Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
1.1
LATAR BELAKANG Lahirnya Undang-Undang Penataan Ruang nomor 26 tahun 2007 sebagai
pengganti Undang-Undang nomor 24 tahun 1992, membawa perubahan yang cukup mendasar bagi pelaksanaan kegiatan penataan ruang, salah satunya pada aspek pengendalian pemanfaatan ruang, selain pemberian insentif dan disinsentif juga pengenaan sanksi yang merupakan salah satu upaya sebagai perangkat tindakan penertiban atas pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan peraturan zonasi. Pengenaan sanksi ini tidak hanya diberikan kepada pemanfaat ruang yang tidak sesuai dengan ketentuan perizinan pemanfaatan ruang, tetapi dikenakan pula kepada pejabat pemerintah yang berwenang menerbitkan ijin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang. Disamping itu dengan lahirnya Undangundang nomor 26 tahun 2007 memberikan kejelasan tugas dan tanggung jawab pembagian
wewenang
antara
pemerintah,
pemerintah
propinsi,
pemerintah
kabupaten/kota dalam penyelenggaraan penataan ruang. Sejalan dengan perubahan mendasar tersebut di atas, maka daerah dalam hal ini Kabupaten Banyuasin diberikan waktu selama 3 (tiga) tahun untuk melakukan penyesuaian terhadap rencana tata ruang yang ada, yaitu dengan melakukan peninjauan kembali atau penyempurnaan rencana tata ruang agar sesuai dengan apa yang diamanatkan oleh Undang-Undang No.26 tahun 2007. Selanjutnya rencana tata ruang wilayah yang ada setidaknya ditinjau 1 (satu) kali setiap 5 (lima) tahun dengan tujuan utama untuk mengecek kesesuaian dan keefektifan pelaksanaan RTRW dan bukan ditujukan untuk pemutihan penyimpangan pemanfaatan ruang. Faktor yang menjadikan kegiatan peninjauan kembali perlu dilakukan salah satunya adalah karena adanya ketidaksesuaian atau simpangan antara
I -1 PENDAHULUAN
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin rencana dengan kenyataan yang terjadi di lapangan baik karena faktor internal maupun karena faktor eksternal. Faktor eksternal meliputi pengaruh dari munculnya kebijakan otonomi daerah baik kabupaten/kota dan provinsi serta kebijakan regional dan nasional, adanya perubahan undang-undang terkait penataan ruang, Peraturan Pemerintah nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional sebagai arahan pembangunan dan adanya penyusunan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), yang menetapkan koridor Sumatera sebagai sentra produksi dan pengolahan hasil bumi dan lumbung energi nasional, sehingga sangat berpengaruh terhadap perumusan kebijakan dan perwujudan pemanfaatan ruang di Kabupaten Banyuasin kedepannya. Selanjutnya faktor internal yang mempengaruhi yaitu adanya dinamika pembangunan yang terjadi di Kabupaten Banyuasin. Dimana pada saat pembentukan Kabupaten Bayuasin dengan Undang-Undang nomor 6 tahun 2002 hingga tersusunnya RTRW Kabupaten Banyuasin dengan Peraturan Daerah No.8 Tahun 2005 Kabupaten Banyuasin terdiri dari 11 kecamatan, pada Tahun 2006 berdasarkan Peraturan Daerah No. 2 Tahun 2006 telah dilakukan pemekaran kecamatan menjadi 15
kecamatan,
pada Tahun 2010 mengalami pemekaran lagi menjadi 17 Kecamatan dan pada awal 2012 terjadi pemekaran lagi menjadi 19 Kecamatan. Selain itu adanya rencana pembangunan Pelabuhan Tanjung Api-Api sebagai simpul transportasi laut Nasional yang sekaligus menjadi generator pembangunan di Kabupaten Banyuasin serta isu-isu strategis lainnya yang secara langsung akan berdampak kepada perubahan penataan ruang wilayah sehingga diperlukan strategi dan arahan kebijakan yang baru dalam hal perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan sumberdaya alam, sumberdaya buatan dan sumberdaya manusia. Strategi dan arah kebijakan yang ditetapkan perlu disesuaikan dengan potensi dan kendala
yang ada, supaya mampu menghadapi segala hambatan,
tantangan, ancaman dan peluang yang ada saat ini dan pada masa yang akan datang. Menyadari hal tersebut, sebagaimana diamanatkan UU.No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, maka Rencana Tata ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin Tahun 2005-2025 harus direvisi. RTRW Kabupaten Banyuasin yang baru diharapkan menjadi
acuan
pelaksanaan
pembangunan
Kabupaten
Banyuasin
yang
lebih
konfrehensif, harmonis, serasi, selaras dan seimbang dan sinergis antar sektor, antar
I -2 PENDAHULUAN
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin wilayah, maupun antar pemangku kepentingan dalam pelaksanaan pembangunan. Pada akhirnya diharapkan akan semakin mendorong peningkatan kualitas ruang dan kualitas kehidupan masyarakat Kabupaten Banyuasin secara berkelanjutan. RTRW akan menjadi alat penyusunan program dan pengendalian pemanfaatan ruang serta menjadi perangkat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan berwawasan tata ruang. RTRW kabupaten ini dapat menjadi pedoman bagi perencanaan yang lebih rinci yakni Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan, Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perdesaan dan Rencana Kawasan Strategis Kabupaten. Rencana-rencana ini merupakan perangkat operasional dari RTRW Kabupaten Banyuasin. 1.2
DASAR HUKUM PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN BANYUASIN Landasan hukum yang menjadi dasar dalam penyusunan Revisi RTRW
Kabupaten Banyuasin ini diantaranya meliputi : 1.2.1 UNDANG-UNDANG
1)
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Ketentuan Pokok - Pokok Agraria;
2)
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian;
3)
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun;
4)
Undang-UndangNomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya;
5)
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan;
6)
Undang Undang Nomor 6 Tahun 2002 tentang pembentukan Kabupaten Banyuasin;
7)
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
8)
Undang-UndangNomor 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air;
9)
Undang-Undang
Nomor
25
Tahun
2004
tentang
Sistem
Perencanaan
Pembangunan Nasional;
10) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan; 11) Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah;
12) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan; I -3 PENDAHULUAN
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
13) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN);
14) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana; 15) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang; 16) Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau kecil;
17) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
18) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran; 19) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah; 20) Undang-Undang Nomor. 38 Tahun 2008 tentang Jalan; 21) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara;
22) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;
23) Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang perlindungan lahan Pertanian pangan berkelanjutan;
24) Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman;
1.2.2 PERATURAN PEMERINTAH (PP) 1)
Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1982 tentang Tata Pengaturan Air;
2)
Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 1991 tentang Rawa;
3)
Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai;
4)
Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 tentang Ketelitian Peta untuk Penataan Ruang Wilayah.
5)
Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2003 tentang Penatagunaan Tanah;
6)
Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol;
7)
Peraturan
Pemerintah
Nomor
36
Tahun
2005
tentang
Peraturan
PelaksanaanUndang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung; 8)
Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi;
9)
Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan;
I -4 PENDAHULUAN
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin 10) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota; 11) Peraturan Pemerintah Nomor 3 tahun 2008 tentang Perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan; 12) Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; 13) Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional; 14) Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air; 15) Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah; 16) Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tetang Kepelabuhanan; 17) Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2010 tentang Tata Cara Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan; 18) Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang; 19) Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2010 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam Di Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam; 20) Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat Dalam Penataan Ruang; 21) Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2011 tentang Penetapan dan Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan; 22) Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam. 1.2.3 KEPUTUSAN PRESIDEN/PERATURAN PRESIDEN 1)
Keputusan Presiden Nomor 30 tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Budidaya;
2)
Keputusan Presiden Nomor 32 tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung;
I -5 PENDAHULUAN
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin 3)
Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2000 tentang Badan Penetapan dan Pengendalian Penyediaan Prasarana dan Sarana Pekerjaaan Umum;
4)
Keputusan Presiden Nomor 4 Tahun 2009 tentang Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional;
5)
Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM);
6)
Petunjuk Presiden RI pada acara Pembukaan PENAS XII - Petani Nelayan Indonesia tanggal 7 Juli 2007 di Desa Sembawa Kabupaten Banyuasin-Provinsi Sumatera Selatan. Rencana pengembangan Kabupaten Banyuasin sebagai sentra agropolitan;
7)
Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025.
1.2.4 INSTRUKSI PRESIDEN (INPRES) 1)
Inpres Nomor 7/1987 tentang Penyederhanaan Perizinan dan Retribusi di Bidang Usaha Pariwisata;
2)
Inpres Nomor 5/1990 tentang Peremajaan Permukiman Rumah yang berada di atas tanah negara.
3)
Inpres Nomor 5/2011 tentang Pengamanan Cadangan Beras Nasional dan Antisipasi Perubahan Iklim Ekstrim
1.2.5 PERATURAN MENTERI/KEPUTUSAN MENTERI (PERMEN/KEPMEN) 1)
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 48/PRT/1990 tentang Pengelolaan atas Air dan atau Sumber Air pada Wilayah Sungai;
2)
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 49/PRT/1990 tentang Tata Cara dan Persyaratan Ijin Penggunaan Air dan atau Sumber Air;
3)
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Manfaat Sungai, daerah Penguasaan Sungai, dan Bekas Sungai;
4)
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 65/PRT/1993 tentang Penyuluhan Pengairan;
5)
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 72/PRT/1993 tentang Keamanan Bendungan;
I -6 PENDAHULUAN
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin 6)
Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 458/KPTS/1986 tentang Ketentuan Pengamanan Sungai dalam Hubungan dengan Penambangan Galian Golongan C;
7)
Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 98/KPTS/1993 tentang Organisasi Keamanan Bendungan;
8)
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 76 Tahun 2001 tentang Penunjukkan Kawasan Hutan dan Perairan di Provinsi Sumatera Selatan;
9)
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 147/2004 tentang Pedoman Koordinasi Penataan Ruang Daerah;
10) Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 630/KPTS/M/2009 tentang Penetapan Ruas-Ruas Jalan dalam Jaringan Jalan Primer Menurut Fungsinya Sebagai Jalan Arteri dan Kolektor; 11) Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 631/KPTS/M/2009 tentang Penetapan Ruas-Ruas Jalan Menurut Statusnya Sebagai Jalan Nasional; 12) Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 14/1998 Penataan Ruang Terbuka Hijau di Wilayah Perkotaan; 13) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20/2007 tentang Pedoman Teknis Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang; 14) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21/2007 tentang Pedoman Penataan Ruang Kawasan Rawan Letusan Gunung Berapi dan Kawasan Rawan Gempa Bumi; 15) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 22/2007 tentang Pedoman Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana Longsor; 16) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2008 tentang Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Daerah; 17) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16/PRT/M/2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten; 18) Peraturan Meteri Pertanian Nomor 41 Tahun 2009 tentang Kriteria Teknis Peruntukan Kawasan Pertanian; 19) Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 660/5113/SJ dan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 04/MENLH/12/2010 tentang Pelaksanaan KLHS dalam RTRW dan RPJMD Provinsi dan Kabupaten/Kota.
I -7 PENDAHULUAN
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin 1.2.6 PERATURAN DAERAH (PERDA) 1)
Peraturan Daerah Kabupaten Banyuasin Nomor 8 Tahun 2005, Tentang RTRW Kabupaten Banyuasin;
2)
Peraturan Daerah Kabupaten Banyuasin Nomor 15 Tahun 2009, Tentang RDTR Kawasan Pendukung Pelabuhan Tanjung Api-Api;
3)
Peraturan Daerah Kabupaten Banyuasin Nomor 18 Tahun 2009, Tentang RDTR Kawasan Kenten, Gasing dan Pangkalan Benteng.
1.3 PROFIL WILAYAH 1.3.1 Gambaran Umum Kabupaten Banyuasin A. Kondisi Geografis dan Administratif Kabupaten Banyuasin adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Sumatera Selatan. Kabupaten Banyuasin terbentuk dari hasil pemekaran Kabupaten Musi Banyuasin. Secara yuridis pembentukan Kabupaten Banyuasin disahkan dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2002 dengan luas Kabupaten Banyuasin 1.183.299 Ha atau sekitar 12,18 % Luas Provinsi Sumatera Selatan. Secara geografis terletak antara 1° 3732.12 Sampai 3° 0915.03LS dan 104° 0221.79 Sampai 105° 3338.5BT dengan batas-batas sebagai berikut: Sebelah Utara
: Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Muaro Jambi Provinsi Jambi dan Selat Bangka;
Sebelah Timur
: Kec. Pampangan dan Air Sugihan (OKI);
Sebelah Barat
: Kec. Sungai Lilin, Kec. Lais dan Kec. Lalan Kab. Musi Banyuasin;
Sebelah Selatan
: Kec. Jejawi, Pampangan (OKI), Kec. Pemulutan (OI), Kota Palembang, Kec. Sungai Rotan, Kec. Gelumbang, Kec.Muara Belida (Muara Enim).
Posisi geografis Kabupaten Banyuasin terhadap Provinsi Sumatera Selatan dapat dilihat pada Peta Orientasi, Gambar 1.1.
I -8 PENDAHULUAN
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
Gambar 1.1 Peta Orientasi I -9 PENDAHULUAN
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
Memperhatikan letak geografis dan batas administratif Kabupaten Banyuasin yang berbatasan langsung dengan wilayah laut yaitu Selat Bangka, sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Penataan Ruang nomor 26 Tahun 2007 pasal 15, bahwa Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, rencana tata ruang wilayah provinsi, dan rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota mencakup ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi, maka akan terjadi perubahan luas wilayah Kabupaten hasil deliniasi pada saat revisi RTRW. Hal ini disebabkan selain faktor perhitungan wilayah yang mengikut sertakan laut, juga karena perbedaan skala dan ketelitian peta pada saat pembentukan kabupaten dan penyusunan RTRW yang mengacu Undang-undang No.26 Tahun 2007. Hasilnya luas Wilayah Kabupaten Banyuasin yang semula sebesar 1.183.299 Ha bertambah menjadi 1.375.400,061 Ha. Perhitungan tersebut telah sejalan dengan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang termuat dalam penjelasan pasal 2, dimana Kewenangan kabupaten/kota ke arah laut ditetapkan sejauh 4 mil yakni sepertiga dari wilayah laut kewenangan provinsi sebesar 12 mil. Hal tersebut telah pula dipertegas dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Dari hasil perhitungan, penambahan luas Kabupaten Banyuasin menjadi 1.375.400,061 Ha atau bertambah 192.101 Ha sekitar 16% dari luas awal. Kecamatan yang mengalami penambahan luas wilayah ke arah laut yaitu Kecamatan Banyuasindua, Kecamatan Muara Sugihan, Kecamatan Makarti Jaya, Kecamatan Muara Telang, Kecamatan Pulau Rimau dan Kecamatan Air Salek. Dari luas wilayah Kecamatan tersebut, Kecamatan Banyuasindua merupakan Kecamatan terluas yaitu 402.008 Ha dan mengalami penambahan luas menjadi 493.200 Ha karena Kecamatan Banyuasin II terletak berbatasan langsung dengan wilayah laut. Sedangkan Kecamatan Muara Telang merupakan Kecamatan terkecil dengan luas wilayah 21.487 Ha. Gambaran administrasi kawasan Kabupaten Banyuasin dan Rincian luas tiap Kecamatan serta penambahannya dapat dilihat pada Tabel 1.1. dan Gambar 1.2
I -10 PENDAHULUAN
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin Tabel 1.1. Rincian Luas Wilayah Kabupaten Banyuasin Tahun 2010/2011 Berdasarkan Hasil Perhitungan.
No
Kecamatan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18.
Rantau Bayur Rambutan Banyuasin I Makarti Jaya Betung Banyuasin III Pulau Rimau Muara Telang Talang Kelapa Muara Padang Banyuasin II Tungkal Ilir Tanjung Lago Muara Sugihan Air Salek Suak Tapeh Sembawa Air Kumbag
19.
Sumber Marga Telang Jumlah
Luas Wilayah (Ha) Sebelum Setelah Ditambah Ditambah Wilayah wilayah Laut Laut 45.335,92 45.335,92 47.540,25 47.540,25 21.487,37 21.487,37 32.728,36 48.278 38.014,61 38.014,61 31.866,48 31.866,48 90.618,51 90.618,51 32.453,22 32.453,22 46.595,74 46.595,74 94.200,28 94.200,28 390.841,29 493.200 68.336 68.336 82.010 82.010 71.628,94 106.670 33.197,96 27.929 32.750,71 32.750,71 22.105,04 22.105,04
36.222,45 24.187,81
36.222,45 24.187,81
1.183.299
1.375.400
Sumber : Banyuasin Dalam Angka, 2010 dan Hasil Analisis 2011
I -11 PENDAHULUAN
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
Gambar 1.2 Peta Administrasi PENDAHULUAN
I -12
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
B. Klimatologi Seperti kebanyakan kondisi klimatologi di wilayah Indonesia, Kabupaten Banyuasin memiliki dua musim, yaitu musim kemarau dan musim penghujan, dengan suhu rata-rata 26,100 – 27,400 Celcius serta kelembaban rata-rata dan kelembaban relatif 69,4 % - 85,5 % sepanjang tahun. Kondisi iklim Kabupaten Banyuasin secara umum beriklim tropis basah dengan rata-rata curah hujan 2.723 mm/tahun. Secara lebih rinci dari pengamatan enam stasuin klimatologi yaitu Stasiun Hujan Sungai Lilin, Sungsang, Sembawa dan Betung, Air Sugihan, Mariana serta Badaruddin, sebaran tipe iklim di Kabupaten Banyuasin terbagi menjadi 4 (tiga) yaitu tipe iklim B2, tipe iklim B, tipe iklim B1 dan tipe iklim C2. -
Tipe Iklim B2, meliputi Sebagian besar Kecamatan Banyuasin II, Pulau Rimau, Tungkal Ilir, Betung, Sembawa, Makarti Jaya bagian utara, Suak Tapeh bagian barat serta bagian timur Banyuasintiga dengan curah hujan rata-rata 2521-2683 mm/tahun.
- Tipe Iklim B, dengan curah hujan rata-rata 2359-2521 mm/tahun, meliputi sebagian besar Kecamatan Muara Sugihan, Air Salek, Makarti Jaya, Muara Telang, Air Marga Telang, Tanjung Lago, Rantau Bayur, Talang Kelapa dan bagian utara Kecamatan Sembawa. - Tipe Iklim B1, dengan curah hujan rata-rata 2197-2359 mm/tahun, meliputi sebagian besar Kecamatan Muara Padang, Talang Kelapa, bagian selatan Makarti Jaya dan Muara Telang serta bagian barat Tanjung Lago - Tipe Iklim C2, dengan curah hujan rata-rata 1872-2197 mm/tahun meliputi sebagian besar Kecamatan Banyuasin I, Air Kumbang, Rambutan, Muara Padang dan bagian selatan Talang Kelapa. Gambaran kondisi Klimatologi di Kabupaten Banyuasin terlihat pada Gambar 1.3.
I -13 PENDAHULUAN
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
Gambar 1.3 Peta Curah Hujan PENDAHULUAN
I -14
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
C. Topografi dan Kemiringan Lahan Kondisi topografi Kabupaten Banyuasin didominasi oleh daerah yang relatif datar atau sedikit bergelombang, yaitu terdiri dari 80% luas dataran rendah basah berupa pesisir pantai, rawa pasang surut dan lebak serta 20% luasan merupakan dataran berombak sampai bergelombang dengan kisaran ketinggian 0 – 60 M di atas permukaan laut. Topografi datar atau sedikit bergelombang 0-12 dan 13-24 Mpdl menyebar di seluruh kecamatan sedangkan topografi berombak sampai bergelombang 25-36 dan 37-48 Mdpl berada di sebagian kecil Banyuasin dua, Tungkal Ilir serta selatan baguan timur Kabupaten Banyuasin serta sebagian kecil wilayah Betung dan Banyuasin III untuk 49-60 Mdpl. Dilihat dari kelerengannya, daratan Kabupaten Banyuasin berada pada kisaran kemiringan lereng 0-2% seluas 1.181.610 Ha dan 2-5% seluas 1.689 Ha.Beberapa wilayah yang berada pada dataran rendah dengan kisaran kemiringan lereng 0-2% berupa lahan rawa pasang surut tersebar di sepanjang Pantai Timur sampai ke pedalaman meliputi wilayah Kecamatan Muara Padang, Makarti Jaya, Muara Telang, Banyuasin II, Pulau Rimau, Air Salek Muara Sugihan, sebagian Kecamatan Talang Kelapa, Betung dan Tungkal Ilir. Selanjutnya berupa lahan rawa lebak terdapat di Kecamatan Rantau Bayur, sebagian Kecamatan Rambutan, sebagian kecil Kecamatan Banyuasin I. Sedangkan lahan kering dengan topografi agak bergelombang dan kisaran kemiringan lereng 2-5% terdapat di sebagian besar Kecamatan Betung, Sembawa, Banyuasin III, Talang Kelapa, Rantau Bayur dan sebagian kecil Kecamatan Muara Sugihan, Rambutan dan Kecamatan Tungkal Ilir. Gambaran kondisi topografi dan kemiringan lahan di Kabupaten Banyuasin dapat di lihat pada Gambar 1.4 dan Gambar 1.5.
I -15 PENDAHULUAN
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
Gambar 1.4 Peta Lereng PENDAHULUAN
I -16
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
Gambar 1.5 Peta Kontur I -17 PENDAHULUAN
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
Berdasarkan sifat dan kondisi topografi serta kemiringan tersebut, kemampuan lahannya Kabupaten Banyuasin berada dalam kemampuan pengembangan sangat tinggi, dengan klasifikasi kelerengan 0-2% cocok untuk pengembangan pemukiman dan pertanian akan tetapi, wilayah pada kelerengan ini berpotensi terhadap bencana bajir. Sedangkan untuk kelerengan 2-5% memiliki kesesuaian lahan untuk industri, irigasi terbatas dan pengembangan pemukiman. Gambaran kemampuan lahan Kabupaten Banyuasin di ilustrasikan dalam Gambar 1.6.
I -18 PENDAHULUAN
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
I -19 PENDAHULUAN
Gambar 1.6 Peta Penggunaan Lahan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
D. Jenis Tanah Menurut kondisi tanahnya, jenis tanah yang berada di Kabupaten Banyuasin terdiri dari 7 jenis, yaitu : 1
Alluvial
: Sepanjang Wilayah Timur dan Tengah Kabupaten Banyuasin serta sebagian kecil Kec. Banyuasin II dan Kecamatan Tungkal Ilir
2
Andosol
: Kecamatan Talang Kelapa dan Kecamatan Rantau Bayur
3
Glei
: Tersebar di seluruh Kabupaten Banyuasin
4
Hidromorf : Kecamatan Banyuasin I, Air Kumbang, Mariana, Suak Tapeh dan Kecamatan Banyuasin III
5
Latosol
: Kecamatan Rambutan
6
Litosol
: Kecamatan Rambutan, Kecamatan Rantau Bayur dan Kecamatan Banyuasin II
7
Regosol
: Kecamatan Sembawa, Kecamatan Tanjung Lago, Kecamatan Talang Kelapa dan Kecamatan Makarti Jaya.
Dari ketujuh jenis tanah yang tersebar di kawasan Banyuasin jenis tanah yang mendominasi adalah jenis tanah glei yaitu jenis tanah yang terbentuk karena pengaruh genangan air, dilanjutkan dengan jenis tanah alluvial yang merupakan hasil endapan erosi di dataran rendah serta sebaran paling kecil jenis tanah latasol yang banyak mengandung zat besi dan aluminium akan tetapi tingkat kesuburannya rendah, tanah ini berada di selatan Kecamatan Rambutan. Persebaran jenis tanah di Kabupaten Banyuasin dapat di lihat pada Gambar 1.7
I -20 PENDAHULUAN
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
I -21 PENDAHULUAN
Gambar 1.7 Peta Jenis Tanah
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
E.
Geologi Kondisi geologi di Kabupaten Banyuasin akan di gambarkan melalui stratigrafi
penyusunnya yang terdiri dari aluvium, batu lempung, batu pasir, batu sabak, endapan rawa, filit dan granit. 1.
Aluvium endapan danau dan pantai : tersebar di seluruh Kecamatan
2.
Batu Lempung, Batu Lanau, Batu Pasir : tersebar di sebagian Kecamatan Banyuasin Dua, Pulau Rimau, Tungkal Ilir, Betung, Banyuasin Tiga, Rantau Bayur dan Suak Tapeh
3.
Batu Pasir, batu lumpur dan batu bara : tersebar di sebagian Kecamatan Pulau Rimau
4.
Batu Sabak, Filit dan Batu Lumpur : tersebar di sebagian Kecamatan Tanjung Lago
5.
Endapan Rawa : tersebar di selatan bagian timur Kabupaten Banyuasin yaitu Kecamatan Betung, Suak Tapeh, Banyuasin III, Talang Kelapa dan Rantau Bayur
6.
Filit dan Batu pasir : tersebar di sebagian kecil wilayah perbatasan Kecamatan Tanjung Lago dan Kecamatan Pulau Rimau
7.
Granir, Granodiorit, Diorit : tersebar di sebagian Kecamatan Pulau Rimau, Banyuasin II, Tanjung Lago dan Rambutan Dari jenis stratigrafi tersebut yang paling mendominasi adalah jenis aluvium
yang terbentuk dari endapan danau dan pantai. Selanjutnya adalah jenis endapan rawa yang tersebar di selatan bagian timur Kabupaten Banyuasin yaitu Kecamatan Betung, Suak Tapeh, Banyuasin III, Talang Kelapa dan Rantau Bayur dan persebaran paling sedikit yaitu jenis filit yang hanya terdapat di sebagian kecil wilayah perbatasan Kecamatan Tanjung Lago dan Kecamatan Pulau Rimau. Sebaran kondisi geologi berdasarkan stratigrafi penyusunnya dalam Kabupaten Banyuasin seperti pada Peta Geologi Gambar 1.8.
I -22 PENDAHULUAN
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
PENDAHULUAN
Gambar 1.8 Peta Geologi
I -23
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
F.
Hidrologi Dari sisi hidrologi berdasarkan sifat tata air, wilayah Kabupaten Banyuasin
dapat dibedakan menjadi daerah dataran kering dan daerah dataran basah yang sangat dipengaruhi oleh pola aliran sungai. Aliran sungai di daerah datarah basah pola alirannya rectangular dan di daerah dataran kering pola alirannya dendritic. Beberapa sungai besar seperti Sungai Musi, Sungai Banyuasin, Sungai Calik, Sungai Telang, Sungai Upang dan yang lainnya berperan sebagai sarana transportasi air berupa alur pelayaran pedalaman yang dapat menghubungkan pusat kegiatan wilayah, pusat kegiatan lingkungan, antar pusat pelayanan lokal serta antar pusat pelayanan lingkungan. Pola aliran di wilayah ini, terutama didaerah rawa-rawa dan pasang surut umumnya rectangular, sedangkan untuk daerah yang dipengaruhi oleh pasang surut aliran sungainya adalah subparali, dimana daerah bagian tengah disetiap daerah sering dijumpai genangan air yang cukup luas. Terkait kondisi hidrologi, Kabupaten Banyuasin terbagi kedalam 5 wilayah daerah aliran sungai yang masing-masing Das Bangke meliputi Kawasan Taman Nasional Sembilang, Das Banyuasin yang merupakan Das terbesar meliputi Kecamatan Tungkal Ilir, Pulau Rimau, Suak Tapeh, Sembawa, Betung, Banyuasin III, Tanjung Lago dan bagian selatan Banyuasin II, Das Benawang meliputi sepanjang wilayah timur Kecamatan Muara Sugihan, Sumber Marga Telang dan Muara Padang, Das Sembilang yang meliputi bagian utara kawasan Taman Nasional Sembilang dan Das Musi yang meliputi Kecamatan Rambutan, Banyuasin I, Air Kumbang, Talang Kelapa, Makarti Jaya, Muara Telang, Air Salek, Tanjung Lago, Rantau bayur serta sebagian wilayah di Kecamatan Banyuasin II. Pembagian daerah aliran sungai di Kabupaten Banyuasin di ilustrasikan pada Gambar 1.9.
I -24 PENDAHULUAN
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
Gambar 1.9 Peta Aliran Sungai PENDAHULUAN
I -25
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
G. Tata Guna Lahan Pada pola penggunaan lahan di Kabupaten Banyuasin berrdasarkan analisis Citra Alos Tahun 2010 dan RTRW Provinsi Suatera Selatan, terrekam jenis penggunaan lahan terbesar berupa semak belukar rawa dengan luas 299.773 Ha atau sekitar 22 % dari luas total Kabupaten Banyuasin. Dari kondisi tata guna lahan eksisting yang terilustrasikan pada gambar 1.10, dominasi penggunaan lahan terluas berikutnya berupa Pertanian Lahan Kering Campuran termasuk didalamnya perkebunan rakyat, diikuti pertanian pangan lahan basah/sawah pasang surut dan lebak, perkebunan besar, hutan mangrove sekunder, kawasan hutan yang terdiri dari hutan mangrove, hutan rawa primer, hutan rawa sekunder serta hutan tanaman. Untuk kawasan terbangun berupa permukiman baik perdesaan maupun perkotaan dan ereal transmigrasi masing-masing seluas 34.039 Ha dan 2.023 Ha.
Untuk lebih jelasnya
perhatikan tabel dan diagram berikut: Tabel 1.2 Luas Penggunaan Lahan Eksisting Kabupaten Banyuasin Tahun 2010 Jenis Penggunaan Lahan Hutan Mangrove Sekunder Hutan Rawa Primer Hutan Rawa Sekunder Hutan Tanaman Lahan Terbuka Perkebunan Permukiman Pertambangan Pertanian Lahan Kering (PLK) PLK Campur Semak Rawa Sawah Semak Belukar Semak Belukar Rawa Tambak Transmigrasi Tubuh Air Total
Luas (Ha) 160.532 37.664 28.818 16.666 7.320 142.314 34.039 579 11.286,72 222.374 12.545 197703 3.372 299.773 12638 2.023 43.261 1.232.912
% 13,6 3,2 2,4 0,1 0,6 12,0 2,9 0,0 2,2 18,0 1,1 13,8 0,3 22,0 3,9 0,2 3,7 100,0
Sumber : RTRWP Sumatera Selatan Tahun 2011-3030, Lapan, 2010
I -26 PENDAHULUAN
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
PENDAHULUAN
Gambar 1.10 Peta Tutupan Lahan
I -27
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
1.3.2 Kependudukan dan Sumber Daya Manusia Penduduk sebagai objek sekaligus subjek pembangunan merupakan aspek utama yang mempunyai peran penting dalam pembangunan. Oleh karena itu data penduduk
sangat
dibutuhkan dalam perencanaan pembangunan.
Dilihat
dari
persebaran penduduk di Kabupaten Banyuasin, hingga awal tahun 2012 Kecamatan Talang Kelapa merupakan Kecamatan dengan persentase persebaran tertinggi, yaitu sebesar 15,49% dan Kecamatan Air Kumbang adalah kecamatan dengan persebaran terendah, yaitu hanya sebesar 2,14 %. Untuk selengkapnya dapat dilihat tabel berikut. Tabel 1.3 Jumlah dan Persentase Persebaran Penduduk di Kabupaten Banyuasin Awal Tahun 2012 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19.
Kecamatan
Ibukota
Rantau Bayur Tebing Abang Betung Betung Banyuasin III Pangkalan Balai Pulau Rimau Teluk Betung Tungkal Ilir Sidomulyo Talang Kelapa Sukajadi Tanjung Lago Tanjung Lago Banyuasin I Mariana Rambutan Rambutan Muara Padang Sumber Makmur Muara Sugihan Tirta Harja Banyuasin II Sungsang Makarti Jaya Makarti Jaya Air Salek Salek Mukti Muara Telang Telang Jaya Suak Tapeh Lubuk Lancang Sembawa Sembawa Sumber Marga Telang Muara Telang Air Kumbang Cinta Manis Baru Jumlah
Jumlah Penduduk 54.859 57.869 68.732 51.453 30.514 140.439 40.109 81.063 51.532 35.783 42.734 53.168 36.683 32.320 31.493 19.570 33.164 25.883 19.368 906.736
Persebaran (%) 6,05 6,38 7,58 5,67 3,37 15,49 4,42 8,94 5,68 3,95 4,71 5,86 4,05 3,56 3,47 2,16 3,66 2,85 2,14 100,00
Sumber : BPS, Dokumen Banyuasin Dalam Angka, Tahun 2010/2011 dan Registrasi di Catatan Sipil Awal Tahun 2012
Gambar 1.11 Grafik Distribusi Penduduk Kabupaten Banyuasin Awal Tahun 2012
A. Jumlah, Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk
I -28 PENDAHULUAN
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin Laju pertumbuhan penduduk merupakan barometer untuk menghitung besarnya
semua
kebutuhan
yang diperlukan masyarakat, seperti perumahan, sandang, pangan, pendidikan dan sarana penunjang lainnya. Berdasarkan registrasi penduduk
hasil
penduduk,
Jumlah
Kabupaten
Banyuasin dalam kurun waktu tahun 2008 sampai dengan awal tahun 2012 mengalami peningkatan dengan rata-rata laju pertumbuhan peduduk sekitar 2,6%. Total jumlah penduduk tersebut di tahun 2008 sebesar 798.360 jiwa dan meningkat di awal tahun 2012 menjadi 906.736 jiwa. Jumlah penduduk terbesar yaitu di Kecamatan Talang Kelapa sebesar 127.432 jiwa di tahun 2008 dan terus meningkat hingga awal tahun 2012 mencapai 140.439 jiwa. Secara rinci Tabel 1.4 berikut ini menerangkan jumlah penduduk Kabupaten Banyuasin di setiap kecamatan Tahun 2008- Awal Tahun 2012. Tingkat kepadatan penduduk di Kabupaten Banyuasin dalam kurun waktu tahun 2008 sampai dengan Awal Tahun 2012 masih tergolong sangat rendah, akan tetapi tiap tahunnya mengalami peningkatan dengan rata-rata kepadatan di tahun 2008 sebesar 67 jiwa/km2 menjadi 77 jiwa/km2 di Awal tahun 2012, Kecamatan Talang Kelapa merupakan kecamatan dengan rata-rata kepadatan penduduk tertinggi. Pada awal tahun 2012, rata-rata kepadatan penduduk di Kecamatan Talang Kelapa mencapai 441 jiwa/Km2. Tingginya tingkat kepadatan penduduk di Kecamatan Talang Kelapa disebabkan karena kecamatan ini letaknya strategis karena lebih dekat dengan Kota Palembang. Sementara kecamatan dengan rata-rata kepadatan penduduk terendah adalah Kecamatan Muara Sugihan, yang pada awal tahun 2012 rata-rata kepadatan penduduknya hanya
11 jiwa/Km2. Persebaran kepadatan penduduk
Kabupaten Banyuasin dapat dilihat pada Peta Kepadatan Gambar 1.13,sedangkan perkembangan dan Rata-rata kepadatan penduduk di Kabupaten Banyuasin dapat melihat grafik pada gambar 1.12 dan table 1.4 berikut ini :
I -29 PENDAHULUAN
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin Tabel 1.4 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk di Kabupaten Banyuasin Tahun 2007-Awal Tahun 2012 Jumlah Penduduk (jiwa) No
Kecamatan
2008 2009 Rantau Bayur 46.753 47.923 Betung 70.654 72.226 Banyuasin III 105.221 107.742 Pulau Rimau 49.889 51.065 Tungkal Ilir 25.926 26.572 Talang Kelapa 127.432 130.595 Tanjung Lago 24.885 25.405 Banyuasin I 87.376 89.036 Rambutan 42.037 43.036 Muara Padang 31.493 32.400 Muara Sugihan 33.448 34.429 Banyuasin II 47.696 49.097 Makarti Jaya 29.054 30.018 Air Salek 24.435 25.131 Muara Telang 52.061 53.605 Suak Tapeh *) *) Sembawa *) *) Marga Air *) *) Telang 19. Air Kumbang *) *) Rata-rata Laju Pertumbuhan (%) Jumlah 798.360 818.280 1. 2. 3. 4.. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18.
2010 49.169 74.104 110.543 52.393 27.263 133.990 26.066 91.351 44.155 33.242 35.324 50.374 30.798 25.784 54.999 *) *) *)
2011 50.790 56.470 66.177 49.419 28.682 133.767 38.683 92.897 50.111 33.142 41.504 51.351 36.564 30.374 62.019 16.756 31.101 *)
2012 54.859 57.869 68.732 51.453 30.514 140.439 40.109 81.063 51.532 35.783 42.734 53.168 36.683 32.320 31.493 19.570 33.164 25.883
*)
*)
19.368
839.555
869.807
906.736
Laju Pertumbuhan Penduduk (%) 2,5 2,4 2,5 2,5 2,5 2,5 2,3 2,2 2,5 2,7 2,8 2,7 3,2 2,7 2,8 *) *)
2,6
Sumber : BPS,Banyuasin Dalam Angka 2010, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kab. Banyuasin 2011 Ket : *) Angka masih tergabung dalam kecamatan induk
Gambar 1.12 Grafik Peningkatan Kepadatan Penduduk Kabupaten Banyuasin Tahun 2007-201
I -30 PENDAHULUAN
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
I -31 PENDAHULUAN
Gambar 1.13 Peta Kepadatan Penduduk
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin Tabel 1.5 Rata-Rata Kepadatan Penduduk per Kecamatan di Kabupaten Banyuasin Tahun 2011
No
Kecamatan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19.
Rantau Bayur Betung Banyuasin III Pulau Rimau Tungkal Ilir Talang Kelapa Tanjung Lago Banyuasin I Rambutan Muara Padang Muara Sugihan Banyuasin II Makarti Jaya Air Saleh Muara Telang Suak Tapeh Sembawa Sumber Marga Telang Air Kumbang Jumlah
Luas Wilayah 435,87 523 293 418 380 319 906 215 464 942 4.020 683 825 717 252 327 221
242 217 11.832,99
Pertengahan Awal Tahun 2012 Jumlah Penduduk Kepadatan (jiwa) (jiwa/km2) 54.859 126 57.869 111 68.732 235 51.453 123 30.514 80 140.439 441 40.109 44 81.063 377 51.532 111 35.783 38 42.734 11 53.168 78 36.683 44 32.320 45 31.493 125 19.570 60 33.164 150 25.883 107 19.368 89 906.736 77
Sumber : BPS, Banyuasin Dalam Angka, 2008-2010/2011 Ket : *) Angka masih tergabung dalam kecamatan induk
B. Proyeksi Penduduk Untuk mengetahui perkiraan jumlah penduduk Kabupaten Banyuasin sampai dengan tahun 2031 akan digunakan pendekatan Lung Polinomial Methods, dengan dasar pemikiran bahwa perkiraan pertambahan penduduk ke depan tidak lagi selamanya mengikuti pola pertumbuhan yang berlaku di wilayah perencanaan karena sebagai daerah baru dengan potensi/peluang untuk kemungkinan berusaha lebih baik akan menjadi daya tarik yang kuat bagi penduduk luar untuk memasuki wilayah Kabupaten Banyuasin.
Penggunaan Metoda Lung Polinomial berlandaskan
pada angka pertumbuhan rata-rata Kabupaten Banyuasin sebesar 2,6 % per tahun. Berikut ini hasil perhitungan proyeksi penduduk Kabupaten Banyuasin di setiap Kecamatan hingga tahun 2031. Tabel 1.6.
I -32 PENDAHULUAN
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin Proyeksi Jumlah Penduduk per Kecamatan di Kabupaten Banyuasin HinggaTahun 2031
No 1. 2. 3. 4.. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19.
Kecamatan Rantau Bayur Betung Banyuasin III Pulau Rimau Tungkal Ilir Talang Kelapa Tanjung Lago Banyuasin I Rambutan Muara Padang Muara Sugihan Banyuasin II Makarti Jaya Air Salek Muara Telang Suak Tapeh Sembawa Sumber Marga Telang Air Kumbang Jumlah
Jumlah Penduduk Awal Tahun 2012 54.859 57.869 68.732 51.453 30.514 140.439 40.109 81.063 51.532 35.783 42.734 53.168 36.683 32.320 31.493 19.570 33.164 25.883 19.368 906.736
Jumlah Penduduk (jiwa) 2016
2021
2026
2031
60791 64126 76164 57016 33813 155624 44446 89828 57104 39652 47355 58917 40649 35815 34898 21686 36750
69115 72908 86593 64824 38444 176935 50532 102129 64924 45082 53839 66985 46216 40719 39677 24656 41782
78580 82891 98451 73701 43708 201164 57452 116114 73814 51255 61212 76158 52545 46295 45110 28032 47504
89340 94242 111933 83794 49693 228711 65319 132015 83922 58274 69594 86586 59740 52635 51288 31871 54009
28682 21462 1.004.778
32609 24401 1.142.371
37075 27743 1.298.805
42152 31542 1.476.661
Sumber : Hasil Analisis, 2011
Dengan jumlah penduduk Kabupaten Banyuasin hingga Tahun 2031 mencapai 1.476.661 jiwa maka kepadatan penduduk di tahun 2031 akan menjadi 112 jiwa/km2. Kepadatan penduduk tertinggi berada di Kecamatan Talang Kelapa yaitu sebesar 718 jiwa/km2, sedangkan kepadatan penduduk terendah berada di Kecamatan Muara Sugihan sebesar 17 jiwa/km2. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table 1.7 berikut:
I -33 PENDAHULUAN
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin Tabel 1.7 Proyeksi Kepadatan Penduduk per Kecamatan Kabupaten Banyuasin Hingga Tahun 2031 2016 Luas Wilayah
Kecamatan
Rantaubayur Banyuasin III Pulau Rimau Tungkal Ilir Talang Kelapa Tanjung Lago Banyuasin I Rambutan Muara Padang Muara Sugihan Banyuasin II Makarti Jaya Air Salek Muara Telang Suak Tapeh Sembawa Sumber Marga Telang Air Kumbang
Kepadatan (jiwa/km2)
Kepadatan (jiwa/km2)
159
28682 32609 119 21462 24401 99 11.832,90 1.004.778 85 1.142.371 Sumber : Hasil Analisis,2011
135
523 293 418 380 319 906 215 464 942 4.020 683 825 717 252 327 221
60791 64126 76164 57016 33813 155624 44446 89828 57104 39652 47355 58917 40649 35815 34898 21686 36750
Jumlah Penduduk (jiwa)
2026
69115 72908 86593 64824 38444 176935 50532 102129 64924 45082 53839 66985 46216 40719 39677 24656 41782
435,87
Betung
Jumlah Penduduk (jiwa)
2021
139 123 260 136 89 488 49 418 123 42 12 86 49 50 138 66 166
242 217
139 296 155 101 555 56 475 140 48 13 98 56 57 157 75 189
Jumlah Penduduk (jiwa)
2031
Kepadatan (jiwa/km2)
78580 82891 98451 73701 43708 201164 57452 116114 73814 51255 61212 76158 52545 46295 45110 28032 47504
Kepadatan (jiwa/km2)
89340 94242 111933 83794 49693 228711 65319 132015 83922 58274 69594 86586 59740 52635 51288 31871 54009
205
42152 31542 128 110 1.476.661
174
180 158 336 176 115 631 63 540 159 54 15 112 64 65 179 86 215
37075 27743 112 97 1.298.805
Jumlah Penduduk (jiwa)
153
180 382 201 131 718 72 614 181 62 17 127 72 73 203 97 244
145 125
1.3.3 Potensi Bencana Alam Potensi bencana akan selalu berkaitan dengan tingkat kerentanan dan tingkat kerawanan
bencana
pada
masing-masing
kawasan
tertentu
sesuai
karakteristik morfologi, geologi, klimatologi dan topografi kawasan.
dengan
Selain itu
peningkatan suhu global telah pula menjadi perhatian serius karena mengakibatkan lapisan es di Antartika dan Greenland semakin menipis dan menyebabkan kenaikan permukaan laut. Hal ini tentu saja akan berpengaruh terhadap kawasan pesisir yang di miliki Kabupaten Banyuasin. Penanganan dampak pemanasan global semakin menjadi prioritas nasional, bukan hanya disebabkan timbulnya kenaikan permukaan laut tetapi pemanasan global itu telah menyebabkan perubahan iklim. Perubahan ini dapat kita lihat dari fenomena cuaca yang semakin tidak menentu, intensitas curah hujan yang tinggi, ombak semakin besar, banjir, kebakaran hutan,dan kekeringan
I -34 PENDAHULUAN
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin yang dapat saja berpengaruh terhadap wilayah Kabupaten Banyuasin.
Kebijakan dan
program strategis terkait adaptasi dan mitigasi pemanasan global perlu segera diambil pemerintah.
Strategi
yang kita lakukan sekarang dalam menghadapi pemanasan
global akan menentukan kualitas lingkungan kita di masa depan. Beberapa bentuk kerawanan bencana yang dapat terjadi di wilayah Kabupaten Banyuasin diantaranya sebagai berikut : A. Daerah Rawan Genangan Topografi Kabupaten Banyuasin yang 80% merupakan dataran rendah basah dengan kemiringan 0 - 8% terletak sepanjang aliran sungai sampai dengan wilayah pesisir. Dari hasil kajian risiko dan adaptasi perubahan iklim Sumatera Selatan oleh Kementrian Lingkungan
Hidup,
Kabupaten
Banyuasin
yang
wilayahnya berbatasan langsung dengan pantai timur Sumaterta Selatan yaitu Selat Bangka memiliki risiko sangat tinggi terhadap penggenangan pesisir mengingat wilayah Banyuasin
tergolong
dataran
rendah
(lowland)
sehingga
mempunyai
tingkat
keterpaparan tinggi terhadap perubahan iklim khususnya bahaya penggenangan pesisir yang disebabkan oleh kombinasi kenaikkan air laut, gelombang badai dan fenomena La-Nina pada saat air pasang maksimum. Tren kenaikan suhu permukaan laut di sekitar pantai timur Sumatera Selatan berkisar 0,020C/tahun yang setara dengan nilai rata-rata di seluruh perairan Indonesia. Sedangkan untuk kenaikkan muka air laut, berdasarkan hasil estimasi altimeter, model dan data pasang surut berkisar antara 0,5-0,7 cm/tahun. Proyeksi kenaikkan muka air laut pada tahun 2030 sebesar ±13,5-15,6 cm, dinatara nilai tersebut sekitar 6-15 cm merupakan hasil kontribusi pencairan es yg di estimasi dengan model. Kejadian ekstrem juga berpengaruh terhadap kenaikan muka air laut yaitu fenomena La-Nina (Pengaruh dari Samudera Pasifik) yang dapat menimbulkan kenaikkan sebesar 15 cm terhadap muka air laut dalam keadaan normal. Gelombang signifikan pada pantai timur Sumatera Selatan meninggi sekitar bulan Desember-Januari dan menurun pada bulan mei. Kondisi tersebut mengakibatkan Kabupaten Banyuasin memiliki luasan daerah genangan tahunan dengan total luasan genangan sekitar 914.164,7 Ha. Luasan tersebut terbagi dalam 4 tipe luapan mulai dari genangan dengan tipe A yaitu lahan
I -35 PENDAHULUAN
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin yang selalu terluapi air pasang baik pasang besar maupun pasang kecil, tipe genangan ini terutama tersebar di sebagian wilayah Kecamatan Makarti Jaya, Muara Padang, Banyuasin II, dan Muara Sugihan. Selanjutnya tipe genangan B dimana lahan terluapi saat pasang besar, kondisi ini terdapat di sebagian wilayah Kecamatan Muara Sugihan, Muara Telang, Sumber Marga Telang dan Makarti Jaya. Tipe genangan C yaitu dalam kondisi tidak tergenang tetapi kedalaman air tanah pada waktu pasang surut kurang dari 50 cm dan genangan tipe D yaitu dalam kondisi tidak tergenang pada waktu pasang air tanah lebih dari 50 cm, tetapi pasang surutnya air masih terasa atau tampak pada saluran tersier. Untuk Sebaran daerah genangan C dan D cukup merata hampir di seluruh kecamatan Kabupaten Banyuasin. Pada kondisi normal genangan yang ada merupakan kondisi alami yang ada di Kabupaten Banyuasin, akan tetapi perlu diambil langkah ke depan terkait kenaikan suhu global yang akan berpengaruh terhadap kawasan yang secara alami merupakan daerah genangan berkala, terutama di kawasan pesisir. Persebaran kawasan rawan genangan di Kabupaten Banyuasin di terlihat pada Gambar 1.14 Peta Rawan Bencana. B. Kawasan Rawan Bencana Angin Topan/Puting Beliung Badai dan topan serta angin puting beliung adalah salah satu diantara pengaruh pemanasan suhu global.
Turbalensi suhu mengakibatkan
perbedaan tekanan udara yang sering terjadi di wilayah tropis diantara garis balik utara dan selatan, kecuali di daerah-daerah yang sangat berdekatan dengan khatulistiwa. Sebagian besar sebaran kawasan rawan bencana angin puting beliung terletak di wilayah pesisir. Berikut sebaran kawasan Kabupaten Banyuasin yang memiliki daerah Rawan Bencana Angin Topan/Puting Beliung diantaranya adalah Kecamatan Banyuasin I, Kecamatan Banyuasin II, Kecamatan Betung, Kecamatan Pulau Rimau,Kecamatan Talang Kelapa, Kecamatan Tungkal Ilir, Kecamatan Muara Sugihan, Kecamatan Air Salek, dan Kecamatan Tanjung Lago.
I -36 PENDAHULUAN
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin C. Kawasan Rawan Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan Potensi Kabupaten
bencana
Banyuasin
kebakaran disebabkan
hutan oleh
kesengajaan antara lain pembakaran lahan keperluan
pertanian,
dan
faktor
di
Faktor untuk
alam
yaitu
disebabkan oleh musim kemarau mengakibatkan vegetasi semak belukar, lahan basah dan bergambut yang kering mudah terbakar. Faktor kesengajaan dalam pembakaran lahan masih merupakan budaya sebagian masyarakat di beberapa kecamatan di Kabupaten Banyuasin, dimana pada musim kemarau panjang masyarakat mencari kawasan semak belukar dengan ketebalan bahan organik tinggi untuk sengaja dibakar lalu ditebari benih padi (sistem sonor) yang kemudian di biarkan dan datang kembali saat musim panen. Berdasarkan sebaran hot spot hasil pantauan Satelit SSMFP, potensi kebakaran hutan dan lahan cukup tinggi di Kabupaten Banyuasin,tersebar di Kecamatan Pulau Rimau, Banyuasin I, Muara Padang , Tungkal Ilir dan Muara Sugihan serta kawasan lain yang memiliki Lahan gambut cukup tebal seperti di daerah Taman Nasional (TN) Sembilang dan sekitarnya. Sebaran hot spot tersebut dapat dilihat pada gambar 1.14. Biasanya kebakaran hutan tersebut terjadi sekitar Juni-September. D. Kawasan Rawan Kekurangan Air (Kekeringan) Perubahan iklim menjadi salah satu pertimbangan dasar dalam pengelolaan air, misalnya dalam pengembangan infrastruktur air mengenai
kualitas
dan
kuantitas
air.
Berdasarkan Indeks Risiko Bencana Kekeringan yang
dikeluarkan
oleh
Badan
Nasional
Penanggulangan Bencana (PNPB) Tahun 2010 dan Kajian Risiko Kekurangan Air oleh Kementerian Lingkungan Hidup, Kabupaten Banyuasin termasuk dalam tingkat risiko tinggi untuk bencana kekeringan. Bencana kekeringan di Kabupaten Banyuasin terutama terjadi di musim kemarau, dimana sumber-sumber air warga baik itu sumur maupun sungai kecil kering. Kondisi tersebut
I -37 PENDAHULUAN
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin yang mengakibatkan hampir di setiap kecamatan mengalami kekurangan air bersih untuk air minum, memasak, mandi, dan mencuci maupun air untuk kebutuhan irigasi. Dari hasil kajian tersebut,
risiko kekurangan air di Kaupaten Banyuasin
termasuk dalam 2 zona utama dari 4 zona yang diklasifikasikan berdasarkan Daerah Aliran Sungai dan susunan sungai, Kabupaten Banyuasin tergolong tingkat risiko menengah sampai sangat tinggi yang tersebar di kawasan DAS Musi serta tingkatan risiko dari sangat rendah sampai sangat tinggi di kawasan Das Banyuasin.
.
I -38 PENDAHULUAN
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
PENDAHULUAN
Gambar 1.14 Peta Rawan Bencana
I -39
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin 1.3.4
Potensi Sumber Daya Alam Potensi sumber daya alam merupakan segala potensi alam yang dapat
dikembangkan dan dimanfaatkan untuk kebutuhan manusia. Potensi sumber daya alam yang berada di Kabupaten Banyuasin sangat dipengeruhi oleh kondisi wilayah Kabupaten Banyuasin dimana lebih dari setengah luas wilayah merupakan kawasan lahan basah, pasang surut dan lebak yang dimanfaatkan untuk lahan pertanian, sedangkan sisanya, kurang dari setengah luas wilayah sebagai lahan usaha nonpertanian termasuk untuk lahan bangunan, pekarangan dan jalan. A. Potensi Sumberdaya Lahan Kondisi sumberdaya lahan di Kabupaten Banyuasin terdiri dari lahan basah dan lahan kering, dimana Hampir 80 persen dari wilayah Kabupaten Banyuasin merupakan hamparan lahan basah berupa dataran rendah rawa lebak, dataran rendah lahan
gambut,
serta
rendahpasang surut Lahan Pasang Surut di Muara Kumbang Kabupaten Banyuasin
dataran
dan sisanya
sekitar 20% merupakan lahan kering yang
dimanfaatkan
pekarangan
dan
untuk
permukiman,
perkebunan, ladang dan pemanfaatan lainnya. Kawasan khusus berekosistem rawa pasang surut yang dibelah-belah oleh aliran sungai dan menjadi delta-delta serta membentuk dataran rendah yang bergambut tersebar di sepanjang pesisir timur. Sedangkan di sepanjang pesisir hilir Sungai Musi dan Sungai Komering terdapat kawasan lebak. Potensi lahan pasang surut yang tersedia di sebagian besar wilayah Kabupaten Banyuasin memiliki prospek yang cukup besar untuk dikembangkan menjadi sentra produksi pertanian dan perkebunan dengan pola intensifikasi dan ekstensifikasi. Hal ini tercermin dengan pemanfaatan lahan pasang surut yang dominan untuk tanaman pangan khususnya beras dan telah menghantarkan Kabupaten Banyuasin sebagai penyumbang produksi beras Sumatera Selatan ± 26%. Demikian juga dibidang perkebunan, dimana lahan pasag surut yang belum termanfaatkan untuk tanaman pangan menjadi faktor penarik bagi investor di bidang perkebunan kelapa sawit.
I -40 PENDAHULUAN
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin Potensi pengembangan lahan produktif juga dapat dilakukan pada lahan berawa (lebak dan gambut). Berdasarkan penggunaan lahan eksisting Kabupaten Banyuasin tipologi lahan berawa ini berupa kawasan hutan rawa primer seluas 37.664 Ha, kawasan hutan rawa sekunder seluas 28.818 Ha, kawasan rawa 12.545 Ha serta semak belukar rawa yang memiliki luasan terbesar yaitu 259.773 Ha atau sekitar 22% dari luas total Kabupaten Banyuasin. Sebaran Lahan rawa tersebut terletak di sepanjang Pantai Timur sampai ke pedalaman meliputi wilayah Kecamatan Muara Padang, Makarti Jaya, Muara Telang, Banyuasindua, Pulau Rimau, Air Salek, Muara Sugihan, sebagian Kecamatan Talang Kelapa, Betung dan Tungkal Ilir. B. Kehutanan Kawasan hutan Kabupaten Banyuasin luasnya mencapai 495.213,88 Ha atau sekitar 40% dari total luas Kabupaten Banyuasin. Kawasan hutan tersebut di dominasi oleh Taman Nasional Sembilang seluas 202.750 Ha yang telah ditetapkan menurut Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 95/Kpts-II/003 tanggal 19 Maret 2003 serta jenis kawasan lainnya berupa kawasan hutan lindung, kawasan hutan produksi, kawasan huntan konversi,
dan hutan yang terdapat di kawasan suaka alam berupa suaka
margasatwa. (Perhatikan Gambar 1.16 Peta Kawasan Hutan). Untuk lebih jelasnya, secara rinci jenis kawasan hutan di Kabupaten Banyuasin menurut fungsinya, dapat dikelompokkan sebagai berikut : Tabel1.8 Kondisi Eksisting Hutan Di Kabupaten Banyuasin No 1. 2. 3. 4.
Kawasan Hutan Hutan Lindung K.Hutan Produksi HPK Kawasan Suaka Alam : Suaka Margasatwa Taman Nasional Sembilang
Total
Luas (Ha) 68.988,66
68.393,37 60.781,85 94.300 202.750 495.213,88
Sumber : - Peta Rupa Bumi Bakosurtanal - Peta Kawasan Hutan - Draft RTRWP Sumatera Selatan 2010-2030
Dari kawasan hutan tersebut, dihasilkan berbagai potensi sumberdaya hutan diantaranya berupa
kayu
yaitu jenis kayu bulat dan olahan yang telah dipasarkan
I -41 PENDAHULUAN
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin baik di dalam negeri maupun luar negeri. Di tahun 2009 hasil produksi kayu tersebut mencapai 109.230.610 m3. C. Penggalian, Pertambangan dan Energi Kabupaten Banyuasin merupakan daerah yang memiliki bahan galian yang cukup potensial seperti minyak dan gas bumi, batubara, gambut, lempung, kaolin, pasir kuarsa. Kualitas batubara di Kab. Banyuasin umumnya berjenis Ligmit – Subbituminous dengan kalori 4000- 5000 Kcal/kg dan memiliki kadar sulfur dan abu rendah, baik untuk bahan bakar PLTU dan sebagai komoditi ekspor non migas yang dapat menjadi sumber devisa negara. Untuk kegiatan pertambangan minyak dan gas bumi sebagian berlokasi di Kecamatan Pulau Rimau dengan jumlah sumur produksi sebanyak 24 sumur atau 25.000 barel/hari dan wilayah lain seperti Kecamatan Rantau Bayur, Banyuasin II, Tungkal Ilir dan Betung. Sebaran lokasi izin usaha pertambangan migas yang terdapat di Kabupaten Banyuasin dapat diihat pada Tabel 1.9 dan Gambar 1.17 Peta Kawasan Pertambangan Migas. Tabel 1.9 Izin Migas Di Kabupaten Banyuasin NO 1. 2. 3. 4 5 6 7 8 9 10
COMPANY Petronas Cargau (Tanjung Jabung) Job Pertamina-Amirada Hiss Jambi Merang PT. Pertamina E&P PT. Odira Energi Karang Agung Conoco Phillips (Gresik) PT. Medco E&P Rimau PT. Seli Raya Belida PT. Medco E&P Indonesia Star Energy (Sekayu) Job Pertamina-Goldenspike Indonesia
Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec.
Kecamatan Rantau Bayur Banyuasin II Tungkal Ilir Pulau Rimau Banyuasin II Betung Rantau Bayur Rantau Bayur Rantau Bayur Rantau Bayur
Sumber :Dinas Pertambangan Kabupaten Banyuasin
Sedangkan bahan galian batubara tersebar di 5 (lima) Kecamatan yaitu Kec. Rantau Bayur, Kec. Pulau Rimau, Kec. Betung, Kec. Banyuasin I dan Kec. Banyuasin III dengan perkiraan 2,5 milyar ton. Dari data Dinas Pertambangan setempat telah terdapat izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi Produksi seluas 12.674 Ha dan IUP Eksplorasi seluas 196.378 Ha yang berada di Kecamatan Banyuasin III, Pulau Rimau, Rantau Bayur, Betung, Tungkal Ilir, Talang Kelapa dan Kecamatan Muara Telang.
I -42 PENDAHULUAN
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin (Perhatikan Gambar 1.18 Peta Kawasan Pertambangan Batubara). Berikut ini sebaran lokasi izin usaha pertambangan batubara yang terdapat di Kabupaten Banyuasin : Tabel 1.10 Izin Usaha Pertambangan Batubara(Eksplorasi) Di Kabupaten Banyuasin NO 1. 2. 3.
COMPANY PT. Basin Coal Mining PT. Bumi Indo Power PT. Basindo Karya Utama
4 5 6
PT. Buana Minera Harvest PT. Graha Nusa Minergi PT. Sumber Alam Makmur Utama
7 8 9 10 11
PT. PT. PT. PT. PT.
12 13
PT. Bhumindo Tambang Jaya PT. Tubindo Energi
14
Tubindo Elok Indah Subur Jaya Nusantara Alam Pasifik Trimata Coal Perkasa MBH Mining Resources
PT. Trimata Benua
DISTRICT Kec. Rantau Bayur Kec. Banyuasin III, Kec. Betung Kec. Tungkal Ilir Kec. Tungkal Ilir Kec. Pulau Rimau, Kec. Tanjung Lago Kec. Tungkal Ilir Kec. Suak Tapeh, Kec. Pulau Rimau Kec. Banyuasin II, Kec. Muara Telang Kec. Tungkal Ilir dan Kec. Pulau Rimau Kec. Rantau Bayur, Kec. Betung Kec. Tungkal Ilir Kec. Betung, Kec. Pulau Rimau Kec. Tungkal Ilir Kec. Tungkal Ilir Kec. Pulau Rimau Kec. Betung Kec. Rantau Bayur, Banyuasin III, Betung Kec. Tungkal Ilir
Sumber : Dinas Pertambangan Kabupaten Banyuasin
Luas Kawasan (Ha) 2870 22360 3760 6387 9775 13000 11890 13000 17000 5000 5107 16520 11640 11380 18000 20880 9560 4804
Untuk jenis tambang lainnya yaitu Kaolin sebesar 1.000.000 ton terdapat di Kec. Talang Kelapa, Kec. Pulau Rimau dan Kec. Betung. Tambang Koain ini dapat digunakan sebagai bahan baku pembuat keramik, kertas, industri farmasi, industri komestik dan plastik. Selain itu terdapat jenis tambang Bentonit yang tersebar di Kec. Talang Kelapa. Tambang ini digunakan sebagai bahan baku pembuat cat, bahan baku industri cor, lem dan industri kelapa sawit. Kegiatan pertambangan lainnya berupa Gambut sebesar 120.000.000 m3 yang berada di Kecamatan Muara Padang, Pasir Silika sebesar 675.000 m3 di Kecamatan Talang Kelapa dan Tanah Urug yang tersebar di sebagian besar wilayah Kabupaten Banyuasin.
I -43 PENDAHULUAN
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
PENDAHULUAN
Gambar 1.16 Peta Kawasan Hutan
I -44
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
I -45 PENDAHULUAN
Gambar 1.17 Peta Kawsan Migas
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
PENDAHULUAN
Gambar 1.18 Peta Pertambangan Batubara
I -46
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
D. Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kabupaten Banyuasin merupakan wilayah di Sumatera Selatan yang memiliki kawasan perairan terbesar. Kabupaten banyuasin memilik panjang pantai sekitar 275 km dan luas laut sebesar 1.765,4 Km², kawasan pantai tersebut membentang
dari
perbatasan
Provinsi
Jambi
hingga perbatasan Kabupaten Ogan Komering Ilir berhadapan dengan Selat Bangka. Untuk delineasi kawasan pesisir, Batas ke arah darat berdasarkan Ekologis adalah
kawasan yang masih dipengaruhi oleh proses-
proses laut seperti pasang surut, intrusi air laut dan percikan air gelombang. Secara administrative yaitu batas terluar sebelah hulu dari desa pantai atau jarak definitif secara arbitrer (2 km, 20 km, dst dari garis pantai), sedangkan Batas ke arah laut berdasarkan Ekologis yaitu kawasan perairan laut yang masih dipengaruhi prosesproses alamiah dan kegiatan manusia di daratan, seperti aliran air sungai, limpasan air permukaan, sedimen dan bahan pencemar dan Administratif 4 mil dari garis pantai, dari ketentuan tersebut delineasi kawasan pesisir di Kabupaten Banyuasin adalah batas administrasi Kecamatan yang berbatasan langsung dengan laut dan 4 mil ke arah laut sesuai kewenangan kabupaten yang meliputi lima Kecamatan, yaitu Banyuasin II, Kecamatan Muara Sugihan, Kecamatan Air Salek, Kecamatan Makarti Jaya, dan Kecamatan Tanjung Lago serta terdapat sekitar 22 pulau-pulau kecil baik yang berada di wilayah laut maupun di perairan sungai. Keberadaan kawasan perairan di Kabupaten Banyuasin sangat potensial, baik sebagai jalur transportasi yang strategis karena merupakan pintu gerbang penghubung Provinsi Sumatera Selatan dengan Pulau Bangka, juga menyimpan potensi hasil laut yang melimpah serta potensi wisata. Pada Kawasan pesisir Kabupaten Banyuasin juga terdapat kawasan konservasi Taman Nasional Sembilang yang memiliki hutan mangrove dengan ketebalan sekitar 35 km. Potensi hasil laut berupa perikanan laut, perairan umum (budidaya keramba), budidaya tambak dan budidaya ikan air tawar. Berikut ini potensi perikanan di Kabupaten Banyuasin adalah sebagai berikut :
I -47 PENDAHULUAN
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin Tabel 1.11 Potensi Perikanan Kabupaten Banyuasin No. 1. 2. 3.
Jenis Pemanfaatan Perikanan Laut Budidaya Air Payau Budidaya Air Tawar : Kolam Keramba
Potensi 1000 unit 21000 Ha
Potensi yang telah dikelola 52 unit 3.272 Ha
142.000 Ha 15.130 unit
8.520 Ha 153 unit
Sumber : RTRW Kab. Banyuasin 2005-2025
Jumlah nelayan 1.976 RTP dan buruh 3.477 RTBP. Jenis ikan yang dominan adalah manyung, cucut, pari, teri, gerot-gerot, selar, golok-golok, Petek/peperek dan bawal hitam, serta udang putih. Untuk sarana transportasi, akan dikembangkan kawasan pelabuhan Internasional Tanjung Api-Api. 1.3.5 Potensi Ekonomi Wilayah A. Struktur dan Pertumbuhan Perekonomian Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) adalah indikator utama dalam mengukur
pertumbuhan perekonomian suatu wilayah. Berdasarkan grafik pertumbuhan nilai PDRB disamping, menunjukkan PDRB di Kabupaten Banyuasin dengan migas atas dasar harga berlaku tahun 2008 sebesar 9.878.661 juta rupiah dan terus mengalami peningkatan menjadi 11.921.775 juta rupiah di Tahun 2010, sehingga Pertumbuhan ekonomi Banyuasin dengan migas tahun 2010 sebesar 15 persen. Sementara itu pertumbuhan ekonomi Banyuasin melalui nilai PDRB tanpa migas hingga
Tahun
2010
tumbuh
sebesar 12 persen dengan jumlah 6.742.686 juta rupiah di Tahun 2008
dan
meningkat
menjadi
8.596.949 juta rupiah di Tahun 2010.
I -48 PENDAHULUAN
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin Berdasarkan grafik prosentase disamping, sektor pertanian merupakan pemberi kontribusi terbesar terhadap PDRB Kabupaten Banyuasin jika dilihat menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku yaitu sebesar 30% selanjutnya lapangan usaha Industri Pengolahan sebesar 27%,
sedangkan
lapangan
usaha
dengan
kontribusi terkecil yaitu pada listrik dan air bersih. Pada tahun 2010, sektor pertanian memberikan kontribusi sebesar 3.635.805 juta rupiah terhadap PDRB yang kemudian disusul sektor industri pengolahan (migas dan non migas) yaitu sebesar 3.229.598 juta rupiah. Sedangkan sektor yang memberikan kontribusi terkecil adalah sektor listrik, gas dan air bersih yaitu hanya sebesar 4.984 juta rupiah. Untuk selengkapnya dapat dilihat tabel berikut ini. Tabel 1.12 PDRB Kabupaten Banyuasin menurut Lapangan Usaha atas Dasar Harga Berlaku 2008-2010 No (1)
LapanganUsaha (2)
2008 (3)
2009 (4)
2010 (5)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Pertanian 3,010,757 3,267,488 3,635,805 Pertambangan dan Penggalian 1,711,554 1,480,075 1,809,664 Industri Pengolahan 2,712,649 2,828,403 3,229,598 Listrik, Gas dan Air Bersih 4,173 4,526 4,984 Bangunan 718,986 847,404 965,696 Perdagangan, Hotel dan Restoran 1,129,644 1,243,465 1,427,809 Pengangkutan dan Komunikas 53,765 59,712 67,212 Keuangan, Persewaan Dan Jasa Perusahaan 70,229 77,496 86,682 Jasa-jasa 466,904 588,150 694,325 PDRBdengan Migas 9,878,661 10,396,719 11,921,775 PDRBtanpa Migas 6,742,686 7,520,534 8,596,949 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyuasin (Dokumen Banyuasin Dalam Angka)Tahun
2010
B. Pendapatan Perkapita Pendapatan perkapita merupakan PDRB atas dasar biaya faktor dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Pertumbuhan pendapatan perkapita Banyuasin menunjukkan angka yang meningkat pada periode tahun 2004-2008. Pendapatan perkapita penduduk Banyuasin tahun 2008 atas dasar harga berlaku adalah sebesar
I -49 PENDAHULUAN
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin 9.694.268 rupiah (dengan migas), sedangkan jika tanpa migas pendapatan perkapitanya sebesar 7.552.038 rupiah. Tabel 1.13 Pendapatan Perkapita Penduduk Banyuasinatas Dasar Harga Berlaku Tahun 2004-2008 Tahun 2004 2005 2006 2007 2008
Dengan Migas (Rp) 5.431.132 6.525.772 7.573.143 8.861.874 9.694.268
Tanpa Migas (Rp) 4.574.315 5.076.975 5.833.644 6.579.163 7.552.038
Sumber : Banyuasin Dalam Angka, 2008
C. Peran dan Produksi Sektoral Dalam pembahasan ini akan dijelaskan Analisis perekonomian kinerja sektor-sektor ekonomi di
mengenai
Kabupaten Banyuasin serta peranannya dalam
lingkup Propinsi Sumatera Selatan. Didahului dengan
penentuan
sektor-sektor
unggulan (sektor-sektor basis) yaitu sektor-sektor yang memiliki kontribusi besar terhadap kegiatan perekonomian di Kabupaten Banyuasin. Penentuan sektor-sektor basis dimaksudkan untuk menentukan pengaruh dari perubahan-perubahan ekonomi lokal dan untuk memproyeksi ke depan dari ekonomi lokal tersebut. Hal ini membantu kita untuk lebih fokus perhatiannya pada sektor-sektor ekonomi penting yang mempengaruhi keseluruhan perekonomian Kabupaten Banyuasin sehingga sektor basis tersebut dapat dikembangkan lebih lanjut guna memberikan nilai tambah bagi perekonomian masyarakat lokal bahkan secara regional pada tiap sektor. Metoda yang dilakukan adalah metoda LQ (Location Quotient). Metoda ini digunakan untuk melihat kemampuan suatu daerah dalam sektor kegiatan tertentu. Dalam perhitungan dengan metoda LQ ini akan digunakan data PDRB Kabupaten Banyuasin dan data PDRB Provinsi Sumatera Selatan. Tabel 1.14 Nilai LQ PDRB Kabupaten Banyuasin No 1. 2. 3. 4.
SEKTOR Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan (tanpa migas) Listrik dan Air Bersih
PDRB Kab. Banyuasin 3.051.756 1.711.554 2.707.664 4.173
PDRB Provinsi Sumatera Selatan 11.567.788 13.616.652 8.022.589 281.069
Nilai LQ 1,56 0,74 1,99 0,09
I -50 PENDAHULUAN
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin No 5. 6. 7. 8. 9.
SEKTOR Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa TOTAL SEKTOR
PDRB Kab. Banyuasin 718.986 1.129.645 53.765 70.229
PDRB Provinsi Sumatera Selatan 4.412.936 8.101.478 2.886.983 2.386.939
461.776 9.484.701
2.386.939 55.964.852
Nilai LQ 0,96 0,82 0,11 0,17 1,14
Sumber : Hasil Analisis,2011
Berdasarkan hasil analisis nilai LQ, sektor unggulan (sektor basis) yang mendukung perkembangan perekonomian di wilayah Kabupaten Banyuasin terdiri dari sektor pertanian, industri pengelolahan (tanpa migas) dan sektor jasa. 1.3.6 Pertanian A. Pertanian Tanaman Pangan Tanaman Pangan yang diproduksi oleh Kabupaten Banyuasin antara lain padi, jagung, kedelai, kacang tanah, ubi kayu, ubi jalar dan kacang hijau. Produksi tanaman padi di Kabupaten Banyuasin meliputi padi ladang, padi pasang surut dan padi lebak, dengan dominasi produksi yaitu untuk jenis padi pasang surut. Jenis padi pasang surut memiliki produksi terbesar dengan total produksi 682.786,8 ton di tahun 2010, sedangkan produksi terkecil yaitu jenis padi lebak sebesar 107.708,1 ton. Mengingat Kabupaten Banyuasin penopang terbesar lumbung padi nasional di Provinsi Sumatera Selatan, Oleh karenanya masih perlu dilakukan kegiatan intensifikasi maupun ekstensifikasi kegiatan pertanian tanaman padi untuk meningkatkan hasil produksi.
I -51 PENDAHULUAN
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin Tanaman jagung diproduksi hampir di seluruh wilayah kecamatan di Kabupaten Banyuasin dengan
total
produksi
di
mencapai 10.326 Ton dan
tahun
2010
yang terbesar
Kacamatan Banyuasin I. Tanaman pangan lainnya
yang
dihasilkan
di
Kabupaten
Banyuasin adalah Ubi Kayu dengan nilai total produksi 30.342,2Ton, potensi unggulan ubi kayu terbesar terdapat di Kecamatan Betung, Kecamatan
Tungkal
Ilir,
Talang
Kelapa,
Banyuasin I, Rambutan, dan Kecamatan Muara Sugihan. Untuk Produksi ubi jalar di Kabupaten Banyuasin sebesar 4.626,7 Ton dengan potensi ekspor berada di Kecamatan Betung, Talang Kelapa, Banyuasin I, Rambutan dan Muara Sugihan. Total Produksi kacang Tanah di Tahun 2010 sebesar 465,7Ton. Pertanian tanaman kedelai memiliki total produksi sebesar 110Ton dan hanya Kecamatan Banyuasin I, Banyuasin II, Makarti Jaya dan Air Salek yang memiliki potensi. Untuk Kacang hijau merupakan tanaman yang sifatnya optional dengan total produksi hanya 184,8ton di tahun 2010 terdapat di Kecamatan Rantau Bayur, Betung, Talang Kelapa, Banyuasin I dan Muara Telang. B. Pertanian Holtikultura Pertanian holtikultura yang terdapat di Kabupaten Banyuasin meliputi tanaman buah-buahan dan sayuran. Untuk tanaman buah-buahan diproduksi hampir di semua kecamatan. Jenis buah-buahan yang dihasilkan meliputi mangga, jeruk, pepaya, sawo, durian, duku, nangka, jambu biji, rambutan dan pisang. Produksi tertinggi yaitu untuk tanaman jeruk, rambutan dan pisang yang masing-masing 3.143 ton, 1.262,7 ton dan 37.404,1 ton di tahun 2010. Produksi tanaman sayuran yang dihasilkan di Kabupaten Banyuasin meliputi kacang panjang, cabai, tomat, terong, timun, kangkung, bayam dan buncis. Total produksi terbesar yaitu untuk komoditi terong mencapai 318,6 Ton dan produksi terkecil yaitu komoditi buncis sebesar 36,6 ton.
I -52 PENDAHULUAN
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
C. Perkebunan Karet, kelapa sawit dan kelapa merupakan komoditi perkebunan yang banyak diusahakan oleh rakyat Kabupaten Banyuasin, dibanding dengan komoditi kopi dan kakao. Hal ini terlihat dari jumlah produksi untuk
karet
di
tahun
2010
yaitu
perkebunan rakyat sebesar 95.334,5
produksi ton dan
produksi PBMN dan PBSN sebesar 31.675 Ton. Perkembangan luas area perkebunan karet Tahun 2004 – Tahun 2008 meningkat sekitar 4,7 % dari 88.826 Ha di Tahun 2004 menjadi 96.631 Ha di Tahun 2008. Potensi perkebunan karet terutama tersebar di Kecamatan Betung, Banyuasin III, Ranbutan dan Rantau Bayur. Untuk
komoditas
kelapa
sawit,
Kabupaten
Banyuasin memberikan kontribusi hasil produksi bagi Sumatera Selatan sekitar 13%, yaitu 31392 ton untuk perkebunan rakyat dan 99.932 Ton dari PBMN dan PBSN. Perkembangan luas area perkebunan kelapa sawit
di
Kabupaten
Banyuasin
terus
mengalami
peningkatan sebesar 20% dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2008 yaitu 65.191 Ha menjadi 106.546 Ha. Persebaran potensi perkebunan sawit di Kabupaten Banyuasin terutama berada di Kecamatan Pulau Rimau, Talang Kelapa, Betung dan Kecamatan Banyuasin III, sementara pada komoditas kelapa Kabupaten Banyuasin memberikan kontribusi terbesar di Sumatera Selatan sekitar 62% dengan hasil produksi 39567 ton dari perkebunan rakyat serta 2576 dari PBMN dan PBSN, luas area komoditi kelapa dari tahun 2005 seluas 33.994 Ha terus meningkat sekitar 5% di Tahun 2008 menjadi 35.677 Ha. Potensi perkebunan kelapa tersebut tersebar di kawasan pesisir terutama berada di Kecamatan Muara Telang, Muara Padang, Muara Sugihan, Makarti Jaya, Pulau Rimau dan Rambutan. Hasil komoditas lainnya 808 ton untuk kopi serta 16 ton kakou. Total areal perkebunan di Kabupaten Banyuasin Tahun 2010 sebesar 233.432 Ha yang terdiri dari 152.624 perkebunan rakyat dan 88.808 Ha PBSN dan PBN.
I -53 PENDAHULUAN
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin D. Peternakan Jenis peternakan yang diusahakan di Kabupaten Banyuasin meliputi peternakan besar seperti sapi, kerbau, kambing, domba dan babi serta peternakan unggas yang meliputi ayam petelur, ayam pedaging, ayam buras dan itik. Populasi ternak dan unggas di Kabupaten Banyuasin cenderung terus meningkat. Populasi ternak tahun 2010, untuk kambing sebanyak 24.145 ekor, sapi sebanyak 25.325 ekor. Kerbau dan domba masing-masing hanya sekitar dua ribuan ekor. Populasi unggas ayam ras sebanyak 12.442.100ekor, ayam bukan ras sebanyak 804.200 ekor dan itik sebanyak 96.700 ekor. E.
Perikanan. Kegiatan perikanan pada perekonomian daerah, memberikan sehingga
kontribusi posisinya
sekitar
13,0
menempati
persen pada
urutankedua setelah sub sektor Tanaman Bahan Makanan yaitu dari hasil produksi penangkapan ikan dan
budidaya ikan. Produksi ikan tahun
2010, sebanyak 58.979,91 ton, yang diperoleh dari hasil penangkapan ikan di laut sebanyak 37.557,77 ton, penangkapan ikan di perairan umum sebanyak 8.656,80 ton dan hasil budidaya ikan 12.765,34 ton. Sedangkan jenis ikan dari perairan umum yang berkualitas ekspor diantaranya jenis ikan Bandeng, Udang Windu dan lain sebagainya. Potensi untuk perikanan umum hampir merata di setiap kecamatan, sedangkan jenis perikanan laut hanya terdapat di Kecamatan Banyuasin II dan Air Salek. Untuk jenis perikanan budidaya terdapat di Kecamatan Tanjung Lago, Muara Padang, Muara Sugihan dan Muara Telang. 1.3.7 Sektor Industri Besarnya nilai produksi/nilai tambah sektor industri Kabupaten Banyuasin sangat dipengaruhi oleh industri minyak/gas bumi, selain migas jenis industri lainnya yaitu Industri kayu dan barang-barang dari kayu (kecuali furnitur),Industri makanan dan minuman,Industri barang galian non logam, Industri karet dan barang-barang dari karet. Di Kabupaten Banyuasin, Jenis industri dibedakan menjadi dua, yaitu industri besar/sedang dan industri kecil dan kerajinan rumah tangga. Industri Besar/sedang, Jenis industri tersebut meliputi Industri minyak/gas bumi,
kayu dan barang-barang dari kayu (kecuali furnitur), Industri makanan dan
I -54 PENDAHULUAN
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin minuman, Industri karet dan barang-barang olahan dari karet dengan jumlah total industri di Tahun 2010 sebanyak 99 unit perusahaan. Industri kecil dan kerajinan Rumah Tangga, tersebar di mengikuti kawasan permukiman, dengan total jumlah industri di Tahun 2010 sebesar 384 unit perusahaan. 1.3.8 Pariwisata Sektor pariwisata, seni dan budaya merupakan bidang pembangunan yang memiliki potensi yang begitu besar untuk dikembangkan di Kabupaten Banyuasin. Kualitas sumber
daya
tarik
wisata
di
Kabupaten
Banyuasin
cukup
beragam,
baik
keunikan/kelangkaan, keragaman daya tarik maupun jangkauan pemanfaatannya bagi wisatawan. Misalnya sumber daya wisata Taman Nasional Sembilang yang dengan luas sekitar 202.750 hektar mempunyai keunikan sumber daya hayati yang tidak ditemukan di tempat lain dan merupakan salah satu dari dua situs ramsar lahan basah yang ada di Indonesia. Keistimewaan kawasan Sembilang terutama karena keberadaan Hutan Mangrove paling tebal di dunia (sekitar 35 km) yang merupakan habitat berbagai jenis tanaman dan hewan langka, sebagai tempat berkumpulnya kelompok burung migran jenis stork serta jenis burung langka Wallace Hawk Eagle. Kawasan hutan bakau yang sangat tebal, pesisir pantai yang sangat panjang serta keberadaan permukiman nelayan di perairan pantai yang unik dengan pusatnya yang berada di Desa Sungsang cukup menunjang dan menambah keragaman daya tarik wisata di kawasan Sembilang. Potensi eco-tourism yang sangat unik serta daya tarik yang sangat beragam ini cuckup layak untuk dimanfaatkan dan dipasarkan bagi masyarakat internasional. Seperti banyak dijumpai di tempat lain, sumber daya wisata kawasan perkebunan di Kabupaten Banyuasin cukup mempunyai daya tarik untuk dikunjungi. Namun demikian, ragam daya tarik di area perkebunan terbatas pada panorama/nuansa hijau perkebunan dan kegiatan pengolahan hasil perkebunan yang ada di lokasi. Pada saat ini kawasan perkebunan yang ada di Kabupaten
Banyuasin
Sembawa
sudah
terutama dimanfaatkan
Melania
dan
masyarakat
disekitarnya sebagai tempat berwisata
I -55 PENDAHULUAN
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin Tabel 1.15 Potensi Wisata di Kabupaten Banyuasin No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Nama Objek Wisata Taman Nasional Sembilang Sungai Sembilang Perkampungan Nelayan Sungsang Desa Sungsang dan sekitar SPP Sembawa Desa Sembawa
Jenis Objek Wisata Eko-Wisata/ Satwa Wisata Bahari/ Budaya Agro-Wisata
Pulau Gemampo Desa Lebong Bom Berlian Kelurahan Pangkalan Balai PT. Sawit Mas Sejahtera Desa Langkan PT. Melania Desa Mainan Hutan Lindung Lebong Hitam Lebong Hitam/Jalur 21 Air Sugihan Pulau Pejaye Desa Srijaya Tugu Sejarah Silk Air Desa Tanjung Mas Fron Langkan Desa Langkan Eks. PENAS Desa Sembawa
Wisata Alam
13
Tebenan Indah Desa Tebenan
14
Danau Tanah Mas Kelurahan Tanah Mas
15
Pemancingan Putra Berlian Kelurahan Pangkalan Balai Kolam Renang Delima Kelurahan Pangkalan Balai PT. Pertamina/Sungai Gerong Desa Sungai Gerong
16 17
Wisata Alam Agro-Wisata Agro-Wisata Eko-Wisata Wisata Alam Wisata Sejarah/ Budaya Monumen Sejarah Agro-Wisata
Wisata Alam/ Bermain Wisata Bermain
Kolam Pemancingan Kolam Renang Wisata Alam/ Teknologi
-
Potensi Hutan Lindung Hewan/Satwa Panorama Pantai/Laut Nelayan/Binatang Laut Tanaman Hias Tanaman Hortikultura Teknologi Pertanian Panorama Alam Danau/Pulau Panorama Alam Danau/Pulau Perkebunan Sawit Teknologi Perkebunan Sawit Perkebunan Karet Teknologi Perkebunan Karet Habitat Gajah Sumatera Studi Ekologi/Habitat Panorama Alam Bumi Perkemahan Banyuasin Panorama Alam Tugu/Monumen Sejarah Tugu Sejarah Data Sejarah Perjuangan Panorama Alam Danau/Balong Teknologi Pertanian Tanaman Hortikultura/Hias Panorama Alam Permainan Teknologi Perkebunan Tanaman Hortikultura/Hias Kolam Renang Kolam Bermain Kereta Luncur Sepeda Air Pemancingan Kuliner Kolam Renang Anak-anak Kolam Renang Dewasa Pemandangan Pantai Kolam Renang Olahraga Golf Teknologi
Sumber : Kabupaten Banyuasin Dalam Angka,2010
I -56 PENDAHULUAN
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin 1.3.9 Sarana dan Prasarana Ekonomi Kondisi sarana dan prasarana eknomi di Kabupaten Banyuasin dapat digambarkan melalui keberadaan sarana perdagangan, pengembangan prasarana air bersih, energi/kelistrikan, telekomunikasi, transportasi dan pengelolaan persampahan. A. Perdagangan Wilayah Kabupaten Banyuasin memiliki banyak pusat produksi yang tersebar di beberapa tempat. Pusat-pusat produksi tersebut menghasilkan komoditi berupa produk pertanian seperti beras,hasil perikanan, produk perkebunan seperti: kelapa sawit, karet, kelapa dan aneka komoditi lainnya. Kegiatan perdagangan dilakukan melalui transaksi antara produsen dan konsumen baik di pasar, pertokoan, maupun melalui transaksi individual.Pasar merupakan tempat usaha bagi pedagang. Tempat usaha tersebut berupa kios, los maupun pelataran. Data dari kantor pengelolaan pasar menunjukkan peningkatan jumlah tempat usaha yang menandakan peningkatan aktifitas jual beli. Jumlah kios tahun 2010 tidak mengalami perubahan sebagaimana data tahun 2009 yaitu berjumlah 818 kios, namun jumlah los dipasar mengalami penambahan dari 1.718 pada tahun 2009 menjadi 1.788 los pada tahun 2010 atau bertambah 70 los. Lebih jelasnya dapat dilihat pada berikut : Tabel 1. 16 Jumlah Tempat Usaha/ Kegiatan Unit Pasar Yang Dikelola Kantor Pengelolaan Pasar Kabupaten Banyuasin Tahun 2010
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Nama Pasar
Unit
Betung Keluang Kenten Azhar Makarti Jaya Pangkalan Balai Sidomulyo-18 Srikaton Sukajadi Sukamulia Sukomoro Sumber Jaya Sungsang Teluk Betung Jumlah Tahun 2009 2008
Tersedia Kios 322 6 120 145 81 32 40 25 47 818 818 558
Los 249 82 150 507 200 130 128 68 68 100 18 88 1.788 1718 936
Aktif Kios 271 5 116 145 80 32 35 25 43 752 749 535
Los 194 82 135 505 200 130 126 68 68 100 18 84 1.710 1587 922
Tidak Aktif Kios 51 1 4 1 5 4 66 69 23
Los 55 15 2 2 4 78 131 14
Pelataran 370 23 16 60 353 100 80 90 21 116 50 90 87 1.456 1440 1 077
Jumlah Pedagang 835 110 267 205 938 300 210 248 89 219 175 108 214 3.918 3776 2 534
Sumber Data : Kantor Pengelolahan Pasar Kabupaten Banyuasin
I -57 PENDAHULUAN
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin B. Listrik Pengunaan lisrik di Kabupaten Banyuasin sebagian besar adalah untuk keperluan rumah tangga dan untuk kegiatan bisnis. Dari kapasitas yang ada jangkauan listrik belum optimal (64,47% desa/kelurahan yang terjangkau listrik). Kecamatan yang telah menggunakan listrik hampir menjangkau seluruh desa (90% desa/kelurahan telah terjangkau) adalah di Kecamatan Betung dan Kecamtan Rambutan. Data Dinas Pertambangan dan Energi menunjukan bahwa terdapat 196 desa/kelurahan dari 304 desa/ kelurahan di Kabupaten Banyuasin yang sudah terjangkau listrik, artinya ada sekitar 64,47 % desa/kelurahan yang sudah terjangkau listrik meski belum optimal. C. Penyediaan Air Bersih Pemenuhan kebutuhan air bersih penduduk Kabupaten Banyuasin baik di perkotaan maupun di pedesaan sebagian besar adalah menggunakan air sumur terlindung dan air isi ulang. Sebagian kecil lainnya adalah menggunakan air sumur tak terlindung, air sungai, air pompa, dan air ledeng. Hal ini menunjukkan kesadaran penduduk untuk menggunakan penyediaan air bersih yang lebih higienis. Penggunaan air hujan untuk minum hanya dilakukan penduduk pedesaaan sedangkan penggunaan sumur bor/pompa hanya dilakukan penduduk perkotaan. Air bersih sebagai kebutuhan pokok bagi kehidupan masyarakat harus terjamin ketersediaannya. Pemerintah baik pusat maupun daerah maupun pihak swasta harus berupaya melalui penyediaan jasa air bersih (PAM/PDAM) untuk mendistribusikan airbersih ke masyarakat. Tabel 1.17 Jumlah Rumah Tangga Menurut Fasilitas Air Dalam Kabupaten Banyuasin Tahun 2009 Fasilitas
Jumlah rumah Tangga Perkotaan Perdesaan Air Kemasan Bermerek 767 Air Isi Ulang 18.780 11.881 Leding Meteran 2.683 Leding Eceran 1.150 2.300 Sumur Bor/Pompa 383 Sumur Terlindung 14.564 35.643 Sumur TakTerlindung 4.599 4.982 Air Sungai 3.449 5.366 Air Hujan 89.683 Lainnya Jumlah 42.925 153.305 Sumber Data : Badan Pusat Statistik Kab. Banyuasin*) Data Tahun 2010 Tidak Tersedia
I -58 PENDAHULUAN
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin D. Persampahan Meskipun sepintas lalu Banyuasin masih belum termasuk daerah padat sampah sehingga terlihat tidak manusiawi dan berwibawa namun pada kenyataannya jumlah sampah yang tertimbun tidak sebanding dengan yang telah terlayani. TPA yang biasa beroperasi hanya terdapat di Desa Lubuk Kecamatan Lubuk Karet Kecamatan Betung dan di Desa Terlagu di Kecamtan Banyuasin III, Kecamatan Banyuasin I dan Kecamatan Talang Kelapa. Jika sampah dibuang atau dilebur ke tempat yang tidak semestinya / tidak melakukan studi AMDAL dahulu maka akan mengakibatkan dampak lingkungan yang serius di kemudian hari misalnya pembakaran sampah yang menyebabkan polusi lingkungan sehingga mengganggu kesehatan penduduk. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel1.18 Jumlah Dan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Di Kabupaten Banyuasin No
Lokasi Keberadaan TPA/ (Desa / Kelurahan/Kecamatan)
Jumlah TPA
Luas TPA/ (Ha)
Keterangan
1 2
Desa Lubuk Karet Kec. Betung Desa Terlangu Kec. Banyuasin III
1 1
1 Unit 15 Ha
Hibah Dinas PU.CK Pembelian
Sumber Data : Kantor Kebersihan dan Pertamanan Kab. Banyuasin.
E.
Transportasi PerananTransportasi di Kabupaten Banyuasin semakin penting dari tahun ke
tahun, terutamaberhubungan dengan pendistribusian barang dan jasa dari satu tempat ke tempat lain. Sarana perhubungan seperti jalan raya, jembatan, angkutan yang memadai menyebabkan distribusi barang dan jasa dari sentra produksi semakin lancar. Tersedianya sarana transportasi yang memadai akan mendorong harga cenderung stabil dan meningkatkan volume perdagangan. Dampak positif lainnya adalah terbukanya daerah-daerah terisolir dan meningkatkan mobilitas penduduk. Sarana dan prasarana perhubungan di Kabupaten Banyuasin terdiri dari perhubungan darat, laut dan udara di Kabupaten Banyuasin yaitu Dermaga Laut Umum, Dermaga Laut Khusus, Dermaga Sungai Umum, Dermaga Sungai Khusus, Bandara Udara,
Stasiun Kereta Api, serta Terminal Penumpang. Penambahan
Dermaga Laut Khusus dan Dermaga Sungai Khusus sebesar 1 unit pada tahun 2008 – 2010. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :
I -59 PENDAHULUAN
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin Tabel 1.19 Sarana dan Prasarana Perhubungan Darat, Laut dan Udara di Kabupaten Banyuasin Infrastruktur Perhubungan/ Infrastructure of Transportation 1 2 3 4 5 6 7
Dermaga Laut (Umum) / Harbour Dermaga Laut (Khusus) / Pier Dermaga Sungai (Umum) Dermaga Sungai (Khusus) Bandara Udara / Airport Stasiun Kereta Api Terminal Penumpang (Tipe A) Jumlah
Jumlah/Total 2009
2008 2 8 4 9 1 24
2010
2 8 4 10 1 25
2 9 8 10 1 30
Sumber Data : Dinas Perhubungan , Komunikasi dan Informatika Kabupaten Banyuasin
Meskipun sebagian besar pembangunan jaringan jalan dilakukan oleh pemerintah Kabupaten. Dukungan/Partisipasi Pemerintah Pusat dan Pemerintah Propinsi untuk pengadaan jaringan jalan dengan kualitas baik di Kabupaten Banyuasin yaitu untuk jenis permukaan jalan tipe aspal hotmix, kondisi jalan yang baik, kelas jalan III .A. Pada tahun 2010, panjang jalan di Kabupaten Banyuasin mencapai 1.148 km, terdiri atas: 1) Jalan Nasional/Negara sepanjang 61 Km. 2) Jalan Provinsi sepanjang 82 Km, 3) Jalan Kabupaten sepanjang 1.005 Km, dari panjang jalan Kabupaten 33,81 persen permukaan aspal, 10,66 persen permukaan cor, 7,58 persen permukaan batu pecah dan 47,95 persen permukaan tanah. Secara keseluruhan kondisi jalan Kabupaten adalah 36,32 persen baik, 3,47 persen kondisi sedang, 4,92 persen rusak dan 55,29 persen rusak berat.Lebih jelasnya panjang jalan dan status jalan di Kabupaten Banyuasin dapat dilihat pada tabel berikut:
I -60 PENDAHULUAN
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin Tabel 1.20 Panjang Jalan Dirinci Menurut Keadaan dan Status Jalan di Kabupaten Banyuasin Tahun 2010 Uraian Jalan Negara 2009 2010 1 Jenis Permukaan Jalan(KM) a Aspal Hotmix/ Hotmix Asphalt b Aspal Lapen / Lapen Aspalt c Jalan Cor/ Cor d Batu pecah, Kerikil/ Gravel e Tanah/Dirt f Burda / Reycling g Tidak Dirincin Jumlah 2 Kondisi Jalan a Baik b Sedang c Rusak d Rusak Berat Jumlah/Total 3 Kelas Jalan a Kelas I b Kelas II c Kelas III A d Kelas III B e Kelas III C f Tidak Dirinci Jumlah
61,00
61,00 61,00
61,00
61,00
61,00
Status Jalan Jalan Propinsi 2009 2010
61,00 61,00
82,00
61,00 61,00
82,00
61,00 61,00
82,00
82,00
82,00 82,00 82,00
Jalan Kabupaten 2009 2010
82,00 82,00
258,25 83,30 67,82 96,25 473,58 19,80 999,00
258,25 81,50 107,12 76,25 462,08 19,80 1.005,00
82,00 82,00
325,79 34,80 64,91 573,50 999,00
365,05 34,85 49,45 555,65 1.005,00
82,00 82,00
268,74 221,78 488,68 19,80 999,00
298,50 194,50 492,20 19,80 1.005,00
Sumber Data : Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Kabupaten Banyuasin
Jenis Moda angkutan jalan raya di Kabupaen Banyuasin terdiri bus umum (31 Unit), bus tidak umum (25 umum), mobil penumpan otelet umum /taxi (388 unit,) truk tak umum (882 unit), mobil pick up tak umum(985 unit). Moda angkutan yang mengalami penurunan adalah justru jenis mobil yang digunakanuntuk penumpang umum/taxi 2008-2010 sebesar 47 unit. Sedangkan yang menglami penambahan adalah bus tak umum pada tahun 2008-2010 sebesat 4 unit, truk tak umumpada tahun 2008-2010 sebesar 87 unit danpick up tak umumpada thun 2008-2010 sebesar 27 unit.
I -61 PENDAHULUAN
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin Tabel 1.21 Jumlah Kendaraan Angkutan Darat Dirinci Menurut Jenisnya di Kabupaten Banyuasin Tahun 2010 Jenis Kendaraan
Jumlah(Unit) 2009 31 25 464 870 965 2.355
2008 1 2 3 4 5 6 7
Bus Umum Bus Tak Umum Mobil Penumpang/Otolet Umum/Taxi Truk Umumk Truk Tak Umum Pick Up Umum Pick Up Tak Umum Jumlah
31 21 435 795 958 2.240
2010 31 25 388 882 985 2.311
Sumber Data : Dinas Perhubungan , Komunikasi dan Informatika Kabupaten Banyuasin
Beberapa wilayah Banyuasin terletak di aliran sungai dimana transportasi sungai merupakan sarana
yang penting untuk kelancaran di daerah ini. Sarana
angkutan sungai di Kabupaten Banyuasin meliputi; Angkutan penumpang speedboat kecil, angkutan penumpang speedboat besar, angkutan barang jukung, angkutan barang tug boat, angkutan barang ketek, angkutan barang tongkang, dan kapal nelayan/pompon. Jumlah angkutan sungai tahun 2010 tercatat sebanyak 4.777 atau bertambah 13 armada selama tahun 2010 dibanding data tahun 2009 1.4
Isu Strategis Penataan Ruang Kabupaten Banyuasin. Isu-isu strategis ini diperoleh melalui penjaringan aspirasi stakeholder.
Penjaringan aspirasi stakeholder ini berupa inventarisasi isu, potensi pengembangan dan permasalahan yang berkaitan dengaan perencanaan tata ruang di Kabupaten Banyuasin. Mencermati data yang telah ditabulasi, fakta lapangan yang terlihat saat
obervasi serta cermatan analisis terhadap data-data
gambaran
beberapa
isu
penting
terkait
rencana
sekunder
memberikan
penataan ruang Kabupaten
Banyuasin, diantaranya adalah : 1.
Peningkatan
Aksesibilitas
di
Kabupaten
Banyuasin,
keterbatasan
infrastruktur transportasi di Kabupaten Banyuasin seperti Jalan darat dan jembatan yang belum dapat menghubungkan seluruh wilayah mengakibatkan masih terdapatnya beberapa kawasan yang terisolir terutama di wilayah perairan. 2.
Potensi Geografis yang strategis, Kabupaten Banyuasin memiliki letak yang strategis yaitu terletak di jalur lalu lintas antar provinsi dan merupakan pintu
I -62 PENDAHULUAN
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin gerbang untuk penyeberangan menuju Pulau Bangka, kondisi tersebut merupakan posisi yang menguntungkan terutama bagi pengembangan wilayah. 3.
Pembangunan Pelabuhan Tanjung Api-Api, adanyarencana pembangunan Pelabuhan Internasional Tanjung Api-Api yang ditetapkan sebagai kawasan strategis Provinsi yang berlokasi di Kecamatan Banyuasin II. Kawasan ini merupakan kawasan ekonomi khusus yang akan menjadi kawasan strategis ekonomi
yang
dapat
mempercepat
pertumbuhan
ekonomi
di
Kabupaten
Berlokasi
dikawasan
Banyuasin. 4.
Pembangunan
Kota
Terpadu
Mandiri
(KTM),
TransmigrasiKecamatan Muara Telang. Pembangunan dan pengembangan KTM dirancang
menjadi
pusatpertumbuhan
dengan
fungsi
perkotaanmelalui
pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan. Fungsi utama KTM sebagai pusat agribisnis dan perdagangan wilayah yang mampu menarik investasiswasta untuk menumbuh-kembangkan kesejahteraan transmigran melalui
kegiatan
ekonomi yang dapat membuka peluangusaha dan kesempatan kerja. 5.
Kabupaten Banyuasin merupakan hinterland Kota Palembang ibukota provinsi Sumatera Selatan.Kedudukan dan posisi wilayah Kabupaten Banyuasin secara regional sebagai bagian dari Metropolitan Palembang. Dari posisi tersebut Kabupaten Banyuasin merupakan kawasan pendukung metropolitan Palembang terutama untuk kawasan permukiman dan dapat meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan sarana dan prasarana perkotaan.
6.
Sumberdaya pertanian pangan, Luas area tanaman pangan di Kabupaten Banyuasin sangat potensial, sekitar 34% merupakan lahan pasang surut yang dimanfaatkan untuk kawasan pertanian lahan basah. Hasil produksi pertanian pangan didominasi oleh komoditas padi, dimana dari hasil tersebut Banyuasin mampu ikut menopang stok pangan sebesar 28 % bagi provinsi Sumatera Selatan yang ditetapkan sebagai Lumbung Pangan Nasional.
7.
Sumberdaya Perkebunan, Jenis perkebunan didominasi oleh karet dan kelapa sawit, akan tetapi lebih dari 50% untuk perkebunan kelapa sawit dimiliki dan dikelolah oleh swasta, sehingga diperlukan penanganan bentuk kerjasama yang sesuai terutama untuk ikut membantu meningkatkan perekonomian penduduk. Potensi perkebunan di Kabupaten Banyuasin diarahkan melalui pengembangan
I -63 PENDAHULUAN
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin kawasan agropolitan, hal ini didukung dengan ditetapkannya Kecamatan Sumbawa sebagai kawasan agropolitan center. 8.
Sumberdaya Perairan, Kabupaten Banyuasin yang 80% wilayahnya merupakan perairan dengan panjang garis pantai mencapai 275 km, memiliki potensi perikanan terbesar di Provinsi Sumatera Selatan dan akan dikembangkan sebagai kawasan minapolitan. Potensi perairan di Kabupaten Banyuasin jugaterdapat Taman Nasional Sembilang, yangditetapkan sebagai kawasan strategis provinsi berlokasi di Kecamatan Banyuasin II seluas 202.750 Ha. Kawasan Sembilang berpotensi sebagai kawasan wisata bahari yang memiliki Hutan Mangrove paling tebal di dunia (sekitar 35 km) yang merupakan habitat berbagai jenis tanaman dan hewan langka, difungsikan bagi daya dukung lingkungan hidup, tatanan lingkungan kawasan pelestarian alam untuk taman wisata alam kawasan lindung untuk perlindungan ekosistem dan memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air. Selain itu Kawasan perairan ini menjadi pintu gerbang yang menghubungkan dengan pulau Bangka, namun secara umum potensi perairan Kabupaten Banyuasin belum tergali optimal.
9.
Sumberdaya Pertambangan, terdapat potensi pertambangan berupa minyak, gas bumi serta tambang batubara yang tersebar di Kacamatan Pulau Rimau dan Rantau Bayur.
10. Pengembangan Potensi Industri, terdapat pengembangan kawasan industri terpadu yang terletak di Kawasan Gasing dan di Kawasan Tanjung Api-Api, serta akan dikembangkan kawasan industri Mariana melalui revitalisasi kawasan industri. 11. Rendahnya
pemanfaatan
lahan
yang
optimal
dan
berwawasan
lingkungan, Daya tampung untuk pengembangan lahan budidaya cukup besar. Kabupaten Banyuasin memiliki alokasi luasan terbesar di Sumatera Selatan yang direncanakan untuk peruntukan permukiman yaitu sebesar 128.962,07 Ha, akan tetapi lemahnya pengawasan dan pengendalian pemanfaatan ruang serta adanya desakan
kebutuhan
ruang
memicu
terjadinya
konflik
pemanfaatan
yang
berdampak pada Alih fungsi lahan cukup besarselain itu untuk peruntukan pertanian belum optimalnya pengelolaan mengakibatkan banyak dijumpai lahan tidur khususnya pada lahan pasang surut serta berdampak pada penurunan kualitas lingkungan hidup dan munculnya bencana alam.
I -64 PENDAHULUAN