KAI}T'PN'I.EN CIRI]I}ON
v-
27
AI.OKNSI LUAS I.AI.LAN NON PDR ANIAN KNI}UPAIIN CIREBON
V
v-
JENIS DAN LUAS PENGCUNAAN LAI.IAN DI KAI}UPATDN CIREBON
9
AI,OKNSIT,UASI.AIIANPEITMUKIMAN'TIAPKI]CAMNTAN I)l Knl][,]'A'n:N CIRI]I]ON
(iambsrV-I0AI.OK^SII,IJASLAtnNPUNDUKIJNCPKN KN
(iambar
V- ll
I}[JPN'I]'N CIIUII}ON
AI,OK SI [.UAS I,N IAN PIlI,NYNNAN UM('M KNBT'PA'NJN CII{EI}ON
28
v-
29
30
3r
. Gambar
I.
I
DAF'TAR GAMBAR
nl.uR t'tiMIKtRAN RIINCANA TATA I{UANG v/tt.AyN
Gambar
Gambar
Gambar
lll
I
III 2 III 3 III 4
KAI}IJPAI]]N CIRET}ON
III .
PUI'A KIIPADATAN PENDUDUK KAI}TJPA'|I]N CIREBON
tu-22
Gambar
Gambar
Gambar
III 5 tll 6 lll
7
III 8
Gambar
Gambar
III 9 lll l0 lll
I
I
Gambar
(iernhar
lll 12 lll l3 lll l4
23
III .
24
PETA CURAH I{UJAN
KNI}UPNTEN CIRI]BON
lil-25
PII'I'A KETTNGGIAN TANAH KAI}UPNTEN CIITET}ON
III -
PII'IA KI;MIIUNGAN LERENG KAI}('JI'N]'EN CIRET}ON
m-7'l
26
Pftl'n KIIMAMPUAN'[ANAI{
III .
28
KNI}UPA'I'I:N CIRI.:BON
Ill -
29
PIi'l'A Gl;Olfiil KNI}UI)NTIjN CIRI;BON
ilr-30
TJPA'TTJN
CIRI]BON
PII'fn JI:NIS TANAI{
Plil'A TATA AII{
III .
KAI}IJPN'N'N CIITEI}ON
(iambar
III .
PETA PENDAPATAN pERKr\ptTA
KAI}
Gambar
2I
PF.'I'A PEI.I"YEBARAN PERMLJKIMAN
KAI}UPATEN CTREBON
Gambar
9
Plll'n ADMINISI'I{ASI
KNI]UPN EN CIREBON
Gambar
I
I-
Knl}TJI'N]'DN CIITEBON
3I
Plffn t,tiN(iGUNAnN TANru{
K I}IJPN1'T;N CIRtlBON
m-32
I,l.:1'A'l'ATn GUNA tIJIAN KAI}UI)N'I1;N CIRI:I}ON
IIt -
33
PliI'A JAzuNGA].{ JAI-AN Kru}UPAI];N CIREBON
Ilt -
34
v
Halaman Garnbar V.l
PETA RENCANA STRUKTUR KOTA
ilt-44
Garnbar V.l
PETA RENCANA PENGGUNAAN TANAH
il I-45
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakeng
undang-undang Nomor
24 Tahun 1gg2 tentang penataan Ruang
merupakan produk hukum yang mengatur pemanfaatan ruang. Didalam terdapat kaidah-kaidah dasar rnengenai perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pernanfaatan ruang yang menjadi podoman dalam proses yang berwawasan lingkungan dan berkualitas.
Didalam pelaksanaannya, penataan ruang selalu nrenjadi satu kesatuan dengan pernbangunan nasional maupun lokal (daerah). Pada era sekarang ini
sistem pelaksanaan pembangunan nasional semakin menekankan mekanisme desentralisasi atau pemberian otonomi yang sernakin nyata dan ditikiboratkan pada pemerintrah kabupaten sebagai ujung tombak. Hal ini diranrjudkan dengan diberlakukannya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah maka pennrintah kabupaten memiliki kena,enangan untuk mongatur sendiri
dan nrengurus rurnah tangganya sendiri, termasuk didalamnya tata ruang wilayah kabupaton.
Sejalan dengan perkornbangan kebijaksanaan tersebut di atas, Rencana
Tata Ruang wlayah kabupaton semakin mendudukl peranan yang sangat stratogis, mngirBat fungsinya antara lain
r
:
Sebagaimatra ruang Program Pembangunan lGbupaten sebagaiacuan dalam
rnonyusun programprogram
dan pemoiayaan
pembangunan daerah
kabupaten.
.
Sebagal dasar porum,r8an kebijakeanaan pokok pornanfaatan ruang diwilayah
kabupaten, eesual dengan kondiel wilayahnya dan berazaskan pombangunan berkelanjtdan dan daear ponywunan roncana rincl tata ruang di kabupaton.
t-1
l-2 Sebagai sarana dalam merrwujudkan keterpaduan, ketorkaitan dan keseimbangan perkembangan antar karaasan dan keserasian antar sektor. Sebagai pemberi kejelasan dalam penetapan lokasi investasi pemerintah dan masyarakat. Sebagai dasar penertiban terhadap perizinan lokasi pembangunan.
RTRW disusun dengan nnmperkirakan perkembangan yang akan datang, berdasarkan portimbangan daya dukung lahan, potensi sumber daya serta
batasan dan kendala yang ada. Dengan demikian RTRW diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam pernanfaatan ruang, sehingga perkembangan
sosial-ekonomi dapat berjalan secara efisien
dan efektif dengan
tetap
mernperta hankan dan rmningkatkan kual itas ing kungan. I
Di lGbupaten Orebon kondisi
sosial-ekonomi berkembang dengan
sangat dinamis karona adanya pengaruh faktor-faktor intemal dapat berupa p€rg€seran nilai-nilai yang berlaku pada masyarakat, peningkatan kemampuan masyanakat, aspek perkembangan sosial-ekonomi daerah / kabupaten, sedangkan
faktor ekstemal dapat belupa pengaruh politik dan
/ atau ekonomii regional,
nasional dan atau intemasionalterhadap suatu daerah.
Terjadinya kondisi diatas sangat besar pengaruhnya terhadap operasionalisasi Rencana Tata Ruang yang selama ini masih berupa RUTR yang
dalam kenyataannya sering terjadi ketidaksesuaian antara RUTR Kabupaten dengan pemanfaatan ruang atau polaksanaan roncananya. Hal ini dapat terjadi karena berbagaikemungkinan, seperti antara lain
o
:
Adanya alokasi perijinan pernanfaatan lahan yang tidak seguai dongan RUTR eehingga terjadi penyimpangan atau p€rgeseran dalam pernanfaatan ruang,
eeporti alokaei kegiatan industri yang banyak berlarpsung Plunbon.
di
Kecarnatan
t-3 Perubahan sosial-€konomi yang borlangsung sangat cepat dan dinamls diluar
ekspektasi roncana yang telah disusun sehingga rencana yang ada kurang dapat diikuti lagi. a
Rencana kurang dapat rnenterjernahkan kondisiyang ada dalam ruang.
a
Keterbatasan materi RUTR lGabupaten Cirebon sehingga rn€rmang tidak dapat dipakai sebagai acuan dalam pemanfaatan ruang.
Keadaan tersebut rnorupakan simpangan-simpangan (perubahan) yang
terjadl pada RUTR, dan jika dibiarkan maka akan banyak permasalahan yang tirnbul akibat pembangunan hu sendiri. Sehubungan dengan hal tersebut, peningkatan upaya pembangunan rnelalui peroncanaan pornbangunan yang lebih
baik sangat dlperlukan. Hal pokok yang dibutuhkan untuk mencapai maksud tersebut adalah
:
a
Penirgkatan keterpaduan dan keserasian pembangunan di segata bidang.
a
Penekanan asas rnanfaat dalam pelaksanaan pombangunan
a
Asas pemerataan yang npngutamakan kepentingan rnasyarakat luas yang diakornodasikan dalam tata ruang wilayah.
Berdasarkan uraian diatas, rnaka Rencana Unrum Tata Ruang (RUTR)
lGbupaten Cirebon tahun 1991/1992 sampai 2Cir1n012 yang telah dip€rdakan tahun 1993 Nornor 1393 gudah seharusnya direvisi, agar terjadi sinkronisasl dengan kebijakeanaan naslonal dan PropinsiJarara Barat. Sorta perlu penyesuaian
narna menjadi Rencana Tata Ruang \Mlayah (RTRW lGbupaten Cirebon sebagaimana tersurat dalam Undang-undang No. 24 Tahun 1gg2 tentang Penataan Ruang.
Beberapa rujukan
yarp perlu dipertintangksn sehingga RUTR
lGbupaten Orebon tahun 1991/1992 perlu dlrwisi (dlevaluasi). Antara lain yaitu
o
:
RUTR lGbupaten Clrebon tahun 1991/1992 yang tolah nnncapalJarBka waktu
l€bih 1Cl tahun
t-4 Dari segi perencanaan, produk RUTR Kabupaten Cirobon tahun 1991/1992
sebagai matra ruang dalam perencanaan sudah
seharusnya
mengakomodasikan peraturan-p€raturan baru yang belum dipertimbangkan,
seperti UU No. 24 Tahun 1992 Tentang Penataan Ruang, PP No. 69 tahun 1996 Tentang Pelaksanaan Hak dan KewaJiban serta Bentuk dan Tata Cara
Peran Sorta Masyarakat dalam Penataan Ruang, PP No. 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang \Mlayah Nasional, dan Perda No. 2 tahun 2003 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah PropinsiJawa Barat.
Adanya perubahan batas administrasi kecamatan di Kabupaten Cirebon dari
23 kecamatan pada saat p€nyusunan RUTR lGbupaten Cirebon tahun 1991/1992 dalam struktur ruangnya tidak lagi berfungsi secara optimal, dan tentunya rnemerlukan revisi struktur ruang.
Disarnping ketentuan-ketentuan
di atas yang
diperkirakan
menp€r€aruhi terhadap RUTR tGbupaten Cirebon tahun 1991/1992 perlunya dilakukan revisi terhadap RUTR lGbupaten Cirebon, juga perlu dipertimbangkan ketentuan lainnya yang mo(mengaruhiterhadap optimalnya produk Rencana Tata Raung wilayah tGbupaten Cirebon pada rnasa kini dan rnasa yang akan datang.
Mapun ketentuan-kontentuan tersebut menyangkut p€rundang-undangan dan peraturan yang belum seponuhnya dipertimbangkan dalam produk RUTR lGbupaten Cirebon, yaitu antara lain
. . .
:
UU No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang UU No. 32 Tahun 20O4 tentang Pennrintah Daerah
UU No. 25 Tahun 1999 tentang Perintangan Keuangan antara Pernerintah Pueat dan Daerah
. PP No. 68 Tahun 1998 tentang l(a,vasan Suaka Alam dan lGwasan Polestadan AJam
.
PP tlo. 25 Tahun 20O0 tentang Keuonangan Pernorintah dan
KeM,€nangan
Propinsi sebagal Daerah Otonom
.
lGpneg LH tlo. 3 Tahun 2000 tentang Jenis Ueaha dan /atau Keglatan yarB
W4lb Dilengkapl Dengan Analiels ltlengenal Dampak Urqkungan Hidup.
l-5 Kepnnndagri No. 8 Tahun 1998 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang di Daerah 998 tentan g
utan Kernasyarakatan
o
Kepnnnhutbun No. 677/Kpts-l
a
Kepmenhutbun No. 353VKpts-ll/1998 tentang Jarak dari Sumber Air yang
l/
1
H
Tennasuk Daerah Terlarang Untuk Penebangan Pohon Skenario Pembangunan lGbupaten Cirebon yang tertuang dalam Propoda dan Renstra Tahun 2001
Upaya peninjauan kembali RUTR lGbupaten Cirebon sejalan dengan pasal 13 UU Nomor 24 Tahun 1992, disebutkan bafrwa rencana tata ruang dapat
ditinjau kembali dan atau disenpumakan sesuai jenis .porencanaannya secara berkala. Penjelasan Pasal 13 ayat (2) UU Nornor 24 Tahun 1992 rnenyatakan
batwa rclncana tata ruarB,"disusun dengan perspektif nrenuju ke keadaan pada rnasa depan yang diharapkan, bertitik tolak dari data, infonnasl, ilmu pengetahuan
dan teknologi yang dapat dipakai serta rnemperhatikan keragaman kegiatan tiap
sektor. Dengan disusunnya Rencana Tata Ruang Vfilayah lGbupaten Cirebon diharapkan akan sesuai dengan tuntutan pembangunan dan perkembangan lGbupaten Cirebon di maea rnendatang.
1.2Asee, TuJuan, Fungel dan Kcdudukan Rencana Tata Ruang \Mlayah lGbupaten Cirebon bordasarkan asas
a.
:
Pernanfaatan ruang untuk setTlua kepentingan s€cara terpadu, berdaya guna dan berhasilguna, serasi, golarag, eeimbang, dan berkelanjutan.
b.
Persarnaan, keadilan, dan perlindungan hukum
c.
Keterbukaan, akuntabllitrae, dan partislpasi masyarakat,
l-6 Tujuan p€nyusunan RTRW Kabupaten Cirebon adalah
a.
:
Mengoptimalkan dan mensinergikan pemanfaatan sumber daya daerah secara
berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat dan ketahanan nasional
b.
Menyeimbangkan dan menyerasikan perkembangan antar wilayah serta antar sektor dalam rangka rnendorong pelaksanaan otonomi daerah.
c.
Meningkatkan kualitas lingkungan hidup dan mencegah serta nrenanggulangi dampak negatif terhadap lingkungan
d. o.
MenJamin ketersediaan pangan dan mempertahankan fungsi lahan saaah.
Mengatur struktur dan pola tata ruang yang berlandaskan pada potensi wilayah, daya dukung, daya tanpung lingkungan hidup.
Fungsi Rencana Tata Ruang \Mlayah Kabupaten Cirebon adalah s€bagai ponyolaras kebijakan penataan ruang nasional, propinsi dan kabupaten, dan kecamatan serta sebagai acuan kebijakan pombangunan daerah.
Kedudukan Rencana Tata Ruang V/ilayah lGbupaton Cirebon adalah sebagai berikut:
a. Dasar pertimbangan dalam penyusunan tata ruang nasional b. Penyelaras bagi kebijakan penataan ruang kabupaten/kota se Jawa barat.
c. Pedornan bagi pelaksanaan
porencanaan, pemanfaatan ruang, dan
pengendalian pemanfaatan ruang di kabupatan/kota se Ja^/a Barat.
d.
Dasar pertimbangan dalam penyelarasan penataan ruang proplnsi lain yang berbataean
e. lGbijakan
pernanfaatan ruang propinsi, lintas kabupaten/kota, dan lintas
okoolstern.
;
.,ir'i,ii!r)''r,r 1
r:;i1,;,,,
,:i;
i
r
I
,
l,, l,,iiii*ilipffifilitvtpdtp-lll{..$rfil1fr'xif/dl'tri'i'fi/{$iiiir,i,.i11;1d,^,;
r,,,
,.;
.,
t-7 1.3 Rueng
Llngkup Wilayeh
Lingkup wilayah RTRW Kabupaten cirebon adarah daerah dongan batas yang dltentukan berdasarkan aspek administratif mencakup wilayah daratan seluas 990,36 Knf, wilayah pesisir dan laut sejauh 12 mil dari garis pantai, sorta wilayah udara.
Batas-batas wirayah adarah seberah utara berbatasan dengan lGbupaten lndrarmayu, Kota cirebon, dan Laut Jawa, sebelah timur berbatasan
dergan Propinsi Jama Tengah, sebelah setatan berbatasan dengan lGbupaten Kuningan, dan saberah barat borbatasan dengan Kabupaton Majarengka.
1.4 Motodo pcndckatan
Metode pendekatan yang dirakukan daram penyusunan RTRW
lGbupaten Cirebon Tahun 2015 dibagidalam 3 tahapan utama, yaitu proses input, pros€8 teknis dan proees kesepakatan. Sehingga dalam pelaksanaan kegiatan
tercakup pula serangkaian kegiatan apresiasi, dialog, sosialisasi dan
ponyepakata n s ubetan si RTRW lGbupate n Cire bon.
l-8 1.5 Sletcmatlka Pombahaean
Urutan pembahasan daram Rencana Tata Ruang \Mrayah Kabupaten Cirebon adalah sebagai borikut: tsAB
I
Pendahuruan, berisi ratar berakang, asas, tujuan, fungsi, kedudukan,
ruang ringkup, substansi, metodo pendekatan dan sistematika pembahasan BAts
BAB
BAB
BAB
ll
Kebijakan Penataan Ruang berisi tinjauan kebijakan nasionar,
lll
kebijakan propinsi, dan kebijakan Kabupaten cirebon. Potensi, Pormasarahan pengembangan wirayah
lv
berisi kedudukan dan peran lGbupaten Cirebon dalam lingkup regionat, potensi dan permasarahan pengembangan wirayah kabupaten strategi Pengernbangan Tata Ruang wilayah Kabupaten berisi isu shategis pengembangan wirayah kabupaten, tinjauan p€ngembangan
v
wilayah kabupaten, dan strategi pengembangan wirayah kabupaten. Rencana struktur Tata Ruang wrayah rGbupaten, berisi rencana pora
lGbupaten cireborr,
p€nggunaan lahan, roncsna struktur kota, rencana sarana dan BAB
vl
prasarana, dan rencana tata guna lahan Pemanfaatan dan pengendalian Ruang, berisi pemanfaatan ruang, pengenda lia n, prioritas penanga nan kawasa n, da pe n la ksanaan.
l-9
z
o o UJ t, o ut F
o-
3 o Y
z
J
6e
dF -o (tZ
5*i
*
a ni=
H.?
0-
=t, ok
(l)
o UJ F
(Z
F
a
(, u.l F E
F a :)
Q
F
o
z UJ
tr
z
fi$fifi
u.
= = (L t, :) uJ
J
z Ho
{R gE 5
9rn
fr4
zz
3f
BAB II KEBIJAKAN PENATAAN RUANG 2.1. Kebijakan Tata Ruang Wilayah Nasional 2.1.1 Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang
Arahan Kebijaksanaan Tata Ruang Wlayah Nasional telah dituangkan dalam Peraturan Pemerintah No.47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang
Wlayah Nasional (RTR\AAI) yang merupakan kebijakan tata ruang yang bersifat menyeluruh dan rnengatur arahan perkembangan ousat-pusat kegiatan diWilayah Indonesia.
Didalam RTRWN \Mlayah Propinsi Jaura Barat dikembangkan menjadi 7 Kauasan Andalan (KADAL) antara lain :
1. Penyangga DKI Jakarta dengan konsentrasi wilayah di Bogoi', Depok
dan
Bekasi.
2.
Bopuncur yaitu wilayah 8ogor, Puncak dan Cianjur
3.
Sukabumi yaitu wilayah Sukabumi dan sekitarnya
4.
Cirebon-lndramayu yaitu wilayah Kabupaten Cirebon, Kota Cirebon, dan Indramayu
5.
Cekungan Bandung yaitu Kota Bandung, Kabupaten Bandung, dan sekitarnya.
6.
Priangan Timur yaitu Wilayah Garut, Tasikmalaya, Kuningan, dan sekitarnya.
7.
Pangandaran yaitu wilayah Pesisir Pangandaran dan sekitarnya.
il-1
n -2 2.'l .2. Pengembangan Sistem Kota_kota
Dalam RTRWN ditetapkan rencana pora pengembangan sistem permukiman dan perkotaan yang menggambarkan sebaran kota, fungsi kota_kota, dan hirarki fungsionar kota-kota yang terkait dengan pora transportasi dan prasarana wilayah dalam konteks ruang wilayah nasional. Hirarki fungsional kota
dalam wilayah nasional ini terdiri dari Pusat Kegiatan Nasionat (pKN), pusat Kegiatan witayah (pt(/v), dan pusat Kegiatan Lokar (pKL).
Dalam kaitan tersebut, maka hirarki fungsional kota-kota di propinsi Jawa Barat berdasarkan RTRWN sebagai berikut:
1. Pusat Kegiatan Nasionat (pKN)
Yaitu kota yang mempunyai potensi sebagai pintu gerbang ke kawasan internasional dan mempunyai fungsi untuk mendorong daerah sekitarnya
serta sebagai pusat jasa, pusat pengorahan, simput transportasi yang melayani beberapa propinsi dan Nasionalyaitu Bandung.
2. Pusat Kegiatan Witayah (pKW Kota sebagai pusat jasa, pusat pengorahan, dan simpur transportasi yang melayani beberapa kabupaten diantaranya Bekasi, cirebon, Bogor dan Parungpanjang.
3. Pusat Kegiatan Lokat (pKL) Yaitu kota sebagai pusat jasa, pusat pengorahan, simpur transportasi yang
mempunyai pelayanan
satu kabupaten atau beberapa kecamatan
diantaranya adarah Depok, serpong, ciputat, cireungsi, Tambun, cibitung, Serang, pontang, prered, cikande, purvrakarta, Karawang, cikampek,
cikarang, Jatiruhur, Indramayu, parimanan, Jatibarang, Sumber, Majalengka, Kuningan, ciredug, cianjur, cipanas, cisarua, ciampea, cibinong, ciranjang, citeureup, cirnahi, padararang, Lembang,
Majafaya,
ft
-3
Cileunyi, Banjaran, Soreang, Pangalengan, Ciwidey, Ciparay, Sumedang, subang, Tasikmalaya, Garut, ciamis, Banjar, Sukabumi, pelabuhanratu, Cibadak dan Pangandaran.
2.2. Kebijaksanaan Pembangunan Propinsi Jawa Barat
Pembangunan Pro;iinsi Jawa Barat sampai tahun 2005, tidak terlepas dari
tuntutan dan tantangan yang diterjemahkan dalam visi dan misi serta strategi Jawa Barat sampai dengan tahun 2010. Keberhasilan pencapaian visi dan misi
tersebut sangat ditentukan oleh komitmen dan kesepakatan bersama seluruh stakeholder pembangunan.
2.2.1. Visi dan Misi Jawa Barat 2010
A. Visi
Jawa Earat dengan iman dan takwa sebagai Propinsi termaju di lndonesia dan Mitra terdepan ibukota Negara tahun 2010.
B. Misi
Untuk nnncapai visi yang telah ditetapkan, maka dirumuskan misi sebagai berikut :
a.
Menciptakan situasi kondusif nrelalui terselenggaranya reformasi politik yang sehat
b.
Mendorong berkembangnya masyarakat nndani yang dilandasi nilai-nilai agama dan nilai-nilai lihur budaya daerah
I
ir r.,
I
.-
,l
!
u_4 c.
Mernberikan perayanan
prima kepada masyarakat merarui
terselenggaranya pemerintahan yang bersih dan terbuka. d.
Memanfaatkan potensi sumber daya aram yang berkeranjutan dan benuawasan lingkungan.
e,
Menjadikan Jawa Barat sebagai kawasan yang menarik untuk penanaman modal
f.
Memberdayakan potensi rembaga keuangan untuk mendorong usaha ekonomi masyarakat
g.
Memberdayakan masyarakat merarui pemanfaatan rprEK
C. Indikator Makro pencapaian Visi dan Misi
Untuk fpncerminkan visi menjadi suatu yang konkrit dan dapat diukur, maka perlu suatu indikator yang dapat digunakan sebagai acuan pencapaian visi secara makro. lndikator ini terdiri dari indikator ekonomi makro dan sosial makro yang dt'jabarkan dalam 13 buah, dimana kesemuanya bermuara pada indikator Indeks Pembangunan Manusia (lpM).
2.2.2. Kebijakan pembangunan Jawa Barat 200S
Pembangunan
pada intinya adarah mengusahakan
kesejahteraan masyarakat agar lebih baik dibandingkan dengan kondisi saat ini. oleh karena itu dalam pelaksanaannya perlu dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan. Untuk itu dafam setiap tahapan perfu ditentukan arah dan kebijakan yang akan nrenjadi pedoman dalam pembangunan ke depan
Arah dan kebijakan pembangunan Jawa Barat sangat berkaitan dengan pembangunan rn:lnusia Jarna Barat yang sejahtera. Pembangunan rnanusia ini
il-5 secara makro dapat dilihat dari lndeks Pembangunan Manusia (lPM) yang didasarkan pada bobot pengembangan pendidikan, kesehatan, dan peningkatan daya beli masyarakat. Selairt itu arah pembangunan Jawa Barat tidak lepas dari
upaya untuk menaikkan PDRB dengan mendorong pertumbuhan ekonomi sehingga kemiskinan dapat dikurangi dan standar hidup dapat diperbaiki. Sejalan
dengan upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi, perlu diikuti dengan upaya mernperbaiki daya saing internasional, seperti memperluas akses kepasar global, aliran modal dan alih teknologi serta upaya pemerataan pendapatan masyarakat.
Kebijakan pembangunan Propinsi Jawa Barat sampai tahun 2005 secara
garis besar diwarnai oleh pendekatan kewlayahan dan sektoral yang secara sinergis diharapkan dapat nnenjadi pedoman seluruit stakeholder pembangunan. Kebrjakan pembangunan tersebut adalah
:
1.
Penanggulangan Kemiskinan
2.
Pengembangan kavvasan yang diprioritaskan meliputi
7 Kawasan Andalan Bodebek, Bopuncur, Sukabumi dan sekitarnya, Cirebon dan sekitarnya
:
(Ciayumajakuning), Priangan Timur, Cekungan Bandung dan Pangandaran.
3.
Penataan pranata pembangunan
Meliputi aspek reformasi sistem politik, penegakan hukum dan hak asasi manusia, pernbangunan sosial budaya, peningkatan pemerintah yang baik dan
bersih, pengembangan IPTEK, peningkatan kemampuan
pengelolaan
pembiayaan, peningkatan peran lembaga-lembaga pendidikan, penelitian dan pengembangan (center of knowiedge), penataan ruang
din
lingkungan hidup,
pengembangan infrastruktur, peningkatan kualitas ketentraman dan ketertiban masyarakat.
4,
Pengembangan kegiatan utarna ekonomi yang emnjadi rnotor penggerak pembangunan (6
hre
Busines.s) yaitu pengembangan sumber daya manusia,
agribisnis, kelautan. pariwisata, industri manufactur dan industri jasa.
lt -6 Kebijakan penataan ruang wilayah Jawa Barat meliputi kebijakan Perencanaan Tata Ruang, Pemanfaatan Ruang, dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang.
1, Kebijakan
Perencanaan Tata Ruang
Untuk mengakomodasikart paradigma baru dalam perencanaan dan untuk mewujudkan rencana tata ruang yang berkelanjutan dan operasional, maka kebijakart perencanaan tata ruang adalah sebagaiberikut
a.
:
Penyusunan dan peninjauan kembali rencana tata ruang dilakukan melalui pendekatan partisipatif .
Tujuannya adalah mewujudkan rencana tata ruang sesuai dengan kaidah penataan ruang, sedangkan sasarannya adalah meningkatnya peran kelembagaan dan peran serta masyarakat dalam perencanaan tata ruang.
b.
RTRWP dapat ditinjau kembali dan atau disempurnakan bilamana RTRWp
tidak mampu lagi
nrengakomodasikan dinamika perkembangan yang
disebabkan oleh faktor eksternal dan atau internal. Tujuannya adalah
. .
:
Mewujudkan keterpaduan dan keterkaitan perencanaan tata ruang antara propinsi dengan kabupaten/kota dan antar kabupaten/kota.
Mewujudkan sinkronisasi antara perencanaan
tata ruang dengan
perencanaart sektoral dan wilayah.
.
Mewujudkan keselarasan perencanaan tata ruang antara rencana tata ruang Propinsi Jawa Barat dengan rencana tata ruang propinsi yang berbatasan.
Sedangkan sasarannya adalah
.
:
Tersusunnya perencanaan kabupaten/kota yang sejalan dengan RTRWP Jaura Barat.
n
c,
-7
'
Menjadikan RTRWP Jawa Barat sebagai acuan bagi perencanaan sektoral dan wilayah.
'
Tersusunnya kesepakatan RTRWp antara propinsi Jawa Barat dengan Propinsi yang berbatasan.
RTRWP perlu ditindakranjuti ke daram rencana terperinci. Tujuannya adalah merinci arahan pemanfaatan ruang yang tertuang di daram RTRWP, sedangkan sasarannya adarah tersusunnya rencana tata ruang kawasan andalan.
d.
RTRWP agar ditindaklanjuti clengan penyusunan pertunjukan operasional RTRWP yang ditetapkan oleh Gubernur.
Tujuannya adalah mewujudkan RTRWp Jawa Barat sebagai pedoman perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang, sedangkan sasarannya adalah tersusu nnya petunjuk operasional. e.
RTRWP Kab/Kota perlu melakukan penyesuaian terhadap materi RTRwp Jawa Barat untuk menjamin keterpaduan dan keserasian penataan ruang
sesuai dengan kesepakatan yang dilakukan antara propinsi
dan
Kabupaten/Kota.
2.
Kebijakan Pomanfaatan Ruang
A. Kebijakan Struktur Tata Ruang
Tujuan kebijakan strukrur tata ruang wirayah Jawa garat actalah marvujudkan pernerataan pertumbuhan wrrayah dengan nrempertahankan keseimbangan lingkungan dan ketersediaan sumberdaya aram.
Struktur tata ruang Jawa Barat rebih diarahkan pada
1.
Pengaturan sistem kota-kota
di
:
wilayah utara clan tengah
mengembarpkan secara terbatas sistem kota-kota diwilayah selatan.
serta
ll -B Arahan ini ditetapkan mengingat pembagian wirayah pengembangan pada masa lalu dengan struktur yang direncanakan tidak menciptakan
integrasi
diantara pusat pertumbuhan maupun wirayah yang seharusnya dirayani. Kebijakan masa depan lebih diorientasikan pada pembentukan struktur tata ruang yang lebih terintegrasi, melalui pembentukan pusat pertumbuhan dengan fungsi yang dapat menciptakan keseimbangan perkembangan antara wilayah utara dan tengah. pada wilayah selatan yang pemanfaatan ruangnya didominasi oleh fungsi lindung, pengembangan sistem kotanya tidak diarahkan
pada sistem yang saling berinteraksi secara langsung namun
rebih
diorientasikan untuk berinteraksi dengan pusat pertumbuhan yang berada di wilayah tengah untuk itu kebijakannya adalah mengembangkan sistem kota_
kota yang sesuai dengan daya dukung dan daya tampung ringkungan hidup serta fungsi dominannya.
Pengaturan sistem kota-kota sebagai perwujudan dari struktur tata ruang di wilayah Javua Barat dibagi menjadi 3 (tiga) pusat per-turnbuhan utama yang
jangkauan perayanannya mencakup skata perayanan nasionar, yaitu Metropolitan Bodebek, Bandung, dan cirebon. Beberapa kota di utara, tengah dan selatan akan difungsikan sebagai pusat kegiatan wilayah yang skala pelayanannya mencakup beberapa wilayah kabupaten/kota. Skala pelayanan ini diharapkan akan dapat merrciptakan suatu interaksi yang rnendorong terwujudnya keseimbangan dalam perkembangan wilayahnya. penentuan pusat pertumbuhan wilayah ini selain didasarkan pada kecenderungan kegiatan sosial ekonomi, juga mempertimbangkan kemampuan daya dukung
dan daya tampung lingkungan pada wilayah pusat pertumbuhan tersebut. Kajian terhadap kemampuan daya dukung dan daya tampung wrayah nrerarui sistem Daerah Aliran sungai (DAS), didasarkan pada pertimbangan bahwa
DAS merupakan suatu sistem yang secara hidrologis dapat dihitung ketersediaan lahannya guna mendukung kegiatan yang akan dikembangkan pada pusat pertumbuhan. Kebijaksanaan ini dirnaksudkan guna menjaga keleslarian ekosistem Daerah Atiran Sungai.
ll -9 Pengembangan infrastruktur wilayah difokuskan pada wilayah-wilayah yang didorong perkembangannya, yaitu pada wilayah bagian utara dan tengah.
Kebijaksanaan pengembangan infrastruktur untuk wilayah bagian selatan
sangat dibatasi mengingat perkembangan wilayah ini perlu dikendalikan karena sebagian besar fungsi pemanfaatan ruangnya bersifat lindung. Selanjutnya, pengembangan infrastruktur wilayah ini akan diprioritaskan pada
pembentukan struktur tata ruang yang lebih terintegrasi agar peran pusat pertumbuhan dapat berjalan dengan optimal. Hal inikarena salah satu kendala
tidak terbentuknya struktur tata ruang pada masa lalu adalah faktor tidak terintegrasinya sistem jaringan infrastruktur yang menghubungkan antara fungsi pusat pertumbuhan utama dengan daerah hinterlandnya. Kebijakan pengembangan infrastruktur wilayah adalah
.
:
dan meningkatkan tingkat pelayanan transportasi yang ada untuk mendukung tumbuhnya Mernpertahankan
infrastruktur pusat-pusat
pertumbuhan dan kawasan andalan
.
Menyediakan infrastruktur yang berfungsi sebagai penyedia dan penampung air baku untuk nrewujudkan keseimbangan ketersediaan air pada musim hujan dan kemarau.
.
Mempertahankan dan rneningkatkan jaringan irigasi yang ada dalam rangka ketahanan pangan.
. . 3.
Meningkatkan ketersediaan energi dan jaringan telekomunikasi Meningkatkan ketersediaan infrastruktur permukiman
Pengembangan kawasan andalan dilakukan rnelalui pengembangan 6 kegiatan utama yaitu agribisnis, industri, pariwisata, jasa, bisnis kelautan, dan sumber daya alam di 8 (delapan) kawasan andalan. Kebijakan pengembangan kawasan andalan adalah
.
:
Mewujudkan suatu kawasan yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi bagi kawasan tersebut dan sekitarnya serta dapat mendukung struktur ruang Jaaa Barat sesuai dengan yang telah direncanakan.
, ..: . ,t y,;t"'.,+1$ntl rt$'i.414]}'!ul
..;.".. . ,1::.
,
r.
I
't .r " |
;iJl{i$r ar I ,1 i
''ilr.r fr
:
'
,
i'
i#il.l?.(i(r ild
' t,
{
I
r1ri1tr/i:{itrlil
r
r:\is
11
e&
il-10 ' 4.
Menciptakan sinergi keselarasan pengembangan antar wilayah dan antar sektor.
Pengembangan kawasan pertahanan keamanan Kebijakannya adalah mengamankan kepentingan pertahanan dan keamanan negara di beberapa kawasan yang disesuaikan dengan rencana tata ruang pertahanan keamanan.
B
Kebijakan Pola Tata Ruang
Kebijakan pola tata ruang pada masa datang lebih difokuskan pada aspek kemarnpuan daya dukung dan daya tampung wilayah Jawa Barat. Hal ini didasad
mantap adalah 85,99%. Sementara itu, tingkat erosi pada setiap DAS rata-rata sudah berkisar antara 10G'300 ton/Haltahun. Untuk mengembalikan fungsi hidroorologis serta menjaga kestabilan tanah dari erosi, pemanfataan ruang masa datang lebih diorientasikan pada kernampuan daya tampung wilayah sesuai dengan kemampuan daya dukung sumber daya alam yang tersedia. Oleh karena
itu, salah satu kebijaksanaan yang disusun adalah melakukan pengaturan pernanfaatan ruang khususnya mewujudkan fungsi kawasan lindung, yang bertujuan rnengurangi erosi dan menjaga ketersediaan air di Jawa Barat. Berdasarkan kajian terhadap kawasan lindung tersebut, maka 41oh dari luas total
Jawa Barat perlu ditetapkan sebagai kawasan lindung. Sementara itu, pemanfaatan kavraisan budidaya lebih diarahkan pada upaya rnempertahankan lahan sawah yang ada serta rnengoptimalkan kawasan-kawasan sentra produksi yang rnendukung pengembangan agribisnis dan agroindustridi kawasan andalan.
il - 11 Pemanfaatan ruang yang berfungsi rindung sebesar 45% secara rokasi terdistribusi pada setiap DAS, sedangkan untuk pemanfaatan budidaya yang berupa lahan sawah terutama bertokasi di wilayah utara dan tengah. Berkaitan dengan penetapan pemanfaatan ruang tersebut, dikaji kemampuan daya dukung dan daya tampung untuk setiap DAS. Berdasarkan kajian tersebut ditetapkan bahwa daya tampung penduduk Jawa Barat tahun 2010 sebesar 43,5 juta jiwa (perhitungan atas dasar ketersediaan air dan lahan). Jumlah penduduk hasil proyeksi 2010 berjumrah 43,g juta jiwa, yang akan terdistribusi pada setiap DAS dengan proporsi sesuai dengan kemampuan daya dukungnya. Bira ditinjau berdasarkan daya dukung air, rasio kebutuhan air dengan ketersediaan atiran mantap pada tahun 2010 dengan asumsi karnasan lindung 45 o/oadalah 76,22%. Hal ini menunjukan kondisi ketersediaan air aliran mantap yang termasuk kritis. Untuk masa selanjutnya, bila penduduk Jawa Barat terus bertambah sangat diperlukan suatu pengaturarr yang rebih baik ragi, terutama datam rnenjaga ketersediaan air dan menjaga kuaritas rahan yang ada, merarui pengendarian terhadap perkembangan pemanfaatan ruang.
Untuk menjaga agar penduduk tidak ;,erkonsentrasi pada pusat-pusat pertumbuhan yang sudah berkembang, seperti Bandung, Bodebek, dan cireiron, maka pembentukan pusat kegiatan wilayah baru yang ditetapkan dibagian selatan dan tengah (Patabuhanratu, pangandaran, Tasikmaraya, cianjur_sukabumi,
Kadipaten' serra cikampek-cikopo) diharapkan mampu mendistribusikan
penduduk sesuaidengan daya tampung pada masing-masing pusat perturnbuhan
tersebut serta daerah sekitarnya. Har ini dapat terwujud dengan nnrakukan peningkatan prasarana dan sarana sesuaidengan fungsipusat pertumbuhan yang
akan dikernbangkan.
Dengan rnempertimbangkan kondisi daya tampung ringkungan eksisting, rnaka kebijakan pora tata ruang wirayah Jawa Barat nreriputi
1
:
Kebijakarr pola tata ruang kawasan lindung yaitu rneningkatkan luas kawasan yang borfurqsirindung dan rnenjaga kuaritas kawasan rindung
i
r r i'.+ {,i:i ia
ry-ryfff "Tfrysfiffitrl,"',''
i i i'il r{1i1'*jj ilt{qrihr
il-12 2.
Kebijakan pola tata ruang kawasan budidaya yaitu mennpertahankan lahan sawah
3. Kebijakan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup
yaitu
meningkatkan daya dukung lingkungan alamiah dan buatan serta menjaga keseimbangan daya tampung lingkungan untuk menjaga proses pembangunan berkelanjutan.
Dalam implementasi pemanfaatan ruang, baik kawasan lindung maupun kaunasan budidaya, selanjutnya akan disusun suatu kriteria dan standar teknis agar masing-masing daerah kabupaten/kota maupun dinas/instansi/lembaga yang
berkompeten dapai melaksanakan pembangunan sesuai dengan rencana yang disusun.
3.
Kebijakan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Tujuan pengendalian pemanfaatan ruang adalah menjaga konsistensi pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan, sedangkan
sasarannya adalah terminalisasinya penyimpangan terhadap RTRWP yang dilaksanakan melalui pengawasan dan penertiban.
(ebijakan pengendalian pemanfaatan ruang adatah
a.
.
Mengendalikan pemanfaatan ruang melalui pengawasan dan penertiban yang didasarkan kepacla RTRWP.
b
Menjadikan pemberian izin pemanfaatan ruang sebagai salah satu alat
pengendali pemanfaatan
kabupaten/kota ntemperl mba i
ng ka
dalam
n RTR\A/P
ruang dan yang merupakan kev,enangan pelaksanaannya memperhatikan dan
lt -13 Dalam menjalankan kebijakan tersebut, koordinasi
pengendalian
pemanfaatan ruang dilakukan oleh Tim Koordinasi Penataan Ruang Daerah Propinsi (TKPR!I) yang ditetapkan oleh Gubernur.
2.3. Kebijaksanaan Kabupaten Cirebon
Kebijaksanaan Kabupaten Cirebon yang akan dibahas disini terdiri dari tiga
pokok bahasan yaitu Kebijaksanaan Perencanaan Tata Ruang, Pemanfaatan Ruang, dan Pengendalian Ruang.
2.3.1. Kebijaksanaan Perencanaan Tata Ruang
Kebijaksanaan Perencanaan Tata Ruang Kabupaten Cirebon ditetapkan sebagai berikut:
a. Penyusunan RTRU,' Kabupaten Cirebon adalah merupakan peninjauan kembali terhadap rencana tata ruang yang telah ada, dengan melalui pendekatan partisipatif
b.
;
RTRW Kabupaten Cirebon dapat ditinjau kembali dan atau disempurnakan bilamana RTRW tersebut tidak mampu lagi mengakomodasikan dinamika perkembangan yang disebabkan oleh faktor eksternal dan'atau internal;
c.
RTRW Kabupaten Cirebon perlu ditindaklanjuti kedalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kecamatan.
Pendekatan partisipatif adalah rnerupakan penyelenggaraan apresiasi tata ruang, forum dialog, dan kesepakatan yang melibatkan unsur pemerintah daerah, masyarakat dan DPRD.
ll-14 Peninjauan kembali dan atau penyempurnaan RTRW Kabupaten Cirebon
sebagaimana dimaksud diatas, adalah dilakukan secara berkala menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku atau sesuai dengan kebutuhan.
Rencaha Tata Ruang wilayah Kecamatan sebagaimana dimaksud diatas
adalah Rencana struktur Tata Ruang Kecamatan yang meliputi seluruh desa/kelurahan yang ada dalam kecamatan tersebut. Rencana Tata Ruang Wilayah Kecamatan tersebut perlu melakukan penyesuaian terhadap materi RTRW Kabupaten untuk menjamin keterpaduan dan keserasian penataan ruang.
2.3.2. Kebijaksanaan pemanfaatan Ruang
Kebijaksanaan Pernartfaatan Ruang ditetapkan sebagai berikut
l
:
Kebijakan pemanfaatan ruang diwujudkan berdasarkan kebijakan struktur tata ruang dan pola tata ruang
2, Kebijakan struktur tata ruang diwujudkan untuk mencapai pemerataan pertumbuhan wilayah dengan mempertahankan keseimbangan lingkungan dan ketersediaan sumber daya daerah
3.
Kebijakan pola tata ruang diwujudkan dengan rnemperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup. Kebijakan struktur tata ruang sebagaimana dimaksud meliputi pengembangan sistem kota-kota, sarana prasarana wilayah, dan penggunaan lahan termasuk kawasan pertahanan keamanan.
5
Kebijakan pola tata ruang sebagaimana dimaksud meliputi kebijakan pola tata ruang kaurasan lindung, kawasan budi daya, serta daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup.
6.
Pelaksanaan pemanfaatan ruang dijabarkan dalam program dan kegiatan pembangunan yang memanfaatkan ruang menurut jangka waktu yang ditetapkan didalam RTR\
K
ft -
7. Kegiatan pernanfaatan
15
ruang perlu didukung oleh pembia.,aannya meliputi
Sumber, prioritas, dan alokasi pendanaan yang diperlukan untuk pelaksanaan pembangunan.
Untuk mewujudkan struktur tata ruang wilayah sebagaimana dimaksud, maka kebijakan pengembangan sistem kota-kota adalah mengembangkan sistem kota-kota yang sesuai dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup
serta fungsi kegiatan dominannya. Seluruh Kabupaten Cirebon dibagi dalam 5 Sub \Nilayah Pengembangan yang masing-masing memiliki satu pKl-primer, satu PKL-Sekunder dan Beberapa pKL-Tersier.
Untuk rnewujudkan struktur tata ruang wilayah sebagaimana dimaksud, maka kebijakan pengernbangan sarana prasarana wilayah adalah
a.
:
Mempertahankan dan meningkatkan tingkat pelayanan sarana dan prasarana transportasi yang ada untuk mendukung tumbuhnya pusat-pusat pertumbuhan.
b. Menyedrakan sarana prasarana yang berfungsi sebagai penyedia
dan penampung air baku untuk rrrewujudkan keseimbangan ketersedia an air pada musim hujan dan kemarau.
c. Mempertahankan dan meningkatkan
jaringan irigasi yang ada dalam rangka
ketahanan pangan;
d.
Meningkatkan ketersediaan energi dan jaringan telekomunikasi
e. Meningkatkan
ketersediaan sarana prasarana permukiman.
Untuk mewujudkan pola penggunaan lahan sebagaimana dimaksud, maka kebijakan perurilayahan adalah .
a. Mewujudkan alokasi penggunaan lahan agar tidak terjadi benturan kepentingan pengguna ruang
b
Menciptakan sinergi keselarasan pengembangan antar sektor
il-16 c. Untuk mewujudkan
pengernbangan kawasan pertahanan keamanan adalah
mengamankan kepentingan pertahanan dan keamanan negara di beberapa kaurasan yang disesuaikan dengan cara tata ruang pertahanan keamanan.
untuk mewujudkarr pola tata ruang sebagaimana dimaksud,
maka
kebijakan pola tata ruang kawasan lindung adalah meningkatkan luas kawasan
yang berfungsi lindung dan menjaga kualitas lindung. Sedangkan ufltuk mewujudkan pola tata ruang sebagaimana dimaksud, rnaka kebijakan pola tata ruang kawasan budidaya adalah mempertahankan lahan sawah untuk padi dan tebu.
Untuk fnewujudkan pola tata ruang sebagaimana dimaksud, maka kebijakan daya dukun$ dan daya tampung lingkungan hidup adalah meningkatkan
daya dukung lingkungan alamiah dan buatarr serta menjaga keseimbangan daya tampung lingkungan ufltuk menjaga proses pembangunan berkelanjutan.
2.3.3. Kebijaksanaan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Kebijaksanaan Pengendalian Pemanfaatan Ruang di Kabupaten Cirebon sebagai berikut :
1.
Pengendalian pemanfaatan ruang diselenggarakan melalui pengawasan dan penertiban yang didasarkan kepada RTR\ K.
2. Pemberian Uin pemanfaatan ruang sebagai salah satu alat pengendali pemanfaatan ruang dan rnerupakan kevrenangan Kabupaten agar memperha tikan da n rnempertimban gka n RTR!\fl<.
3.
Koordinasi pengendalian pemarifaatan ruang dilakukan oleh Tim Koordinasi Penataan Ruang Daerah Kabupaten yang ditetapkan oleh Bupati.
BAB III POTENSI DAN PERMASALAHAN
PENGEMBANGAN WILAYAH
3.1
Kabupaten Cirebon Dalam Lingkup Regional
3.1.1 Letak Geografis dan Administrasi Wilayah
Kabupaten Cirebon terletak diantara 108" 40' - 108' Bujur Timur dan 6"30' -
7\0'
Lintang Selatan. Jarak terjauh arah Barat-Timur separtjang 54 Km dan
Utala-Selatan
39 Km dengan luas wilayah 990.36
Km2 yang meliputi 37
Kecamatan, 412 desa dan 12 Kelurahan, serta wilayahnya berbatasan langsung dengan wilayah administrasi
:
Sebelah
Utara
: Kabupaten Indramayu, Kota Cirebon dan Laut Jawa
Sebelah
Selatan
: Kabupaten Kuningan
Timur Sebelah Barat
Sebelah
: Kabupaten Brebes ( Jawa Tengah ) : Kabupaten Majalengka.
3.1.2 Kependudukan
Kabupaten Cirebon rnerupakan salah satu Kabupaten di Jawa Barat yang memiliki jumlah penduduk cukup besar. Berdasarkan Registrasi penduduk akhir
tahun 2003 penduduknya berjumlah 1.976.947 jiura. Pada tahun 20o4 tercatat bahwa penduduk tebanyak terdapat di Kecamatan Kapetakan dengan jumlah 93.276 jiwa, Kecamatan Astanajapura sebanyak 91.625 jiwa dan Kecamatan Klangenan sebanyak 86.463 jiwa, sedangkan jumlah penduduk terkecil di Kecamatan Pasaleman dengan jumlatt penduduk sebanyak 26.989 ji\i/a.
ii: j,,ir,I
ilt
-2
Ponyebaran penduduknya sebagian besar terkonsentrasi di daerah perkotaan dengan kepadatan penduduknya hampir rmncapai rata-rata lebih dari 1.996 jiwa/knf
. Pada Thun 2003 tercatat bahwa kepadatan tertinggi mencapai 5.974 jiwaftm2 di Kecamatan weru dan s.161 jiraa jiraaftm2 di Kecamatan Kedaurtrng, serta terendah kepadatannya terdapat sebesar 840 jiwaftm2.
di Kecamatan
Pasatoman
3.1.3 Struktur Perekonomian Kabupaten
Struktur perekonomian lGbupaten Cirebon dilihat Kontribusi sektor-sektor terhadap PDRB, sector lapangan usaha pertanian merupakan sektor yang paling dominan dalamnrembentuk
struktur ekonomiwilayah
kabupaten. Kontribusinya
rnengalaml naik turun dari 33,11 % pada tahun 2000, 33,21
o/o
pada tahun 2001,
nnnjadi 32,62o/o pada tahun 2002.
Untuk sektor-s€l
ponurunan dibandingkan tahun sebelumnya. Paling besar p€nurunan dialami sector kontruksi yaitu dari 7,78vo pada tahun 20o0 nnnjadi 7,15 % pada tahun 2C01 dan 6,98 7o pada tahun
2N2.
Kontribusi sektor lainnya terhadap PDRB lGbupaten Cirobon pada tahun 2002 berturut-turut dari yang terbesar ke yang terkecilyaitu, sektor Perdagangan, Hotel, dan Retoran (22,95oA), sektor jasa (11,79o/o), Sektor Industri Pengolahan
(11,5S/o), Sektor Bangunan Kontruksi (6,98%0 Sektor Pongangkutan dan Komunikasi (6,06%), Sektor Keuangan, Perseviaan dan Jasa Perueshaan (5,53%), Sektor Lbtrik, Gas, dan Air Bersilr (2,2tr/ol eerta yarq paling kecil kontrlbus i nya yaitu Sektor Pong
g al ia
n (0,49olo).
llt-3 3.1.4 Keterkaitan Antar Wilayah
Dilihat dari posisi geografisnya Kabupaten Cirebon berada diantara lima kabupaten sekitarnya, yaitu Indramayu, Kota Cirebon, Majalengka, Kuningan, dan Erebes. Jika sebagai outlet dan inlet barang dan jasa bagi Jawa Barat bagian Timur, maka empat kabupaten disekitar Cirebon harus melalui kabupaten Cirebon dahulu sebelum menuju Kota Cirebon.
Cirebon dilalui jalur antar regional dari propinsi lain n renuju Jakarta atau Bandung, hal ini menyebabkan Kabupaten Cirebon secara umurn memiliki tingkat aksesibilitas yang tinggidibandingkan kabupaten lainnya di sekitar Cirebon.
Peranan dan fungsi Kabupaten Cirebon yang diarahkan sebagai salah satu
pusat kegiatan nasional dalam RTRW Propinsi Jawa Barat, dan outleVinlet Jawa
Barat. Apabila Pelabuhan Nasional/lnternasional telah dibangun di Kabupaten Cirebon sebagaimana yang diprogramkan oleh Pemerintah Propinsi Jawa Barat, maka Kabupaten Cirebon akan terpacu perkembangannya.
cirebon sebagai pintu gerbang Jawa Barat di bagian Timur, dan sebagai penyangga Kota Cirebon, akan rnenerima rembesan perkembangan witayah
paling cepat dibandingkan dengan kabupaten lainnya. Dengan demikian Kabupaten Cirebon akan menjadisalah satu daerah
tujuan
menetap.
Keterkaitan Kabupaten Cirebon dengan kabupaten lain disekitarnya akan
berpengaruh terhadap intensitas penggunaan lahan budidaya yang semakin tinggi, rnaka perlu perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian tata ruang yang sangat kelat.
tu-4
3.2
Potensl dan Permasalahan Pengembangan Wilayah
3,2.1 Flsik Dasar
A. Kcadean Cunrh
HuJan
Curah hujan di wilayah Kabupaten Cirebon setiap tahunnya bervariasi antara 1.250 - 3.500 mm/tahun, yang dapat dikelompokkan kedalam 5 bagian wilayah curah hujan, Pada tahun 2Co4., yaitu
o
Daerah dengan curah hujan 1.25O
:
- 1.50O mnVtahun menempati areal seluas
162 Ha (16,39/o dari luas wilayah kabupaten) tersebar di daerah pantai utara.
o
Daerah dengan curah hujan 1.500 4.41,TO
-
2.000 mrdtahun rn€nernpati areal seluas
Ha (44,630/o dan luas wilayah kabupaten) tersebar nnrnanjang dari
arah barat ke timur kabuPaten.
.
Daerah dengan curah hujan 2.000
- 2.500 mnVtahun rnenenpati areal seluas
208 l'ta (21Yo dari luas wilayah kabupaten).
o
Daerah dengan curah hujan 2.500
-
3.000 mn/tahun menempati areal seluas
139 Ha (14,Mo/o darl luas wilayah kabupaten).
o
Daerah dengan curah hujan 3.000
-
3.500 mnVtahun menenpati areal seluas
39 Ha (3,94% dari luas wilayah kabupaten).
B. Koadarn KcUngglan TcmPat lGbupaton Cirebon nnrupakan wilayah yang terletak di pantai utara jaua, eehlngga wilayahrrya sebagian besar nnrupakandataran rendah yang berada pada ketingrglan
O
yang ada -3OO m dpl (diatas permukan laut). Bordasarkan data
wilayahnya dapat dibeclakan berdasarkanh ketingglan tenpat lni, yaitu eebagal
berikut:
ilt -5
.
Daerah dengan ketinggian 0
-
25 m dpl, merupakan daerah terbesar dengan
mencakup luas wilayahnya seluas M.636 Ha atau 65,31% luas wilavah kabupaten.
.
Daerah dengan ketinggian 25
-
50 m dpl, merupakan hras wilayah seluas
11.525,20 Ha atau 10,65% luas witayah kabupaten.
.
Daerah dengan ketinggian 50
-
.
Daerah dengan ketinggian 100
- 200 m dpl, merupakan
100 m dpl, merupakan luas wilayah seiuas 10.196,40 Ha atau 10,30% luas wilayah kabupaten. 61 . 150 Ha
.
luas wilayah seluas
atau 6,21oA luas wilayah kabupaten.
Daerah dengan ketinggian 20o
- 300 m dpl, merupakan
luas wilayah seluas
4.275,55 Ha atau 4,32o/o luas wilayah kabupaten, terdapat
di Kecamatan
Ciwaringin, Palimanan, Sumber, Beber dan Lemahabang.
.
Daerah dengan ketinggian 300 m dpl, mencakup luas wilayah seluas 2.18o,2o Ha atau 2,20o/o luas wilayah kabupaten, terdapat di Kecamatan palimanan. Beber dan Lemahabang.
C. Kemiringan Tanah (Kelerengan)
Kemiringan tanah wilayah Kabupaten Cirebon terbagi kedalam kelas-kelas kemiringan sebagai berikut :
'
Daerah dalarldaerah dengan kemiringan tanah 0 3 o/o rlotupokan daerah terf uas rnencakup wilayah seluas 77.670 Ha atau 7g,48% dari luas wilayah kabupaten.
'
Daerah landai I dengan kemiringan 3 B 7o seluas 5 500 Ha atau 5.56% dari luas wilayah kabupaten
'
Daerah landai ll dengan kemiringarr B - 15 7o seluas 4 luas wlayah kabupaten
OOO
Ha atau 4,O4o/o dari
llr-6 - 25 %o seluas 5.800
Daerah miring I dengan kemiringan 15
Ha atau 5,86%
dari luas wilayah kabupaten
Daerah miring ll dengan kemiringan 25
- 40 %o seluas 4.200 Ha atau 4,24%
dari luas wilayah kabupaten Daerah terjal dengan kemiringan 40
%o
seluas 1.800 Ha atau
1,82o/o
dari luas
wilayah kabupaten
D. Jenis Tanah
Jenis tanah yang mendominasi wilayah Kabupaten Cirebon yaitu jenis tanah aluvial (kelabu-kelabu tua serta asosiasi alluvial kelabu dengan gley humus
rendah). Jenis tanah lainnya, yaitu jenis tanah assosiasi Mediteran coklat dan
di wilayah-wilayah
Kecamatan
dan l(arangsembung, dengan sifat
kedalaman
grurnosol kekuningan. Lokasinya terbesaqr Astanajapura, Lemahabang
solumnya 1-2 ineter. Jenis tanah latosol coklat rnendominasi wilayah Kecamatan
Cirebon Selatan dan Beber, dengan solum tebal rata-rata terletak didaerah ketinggian tanah 1000 m dpl. Sedangkan jenis tanah Podsolik kuning dan hidromorf kelabu banyak terdapat di Kecamatan Palimanan dan Ciwaringin.
E. Geologi
Keadaan geologi wilayah kabupaten Cirebon lebih banyak dipengaruhi oleh
letaknya yang berada
di wilayah pantai dan kaki Gunung Ciremai,
oecara struktur geologi wilayah ini terdiri dari
a
sehingga
:
Aluvial (Qa)
Menempati daerah dataran rendah disepanjang pantai yang terbentuk dari bahan-bahan lempung, pasir kerikil, dan terutarna hasil endapan sungai yang luasnya mencapai 52.224 Ha atau 52,76Vo dari luas wilayah kabupaten.
i':'ll
.l
ilt -
7
Hasil Gunung Api Muda yang Tak Terurai (Qyu)
Struktur batuan ini berupa breksi, lava yang bersifat andesit, basait, pasir tufaan dan lapii, yang semua berasal dari Gunung Ciremai. Batuan ini membentuk dataran bukit-bukit rendah dengan berwarna abu-abu, kuning dan kemerahan. Luasnya mencakup wilayah seluas 3.740 Ha atau Y,1O %.
Breksi Kompleks Kromong (Ml) Struktur batuan ini merupakan breksi polemics dengan komponen batuan beku
bersifat andesit, batu gamping bersama tufa. Daerahnya menempati areal seluas
1
.1
10 Ha atau 1 .2%.
Batu Gamping Kompleks Kromong (Ml)
Struktur batuan ini merupakan batu gamping terumbar yang berwarna kuning
kotor kecoklatan sampai kelabu, dan merupakan bukit berbentuk kubah dengan topografi kasar. Struktur batuan ini menghasilkan fosfat, kapur dan sedikit marmer yang mutunya baik. Daerahnya menempati areal seluas 202,60 Ha.
e.
Formasi Kaliwungu (Pk) Merupakan batu lempung dengan sisipan batu pasir tufaan, ditemukan lapisan
batu pasir gampingan, daerahnya rnenempati areal setuas 8.964 Ha atau 9.06%.
Formasi Cijulang (Tpel) Merupakan formasi batuan yang lapisannya kurang jelas kecuali pada bagian bawah. Sifat baluan ini pada umumnya rapuh dan memtrentuk topografi yang menonjol. Formasi ini menempati areal seluas 825 Ha atau 0,83 %.
ilt -8 g.
Formasi Katibiuk (Tpb) Merupakan batuan batu pasir halus yang berwarna kekuningan dengan lapisan tidak jelas. Formasi ini menempati areal seluas 1.345 Ha atau 1,36 %.
h.
Hasil Gunung Tua yang Tak Terurai (evu)
Merupakan breksi batu api, lahar dan lava yang bersifat andesit basalt. menempatiareal seluas 560 Ha atau 0.56 %.
F. Air Tanah
Air tanah yang terdapat di Kabupaten Cirebon terdiri dari
:
Air Tanah Sedang, memiliki debit air 2-5 liter/detik terdapat dibagian barat, tengah dan timur (Kecamatan Plumbon, palimanan, Sumber, weru dan lainnya). Mencakup areal seluas 37.g70 Ha atau 39,40 o/o dari luas tanah Kabupaten Cirebon.
Air Tanah Langka, tersebar di
Kecamatan ciwaringin, palimanan, Lemahabang, Karangsembung dan waled, seluruhnya menepati areal seluas
9.500 Ha atau 9,60% dari luas tanah Kabupaten Cirebon. Air Tanah Asin, lokasinya mendomninasi daerah utara mulai dari pantai utara
membentang sampai bagian barat (Kecamatan Kapetakan, Gegesik, Arjawinangun dan lainnya). Daerahnya menempati areal seluas 40.900 Ha atau 41 ,2A % dari luas tanah Kabupaten Cirebon.
Air Tanah Dangkal (Payau) nremiliki debit 1 liter/detik, terdapat di Kecamatan Mundu, Astanajapura, Karangsembung, Bababkan dann Losari, mcnempati areal seluas 10.970 Ha atau 10,80% dari luas tanah kabupaten Cirebon.
l.rrtlill r r ., ,\\ i,.ll ir! f. ,,' l:
,. !i1 i,.^. | ,rr,ri:d.1!it ljiir,,
,
lll
3.2.2. Penggunaan Tanah
Jenis dan penggunaan tanah yang terdapat di Kabupaten Cirebon pada tahun 2003 dapat dirincisebagai berikut
a.
:
Permukiman
Tanah ini merupakan penggunaan tanah yang terdiri dari perumahan serta kampung. Luas jenis penggunaan tanah ini pada tahun 20O3 mencapai areal seluas 15.595,475 Ha atau 15,76 o/odari luas seluruh penggunaan lahan yang ada, dan lokasinya tersebar diseluruh wilayah.
b. Tanah
Sawah
Merupakan tanah pertanian tanah basah yang ditanami padi irigasi teknis dan
tadah hujan. Luas areal tanah saurah ini pada tahun 2003 mencapai luas 57.449,986 Ha atau 58,04
o/o
dari luas seluruh penggunaan lahan yang ada,
terdiri dari sawah beririgasi seluas 37.425,171 Ha dan sawah tadah hujan seluas 9.039,569 Ha.
c.
Kobun Campuran
Pada umumnya ditanami tanaman tahunan luasnya mencapai areal seluas 5.746,904 Ha atau 5,81 % dari luas seluruh penggunaan lahan yang ada.
ilt-10
d. Tegalan
Fungsi lahannya banyak digunakan sebagai pertanian lahan kering dengan tanaman musiman (palawija, sayur-sayuran, ubi-ubian, dan kacang-kacangan),
luasnya mencakup areal tanah seluas 3.292,665 Ha atau 3,33 % dari luas seluruh penggunaan lahan.
e.
Perikanan
Merupakan lahan tambak yang dimanfaatkan sepanjang Pantai Laut Jawa yang digunakan tempat pemeliharaan ikan, serta kolam-kolam ikan, yang luasnya nencakup areal sebesar 6.449,360 Ha atau 6,51
o/o
dari luas wilayah
Kabupaten Cirebon.
f.
Hutan
Lokasinya terdapat dibagian selatan wilayah Kabupaten Cirebon luasnya o/o dari luas wilayah Kabupaten mencakup areal seluas 710.60O Ha atau 0,72 Cirebon rnerupakan jenis lahan hutan lebat.
g. Rumput / Alang-alang
/ Semak
Lokasinya tersebar hampir di seluruh wilayah dengan luas 4.795,620 Ha atau 4,7Oo/o dari luas wilayah Kabupaten Cirebon.
llt -
11
h. Industri
Lokasi kawasan tersebut terutama disekitar Kecamatan plumbon, weru, Palimanan, Astanajapura dan Pangenan. Luas lahan dari lokasi kawasan industri mencapai 427,776 Ha atau 0,43 o/o dari luas wilayah Kabupaten Cirebon.
i.
Tambang Galian
C
Lokasi Galian C terdapat di Kecamatan Paiirnanan yang dijadikan sebagai bahan baku semen dengan luas areal seluas 2S9,760 Ha atau O,29
o/o
dari luas
wilayah Kabupaten Cirebon. Kawasan Pertambangan lainnya terdapat
di
Kecamatan Astanajapura, dan Waled
j.
Penggunaan Tanah Lainnya
Terdiri dari sungai, saluran air, jalan raya, jalur jalan kereta api dan sebagainya, lokasinya lersebar diseluruh diseluruh wilayah dengan luasnya seluas 3.482,750 Ha atau 3,52o/o dari luas Kabupaten Cirebon.
nt-12
Tabel lll.1. Jenis Dan Luas Penggunaan Lahan Di Kabupaten Cirebon Tahun 2003 Jenis Penggunaan Tanah
Luas (Ha)
Permukiman:
15.421,96
15,57
a. b.
Kampung
14.798,59
14,94
Perumahan
623,37
0,63
2
Jasa
576,01
0,58
3.
lndustri
282,46
o,29
4.
Sawah:
58.765,73
59,34
a. lrigasi
37.616,12
37,98
b.
21 149,61
21,36
Tadah Hujan
5.
Pertanian Tanah Kering (tegalan, ladang)
3.305,43
3,34
6.
Kebun Campuran
5.773,27
5,83
7.
Perikanan (tambak, kolam)
5.226,83
5,28
8.
Hutan:
3.374,27
3,41
a. Lebat b. Belukar
710,6
o,72
2.663,67
2,69
9.
Padang (Alang-alang)
2.017,n
2,O4
10.
Tanah Rusak / tanah tandus
216.48
0,22
65,35
0,07
11. Tanah Kosong 12.
Penggunaan Tanah khusus (Galian C)
289,96
0,29
13.
Lain-lain
3.720,9s
3,76
99.036,00
100,00
JUMLAH
Sumber : Badan PertanahankiOupatejn CireOon
III-.13
3.2.3. Keadaan Sarana Dan Prasarana
1.
Sarana Perhubungan
Kabupaten Cirebon pada tahun 2003 memiliki sarana perhubungan darat yang dibedakan berdasarkan status jalan, yaitu
2.
:
a.
Jalan Nasional dengan panjang jalan 90,700 Km
b.
Jalan Propinsi dengan panjang jalan 53,150 Km
c.
Jalart Kabupaten dengan panjang jalan 646,530 Km
d.
Jalan Poros Desa dengan panjang jalan 408,570 Km
e.
Jalan Kereta Apidengan panjang jalan 38,750 Km
f.
Jalan Tol dengan panjang jalan 28,500 Km.
Sarana Pondidikan
Sarana pendidikan sebagai sarana betajar dan mengajar untuk kepentingan pelayanan pendidikan fnasyarakat di Kabupaten Cirebon, secara umum dapat
dikatakan sudah mencukupi datam hal kelengkapannya (dari tingkat pendidikan dasar sampai perguruan tinggi). Penyebaran sarana pendidikan dasar sampai dengan tingkat pendidikan SMU sudah merata disetiap kecamatan.
1
pada tahun 2003 sarana pendidikan tercatat, Taman Kanak-Kanak Negeri buah. Swasta 129 buah, Sekolah Dasar Negeri 925 buah, Swasta 6 buah,
Madrasah Negeri 7 buah, Swasta 108 buah, SLTP Negeri 53 buah, MTs Negeri 11 buah, Suasta 70 buah, SMU Negeri 18 buah, Swasta 22buah, SMK Negeri 4
buah, Swasta 25 buah, Perguruan Tinggi 8 buah dan Pondok Pesantren 133 buah.
ilt-14
?.
Sarana Kesehatan
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan tahun 2003, jumlah sarana kesehatan yang ada di Kabupaten Cirebon tercatat
. . . . . .
:
Rumah Sakit ada s unit, lokasinya di Kecamatan waled, Sumber, Kedawung, Cirebon Utara dan Arjawinangun. Puskesmas Umum ada 44 unit Puskesmas Pembantu ada 69 unit Puskesmas keliling ada 3g unit Balai Pengobatan ada 76 unit Klinik Bersalin ada 4 unit BKIA ada 44 unit
Apotek 55 unit. BP Gigi 29 unit
Dan didukung oleh tenaga medis, yaitu : Bidan 376 orang, Dokter Umum ada 144 orang, Dokter spesialis ada 19 orang, Dokter Gigi ada 26 orang, Apoteker
/ Sarjana Farmasi ada 8 orang, Apoteker ada g orang, perawat
Umum 314
orang, Perawat Gigi 28 orang dan Asissten Apoteke r ada 27 orang.
4.
Sarana Porlbadatan
Mayoritas penduduk Kabupaten cirebon pada tahun 2003 pemeluk Agama lslam sebanyak 99,68 oh dari jumrah penduduk seluruh kabupaten. Pemeluk agama lainnya yaitu penreluk Agama Kristerr protestan (o,11%), peneluk Agarna Katolik (0,13%), pemeluk Agama Hindu (0,02o/o) dan pemeluk Agarna Budha (Op2%).
ilt-15 Untuk tempat peribadatannya yaitu : g43 buah Masjid, 6.1g0 buah Langgar/Musholla, 5 buah Gereja protestan, 3 buah Gereja Katolik dan lainnya (Pura, Klenteng, Vihara) seluruhnya berjumlah 3 buah
6.
Sarana Perekonomian
Berdasarkan data awal, sarana dan prasarana perekonomian di Kabupaten cirebon meliputi perkoperasian dan perbankan. sarana perkoperasian yang ada pada tahun 2003, tercatat :
. .
Koperasi (termasuk KUD) sebanyak 447 buah (KUD 39 buah dan Non KUD 308 buah) dengan jumtah anggota 14Z.3OS orang. Koperasi pondok pesantren berjumlah 6z buah dengan jumlah anggota 3.g13 orang.
Sedangkan sarana ekonomi yang berbentuk gank, meriputi
:
BPD Jawa Barat cabang cirebon dan cabang pembantu sumber.
Lembaga Perkreditan Kecamatan sebanyak 1g BpR rokasinya tersebar di lgkecamatan.
Sarana ekonomi lainnya yang ada di Kabupaten Cirebon yaitu perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) terdapat di 6 cabang.
6.
Sarana dan Prasarana porkotaan.
Sarana prasarana perkotaan di wilayah Kabupaten Cirebon belum rnernadai, diantaranya tingkat pelayanan rnasih rendah, terutama Air Minum (bersih), Drainase, dan Telepon.
lil-16
Kebersihan kota di Kabupaten Cirebon telah memberikan pelayanannya ke masyarakat, diantaranya dengan melalui :
a.
Penyediaan sarana dan prasarana pengumpulan sampah sementara.
b.
Pengangkutan sampah dengan memakaidump truk rnaupun kontainer.
c.
Menyediakan tanah untuk rempat pembuangan Akhir (TpA) di
r . . .
:
TPA Gunungsantri di Kecamatan palimanan TPA Cihoe di Kecamatan Ciledug TPA CiawiJapura di Kecamatan Lemahabang, dan TPA Gegesik di Kecamatan Gegesik.
3.3. Kendala Dan Daya Dukung 3.3.1 Kendala
A. Pengembangan Fisik
Pengembangan suatu wilayah perlu mempertimbangkan faktor-faktor yang dapat membalasinya. Faktor-faktor pembatas tersebut menjadi pintu limitasi atau pembatas pengembangan wilayah yang nremungkinkan untuk dimanfaatkan dan
dikembangkan. Limitasi pengembangan menjadikan fungsi lahan menjadi optimal sesuai dengan fungsi dan karakteristik fisik alam dan lingkungan diatasnya yaitu memperkuat karnasan lindung dan maksimalisasi kavrasan buclidaya.
Faktor yang tn€mpengaruhi limitasi pengembangan suatu witayah terdiri
1. Tingkat
2.
kemiringan lahan kurang dari 40%
Ada atau tidaknya wirayah yang termasuk rawan bencana
:
ilt-17 3.
Kecenderungan adanya daerah kritis.
4. Pertimbangan terhadap penggunaan
lahan yang berfungsi sebagai daerah
persawahan beiirigasi teknis. 5
Pertimbangan terhadap penggunaan lahan yang berfungsi sebagai kawasan lindung.
Limitasi pengembangan wilayah di Kabupaten Cirebon terutama tersebar di bagian selatan' sebagian di wilayah barat dan sebagian kecil di bagian tengah Kabupaten Cirebon, yaitu :
a) Kawasan Konservasi Pantai yaitu terdapat di sepanjang 54 Km di pantai utara meliputi bagian dari kecamatan losari, Gebang, pangenan, Astanajapura, Mundu, Cirebon Utara, dan Kapetakan.
b) Kawasan Hutan Lindung, meliputi Kecamatan waled, pasaleman, Karangwareng, susukan Lebak, sumber, Dukupuntang, palimanan, Gempol, dan sebagian kecil Kecamatan Sedong, Beber, Mundu dan Astanajapura.
c) Kawasan Badan Air, yaitu
kawasan sekitar mata air dan :emoadan
sungai, dan danau.
B. Daerah Banjir dan Kekeringan
Daerah banjir dan kekeringan dapat mempengaruhi aktivitas kegiatan perekonomian wilayah secara luas. Hal lersebut akan menghambat terhadap
aktivitas dan mobilitas penduduk sebagai pelaku ekonomi dan pelaku pembangunan. Daerah banjir disekitar pantai dipengaruhi air pasang laut. Wlayah yang sering mengalami banjir terdapat di Kecamatan Kapetakan, Cirebon Utara, Kedawung, Tengahtani, Mundu, Astanajapura, pangenan, Losari, Gebang, dan Pabedilan. sedangkan daerah kekeringan terdapat di semua kecamatan.
ilt-18 C. Perkotaan
Perkembangan dan pertumbuhan kota dipengaruhi oreh tingkat aksesibilitas. Di Kabupaten Cirebon pertumbuhan kota terkonsentrasi pada
wilayah yang memiliki tingkat pergerakan yang tinggi, yaitu terjadi di bagian barat dan sepanjang pantura. Hal ini menyebabkan pertumbuhan wilayah bagian barat lebih pesat dibandingkan bagian timur, sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan perekonomian wilayah secara keseluruhan.
Secara umum kota kecamatan yang memiliki aksesibilitas tinggi meliputi Kecamatan : Arjawinangun, palimanan, Ciwaringin, Ggmpol, Weru, Klangenan, Plumbon, Depok, Kedawung, Tengahtani, Kapetakarr, cirebon Utara, Mundu. Astanajapura, Pangenan, plered, Gebang dan Losari.
Aksesibilitas sedang meliputi Kecamatan Gegesik, Dukupuntang, Sumber, Cirebon Selatan, Beber, Babakan, Karangsembung, Karangwareng, Ciledug, Pabuaran, dan Waled
Aksesibilitas rendah meliputi Kecamatan Susukan, Kalir,r,edi, panguragan, Depok, sedong, susukan Lebak, pasareman dan pabediran.
O. Sarana Prasarana wilayah
Beberapa kendala pengembangan sarana prasarana wilayah antara lain sebagai berikut :
1. Beberapa sarana prasarana wilayah secara kuantitas belum rnemenuhi kebutuhan penduduk, disamping itu ada sarana prasarana tertentu yang rnelebihi kebutuhan. Beberapa sarana prasarana terkonsentrasi pada wilayah tertentu sohingga pelayanan terhadap wilayah lainnya kurang optimal.
ilf-19 2'
Untuk pengembangan air bersih, jaringan perpipaan air bersih masih terbatas untuk melayani kota-kota tertentu. Masilr adanya kebiasaan masyarakat yang memanfaatkan air sungai secara rangsung (tanpa pengorahan) sehingga dikhawatirkan tidak higienis.
3. Jaringan jalan yang cenderung memiliki lalu tintas kendaraan yang tinggi terpusat pada jalur pantura yang merupakan jatan nasional dengan kualitas jalan baik. Demikian juga konsentrasi intensitas yang tinggi melalui Kabupaten Indramayu, Majalengka, dan Kuningan, memiliki kualitas jalan cukup baik.
3.3.2.Daya Dukung
Dalanl analisa daya dukung lahan rnempertimbangkan Kesesuaian Lahan, Daya Dukung Lahan, Status Lahan, dan Produktivitas Lahan. Hasil analisis dapat difihat pada gambar kesesuaian lahan untuk kawasan lindung dan budi daya,
pertanian lahan basah, pertanian lahan kering, perkebunan, peternakan, perikanan, kehutanan, permukiman dan industri.
Daya dukung air
di
Kabupaten Cirebon sangat minim, karena Cirebon sendiri tidak rnemiliki sumber mata air yang dapat dikelota secara besar. Sumber mata air dengan debit kecil banyak terdapat di Kecamatan \n/aled, pasaleman, Karangsembung, Karangwai'eng sedong, Beber, cirebon selatan, Sumber, Dukupuntang, Ciwaringin, dan Gempol. Mata air irri hanya dapat memenuhi kebutuhan setempat. Untuk keperluan pengairan hampir semua dari sungai yang hulunya berada diluar wilayah Kabupaten Cirebon (Kuningan dan Majalengka).
Kelestarian lingkungan Kabupaten Cirebon perlu diperhatikan dengan serius baik kawasan hulu, tengah maupun hilir. Di Kawasan hulu pertu rnelestarikan dan meningkatkan kawasan hijau aga( berfungsi lindung. Di kawasan tengah perlu rnolestarikan lahan sawah untuk padi dan tebu, serta
tn_20 merehabilitasi rahan bekas Garian
c. Di Kawasan hirir perru peningkatan
pelestarian kawasan pesisir dan pantai.
Penggalian bahan pertambangan, bahan Garian c dan minerar di Kabupaten cirebon sebaiknya dibatasi, karena secara ekonomis jangka panjang akan merugikan daerah. Kalaupun perlu pengembangan Galian C agar dibatasi pada lahan yang mempunyai kedalaman fektif tanah yang rendah, dilahan ini hanya cocok ditanami rumput rumputan, yaitu di sebagian kecamatan Mundu, Astanajapura, Lemahabang dan di kawasan garian yang c ada saar ini yaitu di bagian kecamatan palimanan, Astanajapura, dan Wated.
Kawasan hutan di Kabupaten Cirebon sangat terbatas hanya terdapat di wlayah ciuaringin, Gempor, Karangsembung, Karangwareng, wated, dan Pasaleman, oleh karena itu sangat diperlukan pembangunan hutan rakyat dan hutan desa.
d
!
J: lo
:l!t
a z\
F
0aP<
FHM (n=<
J
I
!
I) tt-
G
?7e =21 <;* bgF o.
aoE6 Ffoc
i!
dVY; Y(az
It
i€89
It
?
q o o rt
sl EI
f
nil ; (r
J
si+6
3
o o
ip
-o tr (U
>r \+g
0
)<
o
dil =!t
o
s.ts.t
c!s.9 Y
(,
z
tu
t-
3 *t
a
z o t
q
o-
q =
\
\-^
l-
5 J a
(.
3l ,\l :J. EI j {ilq =
;'!1
r
'
r$o
9 U' --\r; L'
r...1.
z o z=:) Y
z
u, F
o :)
(D
Y
r(9 \
f
"
\)--'
\ ,zv
r'-J
,'t\' -.. /
/'-
/
('<
r'
\iY '..,z'
G
o
()
ztll J
<' --,
= F
E
zIU
o-
:)
o
F. I
Y
,cof, Y
J)t.vf-q
ot/t.q
DCO'.9
4cty,9
ll:l)v.9
-oc6r.q
t[1s."
N N B
I
T
\a
N
f
E
Y 6
o
g
J-r
o o
2eE
: ;o
* HE?
- zo1
I srs E <j-4o
:P O
"
d.z
6: o.9o tu:)oa
Y*c l-
@
N
-cO
a€gggE EESgtH 'i333Edg (LYYo6o
9.-rirr-rr-rr-r filrll:ll:ll ll
E
YY 60 .! .= o oo o oo o o o w@ o
(L
=lriltillil
il
F E
!
t
I
co
E
!
ls
o o q
ii
nl
nil
:Hfi :Hfi
EiI
.-t
o o at "o. ?o
HI
:EH
3
N
ll lj
6O DA 60 oo @o YY
o o a Y
l
to
DE tl EO cc o@ c(l cc oa
p c o c a
I
9E
oo q9
o q
3
!Y
;
i6|:il;il;ltrlt.l t-ulrllllllll ll l:
tu
t: lo
Y
!
FE9*€ -2-sE5F3
Y
N
N
dtl
o J o
? 6
l-uJ (L Jf rf;.()
Jf .s;.9
I z0
UJ
F
3 a
6 z d o t(L
)L\. ;c
"/g i; 3t 6
q = ) lf,
o-c
I
ca
T
'o. c6 a
:E ,t!
CL.
vo
=\. /
1..
:.
t
)
z.
o (D
z o z
lL,
t
l = Y
z
UJ
F
-= I I -F \ r-.. g I
f
= o
z
z. lrJ
F o-
f,
o )<
'J . .:- .,.r€. : *.."--.sL\
-d
-:}a \tr
.
I !.-\-'-'I>-j^ E, *ri F-,F | '! J' u-. {.= 'r Yg ,E E^ ' ; r o. \. \. -t '
.' /
'..\
:(...^
... ;' -.. .... i )= .!H :
jr{ l,- -/
G
.!-:-!=W=r.tl 5 ) }-€iF ^- '. E
): ^'it'-'' -
,_.1;
1
t
V
i
?
z.
3
,
f,
d)
Y
-./'
{i iip {3 iH
Y
vt
g:
3t 5Y
U)
J Y
3e IO
(o
N
z
I
l P
E
>I l.
= =
to
F
P
G.
E
fiLE:=2. Htr
!
'zOi - 424 k d !J-) 4<Eo F(Ddz 6 ul f 1ll
(L = LU
(L
3
i'!C
t
.'
A
s
Q
o
I
I
6
O
O
6
o
nl
E
o
O
-C
!igJ
E
nnnE!ffimnmH
z
uj
\.r
= u,
z
6
o-
o
o E
J
o.
l-
f, q -J a
s)
\
i-i Er
=
(
.(
.l
X)
z o z :) = Y
zul F
(L
f EO
Y
)
=
E
o
z z UJ
F o.
f, (D
Y
'"-"-
i
Y
o z UJ
J -) E
z
UJ
F
(L
f
@
Y
!K
d
F
o(
53
l.
I\ Y=
!r
I
.J
g 6
r(9
q 3 q
iii i3
;lrl
tt
\'-
a
aj
r.!
FaEiqEF$,g ESgEEIEEEE
{:
3t
tI tr
FE-:*
2?
g)
{
o-
3P *a
o
lg <s ac
? o
vN I
b (L
:
'+':r | ;E
Y
gis
;iiil
snnnE
[!
(L
!tt 3tt ttt ttl
,lii la!5
I
1
lisv
I
I g
t
::il
EII
rlffiH
i$*
t
6 I Y
#il
lll
I
.i
linl
ttI
!
3
llIT
9Pt
g;
(D
I
ccc
33;F
is
I
3'
!
;;;
€3=*e
3
F
BCt
ozoi =S=4
o-
wv
888
frHH tt=
zsd ut*a
I rI ro
drl
CU
l"
7
o zu, F
3 a
_. _.1
:r -). . J3..'t. " . L,\ .,.. :'
r/g ''>.i vo
-..rx
r' :i ', '(
3 q
6 z oo G
(L
aD
-
.]
''@
l-
5
l.
c€ "] : (9.*
:f.-
^"-'.
z (, z.
f=
v zu, F
(L
3 @
Y
f,
E
:<
to z
o z UJ
J a E
z. uJ
F :f (D
!
zUJ
Y
.''.\
o.
o-
F f,
dt I
I
Y
\_1
\,'
.^'/
lr)
c!
E E
I
:_
v
6 d
56* FfiEi
l E o F o o o
-cdgs .= € E. E :xF>6-
* 'a=i€3E E66YY: (!YYsej
E
g*$s:E
EC EI v. oo@ NO 1Y_ @Q
f> dG FF oo (L(L oa oo
t
EE
EE
?
>J lo
N@ O_ N_ @o @ o @N d@ cc
I(
ls
ig ze
to
ff
60 t-F oo (LC oa o@ EA 6A oo d.E t6 cc tl .g o6 ff
!
CE oo tl oc) oo 'lil :: ir,: =::
ll
F
I
ss
9? <s
c
:r-
E x .N
i3s
Il
rt
13
E:
lf
@.
o
sg
U)
:<
;-
o J
sil -a ll
F TU
o
(L
o z
UJ
F
3 ?
6 :Z d o
o
J
q
0t o.
q = ) tf, -J
p '9
3 -J
Cr,
a. e,
f 'c[: f/\ :
\.. .
(
'I
--\.')
z o z z) Y
zUJ F
(L
f(Il Y
'\'._../
5o o o
\
o (9. ..
D
I
c xE
=
vo z z.
tu
F
J o (tt =
')t'1
:
I
t< .)< '(9 zIU J
-t
z=
:) (D
.:J
Y
.'. \
UJ
F
(L
f,
(It I :
I
s*r'
Y
...?
@
c! I
sBE
?
9c66J ooac6v!:
z 7'<
3i 77 833 E EO..c.co
sHs e8E? Ef;F=
OoE
o
!a
j
ll
a
i
e
ti
o.YYo6oN
EE!9EEEBEF
Hr
a
*il
o
nl
o66?i.!.:,=:=.= M6d)Y=FFFtsF
o z
i(u
d
t I
-EdSo< -5*iEE:B8E eSEih;P'?e arF€8;i'.;;s eG;YY'69RA
'i$fi r,u
lr IH
to t
!
E
Fg o;99?o oo
d
' !l f
s
xF=tri
Pe66a
{
'+':E
-OJJ: fJ L
! >l ro
trl
::il
E!I
dll
t!,
J
I Y
J
F
a
UJ
c .fi14.9 :tr
o zul F
3 .
-.r.d_
_.
-
_..r
U'
z d o t
o I o J
q
o-
iq l) q J
\= I
C 6
'(
x6
\" \.
/
z. z. ul
F (! f,
(D
Y
l.o lr9 ld) llJl |Jl
g
t"
i,
ltI
Y,
-/
P'
:'
-: U' ;
'a.. /
jr
z UJ
F f
lTt
s-'.. r
v3
)
\'-" - "
f = x
o.
i.c o c\ o CD c o
'V-.
= to
rO
'tF
',
x a I o o (9
o
€,i' s<,..1 ...,J'\ !
f^)
o ct 6 :<
I
i' .
z (, z
o 6
li'
r{l .J
lt
:
Y
(,
zlu J
-) E
z UJ
F
(L
p (I)
Y
l3r 13
5i SE
; ! :H 3
lf.ss.9
\.
I{
o
x
t6Y
Jr
{
,6
!l!€
z.\
o8* z#6
-.ss ssiRes ?c6o
e '- E $
5F{2
)
F
ig ze.
t
cl
93
aEggg (!:
H
ES!gE ;33sEE gNHNEE
Oo@FNA 'oov CE4EEE 660660 cccccc oood6G FFFFFF cccccc oo6do6 oooooo
!s
3
.9 .9 .9 EETIEE ooooo9 !zYYYYY
l
e
!t
O@FO
.c-
.E
ci
a
ir .9
1z
v
lo
;f;;l HdH
Y
3 5
ll
a
nil
)<
o J
EII drr
l-
I a I
i E
tu o-
I (9
z UJ
l.r
\
3
_ \..\
/
'a at
a o
o
J
z.
t
o-
o G,
g
-
(L
.o
3 q
o t)
-
.L
v
V9,-.
vo i=
v (..
(. 'l
z o z
)Y =
g o a
zllJ
{o o { :<
l-
G
f,
o
r(
Y € @
@ a
(9
f
t< .Y
=
./(, z
E.
o
z z
\
..
UJ
J
-)
UJ
F L l
= z
u,
(D
Y
'I
\
r-
F )
Jx
v
F (l
:) (D Y
t3r 1-r
3: ES c9
T"
I 6
@ cv I
-
.+.!i 4.a** Fco?
o c
z-* d
$:i
@? =Fd f;;E
_c;;6oiD ?cJi;
=o .99 J9 oz
oob
f
@@o
F
33
.;**EE=? EiiE?.!66 sdg$gFE
o
(LYYo6\=
Igx F
|
OQE
ooo UJ UJ
ECE aoo oQo FFF ccc ooa ECL
U'
lp
g!9s YYY
IU
(L
-6.rL9
-6-re-9
elil tl
a
II
^.i.
i!
'_
drl
ll
llll
-ll
F
UJ
(L
I (,
z
UJ
F
iq
-=)
6 z oo E o.
)
F
)
z.
o dl
z o z
UJ
&
5 F
o Y
f = Y
z
u, F
cf
@
x
..
:) =.
Y
o
z
o UJ
(L
J -) E
d)
F
= z UJ
F f
z UJ
Y f @
Y
-
. ,2-'
i;c?
;qr :
rgo 13 ;E SE iH ? 6
.Gor.9
\N
xa
3
; + a
F E @
i
i!
sil
nnnEE$Ni
-ocJL9
c
I
t
/
l.
!
A
ls
3
to
pElt o@o
q
3
!E >z
o,
c!
t
I
Jr
+-ii ) .t(
E 9
g
*11 - -l-
3
-?Fg
f
;;9* 2zW-
SqFg
E
d
i
,'.
B; ? q€€ g
-9
Y
€r :l
Ei
:
s5
-9E9Fgz
s-9
i
'FE9E3B5i ee9::::Ei iiiriilE;
;3 3 3 C d i e 6
2
:-, i' ![l'\" *l r:rrnr;lr-lr-l ' ll :ll :ll ll l::',','H'.',
Eli;ri!i, i I t I t
I tl i ll i
r
5
lq rl
lI
;;;3;;;;$ ili
f, 5!
nt
... t
trll
E!I
llrll. I'J::i:i:ffiii
dtl
lul I ll I IIJLJ=:':':EiJ
9:
@
{E
3t
i3r
-rl
=
<8
Til
d
.5-:3
5
6l
f
9r
5
3r I'
+'
.t!
t
3
rr
:1
II
1T
T!
I sv
i'
I
o z u.J
F
3 a
6 z, E
o to-
3 l-
5 q
z.
o
z=l
Y
z
UJ
(L
l
d!
Y
li
t
l >'
E
o = z UJ
F
:) d)
v
t< ')< ,o
z UJ
J
-)
= z. lt ,()-
f(D
Y
h f. E
o (t,
i
I
^3 a; , : tgg€
z'
68* oOHd
€? i .csE i:!eeiEig
-J=<
;89= ioPE
o
ztu
t.rJ
J
i i: ^! gl
3s fo
55
Y: < !., {?
P
Ee h
!
o
f 3; EY tt iK Y
::I
dtl
a Y o J
I
F
d
6
uJ
(L
o z, UJ
F
3 -,
6 z oo t o.
::i €\'
..:.',
.ct
o Jt c
iJ. 3'fi z o z =
f, Y
zUJ F
(L
f
c)
Y
f,
t o = z
Y
o z UJ
trJ
J -t
f
= z
(D
llJ
)<
G
F
F f,
d)
Y
i3r {3
6
Elt
',|ttl%#H
3
,6
ss ii L < il :;::i:;i!ssis:s ;E *il
ftz aiE55'g;sgigiEi H{H :lf, <
>l
CO
i >J
I
.+- :t g€ l6
-
sa* <#cD
o 6
:Eeg 8P€
'6 ce '*;
-C
c6!9t g6
c o
60 o
P
YooE
3E g 3aE3
o
rnT1 u.t = I lll :l rn | 'lliltl r Y|
3
q--q? oJvt EEE 660 o6G F}-F
EgbF ;\oo: 6YY
Y6 (lY -.
e
I
LJJLIJ
I l.r I
li l;i l.ll
9,J
2
lr
lt
sf RI
gil dll
f
d
o o q o o
:
I
!
c
@.
o
a :<
J l:
6-
E
t r5
ggg ooo
<s
!( IE Ir
o00 660
$
ls
ao
f
;E*=
'fiaF
3
t
l-
o J
Y
U'
FUJ
o
6 xt
ig* gE SE
. :H
T
E
E
? o
N
b
(Y)
I a >: t.
I
z
faE
lg tp
rtr
zfi*
!
?
I
€, xl
t
:i9* E 8k9 " Z)i
-c5-9 -!5!--t
!.s
-c
E-eEiii:':i 8Elgj:a8"! !!;E!:E-E!E
H3P
. E
CYYZLYFY
F
o
o.
o
[rJ
I
!s :t
aaaxxaaaaa @d@!=
zul
E
:it
l!
9-: :tsG
E'.E ''6 '
:38;
3;:si5
i5*
ft
i!
ii
lr
ll
-t5
o,
'i
ir
ti
liii;iii l:lli H i l:,:?.ii: i,i,i,i [ir'rii
J
r t ;i
g3
63
(n
r"
Y
o J
3
F
dIl ii.ij =rl
-]
UJ
o.
-6.SS.9
I
Iz ul F
7
\.--.r---._.1
1
q
\:^
i
6 z E o t
(L
t5 J
n5
z z
(, f=
I
Y
-
LIJ
F
o.
f
c)
Y
:) z.
o
z
:/\.,
z. UJ
F o-
f, (D
)<
':) ,l
(o
(r,
-P
I
z
f-t \J=*"rr :tril* J
3
A
9Y
lg ad
lo te
A-
<e; ^:zoe
Jr to i9 I !gI !
{i
I
- )24.
oHl Eftz o sd* t-
66= coE 'A>O YoO =oo (!YY
..
LU
r\
(L
6
*l'llill:l 9J||il.il.1 ('rt.iltiltl trtlrlllllll
=
; 86E-HeE L sg'. 3.d-g 53 gszo-vF)zeessEFsFE;E EEEEE4EASii 6YOOO-
666
aao o s
ls
cE o5 =cxo
@J
L_IjL!JL_.!J
E!ffiMilMHUT n
!t i3H
it ll II nl
1i
t i sv jt 3*
Q
Y
o J
sii drr
5
F
T
c TU
-r"9'.9
-cf,.!O.t'
t
o
zul F
3 -)
6
! a o J
q
(L =
o &
c
iq l) -J
l/
g)
.),
f3$; '!'.{.iiul r,..:);y,'p , ,f-^a,iii, t-\
!/J
-1 ..t_i )
)
z o z zf v zu, F
(L
J
f
j iC' @ a J
dl
Y
o .c o.
CL
-\i \
gJ
= CL
J x.
f
=:-
E
!l
d
z zuJ F
(L
f
o Y
t
(
'J
I
^..
\_ t
I I t
.!
'..\
(9
tr
J
!
z|.r|
-)
= z
b 5
F
5
tu (L
f
o Y
rf
(O
tI J: ,+- t:!l
I
z4
-tJ=<
gH*
ao .-
I
i?53
lrlI t! lr
-c
,EZHr .Fg$E
-cdg hE*6
E EEEFEHE* 8€ggeEE€68
O-YY'!tqZO-)lFYf, qoe66ccccc@
***ii*****E
d)dl@==---
o
zUJ
C' LrJ
-J
o-
c
il ffi!
n
mil
=!tll
1H
g: {:
3
o cq
-
o o
: J
Y
U' -q,
1s
tD
t
, ,-
3
'-F
I
?Qzi
f;gx (L
J .t
I
3
I5I a :<
o ) F [! (L
x
-I I
i
lll ilIY i-
BAB
IV
STRATEGI PENGEMBANGAN TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN 4.1. lsu Strategis
Berdasarkan Hasil Analisis dapat disimpulkan beberapa isu strategis pengernbangan wilayah Kabupaten cirebon sebagai berikut .
MWASAN LINDUNG, Kabupaten Cirebon memiliki kawasan berfungsi lindung sangat terbatas, hal ini dilihat ddri kawasan konservasi, kawasan hutan lindung dan kawasan hutan produksi yang dikelola oleh KpH hanya sekitar 5.500 Ha. sedangkan diharapkan luas kawasan rindung yaitu sekita r 30
o/o.
SISTEM KOTA-KOTA, Dalam RUTR 1993 Kabupaten Cirebon memitiki 9 kota strategis dari 23 kecamatan yang ada saat itu, namun dengan perkembangan
yang terjadi saat ini telah berkembang menjadi 37 kecamatan
dan
tetah
dibangunnya jaran tor, sehingga muncur kota kecanratan yang memiriki akses Irnggi, maka sistem kota-kota yang ada sudah tidak sesuai lagi sehingga perlu pengaturan kembari sitern hirarki pusat kota. Disamping itu perru penegasan pengembangan desa urban dan rural, serta pengembangan
kawasan di
perbatasan.
SARANA PRASARANA, belum terciptanya infrastruktur wrtayah sebagai pendukung, Rengarah, dan pembentuk ruang yang dapat merayani keburuhan pengembangan secara efisien, cJan menarik bagi penanaman modal
liiiiiiri
ili,,irii
w -2
4.
TATA GUNA LAHAN
Pola Pemanfaatan Ruang di RUTR Kabupaten cirebon terbagi daram
. . . . . .
Perrnukiman
Pertanian laharr Basah Pertanian lahan Kering Perikanan laut Kawasan Industri Konservasi pantai
Belum adanya arahan yang tegas mengenai arokasi untuk
1.
Lahan Non Budidaya yang terbagi kedalam
a.
Kawasan Konservasi
b.
Kawasan Badan Air
2. Lahan Budidaya yang terbagi kedalam a.
b.
:
Lahan pertanian terbagi lagi menjadi
-
.
:
Lahan Tanaman Basah Lahan Tanaman Kering Tanaman Tahunan perrtu / Rumput-rumputan (peternakan)
Lahan Non pertanian terbagi lagi menjadi
-
permukiman perdagangan dan Jasa Industri
perdagangan.
;
:
:
fv-3
5.
AIR BAKU, Kabupaten Cirebon tidak memiliki sumber air baku sendiri, sumber air beraoa di kaki gunung cirernai yang termasuk wilayah Kabupaten Kuningan.
4.2
Tujuan Pongembangan Wilayah
Tujuan pengenbangan wilayah lGbupaten Cirebon adatah
a.
:
Mengoptirnalkan dan rnensinergikan pemanfaatan sumber daya daerah secara borkolanjutan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat dan k€tahanan nasional.
b.
Menyeimbangkan dan menyerasikan perkembangan antar wilayah serta antar sektor dalam rangka rnondorong pelaksanaan otonomi daerah.
c.
Meningkatkan kualitas lingkungan hictup dan mencegah serta menanggulangi dampak negatif terhadap lingkungan.
d.
Menjamin ketersediaan pangan dan nnmportahankan fungsi lahan sawah.
e.
Mengatur struktur dan pola tata ruang yang borlandaskan pada potensi wilayah, daya dukung, daya tanpung lingkungan hidup.
rv-4
4.3. Strategi Pengembangan
Wilayah
Strategi pengembangan wilayah sesuai isu strategrs, meliputi empat pokok bahasan yaitu Strategi pola pemanfaatan Ruang, Sistem Kota-kota, Sarana dan Prasarana Wilayah serta Tata Guna Lahan.
4.3.1.Strategi Pola pemanfaatan Ruang
Strategi pola pemanfaatan ruang diarahkan untuk hat-hal berikut
a
.
Memelihara dan penghutanan kembali kawasan hutan yang dikelola oleh KpH
seluas 5.500 Ha serta mengembalikan fungsi hutan sebagai kawasan non budidaya.
b.
Membangun karnrasan konservasi sebagai berikut
.
1) Kawasan Konservasi Pantai dengan ketentuan 100 nr dari garis pasang tertinggi ke arah darat sepanjang 54 km di kecamatan Kapetakan, cirebon Utara, Mundu, Astanajapura, pangenan, Gebang dan Losan.
2)
Membangun l(onservasi sempadan sungai dengan ketentuan 30 meter
di kiri kanan sungai kategori
sedang (Sungai cimanuk
dan
cisanggarung) dan 5 m di kiri kanan sungai kecit (52 sungai lainnya)
3)
ftrlembangun Konservasi badan
air danau/setu sekttar 2OO m
darr
tanggurdanau khususnya urrtuk Setu patok dan setu sedong.
4) Membangun dan nremelihara kawasan sempadan mata air radius 200 m dari titik mata air untuk 44 titik mata air yang ada.
dengan
tv-5 c' Mempertahankan
kawasan pertanian tanaman tahunan yang telah ada setuas 6'000 Ha dan memperruas kawasan tanaman tahunan sekurang kurangnya 6.500 Ha lagi, terutama pada rahan kritis, dan pada kawasan rain yang memungkinkan dijadika n kawasan tanaman tahunan.
d
Mempertahankan keberadaan rahan sawah untuk menjaga stabiritas ketersediaan beras minimal 40.000 Ha.
e.
Mengembangkan kawasan-non pertanian berupa ka,"vasan permukiman,
kawasan industri, kawasan perdagangan dan jasa, serta kawasan penambangan sesuai dengan daya dukung lahan, kesesuaian lahan dan kecenderungan pertumbuhan wilayah.
4.3.2 Strategi pengembangan Sistem Kota
Strategi pengembangarr sistem kota nretiputi
'l
Mengembangkan Hirarki pusat
:
kota Kecamatan yang
mendukung
keserasian perkembangan Wilayah Barat dan Timur
2.
Menala fungsi kota-kota kecamatan sesuai dengan fungsi dominan dan hirarkinya
4.3.3 Strategi Pengembangan Sarana prasarana
Strategr pengembangan sarana prasarana wilayah metrputi
1. Meningkatkan dan nrempertahankan tingkar pelayanan sarana
. 2.
prasarana transporlasi yang ada. Mengarahkan kegiatan yang akan timbul
:
dan
tv-6 ' ' .
Menghubungkan antara PKL dengan Jalan Tol dan Jalan Arteri Primer Menghubungkan antara Pusat Kecamatan dengan Jalan Arterisekunder Menghubungkan Pusat Kecamatan dengan pusat Desa dengan Jalan Poros Desa.
3. Memeratakan
pengembangan wilayah dengan pengaturan sistem terminal
dan pola angkutan orang daan barang
4. Mewujudkan jaringan irigasi yang ada dalam rangka swasembada pangan. 5.
Meningkatkan ketersedian energi dan telekomunikasi.
4.3.4 Strategi PengembaRgan Tata Guna Lahan
Strategi pengembangan tata guna lahan sebagai berikut
:
1. Pernbangunan Kawasan Non Budidaya ditargetkan minimal 8,25 o/" dari luas lahan Kabupaten cirebon atau sekitar 8.166 Ha terdiri dari
.
Kawasan konservasi Pantai
.
Kawasan Konservasi
.
Kawasan Badan Air
. . 2.
Sungai
Danau
Kauasan Mata Air Kawasan Hutan
:
540 Ha 1.1o1 Ha 242 Ha 7O4 Ha
5 500 Ha
Mengembangkan Kawasan Budidaya sebagai berikut
.
Mempertahankarr lahan basah / sawah mininral seluas 40.0@ Ha
.
Meflgembangkan lahan permukiman pada lokasi yang sudah ada
.
Mengembangkan kegiatan perikanan rJ€nggaraman
laut,
pertambakan dan
rv-t o o . .
Mengembangkan kawasan Industri pada lokasi yang cfiarahkan. Mengembangkan Taman Kota sebagaiparu paru kota. Mengembangkan jalur hijau di wilayah perbatasan Kabupaten
Pengaturan hirarki dan fungsi Jasa perdagangan pada pusat pusat kecamatan.
4.3.5 Strategl Penyedlaan Air Baku
,
Perlu penyediaan Embung air di tiap sub wilayah pengembangan, untuk penyediaan air pada musim kernarau dan untuk mengurangi banjir pada musim
hujan. Disampirg itu perlu pengembangan sumur resapan untuk nreningkatkan ketersediaan air tanah, serta pemeliharaan Dam air yang telah ada.
BAB V RENCANA STRUKTUR TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN Rencana struktur tata ruang wilayah Kabupaten Cirobon metiputi ompat pokok bahasan yaitu :
1.
Pola Pemanfaatan Ruang
2.
Struktur Pusat Pelayanan
3.
Sarana dan Prasarana
4.
Tata Guna Lahan
6.1
Rencana Pola Pemanfaatan Ruang Rencana Pola Pemanfaatan ruang adalah rnenentukan karlrasan non
budidaya dan karuasan budidaya.
6.1.1 Kawasan Non Budldaya l(s\ffasan non budidaya meliputi
:
a. l(ar'uasan lindung b.
lGwasan perlindungan setempat.
c.
Kararasan Suaka Alam, Cagar Budaya dan llmu pengetahuan.
d. lGurasan
RaaAn Bencana Alam
l(awasan Undung adalah kawasan yang nnnberikan perlindungan bagi ka^asan lainnya, baik borupa hutan maupun diluar kafiasan hutan yang borfungsi hidrologie untuk rmnJamin ketorsediaan air, ditetapkan seluas 5.500 Ha berlokasi
di
Kecarnatan Pasalernan 1.000 Ha, waled 5@ Ha, lGrangrvarong 30o Ha,
v-1 i,,,{lf $ffi {rr$,ffi
-$P$t$.ff.'.
.
...,,rr,.itrri,r!"iririi'i.ttr.l
t..E:,t$gfl
r,.
r, .
,,
!,Ery:tm'ffi-,$rr"t"L"'
. ..,
'i
r'ii'rr:rf
iir
l
v -2
Susukan Lobak 300 Ha Sedong 300 Ha, Beber 1.000 Ha, Sumber 200 da, Cirebon Selatan 3O0 Ha, Palimanan 30O Ha, Dukupuntang 50O Ha , dan C'empol 800 Ha.
(1)
Pada kanasan lindung
di dalam kawasan hutan
hanya diporbolehkan
pemanfaatan hasil hutan bukan kayu. (2) Kegiatan budi daya yang borada pada karnrasan lindung di luar kararasan hutan
yang mengganggu fungsi lindung, maka fungsinya dikembalikan secara bertahap sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang bedaku, sedangkan untuk kegiatan-kegiatan baru yang dapat rnengganggu fungsi lindung perlu dibatasi.
Kawasan perlindungan setempat meliputi
a.
:
l(alvasan konservasi pantai yang berfungsi melindungi kelestarian sumber daya alam pantai dan laut, ditetapkan seluas 580 Ha, nnliputi Kecarnatan
lGpetakan, Cirobon Utara, Mundu, Astanajapura, Pangenan, Gobang, dan Losari b. t(awasan
senpadan sungai yang tersebar di Daerah seluas 1.180 Ha tersebar
di seluruh daerah. l(g\ /asan resapan
air sekitar mata air yang borfungsi hidrorologis
untuk
meniamin ketersediaan sumber daya air seluas 704 Ha tersebar di kecamatan Gompol, Palirnanan, hrkupuntang, Sumber, Cirebon Selatan, Bobor, Sodong, Lernahabang, l(arangwareng, dan Waled. d. l(s\ /asan sekitar
situ s€luas 45O l-fa moliputi kauasan sekitar
Sotu Patok
kecarnatan Mundu eeluas 250 Ha, setu Sodong kecamatan Sedong seluas 150 Ha, dan kaurasan Belaaa kecarnatan Lomahabang seluas 5O Ha.
v-3 Kawasan rawan bencana alam, terdiri atas:
a.
Kawasan rawan banjir meliputi kecamatan Arjawinangun, Losari, Babakan, Astanajapura, Kedawung, Cirebon Utara, Gegesik, Waled dan Kapetakan.
b.
Kawasan rawan air
di
musim kemarau meliputi kecamatan Kapetakan,
Gegesik, Astanajapura, Arjawinangun, Beber dan Losari.
c.
Kawasan
ra\
/an intrusi air laut meliputi Losari, Gebang,
Pangenan,
Astanajapura, Cirebon Utara, Kapetakan, Kedawung, Gegesik, lGliu,€di.
d.
Kawasan rawan bencana gunung berapi yaitu sekitar gunung Cirarnai
meliputi Kecamatan Beber, Kecarnatan Surnber, Kecarnatan Cirebon Selatan, DAS Cipager, DAS Jamblang, dan DAS Cimanis
e.
l(araasan ra\iian gerakan tanah dikecamatan Sedong dan Beber.
lGwasan suaka alam rnoliputi
a. b. c.
:
Kecamatan Surtrber (Kelurahan Babakan) berupa satwa kera Kocamatan Cirebon Selatan (Desa Kerandon) berupa satwa kera Kecarnatan Lemahabang ( Desa belawa) borupa satwa kura-kura.
lGwasan Cagar Budaya dan llmu Pongetahuan diatur oleh Perarturan Daerah Tersendiri meliptrti
a. b. c. d. e.
Zaman Praseiarah
Tanln
Hindu / Budha
Zaman Masa lslam
Tsnlpn Kolonial Tannan Kernerdekaan
:
v-4
5,1.2 Kawasan Budldaya
lGwasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumb€r daya rnanusia, dan sumbor daya buatan baik dalam hutan rn€rupun diluar hutan.
(1)
Kauasan budidaya didalam karaasan hutan adalah hutan produksi.
(2)
lGwasan buditlaya diluar karaasan hutan terdiri dari kawasan pertanian dan non pertanian.
(3)
l(ruasan Pertanian sobagaimana adalah meliputi pertanian lahan basah, pertanian lahan koring, dan tanaman tahunan.
(4)
Karasan Non Pertanian adalah rneliputi permukiman, pelayanan Umum, industri, pertarnbangan, dan pariwisata.
lGwasan budidaya didalam kawasan hutan adalah hutan produksi seluas
4.865,61 Ha terdapat di Kecamatan Ciledug 2.040,10 Ha, Kecanratan Waled 1.481,40 Ha, Kecamatan Palimanan, Dukupuntang, dan Gempol seluas 1.344,11
Ha. tGurasan hutan produksi ini harus tetap dijaga agar memberikan fungsi hidrologis.
l(s\ asan Budidaya Pertanian rrnliputi
a.
:
l(a\ /asan pertanian lahan basah, teMarna lahan sawah boririgasi teknis perlu
dlportahankan sampai paling sedikit 36.581 Ha, nnningkatkan produktivilas
lahan ss^rah nplalui upaya intensifikasi, dan pongembangan infrastruktur surnber daya air untuk nnnjamin ketersediaan air dan jaringan irigasi.
b.
Ka\^rasan portanbakan terdapat dikocamatan
Lmari seluas 2.2N Ha, Gebang
soluas 400 Ha, Pangenan seluas 1.45O Ha, Astanajapura geluas 5O Ha, Mundu e€luag 100l-la, Cirebon lJtara seluas 3O0 Ha, dan lGpetakan seluas 2.000 Ha.
v-5 c.
p€rtanian lahan kering seluas 6.198 Ha tersebar di Daerah.
d.
l(8taasan pertanian tanarnan tahunan seluas 12.979 Ha tersebardi Daerah.
Kawasan permukiman melipufl
(1)
:
Berfungsi primer yaitu berfungsi sebagai penyediaan kawasan pennukiman bagi penduduk setempat dari luar kecamatan yaitu terdapat pada kecarnatan : Losari, Gebang, Mundu, cirebon selatan, Kedawung, Cirebon Utara, Palirnanan, dan Arjawinangun.
(2)
Borfungsi sekunder dan tersier yaitu sobagai penyediaan kawasan permukiman bagi penduduk setempat.
(3)
Luas karaasan p€rmukiman seluruh Daerah adalah 1g.07g Ha
Pelayanan umum borupa kawasan perdagangan, Jasa, fasilitas perdiudikan, fasilitas kesehatan, fasilitas socialdan porekonomian nnliputi : (1) Pelayanan Umum untuk keperluan Daerah seluas 5.403 Ha tersebar
cti
seluruh daerah.
(2) (3)
Pelayanan Umum untuk penunjang Pusat Kegiatan Naslonal dan Wlayah seluas 1.060 Ha.
Perdagangan bahan tansang seluas 1.OOO Ha nnliputi kecamatan Astanajapura seluas 20o Ha, pangenan seluas 3oo Ha, Dukupuntang seluas 200 Ha, Gernpolseluas 100 Ha, dan lGpetakan seluas 200 Ha.
l(auasan lndustri berupa ks\^iasan industri yang dibedakan dalam 4 jenis industri
(11
:
lndustri Prirner yaitu derBan jenis iMustri rnanufacturing, diarahkan pacta kecernatan Astanajapura seluas 3@ Ha, pangenan 3o0 Ha, dan plunton seluas 300 Ha.
(2)
Indtrstrl Sekunder yaitu jenis industri Agro industri diarahkan pada kecamatan Losarl seluas 200 Ha, Babakan seluag 200 Ha, Lomahabang s€luas 20o Ha, lGrangsenbung eeluas 2oo Ha, weru s€luas 200 Ha,
v-6 Plered soluas 200 Ha, Palirnanan seluas 200 Ha, Depok seluas 200 Ha, Gempol seluas 200 Ha, susukan 200 Ha, dan Kapetakan 200 Ha.
(3)
lndustri Tersier dan Home lndustri merupakan industri kecil, industri makanan, dan industri korajinan yang berlokasinya rnenyatu dengan pennukiman berlokasi di seluruh daerah.
Pertambangan sebagairnana dimaksudkan pasal kaurasan pertarnbangan galian C meliputi
25 ayat (5)
berupa
:
(1) Kecamatan Waled seluas 200 Ha (2) Kecamatan A.stanajapura seluas 30O Ha (3) Kecamatan tGrangsembung seluas 200 Ha (4) Kecamatan Sodong seluas 200 Ha (5) Kecamatan Beber seluas 200 Ha (6) Kecamatan Palirnanan seluas 300 Ha (7) Kecamatan Dukupuntang seluas 200 Ha (8) Kecamatan Genrpolseluas 200 Ha. l(s\ rasan Pariwisata berupa kalrasan wisata yang lokasinya berada pada kawasan budidaya lainnya moliputi
:
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
Tarnan Satwa Bendawa di Kecarnatan Lemabahang.
(10) (11)
Makam Sunan Gunung Jati Kocarnatan Cirebon Utara
Pasir Azimut kocarnatan Waled S€tu Patok Kecarnatan Mundu Setu Sedong di Kecamatan Sedong Makam t(rarnat Talun Kecarnatan Cirebon Selatan Tarnan Sstwa Palngon Kecamatan Sumber Pancuran Daris Kecarnatan Palimanan Banyu panas Kecarnatan GemPol Makam Kibtryut Trusmi Kecarnatan Plered Maksrn Nyi rnas C'andasari di Kecarnatan Panguragan
(121 Taman Wpata
dan Patilasan Sunan Bonang di Kecarnatan Ciempol
v-7 (13) (14)
Makam Syeh Magelung Saktidi Kecamatan tGpetakan. Bukit Gronggong di Kecamatan Cirebon Selatan dan Beber.
5.1.3 Arahan Pola Pemanfaatan Ruang
Sesuai hasil analisis kesesuaian lahan rnaka arahan rencana pola pernanfaatan ruang adalah rnenentukan kawasan yang berfungsi lindung dan
karasan budi daya. Rencana pola pernanfaatan ruang di Kabupaten Cirebon sebagai berikut:
1.
Rencana l(arnasan Berfungsi Lindung
o
lGwasan konservasi berada
di
Kecamatan Waled, Pasaleman,
lGrangurareng, Susukan Lebak, Sedong, Bebor, Cirebon Selatan, Sunber, Dukupuntang, Palimanan, Ciwaringin, Mundu dan Lernahabang.
.
Lahan kritis terdapat
di
Kecarnatan Civraringin, Gonpd, Palimanan,
Dukupuntrang, Cirebon Selatan,
Beber, Sedong,
Karangwareng,
Astanajapura, Waled, dan Pasaleman.
.
lcwasan Suaka Alam dan Cagar Budaya terdapat di Kecarnatan Sunbor, Crempol dan Waled.
.
S€rnpadan Pantai sepanjang 54 Km terdapat di Kecamatan lGpotakan, Cirebon Utara, Mundu, Astanajapura, Pangenan, Gobang dan Losari.
.
Sompadan Surpai melipdi surBai DAS Cieanggarung dan Cirnanuk yang meliputi 18 sungai dan anak sungai tersebar di wilayah lGbupaton Cirebon, antara lain:sungai Cimanuk, tGli Pondok, l(ali Prawira lGpala, l(ali Subah, Cisang garung, Cileu nca, Ciolok, Cija ngkelok, Cl beres, Cibogo, Cig arukgak,
CijurarqJoro, Eangka dereg, Cicurug, Cipugonggereng, Cipogor, Cimanie, dan Cilombu.
lr riltllii,.{rl,Eild*itillll4]lli
lilil{iii [ii lJrlij;(
, ,)tiliti.i'i..:f,, ' :ii I r:i i;illrii :i ., , .":t.,i;!i.,
.
r tri:.
.,
,
I
' i
v-8 sokilar Mata Air terdapat di Kecamatan Gempol, palimanan, Dukupuntang, sumber, cirebon selatan, Mundu, Lemafrabang, sedong, l(arangrarareng, Pasaleman dan Waled.
sokitar Danau terdapat di Kecamatan Mundu, Lemahabang, dan sedong
2.
Pengembangan Kawasan Budidaya pertanian meliputi
:
Pembangunan l(awasan Hijau diluar karaasan lindung hingga 30 o/o (29,711 Ha) untuk nnnjaga kelestarian lingkungan hidup dan ketersediaan cadangan air tanah, malalui program
o
:
Hutan Desa merupakan karaasan hijau pada tanah kas desa clengan tanaman keras (buah-buahan atau tanarnan bemilai ekonomis lainnya) dengan tujuan untuk pengembangan kaudsan hijau sekaligus peningkatan pendapatan desa.
'
Hutan rakyat rnerupakan karanasan hijau pada tanah milik rnasyarakat dengan tanaman keras (buah-buahan atau tanaman bemitai ekonomis lainnya) untuk meningkatkan pendapata n masyarakat.
o
Mempertahankan kaaasan Hutan Produksi, dan kawasan hijau yang telah aCa.
. . r o '
Penghijauan pada Tempat pemakarnan Umum Penghijauan lGnan kirijalan Hutan Raya Pengkayaan Agroforestry dan Perkebunan
ilenpertahankan keberadaan lahan sauah untuk rnonjaga stabititas ketorsediaan beras minirnal 4o.o0o Ha. Diarahkan pada Kocamatan lGrangsembung, lGrangwareng, Lernahabang, susukan Lebak, sedong, Mundu, Beber, cirebon selatan, sunber, Dukupuntang, palimanan,
Plunbon, Depok, Kedamrng, Tongah tani, cirebon utara, lGpetakan, Klangenan, Arjarvinangun, panguragan, ciwaringin, Genpol, Susur€n, G€g€sik
v-9
.
Mernpertahankan Kawasan
untuk tebu yaitu Kecamatan
walect,
Pasaleman, Ciledug, Pabuaran, Pabedilan, Babakan, Gobang, Karangsembung, lGrangwareng, Lemahabang, Susukan Lebak, Sedong, dan Beber.
3.
Mengenrbangkan lGwasan Budidaya Non pertanian meliputi
:
Pengembangan lGwasan tertentu berupa kawasan strategis dan kawasan andalan dalam rangka mo,vujudkan peningkatan perekonomian wilayah.
.
Daerah perkotaan rneliputi simpul pusat pelayanan pada ibu kota kecarnatan nnliputi 10 kota strategis yaitu Kota Ciegesik, Arjanvinangun, Palimanan, Klangenan, weru, Sumber, Lemahabang, ciledug, Astanajapura dan Losari.
.
Daorah perdesaan termasuk kawasan budi daya yang wilayah pertaniannya dapat dialihkan ke wilayah non pertanian, dimana pengenbangannya merupakan pormukiman yang secara fisik kurang sesuai bagi pongembangan pertanian. Dalam hal ini l(aaasan pertanian lahan basah harus dilindungi minirnal untuk penrenuhan kebutuhan pangan (padi) daerah dan kebutuhan pabrik gula (tebu).
.
Pengembangan permukiman tordiridari
:
Pengembangan Fermukiman perdesaan dan porkotaan, didalamnya termasuk kawagan sarana prasarana lingkungan, jasa dan perdagangan lokal, jalan lingkungan, dan kawasan industri/home industri.
.
o '
Pengombangan Perdagangan dan Jasa, terutarna diarahkan pada pwat pusat pelayanan sebagai pusat koloksi hasil produksi deerah dan pusat distribusi barang barang konsunsi. Pongembangan lndustrimanufactur, agro lndustri dan horne industri. Pembatasan kawasan p€rtambangan galian C dan kaurasan depo transfer bahan p€rtantangan seperti depo transfer pasir dan batu bara.
v-10
5.2
Rencana Slstem Pusat Pelayanan
A.
Struktur Puset Polayanan
Dalam upaya mengembcngkan sistem pusat pelayanan
di
Kabupaten
Cirebon adalah menata dan mengarahkan perkembangan pusat-pusat pelayanan
untuk mendukung keseimbangan perkembangan wilayah, diasumsikan sebagai berikut:
1.
Pusat Pelayanan dirnaksud dalam RTRW lGbupaten Cirebon adalah ibu kota kecarnatan yang berfungsi sebagai pusat pelayanan bagi kecamatan lain atau bagi desa desa dalam witayah polayanannya. Di lGbupaten Cirebon tordapat 37 pusat pelayanan.
2. Masing-masing pusat polayanan memiliki fungsi dan peran yang berboda-beda
tergantttng kepada kernarnpuan ibu kota kecamatan didatam rnelayaniwilayah
sekitamya. Kemanpuan ini sangat tergantung kepada potensl, posisi geognafis, aksesibilitas, jumlah dan intensitas kegiatan serta kelengkapan fasilitas yang dimiliki. 3.
lGbupaton cirebon dianggap merupakan satu kosatuan wilayah Pengembangan (v!tr) yang utuh, maka didalamnya terdapat satu pusat Wilayah Pelayanan.
4.
lGbupaten Cirebon terbagi boberapa sub \Mlayah pengenrbangan (SV\p). Dlmana tiap ShrP memilikl Pusat Pelayanan Shp yang terdiri dari pusat utama S\rvP dan pusat penunJang SVVP.
Dengan demlklan Pusat pelayanan di lGbupaten Cirebon dibentuk dalam 4
hirarkiyaitu
:
v
- 11
1.
Pusaf wlayah Pengermbangan adalah kecarnatan sumber sebagai pusat polayanan bagi Kabupaten Cirebon.
2.
Pusat
sub wtayah ftngembangan
adarah kecamatan ciledug,
Lernahabang' sumber, parimanan dan fujarrr,einangun sebagai pusat pelayanan bagi kecamatan lain yang berada dalam sub wilayah
pongernbangan.
frnunjang Pusat sub wlayah fungembangan adalah kecamatan Losari, Astanajapura, weru, Krangenan, dan Gegesik sebagai penunjang pusat
shP
masing rnasing yang melayani kecarnatan tain disekitamya.
Pusat Pengembangan Kecamatan adalah desarkelurahan yang termasuk ibukota kecamatan yang berfungsi meleyani desadesa/kelurahan yang terdapat dalam wilayah pelayanannya.
Arahan Rencana Pengembangan Hirarki Pusat Pelayanan adalah sebagai berikut:
Ordo
I
Ordo ll
:
Kecamatan Sumber
Kec. Ciledug
Kec. Lemahabang
Kec. Sumber Koc. Pallmanan Kec. Arjawinangun
Orde lll
l(ec. Losari Koc. AstanaJapura Koc. Weru
Kec. KlarBenan Koc. C'egeslk Koc. Lernahabang
v -12 Orde lV
Kec. Pabedilan Koc. Babakan Kec. Gebang
Kec. Pasaleman Kec. Waled
Kec. Pabuaran Kec. Susukan Lebak
Kec. Karangsembung Kec. Karang\n areng Kec. Sedong Kec. Pangenan Kec. Mundu Kec. Beber Kec. Cirebon Selatan Kec. Tengahtani
Kec. Plered Kec. Plumbon Kec. Kedaw.rng Koc. Dukupuntang Kec. Depok Kec. Ciwaringin Kec. Gempol Kec. Panguragan Kec. Susukan Kec. lGliu,edi Kec. Cirebon Utara Kec. lGpetakan
Pusat Pelayanan yang rnelayani iebih dari satu kecamat yaitu yang termasuk orde 1, 2 dan 3 disebut Kecamatan Strafegis. yaitu meliputi 10 kecamatan
: sunbsr, ciledug, Losari, Lernahabang, Astanajapura, weru,
Palimana n, l{angenan, Arjawinanqu n, dan Geg esik.
v-13
B.
Fungsl Pueat Polayanan
Fungsitiap hirarki pusat pelayanan adalah Orde
I
:
Pusat Pelayanan Wilayah Pengembangan melayani seluruh Wilayah Kabupaton Cirebon.
Fungsi pusat pelayanan adalah sebagai pusat pemerintahan, pusat pelayanan sosial dan pusat distribusi dan koleksi barang konsumsi dan jasa bagi wilayah Kabupaten Cirebon.
Orde ll
Pusat Pelayanan Utarna pada Sub
Wilayah
Pengembangan melayani kecamatan-kecarnatan di
Sub Wlayah
Pengembangan dalarn lingkup
pelayanannannya.
Fungsi pusat pelayanan adalah sobagai pusat pelayanan social, pusat koleksi dan distribusi barang barang konsumsi dan jasa bagi sub wilayah pengembangan.
Orde lll
Ponunjang Pusat Pelayanan ShiP yaitu nnlayanai
wilayah kocamatannya sendiri dan beberapa kecarnatan sekitamya
Fungsi pusat pelayanan adalah sebagai pusat koleksi hasil portanian dan distribusi barang barang konsunrsi.
Orde lV
Pusat PengenbarBan Kecamatan, yaitu ha
yang
nya rnelayan i wiiayah kecarnatan nya se ndiri.
Fungsi pueat pelayanan adalah eebagai pusat pelayanan eoslal okonoml secara lokal.
v -14
C.
Slstom Ponarllayahan
Dalam rn€nciptakan keserasian perkembangan Wilayah Barat dan Timur di
Kabupaten Cirebon, berdasarkan orientasi wilayah, pola aliran sungai dan kedekatan posisi masing-masing pusat pelayanan, maka di lGbupaten Cirebon dibagi menjadi lima Sub Wilayah pelayanan sebagai berikut
.
:
SWP A dengan Pusat s\A/P di Kecamatan ciledug dan pusat penunjangnya di Kecanratan Losari
\Mlayah pelayanan nreliputi Kecamatan
a.
Ciledug
b.
Losari
c.
Pabedilan
:
d. Babakan
.
e.
Gebang
t.
Pasalernan
g.
Waled
h.
Pabuaran
SWP B dengan Pusat SV\P
di
Kecarnatan Lemahabang dan pusat penunjang
di kecamatan Astanajapura.
Wlayah pelayanan rneliputi Kecafnabn
a. Lernahabang b.
Astanajapura
c.
Susukan Lebak
d. lGrangsembung
:
v-15 e.
lGrangwareng
f.
Sedong
g.
Pangenan
h.
Mundu
i.
Beber
swP c dengan Pusat s\ /P di Kecamatan sumber dan pusat penunjang
di
Kecamatan Weru.
Wilayah pelayanan meliputi Kecamatan
a.
Weru
b.
Cirebon Selatan
c.
Sumber
d.
Tengahtani
e.
Plered
f.
Plunrbon
:
g. Kedawung. swP D dengan Pusat sv1/P di Kecarnatan palirnanan dan pusat penunjangnya di Kecarnatan Klangenan. Wilayah Pelayanan meliputi Kecarnatan
a. Palimanan b. Klangenan
c.
Dukupuntang
d.
Depok
e.
Ciwaringin
f.
C'empo|
:
v-16
swP E dengan Pusat s\A/p di
Kecamatan Arjawinangun dengan pusat
penunjang di kecamatan Gegesik.
Wlayah pelayanan meliputi Kecamatan
a.
Arjawinangun
b.
Gegesik
c.
Panguragan
d.
Susukan
e.
l(aliu€di
f.
Cirebon Utara
:
g. lGpetakan
C.
FungelTlep Sub Wllayah pengembangan
Arahan Fungsiriap sub \Mlayah pengembangan adalah sebagai berikut
SWP A
PUSAT
CILEDUG
WII.AYAH
FUNGSI
Kec. Ciledug, Loeari,
Pertanian, perikanan
Pabedilan, Babakan,
tam bak, agroi nd ustri, pa riwisata,
Gebang, Pasaleman,
pormukjman, Jasa
Waled
dan
laut,
dan
perdagangan
Pabuaran.
B
LEI\i4AHAEANG
Kec.
Lemahabang,
AstanaJapura, Susukanlebak,
Pertanian lanaman
pangan,
Perikanan laut dan tambak. Permuklman, indudrl, Jasa,
lGrangsembung,
perclagangan, dan pertambang
l(ararpwareng,
an.
Sedong,
Panenan,
dan Mundu.
:
v -17
SWP D
PUSAT
WTLAYAH
PALITUANAN Kec.
FUNGSI
palimanan, pertanian tanaman pangan,
Klangenan, sentra industri, pariwisata. Dukupuntang, perdagangan, Jasa, dan Depok, Ciwaringin, pertambangan. dan Gempol.
E
ARJAWII.IANGUN Kec. Arjawinangun, pertanian tanaman pangan, Gegesik, agroindustri, pariwisata, jasa,
Panguragan, Susukan, l/.aliwedi, Cirebon Utara dan lGpetakan.
dan perdagangan.
V.18
5.3
Rencana Pengembangan Sarana prasarana
Rencana pengembangan sarana dan prasarana wilayah terdiri dari pengembangan transportasi, prasarana sumber daya air dan irigasi, energi dan telekomunikasi, dan prasarana perumahan dan permukiman.
5.3.1 Pengembangan Transportasl
Landasan dalam rencana pengembangan sistem transportasi
.
:
s€tiap sub \Mlayah pengembangan dapat saling berhubungan secara langsung.
o
Pusat Pelayanan nnnjadi pusat orientasi sistem jaringan transportasi
'
Pusat-Pusat produksi nnmiliki prioritas yang tinggi dibandingkan wilayahwilayah lainnya.
.
Rencana pengembangan sistom transportasi yang telah
ada
diakornodas ikan, seh ing ga tidak terjad i tu mpa ng tind ih atau kontrad iktif.
.
Kesatuan antar wilayah utara dan selatan lGbupaten cirebon dapat berhubungan secara terpadu, tidak terjadi pemisahan sepertisaat ini.
'
Diperlukan rencana jalan baru untuk pengombangan. sistem transportasi lGbupaton cirebon, teMarna jalan kolektor Klangenan Gegesik.
Rencana pongenbangan transportasi darat nnliptrti: (1) Pengembangan sistem jaringan aiteri sobagai penghubung Daerah dengan
Daerah lain atau lGbupaten cirebon dongan pusat orientasi pelayanan
yang lebih besar eeperti Bandung dan Jakarta atau dongan kabupaten lainnya 8€porti Brebee, Kuningan, MaJalengka dan lndranrayu, rnoliputi
:' $t{!f!rf
r. h\\,,,r.v,,,r'r,
ii,iJ !il r,-r. i.,
:
v-19
a. b. c. d. e. f. g.
Jalan Kabupaten sumber
h.
Jalan Tol
Jalan Nasional Mundu - Lcsari menuju Brebes Jawa Tengah Jalan Nasional cirebon Utara Kapetakan nnnuju Indramayu Jalan Nasional Kedawung-Ciwaringin menuju Bandung Jalan Nasional Palimanan- Susukan nnnuju Jakarta Jalan PropinsiCirebon Selatan- Bebor menuju Kuningan Jalan Propinsi Sumber - Dukupuntang menuju Majalengka
-
cirebon solatan nnnuju Kota cirebon.
(2) Pengernbangan Jalan Kolektor sebagai penghubung antar Kota Strategis meliputi
a. b. c. d. o. f. g. h. l.
Jalan Penghubung Losari
-
Ciledug
Jalan Penghubung Lernahabang
-
Jalan Penghubung Astanajapura
- Lernahabang
Ciledug
Jalan penghubung Sumbor
-
Lemahabang
Jalan penghubung Sumber
-
Weru
Jalan penghubung Sumbor
- palimanan
Jalan penghubung Palimanan
- Klangenan
Jalan Penghubung Klangenan
-
Jalan Penghubung Arjawinangun
(3) Pengembangan
Gegesik
-
Gegesik
jaringan jalan Lokal yaitu jalan
penghubung antar
Kecamatan dan jalan Poros Desa sebagai penghubung Kota Kecamatan dengan Dosa/ Kolurahan
v-20
Prog ram pen gembangan transportasi darat d ilakukan nrelalui keg iatan
:
Peningkatan ruas jalan arteri primer Losari-Ciledug, Ciledug-Lemahabang, Lemahabang-Astanajapura (sampai Kanci). b.
Peningkatan ruas jalan kolektor prirner : pelayangan-Bojongnegara, ciledug-
Babakan, Babakan-Gebang,
susukan Lebak -
Lemahabang, sedong-
Lernahabang, Beber-Mundu, cirebon selatan-cirebon Barat, dan cirebon Barat-cirebon utara, Dukupuntang-palimanan, palimanan-ciwaringin, Kaliu,edi-Gegesik, Susukan-Kalivr,edi, Panguragan-Arjawinangun, panguragan-
lGpetakan, dan Gegesik-Kapetakan. c. Peningkatan
jalan poros desa di semua kecamatan.
Program Pengembangan transportasi melalui kereta api, transportasi laut
dan udara hanya bersifat Turut serfa dalam upaya pengembangan transportasi kereta api, pelabuhan laut dan bandar udara untuk mendukung Rencana Tata Ruang Nasionaldan Rencana Tata Ruang wlayah propinsi Jawa Barat.
6.3.2 Pengembangan Prasarana Air dan lrigasl
Rencana per€embangan prasarana sumber daya air dan irigasi nnliputi
a. Pongembangan
:
waduk dan situ dalam rangka penyediaan air baku serta
konservagi sumber air; b. Penyediaan Embung tersebar di eetiap sub wilayah pengembangan c.
Pemeliharaan sumber rnata air
d. Pongembangan Sumur rosapan e. Pengombangan prasarana p€ngend ali banj
ir1
v
f.
-21
Pembangunan waduk untuk rneningkatkan air baku
g. Mempertahankan dan rnemelihara
jaringan irigasi;
Untuk ma,vujudkan keseimbangan kotersediaan air pada musim hujan dan kernarau sei'ta meningkatkan dan mempertahankan jaringan irigasi yang ada dalam rangka ketahanan pangan program pengembangan prasarana sumber daya air dan irigasi nreliputi
a'
:
Pefibangunan waduk dan tandon
air untuk menyediakan air baku serta
konservasi sumber air.
b.
Pemanfaatan sumber air baku alternatif yaitu situ-situ dan sungai.
c.
Pembangunan prasarana pengendali banjir
d.
Pembangunan dan pomeliharaan jaringan irigasi.
e.
Pengembalian fungsi embung-embung yang pomah ada dan pembangunan embung baru.
t.
Pengembangan irigasi pompa.
5.3.3 Pengembangan Energi Listrik dan Telekomunlkasl
Rencana pengembangan prasarana energi listrik
ian
telokomunikagi
meliputi;
a.
Pengembangan instalaei lietrik untuk rnenambah jumtah kapasitas t€rpasang dan kapasitas terpakai.
b.
Pengembangan fasllitras telekomunikasi pedeeaan;
v -22
Untuk meningkatkan ketersediaan energi dan jaringan telekomunikasi, program pengembangan prasarana energidan telekomunikasi meliputi
a.
:
Pembangunan instalasi baru, pengoperasian instalasi penyaluran dan peningkatan jaringan distribusi.
b.
Pembangunan prasarana listrik yang bersumber dari energi alternatif
c.
Pengembangan fasilitas telekomunikasi perdesaan
dan
model-model
telekomunikasi altematif.
Ronoena Pongombangan Energl Llstrlk
.
Perkiraan kebutuhan listrik di lGbupaten Cirebon dengan asunsibahwa kebutuhan liter per kapita daerah porkotaan sebesar 90 l(W, sedanglcan daorah pedesaan per kapita adalah sebesar 60
o
](VV.
Total kebtrtuhan listrik sampai tahun 2015 untuk wilayah perkotaan adalah 122.125,5
t(VV dan
wilayah pedesaan adalah 88.911,84 l(W.
Rcnoana Pongombrngen Sletom Komunlkagl
.
Perlu pengonsangan dan p€rnasangan telepon-telepon urnrm pada pusat-pusat perkotaan dan kecamatan.
.
Perkiraan kebutuhan jaringan tolepon bordasarkan jumlah ponduduk pada tahun 2015 adalah 77.216 SS.
v-23
6.3.4 Pengembangan Prasarana Perumahan dan permukiman
Rencana pengembangan plztsarana perumahan dan pormukiman adatah penyediaan prasarana yang memiliki skala pelayanan lintas wilayah Kecamatan meliputi
:
a.
Air Bersih
b.
Air Euangan;
c.
Persampahan
1.
Pengembangan Air Bersih
A. Alr Bcrslh Forkotaan
Sesuai rencana yang telah ditetapkan terdahulu bahwa pengembangan air
bersih terbagi atas beborapa wilayah pelayanan yang direncanakan sebagai berikut
:
Wilayah
I
moliputi Kecamatan Palimanan, Plumbon, D€pok, Gempol,
Dukupuntang, Ciwaringin dan Kangenan. Sumber air bersih adalah Telaga Nilern (debit min 16O liter/detik). b.
Wlayah ll :
meliputi Kecamatan Gegosik, lGliu,€di, Susukan, lGp€takan, Panguragan, dan Arlawinar€un. Optirnalisasi kapasitas
dobtt total sunbor air Cikalahang
Wlayah lll : rnelipuU Kecamatan Astanajapura, Pangenan, Lomahabang lGrangwareng
dan lGrarqsernbung. Potensi yang
dikenbangkan
adalah rnata air dl kaki Gunung Cirenrai, yaitu Cibulan (dobit
t
't4O
v -24 liter/detik). Selain itu diperlukan sistem penyediaan air bersih menyuplai
wilayah Kecamatan Beber, Astanajapura, dan daerah pantai utara bagian timur. d.
Wlayah lV :
meliputi Kecamatan Babakan, Gebang, Ciledug, Pabuaran, Pabedilan, Losari, Pasalernan dan Waled. Penyediaan
sarana air bersih adalah sistem regional yang diperoieh dari Bondungan Cikeusik.
Wilayah V
:
meliputi Kecarnatan Cirebon Utara, Weru, Plered,
Kedawung, Tengah
tani,
Cirebon Selatan, Beber dan Sumber.
Memanfaatkan PDAM lGbupaten Cirebon, mernanfaatkan sumber air Cigororong dengan kapasitas 250 liter/detik.
B. Alr Borelh Pcdosaan
Kecamatan Beber, desa yang diprioritaskan adalah Cipinang dan Patapan.
lGpasitas yang dikembangkan
5
ltr/detik dengan sistem interkoneksi
dengan sunber air di Cipinang dengan sistem yang ada di Beber. Kecamatan Sumber, desa yang diprioritaskan adalah Cisaat, Sindangjawa,
Mandala, p€ngenbangan dengan sistem porpipaan dari sumber mata air Cikeong, berkapasitas 5 ttr/detik.
Kecamatan Astanajapura, desa yang diprioritaskan adalah Gumulung
Lebak, dengan rnengoptimalkan sistem yang ada. tGpasitas yang direncanakan 5 ltr/detik.
Kecamatan Gogesik, desa yang diprioritaskan adalah Slendra dan Jagapura dengan sistem air perpompaarl.
Kecamatan Palimanan, desa yang dipriorilaskan adalah Girinata, dongan
$10 ltr/detik. Pola pelayanan adalah dongan eistem gravitasi. Perlu dlbangun terminal air eobagai earan attematif untuk desa kritis
kapasitaa
lGrangsombung, Sende, Tegal Gubug (Arja,vinangun), Tangkil (Cirebon
v -25 Utara), Bojong Kulon (Ktangenan), Kaliu,edi, Ujungsemi (Gegesik), Luwungkencana (Susukan), dan desa lainnya.
2.
Pengembangan Sistem Buangan
A. Slstom Ponyaluran Alr Llmbah Air limbah domestik perkotaan dan perdesaan diarahkan pada sistem indivirlu maupun sistem komunal, jamban bersama, dan MCK serta spAL (sistem Penyaluran Air Limbah). pada tahap tertentu diterapkan sistem pernbuang an tertutup (perpipaan).
B.
Sletom ponyaluran Alr HuJan dan lrlgasl
Meliputi rencana ponyaluran air hujar/drainase perkotaan dan perdesaan dan daerah pantai, dengan pendekatan sistem ekonomi yang tidak dibatasi oleh wilayah administrasi, dengan pokok rencana
.
Pelestarian
:
air dan sumber pipa pada Dps cimanuk dan
Dps
Cisanggarung.
. . o
Normalisasi sungai yang mengalami penyempitan Pembuatan saluran-galuran induk, sekunder dan lokal pada ibu kota kecarnatan. Prioritas p€nanganan kaurasan banjir dari Sungai cisanggarung, sungai Turnaritis, Sungai Surasirengga dan Sungai Bengkaderes.
v -26
3.
Sistem pengelolaan Sampah
. . . .
Menyediakan Bin untuk Rumah rangga dan perkantoran, pasar dan pertokoan
Tps
untuk
Penyempumaan organisasi dan rnanajernen pengelolaan persampahan Penambahan sarana dan prasarana transportasipengangkutan sampah Penambahan luas dan jumlah TpA.
v -27
5.4
Rencana Pengembangan Tata Guna Lahan
Arahan pongembangan tata guna lahan sebagai berikut
1.
Kawasan Non Budidaya sebesar g,5 % atau seluas g.414 Ha meliputi
o . . . . 2.
:
:
Konservasi pantai 580 Ha Kaurasan Lindung 5.500 Ha
Sempadan Sungai 1.190 Ha Sempadan Mata Air 704 Ha Sempadan Danau 450 Ha.
Kawasan Budidaya Pertanian seluas 12.356 Ha, yang meliputi:
a.
Tanaman Lahan Basah seluas 40.000 Ha
.
Lahan sesuai; terdapat diseluruh wilayah kecamatan kecuali
di
Kecamatan Plumbon, Depok dan Weru.
'
Lahan Cukup sesuai ; terdapat diseluruh wilayah kecarnatan kecuali Kecamatan ciledug, Losari, pabedilan, Babakan, Gebang, pangenan dan Panguragan.
.
Lahan Tldak sesuai ; terdapat di wifayah Kecamarin lGrangsernbung, Lernahabang, susukan Lebak, sodong, Astanajapura, Mundu, Beber, Cirebon Selatan, Dukupuntang, palimanan dan Ciwaringin.
b.
Tanaman Lahan Kering seluas 9g2 Ha
o
Lahan gesual; terdapat
di
:
seluruh wilayah kocamatan kocuali
Kecamatan susukan Lebak, sedong, plumbon, Depok dan woru.
v-28 Lahan cukup sesuai; terdapat disoluruh wilayah kecamatan kecuali Kecamatan Ciledug, Babakan, dan pangumgan
Lahan tidak sesuai; terdapat di wilayah Kecamatan Karangsembung, Lernahabang, Susukan Lebak, Sedong, Astanajapura, Mundu, Beber,
Cirebon Selatan, Dukupuntang, palimanan, dan Ciwaringin.
c.
Tanaman Perkebunan
/ Holtikuttura
Pertambakan) seluas 10.000 Ha
d.
(perkebunan Tebu, petemakan, dan
:
Tanaman Tahunan seluas 982 Ha.
o Lahan sesuai; terdapat diseluruh wilayah
kecamatan kecuali di
Kecamatan Susukan Lebak, Sedong, dan Weru.
.
Lahan cukup sesuai , terdapat di seluruh wilayah kecamatan kecuali Kecamatan ciredug, Losari, pabediran, Babakan, Gebang, pangenan, Depok dan panguragan.
.
Lahan tidak sesuai; terdapat diwilayah Kecamatan Dukupuntang dan Ciwaringin.
e. Petemakan
.
L,ahan sesuai
; terdapat di wilayah
Kecamatan lGrangsembung,
Lernahabang, Susukan Lebak, Sedong, AstanaJapura, Mundu, Cirebon Selatan, Dukupuntang, pLumbon, Depok, Weru dan Ciwaringin.
'
Lahan cukup sesuai ; terdapat di seluruh wilayah kecarnatan kecuali Kecamatan Dopok.
r
Lahan tilak s€suai ; terdapat di wilayah Kecarnatan Waled, l(arangsombung, Lernahabang, susukan Lebak, sedong,
v-29 Astanajapura, Mundu, Beber, Cirebon Selatan, Dukupuntang, Palimanan dan Ciwaringin.
f.
Perikanan
.
Lahan sesuai
;
terdapat diseluruh wilayah kecamatan kecuali
Kecamatan Sumber
.
Lahan cukup sesuai; terdapat di seluruh wilayah kecamatan kecuali
Kecamatan Ciledug, Losari, pabedilan, Babakan, Gebang, Pangenan dan Panguragan.
.
Lahan tidak sosuai ; terdapat di wilayah Kecamatan waled, Karangsembung, Lemahabang, Susukan Lebak, Sedong, Astanajapura, Mundu, Beber, palimanan dan Ciwaringin.
g.
l(a$rasan Hutan
o
lGwasan Hutan Lindung yaitu seluas 12.088 Ha , terdapat di wilayah Kecamatan waled, Karangsembung, Lemahabang, susukan Lebak,
SedorB, Pangenan, Mundu, Beber, Cirebon Selatan, Dukupuntang, Palimanan dan Ciwaringin.
. h.
l(a\/iasan Non hutan disekitar kawasan lindung yaitu seluas 5.441 Ha.
l(ararasan Permukiman yaitu
.
seluas 18.078 Ha
Lahan sesuai; terdapat
di
;
seluruh wilayah Kecamatan waled,
lGrangsembung, Lernahabang, susukan Lebak, sedong, dstanajapura, Mundu, Beber, Cirobon Selatan, Sumbor, plunbon, Depok dan Woru.
o .
t-ahan cukup sesuai; terdapat dieeluruh wilayah Kecamatan walod, lGrarBsembung, Lenrahabang, Astanajapura dan Mundu l-ahan tlJak sosuai ; terdapat di seluruh wilayah kecamatan.
t!r,r!-r.;1.
i
v-30
i.
Kawasan Industriseluas 3.100 Ha
.
'
Lahan sesuai ; terdapat di wilayah Kecarnatan lGpetakan, Klangenan, cirebon Utara, ciwaringin, parimanan, Dukupuntang, Depok, sumber, cirebon Barat, cirebon seratan, Beber, Mundu, sedong, Lernahabang, Astanajapura, rGrangsembung, pangenan, Gebang, wared, ciredug, Pabedilan dan Losari.
Lahan cukup sesuai ; terdapat di wilayah Kecamatan Kapetakan, Gegesik, Kariuedi, Susukan, ciwaringin, Krangenan, Arjawinangun, Palimanan, plurnbon, sedong, susukan Lebak, dan rGrangsembung.
o j.
Lahan tidak sesuai; terdapat di seluruh wilayah kecamatan.
l(araasan Pertambangan
.
Lahan sesuai
;
soluas 1.g00 i.la
terdapat
ci wilayah
Kecamatan palimanan. dan
di
wilayah Kecamatan waled.
Astanajapura.
.
Lahan cukup sesuai
;
terdapat
Karangsembung, Sedong, Berrer, Dukupuntang dan Gempor.
v-31 TABEL V - 1 LUAS WILAYAH DAN JUMLAH PENDUDUK TIAP SWP swP No
A
1
2 3
4 5
I 7
I
Kecamatan
Luas Wilayah (Km2)
CilodtA
1
24.08 21.93 31.68
58,1 89
71,177
67,201
85,1 27
58,072 26,989
73,583
32.11
28.48
52,U5
60,435
33.614 389,010
42,581 1S2,T7S
CtebanS
s05
Lcmahebarg AstansjapLrs
3
Stts*an Lobak
4
lGrengsombLng
21.45 37.01 18.74 't 5.14
5
Karangrarorq
23.',t2
6
Sedong
2
7
Parponan
B
Mundu Bobor
I
Iegl c
1
3 4
Tcrpaftani
5 A
Plercd Plumbon
7
Kodarwno
stl/P
o
I 2
Pelinenan Klarponan
3
Dr.*tp{fitan0
4
Oopok
5
Cisiaripil
6
E
c
1
63,844
't10,066
36,823
40,u8
33,725 27,525
42,728
62,905
24/..27
35,374 50,063 49,2S5 73,618 79,701
4:19,&17
6{rt,t84 69,55€ 81.822
39,521 38,891 58,116
9.1t
54,909
21.21
48,804
25.6:
73,2U
8.97
34,S53
1.34
46,318 88,838 49.446
1
18.1€
9.5€ 104,1 1 7.'tB 38.33 38.40 15.55
17.79
378,500
57,233 86,34€ 55,'t78 5€,018
s2,769 M,277 58,071
87,201 62.638 178,932 72,50O 109,379 69,897 70,958 43,6e4
C'omfrol
30.73 165_e8
331.080
418.398 75,745 84,878
Arladurpm
5
Chbon Utera
7
fi,242 91,625
8WP O
6
3 4
34,188
34,489 41,838
G€Oo.t Parptragen Sucrtan Krh^odi
2
52,474
87,2U
31.02 30.54 25.58 dr 83
Woru Cirobon Sohtan Sumber
2
Tehun 2OiE (Jtun)
41,424 s3,076
SWPA B
Jumlah pondudu[
Tahun 2003 (Jlr,rn)
13.25 39.07
Losari Pabedilan Babekan Pasaleman Waled Pabuaran
Jumlah Ponduduk
Kryo{d(cn 8WP E
lotrt Aacoe
24.11
59,798
60.3€
67,003
20.31
u,253
50,1
03,69e
27.82 20.55
30.90€ 75,527 93.27A
83.1 8
8A
tfo.ta
52,998
5€,058 80,091 18,827 95,67,t 118.157
m.622
65E.031
t.t7a,xf
2.60,1.301
FUNGtthrfi io*
AL.KAST s$? tlo
A
lbcrmrtrn
Urr|
l(nrrrn un&ng
lbctrtrn
lbtr.rvrrl
&4rdrn
Srtrprdln
nr&k
Prntrl
(th)
ktr&
Srprdrn D.rlu
fth)
tlLl
8ut9.l (lh)
(lh)
txr)
Primer
Pnmer
I
Ctledrg
r,325
2
L6di
3,907
tkurun Prrffingrn gd.rp.t
Pnmcr
3
Pabodilcr
2,108
Prirnor
1
0obd.a,1
2,r03
ftrner
5
Goboig
3,108
Pcrdsnon
3,2r1
PriTrer
I
Wd6d
2,84{l
Prirrcr
E
Prhrmn
Primer
Prifird
hinrc Prifircr
895
SI1P A
Prifi'€r
Prifird
rs,953
I
Lcndrab.ng
2,119
2
fulan iagrr
3,701
3
fur*mtd.t
r,871
I
Krangrcrnh.nro
1.511
2.312
Prirner
Pr/xw
Prrnd
S€ddtg
3.r02
ftitn€r
Prim€(
Prpeun
Prrnd
3,051
5 e
I I
lfrnd,
2,558
9dd
{.1 83
s14P
I
21.121
2,585
I
9fi6f.
2
Woru
3
Cilbor Sdarrl
1
TengCtbni
Primer Primer
Prrn€f
ftm€r
Prrns
ftinrg Prtn€r
Prirct Pfinct
Prirner
Primer
Prnte
ftiner Priner P'n
Plc.od
t,131
Pritla
Pturlbo.l
1,8t9
t
K6d€rur0
Prirtr ftin€.
058
t3
I
Rftaa
t,7r8
2
l0rngfrdl
3,E33
3
hrtrrgrttrng
3,&10
1
DcAot
t.5s5
5
Cirritgrt
t.7tg
0
Gdrpd
3,073
l! ;tlP0
r5,50r
Prkrct
PrrtE
Prrr|(
Pfiner
Prrnd
ftrnor Prrnq
Prrrr
t6wp|'l
2.1t t
Ce..f
ftrnd
2
0.03t
Pmr
3
Pngrrpm
2,03 r
{
Crifrt
PrrE
5,0r0
5
r(frd
Prrrg
2.782
Cr$ottbr I K^?dt| ;tt?
E
HI&DC
Prrrtd
ftrnd
I
c
Pfir€r
n€r
5
0,1
Prnrcf
PriTrct
Prinrer
Prnrd
?.o35
PrnE
t\mt
t,t tc
Prtnt
Rrna.
2t,015
rrot
lfuarrtgft : Frngrl Pltni rlfry'r FrrE l tJl^rtl| doig-,
b!r,
rr*r|,na
Prrtr€f
Prftte(
hirner
897
|
Primor
Prirne(
919
2,121
Primer
Pri.T's
0
;tr? c D
BUDTDA'A
|llLh.h
0
I
v_32
aefu t-d
V-3
Pmtca
v-33 TABEL V.3 ALOKASI LUAS I..AHAN NON BUDIDAYA frc|tfrn
Ullr
frrrrr|n
W!.tnh
Lhture
l(rcrrrtrn (tL) llc{14
t,325
"6afi
3,907
Pabodrn
2.108
BSotgt
2,ts3
3fbdtg
3.t08
)rdernan flslod
nilrk
Strtorl
r|aA!
(tL)
0h)
(lh)
(lL)
80
90
Lobd(
t70
2,119
3.58 2.15
{0
10
1.82
10
130
,1. '10
1,060
33.01
082
23.X
20
2.23
1m
It2
2.m2
11.O,1
20
208
278
12.94
30
m 30
32
m
t0
1,5r
300
Sodo.rg
3,t02
300
Parycnrr
3,05{
r60
20
frlrndl
2,55E
30
m
1,10:l
t,000
Totd
21.121
t,000
2,565
200
Pfr$cn
t,Et0
XoOmng
c
r50
250
20
t12
r95
132
{50
E1
m m
300
32
r3{
.|
N
1.32
382
15.68
188
15.07
t80
5.89
300
11.73
1,132
97
27.19 't3.o€
2U
11.07
3,1
2.1
I
352
18.80
20
2.23
m m
956
i0,t
3.22 17.06
20
N
c07 l.
stftP
2m
019
Pkrod
il9 3m
m
Bdcr
Ic.tgdrEi
50
01
300
I
0.79
il2
2,312
2,121
V"
20
r,500
BdHryr
0h)
00
Krrtgrafearg
Cllbo.l Sdrtrl
fxr)
00
Kxrtgrerrhn4
Surbd
llon
00
50
Wsu
il
t10
00
1,871
Dan
90
500
ES5
TgTA Srcpr&n
60
1,000
3,701
Suirfrt
efrngt
8.cpram
2,010
t9,953
tsndsbor{
Pfitrdrrlg|(r
Srtrprdrn
32t I
ta0urrr
rd
lhr||n Fomrwnl Prdrl
1.78 1.10
20
2.00
3
500
't10
06
738
7,O7
)rlnmrr
t,7tt
J00
(kpdrrt
20
t0
JJO
19.5A
t,E:t3
/tt
508
15.60
?0
1.29
)rfi.rnfrt0 )eot
3,010
0.52
20
r,t55
m m
h!.r1rt
t.I79
m
20
r.l2
ldrpd
3.073
soo
?0
E20
26.08
r5.5e6
t.600
tm
1.7C1
t 1.4,1
;r+"
D
500
?,1r I
20
?0
0.c3
0,03E
00
60
0.90
|
35
t5
1.72
3.0t0
a0
10
0.co
?.03
2ta,
tbr SI!'P
E
HI&DT
04
60
00
2.r0
?.tx
50
10
90
4.36
E,!IE
t(l
50
t90
22C
n,e{5
tm
to5
195
r.73
D
t.tr
utf
t!o
rrt
6.il0
D'
(!
v-34 TABEL V.4 ALOKASI FUNGSI LAHAN PERTANTAN lOcrnrbn
8WP l{o
A
bh.n
t
hrrl
Trnrnrn
Brrlh
l(r.ktg
Trhrnrn
(xr)
rru)
(llr)
fxr)
I
Clodug
1,325
Solundor
Sotmde(
ftrnc
2
L6si
3,907
Ionri{t
S€tundor
Prtnd
3
Psbod{an
2,108
Sekmdor
Sekundc
ftino(
1
Eobotan
2,
r93
S€tmdot
Sehnda
Prh€t
5
G€brtg
3,108
I
Tmtcr
S{tundor
Prrns
Pasoleman
3,2t1
Tmxr
S€hnde.
ftirno(
7
Walod
2,818
Terrltr
Schndor
PriTtfi
895
Tdlirr
S€hrndor
Print
E
P$uaran SYYPA
B
1
r9,953
Lemahabaq
2,r10
Terstq
S€tundo(
PriTbr
btru{apuro
3,701
Ts*r
Sohndq
Prinor
fusJtan Lobaf
1,871
Torrrq
Sctundo(
ftin€
Grdtgl€irfirng
1,5t1
ftind
Sohndor
Prhte
Onngtarefrg
2,312
I
PriTs
Scfundor
ftinc
hdd,€
3.102
Sokundor
Schtnder
ftiner
7
)rTgrcnan
3,051
Ter:ir
Sclunda
ftin r
8
Arndr
2,558
I
Tm.a(
S&ndc
fthre
lob€.
1.183
Tdld
Setundor
Ptincr
;$P
c
S
I
9mbo.
2
Wfi,
21,12t
2,565 919
3
Ct€bon Sdsta.l
1
Tmgdtrri
5
Plsld
r,
6
Pkton
I
Kadrrlng ls$rp
c
ftirnd
SotrnOq
Prinq
fr*r
Sotndcr
ftiTtq
2,121
Imta
Sohrdor
Princr
897
Icn*r
Sciunder
Prird
l3,l
irc(r
Schnder
Prirtq
r.ct0
Ir:roa
SefunOq
Prm{
g5E
Icna
S&,ndc.
ftind
10,113
t
Prfnawr
2 3
lkroc.rlt OrhpmE[
3,010
1
Oopot
t.555
5
Crllrrrgrt
t,770
0
Gdrpd
3.073
sl pD
t5.591
0
E
Ll.t..
ltcrnrtrn
r.7tE
Prrnr
Scfmdor
Prina
3.833
Prrnf,
S*ndcr
PrrDs
Prnaa
S*nOr
Pma
hmd
Scfudor
Prm.r
Frrnaa
S*mdc
hrnd
SdnCor
hmq Prrrr
I
ArFhr|0rrt
?.1t I
lrg
S*nOa
?
Cog6l
0.03{t
Prrnd
l Pngreil I 9af.rr
S&nOcr
2,03r
hrrr
SctnOor
PrnE
5.0t0
fttn.
S*nOr
Rrn
S*ntcl
Prrra
ftnrd ftrna a
5
K-id
2,tE2
Ptn
c
CtrOon
tbr (ordrl
2,O55
Irin
S&ndcr
funr
E,trc
Frfnot
SdnOc
Pfirla
I
ilTP
E
HArcOt
2t.e15
r.Gt
a
V .
TABEL V-6 ALOKASI LUAS LAHAN PERTANIAN lOcrdrtnl
No
Lurr
[rhm
lrh|n
Trnmn
Igrt
K.crfirbn
Errh'
l(.d.rg
lrhrn porhnlrn
(lL)
(lL)
txr)
Trlxnrn (tL)
(u)
t6
I
C.tledW
r,325
583
ol
112
M8
84
2
L6ori
3,007
3,300
200
100
3,900
t00
3
Pabodilan
2,108
1,000
't80
313
|,511
I
01
Babaf.rr
2,
t93
905
5il
285
1,10{
01
A
|
5
G€bar[
3.t88
1,500
200
100
2,r00
I
00
Pasalernsr
3,2r
1,100
200
100
r,700
53
I
Wolod
2,El8
1,000
100
370
1,085
50
E
PSuran
805
315
03
1r0
521
5S
r9,953
9,918
1,2t7
2,15t
t3,68 I
09
To(rl
1
t I
Lerndrabmg
2,110
827
150
275
1,257
59
2
Aibnrfrylrr
3,70 |
r,050
200
{('r]
t,7 t0
10
3
9rstan Lob*
1,871
r,090
{0
I Krengrrfing
r3l
211
719
100
r97
2.312
1,100
102
301
5
Karmgrarup
0
Sodong
,
3,r02
1,100
m0
Pmgenfl
3,05{
2,519
200
I
f*rtdr
2,558
995
I
8.b6.
1,103
tcrd
.|,052
70
r,502
68
103
1,703
(4
307
3,1 10
102
r70
333
1,507
50
1,503
270
511
2.3r1
50
21,127
10,500
r,858
3.091
8
03
2,505
1,15{
t80
333
1,8{7
E5
9r0
3?2
61
I r0
505
4(
2,121
t12
t18
216
I,r07
55
897
3t1
83
I r7
103
55
15.3
r
I
Srrbr
2
Wh.u
3
Cilbdl Sddrl
1
Tr{d'th.i
5
Ptd.d
t.t31
397
79
117
621
(4
0
Pfrtcr
1,E10
637
t27
2X
r.000
((
I
Kedanrn t$rP C
D
ttl
l{
r,5
05E
335
87
t25
527
(4
l0,l t3
3,901
7n
t.351
5,S&l
47
t,t t7
A4
I
P*nrrrr
t,7t8
rm
22J
a
l(lrrocndt
3,||l}:l
1,000
200
100
t,800
12
1
OnJtrntmg
3,010
1,5@
?fi
160
2,210
0'l
I
Oipof
r,555
7N
r00
7n2
1,01r
A(
5
Crrungm
r,n9
00.l
t25
23r
t.t5€
A(
0
G.fipd
3.073
t.383
2r5
390
r,0c7
A{
;hP 0
t5.5gE
6.r16
t,019
t.9 r0
0,00 |
58
773
I
Arprhrqn
2,1r I
u1
r00
3r3
t.320
4(
2
G.gc.f
0,03t
2.7 t1
10?
700
t.E r6
al
3
Prt6rrgrt
2,03
5
9Lf.rr KJrid
0
Q!6ct
1
l&r
I X-e.oLrt STIP E
HTrcDE Frqrrbr
Xdrqrr
:
.|
mt
t1()
m1
|,105
01
5,0t0
2255
300
051
3206
01
2.1E2
r,m0
r05
362
1,t56
56
?,055
r.0m
tm
t,ilt
ml
|,t6l
0t
r.900
200
t,0@
0,rm
7t
2t,045
5,020
r.500
t,356
rt.000
05
rril
um1
0.rEt
r2.'9
62.n1
02
2
t0
(l
to
Ll:l 8-dt rdt rirdrrryr dT.l dttd pdr t-d L.0 1;r': I iifil*"ii' oqr d.hrp tdt- KitS'gi if ig i1;jifi;'ft O.|'| d rrg lJrjr tdrn- t2.t3 a (h Lur l$rl 1r1'|14
35
v-36 TABEL V - 6 ALOKASI LUAS PERTANTAN I-AHAN BASAH slr?
No
Fcrtrrtrn
t'tlrr lOc.|rrtm
Furg.l
JGrh
J.nh
J.nl
l&{h
Tobl
Pd
t|oo Prdl
Trn$.k
LB.xtt
(ttr) I
)lodug
'1,325
S€ktrMer
I
.66,1
3,907
Ts:rer
3
)rb.dll61
A
{ hbaf.rl q
Sobr.rg
I
)rsalerngt
7
ilolod
E
tdurrl itt?A
2.200
583
11
3,300
81
2,108
Sofunder
oGl
96
r,060
14
2,r93
Sehnder
871
88
9€5
u
3,t68
T€r:*t
1,000
100
1,500
1l
32r
fenir
1.000
tm
t,tm
31
2,Cl0
Tsli€r
900
t00
1,096
JU
895
Tenrie{
3r3
3t
315
39
0.680
008
2.000
0.0.t8
50
821
39
50
1,050
28
721
39
r
19.053
100
tdndtSrl0
2,t{9
T€ntq
l.sn*pn
3.70.|
T€nir
1,000
3
SutJfm LcUt
t,871
Tmier
650
1
(rrpr6.nbun0
r,511
Priior
(r[ryflurg
08'l
E8
719
50
5
2,312
Plinor
t,000
t00
t,'t00
18
0
iodang
3,r02
Sohndel
1,000
100
1(
7
)mgcwt
1,100
3,Olt
Tentit
r,060
t,150
r9
82
E
*.rfifu
2.55E
le.*!r
895
r00
1,103
Telliq
1,157
18
8.5r I
155
'6bor ivtP
I
I
$JnSo.
2
llku
1
Cirbqr S.aafil
I IdgdlEi
06
2,5
t.000
095
39
|,503
38
t0.50€
13
2.585
Princr
t, t51
t, r51
15
0t9
3?2
322
1( 35
657
Trs.6 lm.er Idlaq
2,121
Pldld
t,131
Tm*t
6
PLn$qt
t,E
t9
Tr:d Trtd
svtP c
t(
152
21.127
5
Xodanmg
950
t0.{ t3
t12
712
311
3t1
35
307
397
35
037
837
35
335
335
35
3.00r
3.901
37
r5
I
talnanrr
t,7
tt
Pms
713
7'tl
2
0dt06.trt
3,C33
Pr,nrd
t.m
t,0@
1
)ngrttrtg
3,&(l
Prrnar
r.500
t,500
{l
1
).oot
|,515
Pm[
700
7m
15
! )irungn
r,nc
Prrrg
t01
E0l
15
ldnpd
t.0t3
Prmd
t,3t3
t,383
15
Str," 0
r5,teE
r50
0.r56
3S
0
E
s3
r00
I
0
D
530
t,000
*
(rL)
2
6
a
(lh)
0{r)
0.
I
Vdl-O.rr
?,il1
hr
lcr.r
?
0.031
flrrr!
2.t
3
Drrgrea
?.03
|
1
S.lf.rr
5.0 r0
I (frd c
I
horUrr (drt sl|" 0
Htlcot ttorCr
*
c11
u1
35
tl
2.t t1
15
Filnt Prrrt
ml ?b5
90t
i]{
2.255
15
2.182
Prn!
r.0@
r.@
Iar
t6
2.63
t,0'20
5o
t.t rt
g!'l
tm ?.0m
2.m
4,900
te
t,t3!
2.tq)
5,020
?r
r.rzl
c,t&
.1r0{
(t
I
I
{5
0
n,c.r5
I
r'Cl
16$r
tl
to x.hrtgrt : oe/r onrrg lJrm Frrdn
:
Prtn
.
a5
JOo
{o t. g&rscr
40 .A
rrrh
15
a dd Ls-
tjJr
v-37 TABEL V.7 ALOKASI FUNGSI LAHAN NON PERTANIAN No
lbcrrrtln
lrtr
Ftng.l
l(rcrfltrn
Prnn*lrrn
Fmd Prlrryrnen
Fnngd
Frrdrgrngrn
Fungd
Fuqal
PKX
E.Trrbrng
hdwtl
Portrn6.ngn
tlrun
(lk) I
3
5
I
0rledq
r.325
Sokundor
ftimor
Tocli€r
Iqron
3,907
Prirnd
Sckundot
Prirner
Sekunder
Pabo
2.108
Torsrd
Teoier
Tonier
llome Industri
Bobokon
2.r93
IeGror
Tcrsio{
Tenier
Sekunder
GeOang
3,
r68
Pnmor
Iorsret
Primer
Terier
Prsalqnan
3.21 r
ier:rg
Trsrsr
Tecis
Tsrgler
Wolod
2,U6
Torsror
Iorrg
Torsrot
l-kmo hdusrl
E95
lmxor
Torvar
IorJcy
fkrno hdurfi
Paburan swP A
U
hdusfi
r9.953
tcnsauoong
2,
r19
Sokrrndd
Prirnfi
Ter$icr
Asauiapurr
3,701
Sdundd
S€runds
Toavor
Irt
t.E71
Tmiet
Tooicr(
lcr8nq$fithng
t.5r1 Ionrar
Krr!r0w8ril0
2,312
te,l Leosl
Sehmdel
!€*und€f
Prir€r
fttrnor
Tedor
l-kne indusfi
Sekun
T6y€(
Tenior
Setunder l"lome industi
Sskundor
To6rer
Tcrsro(
Ieoier
S€dong
3.
r02
Tdr€r
Tor:rcr
Terlkr
Pangonan
3,051
Te(!b
Terrcr
Tefsrea
ltundu
2,558
Prirnd
Ioryor
Teryor
T€rst€(
Bob€.
1.163
Selunder
T€r!.s
Terss
Te$.ea
Sokmder
Pnand
Prmor
fllne hdu3fi
I
21,427
Srlfibg
2.565
iwP
Horno
S(und€t
hdusfi
'*"""
Sclmde.
Primq
Sctund€r
TorSo(
Prirns
T€r:t€r
E97
Sofundc
Tems
Tmrer
Teois
Plded
t.l3,l
Sotntr
Tr*r
Trris
So'kunds
Ptnnrbon
t.t r9
Tcr!4.?
IersieY
Tancr
Prime{
950
Prim{
T*rkr
Prrn€r
Ter3r€r
Prrna
Irror
Selunder
$fudd Iorw
Tcocr
Terver
Ch0fi
S€lstail
2,121
Tcngdrlnt
Kedawn t\AP C
r0.1
l3
I
)alrrwtgr
r.lrE
2
0rtgstrt
3.t33
hna. S.hrd..
3
)lrhf,rnlmo
3,610
lcrrc
Irsrcr
{ (
)opof
r.r55
lass
r,779
I6g Ts3
lrsrer
:iw;fi
Trs
Icr:q
0
3dn0d
3.073
Tr:rd
Tmi6r
Tr:rs
sw"
D
r
Sdhrrtdc.
TdJa(
Sotundo(
S*r,ndor
Trs
Sctuo
Solundet
S€lundor
I
A4a*rwpun
2.111
ftrmoa
fthrar
Iooor
llcn hdritl
2
CogG.k
0.03t
Sott.ndor
9efundor
Israr
ftcmo
l
Prrquragrr
2.011
lcnaet
16r|(
lsys
{ 5
9strr l(*nd
lrrs lrs
0
Crdo Llm
2,65 Prrnt
I
KDaofrt
cltc
Irrc lrs Irs Irx
lerx lr:s Jrlr Irx Irg
9rfp 0
HA&D€
r0
1,1J2
?r.c{1
rrr
lcs
Prrner
Soft nds
5.596
5,0
Sekunder
Pnmer
ftin€r
9r9 SdqJndor
lYerr,
I
Home
hdrsf|
SdlJnde.
*bnfr
nxta Jxr.rt[l ltc.rF hd,6ll S.hnd.t
TABEL v-8 ALOKASI FUNGSI LAHAN NON PERTANIAN No
lbcrnrtrn
Ur
Ftned
Futrl
Ftne.l
Prdrgtprn
Fungrl
FunOt
Totrl
llgartur
Prrruf*nn
Prleyrnm tlm.rn
PrO{
B.Trrtr14
ldlrtl
(lh)
(lL)
txr)
ru)
txr)
r|lr)
Prdrtrnrngrn (lh)
txr)
I
Ci|edltg
1.325
378
83
z
torsfi
3,007
010
m0
I
Pabedilan
2,108
1?8
130
1
Eabakan
2.t93
5il
1't9
Gebang
3,r68
107
r,lo
6
Pasalernan
3,21
205
rtl
I
Wal€d
2,816
Jl6
153
I
Pahrsur
q
v-38
1
895
250
52
A
19,053
3.r00
1,087
461 800
1,655
200
644 830
200 400
1,276 aaa 481 308
r,000
5,947
100
'I\P I
Le{noh6bon0
2,119
159
r25
2
,rlidrriapurs
3,70
|
837
'r99
3
9lrt*an
r,871
280
r03
I
Kaangrernhlrn
t,5t1
257
81
{
Kararqlf,areng
2,31?
213
174
6
Sedorn
3,102
301
r06
Pangenan
3,05{
296
164
6
lrfundu
2,558
r08
rlt
0
BGbe.
1.
r63
575
221
I
21.121
3.925
I,325
SonOer
2,505
502
r17
;wP
I
Lebak
L
174
u7 1,060
300
808 500
5
l0
c97
3tt
62
Plered
t,t31
1?3
85
0
Plun$on
t,c t8
52{
100
I
Kedaruno
950
002
65
20
10,1
t3
3.r07
60s
60
I
P*,r$mal
1,7
l8
697
rc
I
Kldtocardt
3.rJ:13
IE9
2r0
r,000
389
7,139
074
25
54
5
,712
846
fi8
Tmgdlanl
814 1
5.rl 80
300
E02
I
r76
??n
118
Ciobot Solstel
30
300
9l
9r9
VYcriJ
3
200
200
2.t21
2
SVY? C
0
200
?00
1,018 381
m0
888
laYl
s24
7m
5,078
687
200
300
1,293 9e9
87
903
3
ouhrynUro
3,010
{20
190
I
Dcpor
r.555
1?0
E7
5
Cirrngn
r,
ll9
?62
98
{1
4O.l
6
G€.rpd
3.073
3rE
r05
rm
m
1n
813
srAp D
t5,3ec
2,0r3
t52
300
EM
{01
5.r26
200
tll
?00
2.{tt
tn
r36
81
0,03{
0r2
321
933
|
331
ilt
{ Ss$.rr
1,0r0
1E$
?65
5
(*r
2,t82
2Ct
r50
0
]r$cn
2,016
920
lt2
I
(!dlr
t,trt
7r0
435
?m
2q)
1.3.5
zE.015
{.011
rJ30
m
1@
0.203
rrrl
ttrn It
r/cl
rro
rro
lro
6
t
I
I 2
3
Irrrrttsn i!e!,f rrptr4rr
tkr
5n" 0
HACOC Pr€arl
2,03
44E
m
950 431 1,032
t
t60
t
20.ae
t
30
v-39 8}9FR'PR
t\
il$fiqpFail
o) 'I
a
FfrEsA:Ee
Ix
x
8a998993 O-Oo-OOo
88eePe988
#*g$Es!!
?='t6a'a'sE. {r[5t55.Et
ls -a
Nrr(o@OOO!a
@
C{OaFF(\IF
C' aa * tr i: C
gt
E-
!t
i
at
FRhEEPSEE
() ll)
o
gRRePRngp
R
t?
CO 6l
C{
r
C{ Cl
}s
6
.F a Y
z F-
E
o ul
Y & sF
z
= Y :f & =
o&ul
ii F.E ;I
OE c
oi !5
5r
35 sE
s< r=
x
TU
Y
z '(9 z3 ts
E
trJ
(L
6@ff1@@olo
aaaKS=FtI
a
383:tr893A
NOOi6-dN
4-
t2
TE
3€
(tiNoN@o6 ooiFr@o6
3 c 3
I g 5
I G f
a a
qt
tso. l()-oo6 no*aRooG FGdNN--?
@
oFooo@N@ OldN-d€l*NoN6d6 oo-Nr@o€
3
!-
NNOO-OOtsO NOO@NOO-@ -N
-OOO@O€-o ollRo6lNo
N
@.
-c)--Nd
€
3E )
-l
H
t
ta
3E
ci
€
a
.Bt a
a F
oONN?NNOO
N
G
m
N
NFN
-, a
€o
:) :)
OV'FFFFFO-g'
00no(oNl
-G9 CG
r{
z
!!nrrbn"!
ca aa
ii
J
OOOOOOO-O
_G
tl
trJ t4a
t:
g
F.O-O€ONO O@lFNOtsF NOON@-O@€€oarNo
3J=8:6E8 FOR-IOOO
o'iio---o'o'c.J
E
3 N
3.
&
oooooooiN N-fllN-6NO N_ c1 o. 6. o- o- o. N. NOOOFOOIO F&
cq
N€ENOQNIONOdIO-ON 66O-NOoOO
E
3*g*!ES:p
I
[email protected]{oc.ijj
oo-o--oN lt&oNoN6 oolN!@6o
a 6
ghg9s:3H
n
o--rNsiao IOEF-OSOo -NoOO-OONO--NOOdl
gr E c.I
rgSF;8€:F aZzSgssPR
-'€ojc.Jooc.j
o;
o
g
i-todiod-o
6
O-oOts-ONO FNd6006N6 N666FO6r6 -'N'
fr
x
-,
ratrtrE3g; lN--O-46
g
ln ii :rI
c.Iii6o+@oi 6ba-NO6t
It
Irlt$iri ! f lif !tl', I
cr
N
s
la
I E
-ff4!OlDx-
-nal6OF-O
-
v -40
!E ca at a
bNEhgRE
E
(\rF?.|o('Ol FNF iC1
o
(.)FFi
$$$s34fr
Ffi$fr3F
(!
o!
NN@i@NF
!?rr}taFF-l(7, F-()(OFr"AF
q
N(o|r)lr)e{(D
rO
FFroo)o)t\(t
rl
o
PE8lKE:
F
o.
o o
oNoo(')@o NFNINNN
(o
I
i:tr C
cta
I
s5 r0F a X
a
3E
x
:5 FS
:! .?t
E
3 ri
:E al at e;
FF+FFO
N
(v)
gh-c)N6.
g. N
|n
r
r)Ctle
o{.
8888Aea oo.:octci;
83999e ;odocio
SaeeeER
ii;i$te
I rEblbb
I I5}HBT; EtbbbEb
-OooO-O
E;gggg
o-q)FFFcl-
6.6FFFF
€u'r@e@io d--NNNO
N
€O!--OAo aO@NOOoo+NNqo
a.
od
@NIQ@ON
-IOONO ffF-a-
o
N
!t
CG
5t
3E
NNO6€6 R
a.
I
oio6-€9. NN6OoNo a!NlN-6
c,t
I oooNN@
o!@oNio dN6€FF(w
::
A;;F]&K
6
-N--
-oN-{-@ ON-@OOO
-60
g
.--N
€ o600@No o€NoN@@
G
a
€e E5
N€OOFO -d'-*Oo NONN--
NFNeFN-
3 N.
NO€NQNI N6@-i@6 NN.-N..NO
!q
'.:
6Z a Y
!3 3E 3E
3s
i
C
= ! c 5
J c D
3C f
C
i at .C
?l € -8 x
t:ER t
CC
iE
s a
-il6lOts -@OOOid 6066N{O ONOA-NN
EONOO!@ lFo-l@4--OOl6 coL-'ri^J
dx
RSAbRgA FA6@6NN
l.-oc.io'd.t
ag33n:3
N N N
@
€ o
SieRsaS O€o-N@ ?--o.r@o ?N--
a
OONOo-O OOG6-ON O-h@@[email protected]?
aasbRa
;
6OO-OOO
dO-N@l@j=.N'-
8A3sR3 -.-
oooooo -Oi()tsN F666Lo -'cio-;o
SSPli6Fil
o
ggbEsg d'oodoc EO6xl6
o"
o
TAST;I3 r'srairNoi
3
O---N--(trN-o--(O O6-@66O
@
---;--d
3
-q-ocoo (f o.l-6Fr--OO.. d
fr
I
--
@.
H
g a .O
o @
c;
a
s g a
o
o
o@a <,-ooNN6 ^-O6-o--
;1
Io g'
F-N
fl
o
@
ts
OON€SA6N-O@OO *_ -- o- N6@-@OOO
N-OSNO -g.t@d@
o-'6N!O€ -N6Oo.-O 6.'qtO-@O Nd
o-Ntar\N 666idO6
@@
8p3eg8
i?.oTc)o ..j --'
ON@@FNN
o
:3a9ti3
@
a
o
a
a
.la
3
o.
a
F
{
9-
It
i.6
E
il3!rll ttgrll irFiri! ()
ct
cj
o.
I
t E
@
-NAIOQN
-CA!O€
()
o
-ialoots
G
r
I i| I
V
TABEL V . 10 ALOKASI I-AHAN PEI.AYANAN UMUM PENDUKUNG PKN
v _42 3 3
iz R' E<
5
w o-
iE ru 8t z <:f t-E a, 1 U
dl(.lTiav,ttO .dddddvidd
ri
€!OrA--!TO
6ddriqiddrid
('
hor.'O)t\o6driciridci
€ o
|a
{
SRESgEES I
IAEEJEEsAF
6 N
$teaE8E
g
;P8EI3RS
o €
ONOtssO-No 6@O@Oi--6
o
:Rb33Ss
a
[email protected]
o
-N-OO@@n€
o
ORINq*N
[email protected]@d
o
rNlc)n@@60
6
6N-NN!N
s
o
66
o
6000
a
-t-!l!!-
or
-t!!ill!i
a
!!l!it-
@
N
G.
N
N
FFFFft
o
A
E,
X
0.
3 a o
F = :) :) =
Fz
z
Fp
o
R F
-a I
o.
F
ie
a
*s
a
€ r.l6atctoooo
o
d
d{ =w F& z
CF
x o
J
a6ooooo
K
ta T ur ttl x\
6
6hooooooo
ts
o
Fe U'
J
o
N
6
Vl
&.
t
9 o-
z
r1 o.o
a
o
ts
a
w
x
q.9
4g o.i
5 6
FE I
$E
h
o
-
t
i^ E; g
6
d
R
N
qhs.Es.i3.s
&
:E5ii:g$3
N
t,
rl t
3
-oddaod
E
h
(r c
Oo-NIOO
8a!8:3;tl c{
c.J
o
Irllrirtr f$ifftl,, r,iSrtl ; -Gaa.?6ot\-
(J
6
c!
c I
?t
_e
c
GCa!rtOh
(J
I I5 a
RT E< rrl L
t
5F 3.8
@6-@(lt ddYiddri
vl ci
roclr.)cl!oc{ drlddddd
cl
q
E:Eb8g
6l .o 6
EF=8818
I
Io
8Eg85g
o N
EKEnBSA
o
ooNd)!@
E!
ooFot@
a
d F
€
A F
I
is F
<()u <J' tx
6N90@!tsE
o-
o
.D
o
t
FA
oN-o@!N
6
N o
I
o
o
@
I
d
@
f o
Fg f 2
FO-N--i
f
2 U Y
6
!l!-tt
R d
-!ll!tt
N
N
a
a 1.)r.)ood)o
t
N
F
ooooooo
6 N
o.
Ea FC
ts
g,E
g,r a{N
U'
I or4 Uq x\
) o-
at
N
o
F
o
p
t
z
@
dF
61
f6x
E
IJ
a9 64, 3 <.4 o,i o
*E s
31
l.J
g
-
t N
ca
d
R
-oFocoo
{
o
1o.
t; I
F'
rl t
iggqEg II
=886R8A
c.r6aJd.Jc.Id
IlfulI lrFrrif
F
t 6
c
q
ct
o i
2 E an
r(6-ilrO
cl
-Gaa!6OF
u,
H
T
v-43
lt
{
I
:E
c) :<
to
Jz
E,
3
38 (9
0 E o o
= :< :)
r! zv. 56 tz. sH
u (J
z. d.
z UJ
t.
:F gac*..62 =
o;
z. Lrl
o-
I
;o
s
=
Eb : E 4 " gEi_E-o€Eg r Y 2: do)-C.o!E9eg !;Ei; s 3 3
6-o9 cot :DO Y60 LY)Z 6QA @ao d)d)@
Sgggs9(t(to'
z UJ
TU
)
-9
v,
=s !B z< <:l O
I
@
E o
(,
nmnmH
uJ J
FT
5
li
E
1g _U,
ti
3
o
:**'
Y
mil
oJ
Eil drl
,-
uJ
a
I
o zul F
3 -)
6 z (L
o tr
q
C!
q =
!
v'y,r.
!-
f, q J
\
l'
.'j'!
z o f = v
zUJ F
(L
f
d!
Y
3
r{ .'Y '(, zUJ
E
o z.
J -t
ztu F
= z
o-
:f
dt
.:)
v
..
..\
tll F
G (D
I :
) I I
:<
v.
\\.^
;.-
ro
t
I
:f
z. F
z
Jz
3g
8 tt
z. =
OUJ
ZV
c',
F? ': g;'E i ?;E r
.,8F
5o Ez
\fr= ?o-:F
3H
k*
sEE!E 3!i ^si ii!=i eaEFF;e i ; s 3.g E !._ ! j i = -.-.L g
r!{{ -21()
ii9::59Pei-
z. UJ
u
z. TU x.
F
o z tU
CL
LIJ
tIJ
:;;iF:E-E!;;5::EEi EE;EEiiiii9;iiiii
E
,l i
, E E
F
-!
=-
i I a a
I:
E
ls
,iili
''mn
F t ql
t
lg,
I [3
=
it
u 5
t
I
o o
I
a
o J
gil
rI
6
lUJ
o
T
(L
I (9
2 w F
3
r\ -^ ts. --. :: \-. -..1 F. ' -.-' .J) fr l -' '{ '-. .z' !g t.
-t
d z o-
o u c
{
iq
u't'v.J'-
^i('-iL,'.,.itiiY.h
^.-\f
) q -l
1
r' !
z o z f = Y
zllJ F
c fgt
v
)
-',
f
Y
=.
o zUJ
E
o = z
J -) E
UJ
F.
z
L
:) (D :<
UJ
F 'l
(L
l
o Y
-z
'J
ry
-
BAB VI PEMANFAATAN DAN PENGENDALIAN RUANG
6.1
Pemanfaatan Ruang
6.1.1. Pengembangan Kawasan Perkotaan
Untuk rnenvujudkan keserasian perkembangan kegiatan pembangunan
antar Sub wlayah Pengembangan, maka setiap Pusat Pelayanan (Pusat Kecamatan) pedu didukung oleh ketersediaan serta kualitas sarana dan prasarana yang sesuai dengan skala pelayanannya. Disamping itu dalam lingkup
regionalCirebon termasuk bagian dari Pusat Kegiatan Nasional(pKN).
Pusat Kegiatan Nasional paling tidak harus dimiliki setiap PKN terdiri dari Pelabuhan LJdara primer dan atau Pelabuhan Nasional dan atau Terminal Tlpe
A
Pasar Induk antar \Mlayah, Rumah sakit Umum kelas A, Perguruan Tinggi, serta pras€rana perumahan dan permukiman lainnya yang meliputijaringan air bersih lintas wilayah, tempat pembuangan akhir sampah regional, lnstalasi Pengolahan Air Umbah (IPAL) dan Instalasi Pongolahan Limbah Tnja (IPLT).
lGbupaten Cirebon sebagai bagiarr dari PKN menyediakan sarana dan prasarana pendukung PKN seluas 630 Ha rnoliputi
:
1.
Perluasan Pelabuhan Udara seluas 10 Ha
2.
Pelabuhan Nasionalseluas 600 Ha
3.
Pagar Induk eeluag 5 Ha
4. RSU eoluas 5 Ha 5.
Perguruan TlrBgieeluas 5 Ha
vt
-l
vt-2 6.
Tarnan Pahlawan seluas 5 Ha
Sarana dan prasarana minimum yang harus dimiliki oleh setiap Pusat Pelayanan Orde
1 terdiri dari Pusat Pemerintahan Kabupaten, alokasi
lahan
dipusatkan di Kota Sumber. Sarana dan prasarana yang harus dimiliki Pusat Pelayanan Orde 2 terdiri
dari Sub Terminal antar Kawasan Andalan, Pasar Induk Regional, Rurnah Sakit Umum Tipe B, Perguruan Tinggi serta prasarana perumahan dan pormukiman lainnya yang meliputi Jaringan Air Bersih, Drainase, Tempat Pembuangan Akhir, dan Tempat Pemakaman Umum Regional.
Pusat Pelayanan Orde
2 rneliputi 5 kecamatan yaitu Arjawinangun,
Palimanan, Surnb€r, Lemahabang, dan Ciledug. Alokasi lahan yang dibutuhkan 55 Ha meliputi
:
1. TerminalAntar Kawasan 5 unit seluas 10 Ha
2.
Pasar Induk Regional 5 unit seluas 10 Ha
3.
Rumah Sakit Tipe B 5 unit seluas 10 Ha
4. Perguruan
Tlnggi5 unit seluas 5 Ha
5. Tenpat Pembuangan Akhir Sampah 5 unit seluas
6.
Depo Transfer Sampah 5 unit seluas 3 Ha
7.
Hutan Kota 5 unit seluas 5 Ha
L
Musium dan Wisata Sejarah 1 unit seluas 2 Ha
10 Ha
Sarana dan prasarana minimum yang harus dimilikl oleh setiap Pusat Pelayanan Orde 3 terdiri dari Sub terminal lokal, pasar komoditi tertentu, Pugkogmae, Sokolah Menengah KoJuruan, eorta prasarana perumahan dan penruklrnan lainnya yang rneliputl jaringan Air Borelh, Drainae€ dan IPAL, eerta GOR dan tarnan terbuka hiJau.
vl -3
Klangenan' meliputi 5 Kecamatan yaitu @gesik, yang dibutuhkan 48 Ha meliputi : Weru, Astanajapura, dan Losari. A|okasi |ahan
pusat potayanan
orde
1.
Sub Terminal Lokal 5 unit seluas 3 Ha
2.
10 Ha Pasar Khusus Komoditi Unggulan 5 unit seluas
3.
Puskesmas sebanyak 5 unit seluas 2 Ha
4.
Ha SLA Kejuruan sebanyak 5 unit seluas 10
5.PrasaranaLingkunganyangme|iputi:Depotransfersebanyak5unit so|uaslHa,TempatPernakamanUmumsebanyak5unitse|uas17Ha. 6.GoRdanTamanTerbukaHijausebanyak5unitse|uas5Ha. harus dimiliki oleh setiap Pusat sarana dan prasarana minimum yang Pasar LOkal' Puskesrnas Pelayanan orde 4 terdiri dari Pusat Kecamatan, perumahan dan permukiman pembantu, sLA umunvkejuruan, serta prasarana Drainase, dan Tempat Pemakaman lainnya yarB nnliputi Jaringan Air bersih, Umum.
Pusat Pelayanan orde AJokasi lahan untuk sarana-prasarana
4
seluas
14.3O7 Ha Yang nnliPuti:
1,
21 Ha Pasar Kecamatan 21 unit eeluas
2.
camat, kantor dinas pusat pemerintahan Kecamatan terdiri dari kantoi
instjansikecarnatandanearanaprasarana|ainnyasebanyak3lunit seluas 93 Ha
3. Terrpat
unit s€luas 31 Ha Pemakaman Umum seluas 31
4.
Ha Depo transfer 31 unit seluas 6'2
5.
3'1 Ha Pugkosrnas 31 unit seluas
6.
eeluae 13'337 Ha Pormukiman clan sarana lin0kungan
vt -4 7. Sarana pendidikan 804 Ha
8. Sarana peribadatan 11,47 Ha.
Pemanfaatan ruang perkotaaan yang perlu dilakukan meliputi penataan dan pengembangan Pusat Pelayanan .
(1) Penataan Kota ciledug, Lemahabang, sumbor, palirnanan, Arjawinangun, dilakukan melalui kegiatan :
a. b.
Pengembangan pusat pemerintah Pembangunan terminal regional
c. Peningketan TPA regional d. Pembangunan perurnahan e. Peningkatan kapasitas pelayanan air bersih
f.
Pembangunan sarana kesehatan
g.
Pengembangan angkutan umum
(2) Pengembangan dan Penataan Kota Losari, Astanajapura, weru, Klangenan dan Gegesik, dilakukan rnelalui kegiatan :
a. Pengembangan Pelabuhan laut b. Peningkatan sarana keeehatan c. Peningkatan Bandara Penggung d, Peningkatan kapasitas dan kualitas pelayanan terminal e. Pembangunan pasar induk
t.
Pengernbangan Porguruan Tinggl
g. Pongembangan TPA h. Pembangunan perurnahan
i.
Penirpkatan kapasitas pelayanan air bersih
(3) Pengernbangan lGta-kota tGcamatsn, dilakukan melaluikegiatan a. Pernbarpunan pusat pernerlntahan
b. Penirpkatan sarana kesehatan
:
vt.5 c. Peningkatan sarana pendidikan dasar dan nrenegah d. Pembangunan pasar e.
Pembangunan sub terminal
t.
Peningkatan pusat informasi wisata
g.
Peningkatan kapasitas pelayanan air bersih
6.1.2. Pengembangan Sektoral
,|. Pcngcmbangan Trensportasl
Prog ram pengembangan transportasi darat d ilakukan nrelalui keg iatan:
Peningkatan ruas jalan arteri primer Losari-Ciledug, Ciledug-Lernahabang, Lernahabang-Astanajapura (sampai Kanci). b. Peningkatan ruas
jalan kolektor primer : Pelayangan-Bojongnegara, ciledug-
Babakan, Babakan-Gebarp,
Susukan Lebak
-
Lemahabang, Sedong-
Lernahabang, Eeber-Mundu, Cirebon Selatan-Cirebon Barat, dan Cirebon
Barat-Cirebon lJtara, Dukupuntang-Palimanan, Palimanan-Ciwaringin, tGli\i€di-G€gesik, Susukan-Kalira,edi, Panguragan-fujawinangun, PanguraganfGpotakan, dan Gegesik-lGpetakan. Peningkatan jalan poros desa di senua kecamatan.
2. Pcngombengrn Sumbordsya Alr dan irlgeol
Untuk rnarujudkan keeeimbangan ketereediaan air pada musim hujan dan
kernarau eorta rnoningka0
dalam rangka ketahanan psngan program pongembangan prasarana sumb€r daya air dan iriTasi nnlipdi
:
..11--Y,:lsffllfflr
vf-5 a.
Pembangunan uraduk dan tandon
air untuk menyodiakan air baku
serta
konservasi sumber air.
b.
Pemanfaatan sumbor air baku altematif yaitu situ-situ dan sungai.
c.
Pembangunan prasarana pengendali banjir
d.
Pembangunan dan pemeliharaan jaringan irigasi.
e.
Pengembalian fungsi embung+mbung yang pernah ada dan pembangunan embung baru.
f.
Pengembangan irigasi pompa.
3. Pongcmbangan Pragarana Encrgl dan Tolokomunlkasl
Untuk meningkatkan ketersediaan energi dan jaringan telekomunikasi, program p€ngernbangan prasa rana energi dan telekomun ikasi nre lip uti
a.
:
Pembangunan instalasi baru, pengoperasian instalasi penyaluran dan peningkatan jaringan distribusi.
b.
Pembangunan prasarana listrik yang bersumbor dari energ: altematif
c.
Pengembangan fasilitas telekomunikasi perdesaan telekomunikas i attomatif
dan
model-model
.
4. Pcngombengen Soktor Pcrokonomlan
Untuk ma,vujudkan suatu kawasan yang mampu mendorong portumbuhan ekonomi bagi wilayah tersebut dan eekitamya, pengembangan l(afiasan Andalan dilaksanakan nplalui program
a.
Pongombangan agribisnis
b,
Pongembangan industri
c.
Pongombangan parh,{aata
:
vr-7 d.
Pengembangan usaha bisnis kelautan
e.
Pengembangan jasa
f.
Pengembangan sumber daya rnanusia.
(1) Pengembangan Agribisnis melalui kegiatan
:
a.
Penataan kawasan sentra produksi pertanian
b.
Pembentukan kelembagaan
c.
Penyediaan infrastruktur pondukung seperti transportasi, irigasi/ pengairan, listrik, dan telekomunikasi.
d. Pengembangan
IPTEK atau pendidikan dan latihan teknis bagi aparat dan
petani.
e.
Optimalisasi balai-balai penelitian dan pengembangan
f.
Penanganan pasca panon dan pengolahan hasil melalui pengadaan alat meein portanian, pengering dan penggilingan.
g. Pengadaan benih atau bibit unggul beserta pelatihannya h. Intensifikasi dan rehabilitasi komodili unggulan
i. j.
Ponolitian dan pongembangan varitas unggulan
k.
Pemanfaatan teknologi dan sarana produksiyang rarnah lingkungan.
l.
Jarninan ketersediaan pupuk dan postisida dengan prinsip 6 tepat
Penguatan kelernbagaan tani di setiap lGwasan Andalan.
m. Penanggulangan organisrna penggar€gu tanarnan
secara
lingkungan.
(2) Pengembangan indugtridilakukan nplalui kogiatan
a. ldontifikasi dan pengonbarpan kelonpok b. Penanganan produkgroduk
:
industri
indugtri berbagls bahan baku lokal
ramah
vt-8 c.
Mendorong masuknya investasi melalui regulasidan perizinan.
d.
Pengembangan jaringan pemasaran produk-produk industri
e. Mengarahkan
pengembangan kegiatan industri di lokasi kawasan industri
(lndustrial Estato)
(3) Pengembangan pariwisata dilakukan rnelalui kegiatan
:
a.
Penataan kawasan wisata
b.
Promosi pariwisata dan pengembangan tempat wisata
c.
Pengembangan produk agroindustri
d.
Pembangunan Gedung Museum
e. Pelegtarian
Tempat, Benda dan Gedung bersejarah.
(4) Pengembangan bisnis kelautan dilakukan melalui kegiatan
a. ldentifikasl
:
daerahdaerah pennagkapan ikan, sumbor daya ikan dan budi
daya ikan.
b. Pengembangan sarana dan
prasarana ponangkapan ikan disepanjang
pantai.
c.
Pongombangan sarana penyinpanan (cod storage)
d, Ponguatan kelembagaan e. Pengembangan sentral
nelayarVrrasyarakat pesisir di Pantai Utara.
pernasaran dan pongolahan hasil laut
f.
Perbaikan alur-alur pelayaran di Pantai Utara ja$/a Barat.
g.
Rehabilitaei hutan Inangrove di Pantai Utara.
(5) Pongombangan Jaea eebagairnana melalui kegiatan
a.
Penumbuhan jasa infonnasl
b.
Pengembangan Jaea perdagangan
:
vi-9 c.
Pengembangan jasa konsultasi
d.
Pengembangan jasa pondidikan
e. Pengembangan jasa riset dan teknologi (6) Pengembangan sumber daya manusia melalui kegiatan
a. Pengembangan b.
:
balai-balai riset dan teknologi
Pengembangan p€rguruan tinggi
c. Pengembangan balai-balai ;relatihan 6.1.3. Pemanfaatan Kawasan Non Budidaya
Pada kawasan lindung di dalam kavrasan hutan hanya diperbolehkan pernanfaatan hasil hutan bukan kayu. Kegiatan budi daya yang berada pada kawasan lindung di luar karaasan hutan yang mengganggu fungsi lindung, maka fungslnya dikernbalikan secara bertahap sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku, sedangkan untuk kegiatan-kegiatan baru yang dapat mengganggu fungsi lindung porlu ctibatasi.
Untuk rmurujudkan proporsi kawasan hijau di lGbupaten Cirebon adalah sebagai b€rikut:
a.
Pongukuhan ka,rrasan hijau
b.
Rehabilitasi dan konservasi lahan di kaaasan lindung guna rnengernbalikan dan meningkatkan fungsi lindung;
c.
Pengendalian kaurasan lindung
d.
Pongembangan partisipasi rnasyarakat dalam psngololaan ka,nasan lindurB, penbangunan hutan nakyat dan hlrtan desa
e.
PenlrBkatan pemanfaatan potonsi gumbor daya hutan
vt - 10 6.2 Pengendalian pemanfaatan Ruang
Pengendalian pemanfaatan ruang diselenggarakan metalui kegiatan p€ngawasan dan penertiban terhadap pemanfaatan
ruang. Koordinasi pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan oleh Bupati melalui 'l'im Koordinasi Penataan Ruang di Daerah lGbupaten, bekerjasarna dengan penrerintah Kecamatan dan rnelibatkan peran serta masyarakat.
Pengawasan dilaksanakan melalui kegiatan berikut
:
(1). Pengawasan terhadap pornanfataan ruang diselenggarakan melalui kegiatan pernantauan, p€laporan dan evaluasi secara rutin. (2). Tim Koordinasi Penataan Ruang Daerah lGbupaten, rnelakukan pengaurasan
pemanfaatan ruang yang berhubungan dengan program, kegiatan porbangunan, dan pemberian ijin pemanfaatan ruang. (3). Sistem pelaporan dan maieri laporan perkembangan struktur dan pola tata ruang adalah sebagai berikut:
a.
Laporan porkembangan p€m€lnfaatan ruang dilakeanakan melalui sistem
pelaporan s€cara p€riodik dan berjenjang mulai dari BupatiA//alikota sotiap triurulan dan setiap 6 (enam) bulan kepada Gubemur dengan tembusan kepada OpRD;
b.
Laporan tere€but dilengkapi dengan materi laporan sebagai borikut
:
1.
Perkembangan pomanfaatan ruang
2.
Perkembangan perubahan fungsi dan pemanfaatan ruang serta izin pornanfaatan ruang
3,
Magala|rmasalah psmanfaatan ruang yang porlu diatasi
4.
Maealarl-rnasalah pemanfaatan ruang yang akan muncul dan perlu diantislpasi.
vr-11
Penertiban pomanfaatan ruang melalui kegiatan berikut
:
(1). Penertiban terhadap pernanfaatan ruang dilakukan berdasarkan laporan pe rkemba
ngan p€rnanfaatan ruan g trasil pe ng awasa n.
(2). Penertiban terhadap pemanfaatan ruang dilakukan oleh aparat penrerintah yang bo na,tna,ena ng terhadap pelang gara n pernanfaatan ruan g
(3). Bentuk penertiban berupa pemberian sanksi yang terdiri dari
sanksi
administrasi dan sanksi pidana.
Peran serta masyarakat dalam perencanaan, pernanfaatan pengendalian ruang adalah sebagai berikut
dan
:
1. Peran serta masyarakat dalam proses perencanaan dilakukan
melalui
pemberian informasi berupa data, bantuan pemikiran dan keberatan, yang disampaikan dalam bentuk dialog, angket, intemet dan melalui media lainnya baik langsung naupun tidak langsung.
2.
Peran serta rnasyarakat dalam proses pemanfaatan ruang dapat dilakukan melalul pelaksanaan program dan kegiatan p€rnanfaatan ruang yang sosuai dongan RTRW, meliputi
:
a. Pemanfaatan ruang daratan,
ruang lautan dan ruang udara berdasarkan
RTRW( yang telah ditetapkan.
b. Bantuan pemikiran dan pertimbangan
borkenaan dengan pelaksanaan
perna nfaatan ruang wilayah.
c. 3.
Bantuan teknik dan pengelolaan dalam pemanfaatan ruang
Peran sorta rnasyarakat dalam proses pengendalian pernanfaatan ruang dapat dilakukan rnolalui
a.
:
Penganasan dalam bentuk pemantauan terhadap pernanfaatan ruang dan ponberian informasl atau laporan pelakeanaan p€rnanfaatan ruang
;
vt-12
b. Bantuan pemikiran atau pertimbangan berkenaan dengan
penertiban
pernanfaatan ruang.
Dalam kegiatan penataan ruang wilayah, rnasyarakat berhak
a.
:
Berperan serta dalam proses perencanaan tata ruang, pomanfaatan ruang dan pongendalian pernanfaatan ruang
b.
Mengotahuisecara terbuka isi RTRVl/l(
c.
lrlenikmati manfaat ruang dan atau pertambangan nilai ruang sebagai akibat dari ponataan ruang
d.
Mer.nperoleh ponggantian yang layak atas kondisi yang dialaminya sebagai akibat pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sosuai rencana tata ruang.
6.2.1 Pedoman Pengendallan Penggunaan Kawasan Budl daya
a.
l(aurasan Penyangga terdiridari
.
:
-
l(a^rasan dengan lereng 25
4tr/o diupayakan berfungsi sebagai
kaaasan penyangga, harus ditanami tanaman tahunan.
.
l(araasan bantaran sungai
t
100 m dan anak sungai
t
50
m,
dibobaskan dari usahs brrdi daya dengan bangunan, kecuali bangunan yang diperlukan untuk jalur inspoksi sungai.
.
Penggunaan khueus waduk dan danrdam ditotapkan monurut ketentuan teknis oleh dlnae / Instansi yang boreangkuftan, ka$raean ini ttann dihijaukan eeeuai ketere€dian lahan yang ada.
.
Untuk kogiatan Hankarn/Militer diatur dengan rnenperhatikan pertinbangan aspok Hankam.
I
vl-13
b.
lGwasan Terbangun Permukirnan terdiridari
.
:
Kanasan terbangun permukiman perkotaan dilaksanakan pada desa/kelurahan yang bersifat Urban.
o
lGiln€San terbangun permukiman perdesaan dikembangkan sebagai
katasan yang p€nggunaan lahannya dialihkan ke bukan pertanian, dikerhbangkan pada desa{esa yang bersifat Rural.
.
Penataan lingkungan dan peruntukan tanah dalam kawasan terbangun pennr.rkiman diatur sesuai ketentuan perundangundangan yang berlaku.
c.
l(arlasan Terbangun Bukan Untuk PermukimarVKegiatan terdiri dari:
.
Pengaturan dalam pembangunan kawasan
ini diatur sesuai
p€raturan Yang berlaku.
r
lGtentuan teknis lingkungan bangunannya disesuaikan dengan ketentuan oleh Dinas/lnstansi/Lembaga teknis yang bersangkutan.
d. lGwasan Tidak Terbangun
.
Untuk Kegiatan Usaha Terdiri dari
:
Mengusahakan p€rluasan jaringan irigasi dan pombangunan bendungan, tetap diprioritaskan untuk rnondukung ketahanan pangan di daerah lGbupaten Cirebon.
konservasi dan rehabilitasi tanah rusak i tandue / alangalang dengan lanarnan perkebunan / hutan produksi, dan dapat
o Melakukan
diarahkan rnenjadi Ponyangga.
.
lvlelakukan ponlngkatan tindakan konservasi pada tanah togalan / tanah kering yang borlareng 15 - 40 % dengan menperbaiki torae dan rnenanam tanarnan penguat tmae.
vt -14
'
Msningkatkan kualitas sawah tadah hujan, kobun csmpuran, porkebunan dan hutan produksi.
.
Meningkatkan kualitas dan produktivitas tegalan, sawah tadah hujan yang berlereng < 15%.
6.2.2 Pedoman Pengendalian penggunaan Kawasan Llndung
. a.
Pedoman pengendalian penggunaan kawasan lindung meliputi
:
lGwasan Undung Mutlak
.
Seluruh karnasan dengan lereng > 4oo/o diupayakan untuk mempunyai fungsi hidroorologis.
'
'l'idak boleh ada kegiatan dan bangunan selain usaha untuk menrolihara dan meningkatkan fungsi lindung.
.
Penggunaan tanah sawah yang sudah ada didalam kawasan lindung
mutlak, sejauh tanahnya tidak peka erosi masih dapat dipertahankan dongan nronperhatikan kolestarian fungsi kararasan lindung, dan tidak ada ponambahan tanah saaah.
.
Bangunan
/
intervonsi lain tidak diporbolehkan kecuali untuk kopentingan nasional dan stratogis, soporti prasarana telovisi, listrik dan Hankam serta lain sojenisnya.
.
Moningkatkan daya dukung air dan usaha-usaha kualitas lingkungan sesuai fungsi kawasan.
vf-15
b.
lGwasan Lindung Terbatas
Bagian wilayah yang sesuai prenggunaannya tidak diperlukan perubahan p€nggunaan tanah. Meningkatkan daya dukung air dan usaha-usaha kualitas lingkungan sesuai fungsi kawasan. Bagian wilayah yang penggunaan tanahnya tidak sesuai dapat diusahakan rnelalui attematif tetap dipertahankan, dipindahkan dalam jangka panjang.
Bagian wilayah yang penggunaan tanahnya tidak sesuai dan tidak mungkin
dilakukan usaha untuk mempertahankan fungsi lindung, harus segera dipindahkan.
Bagian wilayah yang karena fungsi dan keberadaannya flora, fauna, geologi dan bangunan budaya serta tempat dianggap suci, rnernerlukan perlindungan dan intervensi dari luar. pembudidayaan secara terbatas diperbolehkan namun tetap nnmpertahankan fungsi kawasan tersebut. l(auasan dengan lereng 25
-
4oo/o
perlu dilakukan perubahan penggunaan
dan pengaturan seperlunya untuk mempunyai fungsi sebagai kauasan liMung terbatas. Kegiatan pertanbangan pada kaurasan lindung terbatas perlu dilengkapi dengan usaha-ugaha untuk nnrnfungsikan kembali fungsi kau/asan dongan p€nerapan teknologi s€cara tepat.
vt -16
6.3 Pdorltas penanganan Kawasan
Penentuan prioritas penanganan kawasan sebagai berikut
:
Kauasan Non Budidaya:
'
Prioritas pertama adarah : peningkatan kuaritas tanah yang mudah tererosi terutama kaurasan dengan kererongan rebih besar dan sama dengan 40% serta berdekatan dengan perkampungan penctuduk.
o
'
Prioritas kedua adarah : peningkatan kuaritas tanah yang mudah tererosi dengan kerorengan antara 25 4oo', torutama yang berdekatan dengan p€rkampungan penduduk
Prioritas ketiga adarah : menerapkan teknorogi budidaya perkebunan sehingga p€nggunaan tanah dapat mempunyai fungsi perlindungan
hidroorologis, disamping meminda hkan kogiata n porkeb una n dari kawasan bukan budi daya.
b,
lGwasan Budidaya
'
Prioritas portarna adarah : merakukan upaya_upaya tertradap peningkatan p€rnanfaatan dan efisiensi unsur produksi, termasuk produksi pedosaan di kawasan portanian, disamping pongondarian dan p€ngawasan lahan
porkotaan.
'
Prioritas kedua adarah
:
pongendarian dan ponataan pormukiman dan kegiatan di wilayah sepanjang jalur jalan koloktor dan arteri .
'
Prioritas ketiga adalah : pongendarian dan ponataan permukiman dan kogiatan din{layah sopanjang jalan local.
'
Prioritas keornpat adarah : poningkatan pemanfaaten dan efisi€nsi produkei pertanian lalnnya, s6portl perkebunan, petomakan dan kehutanan.
vt-17
6.4
Pelaksanaan
Poronoanaan
(1)
Perencanaan Tata Ruang yang secara Makro dilaksanakan oleh Tim Tata Ruang dibawah koordinasi Bapeda.
(2)
Perencanaan Yang lebih Detail dan teknis dilaksanakan oleh Dinas teknis.
Pongendallan
(1)
Pengendalian pemanfaatan ruang disolenggarakan melalui kegiatan p€ngawasan dan penertiban terhadap pemanfaatan ruang.
(2)
Koordinasi pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan oleh Bupati melalui Tim Koordinasi Penataan Ruang Kabupaten, bekerjasama
dengan Penrerintah Kecamatan dan rnelibatkan p€ran
sorta
masyarakat.
Pongawasan
(1)
Penga*asan torhadap pemanfaatan ruang diselenggarakan melalui kegiatan pemantauan, pelaporan dan evaluasisecara Min.
(2)
Tlm Koordinasi Penataan Ruang lGbupaten rnelakukan p€ngawasan pernanfaatan ruang yang berhubungan dengan program, kegiatan penbarpunan, dan penberian izin pomanfaatan ruang
Ponortlbrn
(1)
Penertlban terhadap pornanfaatan ruang dilakukan berdasarkan laporan perkernbanga n pernanfaatan ruang hae il pe nga$asa n
VI-18
(2)
Penertiban terhadap pemanfaatan ruang dilakukan oleh aparat pemerintah yang beruowenang torhadap pelanggaran pemanfaatan ruang
(3)
Bentuk penertiban sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) pasal ini b€rupa pomborian sanksi yang terdiri dari sanksi administratif dan sanksi pidana.
PonlnJeuan Komball RTRW
(1)
RTR\
fi
yang telah ditetapkan dapat ditinjau kembali setelah 5 tahun
borjalan.
(2)
Perubahan RTR\
K
ditetapkan dengan peraturan Daerah.
Sankgl Admlnlstratlf
(1)
Sanksi administratif dikenakan atas pelanggaran pemanfaatan ruang yang berakibat pada terhambatnya pelaksanaan program p€manfaatan ruang,
(2)
Sanksi administratif sebagaimana dirnaksud dalam ayat (1) pasal ini, dapat borupa :
a. b.
Penghentian sornentara pelayanan administratif Penghentian sern€ntara pomanfaatan ruang di lapangan
c. Denda administratif d. Pongurangan luas pomanfaatan ruang o. Poncabutan izin pomanfaatan ruang
vt -19
Kotcntuan Pldena (1)
setiap orang yang nnlanggar ketentuan-ketentuan
sebagaimana
dirnaksud dalam Bab V Peraturan Daerah ini, diancam pidana kurungan
paling lama
3
(tigg) bulan atau denda sebanyak-banyaknya
Rp.
5.000.000,- (lirna juta rupiah) (2)
selain tindak pidana pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini, tindak pidana atas pelanggaran pemanfaatan ruang yang mengakibatkan perusakan dan pencemaran lingkungan serta kepentingan umum lainnya dikenakan ancaman pidana sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang borlaku.
Ponyldlkrn (1)
solain Pejabat Penyidik POLRI yang bortugas nnnyidik tindak pidana, penyidikan atas tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam peraturan Daerah ini dapat juga dilakukan oleh Pejabat peny'x1ik pegaaai Negeri
Sipil (PPNS) di lingkungan Pemerintah Daerah yang p€ngangkatannya ditotapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (2)
Dalam polaksanaan tugas penyidikan, para pejabat sebagaimana dirnaksud dalam ayat (1) pasal ini berr,rnnang
a.
penyidik
:
Menerirna lapocan atau pengaduan dariseseorang tentang adanya tindak pidana
b.
l'*rolakukan tindakan portarna pada saat itu ditempat kejadian dan
rnelakukan porneriksaan
c.
lvlenyuruh berhenti seseorang tersangka dan memeriksa tanda pengonal diri torsangka
d. e. f.
l/elakukan ponyitaan benda dan atau surat Menganbil sldik Jari dan rnernotret seseorang lVernanggll seeoorang untuk dijadikan teruangka atau sankgi
g.
Mendatangkan orang ahri yang diperrukan daram hubungannya dengan pernoriksaan perkara
h.
Menghontikan penyidikan setelah nrendapat petunjuk dari penyidik umum bahwa tidak terdapat cukup bukti, atau peristiwa tersebut bukan rnorupakan tindak pidana dan selanjutnya melalui penyidik
umum rnomberitahukan hal tersebut kepada penuntut umum, tersangka dan koluarganya
Mengadakan tindakan d i perta
ng g un gj araa bka n.
rain menuM hukum yang
dapat